e. pedsos

Upload: yohana-elisabeth-gultom

Post on 03-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    1/39

    1

    PENANGANAN PASIEN SECARA HOLISTIK

    DIAGRAM TUMBUH KEMBANG ANAK

    Lingkungan

    Mikro Mini Meso

    KEBUTUHAN DASAR

    ASUH ASIH ASAH

    TUMBUH KEMBANGNeonatus

    Anak

    Remaja

    Makro

    Bayi

    GENETIK,HEREDOKONSTITUSIONAL

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    2/39

    2

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    TUMBUH KEMBANG Kode ICD:

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)

    Definisi:

    Tumbuh kembang anak mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, namun

    saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

    Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau

    dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat(gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, m), umur tulang dan keseimbangan

    metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

    Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi

    tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil

    dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

    tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa

    sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan

    emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

    Terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, yaitu:

    1. Faktor Genetik

    Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh

    kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang

    telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan

    intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap

    rangsangan, umur dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor

    genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis

    kelamin, serta suku bangsa.

    2. Faktor Lingkungan

    Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya

    potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya

    potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini

    merupakan lingku ngan bio -fisiko-psiko- sosial yang mempengaruhi individu setiap

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    3/39

    3

    hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan secara garis

    besar dibagi atas faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di

    dalam kandungan (faktor pranatal) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi

    tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal ). Terdiri atas mikro, mini, meso

    dan makro. Mikro merupakan unit terkecil yang terdekat dengan anak, contoh: ibu,

    pengasuh. Mini merupakan unit yang lebih besar dari mikro, mencakup keluarga inti,

    contoh: bapak, saudara, suasana rumah. Meso merupakan unit yang lebih besar dari

    mini, mencakup situasi lingkungan di sekitar rumah, contoh: sarana bermain, sarana

    pelayanan kesehatan, pendidikan, sekolah. Makro merupakan unit yang lebih besar

    dari meso, mencakup situasi lingkungan suatu negara, contoh: kebijakan

    pemerintah, stabilitas nasional.

    Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai

    dari konsepsi sampai lahir, antara lain: gizi ibu waktu hamil, mekanis, toksin/zat kimia,endokrin, radiasi, infeksi stres imunitas, anoksia embrio.

    Faktor lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang secara umum dapat

    digolongkan menjadi:

    1. Lingkungan biologis, antara lain: ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,

    perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi

    metabolisme dan hormon.

    2. Faktor fisik, antara lain: cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah: sanitasi,

    keadaan rumah, struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, radiasi.3. Faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman

    yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas

    interaksi anak-orang tua.

    4. Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan/pendapatan keluarga,

    pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah

    tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat/norma-norma, agama, urbanisasi,

    kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak,

    anggaran, dll.Lingkungan juga berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh

    kembang. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang antara lain:

    1. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh) meliputi: pangan/gizi (merupakan kebutuhan

    yang terpenting); perawatan kesehatan dasar, antara lain: imunisasi, pemberian

    ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan bila sakit, dll;

    papan/pemukiman yang layak; higien perorangan, sanitasi lingkungan; sandang,

    kesegaran jasmani, rekreasi;dll.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    4/39

    4

    2. Kebutuhan emosi/ kasih sayang (Asih)

    Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antar

    ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh

    kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Merupakan kebutuhan

    akan emosi, meliputi kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, kebutuhan akan

    sukses, mandiri, dorongan, kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman

    dan rasa memiliki.

    3. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah)

    Merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak: pendidikan dan pelatihan.

    Stimulasi merupakan perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak antara

    lain berupa latihan atau bermain, juga berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat

    bagi perkembangan anak. Stimulasi mental mengembangkan perkembangan mental

    psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian,moral-etika, produktivitas, dsb. Stimulasi mental diperlukan seawal dan sedini

    mungkin, tekrutama sampai 4-5 tahun setelah lahir. Menurut tempat didapatnya,

    asah (pendidikan) dibagi menjadi: pendidikan informal (di rumah, dalam keluarga),

    pendidikan formal (SD, SLTP, SMU, PT, dsb), pendidikan nonformal: pendidikan

    ketiga; di masyarakat (kelompok pengajian anak, sekolah minggu, pramuka, palang

    merah remaja, dsb).

    Anamnesis

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh kembang anak, sebagaiberikut:

    1. Anamnesis faktor pranatal, perinatal dan postnatal

    Harus menyangkut faktor risiko untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan

    mental anak, termasuk faktor risiko untuk buta, tuli, palsi serebral, dll

    2. Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan

    anak.

    3. Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi

    4. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak5. Pola perkembangan anak dalam keluarga

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    5/39

    5

    STANDAR PENATALAKSANAAN BOKS TUMBUH KEMBANG

    Kepustakaan

    1. Needleman RD. Growth and Development. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,

    Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia:

    WB Saunders. 2000. h.23-65.

    2. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam: Narendra MB,

    Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh G, penyunting. Buku ajar tumbuh

    kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta; Sagung seto, 2002. h.86-94.

    Ahli tumbuhkembang anak

    Anamnesis

    Pem.fisik

    Perkembangan

    Neurologis

    Laboratorium

    Tkt. Kepandaian

    Pemeriksaan fisik, neurologis, laboratorium ( pem. penunjang lain )

    Konsultasi multidisipliner ( Tim ahli )

    Psikologi anak FisioterapistSpeech terapist

    Pekerja sosial Guru

    Test IQKonsultasiOrang tua

    Evaluasi klinik kepandaian EvaluasiKeluargaSos-ekonomi

    Tingkatkecerdasandi sekolah

    Program intervensi

    Poliklinik Tumbuh kembang

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    6/39

    6

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    GAGAL TUMBUH(FAILURE TO THRIVE)

    Kode ICD:R62.8

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)Definisi :

    Gagal tumbuh bukanlah suatu diagnosis, melainkan suatu terminologi yangdipakai untuk menyatakan adanya kegagalan bertumbuh atau pertumbuhan yangterhambat yaitu tidak menunjukkan kenaikan berat badan dan atau tinggi badan yangadekuat dalam periode tertentu. Seorang anak dinyatakan menderita gagal tumbuh bilaberat badan dan panjang badannya berada dibawah persentil ke-3 menurut usianya atauberada 2 simpang baku dibawah berat dan tinggi badan rata-rata menurut usianya padalebih dari satu kali pengamatan selama interval paling sedikit 56 hari bagi bayi berusia

    kurang dari 5 bulan atau selama interval paling sedikit 3 bulan untuk bayi yang lebih dari5 bulan.

    Etiologi :1. Lingkungan dan atau psikososial

    a. Emosi orang tua dan sumber makanan tidak mendukung perawatan anak. b. Defisit perkembangan minor (misalnya: kesulitan gerakan otot mulut,

    hipersensitif terhadap stimulan) yang dapat berkembang menjadi masalahpemberian makanan mengakibatkan gangguan nutrisi pada Gagal Tumbuh.

    c. Anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan sering menjadi resiko karenapemberian makanan yang tidak adekuat di rumah, tunawisma ataukepadatan penduduk, dan ketidakmampuan program pangan pemerintah.

    2. Organik/Medik A. Masukan nutrien tidak adekuat

    a. Teknik pemberian makanan yang salahb. Insufisiensi laktasi pada ibuc. Palatoskisisd. Obstruksi nasale. Gangguan menelan/ mengisapf. Regurgitasi / muntahg. Penyakit jantung-paruh. Infeksi kronik

    B. Absorpsi tidak adekuata. Malabsorbsib. Diare kronikc. Intoleransi laktosad. Alergi susu sapie. Infestasi parasit

    C. Kebutuhan kalori meningkata. Hipertiroidb. Palsi serebralc. Keganasand. Penyakit sistemik kronike. Infeksi sistemik kronik

    3. Inborn errors of metabolisme

    4. Tanpa penyebab

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    7/39

    7

    PatogenesisKurangnya masukan kalori dan nutrien lainnya yang adekuat karena makanan tidak bisaditerima, tidak diberikan atau tidak diserap atau pemakaian yang berlebihanmenyebabkan pertumbuhan tidak dapat dipertahankan sehingga timbul gejala kuranggizi.

    Bentuk klinis Ada 3 tipe gagal tumbuh:

    1. Tipe I atau Pola I (Pola malnutrisi)Lingkaran kepala normal, berat badan menurun lebih parah daripada tinggi

    badan.Penyebabnya adalah malnutrisi dengan asupan kalori yang kurang adekuat,kehilangan kalori berlebihan melalui saluran cerna dan kebutuhan metabolismeyang meningkat. Seringkali ada pengaruh eksternal (lingkungan sosial, kultur).

    2. Tipe II atau Pola II (Pola endokrin)Lingkar kepala normal, berat badan hanya sedikit berkurang dan proporsiterhadap tinggi badan masih baik. Keadaan ini terdapat pada kelainan endokrinseperti perawakan pendek ( short stature, constitusional dwarfisme ), hipotiroid,defisiensi hormon pertumbuhan. Seringkali disebut sebagai endokrinopati ataudistrofi struktural.

    3. Tipe III atau Pola III (Pola FLK, SSP)Lingkar kepala subnormal, berat badan dan tinggi badan secara proporsionalrendah. Gejala berupa mikrosefali, perkembangan terhambat, kadang-kadangkejang. Disebut funny-looking kids (FLK). Penyebabnya mungkin karena IUGR /pertumbuhan janin terhambat (PJT) yang disebabkan infeksi intrauterin(TORCH), kelainan kromosom (trisomi) dan defisiensi seng.

    Anamnesis1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang ditunjukan dengan

    kurangnya lemak, atrofi otot, lingkaran kepala kecil (antropometrik), disertai

    atau tidak adanya kelainan kongenital.2. Anoreksia, malas makan/ minum, mudah lelah, lesu, cengeng atau tanda-tandadan gejala sesuai dengan kelainan yang mendasari.

    3. Gangguan mental dan intelektual.

    Kriteria DiagnosisDasar diagnosis

    1. Gangguan perkembangan fisik2. Hambatan perkembangan mental3. Kelainan organik bisa ada, bisa tidak4. Riwayat disharmoni keluarga yang berat, deprivasi lingkungan dan sosial,

    hubungan ibu-anak yang patologis

    Langkah diagnosis1. Anamnesa

    a. Riwayat kehamilan dan kelahiran b. Riwayat penyakit yang mungkin mendasari sesuai etilogi diatasc. Riwayat pemberian makanand. Riwayat psikologis emosionale. Faktor lingkungan lain.

    2. Gejala klinis, biasanya dipakai :a. Berat badan kurang dari persentil 5 atau 3

    b. Kegagalan untuk mempertahankan grafik pertumbuhan sebelumnya,dengan parameter menyilang melewati 2 persentil mayor.

    c. Penambahan berat badan harian kurang dari yang normal.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    8/39

    8

    Rata-rata penambahan berat badan harian sesuai dengan umur.Umur Penambahan berat badan

    (gram) 0-3 bulan 26-31 3-6 bulan 17-18 6-9 bulan 12-13 9-12 bulan 9 1-3 tahun 7-9 4-6 tahun 6

    3. Observasi perilakuDokter dapat mengamati anak saat makan atau diberi makan pada ruangpraktek atau idealnya selama kunjungan rumah oleh pengamat yang dilatih.

    4. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik harus dilakukan hati-hati untuk menyingkirkan penyebab-penyebab medik dari Gagal Tumbuh. Semua anak harus menjalani tesperkembangan formal. Jika kurva pertumbuhan sejajar dengan kurvepertumbuhan normal terlampaui kurang persentil ke 5 harus dipikirkan pendek

    konstitusional kelainan endokrin, genetik dan gangguan sistemik lainnya.5. Pemeriksaan laboratorium dan penunjanga. Pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik

    b. Jika anak pendek, tetapi memiliki BB/TB yang sesuai, Bone Age dapatberguna untuk membedakan anak yang pendek konstitusinal ( Bone Agesesuai dengan usia kronologis) dari anak dengan gangguanEndokrin/Nutrisi (dengan Bone Age yang terlambat).

    TatalaksanaTujuan utama agar anak dapat Catch-Up pertumbuhannya dengan kecepatan yanglebih besar dari rata-rata umurnya untuk memperbaiki defisit pertumbuhannya.- Perbaikan gizi dibutuhkan diet yang padat kalori 1,5 x RDA untuk kalori.

    - Harus dicari faktor sosio-emosional- Kelainan organik, diterapi sesuai dengan penyebab dan indikasi- Stimulasi dini, terapi psiklogik bila keterlambatan mental- Fisioterapi, bila didapatkan keterlambatan perkembangan motorik- Konsultasi antar bagian/ sub bagian (multi disipliner) sesuai dengan kelainan

    yang dijumpai.- Evaluasi monitoring tumbuh kembang minimal sampai umur 3 tahun.

    Kriteria untuk rujukan :1. Bila 2-3 bulan intervensi pertumbuhan tidak menunjukkan respon2. Bila PEM berat ada resiko Abuse, penyakit penyerta yang serius atau

    gangguan pengasuhan.

    Kepustakaan

    1. Needleman RD. Growth and Development. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,

    Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia:

    WB Saunders. 2000.

    2. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam: Narendra MB,

    Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh G, penyunting. Buku ajar tumbuh

    kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta; Sagung seto, 2002.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    9/39

    9

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    GANGGUAN PERTUMBUHANTINGGI BADAN

    Kode ICD:NEC M89.2

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)

    Definisi: Adalah suatu gangguan / penyimpangan pola pertumbuhan normal tinggi

    badan anak, bisa terlampau pendek atau terlampau tinggi (jangkung).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan :Faktor genetik/keturunanFaktor hormonalFaktor lingkungan

    Etiologi:Penyebab gangguan pertumbuhan tinggi badan

    A. Penyebab yang sering :Anak dengan kurang giziPenyakit menahun (TBC, anemia, penyakit hati, ginjal, saluranpencernaan)Obat-obat yang mengandung hormon

    B. Penyebab yang tak sering :1. Kekurangan satu atau lebih hormon dalam proses tumbuh kembang.

    Hormon pertumbuhan (Growth hormon)Hormon gondok (Thyroid hormon)InsulinHormon paratiroidHormon kelenjar adrenalHormon seks, terutama pada masa pubertas.

    2. Kelainan bawaan :Kelainan jantung, paru, otak, ginjal, usus, dsb.Berbagai sindroma: sindroma Down, Turner, Hurler, Seckel, Prader WilliKelainan tulang, terutama tulang panjang: akhondroplasia

    3. Kelainan metabolik

    TatalaksanaEvaluasi / monitoring pertumbuhan tinggi badan anak :

    Dilakukan secara berkala, sedapat mungkin 2 kali setahun sejak masa bayiDicocokkan dengan kurva dari NCHSUkuran TB anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan.Atau dengan rumus perkiraan TB anak normal

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    10/39

    10

    Anak laki-laki : Anak perempuan :

    cmTI TB

    5,82

    )13(

    Keterangan: TB = tinggi badan bapak (cm); TI= tinggi badan ibu; 13 = konstantaHasil TB didapatkan rentangan angka rendah dan tinggi.

    Pemeriksaan lanjutan diperlukan bila ditemukan:- Tinggi badan di bawah persentil 3 atau di bawah -2SD- Kecepatan pertumbuhan tinggi badan di bawah persentil 3- Perkiraan tinggi dewasa di bawah tinggi potensi genetik- Ada gambaran dismorfik/sindroma

    TatalaksanaPengelolaan/koreksi anak gangguan pertumbuhan tinggi tergantung penyebabnya.Penyebab yang dapat dikoreksi :

    Lambat tumbuhPenyakit menahun / kronis, kurang gizi, tuberkulosa,dllMengalami suatu kekurangan hormon

    Jenis koreksi dengan memberikan pengobatan terhadap penyakit yangmendasarinya. Sedangkan anak perempuan yang sudah haid >3 tahun dan anaklaki-laki normal >19 tahun, pertambahan tinggi badannya tidak dapat dikoreksi lagi.

    Kepustakaan

    1. Needleman RD. Growth and Development. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,

    Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia:

    WB Saunders. 2000.

    2. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam: Narendra MB,

    Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh G, penyunting. Buku ajar tumbuh

    kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta; Sagung seto, 2002.

    cmTBTI

    5,82

    )13(

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    11/39

    11

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    CEREBRAL PALSI Kode ICD:G80

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)

    Definisi :Suatu sindroma yang memperlihatkan kelainan dari fungsi motorik berupa

    kelainan gerak dan postural karena lesi yang statik akibat gangguan pertumbuhan,trauma atau infeksi syaraf motorik yang terjadi pada masa pertumbuhan

    Etilogi :Etiologi secara pasti belum diketahui, terutama pada masa prenatal. Etiologi

    dapat digolongkan atas 3 kelompok :B. Faktor-faktor prenatal

    1. Anomali kongenital2. Infeksi intra uterin3. Radiasi intra uterin4. Asfiksia intra uterin5. Toksemia gravidarum

    C. Faktor-faktor perinatal1. Asfiksia2. Trauma lahir 3. Prematuritas

    D. Faktor-faktor postnatal1. Kern icterus2. Anoksia3. Infeksi4. Trauma

    KlasifikasiKlasifikasi yang sederhana adalah berdasarkan kelainan klinik yang lebih

    menonjol ditemui, yaitu :A. Spastic Cerebral Palsy

    1. Spastic hemiphlegia2. Spastic tetraphlegia3. Spastic diphlegia4. Spastic paraphlegia5. Spastic monophlegia dan triphlegi

    B. Dyskinetik Cerebral palsy1. Athetosis2. Chorea athetosis3. Bentuk-bentuk lain

    C. Ataxic Cerebral palsyD. Bentuk-bentuk campuran

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    12/39

    12

    Keadaan penyertaRetardasi mentalBangkitkan epilepsyGangguan bicaraStrabismus/ gangguan lapangan pandangGangguan pendengaran

    Kriteria DiagnosisAdanya keterlambatan motorik yang bermaknaAdanya kelainan neurologis. Tonus otot bervariasi dari hipotoni sampaidengan hipertoni dengan reflek fisiologis yang meningkat dan tanda-tandaspastisitas. Sering ditemukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol sepertikorea, atetosis dan tremor, reflek primitif terlambat menghilang ataumeningkat intensitasnya, mungkin juga ditemukan gangguan pada ototpartial dan otot motor Anamnesis kemungkinan penyebab yang berhubungan dengan kehamilan,kelahiran atau penyakit-penyakit peri dan postnatalPemeriksaan penunjang seperti EEG, foto kranium, CT-scan danlaboratorium sesuai indikasi, berguna untuk menyingkirkan penyakit yangmasih aktif atau progresif.

    TatalaksanaSebaiknya diakukan sedini mungkin secara multidisipliner dan mengikutsertakanorangtua/ keluarga.Pengobatan medikamentosa ditujukan untuk mengurangi spastisitas,menghilangkan bangkitan epilepsi, serta mengontrol gerakan abnormal.Usaha rehabilitasi, dilakukan fisioterapi, speech therapy sedini mungkin dankadang-kadang diperlukan tindakan terapi orthopedis.Pendidikan penderita yang mengalami retardasi mental denganmenyekolahkannya di Sekolah Luar Biasa (SLB).Melakukan penerangan / bimbingan kepada orang tua serta masyarakat agar penderita dapat hidup wajar.

    Kepustakaan

    1. Johnston VM. Cerebral Palsy. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia:Saunders Elsevier; 2007. h. 2494-5.

    2. Palmer FB, Hoon AH. Cerebral Palsy. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Developmentand Behavioral Pediatric. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h. 145-51.

    3. Blasco PA. Motor Delays. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Development and

    Behavioral Pediatric. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h 42-7. 4. Williams J, Venning H. Physical disability. Dalam: Polnay L. CommunityPaediatrics.Edisi ke-3. Edinburgh: Churcill; 2003. h. 503-6.

    5. Falconbridge J. Counselling. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke-3.Edinburgh: Churcill; 2003. h. 469-78.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    13/39

    13

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    GANGGUAN PSIKOMOTORIK PADABAYI DAN ANAK

    Kode ICD:F.82

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)

    Definisi : Adalah gangguan bertambahnya keterampilan dan fungsi yang kompleks.

    Etiologi1. Faktor non organik atau psikososial

    Kurangnya kasih sayang, perhatian dan stimulasi2. Faktor organik

    Penyakit yang mendasari seperti kelainan kongenital dan infeksi kronik

    Anamnesis Cara penilaian / menentukan perkembangan bayi dan anak1. Diagnostik perkembangan fungsi Muchen.

    Pada penilaian ini yang dinilai adalah umur merangkak, umur duduk, umur berjalan, umur memegang, umur persepsi, umur berbicara, umur pengertianbahasa dan umur sosialisasi.

    2. DDST (Denver Development Screening Test)

    Umur merangkak Bayi berumur 9 bulan baru bisa merayap / melata, umur 10 bulan bisa merangkaktanpa koordinasi, umur 11 bulan bisa merangkak pada tangan dan lutut dengankoordinasi, pada umur 12 bulan bisa merangkak dengan mantap.

    Apabila bayi pada umur 12 bulan belum bisa merangkak dengan mantap berartiperkembangan merangkaknya terlambat.

    Umur duduk Pada umur 8 bulan, bayi bisa didudukan dengan bertopang pada satu atau dualengan ke depan, umur 9 bulan bisa duduk bebas selama paling sedikit 1 menitdan pada umur 10 bulan bisa duduk sendiri dengan baik. Apabila bayi berumur 10bulan belum bisa duduk sendiri berarti perkembangan duduknya terlambat.

    Umur berjalanRefleks berjalan dimulai pada umur 9 bulan, kalau didirikan dapat berdiri dengansepenuhnya menanggung berat badannya sebentar, pada umur 10 bulan dapatberdiri pegangan sendiri, umur 11 bulan bisa rambatan dan dituntun dengantangan dua,umur 12 bulan bisa melangkah ke depan bila dipegang dengan satutangan, umur 14-15 bulan berjalan sendiri, umur 2 tahun bisa naik turun tanggadan melompat rendah, umur 2 1/2 tahun bisa berjinjit dan umur 3 tahun bisa berdiridiatas satu kaki.

    Umur memegang Sejak lahir bayi sudah mempunyai refleks memegang, umur 3-4 bulan jari-jarisudah mulai setengah terbuka, umur 5 bulan mulai menyentuh mainan, umur 6

    bulan betul-betul bisa memegang / meraih dengan seluruh telapak tangan danmemindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lain, umur 10 bulan dapat

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    14/39

    14

    memegang benda kecil dengan telunjuk dan ibu jari dilengkungkan.

    Umur persepsi Bayi baru lahir bereaksi kesal apabila ada cahaya yang terlalu terang atau suaraterlalu keras, umur 1 bulan sudah bisa mengikuti dengan mata benda yangbergerak di depannya ke sisi 45 derajat, umur 2-3 bulan bisa mengikuti bendabergerak dan bereaksi terhadap bunyi, umur 5 bulan bisa bereaksi mencari sumber bunyi, umur 7-8 bulan bisa berusaha meraih benda yang terjangkau, umur 9 bulanbisa meraih benda dalam kotak, umur 12 bulan bisa menarik mainan yang diikat,umur 18 bulan bisa menyusun balok 3 buah, umur 2 tahun bisa menarik garislurus, umur 2 1/2 tahun mengenal 2-3 warna dan umur 3 tahun dapat menggambar lingkaran.

    Umur berbicaraBayi baru lahir hanya bisa menangis bila merasa kurang senang, sampai umur 8bulan bisa bicara, umur 9 bulan mulai menggabungkan 2 buah suku kata ma-ma,ta-ta, umur 10 bulan bisa menirukan suku kata yang tepat, umur 11-12 bulanperkataan pertama yang berarti, umur 14 bulan perbendaharaan kata bertambah,umur 18 bulan 20 kata, umur 2 tahun dapat menyusun kalimat, umur 2 1/

    2tahun

    dapat menggunakan kata benda dan kata kerja, umur 3 tahun dapat menggunakankata ganti orang.

    Umur pengertian bahasaUmur 10 bulan mengerti pertanyaan mengenai seseorang atau benda yangdikenalnya, umur 11 bulan bereaksi terhadap larangan yang diucapkan denganmenghentikan kegiatannya, umur 12 bulan anak mengerti perintah dan melakukanpermintaan yang sederhana.

    Umur sosialisasi

    Bayi baru lahir tenang bila digendong, umur 1 bulan mulai melihat danmenghentikan kegiatan bila muncul muka seseorang, umur 2 bulan memandangmuka seseorang, dan mengikuti pergerakannya, umur 3 bulan tersenyum sosial,umur 4-5 bulan tertawa nyaring bila di ajak bercanda, umur 6 bulan dapatmembedakan orang yang sudah dikenal dan orang asing, umur 7 bulanmemperhatikan dan mengikuti pengasuhnya, umur 8 bulan bermain ciluk-ba, umur 9-10 bulan mengerti takut / canggung terhadap orang lain, umur11-12 bulanmemberikan mainannya yang di minta oleh pengasuhnya, 1 1/2 tahun kencing danbuang air teratur, umur 2 tahun dapat mengatakan hendak buang air/kencing,umur 3 tahun dapat memakai sendok dengan baik, dapat memakai sepatu.

    PengelolaanCari kelainan organik, diobati sesuai penyebab dan indikasi.Cari faktor psikologik/sosialStimulasi diniMemberikan lingkungan psiko-sosial yang baik

    Kepustakaan

    1. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam: Narendra

    MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh G, penyunting. Buku ajar

    tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta; Sagung seto

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    15/39

    15

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    GANGGUAN PENDENGARAN PADAANAK

    Kode ICD:H90-H91

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)

    Bentuk Klinis (Klasifikasi)Jenis dan derajat gangguan pendengaran3. Tuli konduktif

    Dapat disebabkan oleh :Kelainan telinga luar atau tengah, umumnya oleh karena peradangan,contohnya OMSKBentuk kepala yang abnormal (Kelainan Tuba Eustchii)Diskinesia cilia primer Osteosklerosis juvenil

    4. Tuli sensorineuralKelainan koklea/ retrokoklea

    5. Tuli campuranTerjadi pada tuli konduktif kemudian diikuti oleh tuli sensorineural

    Derajat ketulian pada pemeriksaan Audiometri :Ringan : 20-40 dBSedang : 41-70 dBBerat : 71-95 dBSangat berat : > 95 dB

    Klasifikasi :1. Genetik :

    SindromalNonsindromal

    2. Non genetik :Penyebab prenatalPenyebab perinatalPenyebab postnatal

    Kriteria DiagnosisKriteria resiko pada bayi baru lahir (0-28 hari)1. Adanya riwayat tuli kongenital dalam keluarga.2. Penyakit infeksi prenatal (TORCH)3. Kelainan / anomali pada daerah leher dan kepala.4. Berat lahir kurang dari 1500 gram5. Asfiksia neonatal dengan nilai APGAR yang rendah6. Hiperbilirubinemia7. Meningitis bakterialis8. Pemberian obat ototoksik9. Penggunaan ventilasi mekanik selama lebih dari 10 hari10. Sindrom yang ada hubungannya dengan tuli sensorineural (sindroma Usher)

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    16/39

    16

    Kriteria resiko pada bayi (29 hari 2 tahun)1. Perkembangan bicara dan atau bahasa yang terlambat2. Meningitis bakterialis3. Faktor resiko pada neonatus infeksi (TORCH)4. Trauma kepala dengan fraktur longitudinal atau transversa di lobus temporalis5. Sindroma yang berhubungan dengan tuli sensorineural (sindroma Usher)6. Penggunaan obat ototoksik7. Anak dengan penyakit neurodegeneratif misalnya neurofibromatosis, epilepsy

    mioklonik, ataksia friedreich8. Penyakit infeksi pada anak yang diketahui ada hubungannya dengan tuli

    sensorineural misalnya gondongan, campak.

    Pemeriksaan pendengaran1. Oleh orang tua

    a. Dengan tanda / isyarat dari Mc. Cormic b. Penuntun praktis ASHA (American Speech Language Hearing Association)

    2. Oleh petugasa. Tes behavioral (memperhatikan reaksi anak terhadap bunyi)

    Metode pemeriksaan tergantung dari umur perkembangan anak :1. Neonatus dengan reflek moro/ reflek kejut2. 1-4 bulan dengan uji reaksi mendengar 3. 4-30 bulan dengan uji distriksi4. 6-30 bulan dengan uji visual reinforcement5. > 2 tahun dengan play audiometric6. > 3 tahun dengan audiometric nada murni7. > 7 tahun dengan speech audiometric

    b. TDD3. Tes non behavior

    a. neonatus dengan Crib-O-Gram b. ABR (Auditory Brainstem Evoked Response)

    Skrining yang dianjurkan :1. Bayi baru lahir dengan satu atau lebih faktor resiko2. Skrining yang optimal pada umur kurang dari 3 bulan3. Skrining awal dengan menggunakan ABR4. Bila ABR belum tersedia, harus dirujuk untuk penilaian pada usia < 6 bulan5. Kriteria lulus untuk ABR adalah adanya respon dari setiap telinga terhadap

    stimulus dengan intensitas 40 dB atau kurang6. Dianjurkan menggunakan tranduser yang tidak menyebabkan kolapsnya

    saluran telinga7. Perlu evaluasi lanjutan pada kasus-kasus dengan kemungkinan tuli progresif

    misalnya meningitis, infeksi intrauterine, asfiksia,dll8. Jika hasil skrining awal meragukan maka perlu dirujuk ke ahli THT atau ahli

    audiologi untuk pemeriksaan selanjutnya.

    Anak harus dicurigai mengalami gangguan pendengaran bila terdapat beberapahal sebagai berikut :1. Adanya kecurigaan orang tua bahwa pendengaran anaknya kurang baik2. Perkembangan berbicara dan berbahasa anak yang tidak normal3. Gangguan pada skrining pendengaran4. Adanya faktor resiko untuk gangguan pendengaran5. Kebiasaan tingkah laku dan sosialisasi yang tidak baik6. Prestasi sekolah yang tidak baik

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    17/39

    17

    Anak dengan dugaan gangguan pendengaran/ berbicara harus dikirim ke ahli THTUntuk mendapat pemeriksaan yang bertujuan :1. Untuk menentukan apakah benar ada gangguan pendengaran atau bicara2. Menentukan jenis gangguan pendengaran konduktif atau sensorineural3. Menentukan derajat pendengaran atau gangguan pendengaran4. Untuk menentukan umur munculnya gangguan pendengaran, karena

    gangguan pendengaran yang terjadi pada masa pralingual memberi pengaruhyang lebih berat terhadap anak

    5. Untuk mencari kelainan lain yang mungkin menyertainya.

    Tatalaksana1. Hearing Aid (Alat Bantu mendengar = ABM) sedini mungkin. Evaluasi dan

    observasi berkala. Anak < 5 tahun setiap 6 bulan2. Penanganan di rumah, meningkatkan pengertian/pengetahuan orangtua3. Pendidikan khusus, teman latihan, teman bermain, kelas persiapan SLB-B4. Speech therapy (terap i wicara)

    Kepustakaan

    1. Glascoe FG. Developmental screening and surveillance. Dalam: Kliegman RM,Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics.Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.

    2. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Gde Ranuh IGN, penyunting.Buku Ajar I Tumbuh Kembang dan Remaja. Jakarta: IDAI; 2005.

    3. Blackman JA. Developmental screening: Infants, toddlers, and preschoolers. Dalam:Levine MD, Carey WB, Crocker AC, penyunting. Developmental- BehavioralPediatrics. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders; 1999.

    4. Glascoe FG. Developmental screening. Dalam Parker S, Zuckerman B, Augustyn M,penyunting. Developmental and behavioral pediatrics. Edisi ke-2. Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins; 2004.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    18/39

    18

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    GANGGUAN BICARA DANBAHASA PADA ANAK

    Kode ICD:F80.9

    Panduan Praktek Klinis No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)Etiologi:1. Faktor biologi

    - Gangguan pendengaran- Kelainan organ bicara dan bahasa- Retardasi mental- Kelainan genetik atau kromosom- Autisme- Mutisme selektif

    - Keterlambatan fungsional- Afasia reseptif - Gangguan bahasa spesifik ( Specific Language Impairment )- Sindroma Landau-Kleffner (sangat jarang)- Penyakit metabolik dan neurodegeneratif

    2. Faktor lingkungan- Lingkungan yang sepi- Status sosial ekonomi- Teknik pengajaran yang salah- Sikap orangtua- Lingkungan yang kurang memberikan stimulasi- Child abuse - Pemakaian bahasa bilingual

    KlasifikasiKlasifikasi Menurut DSM IV1. Gangguan Bahasa Ekspresif

    Perkembangan bahasa ekspresif berada dibawah ukuran standar perkembangan bahasa ekspresif dan kapasitas non verbal.Gejala meliputi : perbendaharaan kata-kata terbatas, kesulitan membuatkalimat, sulit mengingat kata-kata atau membuat kalimat panjang dan kompleks.

    2. Gangguan Bahasa reseptif , ekspresif campuranPerkembangan bahasa reseptif dan ekspresif berada dibawah ukuran standar kapasitas intelektual nonverbalGejala berupa gangguan bahasa ekspresif dan kesulitan memahami kata-kataatau jenis kata-kata berurutan

    3. Gangguan FonologiGagal menggunakan suara-suara yang sesuai dengan umur dan dialek misal:kesalahan dalam memproduksi kata-kata menggunakan ataumengorganisasikan kata-kata, menggantikan satu suara dengan yang lain ataumenghilangkan suara.

    4. GagapGangguan pada kelancaran dan waktu bicara yang tak sesuai dengan umur anak

    5. Gangguan komunikasi yang tak tergolongkan

    Misal: gangguan suara(karena kelainan pita suara, kebenaran, kualitas, nadaatau suara)

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    19/39

    19

    Klasifikasi menurut Rutter :RINGAN Keterlambatan akuisisi dari bunyi, kata-kata,

    bahasa normalDislalia

    SEDANG Keterlambatan lebih berat dari akusisi bunyi,kata-kata dan perkembangan bahasa terlambat

    Disfasiaekspresif

    BERAT Keterlambatan lebih berat dari akusisi danbahasa, gangguan pemahaman bahasa

    Disfasia reseptdan tpersepsi

    SANGATBERAT

    Gangguan pada seluruh kemampuan bahasa Tuli persepdan tuli sentral

    Bentuk KlinisKecurigaan adanya gangguan perkembangan kemampuan bahasa menurut AramDM1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya

    terhadap suara yang datang dari belakang atau samping.2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya

    sendiri.3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, dada dan sebagainya.

    4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal.5. Pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,

    kemari, berdiri)6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh.7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan terdiri dari 2

    buah kata.8. Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat

    sedikit.9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga.10. Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana.11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat-kalimat

    sederhana.12. Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang diluar keluarganya.13. Pada usia 3 1/2 tahun selalu gagal menyebut kata akhir (ca untuk cat, ba untuk

    ban, dll)14. Setelah usia 4 tahun tidak lancar baerbicara .15. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.16. Pada usia berapa saja terhadap hipernasalitas dan hiponatalitas, sangat keras

    dan tidak dapat didengar serta terus menerus memperdengarkan suara serak.

    Anak dengan gangguan pendengaran partial dapat mengerti ucapan beberapa kata. Anak lebih banyak menggunakan cara lain untuk berkomunikasi, seperti isyarat, ataupenggunaan kode-kode yang dapat dimengerti oleh lawan komunikasinya.

    Anak RM bicara lebih lambat dibanding anak normal. Mereka mengalami ke terlambatanbaik reseptif maupun ekspresif, mereka kesulitan dalam menggunakan dan membuatkonsep bahasa tingkat tinggiGangguan komunikasi pada anak autisme umumnya akan derajat berat, baik verbalmaupun non verbal, selain terlambat bicara, mereka sering meracau dengan bahasayang tidak dimengerti oleh orang lain. Sedangkan pada Mutisme selektif, perkembanganbahasa sesuai usia tetapi anak tidak mampu bicara pada situasi sosial tertentu

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    20/39

    20

    Kriteria DiagnosisAnamnesis mencakup perkembangan bahasa, bicara anak, termasuk faktor resiko

    dan penyebab gangguan bicaraInstrumen penyaring : DENVER, ELMSPemeriksaan fisik : untuk mencari penyebab gangguan bicara, meliputi : TB. PB,Lingkar kepala, kelainan telinga luar, telinga dalam, celah palatum, dllEvaluasi perilakuMengamati anak saat bermain sangat membantu dalam mengidentifikasigangguan tingkah lakuPemeriksaan penunjang; setiap anak dengan gangguan bicara harus diperiksafungsi pendengaranya. Bila dicurigai RM dilakukan test intelegensi

    Tatalaksana A. Cari faktor penyebab, bila mungkin diatasi.B. Speech Therapy

    Ad.A. Konsultasi

    1.Psikiater anakBila ada gangguan bahasa dan tingkah laku.

    2. Ahli THTUntuk mengetahui adanya gangguan pendengaran

    3. Ahli syaraf anakUntuk mengetahui adanya kelainan neurologi

    4. Mencari penyakit metabolik dan gangguan organik lainnya.

    Ad.B. Rujukan untuk Speech Therapy Indikasi :1. Anak berumur 20-24 bulan belum bicara satu katapun.

    2. Anak berumur 28-30 bulan belum bisa mengucapkan kata-kata3. Anak berumur 3 tahun atau lebih bicaranya tidak bisa dimengerti4. Bila orang tua mengkhawatirkan kemampuan bicara anaknya, pada usia

    berapapun.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    21/39

    21

    Algoritme tatalaksana gangguan bahasa pada anak

    Ya

    Rujuk ke:

    Bedah Mulut / Neuropediatri

    Gangguan organik alat bicara

    Tidak

    Tes pendengaranSkrining Perkembangan umum

    (Mis : Denver II)Tes intelegensia non

    verbal

    Abnormal Normal Abnormal Normal Normal Abnormal

    THT danTerapi Wicara

    Motorik : Palsi serebralisPersonal Sosial : Autisme

    Gangguan defisit perhatian danhiperaktivitas

    Terapi wicaraTerapi okupasi

    RetardasiMental

    Tidak Ya

    ADHD

    Terapi wicaraPsikiater /Psikolog

    Gangguan Perkembangan bicara dan berbahasa :1. Tipe ekspresif 2. Tipe reseptif ekspresif 3. Gangguan fonologi4. Gagap5. Kelainan Suara

    Halusinasi, gangguan pikiranPsikiater /PsikologSkizofrenia anak

    Tidak bicarahanya padalingkungan

    tertentu

    GangguanPendengaran

    Mutisme Selektif

    Anak dengan gejala gangguan bicara dan berbahasa

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    22/39

    22

    Kepustakaan

    5. Glascoe FG. Developmental screening and surveillance. Dalam: Kliegman RM,Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics.Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 74-80.

    6. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Gde Ranuh IGN, penyunting.Buku Ajar I Tumbuh Kembang dan Remaja. Jakarta: IDAI; 2005. h. 1-126.

    7. Blackman JA. Developmental screening: Infants, toddlers, and preschoolers. Dalam:Levine MD, Carey WB, Crocker AC, penyunting. Developmental- BehavioralPediatrics. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders; 1999. h 689-95.

    8. Glascoe FG. Developmental screening. Dalam Parker S, Zuckerman B, Augustyn M,penyunting. Developmental and behavioral pediatrics. Edisi ke-2. Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins; 2004. h 41-50.

    9. Illingworth RS. The normal child. Edisi 10. India: Elsevier: 2005. h.127-89. 10. Knight JR dkk, penyunting. Bright Futures case studies for primary care clinicians:

    child development and behavior. The Bright Futures Center for pediatric education ingrowth and development, behavior and adolescent health. Children hospital, Boston.2001.

    11. UKK Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial IDAI. Deteksi dan intervensi kelainangangguan bicara dengan ELMS-2. Yogyakarta, 2007.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    23/39

    23

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    AUTISME INFANTIL Kode ICD:F84.0

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)Definisi

    Autisme atau dikenal juga sebagai autisme infantil adalah gangguanperkembangan yang luas dan berat (pervasive) dengan karakteristik gangguankomunikasi, interaksi sosial, dan prilaku yang gejalanya mulai tampak pada anaksebelum usia 3 tahun.Menurut PPDGJ-III (Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa-III) 1993, autismedigolongkan gangguan perkembangan pervasive (Pervasive DevelopmentalDisorder; PDD)

    Menurut DSM yang tergolong dalam PDD adalah- Autistic disorder (autisme)- Asperger syndrom- PDD Not Otherwie Spesified (PPD NOS)- Childhood disintegratif disorders- Rett Syndrom

    Angka kejadian / prevalensiSepuluh tahun yang lalu diperkirakan 1 per 5000 anak. Sekarang meningkatmenjadi 1 per 500 anak. perbandingan pria dan wanita yaitu 4 : 1.

    EtiologiPenyebab autisme masih merupakan misteri sehingga timbul berbagai macam

    teori yang hanya didasarkan atas asumsi saja.1. Faktor psikologis2. Faktor biologis

    - genetik- gangguan pertumbuhan sel otak (neuroanatomi)- kimiawi otak (neurokemistri)- prenatal

    3. Faktor imunologi4. Infeksi virus

    AnamnesisGejala gejala

    Gejala autisme biasanya timbul sebelum anak berusia 3 tahun. Pada sebagiananak gejala-gajala bisa sudah ada sejak lahir yang akan tampak makin jelassetelah anak mencapai 3 tahun.1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal

    Telambat bicaraMeracau dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lainBicara tidak dipakai untuk berkomunikasiMeniru atau membeo (echolalia)Pandai meniru nyanyian, nada maupun kata-katanya tanpa mengertiartinyaSebagian (20 %) anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    24/39

    24

    Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat danmengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya

    2. Gangguan dalam bidang interaksi sosialMenolak / menghindar untuk bertatap mata (kontak mata tidak ada)Tak mau menengok untuk dipanggilSeringkali menolak untuk dipeluk

    Tidak ada usaha melakukan interaksi dengan orang lain, asyik main sendiriBila didekati untuk diajak main malah menjauh3. Gangguan dalam bidang perilaku

    Pada anak autis terdapat perilaku yang berlebihan dan kekurangan Contoh perilaku yang berlebihan:

    Hiperaktivitas motorik seperti tidak bisa diam, lari ke sana ke mari takterarah, melompat-lompat, berputar-putar, mmukul-mukul pintu atau meja,mengulang-ngulang gerakan tertentu. Perilaku ini dapat membahayakandiri sendiri dan berupa agresifitas melawan orang lainPerilaku yang kekurangan, contohnya:o Duduk dia bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara

    monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang.o Duduk diam terpaku oleh sesuatu hal, misalnya bayangan atau benda

    yang berputar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentuseperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa sajayang terus dipegangnya dan dibawa ke mana-mana

    4. Gangguan dalam bidang perasaan/ emosiTidak ada kurangnya empati, misalnya melihat anak menangis tidakmerasa kasihan melainkan merasa terganggu sehingga anak yangmenangis tersebut mungkin didatangi dan dipukulnyaTertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yangnyataSering mengamuk tak terkendali ( temper tantrum ). Terutama bila tidakmendapatkan apa yang diinginkannya, ia bisa menjadi agresif dandestruktif (merusak)

    5. Gangguan dalam persepsi sensoris (tactile, auditory hipersensity )Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa sajaBila mendengar suara keras langsung menutup telingaTidak menyukai rabaan atau pelukanMerasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar

    6. Gangguan tidur dan makan7. Gangguan efek dan mood (suasana hati)8. Gangguan kejang9. Aktivitas dan minat yang terbatas10. Gangguan kognitif : 75-80% anak autis mengalami retardasi mental.

    Gejala-gejala diatas tidak harus ada semuanya pada setiap anak, tergantung padaberat atau ringannya keadaan autisnya.

    Kriteria DiagnosisMenurut ICD-10 1993 & DSM IV 1994, kriteria diagnosis autisme infantile adalahsebagai berikut :A. Harus ada setidaknya 6 gejala dari 1, 2 dan 3 dengan minimal 2 gejala dari 1

    dan masing-masing satu gejala dari 2 dan 31. Gangguan kualitatif dalam integrasi sosial yang timbal balik. Minimal harus

    ada 2 dari gejala dibawah ini :a. Tidak mampu menjalani interaksi sosial yang cukup memadai: kontak

    mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    25/39

    25

    tertuju. b. Tak bisa bermain dengan teman sebayac. Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain)d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang

    timbal balik2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada satu

    gejala dibawah ini :a. Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang,

    anak tidak berusaha berkomunikasi secara nonverbal b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dapat dipakai untuk

    komunikasic. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulangd. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang dapat

    meniru3. Adanya suatu pola yang dipertahankan, diulang-ulang dalam perilaku,

    minat dan kegiatan. Minimal harus ada satu gejala dibawah ini :a. Mempertahankan suatu minat atau lebih dengan cara yang sangat

    khas dan berlebihan

    b.Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak adagunanya

    c. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulangd. Sering kali sangat terpukau pada bagian-bagian benda

    B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalambidang1. Interaksi sosial2. Bicara + Bahasa3. Cara bermain yang monoton, kurang variatif

    C. Bukan disebabkan oleh sindroma Rett atau gangguan disintegratif masa

    kanak-kanak

    Differential Diagnosis :1. Retardasi mental (RM)2. Skizofrenia : tidak ada RM, ada waham3. Gangguan perkembangan bahasa : komunikasi nonverbal baik (isyarat +),

    stereotipik (-)4. Gangguan penglihatan dan pendengaran5. Gangguan kelekatan yang reaktif : kesalahan pengasuhan6. PDD

    - Sindroma Rett : (7-24 bulan, perempuan, mula-mula normal kemudianmundur, terdapat stereotipi)

    - Sindroma Asperger: sama dengan autisme tapi bahasa baik, IQ normal /tinggi

    - Gangguan desintegrasi masa anak: mula-mula normal sampai 2 tahun.Kemudian sama dengan autisme dengan gangguan ketiga bidang

    7. ADHD/GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas : interaksisosial baik, komunikasi nonverbal baik, minat aktivitas terarah dan sesuai adatujuan walau tak selesai

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    26/39

    26

    TatalaksanaTujuan :- mengurangi masalah perilaku yang abnormal- meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam

    penguasaan bahasaTujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yangmenyeluruh dan bersifat individual dan ditangani oleh satu tim kerja yang terpaduyang terdiri dari: tenaga pendidik, tenaga medis (psikiater, dokter anak), psikolog.

    Ahli terapi wicara, pekerja sosial, fisioterafis dan perawat.

    Berbagai jenis terapi yang harus di jalankan secara terpadu tersebut, sesuaidengan keadaan dan keperluan anak, mencakup :1. Terapi medikamentosa2. Terapi medikamentosa

    1. Terapi medikamentosa:Pada penderita autisme dengan gejala-gejala seperti tempertantrum, agresifitas,melukai diri sendiri dan stereotifik, pemberian obat akan membantu memperbaikirespon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah menerima terapi yanglain. Obat-obat yang diberikan adalah obat-obat yang mempengaruhi kerja sel otakdan memperbaiaki abnormalitas kadar neurotransmitter, seperti:

    - Risperidon, dimulai dengan dosis 2 x 0,1 mg, dapat dinaikkan o,25mg setiap 3-5 hari sampai tercapai dosis 1-2 mg/hari. Dapatmemperbaiki hubungan sosial, atensi, agresifitas, hiperaktifitas danperilaku menyakiti diri sendiri.

    - Haloperidol, dosis 0,25-3 mg/ hari, dibagi 2-3 dosis. Dapatmemperbaiki agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotifik.

    - Thioridazine, dosis 0,5-3 mg/ kg/ hari dibagi 2-3 dosis. Dapatmenurunkan agresifitas dan agitasi.

    2. Terapi nonmedikamentosa:- Terapi prilakuKeadaan hiperaktifitas, impulsifitas, gerakan stereotifik, cara bermainyang tidak sama dengan anak lain, juga adanya agresifitas, temper tantrum, dan cenderung melukai diri sendiri memerlukan intervensiperilaku.Metode yang banyak dipakai adalah ABA (Applied Behavioral

    Analysis). Keberhasilan terapi sangat tergantung padausia saat terapidilakukan, kecerdasan anak, dan intensitas terapi. Usia terbaik adalahsekitar 2-3 tahun dan intensitas terapi sekitar 40 jam perminggu.

    - Terapi bicaraTerapi bicara perlu dilakukan sejak dini dengan intensif bersama

    dengan terapi lain.- Terapi okupasi

    Terapi okupasi diperlukan untuk melatih motorik kasar/ halus danketrampilan agar anak dapat melakukan gerakan memegang,menggunting, menulis dengan terkontrol dan teratur.

    - Sensori integrasiPada anak dengan autis sering terjadi diorganisasi fungsi saraf yangmenimbulkan berbagai gangguan sensorik, seperti koordinasi motorikyang buruk, aktivitas yang tidak terkontrol, hiper/hiposensitif, perilakumelukai diri sendiri.Sensori integrasi adalah pengorganisasian informasi melalui semuasensori yang ada (gerakan, sentuhan, penciuman, pengecapan,penglihatan, pendengaran, body awareness dan gravitasi) untuk

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    27/39

    27

    mengahsilkan respons yang bermakna.- AIT (Auditory Integration Training)

    Diberikan kepada individu yang hipersensitif terhadap suara danmengganggu pendengaran mereka. Mulanya ditentukan deng suarayang mengganggu pendengaran dengan perangklat audiometer. laludiikuti seri terapi yang memperdengarkan suara-suara yang direkam,tetapi tidak disertai dengan suara yang menyakitkan. Selanjunyadilakukan desnsitisasi terhadap suara yang menyakitkan tersebut.

    - Terapi EdukasiIntervensi dalam bentuk pelatihan ketrampilan sosial, ketrampilansehari-hari agar anak dapat mandiri. Salah satu metode yang banyakdipakai adalah metode TEACCH (Treatment and Education of Autisticand Related Communication Handicapped Children). metode inisangat terstruktur, mengintegrasikan metode klasik yang individual,metode pengajaran yang sistematik, terjadwal dan dalam ruang kelasyang ditata khusus.

    - Terapi dietTerapi diet bebas glutein dan casein boleh dipertimbangkan biladengan diet tersebut ada penurunan hiperaktifitas.

    Komplikasi dan PrognosisDengan penatalaksanaan yang tepat dan terpadu gejala-gejala autistiknya bisadikurangi semaksimal mungkin. Bila anak tersebut mempunyai kecerdasan yangnormal atau tinggi, tidak tertutup kemungkinan ia bisa mencapai jenjangpendidikan yang tinggi.Prognosis penyandang autisme sangat tergantung dari diagnosis dini, beratringannya gejala, kecerdasan anak, umur pada saat terapi, kemampuan bicara danterutama intensitas terapi. Keterlibatan orang tua sangat mempengaruhi danpenting dalam membantu kemajuan anaknya .Penyandang autisme dikatakansembuh bila ia telah bisa membaur dan mandiri dalam masyarakat.

    Kepustakaan1. Dalton R, Forman MA. Autistic Disorder. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson

    HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18.Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 87-8

    2. Caronna EB. Autism. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Development and BehavioralPediatric. Edisi 2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h. 124-9.

    3. Falconbridge J. Counselling. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke-3.Edinburgh; Churcill; 2003. h. 469-78.

    4. Tanguay PE. Pervasive developmental disorders A. 10 year- review. J. Am. Acad.Child Adolesc Psychiatry. 2000; 39:1079-95

    5. Maestro S, Muratori F. Attentional skill during the first 6 month of age in autism

    spectrum disorder. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 2002; 41:106. Brereton AV, Tonge BJ. Screening young people for autism with the developmental

    behavior check-list. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 2002; 41:117. Baird G, Charman T. A screening instrument for autism at 18 months of age: A 6-

    year follow up study. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 2000; 39:68. Hardiono DP. Deteksi dan diagnosis autism. Disampaikan pada Pendidikan

    Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XIV. Jakarta, 18-19 Februari 2002.9. Alisjahbana A. Tanda awal dari autisme. Disampaikan pada konferensi nasional

    autism-1. Jakarta, 2-4 Juli 2003.10. Filipek PA, Acardo PJ, Aswahwal S, Baronek GT, Cook EH, Dawson G, dkk.

    Practise parameter: screening and diagnosis of autism. Neurology. 2000.; 55: 468-7911. Task Force on DSM-IV. Diagnostic and statistical manual of mental disorders.

    Washington: American Psychiatric Association; 1994. h 66-71.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    28/39

    28

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    RETARDASI MENTAL Kode ICD:F79

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)Definisi

    Fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ < 70), disertai adanya kendala dalampenyesuaian perilaku adaptif sosial dan gejalanya timbul dalam masa perkembangan(usia < 18 tahun)

    Etiologi :- adanya disfungsi otak- kompleks dan multifaktorial- faktor potensial : non organik, organik

    Faktor Non Organik- kemiskinan- keluarga tidak harmonis- interaksi anak-pengasuh yang tidak baik- penelantaran anak- faktor sosiokultural

    Faktor Organik1. Faktor Prakonsepsi

    kelainan genetik (penyakit metabolik, kelainan neurokutaneus)kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X)

    2. Faktor Pranatalkelainan kromosom (sindroma down)Defisiensi hormonal (hipotiroid kongenital)infeksi intra uterin (TORCH, HIV)zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, kokain, logam berat)disfungsi plasentaibu DMtoksemia gravidarumibu malnutrisi

    3. Faktor Perinatalprematureasfiksia neonatorumtrauma lahir, perdarahan intrakranialmeningitiskelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia

    4. Faktor postnataltrauma berat pada kepala / SSPneurotoksin (misal logam berat)anoksia (misal tenggelam)kelainan metabolikgizi buruk

    infeksi (meningitis, ensefalitis)

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    29/39

    29

    KlasifikasiBerdasarkan nilai IQ :

    RM borderline IQ 70-79RM ringan IQ 52-69RM sedang IQ 36-51RM berat IQ 20-35ia

    RM sangat berat IQ < 20Berdasarkan gejala :

    Tipe klinik :- kelainan fisik dan mental cukup berat mudah dideteksi dini- penyebab >> kelainan organik- perlu perawatan terus menerus

    Tipe sosial budaya- penampilan seperti anak normal- tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah- >> RM borderline dan RM ringan

    Kelainan yang menyertai :palsi serebralepilepsigangguan pendengarangangguan penglihatanhidrosefalusautisme infantilegangguan psikiatrik lain

    Kriteria Diagnosis : Anak dicurigai RM bila perkembangannya dibawah rata-rata anak seusianya

    anamnesis untuk mencari penyebab kelainan organik / non organikskrining tes Denver anak RM perkembangan terlambat di semua bidang, kecuali

    kadang-kadang pada bidang motorik kasar tes IQ (usia > 6 tahun)pemeriksaan laboratorium atas indikasi, bukan rutin

    Tatalaksanaumum : masalah pendidikan, edukasi dan latihantim multidisiplin (dokter anak, psikiater, neurolog, psikolog, guru, terapis okupasi,

    terapi bicara, perawat)sesuai dengan IQSLB

    RM ringanmampu didik diajar baca tulisbisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidup dan mandiri seperti orang

    dewasa normalmemerlukan bimbingan dari keluarga

    RM sedangmampu latih bisa dilatih keterampilan tertentu (pertukangan, pertanian)dilatih mengurus diri sendiriselalu memerlukan bimbingan dan pengawasan

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    30/39

    30

    RM beratdilatih higiene dasar sajadilatih kemampuan bicara yang sederhanatidak dapat dilatih keterampilan kerjamemerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidup

    RM sangat beratkemampuan berbahasa sangat minimalseluruh hidup tergantung pada orang disekitarnya

    Kepustakaan

    1. Shonkoff JP. Mental Retardation. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia:Saunders Elsevier; 2007. h. 125-9

    2. Kastner W. Mental Retardation: Behavioral Probelms Palsy. Dalam: Parker S,Zuckerman B. Development and Behavioral Pediatric. Edisi ke-2. Philadelphia:Lippincott; 2005. h. 234-7

    3. Coulter DL. Mental Retardation: Diagnostic Evaluations. Dalam: Parker S,Zuckerman B. Development and Behavioral Pediatric. Edisi ke-2. Philadelphia:Lippincott; 2005. h. 238-41

    4. Williams J, Venning H. Physical disability. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics.Edisi ke-3. Edinburgh: Churcill; 2003. h. 503-6.

    5. Falconbridge J. Counselling. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke-3.Edinburgh: Churcill; 2003. h. 469-478

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    31/39

    31

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    ATTENTION DEFICITHYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

    Kode ICD:F90.0

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)Definisi:

    ADHD adalah kelompok tingkah laku (sindroma tingkah laku) yang terdiri darigangguan hiperaktif dan/atau impulsif dan/atau kurang perhatian (inatentif) yang tampakpada awal kehidupan anak dan akan menetap setelah masa anak dan remaja, walaupunmanifestasi tingkah laku berubah tergantung rentang perkembangan.

    Angka kejadian / prevalensi- Prevalensi 4-6% pada anak usia sekolah dasar (di Amerika Serikat)

    - Prevalensi < 20% pada status sosioekonomi rendah (di Amerika Serikat)- Laki-laki : Perempuan = 6 : 1 (menurut Esther Wender)

    Etiologi:1. Faktor Genetik. Penelitian dari hubungan tingkat satu dan dua (orangtua,

    saudara kandung, nenek/kakek) dari anak dengan ADHD memperlihatkaninsiden penyakit yang lebih tinggi daripada populasi

    2. Perbedaan dari otak. Studi binatang menunjukkan perubahan profilneurotransmitter pada ADHD. PET menunjukkan aktivitas sebagian korteksserebral, terutama lobus frontalis. Variasi insult pada SSP (prematur, paparanobat prenatal, infeksi) juga berhubungan dengan ADHD.

    3. Faktor Lingkungan. Psikopatologi orangtua, status sosioekonomi yang rendahmemainkan peranan pada etiologi atau yang mengeksaserbasi ADHD.Lingkungan keluarga, termasuk monitoring yang lemah dan pendekatanhukuman untuk disiplin dapat memperbesar gejala ADHD.

    Klasifikasi Berdasarkan tipe :

    1. Attention Deficit/Hiperactivity Disorder, Predominantly Inattentive Type : jika kriteria A(1) dipenuhi tapi kriteria A(2) tidak, dalam 6 bulan terakhir.

    2. Attention Deficit/Hiperactivity Disorder, Predominantly HiperactiveImpulsive Type : jika kriteria A(2) dipenuhi tapi kriteria A(1) tidak, dalam 6bulan terakhir.

    3. Attention Deficit/Hiperactivity Disorder, Combined Impulsive Type : jika4. kedua kriteria A(1) dan kriteria A(2), dipenuhi dalam 6 bulan terakhir.

    Kriteria DiagnosisA. Kurang perhatian atau hiperaktifitas impulsifitas

    1. Kurang perhatian : terdapat minimal 6 dari gejala berikut yang menetapselama minimal 6 bulan dalam derajat yang maladaptive dan inkonsistendengan tingkat perkembangan :

    Selalu gagal memperhatikan secara detail atau melakukan kesalahanyang ceroboh dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan atau kegiatanlainnya.Selalu kesulitan dalam mempertahankan perhatian dalam pekerjaan

    atau kegiatan bermain.Selalu seolah-olah tidak mendengar apa yang dikatakan kepadanya.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    32/39

    32

    Selalu tidak mengikuti perintah dan gagal untuk menyelesaikanpekerjaan sekolah, koor atau tugas di tempat kerja (bukan karena ikapmelawan atau kegagalan untuk mengerti perintah).Selalu kesulitan dalam mengorganisir tugas atau kegiatan.Selalu menghindari, menyatakan keengganan tentang ataumengalami kesulitan dalam keterlibatan dengan tugas yangmembutuhkan usaha mental yang lama (seperti pekerjaan sekolahdan PR).Selalu kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas dankegiatan (mis: tugas sekolah, pensil, buku, alat-alat atau mainan)Selalu mudah teralihkan perhatiannya oleh stimulus dari luar.

    2. Hiperaktifitas impulsifitas : terdapat minimal 5 dari gejala berikut yangmenetap selama minimal 6 bulan dalam derajat yang maladaptive daninkonsisten dengan tingkat perkembangan :Hiperaktifitas

    Selalu tidak bisa diamnya tangan atau kaki atau mengeliat-geliatpada waktu duduk.

    Meninggalkan kursi dalam kelas atau pada situasi lain dimanaseharusnya anak tetap duduk di kursinya.Selalu berlari kesana kemari atau memanjat berlebihan dalamsituasi yang tidak sesuai.Selalu kesulitan bermain atau terlibat dalam kegiatan yangsantai dan tenang.

    Selalu siap pergi atau bersikap seolah -olah dikejar motor.Selalu berbicara berlebihan.

    ImpulsifitasSelalu cepat-cepat menjawab pertanyaan sebelum pertanyaanselesai diajukan.

    Selalu kesulitan menunggu dalam barisan atau menunggu gilirandalam permainan atau dalam situasi kelompok.Selalu menyelak atau menyerobot orang lain (mis: ikut dalampercakapan orang lain atau permainan)

    B. Beberapa simptom yang menyebabkan ganggguan telah ada sebelum usia 7tahun.

    C. Beberapa simptom yang menyebabkan gangguan ada pada lebih dari 2 setting(mis: di sekolah, tempat kerja dan di rumah).

    D. Harus ada bukti jelas dari gangguan klinis yang bermakna dalam bidang social,akademis atau fungsi pekerjaan.

    E. Tidak ada secara eksklusif selama perjalanan penyakit perkembangan pervasive,skizofrenia atau penyakit psikotik lainnya dan tidak disebabkan gangguan mood,

    ansietas atau gangguan kepribadian.

    Differential DiagnosisGangguan perkembangan pervasif (autis dan penyakit seperti autis)Penyakit yang mempengaruhi perasaan (depresi).Reaksi-reaksi terhadap stress (mis: gangguan stress pasca trauma)HipertiroidAnemia defisiensi FeKeracunan timah hitamTuli

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    33/39

    33

    Langkah diagnostik1. Anamnesis2. pemeriksaan fisik. Difokuskan kepada DD/.3. Gangguan neurologis. ADHA sering berhubungan dengan gangguan neurologis

    nonspesifik yang menunjukkan imaturitas neurologis atau lemahnya koordinasi.4. Pemeriksaan penunjang

    a. Tes diagnostik. Hanya untuk menyingkirkan DD/. b. Tes psikologis. Jika dicurigai masalah akademis dilakukan tes psikologis

    atau diagnostik edukasi atau bicara dan bahasa, Beberapa tesdibutuhkan untuk menyingkirkan dan juga mengidentifikasi secaraadekuat masalah belajar.

    TatalaksanaA. Medikasi. Stimulans SSP meningkatkan atensi, menormalisasi level aktivitas

    dan mengurangi impulsif. Jika anak juga melawan dan menyimpang akanmeningkatkan kepatuhan, mengurangi kelabilan emosi dan menurunkan sifatantisosial. Medikasi diberikan jika gejala ADHD menyebabkan efek negatif yangnyata terhadap kemampuan akademik dan sosial anak. Obat-obat yang biasadipakai antara lain:

    - Metilfenidat, dimulai dengan dosis 0,3 mg/ kg/ kali, 2 kali sehari. Dosisdapat ditingkatkan 0,15 mg/ kg/ kali sampai didapat efek optimal.Dosis maksimal 20 mg/ hari.

    - Dekstroamfetamin, dimulai dengan dosis 0,15 mg/ kg/ kali, 2 kalisehari. Dosis dapat ditingkatkan 0,15 mg/ kg/ kali. Dosis maksimal 5mg/ hari.

    - Pemoline, dosis anak 8tahun: 37,5 mg pagi + 18,75 mg siang.

    Jika satu obat tidak efektif atau timbul masalah, dapat dicoba kelompok obatlainnya. Medikasi dimulai dengan dosis paling rendah yang dinaikkanperlahan-lahan sampai respon optimal. Efek samping diminimalkan dengan

    pengaturan dosis, waktu atau bentuk medikasi. Sekali dosis yang tepat sudahdidapatkan harus dievaluasi ulang dan disesuaikan terus ke atas karena dapatterjadi efek toleransi atau anak bertambah besar sehingga dibutuhkan dosis lebihtinggi. Terapi harus diteruskan sampai lewat masa remaja ( kecuali 20% anak

    ADHD yang sembuh). Keputusan untuk mengakhiri obat didasarkan padaperiode singkat saat stop obat (biasanya 2-4 minggu) selama masa stressberkurang.

    B. Terapi Psikologi- Latihan orangtua. Dalam tahap terapi tingkah laku, latihan utnuk orang tua

    merupakan prioritas tertinggi. Tujuannya untuk mengajar ortu bagaimanamengatur pembatas sekaligus insentif untuk tingkah laku yang tepat dan

    menimbulkan respon emosi destruktif. Apa yang dibutuhkan adalah perubahankomplit dalam respon alami terhadap tindakan negatif. Latihanuntuk dewasa(ortu dan guru) dalam penatalaksanaan tingkah laku biasanya membutuhkanrujukan. Untuk ortu pengobatan dilakukan dalam kelompok kecil. Klinisi harustahu bahwa tujuan terapi tatalaksana tingkah laku adalah perbaikan lingkungandimana dilakukan kehidupan sehari-hari, tidak untuk mengubah dasar alamiahanak.

    - Terapi tambahan. Terapi tambahan mungkin dibutuhkan tergantung padalingkaran keluarga dan anak. Terdapat keterbatasan untuk tradisional,psikoterapi individu untuk anak ADHD. Tujuan terapi ini adalah untukmemperbaiki harga diri. Tidak ada bukti bahwa psikoterapi individualmemperbaiki kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau mengurangiimpulsif. Bila anak mulai menjadi lebih tua dan lebih waspada, psikoterapi dapat

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    34/39

    34

    memfasilitasi pengertian bagaimana tingkah laku mempengaruhi yang lainnya.Psikoterapi dinamis keluarga harus disiapkan. Latihan kemampuan komunikasikeluarga juga memiliki keterbatasan fokus, mungkin ini lebih menolong jika anak

    ADHD mendekati remaja. Fokus terapi ini adalah menciptakan pengaturan danmenguatkan peraturan di tempat keluarga.

    C. Kriteria merujuk.Kebanyakan klinisi tingkat dasar akan terlibat dalam 2 aspek terapi yaitu : (1)menjelaskan kondisi terhadap anak dan keluarga (2) memberikan resep danmengikuti pengobatan. Terapi psikososial akan diberikan oleh yang lainwalaupun klinisi juga harus tahu tipe pengobatan dan tujuan tiap strategipengobatan. Jika anak gagal merespon obat stimulan yang diberikan akanmemberikan efek samping yang tidak diharapkan, rujuk ke spesialis sepertidokter anak tumbuh kembang atau psikiater anak.

    PrognosisSebanyak 30-80% kasus tetap menunjukkan gejala ADHD pada masa-masaadolesen dan sebanyak 65% kasus sampai dewasa. Riwayat keluarga ADHD,gangguan psikososial dan komorbiditas dengan gangguan konduk, mood danansietas meningkatkan resiko menetapnya ADHD.Delikuensi atau personalitas antisosial pada masa adolesen atau dewasa terlihatpada pemantauan 25-40% anak dengan ADHD. Pasien ADHD dilaporkanmempunyai kecenderungan mencoba narkotika den mengalami adiksi pada masaadolesen.Kasus-kasus yang memperlihatkan tingkah laku agresif terhadap orang dewasa, IOyang rendah, hubungan dengan kawan yang buruk dan menetapnya gejala ADHDmempunyai prognosa yang kurang baik.

    Kepustakaan1. Dalton R, Forman MA. Autistic Disorder. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson

    HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18.Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 87-8 2. Caronna EB. Autism. Dalam: Parker S, Zuckerman B. Development and Behavioral

    Pediatric. Edisi 2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h. 124-9. 3. Daruna JH, Dalton R, Forman MA. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Dalam:

    Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbookof pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 100-3.

    4. Parker S . Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Dalam: Parker S, Zuckerman B.Development and Behavioral Pediatric. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2005. h.124-9.

    5. Falconbridge J. Counselling. Dalam: Polnay L. Community Paediatrics. Edisi ke-3.Edinburgh; Churcill; 2003. h. 469-78.

    6. Tanguay PE. Pervasive developmental disorders A. 10 year- review. J. Am. Acad.Child Adolesc Psychiatry. 2000; 39:1079-95

    7. Task Force on DSM-IV. Diagnostic and statistical manual of mental disorders.Washington: American Psychiatric Association; 1994. h 66-71.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    35/39

    35

    DEPARTEMEN IKARSMH PALEMBANG

    IMUNISASI PADA ANAK Kode ICD:Z26.9

    Panduan PraktekKlinis

    No. Dokumen No. Revisi Halaman:

    Tanggal Revisi

    28 Juni 2011

    Ditetapkan Oleh,Ketua Divisi Tumbuh Kembang

    Dr. Hj. Rismarini, Sp.A(K)

    1.Jadwal ImunisasiLihat bagana. Menurut Program Pengembangan Imunisasi Dep. Kes R.I. (PPI)

    i. untuk bayi yang lahir di rumah sakitii. untuk bayi yang datang ke rumah sakit/posyandu

    b. Non PPI

    2.Jenis-jenis Imunisasi A. Hepatitis B

    Jenis vaksin : Inactivated viral vaccine (IVV = HbSAg yang telah diinaktifasi)- vaksin rekombinan : HB Vax (MSD); Engerix (smith Kline Becham);

    Bimugen (kahatsuka)- Plasma derived : Hepa B: vaksin hepatitis B (biofarma) : Hepaccine B

    (Cheil Chemical & ford)Dosis : 0,5 cc/dosis.Cara pemberian : SC/IMJadual imunisasi :

    Disarankan untuk diberikan bersama BCG dan Polio I pada kesempatankontak pertama dengan bayi.Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif mendapat dosis anakvaksin rekombinan atau 1 dosis anak vaksin plasma derived. Dosis keduaharus diberikan 1 bulan atau lebih setelah dosis pertama.Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapat 0,5 cc Hepatitis B immuneGlobulin (HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 1 dosis anak vaksinrekombinan atau 1 dosis anak vaksin plasma derived pada tempat suntikanyang berlainan. Dosis kedua direkomendasikan pada umur 1-2 bulan danketiga 6-7 bulan atau bersama dengan vaksin campak pada umur 9 bulan.Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAgnya mendapat 1dosis anak plasma rekombinan atau 1 dosis anak vaksin plasma deriveddalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua direkomendasikan pada umur

    1-2 bulan dan ketiga 6-7 bulan atau bersama dengan vaksin campak padaumur 9 bulan. Diberikan booster 5 tahun kemudian, dianjurkan pemeriksaankadar anti HbsAg sebelumnya.

    Kontra indikasi : defisiensi imun (mutlak)Efek samping : reaksi lokal ringan, demam sedang 24-48 jam, lesu, saluran

    pencernaan rasa tidak enak

    B. BCGJenis Vaksin : Calmette & Guerin (Biofarma, Pasteur, Glaxo) suatu liveattenuated vaccine (LAV).Dosis : 0,05 cc/dosisCara pemberian : intrakutan

    Jadual imunisasi : pada kesempatan kontak pertama dengan bayiTidak diperlukan booster

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    36/39

    36

    Kontra indikasi : defisiensi imun (mutlak)Dermatosis yang progresif (sementara)

    Efek samping : reaksi lokal, adenitis.

    C. DPTJenis vaksin : Difteri (toksoid)

    Pertusis (Inactivated Bacterial Vaccine-IBV, Bordetella pertusistipe I)Tetanus (toksoid)

    Dosis : 0,5 cc/dosisCara pemberian : IM atau SC dalamJadual imunisasi :

    Imunisasi dasar : tiga dosis dengan interval 4-6 minggu. Dosis I diberikanpada umur 2 bulan.Booster : dosis IV diberikan 1 tahun setelah dosis III dan dosis V dan VI

    berupa DT diberikan pada umur 6 dan 12 tahun.Kontra indikasi : Defisiensi imun (mutlak)

    Difteri : tidak adaPertusis : riwayat kelainan neurologis.Tetanus : tidak ada

    Efek samping : reaksi lokal, demamReaksi akinetik, kejang, gejala ensefalopati akibat komponen vaksin pertusisJika muncul reaksi ini, imunisasi DPT dilanjutkan hanya dengan DT

    D. PolioJenis vaksin : vaksin polio oral sabin (LAV)Dosis : 2 tetes/dosisCara pemberian : oralJadual imunisasi :

    Dosis I diberikan pada umur sedini mungkin bila bayi lahir di RS (Bersama

    dengan BGC) atau pada kontak pertama bila bayi datang ke RS atauposyandu (biasanya umur 2 bulan). Selanjutnya dosis II, III dan IVdiberikan dengan interval 4 minggu, bersamaan dengan DPT I, II dan II.Jika BCG dan Polio I diberikan bersamaan dengan DPT I, Polio IVdiberikan 4-6 minggu setelah DPT/Polio III.Booster : dosis V diberikan I tahun setelah dosis IV dan dosis VI dan VIIdiberikan pada umur 6 dan 12 tahun.

    Kontra indikasi : defisiensi imun (mutlak)Diare (sementara)

    Efek samping : tidak ada reaksi klinis. Kemungkinan polio paralitik yang dapatdievaluasi dari 1 per 8 juta dosis pada anak yang telah diimunisasi dan 1 per 5

    juta dosis pada kontak.

    E. CampakJenis vaksin : Schwarz (LAV)Dosis : 0,5 cc/dosisCara pemberian : SC atau IMJadual imunisasi :

    Imunisasi dasar : diberikan pada umur 9 bulanBisa diulang minimal 6 bulan setelah pemberian campak yang pertama.

    Kontra indikasi : defisiensi imun (mutlak) Alergi terhadap telur (benar-benar terbukti)Mendapat injeksi gammaglobulin dalam 6 minggu terakhir

    Efek samping : demam dengan atau tanpa rash 6-12 hari setelahdiimunisasi pada 15-20% anak.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    37/39

    37

    F. MMR (Measle-Mump-Rubela)Jenis vaksin : Triple vaccine Measles, Mumps Rubella (LAV), isinya :

    Measle : campakMump : Urabe (trimovax-pasteur), Jeryl Lynn

    (MMR-MSD)Rubella : RA 27/73

    Dosis : 0,5 cc/dosisCara pemberian : SC atau IMJadual imunisasi :

    Imunisasi dasar : diberikan pada umur 12 bulan atau 6 bulan setelahimunisasi campak.

    Booster : diberikan pada umur 12 tahunKontra indikasi : sama dengan campakEfek samping : sama dengan campak + parotitis: dmam, rash, ensefalitis

    parotitis, meningoensefalitis, tuli neural unilateral (tetapidilaporkan sembuh sempurna tanpa gejala sisa).

    G. Tifus Abdominalis

    Jenis vaksin : Vi CPS (capsular poly sacharide) : Typhim Vi (Pasteur Merieux)Oral : Vivotif (Ty2/A strain)Dosis : Polisakarida 0,5 cc/dosisOral : 1 kapsul lapis enterik atau 1 sachet.Cara pemberian : Polisakarida : SC atau IM satu kali

    Oral, 3 kali selang sehari.Jadual imunisasi :

    Imunisasi dasar : Polisakasrida direkomendasikan diberikan pada umur >2 tahun.

    Oral direkomendasikan diberikan pada umur > 6 tahundalam 3 dosis dengan interval dosis selang sehari.

    Booster : polisakarida diberikan setiap 3 tahunOral : setelah 3-7 tahun.

    Kontra indikasi : < 2 tahun (mutlak), tidak dianjurkan sebelum umur 6tahun, proteinuria, penyakit progresif

    Efek samping : reaksi lokal ditempat suntikan : indurasi, nyeri 1-5 hari.Reaksi sistemik : demam, malaise, sakit kepala, nyeri otot,

    komplikasineuropatik, kadang-kadang bisa shock, kolaps.

    H. VariselaJenis vaksin : Strain OKA dari virus Varicella zoster.Dosis : 0,5 cc/dosisCara pemberian : SCJadual imunisasi :

    Imunisasi dasar : Anak berumur 12 bulan sampai dengan 12 tahundiberikan 1 dosis. Anak 13 tahun keatas diberikan 2dosis dengan interval 4-8 minggu.Booster : Jika diberikan pada umur 12 bulan harus diulang pada

    umur 12 tahun.Kontra indikasi : defisiensi imun (mutlak)

    Penyakit demam akut yang berat (sementara)Hipersensitif terhadap neomisin atau komponen vaksinlainnya.

    TBC aktif yang tidak diobatiPenyakit kelainan darah.

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    38/39

    38

    Efek samping : reaksi lokal di tempat suntikan: ringanReaksi sistemik : demam ringan, erupsi papulo vesikular

    dengan lesi kurang dari 10.Catatan : hindarkan pemberian salisilat selama 6 minggu setelah vaksinasikarena dilaporkan terjadi Reyes Synd rome setelah pemberian salisilat pada anakdengan varicella alamiah.

    I. Haemophylus Influenza Tipe B (Act-HiB)Jenis vaksin : Conjugate H. Influenza Tipe B (Act-HiB) PRP-T (Pasteur

    Merieux)Dosis : 0,5 cc/dosisCara pemberian : SC atau IM

    Jadual imunisasi :Imunisasi dasar :

    1. Untuk vaksin conjugate H-Influenza Tipe B (Act-HiB)- bila anak datang pada umur 2-6 bulan, direkomendasikan

    diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan

    - bila anak datang pada umur 6-12 bulan, direkomendasikandiberikan pada umur 2 dosis dengan interval 1-2 bulan.- bila anak datang pada umur >12 bulan, Act HiB hanya diberikan 1

    kali2. Untuk vaksin Pedvax HIB MSD

    - bila diberikan pada umur 2-14 bulan maka diberikan dalam 2 dosisdengan interval 2 bulan.

    - bila diberikan pada umur > 15 bulan maka diberikan 1 kali saja.Booster :

    Untuk Act-HIB : bila imunisasi dasar diberikan pada umur 2-10bulan, booster pada umur 12-15 bulan setelahsuntikan terakhir.

    Untuk Pedvax : bila imunisasi dasar sebelum 1 tahun, booster diberikan 12 bulan setelah suntikan terakhir.

    Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap komponen vaksinInfeksi akut dengan demam

    Efek samping : lokal : eritema, nyeri dan indurasiReaksi sistemik : demam, nausea, muntah dan/atau diare,menangis > -1 jam dan rash.Infeksi akut dengan demam.

    J. Hepatitis AJenis vaksin : partikel virus aktif yang diinaktivasi 9IVV0Dosis : 0,5 cc/dosisCara pemberian : SC/ IMJadual imunisasi :

    Imunisasi dasar : anak berumur > 2 tahun diberikan 3 dosis dengan jadual0,1 dan 6 bulan.

    Kontra indikasi : defisiensi imun (mutlak)

  • 7/28/2019 E. PEDSOS

    39/39

    Pedoman vaksinasi DPT pada anak/bayi dengan riwayat kejang

    Kejang

    Ya Tidak beri DPT

    Apakah kejang berhubungan dengan DPT(kejang yang terjadi 48 jam setelah DPT dianggapberhubungan dengan DPT)

    Beri DT*Ya Tidak

    Apakah DPT III sudah diberikan dan apakahsudah lewat 6 bulan sejak kejang terakhir

    Tidak/salah satu Ya keduanya lanjutkan DPT Atau keduanya

    Apakah ada gangguan neurologisYang sedang berlangsung(ditunjang dengan evaluasi medis)

    Ya Beri DT* Tidak beri DPT

    Keterangan:* Bila mampu beri DTPa