drying

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengeringan merupakan suatu proses penguapan cairan pada bahan baku basah dengan pemberian panas. Pengeringan adalah operasi penting dalam kimia pertanian, bioteknologi, makanan, polimer, keramik, farmasi, pulp dan kertas, pengolahan mineral dan industri pengolahan kayu. Pengeringan berbagai bahan baku diperlukan untuk satu atau beberapa alasan berikut: kebutuhan untuk mudah menangani padatan bebas-mengalir, pengawetan dan penyimpanan, penurunan biaya transportasi, mencapai mutu yang diinginkan produk, dll. Dalam banyak proses, pengeringan yang tidak benar dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kualitas produk dan karenanya produk tidak dapat dijual. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, telah dipilih metode pengeringan untuk proses pengambilan air dalam bahan padat. Pada percobaan ini akan diselidiki mengenai waktu pengeringan, menentukan critical moisture contentdan menentukan rak (tray) yang efektif. 1.3 Tujuan 1. Mampu menyebutkan dan menjelaskan cara kerja dari alat pengering. 2. Mampu menjelaskan variabel-variabel operasi dalam pengeringan. 3. Mampu mengoperasikan alat. 4. Mampu mengambil data-data percobaan secara jujur dan mengolahnya. 5. Dapat menentukan critical moisture content pada zat padat yang dikeringkan di dalam alat pengering.

Upload: ndwiandini

Post on 11-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pengeringan merupakan suatu proses penguapan cairan pada bahan baku

    basah dengan pemberian panas. Pengeringan adalah operasi penting dalam kimia

    pertanian, bioteknologi, makanan, polimer, keramik, farmasi, pulp dan kertas,

    pengolahan mineral dan industri pengolahan kayu. Pengeringan berbagai bahan baku

    diperlukan untuk satu atau beberapa alasan berikut: kebutuhan untuk mudah

    menangani padatan bebas-mengalir, pengawetan dan penyimpanan, penurunan biaya

    transportasi, mencapai mutu yang diinginkan produk, dll. Dalam banyak proses,

    pengeringan yang tidak benar dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kualitas

    produk dan karenanya produk tidak dapat dijual.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, telah dipilih metode pengeringan untuk proses

    pengambilan air dalam bahan padat. Pada percobaan ini akan diselidiki mengenai

    waktu pengeringan, menentukan critical moisture content dan menentukan rak

    (tray) yang efektif.

    1.3 Tujuan

    1. Mampu menyebutkan dan menjelaskan cara kerja dari alat pengering.

    2. Mampu menjelaskan variabel-variabel operasi dalam pengeringan.

    3. Mampu mengoperasikan alat.

    4. Mampu mengambil data-data percobaan secara jujur dan mengolahnya.

    5. Dapat menentukan critical moisture content pada zat padat yang dikeringkan

    di dalam alat pengering.

  • 2

    6. Membuat grafik antara moisture content zat padat dengan kecepatan

    pengeringan (drying rate dari zat yang dikeringkan).

    I.4 Manfaat

    1. Dapat mengetahui tray yang efektif pada pengering rak (tray dryer).

    2. Dapat mengetahui waktu dan temperatur pengeringan yang efisien.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengeringan

    Pengeringan adalah operasi yang sangat kompleks yang melibatkan

    perpindahan panas transien dan massa bersama dengan beberapa tingkat proses,

    seperti transformasi fisik atau kimia yang pada gilirannya dapat menyebabkan

    kualitas dalam produk serta mekanisme panas dan perpindahahan massa. Perubahan

    fisik yang mungkin terjadi meliputi penyusutan (shrinkage), penggembungan

    (puffing), kristalisasi, transisi kaca (glass transition). Dalam beberapa kasus,

    diinginkan atau tidak diinginkan reaksi kimia atau biokimia mungkin terjadi

    menyebabkan perubahan warna, tekstur, bau atau properti lain dari produk padatan.

    Dalam pembuatan katalis, misalnya kondisi pengeringan dapat menghasilkan

    perbedaan yang signifikan dalam aktivitas katalis dengan mengubah luas permukaan

    internal.

    Pengeringan terjadi dengan penguapan cairan dengan memberikan panas

    pada bahan baku basah. Seperti disebutkan sebelumnya, panas mungkin disediakan

    oleh konveksi (pengeringan langsung), dengan konduksi (kontak atau dengan

    pengeringan tidak langsung), radiasi atau volumetris dengan menempatkan bahan

    basah dalam bidang frekuensi mikro atau radio elektromagnetik. Lebih dari 85%

    pengeringan industri adalah jenis konvektif dengan udara panas atau gas pembakaran

    langsung dengan media pengeringan. Lebih dari 99% dari aplikasi melibatkan

    penghilangan air. Semua mode kecuali dielektrik (microwave dan frekuensi radio)

    memasok panas pada batas objek pengeringan sehingga panas harus berdifusi ke

    padat terutama oleh konduksi. Cairan harus berjalan ke batas materi sebelum

    diangkut pergi oleh gas pembawa (atau oleh aplikasi vakum untuk pengeringan non-

    konvektif)

  • 4

    Transportasi uap cair dalam padatan dapat terjadi oleh salah satu atau lebih

    dari mekanisme transfer massa berikut :

    - Difusi cair, jika padatan basah pada suhu di bawah titik didih cairan.

    - Difusi uap, jika cairan menguap dalam bahan.

    - Knudsen difusi, jika pegeringan dilakukan pada suhu dan tekanan yang sangat

    rendah, misalnya dalam pengeringan beku.

    - Difusi permukaan (mungkin walaupun tidak terbukti)

    - Perbedaan tekanan hidrostatik ketika laju penguapan interna lmelebihi laju

    transportasi uap melalui padatan ke lingkungan.

    - Kombinasi dari mekanisme di atas.

    2.2. Laju Pengeringan

    Berdasarkan pada pengeringan padatan basah pada kondisi pengeringan yang

    tetap. Dalam kasus yang paling umum, setelah periode awal penyesuaian, kadar air

    basis kering X menurun secara linier dengan waktu, seiring dengan dimulainya

    penguapan. Hal ini dilanjutkan dengan penurunan non-linier pada X hingga waktu

    tertentu, setelah selang waktu yang sangat lama, padatan mencapai keseimbangan

    kadar air, X* dan proses pengeringan pun berhenti. Kadar air bebas dapat

    didefinisikan sebagai :

    Xf= (X x*) (2.0)

    Penurunan laju pengeringan hingga nol pada Xf = 0

    N = (Ms/A) . (dX/dT) atau (Ms/A) . (dXf/dt) (2.1)

    Di bawah kondisi pengeringan konstan. Disini, N (Kg.m-2

    .h-1

    ) adalah laju

    penguapan air, A merupakan luas permukaan penguapan (mungkin berbeda dari luas

    perpindahan panas) dan Ms adalah massa padatan yang kering. Jika A tidak

    diketahui, maka laju pengeringan dapat dinyatakan dalam kg air yang diuapkan per

    jam.

    Hubungan N vs X (atau Xf) disebut kurva laju pengeringan. Kurva ini

  • 5

    diperoleh berdasarkan kondisi pengeringan yang konstant. Perlu diperhatikan dalam

    kondisi nyata, bahan yang kering pada umumnya dikontakkan pada kondisi

    pengeringan yang berubah (misalnya pada kecepatan relatif gas padat yang berbeda).

    Jadi perlu untuk mengembangkan metodologi untuk interpolasi atau eksploitasi data

    laju pengeringan yang umum yang menampilkan periode laju.

    Gambar 2.1. Kurva Batch pada Kondisi Pengeringan Konstan

    Gambar 2.1 menunjukkan kurva laju pengeringan eksternal, dimana N = Nc

    = konstan. Periode laju konstan diatur sepenuhnya oleh pemanasan eksternal dan

    perpindahan massa di sebuah film air pada permukaan penguapan. Periode

    pengeringan tidak dipengaruhi oleh jenis material yang sedang dikeringkan. Banyak

    makanan dan produk pertanian, bagaimanapun tidak menampilkan periode laju

    konstan sama sekali, karena laju perpindahan panas, internal dan massa menentukan

    laju alir menjadi terekspose ke permukaan penguapan.

    Nc

  • 6

    Pada periode pengeringan laju konstan, laju pengeringan tidak tergantung pada

    kandungan kebasahan. Selama periode ini, zat cair ini sedemikian basah sehingga

    terdapat suatu film kontinyu pada keseluruhan permukaan, dan air itu berperilaku

    seakan-akan tidak ada zat padat disitu. Jika zat padat itu tidak berpori, air yang keluar

    dalam periode ini terutama adalah air permukaan yang terdapat pada permukaan zat.

    Dalam zat padat berpori kebanyakan air yang dikeluarkan pada periode laju konstan

    berasal dari bagian dalam (interior) zat padat. Penguapan dari bahan berpori berlangsung

    menurut mekanisme yang sama seperti penguapan dari thermometer cembul basah pada

    dasarnya adalah suatu pengeringan laju konstan. Dalam keadaaan dimana tidak ada

    radiasi atau perpindahan kalor konduksi melalui kontak langsung dengan permukaan

    panas, suhu zat padat tersebut selama periode laju konstan adalah cembul basah udara.

    Selama periode laju konstan laju pengeringan persatuan luas Rc dapat ditaksir

    dengan ketelitian yang memadai dari korelasi-korelasi yang dikembangkan untuk

    evaporasi dari permukaan zat cair bebas. Perhitungan bisa didasarkan atas perpindahan

    massa persamaan 2.2 atau perpindahan kalor persamaan 2.3, sebagai berikut:

    mu = (2.2)

    m = (2.3)

    dimana: mu = luas penguapan

    A = luas permukaan

    hy = koefisien perpindahan kalor

    Mu = bobot molekul uap

    T = suhu gas

    Ti = suhu antarmuka

    y = fraksi mol

    yi = fraksi mol uap pada antarmuka

    Xi = kalor laten pada suhu Ti

  • 7

    Bila udara itu mengalir sejajar dengan permukaan zat padat, koefisien

    perpindahan kalor dapat ditaksir dengan dimensional.

    hy = 0,0128 G0,8

    (2.4)

    dimana: hy = koefisien perpindahan kalor

    G = kecepatan massa, lb/ft2

    .jam

    Bila aliran itu tegak lurus terhadap permukaan, persamaan itu adalah :

    hy = 0,37 G0,37

    (2.5)

    laju perpindahan konstan Rc adalah :

    Rc = Mv/A = hy(T-Ti) / (2.6)

    Dalam kebanyakan situasi ini sebagaimana disinggung terdahulu, suhu Ti dapat

    diandaikan sama dengan udara cembul basah. Bila radiasi dari lingkungan panas serta

    konduksi dari permukaan padat yang berada dengan kontak dengan bahan itu tidak dapat

    diabaikan, maka suhu pada antarmuka itu akan lebih besar dari suhu cembul basah,yi

    akan bertambah besar, dan laju pengeringan sesuai dengan persamaan 2.2 akan

    meningkat pula mengikutinya. Metode untuk menafsir efek-efek ini sudah ada.

    2.3 Sorption Isoterm

    Parameter yang menyatakan menyatakan berapa banyak air yang ada dalam suatu

    padatan adalah kadar uap air (X). Kadar uap air ini bisa dinyatakan dalam dua kondisi,

    yang pertama adalah kadar uap air basis kering (Xbk), merupakan rasio antar berat air

    dibagi dengan berat padatan kering adalah :

    (2.7)

    Bila kadar uap air dinyatakan dalam basis basah (Xbb) maka

    (2.8)

    Hubungan antara adalah

    (2.9)

  • 8

    Gambar 2.2. Kurva Sorption Isoterm

    2.4 Pengering Rak

    Sebuah contoh pengering tampak ditunjukkan pada gambar 2.3. Pengering ini

    terdiri dari sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi dua buah sisi mendukung rak-

    rak. Setiap rak mempunyai sejumlah talam dangkal, kira-kira 30 inchi2

    dan tebal 2

    sampai 6 inchi, yang penuh dengan bahan yang akan dikeringkan. Udara panas

    disirkulasikan pada kecepatan 7 sampai 15 ft/sekon diantara talam dengan bantuan kapas

    C dan motor D, mengalir melalui panas E. Sekat-sekat G membagikan udara itu secara

    seragam di atas susunan talam tadi. Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui

    pemasuk A. Rak-rak itu disusun di atas roda truck I, sehingga pada akhir siklus

    pengeringan truck itu dapat ditarik keluar dari kaar dan dibawa ke stasiun penumpahan

    talam.

    Pengeringan talam sangat bermanfaat bila laju produksi kecil. Alat ini dapat

    digunakan untuk mengeringkan segala macam bahan, tetapi karena memerlukan tenaga

    kerja pemuatan dan pengosongan, biaya operasinya agak mahal. Alat ini biasanya

    diterapkan untuk pengeringan bahan-bahan bernilai tinggi seperti zat warna dan zat

    farmasi. Pengeringan dengan sirkulasi udara menyilang lapisan zat padat biasanya

    lambat, dan siklus pengeringan pun panjang yaitu antara 4 sampai 48 jam per tumpak.

    Relative humidity (%)

    Mois

    ture

    conte

    nt (%

    )

    Adsorption

    Desorption

  • 9

    Gambar 2.3 Alat Pengering Rak

  • 10

    BAB III

    METODE PERCOBAAN

    3.1 Bahan danAlat

    a) Bahan

    Sampel (ditentukan saat pretest)

    b) Alat

    Pengering rak batch (tray batch dryer)

    Oven

    Timbangan

    Cawan porselen

    Stopwatch

    Pisau

    3.2 Variabel

    Variabel tetap : jenis sampel

    Variabel berubah : suhu, temperature, dan luas permukaan sampel

    3.3 Gambar alat utama

    Alat yang digunakan

    1. Alat pengering rak (tray dryer)

    2. Alat pemanas sebagai sumber udara panas (electrical heater)

    Kedua alat ini dihubungkan satu sama lain dengan pipa agar udara panas dapat

    masuk pada ruang tray dryer. Tray dryer terdiri dari 4 rak yang diisi zat padat yang

    akan dipanaskan dan diletakkan dalam ruang tray dryer tersebut. Alat tersebut

    sebagai berikut:

  • 11

    Gambar 3.1. Alat pengering rak (tray batch dryer)

    Perlengkapan lain yang dibutuhkan

    1. Timbangan yang teliti

    2. Krus porselen lengkap dengan tutup

    3. Sendok pengambilan sampel

    4. Oven atau furnace untuk penguapan

    3.5 Respon

    Suhu dan bahan yang digunakan

    3.6 Data yang diperlukan

    Massa bahan

    3.7 Prosedur percobaan

    Pengeringan pada Pengering Rak (Tray Batch Dryer)

    1. Siapkan bahan yang akan dikeringkan.

    2. Siapkan alat pengering rak (tray batch dryer) dan atur suhu hingga konstan pada

    suhu yang telah ditentukan.

    3. Pengisian bahan ke dalam rak dengan susunan potongan 4x4 buah.

  • 12

    4. Operasi pengeringan dilakukan dengan menimbang sampel pada tiap rak untuk

    memperkirakan jumlah air yang menguap setiap interval waktu 5 menit selama

    45 menit. Pada saat bahan dikeluarkan dari alat tray dryer dan ditimbang,

    stopwatch dihentikan dan dihidupkan kembali saat bahan dimasukan kembali ke

    alat tray dryer.

    5. Setelah selesai, hasil percobaan dianalisa dan diambil kesimpulan.

    Analisa Kadar Air

    1. Menimbang 20 gram bahan yang akan dianalisa sebelum proses pengeringan.

    2. Memasukkan bahan ke dalam cawan porselen, lalu cawan beserta bahan

    dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1100C sampai kering lalu ditimbang.

    3. Hitung selisih berat bahan awal dan akhir serta didapat kadar air.

    Tabel 3.1. Format tabel hubungan Drying time (hour) dengan Total moisture

    content (lb)

    No Drying time (hour) Total moisture content (lb)

    4. Membuat tabel waktu, moisture rata-rata dalam kecepatan pengeringan.

    Tabel 3.2. Format tabel hubungan Waktu, kandungan air rata-rata dan drying rate

    No Waktu Kandungan air rata-rata(lb/lb) Drying rate(lb/hour.ft

    3)

    5. Dari hasil pengolahan data diatas, kemudian digambarkan grafik hubungan antara

    drying rate dengan moisture content.

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    Badger, W.L.and Banchero, J.T. Introduction to chemical engineering. Treyball. R.E.

    Mass transfer operation.

    Tatang, Hidayat dkk. 1991. Pengeringan lada hitam dengan alat pengering tipe bak.

    Balai

    Harianto dan Tazwir. 2008. Studi teknik pengeringan gelatin ikan dengan alat

    pengering kabinet. Badan Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan

    Perikanan.

    Meria, Ekadan Nazripah. 2010. Drying equipment : try dryer, spray dryer dan drum

    dryer.