etiologi jaringan periodontal

5
Faktor-faktor sekunder dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Faktor-faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak. Faktor sistemik dan hospes dapat memodifikasi respon gingiva terhadap iritasi lokal. Faktor lokal yaitu : 1. Restorasi yang keliru 2. Kavitas karies 3. Tumpukan sisa makanan 4. Gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik 5. Pesawat ortodonti 6. Susunan gigi geligi yang tidak teratur 7. Kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernapas melalui mulut 8. Merokok Restorasi yang keliru mungkin merupakan faktor yang paling menguntungkan bagi retensi plak. Tepi tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal dari penggunaan matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memoles bagian tepi. Dahulu pernah ada anggapan bahwa tepi tumpatan yang kasar di dekat daerah tepi gingiva akan mengiritasi jaringan, namun anggapan ini masih belum terbukti sampai sekarang. Walaupun tidak ada akumulasi plak pada tepi restorasi, inflamasi tetap saja bisa terjadi. Restorasi dengan kontur yang buruk, terutama yang konturnya terlalu besar dan mahkota atau tumpatan yang terlalu cembung, dapat menghalangi aksi penyikatan gigi yang efektif. Kavitas karies terutama di dekat tepi gingiva, dapat merangsang terbentuknya daerah timbunan plak. Sisa makanan adalah baji yang kuat dari makanan terhadap gingiva di antara gigi-geligi. Bila gigi-geligi saling menjauhi dapat terbentuk baji makanan, khususnya bila ada plunger cusp.

Upload: naayloviana

Post on 14-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SK I DMF I

TRANSCRIPT

Faktor-faktor sekunder dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Faktor-faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak. Faktor sistemik dan hospes dapat memodifikasi respon gingiva terhadap iritasi lokal.Faktor lokal yaitu :1. Restorasi yang keliru2. Kavitas karies3. Tumpukan sisa makanan4. Gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik5. Pesawat ortodonti6. Susunan gigi geligi yang tidak teratur7. Kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernapas melalui mulut8. MerokokRestorasi yang keliru mungkin merupakan faktor yang paling menguntungkan bagi retensi plak. Tepi tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal dari penggunaan matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memoles bagian tepi. Dahulu pernah ada anggapan bahwa tepi tumpatan yang kasar di dekat daerah tepi gingiva akan mengiritasi jaringan, namun anggapan ini masih belum terbukti sampai sekarang. Walaupun tidak ada akumulasi plak pada tepi restorasi, inflamasi tetap saja bisa terjadi.Restorasi dengan kontur yang buruk, terutama yang konturnya terlalu besar dan mahkota atau tumpatan yang terlalu cembung, dapat menghalangi aksi penyikatan gigi yang efektif.Kavitas karies terutama di dekat tepi gingiva, dapat merangsang terbentuknya daerah timbunan plak.Sisa makanan adalah baji yang kuat dari makanan terhadap gingiva di antara gigi-geligi. Bila gigi-geligi saling menjauhi dapat terbentuk baji makanan, khususnya bila ada plunger cusp.Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain yang buruk. Geligi tiruan adalah benda asing yang dapat menimbulkan iritasi jaringan melalui berbagai cara. Geligi tiruan yang longgar atau geligi tiruan yang tidak terpoles dengan baik cenderung berfungsi sebagai fokus timbunan plak. Geligi tiruan tissue borne seringkali terbenam dalam mukosa dan menekan tepi gingiva, menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Efek ini makin bertambah buruk apabila geligi tiruan tidak dibersihkan dengan baik dan tetap dipakai selama pasien tidur. Akibat lanjut dari gigi tiruan sebagian dengan desain yang buruk adalah stres oklusal yang berlebihan pada gigi-gigi penyangga, dan faktor ini bersama inflamasi gingiva karena plak adalah penyebab paling umum dari tanggalnya suatu gigi.Pesawat ortondonti yang dipakai siang dan malam, kecuali apabila pasien sudah diajarkan cara membersihkan plak yang bertumpuk pada pesawat. Karena sebagian besar pasien ortodonti masih muda, inflamasi yang parah disertai dengan pembengkakan gingiva dapat terhadi disini.Susunan gigi-geligi yang tidak beraturan yang merupakan predisposisi dari retensi plak dan mempersulit upaya menghilangkan plak. Susunan gigi yang tidak teratur seringkali disertai dengan inflamasi gingiva dan merupakan kasus untuk perawatan ortodonti, kecuali bila teknik pembersihan mulut pasien sangat baik. Meskipun demikian, perlu dipastikan dilakukan gerak ortodonti yang benar. Bila kebersihan mulut pasien buruk, kebersihan diperkirakan akan sama buruknya walaupun gigi-geligi sudah diperbaiki posisinya. Sebaliknya, bila kebersihan mulut pasien dapat menghilangkan masalah yang disebabkan karena susunan gigi yang tidak teratur, maka tidak harus dilakukan perawatan ortodonti, kalau dilihat dari aspek periodontal. Jadi disini membuat susunan gigi yang baik juga akan diikuti dengan perbaikan kesehatan gingiva.Kurangnya seal bibir. Pengaruh postur bibir terhadap kesehatan gingiva masih dipertanyakan namun suatu fenomena klinis yang sering ditemukan adalah gingivitis hiperplasia pada segmen anterior, biasanya pada regio insisivus atas, dimana seal bibir kurang sempurna. Selain itu, pada sebagian besar kasus daerah hiperplasia jelas dibatasi oleh garis bibir. Walaupun kurangnya seal bibir sering berhubungan dengan kebiasaan bernapas melalui mulut, seal bibir yang kurang memadai juga dapat terjadi walaupun pasien bernapas melalui hidung. Bila bibir terbuka gingiva di bagian depan mulut tentunya tidak terlumasi saliva. Keadaan ini kelihatannya mempunyai dua efek : (i) aksi pembersiha normal dari saliva berkurang sehingga timbunan plak bertambah (ii) dehidrasi dari jaringan yang akan mengganggu resistensinya.Merokok tembakau. Walaupun stain tembakau dapat memperkasar permukaan gigi, stain bukanlah faktor retensi plak satu-satunya. Fakta ynag sebenarnya terjadi adalah bahwa perokok seringkali tidak membersihkan gigi-geligi sebaik mereka yang tidak merokok. Efek yang paling jelas dari kebiasaan merokok adalah perubahan warna gigi-geligi dan bertambahnya keratinisasi epitelium mulut disertai dengan produksi bercak putih pada perokok berat di daerah pipi dan palatum, yang kadang-kadang dapat juga ditemukan pada jaringan periodontal. Insiden gingivitis kronis dan gingivitis ulseratif akut kelihatannya lebih besar pada perokok yang juga menunjukkan adanya kerusakan periodontal yang parah.keratinisasi gingiva akibat merokok kelihatannya menyamarkan inflamasi gingiva dan mengurangi insiden pendarahan gingiva. Oleh karena itu, kenaikan prevalensi penyakit periodontal pada perokok tentunya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk dan diagnosis yang terlambat.

Gambaran radiografi dari jaringan periodontal.Gambaran radigrafi mencerminkan produk radiodensitas dari berbagai jaringan yang terletak pada arah pencaran sinar-x sehingga hanya jaringan yang paling radiodensiti saja yang dapat dilihat dari sini. Jadi, tulang interdental akan terlihat sedangkan bidang tulang bukal dan lingual hampir seluruhnya tertutup oleh gambaran gigi.Tanda anatomi yang dapat dilihat pada radiografi adalah sebagai berikut :Dinding soket dan puncak septum interdental yang terlihat berupa radiopasitas linear, garis putih dari lamina dura mengelilingi soket. Adanya adan kejelasan struktur ini mencerminkan kontur puncak tulang alveolar dan soket gigi, dan variasi ketebalan garis putih atau tidak adanya garis tersebut, tidak selalu berarti bahwa ada penyakit.Karena lebar fasial-lingual dari septum interdental di antara gigi-gigi molar cukup besar, gambar puncak tulang terlihat berbatas jelas. Septum interdental di antara premolar dan insisivus umumnya lebih sempit, karena itu, umumnya lebih radiolusen dan gambar puncak tulang alveolar cenderung kurang berbatas jelas.Ruang periodontal di antara struktur yang terkalsifikasi umumnya sangat sempit dan terlihat garis hitam yang tipis di sekitar akar gigi. Bila permukaan proksimal gigi lebar, garis ini akan terlihat lebih jelas daripada bila dimensi interproksimal sempit dan pada beberapa kasus garis tersebut bahkan tidak terlihat sama sekali. Bertambahnya stres fungsional akan menyebabkan penebalan ligamen periodontal yang dapat terlihat pada film radiografi. Gambar dari trabekula tulang kanselus jelas terlihat pada radiografi dan densitas gambar mencermintan densitas tulang.Sementum hanya dapat terlihat bila sudah terjadi hipersementosis.Karena gambaran radiografi dapat dengan mudah terdistorsi akibat perubahan sudut pancaran sinar dan vriasi waktu eksposi serta waktu pemrosesan, untuk membuat gambar ini perlu digunakan prosedur standar. Kurangnya standardisasi menyebabkan tidak dapat dilakukan perbandingan dan adanya kemungkinan terjadi penentuan diagnosis yang keliru.

Sumber : sama kayak leli hehe