enzim 2
DESCRIPTION
LAPORAN BIOKIMIA - ENZIM IITRANSCRIPT
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/ 13 November 2012Biokimia Waktu : 15.00 – 16.40 WIB
PJP : Popi Asri Kurniatin, S.si, Apt, M.siAsisten : Resti Siti Muthmainah, S.si
Fitri Rosary, S.Si
ENZIM II
Kelompok 4:
Ganis Andriani J3L111144Rona Dwi Herlian J3L111067Regina Pramudita K. J3L111026
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIAPROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2012
Pendahuluan
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis
dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai
biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju
reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir
seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam,
meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty 1985). Enzim
digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim
diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di
samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya
pepsin, tripsin dan lain-lain. Berdasarkan Commision on Enzymes of the
International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar.
Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang
peranan. Enam golongan tersebut ialah oksidoreduktase, transferase, hidrolase,
liase, isomerase dan ligase (Poedjiadi 2006). Enzim meningkatkan laju sehingga
terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan
kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada
pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak
mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa
kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi
pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Salisbury 1995). Secara
singkat, sifat-sifat enzim yaitu berfungsi sebagi biokatalisator, merupakan suatu
protein, bersifat khusus atau spesifik, merupakan suatu koloid, jumlah yang
dibutuhkan tidak terlalu banyak, dan tidak tahan panas (Dwidjoseputro 1992).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah
suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat dan zat-zat penghambat. Reaksi
kimia itu dapat dipengaruhi suhu karena enzim adalah suatu protein maka
kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan
terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Enzim efektifitas
maksimum pada pH optimum berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel
karena menjadi denaturasi protein. Konsentrasi enzim dan substrat juga
berpengaruh, karena kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim. Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh
terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan
(Dwidjoseputro 1992).
Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan pH pada
aktifitas amilase air liur, serta mengetahui hidrolisis pati matang dan mentah oleh
amilase air liur.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, pipet mohr 10ml, bulp, gelas
piala 250ml, pipet tetes, spot test, pembakar bunsen, kaki tiga, kassa, penangas air,
dan penangas es.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu air liur, larutan kanji 1%, tepung pati,
pereaksi iod, pereaksi Benedict, HCl, asam asetat, Na-karbonat 0,1%, dan
akuades.
Prosedur Percobaan
Pengaruh suhu pada aktivitas amilase air liur. Empat tabung reaksi
disiapkan dan masing-masing diisi dengan 2 ml ar liur dan 2 ml akuades, larutan
tersebut dikocok dengan baik, lalu tabung pertama disimpan pada penangas es
bersuhu 10°C, tabung kedua pada suhu kamar, tabung ketiga pada suhu 37°C, dan
tabung keempat pada suhu 80°C selama 15 menit. Kemudian masing-masing
tabung ditambah dengan 2 ml larutan kanji 1%, dikocok dengan baik, dan
diletakkan pada kondisi suhu selama 10 menit. Isi tabung diuji dengan pereaksi
yodium dan pereaksi Benedict.
Pengaruh pH pada aktivitas amilase air liur. Empat tabung reaksi
disiapkan, lalu tabung pertama diisi dengan 2 ml HCl, tabung kedua dengan 2 ml
asam asetat, tabung ketiga dengan 2 ml akuades, dan tabung keempat dengan 2 ml
Na-karbonat 0,1%. Masing-masing nilai pH dari setiap tabung adalah 1, 5, 7, dan
9. Masing-masing tabung ditambahkan dengan 2 ml larutan kanji 1% dan 2 ml air
liur, dikocok dengan baik, dan diletakkan pada penangas air bersuhu 37°C selama
15 menit. Isi tabung diuji dengan pereaksi yodium dan Benedict.
Hidrolisis pati matang oleh amilase air liur. Air liur sebanyak 0,2ml
dimasukkan ke dalam larutan kanji 1% dan dikocok. Kemudian dimasukkan ke
penangas air bersuhu 37°C. Setiap selang waktu 0,5 menit dipindahkan satu tetes
ke papan uji ditetesi dengan pereaksi yodium. Diamati perbedaan warna yang
ditimbulkan pada setiap menit dan dicatat pada menit keberapa timbul warna biru,
coklat, dan kapan tidak ada perubahan warna lagi. Setelah diuji dengan yodium
telah menghasilkan positif, yaitu menjadi warna kuning (tidak ada perubahan
warna atau adanya titik akromatik) diuji dengan pereaksi Benedict.
Hidrolisis pati mentah oleh amilase air liur. Tabung diberi sedikit
tepung pati, lalu ditambah dengan 5 ml akuades dan dikocok. Ditambahkan 10
tetes air liur, lalu disimpan pada penangas air bersuhu 37°C selama 20 menit.
Kemudian disaring dan diuji filtratnya terhadap produksi hidrolisis pati oleh
amilase seperti pada percobaan hidrolisis pati matang oleh amilase air liur.
Diamati perbedaan warna yang ditimbulkan pada setiap menit dan dicatat pada
menit keberapa timbul warna biru, coklat, dan kapan tidak ada perubahan warna
lagi. Setelah diuji dengan yodium telah menghasilkan positif, yaitu menjadi warna
kuning (tidak ada perubahan warna atau adanya titik akromatik) diuji dengan
pereaksi Benedict.
Data dan Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil uji pengaruh suhu pada aktivitas amilase air liur
Tabung Suhu (0C)Uji Iod Uji Benedict
Hasil Pengamatan
Perubahan Warna
Hasil Pengamatan
Perubahan Warna
1 10 - Kuning+++ + Hijau+
2Suhu kamar
- Kuning+ + Hijau++
3 37 - Kuning++ + Hijau+++
4 80 + Biru - Biru Keterangan : +++ : warna lebih pekat
+ (uji iod) : mengandung pati (amilosa)
+ (uji benedict) : mengandung gula pereduksi- (uji iod) : tidak mengandung pati (amilosa)- ( uji benedict) : tidak mengandung gula pereduksi
Gambar 1 Hasil pengaruh suhu (uji iod) pada amilase air liur
Gambar 2 Hasil pengaruh suhu (uji Benedict) pada amilase air liur (a) 100C (b) suhu kamar (c) 370C (d) 800C
Tabel 2 Hasil uji pH pada aktivitas amilase air liur
Tabung pHUji Iod Uji Benedict
Hasil Pengamatan
Perubahan Warna
Hasil Pengamatan
Perubahan Warna
1 1 + Ungu++ - Biru2 5 + Ungu+ - Hijau3 7 - Kuning + Kuning4 9 - Kuning + Kuning
Keterangan : ++ : warna lebih pekat + (uji iod) : mengandung pati (amilosa)
+ (uji benedict) : mengandung gula pereduksi- (uji iod) : tidak mengandung pati (amilosa)- ( uji benedict) : tidak mengandung gula pereduksi
Gambar 3 Hasil pengaruh pH (uji iod) pada amilase air liur
cba d
Gambar 4 Hasil uji pengaruh suhu (uji Benedict) pada amilase air liur (a) pH 1 (b) pH 5 (c) pH 7 (d) pH 9
Tabel 3 Hasil uji hidrolisis pati matang oleh amilase air liur
Menit ke Uji Iod
Hasil Pengamatan Perubahan Warna0,5 - Kuning+
1 - Kuning++
1,5 - Kuning+++
2 - Kuning++++
Uji Benedict+ Endapan merah bata
Keterangan : ++++ : warna lebih pekat+ (uji benedict) : mengandung gula pereduksi- (uji iod) : tidak mengandung pati (amilosa)
Gambar 5 Hasil uji hidrolisis pati matang (uji iod) oleh amilase air liur
Gambar 6 Hasil uji hidrolisis pati matang (uji Benedict) oleh amilase air liur
Tabel 4 Hasil uji hidrolisis pati mentah oleh amilase air liur
Menit ke
Uji IodHasil Pengamatan Perubahan Warna
a b c d
5 + Biru+++++
10 + Biru++++
15 + Biru+++
20 + Biru++
25 + Biru+
30 - Kuning Uji Benedict
+ Hijau Keterangan : +++++ : warna lebih pekat
+ (uji iod) : mengandung pati (amilosa)+ (uji benedict) : mengandung gula pereduksi- (uji iod) : tidak mengandung pati (amilosa)
Gambar 7 Hasil uji hidrolisis pati mentah (uji iod) oleh amilase air liur
Gambar 8 Hasil uji hidrolisis pati mentah (uji Benedict) oleh amilase air liur
Pembahasan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah
suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat dan zat-zat penghambat. Uji
Yodium terhadap hasil percobaan pengaruh suhu aktivitas amilase air liur yang
dipanaskan pada suhu 80oC memberikan hasil yang positif, yaitu larutan menjadi
berwarna biru. Hal tersebut menunjukkan pati dihidrolisis oleh amilase air liur.
Campuran amilase air liur dan pati yang disimpan pada suhu 10oC,suhu kamar,dan
37oC memberikan hasil yang negatif. Hal ini ditunjukkan dengan larutan berwarna
kuning. Warna ini disebabkan oleh belum terhidrolisisnya pati secara sempurna.
Larutan iod berperan sebagai indikator hidrolisis. Senyawa polisakarida akan
memberikan warna yang spesifik dengannya, yaitu berupa warna ungu kehitaman
tetapi jika polisakarida tersebut dihidrolisis maka warna yang ditimbulkan adalah
warna kuning kecokelatan (Maryati 2000).
Sementara hasil uji Benedict menunjukkan campuran yang disimpan pada
suhu 80oC menunjukkan reaksi negatif dengan ditandai adanya larutan berwarna
biru. Hal ini menunjukkan bahwa enzim amilase tidak bekerja pada suhu di atas
80oC. Pada suhu 10oC, 37oC dan suhu kamar reaksi ini menimbulkan warna hijau
pada larutan. Hal tersebut dikarenakan glukosa yang tidak dihidrolisis dari pati
akan berikatan dengan pereaksi benedict membentuk senyawa kompleks
(Poedjadi 1994). Berdasarkan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa suhu
optimum aktivitas enzim amilase adalah pada suhu 10oC, 37oC dan suhu kamar.
Menurut Ahmad (2000) suhu optimum untuk aktivitas enzim amilase adalah 37oC
sebab enzim tersebut terdapat dalam air liur dalam tubuh sehingga suhunya sama
dengan suhu tubuh.
pH optimal untuk sebagian besar enzim adalah 6 sampai 8. Lingkungan
asam akan mendenaturasi sebagian besar enzim. Kondisi pH dapat mempengaruhi
aktivitas enzim melalui pengubahan struktur atau pengubahan muatan pada residu
yang berfungsi dalam pengikatan substrat atau katalis. Sebagai contoh, enzim
bermuatan negatif (Enz-) bereaksi dengan substrat bermuatan positif
(SH+) : Enz- + SH+ EnzSH
(Girindra A 1989)
Pada pH yang rendah, Enz- mengalami protonasi dan kehilangan muatan
negatifnya (enzim dinetralisir). Sedangkan pada pH yang tinggi, SH+ mengalami
ionisasi dan kehilangan muatan positifnya (substrat dinetralisir). Karena
(berdasarkan definisi) satu-satunya bentuk yang mengadakan interaksi adalah SH+
dan Enz-, nilai pH yang ekstrim (tinggi ataupun rendah) akan menurunkan
kecepatan reaksi.
Pengaruh pH terhadap aktifitas enzim amilase air liur digunakan empat
bahan yang berbeda dengan kondisi pH yang berbeda pula. Suasana asam
dilakukan pada larutan asam asetat dan HCl, suasana netral pada akuades, dan
basa pada natrium karbonat 0,1%. Hasil uji iod pada larutan HCl (pH 1)
menunjukkan hasil yang positif dengan warna ungu dan pada uji benedict
menunjukkan hasil yang negatif dengan warna biru. Hasil yang diperoleh pada
larutan asam asetat (pH 5) pada uji iod warna ungu yang berarti positif
mengandung iod dan hasil pada uji benedict menunjukkan warna hijau dan tidak
menunjukkan terdapat gula pereduksi. Hasil uji iod pada akuades (pH 7)
menunjukkan hasil yang negatif dengan warna kuning dan pada uji benedict
menunjukkan hasil yang positif dengan warna kuning. Hasil yang diperoleh pada
uji iod dalam larutan natrium karbonat (pH 9) menunjukkan hasil yang negatif
dengan warna kuning dan pada uji benedict menunjukkan hasil yang positif
dengan warna kuning. Berdasarkan percobaan, pada pH 1 dan pH 5, hasil uji iod
menunjukkan hasil yang positif sedangkan uji benedict menunjukkan hasil yang
negatif. Hal ini berarti, pada pH dibawah 7 atau bersifat asam, amilum belum
terhidrolisis dan belum terbentuk gula pereduksi. Sedangkan hasil pada pH 7 dan
pH 9, uji iod menunjukkan hasil yang negatif, dan uji benedict menunjukkan hasil
yang positif yang berarti telah terbentuk gula pereduksi dengan terhidrolisisnya
amilum secara sempurna. Karena salah satu ciri enzim amilase ialah mengandung
gula pereduksi. Berdasarkan hasil percobaan enzim amilase bekerja optimal pada
pH 7.
Hidrolisis pati matang oleh amilase air liur dilakukan dengan
menggunakan uji iod dan uji benedict. Uji iod terhadap hidrolisis pati matang oleh
amilase air liur mencapai titik akromatik pada menit ke-0,5. Titik akromatik
adalah titik dimana saat larutan uji dengan larutan iod menghasilkan reaksi negatif
yang menunjukkan bahwa pati sudah hilang atau terhidrolisis menjadi maltosa,
titik akromatik dapat dilihat berdasarkan warna larutan yang terbentuk antara iod
dengan larutan yang berisi kanji dan air liur yang sudah menjadi berubah menjadi
warna larutan iodiumnya. Sisa larutan yang telah mencapai titik akromatik
kemudian diuji menggunakan pereaksi benedict. Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya endapan merah bata yang menandakan pati tersebut telah
terhidrolisis menjadi maltosa, endapan merah bata terbentuk karena maltose
termasuk gula pereduksi sehingga pada saat ditambahkan pereaksi benedict dan
dipanaskan timbul endapan merah bata sehingga hasil percobaan positif.
Percobaan hidrolisis pati mentah menunjukkan reaksi positif untuk uji
Benedict dan pada uji iod. Titik akhromatik hidrolisis pati mentah adalah pada
menit ke-30. Jika dibandingkan titik akhromatik hidrolisisnya, pati mentah lebih
lambat mencapai titik akhromatik dibandingkan pada hidrolisis pati matang.
Simpulan
Berdasarkan percobaan diketahui bahwa suhu dan pH optimum bagi enzim untuk
bekerja adalah pada 370C dan pH 7. Titik akromatik pati matang pada menit ke-
0,5, sedangkan titik akromatik pada pati mentah pada menit ke-30.
Daftar Pustaka
Ahmad Hiskia. 2000. Larutan Asam dan Basa. Bandung : Ganessa
Dwidjoseputro D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Girindra A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor : PAU IPB
Maryati Sri. 2000. Sistem Pencernaan Makanan. Jakarta : Erlangga
Poedjiadi Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Salisbury F.B. dan Ross C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB
Press
Suhtanry & Rubianty. 1985. Kimia Pangan. Makasar : Badan Kerja Sama
Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur.