epidemio & biostat
DESCRIPTION
Epidemio & biostatTRANSCRIPT
LAPORAN TOPIK PEMBELAJARAN
SKENARIO D BLOK 25
Disusun Oleh :
Hatina Agsari
04121401012
Kelompok 4
Tutor:
dr. Anita Masidin, MS, SpOK
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
TOPIK PEMBELAJARAN
1. Penelitian Epidemiologi
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi = pada, Demos = penduduk, logos =
ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat. Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi
tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-
penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga
mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat
diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks
lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian
determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-
determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.
Banyak definisi tentang Epidemiologi, menurut beberapa ahli diantaranya :
a. W.H. Welch
Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit,
terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang
dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit
tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu
lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih
berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada
populasi manusia.
c. Last
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang
berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran
penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan
kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya
dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan
jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan.
Triad epidemiologi terdiri dari tiga komponen yaitu: host, agent, dan environment. Di
dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 komponen tersebut:
a. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas
maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju,
epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
b. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-
penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi
penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
c. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan
lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang
dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia
dan total lingkungannya.
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni :
1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang
yang terkena penyakit.
2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang
menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya atau
penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan
waktu.
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga
Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan.
Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu
mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran
masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan
masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman
masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program
kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence
dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus
baru, case fatality rate dan sebagainya.
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab
masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan dalam masyarakat. Untuk kepentingan diagnosis, yaitu untuk menyusun
diagnosis komunitas atau diagnosis kelompok.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil
keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan, sebagai sarana untuk menilai suatu tindakan pelayanan kesehatan
masyarakat tertentu
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya. Untuk kepentingan penelusuran
patogenesis penyakit, yaitu mempelajari aspek etiologi dan perkembangan masyarakat.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas :
1. Epidemiologi klasik : terutama mempelajari tentang penyakit menular wabah
serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik. Epidemiologi
klasik terutama mempelajari tentang penyakit menular wabah serta terjadinya
penyakit menurut konsep epidemiologi klasik. Wabah merupakan kejadian
berjangkitnya suatu penyakit dalam masyarakat dengan jumlah penderita
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu, serta dapat menimbulkan malapetaka. Wade Hampton Frost
(1972), mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang
fenomena missal penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah penyakit
menular. Di sini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian
epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai
masyarakat. Greenwood (1934), mengemukakan batasan epidemiologi yang
lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit
dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok penduduk. Pengertian ini
yang kemudian menjadi dasar berkembangnya epidemiologi klasik yang
disempurnakan ke dalam cakupan yang lebih luas lagi pada epidemiologi
modern.
2. Epidemiologi modern merupakan sekumpulan konsep yang digunakan dalam
studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk penyakit
menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular bukan wabah,
penyakit tidak menular serta masalah-masalah kesehatan lainnya. Menurut
bidang penerapannya, epidemiologi modern dibagi atas:
a. Epidemiologi lapangan
b. Epidemiologi komunitas
Ruang lingkup epidemiologi lapangan & komunitas :
FENOMENA
• Status kesehatan & fisiologi
• Penyakit & kematian
• Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
• Determinan dari masing-masing tersebut diatas
• Program intervensi dari masing-masing tersebut diatas
PENDUDUK
• Karakteristik kelompok, misal: usia, jenis kelamin, dan kebudayaan
• Karateristik perilaku
• Faktor-faktor resiko dalam kelompok penduduk
• Keadaan lingkungan
c. Epidemiologi klinik
Ruang lingkup epidemiologi klinik
PERISTIWA
• Populasi beresiko
• Faktor resiko (rokok <--> usia)
• Awitan penyakit
• Diagnosis: gejala dan tanda, foto Ro toraks, sitologi sputum, biopsi
• Terapi
• Hasil akhir (kematian, penyakit, kesembuhan)
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok
sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu suatu penelitian yang tujuan utamanya
melakukan eksplorasi diskriptif terhadap fenomena kesehatam masyarakat yang
berupa risiko ataupun efek. Epidemiologi deskriptif adalah cabang epidemiologi
yang mempelajari tentang kejadian dan distribusi penyakit. Distribusi penyakit
dikelompokkan menurut faktor orang (who), tempat (where), dan waktu (when).
Karakteristik orang dapat dibedakan lagi menjadi faktor usia, jenis kelamin,
golongan etnik, status perkawinan, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan agama.
Tujuan dari epidemiologi deskriptif ialah untuk menggambarkan distribusi
keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di
masyarakat yang paling banyak terserang. Faktor usia merupakan variable yang
harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi. Faktor usia berhubungan
dengan rasio morbiditas dan rasio mortalitas dari suatu populasi. Hubungan
faktor usia dengan mortalitas secara umum dapat dikatakan akan meningkat
seiring dengan meningkatnya usia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain faktor penyebab penyakit, pengalaman terpapar penyakit, pekerjaan,
kebiasaan hidup, dan adanya perubahan dalam kekebalan tubuh. Sedangkan
hubungan faktor usia dengan morbiditas terletak pada frekuensi penyakit, dan
berat-ringannya suatu penyakit. Selain berhubungan dengan mortalitas dan
morbiditas suatu penyakit, faktor usia juga berhubungan dengan tipe,
kegawatan, dan bentuk klinis dari suatu penyakit.
Faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi distribusi masalah kesehatan.
Beberapa penyakit dilihat dari frekuensinya dapat berbeda antara pria dan
wanita. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup,
genetika, dan kondisi fisiologis. Contoh penyakit yang hanya menyerang wanita
: karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista ovarii, dan
adneksitis. Contoh penyakit yang hanya menyerang pria : karsinoma penis,
orsitis, hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
Faktor golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang
memiliki kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama. Golongan
etnik dibedakan atas ras, dan etnik atau suku bangsa. Pengelompokan menurut
ras lebih didasarkan pada warna kulit dan bentuk tubuh. Dikenal 3 ras utama,
yakni caucasoid, negroid, dan mongoloid. Adanya penyakit tertentu yang secara
genetik berhubungan dengan ras yaitu sicle cell anemia. Sedangkan
pengelompokan dalam suku bangsa (etnik) didasarkan pada tempat tinggal, adat
istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial ekonomi, maupun susunan
makanannya. Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau kematian mungkin
disebabkan oleh hal-hal tersebut. Contohnya adalah perbedaan pengalaman
penyakit malaria ataupun filaria bagi penduduk Jawa dan Irian Jaya.
2. Epidemiologi analitik yaitu penelitian ini mencoba untuk menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi yaitu dengan
melakukan analisis hubungan antar fenomena, baik antara faktor risiko dengan
efek, antar faktor risiko, maupun antar efek, terdiri dari :
a. Non eksperimental (Observasi) adalah suatu penelitian dimana pengamatan
terhadap fenomena kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya tanpa
intervensi peneliti.
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort
diartikan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
Pada penelitian kohort dilakukan perbandingan antara kelompok terpapar
dengan kelompok tidak terpapar kemudian dilihat akibat yang ditimbulkannya.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau
“period time approach”. Karena faktor risiko diidentifikasi lebih dulu dan yang
ingin dilihat adalah efeknya, maka penelitian ini desebut penelitian prospektif,
yaitu melihat kedepan kejadian yang berhubungan dengan kesakitan. Penelitian
diawali dengan kelompok yang terpapar faktor resiko dan kelompok yang tak
terpapar faktor resiko selanjutnya diikuti dalam jangka waktu yang ditentukan
kemudian dievaluasi timbulnya penyakit atau tidak timbul penyakit pada kedua
kelompok. Penelitian ini disebut juga “incidence study“ karena dengan
penelitian ini diperoleh insiden suatu penyakit (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kohort, juga biasa disebut follow up atau studi insidens, bermula dari
sejumlah kelompok orang (kohort) yang bebas dari penyakit, yang
diklasifikasikan ke dalam subgrup berdasarkan tingkat pajanan kepada kejadian
potensial penyakit atau outcome. Kelompok-kelompok studi dengan
karakteristik tertentu yang sama (yaitu pada awalnya bebas dari penyakit) tetapi
memiliki tingkat keterpaparan yang berbeda, dan kemudian dibandingkan
insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu, disebut kohort. Ciri-
ciri lainnya dari studi kohort adalah dimungkinkannya penghitungan laju
insidensi dari masing-masing kelompok studi (Kuntoro, H. 2006.).
Ada beberapa kelebihan dalam studi kohort. Pertama, studi kohort dilakukan
sesuai dengan logika eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu
penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab (anteseden) diikuti
dengan akibat (konsekuen). Kedua, peneliti dapat menghitung laju insidensi.
Ketiga, studi kohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka (misalnya
faktor-faktor lingkungan). Keempat, studi kohort memungkinkan peneliti
mempelajari sejumlah efek serentak dari sebuah paparan. Kelima, pada studi
kohort prospektif, kemungkinan terjadi bias dalam menyeleksi subjek dan
menentukan status paparan adalah kecil, sebab penyakit yang diteliti belum
terjadi. Keenam, karena bersifat observasional, maka tidak ada subjek yang
sengaja dirugikan karena tidak mendapatkan terapi yang bermanfaat (Kuntoro,
H. 2006.).
Studi kohort juga memiliki berbagai kelemahan. Kelemahan utama, rancangan
studi kohort prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama
daripada studi kasus kontrol atau studi kohort retrospektif. Kedua, tidak efisien
dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran
besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi. Ketiga,
subjek dapat saja hilang atau pergi selama penelitian. Keempat, karena faktor
penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal penelitian, maka studi
kohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi
lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian terlanjur berlangsung (Kuntoro, H.
2006.).
2) Studi kasus control / case control study / studi retrospektif. Tujuannya
mencari faktor penyebab penyakit. Pada penelitian kasus kontrol dilakukan
perbandingan antara kelompok populasi yang menderita penyakit dengan yang
tidak menderita penyakit kemudian dicari faktor penyebabnya. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau “period time
approach”. Karena yang diketahui adalah efek dan yang ingin dilihat adalah
faktor risiko maka sifat penelitian ini disebut penelitian retrospektif yaitu
melihat kembali kebelakang kejadian yang berhubungan dengan kesakitan.
Penelitian diawali dengan penentuan kelompok “disease” dan kelompok “non
disease“. Selanjutnya di lacak kemungkinan adanya faktor resiko di masa
lampau yang ada kaitannya dengan timbulnya “disease“ yang dipelajari. Dalam
melacak adanya faktor resiko tentunya ada kelemahannya yaitu bias karena
individu diminta untuk mengingat tentang apa yang pernah dialaminya dalam
terpapar faktor resiko di masa lampau. Bias tersebut dikenal dengan “recall
bias“. Peluang bias lebih besar pada kelompok “non disease” dibandingkan
kelompok “disease” (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke
penyebab. Di dalam studi kasus kontrol, individual dengan kondisi khusus atau
berpenyakit (kasus) dipilih untuk dibandingkan dengan sejumlah indivual yang
tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol dibandingkan dalam hal
sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu yang
relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari
(Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang
paling popular belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kelebihan
studi kasus kontrol anatara lain, relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan
perbandingan subjek yang sedikit, tak menciptakan subjek yang berisiko, cocok
untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun penyakit yang memiliki periode
laten lama, dan sebagainya (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah
studi kasus kontrol memiliki metodologi kausal yang bertentangan dengan
logika eksperimen klasik. Logika “normal” penelitian hubungan kausal paparan
dan penyakit lazimnya diawali dengan identifikasi paparan (sebagai penyebab)
kemudian diikuti selama periode tertentu untuk melihat perkembangan penyakit
(sebagai akibat). Studi kasus kontrol melakukan hal yang sebalikanya : melihat
akibatnya dulu, baru menyelidiki apa penyebabnya. Kelemahan-kelemahan
yang lain adalah studi kasus kontrol tidak efisien untuk mempelajari paparan-
paparan yang langka, peneliti tak dapat menghitung laju insidensi penyakit baik
populasi yang terpapar maupun yang tak terpapar karena subjeknya dipilih
berdasarkan status penyakit, tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal
antara paparan dan penyakit (Kuntoro, H. 2006.).
3) Studi Cross Sectional Study / studi potong lintang / studi prevalensi atau
survey yaitu merupakan penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor-
faktor risiko dengan efek dengan pendekatan atau observasi sekaligus pada
suatu waktu tertentu. Disebut juga penelitian transversal karena model yang
digunakan adalah “Point time Approach”. Pendekatan suatu saat bukan
dimaksudkan semua subyek diamati pada saat yang sama melainkan tiap subyek
hanya diamati satu kali saja dan pengukuran dilakukan terhadap suatu karakter
atau variabel pada saat pemeriksaan.
Penelitian ini disebut juga “prevalence study” karena dari penelitian ini
diperoleh prevalensi suatu penyakit. Penelitian ini disebut juga “correlational
study“ karena bisa digunakan untuk mengukur kuatnya hubungan antara faktor
resiko dengan penyakit. Dikatakan “cross-sectional study“ karena faktor resiko
dan penyakit diamati pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini tidak bisa
digunakan untuk membuktikan hubungan sebab akibat (Kuntoro, H. 2006.).
Cross-sectional studi ini adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati
status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi
tunggal pada satu saat atau satu periode. Tujuan studi ini adalah untuk
memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-dterminannya pada
populasi sasaran (Kuntoro, H. 2006.).
Kelebihan studi belah lintang ialah mudah untuk dilakukan dan murah, sebab
tidak memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian sekadar mendeskripsikan
distribusi penyakit dihubungkan dengan faktor-faktor penelitian, maka studi
potong lintang adalah rancangan studi yang cocok, efisien, dan cukup kuat di
segi metodologik. Selain itu, studi belah-lintang tak memaksa subjek untuk
mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan “faktor
resiko” (Kuntoro, H. 2006.).
Kelemahan studi belah-lintang adalah tidak tepat digunakan untuk menganalisis
hubungan kausal paparan dan penyakit. Hal ini disebabkan karena validitas
penilaian hubungan kausal yang menuntut sekuensi waktu yang jelas antara
paparan dan penyakit (yaitu, paparan harus mendahului penyakit) sulit untuk
dipenuhi pada studi ini (Kuntoro, H. 2006.).
b. Eksperimental atau penelitian intervensi adalah penelitian eksperimental yang
dilakukan terhadap masyarakat. Peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi
pada masyarakat, kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik secara
individual maupun kelompok. Penelitian dapat melakukan manipulasi /
mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan
dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect
relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap
penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya.
1) Randomized Control Trial
Randomized control trial (atau randomized clinical trial) adalah sebuah
eksperimen epidemiologi yang mempelajari sebuah pencegahan atau cara
hidup yang dapat mengobati. Subjek dalam populasi adalah kelompok yan
acak, biasanya disebut perawatan dan kelompok kontrol, dan hasilnya
diperoleh dengan membandingkan hasil dari dua atau lebih kelompok. Hasil
yang diinginkan dapat saja berbeda tetapi, mungkin saja perkembangan
penyakit baru atau sembuh dari penyakit yang telah ada.
Kita dapat memulainya dari menentukan populasi dengan acak untuk
mendapatkan perawatan baru atau perawatan yang telah ada, dan kita
mengikuti subjek dalam setiap grup untuk mengetahui seberapa banyak
subjek yang mendapatkan perawatan baru berkembang dibandingkan subjek
dengan perawatan yang telah ada. Jika perawatan menghasilkan outcome
yang lebih baik, kita dapat berharap untuk mendapatkan outcome yang lebih
baik pada subjek dengan perawatan baru dibandingkan subjek dengan
perawatan yang telah ada.
Randomized trial dapat dipakai untuk berbagai macam tujuan. Cara ini
dipakai untuk mengevaluasi obat-obatan baru dan perawatan lain tentang
penyakit, termasuk test teknologi kesehatan dan perawatan medis yang baru.
Juga bisa digunakan untuk memperkirakan program yang baru untuk
skrining dan deteksi dini, atau cara baru mengatur dan mengantarkan jasa
kesehatan.
2) Field Trial / Eksperimen Lapangan
Ekperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakukan di lapangan
dengan individu-individu yang belum sakit sebgai subyek. Mirip dengan
studi kohort prospektif, rancangan ini diawali dengan memilih subyek-
subyek yang belum sakit. Subyek-subyek penelitian dibagi dalam kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, lalu diikuti perkembangannya apakah
subyek itu sakit atau tidak. Berbeda dengan studi kohort, peneliti
menentukan dengan sengaja alokasi faktor penelitian kepada kelompok-
kelompok studi.
Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara kedua kelompok
studi kemudian dibandingkan, untuk menilai pengaruh perlakuan. Jika laju
kejadian penyakit dalam populasi rendah, maka eksperimen lapangan
membutuhkan jumlah subjek yang sangat besar pula. Pada ekperimen
lapangan kerap kali peneliti harus mengunjungi subyek penelitian di
“lapangan”. Peneliti dapat juga mendirikan pusat penelitian di mana
dilakukan pengamatan dan pengumpulan informasi yang dibutuhkan dengan
biaya yang ekstra.
3) Community Trial / Intervensi Komunitas
Intervensi komunitas adalah studi di mana intervensi dialokasikan kepada
komunitas, bukan kepada individu-individu. Intervensi komunitas dipilih
karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada
individu.
Contoh intervensi ini adalah riset tentang efektivitas flurodasi air minum
untuk mencegah karies pada masyarakat. Riset Newburgh-Kingston (Ast et
al., 1950) memberikan natrium florida pada tempat-tempat penyediaan air
minum yang dikonsumsi oleh komunitas (Newburgh). Komunitas lainnya
(Kingston) menerima air minum seperti sebelumnya (tanpa suplementasi
fuor). Eksperimen ini memperlihatkan kemaknaan pengaruh floridasi, baik
secara statistik maupun klinik, dalam mengurangi kerusakan, kehilangan,
dan pergerakan gigi masyarakat,
Perbedaan Penelitian Deskriptif dan Penelitian Analitik
Penelitian Epidemiologi Diskriptif, hanya menjelaskan keadaan suatu masalah
kesehatan (who, where, when)
Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data hanya pada suatu
kelompok masyarakat saja
Tidak bermaksud membuktikan suatu hipotesa
Penelitian Epidemiologi Analitik
Juga menjelaskan mengapa suatu masalah kesehatan timbul di masyarakat
(why)
Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data dilakukan terhadap
dua kelompok masyarakat
Bermaksud membuktikan suatu hipotesa
2. Biostatistik
Biostatistik adalah data atau informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan.
Statistik kesehatan sangat bermanfaat untuk kepentingan administratif, seperti
merencanakan program pelayanan kesehatan, menentukan alternatif penyelesaian
masalah kesehatan, dan melakukan analisis tentang berbagai penyakit selama periode
waktu tertentu. Statistik kesehatan dikenal dengan istilah “biostatistik”. Biostatistik
terdiri dari dua kata dasar yaitu bio dan statistik. Bio berarti hidup, sedangkan statistik
adalah kumpulan angka-angka. Sehingga secara harfiah biostatistik adalah kumpulan
angka-angka tentang kehidupan.
Fungsi Statistik Dalam Bidang Kesehatan :
Memeberikan gambaran/keterangan tentang masalah kesehatan
Penentuan prioritas masalah yang perlu ditanggulangi
Bahan yang dapat digunakan untuk perencanaan bidang kesehatan
Dapat membandingkan tingkat kesehatan masyarakat
Menilai dan menganalisa hasil usaha kesehatan
Dapat menentukan kebutuhan dalam bidang kesehatan yang sudah atau belum
dipenuhi
Dapat mencari hubungan sebab dan akibat
Dokumentasi data kesehatan masyarakat
Statistik secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu statistik deskriptif dan statistik
inferensial.
1) Statistik Deskriptif
Kegiatan mulai dari pengumpulan data, pengolahan, sampai mendapatkan
informasi dengan jalan menyajikan dan analisis data yang telah terkumpul. Tujuan
dari statistik deskriptif adalah memberikan gambaran tentang keadaan yang
berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. Untuk data numerik informasi yang diberikan berupa perhitungan
nilai tengah (mean, median, modus), nilai variasi. Sedangkan untuk data kategori
informasinya adalah nilai proporsi/persentase.
2) Statistik Inferensial /statistik Induktif
Tujuan dari statistik inferensial adalah untuk menarik kesimpulan cirri-ciri populasi
berdasarkan data yang diperoleh melalui sampel. Statistik inferensial merupakan
kumpulan cara atau metode yang dapat mengeneralisasikan nilai-nilai dari sampel
dikumpulkan menjadi nilai populasi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teori
estimasi atau uji hipotesis.
Dalam statistik sumber segala informasi yang telah melalui berbagai proses
pengolahan, cleaning, dan sebagainya pasti berasal data data mentah. Sedangkan data
sendiri dapat diartikan sebagai fakta atau keterangan mengenai suatu benda, persoalan
dan keadaan.
Menurut Luknis Sabri dan Sutanto. P.H (2010). Data adalah bentuk jamak (plural) dari
kata dotum, data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari unit sampel kita
sebagai hasil mengamati/mengukurnya.
Sutanto (2007). Mengemukakan data adalah merupakan kumpulan angka/huruf hasil
dari penelitian terhadap staf/karakteristik yang akan kita teliti. Data merupakan materi
mentah yang membentuk semua laporan riset (Dempsey, 2002). Jadi dari pengertian di
atas dapat saya simpulakan bahwa Data adalah sekumpulan informasi yang biasanya
berbentuk angka yang dihasilkan dari pengukuran atau penghitungan. Jenis-jenis data
dapat dikelompokan berdasarkan:
1) Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya
a) Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / obyek penelitian oleh
peneliti perorangan maupun organisasi. Contoh : Mewawancarai langsung
penonton bioskop 21 untuk meneliti preferensi konsumen bioskop.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh
pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun
non komersial. Contohnya adalah pada peneliti yang menggunakan data
statistik hasil riset dari surat kabar atau majalah.
2) Macam-Macam Data Berdasarkan Sumber Data
a) Data Internal
Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu
organisasi secara internal. Misal : data keuangan, data pegawai, data produksi,
dsb.
b) Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi yang ada
di luar organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan suatu produk pada
konsumen, tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk, dan lain
sebagainya.
3) Klasifikasi Data Berdasarkan Jenis Datanya
a) Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kualitas, seperti penyataan terhadap
KB yang dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu : setuju, kurang setuju, tidak
setuju). Berbentuk kata-kata atau pengkategorian. Dalam mengolah data
mengunakan komputer, kategori tersebut harus dilakuka proses “coding”
terlebih dahulu. Misalkan : untuk setuju di beri kode 2, kurang setuju diberi
kode 1 dan tidak setuju diberi kode 0. Data Kualitatif disebut juga dengan data
kategori.
b) Data Kuantitatif. Data dalam bentuk bilangan (numerik), misalnya : jumlah
balita yang mendapatkan imunisasi, Berat Badan Bayi. Diperoleh dengan cara
menghitung maupun mengukur. Data Kuantitatif disebut juga dengan data
numerik.
4) Pembagian Jenis Data Berdasarkan Sifat Data
a) Data Literal (diskrit) adalah data yang berbentuk bilangan bulat, misalnya :
Jumlah anak dalam keluarga, jumlah penyakit TBC, jumlah kecelakaan jalan
raya. Diperoleh dengan cara menghitung.
b) Data Kontinyu adalah data yang berbentuk rangkaian data, nilainya berbentuk
desimal. Misalnya : Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan Darah. Diperoleh
dengan cara mengukur.
5) Jenis-jenis Data Menurut Waktu Pengumpulannya
a) Data Cross Section
Data cross-section adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu.
Contohnya laporan keuangan per 31 desember 2006, data pelanggan PT. angin
ribut bulan mei 2004, dan lain sebagainya.
b) Data Time Series / Berkala
Data berkala adalah data yang datanya menggambarkan sesuatu dari waktu ke
waktu atau periode secara historis. Contoh data time series adalah data
perkembangan nilai tukar dollar amerika terhadap euro eropa dari tahun 2004
sampai 2006, jumlah pengikut jamaah nurdin m. top dan doktor azahari dari
bulan ke bulan, dn lain-lain.