ekstrak tanin

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ekstraksi merupakan suatu proses selektif yang dilakukan untuk mengambil zat – zat yang terkandung dalam suatu campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode pemisahan ini bekerja berdasarkan prinsip kelarutan, yaitu pelarut polar akan melarutkan zat polar dan sebaliknya. Proses ini merupakan langkah awal penting dalam penelitian tanaman obat, karena preparasi ekstrak kasar tanaman merupakan titik awal untuk isolasi dan pemurnian komponen kimia yang terdapat pada tanaman. Dalam penelitian ini senyawa aktif yang ingin diekstrak adalah senyawa polifenol yaitu tanin yang berasal dari ekstrak daun belimbing wuluh. Tanin merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi fenolik polimer yang mampu mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensi. Tanin hampir ditemukan di setiap bagian dari tanaman yaitu kulit kayu, daun, buah dan akar (Hargerman, 1998). Tanin dibentuk dengan kondensasi turunan flavan yang ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman, tanin juga dibentuk dengan polimerisasi quinon (Anonymous, 2005). Dalam penelitian ini, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ekstrak senyawa tanin diperoleh dari daun belimbing wuluh. Arland (2006) menyatakan bahwa daun belimbing wuluh mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya senyawa tanin, selain itu daun belimbing wuluh juga mengandung sulfur dan asam format. Fahrani (2009) menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin.

Upload: desna-qurratul-aini

Post on 27-Dec-2015

72 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tanin

TRANSCRIPT

Page 1: Ekstrak Tanin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi merupakan suatu proses selektif yang dilakukan untuk mengambil zat – zat

yang terkandung dalam suatu campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode

pemisahan ini bekerja berdasarkan prinsip kelarutan, yaitu pelarut polar akan melarutkan zat

polar dan sebaliknya. Proses ini merupakan langkah awal penting dalam penelitian tanaman

obat, karena preparasi ekstrak kasar tanaman merupakan titik awal untuk isolasi dan

pemurnian komponen kimia yang terdapat pada tanaman.

Dalam penelitian ini senyawa aktif yang ingin diekstrak adalah senyawa polifenol yaitu

tanin yang berasal dari ekstrak daun belimbing wuluh. Tanin merupakan suatu nama

deskriptif umum untuk satu grup substansi fenolik polimer yang mampu mempresipitasi

gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensi. Tanin hampir ditemukan di

setiap bagian dari tanaman yaitu kulit kayu, daun, buah dan akar (Hargerman, 1998). Tanin

dibentuk dengan kondensasi turunan flavan yang ditransportasikan ke jaringan kayu dari

tanaman, tanin juga dibentuk dengan polimerisasi quinon (Anonymous, 2005).

Dalam penelitian ini, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ekstrak senyawa tanin

diperoleh dari daun belimbing wuluh. Arland (2006) menyatakan bahwa daun belimbing

wuluh mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya senyawa tanin, selain itu daun

belimbing wuluh juga mengandung sulfur dan asam format. Fahrani (2009) menunjukkan

bahwa ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin. Dalimatra

(2006) menjelaskan bahwa di dalam daun belimbing wuluh selain tanin juga mengandung

peroksidase, kalsium oksalat dan kalium sitrat. Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang

dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin.

Umumnya tanin dapat diekstrak dari bagian – bagian tumbuhan tertentu dengan

menggunakan pelarut. Pelarut yang umum adalah aseton, etanol maupun metanol dan secara

komersial tanin dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut air. Pengekstraksi tanin yang

baik adalah campuran air dengan pelarut organik misalnya metanol, etanol dan aseton berair

(7:3) yang mengandung asam askorbat. Penambahan asam askorbat dalam pelarut aseton

adalah untuk meminimumkan oksidasi tanin selama ekstraksi. Hal ini disebabkan oksidator

akan bereaksi terlebih dahulu dengan asam askorbat yang lebih mudah teroksidasi

(Abdurrohman, 2007).

Page 2: Ekstrak Tanin

Dalam ekstraksi, pemisahan zat dari suatu campuran relatif mudah dilakukan jika zat

tersebut larut dalam pelarut yang digunakan, sedangkan zat lain yang tidak diinginkan tidak

ikut larut. Dengan demikian, hasil ekstraksi yang diperoleh bergantung pada kandungan

ekstrak yang terdapat dalam sampel dan jenis pelarut yang digunakan (Khopkar, 2002).

Untuk mendapatkan tanin dari suatu tanaman, kita dapat menggunakan beberapa

metode ekstraksi, seperti maserasi, perkolasi, soxhlet, metode microwave, dan sonikasi.

Dalam penelitian ini ekstraksi tanin dari belimbing wuluh dilakukan dengan metode

sonifikasi.

Ekstrak tanin yang diperoleh dalam penelitian ini berupa crude extract, dimana hasil

ekstrak ini selanjutnya akan disiapkan untuk tahap penyalutan nanopartikel

(nanoenkapsulasi).

Nanoenkapsulasi merupakan suatu teknik penyalutan bahan yang ukurannya sangat

kecil, dengan diameter rata-rata 10 - 1000 nm. Nanoenkapsulasi dapat membentuk 2 tipe

penyalutan obat dalam nanopartikel, yaitu terjerap di permukaan atau terperangkap dalam

rongga matriks kapsul.

Keuntungan penggunaan nanopartikel sebagai sistem pengantaran terkendali obat ialah

ukuran dan karakteristik permukaan nanopartikel mudah dimanipulasi untuk mencapai target

pengobatan. Nanopartikel juga mengatur dan memperpanjang pelepasan obat selama proses

transpor ke sasaran, dan obat dapat dimasukkan ke dalam sistem nanopartikel tanpa reaksi

kimia. Selain itu, sistem nanopartikel dapat diterapkan untuk berbagai sasaran pengobatan,

karena nanopartikel masuk ke dalam sistem peredaran darah dan dibawa oleh darah menuju

target pengobatan

Nanopartikel dapat dibuat dengan dispersi polimer, polimerisasi monomer, dan gelasi

ionik. Dalam penelitian ini metode nanoenkapsulasi yang dipilih adalah dengan gelasi ionik.

Gelasi ionik merupakan pembentukan gel karena adanya ikatan silang ionik antara rantai-

rantai polimer. Salah satu contoh metode gelasi ionik adalah mencampurkan polimer kitosan

dengan polianion sodium tripolifosfat yang menghasilkan interaksi antara muatan positif pada

gugus amino kitosan dengan muatan negatif tripolifosfat. Tripolifosfat dianggap sebagai zat

pengikat silang yang paling baik digunakan dalam pembuatan nanopartikel.

Page 3: Ekstrak Tanin

Material nanoenkapsulasi yang digunakan dalam metode gelasi ionik pada penelitian

ini ialah polimer kitosan. Kitosan merupakan polimer alami yang didapatkan dari proses

penghilangan gugus asetil (deasetilasi) kitin.

Kitosan banyak digunakan dalam teknologi pengantaran obat. Penggunaan kitosan

dapat meningkatkan efisiensi obat tanpa menimbulkan efek samping pada tubuh. Kitosan

berperan sebagai matriks dalam sistem pengantaran obat dengan membentuk gel dalam

suasana asam. Gel kitosan merupakan jejaring polimer kitosan yang dapat menampung

sejumlah air di dalam strukturnya dan mengembang tanpa melarut di dalamnya (Wang et al.

2004). Gel kitosan dapat terbentuk karena adanya tautan silang ionik antara polimer kitosan

dengan suatu counter-ion seperti TPP. Dalam penelitian ini, counter-ion yang digunakan

adalah sodium Tripolifosfat.

Pembentukan ikatan silang ionik salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan

senyawa tripolifosfat. Tripolifosfat dianggap sebagai zat pengikat silang yang paling baik.

Penggunaan tripolifosfat untuk pembentukan gel kitosan dapat meningkatkan mekanik dari

gel yang terbentuk. Hal ini karena tripolifosfat memiliki rapatan muatan negatif yang tinggi

sehingga interaksi dengan polikationik kitosan akan lebih besar

Semakin banyaknya ikatan silang yang terbentuk antara kitosan dan TPP maka

kekuatan mekanik matriks kitosan akan meningkat sehingga partikel kitosan menjadi semakin

kuat dan keras, serta semakin sulit untuk terpecah menjadi bagian - bagian yang lebih kecil

Dalam penelitian ini, senyawa tanin digunakan untuk mengatasi penyakit hiperuresemia

yang menyebabkan asam urat. Uji yang dilkakan adalah menggunakan enzim yang

meningkatkan terjadnya asam urat. Dalam hal ini, pengujian dilakuakn untuk melihat seberapa

besar zat aktif tanin dapat menghambat atau inhibisi enzim pemicu asam urat yaitu Xantin

oxidase.

Ekstrak tanaman yang mengandung senyawa tanin dan fenol lainnya memiliki aktivitas

inhibisi enzim xanthin oksidase dengan mengikat enzim bebas ataupun kompleks enzim

substrat (Owen&Johns, 1999). Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa kandungan

tanin dan senyawa fenolik lainnya pada suatu tanaman memiliki peranan penting dalam

inhibisi enzim xanthin oksidase.

Page 4: Ekstrak Tanin