epidemiologi sindrom steven johnsons dan toxic epidermal nerolysis

Upload: joeyeap

Post on 02-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    1/15

    Epidemiologi SindromSteven Johnsons dan

    Toxic Epidermal

    Nerolysis di Asia

    Tenggara

    Husnul Wahyuni 0910312062

    Wahyuni Armezya 1010313123

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    2/15

    Latar belakang

    Sindrom stevens Johnson (SSJ) dan (TEN) adalah reaksi yangmengancam jiwa yang parah ditandai dengan pemisahan epidermisdan peradangan mukosa.

    SCAR internasional case control (Severe Cutaneous Adverse Reactions) dan

    studi EuroSCA telah menunjukkan bahwa di Eropa, sebagian besar reaksi dapatdikaitkan dengan kelompok obat yang berisiko tinggi seperti allopurinol,carbamazepin, phenytoin, lamotrigin, oxicam, Obat anti-inflamasi nonsteroid,antibiotik sulfonamide, dan nevirapine.

    Ada hubungan genetik yang kuat antara antigen leukosit manusia dan obatyang memicu SJS / TEN. Asosiasi genetik ini tidak hanya obat dan fenotipik yangspesifik, tetapi juga etnis spesifik. Tujuan dari kajian ini adalah untuk meringkasada data epidemiologis pada SJS / TEN di Asia Tenggara.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    3/15

    Epidemiologi SSJ dan TEN

    Insiden SJS / TEN di Asia Tenggara sebagian besar tidakjelas jumlahnya. Tidak ada penelitian prospektifepidemiologi yang dipublikasikan. Studi secararetrospektif pada rumah sakit telah memperkirakan

    kejadian TEN di Singapura untuk setidaknya 1,4 kasus /juta. Ketika dianggap secara keseluruhan, prevalensireaksi obat yang merugikan kulit (CADR) pada pasienrawat inap bervariasi dari 1,3 menjadi 4,2 CADRs CADRs /1000 pasien rumah sakit di Singapura dengan efek

    samping kulit yang parah (SCAR) merupakan 5-14% darireaksi. Di Malaysia, kejadian CADR adalah 0,86% di antarapasien baru masuk pada sebuah rumah sakit tersier danSJS / TEN terhitung untuk 30% dari reaksi.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    4/15

    Obat penyebab

    Click to add text

    carbamazepine(CBZ; 17%)

    allopurinol(15%)

    Antibiotik b-laktam (13%)

    Antibiotiksulfonamide

    (12%)

    phenytoin(PHT; 9%)

    NSAID (8%)

    lamotrigin (2%)fenobarbital

    (1%)

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    5/15

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    6/15

    Variasi obat penyebab di Asia Tenggara

    CBZ dan PHT memicu SCAR

    Proporsi CBZ dan PTH memicu SJS / TEN di Asia

    Tenggara signifikan lebih tinggi, perhitunganuntuk 26% dari semua kasus (Gambar 1), sebagaiperbandingan pada 12% populasi Eropa.Meskipun variasi praktek klinis, pola peresepan,

    dan insiden penyakit dapat berperan diyakinibahwa variasi farmakogenetik antara suku bangsayang berbeda merupakan faktor utama.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    7/15

    Obat komplementer

    Penggunaan obat tradisional / komplementerseperti obat tradisional Cina dan bentuk jamudari preparat herbal Indonesia / Melayu secaraluas digunakan dikawasan ini dan budaya

    tersebut dapat diterima dan dianggap amankarena berasal herbal. Namun, obat tersebuttidak diatur dalam perundangan dan konstituenobat ini tidak selalu diketahui. Obat

    komplementer telah dikaitkan dengan 4% darikasus di Singapura dan 5% dari kasus yangdilaporkan dari Malaysia

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    8/15

    Pemicu kerja

    Pajanan trichloroethylene kadang-kadang telahdilaporkan sebagai pemicu SJS / TEN di Asia Tenggaradan Asia, dengan kasus yang dilaporkan di Singapura,Thailand, Filipina, Jepang, Taiwan, dan China.

    Trichloroethylene adalah pelarut organik yangdigunakan luas sebagai pembersih pelarut di negara-negara berkembang. Biasanya, pasien datang denganletusan kulit dari 2 minggu sampai 2 bulan setelahpajanan. Dalam evaluasi dari beberapa kasus tersebut,

    tingkat lingkungan, konsentrasi trichloroethylene padasaluran kemih, serta konsentrasi paparan udara yangditemukan lebih tinggi dari batas ambang standar.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    9/15

    Kasus idiopatik

    Proporsi yang signifikan dari SJS / TEN tidakterkait obat-obatan. Dari 15%-25% dari kasus SJS/ TEN tidak memiliki riwayat obat sebelumnyaatau terjadi pada keadaan di mana kausalitas

    obat yang dianggap tidak biasa. Di Singapura,sekitar 10% dari SJS / TEN kasus tidak terkaitobat-obatan. Dalam sejumlah 106 pasien, adatiga kasus disebabkan infeksi dengan

    Mycoplasma, tiga kasus yang terkait denganlupus eritematosus sistemik, dan lima kasus tidakdipicu obat. Proporsi yang sama dari kasus yangtidak dipicu oleh obat juga dilaporkan di Filipina.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    10/15

    Epidemiologi farmakogenetik dari

    SJS/ TEN

    Risiko farmakogenetik dari SJS / TEN yang terbaik ditunjukkan dalam

    model HLA-B * 1502 dan. HLA-B * 5801 masing-masing untuk CBZ dan

    allopurinol.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    11/15

    Carbamazepin

    Penelitian awal yang dilakukan oleh Chung et al, yang menunjukkanhubungan yang kuat antara HLA-B* 1502 dan SJS/TEN di China dan diTaiwan, hasil ini berlipat ganda negara Asia lainnya termasuk AsiaTenggara seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Di penelitianmurni dan follow up pada China Han di Taiwan, memiliki odd ratio

    2504 [95% confidential interval (CI) 126 - 49,522] dan 1357 (95% CI193 - 8838). Di populasi Asia Tenggara memiliki odd ratio 16,2 (95% CI4,6-62,0) untuk ras melayu di Malaysia dan 54,76 untuk ras Thai diThailand (95% CI 14,6-205,1). Populasi perkumpulan Kaukasia lebihjarang. Lonjou et al mengevaluasi pasien dengan SJS/TEN yangdiinduksi CBZ, tidak hnya 4 pasien yang bertindak sebagai carrier HLA-

    B* 1502 alel dan semua keturunan Asia. Pada populasi Asia, frekuensialel dari HLA-B* 1502 jauh lebih tinggi dibandingkan populasiKaukasian. Variasi frekuensi alel bisa, secara terpisah menjelaskanvariasi insiden SJS/TEN yang diinduksi karbamazepin di Asia Tenggaradan Taiwan dibandingkan dengan populasi lainnya.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    12/15

    Allupurinol

    Hubungan antara HLA-B*5801 dan allupurinol SCARdilaporkan pertama kali oleh Hung et al, yangmendemonstrasikan keberadaan alel pada 100% pasienmemiliki allupurinol SCAR tapi hanya 15% pada kontrol.Penemuan yang sama terlihat pada populasi Thai dimana

    100% pasien dengan allupurinol SCAR membawa alel HLA-B*5801 dan SCAR (4 penelitian menggunakan case-matchedcontrols dan 5 penelitian populasi kontrol ) menunjukkan oddratio 96,6 (95% CI 24-381) dalam kontrol yang sesuai atau 79,3(95% CI 41,5-151,4) dalam populasi kontrol. Analisis subgrup

    tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara populasi Asiadan Non Asia. Walaupun ada variasi etnik dalam frekuensiHLA-B*5801, ini secara signifikan kurang dibandingkan HLA-B*5801.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    13/15

    Pencegahan SJS/TEN di Asia Tenggara

    Pencegahan primer dari SJS/TEN termasuk membatasipaparan terhadap obat risiko tinggi dengan indikasiperesepan obat yang tepat dan menggunakan alternatifyang lebih tepat.

    3 kelas obat teratas di Asia Tenggara diantaranya CBZ danPHT (26%), allupurinol (15%), antibiotik sulfonamid (12%)]

    cenderung keliru dalam pemberiannya di lapangan.

    Kebiasaanperesepan/indikasi

    Kegunaan skrining HLA dalam mencegah morbiditas sudahdivalidasi dalam kasus HLA-B*1502 dan CBZ SJS/TEN di

    Taiwan. Sejak itu, skrining awal sebelum memulai terapi CBZjuga lebih efektif dalam hal biaya di Thailand, Malaysia, danSingapura, dimana prevalensi HLA-B*1502 tinggi. Dengantempat inisiasi ini, diharapkan insiden SJS/TEN diinduksi CBZ diregional ini akan berkurang di masa yang akan datang.

    Skrining awaluntuk memulai

    terapi obatberisiko tinggi

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    14/15

    Kesimpulan

    Penelitian prospektif epidemiologi dibutuhkan dalamdokumentasi insiden dan obat penyebab SSJ/TENdalam populasi Asia. Daftar obat berisiko tinggididapatkan sama di Asia dan Eropa. Walaupun variasi

    insiden insiden SJS/TEN karena obat spesifik bisadipengaruhi oleh peresepan obat dan insiden penyakitdasar yang sedang diobati, hal ini seperti perbedaanetnik farmakogenetik yang memainkan peran penting.Kegunaan skrining awal untuk memulai pengobatan

    adalah tindakan yang berpeluang untuk menekanangka mortalitas dan morbiditas dari berbagai reaksi dikemudian hari.

  • 8/10/2019 Epidemiologi Sindrom Steven Johnsons Dan Toxic Epidermal Nerolysis

    15/15

    TERIMA KASIH