elaborasi doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran, pada
berbagai aspeknya, mulai dari visi, misi, tujuan, program, layanan, metode, teknologi, proses,
sampai evaluasi. Bagi seorang dosen atau seorang pendidik pemilihan model pembelajaran
hendaknya dilakukan secara cermat, agar pilihan itu tepat atau relevan dengan berbagai aspek
pembelajaran yang lain, efisien dan menarik.
Lebih dari itu, banyak pakar yang menyatakan bahwa sebaik apa pun materi pelajaran
yang dipersiapkan tanpa diiringi dengan model pembelajaran yang tepat pembelajaran tidak akan
mendatangkan hasil yang maksimal. Strategi pembelajar elaborasi adalah strategi belajar yang
menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya
Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase,
adegan , pemandangan, tempat, atau cerita . Srategi belajar ini efektif digunakan apabila ide yang
ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong
siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan
berspekulasi tentang implikasi yang mungkin terjadi dalam proses transfer ilmu ( transfer of
knowledge) dan juga transfer nilai (transfer of value) dalam meyerap dalam proses belajar.
Belajar menurut ahli pendidikan adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan serta sikap yang dikondisikan terhadap peserta didik dengan tujuan adanya
perubahan tingkah laku. Tingkah laku yang diharapkan dan dapat diukur adalah yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu. Perubahan tingkah laku yang tadinya tidak tahu menjadi tahu adalah
merupakan salah satu aspek dalam belajar yang dinamakan keterampilan kognitif, menurut
taksonomi Bloom yang yang merupakan tanggung jawab pendidikan, aspek ini memilik
ibeberapa tingkatan. Dalam pembelajaran selain teori kognitifisme ada juga teori behaviorisme
dimana dalam pembelajaran saat ini harus sudah mulai ditinggalkan karena menurut para ahli
sudah tidak sesuai dengan paradigma baru dalam belajar. Paradigma baru dalam belajar sekarang
menggunakan Elaborasi yang merupakan bagian dari kognitifisme. Adapun elaborasi paradigma
baru dalam belajar lebih menuntut kepada keaktifan peserta didik atau pembelajar sebagai peran
1
utama dalam belajar. Untuk itulah penulis merasa perlu untuk membahas teori elaborasi terhadap
peningkatan dorongan dan keaktifan peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar dan
implikasinya dalam kemajuan peserta didik
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teori Elaborasi ?
2. Bagaimana Strategi Komponen Teori Elaborasi ?
3. Bagaimana Langkah-Langkah Pengembangan Desain Teori Elaborasi?
4. Bagaimana Kelebihan dari Teori Elaborasi Dalam Pembelajaran?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Teori Elaborasi
2. Untuk mengetahui Strategi Komponen Teori Elaborasi
3. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Pengembangan Desain Teori Elaborasi
4. Untuk mengetahui Kelebihan dari Teori Elaborasi Dalam Pembelajaran
D. Manfaat Pembahasan
Setelah menulis makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengetahui peran
Pendidik dan Peserta didik dalam mengembangkan belajar bermakna berdasarkan Teori
Elaborasi membentuk karakter siswa ( SDM ) yang baik sehingga dapat bersaing di era
globalisasi dari segi kognitif, afektif, dan Psikomotorik, khususnya bagi peserta didik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Teori Elaborasi
Pembelajaran Elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan
berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya . Elaborasi adalah mengasosiasikan
item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat,
atau cerita . Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan
penyimpulan. 1
Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu
sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin.
Anak-anak menggunakan prior knowledge-nya sehingga ide baru dapat meluas, dengan
demikian dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada yang disajikan sebenarnya.
Elaborasi jelas membantu siswa belajar dan mengingat materi dalam kelas lebih efektif daripada
jika tidak. Anak-anak mulai mengelaborasi pengalamannya sejak awal . Contoh dari penggunaan
elaborasi adalah ketika seorang anak berusia 11 tahun mengingat barisan staff musical (E, G, B,
D,F) dengan cara mengasosiasikan mereka dengan frase “Every Good Boy Does Fine”.
Teori Elaborasi secara exclusive membicarakan mengenai macro level yang
menggambarkan metode yang berkaitan dengan hubungan beberapa ide, seperti bagaimana
merangkaikan ide-ide tersebut. Pada halaman ini akan digambarkan tiga macam metode
pembelajaran: organisasional, delivery, dan management. Teori Elaborasi tidak berhubungan
dengan strategic delivery dan management, walaupun itu merupakan variabel penting yang
dibutuhkan untuk digabungkan kedalam beberapa teori dan model pembelajaran. Jika akan
digunakan secara optimal dan menyeluruh untuk pengembangan pembelajaran dan perencanaan.
Teori elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada macro level. Teori ini
memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar
tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian
1 Agoes,Yaumil, Peranan Keluarga Dalam Pembinaan SDM, Jakarta : Pustaka Antara,1993.h.23
3
yang sederhana menuju rangkaian yang lebih kompleks, dan memberikan tinjauan serta
kesimpulan dengan cara sistimatis.
Bagian penting yang berhubungan dengan materi subyek adalah learning prerequisit.
Konsep dari learning prerequisit meliputi fakta pengetahuan yang harus diperoleh sebelum
pengetahuan lain diperoleh. Sekumpulan learning prerequisit dinamakan learning hierarchy.Teori
elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran
harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan
mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi
ide-ide yang terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana University
dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan
elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi.
Menurut teori ini pembelajaran dimulai dari proses yang sederhana dan mudah,
bagaimana mengajarkan konsep secara menyeluruh dan mendalam serta menerapkan prinsip agar
menjadi lebih detail maka sejumlah konsep dan pendekatan belajar harus dibagi dalam sejumlah
episode belajar layaknya sebuah cerita atau sinetron dalam hal ini guru dimisalkan sebagai
sutradara yang mengatur jalannya pembelajaran sesuai dengan skenario yaitu Rencana program
pembelajaran. Selanjutnya siswa sebagai aktor memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan
yang di-elaborasi atau dipelajari.
Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan perubahan paradigma belajar yang
asalnya berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, sebagai kebutuhan baru dalam
menerapkan langkah-langkah pembelajaran.
Maka dalam tiap pelatihan atau diklat baik materi pembelajaran maupun administrasi
pembelajaran harus disertakan pendekatan elaborasi. Ini memperlihatkan bahwa belajar sekarang
bukan berpusat kepada guru tapi kepada siswa. Motivasi untuk belajar yang paling utama adalah
motivasi dari dalam diri peserta didik. Sedangkan motivasi dari guru hanyalah sebagai motivasi
tambahan.2
2 U.S.Winataputra Prof. Dr. Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit UT Jakarta,2003,h.32.
4
Baik atau buruk dari Nilai kognitif pada raport yang ditulis oleh wali kelas sebagian
besar akibat dari usaha-usaha internal sedangkan usaha dari guru sebagai eksternal adalah hanya
sebagian kecil saja. Jadi hasil yang di dapat sesuai dengan usaha siswa sendiri.
Teori elaborasi adalah: Teori tentang struktur representasi kognitif, dan Proses ingatan
(memory): yaitu mekanisme penyandian, penyimpanan, dan pengungkapan kembali apa yang
telah disimpan dalam ingatan. Struktur kognitif Struktur kognitif didefmisikan sebagai struktur
organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur
pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit kon-septual. 3
Kajian-kajian yang dilakukan dalam bidang psikologi kognitif, banyak yang memusatkan
perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi
dari struktur kognitif yang sudah dimiliki si-belajar (Ausubel, 1968; Anderson, Reynolds,
Schallert, dan Goatz, 1977; Norman dan Bobrow, 1979). Yang paling awal mengetengahkan
konsepsi ini adalah Ausubel (1963). Ausubel (1963) dan juga Dansereau (1985) berpendapat
bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti
bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan abstrak membawahi pengetahuan yang lebih
spesifik dan konkret.
B. Komponen Strategi Teori Elaborasi
Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh
komponen strategi, yaitu:
1) urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran ,
2) urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran),
3) summarizer (rangkuman).
4) syintherizer, (sintesa)
5) analogi,
6) cognitive strategy activator (pengaktif strategi kognitif),
3 AM, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ,
1996.h.32.
5
7) kontrol belajar
1. Rangkaian Elaborative
Rangkaian Elaborative merupakan sesuatu yang khas dari sederhana ke rangkaian
kompleks. dimana,Ide umum yang digambarkan tidak hanya meringkas ide yang ada,
Penggambaran (epitomize) dilakukan berdasarkan pada tipe materi tunggal yaitu :Epitomizing
dan Summarizing, Penggambaran (epitomize) dan meringkas dibedakan dalam dua hal penting
antara lain :4
Menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari kelas
Menyajikannya secara konkrit, penuh arti, pada tingkat aplikasi.
Sedangkan meringkas penyajiannya mempertimbangkan hal-hal yang lebih luas, tetapi
lebih dangkal, abstrak, pada tingkatan mengingat. Tipe materi tunggal, dengan memperhatikan
tipe materi tunggal, proses epitomizing dilakukan dengan salah satu dari tiga tipe materi :
konsep, prosedur, prinsip. Konsep adalah sekumpulan objek, peristiwa, simbol yang mempunyai
karakter pasti. Mengetahui konsep berarti dapat mengidentifikasi, mengenal, mengklasifikasikan,
menggambarkan sesuatu. Prosedur adalah kumpulan tindakan yang berpengaruh pada sesuaatu
yang dicapai.Prinsip adalah mengenal hubungan antara perubahan pada sesuatu dan perubahan
pada yang lain. Hal ini juga dinamakan hipotesa, proposisi, aturan, hukum tergantung jumlah
bukti kebenarannya. Dari tiga tipe materi ini dipilih yang paling penting untuk mencapai tujuan
umum dalam kelas. Untuk selanjutnya rangkaian elaborasi mempunyai karakterisasi : konseptual
organisasi, prosedur organisasi, teori organisasi.Esensi proses epitomizing memerlukan :
- Menyeleksi salah satu tipe materi sebagai materi organisasi ( konsep, prinsip, prosedur )
- Menyeleksi salah satu tipe materi sebagai materi organisasi ( konsep, prinsip, prosedur )
- Membuat daftar pada materi organisasi yang telah dipelajari dalam kelas.- Menyeleksi beberapa materi organisasi yang lebih mendasar, sederhana, dan
fundamental.- Menyajikan ide pada tingkatan aplikasi
4 Anni,Catarina Tri, Psikologi Belajar , Semarang:UPT UNNES Press,2004.h.54.
6
- Teori elaborasi mengusulkan tiga cara elaborasi berbeda berdasarkan pada tiga tipe materi.
2. Urutan prasyarat belajar
Rangkaian learning prerequisit berdasarkan pada learning structure, atau hierarchy
pembelajaran. Struktur belajar adalah struktur yang menunjukkan fakta atau ide yang harus
dipelajari sebelum mendapatkan ide yang baru. Hal itu menunjukkan adanya prerequisit pada
suatu ide. Learning prerequisit dapat dianggap sebagai komponen kritis pada suatu masalah/ide.
Komponen kritis pada prinsip tersebut adalah:
· Konsep· Perubahan hubungan
Komponen kritis pada konsep adalah:mengenal atribut dan hubungan diantaranya.
Sedangkan komponen kritis pada prosedur adalah langkah yang digunakan dalam kasus antara :
a) deskripsi yang lebih detil pada tindakan
b) konsep yang berhubungan dengan tindakan .
c) Membuat ringkasan
3. Summarizer (rangkuman).
Didalam pembelajaran sangat penting untuk meninjau secara sistimatik apa yang telah
dipelajari. Meringkas adalah komponen strategi yang memberikan :5
a. Pernyataan singkat pada tiap masalah/ide dan fakta yang telah dipelajari
b. Contoh referensi untuk setiap masalah/ide
c. Beberapa diagnose, tes praktek untuk diri sendiri untuk tiap masalah/ide.
Ada dua macam ringkasan dalam teori elaborasi :a). Ringkasan dari dalam, yang datang
pada setiap akhir pelajaran dan ringkasan hanya dari ide dan fakta yang telah dipelajari . b).
Kumpulan ringkasan, ringkasan dari semua fakta dan ide yang telah dipelajari sepanjang dalam
5 Hamid, Abdul K, Teori Belajar dan Pembelajaran, edisi ke-2 ,Medan,2009.h.92
7
kumpulan materi pelajaran yang dipelajari siswa. Sekumpulan pelajaran adalah beberapa
pelajaran, ditambah pelajaran yang dielaborasi, ditambah pelajaran lain yang juga dielaborasi.
4. Sintesa.
Dalam pembelajaran sangat penting menggabungkan dan menghubungkan materi/ide yang
yang telah dipelajari seperti :
a) Memberikan macam-macam pengetahuan yang bernilai kepada pelajar .
b) memberikan fasilitas pengertian yang mendalam pada individu melalui perbandingan
dan perbedaan.
c) Menambah efek motivasi dan keberartian pada pengetahuan baru .
d) Menambah ingatan dengan menambah kreasi yang berhubungan pengetahuan baru
dan diantara pengetahuan baru dengan siswa yang relevan dengan pengetahuan
sebelumnya.
Dalam teori elaborasi, sintesa adalah strategi untuk menghubungkan dan menggabungkan
kumpulan konsep, kumpulan prosedur, kumpulan prinsip. menurut teori elaborasi, jenis
pensintesis yang dapat dipakai untuk mencapai maksud diatas tergantung pada jenis stuktur isi
bidang studi.6
5. Analogi
Analogi adalah komponen strategi yang penting dalam pembelajaran karena ini akan
membuat lebih mudah untuk mengerti masalah/ide baru dengan menghubungkannya dengan
masalah/ide yang sudah dikenal. Analagi menggambarkan kesamaan antara beberapa
masalah/ide baru dengan yang sudah dikenal diluar materi yang diajarkan. Analogi menolong
ketika ada masalah/ide yang sukar untuk dimengerti, dengan menghubungkan materi yang sukar
dan belum kita kenal ke pengetahuan yang sudah dikenal tetapi diluar materi yang diajarkan.
6 Hamid, Abdul K, Teori Belajar dan Pembelajaran, edisi ke-2 ,Medan,2009.h.92
8
6. Activator Strategi Kognitif
Pembelajaran akan lebih efektif untuk memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak
sadar menggunakan strategi kognitif yang relevan, karena bagaimana proses pemberian input
pada siswa merupakan rangkaian yang penting dalam proses belajar. Strategi kognitif kadang-
kadang dinamakan kecakapan umum yang meliputi kecakapan belajar dan kecakapan berfikir
yang dapat digunakan secara menyeluruh pada materi, seperti mengkreasikan mental image dan
mengenal analogi. Strategi kognitif dapat dan harus diaktifkan selama bepbelajaran. Dua arti
pada penyelesaian telah digambarkan Rigney (1978)sebagai berikut :7
a. Pertama, pembelajaran dapat didesain dalam setiap cara untuk mendorong siswa
menggunakan strategi kognitif khusus, seringkali tanpa disadari siswa dalam
kenyataannya menggunakan strategi ini.Strategi ini meliputi pembelajaran dengan
menggunakan gambar, diagram, mnemonic,analogy, dan peralatan yang
mendorong siswa untuk berinteraksi dengan materi tertentu.
b. Bentuk kedua pada aktivator adalah strategi dimana secara langsung
mempekerjakan strategi kognitif yang telah diperoleh sebelumnya.
7. Kontrol Siswa yaitu :Siswa diberi kebebasan dalam hal seleksi dan mengurutkan :
a) Materi yang telah dipelajari
b) Peringkat yang akan dipelajari
c) Komponen strategi pembelajaran yang diseleksi dan urutan yang digunakan
d) Strategi kognitif khusus siswa yang mengerjakan ketika berhubungan dengan
pembelajaran.
Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan
berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. Pembelajaran ini efektif digunakan
apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini
7 Dahar, Ratna Wilis , Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga,1989.h.32.
9
adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik
kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin Teori elaborasi hanya berkaitan
dengan strategi organisasional pada macro level. Teori ini memulai pengajaran dengan
memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak. Teori ini
juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju
rangkaian yang lebih compleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara
sistimatis.
Sebagaimana diungkapkan Degeng (1989) pengembang-pengembang teori pengajaran
sesudah Gagne, seperti Reigeluth, Merrill, dan Bunderson memperkenalkan karakteristik lain
dari struktur mata kuliah yang didasarkan pada hubungan-hubungan yang ada antarbagian isi
mata kuliah. Secara umum, struktur mata kuliah dapat dideskripsikan atas struktur konseptual,
struktur prosedural. struktur teoritik.8
Struktur konseptual adalah suatu struktur yang menunjukkan hubungan lebih tinggi /lebih
rendah di antara konsep-konsep. Struktur konsep memuat konsep-konsep mata kuliah untuk
mencapai kompetensi orientasi konseptual. Tiga tipe penting dari struktur konseptual adalah
taksonomi bagian, taksonomi jenis, matrik atau tabel. Berdasarkan uraian di atas, mata kuliah
Teori Sastra tergolong mata kuliah bertipe konseptual taksonomi bagaian. Taksonomi bagian
adalah struktur konseptual yang menunjukkan bahwa konsep-konsep merupakan bagian dari
suatu konsep yang lebih umum.
Prasyarat pembelajaran didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan konsep-konsep
yang harus dipelajari sebelum konsep lain bisa dipelajari. Oleh sebab itu, ia menampilkan
hubungan prasyarat belajar untuk suatu konsep. Rangkuman merupakan tinjauan kembali
(review) terhadap materi yang telah dipelajari untuk mempertahankan retensi. Fungsi rangkuman
untuk memberikan pernyataan singkat mengenai materi yang telah dipelajari dan contoh-contoh
acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep. Rangkuman yang diberikan di akhir suatu
perkuliahan dan hanya merangkum materi yang baru dipelajari disebut rangkuman internal
8 Daradjad,Zakiah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1995.h.21.
10
(internal summarizer), sedangkan rangkuman semua materi beberapa kali perkuliahan disebut
rangkuman eksternal (within set summarizer).
Pensintesis (synthesizer) adalah komponen teori elaborasi yang berfungsi untuk
menunjukkan kaitan-kaitan di antara konsep-konsep . Pensintesis penting karena akan
memberikan sejumlah pengetahuan tentang keterkaiatan antarkonsep, memudahkan
pemahaman,meningkatkan kebermaknaan dengan menunjukkan konteks suatu konsep,
memberikan pengaruh motivasional, serta meningkatkan retensi (Degeng, 1989).
Analogi adalah komponen penting dalam pembelajaran karena mempermudah
pemahaman dengan cara membandingkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
sudah dikenal mahasiswa (Reigeluth dan Stein, 1983b). Pemakaiannya lebih efektif apabila
disampaikan di awal pembelajaran (Degeng,1989).
Pengaktif strategi kognitif adalah keterampilan-keterampilan belajar yang diperlukan
mahasiswa untuk mengatur proses-proses internalnya ketika ia belajar, mengingat, dan berpikir
yang terdiri atas dua cara: pengadaan melalui perancangan pengajaran dan menyuruh mahasiswa
menggunakannya. Penggunaan gambar, diagram., mnemonik, analogi, dan parafrase, serta
pertanyaan-pertanyaan penuntun dapat memenuhi maksud ini.
Menurut Merrill (dalam Degeng,1989) konsepsi kontrol belajar mengacu pada kebebasan
mahasiswa dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi mata kuliah yang dipelajari
(content control), komponen strategi pengajaran yang digunakan (display control),dan strategi
kognitif yang ingin digunakannya (conscious cognition control). Berbagai komponen teori
elaborasi di atas, seperti: rangkuman, pensitesis, analogi, memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk melakukan kontrol belajar.9
9 Dedeng, Nyoman Sudana, Ilmu Pengajaran Toksonomi Variable, Jakarta :DEPDIKBUD
DIRJEN PTPLTK,1989.h.34.
11
Pembelajaran yang dirancang berdasarkan Teori Elaborasi dijalankan dengan tujuh
prinsip, yaitu:
8) Menyajikan kerangka mata kuliah pada fase atau pertemuan pertama;
9) Bagian-bagian yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya dielaborasi secara
bertahap;
10) Bagian yang terpenting hendaknya dielaborasi pertama kali;
11) Kedalaman dan keluasan elaborasi hendaknya dilakukan secara optimal;
12) Pensintesis hendaknya diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi,
13) Jenis pensintesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi mata kuliah;
14) Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis
( Degeng, 1989).10
Merril (1983) mengemukakan empat bentuk presentasi, yakni presentasi primer,
presentasi sekunder, presentasi tampilan proses, dan presentasi tampilan prosedur. Adapun
bentuk-bentuk presentasi primer ditinjau berdasarkan spesifitas (kekhususan) materi dan dimensi
harapan responsif mahasiswa terdiri atas: presentasi jeneralitas, contoh, ekspositif dan inkuisitif
Dikatakan lebih lanjut, bahwa keempat jenis presentasi primer tersebut dapat dielaborasi dengan
sejumlah presentasi sekunder.
Adapun jenis-jenis presentasi sekunder tersebut adalah: Elaborasi prasyarat, informasi
tambahan mengenai konsep-konsep komponen yang membentuk jeneralitas; Elaborasi
kontekstual, informasi tambahan berupa latar belakang kontekstual atau historis. Elaborasi
mnemonik, alat bantu memori untuk membantu mahasiswa mengingat. Menurut Meier (2002)
diantaranya akronim, akrostik sanjak, gerakan fisik; Elaborasi matemagenik, alat penarik
perhatian, seperti panah, warna, huruf tebal, grafik; Elaborasi representasi, atau presentasi
10 Dedeng, Nyoman Sudana, Ilmu Pengajaran Toksonomi Variable, Jakarta :DEPDIKBUD DIRJEN PTPLTK,1989.h.12
12
alternatif, yakni penggambaran dengan suatu bentuk/cara lain; dan Umpan balik atau
pengetahuan mengenai hasil yang dicapai.11
C. Langkah-Langkah Pengembangan Desain Teori Elaborasi
Dalam teori elaborasi, terdapat langkah-langkah pengembangan teori pembelajaran.
Disebutkan dalam Riyanto (2005:20) dalam Degeng (1997:13) bahwa langkah-langkah
pengembangan yang didasarkan pada teori elaborasi adalah sebagai berikut:
1. Analisis tujuan dan karakteristik bidang studi. Pada tahap ini, seorang perancang
pembelajaran akan menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada
hakekatnya, tujuan pembelajaran adalah menginformasikan apa yang harus dicapai
oleh siswa pada akhir pembelajaran (Hartley dan Davis dalam Degeng, 1997:75).
Penyampaian tujuan belajar pada awal pertemuan menjadi sangat penting karena tujuan
belajar ini akan menjadi perhatian utama siswa, dan dengan diberikannya tujuan belajar
ini, siswa diharapkan akan dapat mengaitkan prestasi atau perilaku yang diharapkan.
Penelitian Degeng menyatakan bahwa, siswa yang diberitahu tujuan belejarnya sebelum
belajar dimulai, memperlihatkan hasil belajar yang lebih tinggi dari siswa yang tidak
diberitahu tujuan belajarnya.
2. Analisis sumber belajar. Pada tahap ini, seorang perancang akan mencoba untuk
menentukan sumber-sumber belajar yang dapat dipergunakan serta menentukan kendala-
kendala yang mungkin akan muncul. Dalam hal ini, perancang mengadakan estimasi
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sumber belajar. Dari proses ini maka seorang
perancang akan dapat membuat suatu daftar yang memuat sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
3. Analisis karakteristik si belajar (siswa, pen). Pada tahap ini, seorang perancang
pembelajaran akan mencoba untuk mempelajari dan memahami siswa yang akan
diberikan bahan ajar. Pada tahap ini perlu bagi perancang untuk mengadakan pengamatan
terhadap karakteristik siswa. Dengan memahami karakteristik masing-masing siswa,
maka perancang akan dapat membantu dalam menentukan strategi belajar apa yang dapat
11 Hasan, Chalijah, Dimesi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya : Al-Ikhlas,1994.
13
diberikan untuk masing-masing sisw. Dengan demikian, seorang perancang akan
memperhatikan adanya perbedaan masing-masing siswa (individual differences). Pada
tahap ini, perancang akan dapat membuat daftar karakteristik si belajar.
4. Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran. Tahap ini sebenarnya dapat segera
diselesaikan pada saat perancang menetapkan tujuan belajar dan menentukan
karakteristik bidang studi (mata pelajaran, pen). Pada tahan ini, perancang akan membuat
tujuan belajar seperti yang kita kenal selama ini yaitu tujuan pembelajaran khusus (TPK)
atau sering juga disebut dengan tujuan instruksional khusus (TIK). Dengan demikian,
pada tahap ini, perancang mulai menentukan spesifikasi atau hasil apa yang akan
diperoleh oleh siswa pada akhir tiap-tiap bab pada proses pembelajaran.
5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran. Pada tahap ini, perancang
pembelajaran akan menentukan bagaimana isi pembelajaran ini akan diorganisasikan.
Pengorganisasian ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik bahan ajar serta tujuan
pembelajaran tersebut. Dengan demikian, untuk karakteristik bidang studi yang satu akan
berbeda dengan karakteristik bidang studi yang lain dalam upaya menentukan
pengorganisasian isi pembelajaran.
6. Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran. Penetapan strategi penyampaian
sisa pembelajaran akan sangat bergantung pada usaha perancang dalam menentukan
sumber belajar yang akan dipergunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Sebab,
penyampaian strategi pembelajaran tertentu akan mempergunakan sumber belajar yang
ada, sehingga dapat dihindari penggunaan strategi penyampaian isi belajar yang tidak
mempunyai sumber belajar.
7. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran. Tahap pengelolaan pembelajaran ini
sangat bergantung pada upaya perancang pembelajaran dalam menetukan karakteristik
siswa. Sebab dalam tahap ini, diperlukan masukan tentang karakteristik siswa dalam
upaya untuk menentukan penjadwalan penggunaan komponen strategi pengorganisasian
dan penyampaian pembelajaran, pengelolaan motivasional, pembuatan catatan kemajuan
belajar siswa dan kontrol belajar (Degeng, 1997:16).
8. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Pada tahap akhir ini,
perancang pembelajaran akan melakukan pengukuran terhadap hasil pembelajaran yang
mencakup tingkat keefektifan, efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Kegiatan ini
14
dilakukan dengan mengadakan penghematan terhadap proses pembelajaran dan tes hasil
belajar (Degeng, 1997:16).12
D. Kelebihan dari Teori Elaborasi Dalam Pembelajaran
Menurut Reigeluth (1999), Keunggulan elaborasi dalam pembelajaran adalah :
Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk
meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
Memberi kemungkinan kepada peserta didik untuk mengarungi berbagai hal dan
memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
Memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.
Desain Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama,
1. urutan elaborasi 2. urutan prasyarat belajar 3. ringkasan 4. sintesis 5. analogi 6. strategi kognitif, dan 7. kontrol terhadap peserta didik.
Komponen terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian, baik perhatian dari
guru sebagai motivator maupun perhatian siswa terhadap materi pembelajaran yang di elaborasi.
Semua stratregi itu harus berdasar pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan
prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam
pengembangan ide atau keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa
untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya. Contoh yang tepat untuk
ini adalah peserta didik yang memiliki daftar contoh konsep atau sifat yang dapat bermanfaat. 13
12 Devis , Ivor K, Pengelolaan Belajar, Jakarta:Rajawali Press,1991.h.34.
13 Hasan, Chalijah, Dimesi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya : Al-Ikhlas,1994.h.35.
15
Daftar konsep serta contoh yang bermanfaat bisa didapat oleh siswa sebagai
pengembangan karakter dari rasa ingin tahu. Sumber daftar konsep bisa asalnya dari guru atau
siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mereka akan menyusun sendiri daftar konsep
tersebut dengan mengelaborasi pustaka baik ofline serta dengan teknologi IT sekarang bisa juga
secara online. Semua itu diharapkan untuk menambah kualitas pembelajaran yang tidak hanya
berorientasi kepada hasil misalnya yang di ukur dalam sebuah Ujian Nasional yang terus
menerus jadi bahan kontroversi. Tapi juga kualitas` belajar yang berorientasi pada proses, karena
kalau belajar atau pendidikan pada umumnya sudah berorientasi pada hasil akan membenarkan
segala cara misalnya mencontek yang jelas-jelas dilarang.
Beberapa keuntungan aplikasi teori elaborasi menurut Merril dan Twitchell (1994:80)
dalam Riyanto (2005:22) antara lain:14
Siswa akan mempunyai retensi yang lama terhadap bahan ajar. Retensi atau ketahanan
terhadap bahan ajar ini dapat berlangsung lama disebabkan karena materi atau bahan ajar
yang diberikan kepada siswa diusahakan bermakna dan siswa mengalami sendiri apa-apa
yang disajikan. Selain itu, bahan yang disajikan saling terkait antara satu dengan yang
lainnya.
Siswa akan memperoleh pengetahuan secara utuh. Cara penyajian bahan ajar dilakukan
secara berurutan yang pada akhirnya akan membuat siswa memahami materi yang
diberikan secara utuh. Hal ini memungkinkan karena dalam proses pembelajaran tidak
terjadi pengulangan-pengulangan bahan ajar yang dirasa tidak perlu. bahan ajar disajikan
dalam urutan yang jelas dan diberikan sedetail mungkin. Jika perlu, siswa dapat
menggalinya sendiri di luar sumber-sumber belajar yang telah disediakan.
Siswa akan lebih menikmati belajar. Penyajian bahan ajar di kelas pada prinsipnya tetap
memperhatikan kebutuhan siswa dalam belajar. Didasarkan pada prinsip individual
differences, maka penyajian bahan ajar ini tetap mengacu pada tingkat kemampuan
masing-masing siswa yang berbeda. hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
14 Devis , Ivor K, Pengelolaan Belajar, Jakarta:Rajawali Press,1991.h.43.
16
terhadap kemampuan siswa pada awal pertemuan. Dengan data pengamatan ini,
selanjutnya dapat didesain metode pembelajaran yang sesuai dengan ciri masing-masing
siswa. Harapannya, siswa dapat lebih menikmati belajar.
Siswa akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk mempelajari bahan ajar.
Penyampaian bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-
masing siswa pada akhirnya diharapkan dapat memacu motivasi siswa untuk lebih
mendalami bahan ajar yang disajikan.15
Di bawah ini model RPP hasil adaptasi dari model di atas :
Tujuan : Siswa menuliskan sebuah paragraf yang secara jelas menggambarkan suatu karakter.
Bahan :
Kartu indeks Referensi visual, LCD, atau papan tulis atau handout 4 jenis kartu dengan masing-masing 20 kartu per jenis
1. Kartu sifat manusia2. Kartu karakter seseorang3. Kartu masalah4. Kartu latar seperti tempat, waktu, zaman
Contoh paragraf yang pernah ditulis oleh siswa
Persiapan Kartu
Kartu indeks (daftar kata) Kartu sifat manusia yang menampilkan sifat yang akan didiskusikan dan mencantumkan
definisi sederhana dari sifat tersebut Pada kartu karakter harus mencantumkan satu gambar tokoh fiksi seperti superman atau
scooby-doo, doraemon dll. Kartu masalah harus mencantumkan suatu gambar yang bisa menjadi sumber konflik
eksternal seperti Giant pada Doraemon, Joker pada Batman, Tom pada Jerry. Kartu latar/setting harus dapat menggambarkan suatu lokasi, waktu, kondisi,atau suasana
yang menyenangkan, menggembirakan, menyedihkan, serta dapat dibayangkan.
Prosedur
15 Purwanto,Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2002. H.23.
17
Baca dua hingga tiga contoh paragraf yang siswa hasilkan sebelumnya, jabarkan
kandungannya dan elaborasi secara memadai sehingga siswa memahami kekuatan dan
kelemahannya.
Lakukan dialog dengan siswa mengenai detil-detil mana saja yang bisa membuat paragraf
menjadi lebih lengkap dan baik.
Mintalah siswa untuk mengeksplorasi paragraf dari sumber lain sebagai pembanding.
Buatlah daftar kata tanya : “siapa”, “apa”, “kapan”, “dimana”, “mengapa” dan
“bagaimana” pada papan tulis atau pada layar monitor sebagai referensi visual.
Perintahkan siswa untuk menggunakan kata-kata tersebut sebagai sebagai penanda
analisis paragraf, mereka harus menjamin bahwa kandungan paragraf tersebut
memberikan informasi yang cukup untuk para pembaca
Bagilah siswa menjadi 3 sampai 4 kelompok. Setiap kelompok mengambil setiap jenis
kartu yang telah tersedia. Sebagai kelompok, mereka harus merancang, menuliskan, dan
menyempurnakan paragraf secara detil pada suatu kartu indeks yang menggambarkan
suatu sifat serta sifat yang bertentangan sebagai sumber konflik.
Saat siswa telah menyelesaikan tulisannya, kumpulkan kartu dan bacakan setiap
tulisannya sebagai suatu cerita di depan kelas. Minta siswa untuk melihat mengelaborasi
kelemahan seperti informasi yang kurang atau hilang, dukungan yang kurang memadai
terhadap sifat yang mereka ingin gambarkan, konflik yang kurang kuat, serta seting yang
kurang jelas.
Lakukan hal ini terus hingga siswa mampu untuk menulis suatu sifat dengan dukungan
yang baik dengan dukungan konflik atau masalah dan seting yang menarik.
Saran untuk penilaian
Minta siswa untuk kembali ke bangkunya semula Tuliskan kata-kata berikut di papan tulis. Di bawah setiap kata, tulis lima pilihan “ sifat”, “karakter”, “masalah”, “setting” Perintahkan siswa untuk bekerja secara individual untuk menulis paragraf yang baik pada
kartu indeks yang secara jelas mendukung sifat yang ingin mereka gambarkan. Mereka dapat memilih sifat, karakter, masalah dan seting dari setiap kata pada papan tulis.
18
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini.
Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk
meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan
urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.
Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, (1) urutan elaborasi (2)
urutan prasyarat belajar (3) ringkasan (4) sintesis (5) analogi (6) strategi kognitif, dan (7) kontrol
terhadap siswa. Komponen terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian.
Semua stratregi itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan
prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam
pengembangan ide atau keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa
untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya. Contoh yang tepat untuk
ini adalah peserta didik yang memiliki daftar contoh konsep atau sifat yang dapat bermanfaat.
Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi,
pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan kognitif. Teori elaborasi
adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus
diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan
mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi
ide-ide yang terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana University
dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan
elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi.
Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana
mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih
19
detil. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan
tahapan belajar harus dibagi dalam “episode belajar”. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip,
atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari.
Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma
pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru
dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang
bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian
tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi,
ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun
memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide
dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan
keterampilan yang berasimilasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes,Yaumil, Peranan Keluarga Dalam Pembinaan SDM, Jakarta : Pustaka Antara,1993
AM, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ,
1996.
20
Anni,Catarina Tri, Psikologi Belajar , Semarang:UPT UNNES Press,2004.
Dahar, Ratna Wilis , Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga,1989.
Daradjad,Zakiah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1995.
Dedeng, Nyoman Sudana, Ilmu Pengajaran Toksonomi Variable, Jakarta :DEPDIKBUD
DIRJEN PTPLTK,1989.
Devis , Ivor K, Pengelolaan Belajar, Jakarta:Rajawali Press,1991.
Hasan, Chalijah, Dimesi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya : Al-Ikhlas,1994.
Nasution, S, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta:Bumi Aksara ,2000.
Purwanto,Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2002.
21