dukun patah batuerdan (studi deskriptif pengobatan
TRANSCRIPT
1
DUKUN PATAH BATUERDAN
(STUDI DESKRIPTIF PENGOBATAN TRADISIONAL PATAH TULANG
DI KECAMATAN TIGALINGGA, KABUPATEN DAIRI)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Dalam Bidang Antropologi
DISUSUN OLEH:
Anggi Brebi Sinaga
130905079
DEPARTEMEN ILMU ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
PERNYATAAN ORIGINALITAS
DUKUN PATAH BATUERDAN
(STUDI DESKRIPTIF PENGOBATAN TRADISIONAL PATAH TULANG
DI KECAMATAN TIGALINGGA,KABUPATEN DAIRI)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi,dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak pernah saya nyatakan
disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar
kesarjanaan saya.
Medan, Oktober 2017
Penulis
Anggi Brebi Sinaga
Universitas Sumatera Utara
3
ABSTRAK
Anggi Brebi Sinaga (130905079) 2017, judul skripsi: Dukun patah
Batuerdan (Studi Deskriptif Pengobatan Tradisional Patah Tulang di
Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi). Skripsi ini terdiri dari 5 bab,
halaman, daftar , foto, daftar pustaka.
Tulisan ini mengkaji tentang pengobatan tradisional suku karo yaitu
pengobatan dukun patah Batuerdan yang dalam praktek pengobatannya
melakukan reposisi tulang pada bagian-bagian tubuh pasien yang mengalami
cedera. Penelitian dilakukan di pengobatan tradisional Dukun Patah Batuerdan
S.Ginting, di jln Sisimangaraja no 165, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi,
Sumatera Utara.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses
pengobatan yang dilakukan dukun patah dan faktor yang mempengaruhi
masyarakat memilih pengobatan tradisional dukun patah ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yang menghasilkan data deskiptif mengenai pengobatan tradisional
dukun patah Batuerdan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam dan observasi partisipasi terhadap dukun patah Batuerdan
dan pasien-pasien yang ditangani oleh dukun patah tersebut.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pengobatan tradisional dukun
patah Batuerdan ini diwariskan secara turun-temurun oleh dukun patah Sikap
Ginting. Proses pengobatan dukun patah Batuerdan ini menggunakan Lau
Batuerdan yang dijadikan sebagai ramuan khas yang berasal dari rempah-rampah
tradisional. Proses penyembuhan yang dilakukan ada dua cara yaitu patah tulang
parah dan patah tulang ringan yang cara penyembuhannya berbeda, patah tulang
parah membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan untuk mendapatkan
kesembuhan total sedangkan patah tulang ringan waktu penyembuhannya lebih
cepat serta penyembuhan dari kedua proses ini mempunyai berbagai syarat dan
pantangan yang berbeda. Masyarakat memilih pengobatan tradisional dipengaruhi
oleh faktor budaya, sosial, dan faktor ekonomi.
Kata-kata kunci : Pengobatan Tradisional, Dukun Patah Batuerdan,
Universitas Sumatera Utara
4
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur peneliti ucapan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatnya-Nya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini pada tepat waktu. Pada
bulan ini peneliti telah selesai mengerjakan tugas akhir perkuliahan atau dengan
nama lain skripsi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana S1 pada bidang Antropologi Sosial di Dapartemen Antropologi Sosial,
Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik, Universitas Sumatera Utara. Perjuangan
selama 4 tahun menyelesaikan perkuliahan akhirnya terselesaikan dengan waktu
yang tepat.
Skripsi ini membahas tentang Pengobatan Tradisional Dukun Patah
Batuerdan. Skripsi ini dibuat sekitar 3 bulan lamanya. Selama proses penulisan
skripsi ini penulis sangat kerepotan, karena penulis sendiri tidak mahir dalam
merangkai kalimat-kalimat. Namun, atas dukungan, masukan, semangat, dan
bimbingan yang mengalir untuk penulis, penulis ucapan banyak-banyak terima
kasih atas dukungan yang diberikan selama pembuatan skripsi ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Bapak dan Mamak saya
yaitu Romen Sinaga dan Rosdiana Sembiring yang sudah memberikan dukungan
penuh dalam bentuk perhatian, dukungan yang besar, moral maupun materi yang
membuat saya bisa menyelesaikan kuliah tanpa ada kekurangan satu apapun.
Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, umur dan panjang dan selalu yang
terbaik buat kedua orangtua saya ini. Terimakasih juga kepada kakak saya Elsa
Universitas Sumatera Utara
5
Yeka Sinaga yang selalu ada untuk diajak komunikasi menghilangkan stres pada
saat pengerjaan skripsi dan adik saya Rivaldo Sinaga yang memberikan semangat
kepada saya dan juga terimakasih buat dear P.Suranta Manullang yang selalu jadi
seksi repot untuk skripsi ini.
Saya ucapkan terimakasih untuk dosen pembimbing Akademik sekaligus
dosen pembimbing skripsi saya yaitu Bapak Nurman Achmad, S.Sos, M.Sos, Sc
yang sudah sangat banyak membantu untuk membimbing saya di perkulihan dan
sangat sabar untuk membimbing saya saat proses pembuatan skripsi ini. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf pegawai dan staf pengajar
Departemen Antropologi Sosial yaitu kak Nur dan staf lainnya yang sudah
membantu kelancaran semua berkas-berkas perkuliahan yang saya butuhkan
mulai dari kuliah sampai skripsi.
Ucapan terimakasih juga kepada teman-teman Antropologi stambuk 2013,
Pebri sijabat, Femi sumbayak, Lady Silalahi, Yesika Gultom, Mia Anggraini
Zega, Zhu-zhu, Novita Damanik, Sinta Sibero, Yosi Ella Sitepu, Ruth E.G.M dan
seluruh teman-teman lainnya yang tidak bisa dituliskan satu-persatu yang sudah
memberikan dukungan dan selalu menjadi teman-teman yang ada untuk
membantu saya mengerjakan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini juga untuk dukun
patah Batuerdan yang sudah memberikan saya ijin untuk melakukan penelitian
dipraktek dukun patah Batuerdan ini yaitu Bolang Nampat Ginting dan Bapak
Sina Gusta Ginting sehingga skripsi yang saya lakukan dapat berjalan dengan baik
karena beliau-beliau ini sangat humble dan tidak segan-segan untuk memberikan
informasi kepada saya. Dan juga tidak lupa pada semua informan yang sudah
Universitas Sumatera Utara
6
bersedia untuk dilakukan wawancara yaitu bang Roy, bik irma, dan lainnya yang
sudah memberikan banyak sekali data dan informasi dari berbagai sudut pandang
mereka miliki mana hal itu membantu penulisa dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Oktober 2017
Penulis
Anggi Brebi Sinaga
Universitas Sumatera Utara
7
RIWAYAT HIDUP
Anggi Brebi Sinaga lahir di
Medan pada tanggal 22 juni 1995.
Anak kedua dari tiga bersaudara.
Orangtuanya yang bernama Romen
Sinaga dan Rosdiana Sembiring.
Penulis menamatkan pendidikan
Menengah Atas dari SMA Negeri 1
Tigalingga pada tahun 2013 dan
melanjutkan pendidikan strata satu
di Universitas Sumatera Utara
dimana penulis mengikuti
SBMPTN dan lulus seleksi untuk masuk di Departemen Antropologi Sosial-
Fakultas Ilmu sosial dan ilmu Politik, di Universitas Sumatera Utara (USU).
Alamat email penulis: [email protected]
Pernah menjadi anggota dari organisasi Imka (Ikatan Mahasiswa Karo) di
FISIP USU, pernah jadi anggota Perkantas dan ikut dalam kegiatan organisasi
INSAN.
Universitas Sumatera Utara
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Penulisan dan penyusunan penelitian ini dilakukan guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada bidang Antropologi dari
Dapartemen Antropologi. Skripsi ini berjudul “ Pengobatan Tradisional Dukun
Patah Batuerdan”.
Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis kepustakaan
dan materi penulisan. Namun, berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan sehingga kesulitan tersebut dapat
dihadapi.
Dalam penulisan skripsi ini dilakukan pembahasan secara holistik
mengenai pengobatan tradisional dukun patah Batuerdan, peneliti disini
mengelaborasi beberapa data lapangan yang peneliti peroleh dari pemilik praktek
pengobatan dukun patah Batuerdan, dan juga pasien-pasien yang pernah
menjalani pengobatan didukun patah Batuerdan ini. Pembahasan tersebut
diuraikan dari bab I sampai dengan bab V. Adapun penguraian yang dilakukan
oleh penulis pada skripsi ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
9
Bab I penelitian ynag dilakukan ini merupakan deksripsi mengenai latar
belakang permasalah penelitian, dimana kajian penelitian ini merupakan kajian
mengenai Antropologi Kesehatan. Pada bab ini dijelaskan bagaimana pentingnya
permasalahan mengenai Dukun Patah Batuerdan kesuatu bentuk penelitian. Pada
bagian ini juga dibahas mengenai konsep-konsep dan teori apa saja yang
digunakan dalam menganalisis penelitian ini.
Bab II pada penelitian ini membahas bagaimana sejarah pengobatan
alternatif yang ada di Indonesia dan kemudian mengerucut kepada kemunculan
pengobatan tradisional di Sumatera Utara. Kemudian dilanjutkan mengenai
pembahasn terciptanya pengobatan dukun patah Batuerdan ini. Hal ini dilakukan
peneliti untuk menjelaskan secara linier bagaimana perkembangan pengobatan
tradisional tersebut.
Bab III dalam penelitian ini menjelaskan mekanisme dalam pengobatan
dukun patah Batuerdan. Pada bagian ini dijelaskan secara rinci bagimana tahapan
atau proses yang dilakukan dukun patah saat melakukan proses penyembuhan.
Bab IV menjelaskan mengenai pengalaman-pengalaman pasien dukun
patah Batuerdan . Pada bab ini dijelaskan secara rinci mengenai motivasi para
pasien memilih pengoabtan tradisional dukun patah Batuerdan dan mengapa lebih
memilih penobatan tradisional dibandingkan dengan pengobatan medis.
Bab V memuat kesimpulan dan sara dari hasil penelitian mengenai
pengobatan tradisional dukun patah Batuerdan.
Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar
kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan termasuk juga sumber-sumber
Universitas Sumatera Utara
10
lainnya. Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, serta juga
waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun penulis menyadari masih banyak
yang kekurangannya. Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun dari para pembaca. Harapan dari penulis, agar
skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya.
Medan, Agustus 2017
Penulis
Universitas Sumatera Utara
11
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN ORIGINALITAS .................................................................i
ABSTRAK .........................................................................................................ii
UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................iii
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR DAN FOTO ..................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................1
1.2 Tinjauan Pustaka ..............................................................................7
1.3 Ruang Lingkup Masalah ..................................................................26
1.4 Perumusan Masalah .........................................................................27
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................27
1.6 Metode Penelitian .............................................................................28
1.7 Lokasi Penelitian ..............................................................................30
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 Sistem Pengobatan Tradisional ........................................................32
2.2 Pengobatan Tradisional Indonesia ...................................................35
2.3 Pengobatan Tradisional di Sumatera Utara ......................................39
2.4 Perbedaan Dukun Patah batuerdan dengan Dukun Patah Lainnya ..44
2.4.1 Dukun Patah Guru Singa ...................................................44
2.4.2 Dukun Patah Malumta .......................................................46
2.4.3 Dukun Patah Pergendangen ..............................................47
2.4.4 Dukun Patah Sebayang .....................................................48
Universitas Sumatera Utara
12
2.5 Sejarah Pengobatan Tradisional Dukun Patah Batuerdan ................49
2.6 Lokasi Pengobatan Dukun Patah di Tigalingga ...............................55
BAB III PENGOBATAN DUKUN PATAH BATUERDAN
3.1 Proses Pengobatan Tradisional Dukun Patah Batuerdan .................59
3.1.1 Proses Pengobatan Patah Tulang Ringan dan Parah .........62
3.1.2 Proses Pemberian Persembahan kepada Leluhur ..............69
3.2 Pantangan dan Ramuan Lau Batuerdan ...........................................72
3.2.1 Lau Batuerdan ...................................................................72
3.2.2 Pantangan-Pantangan Dukun Patah Batuerdan .................76
3.3 Konsep Sembuh Menurut Dukun Patah Batuerdan .........................78
BAB IV PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG SISTEM
PENGOBATAN TRADISIONAL
4.1 Peranan Pengobat dan Peranan pasien .............................................82
4.2 Peminat Pengobatan Tradisional Dukun Patah Batuerdan ...............84
4.2.1 Pengalaman Menjalani Pengobatan Lain ..........................86
4.2.2 Pengalaman Menjalani Pengobatan Batuerdan .................94
4.3 Interaksi Antara Penyembuh, Pasien dan Keluarga .........................102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan dan Saran ......................................................................105
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
13
DAFTAR GAMBAR DAN FOTO
Gambar 1 : Peta Kecamatan Tigalingga .............................................................55
Foto 1 : Bolang Nampat Ginting Si Dukun Patah ........................................51
Foto 2 : Dukun Patah Bapak Gusta Ginting .................................................54
Foto 3 : Pamflet Dukun patah Batuerdan .....................................................57
Foto 4 : Peralatan Yang Digunakan Dukun Patah Batuerdan ......................60
Foto 5 : Pasien yang melakukan Pengobatan ................................................62
Foto 6 : Ibu Irma yang Sedang Melakukan Pengobatan ...............................91
Foto 7 : Wawancara dengan Bolang Perminak .............................................95
Foto 8 : Informan Roy yang Sedang Melakukan Pengobatan ......................99
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia dengan kemampuan akal atau budinya telah mengembangkan
berbagai macam tindakan demi keperluan hidupnya sehingga menjadi makhluk
yang paling berkuasa dibumi (koentjara ningrat, 1990: 144-145). Manusia sebagai
makhluk sosial dan makhluk biologis senantiasa menjalankan serta
mempertahankan kehidupannya. Dalam menjalankan serta mempertahankan
kehidupannya, manusia cenderung menjaga kesehatannya dari berbagai penyakit
baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Kesehatan merupakan
Universitas Sumatera Utara
14
bagian terpenting dari kehidupan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
adalah faktor sosial, faktor budaya, dan ekonomi disamping biologi dan
lingkungan (WHO, 1992:16). Bila penyakit sudah diderita maka manusia mencari
upaya kesembuhan.
Penyembuhan terhadap suatu panyakit didalam sebuah masyarakat
dilakukan dengan cara-cara yang berlaku didalam masyarakat tersebut atau sesuai
dengan kepercayaan masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi masalah-
masalah didalam hidup, diantaranya sakit, maka manusia tersebut berusaha untuk
mencari obat bagi penyembuh penyakit itu. Seseorang yang sakit beserta
keluarganya akan berusaha mencari obat dengan berbagai cara kesembuhan
penyakitnya tersebut (Hastuti,2006:1). Bukan hanya pengalaman, faktor sosial
budaya dan faktor ekonomi yang mendorong seseorang mencari pengobatan,
namun juga organisasi sistem pelayanan kesehatan, baik modern maupun
tradisional, sangat menentukan dan berpengaruh terhadap perilaku mencari
pengobatan (Lumenta, 1989:87-88).
Secara umum, sistem medis dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:
sistem medis ilmiah yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan
(terutama dalam dunia barat) dan sistem medis tradisional yang hidup aneka
warna kebudayaan-kebudayaan manusia (kalangie,1976:15). Pengobatan modern
adalah pengobatan yang dilakukan secara ilmiah (Samsunjaya, 2007:1).
Pengobatan tradisional merupakan suatu sistem pengobatan yang pada
pengalaman dan keterampilan turun-temurun (Handoko,2008: xxxii). Menurut
Boedhihartono pengobatan tradisional adalah suau pelayanan jasa yang
Universitas Sumatera Utara
15
berkembang dimasyarakat yang dikenal masih dalam taraf “gemeinschafr” dengan
pola-pola hubungan antar warga yang didasarkan pada landasar timbal balik
(reciprocity) dan interpersonal.
Antropologi memiliki beberapa subkajian dan salah satunya yaitu
antropologi kesehatan. Secara umum antropologi kesehatan didefenisikan sebagai
aktivitas formal antropologi yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Antropologi kesehatan menurut Foster dan Anderson (1978) adalah displin yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.
Dalam defenisi yang dibuat Foster dan Anderson (1978) dengan tegas disebutkan
bahwa antropologi kesehatan studi objeknya adalah tentang yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit pada manusia. Antropologi kesehatan dalam konseptual
mengkaji masalah-masalah yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial
budaya.
Di Indonesia terdapat sangat banyak sistem pengobatan tradisional yang
masih digunakan oleh masyarakat antara lain sistem pengobatan tradisional suku
karo yaitu patah tulang atau sering disebut dengan dukun patah. Pengobatan
tradisional yang mengupayakan pengembalian fungsi anggota gerak yang tidak
normal akibat patah tulang atau sejenisnya. Pengobatan tradisional patah tulang
atau dukun patah hampir terdapat di semua provinsi di Indonesia. Khususnya di
provinsi Sumatera Utara ada berbagai jenis dukun patah tulang yaitu mulai dari
Universitas Sumatera Utara
16
dukun patah guru singa, dukun patah pergendangen, dukun patah malumta dan
dukun patah batuerdan.
Dukun patah batuerdan yang akan menjadi kajian sebagai bahan penelitian
karena dukun patah batuerdan ini menjadi satu-satunya dukun patah yang ada di
daerah Sumatera Utara tepatnya di Kab.Dairi, kecamatan Tigalingga. Dimana
pengobatan ini menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari rempah-rempah
tradisional tanpa campuran bahan kimia dan masih sangat alami. Hampir seluruh
bagian dari tumbuhan dijadikan sebagai obat tradisional mulai dari batang, akar,
daun , batang dan sebagainya. Yang membuat dukun patah Batuerdan berbeda
dengan dukun patah lainnya yaitu dilihat dari proses pengobatan yang dilakukan
oleh dukun patah Batuerdan ini, ramuan yang digunakan serta syarat ataupun
pantangan-pantangan yang berlaku dalam proses penyembuhan yang dilakukan
oleh dukun patah ini.
Dukun patah Batuerdan ini menjadi dukun patah yang sangat dipercaya
masyarakat di daerah Tigalingga karena sangat banyak masyarakat yang telah
merasakan kesembuhan dari sistem pengobatan tradisional patah tulang ini.
Dukun patah Batuerdan ini sudah melakukan pengobatan sekitar kurang lebih 75
tahun dan hal ini yang dipercayakan masyarakat sekitar untuk tetap memilih
pengobatan tradisional dibandingkan dokter atau medis. Alasan lain masyarakat
memilih dukun patah Batuerdan karena biaya pengobatan yang tidak terlalu besar.
Biaya pengobatan dukun patah Batuerdan ini memang memiliki tarif harga tetapi
masih dilihat juga dari tingkat ekonomi dari sipasien yang sedang berobat, bahkan
kadang ada saat dimana keluarga sipasien dan pengobat nego harga biaya
Universitas Sumatera Utara
17
pengobatan dan apabila dibandingkan dengan pengobatan yang moderen atau
medis, biaya yang dikeluarkan oleh pasien akan lebih sedikit.
Kebanyakan masyarakat Tigalingga juga percaya terhadap bahan-bahan
tradisional yang digunakan oleh dukun patah sebagai obat penyembuh karena obat
tradisional yang digunakan dianggap tidak memiliki efek samping saat digunakan
sedangkan pengobatan moderen harus menjalani operasi yang bisa saja
mengamputasi atau menggunakan pen (plat atau alat untuk menyambung tulang
yang patah, biasanya terbuat dari logam). Dan bila menggunakan pengobatan
tradisional masyarakat juga lebih merasa dekat dengan sipenyembuh atau dukun
patah karena pengobatan tradisional ini lebih melibatkan diri kepada pasiennya
dengan cara rutin memeriksa bagian-bagian yang sakit pada pasien.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwasanya setiap masyarakat
mempunyai pemikiran yang berbeda tentang jenis pengobatan, seperti halnya
dukun patah, terlihat masih sangat banyak masyarakat yang menggunakan
pengobatan tradisional ini. Pentingnya dukun patah dalam masyarakat tidak hanya
menyangkut aspek sosial tetapi juga aspek budaya. Disamping mempunyai
peranan sosial tertentu juga merupakan suatu sistem budaya masyarakat yang
keberadaannya sesuai dengan kebutuhan dan pemikiran masyarakat.
Disini penulis ingin mengetahui bagaimana asal-usul pengobatan ini,
proses pengobatan dukun patah tradisional ini dan membuatnya berbeda dengan
dukun patah lainnya, karena pada umumnya dukun patah khususnya di Medan
menggunakan minyak sebagai ramuan pengobatan mereka dan ini menjadi
perbedaan antara dukun patah Batuerdan dengan dukun patah yang lainnya seperti
Universitas Sumatera Utara
18
dukun patah pergendangen dan dukun patah sebayang yang ada di jalan jamin
ginting dan kedua dukun patah ini jaraknya tidak terlalu jauh, si peneliti pernah
mewawancari kedua dukun patah ini dan keduanya menggunakan minyak sebagai
ramuan pengobatan mereka dan pengobatan dukun patah singa yang diteliti oleh
Ida Rahmadewi `juga menggunakan minyak sebagai ramuan obat serta salah satu
dukun patah malumta yang diteliti oleh Naomi Nova yang juga menggunakan
minyak sedangkan dukun patah yang akan di teliti oleh peneliti dukun patah yang
menggunakan air sebagai ramuan obat. Perbedaan dukun patah ini dengan lainnya
yaitu letak dan nama pengobatannya. .
1.2 Tinjauan Pustaka
Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara
obat, dan pengobatannya, yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun-temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan secara turun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Zulfikli 2004:2).
Melalui praktek-praktek perdukunan yang berbeda satu dengan yang
lainnya , terjadi interaksi yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan
sosial, khusunya perubahan sosial dalam bidang kesehatan dan lebih khususnya
lagi menyangkut bagaimana corak praktek-praktek perdukunan dikemudian hari
(Sobary, 2003:141). Menurut Boedhihartanto, pengobatan tradisional dapat
dikelompokkan berdasarkan kekhususannya antara lain: dukun bayi, dukun pijet,
Universitas Sumatera Utara
19
dukun sangkal putung (dukun patah tulang), dukun jamu, dukun ramal, dukun
pawang, dukun sunat, dukun suwuk dan dukun sembur, dukun jiwa, dukun
sihir(dukun pelet, dukun santet, dukun tuji, dukun klenik, dukun tenung), dan
dukun susuk (Boedhihartono,1992:76).
Dukun patah tulang merupakan suatu bentuk pengobatan tradisional yang
masih cukup banyak dipakai oleh penderita sebagai alternatif terhadap cara
pengobatan yang diberikan oleh ilmu kedokteran (Mangunsudirdjo 1992:76).
Patah tulang menurut ilmu kedokteran adalah suatu patahan pada kontinuitas
struktur tulang, yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang mendadak.
Patah tadi mungkin lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan
bagaan tipis dari luar tulang, biasanya patahan itu lengkap dan fragmennya
bergesr dari posisinya. Kalau kulit diatasnya robek atau berhubungan dengan
bagian tulang yang patah, disebut patah tulang terbuka yang cenderung mengaami
infeksi (Hasan,2002:3). Patah tulang pada garis besarnya ada dua jenis, yakni
pertama patah tulag tertutup, artinya tulang tidak sampai mencuat keluar
menembus jaringan kulit, dan yang kedua patah tulang terbuka, yakni tulang
menembus jaringan kulit sehingga tulang yang patah itu terlihat
(Machfoedz,2005:72). Tujuan umum dari penanganan patah tulang (fraktur)
adalah mengusahakan penyembuhan tulang dalam posisi dimana tidak ada
kelainan fungsional, dan patah tulang umumnya akan sembuh bila dilakukan
reposisi yang adekuat dan fiksasi yang memadai. Cara pengobatan yang
diberikaan yakni mengusahakan reposisi dengan cara “mengurut” dan fiksasi
dengan karton atau kayu (Mangunsudirdjo,1992:82).
Universitas Sumatera Utara
20
1.2.1. Konsep Penyembuhan Penyakit
Penyembuhan terhadap suatu penyakit didalam sebuah masyarakat
dilakukan dengan cara-cara yang berlaku didalam masyarakat sesuai dengan
kepercayaan masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi berbagai masalah
didalam hidup, diantaranya sakit, manusia berusaha untuk mencari obat untuk
kesembuhan penyakitnya itu. Bukan hanya pengalaman, faktor sosial, faktor
budaya dan faktor ekonomi yang mendorong seseorang mencari pengobatan. akan
tetapi, organisasi sistem pelayanan kesehatan, baik moderen maupun tradisional,
sangat menentukan dan berpengaruh terhadap perilaku mencari pengobatan
(Rahmadewi,2009).
Secara umum, Kalangie membagi sistem medis kedalam dua golongan
besar, yaitu sistem medis ilmiah yang merupakan hasil perkembangan ilmu
pengetahuan (terutama dalam dunia barat) dan sistem non medis (tradisional)
yang berasal dari aneka warna kebudayaan manusia (Rahmadewi, 2009).
Pengobatan kedokteran berbasis pembuktian ilmiah, sedangkan pengobatan
tradisional berdasarkan kearifan lokal yang berasal dari kebudayaan masyarakat,
termasuk diantaranya pengobatan dukun, yang dalam mengobati penyakit
menggunakan tenaga gaib atau kekuatan supranatural. Pengobatan maupun
diagnosis yang dilakukan dukun selalu identik dengan campur tangan kekuatan
gaib ataupun yang memadukan antara rasio dan batin.
Pemahaman perilaku penyembuh untuk mencapai kesempurnaan ilmu
penyembuhannya, menurut Clifford Geertz (1981:117), guna memperoleh
kemampuan menjadi penyembuh, disamping diwarisi, diperoleh juga melalui
Universitas Sumatera Utara
21
belajar. Pada dukun priayi cenderung menekankan disiplin bertapa, puasa yang
panjang dan meditasi yang lama. Santri biasanya menggunakan ayat-ayat Al-
Qur’an yang ditafsir secara mistik atau menggunakan potongan-potongan dari
tulisan Arab.
1.2.2. Konsep Sehat dan Sakit
Keadaan sehat yang dimiliki oleh manusia sangat membantu manusia
dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Oleh karena itu manusia akan selalu
menajaga kesehatanya dan mengembalikan kesehatannya jika mreka dilanda sakit.
Mengenai gangguan kesehatan maka akan ditemukan keluhan sakit (illness) dan
gejala penyakit (disease). Sarwono (2007:31) mengatakan secara ilmiah penyakit
(disease) diartikan sebagai gangguan fisiologis dari suatu organisme sebagai
akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Penyakit atau disease ini bersifat
obyektif kata sarwono . Sebaliknya, sakit (illnes) merupakan penilaian individu
terhadap pengalaman menderita suatu penyakit yang disebut dengan fenomena
subyektif.
Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud
tindakan yang didasari (diketahui) atau tidak disadari (tidak diketahui) merugikan
kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan siperilaku sendiri, atau orang lain,
atau suatu kelompok. Gangguan kesehatan yang dimaksud disini tidak hanya
terbatas pada kategori penyakit fsik dan mental secara indivdu dan kelompk tetapi
juga kategori kesejahtraan sosial.
Menurut WHO (1974) mengatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan
yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
Universitas Sumatera Utara
22
kelemahan. Menurut White ( dalam Zulkifli, 2004) sehat adalah suatu keadaan
dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun tidak
terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. Dari beberapa defenisi sehat
dapat ditarik kesimpulan bahwa sehat adalah kondisi dimana terbebas dari
berbagai macam gangguan misalnya, fisik, emosi, sosial dan kultural, dan tidak
mempunayi keluhan atau tanda-tanda yang tidak menggangu kegiatan sehari-hari
manusia. Sakit (illnes) adalah penelian individu terhadap pengalaman menderita
suatu penyakit, sehingga sakit merupakan bersifat subjektif. Sakit adalah keadaan
dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan seseorang berkurang
atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Sedangkan penyakit (disease) adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu
organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan, sehingga
penyakit merupakan bersifat objektif. Sesuatu disebut sebagai penyakit
berdasarkan sesuatu diluar diri yang mengalaminya, seseorang mungkin saja
memiliki gangguan pada salah satu anggota tubuhna yang secara objektif
merupakan suatu penyakit, namun ia tidak merasa sakit dan tetap dapat
melakukan aktivitas dengan normal. Begitu juga sebaliknya, seseorang bisa saja
merasa tidak enak badan dan gejala-gejala lainnya. Untuk menjelaskan suatu
penyakit, manusia memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap suatu gejala-
gejala yang dirasakan. Pandangan manusi terhadap suatu gejala-gejala yang
dirasakan. Pandangan manusia terhadap gejala yang dirasakan menjelaskan
tentang adanya penyakit disebut dengan etiologi penyakit. Foster dan Anderson
membaginya kepada dua bagian yaitu personalistik dan naturalistik. Personalistik
Universitas Sumatera Utara
23
adalah suatu etiologi yang menganggap munculnya penyakit (ilness) disebabkan
oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (sihir
atau gaib).
Konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh manusi melahirkan suatu bentuk
perilaku, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Berikut beberapa pengertian yang
berkaitan dengan perilaku sehat dan perilaku sakit (Marimbi, 2009:108):
1. Perilaku sehat (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk
juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit , kebersihan perorangan,
memilih makanan, sanitasi dan sebagainya.
2. Perilaku sakit (illnes behavior) adalah segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan seorang individu yang merasakan sakit untuk merasakan dan mengenal
keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini kemampuan atau
pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta
usaha-usaha mengobati penyakit tersebut.
Begitu juga mengenai sistem perawatan kesehatan yang dipilih oleh
informan terbagi ata 3 ( kalangie, 1994:29):
a. Sistem perawatan kesehatan populer umum
Sistem perawatan ni dikenal dengan istilah self trearment atau dengan
home remedies, dimana pencegahan atau pengobatan yang dilakukan condong
disediakan untuk gangguan kesehatan oleh penderita atau keluarganya (secara
emik) dianggap ringan atau masih bisa diatasi sendiri. Komposisi obat yang
Universitas Sumatera Utara
24
digunakan umumnya adalah yang dapat dibeli bebas di apotek, toko obat atau
warung, disamping obat-obat tradisional yang dibeli atau dibuat sendiri.
b. Sistem perawatan kesehatan kedukunan/tradisional
Sistem perawatan kesehatan kedukunan/tradisional ini berpegang pada
kepercayaan, pengetahuan serta praktek pencegahan dari penyakit serta
pengobatan yang diperoleh dalam proses pewarisan tradisi dari genarasi kegenari
dalm bentuk-bentuk personalistik atau nauralistik, atau kedua-duanya.
c. Sistem perawatan kesehatan profesional
Sistem perawatan kesehatan profesional ini ditangani oleh para profesional
(dokter atau paramedik) yang berkehlian berbagai jenis.
Sistem medis adalah pola-pola dari pranata sosial dan tradisi-tradisi yang
menyangkut perilaku yang sengat untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil
dari tingkah laku khusu tersebut belum tentu menghasilkan kesehtan yang baik.
Terdapat sutu struktur universal yang mendasari semua sistem medis untuk
memudahkan kita dalam pemahaman dan studi yang sifatnya berhubungan dengan
peranan dan kewajiban-kewajiban antara pasien dan penyembuh atau bisa
dikatakan sebagai tenaga kesehatan.
Didalam sistem medis pengobatan tradisional masih digunakan karena
model pengobatan ini dianggap suatu pengobtan yang diperoleh secara turun-
temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yng berasal dari luar
indonesia, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat,
(dokter atau paramedik) yang berkeahlian berbagai jenis.
Universitas Sumatera Utara
25
Dikutip dari buku kebudayaan (kalangie,1994:40) bahwa berkaitan dengan
pengertia sehat, sakit, sakit dan penyakit diatas, dasar utama dari penentuan
apakah seseorang tersebut sehat atau sakit adalah apakah seseorang tetap dapat
menjalankan peranan-peranan sosialnya sehari-hari seperti biasanya atau tidak.
Hal tersebut berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap kondisi kesehatanya
yang hanya dilakukan oleh yang bersangkutan secara pribdai tetapi berlangsung
dalam jaringan sosialnya dengan komponen-komponen perkelompokan, seperti
kekerabatan , persahabatan, tetangga, pekerjaan dan komunitas.proses ini berlaku
pula dalam mengambil keputusan perawatan medis untuk seseorang yang sakit.
Sebelum keputusan dibuat, saran-saran atau pendapat diperoleh atau diminta dari
berbagai kelompok sosial ini.
Kalangie (1994:54) mengemukakan bahwa rasa sakit bukan penyakit bila
tidak mengganggu aktivitas dan fungsi pokok misalnya makan, minum, buang air,
tidur dan aktivitas sehari-hari lainnya. dari pendapatnya ini secara implisit
Sudarma juga mengatakan bahwa rasa sakit yang dialami oleh manusi
kemungkinan juga penyakit. Dikatakan demikian ketika rasa sakit tersebut sudah
menimbulkan gangguan pada aktivtas manusia.
Dari beberapa pandangan tentang konsep sakit diatas terdapat perbedaan
pengertian atara keluhan sakit (illnes) dengan penyakit (disease). Keluhan sakit
dapat dikatakan bersifat subjektif karena berasala dari penilaian atau prasangka
orang yang merasa mengalami gangguan kesehatan. Orang tersebut memberikan
penilaian berdasarkan pada pengalamannya ketika mengalami gangguan
kesehatan. Asumsi perasaan sakit ini bisa tepat bisa tidak, karena bisa saja ketika
Universitas Sumatera Utara
26
dilakukan pengobatan oleh ahli medis tidak ada gangguan dengan fungsi
tubuhnya. Jadi keluhan sakit ini sifatnya merupakan dugaan kuat saja. Hal
tersebut menurut Foster dan Anderson merata ada disetiap masyarakat,
perbedaannya hanya pada tingkat persepsi atau pemaknaanterhadap kedua konsep
tersebut.
1.2.3 Sistem Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional merupakan keseluruhan dari pengetahuan,
keterampilan, dan praktek yang ada berdasarkan teori, keyakinan serta
pengalaman yang memiliki adat istiadat berbeda dimasing-masing daerah yang
pemanfaatannya dalam menjaga kesehatan meliputi pencegahan, pemeliharaan
kesehatan, diagnosa, pengobatan baik secara fisik maupun jasmani. Pengobatan
tradisional juga biasanya disebut dengan pengobatan alternatif (Supriadi,2014).
Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Alam Indonesia dengan
keanekaragaman hayati merupakan sumber kecantikan yang tidak ada habisnya.
Pada zaman yang sudah serba modern ini, ternyata pengobatan tradisional masih
diakui keberadaannya oleh masyarakat Indonesia. Istilah kembali ke alam atau
sering disebut dengan back to nature menjadi pembicaraan yang sangat sering
didengar karena semakin banyaknya manfaat pengobatan tradisional yang
dirasakan oleh masyarakat kita.
Pengobatan tradisional ini adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari
ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan
maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. Dalam tiga puluh
tahun terakhir ini berbagai istilah telah digunakan untuk cara-cara pengobatan
Universitas Sumatera Utara
27
yang berkembang dimasyarakat. WHO menyebut hal tersebut dengan “traditional
medicine” atau pengobatan tradisional. Namun demikian ada juga dari kalangan
ilmiah yang menyebutkannya dengan “traditional healing” atau penyembuhan
tradisional. Ada juga yang menyebutkannya dengan folk medicine, etho medicine,
indigenous medicine dan laternative medicine (Agoes, 1992:59).
Untuk memudahkan penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan
istilah pengobatan alternatif, sebab dengan istilah ini dapat ditarik garis tegas
perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan diluarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan
tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun-temurun
yang khas dari suatu etnis (etnomedicine), pengobatan alternatif sendiri mencakup
seluruh pengobatan tradisional, dan pengobatan alternatif adalah pegobatan yang
telah diakui oleh pemerintah.
Pengobatan ataupun penyembuhan yang paling banyak dijumpai di Indonesia
baik itu di kota maupun di desa adalah jenis pengobatan alternatif yang
berlatarbelakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama Indonesia.
Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan manapun
penyembuh tersebut sering disebut dengan tabib ataupun dukun. Pengobatan
maupun diagnosa yang dilakukan tabib ataupun dukun tersebut selalu identik
dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuatan
rasio dan batin.
Menurut pendapat organisasi kesehatan dunia (WHO) ada beraneka-macam
jenis pengobatan tradisional yang bisa dibedakan lewat cara-caranya. Perbedaan
Universitas Sumatera Utara
28
ini dijelaskan sebagai terapi yang berdasarkan cara-cara seperti terapi spritual
yang terkait hal gaib atau terapi dengan menggunakan jarum. Jenis terapi yang
kedua berdasarkan obat-obatan seperti jamu dan pengobatan herbal (Timmermans
2001:1). Pembagian ini sering dikenal sebagai jenis pengobatan yang berdasrkan
mantra-mantra dan jenis pengobatan lain yang berdasarkan alat-alat. Tidak ada
pendidikan formal untuk kebanyakan pengobatan alternatif, khususnya
pengobatan yang pakai cara-cara spritual. Ini tergantung pada faktor keahlian dan
apakah pengobatan ini bisa ditulis atau tidaknya. Pada umumnya pengobatan yang
bersifat obat-obat Cina seperti jamu dan pengobatan herbal dapat dituliskan
kedalam sebuah buku dan bisa dipelajari dengan adanya buku tersebut. Sedangkan
pada pihak pengobatan alternatif yang dipengaruhi supranatural atau metafisik
tidak bisa dipelajari dari buku, pelajaran hidup ataupun pendidikan pengobatan
yang yang terkait dengan gaib karena pengobatan alternatif ini hanya bisa dilatih
oleh orang yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang pengobatan. Keahlian
ini biasanya bersifat turun-temurun atau bakat dari Tuhan, karena tidak semua
orang bisa memilih berlatih pengobaan alternatif atau pengobatan tradisional yang
terkait dengan hal-hal yang bersifat gaib. Akan tetapi, organisasi sistem pelayanan
kesehatan, baik modern maupun tradisional sangat menentukan dan berpengaruh
terhadap perlaku mencari pengobatan (Rahmadewi,2009). Secara umum Kalangie
membagi sistem medis kedalam dua golongan besar, yaitu sistem medis ilmiah
yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan (terutama dalam dunia
barat) dan sistem non medis (tradisional) yang berasal dari aneka warna
kebudayaan manusia (Rahmadewi,2009). Pengobatan kedokteran berbasis
Universitas Sumatera Utara
29
pembuktian ilmiah, sedangkan pengobatan tradisional berdasarkan kearifan lokal
yang berasal dari kebudayaan masyarakat termasuk diantaranya pengobatan
dukun, yang dalam mengobati penyakit menggunakan tenaga gaib atau kekuatan
supranatural. Pengobatan maupun diagnosis yang dilakukan dukun selalu identik
dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuatan
rasio dan batin.
Pengobatan tradisional memiliki akar sejarah perkembangaan kebudayaan
bangsa Indonesia. Jenis pengobatan ini berdasarkan tradisi-tradisi budaya yang
diwariskan secara turun-temurun oleh suku bangsa (etnis) yang ada di Indonesia.
Contoh dari jenis penyembuhan ini adalah erpangir. Erpangir merupakan salah
satu penyembuhan yang berasal dari suku bangsa batak Karo. Penyembuhan ini
merupakan upacara penyembuhan yang diwariskan suku bangsa Batak Karo
secara turun-temurun. Epangir daam bentuk upacara penyembuhan yang diiringi
pembacaan mantra dan iringan musik tradisional Karo yang diperankan dan
dijalankan oleh Guru Sibaso sebagai penyembuh (Bangun,1996:166). Dalam jenis
penyembuhan ini keahlian yang didapatkan biasanya diperoleh secara turun
temurun. Namun, ada juga yang keahlian penyembuhan yang diperoleh dengan
perjuangan fisik dan mental yang sangat berat seperti dalam mendapatkan ilu
penyembuhan Ajian Antabuga, Ajian Aji Anjan Kemayun yang memiliki seorang
paranormal (Masrury, 1997:33-40).
1.2.4 Pengobatan Tradisional Indonesia
Berdasarkan Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/MENKES/SK/VII/2013 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional
Universitas Sumatera Utara
30
menyatakan bahwa, pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan
dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman, keterampilan
turun-temurun atau pendidikan/pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat (Menkes RI,2013), dan dalam pasal tiga
dikatakan bahwa pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis
keterampilan,ramuan,pendekatan agama dan supranatural.
a. Pengobat tradisional mempunyai keterampilan yang terdiri dari :
Pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, alupresuris,
akupunturis dan chiroprator.
b. Pengobat tradisional ramuan yaitu pengobat tradisional dengan
ramuan Indonesia: jamu, gurah, tabib, shinse, homeopathy dan
aromatherapist,
c. Pengobatn tradisional dengan menggunakan pendekatana agama:
Agama Kristen, Agama Islam, Katolik ataupun Budha dan Hindu.
d. Pengobatan tradisional supranatural terdiri dari pengobat
tradisional : tenaga dalam (Prana), paranormal, reiky master,
qigong dan dukun kebatinan.
Sesuai dengan Keputusan Seminar Pelayanan Pengobatan Alternatf
Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat dua defenisi pengobatan Indonesia
(PETRIN), yaitu a) ilmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh pengobatan
tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya penyembuhan, pencegahan
penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan sosial
Universitas Sumatera Utara
31
masyrakat. b) usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuahn, pemeliharaan
dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir,
kaidah-kaidah atau ilmu diluar pengobatan ilmu kedokteran modern, diwariskan
secara turun-temurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-
cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu kedokteran, yang antara lain
meliputi akupuntur, dukun, jamu dan lain-lain (Ratna,2010).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan telah ditulis tentang pengobatan altenatif. Walaupun tidak secara
eksplisit menggunakan konsep alternatif, dalam undang-undang tersebut
digunakan konsep pengobatan tradisional. Pada Bab I pasal & dinyatakan
“Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat
dan pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman dan keterampilan turun-
temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Seperti yang tercatat dalam Undang-undang tersebut, pengobatan
tradisional berkaitan dengan cara, pengobatan maupun obat yang didasarkan pada
pengetahuan maupun pengalaman yang diperoleh secara turun-temuun. Hal itu
juga tampak dari defenisi tentang obat tradisional. Dalam Undang-undang itu
dikatakan “Obat tradisional” adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) ataupun
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.
World Health Organisation atau yang sering disebut dengan badan WHO
menyatakan, pengobatan tradisional adalah ilmu dan pengobatan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
32
himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan
secara ilmiah maupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi dan
pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.
Dalam pengobatan tradisional Indonesia sangat banyak pelayanan
kesehatan yang harus diperhatikan. Salah satu standarisasi dari pengobatan
tradisional tersebut. dengan adanya standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan
tradisional akan dapat ditingkatkan, tapi yang penting lagi munculnya berbagai
efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggungjawabkan, akan dapat
dihindari (Zulkifli,2004). Standarisasi diharapkan mampu mengatasi berbagai
efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggungjawabkan. Untuk iu
dalam undang-undang Kesehatan Rino tahun 1992 pasal 47 menyatakan perlu
adanya pembinaan, pengawasan dan pengembangan terhadap pengobatan
alternatif sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
KepMenkes No.1076/Menkes/SK/VII/2013 pasal empat disebutkan bahwa
semua pengobat tradisional wajib mendaftarkan diri kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupatan?Kota setempat untuk memperoleh Surat Terdaftar Pengobat
Tradisional (STPP). Pengobat tradisional yang metodenya telah memenuhi
persyaratan, pengkajian, penelitian, dan pengujian serta bukti aman yang
bermanfaat bagi kesehatan dapat diberikan SPTT oleh Kepala Dinas Kesehatn
Kabupaten/Kota setempat. Hal in dimasukkan agar Dinas Kesehatan dapat
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengobatan tradisional tersebut.
Misalnya di wilayah kecamatan pengobatan tradisional tersebut maka puskesmas
kecamatan tersebut yang akan melakukan pengawasan dan memberikan
Universitas Sumatera Utara
33
pembekalan tehadap kebersihan bahan-bahan yang dijadikan obat dan sehat
konsumsi.
Menurut keputusan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1076/Menkes/SK/VII/2013 telah mengatur dalam penyelenggaraan
pengobatan tradisional mempunyai prinsip sebagai berikut: 1. Tidak
membahayakan jiwa atau melanggar susila dan kaidah agaa serta kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diakui di Indonesia, 2. Aman dan
bermanfaat bagi kesehatan, 3. Tidak bertentangan dengan upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, 4. Tidak bertentangan dengan norma dan nilai yag
hidup dalam masyarakat (Menkes RI,2013).
1.2.5 Pengobatan Tradisional di Sumatera Utara
Maraknya pemanfaatan jasa diluar medis moderen yang ilmiah merupakan
suatu bukti bahwasanya sistem kesehatan masyarakat telah mengarah pada
revitalisasi sistem pengobatan tradisional dan sejenisnya yang sebahagian besar
lahir dari tradisi pengobatan yang didasari oleh akar budaya maupun nilai agama
masyarakat. Revitalisasi berarti mementingkan kembali atau suatu proses
pengutamaan, pemunculan suatu hal yang pernah ada pada saat masa lalu. Dengan
kata lain sistem pengobatan tradisional yang kemudian disebut dengan
pengobatan alternatif kembali penting, diutamakan atau dimunculkan dalam
sistem kesehatan nasional.
Sistem medis tradisional pada saat sekarang ini merupakan sistem
pengobatan atau penyembuhan yang banyak digunakan dan dimanfaatkan oleh
Universitas Sumatera Utara
34
masyarakat Indonesia, tidak terkecuali penduduk yang ada di Sumatera Utara .
Pemanfaatan jasa pengobatan alternatif pada masyarakat Medan atau kota lainnya
bukan sekedar fenomena temporal dan kondisional, akan tetapi sudah menjadi
suatu fakta sosial yang tersebar luas dan diterapkan secara universal di berbagai
lapisan masyarakat Indonesia. Masyarakat di Kota Medan terdiri dari berbagai
macam kelompok etnis dan beragam lapisan baik dalam tingkat pendidikan,
kemapuan ekonomi, adat istiadat dan masih banyak yang lainnya lagi. Medan
sebagai Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki keadaan masyarakat seperti yang ada di jelaskan diatas, disamping kota-
kota lainnya di Indonesia sebagai dampak urbanisasi.
Salah satu indikator yang mendukung tentang meluasnya pemanfaatan jasa
pengobatan alternatif adalah banyaknya sarana jasa pengobatan tersebut di kota
Medan. Menurut pengamatan tempat praktek pengobatan alternatif di Kota Medan
Sumatera Utara sudah sangat banyak dan sangat beragam. Hampir disetiap
pelosok Kota Medan banyak dijumpai lokasi-lokasi praktek pengobatan alternatif,
tetapi untuk menunjukkan data manivest tentang jumlahnya adalah sangat sulit.
Data tertulis mengenai jumlah, jenis maupun metode pengobatan yang dilakukan
oleh sistem pengobatan di Kota Medan tidak dapat dijumpai baik dari Dinas
kesehatan Kotamadya Medan maupun instuisi pengelola kesehatan di Kota
Medan.
Secara umum dapat pula dikemukakan bahwa sebagian besar dari
masyarakat Kota Medan masih mempunyai pendidikan dan tingkat ekonomi yang
rendah. Sekalipun pengaruh modernisasi secara fisik telah berkembang luas dalam
Universitas Sumatera Utara
35
masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Namun cara
berpikir tetap sulit dilepaskan dari cara berfikir yang alternatif. Dalam masalah
pelayanan kesehatan , diakui bahan yang berkembang di Kota Medan adalah
pelayanan kesehatan modern yang juga sudah dikembangkan ke pelosok desa
melalui puskesmas. Tetapi tidak semua masyarakat menggunakan pengobatan
moderen tersebut karena sebagian besar masyarakat masih menggunakan
pelayanan kesehatan alternatif.
Data tentang sarana pengobatan aternatif juga penting, sebagai satu elemen
dalam sistem kesehatan masyarakat adalah bermanfaat jika terdapat satu data
tertulis yang mencatat berbagai karakteristik sistem pengobatan alternatif. Sistem
pengobatan medis moderen dan alternatif sama pentingnya, sebab sama-sama
diperlukan oleh masyarakat dalam upaya mendapatkan kondisi kesehatan yang
diinginkan menjadi yang lebih baik. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
pada tahun 1978 tentang penyembuhan tradisional (traditonal healer) di lima
kabupaten di Sumatera Utara terlihat ada beberapa spesialis dari dukun dikaitkan
dengan jenis penyakit yang dapat ditangani. Penelitian tersebut dilakukan di lima
kabupaten yakni, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Tapanuli utara, Kabupaten
tapanuli Selatan, Kabupaten Nias dan Kabupaten Karo. penyembuh (healer) yang
dijadikan responden merupakan representasi dari lima etnis yang berada di lima
kabupaten tersebut, yakni etns Melayu, Batak Toba, Batak Mandailing, Kari dan
Nias.
Melalui penelitian tersebut didapati bahwa praktek penyembuhan
alternatif/tradisional merupakan praktek penyembuhan yang umum dilakukan dan
Universitas Sumatera Utara
36
masih bertahan sebagai sistem kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan
pengobatan alternatif di Kota Medan adalah mengenai kesulitan, sebab tidak
ditemukannya data sekunder yang dapat menunjukkan sarana-sarana pengobatan
alternatif yang masih aktif beroperasi di Kota Medan. Hal ini disebabkan
banyaknya tempat praktek pengobatan alternatif yang tidak mendapatkan izin
praktek dari institusi pemerintahan untuk menangani kesehatan, sebagai
perbandingan penelitian tentang penyembuh tradisional yang dilakukan tahun
1978 di lima kabupaten, Provinsi Sumatera Utara dapat dijabarkan dalam
penelitian ini.
Pelayanan kesehatan sistem medis tradisional secara empirik memberikan
jasa perawatan dan penyembuhan dan bahkan mampu menyembuhkan berbagai
macam penyakit berat atau penyakit secara medis tidak dapat disembuhkan lagi.
Begitu juga di Kota Medan banyak penyakit yang tidak dapat ditangani oleh
pengobatan moderen, sehingga masyarakat beralih kepada sistem medis
tradisional. Banyaknya pemanfaatan jasa diluar medis moderen yang ilmiah
merupakan suatu bukti bahwasanya sistem kesehatan masyarakat telah mengarah
kepada revitalisasi. Sistem medis tradisional dan yang sejenisnya yang sebagian
besar lahir dari tradisi pengobatan yang didasari oleh akar budaya maupun nilai
agama masyarakat. Dengan kata lain sistem medis tradisional yang kemudian
disebut sebagai pengobatan alternatif kembali penting dalam sistem kesehatan
nasional.
Hal ini yang mendukung tentang semakin banyaknya pemanfatan
pengobatan alternatif dikarenakan semakin banyaknya praktek-praktek
Universitas Sumatera Utara
37
pengobatan alternatif di Kota Medan dan semakin banyak pula masyarakat yang
mau dan tertarik untuk datang kepada penyembuh tradisional untuk mengobati
penyakit yang mereka derita. Sehingga semakin lama sistem pengobatan
tradisional ini pun semakin berkembang cepat ditengah-tengah masyarakat. Dan
bukan berarti sistem pengobatan moderen tidak digunakan lagi oleh masyarakat.
Pengobatan alternatif di Kota Medan sangat beragam jenisnya, ada
pengobatan yang bersifat tradisional sampai kepada penyembuhan alternatif
modern yang merupakan sistem pengobatan yang diadopsi dari tradisi
penyembuhan di luar Indonesia. Melalui pengamatan yang dilakukan ternyata
pada saat sekarang ini telah begitu tersebar di Kota Medan. Hampir di setiap
pelosok terdapat tempat-tempat praktek pengobatan alternatif. Beberapa tempat
praktek ada yang menggunakan papan pengumuman sebagai tanda pengenal
ataupun sebagai media publikasi bagi masyarakat, namun ada juga pada memakai
penyembuh yang tidak memakai media publikasi formal seperti papan
pengumuman atau selebaran. Penyembuhan jenis ini biasanya hanya
mengandalkan informasi yang bersifat primitif, yaitu dari mulut kemulut. Mereka
biasanya beroperasi dalam skala geografis yang kecil, seperti disatu perumahan,
kelurahan maupun lingkungan tertentu. Keahlian yang mereka milikipun biasanya
tidak banyak, artinya spesifikasi penyakit maupun terapi yang dimilki sudah
sangat khas. Misalnya dukun kusuk (messages), dukun terkilir dan penyembuhan
lain yang menanganinya penyakit-penyakit ringan seperti batuk, penyakit kulit
dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
38
Penyembuhan ini biasanya juga tidak benar-benar berprofesi sebagai
penyembuh mereka mempunyai profesi utama. Keahlian penyembuh hanya
sebagai pekerjaan sampingan yang dilakukan atas dasar kemanusiaan dan tuntutan
kepercayaan yang mereka miliki. Namun, berbeda dengan pengobatan dukun
patah Batuerdan dalam penyembuhannya menjadikan kegiatan penyembuhan
sebagai pekerjaan yang utama, dimana dukun patah melakukan praktek secara
terbuka di tengah lingkungan masyarakat. Publikasi merupakan faktor penting
bagi kelancaran prakteknya, di depan tempat praktek terdapat papan yang
bertuliskan pengobatan dukun patah Batuerdan..
1.2.6 Perbedaan Dukun Patah Batuerdan dengan Dukun Patah
Lainnya
a. Dukun Patah Guru Singa
Disalah satu skripsi Ida Rahmadewi yang mengangkat judul tentang
Dukun Patah Guru Singa menjelaskan Pengobatan dukun patah Guru Singa ini
menjadi dukun patah yang sangat banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia baik
di Medan dan Jakarta. Dukun patah Guru singa ni terdapat dua tempat di Medan
dan satunya lagi berada di Jakarta. Pengobatan dukun patah ini sama dengan
dukun patah yang lainnya pengobatan yang berasal dari nenek moyang Guru
Singa sendiri. Dukun patah ini juga berasal dari pengobatan dari suku bangsa
Batak Karo. Dan pengobatan tradisional Dukun Patah yang dibahas oleh si
peneliti ini pengobatan tradisional dukun patah Guru Singa yang terdapat di
Jakarta. Pengobatan dukun patah ini didirikan oleh Ngulih Rusli Guru Singa dan
Universitas Sumatera Utara
39
didirikan pada tahun 1972 berlokasi di Cililitan dan kemudian pada tahun 1978
pindah dari Cililitan ke Pondok Kelapa tempatnya hingga sekarang.
Pengobatan patah tulang GS ini melayani pada pasien rawat jalan maupun
ppasien rawat inap. Pasien diobati dengan minyak GS, sup sumsum dan
menggunakan peralatan lainnya. Pada proses pengobatan pata tulang GS ini
menggunakan alat-alat seperti perban putih, kapas, cairan antiseptik, cairan
pembersih (rivanol), minyak GS dan spalk/bidai dengan berbagai ukuran. Spalk
sedang berukuran lebar 5cm panjang 40cm dengan ketebalan 6mm. Spalk besar
berukuran lebar 6cm panjang 62cm dengan ketebalan 9mm.
Apabila ada pasien yang mengalami keseleo pada tangan , kaki, ataupun
bagian tubuh lainnya makapengobat GS akan mengolesi bagian yang sakit
tersebut dengan minyak andalan dari pengobatan dukun patah Guru Singa
tersebut. Minyak GS itu menjadi minyak yang harus selalu dioleskan pasien pada
bagian tubuh yang sakit agar cepat sebuh sama halnya dengan pasien yang
mengalami patah tulang yang parah dan harus menggunakan perban maka di
perban juga akan di tetesi minyak dari Guru Singa tersebut. Dan minyak ini
menjadi ciri khas dari pengobatan tradisional di pengobatan dukun patah Guru
Singa ini. Pengobatan patah tulang GS menggunakan minyak yang terbuat dari
bhan dasar miyak sayur dan bumbu dapur seperti kunyit, kencur, bawang merah,
bawang putih, lada hitam, jintan dan ada bahan rahasia atau racikan dari
pengobatan Guru Singa itu sendiri yang dipakai secara turun-temurun untuk
dijadikan sebuah minyak.
Universitas Sumatera Utara
40
Di dukun patah Guru Singa ini menerima pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap . Pilihan ada ditangan pasien yang sakit mau dirawat jalan atau rawat
inap didukun patah Guru Singa ini. Karena dukun patah Guru singa menyediakan
tempat tidur untuk pasien yang sedang rawat inap dan tidak jauh seperti layaknya
rumah sakit yang menyediakan kamar dan tempat tidur bagi pasien yang sedang
sakit. Dan ruang rawat inap ini juga memiliki tingkat harga yang berbeda
permalamnya. Seperti ada tingkat kelas biasa dan kelas vip dan semua tergantung
kesanggupan dari si pasien untuk tidur dan menginap di kelas apa. Dan nama dari
ruangan itu diambil dari nama gunung seperti ruangan sinabung, sibayak dan yang
lainnya. Pada dukun patah ini juga sudah memiliki yang nama staf yang masing-
masing memiliki tugas untuk setiap proses pengobatan yang berlangsung di Guru
Singa ini. Mulai dari administrasi yang dibayar melalui staf , adanya staf yang
memeriksa harian perkembangan dari pasien dan banyak tugas lainnya.
b. Dukun Patah Malumta
Dukun patah ini juga salah satu dukun patah karo yang banyak diketahui
oleh masyarakat di Medan tepatnya dukun patah ini terletak dijalan dr.Masyur dan
dekat dengan Universitas Sumatera Utara. Salah satu skripsi yang dikerjakan oleh
peneliti yang bernama Naomi menjelaskan cara dan proses pengobatan yang
dilakukan dukun patah malumta. Alat-alat yang digunakan pada pasien yang sakit
seperti perban putih, cairan pembersih, splak/bidai. Dan alat-alatnya hampir sama
dengan apa yang digunakan oleh dukun patah Guru Singa.
Pengobatan dukun patah Malumta ini juga menggunakan minyak sebagai
bahan utama diuntuk mengobati sipasien. Setiap pasien yang mengalami sakit
Universitas Sumatera Utara
41
seperti keseleo, terkilir ataupun apapun itu maka dukun patah ini akan mengolesi
bagian tubuh sipasien dengan minyak khas mereka yang dibuat sendiri dengan
ramuan dari dukun patah Malumta.
Pengobatan tradisional dukun patah Malumta ini juga kurang lebih sudah
hampir sama dengan rumah sakit karena mereka juga menyediakan satu ruangan
dan tempat tidur yang akan digunakan oleh pasien apabila pasien dirawat inap.
Berbeda dengan dukun patah Guru Singa yang menyedakan ruangan yang banyak
dengan tingkat harga kamar atau ruangan yang berbeda maka bedanya dengan
dukun patah malumta yaitu ruangan untuk satu pasien itu beradadisatu ruangan
dan didalamnya ada 10 tempat tidur yang disediakan. Jadi di pengobatan
tradisional dukun patah malumta ini semua pasien ada disatu ruangan. Dan dukun
patah ini juga memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar karena ini menjadi
syarat yang penting dalam tahap penyembuhan sipasien.
c. Dukun Patah Pergendangen
Dukun patah pergendangan ini juga dukun patah yang hampir sama
eksisnya dengan dukun patah Malumta, dukun patah ini juga banyak dikenal
dikalangan masyarakat Kota Medan. Dukun patah ini terdapat di Kota Medan
yang tepatnya di jalan Jamin Ginting berdekatan dengan Rumah Sakit Siti Hajar.
Dukun patah ini juga sudah termasuk dukun patah yang lumayan besar dengan
menyediakan beberapa tempat tidur disatu ruangan. Dan dukun patah ini juga
menyediakan rawat inap untuk pasien yang ingin dirawat di pengobatan tersebut.
Dukun patah ini juga membandrol harga permalam dari setiap pasien yang akan
dirawat inap di dukun patah Pergendangen ini.
Universitas Sumatera Utara
42
Alat yang digunakan oleh pengobatan tradisional dukun patah
pergendangan ini tidak jauh dengan dukun pata Guru Singa dan dukun patah
Pergendangen yaitu seperti perban, kapas, cairan pembersih dan yang lainnya.
Dan sama seperti dukun patah yang lainnya pengobatan tradisional ini juga
menggunakan minyak sebagai ramuan yang pentng dalam proses pengobatan
yang dilakukan. Minyak ini dibuat langsung oleh dukun Pergendangen dan
menjadi ciri khas minya dukun patah Pergendangen. Minyak ini juga dikemas
dalam botol dan bisa dibeli oleh semua orang. minya ini diracik dengan bahan-
bahan yang sudah menajdi turun-temurun dari nenek moyang dukun patah
pergendangan.
d . Dukun Patah Sebayang
Dukun patah ini ditangani oleh seorang nenek sudah dapat dikatakan tua
dan beliau dipanggil dengan sebutan bayang. Kalau dukun patah Guru Singa,
Malumta, dan dukun patah Pergendangen ditangani oleh laki-laki kali ini dukun
patah sebayang ditangai oleh perempuan. Letak lokasi dari dukun patah sebayang
dijln.Jaminginting dan lokasi dukun patah ini dengan dukun patah Pergendangan
tidak terlalu jauh dan hanya dipisah beberapa rumah saja.Dukun patah ini tidak
terlalu eksis dibandingkan dukun patah yang dijelaskan diatas, proses
pengobatannya hampir sama dengan dukun patah yang lainnya. Dukun patah ini
juga menggunakan minya yang diracik dan dibuat sendiri oleh bayang ini. Minyak
ini juga yang menjadi berperan penting dalam peyembuhan sipasien yang sedang
ditangani. Dukun patah ini hanya menyediakan satu tempat tidur untuk pasien
Universitas Sumatera Utara
43
yang akan dirawat. Karena pasien yang ditangani oleh dukun patah ini tidak
seramai dan sebanyak dari dukun patah yang lainnya.
1.3 Perumusan Masalah
Dari uraian diatas maka penulis memfokuskan pada sistem pengobatan
tradisional patah tulang pada etnis karo yaitu dukun patah Batuerdan. Mengingat
ruang lingkup pembahasan yang akan luas sekali, maka peneliti hanya membatasi
sekitar masalah proses penyembuhan Batuerdan. Ruang lingkup masalah yang
diteliti difokuskan kepada:
2. Asal mula pengobatan dukun patah Batuerdan!
3. Bagaimana proses pengobatan tradisional dukun patah?
4. Apa fenomena yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan
dukun patah?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Ada pun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asal mula dan
berkembangnya dukun patah Batuerdan, proses pengobatan yang dilakukan dukun
patah dan faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan tradisional
dukun patah ini.
Manfaat penelitian ini secara akademis dapat berguna untuk menambah
wawasan dan kepustakaan dibidang Antropologi. Khususnya dalam memperkaya
literatur mengenai kesehatan masyarakat yang dikaji berdasarkan perspektif
Antropologi. Sedangkan manfaat praktisnya yaitu berguna untuk masyarakat
secara umum dalam melakukan pengobatan tradisional.
Universitas Sumatera Utara
44
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif.
Dengan tahan penelitian pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data, dan
diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian. Penelitian ini dilakukan unruk
mendeskripsikan mengenai pengobatan tradisional dukun patah Batuerdan.
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, maka diperlukan beberapa
metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini. Pengumpulan data yang
diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara yang disebut sebagai
data primer. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari kepustakaan, seperti
buku-buku, jurnal, tesis, laporan penelitian,skripsi, dokumentasi, serta bahan-
bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.
5.1.1 Observasi
Peneliti terlebih dahulu mengawali dengan observasi pada lokasi
penelitian. Observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah
observasi partisipasi yang mangamati pengobatan dukun patah Batuerdan ini.
Peneliti akan mengamati beberapa hal antara lain: Asal mula pengobatan dukun
patah Batuerdan! Bagaimana proses pengobatan tradisional dukun patah? Apa
fenomena yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan dukun patah?
5.1.2 Wawancara
Selain observasi, wawancara juga merupakan teknik pengumpulan data yang
harus dilakukan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah
wawancara mendalam kepada dukun patah batuerdan dan pasien-pasien yang
melakukan pengobatan di dukun patah ini.
Universitas Sumatera Utara
45
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pengobatan tradisional dukun patah Batuerdan
yang beralamat di jalan Sisimangaraja no 165 , kecamatan Tigalingga, kabupaten
Dairi, Sumatera Utara. Peneliti memilih lokasi penelitian dengan alasan yaitu:
1. Tempat penelitian yang dipilih sipeneliti menjadi tempat sangat dipercaya
oleh orang-orang yang ada di daerah tersebut karena pengobatan
tradisional dukun patah ini menjadi satu-satunya pengobatan patah tulang
di Tigalingga dan sudah sangat lama berdiri.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Desa Tigalingga
Tigalingga adalah salah satu wilayah perbatasan penguasa Belanda dulu
yang disebut sebagai Onderdistrik van Karo Kampung. Kawasan ini meliputi lima
kecamatan yakni Tigalingga, Tanah Pinem, Pegagan Hilir, Juhar Kidupen Manik,
dan Lau Juhar. Dinamai Karo Kampung karena kebudayaannya memang karo dan
Universitas Sumatera Utara
46
kawasan ini merupakan wilayah karo yang masuk wilayah Dairi akibat demarkasi
atau batas pemisah, biasanya ditetapkan oleh pihak yang sedang berperang
(bersengketa) oleh Belanda.
Pada masa perjuangan mlawan penjajahan Belanda, sejarah mencatat
bahwa Raja Sisingamangaraja XII semasa hidupnya cukup lama berjuang di
daerah Dairi, karena wilayah Bakkara dan wilayah toba pada umumnya telah
dibakar habis dan dikuasi oleh Belanda. Kondisi tersebut tidak memungkinkan
lagi untuk bertahan dan meneruskan perjuangannya, sehingga beliau hijrah ke
Dairi, beliau wafat pada tanggal 17 juni 1907 di Ambalo Sienem Koden yang
ditembak atas perintah Komanda Batlion Marsuse Belanda Kapten Cristofel.
Pada masa penjajahan Belanda yang terkenal dengan politik Devide Et
Impera maka nilai-nilai, pola dan struktur pemerintah di Dairi mengalami
perubahan yang sangat cepat dengan mengacu pada sistem dan pembagian
wilayah Kerajaan Belanda maka Dairi saat ini ditetapkan pada suatu Onder
Afdeling yang pimpin seorang Cotroleur berkebangsaan Belanda dan dibantu oleh
seorang Demang dari penduduk Pribumi/Bumi Putra. Kedua jabatan tersebut
dinamai Controleur Der Dairi Landen dan Demang Der Dairi Landen.
Pemerintah Dairi Landen adalah sebagian dari wilayah Pemerintahan
Afdeling Batak Landen yang dipimpin Asisten Residen Batak Landen yang
berpusat di Tarutung. Sistem ini berlaku sejak dimulainya perjuangan pahlawan
Raja Sisingamangaraja XII dan berlaku juga sampai penyerahan Belanda atas
penduduk Nippon (Jepang) pada tahun 1942. Pada masa itu pemerintah Jepang di
Dairi memerintah cukup kejam dengan kerja paksa membuka jalan Sidikalang
Universitas Sumatera Utara
47
sepanjang lebih kurang 65 km, membayar upeti dan para pemuda dipaksa masuk
Heiho dan Glugun untuk bertempur melawan Militer Sekutu.
Setelah kemerdekaan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
maka 18 UUD 1945 menghendaki dibentuknya Undang-Undang tersebut
dibentuk oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam rapatnya tanggal
19 Agustus 1945 menetapkan Daerah Republik Indonesia untuk sementara dibagi
atas 8 Propinsi yang masing-masing dikepalai oleh Gubernur. Daerah Provinsi
dibagi dalam Keresidenan yang dikepalai seorang residen gubernur dan Residen
dibantu oleh Komite Nasional daerah.
Pada masa Agresi militer I, Belanda berhasil menduduki wilayah Sumatera
Utara Timur yakni Sidikalang, Sumbul, Kerajaan Salak, Tigalingga dan Tanah
Pinem. Disamping itu terjadi juga perjuangan pembentukan daerah otonom yang
mengakibatkan Dairi terdiri dari beberapa kecamatan, Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun !964 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat
II Dairi, yang berlaku surat mulai tanggal 1 Januari 1964.
Kecamatan Tigalingga dahulunya merupakan Karo dan bisa dikatakan
sejak lama menjadi model bagi Dairi dalam hal pertanian. Sejak bersentuhan
dengan teknologi pertanian di Masa Hindi Belanda, Karo telah menjadi sentra
agribisnis utama di Sumatera bahkan di Indonesia. Luas Kecamatan Tigalingga
adalah 197 Km yang terdiri dari 14 desa dan 1 kelurahan, yaitu Lau sireme, Lau
Mel, Sukandebi, Lau Molgap, Lau Pakpak, Palding, Bertungen Julu, Palding Jaya
Sumbul, Sarintonu, Juma Gerat, Ujung Teran dan Sumbul Tengah serta
Universitas Sumatera Utara
48
Tigalingga. Kecamatan Tigalingga merupakan Kecamatan Induk dari Kecamatan
Gunung Sitember yang dulunya merupakan satu Kecamataan.
2.2. Letak dan Kondisi Geografis
Luas kecamatan Tigalingga adalah 197 Km, yang terbagi dari !4 desa
kecamatan Tigalingga terletak antara Lintang Utara: 98o00- 98
o30 dan Bujur
Timur: 2o15-3
o00. Jarak antara kantor Kecamatan Tigalingga dengan Kantor
Bupati adalah 28Km.
Adapun batas-batas Kecamatan Tigalingga secara administratif sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Sitember
Sebelah Selatan : Kecamatan Pegagan hilir
Sebelah Barat : Kecamatan Siempat Nempu, Kecamatan Gunung
Sitember.
Kecamatan Tigalingga dengan Kota Sidikalang dapat ditemput selama 50
menit dengan menggunakan angkutan umumyang berjarak 45Km. Dan
Kecamatan Tigalingga berjarak 316 Km dari Kota Medan dan dapat ditemput
selama 5 jam dengan menggunakan angkutan umum.
2.3. Keadaan Alam
2.3.1. Iklim
Kecamatan Tigalingga berhawa dingin, Kecamatan Tigalingga yang
berjarak hanya sekitar 45 Km dari Kota Sidilang memiliki kesamaan iklim yang
Universitas Sumatera Utara
49
dingin. Kecamatan Tigalingga megalami dua kali pertukarang musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung pada bulan September
sampai dengan bulan Maret , sedang musim kemarau berlangsung dari bulan April
sampai bulan Agustus.
2.3.2. Keadaan Tanah
Kecamatan Tigalingga berada pada ketinggian 500 samapai dengan 700 m
diatas permukaan laut. Pada umumnya penggunaan tanah yang ada i Kecamatan
Tigalingga in adalah tanah kering. Dari 14 desa yang ada di Kecamatan
Tigalingga umumnya memilih menggunakan tanah kering dibandingkan tanah
sawah, atau penggunaan sebagai bangunan. Penggunaan tanah kering menjadi
sangat dominan dimasyarakat Tigakingga karena pada umunya masyarakat
melakukan aktivitas berkebun dan berladang. Penggunaan tanah yang paling luas
di Kecamatan Tigalingga adalah untuk tanah ladang. Tahah yang digunakan untuk
perladangan yang ada di Tigalingga seluas 12.313 ha. Sebagian besar tanah
perladangan ditanami dengan tanaman seperti: durian, coklat, dan kopi.
2.3.4. Pola Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung,
yang merupakan kawasan perkotaan dan pedesaan, berfungsi sebagai lingkungan
tempattinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan dan
penghidupan. Pola permukiman menunjukkan tempat bermukim manusi dan
bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
50
Desa di Indonesi terbentuk dari pembukaan lahan untuk pertanian yang
dilakukan oleh individu atau sekelompok yang akhirnya menetap. Di Kecamatan
Tigalingga permukiman desa dihuni oleh orang-orang yang sekuturunan. Mereka
memiliki nenek moyang yang sama yaitu pada cikal bakal pendiri desar tersebut.
Penduduk Kecamatan Tigalingga terdiri dari 5.512 kk, dengan jumlah penduduk
seluruhnya 21.444 jiwa yang terdiri dari 10.582 jiwa laki-laki dan 10.862 jiwa
perempuan. Rumah-rumah yang ada di kecamatan ini umumnya memnjang dan
lainnya menyebartidak teratur mengikuti jalan kecil.
Jenis jalan umum yang terdapat di Kecamatan Tigalingga adalah jalan
aspal. Jens jalan ini dapat ditemui mulai dari Kota Sidilang sampai dengan
Kecamatan Tigalingga. Kualitas jalan tidak terlalu bagus karena sebagian besar
jalanjalan sudah rusak dan berlubang. Hal ini disebabkan karena jalan umum ini
sudah lama tidak diperbaiki.
Disekitar jalan umum yang terdapat di Tigalingga dapat dilihat perumahan
penduduk. Perumahan penduduk masyarakat umumnya bersifat semi permanen,
rumah penduduk umumnyaterbuat dari papan dan pondasi yang terbuat dari
semen, atap dari rumah penduduk terbuat dari seng aluminium. Adapun rumah
penduduk yang bersifat gedung berada di pusat kecamatan yang berada dekat
dengan pusat pmerintahan dan pasar.
Hasil kebun yang dimiliki oleh masyarakat akan dijual di pasar dan
diperjualbelikan oleh masyarakat yang di pasar. Puncak pasar di Tigalingga ada
pada hari kami setiap seminggu sekali. Masyrakat yang berinteraksi di pasar
berasal dari berbagai daerah yang ada di sekitar Kecamatan Tigalingga.
Universitas Sumatera Utara
51
Masyarakat berasal dari berbagai daerah baik itu dari kota Sidikalang maupun
desa-desa lain yang berada dekat dengan Kecamatan Tigalingga. Masyarakat
ramai berada dipasar karena puncak pasar hanya sekali dalam seminggu, hal ini
mengakibatkan masyarakat harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam jumlah
yang besar supa cukup dalam seminggu.
Disekitar pasar terdapat pusat pemerintahan seperti kantor camat,
puskesmas dan juga kantor polisi. Pusat pemerintahan yang paling dekat dengan
pasar adalah kantor polisi, karena dipasar terdapat interaksi masyarakat dalam
jumlah besar yang sangat dan sangat rentan dengan perselisihan paham. Kantor
camat dan juga puskesmas berada dekat dengan kantor polisi. Kantor pusat
pemerintahan ini berada saling berdekatan supaya masyarakat tidak kesulitan
dalam mengurus sesuatu yang berkaitan dengan ketiga kantor pusat pemerintahan
tersebut.
Selain dari kantor pusat pemerintahan terdapat juga sekolah di Kecamatan
Tigalingga. Tingkatan sekolah yang adalah SD, SLTP, SMA. Seluruh sekolah
yang ada merupakan sekolah negeri dan terdapat sekolah swasta di kecamatan ini
dan lokasi sekolah tidak berada jauh dari pusat pemerintahan. Jenis bangunan dari
seluruh sekolah sudah bersifat gedung dan telah menggunakan sistem belajar yang
berbasis kompetensi. Siswa dari seluruh sekolah umumnya berasal dari
Kecamatan Tigalingga. Sekolah yang memiliki siswa berasal dari daerah lain
adalah SMA, karena SMA tidak berpendapat di seluruh desa yang ada di sekitar
Kecamatan Tigalingga.
Universitas Sumatera Utara
52
Masyarakat di Kecamatan Tigalingga hanya menganut dua agama saja
yaitu Kristen dan Islam. Mayoritas agama yang dianut masyarakat adalah agam
Kristen. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sarana ibadah, terdapat dua gereja dan
satu mesjid. Jenis bangunan dari sarana ibadah tersebut adalah gedung yang besar
seperti gedung serana ibadah pada umumnya.
Jumlah lapangan sepakbola di Kecamatan adalah dua, lapngan sepakbola
berada dekat dengan salah satu sarana ibadah dan dekat dengan gedung sekolah
SMA. Lapangan sepakbola merupakan saran multifungsi bagi masyarakat, karena
lapangan sepakbola ini dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan
masyarakat selain dari fungsi utamanya sebagai lapangan sepakbola. Lapangan
sepakbola sering digunakan masyarakat sebagai pelaksanaan upacara bendera
pada saat Hari Kemerdekaan 17 Agustus dan lapangan sepakbola juga merupakan
tempat untuk kampanye politik. Akibat dari multifungsi lapangan sepakbola ini
maka kondisi lapangan sepkbola kurang begitu baik untuk dijadikan sebagai
lapangan untuk bermain sepakbola. Karena kondisi lapangan yang sebagian besar
sudah menjadi tanah dan tidak lagi ditumbuhi rumput, selain itu kondisi lapangan
yang berlubang juga membuat lapangan sebenarnya kurang layak dijadikan
lapangan sepakbola.
Dengan pola permukiman yang memadai, perkembangan olahraga di
kecamatan Tigalingga menjadikannya sebagai salah satu kecamatan yang
berkembang dengan sangat baik. Dengan adanya lapangan yang cukup luas yang
mendukung terlaksananya aktivitas masyrakat, masyarakat cukup antusias untuk
memenuhi lapangan yang biasanya dipakai untuk pertandingan-pertandingan
Universitas Sumatera Utara
53
olahraga khususnya sepakbola. Lapangan ini kemudian dapat digunakan sebagai
tempat untuk berolahraga seperti lari, naik sepeda, raket, bola voli, bola basket
dan lain-lain. di Kecamatan
2.6. Lokasi Pengobatan Dukun Patah Di Tigalingga
Gambar : Peta Kecamatan Tigalingga
Sumber: Internet
Sebelum pengobatan dukun patah ini dibuka di Tigalingga , dulunya
dukun patah ini masih berlokasi di desa Batuerdan . Desa Batuerdan memang
masih kecamatan Tigalingga tetapi jaraknya lumayan jauh dengan pusat kota dari
kecamatan tersebut. Di Batuerdan pengobatan ini dibuka dirumah bolang Sikap
dan juga pernah ditempati oleh bolang Nampat dan sekarang sudah di tempati
oleh Bapak Gusta karena Bolang nampat yang sudah pindah ke Sidikalang karena
mereka juga sudah memiliki cabang di Sidikalang. Rumah mereka yang ada di
batuerdan dijadikan sebagai praktek pengobatan dukun patah Batuerdan.
Sekitar tahun 1990 dukun patah Batuerdan ini pindah ke Tigalingga
tepatnya di Jln.SM.Raja no 165. Alasan mereka membuka praktek di Tigalingga
Universitas Sumatera Utara
54
karena pusat dari semua aktivitas yang ada di kecamatan itu dilakukan di
Tigalingga sama seperti Tigalingga menjadi kota didaerah tersebut. Lokasi dukun
patah ini sangat strategis dan sangat gampang untuk dicari oleh orang-orang yang
akan melakukan pengobatan. Ditambah lagi pengobatan dukun patah ini menjadi
pengobatan satu-satunya yang ada di Tigalingga, sampai saat ini belum ada
saingan dukun patah Batuerdan dengan dukun patah yang lainnya.
Praktek dukun patah Batuerdan ini sangat dekat dengan pasar Tigalingga
yang diadakan setiap hari kamis, sehingga apabila sudah hari kamis maka
Tigalingga akan sangat ramai karena setiap desa dari kecamatan ini dan desa-desat
tetangga akan datang ke Tigalingga untuk berbelanja. Angkutan dari desa-desa
kecil di Tigalingga puun hanya ada di hari kamis saja dan itu memudahkan orang-
orang untuk datang ke Tigalingga. Dan pada kesempatan itu juga banyak pasien
yang akan datang untuk berobat ataupun hanya kontrol dan bahkan untuk
membeli Lau Batuerdan yang mereka racik sendiri. Dengan adanya pasar
Tigalingga setiap hari kamis sangat berpengaruh terhadap banyaknya pasien yang
datang kepengobatan Batuerdan. Dibagian depan praktek dukun patah ini juga
terlihat sebuah gereja HKBP tigalingga. Apabila kita sudah berada di depan gereja
HKBP maka akan terlihat pamflet yang ukurannya lumayan besar dan ditempel
pada bagian dinding atas pintu dari praktek pengobatan tradisional tersebut, yang
bertuliskan Dukun Patah Batuerdan S.Ginting. S.Ginting itu merupakan singkatan
dari Sikap ginting yang menjadi pendiri pertama dukun patah batuerdan ini, dan
sampai sekarang dipamflet mereka masih dituliskan dengn S.Ginting dan tidak
akan diganti sampai kapanpun. Pengobatan ini juga sangat dekat yang dinamakan
Universitas Sumatera Utara
55
simpang empat Tigalingga sebagai penghubung satu jalan ke jalan yang lain. Ini
yang membuat lokasi pngobatan Batuerdan ini sangat strategis dibandingkan
dengan lokasi pengobatan yang dilakukan mereka dirumah.
Foto 3 : Pamflet dukun patah Batuerdan
Sumber: Peneliti (2017)
Dari bagian luar praktek dukun patah Batuerdan ini terlihat pamflet yang
berada pada bagian atas pintu, bangunannya yang masih terbuat dari papan dan
seng dijadikan sebagai atapnya. Papan bagian depan dicat berwarna putih dan
bagian pinggirnya dikombinasi dengan warna biru dan bagian atas pintu papan
tidak dicat atau tidak diberikan warna sama sekali. Lantai dari pengobatan ini juga
masih lantai biasa dan belum menggunakan keramik dan terlihat cukup sederhana
sekali yang menggambarkan rumah yang tradisional.
Bagian dalam praktek ini tidak ada terlihat meja ataupun lemari atau kursi
yang mengisi ruangan prakteknya. Saat masuk kedalam ruangan dukun patah ini
Universitas Sumatera Utara
56
pasien akan duduk ditikar yang sudah dilebarkan ataupun disediakan oleh dukun
patah ini. Dibagian kanan ruangan yang dijadikan sebagai tempat pengobatan ini
terlihat adanya ember berwarna hitam yang berukuran sedang dan ada mangkok-
mangkok plastik yang ukurannya kecil , fungsi dari ember hitam ini sebagai
tempat Lau Batuerdan yang dijadikan sebagai obat untuk pasien. Dan fungsi dari
mangkok kecil ini untuk tempat Lau Batuerdan juga saat Bolang nampat atau
Bapak Gusta mengkusuk sipasien.
Bagian belakangnya ada satu kamar mandi disebelah kiri dan sebelah
kanan ada satu tempat tidur yang terbuat dari bambu yang dijadikan sebagai
tempat tidur pasien. Dibagian belakang tempat praktek dukun patah Batuerdan ini
terlihat sangat banyak jiregen yang berisikan Lau Batuerdan yang dijadikan obat
oleh dukun patah ini.
Tetangga sebelah kanan dari praktek dukun patah ini sebuah grosir yang
menjual perlengkapan bahan pokok yang lengkap sedangkan disebelah kiri dari
pengobatan ini rumah makan muslim yang menyediakan berbagai makanan. Tidak
jauh dari pengobatan dukun patah ini juga terdapat apotik yang lengkap dengan
semua kebutuhan obat-obatan yang diperlukan sipasien. Lokasi ini memudahkan
sipasien untuk mendapatkan semua keperluan yang dibutuhkan.
BAB III
PENGOBATAN DUKUN PATAH BATUERDAN
Pengobatan dukun patah Batuerdan ini pengobatan yang diwariskan secara
turun-temurun dan sudah menjadi dukun patah yang dipercaya masyarakat dalam
Universitas Sumatera Utara
57
pengobatannya. Pasien yang diobati akan diberikan Lau Batuerdan sebagai obat
yang ampuh menyembuhkan patah tulang sipasien. Selain itu, pasien akan
diberikan pantangan dalam pengobatan. Dalam hal ini akan dibahas mengenai
proses pengobatan patah tulang dan segala cara serta patah tulang seperti apa yang
sudah berhasil ditangani oleh dukun patah Batuerdan ini.
3.1. Sejarah Pengobatan Tradisional Dukun Patah Batuerdan
Pengobatan dukun patah Batuerdan ini terdapat di Jln.SM.Raja no.165
kecamatan Tigalingga, kabupaten Dairi , Sumatera Utara. Dukun patah ini
memiliki cabang yang ada di daerah Sidikalang dan juga medan. Dukun patah
Batuerdan ini menjadi satu-satunya dukun patah yang sangat dikenal
dimasyarakat Tigalingga karena dukun patah ini sudah sangat lama berdiri dan
masyarakat di daerah ini sudah sangat percaya dan yakin untuk melakukan
pengobatan dipengobatan tradisional ini.
Pengobatan dukun patah Batuerdan ini berdiri sudah sekitar 75 tahun sejak
tahun 1942, masyarakat tigalingga sudah mengetahui adanya pengobatan
tradisional yang ditangani oleh dukun patah yang sangat handal bernama Sikap
Ginting dan biasanya disebut dengan Bolang ginting. Bolang ini menjadi pendiri
dari pengobatan tradisional Batuerdan ini dan beliau salah satu orang yang sangat
dihargai pada waktu itu di Tigalingga. Dan nama pengobatan dukun patah
Batuerdan ini diambil dari nama kampung atau desa yang ditinggali oleh bolang
sikap Ginting ini, alasannya beliau memulai pengobatan ini dari desa Batuerdan
dan beliau serta semua leluhurnya lahir dan tinggal didesa Batuerdan. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
58
beliau tanpa pikir panjang menjadikan pengobatannya dengan nama dukun patah
Batuerdan.
Sebelum tahun 1942 bolang Sikap ini sudah sering dipanggil orang-orang
untuk mengobati berbagai penyakit patah tulang karena semakin banyak
permintaan orang yang berobat maka resmi pada tahun 1942 pengobatan ini
dibuka dirumah bolang Sikap ini yang ada di Desa Batuerdan. Penyebaran nama
dukun patah Batuerdan ini diketahui masyarakat Tigalingga dari mulut kemulut
karena memang pada jaman itu belum ada televisi, radio atau pamflet yang
dijadikan sebagai iklan pengobatan yang akan dibuka atau didirikan oleh Bolang
Sikap ini. Melalui informasi mulut ke mulut maka semakin banyak pasien yang
diterima oleh bolang Sikap ini. Awalnya hanya beberapa pasien saja yang
ditangani oleh bolang ini tetapi menjadi banyak dan tidak terhitung karena orang-
orang yang berobat kepada bolang Sikap ini menceritakan kesembuhan yang
dirasakan setelah berobat di pengobatan dukun patah Batuerdan ini. Bolang
ginting ini memang sudah memiliki pengetahuan supranatural yang berbeda
dengan orang lain untuk mengobati orang-orang yang sakit. Bolang Sikap ini
mendapatkan kemampuan yang berbeda dari orang lain dari leluhur mereka atau
nenek moyang dari bolang ini dan dalam bahasa karo biasanya disebut dengan
Nini-Bulang. Dan dulu memang mereka sangat memuja dan menyembah yang
namanya Nini-Bulang ini karena mereka sangat percaya kepada leluhurnya lah
akan memberikan kekuatan untuk menyembuhakan orang lain.
Setelah bolang sikap Ginting meninggal maka yang menjadi penerus
dukun patah ini anak laki-laki dari Bolang sikap yaitu Nampat Ginting dan orang-
Universitas Sumatera Utara
59
orang tigalingga juga sering menyebutnya dengan bolang ginting juga karena
umurnya sudah tua. Bolang Nampat Ginting ini mendapatkan pengetahuan untuk
dapat mengobati orang yang sakit seperti patah tulang dan sebagainya dari
bapaknya yaitu bolang Sikap ginting. Sekarang bolang ini berumur sekitar 64
tahun dan sudah melakukan pekerjaan sebagai seorang dukun patah sekitar 41
tahun , disaat usianya masih sekitar 23 tahun bolang ini sudah mulai belajar untuk
meneruskan pengobatan yang sudah dimulai oleh orangtuanya yaitu bolang Sikap
Ginting.
Foto 1: Bolang Nampat Ginting Si Dukun Patah
Sumber: Peneliti (tahun 2017)
Universitas Sumatera Utara
60
Bolang ini juga diwarisi kemampuan supranatural yang dapat
menyembuhkan orang-orang yang mengalami patah tulang dari Nini-Bulang yang
mereka percayai. Bolang Nampat ini menjadi generasi kedua sebagai penerus
dukun patah Batuerdan yang handal dan masih sanggup untuk melakukan
pengobatan sampai umurnya sekarang. Walaupun beliau mewarisi kemaampuan
yang lebih dibandingkan dengan orang lain tetapi bolang ini tetaap belajar dari
ayahnya cara-cara dan proses mengobati orang-orang yang patah tulang. Dulu
setiap Bolang Sikap mengobati pasien dirumah mereka maka Bolang Nampat
akan duduk didekat ayahnya untuk melihat proses dan cara yang digunakan oleh
ayahnya, setelah selesai sibolang Sikap mengobati maka bolang Sikap akan
menjelaskan secara rinci bagaimana teknik dari pengobatan tersebut, mulai dari
bagian-bagian tulang yang harus diperhatikan dan bagian-bagian penting yang
harus dihindari, seperti yang diungkapkan bolang Nampat Ginting :
“...Saya dapat mengobati orang yang mengalami patah tulang itu
memang sudah diturunkan atau keturunan dari bapak saya dulu,
dan kalaupun saya sudah diberikan suatu pengetahuan walaupun
keturunan kalau tidak diajari dan diperhatikan bagaimana tekhik
dalam melakukan pengobatan ini tetap saja tidak bisa...”
Dari penuturan Bolang Nampat ini dapat kita simpulkan bahwa
sekali pun seseoang memiliki kemampuan apabila tidak rajin untuk
dipelajari dan sidalami maka tidak akan ada gunanya ilmunya.
Universitas Sumatera Utara
61
Setelah bolang Nampat ini menikah beliau memiliki satu orang anak laki-
laki yang bernama Gusta Ginting dan sekarang menjadi seorang dukun patah
sama seperti leluhurnya. Bapak gusta yang sekarang berusia 40 tahun sudah
melakoni tugasnya sebagai dukun patah dimulai dari umur 22 tahun. Bapak Gusta
sadar bahwa beliau juga bisa mengobati orang sedang mengalami patah tulang
pada saat beliau merantau ke Kabanjahe. Saat beliau kerja di kabanjahe salah
seorang teman kerjanya kecelakaan jatuh dari motor dan mengalami keseleo
dibagian kakinya yang mangakibatkan temannya tersebut tidak dapat berjalan dan
merasakan kesakitan yang luar biasa. Saat kecelakaan berlangsung jam sudah
menunjukkan jam 1 pagi dan itu membuat mereka sulit untuk mencari bantuan
pengobatan dengan keadaan yang sudah sangat larut.
Akhirnya mereka membawa pulang temannya ketempat kosan mereka
yang ada dikabanjahe dengan keadaan yang nekat pak Gusta memberanikan diri
mengusuk kaki temannya tersebut sebagai pertolongan pertama. Sebelumnya
memang pak Gusta sudah tahu kalau beliau memiliki kemampuan untuk
mengobati tetapi untuk mempraktekannya langsung beliau belum pernah. Karena
keadaan yang sangat genting pada saat itu bapak Gusta menjadi berani untuk
melakukan tugasnya yang sesungguhnya sebagai dukun patah. Dengan berdoa
kepada Tuhan dan nini-bulangnya atau leluhurnya yang memberikan kekuatan
yang luar biasa kepada pak Gusta, beliau mengusuk kaki temannya yang keseleo
dan tidak ada rasa bingung pak gusta saat itu harus memulai dari bagian tulang
yang mana harus dikusuk. Dengan nalurinya sendiri yang diikuti oleh pak Gusta
dan kepercayaannya untuk bisa menyembuhkan kaki temannya yang sedang
Universitas Sumatera Utara
62
mengalami sakit . Setelah mengusuk sekitar sepuluh sampai lima belas menit
dengan menggunakan ramuan lau Batuerdan atau air batuerdan yang menjadi air
pengobatan dari leluhur pak gusta maka temannya bisa merasakan lebih baik
dibandingkan saat belum dilakukan pengobatan. Lau Batuerdan ini selalu dibawa
oleh pak Gusta karena sangat ampuh untuk mengobati keseleo dan berbagai
macam penyakit yang berhubungan dengan tulang dan tubuh manusia.
Foto 2: Dukun Patah Bapak Gusta Ginting
Sumber: peneliti (tahun:2017)
Setelah Pak Gusta memantapkan diri menjadi seorang dukun patah maka
beliau pulang ke desa Batuerdan dan mulai mempelajari proses dan cara-cara
sebagai dukun patah yang handal dan menjadi penerus dukun patah Batuerdan
yang sudah diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur mereka.
Universitas Sumatera Utara
63
3.2. Proses Pengobatan Tradisional Dukun Patah Batuerdan
Pada proses pengobatan dukun patah Batuerdan alat-alat yang digunakan
untuk melakukan pengobatan pada pasien tidak terlalu banyak hanya beberapa
alat saja yaitu perban putih , bidai/splak, dan yang paling penting Lau Batuerdan.
Perban putih ini berfungsi membalut luka yang dialami pasien, sedangkan bidai
yang digunakan yaitu bambu dan syarat bambu ini harus sudah tua karena bambu
yang sudah tua akan lebih lebih kuat dan lebih ringan dibandingkan dengan
bambu yang lebih muda. Bidai ini dibentuk sesuai dengan ukuran pasien yang
akan menggunakan bidai bambu ini dan yang mempersiapkn bidai ini dukun patah
itu sendiri.
Foto 4: Peralatan yang digunakan Dukun Patah Batuerdan
s
Sumber: Peneliti (tahun 2017)
Universitas Sumatera Utara
64
Bidai bambu ini fungsinya sangat banyak mulai dari mencegah pergerakan
dan pergeseran tulang yang mengalami cedera, mengurangi terjadinya cedera
yang baru disekitar bagian tulang yang patah, mengurangi rasa nyeri sipasien dan
mempercepat penyembuhan dari cedera yang dialami pasien. Dulunya bidai yang
digunakan oleh dukun patah batuerdan yaitu sanggar bentukya menyerupai bambu
tetapi ukurannya lebih kecil dan biasanya hanya sebesar jari telunjuk orang
dewasa dan ini sangat mudah dibengkokkan dan sangat gampang untuk dibentuk
sesuai dengan bentuk yang kita inginkan. Tetapi penggunaan sanggar ini sudah
tidak dipakai lagi karena efek dari penggunaan sanggar ini membuat ukuran tubuh
misalnya tangan atau kaki lebih kecil dari sebelumnya. Sedangkan penggunaan
bambu pada tangan atau kaki pasien tidak mempengaruhi ukuran tangan atau kaki.
Dalam proses penyembuhan atau pengobatan yang dilakukan oleh dukun
patah ini tidak ada pembedaan antara jenis laki-laki dan perempuan, dari
penuturan dukun patah Batuerdan ini walaupun beliau sedang mengobati atau
mengkusuk lawan jenisnya yaitu perempuan tidak akan ada napsu atau hasrat
seksual yang terlintas dipikiran mereka karena yang membedakan pengobatan ini
adalah faktor umur, penyakit yang diderita, dan kedisplinan pasien dalam
mematuhi saran dan pantangan-pantangan yang diberikan oleh dukun patah
tersebut karena saran dari pengobat sangat penting untuk dilaksanakan apabila si
pasien ingin cepat sembuh dan normal kembali.
Sebelum dukun patah ini melakukan praktek dan pengobatan patah tulang,
beliau mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan manusia biasa
yaitu menyerupai indra keenam , beliau mempunyai feeling atau perasaan yang
Universitas Sumatera Utara
65
kuat apabila ada pasien yang akan melakukan pengobatan kepada dukun patah ini.
Bahkan jenis kelamin dari pasien yang akan melakukan pengobatan juga sidukun
patah akan mengetahuinya. Hal tersebut menjadi salah satu kemampuan diluar
batas manusia biasanya.
Hal pertama yang dilakukan dukun patah Batuerdan ini yaitu memeriksa
bagian tulang mana yang patah, apakah patah tulang parah atau ringan dan apa
yang harus dilakukan dengan keadaan patah tulang yang dialami sipasien. Apabila
sipasien mengalami kecelakan parah dan mengalami banyak luka yang cukup
serius tetapi sikorban dibawa langsung kedukun patah maka dukun patah
Batuerdan ini menganjurkan dan memang mengharuskan sikorban dibawa dulu
kerumah sakit untuk diberikan antiseptik dan pertolongan pertama untuk
menghindari yang namanya infeksi yang dapat membahayakan sikorban
kecelakaan. Setelah sikorban dari rumah sakit dan memang sudah mendapatkan
penanganan yang baik untuk luka yang dialami maka dukun patah ini menerima
pasien dilakukan pengobatan terhadap patah tulang yang dialaminya. Sedangkan
apabila sikorban mengalami kecelakaan dan tidak ada bekas luka yang dapat
infeksi dan hanya patah tulang saja maka dukun patah ini akan menerima sipasien
untuk langsung ditangani. Walaupun tempat praktek dukun patah di Tigalingga ini
buka dari jam sepuluh pagi sampai dengan jam enam sore tetap saja pasien bisa
memanggil dukun patah atau datang langsung kerumah dukun patah yang ada di
Batuerdan.
Universitas Sumatera Utara
66
3.1.1 Proses Pengobatan Patah Tulang Ringan dan
Parah/Remuk
Setelah dilakukan pemeriksaan bagian tubuh yang patah, maka beliau akan
mengetahui patah tulang yang dialami oleh sipasien patah tulang biasa atau masuk
dalam kategori patah tulang yang parah dan harus ditangani sangat serius dan
intensif. Langkah-langkah proses pengobatan patah tulang ringan dan yang remuk
sangat berbeda, dimulai dari waktu penyembuhannya yang sangat berbeda, tingkat
penanganan yang lebih sulit dan perbedaan syarat-sayarat yang harus dilakukan
terhadap pasien yang mengalami patah tulang remuk.
Proses pengobatan patah tulang ringan
Patah tulang yang termasuk dalam kategori ringan yaitu seperti keseleo
pada bagian kaki, terkilir pada bagian tangan, dan salah gerak pada saat tidur yang
mengakibatkan pergeseran tulang pada leher. Ini menjadi patah tulang yang
gampang untuk ditangani dan tingkat kesulitannya lebih rendah dibandingkan
dengan patah tulang yang sudah remuk dan parah. Misalnya keseleo atau terkilir
dibagian tangan dan kaki saja maka dukun patah batuerdan akan menyentuh
tangan atau kaki yang keseleo sambil mendoakan pengobatan yang akan
dilakukan kepada pasien. Bukan hanya dukun patah ini yang akan berdoa tetapi
sipasien juga disuruh berdoa sesuai dengan agama yang dianut oleh pasien baik
Kristen, Budha, Hindu dan agama lainnya untuk kesembuhan yang akan diterima
oleh pasien.
Foto:5 Pasien yang melakukan pengobatan
Universitas Sumatera Utara
67
Sumber: Peneliti (tahun 2017)
Setelah berdoa maka sidukun patah akan mengambil Lau Batuerdan yang
telah disedikan dimangkuk yang ukurannya kecil dan memijat sipasien. Ada
tekhik dukun patah saat melakukan pengobatan yaitu mereka akan mengajak
pasiennya untuk terus berbicara mulai dari menanyakan nama, sekolah dimana
ataupun bekerja dimana dan lain-lain yang fungsinya agar sipasien tidak terlalu
merasakan sakit saat dilakukan pengobatan yang menyakitkan pada kaki ataupun
tangan sipasien. Sambil sipasien berpikir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan oleh dukun patah maka dalam waktu yang cepat sidukun patah
akan melakukan reposisi terhadap tangan atau pasien yang mengalami patah
tulang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
68
Proses pemijatan yang dilakukan dukun patah ini berjalan sekitar 10-15
menit. Pengobatan keseleo dan terkilir ini termasuk pada pengobatan patah tulang
yang terbilang ringan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan patah tulang
yang ringan seperti ini hanya sekitar 50.000-200.000, memang dukun patah ini
tidak mematok harga sekali melakukan pengobatan patah tulang seperti ini tetapi
biasanya orang-orang yang mengalami keseleo dan ditangani oleh dukun patah ini
akan menyalamkan uang antara 50.000-200.000 rupiah. Setelah diberikan upah
oleh sipasien maka sidukun patah akan memberikan Lau Batuerdan sebagai obat
yang harus digunakan sipasien sampai kaki atau tangannya yang keseleo sembuh .
Dan proses pengobatan yang ringan seperti ini hanya membutuhkan pemijatan
sekali dan yang paling banyak kira-kira tiga kali pemijatan hingga tulang dapat
beraktivitas seperti biasanya. Tidak banyak syarat dalam proses pemulihan patah
tulang ringan ini hanya cukup rajin membuat Lau Batuerdan yang diberikan oleh
dukun patah. Dan akan ada pantangan-pantangan yang akan diberitahu oleh dukun
patah agar sipasien mematuhinya.
Proses pengobatan patah tulang parah/remuk
Pada proses pengobatan ini sangat banyak syarat dan tahapan yang akan
dilakukan sipasien ataupun dukun patah untuk kesembuhan total pada pasien yang
mengalami patah tulang yang remuk dan sangat parah. Apabila pasien dan
keluarga pasien sudah mempercayakan kesembuhan anak atau keluarganya
ditangani oleh dukun patah Batuerdan ini disaat itulah maka sidukun patah akan
memulai tugasnya untuk melakukan pengobatan terhadap pasien. Misalnya
sipasien yang akan ditangani oleh dukun patah Batuerdan ini patah tulang bagian
Universitas Sumatera Utara
69
tangan yang sudah sangat hancur dan remuk dan sipasien sudah tidak sanggup lagi
untuk menopang tangannya sendiri bahkan untuk sekedar mengerakkan tangannya
tidak dapat dan sipasien merasa tangan mati rasa karena tulang sebagai alat
penyambung gerakan tangan tidak berfungsi lagi secara utuh, untuk hal seperti itu
pertama kali dukun patah ini akan melakukan reposisi tulang atau menyusun
kembali tulang-tulang yang sudah remuk itu kembali seperti susunan tulang
sebelumnya.
Dibagian seperti ini sang dukun patah sangat memerlukan konsentrasi
yang sangat tinggi dan keseriusan saat melakukan reposisi tulang karena apabila
terjadi sedikit kesalahan saja dibagian yang sangat penting ini maka akibat fatal
yang akan diterima oleh pasien yang ditanganinya, dan setiap orang yang
melakukan pengobatan baik pasien ataupun dukun patah itu sendiri tidak
menginginkan hal yang gagal bahkan seorang dokterpun ataupun dalam bidang
apapun tidak ada yang menginginkan kegagalan. Dengan bantuan doa dan semua
pengetahuan supranatural dukun patah yang didapatkannya dari leluhurnya
sidukun patah akan mampu menangani pengobatan sipasien. Setelah sidukun
patah melakukan reposisi pada tulang tangan yang remuk maka akan dibuat
bambu sebagai bidai yang akan mempercepat penyembuhan tangan sipasien
karena fungsi bambu yang sangat berpengaruh untuk mengurang pergerakan
ataupun pergeseran tulang dan mengurangi cedera baru dibagian tulang yang lain,
bambu ini juga mengurangi rasa nyeri dan sakit yang berlebihan ditangan pasien.
Sesudah semua penanganan pertama ataupun reposisi selesai maka akan
ada pembicaraan dalam hal syarat-syarat penyembuhan yang akan diberitahu
Universitas Sumatera Utara
70
kepada keluarga pasien . Syarat ini biasa disebut dengan buka tawar atau percibal
yang maksudnya buka tawar atau percibal (buka tawar atau percibal berasal dari
bahasa karo) disini sebagai awal dari proses pengobatan yang akan dilakukan
dukun patah terhadap pasien dan selama pengobatan berlangsung sampai pasien
bisa sembuh dengan total maka hal itu menjadi tanggung jawab dari sidukun patah
akan kesembuhan yang akan diterimah oleh pasien. Dengan adanya percibal
ataupun buka tawar ini yang menandakan bahwa ada ikatan antara si pengobat
yaitu dukun patah dengan pasien yang sedang ditanganinya. Syarat atau percibat
ini harus menjadi suatu kewajiban yang dipenuhi oleh keluarga pasien dan pasien
karena ini menjadi penting untuk kesembuhan yang akan diterima pasien.
Ada beberapa syarat buka tawar ataupun percibal yang harus dipenuhi oleh
keluarga pasien yaitu
1. Ayam jantan putih satu ekor
2. Beras satu tumba
3. Gambir satu biji yang biasanya berbentuk bulat
4. Jeruk purut tiga biji
5. Pinang yang bulang satu biji dan harus sudah tua (menguning)
6. Tembakau satu ons
7. Telor ayam kampung satu
8. Sirih satu ikat atau dalam orang karo biasa disebut dengan belo sada peddi
9. Uang
10. Kapur sirih
Universitas Sumatera Utara
71
Syarat yang kesepuluh ini harus dipenuhi oleh keluarga pasien sebagai syarat
yang penting demi kelancaran kesembuhan sipasien. Dari penuturan sidukun
patah percibal tersebut yang akan diberikan sebagai persembahan kepada leluhur
ataupun nini-bulang dari dukun patah tersebut. Persembahan itu diberikan sebagai
awal komunikasi didukun patah terhadap nini bulangnya. Sidukun patah ini juga
memberitahukan cara penyusunan dari kesepuluh syarat yang sudah disiapkan.
Beras akan dimasukkan kedalam sumpit putih beserta syarat-syarat yang lain
seperti jeruk purut, kapur,gambir, pinang, sirih, tembakau dan telor ayam.
Sedangkan ayam akan ada diluar dari sumpit begitu juga uang yang akan dibuat
pasien. Uang ini memang sudah dibicarakan sebelumnya berapa yang akan
dibayar oleh pihak pasien, seperti kasus tangan yang remuk seperti ini dukun
patah Batuerdan membuat tarif harga sekitar 1.000.000 sampai dengan 1.500.000
rupiah. Jadi pihak pasien akan membayar uang untuk percibal itu sebesar
tigapuluh persennya saja dulu. Dan memang dukun patah Batuerdan ini membuat
tarif harga pengobatan dari seberapa parah hancurnya patah tulang yang dialami
dan dilihat juga kondisi ekonomi dari sipasien yang sedang ditangani.
Setelah keluarga pasien memberikan semua persyaratan dengan lengkap tanpa
ada kekurangan satupun maka dukun patah ini akan membuat sumpit yang
berisikan semua percibal tersebut didalam satu lemari yang sudah khusus
disediakan buat persembahan kepada Nini-Bulang dukun patah ini, kecuali ayam
memang mereka tidak akan membuatnya kedalam lemari hanya beras yang
berisikan syarat yang lainnya dan uang yang diterima tiga puluh persen dari
sipasien juga akan disatukan didalam sumpit tersebut. Sebelum sumpit
Universitas Sumatera Utara
72
dimasukkan juga sidukun patah akan menuliskan nama pasien, umur, tempat
tinggal, penyakit apa yang sedang diderita sipasien dan juga ciri fisik dari pasien
disebuah kertas. Kertas yang sudah ditulis tersebut juga akan dmasukkan kedalam
sumpit dan dimasukkan kelemari , sambil berdoa dan meminta nini-bulangnya
untuk membantu proses penyembuhan pasien yang sedang ditangani oleh dukun
patah ini. Uang, ayam dan beserta beras yang ada didalam sumpit tersebut tidak
bisa dimakan ataupun uang tersebut tidak bisa jadikan alat untuk membeli sesuatu
karena sebelum sipasien sembuh total dalam penangan sidukun patah . Maka uang
dan beserta syarat yang lainnya belum menjadi hak milik dari dukun patah dan
dianggap haram apabila syarat tersebut dimakan sebelum ada kesembuhan pada
pasien yang tangani oleh sidukun patah.
Biasanya pengobatan patah tulang remuk seperti ini membutuhkan waktu
kurang lebih dari satu setengah bulan atau lebih dan ini dilihat juga dari kondisi
sipasien. Apabila pasien mengikuti amanah dari dukun patah maka pasien akan
cepat sembuh kurang dari satu setengah bulan dan juga pasien harus rajin
membuat Lau Batuerdan ini. Selama pengobatan satu setengah bukan itu sidukun
patah akan mencek kondisi pasien sekali atau dua kali dalam seminggu.
Setelah pasien sudah sembuh dan dapat menggerakkan tangannya serta semua
tulang sudah bersatu dengan baik maka keluarga pasien harus memberikan sisa
uang pembayaran dari yang tiga puluh persen diawalnya , dukun patah ini
menyebutkannya dengan tutup tawar atau menyelesaikan pengobatan yang sudah
berhasil disembuhkan. Dan syarat-syarat percibal atau buka tawar yang ada
didalam lemari sudah bisa digunakan oleh dukun patah ini.
Universitas Sumatera Utara
73
1.1.2. Proses Pemberian Persembahan Sebagai Rasa Terimakasih
Pada Nini-Bulang (Leluhur) Setelah Melakukan Pengobatan
Bukan hanya proses penyembuhan dan pengobatan terhadap pasien saja
yang ada dan harus dilakukan sidukun patah tetapi juga proses pemberian
persembahan kepada leluhurnya yaitu yang biasa disebut dengan Nini-bulang
disuku karo. Pemberian persembahan ini seperti kewajiban yang harus dijalankan
oleh semua dukun patah Batuerdan sebagai ucapan terimakasih mereka karena
telah diberikan kelebihan yang luar biasa dibandingkan dengan manusia lainnya.
Dan mereka beranggapan bahwa suatu persembahan itu menjadi keharusan yang
tidak bisa dilupakan. Jadi sidukun patah ini akan melakukan persembahan ini
sekali dalam sebulan, dan dalam sebulan itu dukun patah Batuerdan ini
diwajibkan untuk erpangir (mandi membersihkan diri dengan menggunakan jeruk
purut yang diberikan oleh para pasien dan mengucapkan terimakasih kepada alam
semesta, seperti Tuhan, Dewa, dan Leluhur) ke sungai atau dukun patah ini
menyebutkannya dengan Laubelulus. Sambil berdoa kepada Sang Maha Cipta dan
Nini-Bulang yang mereka percayai mereka akan melakukan ritual erpangirnya
disungai tersebut. Erpangir ini dilakukan sebelum jam dua belas siang, jadi
dilakukan dari antara jam lima pagi setelah matahari mulai turun sampai jam
sebelas pagi. Dari penuturan dukun patah ini apabila dilakukan setelah jam dua
belas siang tidak akan ada gunanya lagi dan tidak bermanfaat lagi karena setelah
jam dua belas siang mereka menganggap bukan waktu yang baik untuk
melakukan persembahan. Satu alasan yang dukun patah Batuerdan ucapkan
apabila mandi pada jam duabelas siang :
Universitas Sumatera Utara
74
“... Kalo dirumah pasti pernah kam dimarahi mandi pas
jam duabelas, pasti mamak ndu bilang jangan mandi sekarang
pantang katanya. Sebenarnya kalo mandi jam dua belas itu bisa
membuat kita sakit, kalo mandi jam duabelas siang kepala kita aja
bisa langsung sakit , ada juga yang pingguren (mimisan) langsung
keluar darah dari hidungnya. Matahari lagi panas-panasnya jadi
kita mandi untuk sejuk kita rasanya jadi buat penyakit...”
Itu sebabnya dukun patah Batuerdan ini tidak melakukan persembahan
saat jam duabelas siang karena persembahan yang dilakukan oleh dukun patah ini
mandi disungai dan paparan sinar matahari langsung bisa membuatnya sakit
seketika berada dialiran sungai tersebut. Persembahan yang dilakukan oleh dukun
patah ini harus sama dengan persembahan yang dilakukan diawal beliau berperan
sebagai dukun patah misalnya sidukun patah memulainya dengan tanggal satu
maka sampai akhir mereka akan melakukan hal yang serupa apabila sudah tanggal
satu kembali.
Setelah melakukan persembahan erpangir kesungai atau laubelulus maka
istri dari dukun patah ini sudah memasak ayam dari pemberian pasien yang
melakukan pengobatan didukun patah Batuerdan ini. Misalnya dalam sebulan ada
sepuluh pasien atau lebih yang sudah sembuh dalam pengobatan yang dijalani di
dukun patah Batuerdan maka ayam yang diterima oleh dukun patah jumlahnya
juga sepuluh ekor . Dalam hal ini bukan semua ayam yang diterima dipotong dan
diberikan persembahan kepada leluhurnya. Ayam yang dipotong secukupnya saja
apabila yang tinggal dirumah mereka berjumlah sepuluh orang maka ayam yang
Universitas Sumatera Utara
75
dipotong kira-kira tiga ekor supaya cukup untuk dimakan kesepuluh orang
tersebut. Apabila orang yang tinggal dirumah tersebut hanya berjumlah lima
orang maka ayam yang dipotong cukup dua ekor saja dan ayam itu dipotong
sesuai dengan porsi dari dukun patah itu. Ayam yang dijadikan sebagai sesajen
juga tidak semua bagian dari ayam hanya ada tiga bagian yang diberikan yaitu
bagian dalam dari ayam seperti jantung, hati dan usus-usus ayam, dada ayam
sebelah kiri, dan yang terakhir paha ayam. Bukan hanya ayam saja yang menjadi
bentuk sesajen yang akan diberikan tetapi masih ada makanan lainnya yang
diberikan.
Persembahan atau sesajen yang akan diberikan kepada leluhurnya yaitu
1. Ayam
2. Nasi
3. Pisang
4. Cimpa matah
5. Pok-Pok
Sesajen ini dimasukkan kedalam sumpit , dan dimasukkan kedalam lemari
khusus tempat sesajen yang biasa dilaksanakan oleh dukun patah ini. Sebelum
dimasukkan dalam lemari maka akan ada komunikasi yang terjalin antara
leluhurnya dan sidukun patah lewat doa-doa yang dibuat dukun patah. Sesudah
dukun patah ini selesai dengan ritualnya maka sisa ayam dan makanan yang
dimasak tadi bisa dimakan oleh seisi rumah dukun patah. dan ritual ini menjadi
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh dukun patah batuerdan sebagai bentuk
rasa terimakasih kepada Tuhan ataupun leluhurnya
Universitas Sumatera Utara
76
3.2. Pantangan dan Ramuan Lau Batuerdan
Pada pengobatan dukun patah Batuerdan, selain dari pijatan yang
dilakukan secara reposisi maka obat yang harus digunakan selama penyembuhan
yaitu Lau Batuerdan. Lau Batuerdan ini berfungsi sebagai obat luar yang
disemprotkan pada bagian tubuh pasien yang mengalami patah tulang. Untuk
mempercepat penyembuhan dari pasien yang sedang dirawat ada pantangan-
pantangan yang diberikan dukun patah agar ditaati dan dihindari oleh dukun patah
batuedan ini.
3.2.1. Lau Batuerdan
Pengobatan dukun patah Batuerdan ini menggunakan Lau Batuerdan
dalam pengobatannya. Lau yang artinya dalam bahasa Indonesia air dan
Batuerdan ini berasal dari nama kampung dari dukun patah ini, dan Lau
Batuerdan ini dijadikan ramuan pengobatan mereka. Lau ini sudah digunakan
sangat lama oleh dukun patah Batuerdan ini dan diwariskan oleh nenek moyang
mereka sebagai obat yang sangat baik untuk patah tulang. Lau batuerdan ini
berasal dari rempah-rempah yang masih sangat tradisional dan susah untuk
didapatkan. Biasanya mereka dapatkan rempah-rempah ini dari hutan-hutan dan
sebagian jug ada didapatkan dari ladang ataupun dibeli.
Lau Batuerdan ini sama seperti air biasa hanya saja Lau Batuerdan ini
terlihat sedikit kotor dikarenakan Lau ini hasil rebusan dari dedaunan dan rempah-
rempah. Jadi sedikit banyak dedaunan dan rempah yang direbus tersebut terikut
kedalam ramuan obat yang akan digunakan. Lau ini diberikan pada pasien yang
sedang mengalami patah tulang dan lau ini juga dijual kepada masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
77
sebenarnya niat dari dukun patah ini tidak menjual Lau Batuerdan ini tetapi
keadaan yang membuat Lau Batuerdan ini jadi seperti diperjualbelikan. Apabila
seseorang meminta Lau Batuerdan kedukun patah tetapi mereka tidak sedang
dalam pengobatan patah tulang maka orang tersebut akan langsung memberikan
uang sebagai upah capek dari pembuatan lau itu walaupun pihak dukun patah itu
sudah menolak dan tidak menerima uang yang diberikan tetap saja orang-orang
yang meminta Lau Batuerdan ini akan meletakkan uang didekat sidukun patah
atau langsung memasukkan uang tersebut kedalam kantong celana dukun patah
tersebut. Dari keadaan yang seperti itu Lau Batuerdan ini seperti diperjualbelikan.
Biasanya pembeli dari lau batuerdan ini akan membawa jerigennya masing-
masing yang berukuran kecil ada yang ukuran satu liter, dua liter bahkan lima liter
dan mereka akan memberikan uangnya secara sadar diri misalnya pembeli yang
membawa jerigen ukuran satu liter akan memberikan uang sebesar 15.000-20.000
rupiah dan harga tersebut tidak dipatok oleh dukun patah Batuerdan.
Sangat banyak yang membeli lau ini karena selain obat untuk
mengembalikan tulang yang patah kembali seperti semula, manfaat lainnya yaitu
membuat badan lebih ringan apabila lau ini digunakan setiap hari selesai mandi
pagi maupun sore, yang membeli lau ini hampir semua kalangan mulai dari supir
yang sering begadang malam, petani, pengusaha dan lain-lain. Dari penuturan
salah satu informan yang bernama Tigan Andri berumur 70 tahun , beliau sudah
sangat lama menggunakan Lau Batuerdan ini, Tigan ini berprofesi sebagai petani
dan manfaat yang dirasakan tigan ini sangat banyak mulai dari beliau masih
remaja sampai sekarang, beliau sudah menggunakan lau ini setiap harinya dan
Universitas Sumatera Utara
78
pada waktu selesai mandi. Manfaat yang dirasakan tigan ini dengan umur yang
sudah tua beliau masih terlihat kuat dan sehat tanpa ada keluhan sakit pinggang
ataupun sakit tulang lainnya. Ini yang membuat beliau masih setia menggunakan
lau batuerdan ini sampai setua sekarang. Hal itu tampak dari ungkapan informan
berikut ini.
“...saya selalu menggunakan Lau ini , kalo misalnya saya
dari dulu tidak rajin membuat lau ini mungkin sudah banyak yang
sakit dibadan ini . inikan masih tradisional dan tidak ada zat
kimia didalamnya makanya bikin tubuh kita sehat. Apalagi kalo
saya baru pulang dari ladang pasti selesai mandi saya buat ini
bangun besok paginya sudah hilang semua rasa capek saya dari
ladang...”
Lau Batuerdan ini juga harus dipakai dengan cara yang benar seperti yang
diberitahukan oleh dukun patah. Biasanya pasien atau pengguna dari Lau
Batuerdan ini akan membuat Lau tersebut kedalam alat semprot kaca atau
tanaman yang ukurannya satu liter . Fungsinya alat semprot ini digunakan untuk
memudahkan orang-orang memakainya kebagian tubuh manapun. Dan alat
semprot ini biasanya memercikkan air secara lebar dan dengan menggunakan alat
seperti ini maka lau tersebut bisa dengan gampah disemprotkan.
Penggunaan lau ini juga tidak sembarangan disemprotkan kebagian tubuh
manapun caranya harus berdasarkan ajaran dari sidukun patah. Misalnya bagian
kaki yang akan disemprot maka cara menyemprotkan air tersebut harus melalui
penyemprotan dari atas kebawah dan dari atas kebawah, tidak bisa dibalik dari
Universitas Sumatera Utara
79
bawah keatas kaki atau tidak bisa sesuka hati menyemprotkannya kebagian tubuh.
Dari penuturaran dukun patah tentang penggunaan lau batuerdan ini yaitu:
“...kalo misalnya kaki ndu yang sakit jadi kam harus
semprot lau ini dari atas kaki ndu dulu baru sampek bawah,
habis itu kam ulang lagi dari atas ke bawah, kek gitu terus
kam buat , jangan pula nanti kam buat dari atas kebawah baru
dari bawah keatas . itu penggunaannya salah jadi gak artinya
obat yang dipakai kalo caranya salah...”
Dukun patah ini mengatakan dengan penggunaan cara penyemprotan lau
yang salah maka fungsi dari obat itu akan hilang karena penyakit yang dialami
pasien akan datang berulang-ulang dan tidak sembuh. Jadi setiap orang yang akan
menggunakan lau dari batuerdan ini akan dijelaskan dahulu oleh pihak dukun
patah agar pemakaiannya bisa benar dan bermanfaat. Bahan yang digunakan ntuk
membuat lau batuerdan ini ada beberapa bahan yaitu daun tenggeren, daun kerab
benna, daun kesat pusuh, daun serap erap, daun talu dagang, daun padang tegoh,
daun balle angin, bahing, jahe dan masih banyak bahan lainnya. bahan-bahan ini
akan direbus kedalam air dan akan menghasilkan Lau batuerdan.
3.2.2. Pantangan-Pantangan Dukun Patah Batuerdan
Setiap pengobatan tradisional akan ada pantangan yang diberikan terhadap
pasien untuk kesembuhan yang lebih cepat. Sama halnya dengan pengobatan
tradisional dukun patah Batuerdan ini.
Universitas Sumatera Utara
80
Adapun pantangan yang diterapkan oleh penyembuh dan harus benar-benar
dipatuhi oleh pasien yaitu:
1. Dilarang memakan daging anjing
2. Dilarang memakan daging babi
3. Dilarang memakan makanan yang dingin
4. Dilarang memakan makanan yang menghasilkan bunyi krek-krek
Semua pantangan yang diberikan oleh dukun patah ini harus ditaati dan
dijalankan oleh setiap pasien yang sedang melakukan pengobatan patah tulang.
Dan apabila pasien tersebut benar-benar ingin cepat sembuh dari patah tulang
yang dialami olehnya. Pantangan untuk tidak memakan daging babi dan daging
anjing memang sudah menjadi pantangan yang memang dari dulunya sudah ada.
Bahkan dukun patah ini sendiri tidak mengkonsumsi yang namanya daging haram
babi dan anjing ini. Dari penuturan sidukun patah ini leluhur atau yang disebut
mereka sebagai nini-bulang ini sangat tidak suka dengan namanya bau daging
haram. Pantangan ini bukan hanya ditujukan pada pasien yang beragam muslim
saja tetapi juga pada pasien yang beragama kristen tanpa terkecuali. Dan apabila
sipasien tetap memakan daging haram ini fungsi atau manfaat dari obat yang
digunakan akan hilang dan tidak ada gunanya lagi untuk kesembuhan. Ada pun
dilarang memakan makanan yang dingin itu karena es atau buah yang dingin atau
apapun wujudnya yang berbentuk dingin dapat menyebabkan ngilu pada tulang
yang sedang mengalami cedera. Sehingga dengan rasa ngilu yang dialami pasien
akan memperlambat proses penyembuhan . Sedangkan untuk larangan memakan
makanan yang menghasilkan bunyi krek-krek itu seperti kerupuk, tebu dan buah
Universitas Sumatera Utara
81
seperti salak dan masih banyak lainnya. Hal ini dikarenakan ada hubungannya
dengan suara tulang yang patah seperti saat memakan kerupuk dan itu
menyebabkan proses penyembuhan tulang yang lambat. Tetapi bedanya
pantangan ini dengan pantangan yang lainnya yaitu pantangan ini hanya berlaku
selama empat hari dari hari pertama dimulainya pengobatan dan setelah empat
hari berlangsung pasien sudah bisa memakan kerupuk lagi atau buah apapun yang
dia suku. Dibandingkan dengan pantangan yang lainnya, pantangan seperti tidak
memakan daging haram dan makanan yang dingin ini berlaku sampai proses
pengobatan selesai atau sembuh karena pantangan ini sangat sensitif pada tulang
yang sedang mengalami sakit.
Keterangan yang ada diatas menjadi pantangan yang ditetapkan oleh
dukun patah Batuerdan. Pantangan ini dibuat bukan dengan sesuka hati dukun
patah tanpa ada perkiraan yang akan terjadi apabila pantangan itu dimakan.
Karena itu pasien harus mengikuti aturan-aturan atau pantangan-pantangan yang
telah dibuat oleh pengobat tersebut demi kesembuhan pada pasien yang sedang
dalam pengobatan. Semua pantangan ini diberitahukan kepada pasien, saat pasien
melakukan pengobatan pertama kali kepada dukun patah Batuerdan ini supaya
sipasien jangan sampai memakan pantangan ini.jika pasien melanggarnya maka
kesalahan bukan terletak pada pengobatan dukun patah Batuerdan, melainkan
kesalahan pada pasien yang sepele dan tidak menuruti ataupun mengindahkan
aturan-aturan sidukun patah.
Universitas Sumatera Utara
82
3.3. Konsep Sembuh Menurut Dukun Patah Batuerdan
Sebagai seorang dukun patah yang memiliki kemampuan yang lebih
dibandingkan dengan manusia yang lainnya yaitu, memiliki kemampuan
supranatural yang dapat mengobati seseorang pasti menyembuhkan seseorang
menjadi prioritas yang utama untuk pengobat tersebut. Begitu juga dengan dukun
patah Batuerdan ini mereka akan sangat menginginkan kesembuhan untuk setiap
pasien yang mereka tangani. Menurut dukun patah Batuerdan ini sehat itu
dambaan semua orang, dan setiap orang pasti menginginkan tubuh yang kaut
terhindar dari penyakit. Tetapi hal tersebut tidak bisa dikarenakan manusia bukan
robot yang bisa melakukan apa saja tanpa rasa sakit sedikitpun, walaupun sakit
manusia juga menginginkan kesembuhan yang cepat. Disinilah peran mereka
yang bermain untuk memberikan kesembuhan kepada setiap pasien yang
mempercayakan diri mereka untu ditangani oleh dukun patah ini.
Dukun patah Batuerdan ini mengatakan sembuh adalah sehat seutuhnya
tidak memiliki sakit apapun dalam tubuhnya. Begitu juga dengan cara atau proses
pengobatan yang dijalani dukun patah ini, pasien yang datang dengan keluhan
penyakit yang diderita seperti terkilir/keseleo, dan patah tulang ringan maupun
yang sudah remuk. Perawatan patah tulang oleh dukun patah memang dapat
membantu penyembuhan tulang yang patah, karena pada dasarnya hampir semua
tulang yang patah dapat disembuhkan oleh pengobatan dukun patah Batuerdan ini.
Pengobatan terhadap penyembuhan yang diberikan pengobatan tradisional
batuerdan ini terhadap kesembuhan pasien sangat diutamakan, terlebih pada
Universitas Sumatera Utara
83
pasien yang sudah berputus asa karena dirinya tidak kunjung sembuh juga. untuk
itu diperlukan kerja keras yang cukup besat untuk mendapatkan hasil yang baik.
Dengan keadaan pasien yang patah tulang tidak dapat dikatakan sebagai
manusia yang sehat dan hal tersebut harus disembuhakan untuk mendapatkan
hidup yang lebih baik. Tulang menjadi bagian yang penting dalam tubuh manusia,
bila ada salah satu tulang saja yang tidak bekerja dengan baik atau sedang
mengalami patahan maka bagian tulang yang lain akan terganggung fungsinya
dan tubuh tidak akan bekerja secara maksimal. Misalnya tulang bagian tangan
sebelah kiri sedang mengalami kecelakaan dan ada tulang yang remuk didalamnya
maka otomatis segala aktivitas yang biasa dikerjakan akan sangat sulit untuk
dilakukan, tangan kanan biasanya digunakan untuk menulis dan makan, karena
adanya tulang yang rusak maka fungsi dari tangan kanan akan digantikan oleh
tangan kiri dan itu memperlambat aktivitas yang kita lakukan. Tulang yang sehat
adalah tulang yang dapat digunakan untuk bergerak dan melakukan aktivitas
apapun tanpa ada gangguan dan rasa sakit saat menggunakan tulang tersebut.
Secara umum kondisi umum diklarifikasikan kedalam 4 macam, yaitu
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, sembuh dengan pembawa, dan
meninggal dunia (Daldiyono:2006). Sembuh dengan sempurna yaitu kondisi
dimana fungsi tubuh menjadi pulih seperti sebelumnya atau kembali dalam
keadaan semula. Dalam kasus tertentu kesembuhan ini dapat berlangsung dengan
tidak sempurna sehingga menimbulkan cacat. Keadaan inilah yang disebut
sebagai sembuh dengan cacat. Keadaan lain dapat berupa sembuh dengan
membawa sedikit bibit penyakit, artinya meskipun pasien sudah merasa sembuh,
Universitas Sumatera Utara
84
akan tetapi masi ada bibit penyakit yang suatu saat nanti dapat menimbulakn
penyakit lagi. kasifikasi terakhir yaitu meninggal dunia. Meninggal dunia
merupakan akhir perjalanan suau penyakit yang pada hakikatnya dengan
meninggalnya seseorang yang berarti perkembangan penyakit juga ikut terhenti.
BAB IV
PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG SISTEM
PENGOBATAN TRADISIONAL
Pengobatan dukun patah Batuerdan ini mencakup pengetahuan,
kepercayaan, teknik, peran, sikap, lambang, dan sebagainya yang saling berkaitan
satu dengan yang lainnya dan membentuk suatu sistem yang saling menguatkan
dan saing membantu disebut dengan sistem medis.
Universitas Sumatera Utara
85
Pengobatan patah tulang Batuerdan ini merupakan suatu sistem perawatan
kesehatan yang melibatkan interksi sejumlah orang yaitu pengobat, pasien,
keluarga pasien, dan sebagainya. seperti yang dijelaskan Foster dan Anderson
bahwa suatu sistem perawatan, kesehatan adalah suatu pranata sosial yang
melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh.
Fungsi yang terwujudkan dari suatu sistem perawatan kesehatan adalah
memobilisasi sumber-sumber daya sipasien, yakni keluarganya dan
masyarakatnya, untuk menyertakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut
(Foster dan Anderson,1986:46).
4.1. Peranan Pengobat dan Peranan pasien
Peranan dokter (pengobat) dan peranan pasien, seperti halnya peranan-
peranan lainnya, saling melengkapi dan saling tergantung, yang saru
membutuhkan yang lain dan sebaliknya juga begitu. Tanpa pasien tak akan ada
dokter, dan sebaliknua, tanpa dokter tidak akan ada peran dari sipasien. Namin
diluar ketergantungan itu, kedua peranan itu ditandai oleh ciri-ciri yang sangat
berbeda, yang dapat dianalisis dalam rangka empat pasang dimensi dasar,
terbatas-universal, permanen-temporer, atasan bawahan, sukarela-nonsukarela
(Foster dan Anderson,1986:123).
Terbatas-universal : peranan pengobat yang terbatas, dimana orang yang
diakui dapat mengobati berjumlah terbatas dibandingkan dengan orang yang bisa
menjadi pasien. Peranan pasien adalah universal karena siapa saja bisa menajdi
pasien. Permanen-temporer: bagi pengobat peranannya menjadi permanen seumur
Universitas Sumatera Utara
86
hidup sedangkan peranan pasien bersifat temporer. Atasan-bawahan
yaitupengobatn sebagai atasan yang bertugas untuk mengambil tindakan terhadap
pasien. Pasien berperan sebagai bawahan karena posisi pasien yang lebih pasif
dibandingkan pengobatn dan berkewajban untuk mengikuti instruksi dari
pengobat. Sukarela-nonsukarea yaitu pengobat berperan sukarela dalam
mengobati pasien karena pengobat menginginkan (sukarela) menjadi pengobat,
walaupun pada masyarakat tertentu ada pengobat yang tidak menginginkan
peranannya, sedangkan pasien berperan nonsukarela karena pasien tidak dengan
sendirinya menjadi pasien. Misalnya kecelakaan, pasien tidak menginginkan
(tidak dengan sukarela) menjadi pasien, walau terkadang pada sejumlah orang ada
yang menginginkan berperan sebagai pasien tetapi peranan pasien disini
dipandang nonsukarela.
Peranan pengobat dan pasien ini terlihat pada pengobatan patah tulang
batuerdan dimana hanya terdapat dua pengobat aktif dengan pasien yang
jumlahnya jauh lebh banyak dibandingkan pengobat. Pasien yang berdatangan
setiap hari secara bergantian kepengobatan tradisional Batuerdan ini menunjukkan
bahwa peranan pengobat sangat terbatas sedangkan peranan dari pasien yang
sangat banya disebutkan sebagai universal.
Peranan pengobat adalah permanen atau dikatakan sebagai peranan yang
dipegangnya seumur hidup sedangkan peranan pasien bersifat temporer. Orang
yang untuk melakukan pengobatan kedukun patah Batuerdan berperan sebagai
pasien, dan diobati oleh pengobat yang mempunyai kemampuan menyembuhkan
Universitas Sumatera Utara
87
pasien. Setelah sipasien disembuhkan oleh pengobat maka peran pasien tadi sudah
berubah dan tidak dapat dikatakan sebagai pasien lagi.
Pengobat berperan sebagai atasan yang bertugas mengobati pasien dengan
meminta pasien melakukan tindakan-tindakan seperti misalnya pasien diminta
untuk menghidari pantangan, menggangkat tangan atau menggerakkan kaki yang
sedang dalam kondisi pemulihan. Dan pengobat disini bebas untuk melakukan
apapun untuk melakukan kesembuhan si pasien sedangkan peran sipasien hanya
mengikuti permintaan dari sipengobat, ini yang disebut pasien bersifat bawahan
yang menuruti perkataan dari atasannya.
Peran pengobat adalah sukarela, hal ini sesuai dengan syarat untuk
menjadi pengobat di Batuerdan, peran sebagai pengobat ini diterima oleh dukun
patah ini karena orang tersebut mau menjadi dukun patah atau pengobat dan ini
yang disebutkan kan dengan sukarela, apabila orang tersebut tidak mau atau tidak
sukarela maka orang tersebut tidak bisa menjadi pengobat. Pasien yang datang ke
dukun patah batuerdan adalah pasien yang mengalami cedera kecelakaan yang
kadang terjadi tidak disengaja dan tidak diinginkan , dan hal ini disebut dengan
hal yang nonsukarela seperti misalnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh, terpelest
dan lain sebagainya.
4.2. Peminat Pengobatan Tradisional Dukun Patah Batuerdan
Peminat pengobatan tradisional dipengaruhi oleh beberapa faktor (Zulkifli,2005)
1. Faktor sosial
Alasan masyarakat memilih pengobatan alternatif adalah selama
mengalami pengobatan alternatif keluarganya dapat menjenguk dan menunggui
Universitas Sumatera Utara
88
setiap saat. Hal tersebut sesuai dengan kodrat manusi sebagai makhuk sosial yang
selalu ingin berinteraksi langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam
keadaan sakit. Selama perawatan yang dialaminya merek dapat berkomunikasi
dengan akrab dengan keluarganya. Namun ada juga informasi yang
mengemukakan bahwa masyarakat lebih senang dirawat atau diobati dirumah
sakit daripada dirawat atau diobati ditempat-tempat pengobat alternatif. Mereka
dibawa ke pengobatan alternatif bukan atas kemauan sendiri tetapi atas desakan
biaya pengobatan. biasanya mereka belum pernah kerumah sakit sehingga tidak
bisa dibandingkan pengobatan alternatif dengan pengobatan dirumah sakit. Disini
tempak adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-pengalaman
dalam interaksi sosial.
2. Faktor budaya
Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan
alternatif karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang mempunyai
kekuatan supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit.
Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Foster dan
Anderson bahwa sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan. Salah satu
faktor lain yang menyebabkan pengobataan alternatif ini masih diminati
masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak atau yang tepat
dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang berhak, penyakit
A hanya B yang tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat juga
menganggap penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa kerumah sakit, karea
penyakit yang diderita dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak menggangu
Universitas Sumatera Utara
89
nafsu makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari walaupun agak
terganggu
3. Kemudahan
Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan
hasil laboratorium lainnya.
4. Faktor Ekonomi
Masyarakat memilih pengobatan alternatif karena bianyanya lebih murah
daripada rumah sakit, cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien
tidak ditarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu untuk membayar
sekaligus dapat dicicil setelah pulang. Jika ditinjau dari klasifikasi pasien yang
datang ke tempat pengobatan alternatif ini sebagian besar pekerjaannya adalah
buruh kasar, sopir, sehingga wajar faktor ekonomi menentukan dalam hal memilih
tempat pengobatan.
Ada dua faktor yang menajdi pendorong masyarakat memanfaatkan
pengobatan alternatif. Fator yang pertama adalah faktor pendorong yang
menjelaskan latar belakang masyaraat menggunakan dalam sistem pengobatan
diluar pengobatan media atau kedokteran. Sedangkan, faktor kedua dalah faktor
penarik. Faktor penarik merupakan faktor yang berada diluar si penderita penyakit
yang membawa pengunaan pengobatan alternatif.
Pemanfaatan pengobatan alternatif pada saat sekarang ini sudah menjadi
pandangan yang lazim dalam sistem kesehatan masyarakat. Latar belakang
pemanfaatan pengobatan alternatif (Alternatif Medicine) pada masyarakat
ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mendorong seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
90
sedang sakit, yang menggunakan pengobatan ekstra medis diakibatkan oleh
banyak hal. Faktor pendorong masyarakat memanfaatkan pengobatan alternatif
yaiu, pengalaman negatif terhadap pengobatan modern, keluarga dan lay reffel
group lainnya, pelengkap dari pengobatan modern serta pegobatan yang unik,
holistik dan mempunyai kesejajaran kedudukan anatar penyembuh dan pasien.
1.2.1. Pengalaman Menjalani Pengobatan Lain
Pada umumnya, seseorang yang mengalami suatu penyakit (illness) sudah
pasti akan mencari-cari pengobatan-pengobatan yang bisa menyembuhkan
penyakitnya dengan berbagai cara. Pengobatan yang dipilihnya merupakan sistem
pengobatan yang mempunyai kesesuain dan tidak bertentangan dengan
kepercayaannya. Pemilihan suatu sistem pengobatan dipengaruhi oelh
pemahaman maupun pengetahuan tentang sebab akibat dari penyakit dan untuk
selanjutnya menentukan sistem pengobatan mana yang akan dipilihnya. Jadi,
seseorang yang memiliki pemahaman yang rasional tentang penyakit akan
memilih diagnosa dan terapi yang dapat dierima akal dan tidak bertentanagn
dengan pandangan rasionalnya.
Dalam hal ini seseorang yang masuk kedalam masyrakat golongan
menengah hingga atas akan memilih pengobatan yang dapt diterima akal, yakni
pengobatan formal biomedikal modern yang berasal dari Barat. Hal tersebut sudah
merupakan pemandangan biasa. Namun sekarang ini masyarakat yang tergolong
memiliki intelektual tinggi dan moderen telah memanfaatkan obat-obatan diluar
medis kedokteran. Mereka mendatangi tempat-tempat praktek tabib, dukun
maupun parktisi-praktisi pengobatan alternatif lainnya.
Universitas Sumatera Utara
91
Melalui data yang didapat dari tiap-tiap informan, salah satu penyebab
munculnya keinginan untuk memanfaatkan pengobatan alternatif adalah
diakibatkan oleh pengalaman negatif seseorang pada sistem pengobatan yang
moderen. Rata-rata informan menjelaskan bahwa setelah dinyatakan menderita
penyakit dari pemeriksaan laboratorium maupun dokter (disease) maka langkah
pertama yang mereka lakukan adalah mengunjungi dokter atau para medis yang
ada dirumah sakit.
Dan kunjungan yang dilakukan ternyata banyak yang tidak memuaskan
sipasien. Banyak penyakit yang mereka derita tidak menunjukkan kesembuhan
maupun perubahan yang lebih baik sesuai dengan keinginnan mereka, selain itu
juga biaya yang merek keluarkan juga sudah banyak untuk mendapatkankan
kesembuhan. Pengalaman negatif dengan sistem medis kedokteran ini sangat
berpengaruh terhadap tindakan selanjutnya yang akan diambil oleh seorang
pasien. Bagaimana pun juga seorang yang menderita pasien berusaha memperoleh
kesembuhan melalui kunjungannya kedokter. Ika dokter tidak dapat memberikan
kesembuhan maka hal itu akan membuka kemungkinan seorang pasien untuk
menghentikan pencaharian pengobatan (discountunity).
Hal tersebut dialami oleh seorang informan dalam penelitian ini yang
bernama ibu irma berumur 45 tahun , ibu ini mempunyai penyakit yang sangat
mengganggunya dalam melakukan berbagai hal aktivitas. Ibu irma ini mengalami
sakit pada bagian perutnya dan penyakit ini sudah sangat lama dideritanya. Ibu
irma ini memiliki sebuah rumah makan yang didesa Tigalingga, jadi pekerjaan
yang ibu irma ini lakukan memang terbilang capek , karena jam lima pagi beliau
Universitas Sumatera Utara
92
sudah bangun dan mualai beraktivitas dengan memasak, menyiapkan segala
sesuatu yang akan dijual atau hidang untuk para pembeli. Saat perut ibu irma
mengalami sakit beliau mengira penyakit itu datang karena seringnya ibu irma ini
bermain dengan air misalnya menyuci sayuran, menyuci ikan, menyuci piring dan
segainya yang bersangkutan dengan air. Dan karena hal tersebut dilakukan
sepangjang hari mualai dari bangun pagi dan sampai beliau menutup rumah
makannya. Banyak anggapan yang dipikirkan ibu irma saat sakit perutnya
melanda beliau juga berpikir bahwa penyakit yang dialaminya ini karena memang
maag atau penyakit lambung dari ibu irma kambuh . ibu irma memang mengakui
terlambat makan sering terjadi beliau lakukan karena memang kdang beliau lupa
kaan waktu dan tidak ingat kalau beliau belum makan karena banyaknya
pekerjaan yang dilakukan setiap harinya.
Karena penyakit ini membuatnya tidak bisa bekerja seperti sebelumnya
sehingga ibu irma memeriksakan penyakit yang beliau alami. Tindakan pertama
yang dilakukan adalah membeli obat masuk angin dan obat maag disalah satu
apotik yang terdekat di Tigalingga. Sudah beberapa kali dikonsumsi tetapi tidak
ada hasil yang baik yang dirasakan oleh ibu Irma ini, kemudia beliau lanjutkan
suntik ke puskesmas yang ada terdekat . Dokter yang memeriksa beliau
mengatakan kepada buk Irma untuk beristrahat dulu dan jangan terlalu sering
meyentuh air apalagi dipagi hari karena menyembabkan masuk angi dan makan
harus teratur juga. ibu irma juga disuntik oleh dokter yang ada dipuskesmas agar
sakit yang diderita oleh ibu ini cepat sembuh. Memang sakitnya berkurang dalam
beberapa hari saja dan setelah bius dari suntik yang diberikan oleh dokter habis
Universitas Sumatera Utara
93
sakit perut yang dialami oleh ibu irma kambuh lagi. Dan sepertinya memang
suntik tersebut hanya penghilang rasa sakit sementara .
Disaat seperti itu ibu irma mulai panik, dan mulai berpikiran aneh apakah
ada sesuatu yang terjadi didalam perut beliau seperti tumor atau hal-hal yang
mengerikan yang membuatnya takut. Tanpa pikir panjang lagi ibu Irma mengajak
suaminya untuk pergi kesalah satu rumah sakit di kabanjahe yaiu rumah sakit.
Dokter yang ada dirumah sakit mengatakan saraf lambung dari ibu irma terganggu
dan ini yang menyebabkan ibu irma mengalami sakit yang berangsur-angsur.
Dokter memberikan obat dan menyutik ibu irma saat berada dirumah sakit. Dan
sama halnya dengan yang ada di terjadi di puskesmas hanya beberapa hari saja
obat tersebut ampuh untuk digunakan untuk hari selanjutnya ibu irma kembali
merasakan sakit yang teramat dibagian perutnya. Punturan dari ibu Irma sebagai
berikut:
“... udah banyak kali obat yang ku minum, gonta-ganti
dokter tapi gak ada yang bisa sembuh, sembuh sebentar baru balek
lagi penyakitnya. Kerjaan jadi semuanya terganggu dan penyakit
tetap aja datang...”
Dari ungkapan ibu irma terlihat jelas bahwa beliau sangat tidak puas dan
kecewa akan apa yang sudah beliau rasakan. Pengobatan medis yang beliau jalani
tidak berjalan dengan baik dan tidak membuahkan hasil kesembuhan yang
diinginkan oleh pasiennya. Dan ini salah satu penyebab masyarakat lebih
mempercayai pengobatan tradisional dibandingkan dengan pengobatan medis.
Hasil yang tidak memuaskan dari medis mengakibatkan pasien beralih
Universitas Sumatera Utara
94
pengobatan ke pengobatan yang menggunakan sistem tradisional. Seperti yang
diungkapkan oleh dukun patah Batuerdan ini
“...Dokter hanya tau sakit maag saja kalau tidak maag maka
dibilanyanya saraf lambung. Mereka tidak tau ada apa sebenarnya
yang terjadi dalam perut kita ini. Selain itu , kalau kedokter biaya
yang dikeluarkan juga sangat banyak dan mahal. Hanya konsultasi
saja dan ngomong-ngomong kita harus bayar dan itu belum diobati
sama sekali. Itu hal yang buat orang banyak berpindah ke
pengobatan alternatif karena memang selain dipercaya
pengobatan alternatif sudah banyak yang berhasil dari dulu...”
Hal ini yang mempengaruhi masyarakat menghindari pengobatan medis
karena pengobatan yang sangat mahal sehingga masyarakat lebih memilih untuk
melakukan pengobatan tradisional. Dengan biaya yang sangat mahal tetapi tidak
menghasilkan kesembuhan seperti yang diinginkan setiap pasien.
Foto: 6 Ibu Irma yang sedang melakukan pengobatan
Universitas Sumatera Utara
95
Sumber: Peneliti (tahun 2017)
Dengan salah satu saran yang diberikan oleh teman dari ibu irma yang
mengatakan untuk mencoba mengobatinya kepengobatan tradisional saja yaitu
pengobatan dukun patah Batuerdan. Diawal penyakit sakit perut yang dialami ibu
irma ini, beliau tidak kepikiran untuk mengobatinya kepengobatan tradisional
karena beliau mengira penyakitnya hanya karena masuk angin saja. Dengan saran
yang diberikan temannya sehingga ibu irma pergi kepda dukun patah ini memulai
pengobatan yang lebih tradisional.
Dipengobatan dukun patah batuerdan ini ibu irma mengatakan bagian
tubuhnya yang sakit dan memberitahukan keluhan yang dialaminya selama ini .
mulai dari berobat kerumah sakit, puskesmas dan lain-lainnya. Ternyata setelah
sidukun patah memijat perut siibu irma , ibu irma mengalami terkilir pada bagian
perutnya yang mengakibatkan sakit yang diderita tidak kunjung sembuh walaupun
sudah minum obat dan disuntik beberapa kali. Bukan maag atau saraf terjepit
Universitas Sumatera Utara
96
yang membuat ibu irma mengalami sakit tersebut tetapi karena salah satu otot
perutnya mengalami kecelakaan. Menurut penuturan dari sidukun patah hal itu
bisa terjadi karena memang ibu irma sering mengangkat-angkat berat seperti air
yang ada dalam ember berukuran besar dan pekerjaan lainnya. Tanpa disadari dari
ibu irma otot perutnya mengalami pergeseran yang mengakibatkannya tidak dapat
bekerja dengan baik dan selalu dalam keadaan sakit. Dan otot perut yang tidak
baik ini harus diperbaiki seperti sebelumnya agar dapat bekerja seutuhnya. Dari
pengobatan yang dilakukan oleh ibu irma ini kesembuhan yang diinginkan selama
ini akhirnya beliau dapatkan yang tidak didapatkannya dipengobatan medis dan
sudah ke beberapa dokter.
Dan kalau saja ibu irma meneruskan pengobatan yang dilakukan secara
medis atau kedokteran maka anjuran dokter selanjutnya biasanya ketindakan
operasi pada bagian perut yang mengalami sakit. Dan biaya operasi yang sangat
mahal dan proses operasi yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
dilakukan operasi. Setelah operasi , resiko yang ditanggung oleh pasien juga
sangat beresiko karena akan ada pilihan antara operasi yang berhasil dan operasi
yang gagal. Apabila operasinya berhasil maka waktu istirahat yang dilakukan oleh
pasien juga akan sangat panjang dan butuh istirahat yang total. Sedangkan apabila
operasi tersebut gagal maka hal yang lebih mengerikan lagi akan terjadi padahal
awalnya hanya sakit perut dan akhirnya berujung pada kematian. Dari hal ini
menunjukkan bahwa tidak selamanya pengobatan medis yang ditangani oleh
dokter yang sudah belajar dari beberapa tahun dan mendapatkan gelar yang baik
dapat memberikan kesembuhan yang diinginkan oleh orang. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
97
pengobatan tradisional yang tidak mendapatkan gelar dan kadang tidak terlalu
dipandang dapat memberikan kesembuhan yang diinginkan semua orang, bahkan
pengobatan tradisiona ini hanya mengandalkan alam yang ada dibumi ini dan
kekuatan supranatural mereka saja. Hal ini yang membuat masyarakat kembali
lagi untuk memilih dan meminati pengobatan yang tradisional menggunakan hal-
hal yang lebih herbal. Karena banyaknya efek jera dan kegagalan yang membuat
pasien yang sudah ditangi oleh dokter pergi untuk mencari pengobatan selain
medis yaitu pengobatan tradisional. Dan ternyata memang pengobatan tradisional
tersebut membuahkan hasil dengan kesembuhan yang dirasakan oleh sipasien.
Secara tidak langsung kasus-kasusu seperti itu akan angat mengganggu
perkembangan sistem kesehatan modern, khusunya bagi sosok dokter. Masyarakat
yang mengamati gejala-gejala tersebut mau tidak mau terpengaruh. Stigma
hubungan dokter pasien seperti itu akan membangun suatu tatanan nilai tersendiri
bagi masyarakat sehingga secara tidak langsung akan terbangunpula sistem
tindakan kesehatan yang mengikutsertakan unsur pengobatan alternatif
didalmnya.
Namun, tidak seluruhnya pilihan kepengobatan alternatif merupakan
dampak dari buruknya hubungan dokter dan pasien ataupun sistem pengobatan
modern dengan masyarakat. Dimasyarakat juga terdapat keyakinan bahwasanya
sistem pengobatan medis kedokteran tetap fungsional dalam kesehatan
masyarakat. Kegagalannya dokter maupun paramedik lainnya bukan dianggap
sebagai aib sistem kesehatan ilmiah ini, namun merupakan salah satu sub sistem
Universitas Sumatera Utara
98
dalam keseluruhan sistem kesehatan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan ibu irma lagi
“...memang bukan semuanya kita harus kedukun, tapi untuk
saat ini memang saya mempercayai penyakin saya ini sembuh
karena pengobatan tradisional, misalnya kita memang sedang
mengalami sakit gigi atau sakit kepala kita akan tetap
kepengobatan medis yang pertama kali kita gunakan sebagai
penanganan pertama untuk menghilangkan rasa sakit. Kalau
sembuh berarti sakit yang kita derita hanya sakit yang rinagan dan
masih bisa ditangani...”
1.2.2. Pengalaman Menjalani Pengobatan Patah Tulang Batuerdan
1. Laki perminak
Laki ini berusia sekitar enam puluh tahun, beliau kecelakaan sepeda motor
saat sedang belajar membawa sepeda motor anaknya. Beliau seorang penjual
minyak urut yang disebut dengan minyak kucing yang banyak mengobati berbagai
penyakit. Beliau setiap hari jalan dengan menjajakan msinyak urutnya dari satu
kampung kekampung yang lain. Karena merasa lelah sitiap hari harus berjalan
kaki berkilo meter maka laki ini berinisiatif untuk belajar membawa sepeda motor
agar silaki tidak harus jalan kaki lagi dan tidak menguras tenaga. Sebelum belajar
mengendarai sepeda motor laki ini sudah dilarang anaknya dan tetangganya
karena memang umur laki ini yang sudah tua dan mungkin sudah sulit untuk dapat
mengerti saat mengendarai sepeda motor ini. Tetapi beliau masih bersikukuh
untuk bisa dan harus pandai mengendarainya, karena tidak ada yang bisa
Universitas Sumatera Utara
99
melarang ambisi dari si laki maka beliau diajari oleh anaknya. Sudah beberapa
kali diajari anaknya dan akhirnya silaki mencoba membawa sepeda motor ini
sendiri tanpa bantuan sianak. Belum jauh sepeda motor ini berjalan sepeda motor
yang dibawa oleh silaki jatuh dan silaki ditimpa oleh sepeda motornya sendiri. hal
ini menyebabkan pergelangan tangan silaki patah dan harus mendapatkan
pengobatan. tanpa pikir panjang harus membawa pengobatan kemana. Anak dan
tetangga yang melihat kejadian kecelakaan tersebut langsung membawa silaki
kepegobatan Dukun patah Batuerdan karena memang sudah sangat dipercaya oleh
mereka.
Foto 7: Wawancara dengan Bolang Perminak
Sumber: Peneliti (tahun 2017)
Universitas Sumatera Utara
100
Setelah sampai didukun patah Batuerdan, sidukun patah menanyakan apa
yang terjadi kepada laki perminak ini. Kemudian sidukun patah mulai mereposisi
tulang pergelangan tangan yang laki alami. Dan penuturan sidukun patah
pergelangan tangan sidukun patah beberapa tulang ada yang mengalami cedera
yang parah dan harus dimelakukan pengobatan yang bisa dibilang serius. Tulang
yang patah itu kemudian disatukan kembali dan kemudian dibuat bidai bambu
yang sesuai dengan ukuran tangan sipasien yang sedang mengalami patah tulang
pada bagian pergelangan tangannya. Dari penuturan sipasien mengatakan bahwa
“...saat pertama kali dibaguskan tulangnya ini akitnya bukan main, tidak
terbilang sakitnya karena memang terkilir biasa saja sudah sakit apalagi ada
tulang yang patah. dan umur saya sudah tua jadi tidak kuat lagi menahan sakit
maknya waktu dibaguskan saya tidak malu menjerit...”
Apabila tulang orang yang umurnya sudah tua seperti laki ini mengalami
cedera maka proses penyembuhannya akan lebih lama dibandingkan dengan patah
tulang pada anak yang lebih muda karena tulangnya sudah sangat keras dan kaku.
Penyembuhan yang dilakukan sipasien ini harus lebih ekstra dan sangat pantang
apabila tidak mengikuti aturan yang dibuat oleh dukun patah Batuerdan ini.
Kurang lebih dari sebulan maka si laki ini akan cek setiap minggunya
kepengobatan tradisional dukun patah ini agar bisa dikonrol dari dukun patah
perkembangan yang sudah dirasakan oleh pasien. Dan dari pencekan mingguan
tersebut akan terlihat hasil apakah memang silaki melakukan semua aturan yang
dibuat oleh dukun patah atau melanggarnya dan bahkan dukun patah akan tahu
kalau misalnya silaki ini menjaga tangannya agar tidak bergerak atau tidak karena
Universitas Sumatera Utara
101
biasanya apabila tangan mengalami cedera atau patah tulang selama proses
pengobatan kita akan disuruh sidukun patah untuk tidak menggerakkan tangan
yang sedang mengalami patah tulang itu. Karena akibatnya sangat fatal apabila
sampai terusa digerakkan. Fatalnya karena tulang yang sudah disusun seperti
semula akan mulai bergeser lagi dan memulai pengobatan dari awal lagi. Dick
mingguan ini perban dari silaki akan ganti dengan yang baru agar terlihat bersih
dan tidak berbau.
2. Roy Ginting
Roy ginting ini berusia 23 tahun dan masih tergolong umur yang muda
dibandingkan dengan informan yang pertama. Roy mengalami kecelakaan
bermotor dan hampir seperti laki perminak. Tetapi beda kasus roy mengalami
kecelakaan bermotor karena memang ugal-ugalan dijalan yang membuatnya
terjatuh dan terserek kebadan jalan. Hal ini membuat banyak luka pada bagian
wajah, tangan, dan juga kakinya. tapi yang paling parah bagian tubuh yang yang
dialami yaitu pada bagian tangan yang sangat bengkak karena tulang yang ada
didalam sebagian remuk dan hancur. Hal ini membuatnya sangat bengkak dan
Roy tidak mampu mengangkat tangannya sendiri. Tangan roy yang mengalami
cedera yang parah sebelah kanan dan ini sangat terganggun yang membuatnya
tidak bisa melakukan banyak aktivitas apapun. Pada saat itu cek kedua kalinya
Roy datang ke praktek si dukun patah Batuerdan.
Roy diantar oleh kedua orangtuanya dan satu adik laki-lakinya. Dari
permncangan yang dilakukan oleh keluarga sipasien dan sidukun patah sudah
sangat dekat dan saling bercanda gurau satu dengan lainnya. Keluarga Roy ini
Universitas Sumatera Utara
102
dari mulai pamannya, sepupunya yang pernah mengalami kasus yang sama seperti
terkilir atau apapun akan dibawa berobat kedukun patah Batuerdan yang mereka
sudah percaya selama bertahun-tahun.
Pada saat tangan sipasien disentuh oleh dukun patah, dukun patah ini
mencium dari tangan ataupun perban yang digunakan pada bidai pasien. Dukun
patah ingin memastikan apakah perbannya sudah menimbulkan bau atau belum.
Sambil mencium aroma bau dari tangan sipasien dukun patah ini berkata
“...cium dulu perbannya ini udah bauk atau belum, kalau
belum bauk bar aja gak usah diganti tapi kalo udah bauk gak usah
diganti juga hahaha...”
Dari penuturan sidukun patah ada bahan bercandaan yang dilakukan
sidukun patah agar pasien tidak terlalu tegang untuk dilakukan pemijatan kedua
kalinya. Karena sidukun patah tahu ekspresi dari sipasien yang sudah takut
merasakan sakit seperti diawal saat pertama kali dilakukan pemijatan.dengan
adanya bercandaan yang dilakukan oleh sidukun patah maka suasana akan lebih
rileks lagi. Sebenarnya setiap kali dilakukan pengecekan akan dilakukan
pergantian perban dari sipasien. Kemudian pelan-pelan sidukun patah membuka
bidai ataupun bambu dari tangan Roy untuk dilakukan pemijatan. Dukun patah
masih terus membuat sipasien agar terlihat rilek dan tidak terlalu memikirkan
sakit yng akan sitanggung oleh pasien.
Dukun patah sudah menyiapkan Lau Batuerdan yang akan dijadikan
sebagai obat saat dilakukannya pemijatan. Awalnya sidukun patah masih
mengoleskan lau tersebut ketangan sipasien dengan cara yang lembut tetapi tidak
Universitas Sumatera Utara
103
lama kemudian terdengar jeritan sipasien yang agak ditahan karena mungkin
pasien malu berteriak dengan kuat. Dan adik laki-laki pasien juga sempat
meledeki sipasien karena merasa kesakitan dengan mengucapkan makanya jangan
bandel dengan senyum sumringah diwajah adiknya. Tidak lama hanya sekitar 5-
10 menit saja sakit yang dirasakan pasien seperti penyiksaan. Sangat banyak
gerakan yang melawan dibuat sipasien saat dilakukan pemijatan kembali sepeti
mengertakkan gigi yang menandakan sakit yang luar biasa, mengepalkan
tangannya dan memalingkan wajahnya dari sidukun patah. dan terlihat dari
ekspresi pasien sangat menderita saat-saat dilakukan pemijatan untuk
penyembuhan dari tulang yang sudah rusak tersebut.
Foto 8: informan Roy melakukan pengobatan
Gambar Peneliti (2017)
Universitas Sumatera Utara
104
Setelah selesai disesi pemijatan, sidukun patah menggulung kembali
bambu pada bagian tangan pasien. Tangan pasien ini belum bisa diajak untuk
melakukan pergerakan sedikit pun bahkan untuk mengangkat tangan kanannya
sendiri pasien belum sanggup dan roy ini terlihat membantu mengaangkat tangan
kanannya dengan tangan kirinya kemudian dibantu dengan saru sebagai alat
gendong yang dapat menopang tangan kanan siroy agar terhindar dari banyak
pergerakan yang mengakibatkan proses penyembuhan yang lama.
Kasus roy dan kasus laki perminak ini sama-sama pada kasus yang patah
tulang pada bagian tangan tetapi usia yang berbeda dan proses penyembuhan
untuk roy akan lebih cepat waktunya dibandingkan dengan laki perminak tadi
karena faktor usia yang juga menentukan cepatnya kesembuhan seseorang dalam
kasus patah tulang.
3. Yuda Sembiring
Informan Yuda Sembiring ini pasien yang pernah ditangani oleh dukun
patah Batuerdan. Yuda sekarang sudah berumur 21 tahun dan saat beliau
mengalami pengobatan didukun patah Batuerdan ini pada saat umur 15 tahun dan
masih Smp pada saat itu. Yuda dan salah seorang temannya yang bernama pebry
ini mengalami kecelakaan sepeda motor, sepeda motor yang dibawa oleh yuda
laga kambing dengan mobil pribadi. Hantaman dari mobil membuat yuda dan
pebry terpental jauh dari jalan raya dan mengakibatkan luka yang parah untuk
mereka berdua. Mereka dilarikan ke puskesmas yang ada ditigalingga karena
Universitas Sumatera Utara
105
memang keadaan mereka sangat serius. Setelah dipuskesmas mereka
mendapatkan perawatan untuk luka yang mereka alami.
keadaan yuda mengalami patah tulang bagian paha kiri, tulang yang patah
tersebut juga bergeser menjadi miring dari tulang yang tersusun seharusnya. Hal
ini mengakibatkan yuda tidak dapat menggerakkan kakinya yang sebelah kiri.
Tetapi yuda lebih beruntung dibandingkan dengan pebry karena yuda masih
sadarkan diri sedangkan pebry tidak sadarkan diri karena sanagt banyak darah
yang keluar saat kecelakaan , patah tulang yang dialami oleh pebry juga jauh lebih
parah dibandingkan yuda. Tulang paha dari pebry sudah keluar dari dagingnya
dan itu sangat menyakitkan.
Sehingga hanya keluarga yuda saja yang mempercayakan dukun patah
untuk menangani patah tulang yang dialami oleh yuda sedangkan temannya yaitu
pebry dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebin intensif
karena dia harus mendapatkan donor darah agar dapat bertahan hidup.
Proses penyembuhan yang dialami oelh yuda terbilang cukup lama karena
memang tulang yang patah bagian tulang yang sangat sulit yaitu tulang paha.
Selama tiga bulan yuda hanya bisa diam ditempat tidur dan tidak bisa melakukan
aktivitas apapun. Tahan awal saat pertama kali tulang yuda direposisi dia
mengatakan hal yang paling mengerikan saat itu saat proses pemulihan tulang
agar kembali keposisi semula. Karena sakitnya yang luar biasa dan yuda sampai
menangis meraung-raung karena rasa sakit yang diterimanya. Setelah di lakukan
reposisi tulang maka akan dibuat bambu sebagai bidai pada tulang paha yuda yang
mengalami cedera, selama dua bulan penuh sidukun patah akan mencek proses
Universitas Sumatera Utara
106
pemulihan dari tulang yuda ada perkembangan yang baik atau tidak. Selama dua
bulan itu yuda hanya berbaring ditempat tidur bambu yang disiapkan oleh
orangtuanya dengan beralaskan tikar , semua aktivitas dilakukan diatas tempat
tidur itu, mulai dari makan, buang air , dan yang lainnya.
Pada bulan kedua dukun patah tidak hanya sekedar melakukan pengecekan
tulang saja tetapi sudah masuk pada tahap pemulihan lutut yang kaku pada kaki
pasien. Lutut pada kaki pasien sudah sangat kaku untuk bergerak karena selama
dua bulan hanya diam terus dan diluruskan setiap hari tanpa ada pergerakan untuk
beraktivitas. Setelah masuk bulan ketiga informan ini mulai belajar berjalan lagi
dengan menggunakan tongkat, dan selama satu bulan terakhir itu yuda dibantu
penuh dengan tongkat sampai akhirnya dapat berjalan sendiri. Selama proses
penyembuhan ini Lau Batuerdan ini harus terus disemprotkan ke bagian tubuh
yang mengalami cedera, setiap Launya sudah kering maka akan dibuat lagi dan
lagi.
4.3. Interaksi Antara Penyembuh, Pasien dan Keluarga
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia akan ada yang disebut
interaksi. Sama halnya dengan pengobatan yang dilakukan oleh seorang dukun
patah maka akan ada interaksi yang dilakukan didalamnya. Sebagaimana dalam
interaksi sosial yang dibentuk oleh kebudayaan, baik itu kebudayaan para
penyembuh, pasien dan keluarga. Masing-masing mempunyai cara tersendiri
bagaimana mereka harus bertingkah laku sesuai dengan interaksi yang sedang
berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
107
Dalam proses pengobatan akan terjadi suatu proses interaksi sosial antara,
antara penyembuh dengan pasien dan penyembuh dengan keluarga pasien. Ada
suatu anggapan bahwa menangani sutau penyakit atau proses penyembuhan
penyakit sangat diperlukan suatu kedekatan atau keakbraban antara satu dengan
yang lainnya. Keakraban hubungan yang ditandai dengan bentuk-bentuk interkasi
yang inheren.
Seperti yang terlihat pada saat sipeneliti berada dilokasi praktek , peneliti
melihat adanya interaksi dan keakraban yang terjalin seperti pada saat sipasien
dipijat oleh dukun patah maka sidukun patah dan pasien sangat akrab dan kadang
bercanda bersama. Sidukun patah yang terlihat sangat humble dan sangat mudah
membuat pasien dan orang lain tertawa dengan ocehannya misalnya sipasien baru
datang dan menuturkan sakit yang dialami maka sidukun patah akan membuat
bercandaan seperti
“...yaudalah kukusuk aja sakitnya ini daripada dimarahi aku
nanti, takutah aku kalo sampek dimarahi ucap sidukun patah sambil
tertawa dan sipasien juga ikut tertawa...”
Becandaan ini memang hanya sekedar saja tapi sangat berarti dalam proses
pengobatan karena dengan adanya interaksi yang baik dan saling nyaman satu
dengan yang lainnya akan terjalin hubungan kepercayaan diantaranya yang
membuat sipasien sangat yakin akan sembuh saat ditangani oleh sidukun patah
ini. Apabila harapan akan interaksi-interaksi tersebut secara esensial cocok atau
sesuai yaitu pola hubungan yang ditandai dengan pola nteraksi yang baiak anatara
para penyembuh dengan pasien maupun terhadap keluarga pasien, maka hal itu
Universitas Sumatera Utara
108
sakan mendatangkan hasil yang baik bagi kedua belah pihak yaitu penyembuh dan
pasien dalam proses penyembuhan penyakit. Proses penyembuhan penyakit akan
lebih berhasil bila hubungan sosial antara penyembuh, pasien dan keluarga pasien
baik dan serasi. Bila terjadi hubungan yang kurang serasi atau sama sekali
hubungan antara penyembuh , pasen dan keluarga pasien , maka akan
mengakibatkan hasil yang kurang baik dalam prosess penyembuhan. Jadi pola
hubungan sosial yang terjalin dengan baik anatara penyembuh, pasien dan
keluarga pasien sangat diperlukan dalam proses penyembuhan penyakit (Foster
dan Anderson, 1986;140-146).
Dan karena memang pengobatan dukn patah Batuerdan ini letaknya masih
dikampung, maka interaksi dan hubungan sosial dan kekerabatan masih sangat
dekat. Semua dianggap saudara dan satu sama yang lain saling mengenal keluarga
yang satu dengan keluarga yang lainnya. Beda halnya dengan pengobatan yang
ada dikota.
Universitas Sumatera Utara
109
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan yang
sekaligus menjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Adapun kesimpulan
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sejarah kemunculan dukun patah Batuerdan sejak tahun 1942 dan
berdiri sekitar 75 tahun. Dukun patah ini sudah diwariskan pada tiga generasi
yaitu dukun patah pertama Bolang Sikap Ginting, kedua Bolang Nampat Ginting,
dan yang ketiga Bapak Sina Gusta Ginting. Pengobatan dukun patah ini sudah
tidak diragukan lagi masyarakat Tigalingga karena memang sudah puluhan tahun
dukun patah ini berhasil mengobati banyak orang yang mengalami patah tulang.
Bolang Sikap menjadi pendiri dari pengobatan tradisional Batuerdan ini
dan beliau salah satu orang yang sangat dihargai pada waktu itu di Tigalingga.
Dan nama pengobatan dukun patah Batuerdan ini diambil dari nama kampung
atau desa yang ditinggali oleh bolang sikap Ginting ini, alasannya beliau memulai
pengobatan ini dari desa Batuerdan dan beliau serta semua leluhurnya lahir dan
tinggal didesa Batuerdan. Sehingga beliau tanpa pikir panjang menjadikan
pengobatannya dengan nama dukun patah Batuerdan. Sebelum tahun 1942 bolang
Sikap ini sudah sering dipanggil orang-orang untuk mengobati berbagai penyakit
patah tulang karena semakin banyak permintaan orang yang berobat maka resmi
pada tahun 1942 pengobatan ini dibuka dirumah bolang Sikap ini yang ada di
Desa Batuerdan.
Universitas Sumatera Utara
110
Setelah bolang sikap Ginting meninggal maka yang menjadi penerus
dukun patah ini anak laki-laki dari Bolang sikap yaitu Nampat Ginting dan orang-
orang tigalingga juga sering menyebutnya dengan bolang ginting juga karena
umurnya sudah tua. Bolang Nampat Ginting ini mendapatkan pengetahuan untuk
dapat mengobati orang yang sakit seperti patah tulang dan sebagainya dari
bapaknya yaitu bolang Sikap ginting. Setelah bolang Nampat ini menikah beliau
memiliki satu orang anak laki-laki yang bernama Gusta Ginting dan sekarang
menjadi seorang dukun patah sama seperti leluhurnya. Bapak gusta yang sekarang
berusia 40 tahun sudah melakoni tugasnya sebagai dukun patah dimulai dari umur
22 tahun. Dukun patah ini akan terus diwariskan dari genari-kegenari siberikutnya
dari bolang Sikap ginting ini.
2. Tahapan proses yang dilakukan untuk penyembuhan pada sipasien
yang mengalami patah tulang. Dalam proses penyembuhan atau pengobatan yang
dilakukan oleh dukun patah ini tidak ada pembedaan antara jenis laki-laki dan
perempuan, dari penuturan dukun patah Batuerdan ini walaupun beliau sedang
mengobati atau mengkusuk lawan jenisnya yaitu perempuan tidak akan ada napsu
atau hasrat seksual yang terlintas dipikiran mereka karena yang membedakan
pengobatan ini adalah faktor umur, penyakit yang diderita, dan kedisplinan pasien
dalam mematuhi saran dan pantangan-pantangan yang diberikan oleh dukun patah
tersebut karena saran dari pengobat sangat penting untuk dilaksanakan apabila si
pasien ingin cepat sembuh dan normal kembali.
Langkah-langkah proses pengobatan patah tulang ringan dan yang remuk
sangat berbeda, dimulai dari waktu penyembuhannya yang sangat berbeda, tingkat
Universitas Sumatera Utara
111
penanganan yang lebih sulit dan perbedaan syarat-sayarat yang harus dilakukan
terhadap pasien yang mengalami patah tulang remuk. Patah tulang yang termasuk
dalam kategori ringan yaitu seperti keseleo pada bagian kaki, terkilir pada bagian
tangan, dan salah gerak pada saat tidur yang mengakibatkan pergeseran tulang
pada leher. Sedangkan Pada proses pengobatan patah tulang remuk ini sangat
banyak syarat dan tahapan yang akan dilakukan sipasien ataupun dukun patah
untuk kesembuhan total pada pasien yang mengalami patah tulang yang remuk
dan sangat parah. Apabila pasien dan keluarga pasien sudah mempercayakan
kesembuhan anak atau keluarganya ditangani oleh dukun patah Batuerdan ini
disaat itulah maka sidukun patah akan memulai tugasnya untuk melakukan
pengobatan terhadap pasien. Misalnya sipasien yang akan ditangani oleh dukun
patah Batuerdan ini patah tulang bagian tangan yang sudah sangat hancur dan
remuk dan sipasien sudah tidak sanggup lagi untuk menopang tangannya sendiri
bahkan untuk sekedar mengerakkan tangannya tidak dapat dan sipasien merasa
tangan mati rasa karena tulang sebagai alat penyambung gerakan tangan tidak
berfungsi lagi secara utuh, untuk hal seperti itu pertama kali dukun patah ini akan
melakukan reposisi tulang atau menyusun kembali tulang-tulang yang sudah
remuk itu kembali seperti susunan tulang sebelumnya.
Dengan bantuan doa dan semua pengetahuan supranatural dukun patah
yang didapatkannya dari leluhurnya sidukun patah akan mampu menangani
pengobatan sipasien. Setelah sidukun patah melakukan reposisi pada tulang
tangan yang remuk maka akan dibuat bambu sebagai bidai . Sesudah semua
penanganan pertama ataupun reposisi selesai maka akan ada pembicaraan dalam
Universitas Sumatera Utara
112
hal syarat-syarat penyembuhan yang akan diberitahu kepada keluarga pasien .
Syarat ini biasa disebut dengan buka tawar atau percibal yang maksudnya buka
tawar atau percibal (buka tawar atau percibal berasal dari bahasa karo) disini
sebagai awal dari proses pengobatan yang akan dilakukan dukun patah terhadap
pasien dan selama pengobatan berlangsung sampai pasien bisa sembuh dengan
total maka hal itu menjadi tanggung jawab dari sidukun patah akan kesembuhan
yang akan diterimah oleh pasien.
Setelah pasien sudah sembuh dan dapat menggerakkan tangannya serta
semua tulang sudah bersatu dengan baik maka keluarga pasien harus memberikan
sisa uang pembayaran dari yang tiga puluh persen diawalnya , dukun patah ini
menyebutkannya dengan tutup tawar atau menyelesaikan pengobatan yang sudah
berhasil disembuhkan.Bukan hanya proses penyembuhan dan pengobatan
terhadap pasien saja yang ada dan harus dilakukan sidukun patah tetapi juga
proses pemberian persembahan kepada leluhurnya yaitu yang biasa disebut
dengan Nini-bulang disuku karo. Pemberian persembahan ini seperti kewajiban
yang harus dijalankan oleh semua dukun patah Batuerdan sebagai ucapan
terimakasih mereka karena telah diberikan kelebihan yang luar biasa
dibandingkan dengan manusia lainnya. Jadi sidukun patah ini akan melakukan
persembahan ini setiap sekali dalam sebulan, dan dalam sebulan itu dukun patah
Batuerdan ini diwajibkan untuk erpangir (mandi membersihkan diri dengan
menggunakan jeruk purut yang diberikan oleh para pasien dan mengucapkan
terimakasih kepada alam semesta, seperti Tuhan, Dewa, dan Leluhur) ke sungai
atau dukun patah ini menyebutkannya dengan Laubelulus. Sambil berdoa kepada
Universitas Sumatera Utara
113
Sang Maha Cipta dan Nini-Bulang yang mereka percayai mereka akan melakukan
ritual erpangirnya disungai tersebut.
3. Melalui data yang diterima dari tiap informan, salah satu penyebab
munculnya keinginan untuk memanfaatkan pengobatan alternatif adalah
diakibatkan oleh pangalam negatif pada sistem pengobatan modern. Kunjungan
pengobatan yang dilakukan ternyata banyak yang tidak memuaskan si pasien.
Banyak penyakit yang mereka derita tidak menunjukkan kesembuhan maupun
perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diinginkan.
Pengalaman negatif dengan sistem pengobatan medis Kedokteran ini
sangat berpengaruh terhadap tindakan selanjutnya yang akan diambil oleh seorang
pasien. Bagaimana pun juga seorang yang menderita penyakit berussaha
memperoleh kesembuhan melalui kunjungannya ke dokter. Jika dokter tidak dapat
memberika kesembuhan maka hal itu akan membuka kemungkinan seorang
pasien untuk menghentikan pencarian pengobatan.
Semakin besar resiko yang dapat ditimbulkan penyakit maka akan dapat
memperbesar ancaman dari penyakit tersebut dan kemudian akan memperbesar
pula dorongan untuk melakukan tindakan penyembuhan. Dan ini yang
menyebabkan para informan lari dan mencari pengobatan alternatif yang masih
bersifat kuno atau tradisional.
Universitas Sumatera Utara
114
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Azwar dan T. Jacob (red).
(1992). Antropologi Kesehatan Indonesia; Pengobatan Tradisional. Jakarta:
Buku Kedokteran ECG.
Bogdan, R & Taylor Steven, J.
(1983). Kualitatif: Dasar-Dasar Penelitian (terjemahan). Judul Asli:
Introduction to Qualitative Research Methods. Surabaya: Usaha
Nasional
Bungin, M. Burhan.
(2007). Penelitiaan Kualitatif. Jakarta: Fajar Interpramata Offset.
Endraswara, Suwardi.
(2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Ideologi,
Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Foster, G.M. dan Anderson.
(1986). Antropologi Kesehatan. Terjemahan Priyanti pakan Surya Darma,
Meutia F,
Hatta Swarno. Jakarta: Universitas Indonesia.
Haviland. W. A.
(1988). Antropologi. Jakarta: Erlangga.
Kalangie, S. Nico.
(1994). Kebudayaan dan Kesehatan: Pengembangan Pelayanan Kesehatan
Primer Melalui Pendekatan Sosiobudaya. Jakarta: PT Kesaint
Blanc Indah Corp
Keesing, Roger M.
(1999). Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: PN
Balai Pustaka
Koentjaraningrat.
(1990), Pengantar Ilmu Antropologi Cetakan Ke-8. Jakarta. Pt Rineka
Cipta.
Lubis, Syahruddin.
(1995). Pengobatan tradisional Pada Masyarakat Pedesaan daerah
Sumatera Utara. Sumatera Utara: Departemen Pendidikan dan
kebudayaan.
Lukluk a, Zuyina. Siti Bandiyah.
Universitas Sumatera Utara
115
(2008). Psikologi Kesehatan. Mitra Cendikia Press, Yogyakarta.
Marimbi, H.
(2009). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Nuha Medika Yogyakarta.
Moleong, Lexy J.
(1989), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
Moleong, Lexy J.
(2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Notoatmodjo, S.
(2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sarwono,S.
(1997). Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Universitas Sumatera Utara