dunia cyber dan keamanan nasional

3
Dunia Cyber & Keamanan Nasional Pasca-tersingkapnya kasus penyadapan yang dilakukan Australia terhadap sejumlah petinggi RI, pemerintah terlihat lamban merespon bentuk pelanggaran yang terjadi. Reaksi dan luapan emosi yang lebih spontan justru terlihat dari kalangan yang bergerak di dunia maya. Beramai-ramai para peretas Indonesia menyerang situs-situs Australia. Serangan-serangan siber itu tidak bermaksud merusak sistem operasi situs-situs Australia. Tindakan yang dikenal sebagai cyber attack tersebut hanya bertujuan untuk menunjukkan eksistensi dan kemampuan kaum muda Indonesia untuk mengusik "kenyamanan" negara tetangga di belahan selatan Nusantara itu. Tindakan para peretas muda itu di satu sisi menunjukkan terusiknya nasionalisme anak bangsa. Namun, di sisi lain, serangan siber itu memicu terjadinya serangan balasan dari pihak Australia terhadap sejumlah situs Indonesia. Kondisi ini akhirnya meletupkan perang siber kecil antara kedua negara yang menunjukkan infrastruktur IT Indonesia belum siap untuk menangantisipasi potensi kondisi di atas. Fakta-fakta di atas mendorong Komunitas Gita Indonesia bersama

Upload: imanuel-more

Post on 28-Mar-2016

224 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Kemajuan di bidang teknologi informatika atau teknologi digital belum menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia, walaupun potensi SDM yang dimiliki di bidang cyber saat ini sudah sangat memadai.

TRANSCRIPT

Page 1: Dunia cyber dan keamanan nasional

Dunia Cyber & Keamanan Nasional

Pasca-tersingkapnya kasus penyadapan yang dilakukan Australia terhadap sejumlah petinggi RI, pemerintah terlihat lamban merespon bentuk pelanggaran yang terjadi. Reaksi dan luapan emosi yang lebih spontan justru terlihat dari kalangan yang bergerak di dunia maya.

Beramai-ramai para peretas Indonesia menyerang situs-situs Australia. Serangan-serangan siber itu tidak bermaksud merusak sistem operasi situs-situs Australia. Tindakan yang dikenal sebagai cyber attack tersebut hanya bertujuan untuk menunjukkan eksistensi dan kemampuan kaum muda Indonesia untuk mengusik "kenyamanan" negara tetangga di belahan selatan Nusantara itu.

Tindakan para peretas muda itu di satu sisi menunjukkan terusiknya nasionalisme anak bangsa. Namun, di sisi lain, serangan siber itu memicu terjadinya serangan balasan dari pihak Australia terhadap sejumlah situs Indonesia. Kondisi ini akhirnya meletupkan perang siber kecil antara kedua negara yang menunjukkan infrastruktur IT Indonesia belum siap untuk menangantisipasi potensi kondisi di atas.

Fakta-fakta di atas mendorong Komunitas Gita Indonesia bersama Indonesia Cyber Defence Institute (ICDI) Yogyakarta menggelar diskusi yang menghadirkan kalangan blogger dan komunitas kreatif Yogyakarta bertempat di Plataran Mataram, Jalan Veteran, Umbulharjo, Yogyakarta, Kamis (5/12/2013). Tema yang dipilih adalah "Memperjuangkan Indonesia di Dunia Maya". Diskusi ini menghadirkan dua narasumber berkompeten, yakni Pepih Nugraha (pengelola Kompasiana), Imanuel More (pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting – ARSC) dan Aat Sadewa (Peneliti Senior Indonesia Cyber Defence Institute – ICDI).

Pepih yang juga redaktur harian Kompas ini menilai di era globalisasi ini perang siber memang tak bisa dihindari lagi. Indonesia juga merupakan pasar sekaligus pemain yang sangat potensial di dunia IT. Saat ini perang non-konvensional seperti halnya perang siber harus menjadi salah satu kekuatan Indonesia. Apalagi anak-anak muda Indonesia cukup berbakat untuk menguasai sektor IT ini.

Page 2: Dunia cyber dan keamanan nasional

Sementara pengamat politik Imanuel More dari ARSC menilai kebangkitan partisipasi para peretas dalam isu-isu public tidak terhindarkan di era demokrasi. Menurut More, “Keberadaan social media sebagai salah satu aspek keterlibatan publik menjadi signifikan ketika institusi-institusi demokrasi tidak bekerja baik dalam membela kepentingan nasional”. Pada tingkat domestik, kebangkitan mereka terlihat ketika menyerang dan mengkritisi para pemimpin lokal atau nasional yang tidak becus dan tidak populer. “Sementara, pada tingkat internasional, keterlibatan mereka muncul ketika melihat negara melemah saat membela kepentingan dan kebanggaan kita sebagai suatu Negara-bangsa“, jelas More.Dari perspektif lain, peneliti senior ICDI, Aat Sadewa menilai agar sebaiknya negara segera memperhatikan para pelaku perang siber di Indonesia. Pelaku siber juga sebaliknya untuk bisa menahan diri untuk tidak menyerang Negara lain. “Sudah saatnya Negara mulai merangkul dan memfasilitasi kelompok-kelompok peretas dan pelaku perang siber untuk menyatukan kekuatan, agar mereka tidak bertindak sporadis dan partikularistik, serta agar energi mereka dialihkan justru untuk memperkuat sistem pertahanan IT Indonesia sendiri, bukan menyerang Negara lain”. Aat mengingatkan hal ini penting untuk diprioritaskan mengingat citra para peretas Indonesia yang kerap negatif di mata komunitas internasional karena sering mengganggu atau menghancurkan sistem orang lain dibanding membangun atau meningkatkan inovasi sistem pertahanan IT kita sendiri. Gita Indonesia adalah jaringan strategis masyarakat sipil organik yang bertujuan untuk mengadvokasi kepentingan nasional dari berbagai aspek khususnya di era globalisasi. Koordinator Gita Indonesia, Reza Fahlevi menyatakan, “Gita Indonesia memulai gerakannya dari Yogyakarta mengingat Yogya adalah basis kekuatan kaum republiken”. Kepentingan nasional harus diperjuangkan oleh seluruh anak bangsa. Tanpa malu-malu Reza menjelaskan bahwa Gita Indonesia juga merupakan bentuk dukungan komunitas-komunitas sipil organik terhadap sosok capres Gita Wirjawan yang dinilai membawa harapan baru bagi Indonesia. “Gita Indonesia melihat bahwa Indonesia butuh pemimpin muda yang paham bagaimana memperjuangkan kepentingan nasional di era globalisasi. Kita butuh pemimpin yang mampu membawa kegemilangan Indonesia di era baru yang mampu melepaskan diri dari berbagai keterpurukan dan kompleksitas masa lalu khas politik kita”. Juru bicara Gita Indonesia, Intan Selni menjelaskan setelah Yogya, Gita Indonesia akan membuat acara di berbagai kota bekerja sama dengan berbagai komponen masyarakat sipil lain yang ingin perubahan khusus dalam berbagai isu perjuangan yakni isu anti korupsi, buruh migran, pertanian, sosial ekonomi dan kebudayaan.