efektifitas akupresur terhadap keluhan mual muntah … · 2016. 2. 18. · keluhan mual muntah pada...
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS AKUPRESUR TERHADAP KELUHAN MUAL MUNTAH PADA IBU
HAMIL TRIMESTER PERTAMA DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013
BALAI KESEHATAN TRADISIONAL MASYARAKAT
(BKTM) MAKASSAR
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sesuai dengan UU NO.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,pada pasal 1
ayat 16 mengatur bahwa pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan
atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan
dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Pada pasal 59 ayat 1 berdasarkan pada cara pengobatannya ,pelayanan
kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan dan ramuan.Akupresur merupakan salah satu
pelayanan kesehatan tradisional keterampilan.
Pada pasal 61 disebutkan juga bahwa masyarakat diberikan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengembangkan,meningkatkan dan menggunakan
pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya.
Upaya pelayanan kesehatan tradisional merupakan pelayanan kesehatan
yang secara tidak langsung memiliki peranan dalam menunjang pencapaian
indikator Renstra Kementerian Kesehatan melalui pemanfaatan pelayanan
kesehatan tradisional ramuan dan keterampilan dalam tumbuh kembang
balita,kesehatan ibu hamil dan nifas,maupun pemanfaatan pijat untuk kesegaran
tubuh.Di samping itu menunjang upaya pelayanan kesehatan terutama pencapaian
Millenium Development Goals ( MDGs ) untuk menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian bayi .
Mual muntah merupakan salah satu tanda kehamilan sekitar 70% wanita
hamil akan mengalaminya dan hiperemesis adalah bentuk yang paling parah. Ini
ditandai dengan mual muntah persisten dengan ketosis yang dapat menyebabkan
depresi volume elektrolit dan asam basa elektrolit ketidakseimbangan, kekurangan
gizi bahkan kematian pada ibu.
2
Pada trimester pertama terjadi peningkatan sekresi human chorionic
gonadotropin dalam jumlah banyak yang berasal dari plasenta,invasi tropoblas
yang cepat ke endometrium dan sekresi estrogen dalam jumlah banyak dari
plasenta,di mana keadaan –keadaan tersebut merupakan keadaan yang menyertai
mual muntah pada ibu hamil yang sering disebut sebagai emesis
gravidarum.O”Brien juga telah menemukan beberapa bukti yang menyatakan
bahwa produksi hormon estrogen dan metabolisme diubah oleh kehamilan
pertama seorang wanita sehingga banyak estriol bebas yang mengakibatkan rasa
mual dan muntah dan akan lebih rendah pada kehamilan berikutnya.
Mual muntah atau emesis gravidarum dialami oleh 50%-90% wanita
hamil pada trimester pertama. Sekitar 70 % mengalami rasa mual yang
mengganggu kenyamanan,di mana rasa mual biasanya dimulai pada minggu-
minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan ke -4,namun 12 % ibu hamil
masih merasakan sampai pada bulan ke-9 kehamilannya.
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) sebenarnya merupakan
gejala wajar yang sering dialami wanita di awal kehamilannya atau trimester
pertama, kurang lebih selama 10 minggu. Namun mual-muntah menjadi tak wajar
lagi apabila kondisi ini terus dialami sepanjang kehamilan, bahkan sesudah
melewati trimester pertama. Jika mual dan muntah ini dialami sepanjang hari dan
sering, maka kondisi ini akan menjadi lebih serius.Ibu hamil dikhawatirkan
mengalami hiperemesis gravidarum.
Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan
kasus hilang dengan sendirinya seiring dengan perjalanan waktu, satu dari setiap
1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya
hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan
relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita
primigravidarum dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
Pengobatan terhadap mual muntah jarang berhasil memperoleh
kesembuhan sempurna tapi perasaan tidak enak biasanya dapat dikurangi dengan
terapi farmakologis maupun non farmakologis.Terapi non farmakologis yang
sering dilakukan adalah pemberian nutrisi dan vitamin dengan tepat,pengaturan
3
aktifitas,relaksasi,edukasi dan atau dukungan psikologi,herbal dan penggunaan
akupuntur atau akupresur.
Akupresur aman dilakukan sendiri walaupun belum pernah melakukan
sebelumnya asalkan mengikuti petunjuk yang ada.Tidak ada efek samping,tidak
menimbulkan bahaya karena tidak menggunakan bahan kimia sehingga diyakini
tidak terdapat efek negatif pada ibu maupun bayinya ( BRATMAN,2001 )
Salah satu terapi akupresur yang dimaksud adalah dengan melakukan
penekanan pada titik PC 6 ( Perikardium 6 ),penekanan titik PC 6 selama sepuluh
menit atau lebih,empat sehari terbukti efektif menghilangkan mual meskipun
terapi ini tidak mempengaruhi berapa responden muntah pada 60 wanita hamil
dibandingkan kelompok control yang dilakukan penekanan pada titik placebo
( Belluomi 1992 dalam Wesson,2002 ).
Menurut Nadia Ellis,stimulus pada titik PC 6 merupakan titik penting yang
diberikan akupresur pada pasien dengan hiperemesis.Hal ini juga didukung oleh
Koosnadi Saputra yang menuliskan bahwa titik PC 6 merupakan salah satu titik
yang digunakan untuk kasus darurat dengan mual muntah.
Untuk mengetahui keefektifan pengaruh akupresur terhadap emesis
gravidarum pada ibu hamil maka Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat akan
melakukan pengkajian dalam rangka mengetahui efektifitas akupressur terhadap
keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester pertama di puskesmas di kota
Makassar.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas,maka permasalahan yang akan dikaji
adalah :
Bagaimana efektifitas akupressur terhadap keluhan mual muntah pada ibu hamil
trimester pertama di Puskesmas kota Makassar.
4
C. Tujuan Pengkajian
Tujuan Umum :
Mengetahui efektifitas akupresur terhadap keluhan mual muntah pada ibu
hamil trimester pertama di Puskesmas di kota Makassar.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui gambaran frekuensi keluhan mual muntah pada ibu hamil
trimester pertama sebelum dilakukan akupresur.
2. Mengetahui gambaran frekuensi keluhan mual muntah pada ibu hamil
trimester pertama setelah dilakukan akupresur.
3. Mengetahui gambaran penurunan frekuensi keluhan mual muntah pada
ibu hamil trimester pertama setelah dilakukan akupresur.
D. Manfaat Pengkajian
1. Memperoleh gambaran efektifitas akupresur pada ibu hamil trimester
pertama yang mengalami mual muntah.
2. Memperkenalkan ke masyarakat untuk melaksanakan akupresur secara
mandiri dan benar untuk mengatasi mual muntah pada kehamilan.
3. Memperoleh data dasar untuk pengembangan pelayanan tradisional
khususnya akupresur pada ibu hamil.
4. Sosialisasi tugas dan fungsi Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat
(BKTM) Makassar.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEHAMILAN
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Menurut Winkjosastro (2005), kehamilan dibagi dalam 3 triwulan :
1. Triwulan I ( Umur kehamilan 0 – 12 minggu )
2. Triwulan II ( Umur kehamilan 12 minggu – 28 minggu )
3. Triwulan III ( Umur kehamilan 28 minggu – 40 minggu )
1. Proses Kehamilan
Fertilisasi ovum manusia oleh sebuah spermatozoa terjadi di Tuba Falopii
dalam waktu singkat (beberapa menit hingga beberapa jam) setelah ovulasi. Enam
hari setelah fertilisasi, blastokista mulai menanamkan diri di dalam endometrium
uterus dan kehamilan telah dimulai.
Produksi hCG pada blastokista dimulai sangat dini, bahkan mendahului
nidasi. Setelah implantasi, kadar hCG dalam plasma dan urin ibu meninggi sangat
cepat. Produksi hCG oleh trofoblas janin sangat penting. Hal ini dikarenakan kerja
hCG pada ovarium untuk mencegah involusi korpus luteum, yang berfungsi
sebagai tempat pembentukan progesteron yang utama pada kehamilan 6-8 minggu
pertama. Dengan uji radio imunoassai, hormon kehamilan tersebut dapat ditemukan
8 hingga 9 minggu setelah ovulasi. Kadar hCG dalam darah dan urin meningkat
dari hari terjadinya implantasi sampai usia kehamilan 60-70 hari (Cunningham,
Donald, Gant., 1995).
Selama kehamilan terjadi perubahan pada sistem gastrointestinal ibu hamil.
Tingginya kadar progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolesterol darah. Selain itu sekresi saliva menjadi lebih asam, lebih
banyak dan asam lambung menurun.
Dapat terjadi penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang
menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Ini
mungkin akibat jumlah progesteron tinggi selama kehamilan, menurunnya kadar
motalin yang merupakan suatu peptida yang diketahui mempunyai efek terhadap
perangsangan otot-otot halus. Perbesaran uterus menekan diafragma, lambung dan
intestine.
6
Menurunnya gerakan peristaltik tidak hanya menyebabkan mual tetapi juga
konstipasi. Konstipasi juga disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah
pada awal kehamilan dan kembali pada masa akhir kehamilan.
Perubahan gastrointestinal lainnya adalah pirosis. Pirosis mungkin
disebabkan refluks asam esofagus bagian bawah, selain itu posisi lambung yang
berubah mungkin ikut menyumbang terjadinya pirosis. Tonus esofagus dan
lambung berubah selama kehamilan, dengan tekanan intraesofagus menjadi lebih
rendah dan tekanan lambung menjadi lebih tinggi, maka akan memicu terjadinya
refluks esofageal (Cunningham, Donald, Gant., 1995).
B. MUAL DAN MUNTAH (EMESIS GRAVIDARUM)
1. Pengertian
emesis gravidarum atau gejala yang sering disebut sebagai
morning sickness (perasaan mual dan ingin muntah). Akan tetapi, dokter
obstetric dan dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-
semata merupakan sebuah gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang
sering membuat mereka merasa tidak berdaya untuk membantu
mengatasinya. Mual dan Muntah sering diabaikan karena dianggap
sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui
dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka.
Seperti halnya nyeri, mual merupakan gejala yang dikatakan
subjektif dan jika gejala tersebut menyebabkan stres pada wanita, ia
berhak diberi cara yang paling memungkinkan untuk mengatasi gejala
tersebut. Akibat meremehkan mual dan muntah yang dirasakan wanita
pada saat kehamilan terbukti berkontribusi dalam meningkatkan
ketegangan emosional, stress psikologis dan keterlambatan yang tidak
semestinya dalam menemukan penanganan yang tepat, terutama jika
kondisi menjadi patologis (Munch 2000). Pendidikan professional secara
tradisional mengenai mual dan muntah dalam kehamilan sama dengan
persepsi yang dialami pasien onkologi yang sedang menjalani kemoterapi
7
2. Insidensi
Koren (2000) menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan
medis tersering selama kehamilan. Power et al (2001) mencatat sekitar
51,4% wanita mengalami mual dan 9,2% wanita mengalami muntah.
Glick dan Dick (1999) beranggapan bahwa sekitar 50% wanita mengalami
gejala. Emelianova et al (1999) menemukan frekuensi mual sebesar 67%
dan 22% insidensi muntah dalam sekelompok wanita yang berjumlah 193
orang, sementara O’Brien dan Naber (1992) mengatakan bahwa 70%
wanita mengalami mual dan 28% mengalami muntah. Gadsby et al (1993)
melaporkan ada 80% insidensi, yaitu 28% hanya mengalami gejala mual
dan 52 % mengalami mual dan muntah. Tinjauan sistematis dari Jewel dan
Young (2000) mengidentifikasi angka mual antara 70 dan 85%, dengan
sekitar setengah dari presentase ini mengalami muntah.
3. Waktu dan Durasi
Istilah “morning sickness” adalah tidak benar, meremehkan dan
tidak tepat bagi beberapa wanita, gejala dapat berlangsung sepanjang hari,
atau mungkin tidak terjadi sama se pada saat bangun tidur di pagi hari.
Studi prospektif pada 160 wanita oleh Lacroix et al (2000) menemukan
bahwa 74% melaporkan mual walaupun hanya 1,8% mengalaminya
sebagai gejala yang hanya terjadi di pagi hari, pada 80% penderita, mual
dapat berlangsung sepanjang hari. Sebanyak 76% wanita terbukti
mengalami mual dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Vellacott et al
(1988). Dalam survei ini ditemukan juga bahwa, meskipun praktik
tradisional berupa menyampaikan informasi kepada wanita bahwa mual
atau muntah saat kehamilan biasanya mereda atau meningkat pada akhir
trimester pertama, hanya 27% yang melaporkan hilangnya gejala pada
minggu ke dua belas, meskipun sebagian besar merasa lebih baik pada
minggu ke-22 kehamilan. Lacroix et al (2000) menemukan bahwa episode
mual dan muntah berlangsung sekitar 34 hari, dari awitan sampai resolusi.
8
Mual muntah yang berlebihan sehingga tidak ada makanan atau
minuman yang masuk ke tubuh, disebut hiperemesis gravidarum. Keadaan
ini dibagi 3 tingkatan.
1. Tingkat 1, muntah terjadi terus menerus hingga ibu hamil merasa
lemas, tidak nafsu makan, BB turun, dan nyeri ulu hati.
2. Tingkat 2, keadaan ibu semakin lemah, apatis, kulit keriput, mata
cekung, bau aseton pada napas.
3. Tingkat 3, kesadaran ibu bisa menurun bahkan bisa sampai koma.
Peristiwa hiperemesis gravidarum ini sudah tak wajar karena bisa
membuat ibu kekurangan cairan yang juga tak menguntungkan janin.
Akibat dehidrasi, maka aliran darah ke janin pun ikut berkurang.
4. Fisiopatologi
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh
perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama
disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human chorionic
gonadotrophin), khususnya karena periode mual atau muntah gestasional
yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu,
hCG mencapai kadar tertinggi. hCG sama dengan LH (luteinizing
hormone) dan disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. hCG melewati
kontor ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus
memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya
diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. hCG dapat dideteksi dalam
darah wanita dari sekitar tiga minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah
fertilisasi), suatu fakta yang menjadi dasar bagi sebagian besar uji
kehamilan.
Teori hCG tampak didukung oleh fakta mola hidatidosa disertai
oleh muntah berlebihan pada sekitar 26% kasus yang diduga disebabkan
oleh peningkatan kadar serum beta-hCG (Glick dan Dick, 1999).
Peningkatan jumlah jaringan plasenta dalam kasus ini terbukti
meningkatkan total jam terjadinya rasa mual di awal kehamilan (Gadsby et
al, 1997).
9
HCG tampak bertanggung jawab atas penurunan TSH (thyroid
stimulating hormone) dan peningkatan jumlah tiroksin bebas (T4) antara
usia gestasi 10 dan 12 minggu (Hersman, 1999; Tareen et al; 1995;
Goodwin et al, 1992; Lao et al, 1998). Banyak wanita yang mengalami
hiperemesis gravidarum terbukti mengalami peningkatan fungsi tiroid,
dengan sejumlah kecil mengalami tirotoksidosis gestasional, dengan serum
hCG melebihi 200 IU/ml (Hershman, 1999). Penemuan serupa terjadi pada
keadaan tumor trofoblastik, mola hidatidosa atau koriokarsinoma, dengan
hipertiroidisme yang berespon terhadap terapi dipengaruhi oleh stressor
yang terjadi pada periode pramenstruasi atau dipengaruhi oleh pil
kontrasepsi.
Terdapat juga peningkatan insidensi mual dan muntah pada wanita
yang telah mengalami beberapa kehamilan, karena kedua hormon tersebut
memiliki kadar yang lebih besar dibandingkan wanita yang baru pertama
hamil yang mendukung adanya pengaruh estrogen dan progesteron sebagai
penyebab rasa mual dan muntah. Akan tetapi, Jarnfelt-Samsioe et al (1986)
menunjukkan bahwa wanita yang mengalami emesis memiliki kadar
progesteron yang lebih rendah secara signifikan, begitu juga kadar
kortisol, di trimester pertama, sementara wanita yang sama di trimester
ketiga mengalami peningkatan kadar dehidroepiandrosteron (DHEA-S)
dan penurunan kadar testosteron. Gadsby et al (2000) telah menunjukkan
adanya korelasi positif antara emesis di awal kehamilan dan kadar serum
prostaglandin E2 maternal. Goodwin (2002) menyatakan bahwa respon
wanita terhadap stimulus hormonal primer yang memulai mual bergantung
pada kerentangan yang dihantarkan oleh kombinasi faktor-faktor
gastrointestinal, olfaktorius, vestibular, dan perilaku.
Perubahan dalam metobolisme karbohidrat dan lipid menyebabkan
hipoglikemia, terutama saat bangun tidur. Istilah yang terkenal tetapi
sangat tidak tepat jika disebut dengan “morning sicknes”, meskipun
hipoglikemia tampaknya tidak menyebabkan hasil yang membahayakan
pada saat perinatal (Calfee et al, 1999). Rasa sangat menyukai dan sangat
10
tidak menyukai makanan tampak lebih jelas pada wanita muntah lebih
hebat (Crystal et al, 1999), mungkin sebagai upaya untuk menggantikan
nutrien yangkurang dikonsumsi saat prakonsepsi atau yang hilang akibat
muntah. Flaxman dan Sherman (2000) mengulas kembali serangkaian
literatur yang terkait dan menemukan bahwa mual terjadi paling buruk saat
organogenesis embrio paling rentan terhadap gangguan zat kimia; Angka
aborsi spontan lebih sedikit pada wanita yang mengalami gejala ini dan
muntah tampaknya merupakan perlindungan terkuat melawan keguguran
dibandingkan rasa mual yang dialami tanpa muntah. Rasa sangat
menyukai makanan yang paling sering terjadi adalah terhadap minuman
beralkohol dan berkafein, serta terhadap sayuran yang memiliki rasa kuat,
hasil penemuan mereka bahwa rasa sangat menyukai makanan paling
menonjol adalah terhadap daging,ikan,unggas dan telur yang dianggap
diperlukan untuk organogenesis.
Teori bahwa rasa mual dimasa kehamilan mungkin merupakan cara
alamiah untuk melindungi janin dengan mencagah ibu untuk tidak
memakan makanan yang berbahaya juga telah diajukan (Sherman dan
Flaxman, 2002; Brown et al, 1997), dengan wanita menjadi merasa mual
saat melihat, mencium atau merasakan makanan yang mungkin berpotensi
mempengaruhi janin, dan jika makanan dimakan menyebabkan wanita
muntah agar makanan dikeluarkan. Wanita yang memiliki kadar hCG di
bawah rentang normal lebih sering mengalami hasil kehamilan yang
buruk, termasuk keguguran, kelahiran prematur atau retardasi
pertumbuhan intrauterus (IUGR).
5. Faktor Fisiopatologis yang Menyebabkan Muntah
Perubahan karbohidrat dan metabolisme lemak
Situasi korpus luteum
Faktor genetik
Adaptasi saluran gastrointestinal
Infeksi helicobacter pylori
11
hCG (human chorionic gonadotrophin)
Hipotensi dan penurunan sirkulasi serebri
Faktor imunologis
Dampak pada kemampuan mencium atau melihat
Migren dan sakit kepala
Estrogen dan progesteron
Stimulasi saraf sensorik di lambung dan duodenum
Serotonin
Perubahan hormon tiroid
Distensi, trauma atau infeksi uterus, kandung kemih atau pelvis ginjal
Gangguan aparatus vestibular
6. Faktor Prediposisi Peningkatan Keparahan Mual dan Muntah
Keletihan
Janin wanita
Refluks gastroesofagus
Mual dan muntah di kehamilan sebelumnya
Penggunaan pil kontrasepsi saat prakonsepsi
Mual pramenstruasi
Merokok
Stress,cemas dan takut
Masalah sosio-ekonomi
Kesulitan dalam membina hubungan
Wanita yang memiliki ibu yang mengalami mual dan muntah saat hamil
(genetic)
Hal tersebut sebagian menjelaskan mengapa wanita primigravida
tampak lebih sering memerlukan hospitalisasi dibandingkan wanita
multigravida (Atanackovic, Wolpin dan Koren, 2001), meskipun wanita
dalam kehamilan berikutnya dapat disibukkan dengan anak lain dan tidak
dapat sama se mengelak hospitalisasi.
12
Perjalanan ke tempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi hari
tanpa waktu yang cukup untuk sarapan guna mengatasi hipoglikemia, dapat
mencetuskan mual dan muntah. Perjalanan ke tempat kerja seperti yang
telah dijelaskan di atas mungkin meningkatkan upaya koping terhadap
transportasi umum yang sangat padat yang mungkin mengharuskan wanita
berdiri, berdesak-desakkan di mobil angkutan umum yang sangat penuh
yang dikelilingi oleh orang yang bau, baik bau yang menyenangkan
maupun bau yang tidak enak (parfum, losion yang digunakan setelah
bercukur, keringat, bau napas, bau asap rokok atau makanan dan minuman
yang mungkin dikonsumsi) sehingga dapat mempengaruhi keparahan
mualnya.
Bergantung pada sifat pekerjaan wanita, aroma, zat kimia atau
lingkungan dapat menambah rasa mual wanita dan menyebabkan mereka
muntah. Hiperolfaksi (kemampuan mencium yang berlebihan) dalam
kaitannya dengan hiperemesis gravidarum dieksplorasi oleh Erick (1995)
yang berdalil bahwa hal tersebut mungkin merupakan sebuah mekanisme
yang mendorong calon ibu untuk menemukan lingkungan yang lebih baik.
Merokok terbukti memperburuk gejala mual dan muntah (Gadsby et al,
1997), tetapi tidak jelas apakah ini disebabkan oleh efek olfaktorius
(penciuman) atau efek nutrisi atau apakah dapat dibuat asumsi mengenai
hubungan antara kebiasaan praktik dan distress psikoemosional. Tentu saja
banyak wanita yang mengalami mual dan muntah atau membenci bau asap
rokok dan tembakau. Bau seperti bau masakan, jika bekerja di toko
makanan atau restoran, atau karena kantor berventilasi, serta pekerjaan
dalam jarak dekat seperti pekerjaan di depan komputer yang mempengaruhi
mata wanita hamil dan menyebabkan sakit kepala, juga dapat memicu
mual. Zat kimia yang berbahaya di beberapa pekerjaan, seperti tinta untuk
mencetak, gas anestesi atau cairan pembersih dapat juga memperburuk
masalah, baik secara fisiologis maupun patologis.
Terdapat bukti yang menyatakan bahwa wanita yang mengandung
anak perempuan lebih rentan mengalami hiperemesis gravidarum
13
dibandingkan wanita yang mengandung anak laki-laki (del Mar Melero-
Montes dan Jick, 2001), terutama jika terdapat kehamilan kembar atau
disertai preeklamsia (Basso dan Olsen, 2001), meskipun tidak ada
penelitian lain yang ditemukan dalam literatur akademis yang dapat
membuktikan hal ini. Saat wanita mengetahui jenis kehamilan janin, ia
dapat mengalami emosi positif atau negatif secara ekstrem yang mungkin
berhubungan dengan keinginannya untuk memperoleh bayi berjenis
kelamin tertentu, hal ini pada akhirnya dapat memunculkan gejala fisik
seperti mual dan muntah
Akan tetapi, kemampuan koping wanita yang mengalami mual dan
muntah selama kehamilan sangat beragam, yang akan dipengaruhi oleh
kepribadian dan sikapnya terhadap penyakit, komitmen keluarga dan
pekerjaan, kesehatan umum dan ketersediaan mekanisme pendukung.
Seorang ibu dapat mengeluh mengalami gejala yang berat, merasa nyaman
meskipun mungkin hanya muntah dua atau tiga sehari, dan karena masuk
ke rumah sakit dan mendapat perhatian, sementara orang lain mungkin
menjalankan kehidupan sehari-hari dengan perasaan mual yang konstan dan
sering muntah.
7. Juran Profesional Kesehatan Mengenai Mual dan Muntah Fisiologis
Sebagian besar wanita akan berupaya untuk mengatasi sedikit gejala
yang mereka rasakan, kadang meminta saran dari bidan, terapis, dokter
umum atau ahli obstetri, Dilorio et al, (1994) menemukan bahwa praktisi
medis melihat wanita sebagai sumber informasi primer berkenaan dengan
masalah yang mereka rasakan. Pendekatan profesional tenaga kesehatan
yang paling konvensional biasanya memasukkan saran untuk
mengkonsumsi makanan dalam jumlah sedikit, namun sering untuk
mempertahankan kadar gula darah (Power et al, 2001; Stables, 1993;
Broussard dan Ritchter, 1998; Lindsay, 1997; Dilorio et al, 1994; Iatrakis,
et al, 1988). Saran ini mencakup banyaknya anjuran untuk memakan biskuit
kering atau sepotong roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur di pagi
14
hari. Lindsay (1997) mengatakan ber- bahwa saran diet konvensional
seharusnya disampaikan oleh bidan dan petugas kesehatan yang terkait,
seperti menghindari makanan berlemak, pedas atau berbau tajam,makanan
yang berbumbu dan menyatakan bahwa buah segar serta makanan lezat
“biasanya dapat diterima”.
C. PENANGANAN MUAL DAN MUNTAH DENGAN TEKNIK AKUPRESUR
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya diterapi secara konservatif
dengan istirahat dan pemberian keyakinan serta nasehat untuk mengkonsumsi
makanan yang kaya karbohidrat, mudah dicerna dan rendah lemak dengan jumlah
yang sedikit tetapi sering. Daging dan bau yang keras dapat memperparah mual
dan muntah (Coad & Dunstall, 2001).
Mual di trimester pertama kehamilan tidak memerlukan terapi obat. Pada
situasi yang jarang terjadi jika muntah bersifat berat, suatu antihistamin misal
prometazin atau fenotiazin mungkin dibutuhkan. Jika gejala tidak teratasi dalam
24-48 jam, minta opini dari dokter spesialis (Tiran, 2008). Terapi non-
farmakologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual dan muntah pada
kehamilan adalah melalui perubahan pada diet, pengobatan herbal, aromaterapi,
akupresur, refleksiologi, osteopati, homeopati dan hipnoterapi.
Menurut Sukanta (2008), pijat akupuntur atau akupresur adalah cara pijat
berdasarkan ilmu akupuntur atau bisa juga disebut akupuntur tanpa jarum. Teori
akupuntur menjadi dasar praktek akupresur. Akupuntur menggunakan jarum
sebagai alat bantu praktek, sedangkan akupresur menggunakan jari tangan,
bagian tubuh lainnya atau alat tumpul sebagai pengganti jarum. Pemijatan
dilakukan pada titik akupuntur di bagian tertentu tubuh untuk menghilangkan
keluhan atau penyakit yang diderita.
1. Tujuan Akupresur
Pemijatan ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan yang
ada di dalam tubuh, dengan memberikan rangsangan agar aliran energi
kehidupan dapat mengalir dengan lancar (DEPKES, 1996).
15
2. Manfaat Akupresur
Dalam Sukanta (2001) dikatakan bahwa akupresur bermanfaat
untuk pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, rehabilitasi dan
promotif.
3. Teori Dasar Akupresur
Adapun teori yang mendasari tindakan akupresur adalah adalah
teori Yin dan Yang. Yin dan Yang merupakan dua aspek yang saling
mempengaruhi, saling bertentangan dan membentuk satu kesatuan yang
utuh dalam suatu keseimbangan yang dinamis. Terganggunya
keseimbangan akan mengakibatkan suatu keadaan yang abnormal. Dalam
ilmu akupresur keadaan ini disebut sebagai suatu kelainan yang
menyebabkan orang merasa sakit. Tugas pemijat adalah mengembalikan
keseimbangan Yin dan Yang tadi (DEPKES, 1996).
Cara kerja akupresur maupun akupuntur pada titik saluran energi
tidak dipahami sepenuhnya. Bagi banyak praktisi pengobatan ortodoks
barat, konsep saluran energi ini tampak tidak beralasan meskipun berbagai
eksperimen untuk menegaskan keadaan meridian ini telah dilakukan.
Zhang et al (1982) dalam Tiran (2008) menganalisis 324 titik akupuntur
dan menemukan bahwa 304 sesuai dengan nervus superfisialis, 155 sesuai
dengan nervus kutaneus profunda dan 137 titik disuplai oleh nervus
superfisialis dan nervus kutaneus. Litscher et al., 2002 dalam Tiran (2008)
melakukan studi silang acak yang dikendalikan plasebo untuk
menunjukkan perbedaan secara statistik antara perfusi kulit di ujung jari
setelah akupuntur di titik Neiguan (Perikardium 6) dan titik plasebo
(kosong) dengan menggunakan pencitraan perfusi Doppler laser.
4. Akupresur Untuk Mual dan Muntah
• Titik perikardium 6 (Nei Guan)
Nei berarti medial sedangkan Guan berarti (pass) melewati. Titik ini
merupakan lokasi yang penting pada bagian lengan bawah. Stimulasi
titik perikardium ini dilakukan pada posisi telapak tangan menghadap
ke atas. Titik ini berada pada garis tengah lengan bawah, dua ibu jari
menuju siku dari lipatan pergelangan tangan (Albana, 2009). Titik
16
perikardium 6 berada pada 2 inchi China (5 cm) dari distal lipatan
pergelangan tangan, antara tendon flexi karpi radialis dan palmaris
longus (Dundee, 1990).
Akupresur berbeda dari akupuntur karena pada akupresur dilakukan
penekanan secara konstan pada akunpuntur point dan tidak menusuk
kulit. Akupresur point disebut juga potent point yang terdapat pada
kulit (Hickman, Bell, Preston., 2005 ). Sedangkan menurut World
Health Organization (WHO) definisi akupuntur secara luas adalah
stimulasi point tertentu pada tubuh (akupuntur point) menggunakan
jarum, moksibusi, elektris, laser ataupun akupresur untuk tujuan
terapeutik (Shang, 2007). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
dikatakan akupresur merupakan bagian dari akupuntur sehingga prinsip
kerja akupresur dan akupuntur adalah sama.
Titik Neiguan (titik pericardium 6) digunakan dalam akupuntur
untuk mencegah mual dan muntah yang berlokasi di antara tendon
yaitu flexor carpi radialis dan otot palmaris longus, kira-kira 3 jari di
atas lipatan tangan. Akupuntur dengan jarum, akupresur maupun
akustimulasi bisa digunakan untuk menstimulasi titik pericardium 6
ini. Efek stimulasi titik tersebut belum mampu dipahami sepenuhnya,
tetapi stimulasi pada titik tersebut diyakini mampu meningkatkan
pelepasan beta-endorphin di hipofise dan ACTH sepanjang
chemoreceptor trigger zone (CTZ) menghambat pusat muntah (Tarcin
dkk, 1992).
17
Stimulasi pada titik akupuntur mengaktifkan tiga pusat yaitu spinal cord, midbrain dan
pituitari untuk melepaskan neurokimia seperti endorphin, serotonin dan norepinehrin
yang mampu memblok pesan nyeri. Selain endorphin, stimulasi pada titik akupuntur juga
terjadi pelepasan adrenocorticotropin hormone (ACTH) dari pituitari. ACTH
menstimulasi adrenal untuk memproduksi kortisol (Pearl, 1999). Di bawah ini adalah
teori terkait mekanisme kerja akupuntur/ akupresur.
1. Teori neurotransmitter. Akupuntur mempengaruhi area otak, menstimulilasi sekresi
beta-endorphin dan enkepalin pada otak dan spinal cord. Pelepasan
neurotransmitter mempengaruhi sistem imun dan sistem antinoceptive.
2. Teori sistem syaraf otonom. Akupuntur menstimulasi pelepasan norepinephrin,
acetylcholine dan beberapa tipe opoid, menormalkan sistem syaraf otonom dan
mengurangi nyeri.
3. Teori gate control. Akupuntur mengaktifkan reseptor antinoceptive yang
menghambat transmisi sinyal nociceptive pada dorsal horn.
4. Teori vascular-interstisial akupuntur memanipulasi sistem elektris tubuh dengan
menciptakan atau meningkatkan transpor sirkuit tertutup pada jaringan. Hal ini
memfasilitasi penyembuhan yang diikuti oleh transfer material dan energi elektris
di antara jaringan yang normal dan jaringan yang terluka.
5. Teori kimia darah. Akupuntur mempengaruhi konsentrasi trigliserida, kolesterol
dan phospholipid dalam darah, oleh karena itu akupuntur bisa menaikkan dan
menurunkan komponen darah di perifer, dengan cara demikian akupuntur
mengatur tubuh menuju homeostasis (National Institute of Health, 1997).
Pemijatan dilakukan dengan cara membuat lingkaran yang lembut pada titik
tersebut. Pada awalnya tidak dianjurkan untuk menekan terlalu keras karena bisa
menyebabkan muntah menjadi lebih buruk. Bila merasa nyaman, maka tekanan
dapat dilakukan lebih keras. Gosokan ini dilakukan selama 30 detik sampai dua
menit. Akupresur bekerja dengan cukup cepat, biasanya satu sampai dua menit,
bagi penderita yang mengalami gangguan pencernaan (Albana, 2009).
Menurut pengobatan tradisional China titik perikardium 6 terhubung dengan
internal pathways yang mengalirkan energi melalui tubuh, sehingga stimulasi pada titik
ini mampu meningkatkan kesehatan seseorang dengan cara memperlancar aliran energi
(chi). Kedokteran modern mulai memahami konsep ini, mereka berpendapat bahwa
akupuntur bekerja dengan cara mengubah jalan sinyal sel saraf satu dengan yang lainnya
18
sehingga berpengaruh pada sistem saraf pusat, dan memicu sistem saraf pusat untuk
melepaskan suatu zat kimia tertentu ke tubuh (Mortin, 2009).
Stimulasi pada median nerve di P6 atau titik akupuntur Nei Guan banyak
dilakukan dengan melakukan penekan pada lokasi tersebut (akupresur) telah banyak
dipelajari untuk tujuan mengetahui keefektifan stimulasi titik tersebut dalam menurunkan
mual dan muntah (Rosen dkk., 2009). Dundee, Sourial, Ghaly, Bell (1988) dalam JRSM
(2009), melakukan sebuah studio prospektif yang didesain untuk mengetahui kemanjuran
penekanan titik perikardium 6 dalam mencegah mual dan muntah selama kehamilan.
Wanita yang mengalami mual dan muntah di awal kehamilan dibagi dalam tiga
kelompok, kemudian dicatat keparahan dan frekuensi mual dan muntah yang terjadi
selama 4 hari secara berurutan mendapat penekanan pada titik perikardium 6. Penekanan
dilakukan pada titik dekat siku kanan dan tanpa pengobatan apapun. Terjadi pengurangan
mual dan muntah pada kelompok intervensi maupun kelompok plasebo ketika
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ketika data diproses, hanya kelompok dengan
penekanan titik perikardium 6 yang menunjukkan penurunan mual dan muntah secara
signifikan. Tidak ada efek samping yang terjadi pada kelompok lain. Penekanan pada titik
perikardium 6 tampaknya memiliki efek terapeutik yang spesifik.
Studi lain yang dilakukan oleh Shin, Seong, Soe (2007) dalam BMJ (2009), pada
wanita hamil yang dirawat di rumah sakit baik mengalami mual dan muntah yang berat
maupun ringan, wanita hamil melakukan akupresur pada pada titik perikardium 6
kemudian dibandingkan dengan wanita hamil lain yang tidak melakukan tindakan
akupresur. Wanita dalam studi ini melakukan akupresur pada titik perikardium 6, tiga
dalam sehari selama 10 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa akupresur dapat
menurunkan keparahan mual dan muntah.
Di luar negeri misalnya di kota London, telah tersedia gelang tangan ’sea
sickness’ yang menggunakan prinsip akupresur/akupuntur, khususnya pada titik
akupuntur perikardium 6 di pergelangan tangan bagian dalam. Gelang ini dapat dibeli di
toko farmasi atau toko makanan sehat. Toko-toko tersebut juga menyediakan magnet
akupresur kecil, dilekatkan pada pergelangan tangan dengan menggunakan plester, meski
gulungan ini lebih mahal dibanding gelang, biasanya lebih efektif (Tiran, 2007).
Menurut Shin, Seong, Soe (2007, dalam BMJ, 2009) bahwa akupunturis
meyakini bahwa perangsangan pada titik perikardium 6 ini sangat berguna uuntuk
mencegah semua jenis mual dan muntah, termasuk mual dan muntah selama kehamilan
dan mual dan muntah dalam perjalanan. Manset yang bisa diletakkan pada pergelangan
19
tangan seperti sea band biasanya digunakan untuk mencegah mual dan muntah selama
perjalanan.
5 Syarat Tindakan Akupresur
Adapun beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam melakukan
tindakan akupresur yaitu :
• Persiapan responden :
1. Pasien sebaiknya dalam keadaan berbaring, duduk atau
dalam posisi yang nyaman.
2. Pasien dalam keadaan rileks, tidak emosional (marah,
takut, terlalu gembira, atau sedih),tidak terlalu lapar atau terlalu
kenyang.
• Persiapan akupresuris :
1. Sebelum memijat tangan dicuci bersih, kuku jari tidak
boleh panjang dan tajam.
2. Pemijat dalam keadaan bebas bergerak dengan posisi
yang nyaman sehingga bisa melakukan pemijatan dengan bebas
dan tepat.
3. Menggunakan alat bantu pijat tidak tajam, tidak
menyakitkan dan bersih
4. Tidak memijat daerah luka atau bengkak
• Persiapan lingkungan :
1. Ruangan tempat pemijatan hendaknya tidak pengap dan
mempunyai sirkulasi yang baik.
2. Pemijatan dilakukan di tempat yang bersih.
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. KERANGKA KONSEP
B. Variabel Pengkajian
1. Variabel Independen: akupresur pada titik perikardium 6
2. Variabel Dependen: Mual dan muntah pada ibu hamil trimester pertama
C. Definisi Operasional
a.i.1. Ibu hamil trimester pertama adalah seorang wanita yang sedang
mengandung atau hamil dimana kandungannya atau kehamilannya tersebut
sudah berjalan 1-3 bulan.
a.i.2. Mual dan muntah adalah gejala perasaan mual dan ingin muntah
atau gejala yang sering disebut sebagai morning sickness (emesis
gravidarum).
a.i.3. Akupresur pada titik PC 6 adalah Penekanan sedalam 1-2cm
menggunakan ibu jari yang menghadap ke siku dengan kekuatan maksimal
pada titik akupresur yang berada pada lengan bawah bagian depan,
tepatnya kurang lebih 3 jari penderita di atas pergelangan tangan dan
21
berada di antara dua penonjolan ujung otot yang terlihat jelas saat
menggenggam tangan dengan erat. Penekanan dilakukan selama 15 menit
pada masing-masing lengan bawah. Apabila klien mengeluh nyeri,
penekanan dapat dihentikan sejenak setelah 3 menit penekanan dan
kemudian diteruskan kembali hingga lama total penekanan sama dengan
15 menit.
a.i.4. Keluhan berkurang adalah pernyataan perasaan spesifik seseorang
yang dirasakan sebagai ungkapan rasa tidak nyaman/tidak enak dan
keluhan tersebut dirasa berkurang frekuensinya setelah diberikan terapi
akupresur pada titik PC 6
a.i.5. Keluhan menetap adalah pernyataan spesifik seseorang yang
dirasakan sebagai ungkapan rasa tidak nyaman/tidak enak dan keluhan
mual dan muntah tersebut frekuensinya tidak berkurang atau tetap sesudah
terapi akupresur pada titik PC 6 .
a.i.6. Keluhan meningkat adalah pernyataan spesifik seseorang yang
dirasakan sebagai ungkapan rasa tidak nyaman/tidak enak dan keluhan
mual dan muntah tersebut frekuensinya malah meningkat sesudah terapi
akupresur pada titik PC 6.
22
BAB IV
METODOLOGI PENGKAJIAN
A. Jenis Pengkajian
Jenis pengkajian yang digunakan Deskriptif dengan metode kualitatif
terhadap ibu hamil trimester pertama yang mengalami mual muntah.
B. Waktu dan Lokasi Pengkajian:Waktu : Maret sampai dengan Juni 2013
Lokasi : 3 Puskesmas Kota Makassar,yaitu :
1. Puskesmas Patingaloang
2. Puskesmas Bara-barayya
3. Puskesmas Tamamaung
C. Populasi dan sampel pengkajian
Populasi dalam pengkajian ini adalah keseluruhan ibu hamil di
Puskesmas Kota Makassar.
D. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi ibu hamil yang
mengalami mual muntah di Puskesmas Kota Makassar.
E. Responden
Ibu hamil trimester pertama yang mengalami mual muntah.
F. Kriteria inklusi
1. Ibu hamil trimester pertama yang mengalami mual muntah
2. Tidak mengkonsumsi obat-abatan anti emetik
3. Kooperatif dan bersedia menjadi subjek pengkajian
G. Alat dan Bahan
a. kuesioner
b.ATK
c. Komputer dan perangkat pengolah data
d.Buku pedoman akupresur
H. Jalannya Pengkajian
a. Tahap persiapan
23
1. Rapat Persiapan
2. Penyusunan Proposal
3. Presentasi Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Penetapan Proposal
b. Tahap koordinasi
1. Pengurusan ijin ke Balitbangda Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi
Selatan
2. Rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan, Dinas Kesehatan Kota Makassar, Puskesmas Patingalloang,
Puskesmas Bara - Baraya dan Puskesmas Tamamaung
I. Tahap Pelaksanaan
1. Mengambil data sekunder dari puskesmas
2. Wawancara responden menggunakan kuesioner
J. Tehnik Pengumpulan Data1. Data sekunder
Data diperoleh dari puskesmas
2. Data Primer
Data diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden dengan
menggunakan kuesioner
K. Tehnik Analisa Data
Tehnik yang digunakan adalah analisis univariat yang digunakan
untuk memberikan gambaran umum mengenai variabel pengkajian dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan atau grafik disertai dengan
penjelasan.
24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK UMUMTabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
N
oUmur N Persen (%)
1 <20 Tahun 1 42 20 - 35 Tahun 23 923 >36 Tahun 1 4
Jumlah 25 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden terbanyak pada pengkajian ini adalah
kelompok umur 20 – 35 tahun yaitu berjumlah sebanyak 23 orang (92%), umur <20
tahun sebanyak 1 orang (4 %), dan yang terendah umur >36 tahun (4 %)
Kehamilan merupakan hal yang didambakan setiap wanita setelah menikah.
Kehamilan harus direncanakan dengan baik agar bisa menghasilkan keturunan yang
optimal. Bagi seorang wanita usia kehamilan yang ideal berada pada rentang umur 20-35
tahun. Wanita yang hamil pada usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki
risiko tinggi seperti perceraian, kematian pada anak, dan abortus spontan. Pakar obstetri
dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof.Dr.dr Biran
Affandi, Sp.OG mengatakan bahwa ibu yang hamil pada usia di bawah 20 tahun belum
siap secara emosional dan mental. Kondisi tersebut dapat berakibat buruk bagi ibu hamil
dan kandungannya.
Begitu pula dengan wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun. Menurut pakar
obstetri dan ginekologi tersebut, pada usia di atas 35 tahun, bibit kesuburan wanita akan
menurun. Akibatnya, ketika mereka hamil akan timbul kelainan pada janin dan
menyebabkan abortus spontan. Kemungkinan aborsi pada wanita hamil usia di atas 35
tahun sebesar 40 persen.
25
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Tingkat Pendidikan N Persen (%)1 Sekolah 3 122 Tidak Sekolah 22 88
Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden terbanyak berdasarkan
pendidikan adalah yang tidak bersekolah sebanyak 22 orang (88%) dan yang ber sekolah
sebanyak 3 orang (12%).
Suminah dan Anantanya (2002), menyatakan bahwa sebagian besar kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang terbentuk melalui proses pendidikan.
Kognitif merupakan bagian dari komponen aspek sikap yang mendorong orang untuk
berperilaku. Selanjutnya, Kardjati (1985) mengatakan bahwa tinggi rendahnya
pendidikan Ibu hamil erat kaitannya dengan tingkat pengertian terhadap perawatan
kesehatan, serta kesadaran terhadap kesehatan anak-anak dan keluarganya.). Salah satu
faktor yang banyak memberi pengetahuan pada manusia adalah pendidikan, baik itu
pendidikan formal maupun non formal. Tidak adanya pendidikan pada seseorang dapat
menyebabkan kurangnya pengetahuan. Demikian juga dengan ibu hamil yang tidak
mengalami atau memperoleh pendidikan tentu saja akan berakibat pada kurangnya
pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya tersebut.. Akibat dari
rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang kehamilan banyak menimbulkan
adanya kematian baik pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan atau bahkan kedua-
duanya
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan N Persen (%)1 Bekerja 3 122 Tidak Bekerja 22 88
Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden terbanyak adalah yang tidak
bekerja sebanyak 22 orang (88%), dan yang bekerja sebanyak 3 orang (12%).
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa ibu yang tidak bekerja lebih banyak di
banding ibu bekerja, hal ini dapat menyebabkan ibu yang tidak bekerja lebih sering
26
merasakan mual muntah di banding ibu bekerja. Karena ibu yang bekerja dapat
mengendalikan dan mengalihkan perasaan emesisnya dengan bekerja.
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Status Kehamilan
No Status Kehamilan N Persen (%)1 Primigravida 8 322 Multigravida 17 68
Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang terbanyak adalah
responden multigravida sebanyak 17 orang (68%), dan yang terendah adalah responden
primigravida sebanyak 8 orang (32%).
Secara fisik primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon
estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis
gravidarum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luvlyna (2009)
mengatakan bahwa secara psikologis setiap orang memiliki respon yang berbeda
terhadap diagnosis kehamilan. Faktor psikologis pada ibu hamil akan berbeda
seiring dengan frekuensi bayi yang dikandung. Pada ibu yang sudah memiliki
anak sebelumnya, pengalaman tentang kehamilan akan menjadi sangat berharga.
Kehamilan keduanya ini mungkin tidak banyak mengandung simpati, perhatian
dan nasihat sehingga ibu bisa lebih menikmati kehamilannya. Sementara ibu
dengan kehamilan pertama memiliki respon dan asumsi tertentu yang diciptakan
oleh ibu lain yang sudah memiliki pengalaman dalam kehamilan. Multigravida
atau grandemultigravida dianggap berpengalaman dalam kehamilan, menangani
anak-anaknya dan tidak akan membiarkan perubahan-perubahan serta
ketidaknyamanan kehamilan mengganggu konsentrasi dan kehidupannya.
Tetapi dalam penelitian ini ternyata responden multigravida lebih banyak
di banding responden primigravida yang masih mengalami emesis di trimester I
kehamilannya.
27
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Kehamilan
No Umur kehamilan N Persen (%)1 1 - 6 minggu 3 122 7 – 12 minggu 22 88
Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa sebagian besar responden mempunyai
umur kehamilan antara 7 – 12 minggu berjumlah 22 orang (88%) dan sisanya 1 - 6
minggu sebanyak 3 orang ( 12 % ).
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam
sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya
fluktasi kadar HCG (human chorionic gonadotrophin), khususnya karena periode mual
atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang
pada saat itu, HCG mencapai kadar tingginya. HCG sama dengan LH (luteinzing
hormone) dan disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG melewati kontrol
ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan
progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta.
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Awal Mual Muntah
No Umur Kehamilan N Persen (%)1 1 - 6 Minggu 20 802 7 – 12 Minggu 5 20
Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 6 distribusi kejadian awal mual muntah yang terbanyak
adalah pada umur kehamilan 1 – 6 minggu sebanyak 20 orang (80%), dan yang
terendah adalah pada umur kehamilan 7 – 12 minggu sebanyak 5 orang(20%).
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada
ibu hamil trimester I. Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari tetapi
dapat pula timbul setiap saat pada malan hari. Emesis gravidarum kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan
28
keadaan ini, meskipun gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung
sampai 4 bulan (Prawirohardjo, 2005:275).
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Rangsangan Organoleptik Ibu Hamil
No Rangsangan organoleptik N Persen (%)1 Ya 22 882 Tidak 3 12
Jumlah 25 100
Berdasarkan hasil tabel 7 di atas ternyata sekitar 22 0rang (88%) ibu hamil mual
muntah jika mendapat rangsangan organoleptik (bau tertentu) dan hanya 3 orang (12%)
yang tidak mual muntah jika mendapat rangsangan organoleptik (bau tertentu).
Pada awal kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon beta HCG (hormone
Chorionic Gonadotropin) yang berfungsi untuk menjaga kehamilan sebelum plasenta
terbentuk. Hormon HCG memicu tingginya produksi asam lambung dengan gejala
kembung, mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Hormon HCG juga mengurangi gerakan
lambung dan usus. Peningkatan hormon beta HCG disertai peningkatan sensitifitas
wanita hamil terhadap bau akibat efek hormon progesterone yang juga meningkat semasa
hamil, terkadang menyebabkan mual dan muntah hebat pada masa awal
kehamilan(Utami, 2008:3)
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan
Riwayat Keluhan Sakit Kepala & Migren Sebelum Hamil
No Sakit Kepala & Migren N Persen (%)1 Ya 21 842 Tidak 4 16
Jumlah 25 100
Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa responden yang terbanyak adalah yang
mengeluh sakit kepala dan migren sebanyak 21 orang(84%), dan yang terendah sebanyak
4 orang (16%).
Ibu hamil yang mengalami sakit kepala dan migren sebelum hamil memiliki
kecenderungan lebih besar untuk mual dan muntah ketika hamil.
29
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Sebelum Hamil
No Kontrasepsi N Persen (%)1 Ya 11 442 Tidak 14 56
Jumlah 25 100
Berdasarkan Tabel 9 di atas yang menggunakan kontrasepsi sebelum hamil
sebanyak 11 orang (44%), dan3sebanyak 14 orang (56%). yang tidak menggunakan
kontrasepsi sebelum hamil.
Beberapa studi menghubungkan tingginya kadar estradiol terhadap beratnya
mual dan muntah pada wanita hamil, sementara yang lain menemukan tidak adanya
korelasi antara kadar estrogen dengan beratnya mual dan muntah pada wanita hamil,
intoleransi terhadap kontrasepsi oral terkait dengan mual dan muntah dalam kehamilan.
Progesteron juga mencapai puncaknya pada trimester pertama dan menurunkan aktivitas
otot polos, tetapi penelitian gagal untuk menunjukkan keterkaitan antara kadar
progesteron dan gejala mual muntah pada wanita hamil. Namun demikian dipercaya
bahwa peningkatan kadar hormon estrogen dapat meningkatkan pengeluaran asam
lambung. Sementara itu peningkatan kadar hormon progesteron akan menurunkan
motilitas usus sehingga memicu mual dan muntah.
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok
No Merokok N Persen (%)1 Ya 3 122 Tidak 22 88
Jumlah 25 100
Dari hasil tabel 10 diatas responden ibu hamil yang memiliki kebiasaan merokok
berjumlah 3 orang (12%), dan yang tidak merokok berjumlah 22 orang (88%).
Merokok terbukti memperburuk gejala mual dan muntah, tetapi tidak jelas
apakah ini di sebabkan oleh efek olfaktorius (penciuman) atau efek nutrisi, atau apakah
dapat di buat asumsi mengenai hubungan antara kebiasaan praktik dan distress
30
psikoemosional. Tentu saja banyak wanita hamil yang mengalami mual dan muntah akan
membenci bau asap rokok dan tembakau (Tiran, 2009:17)
Tabel 11
Distribusi Responden Berdasarkan Kehamilan Yang Direncanakan
NoKehamilan yang
direncanakanN Persen (%)
1 Ya 22 882 Tidak 3 12
Jumlah 25 100
Berdasarkan hasil tabel 11 diatas responden ibu hamil yang merencanakan
kehamilannya berjumlah 22 orang (88%), dan yang tidak direncanakan berjumlah 3 orang
(12%).
Bagi sebagian wanita mungkin timbul perasaan gembira yang sangat
dengan kehamilan yang sudah direncanakan, tetapi bagi sebagian lainnya yang
belum siap, kehamilan dapat menjadi peristiwa yang mengejutkan karena
mendengar berita tersebut dan membayangkan masalah sosial serta finansial yang
harus ditanggungnya. Dengan adanya respon yang berbeda tersebut akan
memunculkan masalah dan ketidaknyamanan umum pada kehamilan yaitu emesis
gravidarum.
Kehamilan yang tidak di rencanakan, tidak di inginkan, atau tidak nyaman akan
menyebabkan penderitaan batin,ambivalensi dan konflik, sehingga menjadi faktor
emosional yang membuat mual dan muntah menjadi lebih berat. Sedang dari hasil kajian
ternyata ada 3 responden ibu hamil trimester pertama yang tidak merencanakan
kehamilannya juga mengalami mual – muntah.
31
B. Gambaran Frekuensi Mual – muntah pada Ibu Hamil Trimester Pertama
Sebelum Dilakukan Tindakan Akupresur.
Tabel 12
Frekuensi Mual Pada Ibu Hamil Trimester I sebelum Tindakan
No Frekuensi Mual N Persen (%)1 Tidak Mual 0 02 1 – 3 4 203 4 – 9 14 564 >9 6 24
Jumlah 25 100
Berdasarkan hasil tabel 12 di atas responden ibu hamil yang mengalami
frekuensi mual 1 - 3 sebanyak 5 orang(20%), yang mengalami frekuensi mual 4 - 9
sebanyak 14 orang(56%), yang mengalami frekuensi mual > 9 sebanyak 6 orang (24%).
Tabel 13
Frekuensi Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I sebelum Tindakan
No Frekuensi Muntah N Persen (%)1 Tidak muntah 0 02 1 - 3 4 163 4 – 9 17 684 >9 4 16
Jumlah 25 100
Berdasarkan hasil tabel 13 di atas responden ibu hamil yang mengalami frekuensi
muntah 1 - 3 sebanyak 4 orang(16%), yang mengalami frekuensi muntah 4 - 9 sebanyak
17 orang(68%), yang mengalami frekuensi muntah >9 sebanyak 4 orang (16%).
32
C. Gambaran Frekuensi Mual – muntah pada Ibu Hamil Trimester Pertama
Setelah Dilakukan Tindakan Akupresur
Frekuensi Mual – muntah pada ibu hamil trimester pertama setelah di lakukan
tindakan akupresur dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 14
Frekuensi Mual Pada Ibu Hamil Trimester I Setelah Tindakan
No Frekuensi Mual N Persen (%)
1 Tidak mual 10 40
2 1 – 3 15 603 4 – 9 0 04 > 9 0 0
Jumlah 25 100
Berdasarkan hasil tabel 14 diatas responden ibu hamil yang tidak mengalami
mual lagi sebanyak 10 orang(40%), frekuensi mual 1 - 3 setelah tindakan sebanyak 15
orang(60%), dan tidak ada yang mengalami frekuensi mual 4 - 9 dan frekuensi mual >9 .
Tabel 15
Frekuensi Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I Setelah Tindakan
No Frekuensi Muntah N Persen (%)
1 Tidak muntah 16 64
2 1 – 3 9 363 4 – 9 0 04 > 9 0 0
Jumlah 25 100
Berdasarkan hasil tabel 15 diatas responden ibu hamil yang tidak mengalami
muntah sebanyak 16 orang (64%), frekuensi muntah 1 - 3 setelah tindakan sebanyak 9
orang (36%), dan tidak ada yang mengalami frekuensi muntah 4 - 9 dan frekuensi
muntah >9 .
33
D. Gambaran Penurunan Frekuensi Keluhan Mual – Muntah pada Ibu Hamil
Trimester Pertama Setelah Tindakan Akupresur
Tabel 16
Hubungan Tindakan Akupresur Terhadap Penurunan Frekuensi Mual
No Frekuensi Mual Sebelum Akupresur Sesudah AkupresurN (%) N (%)
1 Tidak Mual 0 0 10 402 1 – 3 5 20 15 603 4 – 9 14 56 0 04 >9 6 24 0 0
Jumlah 25 100 25 100
Dari hasil tabel 16 di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pemberian tindakan akupresur terhadap penurunan frekuensi mual ibu hamil
trimester pertama (P=0.000), tindakan akupresur dapat mengurangi frekuensi mual ibu
hamil trimester pertama (95% CI=1.199-1.681).
Tabel 17
Hubungan Tindakan Akupresur Terhadap Penurunan Frekuensi Muntah
No Frekuensi Muntah Sebelum Akupresur Sesudah AkupresurN (%) N (%)
1 Tidak Muntah 0 0 16 642 1 – 3 4 16 9 363 4 – 9 17 68 0 04 >9 4 16 0 0
Jumlah 25 100 25 100
Dari hasil tabel 17 di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pemberian tindakan akupresur terhadap penurunan frekuensi muntah ibu hamil trimester
pertama (P=0.000) akupresur juga dapat mengurangi frekuensi muntah ibu hamil
(95%CI=1.405-1.875)
34
Tabel 18
Distribusi Penurunan Frekuensi Mual Berdasrkan Kelompok Umur
Umur
Responden
(Tahun)
Frekuensi
Mual (Kali)
Sebelum
Tindakan
Persen
(%)
Sesudah
Tindakan
Persen
(%)
<20
Tidak Mual 0 0 1 41 – 3 0 0 0 04 – 9 1 4 0 0>9 0 0 0 0
20 – 35
Tidak Mual 0 0 9 361 – 3 5 20 14 564 – 9 12 48 0 0>9 6 24 0 0
>35
Tidak Mual 0 0 0 01 – 3 0 0 1 44 – 9 1 4 0 0>9 0 0 0 0
Jumlah 25 100 25 100
Dari hasil tabel 18 di atas menunjukkan bahwa umur responden <20 tahun
setelah kunjungan ke-lima mengalami penurunan frekuensi mual dari 4 – 9 menjadi
tidak mual lagi, umur responden 20 – 35 tahun setelah kunjungan kelima 9 orang (36%)
tidak mengalami mual, 14 orang (56%) mengalami penurunan frekuensi mual dari 4 – 9
menjadi 1 - 3 , dan dari umur responden > 36 tahun mengalami penurunan frekuensi dari
4 – 9 menjadi 1 - 3 .
35
Tabel 19
Distribusi Penurunan Frekuensi Muntah Berdasrkan Kelompok Umur
Umur
Responde
n (Tahun)
Frekuensi
Muntah (Kali)
Sebelum
Tindakan
Persen
(%)
Sesudah
Tindakan
Persen
(%)
<20
Tidak Muntah 0 0 1 41 – 3 0 0 0 04 – 9 1 4 0 0>9 0 0 0 0
20 – 35
Tidak Muntah 0 0 15 601 – 3 4 16 8 324 – 9 15 60 0 0>9 4 16 0 0
>35
Tidak Muntah 0 0 0 01 – 3 0 0 1 44 – 9 1 4 0 0>9 0 0 0 0
Jumlah 25 100 25 100
Dari hasil tabel 17 di atas menunjukkan bahwa umur responden <20 tahun setelah
kunjungan ke-lima mengalami penurunan frekuensi muntah dari 4 – 9 menjadi tidak
muntah lagi, umur responden 20 – 35 tahun setelah kunjungan kelima 15 orang (60%)
tidak mengalami muntah dan 8 orang (32%) mengalami penurunan mual dari 4– 9
menjadi 1 – 3 ,1 orang (4%) mengalami penurunan dari >9 menjadi 4 – 9 , dan dari
umur responden >36 tahun mengalami penurunan frekuensi dari 4 - 9 menjadi 1 – 3
.
36
Tabel 20
Distribusi Penurunan Frekuensi Mual Berdasrkan Kelompok Umur Kehamilan
Umur
Kehamilan
(Minggu)
Frekuensi
Mual (Kali)
Sebelum
Tindakan
Persen
(%)
Sesudah
Tindakan
Persen
(%)
1 – 6
Tidak Mual 0 0 1 41 – 3 2 8 2 84 – 9 1 4 0 0>9 0 0 0 0
7 – 12
Tidak Mual 0 0 9 361 – 3 3 12 13 524 – 9 13 52 0 0>9 6 24 0 0
Jumlah 25 100 25 100
Dari hasil tabel 21 di atas menunjukkan bahwa penurunan frekuensi mual
terbesar berada pada usia kehamilan 7 – 12 minggu yaitu 13 orang (52%) mengalami
frekuensi mual 1-3 kali, dan 9 orang (32%) sudah tidak mual, sedangkan pada usia
kehamilan 1-6 minggu yaitu 2 orang (8%) mengalami penurunan frekuensi mual 1-3 kali
dan 1 orang (4%) sudah tidak mual.
Tabel 19
Distribusi Penurunan Frekuensi Muntah Berdasrkan Kelompok Umur
Umur
Kehamilan
(Minggu)
Frekuensi
Muntah
Sebelum
Tindakan
Persen
(%)
Sesudah
Tindakan
Persen
(%)
1 – 6
Tidak Muntah 0 0 3 12
1 – 3 1 4 0 04 – 9 2 8 0 0>9 0 0 0 0
7 – 12 Tidak Muntah 0 0 13 52
1 – 3 3 12 9 364 – 9 15 60 0 0>9 4 16 0 0
Jumlah 25 100 25 100
Dari hasil tabel 21 di atas menunjukkan bahwa penurunan frekuensi muntah
terbesar berada pada usia kehamilan 7 – 12 minggu yaitu 13 orang (52%) tidak
37
mengalami muntah lagi dan 9 orang (36%) mengalami penurunan menjadi 1 – 3 . Sedang
pada usia kehamilan 1 – 6 minggu terjadi penurunan muntah dari 4 – 9 menjadi tidak
muntah lagi.
DISTRIBUSI PENURUNAN FREKUENSI MUAL – MUNTAH
SEBELUM DAN SESUDAH TINDAKAN AKUPRESUR
NAMA
RESPOND
EN
MUAL MUNTAH
Sebelum Sesudah Persentase Sebelum SesudahR01 4 0 100 4 0R02 5 1 80 5 1R03 5 1 80 5 0R04 5 0 100 5 0R05 6 1 83.33 6 0R06 7 1 85.71 5 0R07 3 0 100 5 0R08 10 2 80 5 0R09 5 0 100 5 1R10 10 2 80 5 1R11 7 1 85.71 5 0R12 3 0 100 3 0R13 5 1 80 3 1R14 10 2 80 10 2R15 5 0 100 5 0R16 8 1 87.5 8 0R17 10 2 80 10 3R18 6 1 83.33 6 1R19 5 0 100 5 0R20 8 3 62.5 10 2R21 3 1 66.67 5 0R22 3 0 100 2 0R23 10 3 70 10 2R24 5 0 100 5 0R25 3 0 100 2 0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan frekuensi mual
muntah setelah dilakukan tindakan akupresur. Hal ini terjadi karena adanya efek stimulasi
pada titik PC 6 yang diyakini mampu meningkatkan pelepasan beta-endorphin di hipofise
dan ACTH sepanjang chemoreceptor trigger zone (CTZ) untuk menghambat pusat
muntah. Stimulasi ini juga mampu membantu melepaskan neourokimia seperti endorphin,
38
serotonin, dan norephinerin yang mampu memblok nyeri dan pelepasan neurotransmitter
juga mempengaruhi system imun dan system antinoseptiv.
GRAFIK 1
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.01
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.E, umur 27 tahun,
umur kehamilan 12 minggu, tidak pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah
tangga, tidak pernah mengalami migren sebelum hamil ,tidak ada riwayat
penyakit sebelum hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah
pada saat umur kehamilan 6 – 12 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual
dan muntah mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 2.
GRAFIK 2
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.02
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.N, umur 37 tahun,
umur kehamilan 10 minggu, tidak pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah
39
tangga, pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelum hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat
umur kehamilan 1-6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 3, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi
penurunan pada saat kunjungan ke 2.
GRAFIK 3
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.03
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.R, umur 28 tahun,
umur kehamilan 11 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit sebelum
hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1-6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 4, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi
penurunan pada saat kunjungan ke 2.
40
GRAFIK 4
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.04
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.L, umur 26 tahun,
umur kehamilan 7 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai karyawan swasta,
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit sebelum
hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1-6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 2, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi
penurunan pada saat kunjungan ke 3.
GRAFIK 5
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.05
Berdasarkan grafik diatas responden atas nama Ny.R, umur 28 tahun,
umur kehamilan 6 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit sebelum
41
hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual dan muntah
mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 2.
GRAFIK 6
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.06
Berdasarkan grafik diatas responden atas nama Ny.P, umur 27 tahun, umur
kehamilan 4 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai tenaga kesehatan (perawat),
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit sebelum
hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 2, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi
penurunan pada saat kunjungan ke 3.
42
GRAFIK 7
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.07
Berdasarkan grafik diatas responden atas nama Ny.H, umur 20 tahun,
umur kehamilan 11 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit sebelum
hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 6 - 12 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual dan muntah
mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 2.
GRAFIK 8
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.08
Berdasarkan grafik diatas responden atas nama Ny.R, umur 22 tahun, umur
kehamilan 9 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga, pernah
mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit sebelum hamil,
43
tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur kehamilan 1 -
6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual dan muntah mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 2.
GRAFIK 9
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.09
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.N, umur 28 tahun,
umur kehamilan 8 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , sering sakit kepala sebelum hamil,
tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur kehamilan 1 -
6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami penurunan pada saat
kunjungan ke 2, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi penurunan pada saat
kunjungan ke 1
44
GRAFIK 10
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.10
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.R, umur 31 tahun,
umur kehamilan 10 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 2, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi
penurunan pada saat kunjungan ke 3.
GRAFIK 11
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.11
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.N, umur 27 tahun,
umur kehamilan 12 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
45
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, mempunyai kebiasaan merokok, dan mengalami mual muntah pada
saat umur kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual dan
muntah mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 2.
GRAFIK 12
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.12
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.N, umur 33 tahun,
umur kehamilan 11 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya,tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 6 - 12 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual dan muntah
mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 2.
46
GRAFIK 13
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.13
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.N, umur 33 tahun,
umur kehamilan 12 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
tidak pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, mempunyai kebiasaan merokok, dan mengalami mual muntah pada
saat umur kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual
mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 2, sedangkan pada frekuensi
muntah terjadi penurunan pada saat kunjungan ke 3.
GRAFIK 14
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.14
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.A, umur 23 tahun,
umur kehamilan 9 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
47
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual dan muntah
mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 3.
GRAFIK 15
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.15
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.N, umur 26 tahun,
umur kehamilan 11 minggu, tidak pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah
tangga, sering sakit kepala sebelum hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami
mual muntah pada saat umur kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa
frekuensi mual mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 2 yaitu dari 5
menjadi 3 sehari, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi penurunan pada saat
kunjungan ke 2 yaitu dari 3 menjadi 2 sehari
48
GRAFIK 16
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.16
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.H, umur 25 tahun,
umur kehamilan 9 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual muntah
mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 2.
GRAFIK 17
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.17
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.H, umur 30 tahun,
umur kehamilan 11 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
49
pernah mengalami migren sebelum hamil , sedang menderita penyakit gondok,
tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur kehamilan 1 -
6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual muntah mengalami penurunan
pada saat kunjungan ke 2.
GRAFIK 18
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.18
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.A, umur 35 tahun,
umur kehamilan 9 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , menderita penyakit maag, tidak pernah
merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur kehamilan 1 - 6 minggu
menggambarkan bahwa frekuensi mual muntah mengalami penurunan pada saat
kunjungan ke 2
50
GRAFIK 19
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.19
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.G, umur 27 tahun,
umur kehamilan 12 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai karyawan swasta,
pernah mengalami migren sebelum hamil , menderita penyakit maag, tidak pernah
merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur kehamilan 1 - 6 minggu
menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami penurunan pada saat
kunjungan ke 2.
GRAFIK 20
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.20
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.F, umur 29 tahun,
umur kehamilan 9 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
tidak pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
51
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual muntah
mengalami penurunan pada saat kunjungan pertama.
GRAFIK 21
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.21
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.D, umur 27 tahun,
umur kehamilan 5 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil, tidak pernah merokok, dan mengalami
mual muntah pada saat umur kehamilan 6 - 12 minggu menggambarkan bahwa
frekuensi mual muntah mengalami penurunan pada saat kunjungan ke 3.
GRAFIK 22
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.22
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.H, umur 35 tahun,
umur kehamilan 12 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
52
tidak pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 2, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi
penurunan pada saat kunjungan pertama.
GRAFIK 23
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.23
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.J, umur 35 tahun, umur
kehamilan 11 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga, pernah
mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, tidak
pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur kehamilan 6 - 12
minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual muntah mengalami penurunan
pada saat kunjungan ke 2.
53
GRAFIK 24
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.24
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.S, umur 17 tahun,
umur kehamilan 10 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 2, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi
penurunan pada saat kunjungan ke 3.
GRAFIK 25
Gambaran Mual Muntah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Responden R.25
Berdasarkan grafik di atas responden atas nama Ny.S, umur 31 tahun,
umur kehamilan 4 minggu, pernah sekolah, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
54
pernah mengalami migren sebelum hamil , tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya, tidak pernah merokok, dan mengalami mual muntah pada saat umur
kehamilan 1 - 6 minggu menggambarkan bahwa frekuensi mual mengalami
penurunan pada saat kunjungan ke 2, sedangkan pada frekuensi muntah terjadi
penurunan pada saat kunjungan ke 3.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa :
1. 60% ibu hamil trimester pertama mengalami penurunan mual 1-3 kali setelah
dilakukan tindakan akupresur dan 40% lainnya sudah tidak mengalami mual
setelah dilakukan tindakan akupresur
2. 36% ibu hamil trimester pertama mengalami penurunan muntah 1-3 kali setelah
dilakukan tindakan akupresur dan 64% lainnya sudah tidak mengalami muntah
setelah dilakukan tindakan akupresur
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian tindakan akupresur
terhadap penurunan frekuensi mual ibu hamil trimester I (P=0.000) dan juga
dapat mengurangi frekuensi mual ibu hamil trimester I (95%CI=1.199-1.681)
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian tindakan akupresur
terhadap penurunan frekuensi muntah ibu hamil trimester I (P=0.000) dan juga
dapat mengurangi frekuensi muntah ibu hamil trimester I (95%CI=1.405-1.875)
5. Pemberian akupresur pada titik meridian Pericardium 6 (Nei Guan) minimal
dilakukan 3 – 4 hari berturut – turut dan selama kurang lebih 60 hitungan dengan
pemijatan ditekan ke arah siku untuk bisa mendapatkan hasil penurunan mual
muntah yang efektif
B. Saran
1. Perlu ditingkatkan pemberian edukasi atau pengertian pada ibu hamil tentang fase
– fase kehamilan dan dampak terjadinya emesis yang berkepanjangan terhadap
ibu hamil, keluarga,pekerjaan, bahkan pada janin sendiri.
2. Mengingat akupresur mudah dilakukan maka diharapkan semua ibu hamil bisa
melakukan akupresur secara mandiri untuk mencegah atau mengurangi mual
muntah di rumah (self care).
3. Diharapkan kepada petugas kesehatan terutama bidan mampu menerapkan
pelayanan akupresur di puskesmas dan posyandu untuk penanganan keluhan
mual muntah ibu hamil
56
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2002.Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu
Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta; hal.
275-280.
OgunyemiDA.Hyperemesis Gravidarum. Emedicine.Available
from:http://www.emedicine.com(Accesed : Maret 2013).
Quinlan J D, Hill D A. 2003. Nausea and Vomiting of Pregnancy. In : American Family
Physician; 68(1):pp.121-8.
Sheehan P. 2007. Hyperemesis Gravidarum : Assessment and Management. In :
Australian Family Physician;36(9):pp.698-701.
Verberg M F G, Gillott D J, Al-Fardan N, Grudzinskas J G.2005. Hyperemesis
gravidarum, a literature review. In : Human Reproduction Update;11(5):pp. 527–
39.
Neill A M, Piercy N C. 2003. Hyperemesis gravidarum. In : Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists;5:pp.204–7.
Schoenberg F P. Summary of Data on Hyperemesis Gravidarum. Available from:
www.stat.ucla.edu/~frederic/papers/hg.html. (Accesed: Maret 2013).
Progestian P, Indarti J, Nuranna L.2002. Diagnosis dan Pengobatan Rasional
Hiperemesis Gravidarum. Maj Obstet Ginekol Indones; 26(2): 97-104
Schoenberg, Frederic Paik. 2005. Summary of Data on Hyperemesis Gravidarum.
Available from: http://www.stat.ucla.edu/~frederic/papers/hg.html. (Accessed:
Maret 2013)
57
58