efektivitas model problem solving untuk …digilib.unila.ac.id/31895/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
AERLI NURFITA ARIANTI DEWI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NON ELEKTROLIT
Oleh
Aerli Nurfita Arianti Dewi
Penelitian ini dilakukan bertujuan mendeskripsikan keefektivan, ukuran pengaruh
pembelajaran problem solving untuk meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan
konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Penelitian ini
menggunakan metode pre-eksperimen dengan Non Equivalent (Pretes-postest)
Control Group Design. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
acak dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa MAN 1 Pringsewu kelas X MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan X MIA
4 sebagai kelas kontrol. Keefektifan ditentukan melalui data, aktivitas siswa selama
proses pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, motivasi
belajar dan penguasaan konsep siswa. Ukuran pengaruh motivasi belajar dan
penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran problem solving dihitung setelah
melakukan uji normalitas dan uji-t perbedaaan pretes-postes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan
motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa dengan kriteria tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan n-Gain motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa memiliki
kriteria tinggi, aktivitas siswa selama pembelajaran dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran memiliki kriteria tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan
pembelajaran problem solving memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan
motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa.
Kata kunci: problem solving, motivasi belajar, penguasaan konsep siswa.
EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Oleh
AERLI NURFITA ARIANTI DEWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Braja Yekti Kecamatan Braja Selebah Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 14 Maret 1996 sebagai putri pertama dari dua
bersaudara buah hati Bapak Agus Riyanto dan Ibu Mardasih. Penulis mengawali
pendidikan formalnya di TK Pertiwi pada tahun 2000 dan diselesaikan tahun
2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Negeri 1 Braja
Yekti Kecamatan Braja Selebah yang diselesaikan pada tahun 2008, lalu
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Way Jepara dan
lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan menengah atas
di SMA Negeri 1 Way Jepara dan diselesaikan pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.
Mengikuti organisasi HIMASAKTA FKIP Unila pada periode tahun 2014/2015
sebagai Eksakta Muda. Tahun 2015 mendapat beasiswa BBP Tahun 2017
mengikuti Praktik Profesi Kependidikan (PPK) yang terintegrasi dengan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMA Negeri1 Pagar Dewa, Pekon Sidomulyo,
Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat.
MOTTO
“Barang siapa yang memberi kemudahan orang yang kesulitan, maka Allah akan
memberi kemudahan baginya di dunia dan di akhirat”
(H.R Muslim)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”
(Q.S. Al-Isra : 7)
“Ketika kita tidak bisa memiliki sesuatu, makan jangan memaksa. Boleh jadi ada
pilihan lebih baik telah menunngu”
(Tere Liye)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohim ……
Tiada yang sempurna ku ucapkan selain rasa syukurku, Alhamdulillahirabbil’
alamin, puji syukur kepada ALLAH subhanahuwata’ala yang selalu
memberikan kuasa-Nya dan waktu-waktu indah dalam setiap
proses di hidupku.
Diri ini tiada daya tanpa adanya kekuatan dari-Mu Ya Rabb, dengan segala
ketulusan hati, kupersembahkan skripsi ini teruntuk orang-orang tercinta
dan tersayang yang selalu setia berada di samping ku.
Ayahanda dan Ibunda tercinta, terimakasih yang sangat tulus menyayangiku,
menjaga, mendidik, memberikan semangat, motivasi, tak pernah lelah
dalam mencari nafkah demi pendidikan dan masa depanku, selalu
mendo’akan kesuksesanku di setiap sujudnya, Semoga Allah
SWT membalas pengorbanan Ayahanda dan Ibunda
Keluarga besarku tercinta, terimakasih atas semangat yang kalian tuangkan dalam
setiap keletihanku, terima kasih karena selalu memberikan senyum, canda
tawa yang selalu menjadi warna yang ananda rindukan dalam
kesendirian saat jauh dari keluarga.
Almamaterku Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit” sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih tak lupa penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia dan selaku pembimbing I yang telah memberikan motivasi, saran,
kesediaannya, kesabarannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan
masukan selama proses penyusunan skripsi.
4. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku pembimbing II yang telah memberikan
motivasi, saran, kesediaannya, kesabarannya dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, dan masukan selama proses penyusunan skripsi.
5. Bapak. Dr. Sunyono, M.Si., selaku pembahas yang telah bersedia untuk
memberikan kritik, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi.
6. Bapak Drs. Nauval, selaku Kepala Sekolah MAN 1 Pringsewu beserta jajaran,
serta Bapak Dedi Febriyanto selaku Guru Mitra yang telah banyak membantu
dan memberikan banyak informasi.
7. Sahabat-sahabat terbaik semasa perkuliahan ( Dina Kiftatul K., Mery Arisandi
L., Shinta Purnama Sari, Resi Indah Ning.S., Yayi Aisyah Dewi.P.) , serta
rekan-rekan Pendidikan Kimia 2014 yang telah memberikan saran, dukungan,
motivasi dan doanya selama proses penyusunan skripsi.
8. Rekan KKN-KT Pekon Sidomulyo ( Desi, Della Agusta, Indah, Hani, Eni,
Utari, Della Septi, Ade, Chindra) yang sudah menerima segala kekurangan,
terimakasih untuk 60 hari yang luar biasa, & berbagi suka duka.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi
semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin.
Bandar Lampung, 09 Juni 2018
Penulis
Aerli Nurfita Arianti Dewi
NPM 1413023003
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .....................................................................................
................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
A. Efektivitas ............................................................................................ 9
B. Teori Belajar Konstruktivisme ............................................................. 9
C. Model Pembelajaran Problem Solving ................................................. 12
D. Motivasi Belajar ................................................................................... 14
E. Penguasaan Konsep............................................................................ . 17
F. Kerangka Berpikir ................................................................................ 18
G. Anggapan Dasar .................................................................................. 19
H. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 20
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 21
A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 21
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 22
C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 22
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 23
E. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian .............................. 23
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.......................................................... 24
G. Analisis Data ........................................................................................ 27
1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 37
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 37
1. Validitas dan Reabilitas Instrumen Tes ........................................ 37
2. Data Keefektivan ModelDiscovery Learning ............................... 40
3. Pengujian Hipotesis dan Ukuran Pengaruh (Effect Size) .............. 50
B. Pembahasan ......................................................................................... 53
V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 61
A. Kesimpulan .......................................................................................... 61
B. Saran .................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62
LAMPIRAN
1. Silabus ....................................................................................................... 66
2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................... 79
3. Lembar Kerja Siswa .................................................................................. 94
4. Kisi-Kisi Soal ............................................................................................ 116
5. Rubrik Soal Pretes-Postes ......................................................................... 120
6. Soal Pretes-Postes ..................................................................................... 129
7. Angket Motivasi Belajar Siswa ................................................................ 134
8. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran dengan
Model Problem Solving ............................................................................ 148
9. Data aktivitas Siswa Selama Pembelajaran .............................................. 150
10. Lembar Observasi/Penilaian Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan
Pembelajaran Kimia dengan Model Problem Solving……………………..153 11. Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola Kelas .............................. 159
12. Hasil Validitas dan Angket Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep….. 162
13. Hasil Reliabilitas Angket Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep ...... 165
14. Perhitungan Nilai Pretes, Postes, dan n-Gain ........................................... 168
15. Hasil Output Uji Normalitas ..................................................................... 170
16. Hasil Output Uji Homogenitas .................................................................. 172
17. Hasil Output Uji Paired Sample T-Test .................................................... 174
18. UjiUkuranPengaruhatauEffect Size ........................................................... 181
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Desain penelitian ................................................................................... 22
2. Kategori Reliabilitas .............................................................................. 28
3. Skoring Angket Motivasi Belajar .......................................................... 29
4. Kategori Motivasi Belajar ..................................................................... 29
5. Kriteria Pengaruh .................................................................................. 36
6. Data Validitas Instrumen Motivasi Belajar ........................................... 38
7. Data Validitas Instrumen Tes Penguasaan Konsep ............................... 39
8. Data Reliabilitas Instrumen Penguasaan Konsep .................................. 40
9. Data Penguasaan Konsep Siswa dengan Pembelajaran Problem Solving
............................................................................................................... 46
10. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung
............................................................................................................... 47
11. Data Hasil Observasi Guru Dalam Mengelola Pembelajaran ............... 49
12. Data Normalitas Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa ...... 50
13. Data Homogenitas Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa ... 51
14. Data Uji-t Pebedaan Pretes-Postes dan Effect Size untuk Motivasi Belajar
dan Penguasaan Konsep Siswa .............................................................. 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Penelitian ................................................................................. 26
2. Pretes Motivasi Belajar dengan Pembelajaran Problem Solving .... . 41
3. Postes Motivasi Belajar dengan Problem Solving ........................... 41
4. Pretes Motivasi Belajar dengan Pembelajaran Konvensional ......... 42
5. Postes Motivasi Belajar dengan Pembelajaran Konvensional ........ 43
6. Nilai Rata-rata Angket Motivasi Belajar ......................................... 44
7. Nilai Rata-rata n-Gain Angket Motivasi Belajar ............................ 45
8. Nilai Rata-rata Pretes Postes Penguasaan Konsep Siswa di Kelas
Penelitian ......................................................................................... 46
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut BSNP (2006) ilmu kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun
IPA, ilmu kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan
komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat yang
melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan
ilmu kimia yaitu ilmu kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori. Ilmu kimia sebagai proses atau kerja ilmiah ilmiah
oleh sebab itu pembelajaran ilmu kimia harus memperhatikan karakteristik
ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Tim Penyusun (2005) menyatakan bahwa ilmu kimia sebagai salah satu
cabang ilmu pengetahuan alam yang memiliki spesifikasi cakupan materi
pada pembahasan benda (zat) dan perubahannya serta energi yang menyertai
perubahan tersebut, maka ilmu kimia memiliki kaitan yang sangat erat dengan
kehidupan manusia.
Ada dua hal yang berkaitan dengan ilmu kimia yang tidak bisa dipisahkan,
yaitu ilmu kimia sebagai produk (pengetahuan ilmu kimia yang berupa fakta,
2
konsep, prinsip, hukum dan teori) dan ilmu kimia sebagai proses yaitu kerja
ilmiah (Mulyasa, 2006). Pada kenyataannya pembelajaran kimia di sekolah
cenderung hanya menghadirkan konsep, hukum, dan teori saja tanpa
menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum dan teori
tersebut. Akibatnya, siswa cenderung kurang termotivasi untuk belajar ilmu
kimia, dan berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa (Depdiknas,
2003)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di MAN 1 Pringsewu,
diperoleh data bahwa guru saat kegiatan belajar mengajar masih
menggunakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran
seperti ini akan membuat siswa cenderung pasif, hanya mendengar, siswa
hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa
berusaha sendiri memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Model pembelajaran konvensional, siswa tidak
dapat memecahkan masalah yang siswa temui dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan larutan elektrolit dan non elektrolit, kemudian siswa
tidak dapat mencari data untuk memecahkan suatu masalah yang siswa
hadapi, sehingga siswa tidak dapat menentukan jawaban sementara dari
masalah yang dihadapi serta tidak dapat menguji kebenaran dari jawaban
sementara, dan siswa tidak dapat menarik kesimpulan dari masalah yang
siswa hadapi.
Kegiatan pembelajaran seperti itu tidak sesuai dengan karakteristik ilmu
kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 revisi yang
3
dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir siswa yaitu (1) pola
pembelajaran yang semula berpusat pada guru disempurnakan menjadi
pembelajaran berpusat pada siswa (2) pola pembelajaran yang semula siswa
pasif menjadi pembelajaran siswa aktif, kritis, dan kreatif (Tim penyusun,
2006). Perlu upaya untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan
cara memperbaiki proses pembelajaran agar siswa aktif dalam pembelajaran
dan termotivasi untuk belajar dengan menerapkan model pembelajaran yang
menekankan pada model pemecahan masalah yang membangun siswa untuk
aktif dalam pembelajaran
Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu dicari model pembelajaran yang
tepat untuk membuat siswa lebih aktif serta termotivasi untuk belajar
,sehingga nilainya diharapkan menjadi lebih baik. Penelitian tentang ini
sudah banyak dilakukan, antara lain (1) Hasil penelitian Lidiawati (2011)
menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
problem solving memberikan kesempatan siswa untuk meningkatkan
kemampuan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep pada materi koloid.
Selain itu hasil penelitian dari Husin (2014) menyimpulkan bahwa
modelpembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir evaluatif siswa pada materi asam-basa. Hasil penelitian lain yang
dilakukan Neny (2017) bahwa model pembelajaran problem solving efektif
untuk meningkatkan keterampilan mengklasifikasikan pada materi asam basa.
Atas dasar penelitian-penelitian tersebut, maka penelitian ini mempelajari
model problem solving dalam memecahkan masalah diatas
4
Model pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis
dalam usaha mencari pemecahan/jawaban oleh siswa (Mbulu, 2001). Model
pembelajaran problem solving, siswa dapat memecahkan masalah yang
dihadapi, siswa dapat mencari data yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah, siswa dapat menentukan jawaban sementara dan menguji kebenaran
jawaban sementara, siswa dapat menarik kesimpulan dari suatu masalah yang
dihadapi. Siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar serta penguasaan konsep larutan
elektrolit dan non elektrolit. Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan
penguasaan konsep siswa diharapkan model pembelajaran problem solving
dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Larutan
Elektrolit dan Non Elektolit”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas
model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan motivasi belajar
dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit?
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model
pembelajaran problem solving dalam meningkatkan motivasi belajar
penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
agar siswa mudah dalam membangun konsep materi kimia dan dapat
meningkatkan penguasaan konsep siswa sehingga hasil belajar siswa akan
lebih baik.
b. Bagi guru dan calon guru
Pembelajaran dengan model problem solving dapat menjadi salah satu
alternatif model pembelajaran kimia khususnya pada materi larutan
elektrolit dan elektrolit untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang lebih
efektif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa serta
penguasaan konsep siswa.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan Model Pembelajaran problem solving dapat
menjadi alternatif atau bahan referensi untuk meningkatkan mutu
pembelajaran kimia di sekolah.
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi efektivitas
adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan.
Hal ini menujukkan adanya hubungan antara efektifitas dengan pengaruh,
sehingga uji efektivitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan uji
pengaruh.
2. Model yang digunakan pada penelitian ini yaitu model problem solving
Model pembelajaran problem solving memiliki 5 langkah yaitu (1) Ada
masalah yang jelas untuk dipecahkan; (2) Mencari data atau keterangan
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah; (3) Menetapkan
jawaban sementara dari masalah; (4) Menguji kebenaran jawaban
sementara; (5) Menarik kesimpulan (Djamarah dan Zain, 2010).
3. Motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu
(Sardiman, 2011)
4. Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai
hasil berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang
menerangkan banyak pengalaman (Djamarah & Zain, 2006). Semakin
banyak seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya,
pengetahuan & pemahamannya terhadap objek dan lingkungan tersebut
akan meningkat lebih rinci (Budiningsih, 2005).
5. Materi pada penelitian ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit yang
7
mencakup uji daya hantar listrik, penyebab perbedaan daya hantar listrik
dan jenis ikatan pada senyawa yang dapat atau tidak dapat menghantarkan
arus listrik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas
Definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu
usaha atau tindakan (KBBI). Model pembelajaran dikatakan efektif bila
siswa dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan
hubungan dan informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif
menerima pengetahuan
dari guru, sehingga ada hubungan antara efektivitas dengan pengaruh
(Sunyono, 2013)
Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada :
a. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila
sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60
dalam peningkatan hasil belajar.
b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah
pembelajaran (gain yang signifikan).
c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat
dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih
termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang
lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
9
Keefektivan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan suatu
proses pembelajaran. Model pembelajaran dapat dikatakan efektif bila peserta
didik dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan
serta informasi-informasi yang diberikan dan tidak hanya secara pasif
menerima pengetahuan dari guru/dosen. Indikator keefektivan meliputi: 1)
pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar peserta didik; 2)
pencapaian aktivitas peserta didik dan guru/dosen; 3) pencapaian kemampuan
dosen dalam mengelola pembelajaran; 4) peserta didik memberi respon positif
dan minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan (Nieveen,
1999).
B. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld).
Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yangada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif
melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan
skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Pengetahuan
tidak bida ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada,
melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu
10
keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan
pengetahuannya (Karwono dan Mularsih, 2010).
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa.
Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat
meningkatkan perolehan siswa terhadap hasil belajar. Menurut Gagne (Dahar,
1989) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu
berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan suatu tindakan.
Piaget atau yang dikenal sebagai konstrukvis pertama (Dahar, 1989)
menegaskan bahwa peran guru dalam pembelajaran menurut konstruktivisme
yaitu sebagai fasilitator atau moderator, dan siswa yang menjadi pusat
kegiatan. Tugas seorang guru adalah membantu untuk memulai diskusi,
memberi kesempatan siswa untuk mengekspos pengetahuannya,
menyampaikan ide atau gagasan mereka, dan menilai pemahaman mereka
(Lunenburg, 2011).
Menurut Von Glaserfeld (dalam Budingisih, 2005) menyatakan bahwa ada
beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan yaitu: ((1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman; (2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan; (3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu
pengalaman yang satu dari pada lainnya. Faktor-faktor yang juga
mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah pengetahuan
11
seorang yang telah ada, domain pengalaman, dan jaringan struktur kognitif
yang dimilikinya. Proses dan hasil konstruksi pengetahuan yang telah dimiliki
seseorang akan menjadi pembatas konstruksi pengetahuan yang akan datang.
Prinsip-prinsip konstruktivisme antara lain:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa;
6. Guru adalah fasilitator (Suparno, 1997)
Paradigma konstruktivistik merupakan basis reformasi pendidikan saat ini.
Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan
penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan
algoritma ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk
memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas
eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-
model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri (Kurniawan, dkk., 2012)
Prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu:
1. Meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa,
2. Menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama,
3. Menghargai pandangan siswa,
4. Materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa (Kurniawan,
dkk., 2012)
Menurut peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian,
yang meliputi:
1. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan
untukmengambil keputusan dan bertindak.
12
2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
3. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar
siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih (Budiningsih, 2012)
C. Model Pembelajaran Problem Solving
Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model
pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Model pembelajaran
problem solving adalah sistem pembelajaran yang menuntut siswa belajar
untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh
karena itu dalam pembelajaran, siswa harus aktif agar dapat memecahkan
masalah yang ditemukan oleh siswa sendiri berdasarkan fenomena atau fakta
yang diberikan oleh guru (Lidiawati, 2011).
Model pembelajaran problem solving adalah suatu cara mengajar dengan
menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan.
Model pembelajaran ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat,
mengobservasi masalah, mencari hubungan antara berbagai data yang
terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan
masalah (Sriyono, 1992).
Menurut Barnsford dan Stein dan Hayes (dalam BouJaoude, 2008) lima
pendekatan dasar problem solving, memecahkan masalah menjadi beberapa
bagian, bekerja secara sistematis, memecahkan masalah dengan analogi, dan
menggunakan pengetahuan prosedural dan konseptual. Menurut Wood (2006)
diskusi adalah bagian utama dari proses problem solvimg dan ini sesuai dengan
pembelajar sosial. Sering ada keraguan dalam ketelitian saat menangani
13
masalah pada awalnya karena tidak ada kerangka pemikiran yang aman yang
disediakan dan karena beragam metode dan / atau jawaban yang mungkin.
Langkah-langkah dari metode problem solving yaitu sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
b. Mencari data atau keterangan yang di dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini
tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua
diatas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul cocok.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi .
Adapun kelebihan pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
a. Melatih siswa untuk menghadapi problema atau situasi yang timbul secara
spontan.
b. Siswa menjadi aktif dan berinisiatif serta bertanggung jawab.
c. Pendidikan di sekolah relevan dengan kehidupan.
d. Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan tingkat
kemampuan siswa.
Kekurangan pembelajaran problem solving menurut yaitu:
a. Memerlukan waktu yang lama, artinya memerlukan alokasi waktu yang
lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
b. Siswa yang pasif dan malas akan tertinggal.
c. Sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran (Hamdani,
2011:86)
14
D. Motivasi Belajar
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu
(Sardiman, 2012). Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam
diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan (Sardiman, 2011).
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 2012), motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada
pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia,
penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak
suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak
suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi
motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar,
15
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehinga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan atau melakukan proses
pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal atau lebih dikenal
dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Santrock (2011)
mengatakan bahwa motivasi intrinsik melibatkan motivasi internal untuk
melakukan sesuatu untuk kepentingan diri sendiri (tujuan itu sendiri). Motivasi
intrinsik menyebabkan orang bertindak dengan cara tertentu karena tindakan
itu membawa kepuasan atau kesenangan pribadi (Arends, 2008)
Arends & Kilcher (2010) menyatakan bahwa “extrinsic motivation is at play
when individuals take action to capture a desired reward”. Maksudnya bahwa
motivasi ekstrinsik adalah tindakan individu melakukan tindakan untuk
mendapatkan hadiah yang diinginkan. Woolfolk (2007) menyatakan bahwa
“extrinsic motivation is based on factors not related to the activity it self.
Student are not really interests in the activity for its own sake; we care only
about it will gain us”. Motivasi ekstrinsik didasarkan pada faktor-faktor yang
tidak berhubungan dengan kegiatan itu sendiri, siswa tidak benar-benar peduli
dalam kegiatan untuk kepentingan dirinya sendiri, siswa hanya peduli terhadap
apa yang didapatkan dari kegiatan tersebut.
16
Motivasi belajar merujuk pada kemauan, kebutuhan, keinginan dan keharusan
siswa untuk ikut berpartisipasi dan berhasil dalam proses pembelajaran. Lebih
lanjut Middleton dan Spanias melihat motivasi sebagai alasan individu untuk
berperilaku dalam situasi tertentu. Jadi keberhasilan siswa dalam pembelajaran
matematika adalah pengaruh kuat dari motivasi untuk mencapai suatu tujuan
(Yunus & Ali, 2009). Motivasi intrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan
minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atas respon siswa,
(4) kesempatan respon peserta didik yang aktif, dan (5) kesempatan peserta
didik untuk menyelesaikan tugasnya( Uno , 2011).
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi
belajar adalah sebagai berikut: (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar,
proses, dan hasil akhir, contohnya setelah seorang siswa membaca suatu bab
buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca bab
tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi;
(2) dengan teman sebaya sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar yang
belajar dan berhasil; (3) mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi,
setelah ia ketehaui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak
bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya; (4)
membesarkan semangat belajar sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan
dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar
cepat lulus; (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja (disela-selanya adalah istrahat atau bermain) yang bersinambungan,
individu dilatih untuk menggunakan sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.
Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa diharapkan untuk belajar di rumah,
17
membantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan teman sebaya, apa yang
dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan. Kelima hal tersebut
menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya
sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal
ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik (Dimyati dan Mudjiono, 2009)
E. Penguasaan Konsep
Penguasaan adalah pemahaman dan kesanggupan untuk menggunakan
pengetahuan dan kepandaian untuk memecahkan masalah atau persoalan
(Widayat, 2006). Konsep merupakan pokok utama yang mendasari
keseluruhan sebagai hasil berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa,
fakta yang menerangkan banyak pengalaman (Djamarah & Zain, 2010)
Konsep merupakan suatu pengertian yang dapat digunakan atau
memungkinkan sseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan suatu
objek atau peristiwa termasuk atau tidak termasuk dalam pengertian tersebut.
Untuk membangun konsep, siswa melakukan dengan cara pengamatan atau
membayangkan sesuatu yang konkret terlebih dahulu. Siswa tersebut
dikatakan dapat membangun konsep jika dia dapat membedakan mana yang
termasuk contoh dan bukan contoh dari suatu ide abstrak. Penguasaan konsep
dalam pembelajaran dapat diketahui melalui hasil belajar yang diperoleh
peserta didik. Hasil belajar terbagi kedalam tiga ranah yakni kognitif, afektif
dan psikomotorik. Ranah kognitif terbagi menjadi 6 jenjang yaitu C1
mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasikan, C4 menganalisis, C5
mengevaluasi dan C6 mencipta. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan
18
tersebut maka penguasaan konsep peserta didik dapat dinilai dengan melihat
hasil belajar pada ranah kognitif. (Rokhayati, 2011).
F. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran selama ini belum mencapai kompetensi siswa yang
diharapkan. Karena motivasi siswa yang rendah serta penguasaan konsep
siswa rendah. Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas
model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan motivasi belajar dan
penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
Sesuai dengan masalah di atas diperlukan model pembelajaran yang dirasa
tepat yaitu Problem Solving. Model pembelajaran problem solving adalah
suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar
dipecahkan atau diselesaikan. Tahap awal model pembelajaran problem
solving adalah ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Pada tahap ini, siswa
diberikan masalah berupa penentuan larutan yang bersifat asam dan basa.
Siswa akan menemukan permasalahan, sehingga dalam diri siswa muncul rasa
ingin tahu dan gagasan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tahap
kedua yaitu tahap mencari informasi. Pada tahap ini guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi menggunakan buku-buku
yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang diberikan. Tahap
ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang
diberikan, siswa dilatih untuk dapat menge-mukakan hipotesis. Pada tahap ini,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan ide atau
pendapat sebagai hipotesis awal terhadap jawaban atas permasalahan yang
19
dikemukakan secara bebas berdasarkan pengetahuan awal mereka. Tahap
selanjutnya adalah siswa menguji kebenaran dari jawaban sementara atau
hipotesis yang telah dibuat. Pada tahap ini siswa akan melakukan eksperimen
ataupun mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS dalam
rangka untuk memecahkan masalah berdasarkan hasil eksperimen serta
membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap
terakhir siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas model pembelajaran problem
solving efektif dalam meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep
siswa pada materi larutan elektrolit dan non- elektrolit
G. Anggapan Dasar
Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaan motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep pada materi
larutan elektrolit dan non elektrolit terjadi karena adanya perlakuan yang
berbeda selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi peningkatan motivasi belajar
dan penguasaan konsep pada materi elektrolit dan non elektrolit siswa kelas
X MIA semester genap MAN 1 Pringsewu tahun pelajaran 2017/2018
diupayakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.
20
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model
problem solving efektif dalam meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan
konsep siswa pada materi elektrolit dan non-elektrolit
III . METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MIA MAN 1
Pringsewu tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah ± 136 siswa dan
tersebar dalam empat kelas yaitu mulai dari kelas X.MIA 1 sampai kelas
X.MIA 4.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 2 dan X MIA 4
Pringsewu. Untuk mendapatkan kelas dengan tingkat keterampilan
kognitif yang sama, dipilih teknik purposive sampling dalam
pengambilan sampel. Purposive sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya ( Fraenkel, 2012). Pertimbangan dalam penelitian ini yaitu
dua kelas yakni kelas X MIA 1 dan X MIA 3 sudah digunakan sebagai
sampel dan tersisa kelas X MIA 2 dan X MIA 4, sehingga kelas X MIA 2
dan X MIA 4 digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
22
Pada penetapan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pengundian,
dan terpilih kelas eksperimen yaitu X MIA 2 sedangkan kelas kontrol X MIA 4.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
bersifat
kuantitatif. Data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan
(pretes) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (postes). Sumber data
dibagi menjadi dua kelompok yaitu data hasil pretes dan postes dari seluruh
siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan
menggunakan Non Eqiuvalent (Pretest-Posttest) Control Group Design
(Craswell, 1997) dengan urutan kegiatan seperti yang terlihat pada di bawah
ini.
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
(Creswell, 1997)
Keterangan:
O1 = Pretes yang diberikan sebelum perlakuan
O2 = Postes yang diberikan setelah perlakuan
X = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran problem solving
- = Pembelajaran menggunakan model konvensional
23
Sebelum diterapkan perlakuan, kedua kelompok sampel diberikan pretes
(O1).Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran
menggunakan model problem solving (X).Selanjutnya, kedua kelompok
sampel diberikan posttes (O2)
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Sebagai
variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu
pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving dan pembelajaran
konvensional. Sebagai variabel terikat adalah motivasi belajar dan
penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non-
elektrolit .
E. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Silabus
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Lembar kerja siswa yang digunakan berjumlah dua LKS kelompok,
yaitu LKS-1 mengenai sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya;
LKS-2 mengenai daya hantar listrik larutan.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Angket motivasi belajar siswa yang dimodifikasi dari Neng (2016).
24
b. Soal pretes dan postes yang masing-masing terdiri atas soal
penguasaan konsep yang berupa soal pilihan ganda berjumlah 10 soal
c. Lembar pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran problem
solving dimodifikasi dari Ade (2017)
d. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
problem solvingdimodifikasi dari Ade (2017)
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Tahap pendahuluan
a. Pembuatan surat izin penelitian
b. Meminta izin kepada kepala MAN 1 Pringsewu untuk melaksanakan
penelitian.
c. Mengadakan wawancara ke sekolah tempat penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal,
cara guru mengajar kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di
sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan
penelitian.
d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian.
e. Mempersiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
kisi-kisi soal pretes dan postes, soal penguasaan konsep (pretes-postes),
Lembar Kerja Siswa (LKS), angket motivasi belajar, lembar observasi
aktivitas siswa.
25
f. Melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap soal pretes dan postes
kepada siswa yang telah menerima materi larutan elektrolit dan non
elektrolit.
2. Tahap Pelaksanaan penelitian
Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada dua kelas
perlakuan. Kelas perlakuan diberikan perlakuan berupa penerapan
pembelajaran problem solving, dilakukan observasi serta pemberian angket
motivasi belajar dan tes penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran.
3. Tahap akhir
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah analisis data, pembahasan dan
simpulan. Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan
dalam bentuk bagan sebagai berikut:
26
Tahap Pelaksanaan
Gambar 1.Prosedur pelaksanaan penelitian
Tahap
Pendahuluan
Pembuatan surat izin penelitian
Observasi ke sekolah
Pembuatan instrumen
Validitas dan reliabilitas instrumen
1. Angket motivasi belajar
2. Soal penguasaan konsep
Pretes motivasi
belajar dan
penguasaan
konsep
Postesmotivasi
belajar dan
penguasaan konsep
Pembelajaran Problem
Solving
Lembar Observasi selama pembelajaran:
Keterlaksanaan pembelajaran
Angket motivasi belajar siswa
Analisis Data
Pembahasan
Simpulan
Menentukan subyek penelitian
Tahap Akhir
27
G. Analisis Data
1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrumen
yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen untuk mengetahui
dan mengukur apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat
dan layak digunakan sebagai pengumpul data.Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto,
2006). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan diketahui validitas
dan reliabilitas instrument tes.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2006). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus
product moment analisis dilakukan dengan menggunakan program
iteman 64 untuk soal pilihan jamak. Validitas instrumen angket
motivasi belajar siswa pada penelitian ini menggunakan uji ahli. Pada
angket motivasi belajar dilakukan uji ahli dengan responden ahli
produk. Proses validasi ini disebut dengan judgment. Kegiatan ini
dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan dan
perbaikan. Pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama
kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan
butir-butir pertanyaannya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat
kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk
28
digunakan dalammengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian
yang bersangkutan. Untuk melakukan judgement diperlukan suatu
ketelitian dan keahlian penilai maka perlu meminta ahli untuk
melakukannya.Judgement tersebut dilakukan oleh ahli psikologi Unit
Pelayanan Konseling Terpadu (UPKT) FKIP Universitas Lampung.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach
yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat
reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003). Analisis
dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics 17.0 dan iteman 64
kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford:
Tabel 2 Kategori Reliabilitas
Skor Derajat Reliabilitas
0,80<r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60< r11 ≤ 0,80 Tinggi
0,40< r11 ≤ 0,60 Sedang
0,20< r11 ≤ 0,40 Rendah
0,00< r11 ≤ 0,20 Tidak Reliabel
2. Analisis Data Keefektivan Pembelajaran Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Solving
a. Analisis Data Motivasi Belajar Siswa
Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah data skor motivasi belajar
sebelum dan sesudah siswa kelas penelitian. Motivasi belajar siswa dapat
diukur dengan angket motivasi belajar ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, and Satisfaction). Pengolahan angket ARCS ini dilakukan
29
dengan cara penskoran semua pilihan pada setiap pernyataan yang ada di
dalam angket, dalam hal ini analisis dilakukan dengan software Microsoft
Excel 2010. Setiap pilihan pada pernyataan memiliki skor yang berbeda
seperti yang tercantum dalam Tabel 3 berikut:
Tabel 3 Skoring Angket Motivasi Belajar Model ARCS
Kriteria Skor
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Setuju (S) 3 1
Kurang Setuju
(KS)
2 2
Tidak Setuju
(TS)
1 3
John Keller (dalam Reliyana, 2014).
Setelah diperoleh skor motivasi belajar masing-masing siswa kemudian
untuk mengetahui kategori motivasi belajar siswa tercantum dalam Tabel 4
berikut:
Tabel 4 Kategori Motivasi Belajar Siswa
Skor Kategori Motivasi Belajar
x≥76 Tinggi
56≤x ≤75 Sendang
x≤55 Rendah
( Arikunto, 2006 )
Setelah diperoleh skor dari tiap nomor pernyataan dari masing-masing siswa
langkah selanjutnya dilakukan pengubahan data ordinal menjadi data interval
dengan menggunakan MSI (Method Successive Interval) untuk mendapatkan
data yang bersifat kuantitatif dan memenuhi persyaratan uji statistika dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung frekuensi masing-masing skor.
30
2) Menghitung proporsi yaitu dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah
responden.
3) Menghitung proporsi kumulatif,yaitu dengan cara menjumlahkan proporsi
secara berurutan untuk setiap nilai.
4) Menghitung nilai z.
5) Menghitung nilai densitas fungsi z:
6) Menghitung scale value:
7) Mentransformasikan kedalam bentuk skala interval (nilai interval tiap
nomor soal) dengan rumus:
y=SV+[SV min]=1–SV1.
8) Mencari nilai maksimum tiap nomor dan menjumlahkannya. Selanjutnya
mengkonversi jumlah nilai interval menjadi nilai akhir dengan cara
membagi nilai tersebut dengan nilai maksimum dan dikalikan 100.
9) Melakukan perhitungan n-Gain untuk mengetahui efektifitasnya
b. Analisis data penguasaan konsep
Penguasaan konsep kimia merupakan kemampuan siswa dalam
menggunakan konsep, prinsip, dan teori kimia ke dalam situasi yang
konkrit pada pemecahan masalah dan ditunjukkan oleh skor yang
diperoleh siswa dalam tes penguasaan konsep (pretes dan postes).
31
Peningkatan penguasaan konsep ditunjukkan melalui skor n-Gain tiap
siswa yang dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Hake (2002) adalah:
( ) ( )
( ) ( ) ( )
( )
Keterangan:
Sf : posttes (final)
Si : Pretes (initial)
Menurut Hake (dalam Sunyono, 2014) terdapat kriteria n-Gain yaitu:
1) Pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi” jika n-Gain > 0,7
2) Pembelajaran dengan skor n-Gain ”sedang” n-Gain terletak antara 0,3
<n-Gain ≤ 0,7
3) Pembelajaran dengan skor n-Gain ”rendah” jika n-Gain ≤ 0,3
c. Analisis data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan
menggunakan lembar observasi (afektif dan psikomotor) oleh dua
orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa dalam
pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap
aspekpengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian
dengan rumus
% Ji = (Σji / N) x 100%
32
Keterangan :
%Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek
pengamatan pada pertemuan ke-i
ΣJi = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh
pengamat pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
2. Menghitung rata-rata presentase ketercapaian untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang pengamat.
3. Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase
d. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Untuk analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dengan
menggunakanmodel pembelajaran problem solving, dilakukan langkah-
langkah berikut:
1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap
aspek
pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan
menggunakan rumus:
% Ji = (ΣJi / N) x 100%
Keterangan : %Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek
pengamatan pada pertemuan ke-i
ΣJi = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang
diberikan
oleh pengamat pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
2) Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang pengamat.
3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru
33
H. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan
duarat a-rata. Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada n-Gain. Sebelum
dilakukan uji perbedaan dua rata-rata ada uji prasyarat yang harus dilakukan,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak (Arikunto, 2006).
Pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 17. Data
dikatakan memenuhi asumsi normalitas jika pada Kolmogorov-Smirnov
nilai sig. > 0.05.
b. Uji Homgenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi
bersifat seragam atau tidak berdasarkan data sampel yang diperoleh
(Arikunto,2006). Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai
berikut:
H0 : =
(kedua kelompok memiliki varians yang homogen)
H1 : ≠ (kedua kelompok memiliki varians yang tidak homogen)
Kriteria : Terima H0 hanya jika Fhitung > Ftabel, dengan taraf nyata α
0,05, dalam hal lain tolak H0.
34
c. Uji Perbedaan Dua Rata- Rata
Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka
uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2005).
Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
statistik yaitu uji perbedaan dua rata - rata, uji perbedaan dua rata-rata
digunakan untuk menentukan rata-rata nilai n- Gain motivasi belajar
danpenguasaan konsep materi elektrolit dan non elektrolit yang berbeda
secara signifikan antara pembelajaran menggunakan model problem
solving dengan pembelajaran menggunakan model konvensional.
Sehingga dapat diketahui perbedaan antara pembelajaran yang
menggunakan model problem solving dengan pembelajaran menggunakan
model konvensional dalam meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan
konsep.
Adapun rumus hipotesis pada uji ini adalah:
H0 : μ1x ≤ μ2x : Rata-rata n-Gain motivasi belajar dan penguasaan konsep
siswa pada materi elektrolit dan non elektrolit yang
menggunkan model problem solving lebih rendah atau
sama motivasi belajardanpenguasaan konsep
pembelajaran yang menggunakan model konvensional
siswa MAN 1 Pringsewu.
H1 : μ1x> μ2x : Rata-rata n-Gain motivasi belajar dan penguasaan konsep
siswa pada materi elektrolit dan non elektrolit yang
menggunkan model problem solving lebih tinggi dengan
motivasi belajardanpenguasaan konsep pembelajaran yang
35
menggunakan model konvensional siswa MAN 1
Pringsewu.
Keterangan:
μ1 :Rata-rata n-Gain (x) pada materi elektrolit dan non elektrolit kelas
eksperimen.
μ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi elektrolit dan non elektrolit kelas
kontrol
x: Motivasi belajardanpenguasaan konsep
Uji perbedaan dua rata-rata pretes dan postes dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 17.0 for Windows. Cara mengetahui terima H0 atau tolak H0 yaitu
dengan menggunakan output Independent Sample T test dengan kriteria
terima H0 jika nilai signifikan atau sig. ( 2-tailed) < 0,05.
d. Uji Ukuran Pengaruh (Effect Size)
Berdasarkan nilai t hitung yang diperoleh dari uji Paired Samples T Test
yang menggunakan data penelitian berupa pretes dan postes, selanjutnya
dilakukan perhitungan untuk untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
model problem solving dalam meningkatkan motivasi belajar dan
penguasaan konsep siswa maka dilakukan uji ukuran pengaruh (effect size)
dengan rumus:
μ2=t2
t2 df…………………………….………(Abu Jahjouh, 2014)
Keterangan:
µ = effect size
t = t hitung dari uji-t
df = derajat kebebasan
36
Tabel 5. Kriteria Pengaruh
Skor Kriteria Pengaruh
µ ≤ 0,15 Efek diabaikan (sangat kecil)
0,15< µ ≤ 0,40 Efek kecil
0,40< µ ≤ 0,75 Efek sedang
0,75< µ ≤ 1,10 Efek besar
µ > 1,10 Efek sangat besar
(Dincer,2015)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan bahwa
model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan motivasi belajar dan
penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
dengan besar pengaruh 95% dengan kategori besar pada kelas eksperimen,
serta didukung dengan rata-rata presentase frekuensi aktivitas siswa selama
pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang
berkategori “sangat tinggi”, serta peningkatan nilai pretes-postes (n-Gain) pada
kelas eksperimen memenuhi kriteria “tinggi”.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan:
Kepada guru-guru kimia untuk mengimplementasikan model pembelajaran
problemsolving di kelas, khususnya pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit. Hal inidikarenakan model pembelajaran problem solving terbukti,
efektif dan berpengaruh besar dalam meingkatkan motivasi belajar penguasaan
konsep siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abu. Jahjuoh, Y. M. 2014. The Effectiveness of Blended E-Learning Forum in
Planning for Science Instruction. Journal of Turkish Science Education,
11(14): 3-6
Arends, R., I. 2008. Learning to teach.(Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto &
Sri Mulyantini Soetjipto). New York: Mc Graw Hill Companies. (Buku Asli
Diterbitkan tahun 2007).)
Arends, R., I., &Kilcher, A. 2010.Teaching for student learning.New York:
Routledge.
Arend, R. I. (2012). Learning to Teach,Ninth Edition. New York: McGrow-Hill.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: BumiAksara.
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.
Airlangga University Press.Surabaya.
Beetlestone, F. 2012. Creative learning.(diterjemahkan oleh NarulitaYusron).
Philadelphia: Open University Press.(Buku Asli diterbitkan tahun 1998).
Boujaoude, S.,dan M.Attieh . 2008. “The effect of Using Concept Maps as Study
Tools on Achievement in Chemistry”
BSNP, 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta
Budiningsih, A. 2012.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches.
Lodon: Sage Publications.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dimyanti.,dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
63
Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievement
in Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education , 12 (1):
99-188
Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: RinekaCipta.
Djamarah, S.B.,danA. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
RinekaCipta.
Endi, N. 1985. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Salman: ITB
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., dan H. H. Hyun. 2012. How to design and evaluate
research in education 8th edition. McGraw-Hill, A Business Unit Of
TheMcGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of The Americas, New
York,NY 10020.
Febriyanti, F. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit
dan Non elektrolit
Hake, R. R. 2002. Relationship of individual Student Normalized Learning Gains
in
Mathematics with Gender,High School, Physics, and Pre Test Scores in
Mathematics and Spatial Visualization.Physics Education Research
Conference.Tersediapada
:ttp://www.physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-
Hake.pdf .diaksespadatangga 21 November 2017.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV PustakaSetia.
Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Husin, A. U. 2014. Efektivitas model pembelajaran problem solving efektif dalam
Meningkatkan kemampuan berpikir evaluative siswa pada materi asam-
basa.
(skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung
Indrawati. 2016. Modul Guru Pembelajar: Mata Pelajaran Kimia Sekolah
Menengah Atas (SMA) Kelompok Kompetensi B. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Karwono.,dan H. .Mularsih. 2010.Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan
Sumber Belajar. Ciputat: Cerdas Jaya.
Kurniawati, I. D., & Diantoro, M. (2014). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Integrasi Peer Instruction terhadap Penguasaan Konsep dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
64
10(1).
Lidiawati. 2011. Efektivitas Penerapan Metode Problem Solving Dalam
Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep
Koloid (skripsi). FKIP Unila.Bandarlampung
Lunenburg, C. Fred. 2011. Self-Efficacy in the Workplace: Implication for
motivation and performance. Sam Houstan State University, International
Journal Of Management, Business, and Administration. Vol.14. Number 1,
2001.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
Mbulu, J. 2001. Pengajaran Individual Pendekatan Metode dan Media Pedoman
megajar Bagi Guru dan Calon Guru. Malang: Yayasan Elang Emas.
Mulyasa, E. 2006.KTSP Sebuah Panduan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nieveen, N. (1999). Prototyping to Reach Product Quality. Jan Van den Akker,
Robert Maribe Braneh, Ken Gustafson, and Tjeerd Plomp (Ed). London:
Kluwer Academic Plubishers.
Paul, S. 1997. Filsafat Kontrukstivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Reliyana, R., Rudibyani, R. B., dan Efkar, T. 2014.Efektifitas Pembelajaran,
Inkuiri Terbimibing Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan
Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia.3 (2): 1-14.
Rezqi, N. 2016. Hubungan Antara Motivsi Belajar dan Efikasi Diri Dengan Model
Mental Dalam Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Menggunakan Model Si Mayang
Rokhayati, N. 2011.Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika Melalui Model
Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry PadaSiswa Kelas VII SMP N 1
Sleman .Doctoral dissertation. UNY. Yogyakarta.
Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
Santika, A.D.2017. Penerapan Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Luwes Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit
65
Santrock, J.W. 2011.Psikologi Pendidikan.Jakarta :Salemba Humanika. Tim
Penyusun. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/ MA. Jakarta:
BSNP.
Sihaloho, L. M., Rudibyani, R. B., &Efkar, T. (2013).Peningkatan Motivasi dan
Penguasaan Konsep Melalui Model Learning Cycle 5E. Jurnal Pendidikan
Kimia. FKIP. Universitas Lampung.
Silberberg, S. M. 2007. Principles Of General Chemistry. New York: Mcgraw-
Hill.
Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Syarif, I. (2012). Pengaruh Model Blended Learning terhadap Motivasi dan
Prestasi Belajar Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(2).
Tim Penyusun. 2005. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran
Tahun 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Uno, H., B. 2011. Teorimotivasi dan pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 5 April 2008.
Diakses tanggal 27 Oktober 2017
Widayat, A. 2006. Analisis Tingka t Penguasaan Konsep Besaran dan Satuan
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA UNES Semester 1
Tahun Akademik 2005/2006. Semarang: UNES
Wolkfolk, A. 2007.Educational psychology (10rd ed). Boston: Pearson Education.
Yunus, A., S., MD & Ali, W., Z., W. (2009). Motivation in the learning of
mathematics.European Journal of Social Science, 7, 93-101.