efektifitas metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan...
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DALAM
PEMBINAAN AKHLAK SANTRI AT-TAQWA PUTRA BEKASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
Dedeh Mahmudah
104051001858
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH
DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI
AT-TAQWA PUTRA BEKASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
Dedeh Mahmudah
NIM : 104051001858
Pembimbing,
Drs. HASANUDDIN, MA
NIP: 150270815
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 Juni 2008
Dedeh Mahmudah
ABSTRAK
Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah
Dalam Pembinaan Akhlak Santri
Islam adalah agama dakwah. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju
mundurnya ummat Islam sangat bergantungan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara, yaitu dengan dakwah bil-lisan dakwah bil-qalam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan
menyeru manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya
dan seluruh ajaran para Rasul-Nya.
Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang
diterapkan pondok pesantren At-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak
santri? Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah
diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi?
Dalam penelitian ini di harapkan dapat berguna secara akademis untuk
menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzoh hasanah dan sebagai
masukan untuk para aktivis dakwah.
Penulisan skripsi ini menggunakan teori efektifitas dan dakwah tujuannya
untuk melihat seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah dalam
pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra Bekasi
Teknik olah data yang digunakan peneliti yaitu dengan dokumentasi atau pengumpulan bahan dari buku, internet dan sebagainya. Selain itu observasi yang
didalamnya wawancara dengan nara sumber para mad’u peneliti pun menyebar angket yang berisi pertanyaan guna mengetahui seberapa besar pengaruh metode
dakwah mauidzoh hasanah pada santri dalam pembinaan akhlak. Kegiatan dakwah tersebut secara keseluruhan mampu meningkatkan
pengalaman keagamaan para santri, seperti : Bersikap amanah, bijak, rasa syukur serta mempunyai budi pekerti yang baik.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa metode dakwah mauidzoh
hasanah efektif dalam pembinaan akhlak santri di daerah Ujung Harapan Bahagia
Bekasi.
Wawancara dengan Drs. Mawardi MH. Mp.d
(Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Putra Bekasi)
Tempat : Kantor Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Tanggal : 16 Juni 2008
Pukul : 10. 00 WIB
Pertanyaan dan Jawaban
1. P : Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi?
J : 1. Amanah yang harus dijalankan sebagai seorang ulama yang punya
tanggung jawab langsung kepada Allah
2. Keadaan masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan Agama
3. Sebagai benteng pertahanan, sebab di pesantrenlah satu-satunya
tempat untuk mencetak kader-kader ulama yang mutafaqqih fiddin.
Jadi tiga hal inilah yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren
At-Taqwa Putra Bekasi.
2. P : Materi atau kitab Akhlak apa saja yang diajarkan di Pondok
Pesantren At- Taqwa Putra?
J : Materi atau kitab yang diajarkan pada Pondok Pesantren ada 4 yaitu:
� Ta’lim Muta’lim
� Nasaihul Ibad
� Risalatul Muawwanah
� Fathul Majid
3. P : Media apa yang dipakai ketika proses belajar?
J : a. Alat-alat tulis manual
b. Alat Praga
c..Perangkat Lainnya seperti: Komputer, OHP, Laboratorium, Ruang
Perpustakaan dll.
4. P : Metode dakwah mauidzoh hasanah bagaimana yang diterapkan oleh
Pondok Pesantren At-Taqwa Putra?
J : 1. CBSA yaitu cara belajar siswa aktif yang dilaksanakan di ruang belajar
mereka masing-masing dengan bimbingan seorang guru.
2. Diskusi: seluruh santri diajarkan untuk berdiskusi dengan baik. yaitu
mencari solusi/ kebenaran dari permasalahan
3. Ceramah: metode ini dilakukan oleh segenap guru/ ustadz, seorang
guru memberikan penyampaian pesan dakwah terhadap santri,
penyampaian ini biasanya dilakukan diatas mimbar. Selain itu metode
ceramah ini kerap diikuti oleh seluruh santri dalam sebuah acara yang
bernama muhadhoroh
5. P : Kapan metode dakwah mauidzoh hasanah dilaksanakan?
J : Kapan saja bisa dilakukan bukan hanya di atas mimbar. mauidzoh hasanah
itu kan merupakan dakwah bil-lisan, artinya dakwah dapat dilakukan di
dalam kelas baik dengan cara belajar mengajar maupun diskusi
keagamaan. Dapat juga dilakukan diluar kelas dengan cara memberikan
nasihat yang baik kepada santri.
KATA PENGANTAR
���ا� ���ا� ا� ��� Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, selalu mendengarkan do’a hamba-Nya, serta tidak
pernah berhenti untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
akhir akademis sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Rosulullah SAW yang telah membawa ummatnya dari zaman kebodohan menuju
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Syukur alhamdulillah dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta
dorongan yang kuat dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, selayaknyalah penulis ucapkan terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi. Teruntuk ayahanda
H. Abdurrahman yang banyak memberikan ruang kedewasaan penulis untuk
selalu berfikir akan sesuatu hal, dan memberikan rasa optimis yang tinggi, dan
selalu mengajarkan untuk berbuat baik sesamanya. Ibunda Hj. Ilah Rosilah,
Sosok yang menawarkan kesabaran dalam hidup, bijak dalam bertindak, dan
selalu memahami penulis dalam keadaan apapun sejak kecil sampai saat ini.
Serta kakak dan adik-adikku tersayang, Husni, Cut Mutia, A.Rifa’i, Dewi
sartika, Yuliana & Ricky Devis Sugiarto, yang selalu mendo’akan penulis
dan memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA,
Penulis haturkan terima kasih atas segala tuntunanya dalam menunjukan
penulis akan keberhasilan ilmu pengetahuan.
3. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. H. Murodi, MA., yang
telah mendidik penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga beliau mendapat pahala yang besar atas ilmu yang telah diberikannya
kepada penulis.
4. Drs Wahidin Saputra, MA. Sebagai Ketua Jurusan dan Ibu Umi Musyarofah,
MA., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah
memberikan penulis masukan, dukungan, nasehat serta do’a.,
5. Dosen Pembimbing skripsi, Drs. Hasanuddin MA., tiada kata yang pantas
terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediaannya untuk
meluangkan waktu di tengah kesibukannya guna memberi masukan, diskusi
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan batas
waktunya.
6. Kakanda Achmad Marsaidi S.Sos.I yang melimpahkan kasih sayang dan
do’anya. Mendampingi penulis dalam suka maupun duka mengorbankan
waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Mudah-
mudahan sukses selalu amiiiiien.
7. Bapak Drs. KH. Mawardi HM, M.Pd dan Stap Pengurus Pondok Pesantren
At-Taqwa yang telah rela meluangkan waktunya untuk memberikan suatu
penjelasan mengenai data-data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh penulis.
8. Para Santri At-Taqwa Putra yang telah rela meluangkan waktunya untuk
mengisi angket yang diberikan oleh penulis, sehingga penelitian dapat
berlangsung dengan lancar.
9. Teman-teman KPI D angkatan 2004 yang bersama-sama melewati samudera
dan rutinitas perkuliahan di kampus pembaharu ini, semoga persahabatan ini
akan terjalin selamanya. Serta kenangan manis KKN 2007 di Cianjur Ds.
Cilubang yang tak akan pernah terlupakan.
10. Teman-teman seluruh angkatan 2004 Fakultas Dakwah dan Komunikasi atas
segala dukungannya, tetep semangat ya….kawan-kawan HMI Komfakda,
KOHATI Ciputat, HIQMA, FKMA, JJF, LSI, Al-Adzkar….Semoga
Silaturrahmi ini semakin erat sampe kakek nenek.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Walaupun demikian, skripsi ini merupakan tanggung jawab
penulis.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Jakarta, 17 Juni 2008
Penulis.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG METODE DAKWAH
MAUIDZOH HASANAH DAN AKHLAK SANTRI
A. Metode Dakwah Mauidzhoh Hasanah .................................. 15
1. Pengertian Efektifitas ...................................................... 15
2. Pengertian Metode Dakwah ............................................ 17
3. Macam-Macam Metode Dakwah ..................................... 19
4. Pengertian Mauidzoh Hasanah ........................................ 23
5. Ruang Lingkup Mauidzoh Hasanah ................................. 25
B. Akhlak Santri ........................................................................ 35
1. Pengertian Akhlak Santri ................................................. 35
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Santri ............ 36
3. Cakupan Akhlak santri .................................................... 40
a. Akhlak terhadap Allah .............................................. 40
b. Akhlak terhadap manusia ......................................... 41
c. Akhlak terhadap lingkungan ..................................... 45
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
AT-TAQWA BEKASI
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa .................. 49
B. Visi Dan Misi dan Tujuan Pondok Pesantren At-Taqwa ....... 53
C. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa .................. 55
D. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa ................... 57
BAB IV EFEKTIFITAS MAUIDZOTULHASANAH PONDOK
PESANTREN AT-TAQWA TERHADAP PERILAKU
SANTRI
A. Implementasi Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah
1. Nasihat ............................................................................ 62
2. Tabsyir wa Tandzir ......................................................... 63
3. Wasiat ............................................................................. 64
4. Kisah .............................................................................. 65
B. Temuan dan Analisis ............................................................ 65
1. Identitas Responden ....................................................... 65
2. Pembahasan hasil penelitian ........................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 85
B. Saran-saran ........................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 87
LAMPIRAN .............................................................................................. 90
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Responden berdasarkan jenis kelamin ............................................ 66
Tabel 2 Responden berdasarkan umur ........................................................ 66 Tabel 3 Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjarkan kebaikan
dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mandapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat ................................................... 67 Tabel 4 Dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus orang tua
atau pun guru/ustadz. ..................................................................... 67 Tabel 5 Syariat Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk
berdakwah sesuai dengan kadar kemampunannya .......................... 68
Tabel 6 Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai metode, tidak hanya
dilakukan di atas mimbar ............................................................... 68
Tabel 7 Mauidzoh hasanah adalah salah satu dakwah dengan cara
memberikan nasihat, bimbingan dan petuah yang baik ................... 69
Tabel 8 Mauidzoh hasanah adalah salah satu metode dakwah yang
dilakukan di berbagai pondok pesantren ........................................ 70
Tabel 9 Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat dilakukan oleh siapa
saja ................................................................................................. 70
Tabel 10 Metode dakwah mauidzoh hasanah selain dapat memberikan
siraman rohani juga dapat memberikan wawasan terhadap santri .... 71
Tabel 11 Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat mendorong santri
untuk merubah prilaku yang baik ................................................... 71 Tabel 12 Mauidzoh hasanah adalah metode dakwah yang efektif dalam
menyerukan ajaran agama di pondok pesantren ............................. 72 Tabel 13 Akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertumbuhan .................................. 73
Tabel 14 Ajaran Islam menuju kepada satu tujuan, yakni menyempurnakan akhlak agar lebih baik di dalam kehidupan
sehari-hari ...................................................................................... 73
Tabel 15 Akhlak seseorang merupakan bawaan sejak lahir ........................... 74
Tabel 16 Akhlak dapat dibentuk melalui bimbingan orang tua, guru serta
tokoh-tokoh ................................................................................... 74
Tabel 17 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak yang baik
sesama umatnya ............................................................................. 75
Tabel 18 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana
terhadap sesama muslim ................................................................ 76
Tabel 19 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah
terhadap sesama muslim ................................................................ 76
Tabel 20 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku atau
berpandangan masa depan ............................................................. 77
Tabel 21 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak mulia terhadap Allah ............................................................................... 77
Tabel 22 Islam pengajarkan kepada seluruh umatnya agar bersyukur
terhadap Allah atas nikmat yang diberikannya ................................ 78
Tabel 23 Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya agar taat dan patuh
terhadap perintah Allah .................................................................. 78 Tabel 24 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak baik terhadap
lingkungan ..................................................................................... 79 Tabel 25 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana
terhadap sesama muslim ................................................................ 80 Tabel 26 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah
terhadap sesama muslim ................................................................ 80 Tabel 27 Islam mengajarkan seluruh umatnya agar menjaga dan
memelihara lingkungan .................................................................. 81
Tabel 28 Setiap kerusakan terhadap lingkunagan manusia harus
mempertanggung jawabkannya ...................................................... 81
Tabel 29 Islam melarang umatnya agar tidak mencabut dan menebang
pohon sembarangan ....................................................................... 82
Tabel 30 Tidak ada sesuatu yang melebihi berat dalam timbangan (amal)
seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur ...... 83
Tabel 31 Seluruh umat Islam wajib mempertanggungjawabkan di akhirat
terhadap semua prilaku yang diperbuat di muka bumi .................... 83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah.1 Artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju
mundurnya ummat islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan
kegiatan dakwah yang dilakukannya.2 Karena itu al-Qur’an dalam menyebut
kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula.3 Dengan kata lain bisa kita simpulkan
bahwa dakwah menepati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama
Islam.
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut
ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan
aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung
dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan
coraknya.
Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan
dakwah bil-lisan dakwah bil-qolam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya
sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru
manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan
seluruh ajaran para Rasul-Nya.4
1 M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997, h. 8
2 Didin Hafiduddin,, Dakwah Aktual, Jakarta : Gema Insani Press. Cet. 3, 1998 h. 76.
3 Surat fushilat: 33
4 Fawaaz bin Hulail Al Suhaimi, Usus Manhaj Salaf fi Dakwah Ila Allah, Jakarta : Gema
insani Press, 1999, h. 31
Dakwah bil-lisan yaitu ajakan atau seruan dengan menggunakan
ucapan, dakwah semacam ini sering kita lihat pada seseorang yang sering
ceramah ataupun berbicara dengan tujuan ke arah kebaikan. Dakwah bil-
qolam yaitu ajakan atau seruan dengan menggunakan pena yang dituliskan di
atas kertas dengan maksud tujuan yang positif, hal ini bisa kita lihat di
berbagai media cetak atau buku-buku islami, sedangkan dakwah bil-hal yaitu
ajakan atau seruan dengan tingkah laku kita, tentunya mengarah ke jalan Allah
SWT
Efektifitas Dakwah dengan segala kegiatannya yang akurat dapat
berjalan dengan efisien dan bahkan menjadi pendorong bagi perubahan umat
ke arah yang lebih baik, bila dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan
sistematis.
Oleh karena itu untuk melakukan kegiatan berdakwah maka
diperlukan metode-metode yang representatif dengan menggunakan bahasa
yang lugas, menarik, bijaksana sehingga komunikasi menjadi menarik.
Dalam surat an-nahl ayat 125, allah berfirman:
������ ��� ������� ������ ���☺����������
�� !�#$�☺�%���& ���'()������
* +-�%�./�0�& 1234%���� 5��6 7()89&: � ;<� ��=��� �$>6 ?+@8&: 7�☺�� ;�(A 7�
B�:������� * �$>6�& ?+@8&: �CD�.�E8-☺�%���� FAG��
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. an-
nahl:125).
Dari ayat di atas dapat mengambil kesimpulan bahwa secara garis
besar metode-metode yang terdapat dalam al-Quran ada tiga, yaitu:
1. Al-hikmah.
2. Al-mau’idzoh al-hasanah.
3. Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan
Dari ketiga metode di atas salah satunya yaitu metode dakwah bil-
lisan yaitu al-mau’idzoh al-hasanah. Al-mau’idzoh hasanah yang berarti tutur
kata yang baik, nasehat yang baik dan harus dapat dirasakan oleh sasaran
dakwah sebagai suatu bimbingan ajakan dan pengarahan penuh perhitungan.
Sarana dakwah mempunyai peranan dan kedudukan yang sama jika
dibandingkan dengan komponen atau unsur dakwah yang lainnya oleh karena
itu, pentingnya sarana dakwah sebagai salah satu unsur dakwah, maka sudah
seharusnya dalam proses dakwah, unsur dakwah tersebut harus digunakan dan
dimanfaatkan secara baik, tepat dan benar.
Pesantren atau Pondok Pesantren (biasanya juga disebut pondok saja)
adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school). Para pelajar
pesantren (disebut sebagai santri) belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal
pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Dakwah yang berada di pondok
pesantren bukan hanya belajar mengajar semata, akan tetapi di dalamnya
terdapat berbagai macam metode dakwah, salah satunya yaitu dakwah dengan
menggunakan metode mauidzoh hasanah.
Mauidzoh al-Hasanah secara bahasa berarti nasehat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan. Kata hasanah merupakan akronim dari kata
sayyi’ah (keburukan), hasanah berarti kebaikan atau baik.5
Mau’izatul hasanah wa mujahadah billati hiya ahsan.” Metode ini
biasa digunakan untuk tokoh-tokoh khusus (pemimpin), misalnya para bupati, adipati, para raja, maupun para tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dasar
metode ini adalah QS An-Nahl (16): 125, yang artinya:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
Orang muslim meyakini bahwa sesama muslim adalah saudara
seagamanya, mempunyai hak-hak dan etika-etika yang harus diterapkan
terhadapnya, kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya,
karena ia berkeyakinan bahwa itu adalah ibadah kepada Allah SWT. Dan
sebagai upaya pendekatan kepadanya. Hak-hak dan etika-etika ini diwajibkan
Allah SWT kepada orang muslim agar ia mengerjakannya kepada saudara
seagamanya. Jadi, menunaikan hak-hak tersebut adalah bentuk ketaatan
kepada Allah SWT dan sebagai upaya pendekatan kepadanya tanpa diragukan
sedikit pun.
Diantara hak-hak dan etika-etika tersebut adalah sebagai berikut:
a. Berprilaku bijaksana terhadap saudara sesama muslim.
b. Berprilaku amanah terhadap saudara sesama muslim.
c. Berperilaku atau berpandangan masa depan.
5 Drs. H. Munzier Suparta, M.A, Metode Dakwah, Jakarta : Kencana, 2003, h. 17
Berdasarkan masalah diatas maka penulis berusaha membahas
mengenai :"Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam
pembinaan Akhlak Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi".
Adapun pertimbangannya bahwa metode dakwah mauidzotul hasanah di
pondok pesantren sangat memberi pengaruh terhadap prilaku santri ke arah
yang positif.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, Ada tiga metode dakwah yang
disebutkan dalam al-Qur’an, yaitu : Al-hikmah, Al-mauidzoh hasanah, Al-
mujadalah, dari ketiga metode ini tidak semua dikaji, peneliti hanya mengkaji
satu metode saja yaitu : Metode dakwah mauidzoh hasanah maka masalah
yang akan diteliti hanya dibatasai pada metode dakwah mauidzoh hasanah
dalam pembinaan akhlak santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi.
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulisan merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan oleh
Pondok pesantren at-Taqwa Bekasi?
2. Apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok
pesantren at-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang
diterapkan pondok pesantren at-Taqwa efektif terhadap pembentukan
akhlak santri?
b. Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah
diterapkan oleh pondok pesantren at-Taqwa Bekasi?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna secara akademis, yaitu
untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzah hasanah
di Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi.
b. Kegunaan Praktis
Sebagai masukan untuk para aktifis Dakwah.
D. Metodelogi Penelitian
1. Model dan Desain Penelitian
Model penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karna
pendekatan kuantitatif dapat mengahasilkan data yang akurat setelah
setelah perhitungan yang tepat. Pendekatan kuantitatif merupakan salah
satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang
dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.6
Penelitian Kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita dapat melihat
6 Syamsir Salam dan Jainal Arifin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 36
langsung sebuah keadaan. Sedangkan desain penelitian ini adalah survey
yaitu dengan mensurvey dan mengetahui efektifitas metode dakwah
mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra
Bekasi.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pondok
Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. Adapun yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah
Dalam Pembinaan Akhlak Santrinya.
3. Populasi dan Sample
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, untuk keperluan
penelitian diambil populasi dengan berpedoman pada pendapat Suharmini
Arikunto: “Apabila subjek kurang kurang dari 100 orang, lebih baik
diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %
atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat
dari segi waktu, tenaga dan dana”.7 Dalam penelitian ini yang dijadikan
populasi adalah santri at-Taqwa bekasi yang berjumlah 1000 orang.
Sample adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi.8 Dalam penelitian ini populasi 1000
7 Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 106 8 M. Iqbal Hasan, MM, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002), h. 58
orang, penulis mengambil sample 10 % dari populasi yang ada yaitu 100
orang.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian
lapangan ini menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan pengajuan pertanyaan
secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada
informan, dan jawaban-jawaban informan, dicatat atau direkam
dengan alat perekam (tape recorder).9 Dalam penelitian ini, penulis
melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah Mts At-Taqwa Putra
Bekasi untuk memperoleh data mengenai Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi.
b. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.10
Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan angket kepada Para Santri
Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi.
c. Observasi
Observasi menurut Karl Weeick mendefinisikan observasi sebagai
“Pemilihan, Pengubahan, Pencatatan dan pengodean serangkaian
prilaku dan suasana yang berkenaan dengan Organisme in Situ, sesuai
9 Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), cet. Ke-VI, h. 68 10 Ibid, h. 65
dengan tujuan-tujuan empiris.11
Metode yang digunakan oleh penulis
dalam observasi yaitu partisipatoris, yakni dengan cara terlibat dalam
metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri at-
Taqwa Bekasi.
d. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang
akan diteliti dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Dalam
penelitian ini penulis mengumpulkan data dari Buku, majalah, CD,
foto dan lain sebagainya.
5. Tehnik Pengumpulan Data
a. Editing yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah
terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat
dinyatakan, sehingga dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.
b. Tabulating yaitu memudahkan jawaban-jawaban responden ke dalam
tabel kemudian dicari presentasenya untuk dianalisis.
c. Analisa dan interpretasi, yaitu membunyikan data kuantitatif dalam
bentuk verbal (kata-kata), sehingga persentase jadi bermakna.
d. Kesimpulan yaitu penulis memberikan kesimpulan dari hasil analisis
dan interpretasi data.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus :
P = f x 100 %
N
P = besarnya persentase
11
Jalaluddin Rahmat, M. SC, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. Ke-XII, h. 83
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = jumlah frekuensi
Kemudian dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi relatif.12
Adapun pedoman penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku
“Pedoman Penuliasan Skripsi, Tesis, Dan Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.” 13
E. Tinjauan Pustaka
Dari penelitian awal ditemukan beberapa karya ilmiah baik dalam
bentuk buku maupun skripsi yang membahas objek yang hampir sama yaitu:
1. Buku Metode Dakwah berbicara secara umum tentang metode dakwah.
Menurut Al-Qur’an dalam surat an- Nahl:125
������ ��� ������� ������ ���☺����������
�� !�#$�☺�%���& ���'()������ * +-�%�./�0�& 1234%���� 5��6
7()89&: � ;<� ��=��� �$>6 ?+@8&: 7�☺�� ;�(A 7�
B�:������� * �$>6�& ?+@8&: �CD�.�E8-☺�%���� FAG��
Artinya : “Serulah manusia kepda jalan tuhanmu dengn hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalannya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-
Nahl : 125)
Dari ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga
12
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
2008), h. 43 13
Hamid Nasuhi dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi), (UIN
Jakarta: Ceqda, 2007), cet. Ke-2
cakupan, yaitu :
a. Al-Hikmah
Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi
yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang
kepada agama atau Tuhan.
Al-Hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan
tepat hingga menjadi sempurna. Menurut pendapat ini, al-hikmah
termanifestasikan ke dalam empat hal: Kecakapan manajerial,
kecermatan, kejernihan pikiran pikiran dan ketajaman pikiran.
b. Al-Mauidzoh Hasanah
Mauidzhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita
gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.
c. Al-mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan
Al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan dua
belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan
tujuan agar lawn menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat.
2. Masykur Kadir
Judul Skripsi: Manajemen pondok pesantren Miftahuddin Oe-ekam dalam
kegitan dakwah dan sosial pada masyarakat.
Secara garis besar beriri tentang :Manajemen pondok pesantren, kegiatan
dakwah dan sosial pada masyarakat dan tinjauan empiris manajemen
pondok pesantren Miftahuddin Oe-ekam.
3. Zubaedah
Judul Skripsi : Pondok Pesantren Sebagai lembaga dakwah (study kasus
pondok pesantren Nurul Huda Assuriyah Bojong Sari Sawangan Depok.
Secara garis besar berisi tentang : “Pesantren sebagai lembaga dakwah dan
analisis terhadap Pondok Pesantren Nurul Huda Assuriyah sebagai
lembaga dakwah.
4. Syaiful Alawi
Judul Skripsi : Manajemen Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
Bekasi dalam meningkatkan kualitas santri.
Secara garis besar berisi tentang : “Manajemen Strategi perumusan upaya
At-Taqwa lebih kepada kualitas santri dan evaluasi strategi.
5. Jojoh Nurendah
Judul Skripsi : Metode Dakwah Hj. Ijjah Sathari dalam pembinaan akhlak
santri bapenpori Babakan Caringin Cirebon.
Secara garis besar berisi tentang : Metode dakwah menurut Hj. Ijjah
Sathari dalam pembinan akhlak santri Bapenpori Babakan Caringin
Cirebon.
Sekilas judul-judul diatas memiliki kemiripan dengan penelitian ini tetapi
bila ditelusuri lebih jauh akan tampak perbedaanya yaitu:
1. Buku Metode Dakwah Bicara Secara Umum, mengenai ketiga metode
dakwah
2. Masykur Kadir, meneliti tentang manajemen pondok pesantren
3. Zubbaedah, meneliti tentang pondok pesantrwen sebagai lembaga
dakwah
4. Syaiful Alawi, meneliti tentang Manajemen strategi pondok
pesanten
5. Jojoh Nurendah meneliti lebih melihat kepada metode dakwah menurut
Al-Qur’an yang diterapkan Hj. Ijjah Sathari.
Sementara penelitian ini lebih terfokus pada metode dakwah mauidzoh
hasanah yang diterapkan pada pondok pesantren At-Taqwa putra bekasi.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke
dalam lima bab. Masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan
pewnulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, Meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian
dan Analisis data, Tinjauan Pustaka, serta sistematika penulisan.
BAB II : Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah dan Akhlak Santri
(Kerangka teori), Meliputi pengertian metode dakwah mauidzoh
hasnah, ruang lingkup mauidzoh hasanah, pengertian akhlak
santri, Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
dan cakupan khlak santri.
BAB III : Gambaran Umum Pondok Pesantren At-Taqwa Putri Bekasi,
Meliputi Sejarah Berdirinya pondok pesantren, visi dan misi,
Latar Belakang Berdirinya pondok pesantren, struktur organisasi
serta sistem pendidikan pondok pesantren .
BAB VI : Temuan Lapangan dan Analisis, Meliputi : Metode dakwah
mauidzoh hasanah pada pondok pesantren at-taqwa putra bekasi,
faktor pendorong dan penghambat dalam menjalankan kegiatan
metode dakwah mauidzoh hasanah, respon santri terhadap
kegiatan-kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah.
BAB V : Penutup, Meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
TENTANG EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH
HASANAH DAN AKHLAK SANTRI
C. Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah
1. Pengertian Efektifitas
Kata efektivitas mempunyai beberapa arti. Dalam Kamus besar
bahasa Indonesia menyebutkan tiga arti efektifitas, arti pertama adalah
adanya suatu efek, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya. Arti kedua
manjur atau mujarab dan arti ketiga dapat membawa hasil atau hasil guna.
Kata efektif juga diambil dari kata efek yang artinya akibat atau
pengaruh, dan kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat dari
sesuatu. Jadi efektivitas ialah keberpengaruhan atau keberhasilan setelah
melakukan sesuatu.14
Secara bahasa efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti
akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau
adanya akibat serta penekanannya, jadi sesuatu. Jadi “efektifitas” berarti
keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah
melakukan sesuatu)15
. Sedangkan menurut ensiklopedi umum, efektifitas
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), Cet. Ke-7, edisi ke-2, h. 250 15
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 1995, cet. Ke-7, edisi 3, h. 250
menunjukan taraf tercapainya turut usaha dikatakan efektif kalau usaha itu
mencapai tujuannya secara ideal ke efektifan adalah pencapaian prestasi
dari tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.16
Menurut John. M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus bahasa
Inggris-Indonesia secara etimologi efektivitas berasal dari kata efektif
yang artinya berhasil guna.17
The Oxford English Dictonary mengartikan efektivitas sebagai The
Quality of being effective. In various sebse. Efectivity the quality or state
being effective and power to be effective. Secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau
bidang. Efektifitas ialah status mutu menjadi efektif dan menggerakan
untuk bisa efektif.18
Dalam kamus umum bahasa Indonesia efektivitas merupakan
keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam
pencapaian tujuan.19
Menurut Dennis Mc Quail efektivitas secara teori komunikasi
berasal dari kata efektif. Artinya terjadinya suatu perubahan atau tindakan,
sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Dan perubahan terjadinya dalam
16
A. b. pridodgdo, Hasan Shadily, ensiklopedi umum, (yogyakarta: kanisius, 1990) cet
ke-8, h. 296 17
John. M. Echols dan Hasan Syadily, kamus inggris-indonesia, (Jakarta: PT Gramedia.
Pustaka Utama, 1990), Cet. Ke-8, h. 207 18
Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford: The Clarendom Press, 1978),
Vol. III, P. 49 19
Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT. Indah 1995), Cet. Ke-1, h.
742
segi hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan
tersebut.20
Peter. F. Drucker merupakan salah satu tokoh yang memberikan
perhatian besar terhadap efektivitas. Menurutnya bahwa efektivitas itu
dapat dan harus dipelajari secara sistematis, sebab ia bukanlah bentuk
sebuah keahlian yang lahir secara ilmiah. Efektifitas kerja dapat
diwujudkan melalui sebuah rangkaian kerja, latihan yang intens, terarah
dan sistematis, bekerja dengan cepat sehingga menghasilkan kreativitas.21
Efektivitas juga merupakan teknologi pekerja ilmu yang bersifat
khusus dalam sebuah organisasi untuk itu diperlukan kecakapan, kemauan
bekerja, dan yang terpenting bukan sekedar memastikan apakah suatu
pekerjan dan pelaksanaan tugasterselesaikan sebagaimana mestinya.
Kecakapan kerja dapat diukur dengan meningkatkan output dalam sektor
pekerjaan. Dan pengukuran kerja sesuai dengan maksud dan tujuan
merupakan faktor besar dalam membentuk lingkungan kerja yang mampu
melahirkan efektivitas secara keseluruhan.22
Menurut F.X. Suwarto, keefektifan berasal dari kata dasar efektif
yang artinya ada efek, pengaruh, akibat dan kesan seperti manjur, mujarab
dan mempan dan juga mempunyai arti dalam penggunaan metode atau
20
Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta : Erlangga Pratama,
1992), h. 281 21
Peter. F. Drucker, Bagaimana Menjadi Eksekutip Yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1986), h. 5. 22 Ibid, h. 7
cara, sarana atau alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna
atau mencapai hasil yang optimal.23
Menurut Gibson, James L, Wancevich, John M, Donelly
Pengertian efektifitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan
prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka
yang diharapkan atau prestasi yang standar. Maka akan makin efektif
dalam menilai mereka.24
Sementara itu efektifitas juga menunjukan taraf tercapainya tujuan.
Usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal
efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti
misalnya: Usaha X, 60% dalam mencapai tujuan Y.25
Dari pengertian-pengertian efektivitas dapat disimpulkan menurut
beberapa sumber di atas, bahwa secara umum efektifitas diartikan sebagai
adanya suatu pengaruh, akibat, kesan. Efektifitas tidak hanya sekedar
memberi pengaruh atau pesan akan tetapi berkaitan juga dengan
keberhasilan tujuan, penetapan standar, profesionalitas, penetapan sasaran,
keberadaan program, materi, berkaitan dengan metode atau cara, sarana
atau fasilitas dan juga dapat memberikan pengaruh.
23
F. X. Suwarto. Prilaku Organisasi, (Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1 24
F.X. Suwarto, Enslikopedia Nasional, Jilid II, (CES-HAM), (Jakarta: Ictiar Baru Van
Hoeve, 1980), Jilid II, (CES-HAM), h..134 25
F.X. Suwarto, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989),
Jilid V, E, FX, h. 12
2. Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan, cara).26 Dengan demikian kita dapat artikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari
bahasa jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa
yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa
arab disebut thariq.27
Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara
yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu
maksud.
Sarana dakwah sebagai salah satu komponen dakwah banyak
macamnya. Salah satu diantaranya adalah pondok pesantren. Pendidikan di
dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-
Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-
kaidah tata bahasa bahasa Arab. Istilah Pondok sendiri berasal dari Bahasa
Arab (وق���, funduuq), sementara istilah Pesantren berasal dari kata pe-santri-
an.28
Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuan
adalah sebagai berikut:
26
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1991), Cet. I, h. 61 27
Drs. H. Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), 1996, Cet. Ke-1, h.
35. 28 Google, Pondok Pesantren, 5 Maret 2008
1. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses Menghidupkan
suatu peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat
dari satu keadaan kepada keadaan lain.29
2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka
berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka
mandapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.30
Pendapat ini juga selaras
dengan pendapat al-Gazali.31
Bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah
inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam.
Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode
dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang.32 Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan
dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented
menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
3. Macam-Macam Metode Dakwah
Allah SWT Berfirman dalam Q.S. An-nahl :125
������ ��� ������� ������ ���☺���������� �� !�#$�☺�%���&
���'()������ * +-�%�./�0�& 1234%���� 5��6 7()89&: � ;<�
��=��� �$>6 ?+@8&: 7�☺�� ;�(A 7�
29
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia; Nur Niaga SDN. BHD. 1996), Cet. I, h. 5
30 Abdul Kadir Syaid Abd. Rauf, Dirasah Fid dakwah al-Islamiyah, (Kairo; Dar El-
Tiba’ah al-mahmadiyah, 1987), Cet. I, h. 10. 31
Beliau adalah seorang ulama besar, pemikir muslim zaman klasik, hidup sampai awal
abad ke-12, pendapatnya dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu Ihya Ulumuddin 32 Toto Tasmara, Kmunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama), Cet 1, 1997 h. 43.
B�:������� * �$>6�& ?+@8&: �CD�.�E8-☺�%���� FAG��
Artinya : “Serulah manusia kepada jalan tuhanmu yang hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang ledih mengetahui
tentang siapa yang tersesat di jalanya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-
Nahl;125)
Dari Ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi
tiga cakupan, yaitu:
1. Al-Hikmah
Kata “Hikmah” dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali
baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah
“hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah dari
kedzoliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti
menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas
dakwah.
Menurut al- Ashma’i asal mula didirikan hukumah
(pemerintahan) ialah untuk mencegah manusia dari perbuatan dzalim.
Maka digunakan istilah Hikmatul Lijam, karena Lijam (cambuk atau
kekang kuda) itu digunakan untuk mencegah tindakan hewan.33
Al- Hikmah juga berarti tali kekang pada binatang sebagaimana
dijelaskan dalam kitab Misbahul Munir. Diartikan demikian karena tali
kekang itu membuat penunggang kudanya dapat mengendalikan
kudanya sehingga si penunggang kuda dapat mengaturnya baik baik
untuk perintah lari atau berhenti. Dari kiasan ini maka orang yang
33 Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, 12/141
memiliki hikmah berarti orang yang mempunyai kendali diri yang
dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang bernilai atau menurut
Ahmad bin munir al-Muqri’ al-fayumi berarti dapat mencegah dari
perbuatan yang hina.34
Orang yang mempunyai hikmah disebut al-hakim yaitu orang
yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu.
Kata hikmah juga sering dikaitkan dengan filsafat. Karna filsafat juga
mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu.
Prof. DR. Toha Yahya Umar, M.A., mengartikan meletakan
sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan
mengatur dengan cara sesuai keadaan zaman dengan tidak
bertentangan dengan larangan Tuhan.35
Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi
yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian
orang kepada agama atau Tuhan.
Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling
tepat adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang
mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran
dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan pengalamannya.
Hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami al-Qur’an,
mendalami syariat serta hakikat iman.36
34
Ahmad bin Muhammad al-Muqrib’al al-fayumi, al-Misbahul munir, h.120. 35
Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35. 36 Ibnu Qoyyim, At-Tafsirul Qoyyim, h. 226.
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, arti
hikmah, yaitu dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan
pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan
keraguan.37
Dari beberapa pegertian di atas, dapat difahami bahwa al-hikmah
adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih,memilah dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Di
samping itu juga al-hikmah merupakan kemampuan da,I dalam
menjelaskan dokrin-dokrin Islam serta realitas yang ada dengan
argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-
hikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara
kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.
2. Al-Mauidzoh Al-Hasanah
Terminologi mauidzoh hasanah dalam persfektif dakwah
sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca
dakwah atau tablig) seperti maulid Nabi dan Isra’Mi’roj, istilah
mauidzoh hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan-sebutan
”acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara. Namun
demikian supaya tidak menjadi kesalahfahaman, maka akan dijelaskan
pengertian mauidzoh hasanah.
Secara bahasa, mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh
dan hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu,
`37 Hasan Fadhullah, op. cit, h. 44.
wa’dzan-idzatan yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan
peringatan.38
, sementara hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah
yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.
3. Al-Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan.
Dari segi etimologi (Bahasa) lafazh mujadalah terambil dari
kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan
alif pada huruf jim yang mengikuti wajan Faa’ala, “jaa dala” dapat
bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.39
Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengingatnya
guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik
dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan
pendapatnya melalui argumantasi yang disampaikan.40
Dari segi istilah (Terminologi) terdapat beberapa pengertian al-
Mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. (al-Hiwar) berarti upaya tukar
pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya
suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara
keduanya.41
. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi
38
Lois Ma’luf, Munjid fi al-Lugah wa A’lam (Beirut: Dar Fikr.1986) h. 907, Ibnu
Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirud: Dar Fikr, 1990) h. 466. 39
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Besar Bahasa Arab, (Jakarta: Pustaka Progresif,
1997), Cet. Ke-14, h.175. 40
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, 2000, Cet. Ke-1, h.553. 41
World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fii Ushulil Hiwar, M aktabah Wahbah
Cairo, mesir, diterjemahkan oleh Abdus Salam M. dan Muhil Dhafir, dengan judul terjemahan
“Etika Diskusi, Era Inter Media, 2001, Cet. Ke-2, h. 21.
ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan
dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.42
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-
Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat.
B. Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah
Pengertian Mauidzoh hasanah
Terminologi mauidzoh hasanah dalam perspektif dakwah sangat
popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah atau
tablig) seperti maulid Nabi dan Isra’Mi’roj.
Secara bahasa, mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh dan
hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu, wa’dzan-idzatan
yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan.43
, sementara
hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya
kejelekan.
Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain:
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi yang dikutif oleh H.
Hasanuddin adalah sebagai berikut:
42
Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Hiwar Fil Islam, Dar al-Nahdhah, Mesir,
diterjemahkan oleh zuhaeri misrawi dan zamroni kamal. (jakarta: azan, 2001), cet. Ke-1. Pada kata
pengantar. 43
Lois Ma’luf, Munjid fi al-Lugah wa A’lam (Beirut: Dar Fikr.1986) h. 907, Ibnu
Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirud: Dar Fikr, 1990) h. 466.
Al-Mauidzhoh Al-Hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak
tersembunyi bagi mereka, bahwa enkau memberikan nasihat dan
menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.44
Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mauidzhah al-hasanah merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah
dengan memberi nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka
mau berbuat baik.45
Mauidzhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsure bimbingan, pendidikan, pengajaran, kosah-kisah, berita
gembira, peringatan, persan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Dari beberapa definisi di atas, Mauidzhoh hasanah tersebut bisa
diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:
a. Nasihat atau petuah.46
b. Bimbingan, pengajaran (pendidikan)47
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir)
44
Hasanuddin, SH., Hukum Dakwah (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 37. 45
Abd. Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah FI ingkar al-Mungkar (Kuwait: Dar al-
Dakwah,1989) h. 260. 46
Nasihat bisaanya dilakukan oleh orang yang levelnya lebih tinggi kepada yang lebih
rendah, baik tingkatan umur, maupun pengaruh, misalnya nasihat orang tua kepada anaknya,
Perhatikan QS. Lukman:13 yang artinya: “dan ingatlah ketika luqman berkatakepada anaknya,
yaitu memberikan mauidzhoh (nasihat) kepadanya: hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mewmpersekutukan Allah adalah kedzaliman yang amat
besar”. 47
Mauidzhoh hasanah dalam bentuk bimbingan, pendidikan dan pengajaran iniseringkali
digunakan dalam bentuk kelembagaan (institusi) formal dan non formal, misalnya; mauidzhoh
Nabi kepada umatnya, guru kepada muridnya, Kyai kepada santrinya, mursyid kepada
pengikutnya, dll.
e. Wasiat (pesan-pesan positif)
Menurut K. H. Mahfudz kata tersebut mengandung arti:
1. Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya.
2. Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya sehingga
menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali kejalan Tuhannya
yaitu jalan Allah SWT.
Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad an-
Nasafi, kata tersebut mengandung arti al-Mauidzhoh al-hasanah adalah
(perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa enkau
memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan al-Qur’an.
Jadi kalo kita telusuri kesimpulan dari mauidzhoh hasanah, akan
mengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak
membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah
lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras
dan menjinakan kalbu yang liar, dan lebih mudah melahirkan kebaikan
dari pada larangan dan ancaman.
4. Ruang Lingkup Mauidzoh Hasanah
Diantara ruang lingkup metode mauidzhoh hasanah ialah:
1) Nasihat
2) Tabsyir Wa Tandzir
3) Wasiat
4) Kisah
1. Pengertian Nasihat
Kata nasihat berasal dari bahasa arab, dari kata kerja “Nashaha”
yang berarti khalasha yaitu murni dan bersih dari segala kotoran, juga
berarti “khata” yaitu penjahit. Dan dikatakan bahwa kta nasihat berasal
dari kata Nashaha arjulahu tsaubahu (Orang itu menjahit pakaianya)
apabila dia menjahitnya, maka mereka mengumpamakan perbuatan
penasehat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasehatinya
dengan jalan memperebaiki pakaiannya yang robek.
Sebagian ahli ilmu berkata nasihat adalah perhatian hati terhadap
yang dinasehati siapapun dia. Nasihat adalah saru cara dari al-mauidzhah
al-hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada
sangsi dan akibat. Al-Asfahani memberikan pemahaman terhadap term
tersebut dengan makna al-mauidzhoh merupakan tindakan mengingatkan
seseorang dengan baik dan lemah lembut agar dapat melunakan hatinya.
Dan apabila ditarik suatu pemahaman bahwa al-mauidzhoh hasanah
merupakan salah satu manhaj dalam dakwah untuk mengajak kejalan
Allah dengan cara menggunakan nasihat.
Secara terminology Nasihat adalah memerintah atau melarang atau
menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Pengertian
nasihat dalam Kamus Bahasa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan
petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang
benar dengan cara melunakan hati. Nasihat harus berkesan dalam jiwa atau
mengikat jiwa dengan keoimanan dan petunjuk. Allah berfirman: (QS.
Annisa: 66).
#$ %�& �HI&: �JK#L�M⌧O #PR#S@�
�<&: *�T$>@M�V�� #P��()!WI&: &&: *�$0X�Y�� 7�Z P�O[X/�\�� �;Z $>@�> ] ^_� ���@ V #PaR�b�cZ * #$ %�& #PaR;d&: *�$>@�> ] ��Z �<$e!�$\ B�9�� �<V � % �'S#X�Y #PfgL h.⌧4&:�& �iEj���k F���
Artinya: “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pengajaran
yang diberikan kepada mereka tentulah hal yang demikian itu
lebih baik bgi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”.
(QS.an-Nisa:66)
A. Nasihat Dalam Perspektif Al-Qur’an
Perintah saling menasehati ini dapat kita lihat pada beberapa ayat
al-Qur’an diantaranya:
Dalam Surah al-Ashr ayat 1-3
�SF�>�%���& FA� ;<�
Y7/()op5�� qr % sS8h�Y FG� ^_�
�CD�V4t�� *�$'�Z���
*�$>@�☺��& �p/� �@/uv%��
*�#$(w��$ �& �6x� �%����
*�#$(w��$ �& �S#%uv%����
F[�
“Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian
kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal soleh dan saling
menasehati tentang kesabaran”. (Q.S. al-Ashr ayat 1-3)
Dalam ayat ini ada dua hal yang diminta untuk diwasiatkan yaitu
al-haq dan as-shobru.
Al-haq dari segi bahasa berarti sesuatu yang mantap tidak berubah
apapun yang terjadi. Allah adalah al-haq karena tidak mengalami
perubahan. Nilai-nilai agma juga adalah al-haq. Seperti Nabi Mengatakan
: agama itu adalah nasihat. Allah SWT. Adalah al-haq, karena itu
sebagian para pakar tafsir, memahami kata al-haq dalam ayat ini dengan
arti yakni bahwa manusia hendaknya saling ingat mengingatkan tentang
keberadaan, kekuasaan, keesaan Allah serta sifat-sifat lain-Nya. Hal-hal
yang diwasiatkan dalam al-Qur’an antara lain adalah :
a) Pelaksanaan agama, bersatu padu, tidak bercerai berai.
b) Bertaqwa kepada-Nya. (Q.S. An-Nisa : 13)
c) Berbuat baik kepada orang tua, khususnya kepada ibu. (Q.S. Luqman : 1
d) Beberapa perincian ajaran agama seperti : pembagian harta warisan (Q.S.
An-Nisa : 11), Sholat dan zakat.
e) Sepuluh hal yang disebutkan dalam surah al-An’am ayat 151-153 yaitu :
1. Jangan mempersekutukan-Nya 2. Berbuat baik kepada ibu-bapak, 3.
Jangan membunuh anak, 4. Jangan mendekati zinah. 5 Jangan membunuh
kecuali dengan cara yang syah dan dibenarkan, 6. Jangan menyalah
gunakan harta anak yatim, 7-8. Menyempurnakan timbangan dan takaran,
9. Percakapan atau sikap hendaklah secara benar dan adil, 10. Memenuhi
perjanjian yang dikuatkan atas nama Allah.
2. Pengertian Tabsyir wa tandzir
Adapun tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang
berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti
dakwah.48
Di dalam al-Qur’an, kata tabsyir banyak disebutkan, menurut Muhammad
Abdul Baqi’ kata tabsyir atau mubasyir disebutkan selama 18 kali.49 Dari
sekian banyak tabsyir, semuanya diartikan dengan “kabar gembira atau berita
pahala”, hanya saja bentuk berita gembiranya beragam, antara lain kabar
gembira dengan syariat Islam, kabar gembira dengan datangnya Rasul, kabar
gembira tentang akan turunya al-Qur’an dan kabar gembira tentang syurga.
Dalam kontek dakwah, sesungguhnya bentuk kabar gembira tidak harus
menggunakan kata tabsyir, tetapi apa saja yang bisa membawa rasa gembira
bagi orang yang mendengarnya sehingga bisa dijadikan motivasi untuk
meningkatkan beribadah dan amal shaleh.
Kata tandzir atau indzar secara bahasa berasal dari kata na-dza-ra menurut
Ahmad bin faris adalah suatu kata yang menunjukan untuk penakutan
(takhwif)50.
Adapun tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian
dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap manusia
tentang adanyakehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.51
48
Ali Mustafa Ya’kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus,
1997), h. 50 49
Abdul Baqi’ Muhammad Fuad, al-mu;jam al-mufahras li alfadz al-Qur’an al-karim
(Cairo : Dar al-Kutub al-Misriyah) h. 120. 50
Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam al maqayis fi al-lugah, (Beirut : Dar Fikr, 1994),
h. 1021 51
Ali Mustafaa Ya’kub, Sejarah dan Metoda Dakwah Nabi, (Jakarta : PT. Pustaka
Firdaus, 1997), h. 49
Menurut pemakalah tandzir adalah ungkapan yanga mengandung
unsur peringatan kepada orang yang tidak beriman atau kepada
orang yang melakukan perbuatan dosa atau hanya untuk tindakan
preventif agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa dengan dengan
bentuk ancaman berupa siksaan di hari kiamat.
Di dalam al-Qur’an istilah tandzir biasanya dilawankan
dengan kata tabsyir (QS. AL-Baqarah : 19, al-Maidah : 19)
�&&: y@z�(v⌧O Y7�cZ
��t��☺))%�� �9��]
p/�{>@! 1.8���&
|#X���& �<$>@�>�- }
�3!c�>��/(w&: T�C
PRd� ~��� Y7�cZ
�x��$uv%�� ��⌧��
�P#$�☺�%�� � �t���&
�e���>� �CD[X�W/ ��%����
FA�� FA��
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan
kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban)
tewntang penghuni-penghuni neraka.
���6&�H/�\ 2@/�Eq��%�� 8. V
#P�O��tV�7 ��'�%$���
C�c���\ #P�� % ��
LJ�S�� ] Y7�cZ ����X%��
<&: *�$�%$! ��Z
��I��tV�7 O7�Z %SX��J� �_�&
%X\2��I * 8. ] P�O��tV�7
SX��J� ⌦X\2��I�& � �t���&
�� ����O :�1⌧� ⌦X\�. V
FA��
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah dating kepada kamu Rasul
kami, menjelaskan (Syari’at Kami) kepadamu ketika terputus
(Pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak ,mengatakan : “Tidak
dating kepad kami bauk seorang pembawa berita gembira maupun
seorang pemberi peringatan”. Sesumgguhnya telah dating
kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
3. Wasiat
Pengertian wasiat secara etimologi berasal dari bahasa arab,
terambil dari kata Washa-Washiya-Wasihiatan, yang berarti “pesan
penting berhubungan dengan sesuatu hal.52
Pendapat lain mengatakan kata wasiat terambil dari kata Washa-
Washiayyatan, yang berarti : berpesan kepada seseoang yang bermuatan
pesan moral.53
Secara terminology ada beberapa yang akan dikemukakan berikut ini :
- Wasiat : Sekumpulan kata-kata yang berupa peringatan, support dan
perbaikan”.54
.
- Wasiat : Pelajaran tentang amar ma’ruf nahi mungkar atau berisi
anjuran berbuat baik dan ancaman berbuat jahat.55
- Wasiat : Pesan kepada seseorang untuk melaksanakan sesuatu sesudah
orang berwasiat meninggal disampaikan kepada seseorang.56
- Wasiat : Ucapan yang mengandung perintah tentang sesuatu yang
bermanfaat dan mencakup kebaikan yang banyak.57
52
Lois Ma’luf, Kamus Munjid, Fi lughah Wa al-A’lam, (Beirut : Dar al- Masyriq, 1986),
h. 9091 53
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir, (Yogyakarta : Pustaka Progresif,
1984), h.1563 54
Selin bin Ie’d al-Hilali, Min Washaya al-Salafi, (Edisi Indinesia), (Jakarta : Pustaka
Azzam, 1999), h. 14. 55
Madji al-Syayid Ibrahim, 50 Washiyyat min Washaya al-Rasulullah li al-Nisa’ (Edisi
Indonesia). (Semarang : Cahaya Indah, 1994), h. ix-x. 56
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990), h.
584
Berdasarkan definisi di atas maka wasiat dapat dibagi pada dua
katagori, yaitu : 1) Wasiat orang masih hidup kepada orang hidup, yaitu
berupa ucapan, pelajaran, arahan tentang sesuatu.58 2) Wasiat orang yang
telah meninggal (ketika menjelang ajalnya tiba) kepada orang masih hidup
berupa ucapan atau berupa harta benda atau warisan.
Oleh karena itu, pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah :
Ucapan berupa arahan.(taujih) kepada orang lain (mad’u) terhadap sesuatu
yang belum dan akan terjadi (amran sayaqa Mua’yan).
Materi Wasiat
Ketepatan memberikan materi wasiat juga tidak kalah pentingnya
untuk diperhatikan. Materi wasiat yang diberikan kepada objek dakwah
adalah materi wasiat berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits, maka materi
wasiat dapat dikatagorikan sebagai berikut :
a. Materi secara umum
Materi secara umum adalah materi yang berupaya menggiring mad’u
menuju ketakwaan, yang pada giliranya mampu berorientasi hidup
bersih. Hal ini berdasarkan pada QS. : an-Nisa : 1 dan 131 dan al-
ahzab : 1.
b. Materi secara khusus
57
M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid II, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), h. 584 58
Abu Abdullah bin Furaihan al-Harits, Al-Ajwibah al-mufidat ‘an-al-asillah al-Manahij
al-jadidah, (Edisi Indinesia), (Surakarta : Yayasan Madinah, 1997), h. 31.
Materi secara khusus wasiat berdasarkan QS. Al-hasr : 3. Wasiat ini
menurut para musafir diperuntukan bagi umat masa lalu dan umat
masa sekarang.59 Diantara Materi wasiat itu adalah:
1. Larangan menyekutukan Allah
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua
3. Larangan menghilangkan nyawa orang lain
4. Larangan berbuat keji baik terang-terangan maupun tersembunyi
5. Larangan menggunakan harta anak yatim dengan jalan yang tidak
benar
6. Perintah menepati janji
7. Perintah berkata dengan baik
8. Perintah bersabar
9. Perintah menegakkan kebenaran
10. Perintah saling menyayangi
Perlu diperhatikan dalam penyampaikan materi tersebut harus
menyentuh akal dan perasaan. Seorang da’i harus menggugah daya nalar
mad’u dan menggugah daya ingat untuk selalu berbuat kebaikan. Begitu
juga seorang da’i harus mampu menajamkan perasaan mad’u untuk selalu
istiqomah dalam menjalani perintah Allah.
4. Kisah
A. Pengertian Qashash
59 Zamkasyari, Tafsir al-Kasyaf (kairo: Dar al-fikr:t.th ), h. 77.
Secara epistimologis lafadz qashash merupakan bentuk jamak dari
kata Qishah, lafazh ini merupakan bentuk masdar dari dari kata qassa ya
qussu.60
Dari lafazh qashash berarti menceritakan 2. lafazh qashash
mengandung arti menelusuri/mengikuti jejak.
Makna qashash dalam sebagian besar ayat-ayat berartikan kisah
atau cerita,61
sedangkan ayat-ayat yang berbicara menggunakan lafazh
qashash ternyata juga muncul dalam konteks cerita atau kisah tentang nabi
musa as.
Secara terminologis qashash berarti :
1. Menurut Abdul Karim al-Khatib, kisah-kisah al-Qur’an adalah berita
al-Qur’an tentang umat terdahulu.62
2. Kisah-kisah dalam al-Qur’an yang menceritakan ihwal umat-umat
terdahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.63
B. Macam-macam kisah
Al- Qur’an bagi umat Islam merupakan petunjuk untuk orang-
orang yang bertakwa dan juga sebagai sebuah pedoman hidup, ajaran-
ajaran yang dikemukakan dalam berbagai bentuk seperti perintah, larangan
60
Ibnu Mandzur Lisanul Arab 12/148 61
DR. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori pendidikan berdasarkan Al-qur’an,
(Jakarta : Rineka Cipta 1994, Cet II), H. 205. 62
Mustafa Muhammad Sulaiman, Al-Qishash fi al-Qur’an al-Karim, (Mesir: Mathbah
al- Amanah, 1994) h. 4. 63 Abdul DJalal H. A. Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), h. 296
dan lain-lain dikemukakan secara langsung maupun tidak langsung.64
Bentuk ajaran langsung dapat dilihat dari ayat-ayat perintah atau larangan
sedang yang tidak langsung dapat dilihat dari besarnya bagian al-Qur’an
yang dikemukakan dalam bentuk kisah.65
Dalam bentuk kisah yang bermacam-macam maka para ahli
mewngklasifikasikan muatan kisah-kisah dalam al-Qur’an.
Manna Khalil al-Qatthan membagi kisah-kisah al-Qur’an ke dalam
tiga bentuk :
1. Kisah para nabi menyangkut dakwah mereka dan tahapan-tahapan
serta perkembangannya, mukjizat mereka, posisi para penentang,
akibat orang-orang yang percaya dan yang mendustakan mereka dan
lain-lain.
2. Kisah peristiwa-peristiwa masa lalu dan pribadi-pribadi yang tidak
diketahui secara pasti apakah mereka nabi atau bukan, misalnya kisah
Thalut vs jalut.
3. Kisah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Seperti
perang badar, uhud khandak dan lain-lain.66
Dalam hal serupa dikemukakan oleh Abd. Djalil tentang pembagian
kisah sebagai berikut:
a. Qashash jika ditinjau dari segi waktu
64
M. Quraish Shihab, Secerca Cahaya Ilahi, (Jakarta: Mizan, 2000, Cet. I), h. 13 65
A. Hanafi MA, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah Al-Qur’an, (Jakarta :
Pustaka al-Husna 1984), h. 317 66
Mustafa Muhammad Sulaiman Al-Qishas fi al-Qur’an al-Karim (Mesir :Maktabah al-
Amanah, 1994), h. 21
Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam al-Qur’an ada tiga macam :
� Kisah hal-hal gaib pada masa lalu, yaitu kisah yang
menceritakan kejadian-kejadian gaib yang sudah tidak bisa
ditangkap panca indra, dan terjadi dimasa lampau, seperti
kisah-kisah para nabi.67
� Kisah hal-hal yang gaib pada masa kini, yaitu kisah yang
menerangkan hal-hal yang gaib pada masa sekarang (meski
sudah ada sejak dahulu dan masih akan tetap ada sampai pada
masa yang akan datang), dan yang mengingkap rahasia orang-
orang munafik.68
� Kisah hal-hal yang gaib pada masa yang akan datang yang
belum pernah terjadi pada waktu turunya al-Qur’an, kemudian
peristiwa itu betul-betul terjadi.69
b. Qashash ditinjau dari segi materi
� Kisah para nabi, mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka
dan pemenang serta pengikut mereka.
� Kisah orang-orang yang belum tentu nabi dan kelompok-
kelompok manusia tertentu, seperti kisah Lukmanul Hakim,
Ashabul Kahfi dan lain-lain.
C. Akhlak Santri
67
Kisah Nabi Adam al-Baqarah : 30-39., Saleh, Luth, Musa : al-A’raf : 59-171. 68
Kisah-kisah ini mencakup kisah yang mewnceritakan tentang Allah dan segala sifat-
Nya (Surah al-Mu’minun : 91 dan al-Baqarah : 156) dan sebagainya. 69 Kisah kemenangan bangsa Romawi atas Persia (Surah Ar-rumm : 1-4).
1. Pengertian Akhlak Santri
Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari “khuluq” yang
bermakna budipekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.70
Istilah tersebut juga memiliki segi-segi persesuaian dengan istilah
“khuluq” sebagai masdar yang berkaitan dengan isim fa’ilnya yakni juga
berhubungan dengan isim maf’ulnya ”makhluqun” ditinjau dari vertikal
dan horizontal.71
Menurut Syekh Saleh Syadi, akhlak adalah agama, karena siapa-
siapa yang yang akan memberi bekal tentang akhlak berarti ia telah
memberi bekal dengan agama.
Menurut Baginda Rosulullah SAW.” Bahwa akhlaknya adalah al-
Qur’an. Sebagaimana Allah Berfirman dalam surah al-Qolam ayat 4 yang
artinya: ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti yang Agung”.
(QS. Al-Qolam: 4).
Sedangkan menurut Zakiyah Dradjat. Akhlak adalah kelakuan yang
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan,
dan kebisaaan yang menyatu bentuk satu kesatuan tindak akhlak yang
ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang bik
dan mana yang buruk.72
70
Louis Ma’luf, al-Mnjid fial-lughah Waal-i’lam, (Beirut: Dar i-masyiriq, 1989), Cet.
Ke-28, h. 164 71
Sudarsino, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakrta: Bina Aksara, 1989), Cet.
Ke—I, h. 125
72
Zakiyah Dradjat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah, (Jakarta: CV Ruhama,
1995), Cet. Ke-2, h.10.
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Ihya Ulum Ad-Din”
mengatakan: “Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pikiran dan pertumbuhan”.73
Dan menurut Aris Ibrahim dalam bukunya “Al-Akhlaq”
merumuskan penertian akhlak sebagai berikut: Akhlak adalah kebisaaan
kehendak yang dibisaakan, yakni bahwa kehendak itu juga dibisakan akan
sesuatu, maka kebisaan itu disebut akhlak.74
Akan tetapi, pada dasarnya tidak ada perbedaan sama sekali antara
beberapa definisi yang dikemukakan di atas, bahwa akhlak diartikan
dengan penilaian baik atau buruknya terhadap perbuatan manusia. Dan
akhlak dan budi pekerti dsapat dikatakan sebagai kondisi-kondisi sifat
yang telah meresap dalam jiwa yag menjadi kepribadian. Apabila dari
kondisi ini menimbulkan. Perbuatan baik dan terpuji, maka ia akan
dinamakan budi pekerti yang mulia (akhlakul karimah), apabila dari
kondisi menimbulkan perbuatan buruk maka dinamakan budi pekerti yang
jahat dan tercela (akhlakul-karimah).
Sedangkan keutamaan akhlak yaitu didalam keseluruhan ajaran
Islam akhlak menepati kedudukan yang paling istimewa dan sangat
penting. Dan ini menjadi ciri utama bagi seorang muslim didalam
kehidupannya. Seperti keutamaan Nabi yang diutus untuk
menyempurnakan akhlak umatnya. Dimuka bumi ini sabda Rasulullah
73
Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din, (Beirut: Daar al-Fikr, 1989), Jilid III, h.58. 74 Aris Ibrahim, al-Mu’jam al-Wasit, (mesir: Daarul Ma’arif, 1972), Cet. Ke-II, h. 202.
dalam sebuah hadist yang artinya “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak mulia”.75
Apabila mempelajari seluruh ajaran Islam, tentu akan memperoleh
hikmah. Hikamah yang terkandung didalamnya, dan akan mendapatkan
kesimpulan bahwa seluruh ajaran Islam menuju kepada satu tujuan, yakni
menyempurnakan akhlak agar lebih baik didalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Menurut H.M Arifin dalam bukunya filsfat pendidikan Islam
berpendapat bahwa: “faktor yang mempengaruhi akhlak anak ada dua fisik
yang meliputi faktor dalam yaitu intelektual dalam hati (rohaniyah) yang
dibawa anak sejak lahir dan faktor dari luar adalah kedua orang tua
dirumah, guru disekolah serta tokoh-tokoh, serta kerja sama yang baik
antara tiga lembaga pendidikan tersebut. Maka aspek kognotif
(pengetahun) dan psikomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan akan
terbentuk pada diri anak. Dan inilah yang selanjutnya dikenal dengan
istilah manusia seutuhnya.76
Menurut Abudin Nata, bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan akhlak dapa khususnya dan pendidikan pada
umumnya, terdapat tiga aliran. Pertama aliran Nativisme, kedua
empirisme, dan ketiga konvergensi.
75
M. Ali Ustman, Hadist qudsi, (bandung: CV diponegoro. 1975), cet. Ke-20, h. 357 76
H. M. Arifin, filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-IV, h.
60
a. Menurut aliran Nativisme, bahwa faktor-faktor yang paling
mempengaruhi terhadap diri seseorang itu adalah faktor pembawaan
dari dalam, berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika
seseorang sejak lahir memiliki kecenderungan terhadap yang baik,
maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik.
b. Aliran Empirisme, mengatakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor luar, yakni
lingkungan sosial, meliputi pembinaan dan pendidikan. Jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan pada anak itui baik, maka
akan baiklah anak tersebut dan demikian juga sebaliknya.
c. Aliran konvergensi, mengatakan bahwa faktor yang berpengaruh
terhadap pembentukan akhlak yakni faktor internal yaitu pembawaan
si anak dan faktor dari luar yaitu pendidikan yang diadakan secara
khusus.77
Dari ketiga aliran diatas, dapat disimpulkan bahwa aliran Nativisme,
kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan, karena
cukup menyakini potensi batin yang ada dalam dirinya. Dan aliran
Empirisme tampak percaya terhadap peranan yang dilakukan oleh dunia
pendidikan dan pengajaran. Sedangkan aliran konvergensi tampak sesuai
dengan ajaran Islam dan dapat difahami dari ayat (QS. An-Nahl:16:78),
bahwasanya Allah SWT memberi petunjuk kepada umatnya yang
memiliki potensi untuk dididik dengan baik, yaitu penglihatan,
77 Abudin Nata, Op. Cip., h. 165
pendengaran, dan hati sanubari, dengan ajaran-ajarannya dan
pendidikannya.
Perasaan akhlak atau budi pekerti sesungguhnya sudah dimiliki
pada manusia sejak lahir yang disebut dengan fitrah.
Ada beberapa fitrah yang dibawa oleh manusia ketika lahir didunia
ini yaitu:
a. Perasaan Agama
b. Perasaan Intelektual
c. Perasaan Akhlak
d. Perasaan Keindahan78
Pada dasarnya potensi akhlak yang dibawa oleh seorang anak itu
ada baik, namun tergantung, kepada orang tuanya di dalam memelihara
dan mendidik mereka menjadi orang yang berbudi pekerti luhur.
Sebagaimana dalam hadist Rosulullah SAW yang artinya “Setiap anak
dilahirkan atas fitrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang menyahudikan
atau menasranikan memajusikannya.” (H.R. Muslim).79
Sedangkan menurut Rahmat Djatmika ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam prilakunya berakhlak, yakni:
1. Faktor yang berasal dari dirinya sendiri, yakni:
- Instink dan akalnya - Keinginan-keinginan
- Adat - Hawa Nafsu
78
Aisya, Dachlan Dekadensi moral dan penanggulangannya. (Jakarta: Pusat dakwah
Islam Indonesia), h. 100 79
Mahyidin al-Nawawi, sahih muslim bi syarh al-Nawawi, (Kairo: al-Sya’btt), Jilid XVI,
h. 209
- Kepercayaan - Hati Nurani
2. Faktor dari luar dirinya yang meliputi:
- Keturunan
- Lingkungan
- Keluarga
- Sekolah
- Pergaulan
- Dan Penguasa/ Pemimpin80
Semua faktor-faktor diatas, dapat membentuk dan mempengaruhi
nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang. Yang kuat akan lebih banyak
memberi corak pada mentalnya. Misalnya antara faktor yang akan
mewarnai perasaan akhlak, dengan pendidikan dan pergaulan dan jika
berbeda caranya, maka yang lebih kuat membentuk akhlak yang baik itu
tidak mudah, maka diperlukan upaya yang maksimal.
3. CAKUPAN AKHLAK SANTRI
A. AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT
Orang muslim melihat dalam dirinya nikmat-nikmat Allah SWT. Yang
tidak bisa dikalkulasikan sejak ia masih berupa sperma di perut ibunya hingga ia
menghadap Allah SWT Oleh karena itu, ia wajib bersyukur kepandanya atas
nikmat-nikmat tersebut dengan lisannya dengan mengujinya dan menyanjungnya,
karena dia berhak mendapatkan sanjungan dan ia wajib bersyukur dengan anggota
badannya dengan menggunakannya dalam ketaatan kepadanya. Ini etikanya
80
Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: pustaka. Panjimas, 1992), Cet. Ke-I, h.
73.
terhadap Allah SWT, sebab tidaklah etis mengingkari nikmat, menentang
keutamaan pemberi nikmat, memungkiri nikmat-nikmat-Nya. Allah SWT
berfirman dalam surat An-Nahl: 18 dan 53, serta surat al-Baqoroh: 152
<� �& *�&�.> ��☺�>�I �t�� �_
t��6$ev���Z � ^�� 4t�� ⌦�$!W� %
�+��9�� FA�
“Dan sgala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila
kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepadanyalah kamu meminta tolong.”
Orang muslim mengakui bahwa Allah SWT. maha mengetahui kepadanya
dan terhadap seluruh kondisinya, kemudian hatinya penuh dengan ketakutan
kepada-Nya, dan mengagungkan-Nya. Ia malu bermaksiat kepada-Nya,
menentang-nya dan tidak taat kepada-Nya. Inilah etikanya terhadap Allah SWT,
sebab sangat tidak etis seorang hamba mempertontonkannya kemaksiatannya
kepada tuhannya atau mempersembahkan keburukan kepadanya, padahal dia
melihatnya dan menyaksikannya. Allah SWT berfirman dalam surat Nuh ayat 13-
14 dan surat an-Nahl ayat 19
�;Z #��� % �_ �<$0#X �t �K�� V�&
FA[� 8. V�& #��� @ � ����$8&:
FA�
“Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah? Dan sungguh, dia telah
menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan (kejadian).“
�t���& ?+@�>�\ ��Z ��&�Xq)>�
��Z�& ��$'�@�>> FA��
“Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu
lahirkan.”
Orang muslim berpendapat bahwa Allah Maha Kuasa atas dirinya dan
memegang ubun-ubunnya. Ia tidak mempunyai tempat melarikan diri atau tempat
menyelamatkan diri, kecuali kepada-Nya, kemudian ia lari menghadap kepada-
Nya, menjatuhkan diri di depan-Nya, menyerahkan seluruh persoalannya kepada-
Nya dan bertawakkal kepadanya. Inilah etikanya terhadap Tuhan dan pencipta-
Nya.
Sebab tidak etis kepada pihak yang tidak bisa memberikan perlindungan
bergantung kepada pihak yang tidak mempunyai kekuasaan dan menyerahkan diri
kepada pihak yang tidak mempunyai daya dan upaya. Allah SWT berfirman
dalam surat al-Hud ayat 56 dan surat az-Zariyat ayat 50 serta surat al-Mai’dah
ayat 23
��#$ /�\�& *�&X�W��M���
#P��=��� u+>+ *�T$�$> �9�� %�
��q�#X\ ��t��☺))%�� P!���@��
�K����8.�cZ #P!���[��\�& �J�$>V
��� #P����$>V �_�& *�#$4%�$�E
����Z[X�->� F�G�
“Tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) melainkan dialah yang memegang
ubun-ubunnya (menguasainya)”
;<� (8��� ������ �.\�.�� %
FAG�
“Sungguh, adzab tuhanmu sangat keras.”
Orang muslim melihat kepadanya Allah SWT. Ketika ia bermaksiat dan
tidak taat kepadanya. Ia merasa seolah-olah ancaman Allah SWT. Telah mengenai
dirinya, siksaannya telah terjadi padanya, dan hikumannya telah turun kepadanya.
Ia juga menlihat kepadan Allah SWT. Telah mengenai dirinya, siksanya telah
terjadi padanya, dan hukumannya telah turun kepadanya. Ia juga melihat kepada
Allah SWT ketika ia taat dan mengikuti syariatnya. Ia merasa solah-olah dia telah
memberikan janji-nya kepadanya dan pakaian keridhaan telah dikenakan
kepadanya, kemudian berbaik sangka kepadanya, sebab tidak etis seseorang
berlaku buruk terhadap Allah SWT, kemudian ia bermaksiat dan tidak taat
kepadanya, serta berpendapat bahwa Allah SWT. Tidak melihat dirinya dan tidak
mengukumnya atas pelanggarannya, padahal Allah SWT berfirman dalam surat
al-Fussilat ayat 22-23.
��Z�& +M'�O �<&S���E)� <&:
�.�R8��\ #P����@�� #���>�W⌧
�_�& #P�OX/(v#�&: �_�&
#P�O�$>@0 7q�/ %�& +M¡JK
;<&: 4t�� �_ ?+@�>�\ �'SX�¢⌧O
�h☺�cZ �<$>@�☺�> FGG�
#����% ~�& £���¤K ��V4t��
+E¡�' #������X��
#���¥��#�&: PE ��8w&� ] Y7�cZ
Y7\�Sqh/ \���� FG[�
“Bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu
lakukan.dan itulah dugaanmu yang kamu sangkakan terhadap tuhanmu,(dugaan
itu)telah membinasakan kamu,sehingga jadilah kamu termasuk orana yang rugi.”
Juga tidak etis oleh Allah SWT kalau seseorang bertakwa kepadanya dan
taat kepadanya, kemudian ia berprasangka bagwa dia tidak mengganjarnya karena
amal perbuatannya yang baik, tidak menerima ketaatan dan ibadahnya, padahal
Allah SWT berfirman dalam surat an-Nur ayat 52
7�Z�& ¦§��\ 4t�� ¨: t$����&
(�\ }�& 4t�� �9� =E�\�&
��©H/ %�&�� ] P>6
�<&£��t�⌧W�%�� F�G�
“Dan barang siapa taat kepada Allah dan rasulnya serta takut kepada Allah dan
bertakwa kepadanya, mereka itulah oran yang mendapat kemenangan.”
Kesimpulannya, bahwa rasa syukur orang muslim kepada Allah SWT atas
nikmat-nikmat-Nya, rasa malunya kepada-nya jika ia cenderung bermaksiat
kepada-Nya, bertaubat dengan benar, bertawakkal kepada-Nya, mengharapkan
rahmat-Nya, takut akan siksa-Nya, berbaik sangka bahwa Allah SWT. Pasti
menepati janji-Nya, dan berbaik sangka bahwa Allah SWT pasti melaksanakan
ancaman-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya
adalah etikanya kepada Allah SWT. Semakin ia konsisten dengan etika tersebut
dan menjaganya, derajatnya semakin tinggi, kedudukannya melangit, dan
kemuliaannya agung sehingga ia berhak mendapatkan perlindungannya,
pemeliharaanya, kucuran rahmatnya dan sasaran nikatnya.
Inilah puncak keinginan orang muslim dan yang diidam-idamkan
sepanjang hidup.
Ya Allah, berilah kami perlindungan-Mu. Jangan haramkan kami atas
pemeliharaan-mu. Jadikan kami orang-orang yang bertakwa disisi-Mu. Ya Allah,
wahai tuhan alam semesta Alam.
B. AKHLAK TERHADAP SESAMA MUSLIM DAN SESAMA MANUSIA
Orang muslim meyakini bahwa sesama muslim adalah saudara
seagamanya, mempunyai hak-hak dan etika-etika yang harus diterpkan
terhadapnya, kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya, karena
ia berkeyakinan bahwa itu adalah ibadah kepada Allah SWT. Dan sebagai upaya
pendekatan kepadanya. Hak-hak dan etika-etika ini diwajibkan Allah SWT
kepada orang muslim agar ia mengerjakannya kepada saudara seagamanyal. Jadi,
menunaikan hak-hak tersebut adalah bentuk ketaata kepada Allah SWT dan
sebagai upaya pendekatan kepadanya tanpa diragukan sedikit pun.
Diantara hak-hak dan etika-etika tersebut adalah sebagai berikut:
d. Berprilaku bijaksaa terhadap saudara sesama muslim.
e. Berprilaku amanah terhadap saudara sesama muslim.
f. Berperilaku atau berpandangan masa depan.
Bijaksana
Inti atau kata dasar dari kata bijaksana adalah “bijak”, bijak berarti adil,
berimbang , tidak memihak atau tidak berat sebelah. Pengertian bijaksaa adalah
sikap atau perilaku yang adil, berimbang, tidak memihak, dan tidak berat sebelah,
bila dilakukan dalam ucapan maka sikap atau perilaku yang timbul adalah lemah
lembut, santun, tidak keras dan tidak kasar. Orang muslim, baik yang menjabat
sebagi pegawai negeri sipil (PNS), tni atau masyarakat biasa, dituntut dapat
berlaku bijaksana terhadap sesama muslim.
Sikap atau tindakan bijaksana dalam menyelesaikan sebuah permasalahan
apa pun bentuknya merupakan sebuah kemestia yang harus dilakukan oleh
seorang muslim, tidak terkecuali itu pelajar, orang tua, guru, dan lain sebagainya.
Kata-kata yang bijak, santun dan menyenangkan dalam mengajak kepada tindakan
kearah kebaikan pun perlu dilakukan. Bijaksana sebagi suatu bentuk tindakan
terpuji ini dilakukan agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan berjalan
sebagaimana mestinya. Allah berfirman dalam surat al-Imran ayat 159
��☺�� ] ���☺89�� Y7�cZ �t�� (p'�%
#P- % * #$ %�& (pK�O �ª! ] ⌧«��@⌧�
2@]@ �%�� *�$��⌧WIb_ 87�Z
���%#$�9 * �8�� ] #PaR�b�
#X�W��E����& #Pf9L
#P>6#�&�⌧4�& �C ¬#M��� *
� ~�® ] (p�ZY¯� #�4O�$�E ] �
�t�� � ;<� 4t�� j@���}
�Cx���°O�$�E☺�%�� FA���
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjaukan diri dari sekitarmu. Karena itu maarkanlah mereka dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakAllah
kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal.”
Amanah
Amanah adalah salah satu sifat Rasulullah SAW. Yang harus kita
pedomani dan direalisasikan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pegertian amanah dalam hal ini adalah sikap atau perilaku yang dapat menjaga
kepercayaan, apa pun bentuk kepercayaan itu.
Sikap pandang yang amanah sebagai bentuk perwujudan seorang muslim
dalam merefleksikan kemampuannya mengelola dan mengendalikan dirinya, baik
pribadi atau dalam kelompoknya (organisasi, yayasan, instansi pemerintah, dan
lain-lain) juga di lingkungan sekitarnya (keluatga dan masyarakat).
Bentuk atau wadah apa pun yang berisi sekumpulan manusia secara
homogen atau heterogen bila dikelola dengan amanah maka hasil yang tercapai
dibandingkan dengan yang dikelola tidak dengan amanah tentu berbeda. Bila
sebuah organisasi, organisasi siswa intra sekolah (OSIS) misalnya, tidak
dilaksanakan amanah dalam memanagenya maka akan terjadi penyelewengan,
penyalahgunaan wewenang, dan lain sebagainya, sekalipun dalam skala kecil.
Aspirasi, gagasan, ide-ide dari siswa tidak akan tersalurkan dengan optimal bila
pengurus atau orang-orang yang memimpin tidak amanah atau tidak bisa
dipercaya. Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 58
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang
memberi pengajaran kepadau. Sungguh Allah maha mendengar, maha melihat.”
3. Berpandangan Masa Depan (Futuristic)
Futuristic adalah sifat seseorang yang berpandangan dan berfikir untuk
menuju masa depan yang gemilang atau sukses. Sesorang yang memiliki sifat
futuristic biasanya selalu berfikir, merencanakan sesuatu dengan penuh optimis,
dinamis dan kreatif serta tidak mudah putus asa. Orang yang memiliki sifat
demikian, pada umumnya mempunyai cita-cita yang tinggi dan penuh semangat
dalam menatap masa depan.
Dalam pepatah arab menyatakan “gantungkanlah cita-citamu setinggi
bintang di langit, walau kakimu menginjak bumi”. Dan Allah berfirman dalam
surat al-Anbiya ayat 88 dan surat al-Hajj ayat 56
“Maka kami kabulkan doanya dan kami selamatkan dia dari kedudukan. Dan
demikianlah kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
“Kekuasaan pada hari itu ada pada Allah, dia memberi keputusan di antara
mereka. Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan berada
dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.”
c. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan,
agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan akhlak
Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan
kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia
dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan
terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan
manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan
dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri." Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak
bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta
semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang
Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik. Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am
(6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah
umat seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi
(W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."
Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat petunjuk Al-
Quran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia
dan binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang,
kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus
sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar.
Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh,
berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah ... (QS Al-Hasyr
[59]: 5). Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada
kesadaran bahwa apa pun yang berada di dalam genggaman tangannya,
tidak lain kecuali amanat yang harus dipertanggungjawabkan. "Setiap
jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin sepoi yang berhembus di
udara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan
pertanggungjawaban manusia menyangkut pemeliharaan dan
pemanfaatannya", demikian kandungan penjelasan Nabi Saw. tentang firman-
Nya dalam Al-Quran surat At-Takatsur (102): 8 yang berbunyi, "Kamu
sekalian pasti akan diminta untuk mempertanggungjawabkan nikmat (yang
kamu peroleh)." Dengan demikian bukan saja dituntut agar tidak alpa dan
angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut untuk
memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh pemilik (Tuhan)
menyangkut apa yang berada di sekitar manusia. Kami tidak menciptakan langit
dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak
dan pada waktu yang ditentukan (QS Al-Ahqaf [46]: 3). Pernyataan Tuhan ini
mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri
sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus berpikir
dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap
sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang,
istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari
pandangan mitos Yunani yang beranggapan bahwa benda-benda alam
merupakan dewa-dewa yang memusuhi manusia sehingga harus ditaklukkan.Yang
menundukkan alam menurut Al-Quran adalah Allah. Manusia tidak sedikit pun
mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan
kepadanya. Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami,
sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf
[43]: 13) Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi
keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka
harus dapat bersahabat. Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi
Muhammad Saw. yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu).
Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad Saw. Bahkan memberi
nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak
bernyawa. "Nama" memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu
mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama. Sebelum
Eropa mengenal Organisasi Pencinta Binatang Nabi Muhammad Saw. telah
mengajarkan, Bertaqwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang,
kendarailah, dan beri makanlah dengan baik. Di samping prinsip kekhalifahan
yang disebutkan di atas, masih ada lagi prinsip taskhir, yang berarti penundukan.
Namun dapat juga berarti "perendahan". Firman Allah yang menggunakan akar
kata itu dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 adalah Janganlah ada satu kaum
yang merendahkan kaum yang lain. Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu;
semua yang ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (QS
Al-Jatsiyah [45]: 13). Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah
untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun
pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri
kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga
benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Ia tidak
boleh diperbudak oleh benda-benda sehingga mengorbankan kepentingannya
sendiri. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia
boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya tidak
mengorbankan kepentingannya di akhirat kelak. Akhirnya kita dapat mengakhiri
uraian ini dengan menyatakan bahwa keberagamaan seseorang diukur dari
akhlaknya. Nabi bersabda, Agama adalah hubungan interaksi yang baik. Beliau
juga bersabda: Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal)
seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur (Diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi).
BAB III
GAMBARAN UMUM
PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA BEKASI
E. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa81
.
Berawal dari sebuah kampung di Ujung Utara Bekasi yang bernama Ujung
Malang sebagai cikal bakal Ujung Harapan sebagai daerah yang sejuk dan damai.
Keramahtamahan masyarakatnya sangat terlihat jelas dari kehidupan sehari-hari
penduduknya. Diantara sekian banyak yang hidup di kampung tersebut terdapat
sebuah keluarga yang sangat harmonis, rukun dan taat beragama. Dari keluarga
inilah lahir seorang anak yang kelak akan menjadi seorang tokoh karismatik
seorang ulama yang sekalipun tokoh pejuang kemerdekaan Noer Alie namanya,
seorang anak yang memiliki tekad kuat untuk menciptakan kampung Ujung
Malang menjadi Kampung Surga.
KH Noer Alie dilahirkan pada tgl 15 juni 1913, dan merupakan anak ke 4
dari pasangan H. Anwar bin H. Layu dengan Hj. Maimunah binti Tarbin. Noer
Alie kecil tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak lain umumnya. Sejak
kecil ia sudah memiliki kelebihan-kelebihan dibanding anak lain seusianya, sejak
kecil ia sudah gemar belajar ilmu-ilmu agama dan pada usianya yang ke-7 sekitar
tahun 1921 ia belajar pada guru H. Ma’sum di Ujung Malang dan pada tahun
1923-1929 ia belajar kepada KH. Mughni, dari KH. Mughni inilah ia mengenal
KH. Marzuki di daerah Cipinang Jak-Tim dan belajar kepada beliau pada tahun
81 CD Video, Company Profile Pondok Pesantren At-Taqwa Putra, 2006
1929-1933. Di tempat inilah Noer Alie mengenal sejumlah teman yang kelak
menjadi ulama terkenal di bilangan Jabotabek diantaranya adalah: Abdullah
Syafi’i, Abdurrahman Sabri, Mukhtar Thabrani, Hasbiallah.
Bakat kepemimpinan Noer Alie memang sudah menonjol sejak kecil, dia
tidak mau berada di belakang, saat bermain sehingga dalam setiap kesempatan ia
senantiasa menjadi pemimpin. Noer Alie muda sangat haus dengan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu agama. merasa tidak puas dengan ilmu yang
dimilikinya ia pun rela meninggalkan kedua orang tuanya dan kampung
halamannya untuk melanjutkan belajar ke Makkatul Mukarromah dan berguru
kepada Syekh Al-Maliki, Syekh Umar Hamdan dan Syekh Muhammad Amin Al-
Kuthbi, pada tahun 1933 selain itu ia juga ia belajar kepada Syekh Abdul Jalil
yang mengajarkan ilmu politik kepadanya dan Syekh Ibnu Arabi yang
mengajarkan hadist serta Ulumul Qur’an.
Setelah cukup lama ia mereguk ilmu di tanah kelahiran Nabi Muhammad
SAW, Noer Alie kembali ke kampung halaman tahun 1940. Kemudian ia
membuka pengajian di masjid di samping rumahnya. Pada April 1940 ia naik
pelaminan dengan Siti Rohmah putri guru Mughni yang tak lain dan tak bukan
guru mengajinya di Ujung Malang. tak lama kemudian Bala Tentara Jepang
masuk ke Indonesia kebijakan politik yang baru ini adalah merangkul umat Islam
karena mereka melihat bahwa umat Islam merupakan mayoritas tanah kelahiran
Kegiatan pesantren sempat terhenti waktu api revolusi berkobar, namun
usai perang melawan Belanda pesantren ini didirikan kembali dengan nama
Sekolah Rakyat Islam (SRI), pada masa itu penanganan sehari-hari SRI Ujung
Malang dilakukan Oleh KH. Mughni, KH. Ya’kub Gani, Muhidin Anwar, H.
Marsad, H. Abdul Somad Murdani, KH. Junaidi, dan Rohiman.
Dalam waktu dua tahun SRI Ujung Malang tak mampu menampung
jumlah murid yang terus membengkak, maka para pengurus SRI Ujung Malang
memindahkan tempat belajar dari rumah KH. Ya’kub Gani ke mesjid, yang
sekarang menjadi masjid Al-Baqiatussolihat. Pada tahun 1952 para alumni SRI
inilah yang kelak menjadi cikal bakal tenaga pengajar di At-Taqwa. Seperti KH.
Tajudin, KH. Marzuki, KH. Ahmad Rosyidi HS, dan KH. Ma’ali Syamsudin.
Tetapi pada tahun berikutnya SRI tidak aktif lagi dan sebagai gantinya, KH. Noer
Alie mendirikan organisasi sosial P3I (Pembangunan Pemeliharaan dan
Pertolongan Islam) Ujung Malang.
P3I Islam ini didirikan oleh para tokoh masyarakat Ujung Malang yang
diketuai oleh KH. Noer Alie dan dibantu oleh KH. Mahmud Ma’sum, H. Marzuki
Anwar, H. Mahbub Ma’an, Guru M. Zen Mughni, Zaelani As’ari, H. M. Hasan
Latif dan H. Romli Gudang yang pada tahun 1956 berstatus Yayasan. tak
ketinggalan KH. Noer Alie pun memerintahkan KH. Abdurrahman untuk
mendirikan pesantren bahagia di Kampung Dua Ratus. Selanjutnya yang
mendirikan Madrasah Tsanawiyah atau Mts dan persiapan sekolah madrasah
menengah atau SPMM At-Taqwa, sedangkan untuk mendirikan putri pada tahun
1964 didirikannya Madrasah AL-Baqiatussalihat.
Pondok Pesantren At-Taqwa pusat puteri yang didirikan oleh
Almaghfurlah KH. Noer Alie pada tahun 1964 berjalan cukup menggembirakan
cita-cita pendirinya.
Bermula dengan nama Madrasah Al-Baqiyatusshalihat kemudian pada
tahun 1986 dirubah namanya menjadi Pondok Pesantren At-Taqwa Pusat Putri
sejalan dengan perubahan nama Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan dan
Pertolongan Islam (Yayasan P.3) menjadi Yayasan At-Taqwa dengan akte Notaris
Soedirdja, SH di Bekasi No l. 16/17 Desember-1986
Sesuai cita-cita pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa Pusat Putri yaitu
“membentuk insan sholihah dan muslihah yang mampu menegakkan ajaran Islam
dalam aspek kehidupannya, insan yang berzikir dan berfikir, serta membentuk
muslimah yang cerdas, benar, terampil dan berdisiplin tinggi dengan ajaran Islam”
maka para santri perlu dibekali pendidikan formal yang lebih lengkap dan dibantu
lembaga-lembaga penujang yang mengisi kegiatan santri selama 24 jam tinggal di
pondok. Serta dilengkapi dengan tata tertib dasar santri yang dapat dijadikan
pedoman dalam kehidupan mereka selama mukim.
Pada tahun 1986 terjadi perubahan Yayasan dari P3I Islam menjadi
Yayasan At-Taqwa, dan kemudian KH. Noer Alie melimpahkan bangku
kepemimpinan Yayasan At-Taqwa ini kepada anaknya yakni KH. Muhammad
Amin Noer, MA. Namun beliau masih tetap mengajar sambil memberikan
bimbingan.
KH. Noer Alie berpulang ke rahmatullah pada tanggal 5 mei 1991 M.
Bertepatan pada tanggal 25 Rajab 1412 H, dengan meninggalkan beberapa orang
anak diantaranya:
1. Hj. Faridah Noer
2. Hj. Sholihah Noer BA.
3. KH. Muhammad Amin Noer, MA.
4. Hj. Atiqoh Noer, MA.
5. Hj. Ulfah Noer, S.Ag
6. KH. Nurul Anwar, Lc
7. Hj. Wardah Noer, Lc
8. Hj. Aisyah Noer
9. Hj. Abidah Noer, Lc.
10. Hj. Mahmudah Noer, Lc.
F. Visi Dan Misi Pondok dan Tujuan Pesantren At-Taqwa82
.
VISI:
Berilmu amaliah, beramal ilmiah dengan landasan Al-Quran dan Sunah
Rasul SAW yang diformulasikan dalam kalimat ikhlas, berdzikir, berfikir
dan beramal.
MISI:
Membentuk insan shalihah yang mampu menegakkan ajaran Islam dalam
aspek kehidupannya, menjadi insan yang berfikir dan berdzikir serta mampu
menerima dan memberi nasehat, tidak otoriter dan tidak pula rendah diri.
a. Cerdas, memiliki kecerdasan untuk memahami dan menerima Islam
secara kaffah dan mempunyai kesanggupan menggali ilmu dengan
ikhlas.
82 Ibid
b. Benar, memiliki aqidah yang benar, ibadah yang baik dan memiliki
akhlaqul karimah.
c. Terampil, memiliki kemampuan membaktikan ilmunya di tengah
masyarakat.
d. Disiplin, memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk mengatur waktu dan
kehidupannya.
Tujuan:
1. Menjadikan insan yang bertaqwa kepada Allah SWT beramal shaleh,
berbudi luhur, dan bekerja di dunia dengan baik dan menuai pahala di
akhirat kelak.
2. Membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan bangsa.
3. Mendidik siswa agar ber-akhlak al-karimah dan berilmu pengetahuan.
4. Mempersiapkan siswa agar bisa dan mampu hidup di tengah-tengah
masyarakat.
5. Mempersiapkan siswa agar agar bisa melanjutkan studi keperguruan
tinggi, baik dalam maupun luar negeri.
6. Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam berbagai bidang: tahsinul
qiro’ah, al-qur’an, tahfidz al-qur’an dan al-hadist, qiro’ah al-kutub,
tahfidz alfiyah, pidato tiga bahasa, drama, organisasi, olah raga dan lain-
lain.
G. Struktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa83
.
I. BADAN PENDIRI
Ketua : KH. Noer Alie (Alm)
digantikan oleh KH. Nurul Anwar, Lc.
Anggota : KH. Muhammad Ma’sum (Alm)
digantikan oleh KH. A. Tajuddin AM.
H. Mahbub Ma’an (Alm)
digantikan oleh H. M. Sa’duddin HM.
KH. M. Amin Noer, MA.
Hj. Atiqoh Noer, MA.
II. BADAN PENASEHAT : H. Martono Marjono S.H
III. BADAN PENGURUS
Ketua : KH. M. Amin Noer, MA.
Wakil Ketua : KH. Nurul Anwar, Lc.
Sekretaris I : H. Abd. Jabar, MA.
Sekretaris II : H. A. Dzaelani RM.
Bendahara : H. Abd. Somad Murdani
IV. BAGIAN-BAGIAN
A. PERGURUAN
Ketua : KH. M. Amin Noer, MA.
Sekretaris : H. Abd. Rozak RM.
Kasi TK : H. Ahmad Nahrowi RM.
83 Agenda Persatuan Pelajar At-Taqwa (Perguruan At-Taqwa 2007-2008). hal 17-18
Kasi MI : H. A. Mughni HS.
Kasi MtsA. & SLTP : H. M. Rosyidi HS
Penilik TK : Zainal Abidin
Penilik MI : H. Ahbab Ahfas
H. Marhun Ali
Penilik MTs & SLTP : H. A. Nahrowi HN.
B. DEWAN MASJID
Ketua : KH. M. Amin Noer, MA.
Wakil Ketua I : KH. Ahmad Rosyidi
Wakil Ketua II : H. M. Rosyidi HS.
Sekretaris : H. Abd Rozak RM.
Bendahara : Ali Anwar Shomad
C. BAGIAN WAKAF
Ketua : H. M. Basri Thabrani
Anggota : H. M. Mukhtar Murikh
M. Ali Anwar Shomad
H. Madhusin HM.
H. Yusuf Maya
D. BAGIAN PENGEMBANGAN
Ketua : H. A. Djabar Madjid, MA.
H. Kamaludin AM, MA.
Anggota-anggota : H. Ubaidillah Khair, BA.
Drs. H Muhalie Tabranie
H. Syamsul Falah, SE.
E. LITBANG
Ketua : H. A. Djabar Madjid, MA.
H. Kamaludin AM. MA.
Anggota-Anggota : H. Ubaidillah Khair, BA.
Drs. H. Muhalie Tabranie
H. Syamsul Falah, SE.
F. DARUL AYTAM
Ketua : Hj. Sholihah Noer, BA.
Wakil Ketua : Hj. Khofifah HA.
Sekretaris : Hj. Alamiyah HM.
Bendahara : Hj. Atiqoh H. Sa’duddin
H. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa84
.
1. Kyai/Ustdz/Guru: berjumlah 70 orang
2. Santri At-Taqwa putra berjumlah 1000 orang
Mts : 700
MA : 300
Para Santri berasal dari: Bekasi, Karawang, Cikarang, Tambun, Banten,
NTT, NTB, Kal-Sel, Bandung, Tangerang, Jambi.
3. Materi atau Kitab Akhlak yang diajarkan
� Taklim Muta’alim
� Riyadul Madabina
84 Ibid.
� Fathul Qorib Mujib
� Fathul Majid
4. Media yang dipakai ketika proses belajar
± Labolaturium
± OHP
± Alat peraga
± Komputer
5. Metode pengajaran
Pengajian dasar di rumah-rumah, di langgar dan di masjid diberikan
secara individual. Seorang murid mendatangi seorang guru yang akan
membacakan beberapa baris Al-Quran atau kitab-kitab bahasa arab dan
menerjemahkannya ke dalam bahasa Jawa. Pada gilirannya, murid mengulangi
dan menerjemahkan kata demi kata sesering mungkin seperti yang dilakukan
oleh gurunya. Sistem penerjemehan dibuat sedemikian rupa sehingga para
murid diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu
kalimat bahasa arab. Dengan demikian cara murid dapat belajar tata bahasa
arab langsung dari kitab-kitab. Murid diharuskan menguasai pembacaan dan
terjemahan tersebut secara taat dan hanya bisa menerima tambahan pelajaran
bila telah berulang-ulang mendalami pendalaman sebelumnya. Para guru
pengajian dalam tarap ini selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk
mempunyai murid lebih dari 3 atau 4 orang. Jika dalam seluruh hidup guru
tersebut ia berhasil menelorkan sekitar sepuluh murid yang dapat
menyelesaikan pengajian ini, dan kemudian melanjutkan pelajaran di
Pesantren, ia akan dianggap sebagai seorang guru yang berhasil.
Sistem individual ini dalam sistem pendidikan Islam tradisional
disebut sistem serogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid
yang telah menguasai pembacaan Al-Quran.
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem
bandongan atau sistem weton. Dalam sistem ini kelompok murid (antara 5-
500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan,
menerangkan dan sering kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa arab.
Setiap murid memperhatikan sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti
maupun keterangan) tentang kata-kata atu buah pikiran yang sulit. Kelompok
kelas dari sistem bandongan yang disebut halaqoh yang arti bahasanya
lingkaran murid, atau kelopok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang
guru. Dalam Pesantren kadang-kadang diberikan juga sistem Sorogan tetapi
hanya diberikan kepada santri-santri baru yang masih memerlukan bimbingan
individual85.
Sistem sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yng paling sulit
dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini
menuntut kesabaran kerajinan, ketaatan disiplin pribadi dari murid.
Kebanyakan murid-murid pengajian di pedesaan gagal dalam pendidikan ini.
Disamping itu banyak diantara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka
seharusnya mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum dapat
85
Zamakhsyari Dhofier., Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta, LP3S, 1985). Cet-4, h. 28-31
mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya
murid-murid yang telah menguasai sistem sorogan sajalah yang dapat
memetik keuntungan dari sistem bandongan di Pesantren.
Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai tarap pertama bagi
seorang murid yang bercita- cita seorang alim. Sistem ini memungkinkan
seorang guru mengawasi menilai dan membimbing secara maksimal
kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab.
Dalam Sistem Bandongan, Seorang murid tidak harus menunjukan
bahawa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para Kyai biasanya
membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara cepat dan tidak
menerjemahkan kata-kata yang mudah. Dengan cara ini, Kyai dapat
menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja. Sistem
Bandongan, karena dimaksudkan untuk murid-murid tingkat menengah dan
tingkat tinggi, hanya efektif bagi murid-murid yang telah mengikuti sistem
sorogan secara intensif.
Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar, biasanya
menyelenggarakan bermacam-macam halaqah (kelas bandongan), yang
mengajarkan mulai dari kitab-kitab elementer sampai ke tingkatan tinggi, yang
diselenggarakan setiap hari (kecuali hari jum’at), dari pagi-pagi buta sampai
setelah sembahyang subuh, sampai larut malam. Penyelenggaraan bermacam-
macam kelas bandongan ini dimungkinkan oleh suatu sistem yang
berkembang di pesantren di mana Kyai sering kali memerintahkan santri-
santri senior untuk mengajar dalam halaqah. Santri senior yang melakukan
praktek mengajar ini mendapat title Ustad (Guru). Para Asatidz (Guru-guru)
ini dapat di kelompokkan ke dalam kelompok, yaitu yang masih junior (ustadz
muda), dan yang sudah senior, yang biasanya sudah menjadi anggota kelas
musyawarah. Satu-dua ustadz senior yang sudah matang dengan pengalaman
mengajarkan kitab-kitab besar akan memperoleh gelar “Kyai Muda”.
Dalam kelas musyawarah, sistem pengajarannya sangat berbeda dari
sistem sorogan dan bandongan. Para siswa harus mempelajari sendiri kitab-
kitab yang ditunjuk. Kyai memimpin kelas musyawarah seperti dalam suatu
seminar dan lebih banyak dalam bentuk Tanya jawab, biasanya hampir
seluruhnya di selenggarakan dalam bahasa arab, dan merupakan latihan bagi
para siswa untuk menguji keterampilannya dalam menyadap sumber-sumber
argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik. Sebelum menghadap Kyai, para
siswa biasanya menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara mereka
sendiri dan menunjuk salah seorang juru bicara untuk menyampaikan
kesimpulan dari masalah yang disodorkan oleh Kyainya. Baru setelah itu
diikuti dengan diskusi bebas. Mereka yang akan mengajukan pendapat diminta
untuk meyebutkan sumber sebagai dasar argumentasi. Mereka yang dinilai
oleh Kyai cukup matang untuk menggali sumber-sumber referensi, memiliki
keluasan bahan-bahan bacaan dan mampu menemukan atau menyelesaikan
problem-problem terutama menurut sistem jurisprudensi Mazhab Syafi’i akan
diwajibkan menjadi pengajar untuk kitab-kitab tingkat tinggi.
BAB IV
IMPLEMENTASI METODE DAKWAH MAUIDZOH
HASANAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI
AT-TAQWA PUTRA BEKASI
A. Metode dakwah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
termasuk dalam lima unkapan yaitu : Nasihat, Tabsyir, tandzir, wasiat dan
kisah
1. Nasihat (anjuran)
Memerintah atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan
ancaman nasihat juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara
melunakan hati, nasihat harus berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan
keimanan dan petunjuk. Allah SWT Berfirman dalam surah (QS. An-Nisa :
66)
** #$ %�& #PaR;d&: *�$>@�> ] ��Z �<$e!�$\ B�9�� �<V � % �'S#X�Y
#PfgL h.⌧4&:�& �iEj���k F��� “ Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pengajaran yang diberikan
kepada mereka tentulah hal yang demikian itu lebih baik dari mereka dan
lebih menguatkan (iman mereka). (QS. An-Nisa : 66)
Penerapan dalam Pondok Pesantren Bekasi ialah dengan cara, Kyai
menghimbau dari tiap-tiap apa yang dilakukan oleh santrinya yang melenceng
dari agama. Nasihat itu biasa dilakukan di rumah Pak Kyai itu sendiri dengan
cara memanggil santri itu untuk datang kerumahnya. Nasihat itu bisa
dilakukan dimana saja dan dimana saja selagi melihat adanya kemunkaran di
muka bumi ini. Pentingnya nasihat itu diberikan kepada santri agar bisa
membentuk prilaku yang baik dan tidak melenceng dari agama.
2. TABSYIR (Kabar Gembira atau Berita Pahala)
Dalam penerapan di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi adalah
didalam kegiatan bulan puasa santri ada istilah akrom (aktifitas romadhon)
santri diwajibkan hatam Al-Qur’an senanyak 3x dalam sebulan dan di beri
penghargaan (sertifikat). Dalam keadaan hari-hari biasa santri melaksanakan
puasa senin dan kamis, sholat berjamaah, tahajud, solat tasbih, mengaji
kelompok. Dalam satu bulan sekali pengurus pondok pesantren bagian
kesehatan mengadakan kerja bakti massal yaitu tiap-tiap asrama
membersihkan, halaman, kamar mandi, wc, tempat tidur, bak sampah dan lain-
lain, setelah itu pengurus bagian kesehatan meriksa, melihat dan menyeleksi
asrama mana yang terbersih, kemudian mengumumkan asrama mana yang
menang dalam kompetisi kebersihan dan diberikan tropi/piala.
Pentingnya diadakan kegiatan diatas yaitu: Menguatkan atau
memperkokoh keimanan, memberikan harapan, menumbuhkan semangat
untuk beramal, santri mencintai kebersihan.
3. TANDZIR (Ungkapan Peringatan Terhadap Manusia Tentang
Adanya Kehidupan Akhirat Dengan Segala Konsekuensinya).
Dalam penerapan di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi ini
adanya stuktur organisasi yaitu pengurus keamanan yang bertugas mengawasi
santri selam 24 jam. Dan apabila ada santri yang melanggar peraturan seperti
tidak sholat jamaah, tidak mengaji, merokok dan lain-lain. Akan diberikan
hukuman atau sangsi seperti : menghafal surah-surah penting (yasin, waqiah,
tabarok serta berpuasa selama 1 minggu. Hal ini agar santri kapok dengan apa
yang ia perbuat, teguran dilakukan dimahkamah ta’dib. Antara pengurus dan
santri serta ustadz yang bersangkutan.
Pentingnya hukuman itu diberikan agar santri dapat menjalankan
peraturan sehari-hari dengan baik dan benar.
4. Wasiat
Dalam kontek dakwah adalah ucapan berupa arahan kepada orang lain
terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi. Wasiat termasuk dalam dua
kategori yaitu :
a. Wasiat orang yang masih hidup kepada orang yang hidup yaitu berupa
ucapan, pelajaran, arahan tentang sesuatu.
b. Wasiat orang meninggal (ketika menjelang ajalnya tiba) kepada orang
yang masih hidup berupa ucapan atau berupa harta benda atau warisan.
Dalam penerapan di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ini termasuk
dalam kategori nomor satu yaitu : Kyai berpesan kepada santri-santri
yang mau lulus dari al-mamater agar selalu menjaga aqidah, dan
akhlak dimana saja ia berada. Perihal wasiat ini Kyai mengucapkan
pada saat menjelang hari kelulusan di gedung laboratorium fiqih
(gedung serba guna).
Pentingnya wasiat itu diungkapkan oleh Kyai kepada santri agar kelak
santri dapat mengemban amanat yang diberikan kepada Pondok Pesantren At-
Taqwa Putra berupa aqidah, akhlak serta silaturrahmi.
5. Kisah (Menceritakan atau Mengandung Arti Menelusuri atau
Mengikuti Jejak)
Pondok Pesantren At-Taqwa Putra dalam mererapkan kepada santrinya
yaitu dengan cara Kyai bercerita tentang pengalamannya menuntut ilmu di
kampung nabi Muhammad SAW yaitu makkatul mukarromah, ketekunannya
dalam menuntut ilmu membawa hasil yaitu dapat mendirikan pondok
pesantren yang tadinya belum ada di kampungnya, sekarang menjadi ada dan
terkenal di wilayah JABODETABEK serta luar daerah. Kyai juga berpesan
kepada santrinya agar jangan bermalas-malasan di dalam menuntut ilmu.
Pentingnya kisah ini diceritakan oleh Kyai kepada santrinya agar santri
dapat mengikuti jejak para guru-gurunya.
Dengan mengetahui berhasil tidaknya suatu metode dakwah mauidzoh
hasanah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi, Penulis
menggunakan angket, dan dengan angket inilah penulis dapat mengukur.bahwa
kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah efektif dilihat dari table-tabel yang
tertera pada penulisan karya ilmiyah ini. Dilihat dari sudut pandang tabel bahwa
presentase metode dakwah sangat besar sehingga metode dakwah itu efektif.
B. Temuan Dan Analisis
1. Identitas Responden
Dari penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren At-Ataqwa Putra
Bekasi yang menjadi responden sebagai berikut:
TABEL 1
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSENTASE
Laki-laki 50 orang 50 %
jumlah 50 orang 100 %
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden semuanya laki-laki. Hal ini
dapat dilihart jumlah semua responden yang berjumlah sebanyak 50 orang,
dengan demikian, kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah oleh para santri
putra. Sedangkan hasil penelitian yang diperoleh berdasarakan umur
TABEL 2
Responden Berdasarkan Umur
UMUR FREKUENSI PERSENTASE
13-17 tahun 50 orang 50 %
Jumlah 50 orang 100 %
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden dengan umur 13-16,
adalah responden yang banyak mengikuti kegiatan metode dakwah mauidzoh
hasanah.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh
Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri At-Taqwa Putra Bekasi. Sebagai
berikut:
TABEL 3
Dakwah Mengajak Manusia Untuk Mengerjarkan Kebaikan dan Mengikuti
Petunjuk, Menyuruh Mereka Berbuat Baik dan Melarang Mereka dari
Perbuatan Jelek Agar Mereka Mandapat Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
27
19
1
2
54 %
38 %
2 %
4 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab setuju sebanyak 19 orang atau
38 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
sangat setuju bahwa dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan
kebaikan. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 4
Dakwah Bisa Dilakukan Oleh Siapa Saja,
Tidak Harus Orang Tua Atau pun Guru/Ustadz.
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
19
28
1
38 %
56 %
2 %
4. Sangat tidak setuju 1 2 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 19 orang atau 38 %, responden menjawab setuju sebanyak 28 orang atau
56 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
setuju bahwa dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja tidak harus orang tua ataupun
guru/ustadz..Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 5
Syariat Islam Menganjurkan Kepada Setiap Umatnya Untuk Berdakwah
Sesuai Dengan Kadar Kemampunannya
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
16
30
3
1
32 %
60 %
6 %
2 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 30 orang atau
60 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6%, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa Syari’at Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk berdakwah
sesuai dengan kadar kemampuannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju
TABEL 6
Dakwah Bisa Dilakukan Dengan Berbagai Metode,
Tidak Hanya Dilakukan di Atas Mimbar
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju 2. Setuju
3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju
17 30
1 2
34 % 60 %
2 % 4 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 17 orang atau 34 %, responden menjawab setuju sebanyak 30 orang atau
60 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
setuju bahwa dakwah bisa dilakukan dengan berbagai metode, tidak hanya
dilakukan di atas mimbar. Namun ada juga responden yang menjawab tidak
setuju.
TABEL 7
Mauidzoh Hasanah Adalah Salah Satu Dakwah Dengan Cara Memberikan
Nasihat, Bimbingan dan Petuah yang Baik
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju 3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
16
26 8
0
32 %
52 % 16 %
0 %
umlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 26 orang atau
52 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 8 orang atau 16 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa Mauidzoh hasanah adalah salah satu dakwah dengan cara memberikan
nasihat, bimbingan, petuah yang baik. Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju.
TABEL 8
Mauidzoh Hasanah Adalah Salah Satu Metode Dakwah
yang Dilakukan di Berbagai Pondok Pesantren
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
16
30
3
1
32 %
60 %
6 %
2 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 30 orang atau
60 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
setuju bahwa mauidzoh hasanah adalah salah satu metode yang dilakukan
diberbagai pondok pesantren. Namun ada juga responden yang menjawab tidak
setuju.
TABEL 9
Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dapat Dilakukan Oleh Siapa Saja
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
14
34
28 %
68 %
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
2
0
4 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 14 orang atau 28 %, responden menjawab setuju sebanyak 34 orang
atau 68 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa metode dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun ada juga responden
yang menjawab tidak setuju.
TABEL 10
Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Selain Dapat Memberikan
Siraman Rohani, Juga Dapat Memberikan Wawasan Terhadap Santri
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
15
34
1
0
30 %
68 %
2 %
0 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 15 orang atau 30 %, responden menjawab setuju sebanyak 34 orang
atau 68 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa metode dakwah mauidzoh hasanah dapat memberikan siraman rohani.
Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 11
Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dapat Mendorong Santri Untuk
Merubah Prilaku yang Baik
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju 3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
21
27 2
0
42 %
54 % 4 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 21 orang atau 42 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang
atau 54 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa metode dakwah mauidzoh hasanah dapat mendorong santri untuk merubah
prilaku yang baik. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 12
Mauidzoh Hasanah Adalah Metode Dakwah yang Efektif Dalam
Menyerukan Ajaran Agama di Pondok Pesantren
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
16
31
3
0
32 %
62 %
6 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 31 orang atau
62 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa metode dakwah mauidzoh hasanah paling efektif dalam menyerukan ajaran
agama di pondok pesantren. Namun ada juga responden yang menjawab tidak
setuju.
TABEL 13
Akhlak Adalah Sifat-Sifat yang Tertanam Dalam Jiwa yang
Menimbulkan Segala Perbuatan Dengan Gampang dan
Mudah Tanpa Memerlukan Pikiran dan Pertumbuhan
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
14
33
3
0
28 %
66 %
6 %
0%
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak14 orang atau 28 %, responden menjawab setuju sebanyak 33 orang atau
66 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan
pertumbuhan.. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 14
Ajaran Islam Menuju Kepada Satu Tujuan, Yakni Menyempurnakan
Akhlak Agar Lebih Baik di Dalam Kehidupan Sehari-Hari
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
23
24
3
46 %
48 %
6 %
4. Sangat tidak setuju 0 0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 23 orang atau 46 %, responden menjawab setuju sebanyak 24 orang atau
48 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa Ajaran Islam menuju kepada satu tujuan yakni menyemprnakan akhlak.
Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju
TABEL 15
Akhlak Seseorang Merupakan Bawaan Sejak Lahir
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
17
21
10
2
34 %
42 %
20 %
4 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak17 orang atau 34 %, responden menjawab setuju sebanyak 21 orang atau
42 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 10 orang atau 20 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
setuju bahwa Akhlak seseorang merupakan bawaan sejak lahir. Namun ada juga
responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 16
Akhlak Dapat Dibentuk Melalui Bimbingan Orang Tua,
Guru Serta Tokoh-Tokoh
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju 3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
23
19 5
3
46 %
38 % 10 %
6 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 23 orang atau 46 %, responden menjawab setuju sebanyak19 orang atau
38 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang atau 10 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 orang atau 6 %. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
setuju bahwa akhlak bisa di bentuk melalui bimbingan. Namun ada juga
responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 17
Islam Mengajarkan Kepada Umatnya
Agar Berakhlak yang Baik Sesama Umatnya
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju 2. Setuju
3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju
25 23
2 0
50 % 46 %
4 % 0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 25 orang atau 50 %, responden menjawab setuju sebanyak 23 orang atau
46 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju
bahwa Islam mengajarkan ummatnya berakhlak yang baik sesama ummatnya.
Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju
TABEL 18
Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar
Berprilaku Bijaksana Terhadap Sesama Muslim
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
27
22
0
1
54 %
44 %
0 %
2 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab setuju sebanyak 22 orang atau
44 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar berprilaku bijaksana. Namun ada
juga responden yang menjawab tidak setuju.
TABEL 19
Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar
Berprilaku Amanah Terhadap Sesama Muslim
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
23
27
0
0
46 %
54 %
0 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 24 orang atau 46 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau
54 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa Islam
mengajarkan ummatnya agar berprilaku amanah. Namun ada juga responden yang
menjawab tidak setuju.
TABEL 20
Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar
Berprilaku Atau Berpandangan Masa Depan
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju 2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
22 23
4
1
44 % 46 %
8 %
2 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 22 orang atau 44 %, responden menjawab setuju sebanyak 23 orang atau
46 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 4 orang atau 8 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab
sangat setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar berprilaku berpandangan
masa depan. Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju
TABEL 21
Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar
Berakhlak Mulia Terhadap Allah
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
34
14
2
0
68 %
28 %
4 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 34 orang atau 68 %, responden menjawab setuju sebanyak14 orang atau
28 %, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 4 %, dan
responden menjawab sangat tidak setuju 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar berakhlak mulia terhadap Allah.
Namun ada juga responden yang menjawab tidak setuju
TABEL 22
Islam Pengajarkan Kepada Seluruh Umatnya Agar
Bersyukur Terhadap Allah Atas Nikmat yang Diberikannya
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
26
23
0
1
52 %
46 %
0 %
2 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 26 orang atau 46 %, responden menjawab setuju sebanyak 23 orang atau
52 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju.
TABEL 23
Islam Mengajarkan Kepada Seluruh Umatnya Agar
Taat dan Patuh Terhadap Perintah Allah
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju 3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
27
22 1
0
54 %
42 % 2 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 27 orang atau 54 %, responden menjawab setuju sebanyak 22 orang atau
42 %, responden menjawab tidak setuju 1 orang atau 2 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju
TABEL 24
Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar
Berakhlak Baik Terhadap Lingkungan
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju 3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
16
33 1
0
32 %
66 % 2 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 16 orang atau 32 %, responden menjawab setuju sebanyak 33 orang atau
66 %, responden menjawab tidak setuju 1 orang atau 2 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju
TABEL 25
Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar
Berprilaku Bijaksana Terhadap Sesama Muslim
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
25
25
0
0
50 %
50 %
0 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 25 orang atau 50 %, responden menjawab setuju sebanyak 25 orang atau
50 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju
TABEL 26
Islam Mengajarkan Kepada Umatnya Agar
Berprilaku Amanah Terhadap Sesama Muslim
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
22
27
1
0
44 %
54 %
2 %
0 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 22 orang atau 44 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau
54 %, responden menjawab tidak setuju 1 orang atau 2 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju.
TABEL 27
Islam Mengajarkan Seluruh Umatnya Agar
Menjaga dan Memelihara Lingkungan
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju
22
28
0 0
44 %
56 %
0 % 0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 22 orang atau 44 %, responden menjawab setuju sebanyak 28 orang atau
56 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju
TABEL 28
Setiap Kerusakan Terhadap Lingkungan,
Manusia Harus Mempertanggungjawabkannya
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju 3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
22
27 1
0
44 %
54 % 2 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 22 orang atau 44 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau
54 %, responden menjawab tidak setuju 1 orang atau 2 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju
TABEL 29
Islam Melarang Umatnya Agar
Tidak Mencabut dan Menebang Pohon Sembarangan
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
20
27
3
0
40 %
54 %
6 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 20 orang atau 40 %, responden menjawab setuju sebanyak 27 orang atau
54 %, responden menjawab tidak setuju 3 orang atau 6 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju.
TABEL 30
Tidak Ada Sesuatu yang Melebihi Berat Dalam
Timbangan (Amal) Seorang Mukmin Pada Hari Kiamat,
Melebihi Akhlak yang Luhur
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
18
29
3
0
36 %
58 %
6 %
0 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 18 orang atau 36 %, responden menjawab setuju sebanyak 29 orang atau
58 %, responden menjawab tidak setuju 3 orang atau 6 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 orang atau 0 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju
TABEL 31
Seluruh Umat Islam Wajib Mempertanggungjawabkan di Akhirat
Terhadap Semua Prilaku yang Diperbuat di Muka Bumi
PERNYATAAN FREKUENSI PRESENTASE
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
30
19
0
60 %
38 %
0 %
4. Sangat tidak setuju 1 2 %
jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
sebanyak 30 orang atau 60 %, responden menjawab setuju sebanyak 19 orang atau
38 %, responden menjawab tidak setuju 0 orang atau 0 %, dan responden
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2 %. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat
setuju bahwa Islam mengajarkan ummatnya agar bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang diberikannya..Namun ada juga responden yang menjawab
tidak setuju.
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dakwah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi
adalah secara umum efektif dalam pembinaan akhlak santri, hal tersebut terbukti
dari beberapa jawaban responden pernyataan yang ada di angket.
1. Pada zaman sekarang ini, metode dakwah mauidzoh hasanah yang
dilakukan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra ini merupakan salah
satu cara yang efektif dalam merubah sikap dan prilaku santri menuju arah
yang lebih baik. Karena santri merasakan secara langsung manfaat dari
pelaksanaan metode dakwah mauidzoh hasanah itu antara lain : santri
mendapat bimbingan rohani serta dapat merasakan perubahan prilaku.
2. Jawaban santri ternadap metode dakwah mauidzoh hasanah. Hal ini dapat
diketahui dari banyaknya responden yang memahami secara positif akan
pernyataan-pernyataan yang dituangkan oleh penulis dalam angket yang
disebarkan pada santri, serta sebagian besar santri mendukung atas
pelaksanaan metode dakwah mauidzoh hasanah ini.
3. Pernyataan Responden terhadap metode dakwah dakwah mauidzoh
hasanah masuk dalam tabel nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12.
4. Pernyataan Responden terhadap akhlak masuk dalam tabel nomor 13, 14,
15, 16.
5. Pernyataan Responden mengenai akhlak kepada Allah masuk dalam tabel
nomor 21, 22, 23.
6. Pernyataan mengenai akhlak sesama manusia masuk ke dalam tabel nomor
17, 18, 19, 20, 25, 26.
7. Pernyataan Responden mrengenai akhlak terhadap lingkungan masuk
kedalam tabel nomor 24, 27, 28, 29, 30, 31.
Dalam semua tabel di atas persentasinya sangat besar sehingga metode
dakwahwah mauidzoh hasanah yang dilakukan Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi itu efektif.
B. Saran-Saran
1. Penyampaian materi dakwah lebih diperjelas agar para santri mudah
mencerna materi metode dakwah mauidzoh hasanah dengan baik.
2. Waktu pelaksanaan metode dakwah mauidzoh hasanah di Pondok
Pesantren At-Taqwa Putra lebih diperbanyak.
3. Mengadakan evaluasi setiap pelaksanaan program. Hal ini dapat mengukur
keberhasilan program tersebut.
4. Melakukan inovasi-inovasai dalam pelaksanaan program metode dakwah
mauidzoh hasanah agar terkesan tidak monoton.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abu bin al-Harits Furaihan, Al-Ajwibah Al-Mufidat ‘An-Al-Asillah Al-
Manahij Al-Jadidah, (Edisi Indinesia), Surakarta: Yayasan Madinah, 1997.
Ahmad, Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir, Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1984.
Aisya, Dahlan, Dekadensi Moral dan Penanggulangannya. Jakarta: Pusat dakwah Islam Indonesia.
Al-Bilali, Abd. Hamid, Fiqh al-Dakwah FI Ingkar Al-Mungkar, Kuwait: Dar al-
Dakwah,1989.
Al-Ghazali, Abu Hamid, Ihya Ulum ad-Din, Beirut: Daar al-Fikr, 1989.
Al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Besar Bahasa Arab, Jakarta: Pustaka
Progresif, 1997.
Al-Nawawi, Mahyidin, Sahih Muslim Bi Syarh Al-Nawawi, Kairo: al-Sya’bit.
Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
……….., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Baqi, Abdul’ Fuad Muhammad, Al-Mu;Jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Qur’an Al-
Karim, Kairo: Dar al-Kutub Al-Misriyah.
Buckley, Eric, The Oxford English Dictionary, Oxford: The Clarendom Press, 1978.
Darussalam, Ghazali, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia; Nur Niaga
SDN. BHD. 1996.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990.
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
Dradjat, Zakiyah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV
Ruhama, 1995.
Drucker, Peter. F., Bagaimana Menjadi Eksekutip yang Efektif, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1986.
Echols, John. M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia. Pustaka Utama, 1990.
Google, Pondok Pesantren, 5 Maret 2008
Hanafi, A. Segi-segi Kesusastraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Husna 1984.
Hasanuddin, SH., Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Ibrahim, Aris, al-Mu’jam al-Wasit, Mesir: Daarul Ma’arif, 1972.
Ibrahim, Madji Al-Syayid, 50 Washiyyat min Washaya al-Rasulullah li al-Nisa’
(Edisi Indonesia). Semarang: Cahaya Indah, 1994.
Kadir, Abdul, Rauf Syaid Abd., Dirasah Fid Dakwah Al-Islamiyah, Kairo; Dar
El-Tiba’ah Al-Mahmadiyah, 1987.
Ma’luf Lois, Munjid fi al-Lugah Wa A’lam, Beirut: Dar Fikr.1986.
Mandzur, Ibnu, Lisan al-Arab, Jilid VI, Beirut: Dar Fikr, 1990.
Pridodgdo, A. b. Shadily Hasan, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Quail, Dennis., Teori Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga Pratama,
1992.
Saleh, Abdurrahman Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta 1994. Cet II
Selini, bin al-Hilal Ie’d, Min Washaya al-Salafi, (Edisi Indonesia), Jakarta:
Pustaka Azzam, 1999.
Shihab, M. Quraish, Secerca Cahaya Ilahi, Jakarta: Mizan, 2000. Cet. I
…………., Tafsir Al-Misbah, Jilid II, Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Sudarsino, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakrta: Bina Aksara, 1989.
Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya: PT. Indah, 1995.
Sulaiman, Mustafa Muhammad, Al-Qishash fi Al-Qur’an Al-Karim, Mesir:
Mathbah Al- Amanah, 1994.
Suwarto, F. X.. Prilaku Organisasi, Yogyakarta, 1999.
…………., Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka,
1989.
……….., Enslikopedia Nasional, Jilid II, (CES-HAM), Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1980.
Thantawi, Sayyid. Muhammad, Adab Al-Hiwar Fil Islam, Dar Al-Nahdhah,
Mesir, diterjemahkan oleh Misrawi Zuhaeri dan Kamal.Zamroni. Jakarta: Azan, 2001.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995)
Ustman, M. Ali, Hadist Qudsi, Bandung: CV di Ponegoro. 1975.
World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fii Ushulil Hiwar, M aktabah
Wahbah Cairo, mesir, diterjemahkan oleh Salam Abdus M. dan Dhafir
Muhil, dengan judul terjemahan “Etika Diskusi, Era Inter Media, 2001.
Ya’kub, Ali Mustafa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1997.
Zakaria, Ahmad bin Faris bin, Mu’jam Al Maqayis Fi Al-Lugah, Beirut: Dar Fikr, 1994.
Zamkasyari, Tafsir al-Kasyaf, Kairo: Dar al-fikr.
Nomor : Istimewa
Lamp : 1 (satu) Berkas
Hal : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi
Kepada Yth
Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Di tempat.
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Salam sejahtera teriring do’a semoga bapak senantisa berada dalam
lindungan serta magfirah Allah swt, amin.
Selanjutnya, guna mendapatkan gelar sarjana (S-1), maka salah satu pra
syaratnya adalah dengan menyelesaikan tugas akhir yaitu penulisan
skripsi. Oleh karena itu saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : DEDE MAHMUDAH
Nim : 104051001858
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Bermaksud mengajukan judul proposal dengan judul : “Efektifitas
Mauidzotulhasanah Terhadap Perilaku Santri Pondok Pesantren
At-Taqwa Bekasi”
Sebagai bahan pertimbangan, berikut saya lampirkan : 1. Abstraksi Outline
2. Bab I
3. Daftar Pustaka Sementara
Demikianlah kiranya permohonan ini saya sampaikan. Atas segala
perhatian bapak/ ibu saya haturkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Dosen Pembimbing Akademik Hormat Saya
Dr. Wahidin Saputra DEDE MAHMUDAH
Nip. Nim. 104051001858
ANGKET PENELITIAN
“EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH
DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI AT-TAQWA PUTRA BEKASI”
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis kelamin : (P/L)
A. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah dengan baik seluruh pertanyaan dan pilihan jawaban di bawah ini.
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur karena kejujuran anda
dapat membantu kami dalam mengumpulkan data objektif dalam
penelitian ini.
3. Anda cukup memberi tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan
kenyataan yang anda rasakan.
4. Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah, dan jawaban responden akan
kami jaga kerahasiaannya dengan sebaik-baiknya.
5. Apabila ada hal-hal yang tidak mengerti mohon di tanyakan kepada
peneliti atau pendamping.
6. Kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan partisipasi anda
dalam mendukung kelancaran penelitian ini.
B. PERTANYAAN DAN JAWABAN
± Dakwah Mauidzoh Hasanah
1. Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjarkan kebaikan dan
mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka
dari perbuatan jelek agar mereka mandapat kebahagiaan di dunia dan
akhirat?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
2. Dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus orang tua atau pun
guru/ustadz.
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
3. Syariat Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk berdakwah
sesuai dengan kadar kemampunannya?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
4. Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai metode, tidak hanya dilakukan di
atas mimbar?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
5. Mauidzoh hasanah adalah salah satu dakwah dengan cara memberikan
nasihat, bimbingan dan petuah yang baik?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
6. Mauidzoh hasanah adalah salah satu metode dakwah yang dilakukan di
berbagai pondok pesantren?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
7. Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat dilakukan oleh siapa saja?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
8. Metode dakwah mauidzoh hasanah selain dapat memberikan siraman
rohani juga dapat memberikan wawasan terhadap santri?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
9. Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat mendorong santri untuk merubah
prilaku yang baik?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
10. Mauidzoh hasanah adalah metode dakwah yang efektif dalam menyerukan
ajaran agama di pondok pesantren?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
± Akhlak
11. Akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran
dan pertumbuhan?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
12. Ajaran Islam menuju kepada satu tujuan, yakni menyempurnakan akhlak
agar lebih baik di dalam kehidupan sehari-hari?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
13. Akhlak seseorang merupakan bawaan sejak lahir?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
14. Akhlak dapat dibentuk melalui bimbingan orang tua, guru serta tokoh-
tokoh?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
± Akhlak Terhadap Manusia
15. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak yang baik sesama
umatnya?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
16. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana terhadap
sesama muslim?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
17. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah terhadap
sesama muslim?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
18. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku atau berpandangan
masa depan?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
± Akhlak Terhadap Allah
19. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak mulia terhadap Allah?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
20. Islam pengajarkan kepada seluruh umatnya agar bersyukur terhadap Allah
atas nikmat yang diberikannya?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
21. Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya agar taat dan patuh terhadap
perintah Allah?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
22. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak baik terhadap
lingkungan?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
23. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana terhadap
sesama muslim?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
24. Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah terhadap
sesama muslim?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
± Akhlak terhadap Lingkungan
25. Islam mengajarkan seluruh umatnya agar menjaga dan memelihara
lingkungan?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
26. Setiap kerusakan terhadap lingkunagan manusia harus mempertanggung
jawabkannya?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
27. Islam melarang umatnya agar tidak mencabut dan menebang pohon
sembarangan?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
28. Tidak ada sesuatu yang melebihi berat dalam timbangan (amal) seorang
mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju
29. Seluruh umat Islam wajib mempertanggungjawabkan di akhirat terhadap
semua prilaku yang diperbuat di muka bumi?
A. Setuju B. Sangat setuju
C. Tidak setuju D. Sangat tidak setuju