eksplorasi etnomatematika pada rumah adat …
TRANSCRIPT
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH ADAT
KAMPUNG NAGA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada
Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
HIKMI INAYAH
A410170014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini,
Nama : Hikmi Inayah
NIM : A410170014
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Artikel Publikasi : Eksplorasi Etnomatematika pada Rumah Adat
Kampung Naga
Menyatakan dengan sebenarnya artikel publikasi yang saya serahkan ini benar-benar hasil
karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar pustaka. Apabila di kemudian
hari terbukti artikel publikasi ini hasil plagiat, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Pangandaran, Juni 2021
Yang membuat pernyataan,
Hikmi Inayah
A410170014
ii
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH ADAT KAMPUNG
NAGA
Diajukan Oleh:
Hikmi Inayah
A410170014
Artikel Publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk dipertanggungjawabkan di
hadapan tim penguji skripsi.
Pangandaran, Juni 2021
Nuqthy Faiziyah, S.Pd., M.Pd.
NIDN. 0615048503
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 24 Mei 2021
Penulis
Hikmi Inayah
1
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH ADAT KAMPUNG
NAGA
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsep geometri pada bagian-bagian
rumah adat Kampung Naga, dan aktivitas etnomatematika pada rumah adat
masyarakat kampung naga. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan
kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, catatan lapangan,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini diantaranya konsep matematika
pada tata letak masyarakat Kampung Naga yaitu kedudukan dua buah garis, pada
bagian-bagian rumah adat terdapat konsep geometri, yaitu bangun datar dan bangun
ruang, serta aktivitas etnomatematika pada tata letak rumah adat Kampung Naga
yaitu aktivitas merancang dan mengukur.
Kata Kunci: etnomatematika, konsep geometri, rumah adat
Abstract
The purpose of this study was to determine the geometric concept of parts of the
traditional house of Kampung Naga, and ethnomathematical activities in the
traditional house of the Kampung Naga community. The research method used is a
qualitative approach. Data collection techniques by means of observation, field notes,
interviews, and documentation. The results of this study include mathematical
concepts in the layout of the Kampung Naga community, namely the position of two
lines, in parts of the traditional house there is a geometric concept, namely flat wake
and space, and ethnomathematical activities in the layout of the Kampung Naga
traditional house, namely the activity of designing and measuring.
Keywords: ethnomatematics, geometric concepts, traditional houses
1. PENDAHULUAN
Indonesia menjadi salah satu Negara yang memiliki ciri khas kaya akan budayanya
yang diwariskan dari leluhur sebelumnya. Budaya ini akan terus menjadi milik
bangsa apabila terus dijaga dengan baik. Dari Sabang sampai Merauke terdapat
lebih dari 1.128 suku bangsa yang ada di Indonesia (Widiastuti, 2013).
Keberagaman budaya dapat dilihat dari rumah adat, pakaian adat, tarian, dan adat
kebiasaan suatu daerah (Yuningsih et al., 2021). Setiap keragaman ini memiliki
ciri khas masing-masing yang istimewa. Salah satu budaya yang masih
dipertahankan oleh masyarakat Indonsesia adalah rumah adat.
2
Rumah adat merupakan salah satu bangunan dengan ciri khas masing-
masing yang mengidentifikasikan kebudayaan dan masyarakat setempat (Theresia
et al., 2019). Rumah adat dijadikan salah satu bagian dari cagar budaya, dengan
tujuan supaya budaya di Indonesia ini tetap terjaga (Sriwardani & Savitri, 2019).
Rumah adat disetiap daerah memiliki sebutan yang berbeda-beda. Di Jawa Barat
atau lebih tepatnya kebudayan Sunda, memiliki jenis-jenis rumah adat yang
memiliki nilai sejarah dan memiliki makna yang melekat bagi masyarakat sekitar.
Dilihat dari tipe bangunannya, rumah adat sunda memiliki tipologi yang
beraneka ragam, mulai dari segi atap dan perletakan pintu masuk (IIham &
Sofyan, 2012). Bangunan tradisional yang dijadikan tempat tinggal oleh
masyarakat sunda biasanya berbentuk panggung, atau masyarakat meyebutnya
imah panggung. Salah satu rumah adat Sunda yang ada di Kabupaten
Tasikmalaya, tepatnya di desa Neglasari kecamatan Salawu terdapat kampung adat
yang masih mempertahankan kebudayan nenek moyangnya yaitu Kampung Naga.
Rumah adat Kampung Naga terbuat dari bahan alam yang menjadikan itu
sebagai ciri khasnya dari Kampung Naga. Tidak hanya terkenal di dalam negeri,
bahkan sampai ke luar negeri. Rumah Adat Kampung Naga merupakan bagian dari
wisata budaya yang menitikberatkan pada berbagai unsur budaya yang berwujud
dan tidak berwujud (Darmayanti, 2018). Apabila dilihat lebih lanjut, bentuk
kebudayaan rumah adat ada kaitannya dengan matematika.
Budaya dan matematika adalah dua hal yang saling berhubungan dalam
kehidupan. Etnomatematika adalah program penelitian yang berfokus pada
hubungan antara matematika dan budaya. Matematika sebagai hasil dari proses
budaya yang telah dikembangkan dengan kontribusi dari berbagai masyarakat dan
budaya (Albanese & Perales Palacios, 2015).
Beberapa penelitian terdahulu tentang etnomatematika diantaranya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh (Muhtadi et al., 2017) tentang etnomatematika
masyarakat Sunda. Pada penelitiannya ditemukan konsep matematika pada
3
aktivitas masyarakat sunda yaitu menaksir, mengukur dan membuat pola.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Rakhmawati, 2016) ditemukan konsep-
konsep matematika yang terdapat pada rumah adat Lampung, bentuk geometri
motif kain tapis, serta mainan tradisional masyarakat Lampung.
Konsep matematika yang dapat ditemukan pada budaya salah satunya yaitu
konsep geometri. Geometri merupakan salah satu bidang dalam matematika yang
mengkaji titik, garis bidang dan ruang serta sifat-sifat, ukuran-ukuran, dan
keterkaitan satu dengan yang lain (Nur’aini et al., 2017). Geometri merupakan
salah satu cabang matematika yang erat kaitannya dengan visualisasi (Safrida et
al., 2020). Pada penelitian sebelumnya juga ditemukan aktivitas matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Etnomatematika terkait dengan berbagai aktivitas matematika, diantaranya
aktivitas mengelompokan, berhitung, mengukur, merancang, bermain, menentukan
lokasi, dan lain sebagainya (Nuh & Dardiri, 2017). Hal ini membuat membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap rumah adat masyarakat
Kampung Naga, Tasikmalaya.
Pada penelitian sebelumnya belum ada penelitian yang mendeskripsikan
konsep-konsep matematika yang terdapat pada rumah adat Lampung dan rumah
adat sunda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, kebaruan dalam
penelitian ini terletak pada bagaimana konsep matematika dan aktivitas
etnomatematika yang ada pada rumah adat Kampung Naga. Adanya pembaruan
ini, diharapkan bisa menjadi salah satu sumber untuk penilitian yang relevan, dan
menjadi salah satu sumber untuk pembelajaran matematika.
2. METODE
Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan langkah penelitian yang menghasilkan data
berupa tulisan yang didapatkan dari ucapan dan perilaku yang diamati dari subjek
itu sendiri (Lubis et al., 2018). Pendekatan kualitatif berkaitan dengan kehidupan
4
masyarakat yang kompleks, secara menyeluruh dan bermakna (Septianawati et al.,
2019). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena rumusan masalah
yang telah dibuat berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang menyeluruh.
Subjek pada penelitian ini adalah punduh/humas Kampung Naga yang
merupakan salah satu jajaran pemimpinan masyarakat Kampung Naga, dan salah
satu pemandu wisata Kampung Naga, yang menjadi sumber informasi pada
penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti. Pada penelitian ini membutuhkan
jenis data berdasarkan sumbernya ada dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer penelitian ini adalah hasil tanya jawab antara peneliti dengan subjek
pada penelitian ini yang diperoleh langsung dari lapangan. Data sekunder adalah
data yang diperoleh tidak langsung dari subjek penelitian, melainkan dari peneliti
sebelumnya (Martono, 2012). Data sekunder dari penelitian ini adalah situasi
objek yang akan diteliti dan berbagai data dari hasil penelitian terdahulu yang
relevan.
Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, catatan lapangan,
wawancara, dan dokumentasi. Instrumen pada penelitian ini berupa wawancara
mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan narasumber, untuk memperoleh
data tentang rumah adat Kampung Naga. Wawancara mendalam adalah
percakapan dua arah dalam suasana kesetaraan, akrab dan informal (Agusta,
2014). Instrumen observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan
menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, terhadap aktivitas
masyarakat Kampung Naga. Instrumen dokumentasi berupa gambar dari objek
yang diteliti sebagai penyempurna dari data hasil wawancara, dan observasi.
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis menggunakan metode analisis
reduksi data, penyajian data dan verivication atau analisis ini dikenal dengan
analisis data Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan secara meneliti
mendalahm hingga jenuh, dan tuntas. Analisis sampai junuh ditandai dengan tidak
diperolehnya lagi data atau informan baru (I. P. Sari et al., 2017) Keabsahan data
pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik
5
pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan data lain, yang dijadikan
pembanding pada tahap pengecekan (Bachri, 2010). Pengecekan keabsahan data
dengan triangulasi jenis triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi
metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi yang didapatkan dari
teknik pengumpulan data (Rahardjo, 2010). Pada penelitian ini membandingkan
data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah asal-usul nama kampung naga tidak diketahui dengan pasti, karena pada
zaman pemberontakan DI/TII kampung naga terbakar, sehingga tidak ada data
yang tersisa. Namun dilihat dari letak kampung naga yang berada di lembah atau
jurang dan masyarakat sunda menyebutnya nagawir, maka kampung ini diberi
nama Kampung Naga.
Kampung Naga yang dikelikingi oleh persawahan yang menjadikan
masyarakat Kampung Naga memiliki mata pencaharian sebagai petani. Selain
dikelilingi oleh persawahan, Kampung Naga juga dikelilingi oleh hutan, sehingga
masyarakat memanfaatkan hasil alam tersebut untuk membuat anyaman.
Masyarakat Kampung Naga tidak terpengaruh oleh zaman, salah satunya di
Kampung Naga tidak ada listrik, sehingga untuk keperluan sehari-hari masyarakat
masih menggunakan alat tradisional. Bangunan yang ada di Kampung Naga tidak
menghilangkan bentuk dan bahan yang telah digunakan oleh masyarakat
sebelumnya.
Rumah yang dijadikan tempat untuk berteduh, dan berlindung harus dibuat
senyaman mungkin. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tokoh
pemimpin di Kampung Naga, bangunan rumah adat masyarakat Kampung Naga
setata, dan semua bahan bakunya terbuat dari hasil alam. Rumah yang ada di
Kampung Naga itu harus saling berhadap-hadapan, yaitu ada yang menghadap ke
utara dan ada yang menghadap ke selatan. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Iwan (2014) rumah adat kampung naga harus saling berhadapan atau
6
saling membelakangi, serta bagian samping rumah yang satu dengan yang lainnya
berdampingan, seperti bagian ruang tamu akan berdampingan juga dengan ruang
tamu.
Gambar 1. Rumah Adat Kampung Naga
Konsep matematika yang terdapat pada tata letak rumah masyarakat
kampung naga adalah konsep dua garis yang saling sejajar, dan bangun yang
saling berhadapan. Misalkan dua garis a, dan b masing-masing memanjang dari
barat ke timur. Bangun yang berada di garis a menghadap ke selatan, dan bangun
yang berada pada garis b menghadap ke utara.
Gambar 2. Unsur Matematika pada Tata Letak Rumah Adat
Rumah adat Kampung Naga adalah rumah panggung. Salah satu ciri khas
dari rumah adat Kampung Naga yaitu pada bagian dinding rumah menggunakan
anyaman sasag dan bilik. Terdapat konsep bangun datar dan bangun ruang pada
bangunan rumah adat Kampung Naga. Dari bagian atap hingga pondasi rumah
memiliki nilai matematika. Berikut beberapa bagian yang ada pada rumah adat
kampung naga.
7
3.1 Atap
Atap rumah adat kampung naga jika di lihat dari depan berbentuk segitiga sama
kaki, dan jka dilihat dari samping berbentuk prisma segitiga sama kaki. Atap
terbuat dari daun eurih yaitu ilalang, atau daun tepus, dan di atasnya ditutupi
ijuk. Ijuk yang digunakan sangat banyak, bisa mencapai ketebalan 10 cm.
Aktivitas etnomatematika pada pembuatan atap yaitu aktivitas merancang, dan
mengukur. Alat yang digunakan unuk mengukur sudah modern yaitu
menggunakan meteran bangunan. Zaman dahulu masyarakat mengukur
menggunakan tangan atau alat seperti bambu yang sudah di kira-kira untuk
ukuran panjangnya.
Gambar 3. Unsur Matematika pada Atap dari Depan
Gambar 4. Atap dari Depan
Gambar 5. Atap dari Samping
8
3.2 Fondasi
Rumah di bangun dengan ketinggian antara 45-65 cm dari permukaan tanah.
Fondasi rumah terbuat dari batu papas yang memiliki dua jenis tatapakan, yaitu
tatapakan jangkung (panjang) berbentuk seperti balok dan prisma segi empat,
serta tatapakan buleud atau bundar.
Gambar 6. Tatapakan Jangkung
Gambar 7. Tatapakan Buleud
Untuk fondasi yang berbentuk prisma segi empat berukuran 20x20 cm
untuk bagian atas, dan 30x30 cm untuk bagian bawah.
Gambar 8. Unsur Matematika pada Tatapakan Jangkung
9
3.3 Golodog
Di bagian depan rumah tepatnya di depan pintu terdapat tangga kecil atau yang
disebut golodog yang terbuat dari papan yang berbentuk persegi panjang dan
berfondasikan batu papas. Ukuran golodog ini tidak terlalu panjang, hanya
sebatas pintu saja. Masyarakat yang membuat kerajinan anyaman biasanya
mengayam di golodog, sehingga bisa bekerja sambil bercerita dengan tetangga
lainnya.
Gambar 9. Golodog
3.4 Lantai
Bagian lantai terbuat dari palupuh atau bambu yang di pipihkan dan papan kayu
yang di potong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Bahan dari bambu yang
di pipihkan atau disebut palupuh dapat menjadikan ruangan menjadi lebih
sejuk, karena palupuh ini renggang sehingga adanya angin yang masuk dari
bawah yang melewati sela-sela tersebut. Palupuh atau bambu ini biasanya
digunakan untuk lantai bagian dapur, sedangkan untuk tepas dan kamar
menggunakan papan kayu.
Gambar 10. Lantai Dapur dari Palupuh
10
Gambar 11. Lantai dari Papan Kayu
Papan kayu yang digunakan berbentuk persegi panjang, dengan lebar ±
15 cm dan panjangnya menyesuaikan dengan panjang ruangannya. Aktivitas
etnomatematika pada pembuatan lantai ini adalah aktivitas mengukur berapa
ukuran papan yang diperluakan supaya lantai tersusun rapih.
Gambar 12. Unsur Matematika pada Lantai Rumah Masyarakat
Kampung Naga
3.5 Dinding
Untuk bagian dinding pada bangunan yang ada di kampung naga biasanya
terbuat dari bambu yang di anyam, dan salah satunya yang menjadi ciri khas
kampung naga yaitu anyaman sasag yang biasanya digunakan untuk dinding
bagian dapur dan pintu.
Gambar 13. Sasag Horinzontal Pada Dinding Dapur
11
Gambar 14. Sasag Vertikal Pada Pintu Rumah
Sasag Horizontal digunakan pada bagian dinding dapur. Tujuan dari
dinding dapur yang menggunakan anyaman sasag yaitu, ketika malam hari
bagian dapur bisa terlihat dari luar, jadi jika ada masyarakat yang lupa
mematikan api bisa di ingatkan oleh warga lain.
Gambar 15. Pola Anyaman Sasag Horizontal
Sasag Vertikal digunakan pada bagian pintu. Unsur matematika pada
anyaman sasag yaitu persegi panjang, lebar dari bambu yang di anyam 0,5
cm.
Gambar 16. Pola Anyaman Sasag Vertikal
12
Sedangkan untuk dinding bagian lainnya menggunakan anyaman bilik
atau anyaman kepang dan papan kayu. Bilik rumah di kampung naga berwarna
putih yang berasal dari kapur, karena untuk rumah di kampung naga tidak boleh
di cat.
Gambar 17. Anyaman Bilik
Anyaman bilik ini terbuat dari bambu yang berbentuk persegi panjang,
dengan lebar cm. Dianyam dengan teknik anyaman kepang sehingga bambu
dianyam secara silang berurutan atau dua-dua. Pada anyaman sasag dan bilik
terdapat konsep teselasi.
Gambar 18. Pola Anyaman Bilik
3.6 Pintu
Setiap rumah di kampung naga memiliki 2 pintu. 1 Pintu yang langsung menuju
ke dapur dan 1 pintu langsung menuju ke tepas. Pintu terbuat dari kayu, dan
tidak boleh di cat.
13
Gambar 19. Pintu Rumah Adat Kampung Naga
Pintu rumah masyarakat kampung naga harus sejajar dalam satu bangun
yang menghadap ke utara atau selatan. Pintu terbuat dari kayu yang berbentuk
persegi panjang dan ukurannya menyesuaikan dengan kebutuhan. Konsep
matematika pada pintu ini adalah sifat 2 bangun yang saling berdampingan
dalam satu ruang. Dimisalkan bangunan rumah A menghadap ke selatan dengan
2 pintu yang saling berdampingan dalam satu ruang.
Gambar 20. Unsur Matematika pada Pintu Rumah Masyarakat Kampung
Naga
3.7 Jendela
Konsep matematika pada jendela rumah yaitu bangun persegi panjang, jendela
terletak di bagian depan dan samping rumah. Jendelanya sama seperti rumah
modern yang biasa kita temui, yaitu berbahan kayu dan kaca.
14
Gambar 21. Jendela Rumah Adat Kampung Naga
3.8 Sawen
Sawen dipercayai oleh masyarakat kampung naga sebagai tolak bala atau untuk
terhindar dari hal-hal yang berbahaya. Sawen biasa di gantung di setiap pintu
yang ada di kampung naga. Mulai dari pintu rumah hinggu pintu kamar mandi
harus ada. Sawen di ganti setiap tanggal 1 Muharam.
Gambar 22. Sawen
Sawen terdiri dari ketupat selamat, dupti, jukut palias, daun darandan,
dan daun cariang. Ketupat selamet berbentuk limas segi empat, yang berarti
memiliki 5 titik sudut. Menurut masyarakat kampung naga, 5 titik sudut pada
katupat selamet memiliki arti rukun iman. Karena semua masyarakat kampung
naga memeluk agama islam.
Gambar 23. Unsur Matematika pada Kupat Salamet
15
Dupti berbentuk segitiga, yang berarti memiliki 3 titik sudut. 3 titik sudut
ini sebagai pengingat bahwa ketika keluar rumah mengucapkan Basmallah,
sampai kembali di rumah mengucapkan Hamdalah, dan apabila ada yang
ketinggalan mengucapkan Istighfar. Pada dupti terdapat konsep matematika
yaitu bangun ruang jenis limas dengan alas segiempat. Aktivitas matematika
yang terdapat pada sawen yaitu aktivitas merancang, dan mengukur.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, pada bagian-bagian rumah adat
Kampung Naga selain memiliki makna tersendiri, juga terdapat konsep
matematika di dalamnya. Pada sistem tata letak rumah adat, terdapat konsep dua
garis yang saling sejajar, dan bangun yang saling berhadapan. Konsep matematika
yang ditemukan pada rumah adat kampung naga yaitu sifat-sifat bangun datar, dan
sifat-sifat bangun ruang.
Pada bagian atap berbentuk segitiga sama kaki, yang memiliki sifat panjang
kedua kaki sama. Pintu, jendela, dan lantai yang terdapat pada rumah adat
Kampung Naga memiliki konsep geometri yaitu persegi panjang. Pada fondasi
rumah terdapat konsep bangun ruang yaitu prisma segiempat. Pada sawen terdapat
dupti yang memiliki konsep limas segiempat. serta konsep teselasi yang ditemukan
pada anyaman sasag pada dinding dan pintu rumah adat.
Aktivitas matematika yang terdapat pada rumah adat yaitu aktivitas
merancang. pada pembuatan atap, anyaman dinding, dan bagian rumah yang
lainnya, sehingga sesuai dengan sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang.
Akivitas mengukur juga digunakan pada pembuatan rumah adat, yang menentukan
berapa panjang, lebar, atau tinggi pada setiap bagian yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. (2014). Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Jurnal Studi
Komunikasi Dan Media, 02(1998), 1–11.
16
Albanese, V., & Perales Palacios, F. J. (2015). Enculturation with Ethnomathematical
Microprojects: From Culture to Mathematics. 9(February), 1–11.
Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif. Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.
Darmayanti, T. E. (2018). Sundanese {Traditional} {Houses} in {Kampung} {Naga},
{West} {Java} as a part of {Indonesian} {Cultural} {Tourism}. Journal of
Tourism, 3(8), 57–65. http://www.jthem.com/home.asm
IIham, A. N., & Sofyan, A. (2012). Tipologi Bangunan Rumah Tinggal Adat Sunda
Di Kampung Naga Jawa Barat. Jurnal Tesa Arsitektur, 10(1), 1–8.
Lubis, S. I., Mujib, A., & Siregar, H. (2018). Eksplorasi Etnomatematika pada Alat
Musik Gordang Sambilan. Edumatika : Jurnal Riset Pendidikan Matematika,
1(2), 1. https://doi.org/10.32939/ejrpm.v1i2.246
Mauluah, L., & Marsigit. (2019). Ethnomathematics for elementary student:
Exploration the learning resources at kraton Yogyakarta. International
Journal of Scientific and Technology Research, 8(7), 776–780.
Muhtadi, D., Sukirwan, Warsito, & Prahmana, R. C. I. (2017). Sundanese
ethnomathematics: Mathematical activities in estimating, measuring, and
making patterns. Journal on Mathematics Education, 8(2), 185–198.
https://doi.org/10.22342/jme.8.2.4055.185-198
Nuh, Z. M., & Dardiri. (2017). Etnomatematika Dalam Sistem Pembilangan Pada
Masyarakat Melayu Riau. Kutubkhanah, 19(2), 220–238. http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/Kutubkhanah/article/view/2552
Nur’aini, I. L., Harahap, E., Badruzzaman, F. H., & Darmawan, D. (2017).
Pembelajaran Matematika Geometri Secara Realistis Dengan GeoGebra.
Matematika, 16(2), 1–6. https://doi.org/10.29313/jmtm.v16i2.3900
Rakhmawati, R. (2016). Aktivitas Matematika Berbasis Budaya pada Masyarakat
Lampung. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 7(2), 221–230.
https://doi.org/10.24042/ajpm.v7i2.37
Safrida, L. N., Setiawan, T. B., Susanto, Yudianto, E., Ambarwati, R., & Putri, I. W.
S. (2020). Integrating GeoGebra into geometry space learning: A lesson
from traditional cultural festival tumpeng sewu. Journal of Physics:
Conference Series, 1465(1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1465/1/012046
Sari, E. F. P., Somakim, & Hartono, Y. (2018). Etnomatematika Pada Kebudayaan
Rumah Adat Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan. Journal of Medives,
2(1), 137–144.
Sari, I. P., Purwasih, R., & Nurjaman, A. (2017). Analisis Hambatan Belajar
17
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Program Linear. JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika), 6(1), 39. https://doi.org/10.25273/jipm.v6i1.1569
Septianawati, T., Verawati, F., & Ashri, A. M. (2019). Kajian Etnomatematika :
Mengungkap Kearifan Lokal Budaya dan Matematika Kampung Naga. In
Meatika (Vol. 1, Issue 1).
Sriwardani, N., & Savitri, S. (2019). Rumah Adat Kampung Pulo Cangkuang
Kabupaten Garut sebagai Konsep Hunian Masa Kini. Panggung, 29(3).
https://doi.org/10.26742/panggung.v29i3.1013
Suliyanto. (2017). Pelatihan Metode Pelatihan Kuantitatif. Journal of Chemical
Information and Modeling, 5(2), 223–232.
Theresia, P., Dapa, N., Dharma, U. S., & Dharma, U. S. (2019). Etnomatematika
pada rumah adat bajawa, kabupaten ngada, propinsi nusa tenggara timur.
Prosiding Sendika, 5(1), 35–40.
Widiastuti. (2013). Analisis SWOT Keragaman Budaya Indonesia. Jurnal Ilmiah
Widya, 1(1), 8–14. https://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/jurnal-
ilmiah/article/view/21
Yuningsih, N., Nursuprianah, I., & Manfaat, B. (2021). Eksplorasi Etnomatematika
pada Rancang Bangun Rumah Adat Lengkong. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika Jakarta, 3(1), 1–13.
journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrpmj/article/view/19517