empat kompetensi - eprints.ulm.ac.id
TRANSCRIPT
i
EMPAT KOMPETENSI UNTUK MEMBANGUN
PROFESIONALISME GURU
Penulis :
Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP.
Nizamia Learning Center
2018
ii
Empat Kompetensi Untuk Membangun
Profesionalisme Guru Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP. © Nizamia Learning Center 2018 All right reserved Anggota IKAPI No. 166/JTI/2016 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit
Penulis:
Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP. Editor : Dr. H. Amka, M.Si.
Desain & Layout :
Achmad faruq
Diterbitkan pertama kali oleh Nizamia Learning Center Ruko Valencia AA-15 Sidoarjo Telepon (031) 8913874 E-mail: [email protected] Website: www.nizamiacenter.com Cetakan pertama, Oktober 2018 vi + 128 hlm.; 14 x 21 cm ISBN 978-602-5852-65-7
iii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,
meskipun dalam berbagai keterbatasan akhirnya tulisan
ini dapat dirampungkan dan menghantarkan ketangan
pemaca. Buku ini ditulis untuk memenuhi keinginan apa
yang bisa dilakukan dalam ragka membangun Asosiasi
Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) PGRI.
Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART) PGRI pasal 31 ayat (1) dan (2) bahwa hak dan kewajiban dan mekanisme hubungan kerja PGRI dengan
Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis menjadi tanggung
jawab bersama dalam rangka untuk membangun
profesionalisme guru.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi guru agar pelaksanaan pembelajaran di sekolah
bisa menarik dan mampu memberi sumbangan terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
Guru sudah pasti berhadapan dengan siswa di sekolah
yang memiliki kemampuan beragam, maka haruslah
memiliki persiapan yang matang dalam mengelola pembelajaran agar pembelajaran itu tetap menarik bagi
siswanya.
Guru yang profesional tidak akan ada kehawatiran dalam
menghadapi pembelajaran yang memiliki dinamika
kemampuan siswanya di dalam kelas. Kompetensi guru
sangat diperlukan dalam menghadapi persoalan
pembelajaran yang digambarkan seperti tersebut.
Kompetensi ini sudah ada sejak Kurikulum 1984 yakni
Kurikulum Berbasis Kompetensi, kemudian dilanjutkan
iv
pada kurikulum berikutnya. Kehadiran buku ini secara
khusus akan membahas empat kompetensi yang sedang
dibicarakan dalam dunia pendidikan sekarang dan
sekaligus membangun profesionalisme guru dalam
rangkaian peningkatan mutu pendidikan.
Kehadiran buku ini bukanlah tulisan yang terbaik, akan
tetapi ikut memberi sumbangan pemikiran dan alternatif
untuk memahaminya secara sungguh-sungguh, oleh
karena itu sangat memerlukan masukan dan sumbang
saran untuk melengkapinya.
Saya sampaikan terimaksih atas sumbang sarannya dalam
penyempurnaan buku ini.
Penulis,
Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP.
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi
BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Dasar Hukum
1
2 3
BAB II MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU A. Guru Profesional B. Prinsip Guru Profesional C. Syarat Guru Profsional D. Profesional dan Tata Kelola Guru E. Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis
5 9 9
10 15
BAB III EMPAT KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Kpribadian
B. Kompetensi Sosial C. Kompetensi Profesional D. Kompetensi Pedagogik E. Diskrepsi dan Garis Program
Peningkatan Kompetensi Guru
17 21 31 53 92
BAB IV MUTU PENDIDIKAN A. Membangun Mutu Melalui Guru
Profesional B. Permasalahan Mutu dan Daya
Saing Pendidikan
102
106
BA
V KODE ETIK GURU INDONESIA A. Pengertian Kode Etik B. Sejarah Kode Etik Guru Indonesia C. Kode Etik Guru Indonesia
113 115 118
Daftar Kepustakaan 122
vi
1
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen telah 13 tahun disahkan, sejak itulah guru diwajibkan
memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi. Kewajiban
itu dimaksudkan adalah menjadi sarana untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentan
Sistem Pendidikan Nasional yang tersebut dalam pasal 3
berbunyi “
Dari keinginan yang terdapat dalam tujuan pendidikan
nasional tersebut, maka kompetensi guru adalah salah satu
sarana yang sangat dominan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional, oleh karena itu guru harus wajib
memahami apa sesungguhnya yang disebut kompetensi itu
sebagaimana terdapat dalam UU No.14 Tahun 2005 pasal 8.
Pada pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru itu
pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
kualifikasi
kompetensi
sertifikasi
Kompetensi kepribadan
Kompetensi sosial
Kompetensi profesioanl
Kompetensi pedagogik
(1)menjadi manusia yang :
- beriman
- bertakwa kepada TYE
- berakhlak mulia
- sihat
- berilmu
- cakap
- kreatif
- mandiri
(2) menjadi warga negara yang :
- demokratis
- bertanggung jawab
2 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional yang
semuanya diperoleh melalui pendidikan profesi. Apa yang dimaksud kompetensi itu? Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia (WJS Purwadarminta) kompetensi
adalah “ kewenangan” untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu atau bisa pula kompetensi berarti
kemampuan atau kecakapan”. Menurut Broke and Stone
(Dalam Guru Profesional 2001) mengatakan “ descriptive of
kualitative natur of teacher behavior apprears to be entrily
meaningful”. Kompetensi guru merupakan kemampuan
guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung
jawab dan layak. Selanjutnya jika kita hubungkan dengan
tujuan pendidikan nasional maka pelaksanaannya
dilakukan secara profesional dan kompetensi guru menjadi
sarana untuk menggunakan kewenangan dalam
melaksanakan profesi keguruan.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di
atas bahwa kompetensi menjadi kewajiban guru dalam
melaksanakan tugas profsi keguruan maka dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran secara profesional bagi guru
sangat diharapkan mengetahui dan memahami serta
mengaplikasikan secara kontinuitas baik ketika berada
dalam kelas maupun di luar kela lebih-lebih ketika guru
berada ditempat tinggal harus beradaptasi dengan
lingkungan setempat.
Sehubungan dengan persepsi itu diharapkan semua pihak
yang berkepentingan dengan keinginan peningkatan mutu
pendidikan akan berusaha saling memperkuat kebersamaan
untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu :
3
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
a. Bertindak secara professional dalam rangka
melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran peserta
didik;
b. Melaksanakan kewajiban membina hubungan terhadap
orang tua siswa / peserta didik, masyarakat, teman
sejawat dan profesi serta organisasi dan pemerintah
dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.
2. Sasaran
Secara khusus diaplikasikan kompetensi guru ini adalah
diaplikasikan dalam pelaksanaan Kode Etik Guru Indonesia
(KEGI) di mana guru harus mampu melaksanakan tugas-
tugas pendidikan secara maksimal dengan
memperimbangkan terbangunnya kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran secara profesional dengan
memeperhatikan empat kompetensi guru yaitu kompetensi
kepribadian, komptensi sosial, kompetensi pedagogik dan
kompetensi professional.
C. Dasar Hukum
Ketentuan untuk melaksanakan kewajiban guru sebagai
pendidik selalu didasari oleh regulasi yang memayungi
4 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
agar kegiatan berjalan sesuai harapan masyarakat dan
pembelajaran dalam pelaksanaannya berjalan secara baik
dan layak.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen;
3. Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
yang diubah dengan Perauran Pemerintah Nomor 19 Tahun
2017 tentang Guru;
5
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
BAB II MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU
A. Guru Profesional
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian dari para anggotanya. Guru yang menyandang
sebagai pekerjaan yang profesional dan berada di bawah
rumah besar PGRI yaitu Persatuan Guru Republik
Indonesia menjadi sebuah organisasi profesi sudah jelas
para penghuni dari rumah profesi itu pasti kumpulan
orang-orang yang profesional, demikian kemungkinan
anggapan orang terhadap guru. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (4)
menyebutkan untuk memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesi akan
melahirkan guru yang profesional yaitu suatu pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
mamadai. Profesi guru di Indonesia menghendaki memiliki peringkat
teratas dibandingkan profesi dan pekerjaan yang lain, tetapi
pengakuan seperti itu sungguh sangat berat perjuangannya,
tetapi bukan tidak mungkin, untuk dilakukan karena guru
merupakan sumber pertama dan utama untuk menjadikan
pekerjaan yang lain menjadi profesional, yang sangat berat
itu adalah mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Pada
tahun 80 an pernah disampakan visi untuk menggugah agar
termotivasi untuk bekerja seperti “ PGRI yang dinamis,
mandiri, berwibawa yang dicintai oleh anggotanya disegani
oleh mitranya dan diakui keberadaannya oleh masyarakat”.
Dengan visi itu diharapkan para anggotanya ada
perubahan.
6 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
(Gambar 1)
Profesi kedokteran misalnya, sesorang mau berobat ke
dokter atau datang kepada menteri kesihatan sama-sama
berobat. Dokter memberi obat sama seperti yang diberikan
oleh menteri kesihatan, tetapi ketika pasien
menggunakannya terasa perbedaan dalam sugestinya.
Psikologi seseorang lebih cepat merespon apabila obat yang
diberikan oleh dokter jika dibandingkan dengan obat yang
diberikan oleh menteri kesihatan, itulah pengakuan yang
terjadi dan sudah melekat pada hati seorang pasien.
Pada contoh lain profesi advokasi sesorang yang beracara
dengan advokasi lebih meyakinkan jika kita beracara
dengan orang yang bukan profesi advokasi. Kapan profesi
guru bisa terjadi seperti itu? Artinya pekerjaan yang
dilakukan guru tentu tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang yang tidak memiliki kompetensi/kapasitas yang
sudah tidak terlatih dan sudah tidak disiapkan secara
7
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
khusus terlebih dahulu untuk terjun melakukan pekerjaan
itu. Menurut Agus F. Tamayong (dalam Moh. Uzer Usman
2001:15) menguraikan bahwa guru profesional adalah guru
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan yang terdidik dan terlatih dengan baik
serta memiliki pengalaman yang kaya bidangnya, sehingga
ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang prinsip-prinsip
profesionalitas pasal 7 huruf c, d, dan g, yang relevansinya
dengan kemampuan seseorang guru yakni guru harus
memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai tugas. Guru yang memiliki pengetahuan dan
linearitas mata pelajaran yang ada dalam kurikulum harus
diajarkan dan diempu oleh mereka yang berkelayakan
mengajarkan ilmu itu atau kualifikasi akademik harus pula
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Selain
kualifikasi akademik harus pula memiliki kompetensi atau
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pendekatan kompetensi ini adalah dimaksudkan guru
mampu memahami adanya keberagaman siswa, yaitu
keberagaman sosial, budaya, ekonomi, profesi /
kemampuan dan kejiwaan. Keberagaman akan dapat
menjadi strategi untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Menurut Prof. Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. dalam
makalahnya yang berjudul “ Membangun Profsionalisme
Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ” Seminar
8 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Pedidikan pada HUT ke- 71 PGRI di Kabupaten Barito
Kuala Kalimantan Selatan 2016” mengatakan:
a. Guru adalah profesi karena mempunyai dasar
pengetahuan keterampilan dan sikap khusus dan
diakui oleh masyarakat sebagai tenaga spesialis.
Pengakuan itu tercermin dalam UU Nomor 14 Tahun
2005 pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
b. Guru adalah orang yang digugu dan ditiru, oleh sebab
itu guru harus mampu mengupayakan seluruh
kemampuan / potensinya baik secara efektif, kognitif,
maupun psikomotor. Predikat sebagai guru bukan saja
sebagai tugas fungsional yang melekat pada dirinya
akan tetapi sekaligus sebagai amanah yang diterima
sebagai janji kepada Sang Khalik untuk memenuhi jalan
kehidupan sehari-hari, sehingga pekerjaan itu tidak
menjadi beban tetapi semata janji dalam kehidupan.
Kalau pekerjaan guru sudah bernilai sebagai amanah
dari Sang Khalik sudah mengakar dalam jiwa dan
pengabdiannya, maka akan berusaha untuk membantu
watak serta prilaku siswanya serta turut serta
mencerdaskan bangsa melalui pembelajaran.
c. Guru adalah profesi yang mulia dan altruistik. Profesi
ini tentu disenangi semua orang karena dengan
kemuliaannya orang menggantungkan harapan masa
depannya. Dalam dirinya tersimpan dan tergambar
kehidupan masa depan yang lebih baik penuh
pengabdian, ramah, bersahabat dan memiliki
kometmen untuk membawa pembelajaran ke arah
pembelajaran yang bermakna.
9
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
B. Prinsip Guru Profesional
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh guru
yang akan menjadi guru profesional, prinsip ini ada
kaitannya dengan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip tersebut seperti :
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
2. Memiliki kometmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
3. Memiliki kualitas akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas;
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan;
6. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat;
7. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, dan
8. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
(UU No.14 Tahun 2005 pasal 7 ayat (1)
C. Syarat Guru Profesional Guru dapat dikatakan wajib memiliki persyaratan untuk
menjadi guru yang profesional, persyaratan itu adalah :
1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau
diploma empat (S-1 atau D-IV) seperti tersebut dalam
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 82 ayat (2) yang berbunyi, guru yang belum
10 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
memiliki kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik
sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang ini wajib
memenuhi kualifiksi akademik dan sertifikasi pendidik
paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak berlakunya
Undang-Undang tersebut di atas.(UU ini berlaku sejak
tanggal, 30 Desember 2005).
2. Memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional, kompetensi guru sesuai dengan UU
Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional.
3. Memiliki sertifikat pendidik;
4. Sehat jasmani dan rohani, dan
5. Memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
D. Profesionalisme dan Tatakelola Guru Di antara sejumlah permasalahan yang mengemuka
saat ini mengenai tatakelola guru adalah kemampuan
daerah pengelolaan yang menjadi perhatian mendasar.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, menandai adanya perubahan
pengeloaan guru dalam dunia pendidikan. Pengelolaan
guru dahulu terkonstrasi menjadi kewenangan daerah
kabupaten/kota sekarang sudah beralih menjadi
kewenangan (1) Pendidikan Dasar (SD,SMP) kewenangan
kabupaten / kota; (2) Pendidikan menengah (SMA, SMK kewenangan provinsi, sedangkan (3) Pemerintah Pusat
mempunyai kewenangan terhadap pendidikan tinggi (PT). Dengan pembagian kewenangan dan tanggung
jawab ini diharapkan mutu pendidikan semakin baik karena
terkonsentrasi dalam pembinaannya. Pendidikan kita
dihadapkan dengan tuntutan dunia yang kini memasuki era
11
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
terbuka karena geografis yang membentang luas lazimnya
kita akan menggeluti dunia bebas komunikasi, era gerakan
kemanusiaan yang menggelobal, era transformasi, dan era
dahsyatnya kemajuan industri komunikasi atau 4.0.
Di sisi lain adanya pembagian kewenangan tersebut
yang menjadi masalah adalah pendidikan dasar, karena
mengingat kemampuan anggaran yang berbeda-beda tiap
daerah sehingga peningkatan mutu tidak merata. Apalagi
personel yang mengelola pendidikan – sejak berlakunya UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Otonomi Daerah) maka sejak itu pula urusan pemerintah
menjadi kewenangan / urusan bupati/walikota, semua
urusan personel menjadi kewenangannya dalam
penempatan pejabat birokrasi pendidikan- tersebut orang
yang tidak professional, sehingga semangat yang melatar
belakangi orang yang menginginkan duduk dalam jajaran
birokrasi agaknya lebih didominasi oleh harapan-harapan
yang “ salah kaprah” seperti agar memperoleh pasilitas atau
pelayanan yang istemewa, atau demi peningkatan status
sosial. Akibatnya budaya rela berkorban atau semangat
melayani pihak-pihak lain (terutama kepentingan guru,
kepala sekolah dan masyarakat) dapat dikatakan hanya
cerita belaka. Situasi dan kondisi seperti ini jelas tidak
menguntungkan, kontra produksi, bahkan dapat menjadi
tanda-tanda awal “kiamat” bagi dunia pendidikan. Di
gambarkan dalam pengelolaan pendidikan ada tiga sumber
daya manusia yang utama menjadi penentu akhir dari
berhasil tidaknya praktisi pendidikan dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan, yaitu : guru, kepala sekolah,
dan birokrasi pendidikan. (Reformasi Pendidikan 2002 : 86-
87).
12 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Gambar 2
Ketiga SDM itu diharapkan mampu bekerjasama dalam
rangka kerja yang professional, efektif dan ideal.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut perlu
dipertegas, bahwa pengelolaan mutu tetap menjadi kendali
pusat, sedang di daerah kabupaten/kota dan provinsi
hanya mempunyai kewenangan untuk membayar gaji,
mengangkat, memutasi, mempesiunkan dan
memberhentikan. Mutu menjadi ranah pemerintah pusat
sehingga standar yang ditentukan dapat dicapai dengan
cepat dan dalam kegiatan yang sama. Saat ini menafsirkan
Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Pusat tentang Pendidikan masih berbeda-beda, salah satu
contoh penempatan kepala sekolah swasta sudah dua tahun
berjalan masih ada provinsi yang belum selesai
menandakan adanya ketidaksingkronan dalam memahami
undang-undang tersebut. Dua tahun berjalan pengalihan SMA/SMK ke
provinsi pengelolaan guru sebagai profesional belum dapat
diimplementasikan sebagaimana diharapkan dalam
Lingkungan
makro,
maksudnya
menciptakan
SDM yang di luar
atau punya ruang
lingkup yang
lebih besar
Guru dan
Kepala Sekolah
menciptakan
SDM yang
bergerak
langsung pada
lingkungan
sekolah
Kepala Dinas Pendidikan
Kepala Sekolah
Guru
13
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
pengelolaan guru, seperti : pemilihan guru berprestasi,
penempatan kepala sekolah swasta, sehingga tidak
mengherankan jika pengelolaan guru, kepala sekolah masih
terkendala disebabkan pemahaman terhadap Undang-
Undang 23 Tahun 2014 masih beragam pemahaman yang
terjadi di daerah. Masalah lain yang cukup mendasar dan menarik
perhatian adalah masih rendahnya kreadibilitas dalam
pengelolaan guru dan tenaga kependidikan seperti
rendahnya anggaran pendidikan, penempatan personel
atau tenaga pendidikan orang yang banyak beroreintasi
proyek sehingga faktor pendidikan mengalami penurunan
mutu pendidikan di sekolah. Terkait dengan penempatan
personel disebabkan kurang tumbuhnya sistem merit dalam
penempatan tenaga pendidikan sebagai jabatan yang
disebut
“ professional” masalah ini ditandai oleh masih
besarnya pengaruh faktor non-merit seperti : keturunan,
kedekatan, nepotesme, dan kepentingan politik ketimbang
faktor kecakapan, keahlian dan kinerja dalam mekanisme
ketimbang penempatan penugasan. Jauh lebih menghawatirkan adalah rendahnya sistem
dan mekanisme sertifikat guru, karena sertifikasi guru
dengan anggaran sangat besar menjadi mubazir karena
tidak berdampak terhadap peningkatan mutu profesi guru
sebagaimana diharapkan dari tujuan kebijakan ini. Jika
belum mampu meningkatkan mutu kinerja dan
profesionalisme guru maka sertifikasi guru tidak dapat
diandalkan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Isu ini muncul karena sertifikasi guru ditafsirkan dari sisi
peningkatan penghasilan bahkan “ status Sosial” daripada
peningkatan professional dari kinerja guru.
14 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Pemerintah seharusnya mengawal bagaimana
menjadikan guru agar terus-menerus menjadi professional,
sementara beranggapan dengan diberikan sertifikasi guru
mutu pendidikan harus meningkat, sementara dalam
pembinaan professional diabaikan. PGRI mempunyai
kemampuan untuk membangun profesionalisme guru,
tetapi tidak mempunyai kewenangan anggaran untuk
melaksanakan. Sedangkan yang mempunyai kewenangan
membuat anggaran, tetapi di daerah tidak mempunyai
kemampuan untuk membangun profesionali guru. Itulah
masalah yang dihadapi sekarang.
E. Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis Asosiasi berpotensi menjadi medium peningkatan
kompetensi guru, asosiasi adalah kumpulan guru yang
mengampu mata pelajaran sama tujuan utama yakni
berpikir secara profesional untuk meningkatkan
kemampuan guru.
Sesuai bunyi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
PGRI bab XIV pasal 31 tentang Asosiasi Profesi dan
Keahlian Sejenis merupakan anak lembaga PGRI yang
menyatakan bergabung atau berapliasi dengan PGRI yang
menjadikan salah satu perangkat kelengkapan organisasi
PGRI. Organisasi ini mempunyai hak, kewajiban dan mekanisme
antar PGRI dengan Asosiasi Profesi. Anak Lembaga ini
dapat memberikan kontribusi bagi satuan pendidikan
untuk melakukan kegiatan bersama dalam meningkatkan
profesinalisme guru, profesionalisme inilah yang menjadi
ciri khas bagi orang yang menghuni rumah besar guru
tersebut.
15
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Dalam peraturan organisasi, Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB.PGRI) Nomor : 04/PO/PB/XXI/2015 tentang Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis Bab I pasal 1 ayat (4) menyebutkan” Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis adalah himpunan / ikatan / kelompok guru dan/atau tenaga kependidikan yang memiliki bidang pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian yang memenuhi persyaratan untuk menyandang jabatan profesi di bidang pendidikan”. Selanjutnya dikatakan pula pada PO tersebut bahwa Asosiasi profesi mempunyai tujuan (1) meningkatkan profesionalitas dan kompetensi guru secara berkesinambungan; (2) mempersatukan guru baik pada jenis (TK, SD, SMP, SMA, dan SMK) yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun (RA, MI, MTs, MA, MAK) yang berada di bawah Kementerian Agama, dan (3) mengembangkan layanan profesi yang berkualitas.
D. Keahlian Sejenis
Keahlian sejenis adalah (menurut Kamus KBBI), keahlian kata nominal dari kata ‘ahli’ yang berarti kemahiran dalam suatu ilmu (kebudayan, pekerjaan). Dalam ilmu pendidikan latihan keahlian adalah bagian pendidikan yang bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan termasuk latihan ketata laksanaan. Pengertian sejenis adalah sebangsa, semacam, serupa. Jadi dapat dikatakan Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis PGRI adalah anak lembaga yang menjadi wadah para guru / anggota yang bekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki dalam satu bidang mata pelajaran atau satu pekerjaan untuk membangun profesionalisme.
Satu bidang / jenis mata pelajatan Satu jenis pekerjaan
o Pendidikan Agama o Bahasa Indonesia
Kepala Sekolah TK,SMP/SMA/SMK/MA
16 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
o Bahasa Inggris o Ilmu Pengetahuan Alam o Ilmu Pengetahuan Sosial o Matematika o Dan lain-lain
Pengawas SMA/SMK/MA
Pengawas SMP/MTs
Pengawas SD
Pengawas TK/PAUD
Kepala Tata Usaha Sekolah
Operator Sekolah
17
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
BAB III EMPAT KOMPETENSI GURU
A. Kompetensi Kepribadian
Manusia dilahirkan secara langsung diberi nama
sebagai makhluk sosial, makhluk ciptaan Tuhan
yang Maha Esa yang paling sempurna tapi
mempunyai peran yang unik dalam kehidupan
terlebih-lebih yang berkaitan diri sendiri. Di sekitar
kehidupan banyak makhluk makhluk lainnya yang
berdampingan dengannya satu sama lainnya saling
memberi dan menentuka sehingga
kesempurnaannya tadi masih ada ketergantungan
dengan makhluk lainnya. Ini mengisyaratkan agar
manusia itu dilahirkan sebagai makhluk yang
sempurna agar tidak sombong dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam kehidupan masyarakat yang sangat
sederhana, seperti mereka yang hidup di
perkampungan yang jauh dari jangkauan keramaian
dan hiruk pikuk kehidupan kota, atau daerah
tertinggal (3T) Terdepan, Terluar dan Tertinggal
secara tidak sengaja orang tua akan melatih anak-
anak mereka dengan kehidupan sehari-hari seperti
pergi ke sawah, ke kebun mencari kayu dan
menangkap ikan. Adat istiadat, sopan santun yang
berlaku dalam lingkunagn dipelajari oleh anak-anak
mereka secara alamiah yang sepontan secara tidak
sengaja dengan meniru, mencoba dan melatih diri
tanpa tuntunan yang pasti tetapi nyata dan
bersahaja.
18 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Timbul pertanyaan apa sebenarnya yang disebut
kepribadian itu? Kepribadian sulit didefinisikan
secara teori, karena tidak ada wujudnya tidak
terlihat secara tampak karena abestrak (ma’nawi)
sukar dilihat dan bisa berubah-ubah. Orang bisa
mengatakan dengan mudah orang itu baik, kuat dan
menyenangkan, ada pula yang mengatakan orang
itu mempunyai kepribadian lemah tidak baik atau
buruk dan sebagainya yang timbul dari pandangan
orang lain. Bisa pula kepribadian itu orang melihat
dari segi berpakaian, cara bargaul dan dalam
bertindak setiap menghadapi persoalan atau
masalah. Menurut Dr.Zakiah Daradjat bahwa
keperibadian terpadu adalah (1) dapat menghadapi
segala persoalan dengan wajar dan sihat, karena
segala unsur dalam pribadinya bekerja seimbang
dan serasi; (2) pikirannya mampu bekerja dengan
tenang setiap masalah dapat dipahaminya secara
objektif. (Keperibadian Guru 1980 : 17).
Pada kesempatan ini lebih baik kita memandang
kepribadian tersebut secara terpadu agar terlihat
secara wajar, sihat supaya nilainya seimbang dan
serasi. Posisi guru dalam beraktivitas sehari-hari akan
mendapat penilaian oleh lingkungan kerjanya, baik
oleh teman sekelas, oleh anak-anak atau siswanya
lebih-lebih masyarakat dan orang tua siswa itu
sendiri. Padahal guru adalah manusia biasa tetapi
memiliki predikat sebagai insan cendekia untuk
membangun bangsa, lima tahun ke depan anak-anak
bangsa terbaik akan berada di tangannya, kenapa
dikatakan lima tahun karena ukuran kurkulum
19
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
setiap lima tahun akan ditinjau kemali untuk
melakukan perbaikan dan tuntutan zaman.
Bagaimana orang yang akan membangun bangsa itu
paling tidak memiliki kompetensi kepribadian yang
standar dalam dunia pendidikan. Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang
berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri
yang kelak harus memiliki nilai-nilai moral yang
luhur terpuji sehingga dalam sikapnya sehari-hari
akan terpancar keindahan apabila dalam sikap
pergaulan, pertemanan, dan juga ketika
melaksanakan tugas dalam pembelajaran. Guru
akan bertambah berwibawa apabila pembelajaran
disertai nilai-nilai luhur terpuji dan mencerminkan
guru yang digugu dan ditiru. Yang menjadi ukuran nilai standar dalam
kompetensi kepribadian adalah di Indonesia secara
umum pribadi yang dijiwai oleh falsafah Pancasila
yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa kita
yang sekian banyak dinamika dan ragamnya.
Zaman Ki Hajar Dewantoro dikemukakan bahwa
Sistem Among, yaitu guru harus Ing ngarso sungtulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri
handayani. Artinya kalau di muka harus memberi
contoh dan teladan, kalau sedang berada di tengah
membangkitkan motivasi, tetapi bila berada di
belakang mendorong untuk belajar atau beraktivitas. Guru dalam pendidikan memerlukan teori sistem
Among seperti itu, sekolah dijadikan “Taman
Siswa”. Taman atau kebun yang menyenangkan,
sehingga proses pembelajaran dalam kelas atau di
manapun terjadinya pembelajaran memerlukan
20 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
keceriaan. Apa yang menjadi hakikat kompetensi
kepribadian itu? Menurut Djam’an Satori dalam
bukuya “Profesi Keguruan” menyebutkan bahwa
kompetensi kepribadian guru mencakup sikap
(attitude), nilai-niai (Value), kepribadian
(personality) sebagai elemen perilaku (behavior)
dalam kaitannya dengan (personality) yang ideal
sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh
latar balakang pendidikan, peningkatan
kemampuan dan pelatihan secara ligalitas
kewenangan mengajar yang linearitas. Apa yang harus kita lakukan dalam aksentasi
kepada siswa kita dalam pelaksanaan kompetensi
kepribadian ketika berada dalam proses
pembelajaran :
1. Guru harus mengetahui kepribadian dan emosi
anak;
2. Memahami motivasi anak;
3. Perilaku anak dalam kelompok kerja;
4. Perilaku individu anak;
5. Kebiasaan sikap anak sehari-hari di sekolah
terhadap pembelajaran dan tugas-tugas yang
diberikan guru,
6. Disiplin belajar anak.
Banyak masalah psikologi yang dihadapi guru,
semuanya memerlukan kemampuan kompetensi
dan memerlukan bimbingan, penyuluhan dan
pertolongan menghantarkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran tuntas.
21
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
B. Kompetensi Sosial Sesuai dengan kodratnya manusia ingin hidup
berkelompok, hidup berkelompok itu adalah insting
tidak dipelajari tetapi secara alami. Manusia sulit
mencapai keinginannya bahkan menyelesaikan
permasalahannya sendiri dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, artinya hidup
ketergantungan pada mahluk-mahluk lainnya baik
untuk memenuhi kebutuhannya maupun dalam
menjalankan perannya dalam kehidupan sosial.
Manusia perlu perinteraksi dengan sesamanya
maupun juga dengan benda-benda lainnya dalam
memenuhi kehidupan bermasyarakat. Guru sebagai mahluk sosial hidup di tengah-tengah
masyarakat merupakan salah satu kehidupan
pribadi yang mendapatkan perhatian khusus di
masyarakat. Segala aktivitasnya senantiasa dipantau
terus hingga nama sebagai guru telah berakhir,
tetapi dalam hal statusnya hanya berubah namun
tetap orang menyebutnya sebagai guru, itulah
kuatnya peran dan status guru di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat. Kompetensi sosial dalam belajar mengajar berkaitan
erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi
dengan masyarakat di sekitar kehidupannya,
sehngga peran dan cara pandang, cara berpikir, cara
bertinda selalu menjadi tolok ukur terhadap
kehidupannya di masyarakat. Guru menjadi contoh
yang diperlakukan secara normatif karena
kebiasaannya dalam status sosialnya, oleh karena itu
diperlukan sejumlah kompetensi sosial yang perlu
22 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat di tempat dia tinggal dan berada. Begitu kuatnya sebuah nama yang dinamakan
“guru” maka dapat dikemukakan bahwa
kompetensi sosial guru merupakan guru untuk
memahami dirinya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat dan mampu
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat
dan warga negara. Lebih dalam hal kemampuan
sosial juga mencakup juga kemampuan untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dalam
lingkungan sekitar pada waktu membawakan
tugasnya sebagai guru. Guru di mata masyarakat pada umumnya dan pada
peserta didik menjadi panutan yang perlu dicontoh
dan suri teladan yang baik (digugu dan ditiru).
Demikian juga guru tokoh dan bentuk insan
cendekia yang diberi tugas dan beban membimbing
masyarakat ke arah norma yang berlaku. Sesuai
dengan simbol itu guru perlu memiliki kompetensi
sosial untuk berhubungan dengan masyarakat
dalam rangka menyelenggarakan proses belajar
mengajar yang efektif dan kreatif karena dalam
dirinya tersimpan pesona yang kuat dan memberi
pengaruh terhadap orang lain. Apa sugesti yang
kuat itu? Yaitu kompetensi sosial yang menjadi
pelayan manusia untuk memperbaiki manusia yang
sudah tertanam sejak menerima amanah sebagai
guru yang dilengkapi dengan bermacam-macam
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan lainnya
yang sudah tertanam sejak dia dinobatkan sebagai
guru.
23
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Dalam proses pembangunan sumberdaya manusia
guru memberi andil yang besar dalam menyiapkan
manusia Indonesia yang tergambar dalam
kurikulum pendidikan. Kurikulum adalah
gambaran manusia Indonesia 5 tahun ke depan, oleh
karen itu guru perlu menyadari bahwa posisi tidak
mungkin lepas dari kondisi sosial di masyarakat
yang sifatnya sangat komplek dan beraneka ragam
untuk itu peran dan fungsi guru yang memiliki
sebagai kompetensi sosial perlu dipelajarai adalah :
1. Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan.
Kata pendidikan begitu populer di kalangan masyarakat, hampir semua lapisan masyarakat mengenalnya meskipun begitu populernya kata itu namun belum tentu dapat dipahami dan mengerti oleh setiap orang yang membicarakannya. Masih banyak terdapat perbedaan persepsi dalam penafsiran bahkan sering secara fundamental baik disebabkan pandangan politik yang berbeda dan wawasan, kedudukan serta kepentingan yang dapat merugikan pendidikan itu sendiri. Di sinilah letaknya guru diperlukan memiliki inovasi dan motivasi dalam perjalanan kehidupannya di masyarakat, sebagai guru harus mampu bersinegri yang berada di desa serta perperan aktif dalam mencerdaskan masyarakat di nama dia berada. Peran aktif adalah bisa sebagai penggerak masyarakat sesuai dengan kondisi masyarakat itu bersama masyarakat lainnya yang ada di sekelilingnya
24 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
bahkan juga sebagai sumber motivasi bagi orang lainnya sekalipun di tengah-tengah adanya perbedaan pandangan terhadap pendidikan. Contoh yang sangat sederhan menggerakkan masyarakat dalam memberikan motivasi kepada lingkungan sekitar untuk ikut menyukseskan program wajib belajar dan mendorong masyarakat agar tetap mau menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi agar bangsa kita tidak dipertaruhkan dengan bangsa-bangsa lain dalam hal paktor pendidikan.
2. Perintis Pendidikan
Guru dengan kemampuannya berusaha menjadi perintis pendidikan di sekitarnya, misalnya dengan membangun pendidikan Paket yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Memanfaatkan balai desa sebagai tempat untuk membantu masyarakat yang putus sekolahnya, sehingga masyarakat tersebut bisa mengecap pendidikan sesuai dengan tuntutan pemerintah tentang pendidikan wajib belajar. Berperan sebagai kegiatan yang sersifat religius misalnya sebagai panitia dalam hal pembangunan masjid, tempat-tempat ibadah sesuai dengan agamanya, perperan dalam menggerakkan masyarakat pada hari-hari besar nasional maupun hari-hari besar keagamaan, tidak terlepas dari peran itu guru menjadi nara sumber dalam kegiatan tersebut.
25
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
3. Melakukan Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan
Guru tentu memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing terutama ilmu pengetahuan yang ada relevansinya dengan ilmu yang diempunya, oleh karena itu harus berusaha melakukan berbagai pengembangan diri melalui pengetahuan yang ada dimilikinya. Khusus melakukan penelitian berkaitan dengan permasalahan pendidikan yang ada di masyarakat sehingga diharapkan dengan penemuannya dapat dilakukan pencarian solusi baik secara individu maupaun kelembagaan dan hasilnya dapat dipublikasikan secara luas kepada masyarakat pendidik.
4. Pengabdian
Guru tinggal di masyarakat maka sebagai kiprah besar dalam kehidupannya adalah bergaul dengan masyarakat. Pergaulan itu mempunyai tanggung jawab guru kepada masyarakat, misalnya menjelaskan kepada masyarakat bahwa pendidikan itu tanggung jawab bersama, pemerintah, masyarakat dan orang tua siswa. Dengan tanggung jawab itu pemerintah punya kewajiban yang sangat besar terutama menyiapkan gedung sekolah, bemberi pasilitas pendidikan dan pengadaan guru. Sedangkan masyarakat menjaga keamanan agar sekolah tetap berjalan sesuai yang dikehendaki agar pembelajaran berjalan dengan baik. Sedangkan orang tua membantu kelancaran pendidikan yaitu memberikan sumbangan berupa bantuan pisik maupun pisikis sesuai dengan kesepekatan
26 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
yang dibuat oleh Komite Sekolah dan menjaga agar hubungan sekolah, guru dapat terbentuk dengan baik.
Ruang Lingkup Kompetensi Sosial
Semboyan yang sering kita dengar di mana kita berada di situ bumi dipijak dan di situ pula langit dijunjung maksudnya adalah kemampuan menyesuaikan diri untuk mengikuti dan menghormati pada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Menurut D.T Amijaya kompetensi sosial seorang guru sudah barang tentu berkaitan dengan partisipasi social seseorang dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat di mana ia berada baik secara formal maupun informal.
Jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Cece Wijaya dalam Profesi Keguruan, Djam’an Satori dkk. 2009 : 2.17) adalah sebagai berikut :
1. Teramapil berkomunikasi (baik dengan siswa, maupun dengan orang tua siswa )
Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua siswa memang perlu agar terjadi saling pemahaman terhadap kondisi anak selama dalam mengikuti pendidikan. Karena komunikasi yang kurang lancar dapat menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan pendidikannya dengan tuntas di sekolah
Guru dalam hal ini merupakan gambaran suasana sekolah sehingga siswa menyayangi
27
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
gurunya akan dapat siswa senang mengikuti pelajaran dengan baik dan siswa selalu ingin berada di sekolah. Ciptakanlah komunikasi yang kodusip dengan siswa dan orang tua siswa agar sekolah terkesan sangat memperhatikan terhadap keberadaan siswanya.
Sebagai ilustrasi pada waktu rapat dengan orang tua siswa, guru menyampaikan sambutan di depan orang tua siswa harus memilih kata-kata yang santun, persuasip, memotivasi, dan berusaha menampung pendapat dan permasalahan yang disampaikan, tetapi kita berikan alternatif yang bagus dan berusaha menarik dan penuh perhatian agar ornag tua siswa jangan tersinggung. Tidak semua sekolah mampu untuk menerbitkan bulletin sekolah, tapi yang mampu menerbitkan sangat baik dilakukan sebagai sarana komunikasi kepada orang tua siswa dan masyarakat sekitar.
2. Bersikap Simpatik Letak dan giografis sekolah bermacam-macam sehingga siswa kita dalam satu rombongan belajar juga ada bermacam-macam ditambah kondisi ekonomi orang tua siswa yang penghasilan dan pendapatannya yang berbeda-beda pula. Sehubungan dengan itu guru dituntut mampu menghadapi situasi sekoah yang seperti itu, guru diharapkan bersikap ramah dan mampu membaca perasaan siswanya yang seperti itu, tetapi jangan lah guru larut dan terbawa dengan situasi siswanya yang beraneka ragam.
28 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Selain itu orang tua siswa diajak secara tidak langsung memahami kondisi sekolah yang guru hadapi agar mereka selalu siap memberikan bantuan kepada guru secara individual dengan kondisi sosial psikologi guru dan sesuai pula dengan latar belakang sosial ekonomi dan pendidikannya. Lakukanlah pergaulan dengan orang tua siswa sekalipun dalam pertemuan sebentar secara akrab, simpatik, misalnya dengan pertanyaan tentang nama orang tua siswa, tinggalnya dimana, berapa orang saudaranya dan lain-lain yang sifatnya, tapi hindari pertanyaan yang mengarah pada pekerjaan.
3. Melakukan Kebersamaan
Indahnya kebersamaan adalah semboyan yang mudah diucapkan, tetapi terasa sulit untuk dilakkan tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan bagi guru yang tinggal di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan. Melalui peran organisasi pergaulan sosial dia mampu bekerjasama dengan organisasi pendidikan seperti Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, tokoh masyarakat atau orang yang memiliki wibawa dan karismatik.
Sehubungan dengan itu guru perlu memahami kaidah-kaidah psikologis yang melandasi perilaku manusia terutama yang relevansinya dengan hubungan antar manusia. Sebagai ilustrasi guru yang berada di lingkungan masyarakat yang biasanya melakukan pengajian keagamaan guru mempunyai peluang untuk dapat bergaul dan beradaptasi secara langsung
29
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
dengan masyarakat yang memiliki kebiasaan seperti itu.
Apabila ada program yang berkaitan dengan program kebiasaan yang sudah pernah dilakukan masyarakat pihak sekolah yang secara tidak langsung mendapatkan dukungan dari pihak orang lain dalam hal ini lembaga Dewan Pendidikan/Komite Sekolah, dan masyarakat agar mereka diajak berkiprah di bidang pendidikan.
Contoh guru pendidikan agama setiap kali ada peristiwa kematian di desa membawa siswanya umpama kelas V dan VI untuk mengerjakan solata jenazah terhadap mayet tersebut. Guru pendidikan agama menyiapkan bekal kepada siswanya untuk bisa melaksanakan solat jenazah, sehingga apabila ada terjadi kematian di desa itu siswanya bisa digunakan untuk mengerjakan solat tersebut.
Dengan adanya hubungan yang seperti itu menambah kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dan dewan guru , sehingga memudahkan untuk membangun kerjasama sekolah dengan masyarakat.
4. Pandai Bergaul dengan Teman Sejawat dan Mitra Pendidikan Masyarakat menganggap terhadap guru sebagai tempat untuk meminta pendapat, karena ada pemeo yang dikenal sejak lama seperti “ guru harus digugu dan ditiru”. Maksudnya guru sbagai panutan yang dianggap mampu memberi pendapat dan pandangan . Kehidupan di
30 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
sekolah merupakan gambaran birokrasi pendidikan ketika berada di masyarakat sebagai kehidupan yang dijalani setiap saat maka kedua situasi yang berbeda itu guru harus bisa menjalin hubungan baik di antaranya saat di sekolah dengan guru dan siswa, tetapi ketika di masyarakat kita bersama masyarakat. Apabila kita memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat dan ketika menghadapi musibah sudah pasti masyarakat tidak membiarkannya dan kita pun merasa ringan karena terbantu oleh masyarakat tersebut.
5. Memahami Lingkungan sekitar
“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, pemeo itu sering diucapkan orang ketika ada perestiwa yang mirip dilakukan oleh kebiasaan orang tua siswa atau kejadian yang pernah dilakukan oleh masyarakat tempat tinggal. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sekitar masyarakat sangat positif dalam mempengaruhi pola pikir, tindakan dan aktivitas sehari-hari.
Sehubungan dengan itu guru wajib mengenal dan menghayati kebiasaan yang berlaku di sekitarnya agar kebiasaan itu dapat dipilah mana yang positif untuk bisa dikembangkan dan mana yang sangat dominan dalam mempengaruhi kehidupan siswa. Contoh pada musim panen padi di sawah ada salah satu daerah di Kabupaten Tapin (Kalimantan Selatan) kadang-kadang orang tua siswa datang ke sekolah untuk meminta izin agar anaknya yang laki-laki membantu menunggu hasil panen di sawah sementara belum bisa diangkut atau dibawa
31
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
kerumah, karena jarak sawah dengan rumah cukup jauh dan sarana transportasi menggunakan perahu dengan perjalanan mencapai 3 jam.
Dari cotoh di atas guru dapat menyimpulkan bahwa kompetensi sosial sangat erat kaitannya dengan aktivitas sosial dan bagaimana seorang guru mampu menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dari lingkungan sekitarnya pada saat melaksanakan tugas sebagai guru. Sekolah itu berkembang dalam satu lingkungan masyarakat yang dan selalu mempengaruhi perkembangan pendidikan di sekolah, karena itu guru wajib mengenal dan menghayati dunia sekitar sekolah, minimal masyarakat sekitar yang ditempati oleh sekolah dan guru itu berada. Dunia sekitar sekolah atau tempat tinggal guru dan siswa tersebut mungkin berada di kawasan industri, dunia pertanian, dunia perkebunan, dunia pertambangan, dunia perikanan dan lain sebagainya, tentu semua dunia lingkungan itu memiliki dinamika adat istiadat, kepercayaan, tata cara sikap dan tingkah laku masyarakat yang berbeda.
Dari butir-butir di atas tentu Anda dapat menyimpulkan bahwa kompetensi sosial guru berkaitan dengan bagaimana seorang guru mampu menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitarnya pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.
C. Kompetensi Profesional
Ada dua hal yang perlu diketahui, dipahami dan dukuasai sehubungan dengan kompetensi
32 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
professional yaitu (1) kemampuan dasar guru dan (2) keterampilan dasar guru , keduanya yang harus dimiliki seorang guru dan merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguatan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Masing-masing kompetensi itu memiliki subkompetensi dan indikator isensial sesuai dengan jumlah bidang studi atau rumpum matapelajaran.
Pada kemampuan dasar ada beberapa pandangan para ahli mengenai kompetensi professional, seperti yang dikemukakan Cooper, yaitu : (1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai mata pelajaran/ bidang studi yang dibinanya; (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya, dan (4) mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar. Sedang menurut ``(Johnson, 1980) mencakup : (a) penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuaan yang diajarkan dari bahan yang diajarkannya itu; (b) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, dan (c) penguasaan proses kependidikan keguruan pembelajaran siswa. Menurut (Depdikbud 1980) ada 10 (sepuluh) kemampuan dasar guru, yaitu :
33
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
(a) penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuaannya, (b) pengelolaan program belajar mengajar, (c) pengelolaan kelas, (d) penggunaan media dan sumber pembelajaran, (e) penguasaan landasan kependidikan, (f) pengelolaan interaksi belajar mengajar,(g) penilaian pristasi siswa, (h) pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, (i) pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah serta, (j) pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan.(dalam Djam’an Satori 2010: 2.24)
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat mempelajarinya secara rinci sebagai berikut.
1. Penguasaan Bahan Pelajaran Kompetensi pertama yang harus dikuasai seorang guru adalah penguasaan bahan pelajaran. Penguasaan ini adalah landasan pokok untuk keterampilan mengajar. Yang dimaksud dengan kemampuan menguasai bahan pelajaran adalah “kemampuan menguasai, memahami, menganalisis, mensintesikan dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang diajarkan”.(Wijaya 1982 Profesi Keguruan Djam’an Saroti). Misalkan bidang studi Bahasa Indonesia kemampuan yang harus disiapkan terhadap materi pengajaran Bahasa Indonesia adalah : (1) penguasaan materi ajar Bahasa Indonesia yang ada dalam kurikulum; (2) memahami
34 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
struktur, konsep, dan metode keilmuan yang manaungi materi ajar Bahasa Indonesia; (3) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (4) mampu menulis untuk berbagai macam keperluan, dan (5) mampu membaca berbagai macam bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan. Menurut Djam’an Satori dkk.(2010 :2.25) menguasai bahan pembelajaran atau bidang studi dan kurikulum sekolah dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengkaji bahan kurikulum mata
pelajaran; b. Mengkaji isi buku teks mata pelajaran
yang bersangkutan; Misalnya : Ibu Umi mau mengajarkan Pagmatik konsep keterampilan berbahasa sesuai dengan situasi pemakai. Yang dipertimbangkannya adalah bahasa ini diujarkan kepada orang yang lebih muda, orang yang sebaya dengan dia atau orang yang lebih tua. Menguasai bahan pendalaman / aplikasi bidang studi, hal ini dilakukan dengan cara : 1. Mempelajari situasi pemakaian bahasa. 2. Mempelajari konteks pemakaian bahasa
tersebut apakah diujarkan kepada orang yang a) lebih muda; b) orang yang sebaya atau kepada orang yang lebih tua.
3. Mempelajari cara menilai pragmatik , sudah barang tentu penilaian lebih dipokoskan pada komponen yang dapat menunjukkan kompetensi bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi.
35
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Misalkan kita berahasa dalam situasi formal berbeda dengan kita berbahasa dalam situasi informal. Situasi di pasar berbeda dengan kita berbahasa situasi pertemuan dan diskusi atau seminar.
2. Pengelolaan Program Belajar Mengajar
Kemampuan mengelola program belajar mengajar mencakup kemampuan merumuskan tujuan instruksional, kemampuan mengenal dan menggunakan metode mengajar, kemampuan memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, kemampuan melaksanakan program belajar mengajar, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) siswa, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
Program dirancang dalam rangka membantu siswa belajar secara individual, meskipun siswa belajar secara kelompok dalam satu kelas, namum hasil belajar dan kemampuan selalu bersifat individual. Oleh karena itu desain pengajaran berorientasi kepada belajar individual.
Desain sistem pengajaran berpedoman kepada pengetahuan kita tentang belajar. Karena sasaran yang ingin dicapai dalam desain pengajaran adalah siswa belajar, seluruh langkah penyusunan didasarkan pada hal itu, yaitu mencakup perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi pengajaran.
36 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Secara rinci menurut Sciever (1991), kemampuan mengelola program belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan cara berikut :
a. Merumuskan tujuan instruksional, kemampuan ini dilakukan dengan cara : 1) Mengkaji kurikulum mata pelajaran; 2) Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan
instruksional; 3) Mempelajari tujuan instruksional
bidang studi yang bersangkutan, serta 4) Merumuskan tujuan instruksional
mata pelajaran yang bersangkutan. b. Mengenal dan dapat menggunakan
metode mengajar, kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara : 1) Mempelajari macam-macam metode
mengajar, dan 2) Menggunakan macam-macam
metode mengajar. c. Memilih dan menyusun prosedur
instruksional yang tepat, kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara : 1) Mempelajari kriteria pemilihan materi
dan prosedur mengajar; 2) Menggunakan kriteria pemilihan
materi dan prosedur mengajar; 3) Merencanakan program pelajaran,
dan 4) Menyusun Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) d. Melaksanakan program belajar mengajar,
kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara :
37
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
1) Mempelajari fungsi dan peran guru dalam proses belajar mengajar;
2) Menggunakan alat bantu belajar mengajar;
3) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar;
4) Memonitor proses belajar siswa, serta 5) Menyesuaikan tencana program
pengajaran dengan situasi kelas. e. Mengenal kemampuan (entry behavior)
siswa, kemampuan ini dilakukan dengan cara : 1) Mempelajari tingkat perkembangan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar;
2) Mempelajari prosedur dan teknik untuk mengidentifikasi kemampuan siswa,
f. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial, kemampuan ini dpat dilakukan dengan cara : 1) Mempelajari faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar; 2) Mendiagnosa kesuliatan belajar
siswa; 3) Menyusun rencana pengajaran
remedial, dan 4) Melaksanakan pengajaran remedial.
3. Pengelolaan Kelas
Kemampuan ini menggambarkan keterampilan guru dalam merancang, menata, dan mengatur sumber-sumber belajar, agar tercapai suasana pengajaran
38 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
yang efektif dan efesien. Jenis kemampuan yang perlu dimiliki guru adalah :
a. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut : 1) Mempelajari macam-macam
pengaturan tempat duduk dan seting ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional / pembelajaran yang hendal dicapai;
2) Mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk atau seting ruangan.
b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut : 1) Mempelajari faktor-faktor yang
mengganggu iklim belajar mengajar yang kondusif;
2) Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat previntif;
3) Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif;
4) Menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.
4. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan ini pada dasarnya adalah kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisiensi.
39
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam kemampuan memahami media dan sumber belajar, menurut Cece Wijaya (1994), yaitu :
a. Mengenal, memilih dan menggunakan media, kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut : 1) Mempelajari macam-macam media
pendidikan; 2) Mempelajari kriteria pemilihan media
pendidikan; 3) Menggunakan media pendidikan,
dan 4) Merawat alat-alat bantu belajar
mengajar b. Membuat alat-alat bantu sederhana,
kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara: 1) Mengenali bahan-bahan yang tersedia
di lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat bantu;
2) Mempeljari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar serta
3) Menggunakan perkakas untuk membuat alat bantu mengajar.
c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar. Apakan laboratorium IPA, Komputer, dan lain sebagainya : 1) Mempelajari cara-cara menggunakan
laboratorium; 2) Mempelajari cara-cara dan aturan
pengamanan kerja di labortorium; 3) Berlatih mengatur tata ruang
laboratorium, dan
40 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
4) Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat laboratorium dan pendukung lainnya.
d. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar, kegiatan ini dapat dilakukan adalah : 1) Mempelajari fungsi-fungsi
perpustakaan dalam proses belajar mengajar;
2) Mempelajari macam-macam sumber perpustakaan;
3) Menggunakan macam-macam sumber kepustakaan;
4) Mempelajari kriteria pemilikan sumber kepustakaan dan
5) Menilai sumber-sumber kepustakaan.
5. Penguasaan Landasan-Landasan Kependidikan Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan dengan kegiatan sebagai berikut : a. Mempelajari konsep dan masalah
pendidikan dan pengajaran dengan sudut pandang sosiologis, filosofis, historis dan psikologis, dan pedagogis.
b. Mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antar sekolah dengan masyarakat;
c. Mengenal karakteristik siswa baik secara fisik maupun psikologis.
41
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
6. Mampu Menilai Prestasi Belajar Mengajar
Kemampuan meniai prestasi belajar mengajar perlu dimiliki oleh guru. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan mengukur perubahan tingkah laku siswa dan kemampuan mengukur kemahiran dirinya dalam mengajar dan membuat program. Dalam setiap pekerjaan evaluasi ada tiga sasaran yang hendak dicapai, yaitu : a. Prestasi berupa pernyataan dalam bentuk
angka dan nilai tingkah laku, b. Prestasi mengajar berupa pernyataan
lingkungan yang mengamatinya melalui penghargaan atas prestasi yang dicapainya,
c. Keunggulan program yang dibuat guru, karena relevan dengan kebutuhan siswa dan lingkungannya.
Ada beberpa kegiatan yang dilakukan guru dalam menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari fungsi penilaian; b. Mempelajari bermacam-macam teknik
dan prosedur penilaian; c. Menyususn teknik dan prosedur
penilaian d. Mempelajari kriteria pemilihan teknik
dan prosedur peniaian; e. Mengolah dan menginterpretasi hasil
penilaian;
42 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
f. Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar;
g. Menilai teknik dan prosedur penilaian h. Menialai keefektifan program pengajaran.
7. Memahami Prinsip-prinsip Pengelolaan Program Pendidikan di Sekolah
Disamping pelaksanaan proses belajar mengajar menurut Nawawi (1989) diharapkan guru membantu kepala sekolah dalam menghadapi berbagai kegiatan pendidikan lainnya yang digariskan dalam kurikulum, guru perlu memahami pula prinsip-prinsip dasar tentang organisasi dan pengelolaan sekolah, bimbingan dan penyuluhan termasuk bimbingan karier, program korikuler dan ekstrakurikler, perpustakaan sekolah serta hal-hal yang terkait
8. Menguasai Metode Berpikir
Metode dan pendekatan setiap mata pelajaran berbeda-beda. Menurut Reyold (1990) metode dan pendekatan berpikir keilmuan bermuara pada titik tumpu yang sama. Oleh karena itu untuk dapat mengatasi metode dan pendekatan bidang-bidang matapelajaran, guru harus menguasai metode berpikir ilmiah secara umum.
9. Meningkatkan kemampuan dan
menjalankan misi profesional
Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan teknologi. Guru harus terus menerus mengembangkan
43
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
dirinya agar wawasannya menjadi luas sehingga dapat mengikuti perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
10. Terampil Memberikan Bantuan dan
Bimbingan kepada Siswa
Bimbingan kepada siswa sangat diperlukan agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar mengajar di kelas. Untuk itu guru perlu memakai berbagai teknik bimbingan belajar dan dapat memilihnya dengan tepat untuk membantu para siswa. Ada dua hal yang perlu dimiliki dalam memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa : a. Mengenal fungsi dan layanan dan
penyuluhan di sekolah yang dapat dilakukan dengan cara: 1) Mempelajari fungsi bimingan dan
penyuluhan di sekolah; 2) Mempelajari program layanan
bimbingan di sekolah; 3) Mengkaji persamaan dan perbedaan
fungsi, kewenangan, serta tangung jawab antar guru dan pemimbing di sekolah.
b. Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, hal ini dilakukan dengan cara : 1) Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa di sekolah;
44 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
2) Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah terutama bimbingan belajar.
11. Memiliki Wawasan tentang Penelitian
Tindakan Kelas
Perkembangan ilmu dan teknologi sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian. Penelitian sederhana yang dilakkan oleh guru itu mencakup pengamatan kelas atau yang dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada waktu mengajar, mengidentifikasi faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar dan mempengaruhi hasil belajar, menganalisis alat penelitian untuk pengembangannya secara lebih efektif. Guru perlu mengamati, mengantisipasi dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan dan pengajaran, terutama hal-hal yang menyangkut pelaksanaan tugas-tugas pokoknya di sekolah, tidak hanya berupa kegagalan akan tetapi juga keberhasilan yang dicapainya. Setiap guru perlu memiliki kemampuan untuk memahami hasil-hasil penelitian itu dengan tepat sehingga mereka perlu memiliki wawasan yang mamadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara melaksanaan penelitian pendidikan. Menurut Prof.Dr. IGAK Wardani, M.Sc. menyebutkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar kita akan mengkaji dua tahapan yaitu merencanakan penelitian dan
45
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
melakukan tindakan dengan menggunakan empat langkah, seperti : a. Mengidentifikasi maslah; b. Menganalisis dan merumuskan masalah; c. Merencanakan PenelitianTindakan Kelas
(PTK), dan d. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Langkah-langkah itu dilakukan secara sistematis, artinya langkah pertama dilakukan lebih dahulu baru yang lainnya, misalkan kita mau melakukan identifikasi masalah, maka guru harus betanya-tanya (1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya itu? (2) Masalah apa yang ditimbulkan oleh adanya kejadian itu? Apa ada pengaruhnya masalah itu bagi kelas saya? Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi masalah itu untuk memperbaiki situasi yang ada? Penelitian sederhana yang dilakkan oleh guru itu mencakup pengamatan kelas pada waktu mengajar, mengidentifikasi faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar dan mempengaruhi hasil belajar, menganalisis alat penelitian untuk pengembangannya secara lebih efektif.
12. Mampu Memahami Karakteristik Siswa
Guru dituntut memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan perkembangan siswa, lalu menyesuaikan bahan yang akan diajarkan sesuai dengan karakteristik siswa. Menurut Rochman Natawijaya (1987:7), pemahaman yang
46 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
dimaksud mencakup pemahaman tentang kepribadian siswa serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, perbedaan individu di kalangan siswa, kebutuha, motivasi dan kesihatan mental siswa, tugas-tugas perkembangan yang perlu dipenuhi pada tingkat-tingkat usia tertentu, serta fase-fase perkembangan yang dialami mereka.
13. Mampu Menyelenggarakan Administrasi
Sekolah
Di samping kegiatan akademis, guru harus mampu menyelenggarakan administrasi sekolah, menurut Ary Gunawan (1989) guru diharapkan a. Mengenal secara baik
pengadministrasian kegiatan sekolah, b. Membantu dalam melaksanakan
kegiatan administrasi sekolah; c. Mengatasi kelangkaan sumber belajar
bagi dirinya dan bagi sekolah, serta d. Membimbing siswa merawat alat-alat
pelajaran dan sumber belajar secara tepat.
Untuk lebih memahami penyelenggaraan admnistrasi sekolah, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan antara lain : a. Mempelajari struktur organisasi dan
administrasi persekolahan; b. Mempelajari fungsi dan tanggung jawab
administrasi guru, kepala sekolah dan kantor-kantor dinas pendidikan;
c. Mempelajari peraturan-peraturan kepagawaian pada umumnya dan
47
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
peraturan kepegawaian guru pada khususnya;
d. Menyelenggarakan administrasi sekolah, serta
e. Mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur program akademik.
14. Memiliki Wawasan Tentang Inovasi Pendidikan
Seorang guru diharapkan berperan sebagai inovator atau agen perubahan maka guru perlu memiliki wawasan yang memadai mengenai berbagai inovasi dan teknologi pendidikan yang pernah dan mungkin dikembangkan pada jenjang pendidikan, M.C Ryan (1990). Wawasan ini perlu dimiliki oleh setiap guru agar dalam melaksanakan tugasnya mereka tidak cenderung bertindak secara rutin, tetapi selalu memikirkan cara-cara baru yang mungkin dapat diterapkan di sekolah, yang sekaligus dapat meningkatkan kegairahan kerja mereka.
15. Berani Mengambil Keputusan
Guru harus memiliki kemampuan mengambil keputusan pendidikan agar tidak terombang-ambing dalam ketidakpastian. Semua tindakannya akan memberikan dampak tersendiri bagi siswa sehingga apabila guru tidak berani mengambil tindakan kependidikan, siswa akan menjadi korban kebimbangan. Misalnya, Ibu Erni menghadapi persoalan dalam menentukan kenaikan kelas bagi seorang siswanya yang bernama Hendri.
48 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Siswa tersebut merupakan keponakan sendiri sementara nilainya sangat kutrang maka dalam hal ini Ibu Erni menghadapi dilema di satu sisi dari segi kemanusiaan cukup berat karena menyangkut saudara di pihak lain secara akademis tidak menunjang. Dalam hal ini dia mengalami kebimbangan dalam menentukan keputusan. Tetapi untuk tidak menimbulkan konplek yang berkepanjangan dengan berani Ibu Erni mengambil keputusan untuk tidak menaikkan Hendri dengan pertimbangan diharapkan tahun ajaran berikutnya dapat memperbaiki diri dan dengan segala sikap persuasifnya berusaha untuk menyampaikan kepada orang tua Hendri yang masih merupakan saudaranya. Contoh tersebut merupakan suatu keputusan yang lebih memperhatikan segi kependidikan daripada emosional.
16. Memahami Kurikulum Dan Perkembangannya.
Salah satu tugas guru adalah melaksanakan kurikulum dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, guru perlu memahami konsep-konsep dasar dan langkah-langkah pokok dalam pengembangan kurikulum. Selain mamadai juga mampu membuat deskripsi, sehingga kurikulum dapat diuraikan ke dalam pembelajaran yang diinginkan.
49
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
17. Mampu Bekrja Berencana Dan Terprogram
Guru dituntut untuk dapat bekerja teratur, tahap demi tahap, tanpa menghilangkan kreatifitasnya. Rencana dan program tersebut akan menjadi pola kerja guru sehingga tahap pencapaian pendidikan dapat dinilai dan dijadikan umpan balik bagi kelanjutan peningkatan tahap pendidikan. Keteraturan dan keterlibatan kerja ini pun akan memberikan warna dalam proses pendidikan atau proses belajar mengajar. Dengan uruan pekerjaan yang jelas, guru diharapkan dapat disiplin dalam bertindak, berpakaian dan berkaya.
18. Mampu Menggunakan Waktu Secara Tepat
Makna tepat waktu di sini bukan sekedar masuk dan keluar kelas tepat pada waktunya, melainkan juga guru harus pandai membuat program kegiatan dengan durasi dan frekuensi yang tepat sehingga tidak membosankan. Karakteristik ini juga hanya dapat dipakai melalui praktik pembinaan yang cukup banyak dan pengetahuan yang baik hanya sebatas pengetahuan yang akan disajikan kepada guru. Komponen-komponen profesional tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat gugus komponan profesional yang mempunyai : a. Pengetahuan tentang belajar dan
tingkah laku manusia, meliputi komponen nomor B,E,F,H,J,M;
50 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
b. Pengetahuan dan penguasaan bidang studi yang dibinanya, meliputi komponen nomor A,E,H,I, O;
c. Sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya, meliputi nomor : B,C,G,L,K,N,Q,R,S;
d. Keterampilan dalam teknik mengajar, meliputi komponen nomor : B,D,R,S.
Selain kemampuan dasar di atas maka keterampilan dasar secara spesipik akan membantu perilaku guru ketika berasa dalam kelas. Ketrampilan dasar atau sering disebut keterampilan mengajar memenag sangat diperlukan oleh setiap orang yang menjadi guru. Guru yang terampil adalah guru yang profesional dalam mengajar akan menciptakan situasi pembelajaran yang sangat menarik. Murud senang mengikuti pembelajaran guru pun merasa puas terhadap pelaksanaan pembelajaran. Ada beberapa keterampilan dasar yang perlu diketahui dan diaplikasikan serta dikuasai oleh guru ketika guru ingin melaksanakan pembelajaran, yaitu : a. Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran
Membuka pelajaran adalah cara memulai melakukan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk mengakhiri pelajaran. Prosedurnya adalah seagai berikut : (a) Tujuan
51
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
1. Agar siswa lebih siap baik fisik maupun pikiran untuk mengikuti pembelajaran;
2. Menotivasi untuk memperhatikan pembelajaran dengan sungguh-sungguh;
3. Mendapat gambaran jalannya pembelajaran karena siswa mengetahui tujuan manfaat pembelajaran, dan
4. Mengerti apa yang akan mereka lakukan selama berlangsungnya dalam pembelajaran.
(b) Sistematika membuka pelajaran 1. Melakukan apersepsi,
maksudnya adalah menghubungkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan dibahas, contoh, anak-anak sebelum kita membahas materi pelajaran ini baiklah kita masih ingat dengan pelajaran yang kita bahas minggu yang lalu, siapa di antara kamu yang masih ingat? Silakan sebutkan! Contoh yang seperti ini jarang terlihat sekarang ini dalam kelas karena guru menganggap hanya membuang-buang waktu, pada hal manfaatnya baik seperti dalam mengawali pembelajaran. Kita perlu melakukan pemanasan pelajaran sebelum pelajaran
52 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
berlangsung. Pemenasan tidak saja dilakukan untuk peradangan pisik tetapi juga diperlukan dalam gerakan otak.
2. Menyampaikan tujuan atau kompetensi yang diinginkan, maksudnya sebelum kita memasuki pembahasan materi yang baru sebaiknya menyampaikan tujuan pelajaran atau kompetensi yang ingin kita bahas. Kompetensi pelajaran tersebut hendaknya ditulis di papan tulis atau dalam media pembelajaran agar siswa bisa mengetahui dan mengikuti secara sistematis jalannya pembelajaran dalam kelas. Siswa mengetahui ada berapa tujuan atau kompetensi yang dinginkan untuk diketahui dalam pembelajaran ini. Contoh : (a) Setelah selesainya
pebelajaran ini …dapat menyebutkan apa yang dimaksud variasi kalimat!
(b) Membuat contoh variasi kalimat sebanyak 2 buah kalimat dengan benar!
(c) Menjelaskan pola-pola kalimat dalam bahasa Indonesia!
53
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
3. Menunjukkan pentingnya bahan ajar, dimaksudkan adalah agar siswa lebih bergairah atau termotivasi dalam mengikuti pelajaran, misalnya anak-anak hari ini kita akan membahas bentuk-bentuk dan contoh surat yang lazimnya dipakai di kalangan surat-surat dinas dinas dan juga surat-surat yang lazim dipakai di kalangan perusahaan. Sebelumnya saya tampilkan contoh surat dalam Bahasa Indonesia mari kita bahas lebih rinci lagi.
4. Memberi pengarahan, maksudnya adalah informasi yang akan disampaikan kepada siswa sehubungan dengan beberapa tugas terkait metode pembeajaran, misalnya hari ini kita akan membahas sebuah puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Doa, kamu buat apresiasi terhadap apresiasi tersebut menurut kata-kata mu sendiri, selanjutnya saya bagi kelompok untuk menelaahya, silakan kamu berkelompok dengan teman yang paling dekat dari deretan mejamu.
54 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
3) Menutup Pelajaran Ada beberapa keinginan yang dilakukan untuk menutup pelajaran, di antaranya : 1. Membantu siswa memahami isi
pokok pelajaran 2. Mendorong minat siswa untuk
belajar; 3. Mengetahui seberapa jauh
siswa memahami pelajaran 4. Mengetahui bagian mana yang
harus diingat atau masih perlukah diulang.
4) Cara menutup pelajara 1. Membuat rangkuman dari
keseluruhan isi pembahasan, misalnya guru membimbing siswanya dengan bertanya jawab
2. Menunjukkan atau menginformasikan buku atau bacaan yang menarik dan relevan dengan materi pelajaran yang dibahas.
3. Memberitahu topik yang akan dibahas pada pertemuan yang akan dating serta pentingnya topic itu dan siswa diminta untuk siap lebih dahulu dengan materi itu.
4. Melaksanakan evaluasi formatif yaitu guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa saat itu baik secara lisan maupun tulisan.
55
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
b. Keterampilan Menjelaskan Keterampilan menjelaskan adalah tindakan keterampilan yang dilakukan oleh guru ketika memberikan iformasi pelajaran kepada siswanya dengan menggunakan metode ceramah. Ketika menjelaskan tidak hanya sekedar guru yang menjelaskan, artinya guru tidak hanya sekedar memberikan iformasi melainkan informasi itu dipersiapkan sedemikian rupa melalui pemikiran yang sistematis, terstruktur dan terurai. Ada beberapa prinsip yang diperlukan guru dalam memberikan penjelasan : 1. Isi pejelasan harus relevan dengan
tujuan dengan yang hendak dicapai. 2. Cakupan materi harus
sesuaidengan tingkat kemampuan dan usia siswa.
3. Disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif.
4. Materi harus bermakna bagi siswa.
A. Tujuan Menjelaskan 1. Siswa memperoleh pemahaman
mengenai persoalan atau bahan pelajaran yang dijelaskan.
2. Siswa termotivasi untuk bertukar pikiran, gurna mendapatkan suatu kesimpulan atau kepastian.
3. Siswa terbimbing mengikuti proses bernalar untuk dapat menjelaskan masalah yang mereka hadapi.
56 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
4. Siswa berkurang bebannya, apabila sumber bahan yang harus mereka pelajari sulit diperoleh.
Sebelum menyampaikan pelajaran guru perlu mempersiapkan dengan baik. Ada dua hal penting yang dilakukan guru sehubungan dengan keterampilan menjelaskan, yaitu : (a) Merencanakan
1. Yang berhubungan dengan isi materi : a. Menganalisis masalah secara
keseluruhan. b. Menentukan jenis hubungan
antara unsur-unsur yang berkaitan.
c. Menerapkan aturan, kaidah rumus, hukum yang sesuai dengan jenis hubungan yang telah ditentukan
2. Yang berkaitan dengan siswa, guru perlu : a. Mempertimbangkan apakah
penjelasan relevan dengan pertanyaan siswa.
b. Mempertimbangkan apakah penjelasan itu mudah ditangkap, diserap dan dipahami oleh siswa.
c. Mempertimbangkan apakah penjelasan itu sesuai dengan bakal pengetahuan siswa pada waktu itu.
57
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
(b) Menyampaikan / Menyajikan materi 1. Kejelasan
a. Ucapan dan suara harus jelas tidak terlalu lemah dan tidak terlalu keras.
b. Kalimat yang digunakan hendaknya kalimat yang efektif.
c. Kata, istilah dan ungkapan yang baru atau asing diberi penjelasan atau difenisi secara jelas.
d. Tiap-tiap penggalan pembicaraan diberi waktu jeda.
2. Penggunaan contoh dan ilustrasi a. Penjelasan dihubungkan
dengan apa yang sudah diketahui siswa demikian juga hendaknya ketika memberi contohnya.
b. Pejelasan hendaknya menggunakan pola baik secara induktif atau secara deduktif. Maksudnya penjelasan dimulai dengan memberikan contoh-contoh atau hal yang bersifat khusus kemudian diambil simpulan. Sedangkan pola deduktif artinya penjelasan dimulai dari kaidah-kadah atau dalil, rumus atau yang bersifat umum, kemudian diberikan contoh atau penjelasan secara rinci.
58 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
3. Pemberian tekanan Penjelasan diberikan pada persoalan yang pokok pada hal-hal yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang dipelajari dan dapat dilakukan antara lain : a. Menggunakan variasi suara,
misalnya dalam hal tekanan suara tinggi, rendah keras lemah pada bagian penting diberikan dengan tekanan suara yang diucapkan dengan nada yang bereda.
b. Memperjelas tujuan/kompetensi pada pokok pembicaraan dengan jalan : - Memberikan ikhlisar - Memberikan isyarat,
misalnya “ pertama”. “kedua”, dan seterusnya.
4. Umpan Balik
Selama penjelasan berlangsung guru perlu memberikan kesempatan bertanya, baik siswa yang bertanya kepada guru maupun guru yang brtanya kepada siswa. Hal ini dimaksudkan adalah untuk memantau apakah semua penjelasan yang disampaikan sudah sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Apabila petanyaan masih ada yang diragukan maka
59
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
guruperlu mengulang atau dijelaskan kembali dengan mengguunakan kalimat atau contoh yang mudah dipahami siswa.
3. Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya adalah proses pembelajaran yang menggunakan teknik bertanya yaitu usaha meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa berkaitan dengan pelajaran yang diberikan. Menurut Pah (1984) dalam buku Solchan (1989: 8.18) menyebutkan ada dua jenjang keterampilan bertanya, yaitu ketarampilan dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. Ketrampilan bertanya dasar adalah memiliki unsur-unsur yang perlu diterapkan dalam mengajukan semua jenis pertanyaan, sedangkan keterampilan bertanya lanjutann sebagai kelanjutan bertanya keterampilan bertanya dasar. Lebih mengutamakan pengembangan kemampuan berpikir, meningkatkan partisipasi dan motivasi inisitif siswa. 1. Tujuan Bertanya
a. Memotivasi timbulnya minat serta rasa ingin tahu akan materi yang dipelajari.
b. Menarik perhatian siswa terhadap permasalahan yang diberikan
60 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
c. Mengembangkan aktivitas siswa
d. Menotopasi untuk berpikir kritis dan kreatif.
e. Menuntun siswa untuk memecahkan masalah.
f. Memberikan dorongan agar siswa mau mengemukakan pendapat.
g. Menuntun siswa untuk mengabil simpulan.
h. Mengukur hasil belajar siswa. i. Mengetahui tingkat
kemampuan dan pemahaman siswa untuk penentuan peringkat atau kelompok.
2. Faktor yang perlu mendapat perhatian. Ketepatan guru dalam menggunakan keterampilan bertanya sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk itu dapat dilakukan secara verbal (menggunakan kata-kata) maupun non verbal (seperti mimik, gerakan kepala, posisi badan dan intonansi). seperti : a. Kehangatan dan keantosisan
Kehangatan siswa dalam menerima pelajaran adalah berguna untuk meningkatkan partisipasi yang baik terhadap siswa, untuk itu dapat dilakukan secara verbal naupun non verbal.
b. Kebiasan yag perlu dihindari
61
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Kadang-kadang guru bertindak tanpa sadar melakukan sesuatu, seperti : 1. Guru mengulangi
pertanyaan sendiri tanpa diminta siswa. Siswa pasti menunggu pertanyaan itu akan diulangi lagi siswa menjawab setelah pertanyaan berakhir diberikan guru.
2. Mengulangi jawaban siswa, tanpa adanya penguatan yang diminta. Mengulangi jawaban siswa akan terjadi pemborosan waktu, adakalanya diperlukan apabila diperlukan penguatan.
3. Menjawab pertanyaan sendiri. Siswa tidak akan berpikir karena pertanyaan itu akan dijawab juga oleh guru.
4. Memancing pertanyaan yang menimbulkan jawaban serentak. Ada dua hal yang menyebabkan pertanyaan itu serentak (1) apabila pertanyaan itu terlalu mudah, sehingga semua siswa bernafsu untuk menjawabnya (2) pertanyaan yang memancing, misalnya
62 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Tahukah kalian apa pelangi itu?
5. Mengajukan pertayaan ganda, misalnya “ Apa yang dimaksud kalimat majmuk dan apa pula bedanya dengan frase?
6. Menunjuk siswa untuk menjawab sebelum pertanyaan diberikan.
19. Keterampilan Bertanya Dasar Keteramplan beranya dasar perlu ditetapkan dalam mengajukan semua jenis pertanyaan. Unsur-unsur tersebut antara lain : a. Petanyaan jelas dan singkat
Pertanyaan tersebut tidak ambiguitas atau tidak berbelit-belit dan kata-kata serta kalimatnya mudah dipahami.
b. Diberi acuan Untuk tidak menimbulkan salah pemahaman terhadap maksud yang terkandung dalam pertanyaan sebaiknya diberi acuan. Misalnya homofon ialah kata-kata yang sama lafalnya, tetapi ejaan dan maknanya berbeda. Coba carikan sebanyak tiga buah contoh homofo!
c. Pemusatan
63
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Maksudnya pertanyaan dibuat lebih khusus/menyempit sehingga siswa tidak bingung dengan isi pertanyaan, misalnya “ sebutkan ciri-ciri puisi lama yang terdiri dari empat baris! Yang mana dimaksud puisi lama yang terdiri dari empat baris? Tentu tidak hanya satu macam.
d. Pemilihan giliran Pertanyaan yang cukup luas tidak hanya dijawab oleh seorang siswa bisa siswa yang lain juga akan memberikan pendapatnya, oleh karena itu siswa yang lain juga diberi giliran untuk menjawabnya sehingga jawaban menjadi lebih lengkap.
e. Penyebaran Pertanyaan tersebut tidak tertuju pada satu kelompok saja tetapi menyebar ke semua siswa untuk mendapat ksempatan menjawab pertanyaan.
f. Waktu selang Setelah guru mengemukakan pertanyaan siswa langsung menjawabnya melainkan ada tenggang waktu
64 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
berpkir untuk menjawabnya. Sesudah cukup waktunya baru guru meminta siswa untuk menjawabnya.
g. Membimbing Adakalanya siswa kurang pas seperti yang dimaksud pertanyaan tersebut bahkan tidak bisa menjawab sama sekali. Guru perlu membimbing mengerahkan pada isi pertanyaan. Misalnya apa perbedaan buku dengan kitab? Orang-orang pasanterin menyebut buku pelajaran biasanya kitab, tetapi buku tulis disebutnya hanya buku.
20. Keterampilan Bertanya Lanjutan Keterampilan bertanya dasar
yang ditanyakan hanya terbatas pada pengertian dasarnya saja, sedangkan bertanya lanjutan lebih mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berpikir atau kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keterampilannya bertanya lanjutan memiliki beberapa kemungkinan manfaat, yaitu : a. Mengembangkan
kemampuan siswa untuk
65
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
menemukan informasi mengorganisasikan informasi tersebut serta menilainya.
b. Memotivasi siswa untuk mengembangkan ide dan mengemukakan ide tersebut kepada kelompoknya.
c. Meningkatkan kemampuan siswa menyususn dan mengemukakan pertanyaan berdasarkan informasi yang relevan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan daya kreasinya.
Pertanyaan lanjutan mempunyai beberapa komponen, seperti :
a. Pengaturan urutan
pertanyaan Pertanyaan diatur secara sistematis yaitu dimulai dari yang mudah dan sampai pada yang sulit. Urutannya selalau dimulai dari ranah kognitif-pengetahuan- aplikasi-sintites-analitis dan sampai pada evaluasi. (tak sonomi bloomfird)
66 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
b. Penggunaan pertanyaan pelacak Pertanyaan itu sudah benar dijawab siswa akan tetapi diperlukan pembuktian lebih akurat, teliti bahkan rujukan yang lain seperti :
1. Meminta siswa
mengemukakan alas an - Apa dasarnya jawaban
itu ? - Mengapa
kesimpulanmu demikian ?
2. Meminta pendapat siswa lain
- Bagaimana pendapat kalian dari jawaban temanmu tadi ?
- Adakah yang sependapat dengan jawaban itu ?
3. Minta contoh - Coba gambarkan
diagram pembentukan frase yang kamu sebutkan tadi ?
4. Minta penjelasan - Apabila jawaban siswa
masih kurang jelas, kita melacak sekali lagi, apa yang kamu maksudkan itu!
67
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
5. Minta jawaban yang lebih kompleks
- Bila pertanyaan dirasakan masih terlalu dangkal kita dapat melacaknya dengan pertanyaan, misalnya coba berikan penjelasanmu secara rinci atau berikan tambahan penjelasanmu dengan contoh-contoh yang lain!
21. Variasi tuntutan tingkat kognitif Pertanyaan yang dikemukakan hendaknya dibuat
berdasarkan tingkat kognitif secara sistematis pertanyaan jangan menumpuk pada tingkat tertentu saja. Misalnya :
Pengetahuan : Sebutkan sedikitnya lima pengarang
Pujangga Baru! Pemahaman : Bagaimana ringkasan uraian yang telah
And abaca tadi? Aplikasi : Analisis : Uraikan kalimat ini atas fungsi-
fungsinya! Sintesia : Di antara kata-kata berikut ini mana
yang termasuk kata majemuk? Evaluasi : Bagaimana pendapat Anda tentang
watak pelaku cerita itu?
68 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
4. Keterampilan Memberi Penguatan Dalam proses pebelajaran guru perlu menciptakan kondisi yang menyenangkan, menggembirakan dan membangkitkan motivasi. Kondisi seperti itu akan mampu membuat siswa untuk berbuat yang lebih baik dalam menyerap materi pembelajaran. Siswa yang mampu berbuat baik ia akan bangga terhadap apa yang dikerjakan nya saat itu, begitu juga guru hendaknya bisa memberi penghargaan (reward) kepada siswa yang mampu melakukan kebaikan tersebut. Pemberian penguatan adalah tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
Tujuan memberi penguatan :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa; 2. Mengontrol atau mengubah sikap yang
mengganggu kea rah tingkah laku belajar yang produktif;
3. Terkendalinya prilaku siswa dengan penguatan yang tepat, prilaku yang baik akan berkembang sedang prilaku yang kurang baik akan dapat dikurangi.
Komponen penguatan Pemberian penguatan harus diberikan dengan selektif, hati-hati disesuaikan dengan tingkat usia siswa, tingkat usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan dan sifat tugas yang disajikan. Penguatan hendaknya bermakna bagi siswa.
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam keterampilan memberi peguatan, antara lain : a. Penguatan verbal
Penguatan veral dinyatakan dalam bentuk ujaran atau ucapan kalimat atau kata-kata seperti :
69
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
1. Bagus sekali, tepat sekali, setuju 2. Berupa kalimat : saya setuju dengan
pendapatmu, silahkan lanjutkan pendapatmu itu.
b. Penguatan non verbal Penguatan non verbal adalah pemberian yang
dilakukan tidak dengan ujaran, penguatan non verbal ini adalah beberapa macam, seperti : 1. Acungan jempol, anggukan, senyuman. 2. Tidakan mendekati seperti : guru duduk deket
siswa atau kelompok atau berdiri disamping siswa.
3. Sentuhan, seperti : menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, mengangkat tangan siswa.
4. Yugas yang menyenangkan seperti : siswa yang berhasil diminta memimpin kegiatan atau membantu guru melakukan kegiatan dikelas.
5. Penguatan berupa hadiah, seperti : memeberi buku tulis, coklat atau yang lain.
5. KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI
Perubahan selalau ada dan terus menerus perubahan itu
adalah untuk mencari solusi yang baik dan memuaskan. Menggunakan variasi dalam pembelajaran menjadi keharusan bagi guru agar siswa tidak cepet bosan, terasa lelah dan menghilangkan kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Jadi konteks guru dalam mengadakan variasi adalah untuk mengatasi kebosanan dalam belajar : Tujuan melakukan variasi : 1. Mempertahankan semangat siswa dalam belajar. 2. Meghilangkan rasa kebosanan akibat menotonime. 3. Menjaga agar kesinambungan pembelajaran tetap
berjalan sesuai tujuan.
70 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Komponen keterampilan a. Gaya mengajar baru
1. Variasi suara tinggi rendahnya suara, tekanan suara, intonasi dan lain-lain.
2. Pemusatan perhatian : guru memberikan tekanan pada butir-butir yang penting dari penyajiannya dengan menggunakan bahasa kiasan, seperti : dengarkan dengan baik, perhatikan yang ini, hubungkan kalimat dengan….., dan lain-lain.
3. Kesenyapan seperti guru berhenti sejenak untuk merenungkan isi uraian yang disampaikan.
4. Pandangan, maksudnya guru memandang siswa tidak hanya tertuju pada satu arah atau satu siswa saja. Pandangan guru itu selalu mendapat perhatian siswa.
5. Gerakan badan seperti : ekpresi wajah, gelengan atau anggukan kepala gerakan badan dan lain-lain.
6. Perubahan posisi guru, guru tidak menoton disatu tempa hendaknya guru berpindah-pindah tempatnya sewaktu-waktu didepan ada kalanya guru perlu kesamping maupun ke belakang.
b. Variasi dengan menggunakan media 1. Variasi dengan menggunakan alat bantu atau bahan
yang dapat dilihat, seperti : gambar, sketsa, grafik, film, televise dan laptop.
2. Variasi denan alat atau bahan yang dapat didengat, sperti : rekaman suara, drama, dialog dan lain-lain.
3. Variasi dengan interaksi dan kegiatan siswa, guru dan siswa bernain pran dan sebagainya hingga dapat lebih menarik lagi jika dilakukan secara bervariasi.
6. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI
Diskusi kelompok kecil adalah proses pembelajaran
secara spontan melibakan siswa dalam interaksi kelompok pembelajaran.
71
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Tujuan diskusi kelompok kecil adalah : 1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi
dan berkomunikasi dalam pembelajaran; 2. Melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain,
berpikir positif dan bersikap terbuka; 3. Meningkatkan aktivitas siswa secara positif; 4. Memberikan kepada siswa untuk menguasai konsep
dan memecahkan masalah.
Pelaksanaan dalam kelas sebelum diskusi dimulai siswa diminta mempersiapkan diri untuk melaksanakan diskusi. Guru sebagai pembimbing dan sekaligus nara sumber sebelum diskusi dilaksanakan tentunya memberikan langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh siswa agar saat diskusi tidak terjadi kebingungan untuk menyelesaikan tugas pembelajaran yang diberikan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, seperti : 1. Diskusi yang dilakukan berlangsung secara terbuka; 2. Diskusi berlangsung dalam suasana akrab, bersahabat; 3. Semua peserta bersedia menerima topic yang akan
didiskusikan; 4. Semua anggota berpartisifasi secara aktif; 5. Semua peserta bersedia menghargai pendapat
temannya; 6. Semua peserta harus bersedia mematuhi tata tertib
yang telah ditentukan
Dalam pelaksanaan diskusi kelompok ada tiga tahap, yaitu :
1. Persiapan a. Menentukan topik / masalah yang akan
didiskusikan, b. Memberi pengarahan oleh guru, terkait dengan
topic yang akan didiskusikan,
72 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
c. Membicarakan/menentukan teknik pelaksnaan, jumlah anggota dalam kelompok, pengauran tempat duduk, persta diskusi, memberi tugas kepada peserta,
d. Menentukan tata tertib dan memimpin diskusi. 2. Pelaksanaan
a. Pemimpin diskusi mengingatkan kembali tata tertib yang telah disepakati,
b. Penyampaian permasalahan lanjutan tukar pendapat,
c. Pengamilan keputusan dan pencatatan hasil diskusi.
3. Penyelesaian
a. Penyampaian hasil diskusi oleh kelompok, b. Penilaian hasil diskusi oleh guru bersma siswa, c. Pesan/balikan oleh guru terhadap hasil diskusi.
Selama diskusi berlangsung guru mengamati jalannya diskusi dalam hal ini ada beberapa factor yang perlu mendapat perhatian oleh guru antara lain : 1. Pemusatan perhatian; 2. Penyampaian dan penjelasan masalah; 3. Pandangan siswa; 4. Kontribusi siswa; 5. Pendistribusian partisifasi siswa; 6. Penutup.
Apabila guru sendiri yang memimpin diskusi, maka factor-faktor tersebut di atas dapat dijabarkan atau dirinci sebagai berikut : a) Pemusatan perhatian, meliputi :
1) Menetapkan tujuan diskusi (tahap persiapan) 2) Menyatakan masalah yang khusus harus
diperhatian. 3) Menandai perubahan yang kurang relevan
dengan toik;
73
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
4) Merangkum hasil diskusi pada tahap-tahap tertentu sebelum dilanjutkan pada tahap akhir.
b) Penjelasan masalah, meliputi : 1) Memperjelas pendapat siswa yang masih
kurang jelas 2) Memancing pendapat siswa dengan
mengajukan pertanyaan; 3) Memperdalam pendapat yang dikemukakan
oleh siswa dengan menambah iformasi. c) Pandangan siswa, meliputi : 1) Menganalisis pandangan siswa; 2) Mencari penyebab pengajuan pandangan siswa
(alas an) d) Kontibusi Siswa, meliputi :
1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci; 2) Memotivasi dengan memberikan contoh-contoh; 3) Memancing timbulnya perbedaan pendapat
dengan mengajukan pertanyaan; 4) Memberikan waktu berpikir; 5) Memberikan penguatan terhadap pendapat-
pendapat siswa.
e) Pendistribusian pendapat siswa; (1) Mencermati kepada siswa siapa yang belum
mengemkakan pendapat; (2) Mencegah pembicaraan yang berlebihan; (3) Mencegah menopoli pembicara yang berlebihan; (4) Meminta kesepakatan, sementara untuk mencari
jalan keluar; (5) Meminta siswa untuk memberikan komentar
terhadap kontribusi temannya. f) Penutup diskusi :
(1) Merangku hasil diskusi;
74 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
(2) Memberi gambaran mengenai topic-topik berikutnya;
(3) Mengajak siswa memberikan penilaian terhadap hasil diskusi secara manfaatnya.
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru dalam menciptakan kondisi belajar secara optimal, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan kompetensi target waktu yang telah ditentukan. Sering guru terkecoh oleh kondisi pembelajaran yang terbawa pada hal di luar substansi materi sehingga waktu yang tersedia tidak relevansinya dengan pembelajaran. Maka waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk membahas materi dan pelajaran tidak efisen dan efektif akhirnya pembelajaran tidak tutas. Tujuan Keterampilan Pengelolaan Kelas Ada beberapa tujuan diantaranya : 1. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab
individu terhadap tingkahlakunya; 2. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang
sesuai dengan kondisi kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan peringatan dan bukan kemarahan;
3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
Kompnen Keterampilan Keterampilan mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : a) Menciptakan dan memelihara kondisi kelas belajar
secara optimal : 1. Menunjukkan sikap tanggap, melalui ini siswa
merasakan bahwa guru hadir bersama mereka;
75
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
2. Membagi perhatian, kelas ayng efektif ditandai adanya perhatian yang secara sungguh-singguh;
3. Memusatkan perhatian kelompok, dengan mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu selama proses belajar. Pada saat belajar tidak ada siswa yang main henpon atau bicara yang tidak ada artinya;
4. Memberikan petunjuk yang jelas; 5. Menegur, teguran verbal yang efektif harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) tegas, jelas kepada siswa yang mengganggu dan tingkah laku itu harus dihentikan; (b) menghindari peringatan yang kasar yang mengandung penghinaan, pelecehan, (c) menghindari ujaran dan perbuatan yang tidak menyenangkan dan bertentangan dengan perlindungan anak/siswa.
b) Mengembalikan kondisi belajar yang optimal dengan menggunakan strategi yang dipakai oleh guru di antaranya : 1. Memodifikasi tingkah laku yang harus
dipergunakan di antaranya : a) Meninci tingkah laku yang menimbulkan
gangguan; b) Memelihara norma yang realistic untuk tingkah
laku yang menjadi tujuan dalam program remedial;
c) Bekerja sama dengan rekan guru bimbingan konseleng;
d) Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki. 2. Pengelolaan kelmpok, pendekatan, pemecahan
masalah kelompok dapat dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternative dalam mengatasi masalah kelompok kelas, keterapilan yang diperlukan antara lain : (1) memperlancar tugas; (2) memelihara kegiatan kelompok.
76 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
3. Menemukan dan memecahkan masalah tingkah laku yang menimbulkan masalah, seperti sikap yang dapat dilakukan adalah : (1) pengabaian yang direncanakan; (2) ampurtangan dengan isyarat; (3) mengawasi dari dekat; (4) menguasai perasaan yang mendasari terjadinya suatu perbuatan yang negative; (5) mengungkapkan perasaan siswa; (6) memindahkan masalah yang bersifat mengganggu; (7)menyusun kembali rencana belajar; (8) menghilangkan ketegangan dengan homor; (9) memindahkan penyebab gangguan, dan (10) pengasingan. Beberapa hal yang perlu dihindari : a. Campur tangan yang berlebihan; b. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri
pelajaran c. Penyimpangan dalam pembelajaran; d. Bertele-teli (1) selalu mengulang-ulang; (2)
memperjuagkan keterangan yang sudah dirasa cukup; (3) mengubah suatu teguran yang sederhana menjadi ocehan yang berkepanjangan.
e. Mengulang penjelasan yang tidak diperlukan lagi.
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
Mengajar kelompok kecil maksudnya adalah pengejar pengajaran yang berlangsung melalui interaksi kelompok-kolompok siswa yang terdiri dari 3 s.d. 8 orang. Pembelajaan melalui kelompok kecil, maksudnya adalah pembelajaran yang menghargai adanya perbedaan kemampuan siswa ketika menerima materi. Peranan guru dalam pengajaran kelompok kecil dan peroragan, guru berperan sebagai (a) organisator kegiatan pembelajaran; (b) sumber
77
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
informasi bagi siswa; (c) mendorong siswa untuk belajar dan (d) menyediakan materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Komponen keterampilan : a. Mengadakan pendekatan secara pribadi untuk
menciptakan hubungan yang akrab antara guru dengan siswa, suasana ini dapat diciptakan dengan cara : 1) Memberi respon positif terhadap pikiran siswa; 2) Membangun hubungan saling mempercaya; 3) Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa
tanpa kecendrungan mengambil alih atau mendominasi tugas siswa;
4) Mendengarkan secara simpati; 5) Menerima paranan siswa dengan penuh
pengertian dan keterbukaan; 6) Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa
merasa aman merasa dibantu, serta menemukan alternative pemecahan masalah yang dihadapi.
b. Keterampilan pengorganisasian Guru sebagai organisator berperan selama pembelajaran berlangsung seperti :
1) Memberi orientasi umum tentang tujuan atau kompetensi yang akan dikerjakan;
2) Mengkooerdinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan serta menggunakan materi dan sumber sehingga dapat memberikan bantuan dengan tepat;
3) Membagi-bagi perhatian pada beberapa tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap membantu jika diperlukan;
4) Mengakhiri kegiatan dengan satu kesimpula yang dapat berupa laporan hasil kegiatan.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar seperti :
78 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
1) Memberikan supervise proses awal yang dikerjakan dengan tujuan melihat apakah siswa sudah bekerja sesuai arahan;
2) Mengadakan supervise lanjutan berupa interaksi yang muncul dan dapat pula berupa memberikan bimbingan tambahan, melibatkan diri sebagai peserta untuk memotivasi siswa, memimpin diskusi danlain-lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti : a) Guru biasanya mengajar secara klasikal,
maka sebaiknya mulai dari mengajar kelompok kecil sampai pada kegiatan perorangan;
b) Tidak semu topic dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perorangan;
c) Pengorganisasian siswa, sumber materi, serta waktu merupakan langkah pertama yang perlu diperhatikan oleh guru;
d) Kegiatan pembelajaran harus diakhiri dengan kolminasi;
e) Dalam pengajaran perorangan, guru perlu mengenal siswa secara pribadi. Mengajar dengan kelompok kecil dan perorangan merupakan keterampilan yang sangat kompleks dan memerlukan penguasaan keterampilan secara professional dan disiapkan sebelumnya.
D. KOMPETENSI PEDAGOGIK
Di samping kompetensi seperti disebutkan di atas atau kompetensi sosial, kepribadian dan kompetensi profesional juga guru sebagai tenaga
79
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
profesional di bidang pendidikan juga menguasai kompetensi pedagogok. Kompetensi pedagogik adalah salah satu jenis kompetensi yang harus perlu dikuasai guru. Kompetensi ini pada dasarnya adalah gambaran kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, yang memiliki ke khasan yang dapat membedakan guru dengan profesi lainnya dan dapat menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peseta didik dan sekaligus menjadi kebanggaan guru dalam proses pembelajaran. Ada sepuluh kompetensi pedagogik yang sangat layak untuk diketahui oleh guru dan sekaligus untuk dikuasai, seperti :
1. Menguasai bahan ajar/ materi yang akan
diajarkan dan juga bahan penunjang lainnya. Yang dimaksud dengan menguasai bahan ajar/ materi dalam kurikulum sekolah yaitu guru harus menguasai bahan / materi sesuai dengan materi atau cabang ilmu pengetahuan yang dipegang atau diajarkan sesuai dengan kurikulum sekolah. Misalnya membuat kalimat yang dalam whats app (WA) kepada orang yang kita hormati, kepada teman sebaya, atau kepada teman yang usianya lebih muda dari kita, sehingga kalimat yang dibuat tidak berisi ujaran kebencian. Kompetensi ini perlu latihan dan bimbingan, sehingga anak /siswa mengerti dan guru pun juga terampil menggunakan dan memepelajari materi agar siswanya memiliki minat, termotivasi dengan baik. Oleh karenanya kompetensi pertama ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi didapat
80 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
melalui upaya belajar secara terus menerus dan dilakukan secara sistematis.
2. Mengelola program pembelajaran, guru
yang memiliki kompetensi yang tinggi seharusnya mampu mengelola program pembelajaran yang secara regulasinya mampu sebagai gambaran seseorang akan tampil di depan kelas sekalipun guru berhalangan hadir di saat itu. Sehubungan dengan ini ada beberapa hal yang harus ditempuh oleh guru, seperti :
a. Merumuskan tujuan instruksional /
pembelajaran atau istilah sekarang kompetensi yang diinginkan untuk dicapai. “Kullu angmalu binniat”, tidak ada suatu pekerjaan itu kalau tidak disertai dengan niat. Niat itulah yang disebut dengan tujuan. Tujuan itulah akan memberi gambaran kepada siswa bisa tidak mereka berubah atau ada terjadi atau tidak terjadi perubahan setelah selesai dilakukan pembelajaran. Misalkan kita mau menuju kota A
Gambar 3
A
81
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Keterangan :
1) Apakah orang yang pertama dengan orang
yang kedua sama-sama tercapai menuju kota
A?
2) Mana yang lebih cepat menuju kota A?
Ilustrasi secara sederhana itulah gambaran untuk mencapai tujuan / kompetensi yang diinginkan. Orang pertama lebih hemat dalam mencapai tujuan, sedangkan orang kedua juga tercapai tetapi banyak waktu yang terbuang digunakan dalam pembelajaran seperti itu.
b. Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat.
Sebelum melaksanakan pembelajaran biasanya menyiapkan segala sesuatu secara tertulis dalam suatu persiapan mengajar, yang sering juga dikenal dengan singkatan RPP (Rancangan Persiapan Pembelajaran). Dalam RPP ini mengendung prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar-mengajar. Seperti tadi merumuskan tujuan / kompetensi yang diinginkan, kenudian mencari metode dan alat pendukung dan sampai pengembangan evaluasi, begitulah seterusnya untuk semuanya harus didesain oleh guru agar pembelajaran menarik minat siswanya, bagaimana guru memperhitungkan waktu 1 x 45 menit atau 2x 45 menit pembelajaran tuntas.
c. Melaksanakan program pembelajaran
Sebelum pelajaran dimuali sebaiknya guru menyampaikan tujuan/kompetensi yang diinginkan agar siswanya bisa terkonsentrasi
82 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
pada keinginan dalam pembelajaran. Ada orang yang menyangkal kadua tujuan itu disampaikan mudah saja siswa untuk menangkap isi materi. Pembalajaran tidaklah sepeti menjawab teta teki silang siapa bisa untung siapa yang tidak bisa tertinggal? Guru menginginkan semua siswanya harus bisa dan dapat menyelesaikan pembelajaran secara tuntas dalam 1 x 45 menit atau 2x45 menit, itulah kebahagiaan seorang guru bila sudah keluar dari ruang kelas belajar. Dalam penyampaian materi guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Menyampaikan materi dan pelajaran dengan
tepat dan jelas; 2) Pertanyaan yang disampaikan cukup
merangsanga untuk berpikir, mendidik dan mengenai sasaran;
3) Memberi kesempatan atau menciptakan kondisi yang dapat memunculkan pertanyaan dari siswa;
4) Terlihat adanya variasi dalam pemberian materi dan kegiatan;
5) Dalam pembelajaran guru selalu memperhatikan reaksi atau tanggapan yang berkembang pada diri siswa baik verbal maupun non verbal;
6) Memberikan pujian (rewort) atau penghargaan bagi jawaban siswa yang tepat dan sebaliknya mengarahkan jawaban siswa yang kurang tepat.(tidak bersifat punising).
d. Mengenal Kemampuan Anak Didik Dalam mengelola program pembelajaran guru sering menerima keluhan karena sebagian siswa ada yang berhasil dan ada yang belum mencapai kompetensi yang diinginkan. Sehubungan
83
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
dengan itu perlu guru mengenal kemampuan siswanya sebab bagaimana juapun setiap siswa memiliki perbedaan karakteristik dan kemampuan. Dengan demikian dalam satu kelas akan terdapat bermacam-macam kemampuan, hal ini perlu dipahami oleh guru agar dapat mengelola program belajar mengajar dengan baik dan tepat.
e. Merencanakan dan melaksanakan Program Remedial Ada siswa yang bisa menangkap isi pelajaran dalam satu penjelasan, ada pula yang bisa menangkap dua kali penjelasan tetapi ada pula yang baru masuk materi itu kalau berkali-kali pengulangan pembelajaran itu. Seperti motor ada yang kapasitasnya 50 cc, ada yang 75 cc, ada yang 100 cc bahkan 150 cc lebih cepat jalannya dan bisa dipacu untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Dalam pembelajaran tentu saja kadang kala kita menghadapi situasi yang seperti itu dalam kelas namun harapan kita pembelajaran bisa tuntas dalam satu atau dua kali pertemuan bisa terganjal oleh siswa yang memiliki kapasitas yang rendah. Kita pun tidak boleh memungkiri karena itu adalah kodrat yang sudah ditakdirkan kepada siswa kita akan tetapi sebagai pemangku amanah harus kita lakukan secara sistematis agar pembelajaran bisa tuntas dan siswa juga bisa setara pengetahunnya dengan yang lainnya ketika mereka sudah lulus dari sekolah. Faktur yang perlu diperhatikan dalam kegiata remedial adalah : a. Sifat kegiatan remedial;
84 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
b. Jumlah siswa yang memerlukan remedial; c. Tempat dilakukannya remedial; d. Waktu pelaksanaan remedial; e. Orang yang harus melakkan remedial; f. Metode yang dipergunakan dalam remedial; g. Sarana atau alat yang dipakai dalam
remedial; h. Tingkat kesulitan belajar siswa. i. Langkah-langkah yang dipergunakan, seperti
: (1) Diagnose, seperti :
Identifikasi kasus;
Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan;
Menetapkan faktor penyebabnya (2) Prognose, yaitu mengadakan istimasi
tentang kesulitan. (3) Terapi, yaitu menemukan berbagai
kemungkinan atau alternative dalam rangka penyembuhan kesulitan.
3. Kemampuan mengelola kelas, untuk kenyamanan dalam pembalajaran kelas perlu dibenahi agar terlihat sejuk, indah dan pembelajaran bisa terpokos sehingga tidak ada lagi persoalan yang bisa mempengaruhi pemikiran ketika pembelajaran berlangsung. Kalau bembelajaran belum kondusip, guru sebaiknya harus berusaha seoptimal mungkin membenahinya dan ketika pembelajaran harus dimulai siswa sudah siap menerimanya. Sangat diperlukan bagi guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang sihat sebelum dimuali kegiatan pembelajaran. Misalnya meja sudah tertata rapi papan tulis sudah bersih, kelompok belajar sudah terbagi, lembar kerja siswa sudah disipkan, tempat membuah sampah sudah bersih dan lainnya.
85
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
4. Menggunakan media pembelajaran, di era 4,0 (kemajuan teknologi industri yang sangat pesat) buku-buku pelajaran yang sudah ada. Guru pun sebaiknya untuk menyampaikan pembelajaran menggunakan media IT agar pembelajaran lebih tertarik dan adanya dinamika / variasi dalam penyampaian materi kepada siswa. Ada beberapa langkah yang perlu menjadi perhatian dalam menggunakan media pembelajaran : a. Mengenali memilih dan menggunakan media; b. Membuat alat bantu pembelajaran yang
sederhana, tetapi sebaiknya menggunakan “laptop” karena sudah zamannya kita mengikuti perkembangan teknologi. Kadang-kadang siswa kita di rumah sudah menggunakan laptop ketika di sekolah tidak ada alat ini, sekarang sudah bisa terjangkau oleh guru kalau mengunakan media ini.
c. Bisa menggunakan laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar misalnya untuk kegiatan penelitian dan eksprimen.
d. Menggunakan buku pegangan / sumber sebagai rujukan dan juga menggunakan sumber-sumber lain untuk memperkaia pengetahuan;
e. Menggunakan perpustakan dalam proses belajar mengajar.
5. Memahami Landasan Kependidikan Dirancangnya kurikulun 2013 adalah untuk menyesuaikan perkembangan dengan lajunya perubahan. Situasi perkembangan Global dan ME sangat mempengaruhi kehidupan bangsa sehingga pendidikan perlu mengikuti dan menyesuaikan perkembangan zamannya. K-13 adalah menjadi gambaran masyarakat Indonesia untuk 5 tahun ke
86 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
depan, seperti yang terdapat dalam kurikulum itulah yang kita kehendaki 5 tahun yang akan datang. Landasan pendidikan yang dituangkan dalam kebijakan yang dilakukan akan memuat tentang kehidupan Negara. Pendidikan dapat mempertahankan NKRI melalui bermacam cara, seperti melalui budaya, ekonomi, politik dan sebagainya yang menyangkut kehidupan hajat orang banyak. Di sisi lain pendidikan kita ingin mengembangkan siswa yang berkarakter, melalui itulah diharapkan tidak lagi ada kejadian untuk 5 tahun ke depan siswa yang menyerang, mengeroyok gurunya sendiri hingga meninggal. Berkaitan dengan masalah seperti itulah pendidikan kita saat ini sangat memperihatinkan, karena seorang murid yang berbuat tega terhadap gurunya sendiri.
6. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar. Interaksi pembelajaran sangat ditentukan atas pilihan guru dalam menetukan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran. Pendekatan kita pakai istilah yang dipergunakan Jazir Burhan dalam bukunya yang berjudul Problematika Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia “ pendekatan adalah cara memulai pengajaran …di sekolah” (1971:35). Pendekatan dipergunakan sebagai landasan dalam merancang, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran, semua prosesi itu tergambar dalam kurikulum. Metode adalah cara kita menyampaikan pelajaran, metode ini bermacam-macam dan kita sesuaikan dengan sifat materi yang akan kita sampaikan. Tidak semua metode tepat untuk disampaikan kesemua materi, misalnya materi yang akan kita sampaikan ada mengundang masalah
87
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
barangkali tidak cocok kalau diceramahkan yang paling tepat adalah didiskusikan. Begitu juga kalau materi itu hanya bersifat informasi tidak perlu untuk didiskusikan, tetapi yang paling tepat adalah diceramahkan saja. Metode yang paling efektif adalah membawa siswa kita lebih aktif untuk menyelesaikan materi itu dengan cara menggali, mendiskusikan dan mencari jawaban yang terdapat dalam pikirannya. Interaksi belajar-mengajar antar siswa dengan siswa, antar guru dengan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan, karena terjadi komunikasi dua arah dalam rangka transfer pengetahuan yang saling sumbang saran dan mencari kebenaran. Sangat cocok dalam hal ini berarti komponen yang ada antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Proses pembelajaran itu saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan / kompetensi bagi siswa. Terjadinya interaksi antar guru dengan siswa atau antar siswa dengan siswa semata tergantung pada pemilihan metode yang dipergunakan oleh guru dalam pembelajaran. Strategi adalah lebih mengarah pada siasat, taktik bagaimana caranya agar pembelajaran ini bisa dikuasai siswa kita dalam 1x45 menit atau 2x45 menit pembelajaran bisa berjalan lancar, tuntas dan tujuan pembelajaran tercapai. Ada beberapa komponen dalam interaksi pembelajaran, misalnya guru, siswa, metode, alat teknologi, sarana, dan tujuan. Untuk mencapai tujuan/kompetensi masing-masing komponen itu saling berperan dan merespon saling mempengaruhi antar satu dengan yang lainnya. Sehingga semuanya dikembalikan kepada guru terutama untuk mendesain secara sistematis agar komponen tadi sama-sama berfungsi sesuai dengan harkat yang
88 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
terdapat padanya, sehingga pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
7. Memberi Penilaian kepada Siswa untuk Kepentingan Pengajaran.
Salah satu tugas utama dari guru sebagai pendidik
professional adalah memberikan penilaian dan
mengevaluasi kepada peserta didik, oleh sebab itu
menilai peserta didik adalah salah satu dari
kompetensi pedagogik.
Guru harus mampu meniai prestasi siswanya untuk
kepentingan pembelajaran. Penilaian sebenarnya
mempunyai fungsi (1) sebagai pelaksanaan laporan
pemberian nilai tanda kemajuan belajar siswa; (2)
sebagai lapporan kepada orang tua siswa dalam
tingkat kemampuan penguasaan belajar, dan (3)
mengetahui keberhasilan guru dalam melakukan
proses pembelajaran.
Sehubungan dengan keberhasilan guru perlu
kiranya untuk melakukan perbaikan dan variasi
pembelajaran agar kiranya tidak menoton dalam
melakukan proses pembelajaran. Bagi guru yang
bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan
menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih
bervariasi serta akan memberikan pembelajaran
yang berbeda antar siswa yang memiliki prestasi
tinggi dengan siswa yang memiliki prestasi rendah.
Guru perlu mengambil lagkah-langkah sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan data hasil belajar siswa setiap
kali ada usaha mengevaluasi selama
pembelajaran berlangsung pada akhir pelajaran;
89
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
b. Menganalisis data hasil belajar siswa. Dengan
langkah ini guru akan mengetahui siswa yang
menemukan pola-pola belajar yang lain,
keberhasilan atau tidaknya siswa dalam belajar;
c. Menggunakan data hasil belajar siswa, dalam hal
ini menyangkut lahirnya feed back untuk
masing-masing siswa dan ini perlu diketahui
oleh guru, dengan adanya feed back itu maka
guru akan menganalisis dengan tepat follow up
atau kegiatan berikutnya.
8. Mengenal Fungsi Bimbingan Penyuluhan
Membimbing siswa adalah salah satu tugas utama
guru sebagai pendidik profesional juga melakukan
bimbingan kepada siswa. Bimbingan adalah bantuan
yang diberikan kepada seseorang, dalam usaha
memecahkan kesukaran-kesukaran yang
dialaminya.(Drs.Ngalim Purwanto, 1975 : 96). Setiap
guru memberikan pembelajaran tidak terlepas dari
pengamatan ada siswa yang kadang acuh terhadap
penjelasn guru ada yang sedang mengobrol bersama
temannya ketika guru sedang menyampaikan
pelajaran bahkan ada yang sedang bertukar tempat
duduk dan sebagainya. Semua itu kadang kala
memancing emosi guru dan sering guru terhenti
menjelaskan karena ada sikap siswanya dalam kelas
yang mengundang perhatian khusus.
Jika ada ditemukan hal yang seperti itu maka guru
sangat wajar dan wajib memberikan bimbingan
kepada siswanya sebelum berkembang lebih jauh.
Menurut Jeer Book of Education, bimbingan ada
suatu proses membantu individu melalui usaha
90 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
kemauannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi
dan kemanfaatan sosial. Penyuluhan menurut James
F.Adams-dikutup dari Iberahim Hadi- adalah suatu
hubungan timbal balik antar dua orang individu
yang seorang membantu yang lainnya supaya ia
dapat lebih memahami dirinya dalam hubungan
dengan masalah hidup yang dihadapinya saat itu
dan pada waktu yang akan datang.
Tujuannya adalah memberi bantuan agar siswa
mampu memilih dan menentukan caranya sendiri
untuk mengatasi hambatan agar tidak terjadi
kegagalan dalam belajar.
Dalam penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan
tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat
akademik seperti : kognitif, afektif dan psikomotor,
tatapi juga problem-problem pribadi yang
diperkirakan menghambat proses pembelajaran
bahkan kemajuan belajar siswa itu sendiri. Dengan
program bimbingan dan penyuuhan itu siswa dapat
mengembangkan potensinya secara optimal menjadi
pribadi masyarakat yang dilandasi dengan rasa
tanggung jawab terhadap masa depannya. Jadi guru
di sekolah mempunyai peran ganda untuk
menyukseskan siswanya dalam menempuh masa
depan melalui pengetahuan yang diperoleh dan
melewati jalan yang berliku dengan diberikan
rambu-rambu agar tidak melakukan tikungan yang
membahayakan dirinya.
91
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
9. Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi
Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang
didalamnya ada kepala sekolah, guru, pegawai tata
usaha, murid tentu memerlukan penataan yang
efektif dan efisien dalam menjalankan roda
organisasi system pendidikan, kita bisa berjalan
dengan lancer menuju tujuan pendidikan perlu ada
dukungan administrasi sekolah. Selain untuk
menyelesaikan administrasi pembelajaran juga harus
menyelesaikan administrasi kelas seperti : membuat
jadwal pembelajaran, absen kehadiran siswa, buku
nilai dan catatan kemajuan pembelajaran sehari-hari
atau istilah disebut dengan jurnal.
Administrasi kelas ini akan dapat membantu guru
pada saat rapat kenikan kelas, pemberian nilai
bahkan catatan pembimbingan atau catatan
peristiwa yang terjadi selama siswa dalam
pembelajaran.
Ada dua hal menjadi perhatian guru yang
relevansinya dengan administrasi kelas, yaitu :
a. Administrasi yang disebut recording, (catat-
mencatat) yang meliputi antara lain : daftar
presensi (harian/bulanan) tugas / pekerjaan
siswa (individu / kelompok), catatan sosiometri
atau hubungan antar siswa, peristiwa siswa, data
pribadi siswa yang berhubungan dengan
identitas, latar belakang ornag tua, riwayat
pendidikan, kesihatan dan catatan khusus yang
diperlukan bagi siswa. Adapun catatan yang
penting bagi guru seperti : silabus matapelajaran,
persiapan pembelajaran (RPP), jurnal, kumpulan
soal ujian/ulangan dan tugas yang diberikan
92 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
kepada siswa, catatan hasil evaluasi siswa , buku
notulin rapat dan buku agenda.
b. Administrasi reporting (lapor-melapor) bagi
guru ini meliputi laporan kepada kepala sekolah
dan laporan kepada orang tua siswa. Mengenai
laporan kepada kepala sekolah, hampir semua
kegiatan recording seperti di atas diuraikan
kepada kepala sekolah, di samping itu guru juga
melaporkan kepada kepala sekolah hal-hal
misalnya tentang pengorganisasian siswa,
inventarisasi kelas, keuangan kelas, mutasi,
kenaikan dan tamat belajar, perkembangan
prestasi dan hasil belajar siswa, karena jangan
setiap ada masalah baru melaporkan kepada
kepala sekolah, agar menandakan bahwa guru
dan sekolah selalu mengikuti perkembangan
situasi siswa selama berada di sekolah.
DISKREPSI DAN GARIS-GARIS PROGRAM
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI
ASOSIASI PROFESI DAN KEAHLIAN SEJENIS
No Kompetensi Sub Kompetensi
Metode Sumber Pustaka
1 2 3 4 5
1. Kepribadian 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Percaya kepada diri
1. Ceramah 2. Tanya
jawab 3. Diskusi 4. Tugas 5. Workshop 6. Seminar.
7. Materi Pokok Profesi Keguruan, oleh Djam’an Satori dkk, Penerbit Universitas Terbuka Edisi 1.
8. Kompetensi Guru Sekolah
93
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
sendiri
3. Tenggang rasa dan toleransi
4. Bersikap
terbuka dan demokratis.
5. Sabar dalam menjalani profesi keguruan.
6. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya.
7. Memahami tujuan pendidikan.
8. Memahami kelebihan dan kekurangan diri
9. Kreatif dan inovatif dalam berkarya.
10. Bertidak
sesuai norma hukum.
11. Bertindak sesuai dengan norma sosial
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Departemen Pendidikan Nasional 2001.
9. Menuju Pendidikan Dasar Bermutu dan Merata, Depdiknas 2001.
10. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas,Drs Sukidin,M.Pd. dkk Insan Cendekia 2008.
11. Menjadi Guru Profesional Drs.Moh Uzer Usman, Remaja Rosdakarya, Bandung.
12. Be A Great Teacher 46 Rahasia Sukses Menjagi Guru Hebat, oleh Barnawi AR Ruzz Media Jakarta.
13. Reformasi Pendidikan, sebuah Rekomendasi, oleh Paul SuparnoSJ. Kanisius
94 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
12. Bangga sebagai guru
13. Memiliki konsestansi
dalam bertindak sesuai dengan norma.
14. Menampilk
an kemandirian dalam bertndak sebagai pendidika.
15. Memiliki etos kerja sebagai guru.
16. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat
17. Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Yogyakarta. 14. Sekolah Unggul
(Manajeman Sekolah) Prof.Dr.Ir.Moedjiarto,M.Sc
15. Bahasa Tubuh Untuk Guru, Fahmi Amrullah, Yogyakarta 2012.
16. Pedoman Pemilihan Guru Beperestasi Jenjang SMA dan SMK Tingkat Nasional Tahun 2017.
95
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
18. Memiliki prilaku yang berpangaruh positif terhadap peserta didik.
19. Memiliki prilaku yang disegani.
20. Bertindk sesuai dengan norma religius (iman, takwa, jujur, ikhlas dan suka menolong)
21. Memiliki prilaku yang diteladari.
2. Sosial 1. Tampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.
2. Bsrikap simpatik
3. Dapat
96 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
bekerjasama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah
4. Pandai bergaui dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan)
6. Berkomunukasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
7. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif sesame pendidika dan tenaga kependidikan.
8. Berkomunikasi dan bergaul
97
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan measyarakat sekitar.
3. Profesional 1. Penguasaan bahan pelajaran beseta konsep-konsep.
2. Pengelolaan program belajar
3. Pengelolaan kelas
4. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar.
5. Penguasaan landasa-landasan kependidikan.
6. Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar.
7. Memahami prinsip-
98 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
prinsip penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/mata pelajaran.
4. Pedagogik 1. Memahami wawasan atau landasan kependidikan.
2. Memahami terhadap peserta didik.
3. Mengembangkan kurikulum/silabus.
4. Perencanaan pembelajaran.
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidika dan diologis
6. Evaluasi hasil belajar.
7. Pengembangan peserta
99
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
8. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif.
9. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip pengembangan kepribadian.
10. Mengidentifikasi bekal awal ajar peserta didik.
11. Memahami landasan kependidikan.
12. Menerapka
100 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
n teori belajar dan pembelajaran.
13. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik.
14. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
15. Menata latar (setting) pembelajaran.
16. Melaksanakan pembelajaran yang efektif.
17. Merancang dan melaksanakan evaluasi (assesement) proses dan hasil belajar
101
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
secara berkesinambngan dengan berbagai metode.
18. Menganalisis evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning)
19. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk pebaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
20. Memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi non akademik.
102 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
BAB IV
MUTU PENDIDIKAN
A. Membangun Mutu Melalui Guru Profesional
Sering pendidikan dijadikan komuditi jualan
kampanye, malah ada yang serius untuk menjadikan
visi misi pendidikan sebagai urutan pertama yang
harus diperjuangkan, tetapi setelah terkabul
kenyataannya anggaran pendidikan tidak lebih dari
5%, sehingga pendidikan tidak akan pernah
mencapai keunggulan. Janji pendidikan yang
disampaikan dan dilaksanakan secara birokrasi,
apalagi dipolitisasi sampai daerah semestinya
menjadi harapan yang begitu menjanjikan bagi
masyarakat, tetapi tidak pernah kunjung datang.
Pendidikan adalah menjadi sektor teknis dan
profesional ketimbang politis. Sebagai sektor teknis
pendidikan dikelola secara profesional berdasarkan
kebijakan teknis ketimbang kebijakan yang
dihasilkan melalui proses politik. Pembangunan
sistem pendidikan di daerah itu sendiri akan
berhasil jika gubernur dibantu oleh birokrasi yang
tidak hanya profesional akan tetapi benar-benar
memiliki keahlian dalam kebijakan pendidikan dan
kearipan di bidang tugasnya.
Pendidikan adalah proyeksi kemanusiaan yang
sangat menentukan kehidupan berbangsa ke
depannya. Bila sumberdaya manusia tidak
terbangun dengan baik selama masa jabatan maka
sumberdaya akan tertinggal dan hilang selama
priode tersebut. Pencitraan tidak bisa dipisahkan
103
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
dengan politik, sehingga pemimpin/ kepala daerah
lebih tertarik membangun impra struktur jika
dibandingkan dengan membangun bidang
pendidikan. Misalnya membangun jembatan atau
membangun pengerasan jalan 4 atau lima bulan
sudah bisa dilihat hasilnya, berbeda dengan
membangun pendidikan, sudah habis masa
jabatannya baru bisa dilihat hasilnya, sehingga
kurang tertarik bila dilihat dari segi pencitraan.
Birokrasi dalam pengelolaan pendidikan di daerah
harus sejalan dengan kebijakan nasional dan mampu
diterjemahkan di tingkat provinsi dan sampai
kabupaten / kota agar daya saing yang diperlukan
untuk mewujudkan layanan pendidikan yang adil,
bermutu, berdaya saing dan relevan dengan
kebutuhan berbagai bidang pembangunan dapat
diselesaikan oleh bangsa kita sendiri.
Rumusan tujuan seperti yang diterjemahkan melalui
visi dan misi kepala daerah hampir semua
mencantumkan pendidikan sebagai sektor utama,
tetapi ketika masuk ke dalam Renstra Strategis
Pembangunan tidak ubahnya sama dengan sektor
lain yang tidak pernah disebut-sebut pada saat
kampanye. Rumusan yang dituangkan melalui
wawasan yang kurang memahami dalam analisis
kebijakan pendidikan semestinya kita tahu mana
yang benar dan mana yang salah serta
memanifistasikan/menjelma ke dalam kebijakan
yang bermutu.
Masih dirasakan kebijakan dan pembangunan
pendidikan kurang mengarah pada peningkatan
104 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
mutu kurang berwawasan, bahkan berisiko
menurun dalam mencapai misi penyelenggaraan
pendidikan.
Dr.W.Edward Deming dan Dr.Joeseph M.Juran,
keduanya diakui sebagai Bapak Mutu dalam
pendidikan, karena ia mampu memainkan peran
penting dalam membangun kembali Jepang seteh
Perang Dunia II. Jepang luluh lantak, tetapi Juhran
sudah memperkirakan keberhasilannya kembali
dalam sebuah pidatonya untuk Organisasi Kontrol
Mutu pada tahun 1966. Dia mengatakan “ Bangsa
Jepang menonjol di dunia dalam kepemimpinan mutu dan akan menjadi pemimpin dunia dalam dua
dekade mendatang karena taka da pihak lain yang
bergerak ke arah mutu dengan kecepatan yang
sama dengan bangsa Jepang”. Pandangannya dalam
meningkatkan mutu itu adalah : (1) meraih mutu
merupakan proses yang tidak menganal akhir; (2)
perbaikan mutu merupakan proses
berkesinambungan bukan proses sekali jalan; (3)
mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota
dewan sekolah dan administrator; (4) pelatihan
terhadap guru merupakan pra syarat mutu; (5)
setiap orang (guru) di sekolah mesti mendapat
pelatihan. ( Jerime S. Arcaro 2005 : 9).
105
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Alur dalam Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan Sistem Pendidikan Nasional. (Gambar 4
Gambar (2) bahwa Mendikbud bertanggung jawab atas pelaksanaan sistem pendidikan nasional sesuai ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Terutama menyangkut pembinaan teknis (a) Peningkatan mutu; (2) Ujian Nasional dan (3) membangun profesionalisme guru. Sehubungan dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa ada pembagian kewenangan seperti Pendidikan Dasar menjadi kewenangan kabupaten/kota, sedangkan Pendidikan menengah SMA/SMK menjadi kewenangan provinsi. Pelaksanaan sistem pendidikan nasional sesuai amanat UU No 20 Tahun 2005 merupakan manipestasi dari UUD 1945 mempunyai 4 misi Pemerintahan NKRI (1) meguasai ketentuan dalam UU No.20 Tahun 2003; (2) menunjuk menteri pendidikan sebagai pembantu presiden dengan memperhitungkan keahlian dan profesionalisme di bidang
UUD 1945
UU No 20 Th 2003
UU No 14 Th 2005
UU No 23 Th 2014
MENDIKBUD
1. Membayar gaji
2. Mengangkat guru
3. Memutasi
4. Memensiunkan
5. Memberhentikan
106 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
pendidikan begitu juga gubernur menunjuk pembantunya di bidang pendidikan dengan mempertimbangkan keahlian dan profesionalisme di bidang pendidikan; (3) mendorong terwujudnya iklim dan kultur meretokrasi dalam pengelolaan dan menyelenggaraan sistem pendidika nasional, dan (4) mewujudkan dan memelihara terlaksananya teknis peningkatan mutu dan profesionalisme guru.
b. Permasalahan Mutu dan Daya Saing Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan secara terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sudah 73 tahun kita merdeka dan mendambakan seperti yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 namun dewasa ini pendidikan nasional masih menghadapi beberapa kendala dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencapai keinginan seperti yang diutarakan di atas sebagai ciri pendidikan yang berkualitas. 1. Pada tahun 1980-an lembaga pendidikan di
tingkat sekolah dasar dikelola oleh lembaga SPG pada waktu itu mencetak para guru-guru SD. Kemudian lembaga itu ditutup karena dianggap sudah tidak rilevan lagi dalam rangka untuk peningkatan mutu, karena lembaga itu setingkat / sederajat dengan SMA/SMK lalu mutu lulusan
107
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
ditingkatkan melalui lembaga pendidikan tinggi kependidikan (LPTK). Yang menjadi persoalannya adalah lembaga pendidikan tinggi yang belum terstandar dan terakreditasi sebagai lembaga yang memenuhi UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Akhirnya sebagian besar penghasil guru adalah LPTK Swasta yang ditengarai belum memenuhi standar mutu pendidikan tinggi.
2. Indonesia masih melakukan pemerataan pendidikan sampai saat ini, sehingga peningkatan mutu masih terkendala belum terwujudkan pelayanan pendidikan yang adil, merata dan bermutu. Sehingga kebijakan pemerintah banyak terpokos pada pemetaraan pendidikan. Pelayanan pendidikan yang adil dan merata hanya dapat diwujudkan jika wajib belajar pendidikan dasar dan pendidikan 9 tahun benar-benar bebas biaya, karena masih mengalami kesulitan dalam mewujudkan pendidikan dasar yang bermutu apalagi dengan bebas biaya.
3. Pengelolaan dana pendidikan sesuai UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat (1) dana pendidikan dan biaya kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD sesungguhnya itu dihasilkan secara politis, tetapi anggaran itu baru dirasakan berkisar antara 5% sampai 10% yang terwujudkan bila dikurangi biaya membayar gaji dan biaya pendidikan di luar dinas pendidikan.
108 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Akibat itu banyak program yang tidak bisa direalisasikan dalam memenuhi pelayanan pendidikan kepada mesyarakat dan menjadi kekecewaan guru bahwa mereka tahu bahwa ketentuan 20% dalam UUD 1945 dan UU No.20 Tahun 2003 bisa dimansuh atau dihapus dengan kekuatan SK Mendagri Nomor : 903/2706/BHJ tanggal, 8 September 2008 tentang Ketentuan Anggaran Pendidikan sebesar 20%, sehingga alokasi anggaran yang sudah ditetapkan berubah dan mengikuti SK Mendagri tersebut.
4. Pelaksanaan kurikulum 2013 saat ini masih belum tuntas, sudah berjalan 6 tahun (sejak 2013-2018) dan sebanyak 3 orang Mendikbud belum juga selesai ada apa dalam kurikulum 2013 itu, masyarakat sudah menunggu kapan bisa dituntaskan sehingga di sekolah tidak ada lagi menggunakan dua kurukulum dan masyarakat yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang berbeda bertanya kenapa anaknya yang satu menggunakan kurikulum 2013 sedangkan anak yang satunya menggunakan kurikulum KTSP 2006.
5. Dua tahaun berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam dunia pendidikan ikut merasakan penyesuaian peralihan pendidikan Menengah SMA/SMK ke provinsi masih menyisakan persoalan. Kepala Sekolah Swasta yang belum tuntas dikokohkan malah dikembalikan sebagai guru pada sekolah negeri, mereka diberi tugas sebagai pelaksana tugas kepala sekolah swasta di mana mereka semula bertugas. Kepala sekolah mengeluh karena semula mereka
109
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
melaksanakan sebagai menejerial akan beralih sebagai guru dengan jumlah jam pelajaran yang sesuai dengan tugas untuk memenuhi jumlah jam mngajar, bila tidak maka kepala sekolah tersebut tidak akan menerima TPG bahkan tunjangan jabatan sebagai kepala sekolah sudah tidak berhak lagi untuk menerimanya. Pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terutama yang terkai dengan pendidikan menambah banyak persoalan pendidikan karena yang berbeda-beda dalam menerapkan pelaksanaannya di provinsi yang lain tidak ada permasalahan terhadap guru dan kepala sekolah tetapi ada disalah satu daerah/ provinsi yang sampai sekarang masih belum tuntas. Jadi kalau pendidikan diatur oleh satu orang kepala maka semuanya sama, tetapi karena diatur oleh banyak kepala akan jelas membawa perbedaan yang berbeda-beda karena akibat kebijakan yang dilaksanakan pun berbeda-beda. Jika permasalahan guru dan kepala sekolah dapat ditangani secara serius, maka pemerintah sudah menyelesaikan bagian terbesar dari masalah pendidikan. Akhirnya perwujudan pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan belum didukung oleh tatakelola yang baik dan akuntabel. Ada beberapa prinsip pokok dari Dening dalam buku Jeromi S.Arcaro tentang Pendidikan Berbasis Mutu (1995 :8) menyebutkan yang dapat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah : (1) Dewan sekolah dan administrator harus menetapkan tujuan/kompetensi mutu yang diinginkan
110 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
untuk dicapai; (2) menekankan pada upaya pencegahan kegagalan pada siswa (pripintif) bukannya mendeteksi kegagalan setelah peristiwanya terjadi, dan (3) Pengawasan dengan ketat untuk memperbaiki adanya kesalahan dalam proses pembelajaran dan kesalahan administrasi pendukung. (1) Dewan sekolah adalah terdiri dari Kepala
sekolah, guru, tenaga administrasi, biasanya setiap awal tahun ajaran kepala sekolah, dewan guru dan tenaga administrasi dikumpul untuk melaksanakan rapat tahun ajaran yang biasanya berisi tentang pembagian tugas mengajar. Pada saat itu kepala sekolah akan menentukan angkarata-rata keberhasila yang harus dicapai sekolah-misalkan nilai rata-rata 7,0. Apabila angka rata-rata7,0 belum tercapai berarti sekolah belum tercapai dalam peningkatan mutu, sekalipun siswa atau peserta didik di sekolah itu naik 100%.
(2) Menekankan pada upaya pencegahan kegagalan (pripentif) pada siswa harus dilakukan, kita yakin benar bahwa semua peserta didik dalam satu kelas bahkan satu sekolah memiliki kemampuan yang beragam, sehingga guru sudah tahu ada yang cukup satu kali kegiatan belajar beralngsung sudah dapat menangkap kompetensi materi pembelajaran, tetapi ada pula pesrta didik setelah beberapa kali berlangsungnya pembelajaran baru bisa menagkap kompetensi pemebelajaran. Guru harus jeli
111
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
melihatnya agar tidak ada yang tertinggal ketika akhir dari semua pembelajaran. Fungsi remedial harus dijalankan bahkan bila menyangkut pemecahan dari problematika siswa dalam menghadapi pembelajaran yang sangat mempengaruhi peserta didik dalam mencapai kompetensi pembelajaran guru harus berkoordinasi dengan guru Bimbingan Konsleng (BK) dan kepala Sekolah, sehingga pada akhir tahun pelajaran tidak ada lagi peserta yang bermasalaha dengan nilai.
(3) Diperlukan pengawasan dengan ketat untuk memperbaiki adanya kesalahan dalam proses pembelajaran dan administrasi pendukung. Metode control atau pengawasan sangat diperlukan untuk melakkan perbaikan dan peningkatan mutu. Pengawasan melekat (zaman dahulu atau sekitar tahun 70 an atau 80 an) yang dilakukan oleh kepala sekolah berdampak positif terhadap pembinaan mutu, karena setiap saat kepala sekolah berada di sekolah. Untuk penerapannya kepala sekolah mempunyai staregi menyiapkan administrasi pendukung untuk agar guru tergugah intuk melakukan seperti kartu nilai yang disimpan dalam lemari dan setiap bulan harus diisi dan diawasi oleh kepala sekolah sebagai alat kontrol pengedalian tugas sekaligus pembinaan untuk pencapaian target mutu yang telah ditetapkan pada waktu rapat awal tahun ajaran.
112 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Tugas pengawas tidak saja datang untuk mengonrol kelemahan dalam pembelajaran dan administrasi, tetapi berdiskusi dalam pembelajaran. Mekanisme dan proses ini perlu dijalani dengan regulasi dan kesepakatan antar kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan pengawas untuk saling sumbang saran dalam mencapai kompetensi yang sudah ditargetkan oleh Dewan sekolah seperti yang dimaksudkan Deming dalam Pendidikan Berbasis Mutu olej Jeromi Arcari (1995 : 8)
113
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
BAB V
KODE ETIK GURU INDONESIA
A. Pengertian Kode Etik Guru dalam menjalankan aktivitasnya sehari-
hari tidak terlepas dari aturan, budaya dan adat istiadat yang berlaku di mana ia tinggal atau berada. Selain aturan yang secara instan terjadi dalam lingkungan tugas ada aturan yang dibuat dan disepakati untuk menjaga marwah dari organisasi profesi bahkan kebaikan semua yang ada terlibat dalam kegiatan.
Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk menaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi ( Etika Kepemimpinan Aparatur,2004:26) . Etika organisasi menekankan perlunya seperangkat nilai yang dilaksanakan setiap anggota berupa tindakan apa, kelakuak-kelakuan yang bagaimana, dan sikap-sikap bagaimana wajib dilakukan atau dihindari oleh para anggota.
Etika adalah aturan, norma, kaidah yang digali dari pandagan kehidupan manusia dan baru memperoleh makna kalau aturan, norma, kaidah itu mengontol dan mengatur dari kehidupan aktivitas guru sebagai pelaksanan tugas profesi. Norma, kaidah dan aturan formal yang dibuat oleh suatu organisasi profesi bertujuan mengatur perilaku anggota dalam bidang profesi dan dianggap formal. Jadi dimaksudkan tidak untuk membatasi ruang gerak dan aktivitas guru, tetapi untuk menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan hubungan dengan sesama pelaksana tugas bangsa maupun kemasyarakatan.
114 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Dalam etika profesi adalah prisip-prinsip atau norma-norma atau kaidah kesusilaan yang menjadi pedoman bagi setiap dan tingkah laku anggota dalam menjalankan tugas profesinya bersikap professional dan praktis, tetapi bukan deskriptif dan harus memiliki standar orang yang berpendidikan professional menjalankan praktik professional dan oragnya terikat dalam suatu organisasi professional (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 41 ayat (3).
Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam Sistematika Flsafat. Mengatakan “etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal”. Dalam sebuah organisasi profesi misalnya, PGRI, Ikatan Doter Indonesia (IDI), Advokad dan lain sebagainya sering kita temukan istilah kode etik. Menurut Ditjen PMPTK dan PB.PGRI (2008) mengemukakan : (1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan azaz yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan prilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga Negara; (2) pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud di atas adalah nilai-nilai moral yang membedakan prilaku guru yang baik dan buruk yang boleh dan yang tidak boleh dilaksanakan selama melaksanakantugas profesi untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.(Sugito,H.M.Si, Dr. 2012 : 97)
Dalam kegiatan belajar mengajar guru berhubungan dengan pertimbangan nilai-nilai. Pendidikan berhubungan erat dengan transformasi nilai-nilai dari masyarakat kepada anak didik atau dari guru
115
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
itu sendiri kepada anak didiknya. Dalam hubungan keterkaitan itu diperlukan etika profsi keguruan. Menurut Dra.Etty Kartikawati dalam profesi keguruan (1998 : 153) mengatakan etika profesi keguruan adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan pedoman bagi guru yang melakukan tugas di bidang keguruan dan guru memiliki keterampilan professional dan bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pembelajara.
Kode Etik adalah sebagai alat control dari semua aktivitas anggotanya dalam menjalankan tugas atau kewajiban yang berhubungan dengan profesinya, dimaksudkan untuk menjaga martabat profesi, memelihara kesejahteraan anggota, meningkatkan pengabdian, mutu profesi dan organisasi. Sehingga diharapkan mampu pula berfungsi secara optimal terutama dalam meningkatkan pendidikan watak, budi pekerti karakteristik agar dapat mengembalikan wibawa anggota dan sekaligus organisasi.
B. Sejarah Kode Etik Guru Indonesia Dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam voleme
4 Nomor 2, November 2016, Akhmad Zacky AR, menyebutkan tentang sejarah lahirnya Kode Etik Guru, bahwa istilah kode etik yang digunakan secara formal dirumuskan secara tertulis untuk pertama kali oleh Nation Education Association (NEA 1929) Perhimpunan Pendidikan Nasional di Amereka Serikat, yaitu “ A Code Ethics for The Teching Profession” Kemudian kode etik NEA tersebut disusun menjadi 3 (tiga) pasal seperti (1) pasal yang berhubungan dengan murud dan keluaganya (2) pasal yang berhubungan dengan pemerintahan dan (3) pasal yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan profesi. Selanjutnya pasal-pasal tersebut mengalami perubahan beberapa kali revisi pada tahun
116 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
1941, kemudian 1953 dan terakhir tahun 1963. Nation Education Association (NEA) merupakan organisasi professional dalam bidang pendidikan di Amerika (Bafadal, Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar, 285 dalam Akhmad Zacky). Melihat Kode Etik dari NEA seperti di atas, kita perhatikan Kode Etik Guru di negeri kita, apakah Indonesia sudah mempunyai kode etik?
Bahwa guru dan pendidikan itu adalah amanah yang dititipkan untuk membangun Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Cinta Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya dijiwai oleh Pancasila sebgai palsafah dalam kehidupan dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, maka dengan sendirinya terpanggil untuk melaksanakan amanah yang telah diterimanya.
Selama penjajahan Belanda pendidikan di
Indonesia diarahkan sesuai dengan keinginan penjajah, sehingga rakyat menjadi bersifat statis dan para guru yang mengajarpun sangat berpengaruh dalam cara pendidikannya yang bersifat otoreter dan suka penjajah pemperlihatkan kekuasaannya, tidak demokratis dan menganggap sebagai objek kepada siswa, karena tidak puas maka muncullah tokoh pendidikan yang bernama Ki Hajar Dewantoro yang pertama kali mendirikan sekolah di Indonesia (Perguruan Taman Siswa). Istilah kode etik guru tidak dipakai oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem pendidikan, namun beliau menggunakan semboyan yang mencakup 4 (empat) pengertian yaitu “ ing ngarso sung tulodo” memberi contoh dan teladan bila berada di depan, “ ing madyo mangun karso” memberi semangat bila berada di tengah, “tut wuri handayani”, mendorong dan mempengaruhi bila berada di belakang, “waspodo purbo wasero” waspada dan selalu mengawasi. Semboyan ini mempunyai maksud
117
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
yang sangat dalam sangat mengesankan dalam dunia pendidikan.
Mengingat tugas guru semakin lama semakin
berat dan semakin kompleks, maka guru Indonesia dituntut berpegang teguh pada kode etik dan sekaligus sebagai pedoman bagi guru Indonesia yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan seksama dalam beraktivitas baik sebagai individu maupun sebagai anggota organisasi.
Selanjutnya Kongres ke XIII PGRI tahun 1973
yang diselenggarakan sejak tanggal, 21 – 25 November 1973 di Jakarta telah menetapkan Kode Etik Guru Indonesia. Dalam Kongre itu dibentuk Tim yang telah membahas dan merumuskan melalui beberapa tahap dalam forum pertemuan para ahli pendidikan. Mereka berorientasi pada semangat jiwa dan nilai-nilai luhur keperibadian dan budaya bangsa yang tumbuh secara berubah-ubah kemudian diperbandingkan dengan profesi yang lain.
Kode Etik Guru Indonesia dalam
perumusannya melalui 4(emapat) tahap : 1. Tahun 1971/1973 tahap perumusan dan
pembahasan; 2. Tahun 1973 Kongres XIII tahap pengesahan; 3. Tahun 1979 Kongren XIV tahap penguraian; 4. Tahun 1989 Kongres XV tahap penyempurnaan.
Itulah gambaran secara yuridis formal terbentuknya Kode Etik Guru Indonesia dan saat ini perlu disosialisasikan kepada guru anggota PGRI agar mereka mengetahui dan berprilaku sesuai hasrat guru yang sesungguhnya. Ketaatan guru yang sesungguhnya mendorong mereka berprilaku sesuai dengan norma, aturan dan kaidah yang dianjurkan dan guru dapat
118 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
menghindari prilaku yang tidak terpuji oleh etika, moral dan profesi keguruan.
Kode Etik Guru Indonesia dibuat oleh organisasi PGRI yang diberi nama Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat (Konpua) V Konpus/II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No.07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal, 3 Juli 2008 di Palembang.
C. Kode Etik Guru Indonesia
Ada delapan kewajiban guru dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti :
1. Kewajiban Umum a. Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
sumpah/janji guru; b. Melaksanakan tugas utama mendidika, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kewajiban guru terhadap peserta didik
a. Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik;
b. Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik individuala serta tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta didik;
c. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan;
d. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan objektif;
119
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
e. Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat mengganggu perkembangan proses belajar, kesihatan dan keamanan bagi peserta didik;
f. Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan yang dibenarkan berdasarkan hukum, kepentingan pendidikan, kesihatan dan kemanusaan;
g. Menjaga hubungan professional dengan peserta didik dan tidak menamfaatkan untuk keuntungan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma yang berlaku.
3. Kewajiban Guru terhadap Orang tua/Wali Peserta
Didik
a. Menghormati hak orang tua / wali peserta didik untuk berkonsultasi dan memberikan informasi secara jujur dan objektif mengenai kondisi dan perkembangan belajar peserta didik;
b. Membina hubunguan kerja sama dengan orang tua/wali peserta didik dalam melaksanakan proses pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan;
c. Menjaga hubungan profsional dengan orang tua/wali peseta didik dan tidak memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
4. Kewajiban Guru terhadap Masyarakat.
a. Menjalin komunikasi yang efektif dan kerjasama
yang harmonis dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan;
b. Mengakomudasi aspirasi dan keinginan masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan;
c. Bersikap renponsif terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan mengindahkan norma dan sistem nilai yang berlaku;
120 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
d. Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif;
e. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat serta menjadi panutan bagi masyarakat.
5. Kewajiban Guru terhadap Teman Sejawat
a. Membangun suasana kekeluargaan, solidaritas dan
saling menghormati antar teman sejawat di dalam maupun di luar satuan pendidikan;
b. Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan dan pengalaman serta saling memotivasi untuk meningkatkan profesionalitas dan martabat guru;
c. Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi teman sejawat;
d. Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan kolflik antar teman sejawat.
6. Kewajiban Guru terhadap Profesi
a. Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi; b. Mengembangkan profesionalisme secara
berkelanjutan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan;
c. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat profesi;
d. Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian yang dapat mempengeruhi keputusan atau tugas keprofesian;
e. Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap kebijakan pendidikan.
7. Kewajiban Guru terhadap Organisasi Profesi
121
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
a. Menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan program organisasi profesi;
b. Mengembangkan dan memajukan organisasi profesi;
c. Mengembangkan organisasi profesi untuk menjadi pusat peningkatan profesionalitas guru dan pusat informasi tentang pengembangan pendidikan;
d. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat organisasi profesi;
e. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat profesi.
8. Kewajiban Guru terhadap Pemerintah
a. Berperan serta menjaga persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah INKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
b. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan pendidikan;
c. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.
122 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Amrullah, Fahmi, 2012 Buku Pintar Bahasa Tubuh untuk Guru, Diva Press, Jogyakarta.
Anas, Zulkipli, 2014, Hitam Putih Kurikulum 2013, Penerbit AMP Press dan PPP.
Arcaro, Jeromi S., 2005, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Rumusan dan Tata Langkah Penerapan, Pustaka Pelajar, Jogyakarta.
Asmani, Jamal Ma’mur, 2012, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Penerbit Diva Press, Jogyakarta.
Aqib, Zainal, 2002, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Penerbit Insan Cendekia.
Aqib, Zainal, 2007, Membangun Profesional Guru dan Pengawas Sekolah, CV. Yrana Widya Bandung.
Bastian, Aulia Reza, 2002, Reformasi Pendidikan, Langkah-Langkah Pembaruan Dan Pemberdayaan Pendidikan Dalam Rangka Desentralisasi Sistem Pendidikan Indonesia, Penerbit Lappera Pustaka Utama, Yogyakarta.
Barmawi, 2012, Be A Great Teacher 46 Rahasia Sukses Menjadi Guru Hebat, Ar Ruzz Media , Jogyakarta.
Farid Ismail, Fua’ad, dkk., 2012, Cara Mudah Belajar Filsafat, IRCiSod.
Daradjat, Zakiah, Dr. 1980, Keperibadian Guru, Penebit Bulan Bintang, Jakarta.
Danim, Sudarwan, Prof.Dr. 2003, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Penerbit Pustaka Pelajar, Yoyakarta.
123
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Menuju Pendidikan Dasar Bermutu dan Merata.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979, Didaktik dan Metodik Umum, Penerbit CV. Donaprin, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Besbasis Sekolah Buku 1, Konsep dan Pelaksanaannya.
Hatta, M.Hs, Drs.M.AP, 2017, Pembelajaran Remedial, Penerbit, Nizamial Learning Center, Sidoarjo, Surabaya.
Hatimah, Ihat, Dra.M.Pd, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
Jalal, Fasli, Dr. 2001, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, PT Mitra Gama Wijaya.
Kartikawati, Etty, Dra dkk. 1997/1998 Materi Pokok, Profesi Keguruan 1-6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Jakarta.
Lidianto Usman, Lucky, Drs.1984, Keterampilan Mengajar, Pusat Pengembangan Penataan Guru Tertulis Bandung.
Moedjiarto, Prof.Dr.M.Sc 2001, Sekolah Unggul, Motodologi untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, Penerbit Duta Graha Pustaka.
124 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
Mulyasa. E, Dr., M.Pd. 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Penerbit PT Remaja Rosda, Bandung.
Uzer, Usman,Muh.,Drs. 1990, Menjadi Guru Profesional, Penerbit PT. Rusdakarya Bandung.
Uchjana, Effendi,Onong, Drs, M.A,1985 Psikologi Manajemen, Penerbit Alumni Bandung.
Umaedi, Dr. M.Pd., 2009, Manajemen Berbasis Sekolah, Universitas Terbuka Jakarta.
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB.PGRI), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Slameto, Drs. 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Reneka Cipta, Jakarta.
Soewondo, Drs.MS,MM,M.Si, 2002 Pedoman Penyediaan Fasilitas Guru, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidika, Jakarta.
Supriadi, Didi, 2003, Guru di Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta
Suryadi, Acep, 2014, Pendidikan Untuk Transformasi Bangsa, Arah Baru Pendidikan untuk Perubahan Mental Bangsa, PT. Kompas Jakarta.
Sugito, H.,M.Si.,Dr. 2012 Pendidikan Sejarah Perjuangan dan Jati Diri PGRI, Penerbit YPLP / PPLP PGRI Pusat, Jakarta.
125
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
Soeharyo, Salman, Drs, MPA.2004, Etika Kepemimpinan Aparatur, Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia, Jakarta.
The Liang Gie, 2001, Etika Administrasi Pemerintahan, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wibowo, Mungin Eddy, Prof. Dr. M.Pd.Kons. 2016, Pembangunan Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Seminar HUT ke 71 PGRI dan Hari Guru Nasional di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan).
Wardani, IGAK. Prof. Dr. 2010, Penelitian Tinadakan Kelas, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
Zacky, AR. Akhmad, 2016, Kode Etik Guru Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidkan. (Reaktualisasi dan Pengembagan Kode Etik Guru) Jurnal Pendidikan Agama Islam, Volume 4 Nomor 2, November 2016.
126 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
BIOGRAFI PENULIS
Drs. H.M.Hatta Hs., M.AP dilahirkan di Tapin tanggal, 10 Mei 1954. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) tamat tahun1968, kemudian masuk sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Swasta (Alwasliayah) dan ikut ujian akhir pada Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri-1 (MTsN) Rantau lulus tahun 1972. Setelah itu masuk Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) VI tahun dan lulus pada tahun 1974, begitu lulus PGAN VI tahun langsung kuliah pada Fakultas Keguruan (FKg) Unlam Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di jalan Veteran sekarang FKIP ULM Banjarmasin lulus tahun 1978 dengan gelar Sarjana Muda (BA)
Sambil mengajar sambil kuliah hingga tahun 1990 selesai Strata-1 dan Tahun 2003 melanjutkan pendidikan Master Administrasi Publik pada Fakultas Sosial dan Ilmu Politik ULM Banjarmasin lulus tahun 2005.
Pengalaman pekerjaan tahun 1978 menjadi guru Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Rantau, hingga tahun 1979, karena program pemerintah melakukan regrofing maka dimutasikan ke SPGN Banjarmasin di Banjarbaru sampai tahun 1983. Program pemerintah mengatasi kesulitan guru
127
Empat kompetensi untuk membangun
profesionalisme guru
pada tahun 1983 dibuka kembali SPGN Rantau dan sekaligus guru-gurunya dikembalikan sampai bertahan tahun 1987. Pada tahun 1988 guru-guru SD tuntutan karena harus berkualifikasi D II sehingga SPG dihapus dan penanganan guru-guru sudah beralih ke Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) dan guru-guru SPGN Rantau dialihfungsikan menjadi guru SMK.
Kondisi yang seperti itu maka tahun 1989 dipromosikan menjadi Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tapin Utara sampai tahun 1999. Bertepatan dengan awal otomomi daerah dipromosikan menjadi menjadi Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tapin. Tahun 2003 dipromosikan kembali menjadi Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapin (BKD) hingga tahun 2005. Selanjutnya ada perkembangan struktur organisasi baru untuk pengisian dipromosikan menjadi Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata dan terakhir dipromosikan menjadi Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat DPRD Tapin hingga sampai pension 2009.
Pengalaman organisasi selama menjadi guru SPG sudah aktif menjadi Anggota PGRI sampai diberi amanah menjadi Ketua PGRI KabupatenTapin selama 2 (dua) priode. Pada Konferensi PGRI Kalimantan Selatan tahun 2009 di Kabupaten Balangan kami diberi amanah untuk menjadi Sekretaris Umum PGRI Kalimantan Selatan kemudian pada Konferensi PGRI berikutnya tahun 2014 di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dipercaya menjadi Ketua PGRI Kalimantan Selatan hingga sekarang.
Selain pengalaman organisasi profesi ada pengalaman yang menjadi hobi yaitu olehraga bulutangkis dan dipercaya menjadi Ketua Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kabupaten Tapin selama dua priode.
128 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.
CATATAN :