e kobiologi dan kegiatan perikanan di perairan danau …
TRANSCRIPT
LAPORAN TEKNIS
E KOBIOLOGI DAN KEGIATAN PERIKANAN DI PERAIRAN
DANAU POSO SULAWESI TENGAH
KOORDINATOR
Safran Makmur, S.Si .,M.Si
ANGGOTASevi Sawestri, S.Si.,M.Si
Dwi Atminarso, S.PiPetrus Rani Pongmasak, S.Pi ., M.Si
Sipon SelametMaturidi Jahri, SP
Budi Irawan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANBADAN LITBANG KELAUTAN D AN PERIKANAN
BALAI PENELITIAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM2011
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : Ekobiologi dan Kegiatan Perikanan di PerairanDanau Poso Sulawesi Tengah
2. Tim Penelitian : a. Safran Makmur, S.Si., M.Si (Koordinator)b. Petrus Rani Pong Masak, S.Pi., M.Si (Anggota)c. Sevi Sawestri, S.Si, M,Si (Anggota)d. Dwi Atminarso, S.Pi (Anggota)e. Maturidi Jahri, S.P(Anggota)f. Sipon Selamet (Anggota)g. Budi Irawan (Anggota)
3. Jangka Waktu Penelitian : 1 (Satu) Tahun
4. Total Anggaran : Rp. 400,000,000,- (Empat Ratus Juta Rupiah)
Palembang, Desember 2011Mengetahui,Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Penangggung Jawab Kegiatan
Prof. Dr. Ngurah N. Wiadnyana, DEA Safran Makmur, S.Si., M.SiNIP. 19591231 198401 1 002 NIP. 19711210 199903 1 003
iii
Ekobiologi dan Kegiatan Perikanan di Perairan Danau PosoSulawesi Tengah
Oleh:
Safran Makmur, Petrus Rani Pong Masak, Sevi Sawestri, Dwi Atminarso, MaturidiJahri, Sipon Selamet, dan Budi Irawan
ABSTRAKDanau Poso termasuk danau tektonik dan terluas nomor 3 (tiga) setelah Danau
Toba di Sumatera Utara dan Danau Towuti di Sulawesi Selatan. Danau Poso terletakdi kota Tentena Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah, pada posisi strategislintasan perjalanan Trans Sula wesi antara Toraja, Poso, Gorontalo dan Manado.Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terkini mengenaikualitas lingkungan perairan dan aspek biologi ikan, serta kegiatan perikanan di DanauPoso. Penelitian dilakukan dengan penga matan langsung sebanyak 4 kali di lapangandan analisis di laboratorium. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dansekunder. Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada lapangan melalui surveidan wawancara. Sedangkan data sekunder didapatkan mela lui pengumpulan berbagaireferensi yang relevan. Penentuan stasiun pengambilan contoh ditentukan secarapurposif yang didasari pada keberadaan inlet/outlet, keterwakilan zona litoral dan zonatengah danau, serta berdasarkan keberadaan populasi ikan. Sampel ikan yang didapatdibawa ke laboratorium untuk pengamatan morfometrik dan meristik serta diidentifikasisampai tingkat spesies berdasarkan Weber and Beaufort (1913) dan Kottelat et al.(1993). Selain itu sampel ikan yang didapat juga diamati dan dilakukan pembedahanuntuk pengamatan aspek biologinya. Data lingkungan perairan meliputi data parameterfisika, kimia dan biologi, dianalisa menggunakan buku petunjuk yang dikemukakanoleh APHA (1981). Parameter fisika yang diambil adalah : temperatur, kecerahan,kedalaman, substrat dasar dan daya hantar listrik. Parameter kimia yang akan diambilyaitu : pH, DO, CO2, Phospat (PO4), Amoniak (NH3), Nitrat (NO3) Nitrit (NO2),kesadahan dan Alkalinitas. Parameter biologi yang akan diambil yaitu plankton danbentos. Tingkat kesuburan perairan atau status trofik perairan dihitung memakai rumusindex status trofik dari Carlson's (Carlson's trophic state index, TSI). Nilai potensiproduksi ikan (kg/ha/tahun) di Danau Poso menggunakan rumus yang dikemukakanoleh Henderson dan Welcomme (1974) dalam Moreau dan De Silva (1991). Hasilpenelitian menunjukkan parameter fisika dan kimia air seperti temperatur, kecerahan,alkalinitas, kesadahan, CO 2, N-H3, HNO3, H-NO2, TDS dan DHL, menetapkan bahwaperairan Danau Poso masih ideal unt uk mendukung organisme perairan termasukikan. Pengukuran indeks status tropik menunjukkan perairan Danau Poso tergolongperairan yang jernih dengan tingkat tropik mesotropik hingga eutropik rendah ( TSI42,94-53,03). Nilai kelimpahan, indeks keanekaragaman dan dominansi fitoplankton diperairan Danau Poso berkisar 330 -14990 sel/L, 0,69-2,33 dan 0,13-0,70. Nilaikelimpahan, indeks keanekaragaman dan dominansi zooplankton di perairan DanauPoso berkisar 20-660 ind/L, 0-1,54 dan 0,25-1. Begitu juga dengan nila i kelimpahan,indeks keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos di perairan Danau Posoberkisar 622-36533, 0,63-1,80 dan 0,23-0,70. Jenis ikan di Danau Poso yaitu: gabus(Channa striata), betok (Anabas testudineus), nilem (Osteochillus hasseltii), sogili(Anguilla marmorata), nila (Oreochromis niloticus), anasa (Nomorhampus celebensis )tempel batu (Tamanka sarasinorum) dan rono (Oryzias nigrimas). Ikan di Danau Posoumumnya dapat memijah sepanjang tahun. Pola pertumbuhan ikan di Danau Posoumumnya berpola Allometrik. Sementara berdasarkan kebiasaan makannya, ikannilem dan nila perairan Danau Poso merupakan tipe pemakan plankton. Danau Poso
iv
dengan luas lahan sebesar 32000 ha memiliki potensi produksi ikan sebesar 420708kg/tahun (420,71 ton/tahun). Aktivitas penangkapan di Perairan Danau Poso masihdalam skala kecil. Hasil tangkapan Perairan Danau Poso antara lain ikan mas(Cyprinus carpio), nila (Oreochromis niloticus), gabus (Chana striata), sidat (Anguilamarmorata) dan lele (Clarias batrachus). Hasil tangkapan selain untuk konsumsipribadi juga dijual di pasar terdekat. Jenis alat tangkap yang digunakan paramasyarakat atau nelayan danau Poso terdiri atas pukat, pancing, pagar dan tombak.
Kata Kunci: Ekobiologi, Kegiatan Perikanan, Danau Poso .
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah SWT,akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan Teknis Kegiatan TA 2011 yang berjudulEkobiologi dan Kegiatan Perikanan di Perairan Danau Poso Sulawesi Tengah.Kegiatan penelitian ini merupakan salah satu dari kegiatan penelitian yang ada di BalaiRiset Perikanan Perairan Umum Palembang untuk tahun anggaran 2011.
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal padaawal tahun kegiatan dan pelaksanaan di lapangan mulai bulan Maret 2011, Mei 2011,September 2011, dan berakhir pada bulan November 2011. Penelitian ini diharapkandapat memberikan informasi mengenai kondisi terkini potensi produksi dan bioekologiikan perairan Danau Poso Sulawesi Tengah. Data dan informasi tersebut diharapka ndapat memberikan masukan untuk upaya pengelolaan dan pelestarian ikan di perairanDanau Poso Sulawesi Tengah.
Tim peneliti tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pih ak-pihakyang telah banyak membantu terutama kepada Kuasa Pemegang Anggaran (KPA)Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU), peneliti, teknisi dan pejabat strukturallingkup BRPPU Palembang, sehingga selesainya Laporan Teknis ini. Tim peneliti jugamengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan. Kritikdan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun diharapkan dapat membantuuntuk perbaikan penulisan Laporan Teknis (Laptek) pada tahun -tahun mendatang.
Palembang, Desember 2011Tim Peneliti
vi
DAFTAR ISI
HalamanLembar Pengesahan..................................................................................... iiAbstrak................................................................................................. ......... iiiKata Pengantar............................................................................................. vDaftar Isi....................................................................................................... viDaftar Tabel.................................................................................................. viiDaftar Gambar.............................................................................................. ixDaftar Lampiran......................... .................................................................... xPendahuluan................................................................................................. 1Tujuan dan Sasaran...................................................... ................................ 3Metodologi..................................................................................................... 4Hasil dan Pembahasan................................................................................. 9Kesimpulan.................................................................................................... 50Daftar Pustaka............................................................................................... 51Lampiran........................................................................................................ 53
vii
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1 Parameter kualitas air yang diukur/dianalisa serta metode alat
mengukurnya....................... .......................................................... 6Tabel 2 Beberapa aspek biologi ikan ekonomis penting yang dianalisa
serta metode analisanya............................................................... 7Tabel 3 Kategori Status Trofik Perai ran Berdasarkan Indeks Status
Trofik Carlson................................................................................ 8Tabel 4 Nama, koordinat dan keterangan tujuh stasiun pengamatan di
Danau Poso................................................... ................................ 9Tabel 5 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Poso
pada trip-1 (Maret)......................................................................... 18Tabel 6 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas ai r Danau Poso
pada trip-2 (Mei)............................................................................ 18Tabel 7 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Poso
pada trip-3 (September)...................................................... .......... 19Tabel 8 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Poso
pada trip-4 (November )................................................................ 19Tabel 9 Tropik Status Indeks (Carlson’s Trophic State Index , TSI, 1977)
perairan Danau Poso trip-1 (Maret), trip-2 (Mei), trip-3(September) dan trip-4 (November).............................................. 21
Tabel 10 Sex Ratio ikan nilem berdasarkan sampling ................................. 36Tabel 11 Tingkat Kematangan Gonad (T KG) ikan nilem jantan
berdasarkan sampling................................................................... 36Tabel 12 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nilem betina
berdasarkan sampling................................................................ ... 37Tabel 13 Fekunditas ikan nilem berdasarkan sampling ............................... 37Tabel 14 Sex Ratio ikan nila berdasarkan sampling .................................... 37Tabel 15 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nila jantan berdasarkan
sampling......................................................................................... 38Tabel 16 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nila betina berdasarkan
sampling............................................................................... .......... 38Tabel 17 Fekunditas ikan nila berdasarkan sampling ................................... 38Tabel 18 Sex Ratio ikan gabus berdasarkan sampling ................................ 39Tabel 19 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan gabus jantan
berdasarkan sampling.................................................................... 39Tabel 20 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan gabus betina
berdasarkan sampling.................................................................... 39Tabel 21 Fekunditas ikan gabus berdasarkan sampling .............................. 39Tabel 22 Jasad makanan ikan nilem berdasarkan frekuensi kejadian ......... 41Tabel 23 Jasad makanan ikan nila berdasarkan frekuensi kejadian ............ 42Tabel 24 Persamaan hubungan panjang dengan bobot dan pola
pertumbuhan ikan nilem................................................................ 43Tabel 25 Persamaan hubungan panjang dengan bobot dan pola
pertumbuhan ikan nila.......................................................... ......... 43Tabel 26 Persamaan hubungan panjang dengan bobot dan pola
pertumbuhan ikan gabus............................................................... 44Tabel 27 Kisaran panjang total dan bobot ikan sogili ................................... 44Tabel 28 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Poso
berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip -1(Maret)........................................................................................... 45
viii
Tabel 29 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Posoberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip -2 (Mei)....... 45
Tabel 30 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Posoberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip -3(September).................................................................................. 45
Tabel 31 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Posoberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip -4(November).............................................. ...................................... 46
ix
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1 Peta Danau Poso dan stasiun pengambilan sampel ............... 4Gambar 2 Tinggi pintu air (outlet) perairan Danau Poso bulan Maret -
Oktober..................................................................................... 11Gambar 3 Profil suhu perairan Danau Poso bulan Maret
2011................. 14Gambar 4 Profil suhu perairan Danau Poso bulan Mei 2011 .................... 14Gambar 5 Profil suhu perairan Danau Poso bulan September
2011.......................................................................................... 13Gambar 6 Profil suhu perairan Danau Poso bulan November 2011 ......... 13Gambar 7 Profil oksigen terlarut perairan Danau Poso bulan Maret 2011 14Gambar 8 Profil oksigen terlarut perairan Danau Poso bulan Mei 2011 ... 15Gambar 9 Profil oksigen terlarut perairan Danau Poso bulan September
2011............................................................ .............................. 15Gambar 10 Profil oksigen terlarut perairan Danau Poso bulan November
2011.......................................................................................... 16Gambar 11 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan domin ansi
fitoplankton perairan Danau Poso trip -1 (Maret)...................... 23Gambar 12 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
zooplankton perairan Danau Poso trip -1 (Maret)..................... 23Gambar 13 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
fitoplankton perairan Danau Poso trip -2 (Mei).......................... 25Gambar 14 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
zooplankton perairan Danau Poso trip -1 (Mei)......................... 25Gambar 15 Indeks kelimpahan, keanekar agaman dan dominansi
fitoplankton perairan Danau Poso trip -3 (September).............. 27Gambar 16 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
zooplankton perairan Danau Poso trip -3 (September)............. 27Gambar 17 Indeks kelimpahan, keanekarag aman dan dominansi
fitoplankton perairan Danau Poso trip -4 (November)............... 29Gambar 18 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
zooplankton perairan Danau Poso trip -4 (November).............. 29Gambar 19 Indeks kelimpahan, keanekaragam an dan dominansi
makrozoobentos perairan Danau Poso trip -1 (Maret).............. 31Gambar 20 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
makrozoobentos perairan Danau Poso trip -2 (Mei)................. 31Gambar 21 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
makrozoobentos perairan Danau Poso trip -3 (September)...... 33Gambar 22 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
makrozoobentos perairan Danau Poso trip -4 (November)....... 33Gambar 23 Jenis ikan di Danau Poso : 1. Gabus ( Channa striata), 2.
Betok (Anabas testudineus), 3. Nilem (Osteochillus hasseltii),4. Sogili (Anguilla marmorata), 5. Nila (Oreochromisniloticus), 6. Anasa (Nomorhampus celebensis ) 7. Tempelbatu (Tamanka sarasinorum), 8. Rono (Oryzias nigrimas)....... 35
Gambar 24 Aktivitas penangkapan ikan di perairan Danau Poso ............... 47Gambar 25 Komposisi alat tangkapan ikan di perairan Danau Poso .......... 47Gambar 26 Jenis alat tangkap ikan di perairan Danau Poso ...................... 48
x
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1 Tinggi pintu air (outlet) perairan Danau Poso bulan Maret -
November............................................................................ 53Lampiran 2 Data suhu vertikal perairan Danau Poso bulan Maret
2011...................................................................................... 54Lampiran 3 Data suhu vertikal perairan Danau Poso bulan Mei 2011 .... 54Lampiran 4 Data suhu vertikal perairan Danau Poso bulan September
2011............................................... ........................................ 54Lampiran 5 Data suhu vertikal perairan Danau Poso bulan November
2011........................................................................................ 55Lampiran 6 Data DO vertikal perairan Danau Poso b ulan Maret 2011..... 55Lampiran 7 Data DO vertikal perairan Danau Poso bulan Mei 2011 ........ 55Lampiran 8 Data DO vertikal perairan Danau Poso bulan September
2011........................................................................................ 56Lampiran 9 Data DO vertikal perairan Danau Poso bulan November
2011........................................................................................ 56Lampiran 10 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
fitoplankton perairan Danau Pos o.......................................... 57Lampiran 11 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi
zooplankton perairan Danau Poso ......................................... 57Lampiran 12 Indeks kelimpahan bentos perairan Danau Poso pada trip -1
(Maret).................................................................................... 58Lampiran 13 Indeks kelimpahan bentos perairan Danau Poso pada trip -2
(Mei)....................................................................................... 58Lampiran 14 Indeks kelimpahan bentos perairan Danau Poso pada trip -3
(September)............................................................................ 59Lampiran 15 Indeks kelimpahan bentos perairan Danau Poso pada trip -4
(November)............................................................................. 60Lampiran 16 Komposisi alat tangkap perairan Danau Poso ....................... 61Lampiran 17 Data panjang dan bobot ikan nilem betina perairan Danau
Poso bulan Maret 2011.......................................................... 61Lampiran 18 Data panjang dan bobot ikan nilem jantan perairan Danau
Poso bulan Maret 2011.......................................................... 62Lampiran 19 Sex Ratio ikan nilem perairan Danau Poso bul an Maret
2011........................................................................................ 63Lampiran 20 Data panjang dan bobot ikan nilem betina perairan Danau
Poso bulan Mei 2011.............................................................. 64Lampiran 21 Data panjang dan bobot ikan nilem jantan perairan Danau
Poso bulan Mei 2011.............................................................. 65Lampiran 22 Sex Ratio ikan nilem perairan Danau Poso bulan Mei 2011 . 66Lampiran 23 Data panjang dan bobot ikan nilem betina perairan Danau
Poso bulan September 2011.................................................. 66Lampiran 24 Data panjang dan bobot ikan nilem jantan perairan Danau
Poso bulan September 2011........................................ .......... 67Lampiran 25 Sex Ratio ikan nilem perairan Danau Poso bulan
September 2011..................................................................... 69Lampiran 26 Data panjang dan bobot ikan nilem betina perairan Danau
Poso bulan November 2011................................................... 69Lampiran 27 Data panjang dan bobot ikan nilem jantan perairan Danau
Poso bulan November 2011................................................... 70
xi
Lampiran 28 Sex Ratio ikan nilem perairan Danau Poso b ulan November2011........................................................................................ 71
Lampiran 29 Data panjang dan bobot ikan nila betina perairan DanauPoso bulan Maret 2011......................................................... . 71
Lampiran 30 Data panjang dan bobot ikan nila jantan perairan DanauPoso bulan Maret 2011.......................................................... 71
Lampiran 31 Sex Ratio ikan nila perairan Danau Poso bulan Maret2011............................... ......................................................... 72
Lampiran 32 Data panjang dan bobot ikan nila betina perairan DanauPoso bulan Mei 2011.............................................................. 72
Lampiran 33 Data panjang dan bobot ikan n ila jantan perairan DanauPoso bulan Mei 2011.............................................................. 73
Lampiran 34 Sex Ratio ikan nila perairan Danau Poso bulan Mei 2011 .... 73Lampiran 35 Data panjang dan bobot ikan nila betina perairan Danau
Poso bulan September 2011................................................. 73Lampiran 36 Data panjang dan bobot ikan nila jantan perairan Danau
Poso bulan September 2011................................................. 74Lampiran 37 Sex Ratio ikan nila perairan Danau Poso bulan September
2011....................................................................................... 74Lampiran 38 Data panjang dan bobot ikan nila betina perairan Danau
Poso bulan November 2011.................................. ................ 74Lampiran 39 Data panjang dan bobot ikan nila jantan perairan Danau
Poso bulan November 2011.................................................. 75Lampiran 40 Sex Ratio ikan nila perairan Danau Poso bulan November
2011....................................................................................... 75Lampiran 41 Data panjang dan bobot ikan gabus betina perairan Danau
Poso bulan Maret 2011.......................................................... 76Lampiran 42 Data panjang dan bobot ikan gabus jantan perairan Danau
Poso bulan Maret 2011.......................................................... 76Lampiran 43 Sex Ratio ikan gabus perairan Danau Poso bulan Maret
2011................................................................. ...................... 76Lampiran 44 Data panjang dan bobot ikan gabus betina perairan Danau
Poso bulan Mei 2011............................................................. 76Lampiran 45 Data panjang dan bobot ikan gabus jantan perairan Danau
Poso bulan Mei 2011............................................................. 77Lampiran 46 Sex Ratio ikan gabus perairan Danau Poso bulan Mei
2011....................................................................................... 77Lampiran 47 Data panjang dan bobot ikan gabus betina perairan Danau
Poso bulan September 2011................................................. 77Lampiran 48 Data panjang dan bobot ikan gabus jantan perairan Danau
Poso bulan September 2011.................................... ............. 77Lampiran 49 Sex Ratio ikan gabus perairan Danau Poso bulan
September 2011.................................................................... 78Lampiran 50 Data panjang dan bobot ikan gabus betina perairan Danau
Poso bulan November 2011.................................................. 78Lampiran 51 Data panjang dan bobot ikan gabus jantan perairan Danau
Poso bulan November 2011.................................................. 78Lampiran 52 Sex Ratio ikan gabus perairan Danau Poso b ulan
November 2011..................................................................... 78Lampiran 53 Jenis fitoplankton perairan Danau Poso................................. 79Lampiran 54 Jenis zooplankton perairan Danau Poso........................... ..... 80Lampiran 55 Kondisi tinggi air di stasiun 6 (Tentena): A. trip 2 (Mei), B.
trip 3 (September).................................................................. 80
xii
Lampiran 56 Vegetasi perairan di stasiun 1 (Toinasa).............................. .. 81Lampiran 57 Pengamatan aspek biologi ikan.............................................. 81
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sulawesi merupakan salah satu pulau besar di Indonesia dan memiliki kekayaan
biota yang tinggi. Pulau ini termasuk dalam kawasan Wallacea bersama-sama dengan
Philipina dan Nusa Tenggara yang merupakan daerah peralihan antara zoogeografi
Oriental dan Australia (Whitten et al., 1987). Oleh karena itu banyak terdapat jenis
flora dan fauna yang unik dan endemik serta banyak menarik perhatian kalangan
peneliti biologi.
Danau Poso termasuk danau tektonik dan terluas nomor 3 (tiga) setelah Danau
Toba di Sumatera Utara dan Danau Towuti di Sulawesi Selatan. Danau Poso terletak
di kota Tentena Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah, pada posisi strategis
lintasan perjalanan Trans Sulawesi antara Toraja, Poso, Gorontalo dan Manado.
Danau Poso dapat dicapai dengan perjalanan darat 57 kilometer dari kota Poso atau
283 kilometer dari kota Palu. Danau Poso membentang dari utara ke selatan
sepanjang 32 kilometer dengan lebar 16 kilometer. Danau Poso memiliki kedalaman
hingga 510 meter. Berdasarkan hasil pengukuran bulan April 2007 Danau Poso
mempunyai luas 368,9 km2 (39.890 ha), panjang garis pantai mencapai 127 km
dengan kedalaman maksimum mencapai 384,6 m, kedalaman rata-rata 194,7 m
dengan kecerahan mencapai 10 m (Lukman dan Ridwansyah, 2009). Danau yang
berada pada ketinggian 657 meter pada permukaan laut ini, memiliki keunikan
berpasir putih dan kuning keemasan serta bergelombang seperti air laut. Panorama
alam di sekeliling danau sangat indah. Perbukitan dan hutan di sekitarnya berdiri tegar
memagari danau. Udara yang sejuk membawa kesegaran bagi para pengunjungnya.
Air Danau Poso sangat jernih dan tidak keruh meskipun terjadi banjir pada sungai-
sungai yang bermuara di danau ini. Masyarakat yang tinggal di sekitar danau,
beberapa di antara mereka memelihara ikan dalam karamba-karamba apung dan
sangkar di permukaan danau. Jenis-jenis ikan yang dipelihara dalam karamba-
karamba apung dan sangkar diantaranya adalah ikan mas, ikan nila, dan ikan sogili
(sidat). Meski Danau Poso dikelola sebagai objek wisata, masyarakat di sekitarnya
tetap diizinkan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari sebagaimana biasa. Salah
satunya, memelihara berbagai ikan di keramba-keramba apung itu dan juga aktifitas
penangkapan ikan. Situasi alami yang dilengkapi dengan kehidupan masyarakat
sekitarnya tersebut justru memberi nilai lebih terhadap Danau Poso sebagai objek
primadona wisata alam Kabupaten Poso dan Provinsi Sulawesi Tengah. Tidak hanya
2
wisatawan nusantara, wisatawan mancanegara pun menjadikan Danau Poso sebagai
objek wisata prioritas untuk dikunjungi.
Hasil riset keanekaragaman hayati ikan perairan pedalaman di Sulawesi pada
tahun 2004 menunjukkan secara umum komposisi ikan di perairan pedalaman
Sulawesi telah didominasi oleh jenis-jenis ikan introduksi. Di danau-danau utama
seperti Danau Poso, Danau Matano, Towuti dan Danau Mahalona, terdapat jenis-jenis
ikan endemik. Ikan endemik yang terdapat di Danau Poso antara lain dari genus
Anguilla, Oryzias, Weberogobius, Xenopoecilus, dan Adrianichthys (PRPT, 2005).
Selain ikan endemik, pada Danau Poso terdapat juga beberapa ikan introduksi yang
berkembang cepat dan bernilai ekonomis penting bagi masyarakat sekitar. Hal ini
menjadi salah satu ancaman keberadaan ikan endemik yang mempunyai nilai
keanekaragaman hayati yang tinggi.
Kegiatan perikanan di perairan Danau Poso masih dilakukan dengan alat dan
cara tradisional. Jenis alat tangkap yang dominan digunakan di Danau Poso adalah
jaring insang, jala, rawai pancing dan dengan menggunakan stroom (listrik).
Berdasarkan riset PRPT (2005) jenis ikan yang banyak tertangkap di perairan Danau
Poso adalah ikan gabus (Channa striata), nila (Oreochromis niloticus), mas (Cyprinus
carpio), sogili (Anguilla sp), lele (Clarias batrachus), betok (Anabas testudineus) dan
nilem (Osteochillus hasselti) dengan ukuran 3-5 jari. Potensi produksi perikanan Danau
Poso berdasarkan pengukuran klorofil a mencapai 39 ± 32 kg/ha/th dengan potensi
hasil tangkapan lestarinya sebesar 634 ± 513 ton/th. Hasil tangkapan ikan di Danau
Poso didominasi oleh jenis ikan sogili yaitu sekitar 40% dari total tangkapan sebesar
75,54 ton/th.
Konferensi Nasional Danau Indonesia I dengan tema “Pengelolaan Danau &
Antisipasi Perubahan Iklim” di Denpasar, Provinsi Bali pada tanggal 13 Agustus 2009,
pada konferensi tersebut menteri yang menandatangani kesepakatan Bali tersebut
yaitu Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menteri Pekerjaan Umum
Djoko Kirmanto, Menteri Kehutanan M.S Kaban, dan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Jero Wacik. Sedangkan kehadiran menteri lainnya diwakili untuk
ditandandatangani kemudian. Kelima menteri lainnya yang berhalangan hadir adalah
Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menteri
Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Purnomo Yusgiantoro, dan Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman.
Tujuh butir program strategis danau dalam kesepakatan tersebut adalah pengelolaan
ekosistem danau, pemanfaatan sumber daya air danau, pengembangan sistem
3
monitoring, evaluasi dan informasi danau, penyiapan langkah-langkah adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim terhadap danau, pengembangan kapasitas, kelembagaan dan
koordinasi, peningkatan peran masyarakat, dan pendanaan berkelanjutan. Dalam
mewujudkan kesepakatan bersama tersebut, sembilan departemen tersebut
menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan semua pihak melalui
sinkronisasi dan sinergisitas program atau kegiatan pengelolaan danau berkelanjutan
pada sembilan danau prioritas yang tersebar di delapan provinsi sebagai percontohan
pengelolaan, salah satu danau yang diprioritaskan adalah Danau Poso. Kedelapan
danau lainnya adalah Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Rawa
Pening, Danau Batur, Danau Tempe, Danau Limboto, dan Danau Tondano selain itu
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan ditetapkannya Danau Poso sebagai salah satu dari sembilan danau
yang diprioritaskan sebagai percontohan pengelolaan danau, sehingga perlu
pengkajian berbagai aspek perikanan dan faktor lain seperti perubahan lingkungan di
perairan maupun di bagian teresterial serta faktor pencemaran baik industri maupun
rumah tangga yang juga menjadi ancaman serius bagi keberadaan sumberdaya ikan
dan kualitas perairan di Danau Poso.
B. Tujuan dan Sasaran Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terkini
mengenai kualitas lingkungan perairan dan aspek biologi ikan, serta kegiatan
perikanan di Danau Poso. Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya data dan
informasi mengenai ekobiologi, seperti aspek biologi dan parameter lingkungan
perairan serta kegiatan perikanan di Danau Poso Sulawesi Tengah.
4
II. METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Lokasi penelitian ini dilakukan di perairan Danau Poso, Kabupaten Poso
Sulawesi Tengah. Waktu pelaksanaan adalah tahun 2011 dengan empat kali survei
(pengambilan sampel) yaitu; survei I Bulan Maret, survei II Bulan Mei, survei III Bulan
September dan survei IV Bulan November 2011.
Gambar 1. Peta Danau Poso dan stasiun pengambilan sampel.
B. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung sebanyak 4 kali di lapangan
dan analisis di laboratorium. Data yang akan dikumpulkan meliputi data primer dan
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada lapangan melalui survei
dan wawancara. Kegiatan memonitor atau mengamati kegiatan nelayan di perairan
Danau Poso. Kegiatan tersebut merupakan kombinasi dari metode sampling dan
wawancara kepada nelayan yang telah diseleksi secara random setiap sampling
(McGath, 1998). Pengumpulan data langsung (data primer) di lapangan dan data
5
sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka dari instansi terkait. Pengambilan
sampel ikan dari hasil tangkapan nelayan dengan berbagai macam alat tangkap.
Sedangkan data sekunder akan didapatkan melalui pengumpulan berbagai referensi
yang relevan. Penentuan stasiun pengambilan contoh ditentukan secara purposif yang
didasari pada keberadaan inlet/outlet, keterwakilan zona litoral dan zona tengah
danau, serta berdasarkan keberadaan populasi ikan. Pengambilan beberapa
parameter fisika, kimia dan biologi perairan dilakukan berdasarkan stratifikasi
kedalaman perairan danau. Data lingkungan perairan meliputi data parameter fisika,
kimia dan biologi (tabel 1), dianalisa menggunakan buku petunjuk yang dikemukakan
oleh APHA (1981). Parameter fisika yang diambil adalah : temperatur, kecerahan,
kedalaman, substrat dasar dan daya hantar listrik. Parameter kimia yang akan diambil
yaitu : pH, DO, CO2, Phospat (PO4), Amoniak (NH3), Nitrat (NO3) Nitrit (NO2),
kesadahan dan Alkalinitas. Parameter biologi yang akan diambil yaitu plankton dan
bentos.
Data kegiatan perikanan di Danau Poso diperoleh melalui data sekunder (Dinas
Perikanan) dan data primer melalui pengamatan langsung di lapangan. Data tersebut
antara lain aktifitas perikanan tangkap seperti waktu penangkapan, wilayah
penangkapan, jenis dan kuantitas alat tangkap yang digunakan, hasil tangkapan yang
meliputi komposisi jenis dan ukuran. Kegiatan budidaya, seperti jumlah keramba apung
dan jenis ikan yang dikembangkan. Sosial dan ekonomi yang meliputi data nelayan
dan konsumsi ikan yang di jual.
Berdasarkan pengalaman dari beberapa penelitian sebelumnya bahwa beberapa
jenis ikan di suatu perairan danau umumnya hidup di lokasi pinggir perairan danau
atau di perairan yang relatif dangkal. Pengambilan sampling ikan dilakukan dengan
melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat nelayan setempat sebagai enumerator.
Sampel ikan yang didapatkan meliputi ikan dari jenis lokal dan ikan introduksi. Untuk
sampel ikan yang didapat akan dilakukan identifikasi, beberapa sampel ikan diawetkan
dan dibawa ke laboratorium untuk pengamatan morfometrik dan meristik serta
diidentifikasi sampai tingkat spesies berdasarkan Weber and Beaufort (1913) dan
Kottelat et al. (1993). Selain itu sampel ikan yang didapat juga diamati dan dilakukan
pembedahan untuk pengamatan aspek biologinya. Pengamatan aspek biologi ikan
terdiri dari : hubungan panjang-berat, faktor kondisi, kebiasaan makan (food habit),
aspek biologi reproduksi (TKG, IKG, fekunditas, diameter telur dan ukuran pertama kali
ikan matang gonad) dapat dilihat pada tabel 2.
6
Tabel 1. Parameter kualitas air yang diukur/dianalisa serta metode alat mengukurnya No Parameter Metode/ alat yang digunakan
A FISIKA
1 Temperatur Termometer air raksa
2 Kecerahan Piring secchi (secchi disk)
3 Kedalaman Gauge Sounder
4 Substrat dasar Ekman dredge
5 Daya Hantar Listrik SCT-Meter
B KIMIA
1 pH pH- indikator universal / pH-Meter
2 Oksigen (O2-terlarut) Titrimetri
3 Karbondioksida (CO2) Titrimetri
4 Alkalinitas Titrimetri
5 Kesadahan Titrimetri
6 Nitrat (NO3-N) Spektrofotometer
7 Nitrit (NO2-N) Spektrofotometer
8 Ammonia (NH3-N) Spektrofotometer
9 Phosfat (PO4-P) Spektrofotometer
C BIOLOGI
1 Plankton Plankton-net
2 Benthos Ekman dredge
7
Tabel 2. Beberapa aspek biologi ikan ekonomis penting yang dianalisa serta metode analisanya
Aspek Biologi yang dianalisa
Metode analisa dan rumus yang digunakan
Hubungan panjang-berat
Hubungan panjang-berat dihitung berdasarkan persamaan fungsional W= aLb , dimana W= berat ikan (gram), L= panjang total ikan (cm), a dan b = konstanta (Hile, 1936 dalam Effendie, 1979). Untuk mengetahui nilai b sama/tidak sama dengan 3 dilakukan uji varian terhadap nilai b (Per Sparre and Venema, 1993)
Faktor kondisi Nilai faktor kondisi dihitung berdasarkan rumus Kn= W/(aLb) atau Kn= W/W’, dimana W = berat aktual dan W’ = berat estimasi (Effendie, 1979)
Kebiasaan makanan
(food habit)
IP = [(Vi*Oi)/∑(Vi*Oi)]*100%, dimana IP= Indeks preponderan, Vi= persentase volume pakan ke-i, Oi= persentase kejadian pakan ke-i dan ∑(Vi*Oi)= jumlah (Vi*Oi) dari semua macam makanan (Natarajan dan Jhingran, 1961 dalam Effendie, 1979)
TKG= Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad diamati secara visual dengan cara membedah perut ikan dan dilihat tingkat perkembangan gonadnya berdasarkan modifikasi dari Cassie (Effendie, 1979)
IKG= Indeks Kematangan Gonad
Indeks Kematangan Gonad dihitung dengan cara mengukur bobot gonad dan bobot tubuh ikan termasuk gonad menggunakan timbangan yang mempunyai ketelitian 0,01 gram. Gonad ditimbang dari masing-masing TKG. Nilai IKG dianalisis menggunakan rumus Effendie (1979) yaitu persentase dari bobot gonad terhadap bobot tubuh ikan ((Bg/Bt)x 100%), dimana Bg= bobot gonad dan Bt= bobot tubuh ikan
Fekunditas Fekunditas telur (N) dihitung sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovari pada setiap tingkat kematangan gonad N= ((Bg/Bsg)xn), dimana N= fekunditas, Bg= berat gonad ikan, Bsg= berat sampel gonad dan n= jumlah telur dalam Bsg
Ukuran pertama kali matang gonad
Ukuran petama kali matang gonad (M) diduga dengan cara Spearman-Karber (Udupa, 1986). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) m= (Xk + X/2) – (X, Σpi), kisaran ukuran panjang diduga dengan persamaan (2) antilog [m ± 1,96 √(var (m))] dan (3) nilai var (m) = (X)2 x Σ [(pixqi) / (ni–1)], dimana : M= ukuran pertama kali matang gonad (anti log dari m), m= log panjang ikan pada kematangan gonad yang pertama, Xk= log nilai tengah kelas panjang pada ikan 100% matang gonad, X= pertambahan log panjang nilai tengah kelas, pi= ri/ni = perbandingan jumlah ikan yang matang gonad pada tiap kelas panjang, ri= jumlah ikan yang matang gonad pada kelas ke-i, ni= jumlah contoh ikan pada kelas ke-i dan qi= 1-pi
8
Tingkat kesuburan perairan atau status trofik perairan dihitung memakai rumus index status trofik dari Carlson's (Carlson's trophic state index, TSI) (Carlson, 1977), dengan rangkaian rumus yaitu : 1) TSI-TP = 14,42 * Ln [TP] + 4,15, dimana TP = total P dalam satuan μg/l ; 2) TSI-SD = 60 –14,41 * Ln [SD], dimana SD = kecerahan air dalam meter ; 3) TSI-Chl = 30,6 + 9,81 * Ln [Chl], dimana Chl = klorofil-a dalam satuan μg/l Dan Rataan TSI = (TSI-TP + TSI-SD + TSI-Chl) / 3
Tabel 3. Kategori status trofik perairan berdasarkan Indeks Status Trofik Carlson
Score Status Trophik Keterangan
< 30 Ultraoligotrophik Air jernih, konsentrasi oksigen terlarut tinggi sepanjang tahun dan mencapai zona hypolimnion
30 – 40 Oligotrophik Air jernih, dimungkinkan adanya pembatasan anoksik pada zona hypolimnetik secara periodik (DO= 0)
40 - 50 Mesotrophik Kecerahan air sedang, peningkatan perubahan sifat anoksik di zona hypolimnetik, secara estetika masih mendukung untuk kegiatan olahraga air
50 – 60 Eutrophik ringan
Penurunan kecerahan air, zona hypolimnetik bersifat anoksik, terjadi problem tanaman air, hanya ikan-ikan yang mampu hidup di air hangat, mendukung kegiatan olahraga air tetapi perlu penanganan
60 – 70 Eutrophik sedang
Didominasi oleh alga hijau-biru, terjadi penggumpalan, problem tanaman air sudah ekstensif
70 – 80 Eutrophik berat Terjadi blooming alga berat, tanaman air membentuk lapisan bed seperti kondisi hypereutrophik
> 80 Hypereutrophik Terjadi gumpalan alga, ikan mati, tanaman air sedikit didominasi oleh alga
Sumber : Carlson’s (1977)
Untuk menduga besarnya potensi produksi ikan (kg/ha/tahun) di Danau Poso
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Henderson dan Welcomme (1974)
dalam Moreau dan De Silva (1991) yaitu Y= 14,314 MEI 0,4681, dimana : Y= potensi
produksi ikan dalam satuan kg/ha/tahun, MEI= Morpho Edhaphic Index yaitu besaran
nilai daya hantar listrik (conductivity) dalam satuan umhos/cm dibagi dengan
kedalaman rata-rata danau dalam satuan meter.
9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi dan Karakteristik Stasiun Pengamatan Penentuan stasiun pengamatan untuk pengambilan sampel dan pengukuran
parameter lingkungan terdiri atas tujuh stasiun pengamatan, yaitu:
Tabel 4. Nama, koordinat dan keterangan tujuh stasiun pengamatan di Danau Poso
Stasiun Nama Stasiun
Koordinat Keterangan/Diskripsi
1 S= 010 50’ 209” E=1200 31’ 895” Elevasi=1700 ft
Landai dengan litoral yang panjang, banyak tanaman air, dekat dengan daerah perkebunan dan persawahan, daerah hutan tidak banyak (penebangan), merupakan daerah menangkapan, dekat dengan inlet Sungai Toinasa.
2 S= 010 57’ 028” E=1200 33’ 708” Elevasi=1691 ft
Daerah berbukit dengan dasar berbatu, pantai curam, tidak terdapat tanaman air, jauh dari pemukiman, hutan masih cukup baik.
3 S= 020 04’ 475” E=1200 39’ 784” Elevasi=1701 ft
Daerah pantai pasir berbatu landai, banyak tanaman semak dan persawahan, dekat dengan pemukiman dan merupakan daerah penangkapan.
4 S= 010 57’ 674” E=1200 40’ 693” Elevasi=1707 ft
Berpantai curam, berbukit, hutan dan kebun kemiri, jauh dari pemukiman, terdapat menara sutet.
Toinasa
Dumulanga
Bo’e
Tolambo
10
5 S= 010 55’ 902” E=1200 38’ 548” Elevasi=1696 ft
Kedalaman lebih dari 300 m, jarak dari bibir pantai sekitar 600 m.
6 S= 010 50’ 897” E=1200 38’ 262” Elevasi=1696 ft
Pantai sedikit landai dengan dasar pasir berbatu dengan lumpur, daerah perkebunan dan hutan yang banyak penebangan.
7 S= 010 46’ 272” E=1200 38’ 322” Elevasi=1689 ft
Outlet Danau Poso dengan lebar sekitar 50 m, Sungai Poso ini akan bermuara di Teluk Tomini. Dasar berlumpur dan berarus deras.
B. Kualitas Air dan Status Tropik Perairan Danau Poso Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air di tujuh stasiun penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5 (pengukuran trip ke-1), Tabel 6 (pengukuran trip ke-2),
Tabel 7 (pengukuran trip ke-3), dan Tabel 8 (pengukuran trip ke-4). Kedalaman rata-
rata perairan Danau Poso adalah 194,7 m (Lukman dan Ridwansyah, 2009).
Kedalaman tertinggi outlet (pintu air) Danau Poso terjadi pada bulan Mei (2,9 m),
sedangkan terendah pada bulan September (0,84 m). Angka kecerahan air danau
selama penelitian berkisar antara 5,5-9 m. Rata-rata kecerahan tertinggi terjadi pada
bulan September, sedangkan terendah pada bulan Mei. Pada suatu perairan terdapat
korelasi antara kedalaman dan kecerahan. Saat keadaan level air rendah, kecerahan
suatu perairan pun akan tinggi, begitu pula sebaliknya. Hal ini diduga adanya
pengadukan air oleh tiupan angin yang menyebabkan air bergelombang sehingga
tersebarnya partikel-partikel yang ada dalam air dan meningkatkan kekeruhan yang
tinggi serta berakibat pada kecerahan air yang rendah. Penyebab lain rendahnya
kecerahan pada saat level air rendah adalah banyaknya aktivitas masyarakat di
perairan maupun sekitarnya, seperti penangkapan ikan, perkebunan dan pertanian.
Untuk tipe perairan danau dengan tingkat kecerahan seperti di atas, Danau Poso
Tengah Danau
Peura
Muara Sungai Poso
diklasi
eutrop
Gamb
H
Poso m
7,67 (
sanga
pada
PP RI
Poso
diperk
mengg
demik
peraira
1979).
menun
suhu,
kedala
meter
ifikasikan se
pik ringan (Li
bar 2. Tinggi
Hasil pengu
memiliki kisa
(September)
at mempenga
perubahan
I no. 82 (20
termasuk d
kuat dengan
golongkan
ian cukup id
an termasu
. Kondisi
njukkan nila
stratifikasi
aman 0–2 m
serta daera
ebagai dana
ikens, 1975
pintu air (ou
ukuran para
aran kandun
), dan 7,5 (
aruhi proses
komponen i
001) maka h
dalam kate
nilai pH rata
Danau Pos
deal untuk m
k ikan serta
suhu perai
i yang men
perairan d
meter, daerah
h hypolimnio
au dengan
dalam Jorge
utlet) peraira
meter kualit
ngan pH seb
(November).
s biokimiawi
ini. Bila men
hasil parame
gori norma
aan perairan
so ke dala
mendukung k
a organisme
ran Danau
nurun. Hal i
di Danau P
h metalimnio
on terjadi pa
11
kesuburan
ensen, 1980
an Danau Po
tas air, men
besar 6,39-8
. Menurut E
perarian, ba
ngacu pada
eter pH men
l untuk pe
n danau ber
m perairan
kehidupan d
e lainnya s
u Poso be
ni mengind
Poso yaitu
on (lapisan te
ada lapisan d
sedang ata
0).
oso bulan Ma
nunjukkan b
8,09 (Maret),
Effendie (20
ahkan banya
baku mutu
nunjukkan b
rikanan, ya
kisar antara
produktivit
dan perkemb
ebagai mak
erdasarkan
dikasikan ba
daerah ep
ermoklin) ter
di atas keda
au mesotro
aret-Mei.
bahwa perai
7,42-7,86 (
03), nilai pH
ak biota san
yang diteta
bahwa perai
aitu 6-9. Ha
6,39-7,86.
tas sedang
bangbiakan
kanan ikan
kedalaman,
ahwa berdas
pilimnion te
rjadi di keda
laman 8 me
pik hingga
ran Danau
Mei), 6,58-
H perairan
gat sensitif
apkan oleh
ran Danau
al tersebut
Nilai pH ini
. Perairan
organisme
(Wardoyo,
, rata-rata
sarkan nilai
rjadi pada
alaman 2–8
eter.
12
Gambar 3. Profil suhu perairan Danau Poso bulan Maret 2011
Gambar 4. Profil suhu perairan Danau Poso bulan Mei 2011
13
Gambar 5. Profil suhu perairan Danau Poso bulan September 2011
Gambar 6. Profil suhu perairan Danau Poso bulan November 2011
14
Kadar oksigen terlarut (DO) perairan Danau Poso berkisar 6,01-9,55 mg/L
(Maret), 7,54-8,8 9 mg/L (Mei), 5,32-6,96 (September), dan 5,24-6,68 (November).
Kadar DO perairan Danau Batur berdasarkan kedalaman di semua stasiun penelitian
terlihat cenderung mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kedalaman
(Gambar 7, 8, 9 dan 10). Hal tersebut diduga suplai oksigen dari proses fotosintesis
dan difusi dari udara menurun seiring kedalaman perairan. Berdasarkan nilai DO,
perairan Danau Poso memiliki kandungan oksigen yang cukup mendukung bagi
kehidupan ikan (NTAC, 1968). Bila mengacu pada baku mutu yang ditetapkan oleh PP
RI no. 82 (2001) maka hasil parameter DO menunjukkan bahwa perairan Danau Poso
termasuk dalam kategori normal untuk perikanan, yaitu >3 mg/L.
Gambar 7. Profil oksigen terlarut perairan Danau Poso bulan Maret 2011
15
Gambar 8. Profil oksigen terlarut perairan Danau Poso bulan Mei 2011
Gambar 9. Profil oksigen terlarut perairan Danau Poso bulan September 2011
16
Gambar 10. Profil oksigen terlarut perairan Danau Poso bulan November 2011.
Karbondioksida bebas (CO2-bebas) dan senyawa ammoniak (NH3) merupakan
senyawa yang akan menurunkan mutu atau kualitas suatu perairan jika nilainya di atas
ambang batas bagi peruntukan perikanan. Kandungan CO2-bebas di perairan danau
selama penelitian mempunyai nilai rataan berkisar antara 0,733-1,273 mg/L. Menurut
NTAC (1968), Pescod (1973), dan Swingle (1968), kandungan CO2-bebas di perairan
yang dianjurkan atau aman bagi kehidupan ikan adalah di bawah 12 mg/L.
Berdasarkan hal tersebut, maka perairan Danau Poso masih aman bagi kehidupan
ikan dan organisme air lainnya.
Kandungan NH3 perairan Danau Poso berkisar antara 0,04-0,11 mg/L.
Kandungan NH3 tersebut menunjukkan bahwa perairan Danau Poso masih dalam
batas yang dapat ditoleransi bagi kehidupan ikan. Pescod (1973) menyatakan bahwa
kandungan ammoniak yang diperuntukkan untuk kehidupan ikan adalah kurang dari 1
mg/L.
Hasil pengukuran kandungan nitrat (HNO3) dan phosfat (PO4) perairan danau
berkisar 0,03-0,04 mg/L dan 0,04-0,05 mg/L. Joshimura dalam Liaw (1969)
menyatakan bahwa perairan dengan kandungan nitrat dan phosfat sebesar 0,05-0,1
mg/L merupakan perairan dengan tingkat kesuburan baik dan tergolong subur.
Berdasarkan hal tersebut, Danau Poso tergolong perairan dengan tingkat kesuburan
sedang. Nilai kandungan klorofil-a Danau Poso berkisar antara 0,01-0,02 mg/L.
17
Berdasarkan nilai tersebut, Danau Poso tergolong perairan mesotropik hingga eutropik
ringan.
Daya hantar listrik atau konduktivitas merupakan gambaran kemampuan air
untuk meneruskan aliran listrik. Kemampuan tersebut ditentukan oleh besarnya garam-
garam yang terionisasi (Marckereth et al, 1989 dalam Effendie, 2003). Hasil
pengukuran DHL perairan danau berkisar antara 147-190 mg/L. Nilai DHL tertinggi
terdapat pada stasiun 1 (Toinasa), yaitu 190 mg/L. Nilai DHL yang tinggi pada stasiun
ini diduga karena adanya aktivitas pertanian dan perkebunan.
18
Tabel 5. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Poso pada trip-1 (Maret)
Tabel 6. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Poso pada trip-2
(Mei)
19
Tabel 7. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Poso pada trip-3 (September)
Tabel 8. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Poso pada trip-4
(November )
20
Status tropik perairan dicirikan dengan tinggi-rendahnya kandungan unsur hara,
seperti N dan P serta kelimpahan fitoplankton atau konsentrasi klorofilnya. Carlson
(1977) mengajukan suatu indeks status tropik perairan yang didasarkan kepada
kecerahan perairan dari hasil pembacaan keping secchi (secchi disk), kandungan total
fosfor dan kandungana klorofil-a. Berdasarkan indeks status tropik yang diajukan
Carlson (1977), maka indeks status tropik perairan Danau Poso yang dihitung selama
melakukan penelitian mulai dari trip-1 sampai trip-4 dapat dilihat pada Tabel 9. Dari
Tabel 9, nilai indeks status tropik (TSI) Danau Poso berkisar antara 47,95-53,05
dengan nilai rata-rata 49,71 (hasil pengukuran trip-1), antara 43,36-46,42 dengan nilai
rata-rata 44,58 (hasil pengukuran trip-2), antara 46,11-48,30 dengan nilai rata-rata
47,49 (hasil pengukuran trip-3), serta antara 52,63 dengan nilai rata-rata 51,18 (hasil
pengukuran trip-4). Nilai-nilai indeks status tropik yang ada dalam Tabel 9 tersebut
telah disesuaikan dengan kriteria yang dikemukaan Carlson (1977). Berdasarkan
kriteria Carlson (1977), perairan Danau Poso mempunyai tingkat kesuburan
mesotropik hingga eutropik (tingkat kesuburan rendah). Perairan mesotropik
merupakan perairan dengan kecerahan air yang sedang. Sedangkan perairan eutropik
merupakan perairan dengan kecerahan air yang lebih rendah dibandingkan
mesotropik. Tingkat kesuburan Danau Poso diduga berasal dari beban unsur hara
yang berasal dari aktifitas pemukiman penduduk dan juga aktifitas perkebunan dan
persawahan yang ada di sekitar tepian perairan danau. Tingkat kesuburan perairan
Danau Poso juga dapat dilihat dari kandungan unsur hara Nitrat dan Phosfat,
kelimpahan plankton dan bentos serta kosentrasi khlorofil-a.
21
Tabel 9. Tropik Status Indeks (Carlson’s Trophic State Index, TSI, 1977) perairan Danau Poso trip-1 (Maret), trip-2 (Mei), trip-3 (September) dan trip-4 (November)
TRIP 1 (MARET 2011) Stasiun Lokasi Skor Status Tropik
1 Toinasa 47.95 Mesotropik 2 Dumulanga 48.50 Mesotropik 3 Bo'e 53.05 Eutropik ringan 4 Tolambo 49.53 Mesotropik 5 Tengah danau 49.54 Mesotropik 6 Peura 50.12 Eutropik ringan 7 Tentena 49.28 Mesotropik
Nilai Rata-Rata 49.71 Mesotropik TRIP 2 (MEI 2011)
Stasiun Lokasi Skor Status Tropik 1 Toinasa 43.95 Mesotropik 2 Dumulanga 42.94 Mesotropik 3 Bo'e 43.36 Mesotropik 4 Tolambo 44.77 Mesotropik 5 Tengah danau 46.42 Mesotropik 6 Peura 44.99 Mesotropik 7 Tentena 45.64 Mesotropik
Nilai Rata-Rata 44.58 Mesotropik TRIP 3 (SEPTEMBER 2011)
Stasiun Lokasi Skor Status Tropik 1 Toinasa 48.30 Mesotropik 2 Dumulanga 48.30 Mesotropik 3 Bo'e 46.11 Mesotropik 4 Tolambo 47.62 Mesotropik 5 Tengah danau 48.14 Mesotropik 6 Peura 47.54 Mesotropik 7 Tentena 46.42 Mesotropik
Nilai Rata-Rata 47.49 Mesotropik TRIP 4 (NOVEMBER 2011)
Stasiun Lokasi Skor Status Tropik 1 Toinasa 52.63 Eutrophik ringan 2 Dumulanga 48.63 Mesotropik 3 Bo'e 50.66 Eutrophik ringan 4 Tolambo 50.32 Eutrophik ringan 5 Tengah danau 51.83 Eutrophik ringan 6 Peura 51.58 Eutrophik ringan 7 Tentena 52.63 Eutrophik ringan
Nilai Rata-Rata 51.18 Eutrophik ringan
22
C. Plankton Plankton yang ditemukan pada trip pertama didapatkan sejumlah 42 spesies
yang terdiri dari 5 kelas fitoplankton dan 10 famili zooplankton. Kelimpahan fitoplankton
perairan danau pada trip pertama berkisar antara 5500-14990 sel/l, indeks
keanekaragaman (H’) 0,89-1,14 serta dominansi (D) 0,42-0,55 (Gambar 11). Jenis
fitoplankton yang melimpah di perairan Danau Poso berasal dari kelas Cyanophyceae.
Sedangkan kelimpahan zooplankton perairan danau pada trip pertama berkisar antara
60-660 ind/l, indeks keanekaragaman (H’) 0,87-1,54 serta dominansi (D) 0,25-0,50
(Gambar 12). Jenis zooplankton yang melimpah di perairan Danau Poso berasal dari
famili Difflugiidae dan Euglyphidae. Secara umum, kelimpahan plankton pada bulan
Maret adalah yang tertinggi dibandingkan nilai kelimpahan bulan lainnya. Kelimpahan
fitoplankton dan zooplankton tertinggi berada di stasiun 2, sedangkan terendah berada
di stasiun 4. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman plankton, perairan Danau Poso
memiliki stabilitas komunitas plankton yang rendah hingga sedang (Odum, 1977).
Sedangkan berdasarkan nilai indeks dominansi plankton, perairan Danau Poso tidak
memiliki jenis yang mendominasi (D < 0,5%).
23
Gambar 11. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi fitoplankton perairan Danau Poso trip-1 (Maret).
Gambar 12. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi zooplankton perairan
Danau Poso trip-1 (Maret).
24
Plankton yang ditemukan pada trip kedua didapatkan sejumlah 39 spesies yang
terdiri dari 6 kelas fitoplankton dan 5 famili zooplankton. Kelimpahan fitoplankton
perairan danau pada trip kedua berkisar antara 3660-12810 sel/l, indeks
keanekaragaman (H’) 0,90-2,33 serta dominansi (D) 0,13-0,58 (Gambar 13). Jenis
fitoplankton yang melimpah di perairan Danau Poso berasal dari kelas Cyanophyceae.
Sedangkan kelimpahan zooplankton perairan danau pada trip kedua berkisar antara
40-180 ind/l, indeks keanekaragaman (H’) 0,64-1,39 serta dominansi (D) 0,25-0,56
(Gambar 14). Jenis zooplankton yang melimpah di perairan Danau Poso berasal dari
famili Euglyphidae. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton tertinggi berada di
stasiun 6 dan 7, sedangkan terendah berada di stasiun 1 dan 4. Berdasarkan nilai
indeks keanekaragaman plankton, perairan Danau Poso memiliki stabilitas komunitas
plankton yang rendah hingga sedang (Odum, 1977). Sedangkan berdasarkan nilai
indeks dominansi plankton, fitoplankton jenis Chroococcus dari Kelas Cyanophyceae
mendominasi perairan Danau Poso (D > 0,5%).
25
Gambar 13. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi fitoplankton perairan Danau Poso trip-2 (Mei).
Gambar 14. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi zooplankton perairan
Danau Poso trip-1 (Mei).
26
Plankton yang ditemukan pada trip ketiga didapatkan sejumlah 27 spesies yang
terdiri dari 5 kelas fitoplankton dan 5 famili zooplankton. Kelimpahan fitoplankton
perairan danau pada trip ketiga berkisar antara 330-2270 sel/l, indeks
keanekaragaman (H’) 0,69-2,10 serta dominansi (D) 0,21-0,23 (Gambar 15). Jenis
fitoplankton yang melimpah di perairan Danau Poso berasal dari kelas Cyanophyceae.
Sedangkan kelimpahan zooplankton perairan danau pada trip ketiga berkisar antara
20-140 ind/l, indeks keanekaragaman (H’) 0,0-0,8 serta dominansi (D) 0,5-1,0 (Gambar
16). Jenis zooplankton yang melimpah di perairan Danau Poso berasal dari famili
Acanthocystidae. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton tertinggi berada di stasiun
5 dan 6, sedangkan terendah berada di stasiun 3. Berdasarkan nilai indeks
keanekaragaman plankton, perairan Danau Poso memiliki stabilitas komunitas
plankton yang rendah hingga sedang (Odum, 1977). Sedangkan berdasarkan nilai
indeks dominansi plankton, zooplankton jenis Difflugia dari Kelas Difflugiidae dan
Acanthocystis dari Kelas Acanthocystidae mendominasi perairan Danau Poso (D >
0,5%).
27
Gambar 15. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi fitoplankton perairan Danau Poso trip-3 (September).
Gambar 16. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi zooplankton perairan
Danau Poso trip-3 (September).
28
Plankton yang ditemukan pada trip keempat didapatkan sejumlah 31 spesies
yang terdiri dari 5 kelas fitoplankton dan 4 famili zooplankton. Kelimpahan fitoplankton
perairan danau pada trip keempat berkisar antara 1210-4880 sel/l, indeks
keanekaragaman (H’) 1,25-1,92 serta dominansi (D) 0,23-0,41 (Gambar 17). Jenis
fitoplankton yang melimpah di perairan Danau Poso berasal dari kelas Cyanophyceae.
Sedangkan kelimpahan zooplankton perairan danau pada trip ketiga berkisar antara
40-160 ind/l, indeks keanekaragaman (H’) 0,0-1,08 serta dominansi (D) 0,38-1,00
(Gambar 18). Jenis zooplankton yang melimpah di perairan Danau Poso berasal dari
famili Difflugiidae. Kelimpahan fitoplankton tertinggi berada di stasiun 4 dan 5,
sedangkan terendah berada di stasiun 7. Kelimpahan zooplankton tertinggi berada di
stasiun 2, sedangkan terendah berada di stasiun 1. Berdasarkan nilai indeks
keanekaragaman plankton, perairan Danau Poso memiliki stabilitas komunitas
fitoplankton yang sedang sedangkan zooplankton rendah hingga sedang (Odum,
1977). Berdasarkan nilai indeks dominansi plankton, perairan Danau Poso tidak
memiliki jenis yang mendominasi (D < 0,5%).
29
Gambar 17. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi fitoplankton perairan Danau Poso trip-4 (November).
Gambar 18. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi zooplankton perairan
Danau Poso trip-4 (November).
30
D. Makrozoobentos Berdasarkan hasil pengamatan komposisi makrozoobentos perairan Danau Poso
terdiri dari tiga filum, yaitu Annelida, Arthropoda dan Mollusca. Filum Annelida terdiri
dari 2 famili (Tubificidae dan Naididae); Filum Arthropoda 4 famili (Chironomidae,
Polycentropodidae, Baetidae, dan Aeshnidae); sedangkan Mollusca 5 famili (Thiaridae,
Ampullariidae, Bithyniidae, Neritidae dan Corbiculidae). Filum Mollusca memiliki
kelimpahan dan dominansi yang lebih tinggi dibanding filum lainnya. Secara umum
kelimpahan makrozoobentos tertinggi terjadi pada bulan November (trip keempat),
sedangkan terendah terjadi pada bulan Maret (trip pertama).
Makrozoobentos yang ditemukan pada trip pertama didapatkan sejumlah 12
spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos perairan danau
pada trip pertama berkisar antara 667-1644 ind/m2, indeks keanekaragaman (H’) 0,63-
1,57 serta dominansi (D) 0,24-0,70 (Gambar 19). Jenis makrozoobentos yang
melimpah di perairan Danau Poso berasal dari kelas Bivalvia. Kelimpahan
makrozoobentos tertinggi berada di stasiun 3 sedangkan terendah berada di stasiun 2
dan 4. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau
Poso memiliki stabilitas komunitas makrozoobentos yang rendah hingga sedang
(Odum, 1977).
Makrozoobentos yang ditemukan pada trip kedua didapatkan sejumlah 16
spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos perairan danau
pada trip kedua berkisar antara 622-13244 ind/m2, indeks keanekaragaman (H’) 0,72-
1,61 serta dominansi (D) 0,24-0,58 (Gambar 20). Jenis makrozoobentos yang
melimpah di perairan Danau Poso berasal dari kelas Gastropoda. Kelimpahan
makrozoobentos tertinggi berada di stasiun 6 sedangkan terendah berada di stasiun 3.
Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Poso
memiliki stabilitas komunitas makrozoobentos yang rendah hingga sedang (Odum,
1977).
31
Gambar 19. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos perairan Danau Poso trip-1 (Maret).
Gambar 20. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos
perairan Danau Poso trip-2 (Mei).
32
Makrozoobentos yang ditemukan pada trip ketiga didapatkan sejumlah 17
spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos perairan danau
pada trip ketiga berkisar antara 1200-14756 ind/m2, indeks keanekaragaman (H’) 1,10-
1,43 serta dominansi (D) 0,26-0,46 (Gambar 21). Jenis makrozoobentos yang
melimpah di perairan Danau Poso berasal dari kelas Gastropoda. Kelimpahan
makrozoobentos tertinggi berada di stasiun 1 sedangkan terendah berada di stasiun 2
Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Poso
memiliki stabilitas komunitas makrozoobentos yang sedang (Odum, 1977).
Makrozoobentos yang ditemukan pada trip keempat didapatkan sejumlah 17
spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos perairan danau
pada trip keempat berkisar antara 4000-36533 ind/m2, indeks keanekaragaman (H’)
0,86-1,80 serta dominansi (D) 0,23-0,61 (Gambar 22). Jenis makrozoobentos yang
melimpah di perairan Danau Poso berasal dari kelas Gastropoda. Kelimpahan
makrozoobentos tertinggi berada di stasiun 1 sedangkan terendah berada di stasiun 3
Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Poso
memiliki stabilitas komunitas makrozoobentos yang rendah hingga sedang (Odum,
1977).
33
Gambar 21. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos perairan Danau Poso trip-3 (September).
Gambar 22. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos
perairan Danau Poso trip-4 (November).
34
E. Jenis Ikan Jenis ikan di perairan Danau Poso umumnya didominasi oleh populasi ikan
introduksi seperti ikan nilem (Osteochillus hasseltii), nila (Oreochromis niloticus) dan
ikan mas (Cyprinus carpio). Jenis ikan lain yang masih cukup banyak adalah ikan sogili
(Anguilla sp), ikan gabus (Channa striata) dan ikan-ikan kecil yang merupakan ikan asli
Danau Poso seperti ikan Rono (Oryzias nigrimas), Anasa (Nomorhampus celebensis),
Bungu atau tempel batu (Tamanka sarasinorum), betok (Anabas testudineus) dan ikan
sepat rawa (Trycogaster tricopteri). Jenis ikan mas hidup di perairan dalam seperti
halnya juga ikan sogili yang merupakan jenis ikan bernilai ekonomis dengan harga
yang tinggi mencapai Rp.100.000 per kilogram tergantung ukurannya. Selain sogili,
ikan introduksi seperti ikan mas dan nila juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ikan
tersebut dijual dengan harga per kg berkisar antara Rp. 15.000-40.000,-. Hasil
tangkapan selain untuk konsumsi pribadi juga dijual di pasar terdekat. Jenis ikan
berukuran kecil yang juga merupakan jenis ikan khas dan endemik di Danau Poso
umumnya banyak hidup di daerah litoral danau atau di muara sungai.
Gamb
bar 23. Jenistestumarmcelebnigrim
s ikan di Daudineus), 3morata), 5. bensis) 7. Tmas).
nau Poso : . Nilem (ONila (Oreoc
Tempel batu
35
1. Gabus (COsteochilluschromis nilou (Tamanka
Channa strias hasseltii),oticus), 6. Aa sarasinoru
ata), 2. Beto 4. Sogili
Anasa (Nomum), 8. Ron
ok (Anabas (Anguilla
morhampus o (Oryzias
36
F. Biologi Ikan F. 1. Reproduksi F. 1. 1. Ikan Nilem (Osteochillus hasseltii)
Berdasarkan sex ratio (Tabel 10) atau perbandingan jumlah ikan jantan dan
betina, populasi ikan nilem antara ikan jantan dan betina relatif seimbang, hanya ikan
betina cenderung populasinya lebih banyak. Populasi ikan nilem betina lima kali lebih
banyak dibandingkan ikan nilem jantan pada bulan November (sampling ke-4).
Berdasarkan pendugaan ukuran panjang ikan rata-rata pada saat pertama kali matang
gonad (Spearman-Karber), ikan nilem betina pertama kali matang gonad berukuran 7
cm. Sementara berdasarkan TKG (Tabel 11 dan 12) ikan nilem dapat memijah
sepanjang tahun karena setiap sampling terdapat ikan nilem yang matang gonad,
kecuali pada pengamatan bulan Mei hanya sedikit didapati ikan nilem yang matang
gonad. Berdasarkan jumlah fekunditas (Tabel 13), ikan nilem merupakan jenis ikan
yang bertelur dengan jumlah telur berkisar antara 1140-1046757 butir dengan kisaran
panjang total 5-15,2 cm dan kisaran bobot antara 2,3-85 g.
Tabel 10. Sex Ratio ikan nilem berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor) Jantan Betina Sex Ratio
Maret 107 49 58 1.0 : 1.2 Mei 75 39 36 1.0 : 0.9 September 112 49 63 1.0 : 1.3 November 78 13 65 1.0 : 5.0
Tabel 11. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nilem jantan berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor)
TKG
1 2 3 4 Maret 43 20 8 7 8 Mei 39 21 6 12 0 September 49 0 21 17 11 November 13 0 2 8 3
37
Tabel 12. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nilem betina berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor)
TKG 1 2 3 4
Maret 52 28 11 1 12 Mei 33 10 17 5 1 September 63 0 21 19 23 November 65 0 1 32 32
Tabel 13. Fekunditas ikan nilem berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor)
Kisaran Panjang
(cm) Kisaran
Bobot (gr) Kisaran Fekunditas
(butir)
Maret 6.3-14.6 4-60 2433-7264 Mei 5-13 2.3-44.8 1140-8284 September 8.7-15.2 3.5-65 111357-1046757 November 7-14.8 8.9-85 2057-91758
F. 1. 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berdasarkan sex ratio (Tabel 14) atau perbandingan jumlah ikan jantan dan
betina, populasi ikan nila antara ikan jantan dan betina relatif seimbang, hanya ikan
jantan cenderung populasinya lebih banyak. Berdasarkan pendugaan ukuran panjang
ikan rata-rata pada saat pertama kali matang gonad (Spearman-Karber), ikan nila
betina pertama kali matang gonad berukuran 9,3 cm. Sementara berdasarkan TKG
(Tabel 15 dan 16) ikan nila dapat memijah sepanjang tahun karena setiap sampling
terdapat ikan nila yang matang gonad. Berdasarkan jumlah fekunditas (Tabel 17), ikan
nila merupakan jenis ikan yang bertelur dengan jumlah telur berkisar antara 50-1168
butir dengan kisaran panjang total 1,2-29,5 cm dan kisaran bobot antara 0,02-730 g.
Tabel 14. Sex Ratio ikan nila berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor) Jantan Betina Sex Ratio
Maret 22 10 12 1.0 : 1.2 Mei 36 17 19 1.0 : 1.1 September 18 12 6 1.0 : 0.5 November 38 20 18 1.0 : 0.9
38
Tabel 15. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nila jantan berdasarkan sampling
Sampling (Bulan)
N (ekor)
TKG 1 2 3 4
Maret 10 5 2 2 1 Mei 17 8 4 4 1 September 12 0 8 4 0 November 20 0 4 16 0
Tabel 16. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nila betina berdasarkan sampling
Sampling (Bulan)
N (ekor)
TKG 1 2 3 4
Maret 12 8 2 1 1 Mei 19 11 7 1 0 September 6 0 3 0 3 November 18 0 9 6 3
Tabel 17. Fekunditas ikan nila berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor) Kisaran Panjang
(cm) Kisaran Bobot (gr)
Kisaran Fekunditas (butir)
Maret 22 8-28.1 10-405 1168 Mei 36 1.2-7.8 0.02-19 - September 18 3.1-21.5 12-320 362-639 November 38 7.8-29.5 13-730 50
F. 1. 3. Ikan Gabus (Channa striata) Berdasarkan sex ratio (Tabel 18) atau perbandingan jumlah ikan jantan dan
betina, populasi ikan gabus antara ikan jantan dan betina relatif seimbang, hanya ikan
betina cenderung populasinya lebih banyak. Populasi ikan betina yang lebih tinggi
dibandingkan populasi ikan jantan mengindikasikan populasi yang baik. Berdasarkan
pendugaan ukuran panjang ikan rata-rata pada saat pertama kali matang gonad
(Spearman-Karber), ikan gabus betina pertama kali matang gonad berukuran 17,6 cm.
Sementara berdasarkan TKG (Tabel 19 dan 20) ikan gabus memijah sepanjang tahun
karena setiap sampling terdapat ikan gabus yang matang gonad, kecuali pada
pengamatan bulan Mei tidak didapati ikan gabus yang matang gonad. Berdasarkan
jumlah fekunditas (Tabel 21), ikan gabus merupakan jenis ikan yang bertelur dengan
jumlah telur berkisar antara 1504-21240 butir dengan kisaran panjang total 16,4-48,1
cm dan kisaran bobot antara 70-1070 g.
39
Tabel 18. Sex Ratio ikan gabus berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor) Jantan Betina Sex Ratio
Maret 13 6 7 1.0 : 1.2 Mei 19 9 10 1.0 : 1.1 September 13 6 7 1.0 : 1.2 November 9 5 4 1.0 : 0.8
Tabel 19. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan gabus jantan berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor)
TKG 1 2 3 4
Maret 6 4 1 1 0 Mei 9 5 2 2 0 September 6 0 0 4 2 November 5 0 0 5 0
Tabel 20. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan gabus betina berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor)
TKG 1 2 3 4
Maret 7 1 4 1 1 Mei 10 4 5 1 0 September 7 0 0 2 5 November 4 0 0 2 2
Tabel 21. Fekunditas ikan gabus berdasarkan sampling
Sampling (Bulan) N (ekor) Kisaran Panjang
(cm) Kisaran Bobot (gr)
Kisaran Fekunditas
(butir) Maret 13 26.2-48.1 160-1070 13888 Mei 19 17.2-44.5 85-785 0 September 13 17.6-28.9 80-400 1504-21240 November 9 16.4-22.4 70-160 4248-8142
40
F. 2. Makanan F. 2. 1. Ikan Nilem (Osteochillus hasseltii)
Berdasarkan perhitungan frekuensi kejadian jenis makanan ikan nilem terdiri atas
36 jenis makanan (Tabel 22). Fitoplankton Merismopedia dari kelas Cyanophyceae
merupakan jenis makanan yang memiliki nilai frekuensi kejadian tertinggi (26.8%).
Berdasarkan pengamatan jenis makan, ikan nilem termasuk pemakan plankton
terutama fitoplankton.
F. 2. 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Berdasarkan perhitungan frekuensi kejadian jenis makanan ikan nila terdiri atas
29 jenis makanan (Tabel 23). Fitoplankton Chroococcus dari kelas Cyanophyceae
merupakan jenis makanan yang memiliki nilai frekuensi kejadian tertinggi (17%).
Berdasarkan pengamatan jenis makan, ikan nila termasuk pemakan plankton terutama
fitoplankton.
41
Tabel 22. Jasad makanan ikan nilem berdasarkan frekuensi kejadian
PLANKTON KELAS GENUS JUMLAH %
FITOPLANKTON
Bacillariophyceae
Aulacoseira 193 5.1Climacosphenia 69 1.8Cocconeis 140 3.7Cyclotella 187 5.0Cymbella 44 1.2Frustulia 1 0.0Gomphonema 199 5.3Navicula 137 3.6Neidium 52 1.4Pinnularia 258 6.9Surirella 91 2.4Synedra 70 1.9
Chlorophyceae
Coelastrum 6 0.2Cosmarium 1 0.0Gonium 12 0.3Mougeotia 76 2.0Oedogonium 8 0.2Oocystis 15 0.4Pediastrum 8 0.2Scenedesmus 141 3.7Spirogyra 15 0.4Spondylosium 34 0.9Staurastrum 362 9.6Ulothrix 64 1.7Xanthidium 23 0.6
Chrysophyceae Ophiocytium 3 0.1
Cyanophyceae
Anabaena 45 1.2Chroococcus 128 3.4Merismopedia 1007 26.8Oscillatoria 230 6.1
Dinophyceae Peridinium 80 2.1
Euglenophycaea Phacus 1 0.0Trachelomonas 36 1.0
ZOOPLANKTON Ciliata Vorticella 1 0.0
Sarcodina Difflugia 8 0.2Euglypha 17 0.5
42
Tabel 23. Jasad makanan ikan nila berdasarkan frekuensi kejadian
PLANKTON KELAS GENUS JUMLAH %
FITOPLANKTON
Bacillariophyceae
Aulacoseira 12 1.0Climacosphenia 8 0.7Cocconeis 1 0.1Cyclotella 4 0.3Cymbella 24 2.1Gomphonema 18 1.6Navicula 38 3.3Neidium 4 0.3Nitzschia 5 0.4Pinnularia 43 3.8Surirella 19 1.7Synedra 5 0.4
Chlorophyceae
Coelastrum 71 6.2Mougeotia 31 2.7Oedogonium 183 16.0Scenedesmus 48 4.2Staurastrum 24 2.1Tetraedron 1 0.1Ulothrix 120 10.5
Cyanophyceae
Anabaena 70 6.1Aphanothece 76 6.6Chroococcus 195 17.0Oscillatoria 24 2.1Phormidium 70 6.1
Dinophyceae Peridinium 27 2.4Euglenophycaea Trachelomonas 18 1.6
ZOOPLANKTON Sarcodina
Euglypha 2 0.2Difflugia 3 0.3
Ciliata Didinium 2 0.2 F. 3. Hubungan Panjang-Bobot Tubuh F. 3. 1. Ikan Nilem (Osteochillus hasseltii)
Berdasarkan pola pertumbuhannya (Tabel 24), ikan nilem mempunyai pola
pertumbuhan yang alometrik negatif (t. hitung > t. tabel, pada selang kepercayaan
95%), kecuali pada pola ikan nilem bulan Mei. Pola pertumbuhan alometrik negatif
(b<3) berarti pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan
bobot tubuh.
43
Tabel 24. Persamaan hubungan panjang dengan bobot dan pola pertumbuhan ikan nilem
Bulan n Jantan R2 n Betina R2 Pola Pertumbuhan
Maret 43 W= 0.024.L2.702 0.892 52 W= 0.014.L2.912 0.862 Alometrik Mei 39 W= 0.029.L2.958 0.961 33 W= 0.027.L3.027 0.981 Alometrik September 49 W= 0.343.L1.954 0.618 63 W= 0.370.L1.936 0.647 Alometrik November 13 W= 0.040.L2.813 0.957 65 W= 0.055.L2.697 0.790 Alometrik
F. 3. 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berdasarkan pola pertumbuhannya (Tabel 25), ikan nila mempunyai pola
pertumbuhan yang alometrik negatif (t. hitung > t. tabel, pada selang kepercayaan
95%), kecuali pada pola pertumbuhan bulan Mei. Pola pertumbuhan alometrik negatif
(b<3) berarti pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan
bobot tubuh.
Tabel 25. Persamaan hubungan panjang dengan bobot dan pola pertumbuhan ikan nila
Bulan n Jantan R2 n Betina R2 Pola Pertumbuhan
Maret 10 W= 0.042.L2.753 0.981 12 W= 0.021.L2.949 0.99 Alometrik Mei 17 W= 0.007.L4.261 0.871 19 W= 0.008.L4.251 0.941 Alometrik September 12 W= 0.044.L2.921 0.963 6 W= 1.810.L1.493 0.831 Alometrik November 20 W= 0.112.L2.569 0.836 18 W= 0.111.L2.491 0.911 Alometrik
F. 3. 3. Ikan Gabus (Channa striata) Berdasarkan pola pertumbuhannya (Tabel 26), ikan gabus mempunyai pola
pertumbuhan yang alometrik negatif (t. hitung > t. tabel, pada selang kepercayaan
95%). Pola pertumbuhan alometrik negatif (b<3) berarti pertumbuhan panjang lebih
cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot tubuh.
44
Tabel 26. Persamaan hubungan panjang dengan bobot dan pola pertumbuhan ikan gabus
Bulan n Jantan R2 n Betina R2 Pola Pertumbuhan
Maret 7 W= 0.000.L2.642 0.980 13 W= 0.004.L2.181 0.988 Alometrik
Mei 10 W= 0.149.L2.192 0.869 19 W= 0.119.L2.266 0.915 Alometrik
September 7 W= 0.045.L2.611 0.730 13 W= 0.007.L2.206 0.918 Alometrik
November 4 W= 0.106.L2.336 0.935 9 W= 0.034.L2.717 0.980 Alometrik
F. 3. 4. Ikan Sogili (Anguilla marmorata) Berdasarkan jumlah kisaran panjang total (Tabel 27), ikan sogili memiliki kisaran
panjang total 74,4-80 cm dan kisaran bobot antara 875-4000 g.
Tabel 27. Kisaran panjang total dan bobot ikan sogili
No Kisaran Panjang (cm) Kisaran Bobot (gr)
1 76.8 1250 2 74.4 875 3 80 4000
G. Potensi Produksi Ikan Danau Poso
Pengukuran potensi produksi ikan di Danau Poso dengan menggunakan MEI
(Morpho Edhapic Index) yang merupakan hasil dari nilai parameter conductivity atau
daya hantar listrik (DHL) dibagi dengan kedalaman perairan danau. Pertimbangannya
karena Danau Poso merupakan tipe danau tektonik yang yang perairan litoralnya
mempunyai banyak tumbuhan air dan merupakan areal produktif bagi kehidupan ikan
dan bagi penangkapan. Pada perairan litoral ini produktivitas primer tidak saja berasal
dari keberadaan fitoplankton, namun juga berasal dari tumbuhan air dan bila dilakukan
dengan cara pendekatan melalui pengukuran produktivitas primer (metode botol-gelap
terang) tidaklah tepat. Hasil pengukuran kedalaman air danau dan nilai dari parameter
DHL serta hasil perhitungan potensi produksi ikan dari empat kali survei dapat dilihat
dari Tabel 28, 29, 30 dan 31.
45
Tabel 28. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Poso berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-1 (Maret)
Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi Produksi Ikan (kg/ha/tahun)
Toinasa 150 0.770 12.67 Dumulanga 147 0.753 12.54 Bo'e 160 0.822 13.06 Tolambo 150 0.770 12.67 Tengah danau 147 0.753 12.54 Peura 147 0.753 12.54 Tentena 157 0.805 12.93 Nilai Rata-Rata 151 0.775 12.70 Tabel 29. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Poso berdasarkan
MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-2 (Mei)
Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi Produksi Ikan (kg/ha/tahun)
Toinasa 160 0.822 13.06 Dumulanga 153 0.788 12.80 Bo'e 147 0.753 12.54 Tolambo 150 0.770 12.67 Tengah danau 153 0.788 12.80 Peura 153 0.788 12.80 Tentena 150 0.770 12.67 Nilai Rata-Rata 152 0.783 12.76 Tabel 30. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Poso berdasarkan
MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-3 (September)
Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi Produksi Ikan (kg/ha/tahun)
Toinasa 190 0.976 14.15 Dumulanga 187 0.959 14.03 Bo'e 167 0.856 13.31 Tolambo 170 0.873 13.43 Tengah danau 173 0.890 13.56 Peura 170 0.873 13.43 Tentena 167 0.856 13.31 Nilai Rata-Rata 175 0.898 13.60
46
Tabel 31. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Poso berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-4 (November)
Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi Produksi Ikan (kg/ha/tahun)
Toinasa 180 0.924 13.80 Dumulanga 167 0.856 13.31 Bo'e 170 0.873 13.43 Tolambo 173 0.890 13.56 Tengah danau 173 0.890 13.56 Peura 177 0.907 13.68 Tentena 167 0.856 13.31 Nilai Rata-Rata 172 0.885 13.52
Berdasarkan potensi produksi ikan di Danau Poso yang diukur di tujuh stasiun
penelitian pada waktu survei pertama (trip-1, Maret) berkisar antara 12,54-13,06
kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 12,70 kg/ha/tahun. Potensi produksi ikan pada
survei kedua (trip-2, Mei) berkisar antara 12,54-13,06 kg/ha/tahun dengan nilai rata-
rata 12,76 kg/ha/tahun. Potensi produksi ikan pada survei ketiga (trip-3, September)
berkisar antara 13,31-14,15 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 13,60 kg/ha/tahun.
Potensi produksi ikan pada survei keempat (trip-4, November) berkisar antara 13,31-
13,80 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 13,52 kg/ha/tahun. Hasil integrasi selama
penelitian (dari empat kali survei pada tahun 2011), angka potensi produksi ikan di
Danau Poso berkisar antara 12,54-13,80 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata sebesar
13,15 kg/ha/tahun. Luas perairan Danau Poso sebesar 32.000 hektar. Berdasarkan
luas perairan danau tersebut, maka produksi ikan di danau Poso dalam kondisi normal
sebesar 13,15 x 32.000 = 420708 kg/tahun (420,71 ton/tahun).
H. Penangkapan dan Alat Tangkap Secara umum aktivitas masyarakat Danau Poso dalam memanfaatkan
sumberdaya perairan tergolong masih rendah (Lukman dan Ridwansyah, 2009).
Aktivitas penangkapan di Danau Poso dilakukan hampir setiap hari oleh masyarakat
atau nelayan di sekitar perairan tersebut. Aktivitas penangkapan umumnya masih
dalam skala kecil. Penangkapan di Danau Poso masih menggunakan peralatan yang
sederhana. Umumnya aktivitas penangkapan menggunakan perahu kayu kecil yang
didayung dengan jumlah nelayan 1-3 orang.
Gamb
J
terdiri
banya
nelaya
diguna
ikan h
Gamb
bar 24. Aktivi
Jenis alat ta
atas pukat,
ak digunaka
an Danau Po
akan sebaga
asil pukat di
bar 25. Komp
itas penangk
angkap yang
, pancing, p
n oleh mas
oso menggu
ai alat tangk
i Perairan Da
posisi alat ta
kapan ikan d
g digunakan
pagar dan to
syarakat ata
unakan puka
kap ikan pe
anau Poso a
angkapan ika
47
di perairan D
n para masy
ombak. Puk
au nelayan
at sebagai al
elagis yang
adalah nila d
an di peraira
Danau Poso.
yarakat atau
kat merupak
Danau Po
lat tangkap i
bergerombo
dan mas.
an Danau Po
.
u nelayan da
kan alat tan
oso. Sebany
ikan. Umum
ol di permuk
oso.
anau Poso
gkap yang
yak 55,3%
nya alat ini
kaan. Jenis
48
Pancing (hook and line) merupakan alat tangkap yang umum digunakan para
masyarakat dan nelayan setempat. Pancing merupakan jenis alat tangkap yang paling
selektif dan ramah terhadap lingkungan. Sebanyak 34,1% nelayan Danau Poso
menggunakan pancing sebagai alat tangkap ikan. Jenis ikan hasil pukat di Perairan
Danau Poso adalah nila, sidat dan gabus.
Gambar 26. Jenis alat tangkap ikan di perairan Danau Poso.
Pagar atau Waya Massapi merupakan alat tangkap lokal Perairan Danau Poso.
Alat tangkap pagar banyak berada di sekitar outlet Danau Poso atau daerah aliran
sungai ke arah pantai. Pada tahun 2005, jumlah alat tangkap pagar yang terpasang di
Desa Tentena Poso sebanyak 17 buah, sedangkan Desa Tendendongi sebanyak 5
buah. Alat tangkap ini dipasang secara permanen (Muchsin et al., 2005). Prinsip kerja
alat ini adalah memperangkap ikan untuk masuk ke dalam pagar atau kantong Waya
Massapi. Posisi pintu pagar atau kantong Waya Massapi searah arus air. Pagar
merupakan jenis alat tangkap khusus ikan sidat. Sebanyak 7,1% nelayan Danau Poso
menggunakan pagar sebagai alat tangkap ikan sidat.
Tombak merupakan jenis alat tangkap ikan yang bersifat individu (Makmur,
2009). Desain alat tangkap tombak adalah bentuk runcing atau tajam pada salah satu
49
ujungnya yang dihubungkan dengan tali. Nelayan akan menyelam hingga dasar danau
sekitar 2-6 m selama 2-3 menit untuk menunggu dan memanah sasaran. Perairan
Danau poso memiliki kecerahan berkisar 6-8 meter. Hal tersebut memudahkan
pengoperasian alat tangkap ini. Sebanyak 3,5% nelayan Danau Poso menggunakan
tombak sebagai alat tangkap ikan. Jenis ikan hasil pukat di Perairan Danau Poso
adalah mas dan sidat.
50
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ekobiologi dan kegiatan perikanan di Danau Poso,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
A. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia air seperti temperatur, kecerahan,
alkalinitas, kesadahan, CO2, N-H3, HNO3, H-NO2, TDS dan DHL, menetapkan
bahwa perairan Danau Poso masih ideal untuk mendukung organisme perairan
termasuk ikan.
B. Berdasarkan pengukuran indeks status tropik perairan, Danau Poso tergolong
perairan yang jernih dengan tingkat tropik mesotropik hingga eutropik rendah
(TSI 42,94-53,03).
C. Nilai kelimpahan, indeks keanekaragaman dan dominansi fitoplankton di perairan
Danau Poso berkisar 330-14990 sel/L, 0,69-2,33 dan 0,13-0,70. Nilai
kelimpahan, indeks keanekaragaman dan dominansi zooplankton di perairan
Danau Poso berkisar 20-660 ind/L, 0-1,54 dan 0,25-1. Begitu juga dengan nilai
kelimpahan, indeks keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos di perairan
Danau Poso berkisar 622-36533, 0,63-1,80 dan 0,23-0,70.
D. Jenis ikan di Danau Poso yaitu: gabus (Channa striata), betok (Anabas
testudineus), nilem (Osteochillus hasseltii), sogili (Anguilla marmorata), nila
(Oreochromis niloticus), anasa (Nomorhampus celebensis) tempel batu
(Tamanka sarasinorum) dan rono (Oryzias nigrimas).
E. Ikan di Danau Poso umumnya dapat memijah sepanjang tahun. Pola
pertumbuhan ikan di Danau Poso umumnya berpola Allometrik. Sementara
berdasarkan kebiasaan makannya, ikan nilem dan nila perairan Danau Poso
merupakan tipe pemakan plankton.
F. Dari kajian potensi produksi perikanan, Danau Poso dengan luas lahan sebesar
32000 ha memiliki potensi produksi ikan sebesar 420708 kg/tahun (420,71
ton/tahun).
G. Aktivitas penangkapan di Perairan Danau Poso masih dalam skala kecil. Hasil
tangkapan Perairan Danau Poso antara lain ikan mas (Cyprinus carpio), nila
(Oreochromis niloticus), gabus (Chana striata), sidat (Anguila marmorata) dan
lele (Clarias batrachus). Hasil tangkapan selain untuk konsumsi pribadi juga
dijual di pasar terdekat. Jenis alat tangkap yang digunakan para masyarakat
atau nelayan danau Poso terdiri atas pukat, pancing, pagar dan tombak.
51
DAFTAR PUSTAKA APHA. 1981. Standart Method for the Examination of Water and Wastewater.
15thEdition. Washington DC: American Public Health Association. 1134 p. Carlson, R.E. 1977. A trophic state index for lakes. Limnol. Oceanogr. V.22 (2). Effendie, MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Hal 112. Kottelat, M., JA. Whitten, N. Kartikasari and S. Wiryoatmojo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition and EMDI Project Indonesia. 221 p.
Lukman, I. Ridwansyah. 2009. Telaah Kondisi fisik Danau Poso dan Prediksi ciri
ekosistem perairannya. Limnotek Perairan Darat Tropis Di Indonesia. Vol. XVI, Nomor 2, Tahun 2009. Hal: 64-73.
McGath, DG., UL. da Silva., NM. Crossa. 1998. A Traditional Floodplain Fishery of The
Lower A Amazone River, Brazil. Naga, January-March 1998. Philippines: The ICLARM Quarterly. pp 4-11.
Moreau, J., S.S. De Silva. 1991. Predictive fish yield models for lakes and
reservoirs of the Philippines, Sri Lanka and Thailand. FAO Fisheries Technical Paper (319). Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome. 42 p.
Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Samingan,T.dan Srigondono, B
(Penterjemah). UGM Press, Yogyakarta, 697 Hal. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 82 Tahun 2001. Pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air. 28 p Per Sparre, S.C. Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis. Buku I,
Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 438 p. Team Riset Pusat Riset Perikanan Tangkap.2005. Riset Keanekaragaman Hayati Ikan
Perairan Pedalaman di Sulawesi. Laporan Teknis. 74 halaman. Udupa, K.S. 1986. Statistical methods of estimating the size at first maturity in fishes.
Fishbyte 4 (2) : 8-10. ICLARM, Metro Manila. Wardoyo, S.T.H. 1979. Kriteria kualitas air untuk keperluan pertanian dan perikanan.
Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, IPB, Bogor. 41 p. Weber, M. and de Beaufort, L. F. 1913. The Fishes of the Indo-Australian.
Archipelago. II.Malacopterygii, Myctophoidea,Ostariophysi : I. Siluroidea, Leiden, E.Brill,Ltd.404 p.
Whitten, A.J., M. Mustafa dan G. S Henderson. 1987. Ekologi Sulawesi. Yogyakarta.
Universitas Gajah Mada. Hal 708-719.
52
Makmur S. 2009. Aktivitas penangkapan dan jenis alat tangkap utama di perairan Danau Ranau. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Forum Periaran Umum Indonesia VI, 18 November 2009. Hlm: 389-394.
Muchsin I, Zairion, Ndobe S. 2005. Status Ikan Sidat di Danau Poso. Di dalam:
Peringatan 100 Tahun Ekspedisi Wallacea Pusat Riset Perikanan Tangkap, 2 Agustus 2005.