eksperimentasi pembelajaran matematika metode
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: MISBAHUL IBAD
S850809312
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA
Disusun oleh:
MISBAHUL IBAD NIM. S850809312
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Drs. TRI ATMOJO K, M.Sc, Ph.D. NIP. 19630826 198803 1 002
............................... ...................
Pembimbing II Drs. SUYONO, M.Si NIP. 19500301 197603 1 002
............................... ...................
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. MARDIYANA, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA
Disusun oleh:
MISBAHUL IBAD NIM. S850809312
Telah disetujui oleh Tim Penguji Jabatan
Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. MARDIYANA, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
............................. ...................
Sekretaris Dr. RIYADI, M.Si NIP. 19670116 199402 1 001
............................. ...................
Anggota Drs. TRI ATMOJO K, M.Sc., Ph.D. NIP. 19630826 198803 1 002
............................. ...................
Drs. SUYONO, M.Si NIP. 19500301 197603 1 002
............................. ...................
Direktur Program Pascasarjana UNS,
Prof. Drs. SURANTO, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
Surakarta, Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika,
Dr. MARDIYANA, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : MISBAHUL IBAD
NIM : S850809312
Prodi : Pendidikan Matematika
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:
”Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dan Metode Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa” adalah benar-benar
karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan saya, apabila pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Yang menyatakan
MISBAHUL IBAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Misbahul Ibad. S850809312. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Pembimbing I: Drs. Tri Atmojo Kusmayadi, M.Sc., Ph.D. Pembimbing II: Drs. Suyono, M.Si. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada metode kooperatif tipe STAD (2) Apakah peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial akan mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual, peserta didik dengan gaya belajar auditorial akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik, dan peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik (3) Apakah perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar siswa dan apakah perbedaan antara masing-masing gaya belajar siswa konsisten pada setiap motode pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2×3. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh) SMA Negeri di kota Kediri. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 219 orang dengan rincian 109 orang untuk kelas eksperimen 1 dan 110 orang untuk kelas eksperimen 2. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan angket gaya belajar siswa. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tes prestasi dan angket gaya belajar terlebih dahulu diujicobakan. Penilaian validitas isi instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus KR-20, sedangkan uji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus Cronbach Alpha. Daya pembeda tes dan konsistensi internal angket menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Uji keseimbangan menggunakan uji rerata t, dengan 05,0=α diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelompok eksperimen dalam keadaan seimbang. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dengan 05,0=α diperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen.
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Metode pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar auditorial. Siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar auditorial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. (3) Perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar dan perbedaan antara masing-masing gaya belajar konsisten pada setiap metode pembelajaran. Sehingga pada masing-masing metode pembelajaran siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar auditorial, siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik, siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. Demikian juga pada masing-masing gaya belajar, metode pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kata kunci: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Numbered Heads Together (NHT), gaya belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT Misbahul Ibad. S850809312. Experimentation of Mathematics Learning of Cooperative Method Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type and Cooperative Method Numbered Heads Together (NHT) Type considered from the Student Learning Styles. 1st advisor: Drs. Tri Atmojo Kusmayadi, M.Sc., Ph.D. 2nd advisor: Drs. Suyono, M.Si. Thesis. Mathematics Education Studies Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. 2011.
The purposes of this study are to determine: (1) whether the learning of mathematics in the material of linear and quadratic equation system using cooperative learning methods NHT type better than cooperative methods STAD type (2) whether students who have auditory learning style will have a better achievement compared with students who have a visual learning style, students who have auditory learning style will have a better achievement compared with students who have a kinesthetic learning style, and students who have a visual learning style will have a better achievement than students who have a kinesthetic learning style (3) whether the difference in achievement of each learning method consistent to each student's learning style and whether the differences among students' learning styles are consistent in each learning method.
This study is a quasi experimental research with 2×3 factorial design. The population of this study is all tenth grade students of senior high schools in Kediri. Sampling was done by stratified cluster random sampling. The sample in this study are 219 people with details of 109 people for class experiment 1 and 110 people for class experiment 2. The Instruments used to collect data are mathematics achievement test and student learning styles questionnaire. Before being used for data collection, the instruments firstly tested. Validity of the content of test instruments and questionnaires were assessed by the validator. Reliability of test instruments tested using KR-20 formula, while the questionnaire instrument using Cronbach alpha formula. Discriminant of test and internal consistency of questionnaires using the product moment correlation formula of Karl Pearson. Average balance test using t test, with 05.0=α concluded that both the experimental group in a balance condition. Prerequisites test include normality test using Lilliefors test method and homogeneity test using Bartlet method by Chi Square test statistic. With
05.0=α concluded that the samples come from populations with normal distribution and homogeneous.
Based on the hypothesis test, it is concluded that: (1) Cooperative learning methods NHT type provide a better performance than cooperative learning method STAD type. (2) Students with visual learning style have the same achievement with students with auditory learning styles. Students with visual learning style have the same achievement with students with kinesthetic learning styles. Students with auditory learning styles have a better academic achievement than students with kinesthetic learning styles. (3) Difference in achievement of each learning method is consistent with their respective learning styles and differences between individual learning style is consistent in each learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
method. So in each learning method, students with visual learning style have the same achievement with students with auditory learning style, students with visual learning style have the same achievement with students with kinesthetic learning styles, students with auditory learning styles have better achievement than students with kinesthetic learning styles. Similarly, in their respective learning styles, cooperative learning methods NHT type provides better performance than cooperative learning method STAD type. Keywords: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Numbered Heads Together (NHT), Learning Styles
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul
”Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dan Metode Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa” dapat terselesaikan
dengan baik.
Tesis ini disusun sebagai tugas akhir perkuliahan di Program Studi
Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Tesis ini bisa terselesaikan atas bantuan, dorongan dan motivasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian ini.
2. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengesahkan
proposal penelitian ini dan selalu memberikan dorongan untuk menyelesaikan
penulisan tesis.
3. Drs. Tri Atmojo Kusmayadi, M.Sc., Ph.D, dosen Pembimbing I, dan Drs.
Suyono, M.Si, dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi dalam penyusunan tesis ini.
4. Drs. H. A. Wahid Anshory, S.Pd., MM, Plt. Kepala Dinas Pendidikan kota
Kediri, yang telah memberikan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Drs. Dwi Rajab Januhadi, M.Pd, Kepala SMA Negeri 1 Kediri, yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Kediri.
6. Drs. Gunawan S, M.Pd, Plt. Kepala SMA Negeri 3 Kediri, yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Kediri.
7. Drs. Halimi Mahfudz, Kepala SMA Negeri 6 Kediri, yang telah mengijinkan
penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 6 Kediri.
8. Lukito, S.Pd, guru SMA Negeri 1 Kediri, Wiji Lestari, S.Pd, guru SMA
Negeri 3 Kediri, dan Amor Widjoyanto, S.Pd, guru SMA Negeri 6 Kediri
yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian ini.
9. Segenap siswa SMA Negeri 1 Kediri, SMA Negeri 3 Kediri dan SMA Negeri
6 Kediri yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu
terselesaikanya tesis ini
11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.
Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan, mendapat balasan
pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi
pembaca semuanya. Amin.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................. vi
PERNYATAAN ......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Pemilihan Masalah ..................................................................... 8
D. Pembatasan Masalah ................................................................... 8
E. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
F. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
G. Manfaat Penelitian ...................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 12
A. Kajian Pustaka ............................................................................. 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
1. Pembelajaran Matematika ........................................................ 12
2. Pembelajaran Kooperatif ......................................................... 16
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) .................................................................... 20
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) ...................................................................... 23
5. Gaya Belajar ............................................................................ 25
6. Hasil Belajar ............................................................................ 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 30
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 33
D. Hipotesis ...................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 38
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ........................................ 38
B. Jenis Penelitian ............................................................................. 38
C. Langkah-langkah Penelitian ......................................................... 39
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 40
1. Populasi .................................................................................... 40
2. Sampel dan Teknik Sampling .................................................. 40
E. Variabel dan Rancangan Penelitian ............................................. 42
1. Variabel Penelitian ................................................................... 42
2. Rancangan Penelitian ............................................................... 44
F. Metode Pengumpulan Data, Penyusunan dan Uji Instrumen ...... 45
1. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 45
2. Penyusunan dan Uji Instrumen ................................................ 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 53
1. Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan dan Analisis
Variansi ................................................................................... 53
2. Uji Keseimbangan ................................................................... 55
3. Pengujian Hipotesis ................................................................. 56
4. Uji Komparasi Ganda .............................................................. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 64
A. Uji Keseimbangan ....................................................................... 64
B. Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................ 65
1. Tes Prestasi Belajar Matematika ............................................... 65
2. Angket Gaya Belajar Siswa ...................................................... 67
C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 69
D. Uji Prasyarat ................................................................................ 70
1. Uji Normalitas ......................................................................... 70
2. Uji Homogenitas ...................................................................... 70
E. Uji Hipotesis ................................................................................. 71
F. Uji Komparasi Ganda .................................................................. 73
G. Pembahasan .................................................................................. 74
1. Hipotesis Pertama ..................................................................... 74
2. Hipotesis Kedua ....................................................................... 75
3. Hipotesis Ketiga ....................................................................... 77
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 79
A. Kesimpulan ................................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
B. Implikasi ...................................................................................... 80
C. Saran ............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) STAD ............ 87
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) NHT .............. 104
Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa ........................................................... 121
Lampiran 4 : Kisi-kisi soal tes ................................................................. 141
Lampiran 5 : Soal tes ............................................................................... 144
Lampiran 6 : Lembar validasi soal tes ..................................................... 152
Lampiran 7 : Analisis butir soal ............................................................... 154
Lampiran 8 : Uji reliabilitas soal ............................................................. 160
Lampiran 9 : Soal tes setelah divalidasi dan dianalisis ............................ 166
Lampiran 10 : Kunci jawaban soal tes ...................................................... 171
Lampiran 11 : Kisi-kisi angket gaya belajar .............................................. 172
Lampiran 12 : Angket gaya belajar ........................................................... 175
Lampiran 13 : Lembar validasi angket gaya belajar ................................. 181
Lampiran 14 : Analisis angket gaya belajar visual .................................... 187
Lampiran 15 : Uji reliabilitas angket gaya belajar visual .......................... 193
Lampiran 16 : Analisis angket gaya belajar auditorial .............................. 199
Lampiran 17 : Uji reliabilitas angket gaya belajar auditorial .................... 205
Lampiran 18 : Analisis angket gaya belajar kinestetik .............................. 211
Lampiran 19 : Uji reliabilitas angket gaya belajar kinestetik .................... 217
Lampiran 20 : Angket gaya belajar setelah divalidasi dan dianalisis ........ 223
Lampiran 21 : Uji keseimbangan .............................................................. 228
Lampiran 22 : Data hasil penelitian ........................................................... 241
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 23 : Uji normalitas data metode STAD ..................................... 244
Lampiran 24 : Uji normalitas data metode NHT ....................................... 248
Lampiran 25 : Uji normalitas data gaya belajar visual .............................. 252
Lampiran 26 : Uji normalitas data gaya belajar auditorial ........................ 255
Lampiran 27 : Uji normalitas data gaya belajar kinestetik ........................ 258
Lampiran 28 : Uji homogenitas data metode pembelajaran ...................... 261
Lampiran 29 : Uji homogenitas data gaya belajar ..................................... 266
Lampiran 30 : Uji hipotesis ....................................................................... 271
Lampiran 31 : Uji komparasi ganda .......................................................... 278
Lampiran 32 : Surat ijin penelitian ............................................................ 281
Lampiran 23 : Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ............... 282
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Nilai terendah dan nilai tertinggi mata pelajaran matematika
UN SMA kota Kediri 2009/2010 ............................................... 3
Tabel 2.1. Kriteria peningkatan skor pembelajaran STAD ........................ 22
Tabel 3.1. Tahapan penelitian .................................................................... 38
Tabel 3.2. Rancangan penelitian ................................................................. 44
Tabel 3.3. Kriteria penilain angket ............................................................. 47
Tabel 4.1. Deskripsi data prestasi belajar matematika ............................... 69
Tabel 4.2. Rangkuman uji normalitas ........................................................ 70
Tabel 4.3. Rangkuman uji homogenitas variansi ....................................... 71
Tabel 4.4. Data amatan, rerata dan jumlah kuadrat deviasi ....................... 72
Tabel 4.5. Rangkuman analisis variansi ..................................................... 72
Tabel 4.6. Rangkuman hasil uji komparasi ganda ..................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas pendidikan matematika merupakan hal yang
sangat strategis dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berorientasi pada
peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari berbagai data
yang ada, kemampuan matematika suatu negara berbanding lurus dengan
tingkat kemajuan negara tersebut.
Data dari Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) pada tahun 2007 kemampuan matematika Indonesia berada pada
peringkat 36 dari 48 negara yang di survei, dengan rata-rata nilai 397. Nilai
rata-rata Indonesia masih jauh di bawah nilai rata-rata internasional yaitu 500.
Nilai rata-rata Indonesia juga masih berada di bawah Thailand (441), Malaysia
(474) dan Singapura (593). Data UNESCO juga menunjukkan peringkat
matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara yang diteliti. Selain
itu, matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian
Nasional, di banyak sekolah juga menjadi penyebab utama ketidaklulusan
siswanya. Berbagai data tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita
bahwa kualitas pendidikan matematika di Indonesia memang masih perlu
ditingkatkan.
Secara lebih spesifik, permasalahan pembelajaran matematika di kelas
X SMA Negeri di kota Kediri berdasar hasil wawancara dengan guru
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
matematika dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
matematika dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu siswa masih
belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas. Ada
beberapa yang siswa antusias dan bersikap aktif dalam proses pembelajaran,
tetapi kebanyakan siswa masih bersikap pasif dalam proses pembelajaran yang
disebabkan siswa merasa kurang mampu dalam menguasai mata pelajaran
matematika. Hasil identifikasi awal ditemukan beberapa indikator yakni: siswa
tidak berani bertanya, kurang berani menjawab pertanyaan, tidak aktif ketika
bekerja dalam kelompok, dan jarang yang berani mengemukakan pendapat
baik pada waktu kerja kelompok maupun pada waktu presentasi.
Selain itu dari data sekolah diperoleh informasi bahwa rata-rata
ketuntasan pembelajaran matematika (dengan nilai kriteria ketuntasan minimal
70 atau 75) juga masih rendah. Dari rata-rata 36 siswa perkelas yang
pembelajarannya tuntas (tidak perlu mengikuti remidial) hanya berjumlah
sekitar 7 sampai 15 anak. Demikian juga data hasil Ujian Nasional pada mata
pelajaran matematika SMA/MA tahun pelajaran 2009/2010 di kota Kediri
menunjukkan angka ketidaklulusan mencapai 9,72%. Kegagalan dalam Ujian
Nasional banyak pada bidang studi matematika. Kondisi ini antara lain bisa
dilihat dari data Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur tentang nilai tertinggi
dan nilai terendah Ujian Nasional SMA tahun 2009/2010 yang disajikan
dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1.1 Nilai terendah dan nilai tertinggi mata pelajaran matematika
UN SMA kota Kediri 2009/2010
No Nama Sekolah Nilai Terendah Nilai Tertinggi
1 SMA Negeri 1 Kediri 3,75 10,00
2 SMA Negeri 2 Kediri 3,75 10,00
3 SMA Negeri 3 Kediri 4,50 9,25
4 SMA Negeri 4 Kediri 3,75 10,00
5 SMA Negeri 5 Kediri 2,50 9,50
6 SMA Negeri 6 Kediri 0,75 9,75
7 SMA Negeri 7 Kediri 5,50 10,00
8 SMA Negeri 8 Kediri 6,75 9,75
Salah satu hambatan dalam peningkatkan kualitas pendidikan
matematika, diantaranya adalah mitos yang telah melekat pada sebagian besar
bangsa Indonesia. Matematika selama ini sering diasumsikan dengan berbagai
hal yang berkonotasi negatif, mulai dari matematika dianggap sebagai ilmu
yang sangat sukar, ilmu hafalan tentang rumus, berhubungan dengan
kecepatan hitung, ilmu abstrak yang tidak berhubungan dengan realita, sampai
pada ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif. Semakin lengkap
pula ketika mitos-mitos ini disertai dengan sikap guru matematika yang dalam
menyampaikan pelajaran: galak, tidak menarik, bahkan cenderung
menciptakan rasa takut dan tegang pada peserta didik. Situasi semacam ini
semakin menjauhkan rasa ketertarikan peserta didik dalam mempelajari
matematika. Apalagi jika siswa tersebut merasa dirinya memiliki kemampuan
berpikir yang kurang dibandingkan teman-temannya.
Kualitas pendidikan matematika dapat ditingkatkan dengan melakukan
serangkaian pembenahan persoalan yang dihadapi, diantaranya, selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kurikulum yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar
minimal, adalah penerapan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan
sikap kreatif, demokratis dan mandiri yang disesuaikan dengan kebutuhan
prediksi pembelajaran masa kini dan mendatang. Pembenahan yang dianggap
sangat mendesak, pertama, mengubah pembelajaran dari siswa belajar pasif ke
belajar aktif. Meskipun hampir semua guru menyadari bahwa dalam
pembelajaran, harus melibatkan siswa secara aktif, namun pada kenyataannya
sering terjadi miskonsepsi, yaitu aktif berdasarkan fisik semata. Seharusnya,
guru merancang pembelajaran yang menantang siswa untuk lebih aktif
berpartisipasi, terlibat dalam diskusi dan penjelasan ide-ide, membuat dan
memecahkan masalah secara kolaborasi untuk sampai pada pemahaman
materi yang dipelajari.
Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang
abstrak, maka dalam proses pembelajarannya, matematika harus dapat
disajikan lebih menarik dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan
kondisi siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar siswa dapat ikut serta
berperan aktif dalam proses pembelajaran dan siswa tertarik dengan materi
yang diajarkan tersebut. Siswa tidak boleh dibiarkan merasa tidak mampu
dalam belajar matematika, karena siswa akan menjadi malas untuk
mempelajari dan akhirnya siswa tidak mampu menguasai mata pelajaran
matematika, ketika siswa merasa kesulitan guru harus secara aktif
membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga diharapkan siswa yang
mengalami kesulitan dapat lebih tertantang untuk mempelajarinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dengan memperhatikan hal tersebut, seorang guru dituntut untuk dapat
memilih metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode pembelajaran
tertentu yang digunakan oleh guru diharapkan juga dapat meningkatkan
aktifitas siswa di kelas dalam belajar, siswa berani menyampaikan gagasan
dan menerima gagasan dari orang lain, serta kreatif dalam mencari solusi dari
suatu permasalahan yang dihadapi.
Suasana yang komunikatif di dalam kelas harus dibangkitkan oleh
guru dengan baik, komunikasi tersebut dapat terjadi antara guru dengan siswa
maupun antar sesama siswa. Tetapi pada pelaksanaannya masih terdapat guru
yang mengarahkan siswa pada pola belajar individualitas yaitu proses
pembelajaran yang berlangsung tanpa saling ketergantungan atau komunikasi
antar siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara
aktif adalah metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif
telah banyak berkembang dan diteliti di Amerika Serikat pada akhir tahun
1970-an (Slavin, 2009: 9). Dari berbagai penelitian yang dilakukan
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan
kemampuan kognitif siswa. Sayangnya pembelajaran kooperatif masih belum
banyak dipraktikkan dalam pembelajaran di negara kita.
Selain itu, masih terkait dengan matematika sebagai mata pelajaran
yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam upaya
membelajarkan matematika kepada siswa, guru seyogyanya juga
menggunakan alat bantu (media) dalam proses pembelajaran. Dengan
penggunaan media yang tepat dan dekat dengan keseharian siswa, diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
akan dapat membantu siswa untuk lebih menyenangi dan lebih mudah
memahami materi pembelajaran. Dewasa ini, dengan semakin berkembangnya
teknologi, ada banyak pilihan media audiovisual yang menarik dan mungkin
akan dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi
pembelajaran.
Hal lain yang perlu diperhatikan agar siswa berhasil dalam belajar
metematika adalah karakteristik dan kondisi siswa. Karakteristik siswa yang
dimaksud di sini antara lain: kemampuan awal, motivasi dan gaya belajar.
Matematika sebagai ilmu yang logis, kritis, sistematis dan konsisten, antar
satu konsep dengan konsep yang lain saling memiliki keterkaitan. Adanya
saling keterkaitan ini menjadikan kemampuan awal siswa sebagai salah satu
faktor penting yang menentukan keberhasilan siswa belajar matematika. Gaya
belajar dan motivasi dari seorang siswa juga perlu diperhatikan. Seorang guru
yang baik tentu tidak akan langsung memvonis siswa yang nilainya jelek
adalah siswa yang tidak bisa. Guru harus mencari informasi kenapa siswa
yang bersangkutan mendapat nilai yang jelek. Terkait dengan hal tersebut,
informasi penting yang perlu diketahui guru antara lain terkait dengan gaya
belajar dan motivasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
masalah antara lain sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika karena guru
tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik. Terkait dengan isu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ini muncul pertanyaan apakah kalau guru menggunakan media
pembelajaran yang menarik, prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang
membandingkan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan oleh
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Terkait dengan hal ini
muncul pertanyaan apakah kalau metode pembelajaran yang diterapkan
oleh guru diubah, apakah prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk
menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan
berbagai metode pembelajaran. Dapat diteliti juga apakah metode
pembelajaran yang menarik tersebut cocok dengan berbagai karakteristik
siswa.
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika karena jam
pembelajaran matematika kurang. Terkait dengan hal ini muncul
pertanyaan apakah kalau waktu pembelajaran matematika ditambah,
prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik. Untuk menjawab
pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan
pembelajaran dengan alokasi waktu seperti biasa dengan pembelajaran
yang alokasi waktunya ditambah.
4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika karena guru
yang mengajar hanya satu orang sehingga tidak mampu menguasai kelas
yang diajar. Terkait dengan isu ini muncul pertanyaan apakah kalau
jumlah gurunya ditambah (lebih dari satu orang), prestasi belajar siswa
menjadi lebih baik. Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
penelitian yang membandingkan pembelajaran yang diajar oleh satu orang
guru dengan pembelajaran yang diajar oleh guru tim (lebih dari satu orang)
5. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika karena jumlah
siswa dalam satu kelas terlalu banyak. Terkait dengan isu ini muncul
pertanyaan apakah kalau jumlah siswa dikurangi, prestasi belajar siswa
menjadi lebih baik. Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan
penelitian yang membandingkan pembelajaran pada kelas besar dengan
pembelajaran pada kelas kecil.
C. Pemilihan Masalah
Berdasarkan kelima masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya
ingin melakukan penelitian yang terkait dengan masalah yang kedua, yaitu
pembelajaran dengan menggunakan metode yang menarik dan apakah metode
tersebut cocok dengan berbagai gaya belajar siswa.
Alasan dipilihnya masalah tersebut disamping karena keterbatasan
peneliti untuk dapat meneliti semua permasalahan di atas, karena peneliti
memandang bahwa salah salah satu permasalahan yang paling mendasar dari
pembelajaran matematika saat ini adalah kebanyakan guru masih
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan enggan
menggunakan metode yang lain.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian ini dapat lebih
terfokus, perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1. Metode pembelajaran yang dibandingkan adalah metode pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan metode
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
2. Karakteristik siswa yang dilihat adalah gaya belajar siswa yang meliputi
gaya belajar tipe visual, tipe auditorial dan tipe kinestetik.
3. Penelitian dilakukan di SMA Negeri di kota Kediri kelas X tahun
pelajaran 2010/2011.
4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pemilihan
masalah di atas maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear
dan kuadrat dengan metode kooperatif tipe NHT lebih baik daripada
metode kooperatif tipe STAD?
2. Apakah siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial akan mempunyai
prestasi belajar lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai gaya
belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik,
dan siswa yang mempunyai gaya belajar visual akan mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibanding siswa yang mempunyai gaya belajar
kinestetik?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Apakah perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode
pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar siswa dan
apakah perbedaan antara masing-masing gaya belajar siswa konsisten pada
setiap metode pembelajaran?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, dirumuskan tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pada materi sistem
persamaan linear dan kuadrat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih baik daripada metode kooperatif tipe STAD.
2. Untuk mengetahui apakah siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial
akan mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding dengan siswa yang
mempunyai gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya
belajar kinestetik, dan siswa yang mempunyai gaya belajar visual akan
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa yang
mempunyai gaya belajar kinestetik.
3. Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi belajar dari masing-masing
metode pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar
siswa dan apakah perbedaan antara masing-masing gaya belajar siswa
konsisten pada setiap motode pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
G. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika tentang
eksperimentasi pembelajaran matematika metode kooperatif tipe STAD
dibandingkan dengan metode kooperatif tipe NHT.
2. Memberikan informasi tentang perbedaan kemampuan matematika pada
materi sistem persamaan linear dan kuadrat pada siswa dengan gaya
belajar visual, auditorial dan kinestetik.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat sehingga ada variasi metode pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa juga
meningkat.
4. Sebagai bahan referensi lebih lanjut dalam penelitian tentang metode
pembelajaran khususnya metode kooperatif tipe STAD dan metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Matematika
Belajar adalah karakteristik khusus yang hanya dimiliki oleh manusia.
Makhluk lain tidak mampu melakukan proses belajar. Menurut Gagne belajar
adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya
sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat
bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama
melalui latihan maupun pengalaman yang membawa pada perubahan diri dan
perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester
D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap (Syaiful Sagala, 2009: 13).
Senada dengan hal di atas, Witherington menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-
pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan. Sedangakan Hilgard menyatakan bahwa belajar
adalah proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya
respons terhadap suatu situasi. Di Vesta dan Thompson menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari
pengalaman (Nana Syaodih Sukmana, 2009: 155-156). Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai proses
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari respon atau situasi tertentu. Teori
belajar ini sesuai dengan pandangan teori belajar behaviorisme.
Sedangkan dalam teori belajar konstruktivisme, belajar diartikan
sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Paul Suparno (2001: 61) bahwa belajar diartikan sebagai
proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang
dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga
pengertiannya dikembangkan. Von Glasefeld (dalam Aunurrahman, 2009: 16)
menyatakan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan.
Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui
kegiatan seseorang. Melalui proses belajar yang dilakukan, seseorang
membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang
diperlukan untuk suatu pengetahuan tertentu.
Terkait dengan teori belajar di atas, Marzano (dalam Abdur Rahman
As’ari, 2007: 6) menyatakan bahwa ada lima dimensi yang perlu kita
perhatikan kalau menginginkan siswa berhasil dalam belajarnya. Lima
dimensi itu adalah sebagai berikut: (1) Sikap dan persepsi siswa terhadap
belajar yang sedang dan akan dijalaninya, (2) Penguasaan pengetahuan dan
menjadisatukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya, (3)
Pengembangan dan peningkatan pengetahuan yang sudah dimiliki, (4)
Penggunaan pengetahuan yang dimiliki tersebut secara bermakna, (5)
Pembentukan pola pikir (kritis, kreatif, dan self-regulated).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Pembelajaran diartikan sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru
untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati dan Mudjiono,
2006: 157). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun
2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Syaiful
Sagala, 2009: 62).
Biggs dalam Goldman (2002) menyatakan bahwa:
“Learning is a way of interacting with the world. As we learn, conception of phenomena change, and we see the world differently. The acquisition of information in it self does not bring about such a change, but the way we structure that information and think with it does. Thus education is about conceptual change, not just the acquisition of information”. Pembelajaran adalah suatu cara saling berinteraksi dengan dunia. Ketika kita belajar, konsepsi kita tentang suatu fenomena berubah, dan kita akan melihat dunia yang berbeda. Perolehan informasi tidak dengan sendirinya membawa perubahan, tetapi dengan jalan kita menyusun informasi tersebut dan memikirkan apa yang bisa kita lakukan dengannya. Jadi pendidikan adalah tentang perubahan konsep, bukan hanya perolehan informasi. Matematika merupakan ilmu yang sering digunakan untuk menunjang
ilmu yang lain, baik ilmu eksakta maupun ilmu sosial. Dalam penggunaanya
matematika juga sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
matematika menjadi ilmu yang sangat penting untuk dikuasai. Disebutkan
dalam NCTM (National Council of Theachers of Mathematics) (dalam Walle,
2008: 1), mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam menentukan masa depannya.
Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang
lebih produktif. Lemah dalam matematika berarti membiarkan pintu tersebut
tertutup.
Begle (dalam Herman Hudojo, 2005: 36) menyatakan bahwa sasaran
atau obyek penelaahan matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip.
Obyek penelaahan tersebut menggunakan simbol-simbol yang kosong dari
arti. Ciri ini yang memungkinkan matematika dapat memasuki wilayah bidang
studi atau cabang ilmu lain. Sedangkan menurut Soedjadi (2000: 13),
matematika mempunyai karakteristik: (1) Memiliki objek kajian abstrak, (2)
Bertumpu pada kesepakatan, (3) Berpola pikir deduktif, (4) Memiliki simbol
yang kosong dari arti, (5) Memperhatikan semesta pembicaraan, (5) Konsisten
dalam sistemnya.
Prinsip pembelajaran matematika yang tertuang pada NCTM (National
Council of Theachers of Mathematics) (dalam Walle, 2008: 3) menyebutkan,
para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif
membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
Menurut Herman Hudojo (2005: 103), agar proses belajar matematika terjadi,
bahasan matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah
tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat aktif didalam menemukan
konsep-konsep, srtuktur-struktur sampai kepada teorema dan rumus-rumus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004: 61) dapat diartikan
sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Sedangkan menurut
Slavin (dalam Etin Solihati 2005: 4) pembelajaran kooperatif diartikan sebagai
suatu metode pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6
orang, dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen.
Menurut Abdur Rahman As’ari (2003: 2-3) ciri-ciri pembelajaran
kooperatif dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, pebelajar
dikelompok-kelompokkan menjadi beberapa kelompok. Kedua, kelompok-
kelompok tersebut merupakan kelompok kecil. Ketiga, para siswa di dalam
kelompok tersebut melakukan kegiatan belajar secara bersama-sama. Mereka
berkelompok untuk saling belajar dan membelajarkan. Keempat, masing-
masing anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan teman
anggota kelompoknya. Mereka membentuk suatu kesatuan yang saling
mendorong, saling menolong demi keberhasilan bersama. Kelima, topik yang
dipelajari bisa berupa masalah, tugas, atau hal-hal lain yang pada prinsipnya
merupakan tujuan bersama dari anggota-anggota kelompok tersebut.
Sedangkan menurut Ibrahim (2000: 6) ciri-ciri pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut: (a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif
untuk menuntaskan materi belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) apabila mungkin, anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kelompok berasal dari ras, budaya, agama, etnis, dan jenis kelamin yang
berbeda-beda dan (d) pembelajaran lebih berorientasi pada kelompok daripada
individu.
Terkait dengan tujuan dan proses pembelajaran kooperatif, Ozkan
(2010) menyatakan bahwa:
“The main aim of cooperative learning is to increase both their own and their friends' learning to the top level. It should be organized in such a way that every member in the group should know that the other members of the group can't learn before s/he does. Every member of the group should help all the other members to learn. In order to carry out cooperative learning successfully, me group must have a purpose, and all die students in the group should undertake responsibility to achieve the aim of the group and try to get the group reward. In this approach, students should combine their own efforts with those of their friends in the group because the essence of Uns approach is "either we swim together or we sink together". No matter what his/her success level is, every student should believe that s/he does what s/he can to contribute to the success of the group. Every group member should be aware of concepts of commitment of aim and commitment of success. In this method, the group members should be in face-to-face interaction. This interaction is obtained by helping each other, giving feedback, relying on each omer, discussing, encouraging, etc”. Artinya bahwa tujuan utama dari pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan pembelajaran dirinya (siswa) dan teman-temannya kepada prestasi tertinggi. Pembelajaran kooperatif harus diorganisasikan dengan jalan setiap anggota kelompok harus memahami bahwa anggota yang lain tidak dapat belajar sebelum dia (siswa tersebut) melakukan (belajar). Setiap anggota kelompok harus membantu anggota yang lain untuk belajar. Untuk membuat pembelajaran kooperatif berhasil, setiap kelompok harus mempunyai tujuan, dan semua siswa dalam kelompok harus mengambil tanggung jawab untuk mencapai tujuan kelompok dan mencoba untuk memperoleh penghargaan kelompok. Dalam pendekatan ini, siswa harus menggabungkan usahanya dengan teman-temannya yang lain dalam kelompok, sebagaimana pepatah “berenang bersama atau tenggelam bersama”. Setiap siswa harus percaya bahwa dia dapat memberikan kontribusi untuk kesuksesan kelompok. Setiap anggota kelompok harus sadar dan berkomitmen terhadap tujuan dan berkomitmen untuk sukses. Dalam metode ini, setiap anggota kelompok harus berinteraksi langsung. Interaksi ini dicapai dengan saling membantu, memberi umpan balik, saling ketergantungan, diskusi, saling memberikan semangat dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Menurut Slavin (dalam Anita Lie, 2008: 13), tujuan pembelajaran
kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem
kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang
lain. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya.
Dyson dan Rubin (dalam Constantinou, 2010) menyatakan bahwa: “pointed out that cooperative learning has many benefits. It can help students to improve motor skills, develop social skills, work together as a team, take control of their learning process, give and receive feedback, and become responsible individuals”. artinya adalah bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat. Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk: mengembangkan kemampuan motorik, mengembangkan kemampuan sosial, bekerja sama sebagai satu tim, mengawasi proses pembelajaran mereka sendiri, memberi dan menerima umpan balik dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Roger dan Johnson (dalam Anita Lie, 2008: 30) menyebutkan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada lima
unsur yang harus dipenuhi agar kerja kelompok dapat dikatakan sebagai
pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung
jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5)
evaluasi proses kelompok.
Isjoni (2007: 23) menyatakan bahwa motivasi dalam diri siswa itu
meningkat selama diterapkan metode pembelajaran kooperatif karena mereka
merasa kesuksesan akademiknya lebih terkontrol dan mereka
menghubungkan kesuksesan itu dengan usahanya sendiri, semua itu
merupakan faktor-faktor penting dalam motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut
Johnson & Johnson (dalam Sri Rahayu, 2005: 3-5) bahwa keuntungan
pembelajaran kooperatif adalah: (1) siswa bertanggung jawab atas proses
belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk
berprestasi, (2) siswa mengembangkan keterampilan berpikir tinggi dan
berpikir kritis, dan (3) hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan
psikologis yang lebih besar. Kelemahan pembelajaran ini menurut Nur (2000:
70) adalah: (1) bagi guru, guru akan kesulitan mengelompokkan siswa yang
memiliki kemampuan heterogen dari segi prestasi akademis dan banyak
menghabiskan waktu untuk diskusi, (2) bagi siswa, siswa dengan kemampuan
tinggi masih banyak yang belum terbiasa untuk menyampaikan atau memberi
penjelasan kepada siswa lain sehingga sulit untuk dipahami.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
memiliki kelebihan dibanding dengan metode pembelajaran lain. Seperti yang
dilakukan oleh Doymus (2007) menyatakan bahwa:
“The instruction based on cooperative learning yielded significantly better achievement in terms of the Chemistry Achievement Test (CAT) and Phase Achievement Test (PAT) scores compared to the test scores of the control group, which was taught with traditionally designed chemistry instruction”. Artinya bahwa pembelajaran kooperatif menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Adeyemi (2008) juga menyatakan
hal yang sama, bahwa:
“Student exposed to cooperative learning strategy performed better than their counterparts in the other group”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
Metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di
John Hopkins University dan merupakan metode kooperatif yang paling
sederhana dan paling mudah dipahami (Arends, 2008: 13). Dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang untuk
pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau perangkat
pembelajaran yang lain, siswa bekerja secara bersama-sama untuk
menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain untuk
memahami materi pelajaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat
memahami materi pelajaran secara tuntas. Menurut Slavin (2009: 143) STAD
terdiri dari lima komponen utama yaitu:
a. Presentasi kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali
dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga
memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan
pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar
berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari
bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama
presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka
mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Tim/Kelompok.
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, ras dan etnis.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim
benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari
lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi,
pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,
membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman
apabila ada anggota tim yang membuat kesalahan.
c. Kuis (tes).
Setelah sekitar satu atau dua kali guru memberikan presentasi atau satu
atau dua kali kegiatan kelompok para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materi.
d. Skor peningkatan individual
Ide utama yang mendasari adanya skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada tiap siswa tujuan yang akan dicapai apabila mereka
bekerja lebih giat dan memperlihatkan prestasi yang lebih baik dari
sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang
maksimal kepada timnya. Setiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh
dari rata-rata nilai siswa sebelumnya. Selanjutnya siswa akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mengumpulkan skor untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor
kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Kriteria pemberian
skor peningkatan dapat dilihat pada Tabel 2.1 tentang kriteria peningkatan
skor sebagaimana berikut:
Tabel 2.1. Kriteria peningkatan skor pembelajaran STAD
Skor Kuis terakhir Poin peningkatan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5 1 – 10 poin dibawah skor awal 10 Skor awal sampai dengan 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (terlepas dari berapapun skor awal) 30
e. Penghargaan kelompok.
Setelah dilakukan penghitungan peningkatan skor individual, dilakukan
pemberian penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan
berdasarkan pada skor peningkatan kelompok. Untuk menentukan skor
kelompok digunakan rumus:
kelompokanggotaBanyakkelompokanggotasetiapskornpeningkataJumlahNK =
NK = skor peningkatan kelompok.
Penelitian tentang STAD yang pernah dilakukan antara lain oleh
Slavin dan Karweit yang menggunakan STAD selama satu tahun penuh di
sekolah dalam mata pelajaran matematika menunjukan kemampuan siswa
terhadap tes matematika meningkat secara signifikan (Sharan, 2009: 7).
Selanjutnya Sharan (2009: 7) juga mengemukakan bahwa penelitian STAD
telah mencatat tentang tambahan signifikan dalam penghargaan diri, menyukai
kelas, kehadiran dan perilaku siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
Nurhadi (2004: 66) mengungkapkan Numbered Heads Together
(NHT) merupakan metode struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan
dan kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan metode
lainnya, metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai struktur
tersebut dikembangkan dengan maksud agar menjadi alternatif dari berbagai
struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai
dengan pengajuan pertanyaan dari guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan
para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan
ditunjuk oleh guru. Struktur-struktur tersebut menghendaki agar para siswa
bekerja sama saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif.
Lebih lanjut Nurhadi (2004: 66) menjelaskan metode Numbered Heads
Together merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan
kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya membangun
kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Metode ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut.
Nurhadi (2004: 67) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran
metode Numbered Heads Together sebagai berikut:
a. Langkah 1: Penomoran (Numbering)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap
siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda.
b. Langkah 2 : Pengajuan Pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
c. Langkah 3 : Berpikir Bersama (Heads Together)
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan
bahwa setiap orang mengetahui jawaban tersebut.
d. Langkah 4 : Pemberian Jawaban (Answering)
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas.
Kelebihan pembelajaran kooperatif metode Numbered Heads Together
menurut Hill & Hill (dalam Arief, 2004: 28), antara lain: (1) meningkatkan
prestasi siswa, (2) memperdalam pemahaman siswa, (3) menyenangkan siswa
dalam belajar, (4) mengembangkan sikap positif siswa, (5) mengembangkan
sikap kepemimpinan siswa, (6) mengembangkan rasa percaya diri siswa, (7)
mengembangkan rasa saling memiliki, (8) mengembangkan keterampilan
untuk masa depan.
Menurut Arief (2004: 29) selain memiliki kelebihan, metode
Numbered Heads Together ini juga memiliki kelemahan yaitu membutuhkan
waktu yang cukup lama bagi siswa dan guru sehingga sulit mencapai target
kurikulum. Selain itu membutuhkan kemampuan yang khusus dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
melakukan atau menerapkan metode pembelajaran kooperatif serta menuntut
sifat tertentu siswa yaitu sifat suka bekerja sama. Meskipun demikian
kelemahan tersebut dapat diatasi bila guru senantiasa berusaha mempelajari
dan menerapkan pembelajaran kooperatif metode struktural secara sungguh-
sungguh serta dibarengi penggunaan fasilitas pembelajaran secara optimal
seperti lembar kerja siswa.
5. Gaya belajar
Adi W Gunawan (2006: 139) mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan
berpikir, memproses dan memahami suatu informasi. Sedangkan De Porter
dan Hernacki (2003: 111) menyatakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi
bagaimana seseorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Selain itu
Winkel (2007: 147) mengemukakan bahwa gaya belajar merupakan cara
belajar yang khas bagi siswa, cara khas ini bersifat individual yang kerap kali
tidak disadari dan sekali terbentuk cenderung bertahan terus. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa adalah cara
belajar yang khas, bersifat konsisten yang merupakan kombinasi bagaimana
seorang siswa menyerap, mengatur dan mengolah informasi.
Dunn dalam (De Porter dan Hernacki, 2003: 110) menemukan banyak
variabel yang mempengaruhi gaya belajar orang, antara lain faktor-faktor
fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan. Sebagian orang misalnya, dapat
belajar paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain
dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti
orang tua atau guru, dan yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang
paling efektif bagi mereka. Sebagian orang memerlukan musik sebagai latar
belakang sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan
yang sepi.
Selanjutnya De Porter dan Hernacki menggolongkan gaya belajar
berdasarkan cara bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah
(modalitas) kedalam tiga tipe, yaitu tipe visual, tipe auditorial dan tipe
kinestetik.
a. Tipe Visual
Bagi siswa dengan tipe belajar visual, mata/penglihatan memegang
peranan yang paling penting dalam cara dia belajar. Ciri–ciri orang yang
bertipe visual sebagaimana diungkapkan oleh De Porter dan Hernacki
(2003: 116) adalah sebagai berikut:
1) Rapi dan teratur
2) Berbicara dengan cepat.
3) Teliti terhadap detail
4) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi
5) Biasanya tidak terganggu oleh keributan
6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka.
7) Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
8) Lebih suka membaca daripada dibacakan
9) Membaca dengan cepat dan tekun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
10) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata-kata.
11) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato.
12) Mengingat dengan asosiasi visual.
13) Lebih suka musik dari pada seni.
14) Sering menjawab dengan jawaban singkat ya atau tidak.
15) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika
ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
16) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan.
b. Tipe Auditorial
Siswa dengan tipe belajar auditorial menjadikan telinga (pendengaran)
sebagai alat utama untuk belajar. De Porter dan Hernacki (2003: 118)
mengungkapkan bahwa orang yang bertipe auditorial mempunyai ciri-ciri
antara lain sebagai berikut:
1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.
2) Penampilan rapi.
3) Mudah terganggu oleh keributan.
4) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca.
5) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.
6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.
7) Berbicara dalam irama yang terpola.
8) Biasanya pembicara yang fasih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
9) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
dari pada yang dilihat.
10) Suka berbicara, suka berdiskusi dan berbicara panjang lebar.
11) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.
c. Tipe Kinestetik
Siswa dengan tipe belajar kinestetik akan secara aktif menggunakan
dan menggerakkan tubuhnya untuk belajar. De Porter dan Hernacki (2003:
118) mengungkapkan bahwa orang yang bertipe kinestetik mempunyai
ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:
1) Belajar melalui manipulasi dan praktik.
2) Penampilan rapi.
3) Tidak terlalu mudah terganggu dengan suasana keributan.
4) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.
5) Menyukai buku-buku yang berorientasi plot, mereka mencerminkan
aksi dengan gerakan tubuh mereka saat membaca.
6) Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka.
7) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
9) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama.
10) Menyukai permainan yang menyibukkan.
11) Berbicara dengan perlahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
6. Hasil Belajar
Slameto (2003: 4) menjelaskan hasil belajar adalah perubahan yang
terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional setelah mengalami
pelatihan dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Nana
Sudjana (1995: 32) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam
kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil
belajar. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari proses belajar mengajar. Perubahan ini berupa pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan proses yang biasanya meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 26-31) menjelaskan ranah-ranah
tersebut sebagai berikut:
1. Ranah kognitif
Berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek,
yaitu pengetahuan (kognitif tingkat rendah), pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan kreativitas (kognitif tingkat tinggi).
2. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek, yaitu penerimaan,
partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan
pola hidup.
3. Ranah psikomotorik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Berkenaan dengan hasil keterampilan dan kemampuan bertindak yang
meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri tersebut dikemukakan Makmum (dalam Enco Mulyasa, 2004: 189),
sebagai berikut:
1) Perubahan bersifat intensional (pengalaman atau praktek latihan itu
dengan sengaja dan didasari dilakukan atau bukan secara kebetulan).
2) Perubahan bersifat positif (sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria
keberhasilan baik dipandang dari segi siswa maupun dari guru).
3) Perubahan bersifat efektivitas (perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan
setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan, seperti
dalam memecahkan masalah, ujian maupun penyesuaian diri dalam
kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian yang relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan
oleh para peneliti terdahulu antara lain:
1. Bambang Sri Anggoro (2010) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
tipe STAD memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan
metode pembelajaran mekanistik. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah pada penelitian ini metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Selain itu populasi dari penelitian
sebelumnya adalah siswa Sekolah Dasar, sedangkan pada penelitian ini
adalah pada Sekolah Menengah Atas.
2. Robertus Margana (2010) menyatakan bahwa metode pembelajaran
kooperatif tipe NHT menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini
membandingkan antara metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Amstrong dan Palmer tahun 1998 yang
berjudul Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade
classroom: Effect on student achievement and attitude menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif STAD memberikan prestasi yang lebih baik
dibanding dengan kelompok kontrol (kelas tradisional). Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini
membandingkan antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Haydon, Maheady dan Hunter tahun 2010
yang berjudul Effects of Numbered Heads Together on the Daily Quiz
Scores and On-Task Behavior of Students with Disabilities menyatakan:
“Previous research has demonstrated that Numbered Heads Together, a cooperative learning strategy, is more effective than traditional teacher-led instruction in academic areas such as social studies and science”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Yang artinya bahwa Numbered Heads Together, salah satu strategi
pembelajaran kooperatif, lebih efektif daripada pengajaran tradisional
dalam wilayah akademik seperti pembelajaran sosial dan sains.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian
sebelumnya adalah penelitian ini pada pembelajaran matematika. Selain
itu pada penelitian ini metode kooperatif tipe NHT tidak dibandingkan
dengan metode tradisional, melainkan dengan metode koooperatif tipe
STAD.
5. Untari Setyawati (2008) menyatakan bahwa metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw tidak memberikan perbedaan prestasi yang
signifikan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi
pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat. Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah pada
metode pembelajaran yang dibandingkan yaitu antara metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Selain itu perbedaan lainnya adalah kalau penelitian
yang dilakukan peneliti metode belajar tersebut ditinjau dari tipe belajar
siswa, sedangkan pada penelitian sebelumnya ditinjau dari motivasi siswa.
6. Nur Janah (2009) menyatakan bahwa ketiga tipe belajar siswa yaitu visual,
auditorial dan kinestetik tidak memberikan perbedaan prestasi yang
signifikan. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian
sebelumnya adalah dari metode pembelajaran yang dibandingkan. Pada
penelitian ini peneliti membandingkan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pada penelitian sebelumnya yang dibandingkan adalah metode
pembelajaran concept attainment dengan metode konvensional.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan pembelajaran matematika di kelas ditandai oleh tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Pemahaman terhadap materi
pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil prestasi belajar. Banyak faktor yang
menentukan keberhasilan pembelajaran matematika, salah satunya adalah
metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi dan
karakteristik siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang sudah lama dikenal adalah
metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan pada
adanya interaksi saling tergantung antar siswa untuk membangun pengetahuan
mereka. Pada proses pembelajaran kooperatif peran guru tidak mendominasi
dalam proses pembelajaran, melainkan hanya memfasilitasi proses
pembelajaran. Ada banyak metode pembelajaran kooperatif, diantaranya
adalah STAD dan NHT.
1. Kaitan metode kooperatif tipe STAD dan metode kooperatif tipe NHT
terhadap prestasi belajar matematika.
Metode kooperatif tipe STAD adalah metode kooperatif yang paling
mudah dipraktikkan. Pada metode kooperatif ini siswa belajar dalam
kelompok dan kelompok harus memastikan bahwa setiap anggota dalam
kelompok telah memahami materi pembelajaran. Meskipun ada sistem
penghargaan kelompok yang didasarkan atas peningkatan skor individu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tetapi pada metode kooperatif ini tanggung jawab setiap siswa secara
individu tidak terlalu ditekankan. Berbeda dengan metode kooperatif tipe
STAD, pada metode pembelajaran kooperatif tipe NHT, selain siswa
belajar dalam kelompok, setiap individu siswa juga harus memastikan
bahwa dirinya telah memahami materi pembelajaran, karena pada
gilirannya guru akan memanggil satu nomor secara acak untuk melakukan
presentasi di depan kelas. Dengan cara ini setiap siswa akan lebih terpacu
untuk memahami materi pembelajaran. Sehingga diduga pembelajaran
kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik
dibanding dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Kaitan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.
Siswa dengan gaya belajar visual menggunakan indra penglihatan secara
dominan dalam belajar, sehingga siswa dengan gaya belajar ini akan lebih
optimal menerima materi dengan memperhatikan penjelasan guru di papan
tulis. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial lebih dominan
menggunakan indra pendengarannya dalam belajar, sehingga siswa dengan
gaya belajar ini sangat menyukai diskusi dan mendengarkan penjelasan
dari guru maupun temannya. Untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik
belajar dengan mengerakkan anggota tubuhnya, sehingga siswa dengan
belajar ini akan sangat mudah belajar melalui praktik dan sangat menyukai
permainan yang menyibukkan. Berdasar kecenderungan di atas maka
siswa dengan gaya belajar auditorial akan lebih optimal dalam belajar
dibanding siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Sehingga
diduga siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan siswa
dengan gaya belajar kinestetik. Selain itu, pada materi sistem persamaan
linear dan kuadrat tidak ada materi praktiknya, sehingga siswa dengan
gaya belajar kinestetik tidak akan optimal dalam belajarnya. Sehingga
diduga siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi lebih baik
dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik.
3. Kaitan metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
Metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa akan
membuat siswa lebih mudah menangkap informasi dan memahami materi
pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif baik pada tipe STAD
maupun tipe NHT menekankan pada proses interaksi antar siswa melalui
diskusi kelompok. Sehingga siswa dengan gaya belajar auditorial yang
memiliki karakteristik suka berdiskusi akan sangat menyukai metode ini.
Sedangkan siswa dengan gaya belajar visual akan belajar dengan
memperhatikan catatan yang dibuat oleh teman diskusinya ketika
menjelaskan. Untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik, karena pada
materi sistem persamaan linear dan kuadrat tidak ada materi praktiknya,
maka siswa dengan gaya belajar ini akan kurang optimal dalam belajarnya.
Sehingga tetap diduga bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan
gaya belajar visual dan kinestetik serta siswa dengan gaya belajar visual
mempunyai prestasi lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar
kinestetik. Selain itu untuk tiap-tiap gaya belajar, karena secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
karakteristik antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe NHT hampir sama yaitu menekankan
pada diskusi antar siswa, maka diduga pembelajaran kooperatif tipe NHT
memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dibuat rumusan
hipotesis sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dan
kuadrat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT menghasilkan
prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
2. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial akan mempunyai prestasi
yang lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai gaya belajar visual,
siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi yang lebih baik
dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik dan siswa dengan gaya
belajar visual mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.
Metode Pembelajaran
Gaya belajar siswa
Prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3. Perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran
konsisten terhadap masing-masing gaya belajar dan perbedaan antara
masing-masing gaya belajar konsisten pada setiap metode pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri yang ada di kota Kediri
dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X (sepuluh). Penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 tepatnya pada
bulan September sampai dengan Desember 2010, dengan tahapan sebagai
berikut:
Tabel 3.1. Tahapan penelitian
Tahapan Penelitian Bulan
September Oktober Nopember Desember
Penyusunan proposal
Penyusunan Instrumen
Uji coba instrumen
Pelaksanaan eksperimen
Analisis data
B. Jenis Penelitian
Sesuai dengan karakteristik permasalahan yang akan diteliti, maka
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu (quasi
experimental research). Budiyono (2003: 82-83) menyatakan bahwa tujuan
penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Manipulasi variabel
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu pembelajaran
matematika dengan metode kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen satu
dan metode koopratif tipe NHT pada kelas eksperimen dua. Sedangkan
variabel bebas lain yang mempengaruhi variabel terikat adalah gaya belajar
siswa.
C. Langkah-langkah Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan populasi.
2. Dari populasi secara random ditentukan sampel yang akan diteliti. Sampel
dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok kedua diberi perlakuan
metode pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3. Dilakukan pengambilan data tentang gaya belajar siswa dengan
menggunakan angket. Dari hasil angket tersebut siswa dikategorikan
menjadi tiga yaitu: gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.
4. Pemberian perlakuan, kelompok pertama diberi perlakuan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok kedua diberi perlakuan
metode pembelajaran kooperatif tipe NHT.
5. Setelah diberi perlakuan, dilakukan tes untuk pokok bahasan sistem
persamaan linear dan kuadrat terhadap kedua kolompok eksperimen.
6. Peneliti melakukan analisis dari hasil tes yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
D. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009: 61) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh)
SMA Negeri se-kota Kediri tahun pelajaran 2010/2011, yang tersebar pada
delapan sekolah yaitu: SMA Negeri 1 Kediri, SMA Negeri 2 Kediri, SMA
Negeri 3 Kediri, SMA Negeri 4 Kediri, SMA Negeri 5 Kediri, SMA
Negeri 6 Kediri, SMA Negeri 7 Kediri dan SMA Negeri 8 Kediri.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2009: 62). Sedangkan Suharsimi Arikunto
menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Sedangkan teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel.
Dalam penelitian ini digunakan teknik Stratified Cluster Random
Sampling.
Tekniknya adalah pertama populasi dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu SMA dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah berdasarkan
rata-rata nilai Ujian Nasional mata pelajaran pada tahun pelajaran
2009/2010. Selanjutnya dari masing-masing cluster (kelompok) dipilih
secara acak, yaitu: SMA Negeri 1 Kediri sebagai SMA dengan
kemampuan tinggi, SMA Negeri 3 Kediri sebagai SMA dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kemampuan sedang dan SMA Negeri 6 Kediri sebagai SMA dengan
kemampuan rendah.
Kelas X (sepuluh) SMA Negeri 1 Kediri terdiri dari 9 kelas. Secara
acak terpilih kelas X-1 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X-5 sebagai
kelompok eksperimen 2. Siswa kelas X-1 sebanyak 30 siswa dengan
rincian 12 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Sedangkan siswa kelas
X-5 sebanyak 31 anak dengan rincian 13 anak laki-laki dan 18 anak
perempuan.
Kelas X (sepuluh) SMA Negeri 3 Kediri terdiri dari 9 kelas. Secara
acak terpilih kelas X-4 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X-3 sebagai
kelas eksperimen 2. Siswa kelas X-4 sebanyak 38 anak dengan rincian 18
anak laki-laki dan 20 anak perempuan. Sedangkan siswa kelas X-3
sebanyak 39 anak dengan rincian 16 anak laki-laki dan 23 anak
perempuan.
Kelas X (sepuluh) SMA Negeri 6 Kediri terdiri dari 8 kelas. Secara
acak terpilih kelas X-6 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X-8 sebagai
kelas eksperimen 2. Siswa kelas X-6 sebanyak 41 anak dengan rincian 19
anak laki-laki dan 22 anak perempuan. Sedangkan siswa kelas X-8
sebanyak 40 anak dengan rincian 17 anak laki-laki dan 23 anak
perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
E. Variabel dan Rancangan Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel diartikan sebagai konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang
diteliti, dapat pula dikatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang
menggolongkan anggota-anggota kelompok ke dalam beberapa golongan
(Budiyono, 2009: 4). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan
satu variabel terikat, yaitu :
a. Variabel bebas. Menurut Sugiyono (2009: 4) variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah metode pembelajaran dan gaya belajar siswa.
1). Metode pembelajaran
a). Definisi operasional: metode pembelajaran adalah suatu cara
yang dipakai dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa, yang meliputi pembelajaran dengan metode kooperatif
tipe STAD dan metode kooperatif tipe NHT.
b). Indikator: metode pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen pertama dan
metode kooperatif tipe NHT pada kelas eksperimen kedua.
c). Skala pengukuran: nominal dengan dua kategori yaitu metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
d). Simbol: a, dengan kategori a1, a2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2). Gaya belajar
a) Definisi operasional: gaya belajar adalah semua cara yang
cenderung disukai oleh siswa sehingga dia dapat menerima
pelajaran dengan baik dan efektif.
b) Indikator: gaya belajar siswa yang terdiri dari 3 kategori yaitu
gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik.
c) Skala pengkuran: skala interval, kemudian diubah menjadi
skala nominal yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial
dan gaya belajar kinestetik. Aturan pengkategoriannya adalah:
gaya belajar seorang siswa ditentukan berdasarkan nilai
tertinggi yang diperoleh dari ketiga angket gaya belajar yang
diberikan. Jika ada siswa yang memperoleh nilai sama pada
dua angket gaya belajar atau lebih, maka siswa tersebut tidak
dimasukkan dalam sampel penelitian.
d) Simbol: b, dengan kategori b1, b2, b3.
b. Variabel terikat. Menurut Sugiyono (2009: 4) variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar matematika siswa.
1) Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah nilai hasil
tes siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat.
2) Indikator: nilai hasil tes prestasi belajar matematika siswa pada
pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3) Skala pengukuran: Interval
2. Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2×3 untuk
mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 3.2. Rancangan penelitian
Metode
Pembelajaran (a)
Gaya Belajar (b)
Visual (b1) Auditorial (b2) Kinestetik (b3)
Metode kooperatif
tipe STAD (a1) ab11 ab12 ab13
Metode kooperatif
tipe NHT (a2) ab21 ab22 ab23
Keterangan:
ab11 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar visual yang diberi
perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
ab12 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial yang diberi
perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
ab13 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diberi
perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
ab21 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar visual yang diberi
perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT.
ab22 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial yang diberi
perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT.
ab23 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diberi
perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
F. Metode Pengumpulan Data, Penyusunan dan Uji Instrumen
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu usaha memperoleh bahan dan
keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam sebuah penelitian,
peneliti perlu menentukan langkah-langkah pengumpulan data yang sesuai
dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian.
Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini
adalah:
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 158), metode dokumentasi
adalah untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen rapat,
agenda dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, metode dokumentasi
digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa dan nilai hasil Ujian
Nasional SMP/MTs untuk melakukan uji keseimbangan.
b. Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui ( Suharsimi Arikunto, 2005:
151). Dalam penelitian ini metode angket diguanakan untuk
mengumpulkan data mengenai gaya belajar siswa.
c. Metode Tes
Suharsimi Arikunto (2001: 32) menyatakan bahwa tes adalah suatu
alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Selanjutnya Budiyono (2003: 54) menyatakan bahwa metode tes
adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek
penelitian. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem
persamaan linear dan kuadrat.
2. Penyusunan dan Uji Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
angket gaya belajar siswa dan instrumen tes prestai belajar matematika
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat.
a. Instrumen Angket Gaya Belajar
Langkah-langkah peyusunan angket adalah sebagai berikut:
1) Menyusun materi yang akan digunakan untuk membuat angket.
2) Membuat kisi-kisi angket.
3) Menyusun angket. Item pertanyaan gaya belajar siswa dibuat
berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun sebelumnya.
4) Menentukan cara pemberian skor. Penentuan skor angket setiap
alternatif jawaban mempunyai skor berbeda-beda. Pemberian untuk
tiap-tiap alternatif jawaban disesuaikan dengan kriteria item.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 3.3. Kriteria penilaian angket
Jenis Pertanyaan Alternatif Jawaban Pilihan Skor
Pertanyaan (+)
Selalu Sering Netral Jarang
Tidak Pernah
A B C D E
5 4 3 2 1
Pertanyaan (-)
Selalu Sering Netral Jarang
Tidak Pernah
A B C D E
1 2 3 4 5
5) Mengadakan uji coba angket. Setelah selesai penyusunan angket
kemudian diujicobakan.
Setelah diujicobakan angket kemudian dianalisis untuk mengetahui
apakah angket yang dibuat memenuhi syarat-syarat instrumen yang
baik. Syarat instrumen yang baik meliputi: validitas isi, konsistensi
internal dan reliabilitas.
1) Validitas isi
Suharsimi Arikunto (2001: 58) mengemukakan bahwa sebuah
instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat memberikan
gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau
keadaan sesungguhnya. Valid disebut dengan istilah sahih.
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah
instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya
dilakukan adalah melalui experts judgment (penilaian ynag
dilakukan oleh para pakar). Dalam hal ini para penilai (yang sering
disebut subject matter experts), menilai apakah kisi-kisi yang
dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasfikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kisi-kisi telah mewakili substansi yang akan diukur. Langkah
berikutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir
angket telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi
yang ditentukan.
2) Uji Konsistensi Internal
Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir
instrumen. Kesemua butir harus mengukur hal yang sama dan
menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Konsistensi internal
masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir
tersebut dengan skor totalnya. (Budiyono, 2003: 65)
Rumus yang digunakan untuk mengetahui konsistensi internal
adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagi
berikut:
( )( )( ){ } ( ){ }2222
xy
YYnXXn
YX-XYnr
∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−=
dengan:
xyr : Indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : Banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
X : Skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y : total skor (dari subyek uji coba)
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3
maka butir tersebut harus dibuang (Budiyono, 2003: 65).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3) Uji Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003: 65) suatu instrumen disebut reliabel
apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama
jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang
sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan
(tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau
pada waktu yang berlainan.
Pengujian reliabilitas angket pada penelitian ini menggunakan
rumus Cronbach Alpha, yaitu:
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−= ∑
2
2
11 1 t
iit
sqps
nnr
dengan:
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
2is : variansi belahan ke-i, i = 1, 2, ..., k )( nk ≤
atau variansi butir ke-i, i = 1, 2, ..., n
2ts : variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba.
(Budiyono, 2003: 70)
Suatu instrumen dapat dipakai untuk melakukan pengukuran
jika indeks reliabilitasnya 70,0r11 ≥ (Budiyono, 2003: 72).
b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Bentuk soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan
ganda. Adapun langkah-langkah penyusunan soal tes adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1) Membuat kisi-kisi soal tes
2) Menyusun butir-butir soal tes
3) Menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda
soal tes.
Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji
coba tes untuk mengetahui validitas isi, konsistensi internal dan
reliabilitas tes. Uji coba tes dilakukan di SMA Negeri 3 Kediri pada
siswa kelas X-8 dan kelas X-9 dengan jumlah siswa sebanyak 77 anak
berdasarkan kesamaan karakteristik antara subyek uji coba dengan
sampel penelitian. Setelah dilakukan uji coba selanjutnya dilakukan
analisis soal yang meliputi uji validitas isi, uji reliabilitas, uji tingkat
kesukaran dan uji daya pembeda.
1) Validitas isi
Suharsimi Arikunto (2001: 58) mengemukakan bahwa sebuah
instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat memberikan
gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau
keadaan sesungguhnya. Valid disebut dengan istilah sahih.
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah
instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya
dilakukan adalah melalui experts judgment (penilaian ynag
dilakukan oleh para pakar). Dalam hal ini para penilai (yang sering
disebut subject matter experts), menilai apakah kisi-kisi yang
dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi
kisi-kisi telah mewakili substansi yang akan diukur. Langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
berikutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes
telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang
ditentukan.
2) Uji Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003: 65) suatu instrumen disebut reliabel
apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama
jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang
sama pada waktu yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang
sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Pengujian reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan
rumus Kuder Richardson, yaitu:
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−= ∑
2
2
11 1 t
iit
sqps
nnr
dengan:
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir
ke-i
qi : 1 – pi
2ts : variansi total.
(Budiyono, 2003: 69)
Suatu instrumen dapat dipakai untuk melakukan pengukuran
jika indeks reliabilitasnya 70,0r11 ≥ . (Budiyono, 2003: 72)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
SJBP =
3) Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran
yang memadai, artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan
rumus:
dengan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
SJ : Jumlah seluruh peserta tes
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 70,030,0 <≤ P .
(Suharsimi Arikunto, 2001)
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan
siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda masing-masing
butir soal dilihat dari relasi antar skor butir-butir tersebut dengan
skor totalnya. Daya pembeda menggunakan rumus korelasi produk
momen dari Karl Pearson sebagai berikut:
( )( )( ){ } ( ){ }2222
xyYYnXXn
YX-XYnr
∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−=
dengan:
xyr : Indeks daya beda untuk butir ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
N : Banyaknya subyek yang dikenai tes.
X : Skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y : total skor (dari subyek uji coba)
Jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i kurang dari 0,3
maka butir tersebut harus didrop (dibuang).
(Budiyono, 2003: 65)
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan dan Analisis Variansi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang
digunakan adalah metode Lilliefors. Langkah-langkah metode uji
Lilliefors adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Tingkat signifikansi 05,0=α
3) Statistik uji
L = Maks )()( ii zSzF −
keterangan:
zi = s
XX i −
F(zi) = P(Z≤ zi); Z ~ N(0, 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
S(zi) = Proporsi cacah Z≤ zi terhadap seluruh zi
4) Daerah kritis
DK = { }nLLL ;α> dengan nilai nL ;α diperoleh dari tabel Lilliefors.
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika ∈L DK
(Budiyono, 2009: 170-171)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-
variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Winer (dalam
Budiyono, 2009: 174) menyatakan bahwa salah satu uji homogenitas
variansi untuk k populasi adalah Uji Bartlett. Langkah-langkah uji
Bartlett adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : 222
21 ... kσσσ === (variansi populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2) Tingkat signifikansi 05,0=α
3) Statistik Uji
∑−= )loglog(303,2 22jj sfRKGf
cχ ; )1(
22 ~ −kχχ
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−
−+= ∑ ffk
cj
11)1(3
11 ; ∑∑=
j
j
fSS
RKG ;
∑ ∑ −=−= 22
2 )1()(
jjj
jjj sn
nX
XSS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
keterangan:
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
fj = 1−jn = derajad kebebasan untuk 2js ; j = 1, 2, …, k.
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
4) Daerah Kritis
DK= { }1:222 | −> kαχχχ
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika 2χ ∈ DK
(Budiyono, 2009: 176)
2. Uji Keseimbangan
Sebelum diberikan perlakuan terhadap kedua kelompok sampel,
terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan. Uji keseimbangan bertujuan
untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel tersebut seimbang.
Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari kedua
kelompok sampel. Statistik uji yang digunakan adalah uji t, sedangkan
data yang digunakan berasal dari data dokumen nilai Ujian Nasional
SMP/MTs mata pelajaran matematika.
Langkah-langkah uji keseimbangan adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : 21 µµ = (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
H1 : 21 µµ ≠ (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang
berbeda)
b. Tingkat signifikansi 05,0=α
c. Statistik uji
21
21
11)(
nns
XXt
p +
−= ~ )2( 21 −+ nnt dengan
2)1()1(
21
222
2112
−+−+−
=nn
snsns p
dengan:
1X = nilai rata-rata pada kelas eksperimen 1
2X = nilai rata-rata pada kelas eksperimen 2
21s = variansi kelompok eksperimen 1
22s = variansi kelompok eksperimen 2
1n = jumlah siswa pada kelas eksperimen 1
2n = jumlah siswa pada kelas eksperimen 2
d. Daerah kritis
DK = {t | 2;
2 21 −+−<
nntt α atau }
2;2 21 −+
>nn
tt α
e. Keputusan uji
H0 ditolak jika tobs terletak di daerah kritis (tobs∈DK)
3. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama untuk menguji hipotesis, dengan model data sebagai berikut:
Xijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dengan:
Xijk = data (nilai) ke-k pada baris ke-i kolom ke-j.
µ = rerata dari seluruh data amatan (rerata besar)
αi = efek baris ke-i pada variabel terikat
βj = efek kolom ke-j pada variabel terikat
(αβ)ij = interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
εijk = galat yang berdistribusi normal dengan rerata 0
i = 1, 2, …. , p ; p = banyak baris
j = 1, 2, …. , q ; q = banyak kolom
k = 1, 2, … , nij ; nij = banyak data amatan pada sel ij
Prosedur pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama yaitu:
a. Hipotesis
(1) H0A : αi = 0, untuk setiap i = 1, 2, … , p
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol
(2) H0B : βj = 0, untuk setiap j = 1, 2, ... , q
H1B : paling sedikit ada satu jβ yang tidak nol
(3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk untuk setiap i = 1, 2, ... , p dan j = 1, 2, … , q
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol.
b. Tingkat signifikansi 05,0=α
c. Komputasi
Pada analisis dua jalan dengan sel tak sama, didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
nh = rataan harmonik frekuensi seluruh sel
= ∑
ij ijn
pq1
N = ∑j,i
ijn = banyaknya seluruh data amatan
SSij = ∑∑ ⎟
⎠
⎞⎜⎝
⎛
−k ij
kijk
ijk n
XX
2
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
p = banyaknya baris
q = banyaknya kolom
ijAB = rataan pada sel ij
Ai = ∑j
ijAB = jumlah rataan pada baris ke-i
Bj = ∑i
ijAB = jumlah rataan pada kolom ke-j
G = ∑ij
ijAB = jumlah rataan pada semua sel
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1),
(2), (3), (4), (5) yang dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(1) pqG 2
= (2) ∑=ji
ijSS,
(3) ∑=i
i
qA 2
(4) ∑=j
j
pB 2
(5) ∑=ij
ijAB2
1) Jumlah kuadrat
JKA = n h {(3) – (1)}
JKB = n h {(4) – (1)}
JKAB = n h {(1) + (5) – (3) – (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA+ JKB + JKAB + JKG
2) Derajat kebebasan
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1) (q – 1) = pq – p – q + 1
dkG = N – pq
dkT = N – 1
3) Rerata kuadrat
RKA = dkAJKA
RKB = dkBJKB
RKAB = dkABJKAB
RKG = dkGJKG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Statistik uji
1. Untuk H0A adalah RKGRKAFa = yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p–1 dan
N–pq
2. Untuk H0B adalah RKGRKBFb = yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q–1 dan
N–pq
3. Untuk H0AB adalah RKGRKABFab = yang merupakan nilai dari
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan
(p–1)(q–1) dan N–pq
d. Daerah kritis
1) Daerah kritis untuk Fa adalah DK = }{ ,1; pqNpFFF −−> α
2) Daerah kritis untuk Fb adalah DK = }{ ,1; pqNqFFF −−> α
3) Daerah kritis untuk Fab adalah DK = }{ ),1)(1(; pqNqpFFF −−−> α
e. Keputusan uji
H0 ditolak Fobs terletak di Daerah kritis.
(Budiyono, 2009: 229 – 231)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 3.4. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber JK dk RK Fobs Fα P
Metode (A)
Gaya Belajar (B)
Interaksi (AB)
Galat (G)
JKA
JKB
JKAB
JKG
p-1
q-1
(p-1)(q-1)
N-pq
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
-
F*
F*
F*
-
<α atau >α
<α atau >α
<α atau >α
-
Total JKT N-1 - - - -
Keterangan :
P = probabilitas amatan
F* = nilai F yang diperoleh dari tabel
(Budiyono, 2009: 215)
4. Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi jika H0
ditolak. Uji lanjut pasca analisis variansi yang digunakan adalah metode
Scheffe’.
a. Komparasi Rerata Antar Baris
Pada penelitian ini uji rerata antar baris tidak perlu dilakukan
karena hanya terdiri dari dua baris, sehingga jika H0 ditolak, maka
hanya tinggal membandingkan rerata marginalnya.
b. Komparasi Rerata Antar Kolom
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:
H0 : µ.i = µ.j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
F.i – .j = ( )
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡+
−
ji
ji
nnRKG
XX
..
2..
11
dengan:
F.i – .j = nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
iX . = rataan pada kolom ke-i
jX . = rataan pada kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
ni. = ukuran sampel kolom ke-i
nj. = ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritis untuk uji ini adalah : DK = })1({ ,1; pqNpFpFF −−−> α
c. Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:
H0 : µij = µkj
Uji Scheffe’ untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
adalah:
Fij – kj = ( )
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡+
−
kjij
kjij
nnRKG
XX
11
2
dengan:
Fij – kj = nilai Fobs pada pembandingan rerata pada sel ij dan rerata
pada sel kj
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
ijX = rerata pada sel ij
kjX = rerata pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
Daerah kritis untuk uji ini adalah: DK = })1({ ,1; pqNpqFpqFF −−−> α
d. Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:
H0 : µij = µik
Uji Scheffe’ untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
adalah:
Fij – ik = ( )
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡+
−
ikij
ikij
nnRKG
XX
11
2
Daerah kritis untuk uji ini adalah : DK = })1({ ,1; pqNpqFpqFF −−−> α
(Budiyono, 2009: 215-217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini dipaparkan hasil uji keseimbangan, hasil uji
instrumen, deskripsi data, hasil uji prasyarat, hasil uji hipotesis dan pembahasan
hasil penelitian. Penelitian telah dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Kediri, SMA Negeri 3 Kediri dan SMA Negeri 6 Kediri. Masing-masing sekolah
diambil dua kelas dengan rincian satu kelas sebagai kelas eksperimen satu yang
dikenai metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan satu kelas lagi sebagai
kelas eksperimen dua yang dikenai metode pembelajaran kooperatif metode NHT.
A. Uji Keseimbangan
Sebelum melakukan penelitian perlu diketahui terlebih dahulu bahwa
kelompok peserta didik yang akan dikenai metode pembelajaran mempunyai
kemampuan matematika yang sama. Untuk mengetahui bahwa kelompok
peserta didik yang akan dikenai metode pembelajaran yang berbeda
mempunyai kemampuan matematika yang sama maka dilakukan uji
keseimbangan. Data yang digunakan untuk melakukan uji keseimbangan
adalah nilai Ujian Nasional SMP/MTs mata pelajaran matematika.
Sebelum dilakukan uji keseimbangan, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan
dua kali yaitu pada data kelompok eksperimen satu dan pada data kelompok
eksperimen dua. Untuk data pada kelompok eksperimen satu, diperoleh
Lmaks = 0,0871 dengan Ltabel = 0,0849, sehingga H0 diterima dan
kesimpulannya data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
data pada kelompk eksperimen dua, diperoleh Lmaks = 0,0820 dengan Ltabel =
0,0845, sehingga H0 diterima dan kesimpulannya data juga berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas, diperoleh 2χ hitung
= 0,150 dan 2χ tabel = 3,841, sehingga H0 diterima dan kesimpulannya data
berasal dari populasi yang homogen.
Untuk uji keseimbangan, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung
= 0,2311 dan ttabel = 1,96 dengan daerah kritis DK = 96,1{ −<tt atau
}.96,1>t Dengan demikian thitung ∉ DK, sehingga keputusan ujinya H0
diterima. Ini berarti kedua kelas dalam keadaan seimbang atau dengan kata
lain memiliki kemampuan awal yang sama. Hasil selengkapnya perhitungan
uji keseimbangan dan uji prasyaratnya disajikan pada Lampiran 21.
B. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Tes Prestasi Belajar Matematika
Tes prestasi belajar matematika berbentuk pilihan ganda yang terdiri
dari 30 nomor dengan lima pilihan jawaban yaitu: a, b, c, d dan e. Sebelum
digunakan, soal tes terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui
validitas isi, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Uji coba
dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2010 di kelas X-8 dan X-9 SMA
Negeri 3 Kediri. Soal tes sebelum diujicobakan dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Penilaian validitas isi meliputi aspek materi, aspek konstruksi dan
aspek bahasa. Penilaian validitas isi dilakukan dengan menggunakan daftar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
check list (√) yang dilakukan oleh H. Sunyoto, S.Pd., M.Si., guru
matematika SMA Negeri 1 Kediri yang sekaligus ketua MGMP
matematika kota Kediri dan Drs. H. Sony Tataq Setya, M.Pd., guru
matematika SMA Pawyatan Dhaha Kediri yang sekaligus sekretaris
MGMP matematika kota Kediri dan juga dosen di Universitas Nusantara
PGRI Kediri. Data hasil penilaian validitas isi dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Suatu butir soal dapat digunakan jika nilai daya pembeda lebih dari
atau sama dengan 0,3. Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana termuat
pada Lampiran 7, butir soal yang nilai daya pembedanya kurang dari 0,3
yaitu butir soal nomor 6, 10, 13, 15, 26 dan 28. Sehingga dengan demikian
butir-butir soal tersebut tidak dapat dipakai (harus dibuang).
Sedangkan untuk tingkat kesukaran (TK), suatu butir soal dapat
digunakan jika nilai 7,03,0 <≤ TK . Jika nilai tingkat kesukaran kurang
dari 0,3 maka soal termasuk kriteria terlalu sulit, dan jika nilai tingkat
kesukaran lebih dari atau sama dengan 0,7 maka soal tersebut termasuk
kriteria terlalu mudah. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 7
nilai tingkat kesukaran yang kurang dari 0,3 yaitu butir soal nomor 10, 15
dan 26. Sedangkan tingkat kesukaran yang lebih dari atau sama dengan 0,7
yaitu butir soal nomor 1. Berdasarkan kriteria di atas, maka butir-butir soal
tersebut harus dibuang.
Untuk nilai reliabilitas, suatu soal dapat digunakan jika nilai
reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,7. Berdasarkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
perhitungan pada Lampiran 8 diperoleh nilai reliabilitas 0,903. Mengacu
pada kriteria, maka soal dapat digunakan untuk melakukan tes.
Berdasar uraian di atas, maka butir soal yang dapat dipakai untuk
melakukan tes adalah butir soal nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30. Untuk keperluan penelitian ini
maka diambil sebanyak 20 butir soal yaitu butir soal nomor: 2, 3, 4, 5, 7,
8, 9, 11, 12, 14, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 29, 30. Soal yang digunakan
untuk melakukan tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
sistem persamaan linear dan kuadrat selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 9.
2. Angket Gaya Belajar Siswa
Sebelum digunakan angket gaya belajar siswa terlebih dahulu
diujicobakan untuk mengetahui validitas isi, konsistensi internal dan
reliabilitas. Angket diujicobakan pada kelas yang sama dengan kelas uji
coba tes prestasi belajar matematika. Angket gaya belajar siswa sebanyak
60 butir pertanyaan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu masing-masing 20
pertanyaan untuk gaya belajar visual (nomor 1 sampai 20), 20 pertanyaan
untuk gaya belajar auditorial (nomor 21 sampai 40) dan 20 pertanyaan
untuk gaya belajar kinestetik (nomor 41 sampai 60). Angket gaya belajar
siswa dapat dilihat pada Lampiran 12.
Penilaian untuk mengetahui validitas isi dilakukan dengan
menggunakan daftar check list (√). Penilaian dilakukan oleh Drs. H.
Sujarwoto, M.Si., pengawas SMA kota Kediri yang berlatar belakang guru
BK sekaligus dosen di STITM Kediri dan Drs. Suyono, M.Pd., guru BK di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
MA Negeri 3 Kediri sekaligus dosen di Universitas Nusantara PGRI
Kediri. Dari hasil penilaian validitas isi dapat diketahui bahwa semua butir
angket memenuhi kriteria untuk digunakan mengungkap gaya belajar
siswa. Hasil penilaian validitas isi dapat dilihat pada Lampiran 13.
Untuk konsistensi internal, suatu butir angket dapat digunakan jika
nilai konsistensi internalnya lebih dari atau sama dengan 0,3. Dari hasil
perhitungan, pada angket gaya belajar visual ada 1 butir angket yang nilai
konsistensi internalnya kurang dari 0,3 yaitu butir angket nomor 8
sehingga butir angket tersebut gugur (tidak dapat digunakan). Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari hasil perhitungan pada
Lampiran 15 diketahui bahwa nilai reliabilitas untuk angket gaya belajar
visual adalah 0,795. Karena nilai reliabilitasnya lebih dari atau sama
dengan 0,7 maka angket untuk gaya belajar visual reliabel. Selanjutnya
dari 19 butir angket yang dapat dipakai, dipilih 15 butir yaitu nomor 1, 2,
3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 19, 20.
Pada angket gaya belajar auditorial, ada 2 butir angket yang nilai
konsistensi internalnya kurang dari 0,3 yaitu nomor 28 dan 34 sehingga
butir angket tersebut gugur. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 16. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 17
nilai reliabilitas angket gaya belajar auditorial adalah 0,806 sehingga
angket reliabel. Selanjutnya dari 18 butir angket yang dapat dipakai dipilih
15 butir yang akan digunakan yaitu nomor 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29,
30, 31, 32, 35, 37, 38, 39.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pada angket gaya belajar kinestetik ada satu butir angket yang nilai
konsistensi internalnya kurang dari 0,3 yaitu butir angket nomor 50
sehingga butir angket tersebut gugur. Hasil perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 18. Sedangkan berdasarkan perhitungan pada
Lampiran 19 nilai reliabilitas angket gaya belajar kinestetik adalah 0,830
sehingga angket reliabel. Selanjutnya dari 19 butir angket yang dapat
dipakai, dipilih 15 butir yang akan digunakan yaitu nomor 41, 42, 43, 44,
45, 47, 48, 49, 51, 52, 53, 54, 57, 59, 60.
Angket yang digunakan untuk mengambil data gaya belajar siswa
selengkapnya terdapat pada Lampiran 20.
C. Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah data
prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat. Data
tersebut dideskripsikan pada Tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1. Deskripsi data prestasi belajar metematika
Metode Pembelajaran
Gaya Belajar n Skor
terendah Skor
tertinggi Rerata Standart Deviasi
STAD
Visual 45 30 100 63,67 17,33 Auditorial 40 25 100 68,75 15,84 Kinestetik 24 25 95 61,88 18,99
Total 109 25 100 65,14 17,26 NHT
Visual 41 30 100 69,63 16,79 Auditorial 41 40 100 76,59 16,41 Kinestetik 28 40 100 68,04 17,29
Total 110 30 100 71,82 17,04 TOTAL
Visual 86 30 100 66,51 17,24 Auditorial 81 25 100 72,72 16,51 Kinestetik 52 25 100 65,19 18,18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
D. Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dikenakan pada data prestasi belajar matematika materi sistem persamaan
linear dan kuadrat. Teknik yang digunakan untuk melakukan uji
normalitas pada penelitian ini adalah uji Lilliefors. Perhitungan uji
normalitas selengkapnya disajikan dalam Lampiran 23 sampai dengan 27.
Rangkuman hasil uji normalitas tersebut disajikan dalam Tabel 4.2.
berikut:
Tabel 4.2. Rangkuman uji normalitas
No Variabel Lmaks Ltabel Kep. Uji
1 Metode STAD 0,0778 0,0849 H0 diterima
2 Metode NHT 0,0815 0,0845 H0 diterima
3 Gaya belajar visual 0,0679 0,0955 H0 diterima
4 Gaya belajar auditorial 0,0698 0,0984 H0 diterima
5 Gaya belajar kinestetik 0,0949 0,1229 H0 diterima
Berdasarkan rangkuman uji normalitas pada Tabel 4.2 tersebut di atas
tampak bahwa nilai Lmaks untuk masing-masing variabel kurang dari nilai
Ltabel sehingga nilai H0 diterima. Ini berarti data pada setiap metode dan
gaya belajar berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian berasal dari populasi yang homogen (mempunyai variansi yang
sama). Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Perhitungan selengkapnya untuk
uji homogenitas disajikan pada Lampiran 28 dan 29, dan untuk
rangkumannya disajikan pada Tabel 4.3. berikut:
Tabel 4.3. Rangkuman uji homogenitas variansi
No Pasangan kelompok 2χ hitung 2χ tabel Kep. Uji
1 Metode STAD vs
metode NHT 0,018 3,841 H0 diterima
2 Gaya belajar visual vs
auditorial vs kinestetik 0,581 5,991 H0 diterima
Dari tabel di atas tampak bahwa 2χ hitung pada dua pasangan kelompok
yang diuji homogenitasnya kurang dari 2χ tabel, sehingga keputusan ujinya
H0 diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa kelompok kelas STAD dan
NHT berasal dari populasi yang homogen. Demikian juga antara
kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditorial dan
kinestetik juga berasal dari populasi yang homogen.
E. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh variabel bebas yaitu metode pembelajaran dan gaya belajar serta
interaksi antara keduanya terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar
matematika. Prosedur uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil selengkapnya dari uji hipotesis
dapat dilihat pada Lampiran 30. Adapun rangkumannya disajikan dalam tabel
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.4. Data amatan, rerata dan jumlah kuadrat deviasi
Metode Pembelajaran Gaya Belajar
Visual Auditorial Kinestetik STAD n 45 40 24
ΣX 2865 2750 1485 X 63,67 68,75 61,88 ΣX² 195625 198850 100175 C 182405 189062,5 91884,38 SS 13220 9787,5 8290,63
NHT n 41 41 28 ΣX 2855 3140 1905 X 69,63 76,59 68,04 ΣX² 210075 251250 137675 C 198805,49 240478,05 129608,04 SS 11269,51 10771,95 8066,96
Tabel 4.5. Rangkuman Analisis Variansi
Sumber JK dk RK Fobs Fα P Metode Pembelaja
ran (A) 2298,623 1 2298,623 7,973 3,840 < 0,05
Gaya Belajar (B) 2273,819 2 1136,910 3,944 3,000 < 0,05
Interaksi (AB) 36,513 2 18,257 0,063 3,000 > 0,05 Galat 61406,553 213 288,294 Total 66015,508 218
Berdasarkan tabel rangkuman analisis variansi di atas tampak bahwa:
a. Pada metode pembelajaran, nilai statistik uji Fa = 7,973 lebih dari
F(0,05;1;213) = 3,84, sehingga H0A ditolak . Hal ini berarti terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan tipe NHT terhadap prestasi belajar
matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat.
b. Pada gaya belajar siswa, nilai statistik uji Fb = 3,944 lebih dari nilai
F(0,05;2;213) = 3,00, sehingga H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
perbedaan perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan gaya belajar
visual, auditorial dan kinestetik.
c. Pada interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar, nilai
statistik uji Fab = 0,063 kurang dari F(0,05;2;213) = 3,00, sehingga H0AB
diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara
penggunaan metode pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika.
F. Uji Komparasi Ganda
Dari ketiga hipotesis nol terdapat dua hipotesis yang ditolak yaitu H0A
dan H0B, sedangkan H0AB diterima. Oleh karena itu perlu dilakukan uji
komparasi ganda pada H0B yang ditolak, sedang untuk H0A tidak dilakukan
komparasi ganda karena hanya terdiri dua kelompok sehingga tinggal melihat
pada rerata marginalnya. Perhitungan uji komparasi ganda untuk H0B
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31, sedangkan rangkumannya
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.6. Rangkuman hasil uji komparasi ganda
Ho Fobs 2F(0,05;2;213) P µ.1 = µ.2 5,570 6,000 > 0,05 µ.1 = µ.3 0,196 6,000 > 0,05 µ.2 = µ.3 6,218 6,000 < 0,05
Dari tabel di atas tampak bahwa untuk H0 yang pertama (µ.1 = µ.2) F.1-.2 =
5,570 < 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 diterima. Untuk H0 yang kedua (µ.1 =
µ.2) F.1-.3 = 0,196 < 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 juga diterima. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
untuk hipotesis ketiga (µ.2 = µ.3) F.2-.3 = 6,218 > 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga
H0 ditolak.
G. Pembahasan
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh nilai statistik uji Fa = 7,973 lebih dari F(0,05;1;213) = 3,84,
sehingga H0A ditolak . Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika pada meteri sistem persamaan linear dan kuadrat antara
kelompok siswa yang diberi perlakuan metode kooperatif tipe STAD dan
tipe NHT.
Jika dilihat rerata marginalnya, nilai rerata pada kelompok eksperimen
satu yang diberi perlakuan metode koopeatif tipe STAD adalah 65,14 dan
nilai rerata pada kelompok eksperimen dua yang diberi perlakuan metode
kooperatif tipe NHT adalah 71,82. Jadi nilai rerata STAD kurang dari nilai
rerata NHT. Berdasarkan nilai rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan metode kooperatif tipe STAD.
Hal di atas sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih
baik dibanding pemebelajaran kooperatif metode STAD. Ini disebabkan
karena dalam pembelajaran kooperatif metode NHT disamping siswa
belajar dalam kelompok, siswa juga akan lebih termotivasi untuk
memahami materi pembelajaran, karena pada gilirannya guru akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
menunjuk salah satu nomor secara acak untuk membahas tugas yang
diberikan oleh guru.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh nilai statistik uji Fb = 3,944 lebih dari nilai F(0,05;2;213) = 3,00,
sehingga H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan perbedaan
prestasi belajar antara siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan
kinestetik.
Berdasarkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe diperoleh
nilai F.1-.2 = 5,570 < 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar
yang tidak berbeda signifikan dengan siswa dengan gaya belajar auditorial.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan
bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar
yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar visual.
Ketidaksesuaian ini kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan penelitian
ini yang tidak mampu mengontrol variabel-variabel lain di luar gaya
belajar siswa. Secara teori, hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nur Janah (2009) yang menyatakan tidak
ada perbedaan prestasi yang signifikan antara siswa dengan gaya belajar
visual dan auditorial.
Untuk nilai F.1-.3 = 0,196 < 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 juga
diterima. Ini berarti bahwa siswa dengan gaya belajar visual juga
mempunyai prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kinestetik. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hipotesis awal
yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajar visual mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar
kinestetik. Ketidaksesuaian ini kemungkinan sekali lagi disebabkan oleh
keterbatasan penelitian ini yang tidak mampu mengontrol variabel-variabel
lain diluar gaya belajar siswa. Secara teori, hasil penelitian ini juga sama
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Janah (2009) yang
menyatakan tidak ada perbedaan prestasi yang signifikan antara siswa
dengan gaya belajar visual dan kinestetik.
Sedangkan nilai F.2-.3 = 6,218 > 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 ditolak.
Hal ini berarti bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki
prestasi belajar yang berbeda signifikan dengan siswa dengan gaya belajar
kinestetik. Jika dilihat dari nilai rerata marginalnya, siswa dengan gaya
belajar auditorial memiliki nilai rerata 72,72, sedangkan siswa dengan
gaya belajar kinestetik memiliki nilai rerata 65,19. Berarti nilai rerata gaya
belajar auditorial ledih tinggi dibanding rerata gaya belajar kinestetik.
Berdasarkan nilai rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dengan
gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding
dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Hasil ini sesuai dengan
hipotesis awal yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajar
auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa
dengan gaya belajar kinestetik. Ini disebabkan karena sebagaimana
disampaikan dalam kerangka berpikir bahwa siswa dengan gaya belajar
auditorial akan lebih optimal dalam belajarnya dibanding dengan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dengan gaya belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar kinestetik yang
lebih mudah belajar dengan melakukan praktik akan mengalami kesulitan
karena memang pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat
tidak memuat materi praktik.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh nilai statistik uji Fab = 0,063 kurang dari F(0,05;2;213) = 3,00,
sehingga H0AB diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi yang antara
metode pembelajaran dan gaya belajar siswa. Dengan kata lain kesimpulan
dari efek sederhana mengikuti atau sama dengan kesimpulan pada efek
utama.
Pada metode kooperatif tipe STAD siswa dengan gaya belajar visual
memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar
auditorial, demikian juga siswa dengan gaya belajar visual juga memiliki
prestasi belajar yang tidak berbeda signifikan dengan siswa yang memiliki
gaya belajar kinestetik. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial
memiliki presatasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan siswa
dengan gaya belajar kinestetik.
Untuk metode kooperatif tipe NHT siswa dengan gaya belajar visual
memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar
auditorial, demikian juga siswa dengan gaya belajar visual juga memiliki
prestasi belajar yang tidak berbeda signifikan dengan siswa yang memiliki
gaya belajar kinestetik. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
memiliki presatasi belajar ynag lebih tinggi dibanding dengan siswa
dengan gaya belajar kinestetik.
Demikian juga untuk gaya belajar, pada masing-masing gaya belajar
baik visual, auditorial maupun kinestetik metode kooperatif tipe NHT
selalu menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding metode
kooperatif tipe STAD.
Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa perbedaan prestasi belajar
dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masing-
masing gaya belajar dan perbedaan antara masing-masing gaya belajar
konsisten pada setiap metode pembelajaran. Ini disebabkan karena antara
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran
kooperatif tipe NHT memiliki pola yang hampir sama yaitu menekankan
pada proses interaksi antar siswa melalui diskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa pada siswa kelas X (sepuluh) SMA Negeri di kota Kediri, khususnya
pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi yang
lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama
dengan siswa dengan gaya belajar auditorial. Siswa dengan gaya belajar
visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya
belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi
belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik.
3. Perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran
konsisten terhadap masing-masing gaya belajar dan perbedaan antara
masing-masing gaya belajar konsisten pada setiap metode pembelajaran.
Sehingga pada masing-masing metode pembelajaran siswa dengan gaya
belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan
gaya belajar auditorial, siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi
belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik, siswa
dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik
dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. Demikian juga pada
masing-masing gaya belajar metode pembelajaran kooperatif tipe NHT
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
memberikan prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Kesimpulan di atas menyatakan bahwa metode kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) memberikan prestasi belajar yang lebih
baik dibanding yang menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD). Kesimpulan tersebut dapat dijadikan
sebagai landasan teori untuk mengembangkan pembelajaran matematika
khususnya pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat atau
untuk melakukan peneletian lebih lanjut tentang kedua metode tersebut.
Selain itu kesimpulan penelitian ini juga menunjukkan bahwa gaya belajar
siswa ternyata juga memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukakan bahwa
pembelajaran materi sistem persamaan linear dan kuadrat dengan
menggunakan metode kooperatif tipe NHT menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan
metode kooperatif tipe STAD. Sehingga secara praktis, pembelajaran
kooperatif metode NHT dapat digunakan sebagai alternatif dan referensi
para guru matematika untuk membelajarkan materi tersebut dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa. Disamping itu guru juga perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
memperhatikan gaya belajar siswa, karena dari hasil penelitian ternyata
gaya belajar juga berpengaruh terhadap prestasi beajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, maka dapat
dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada Kepala Dinas Pendidikan kota Kediri, agar memberikan pelatihan
kepada guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) tentang berbagai
inovasi pembelajaran, terutama pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti pembelajaran kooperatif
dengan beberapa tipe yang ada.
2. Kepada para Kepala SMA Negeri di kota Kediri agar terus memberikan
motivasi, monitoring dan evaluasi kepada para guru untuk melakukan
inovasi dalam proses pembelajaran, terutaa yang kaitannya dengan metode
pembelajaran. Salah satu metode yang bisa diterapkan dalam pembelajaran
di sekolah adalah diantaranya metode kooperatif tipe NHT dan tipe
STAD.
3. Kepada para guru matematika, agar terus berusaha melakukan inovasi
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.
Inovasi pembelajaran yang dilakukan harus mengarah kepada perubahan
cara pandang bahwa dalam pembelajaran siswa harus aktif belajar dan
mengkonstruksi pengetahuan. Salah satu metode yang membuat siswa
aktif adalah metode kooperatif, khususnya metode kooperatif tipe STAD
dan metode kooperatif tipe NHT. Selain itu, dalam pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pembelajaran hendaknya guru juga memperhatikan perbedaan gaya belajar
siswa, sehingga guru dapat menyikapi berbagai tipe dan karakteristik
dalam belajar.
4. Kepada para peneliti lain agar melakukan kajian lebih mendalam tentang
efektivitas pembelajaran kooperatif yang lain. Selain itu juga bisa diteliti
pembelajaran kooperatif dengan tinjauan lain, misalnya motivasi belajar
siswa.