estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut dumptruck
TRANSCRIPT
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
ESTIMASI FAKTOR PENGISIAN MANGKUK EXCAVATOR
BERDASARKAN VOLUME ANGKUT DUMPTRUCK
DI PT. AGINCOURT RESOURCES KEC.BATANGTORU
KAB.TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA
Diajukan untuk memenuhi syarat kurikulum pada
Jurusan Teknik Pertambangan
Oleh:
Eva N Manurung
12 306 060
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Faktor pengisian dan frekwensi pemuatan bak alat angkut adalah dua parameter
operasi pemuatan-pengakutan material hasil penambangan yang dapat
mempengaruhi efisiensi penambangan dan tingkat pencapaian target produksi
yang telah ditentukan. Faktor pengisian (disebut juga fill factor) selain dapat
mempengaruhi jumlah muatan bak alat angkut ia juga dapat mempengaruhi
frekwensi pemuatan dan waktu daur alat angkut.
Walaupun kedua parameter tersebut telah ditentukan pada waktu studi kelayakan
ataupun estimasi kebutuhan unit produksi namun terdapat berbagai variasi sifat
partikel hasil peledakan yang mungkin belum diketahui ataupun sulit dikontrol
(Riprap,2011). Menurut Sedarta (2013), variasi ukuran partikel dapat
mempengaruhi nilai angle of repose (AoR; sudut diam partikel pada waktu berada
dalam sebuah timbunan) dan jumlah volume muatan mangkuk alat muat dan bak
alat angkut dipengaruhi oleh AoR (Komatsu,2011).
Disamping adanya variasi sifat bulk material, bentuk sebaran material hasil
peledakan (pembongkaran) dan kecakapan operator didalam mengoperasikan
sebuah alat muat juga dapat mempengaruhi fill faktor. Apa lagi, jika operasi
penambangan dilakukan selama 3 shift per hari.
Untuk mengetahui apakah faktor pengisian mangkuk alat muat dan frekwensi
pemuatan bak alat angkut tersebut masih sesuai dengan yang direncanakan
berdasarkan catalog pabrik pembuat alat, akan dilakukan pengamatan operasi
pemuatan dan pengangkutan dengan jumlah berat material tiap alat angkut yang
dibongkar pada hopper peremuk batu dijadikan sebagai pembanding. Nilai-nilai
tersebut akan diuji secara analisa varian.
Mengingat PT. Agincourt Resources masih dalam tahap pengembangan produksi,
maka perusahaan ini dirasa sangat sesuai sebagai objek penelitiannya.
1.2 Rumusan masalah
Penelitian ini memiliki beberapa pertanyaan diantaranya adalah:
a. Apakah volume muatan mangkuk alat muat bervariasi?
b. Apakah pemuatan bak alat angkut diisi dengan frekwensi yang berbeda?
c. Apakah variasi muatan mangkuk dan frekwensi pemuatan bak alat angkut
masih sama dengan yang direncakan?
d. Pada saat kapan variasi tertinggi terjadi?
e. Faktor-faktor apa saja yang mempegaruhi variasi pemuatan tersebut?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini yaitu:
1. Memahami bagaimana sebuah operasi penambangan direncanakan, diawasi
dan dikendalikan.
2. Memahami variasi sifat partikel untuk ditangani.
Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui apakah parameter operasi alat
muat, faktor pengisian telah berbeda atau masih sama dengan yang ditetapkan
oleh perusahaan.
1.4 Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di PT. AGINCOURT RESOURCES KEC.
BATANGTORU KAB.TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA
2. Pada waktu proses pemuatan tidak terjadi variasi kerapatan material
1.5 Output
Sebuah laporan yang digunakan untuk memenuhi SKS yang sudah di
tetapkan kampus.
Suatu laporan yang bermanfaat bagi perusahaan karena merupakan suatu
informasi yang nyata bagi perusahaan.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Satuan Operasi Penambangan
Selama tahap persiapan eksploitasi dari semua tambang selalu mempunyai satuan
operasi. Satuan operasi penambangan adalah langkah dasar yang digunakan untuk
memproduksi mineral dari cebakan/endapan, bersamaan dengan langkah
tambahan yang terlibat. Langkah-langkah ini mengkontribusi secara langsung ke
ekstraksi mineral yang disebut dengan operasi produksi, termasuk siklus produksi
dari satuan operasi penambangan. Sedangkan langkah-langkah tambahan yang
mendukung siklus disebut operasi tambahan (Hartman, 1992).
Siklus produksi menggunakan satuan operasi yang secara umum mempunyai dua
fungsi yaitu pemecahan batuan dan penanganan material. Pemecahan batuan
meliputi berbagai mekanika dalam operasi pemboaran dan peledakan. Penanganan
material meliputi pemuatan dan pengangkutan. Jadi siklus produksi dalam
penambangan memiliki satu satuan operasi yang terintegrasi dapat dituliskan
sebagai berikut:
Siklus produksi = pemboran + peledakan + pemuatan + pengangkutan
2.2 Pemuatan dan Pengangkutan
Semua satuan operasi yang terlihat dalam penggalian atau pemindahan
tanah/batuan selama penambangan disebut penanganan material (material
handling). Pada siklus operasi, dua operasi utama adalah pemuatan dan
transportasi, dan jika transportasi vertikal diperlukan, kerekan (hoisting) akan
menjadi operasi opsi ketiga.
Penanganan material pada tambang mekanisasi modern berpusat pada peralatan.
Skala peralatan pada tambang terbuka semakin bertambah besar. Batas atas
ukuran truk meningkat menjadi 300 ton, 170 m3 untuk
dragline, 140 m
3 untuk
shovel dan 8400 m3 untuk bucket wheel excavator. (Nurhakim,2003)
Klasifikasi untuk peralatan tambang untuk penggalian-pernuatan dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Klasifikasi peralatan penggalian dan pemuatan tambang terbuka
(Hartman,1987)
Operasi Penambangan Kategori/Metode Mesin (Aplikasi)
Terbuka
Siklus (Cyclic)
Kontiniu (Continuous)
Shovel
Dragline
Dozer
Scraper
Peledakan (blasting)
Ekskavator mekanis
(Mech excavator)
Highwall Mining
Dredging
Power Shovel, Front-end Loader,
Hydraulic Excavator, Back hoe
(penambangan bijih, pengupasan
OB)
Crawler, Walking (pengupasan
OB)
Rubber tired, crawler (blade)
Rubber tired, crawler
Explossives stripping (OB)
Bucket Wheel Excavator (OB),
cutting head (tanah, batubara)
Auger, Hidghwall Miner
(batubara)
2.2.1 Alat Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral
dan/atau batubara dari daerah tambang dan atau tempat pengolahan dan
pemurnian sampai tempat penyerahan.
Fungsi dari alat pengangkutan adalah untuk mengangkut material seperti tanah,
pasir, batuan untuk proyek konstruksi dan pada kegiatan penambangan. Pemilihan
jenis alat pengangkutan tergantung pada kondisi lapangan, volume material,
waktu dan biaya.
2.2.2. Kapasitas Alat Pengangkutan
Kapasitas bak penampung (pengangkut) dari truck dan tractor-wagon terdiri dari
struck capacity (kapasitas peres) dan heaped capacity (kapasitas munjung). Struck
capacity adalah kapasitas alat yang muatannya mencapai ketinggian dari bak
penampung. Jenis material yang lepas dengan daya lekat rendah seperti pasir dan
kerikil umumnya tidak bisa menggunung jadi pengangkutannya dalam kapasitas
peres. Sedangkan heaped capacity adalah kondisi muatan mencapai ketinggian
lebih dari ketinggian bak. Karena tanah liat mempunyai daya lekat antar butir
yang cukup besar maka kapasitas pengakutan tanah liat dapat mencapai kapasitas
munjung.
Besarnya kapasitas truck tergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk memuat
material kedalam truck terhadap waktu angkut truck. Pada umunya besarnya
kapasitas truck yang dipilih adalah empat sampai lima kali kapasitas alat gali yang
memasukkan material kedalam truck. Akan tetapi penggunaan truck yang terlalu
besar sangat tidak ekonomis kecuali jika volume tanah yang akan diangkut sangat
besar. Kapasitas dan ukuran truck sangat bervariasi. Oleh karena itu, pemilihan
ukuran truck sangat penting karena truck besar atau kecil akan memberikan
beberapa keuntungan dan kerugian (Rostiyanti, 2002).
2.3 Sifat dan Jenis Material tanah atau Batuan
Di alam material yang ditemukan umumnya tidak homogen, tetapi merupakan
material campuran. Material yang terdapat ditempat asalnya disebut material asli
atau bank material. Bila sebagian material dipindahkan maka volume material
yang dipindahkan tersebut akan menjadi lebih besar daripada volume material
ditempat asalnya. Material yang dipindahkan tersebut dikenal sebagai material
lepas atau loose material. Jika material lepas tersebut dipadatkan maka volume
material akan kembali menyusut, material ini disebut material padat atau
compacted material.
Hampir seluruh material yang telah dipadatkan mempunyai volume yang lebih
kecil daripada volume aslinya. Hal ini disebabkan karena pemadatan dapat
menghilangkan atau memperkecil ruang atau pori diantara butiran material. Akan
tetapi batuan pecah mempunyai volume tanah asli (bank volume – Vb) hamper
sama dengan volume tanah yang dipadatkan (compacted volume). Pasir dan
lempung padat tertentu bahkan mempunyai compacted volume lebih besar
daripada bank volume.
Dalam pengamatan dan perhitungan, volume material asal (undisturbed) biasanya
diberi satuan bank cubic meters (BCM). sedangkan volume material yang
dipindahkan atau mengalami perubahan bentuk, seperti batuan yang diledakkan,
(loose volume – Vl) diberi satuan loose cubic meters (LCM). Adapun material
yang dipadatkan diberi satuan compacted cubic meters (CCM) (Nurhakim,2004).
2.4 Kriteria Pemilihan Alat
Untuk memilih hidrolik excavator dan truck, kriteria pemilihan peralatan harus
ditentukan. Kriteria ini dikumpulkan dalam 6 kategori yang berbeda, yaitu:
(kirmanli et al,2009)
Gambar 2.1 Kriteria pemilihan alat (kirmanli et al,2009)
1. Kemampuan Menggali
Kemampuan penggalian dapat didefenisikan sebagai kemudahan shovel menggali
suatu satuan batuan. Ada beberapa sistem klasifikasi untuk menilai kemampuan
penggalian, biasanya menggunakan sejumlah parameter yang sama. parameter
utama dari sistem klasifikasi penggalian adalah : kuat tekan uniaksial, kecepatan
seismik, derajat pelapukan karakteristik dari rekahan dan ketebalan formasi.
Sistem klasifikasi diggability dikembangkan oleh beberapa peneliti secara singkat
dijelaskan dibawah ini.
Franklin et al (1971), mengembangkan sistem klasifikasi berdasarkan pada
metode grafik , dengan menggunakan kekuatan batuan , diskontinuitas jarak dan
kekuatan beban titik . Grafik dibagi menjadi empat wilayah dan daerah
didefinisikan sebagai menggali , merobek , peledakan untuk loosening dan
peledakan untuk breaking
2. Kriteria produksi
Produksi tahunan, jumlah cadangan, hari kerja per tahun dan jam kerja per hari,
stripping ratio dan jumlah tahunan overburden diberikan sebagai contoh kriteria
produksi. Jumlah overburden tahunan dihitung dari produksi tahunan dan
stripping ratio dari produksi biji yang dipelukan dan pembuangan limbah, umur
tambang dihitung dan hubungannya dengan umur operasi peralatan juga
ditentukan.
3. Parameter-parameter tambang
Tinggi bench, lebar bench, kondisi cuaca, air bawah tanah, jarak angkut (limbah
dan mineral) kondisi tanah, faktor efisiensi kerja adalah beberapa contoh
parameter tambang.
4. Faktor geologi dan geoteknik
Jenis formasi, densitas mineral, densitas limbah, ketebalan, kuat tekan uniaksial,
faktor pengembangan, modulus elastisitas kondisi peledakan dan rata-rata
distribusi ukuran setelah peledakan adalah contoh faktor geologi dan geoteknik.
5. Kriteria peralatan
Kapasitas mangkuk, berat kendaraan, keuntungan, tinggi penggalian, tekanan
tanah kekuatan, kecepatan, faktor pengisian mangkuk, waktu siklus mangkuk,
omur operasi, truck struck, atau kapasitas tumpukan dll. Dapat diberikan sebagai
contoh kriteria peralatan.
6. Biaya unit produksi
Analisis estimasi biaya excavator dipilih dan truck yang mereka pakai, memiliki
kapasitas dan angka yang berbeda, dilakukan untuk mencari biaya produksi
minimum untuk kombinasi truck dan hidralik excavator optimal. Biaya per unit
bahan bakar, minyak dan ban tenaga kerja harus di sediakan oleh pengguna untuk
analisis biaya.
2.5 Perhitungan Untuk pemilihan Excavator
Secara praktis, pertimbangan untuk memilih ukuran yang baik dari sebuah shovel
atau mangkuk excavator merupakan peranan yang penting dan di dukung oleh 3
faktor, yaitu: (Tatiya,2005)
Faktor waktu
Faktor operasional
Faktor pengisian mangkuk
2.5.1 Faktor waktu
Merupakan persentase availability peralatan dalam satuan waktu, yang mana
dapat dikatakan shift atau jam. Jika peralatan tersedia 55 menit/jam dan 7 jam
dalam satu shift dari 8 jam, maka itu dianggap sebagai situasi yang
menguntungkan. Dibawah kondisi ketersediaan rata-rata 50 menit/jam adalah
umum tetapi dikatakan buruk apabila 40 menit/jam atau dibawahnya, kondisi ini
dianggap kurang baik, nilai faktor ini merupakan refleksi keseluruhan efisiensi
menajemen.
Faktor waktu (Tf) = menit efektif yang tersedia setiap jam/60
2.5.2 Faktor operasional
Ini adalah refleksi dari kondisi kerja yang meliputi tata letak, peralatan sesuai
yang dimaksudkan untuk loading (mucking), transportasi, penghancuran dll. Ini
juga memperhitungkan jasa dalam hal pencahayaan, ventilasi (kenyamanan),
panas, kelembaban atau faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja peralatan
termasuk efisiensi operator yang beroperasi itu. Untuk menerapkan koreksi,
pedoman yang biasa disebutkan dibawah ini (Tatiya,2005).
Kondisi Koreksi
Baik 80%
Sedang 70%
Buruk 60% dan dibawah 60%
2.5.3 Faktor pengisian Alat Muat (Bucket fill factor)
Faktor pengisian adalah perbandingan antara kapasitas nyata muat dengan
kapasitas baku alat muat yang dinyatakan dalam persen. Semakin besar faktor
pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut. Faktor
pengisian mangkuk disebut juga bucket fill factor. Untuk menghitung faktor
pengisian digunakan persamaan sebagai berikut : (PFleider, 1972)
Fp = (Vb/Vd) x 100%
Keterangan :
Fp : Faktor pengisian
Vb : Kapasitas nyata alat muat, m3
Vd : Kapasitas teoritis alat muat, m3
Sedangkan menurut spesifikasi alat muat, bucket fill factor adalah sebagai berikut.
2.6 Faktor Efisiensi Kerja
Menurut Komatsu (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja
pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan diantaranya adalah:
1. Keterampilan Operator
Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, keterampilan operator harus sesuai
dengan kinerja mesin. Sangat penting bahwa operator memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk memperoleh produktivitas yang tinggi dari mesin.
Oleh karena itu, operator harus diberikan pendidikan dan pelatihan tentang
pengoperasian mesin, operasi pekerjaan konstruksi dan keselamatan. Operator
harus membaca dan memahami petunjuk operator. Operator juga harus membaca
dan memahami petunjuk keselamatan asosiasi produsen yang berlaku di masing-
masing wilayah (AEM di Amerika Serikat, CECE di Eropa, dll). Majikan harus
menilai keterampilan masing-masing operator dan menetapkan operator untuk
pekerjaan yang tepat. Operator harus diberikan instruksi kerja yang jelas.
2. Spesifikasi dan Pemilihan jenis mesin
Kontraktor harus memilih jenis, ukuran dan spesifikasi mesin yang dapat
memperoleh efisiensi kerja yang optimal. Kontraktor dapat menggunakan hasil
masa lalu dan pengalaman untuk memilih mesin yang paling tepat. Jika kontraktor
tidak pasti tentang pilihan mesin yang tepat, disarankan agar kontraktor
berkonsultasi dengan distributor Komatsu atau aplikasi insinyur Komatsu. mereka
memiliki informasi berlimpah dan pengalaman dan dapat memberikan bantuan
yang berharga dalam pemilihan mesin.
3. Pemilihan metode konstruksi
Untuk mencapai tujuan pekerjaan, kontraktor harus memilih metode konstruksi
atau proses yang tepat. Kontraktor dapat memilih metode yang optimal konstruksi
dan proses yang optimal dengan hasil aktual masa lalu atau pengalaman. Jika
kontraktor tidak pasti tentang seleksi, disarankan agar kontraktor berkonsultasi
dengan aplikasi insinyur Komatsu. Komatsu memiliki program yang disebut OFR
(Optimum Fleet Rekomendasi), whitch memberikan rekomendasi yang cocok
untuk metode optimal konstruksi dan proses.
4. Pilihan dan penggunaan lampiran dan bagian opsional
Perawatan harus diambil dalam pemilihan lampiran atau bagian opsional karena
mereka mempengaruhi efisiensi kerja dan keamanan. Lampiran Khas dan bagian
opsional ditunjukkan dalam buku ini. Komatsu memiliki tambahan lampiran dan
bagian opsional. Anda dapat berkonsultasi dengan distributor, salesman, atau
aplikasi Komatsu insinyur untuk rincian tambahan.
5. Penggunaan mesin aplikasi khusus
Komatsu akan mengevaluasi individu kerja aplikasi khusus yang tidak
ditampilkan dalam buku pedoman ini dan dapat membuat mesin aplikasi khusus
untuk memenuhi persyaratan kerja. Anda dapat berkonsultasi dengan
distributor, salesman, atau insinyur aplikasi Komatsu.
2.7 Waktu Siklus
Menurut Rostiyanti (2002), Siklus kerja dalam pemindahan material merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama di dalam kegiatan
tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan, dan
kembali ke kegiatan awal. Semua kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh satu alat
atau oleh beberapa alat.
Waktu yang diperlukan di dalam siklus kegiatan di atas disebut waktu siklus atau
cycle time (CT). Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah waktu
muat atau loading time (LT). Waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
suatu alat untuk memuat material ke dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas
alat angkut tersebut. Nilai LT dapat ditentukan walaupun tergantung dari jenis
tanah, ukuran unit pengangkut (blade, bowl, bucket, dst.), metode dalam pemuatan
dan efisiensi alat.
Unsur kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT). Waktu angkut
merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari tempat
pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu angkut tergantung dari jarak angkut,
kondisi jalan, tenaga alat, dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke tempat
pemuatan maka waktu yang diperlukan untuk kembali disebut waktu kembali atau
return time (RT). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena
kendaraan dalam keadaan kosong.
Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur penting dari
waktu siklus. Waktu ini tergantung dari jenis tanah, jenis alat, dan metode yang
dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian yang terkecil dari waktu siklus.
Unsur terakhir adalah waktu tunggu atau spotting time (ST). Pada saat alat
kembali ke tempat pemuatan ada kalany a alat tersebut perlu antri dan menunggu
sampai alat diisi kembali. Saat mengantri dan menunggu ini yang disebut waktu
tunggu. Dengan demikian: (Rostiyanti,2002)
CT = LT + HT + DT + RT + ST
2.8 Produktivitas dan Durasi Pekerjaan
Menurut Rostiyanti (2002), dalam menentukan durasi suatu pekerjaan, hal yang
perlu diketahui adalah volume pekerjaan dan produktifitas alat tersebut
produktifitas alat sendiri bergantung pada kapasitas dan waktu edar alat. Rumus
dasar untuk mencari produktivitas alat adalah:
Produktivitas =
Umumnya waktu siklus alat ditetapkan dalam menit sedangkan produktivitas alat
dihitung dalam produksi/jam. Jika faktor efisiensi alat dimasukkan maka rumus
diatas menjadi:
Produktivitas
Pada umumnya dalam suatu pekerjaan terdapat lebih dari satu jenis alat yang
dipakai. Sebagai contoh pekerjaan penggalian dan pemindahan tanah. Umumnya
alat yang dipakai adalah excavator untuk menggali, loader untuk memindahkan
hasil galian ke dalam bak truck, dan truck digunakan untuk pemindah tanah.
Karena ketiga jenis contoh alat tersebut mempunyai produktivitas yang berbeda-
beda, maka perlu diperhitungkan jumlah masing-masing alat. Jumlah alat perlu
diperhitungkan untuk mempersingkat durasi pekerjaan. Salah satu cara
menghitung jumlah alat adalah sebagai berikut.
1. Tentukan alat mana yang mempunyai produktivitas terbesar.
2. Asumsikan alat dengan produktivitas terbesar berjumlah satu.
3. Hitung jumlah alat jenis lainnya dengan selalu berpatokan pada alat dengan
produktivitas terbesar.
4. Untuk menghitung jumlah alat-alat lainnya maka gunakan rumus:
Jumlah alat1 =
Setelah jumlah masing-masing alat diketahui maka selanjutnya perlu dihitung
durasi pekerjaan alat-alat tersebut. Salah satu caranya dengan menentukan berapa
produktivitas total alat setelah dikalikan jumlahnya. Kemudian dengan
menggunakan produktivitas total terkecil maka lama pekerjaan dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
Durasi =
2.9 Match Factor
Faktor keserasian kerja merupakan suatu persamaan sistematis yang digunakan
utnuk menghitung tingkat keselarasan kerja antara alat muat dan alat angkut untuk
setiap kondisi kegiatan pemuatan dan pengangkutan.
Operasi kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut akan memperlancar
kegiatan pemuatan dan pengangkutan sehingga produksi yang dihasilkan akan
lebih optimum. Hal ini dapat dicapai dengan penilaian terhadap cara kerja, jenis
alat, ukuran dan kemampuannya dengan mempertimbangkan factor-faktor
tersebut baik untuk alat muat maupun alat angkut. Penyesuaian berdasarkan
spesifikasi teknis alat, terutama pada saat merencanakan pemilihan alat.
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut,
maka produksi alat muat harus sesuai dengan produksi alat angkut. Faktor
keserasian alat muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat muat dan
produksi alat angkut yang dinyatakan dalam match factor (MF). Hal ini dapat
dicapai dengan penilaian terhadap cara kerja, jenis alat, kapasitas dan kemampuan
suatu alat baik untuk alat muat maupun alat angkut. Untuk menilai keserasian alat
muat dan alat angkut dapat digunakan rumus Match Factor adalah sebagai berikut
: (Indonesianto,2007)
Keterangan :
MF : match factor
Nm : jumlah alat muat
Na : jumlah alat angkut
Ctm : waktu edar alat muat untuk 1 load (menit)
Cta : waktu edar alat angkut (menit)
Dari persamaan di atas akan muncul tiga kemungkinan, yaitu :
1. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 %, sedang alat angkut
bekerja 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat yaitu :
1>
Nm x Cta > Na x Ctm
Dari persamaan tersebut setelah disamakan karena terdapat kekurangan waktu
maka ditambah dengan WTm, sehingga didapat persamaan sebagai berikut :
Wtm + Ctm =
Jadi waktu tunggu alat muat :
Wtm =
2. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut sebagai berikut :
> 1 Na x Ctm > Nm x Cta
Cta <
Dari persamaan tersebut setelah disamakan karena terdapat kekurangan waktu
maka ditambah dengan WTa, sehingga didapat persamaan sebagai berikut :
Wta + Cta =
Jadi waktu tunggu alat angkut :
Wta =
3. MF = 1, artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100 %, dengan demikian
tidak terdapat waktu tunggu bagi alat muat maupun alat angkut.
Gambar 2.2 Match factor (Indonesianto,2007)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Berdasarkan ruang lingkupnya, penelitian ini dikategorikan ke dalam kelompok
ilmu keteknikan. Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini dikategorikan sebagai
penelitian langsung, sedangkan berdasarkan proses penarikan kesimpulannya,
metode penelitian yang digunakan adalah metode statistika inferensia.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini adalah PT. AGINCOURT RESOURCES
KEC.BATANGTORU KAB.TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA
3.2.1 Deskripsi Perusahaan
PT. Agincourt Resources merupakan perusahaan asal Hongkong yang bergerak di
bidang pertambang emas. Telah mengakuisisi kelas dunia, Martabe emas-perak
proyek di Sumatra Utara, Indonesia masih dalam tahap pembangunan, Martabe
diperkirakan perdagangan commissioning pada akhir 2010 dengan menuangkan
emas pertama pada awal 2011. Perusahaan ini mampu memproduksi pada tingkat
250.000 oz emas dan 3M oz perak per tahun. Martabe dengan basis sumber daya
(cadangan) dari 6.5M oz emas dan 3M oz perak per tahun. Martabe dengan basis
sumber daya dari 6.5M oz emas dan perak 66M oz akan membentuk aset inti
utama, yang akan diharapkan mampu bersaing di kawasan Asia-Pasifik. G-
Resources tengah berusaha untuk mengembangkan produksinya menjadi lebih
dari satu juta ons emas per tahun melalui eksplorasi dari proyek Martabe. Sangat
prospektif dan melalui akuisisi aset emas berkualitas lainnya.
3.2.2 Deskripsi Lapangan
Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT.AR (MARTABE) berlokasi di desa Aek
Pinang, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera
Utara. Secara astronomis berada pada daerah yang terletak pada 1°25´17´´LU -
1°32´17´´LS dan 99°03´40´´BT - 99°15´00´´ BT. Untuk bisa sampai di lokasi
Agincourt Resources (MARTABE) dapat ditempuh melalui jalur darat. Dari kota
Medan menuju daerah Batang Toru dapat di tempuh dengan menggunakan bus
melalui lintas Sumatera dengan waktu tempuh ±10 jam.
3.2.3 Keadaan Topografi
Secara umum di daerah penambangan mempunyai topografi berupa daerah
pegunungan yang menjajaki pegunungan bukit barisan dengan ketinggian ± 500
meter dpal, sedangkan puncaknya di bagian utara dengan elevasi tertinggi 750
meter dpal.
3.2.4 Iklim dan Curah Hujan
Kecamatan Batang Toru memiliki iklim dan curah hujan yang tidak berbeda
dengan daerah iklim tropis lainnya. Hanya memiliki dua musim yaitu, hujan dan
kemarau.
3.3. Rencana Waktu Kerja Praktek
Rencana kerja praktek akan dilakukan selama, ± 1 (satu) bulan yaitu pada bulan
Maret 2016, seperti pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Perincian kegiatan kerja praktek
Kegiatan Minggu ke-
I II III IV
Persiapan/Orientasi
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Laporan
3.4 Prosedur Pengambilan Data
1) Study Pustaka yaitu tahap awal dalam pelaksanaan penelitian yaitu dengan
melakukan studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mencari bahan-
bahan pustaka yang dapat dijadikan sebagai penunjang dalam pelaksanaan
penelitian. Literatur tersebut diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian
sebelumnya, serta data-data dari perusahaan terkait.
2) Perencanaan Kegiatan yaitu tahapan penyusunan rancangan kerja yang akan
dilaksanakan pada saat akan berlangsungnya penelitian.
3) Pengumpulan Data yaitu tahapan membuat semua data perolehan dalam bentuk
tabel untuk dilampirkan dan dilaporkan. Berikut adalah data yang diambil pada
saat dilakukan penelitian.
Waktu Muat
No
Mula
i
W
aktu
Gal
i
Wak
tu a
yun b
eris
i
wak
tu t
um
pah
wak
tu a
yun k
oso
ng
Del
ay T
ime
Cycl
e T
ime
Cat
atan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total
Rata-rata
Waktu angkut
4) Pengolahan Data yaitu data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan
sesuai dengan kegunaannya untuk lebih memudahkan dalam menganalisa
yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, dan perhitungan penyelesaian.
Perhitungan rata-rata Ct, Ht, Lt dan Wm
Perhitungan fill factor
Perhitungan Match factor
5) Kesimpulan dan Saran
No
Mu
lai
Wak
tu M
uat
wak
tu a
ng
ku
t
Wak
tu m
an
uv
er t
um
pah
wak
tu t
um
pah
wak
tu k
em
bali
wak
tu m
an
uv
er m
uat
Dela
y T
ime
Cy
cle
Tim
e
cata
tan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total
Rata-rata
3.5 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini mempunyai kerangka utama yang dinamakan diagram alir, berikut
adalah diagram alir dari penelitian yang akan dilaksanakan.
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2012. G-Resources Presentation. Batang Toru: Self Published
(http://pustakatambang.blogspot.com/search/label/Perusahaan%20Tambang)
2. Burt and L. Caccetta. 2007, Match factor for heterogeneous truck and loader
fleets. International journal of mining, reclamation and environment
(https://www.google.com/search?q=C.+Burt+and+L.+Caccetta.+Match+facto
r+for+heterogeneous+truck+and+loader+ets.+International+Journal+of+mini
ng,+reclamation+and+environment&client=firefox-a&hs=GgH&rls=org .
mozilla:en-US:official&channel=fflb&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=
4SGgVNbdLtCauQSqlYDACQ&ved=0CAcQAUoAg&biw=1366&bih=674)
3. Caterpillar Performance Handbook. 38th
ed. Caterpillar Inc., Peoria, Illinois,
USA. (http://repository.upnyk.ac.id/770/1/Skripsi.pdf)
4. Eugene. P, Pfleider, 1972, “Surface Mining 1st Edition”, The American
Institute of Mining, Metallurgical and Petroleum Engineers, New York.
(http://repository.upnyk.ac.id/770/1/Skripsi.pdf)
5. FRANKLIN, et. all. Logging the mechanical character of rock. Trans. Instn.
Min. Metall. Sect. A:Min. Industry, January, 1971. pp. A1–A9.
6. Hartman, H,L.,1987, Introductory Mining Engineering , John Wiley and Sons,
New York (https://www.academia.edu/6314697/205740679-Tambang-Terbuka-PDF)
7. KIRMANLI, C. and ERCELEBI, S.G. The Journal of the Southern African
Institude of Mining and Metallurgy, vol. 109, no. 2, 2009. pp. 727–731. (in
Turkey).
8. Komatsu. 2009. Spesification and Aplication Handbook, 30 th
Edition, Japan.
9. Nurhakim, 2003, Buku Panduan Kuliah Lapangan II, Teknik Pertambangan
FT Unlam, Banjarbaru
10. Nurhakim, 2004, Buku Panduan Kuliah Lapangan II, edisi kedua, Teknik
Pertambangan FT Unlam, Banjarbaru
11. Rostiyanti, F.Susy, 2002, Alat berat untuk proyek konstruksi, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
12. Sedarta, Pengaruh ukuran butir terhadap Angle of Repose, Jurnal ilmiah,
Geolit 3(1), 2013, hal.: 1-9, Fakultas Teknologi Mineral-ITM, Medan,
Indonesia
13. Tatiya, Ratan.Raj, 2005, Surface and Underground Excavation-Methods,
Techniques and Equipment, Taylor & Francis Group plc, London, Uk
14. Yanto Indonesianto. Ir. Msc, 2007, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan
Teknik Pertambangan, UPN “VETERAN” Yogyakarta.
(http://repository.upnyk.ac.id/770/1/Skripsi.pdf)