dr yefta_luka bakar organisasi manajemen

30
Organisasi Manajemen Luka Bakar 2005

Upload: hendry-susanto

Post on 05-Sep-2015

25 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

luka bakar

TRANSCRIPT

  • Organisasi

    Manajemen Luka Bakar

    2005

  • Diterbitkan oleh Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia

    Dilarang memperbanyak tanpa izin.

  • i

    Daftar isi

    Halaman Daftar isi i Sambutan Ketua Harian Asosiasi Luka Bakar Indonesia ii Pengantar iii 1 Organisasi Manajemen Luka Bakar 1 2 Manajemen Luka Bakar akut 4 3 Kelengkapan Burn Center dan Burn Unit 9 4 Verifikasi Unit dan Sentrum Luka Bakar 16 5 Asosiasi Luka Bakar Indonesia 19

  • ii

  • iii

    Pengantar

    Dalam upaya menurunkan mortalitas luka bakar diperlukan suatu pengorganisasian komprehensif dan terpadu. Hal ini diyakini merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan, dan harus dipahami oleh setiap penyelenggara.

    Dalam buku ini diuraikan segala permasalahan dalam pengorganisasian manajemen luka bakar, bertujuan menyampaikan informasi kepada para penyelenggara sehingga diperoleh persepsi yang sama dalam pengorganisasian.

    Buku ini melengkapi Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Luka Bakar dan Resusitasi: dasar-dasar Manajemen Luka Bakar yang dipublikasi oleh Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia. Semoga bermanfaat. Jakarta, Februari 2005. Penyusun

  • 1

    Organisasi Manajemen Luka Bakar Pendahuluan

    Untuk memperoleh perbaikan mutu pelayanan luka bakar, khususnya menurunkan angka mortalitas diperlukan keseragaman organisasi manajemen luka bakar. Dengan visi dan pola organisasi yang seragam ini, dalam waktu dekat (

  • 2

    Nekrotomi (debridement) merupakan prosedur operatif yang dikerjakan segera setelah kondisi hemodinamik stabil (pada hari ketiga-empat) melalui prosedur eksisi tangensial; terbukti memperbaiki angka ketahanan hidup (survival rate). Tindakan ini terbaik bila segera diikuti oleh penutupan luka.

    Proses penutupan luka (epitelisasi) dapat terjadi secara spontan (pada luka bakar dangkal) maupun memerlukan penutupan melalui prosedur skin graft (sebaik-baiknya penutup luka adalah kulit) yang merupakan tindakan definitif pada luka bakar dalam. Namun bila dijumpai keterbatasan donor, beberapa alterantif dapat diterapkan untuk tujuan ini, antara lain penggunaan allograft, penutup biologis (biological dressing), serta beberapa metode yang menerapkan teknologi canggih terkini yaitu pengembang-biakan epitel (cultured epithelial autograft, CEA) dan komponen kulit (dermis) atau beragam pembalut sintetik (synthetical dressing).

    Rehabilitate

    Proses ini dimulai seawal mungkin, saat penderita masuk. Proses rehabilitasi mencakup suatu pengertian luas, yaitu rehabiltasi sistim pernafasan (penting pada fase akut), mencegah terjadinya penyulit luka bakar khususnya berkenaan dengan fungsi bagian tubuh tertentu dan rehabilitasi sosial. Karena menyangkut rehabilitasi sosial, proses rehabilitasi baru selesai bukan saja pada saat penderita dapat menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari tetapi lebih jauh sampai dengan penderita kembali bekerja. Reconstruct

    Parut akibat luka bakar seringkali memerlukan prosedur reparasi baik melalui intervensi bedah maupun non bedah, baik untuk tujuan perbaikan fungsi maupun penampilan.

    Review

    Tindak lanjut jangka pendek, menegah maupun jangka panjang merupakan upaya optimalisasi manajemen baik bagi organisasi maupun penderitanya.

    Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebagai pola dalam organisasi

    manajemen luka bakar, antara lain kuantifikasi luka bakar dan kategori fasilitas pelayanan. Kuantifikasi Luka Bakar

    Dalam mengorganisasi manajemen, luka bakar merupakan suatu entitas bentuk cedera yang sangat sulit dikuantifikasi; dengan sendirinya manajemen luka bakar menjadi demikian beragam. Kesepakatan yang dianut saat ini sangat lemah untuk mendefinisikan berat-ringannya luka bakar sehingga sangat sulit membuat batasan-batasan klinik dalam penyusunan protokol tatalaksana, organisasi dan manajemen luka bakar.

    Kesepakatan yang dianut sampai saat ini untuk menggambarkan berat-ringannya luka bakar adalah luas permukaan tubuh terkena (Total Body Surface Area, TBSA) yang dihitung berdasarkan persentasi (Rule of Nine dari Wallace). Namun, ternyata masih banyak faktor lain yang berperan dalam menentukan berat-ringannya luka bakar, misalnya usia, ada/tidaknya cedera inhalasi, dsb. Misalnya, meskipun luas luka bakar hanya mencakup 7-10% namun mencederai muka dan disertai cedera inhalasi; kasus ini memerlukan manajemen saluran nafas, perawatan intensif dan memiliki resiko angka mortalitas tinggi.

  • 3

    Ada faktor-faktor yang menjadi predisposisi timbulnya komplikasi luka bakar baik yang dapat maupun tidak dapat diprediksi; faktor-faktor ini bila terpapar pada faktor pemicu (faktor presipitasi) yang sangat umum dijumpai pada luka bakar (misalnya syok, jaringan nekrosis, dsb) akan menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks dan seringkali berakhir dengan kematian. Luka bakar yang terjadi pada kelompok dengan faktor predisposisi merupakan kasus luka bakar beresiko tinggi dan masuk ke dalam klasifikasi luka bakar berat yang harus mendapat perhatian khusus sejak awal. Kategori luka bakar 1 Luka bakar berat / kritis (major burn)

    a. Derajat II-III >20% pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun

    b. Derajat II-III >25% pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama. c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki dan perineum d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas

    luka bakar e. Luka bakar listrik tegangan tinggi f. Disertai trauma lainnya g. Pasien-pasien dengan risiko tinggi

    2 Luka bakar sedang (moderate burn)

    a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat tiga kurang dari 10%

    b. Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia 40 tahun, dengan luka bakar derajat tiga kurang dari 10%

    c. Luka bakar dengan derajat tiga

  • 4

    Manajemen Luka Bakar Akut Manajemen luka bakar dimulai segera setelah terjadinya suatu cedera termis. Untuk luka bakar ringan dapat dilaksanakan di Pusat Kesehatan Masyarakat atau klinik-klinik yang dilayani oleh dokter umum dan atau paramedik (perawat, bidan, dsb). Untuk kondisi khusus (misalnya luka bakar mengenai muka dan atau tangan, dapat dirujuk ke tenaga spesialis). Untuk luka bakar sedang-berat, manajemen luka bakar dibedakan atas beberapa tahap:

    1. Pra Rumah Sakit (pre-hospital) 2. Penatalaksanaan di Rumah Sakit (in-hospital)

    Kedua jenis manajemen (pra rumah sakit dan di rumah sakit) ini mengikuti protokol penatalaksanaan yang disusun oleh Asosiasi Luka Bakar Indonesia (ALBI), yaitu Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Luka Bakar. Penatalaksanaan Pra Rumah Sakit

    Penatalaksanaan pra rumah sakit terdiri dari 3 (tiga) tahap pertama manajemen luka bakar, yaitu rescue, resuscitate dan retrieve. Penatalaksanaannya dikaitkan dengan melibatkan masyarakat awam, petugas pemadam kebakaran, kepolisian dan ambulans 118. Koordinasi diperlukan antara beberapa sektor ini sangat diperlukan khususnya pada kasus yang melibatkan sejumlah penderita (manajemen disaster ). Penatalaksanaan tahap ini mengacu pada permasalahan akut yang terjadi pada luka bakar, dan memerlukan keseragaman penatalaksanaan sebagaimana diterapkan dalam Advanced Burn Life Support (ABLS) dan Pre Hospital Burn Life Support (PHBLS) yang hampir sama dengan Advanced Trauma Life Support (ATLS) dan Pre Hospital Trauma Life Support (PHTLS) khusus untuk para tenaga medik dan Basic Life Support (BLS) untuk masyarakat awam. Telah terbukti, melalui keseragaman penatalaksanaan ini angka mortalitas luka bakar dapat diturunkan secara bermakna. Penatalaksanaan di Rumah Sakit (Rujukan)

    Ada beberapa kategori fasilitas pelayanan luka bakar, yaitu Sentrum Luka Bakar

    (Bunr Center), Unit Luka Bakar (Burn Unit) dan Ruang rawat Luka Bakar (Burn Ward); berkaitan dengan kapasitas dan fungsi sebagaimana diuraikan dalam tabel 1 pada halaman 4.

    Burn Ward

    Suatu unit perawatan Luka Bakar yang merupakan bagian dari instalasi perawatan bedah / trauma (di satu lantai atau satu bangunan). Burn Ward merupakan satu atau beberapa ruang tersendiri yang memang diperlukan dalam perawatan (dibedakan dengan kasus-kasus bedah / trauma lainnya), namun tidak memerlukan perawatan dan pengawasan intensif. Di ruang ini dirawat kasus-kasus luka bakar kategori sedang, non kritis, atau kasus-kasus lepas dari fase kritis yang masih memerlukan perawatan lanjutan.

  • 5

    Tim Terpadu multidisipliner berkunjung secara periodik, namun tidak perlu selalu berada di tempat. Perawat bedah dapat melakukan fungsi perawatan, tidak harus seorang perawat khusus luka bakar. Bila memerlukan prosedur pembedahan, tindakan tersebut dapat dilakukan di unit luka bakar (bila ada) atau instalasi bedah pusat yang ada di rumah sakit bersangkutan. Burn Unit

    Suatu unit perawatan khusus Luka Bakar yang merupakan suatu instalasi tersendiri (dibedakan dengan unit perawatan bedah / trauma lainnya). Burn Unit terdiri dari ruang perawatan dan pengawasan intensif, semi-intensif (high-care) dan non-intensif. Di ruang ini dirawat kasus-kasus luka bakar kategori sedang-berat, perawatan kritis, atau kasus-kasus baru.

    Tim Terpadu multidisipliner bertugas di tempat dibantu perawat khusus luka bakar, perawat intensif, perawat rehabilitatif dan perawat gizi. Bila memerlukan prosedur pembedahan, tindakan tersebut dilakukan di ruang operasi yang berada di dalam unit luka bakar. Dalam organisasi penyelengaraan fungsi pelayanan ini, Burn Unit berada di bawah Bagian / Departemen Bedah sebagai suatu unit pelayanan fungsional. Burn Center

    Pada prinsipnya tidak berbeda dengan suatu Burn Unit. Burn Center dikaitkan dengan fungsinya sebagai pusat referal tingkat pertama, pembinaan beberapa burn unit dan dikaitkan dengan fungsi pendidikan khusus di bidang luka bakar (baik untuk tenaga medik dan paramedik). Untuk fungsi ini, organisasi Burn Center harus merupakan suatu bentuk instalasi mandiri yang memiliki otonomi, langsung berada di bawah pengawasan Kepala (Direktur) Rumah Sakit dan tidak berada di bawah Bagian / Departemen Bedah. Saat ini, di Indonesia hanya ada dua buah Burn Center, yaitu Burn Center RSUPN dr Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Burn Center RSUD dr Sutomo Surabaya.

    Krtiteria rawat 1. Indikasi rawat

    o Kasus LB derajat II >15% pada dewasa, >10% pada anak-anak o Kasus LB derajat II pada muka, tangan dan kaki, perineum, sendi o Kasus LB derajat III >2% pada dewasa, setiap derajat III pada anak-anak o Kasus LB disebabkan listrik, disertai cedera jalan nafas atau komplikasi lain

    2. Ruang perawatan

    o Intensive Care Unit (ICU) o Unit luka bakar (perawatan semi intensif) o Ruang rawat luka bakar (burn ward) o Ruang rawat bedah (surgical ward)

    3. Lama perawatan

    o ICU Selama memerlukan perawatan intensif dikaitkan dengan penggunaan ventilator dan monitoring ketat

    o Unit luka bakar Selama fase syok dan fase setelah syok sampai dengan 21-32 hari

  • 6

    o Ruang rawat luka bakar (burn ward) Indikasi rawat di Unit luka bakar tidak lagi ada - Perawatan luka, baik secara konservatif maupun operatif >21hari

    o Ruang rawat bedah (surgical ward) Perawatan penyulit seperti kontraktur, keloid, dsb

    Referal Penderita luka bakar dirujuk bila memenuhi kriteria sebagaimana diuraikan di bawah ini.

    1. Kriteria penderita dan jenis cedera a. Kategori luka bakar sedang sampai dengan berat di rawat di Burn

    Center atau Burn Unit b. Kategori luka bakar ringan dapat dirawat di Burn Ward dan atau

    surgical ward 2. Keterbatasan sarana dan prasarana 3. Keterbatasan kompetensi

    Mekanisme rujukan

    Penderita dirujuk ke suatu fasilitas pelayanan khusus luka bakar (burn center atau burn unit):

    1. Telah dilakukan resusitasi saluran nafas, mekanisme bernafas dan sirkulasi sebagaimana dijelaskan pada Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Luka Bakar

    2. Kondisi sistim respirasi dan hemodinamik stabil 3. Sebelum melakukan rujukan, petugas medik yang melakukan resusitasi

    menghubungi Burn Center / Burn Unit yang menjadi tujuan rujukan baik menggunakan telefon maupun e mail

    4. Memberikan keterangan klinik (resume) yang memuat informasi: a. Saat kejadian cedera dan saat pertama kali ditolong b. Kondisi penderita dimulai saat triase c. Resusitasi yang dilakukan (termasuk intubasi / krikotiroidotomiserta

    tindakan lainnya), resusitasi cairan (dengan mencantumkan jenis dan jumlah cairan yang telah diberikan) dan tindakan pertolongan lain yang telah dilakukan

    d. Respons dari tindakan resusitasi 5. Menggunakan sarana transportasi yang memenuhi syarat (dilengkapi dengan

    sarana dan prasarana gawat darurat): Ambulans 118 6. Diantar oleh tenaga medik (dokter) dan paramedik (perawat)

  • 7

    Tabel 1. Kategori Fasilitas Perawatan Luka Bakar

    I t e m Burn Center Burn Unit Burn Ward 1 Sarana dan prasarana`` - Ruang resusitasi

    - Ruang perawatan intensif dilengkapi dengan ventilator, alat monitor, suction dan sarana perawatan intensif sesuai standar ICU

    - Ruang perawatan semi-intensif (high-care) dengan sarana sesuai standar ICU

    - Ruang perawatan: Dewasa (pria, wanita) dan anak

    - Ruang Operasi dan ruang tindakan minor

    - Ruang Rehabilitasi - Ruang disposal dan utility - Nurse station - Ruang Dokter Jaga dan perawat jaga - Sarana komunikasi (telefon, faks,

    internet)

    - Ruang resusitasi - Ruang perawatan intensif dilengkapi

    dengan ventilator, alat monitor, suction dan sarana perawatan intensif sesuai standar ICU

    - Ruang perawatan semi-intensif (high-care) dengan sarana sesuai standar ICU

    - Ruang perawatan: Dewasa (pria, wanita) dan anak

    - Ruang Operasi dan ruang tindakan minor

    - Ruang Rehabilitasi - Ruang disposal dan utility - Nurse station - Ruang Dokter Jaga dan perawat jaga - Sarana komunikasi (telefon, faks,

    internet)

    - Ruang resusitasi di instalasi gawat darurat

    - Ruang perawatan intensif di fasilitas ICU yang tersedia di RS

    - Ruang perawatan semi-intensif (high-care) di fasilitas yang tersedia di RS

    - Ruang perawatan: Dewasa (pria, wanita) dan anak

    - Ruang Operasi di instalasi / sarana bedah yang disediakan RS

    - Lain-lain mengikuti ketentuan unit perawatan bedah / perawatan umum yang ditentukan pihak penyelenggara RS

    2 Sumber Daya Manusia a. Tenaga Medik - Tim Terpadu multidisipliner, terdiri

    dari: a. Spesialis Bedah Plastik b. Spesialis Bedah c. Spesialis Anestesi dan

    perawatan intensif d. Spesialis Gizi e. Spesialis Rehabilitasi Medik f. Spesialis Pulmonologi g. Spesialis Nefrologi h. Spesialis Kesehatan Jiwa i. Spesialis Kesehatan Anak j. Dsb.

    - Tim ini merupakan sdm dari unit

    - Tim Terpadu multidisipliner, terdiri dari: a. Spesialis Bedah Plastik b. Spesialis Bedah c. Spesialis Anestesi dan

    perawatan intensif d. Spesialis Gizi e. Spesialis Rehabilitasi Medik f. Spesialis Pulmonologi g. Spesialis Nefrologi h. Spesialis Kesehatan Jiwa i. Spesialis Kesehatan Anak j. Dsb.

    - Tim ini merupakan sdm dari bagian / departemen masing-masing disiplin ilmu terakit

    - Tim Terpadu multidisipliner, terdiri dari: a. Spesialis Bedah Plastik b. Spesialis Bedah c. Spesialis Anestesi dan

    perawatan intensif d. Spesialis Gizi e. Spesialis Rehabilitasi Medik f. Spesialis Pulmonologi g. Spesialis Nefrologi h. Spesialis Kesehatan Jiwa i. Spesialis Kesehatan Anak j. Dsb.

    - Tim ini merupakan sdm dari bagian / departemen masing-masing disiplin ilmu terakit

    b. Tenaga paramedik - Perawat luka bakar - Perawat anestesi dan intensif

    - Perawat luka bakar - Perawat anestesi dan intensif

    - Perawat bedah - Perawat rehabilitasi medik

  • 8

    - Perawat rehabilitasi medik - Perawat gizi - dsb

    - Perawat rehabilitasi medik - Perawat gizi - dsb

    3 Manajemen Merupakan suatu unit fungsional yang memiliki organisasi tersendiri, bersifat independent (tidak merupakan unit / bagian dari suatu bagian / departemen medik tertentu), memiliki otonomi, berada langsung di bawah direktur RS

    Merupakan suatu unit fungsional dari suatu bagian / departemen bedah.

    Merupakan bagian dari unit perawatan bedah.

    4 Pendanaan Otonomi, mandiri Mengikuti kebijakan bagian / departemen Mengikuti kebijakan bagian / departemen 5 Fungsi 1. Pelayanan

    - Kasus LB kategori berat / khusus

    Pelayanan - Kasus LB kategori sedang-berat

    Pelayanan

    2. Pendidikan - Khusus Luka Bakar - Membina Unit-unit Luka Bakar

    di sekitar (regional)

    3. Penelitian

  • 9

    Kelengkapan Burn Center dan Burn Unit Suatu Burn Center dan atau Burn Unit memiliki kelengkapan sarana dan prasarana khusus serta sumber daya manusia yang memenuhi persyaratan. 1. Sarana dan prasarana

    Sarana dan prasarana suatu Burn Center tidak berbeda dengan suatu Burn Unit. Suatu Burn Center dan atau Burn Center merupakan suatu area yang terdiri dari beberapa ruangan: Tabel 2. Sarana dan Prasarana Perawatan Luka Bakar

    Burn Center Burn Unit Burn Ward Lokasi Terisolasi Terisolasi; berdekatan dengan

    ruang ICU dan ruang operasi. Terpisah dengan rawat bedah lainnya

    Ruangan Terdiri dari: 1. R. Admisi 2. R. Resusitasi 3. R. ICU 4. R. HCU (semi-intensif) 5. R. Operasi 6. R. Perawatan 7. R. Dokter Jaga 8. R. Perawat Jaga 9. R. Tunggu 10. R. Administrasi / tata-usaha

    / perkantoran Catatan: Ruang rawat intensif (ICU)

    dengan kapasitas minimal 2 tempat tidur, mengacu pada standar pelayanan ICU

    Ruang rawat semi intensif dengan kapasitas minimal 2 tempat tidur**)

    Ruang rawat biasa dengan kapasitas minimal 12 tempat tidur**)

    **) pasien pria, wanita dan anak-anak ditempatkan dalam ruangan terpisah

    Ruang 1-8 berada dalam

    suatu area dengan lingkungan steril, sementara ruang 9-10 berada di luar lingkungan steril

    Terdiri dari: 1. R. Admisi 2. R. Resusitasi 3. R. ICU 4. R. HCU (semi-intensif) 5. R. Operasi 6. R. Perawatan 7. R. Dokter Jaga 8. R. Perawat Jaga 9. R. Tunggu 10. R. Administrasi / tata-usaha

    / perkantoran Catatan: Ruang rawat semi intensif

    dengan kapasitas minimal 2 tempat tidur**)

    Ruang rawat biasa dengan kapasitas minimal 8 tempat tidur**)

    **) pasien pria, wanita dan anak-anak ditempatkan dalam ruangan terpisah

    Ruang 1-8 berada dalam

    suatu area dengan lingkungan steril, sementara ruang 9-10 berada di luar lingkungan steril

    Terdiri dari: R. Perawatan khusus Catatan: - Ruang rawat biasa dengan

    kapasitas minimal 6 tempat tidur**)

    **) pasien pria, wanita dan anak-anak ditempatkan dalam ruangan terpisah

  • 10

    Bangunan 1. Dilengkapi faslitas: - Ventilasi udara dengan

    exhausts fan - pemenuhan kebutuhan

    air bersih - sistim / jaringan listrik

    PLN dengan cadangan generator set

    - perlindungan terhadap bahaya api

    - sarana komunikasi - bakteriologis - sistim distribusi oksigen

    2. Dinding dan lantai mudah dibersihkan

    3. Mempunyai sarana ruang penyimpanan alat

    4. Memiliki pantry sesuai standar medik

    5. Mempunyai sarana ruang penampungan alat kotor

    6. Mempunyai sarana pem-buangan sampah medis maupun non medis

    7. Mempunyai sarana pem-buangan limbah

    1. Dilengkapi faslitas: - Ventilasi udara dengan

    exhausts fan - pemenuhan kebutuhan

    air bersih - sistim / jaringan listrik

    PLN dengan cadangan generator set

    - perlindungan terhadap bahaya api

    - sarana komunikasi - bakteriologis - sistim distribusi oksigen

    2. Dinding dan lantai mudah dibersihkan

    3. Mempunyai sarana ruang penyimpanan alat

    4. Memiliki pantry sesuai standar medik

    5. Mempunyai sarana ruang penampungan alat kotor

    6. Mempunyai sarana pem-buangan sampah medis maupun non medis

    7. Mempunyai sarana pem-buangan limbah

    1. Dilengkapi faslitas: - Ventilasi udara dan

    cahaya matahari - pemenuhan kebutuhan

    air bersih - sistim / jaringan listrik

    PLN - perlindungan terhadap

    bahaya api - sarana komunikasi

    2. Dinding dan lantai mudah dibersihkan

    3. Mempunyai sarana ruang penyimpanan alat

    4. Mempunyai sarana ruang penampungan alat kotor

    5. Mempunyai sarana pem-buangan sampah medis maupun non medis

    6. Mempunyai sarana pem-buangan limbah

    Tabel 3. Peralatan Medik / non medik untuk Perawatan Luka Bakar

    Burn Center Burn Unit Burn Ward Jenis Jml Jenis Jml Jenis Jml

    *** Komunikasi 1. Telepon 2. Faksimili 3. Internet

    >1 line >1bh

    *** Komunikasi 1. Telepon 2. Faksimile 3. Internet

    1 line 1 bh

    ***Komunikasi Telepon

    1 line

    Non

    med

    is

    * Transportasi 1. Ambulan 2. Mobil jenazah

    >1 bh >1 bh

    * Transportasi 1. Ambulan 2. Mobil jenazah

    1 bh 1 bh

    *Transportasi 1. Ambulan 2. Mobil Jenazah

    1 bh 1 bh

    * Umum 1. Set minor surgery 2. Tensimeter 3. Stetoskop 4. Termometer 5. Tempat tidur 6. Lemari alat 7. Lemari obat 8. Lemari linen 9. Trolley

    emergensi 10. Tiang infus

    10 set 20 bh 20 bh 20 bh 20 bh 5 bh 5 bh 5 bh 5 bh 22 bh

    * Umum 1. Set minor surgery 2. Tensimeter 3. Stetoskop 4. Termometer 5. Tempat tidur 6. Lemari alat 7. Lemari obat 8. Lemari linen 9. Trolley emergensi 10. Tiang infus

    > 5set 10 bh 10 bh 10 bh 10 bh 4 bh 4 bh 4 bh 4 bh 12 bh

    *Umum 1. Set minor surgery 2. Tensimeter 3. Stetoskop 4. Termometer 5. Tempat tidur 6. Lemari alat 7. Lemari obat 8. Lemari linen 9. Trolley emergensi 10. Tiang infus

    2 set 3 bh 3 bh 6 bh 6 bh 3 bh 3 bh 3 bh 3 bh 8 bh

    Pera

    latan

    med

    is (d

    ewas

    a dan

    anak

    )

    * Khusus 1. Alat-alat untuk

    ruang ICU meng-acu pada standar pelayanan ICU

    >2set

    * Khusus 1. Alat-alat untuk

    ruang semi-intensif mengacu pada standar pelayanan

    2 set

    * Khusus 1. Set Infus 2. Jarum Infus 3. Cairan Infus:

    a. RL,

    2XTT 5XTT

  • 11

    2. Alat-alat untuk ru-ang operasi me-ngacu pada stan-dar pelayanan o-perasi

    3. Laringoskop 4. Pipa endotrakeal

    berbagai ukuran lengkap dengan mandren

    5. Set trakeostomi 6. Kanul trakeo-

    stomi 7. Klem magil 8. Alat penghisap

    sekret 9. Nebulizer set 10. Pipa nasogastrik 11. Set Infus 12. Jarum Infus 13. Pompa infus

    (syringe-pump) 14. Cairan infus:

    a. RL b. Nacl 0,9% c. Nacl 3% d. Glukosa 5% e. Glukosa

    10% f. Mannitol g. HES h. Albumin

    15. Set vena seksi lengkap dengan benang bedah 4.0

    16. CVP set 17. Kateter Folley

    dengan kantung urin

    18. Lemari pengha-ngat cairan

    19. Sterilisator kecil 20. Monitor EKG 21. Defibrilator 22. Set ganti balutan 23. Tulle 24. Kassa adsorben 25. Kassa gulung 26. Plaster

    >2set >2 bh >10bh >2 bh > 5 bh >1 bh >4 bh >4 bh >10bh 2XTT 5XTT 6 bh >2 set >10bh 2XTT 1buah 2 bh 8 bh 2 set = TT

    ICU 2. Laringoskop 3. Pipa endotrakeal

    berbagai ukuran lengkap dengan mandren

    4. Set trakeostomi 5. Kanul trakeostomi 6. Klem magil 7. Alat penghisap

    sekret 8. Nebulizer set 9. Pipa nasogastrik 10. Set Infus 11. Jarum Infus 12. Pompa infus

    (syringe-pump) 13. Cairan infus:

    a. RL b. Nacl 0,9% c. Nacl 3% d. Glukosa 5% e. Glukosa 10% f. Mannitol g. HES h. Albumin

    14. Set vena seksi lengkap dengan benang bedah 4.0

    15. CVP set 16. Kateter Folley

    dengan kantung urin

    17. Lemari pengha-ngat cairan

    18. Sterilisator kecil 19. Monitor EKG 20. Minor surgery 21. Set ganti balutan 22. Tulle 23. Kassa adsorben 24. Kassa gulung 25. Plaster

    2set >10 bh >2 set > 5 bh > 2 set 2 buah >10 bh 2XTT 5XTT >2 bh >1 set > 4 set 2XTT 1buah 1buah 1buah 3 set = TT

    b. Nacl 0,9% c. Glukosa 5% d. Glukosa 10%

    4. Lemari penghangat cairan infus

    5. Set vena seksi lengkap dengan benang bedah 4.0

    6. Kateter Folley dengan kantung urin

    7. Pipa nasogastrik 8. Set ganti balutan 9. Tulle 10. Kassa adsorben 11. Kassa gulung 12. Plaster

    1 bh 2 set 2XTT 2XTT = TT

    Obat Obat-obat pada

    trolley: 1. Adrenalin 2. Lidokain 2% 3. Sulfas atropin

    Obat-obat pada trolley: 1. Adrenalin 2. Lidokain 2% 3. Sulfas atropine 4. Bronkodilator

    *Obat-obat pada trolley: 1. Adrenalin 2. Lidokain 2% 3. Sulfas atropine 4. Bronkodilator

  • 12

    4. Bronkodilator 5. Vasoaktif

    (dolbultamine) 6. Bicarbonas

    natricus 7. Analgetik:

    a. Narkotik b. Non-narkotik

    Obat obat

    untuk ruang ICU Obat-obat untuk

    ruang operasi

    5. Vasoaktif (dolbutamine)

    6. Bicarbonas natricus 7. Analgetik:

    a. Narkotik b. Non-narkotik

    5. Bicarbonas natricus

    6. Analgetik non narkotik

    2. Sumber daya manusia

    Tenaga yang harus ada dalam penyelenggaraan pelayanan luka bakar diuraikan sebagai berikut. Tabel 4. Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Pelayanan Luka Bakar

    Burn Center Burn Unit Burn Ward 1. Penanggung jawab

    - Dokter spesialis bedah plastik atau

    - Kepala ICU Syarat:

    - Telah mengikuti kursus Advance Trauma Life Support (ATLS),

    - Telah mengikuti kursus Definitive Surgical Trauma Care (DSTC),

    - Memiliki majoring dalam Bedah Luka Bakar dan telah bekerja minimal 5 (lima) tahun.

    - Dokter spesialis bedah plastik atau

    - Dokter spesialis bedah (umum).

    Syarat: - Telah mengikuti

    kursus: Advance Trauma Life Support (ATLS),

    - Telah mengikuti kursus Definitive Surgical Trauma Care (DSTC),

    - telah mengikuti kursus/ pelatihan tata laksana luka bakar

    Dokter spesialis bedah (umum). Syarat:

    - Telah mengikuti kursus: Advance Trauma Life Support (ATLS),

    - Telah mengikuti kursus Definitive Surgical Trauma Care (DSTC),

    - telah mengikuti kursus/ pelatihan tata laksana luka bakar

    Jumlah 1 orang. 1 orang. 1 orang. Waktu bertugas Jam kerja. Jam kerja. Jam kerja. Rincian tugas - Melakukan koordi-

    nasi pelayanan luka bakar dan memas-tikan pelayanan ber-jalan sesuai dengan protokol penatalak-sanaan

    - Menyelenggarakan pendidikan dan pe-latihan penatalaksa-naan luka bakar bagi: Tenaga medik

    strata satu dan

    Melakukan koordinasi pelayanan luka bakar dan memastikan pelayanan berjalan sesuai dengan protokol penatalaksanaan

    Melakukan koordinasi pelayanan luka bakar dan memastikan pelayanan berjalan sesuai dengan protokol penatalaksanaan

  • 13

    dua Tenaga para-

    medik Awam

    2. Tim Medik 2.1. Spesialis bedah Dokter spesialis bedah

    plastik dan dokter spesialis bedah (umum) yang telah mengikuti kur-sus/pelatihan tatalaksana luka bakar.

    Dokter spesialis bedah plastik atau dokter spesialis bedah (umum) yang telah mengikuti kursus/pelatihan tatalak-sana luka bakar.

    Dokter spesialis bedah plastik atau dokter spesialis bedah umum yang telah mengikuti kursus/pelatihan tatalak-sana luka bakar.

    Jumlah Minimal 2 orang. Minimal 2 orang. Minimal 1 orang. Waktu bertugas - Jam kerja

    - Dinas Jaga / on call - Jam kerja - Dinas Jaga / on call

    Jam kerja / on call

    Rincian tugas Melakukan pelayanan penatalaksanaan kasus luka bakar

    Melakukan pelayanan penatalaksanaan kasus luka bakar

    Melakukan pelayanan perawatan kasus luka bakar

    2.2. Spesialis Anestesi dan pe-rawatan intensif

    Dokter spesialis anestesi dan perawatan intensif yang telah mengikuti kur-sus/pelatihan tata laksana luka bakar.

    Dokter spesialis anestesi dan perawatan intensif yang telah mengikuti kur-sus/pelatihan tata laksana luka bakar.

    Dikaitkan dengan tugas dan fungsi pada Instalasi Bedah/Kamar Operasi

    Jumlah Minimal 2 orang. Minimal 1 orang. Waktu bertugas - Jam kerja

    - Dinas Jaga / on call - Jam kerja - Dinas Jaga / on call

    Rincian tugas Melakukan pelayanan penatalaksanaan anes-tesi dan perawatan intensif kasus luka bakar

    Melakukan pelayanan penatalaksanaan anes-tesi dan perawatan intensif kasus luka bakar

    Konsultasi

    2.3. Spesialis Gizi Medik

    Dokter spesialis gizi medik yang telah mengikuti kur-sus/pelatihan tatalaksana luka bakar.

    Dokter spesialis gizi medik yang telah mengikuti kur-sus/pelatihan tatalaksana luka bakar.

    Jumlah Minimal 2 orang. Minimal 2 orang. Waktu bertugas - Jam kerja

    - Dinas Jaga / on call - Jam kerja - Dinas Jaga / on call

    Rincian tugas Melakukan pelayanan penatalaksanaan nutrisi kasus luka bakar

    Melakukan pelayanan penatalaksanaan nutrisi kasus luka bakar

    2.4. Spesialis Rehabilitasi Medik

    Dokter spesialis rehabi-litasi medik yang telah mengikuti kursus/pelatih-an tatalaksana luka bakar.

    Dokter spesialis rehabi-litasi medik yang telah mengikuti kur-sus/pelatih-an tatalaksana luka bakar.

    Jumlah Minimal 1 orang. Minimal 1 orang. Waktu bertugas - Jam kerja

    - Dinas Jaga / on call - Jam kerja - Dinas Jaga / on call

    Rincian tugas Melakukan pelayanan penatalaksanaan rehabili-tasi medik kasus luka bakar

    Melakukan pelayanan penatalaksanaan rehabi-litasi kasus luka bakar

    2.5. Spesialis lain sebagai staf ahli

    - Dokter spesialis be-dah thoraks

    - Dokter spesialis be-dah anak

    - Dokter spesialis

    - Dokter spesialis be-dah thoraks

    - Dokter spesialis be-dah anak

    - Dokter spesialis

    Minimal mencakup: - Dokter spesialis

    penyakit dalam - Dokter spesialis anak - Dokter spesialis kebi-

  • 14

    bedah ortopedi - Dokter spesialis pe-

    nyakit dalam - Dokter spesialis anak - Dokter spesialis THT - Dokter spesialis mata - Dokter spesialis Ke-

    sehatan Jiwa - Dokter spesialis kebi-

    danan dan kandung-an

    bedah ortopedi - Dokter spesialis pe-

    nyakit dalam - Dokter spesialis anak - Dokter spesialis THT - Dokter spesialis mata - Dokter spesialis Ke-

    sehatan Jiwa - Dokter spesialis kebi-

    danan dan kandung-an

    danan dan kandung-an

    Jumlah Masing-masing spesialis minimal 1 orang

    Masing-masing spesialis minimal 1 orang

    Waktu bertugas Jam kerja / on call Jam kerja / on call Jam kerja / on call Rincian tugas Tergabung dalam Tim

    terpadu Konsultasi dan penatalak-sanaan luka bakar sesuai dengan bidang spesia-lisasinya.

    Konsultasi dan penatalak-sanaan luka bakar sesuai dengan bidang spesia-lisasinya.

    3. Kepala perawat Perawat bedah yang

    telah mengikuti pelatihan tatalaksana luka bakar.

    Kepala perawat ICU dan Kamar Operasi sesuai dengan standarisasi pelayanan ICU dan Kamar Operasi.

    Perawat bedah yang telah mengikuti pelatihan tata-laksana luka bakar.

    Perawat bedah yang telah mengikuti pelatihan tata-laksana luka bakar.

    Jumlah 1 orang 1 orang 1 orang Waktu bertugas Jam kerja Jam kerja Jam kerja Rincian tugas Bertanggung jawab dalam

    hal pelayanan kepera-watan luka bakar

    Bertanggung jawab dalam hal pelayanan kepera-watan luka bakar

    Bertanggung jawab dalam hal pelayanan kepera-watan luka bakar

    4. Staf perawat Perawat bedah yang

    telah mengikuti kur-sus/pelatihan tata-laksana luka bakar.

    Staf perawat ICU dan Kamar Operasi se-suai dengan standa-risasi pelayanan ICU dan Kamar Operasi.

    Perawat bedah yang telah mengikuti kursus/pelatih-an tatalaksana luka bakar.

    Perawat bedah yang telah mengikuti kursus/pelatih-an tatalaksana luka bakar.

    Jumlah Minimal 10 orang Minimal 6 orang. Minimal 3 orang Waktu bertugas Jam kerja / kerja bergilir Jam kerja / kerja bergilir Jam kerja / kerja bergilir Rincian tugas Bertanggung jawab dalam

    hal pelayanan perawatan luka bakar

    Bertanggung jawab dalam hal pelayanan perawatan luka bakar

    Bertanggung jawab dalam hal pelayanan perawatan luka bakar

    5. Ahli gizi Ahli gizi yang telah mengikuti kursus/pela-tihan tatalaksana luka bakar.

    Ahli gizi yang telah mengikuti kursus/pela-tihan tatalaksana luka bakar.

    Ahli gizi yang telah mengikuti kursus/pela-tihan tatalaksana luka bakar.

    Jumlah Minimal 2 orang Minimal 2 orang. Minimal 1 orang Waktu bertugas Jam kerja / kerja bergilir Jam kerja / kerja bergilir Jam kerja Rincian tugas Bertanggung jawab dalam

    hal pelayanan pemberian Bertanggung jawab dalam hal pelayanan pemberian

    Bertanggung jawab dalam konsultasi gizi dan

  • 15

    nutrisi pada pasien luka bakar

    nutrisi pada pasien luka bakar

    pemberian nutrisi pada pasien luka bakar

    6. Perawat rehabilitasi

    medik Perawat rehabilitasi medik yang telah mengikuti kursus/pelatihan tatalak-sana luka bakar.

    Perawat rehabilitasi medik yang telah mengikuti kursus/pelatihan tatalak-sana luka bakar.

    Perawat rehabilitasi medik yang telah mengikuti kursus/pelatihan tatalak-sana luka bakar.

    Jumlah Minimal 2 orang Minimal 2 orang. Minimal 1 orang Waktu bertugas Jam kerja / kerja bergilir Jam kerja / kerja bergilir Jam kerja Rincian tugas Bertanggung jawab dalam

    hal pelayanan pemberian nutrisi pada pasien luka bakar

    Bertanggung jawab dalam hal pelayanan pemberian nutrisi pada pasien luka bakar

    Bertanggung jawab dalam konsultasi gizi dan pemberian nutrisi pada pasien luka bakar

  • 16

    Verifikasi Unit dan Sentrum Luka Bakar: Petunjuk dalam perbaikan mutu penyelenggaraan pelayanan

    Dokumen ini menjadi pegangan tambahan yang diperlukan untuk menunjang program perbaikan mutu di suatu Unit Luka Bakar dan atau Sentrum Luka Bakar. Penyelenggaraan program perbaikan mutu yang efektif merupakan suatu kebutuhan absolut dan menjadi komponen dalam mencapai tujuan akhir penyelenggaraan pelayanan suatu Unit Luka Bakar dan atau Sentrum Luka Bakar.

    Program ini didesain untuk melakukan penilaian performa penyelenggaraan pelayanan di suatu institusi, berkaitan dengan organisasi, sistem penatalaksanaan cedera khususnya luka bakar menggunakan kriteria tertentu. Kriteria verifikasi dimaksud dimuat dalam bentuk daftar penilaian (check list) yang mencakup struktur organisasi, kualifikasi petugas, sarana dan prasarana medik maupun non medik disertai penjelasan seperlunya. Dokumen ini juga memuat daftar kebutuhan dasar yang diperlukan dalam suatu penyelengaraan pelayanan dalam rangka perbaikan mutu; terbagi dalam beberapa kategori seperti protokol penatalaksanaan (petunjuk praktis), konferensi mingguan, pembicaraan kasus sulit dan kasus kematian, registrasi dan audit. Selanjutnya komponen-komponen ini dibandingkan dengan tolok ukur, sehingga dapat diperoleh penilaian kinerja suatu unit / sentrum.

    Tujuan penyelenggaraan program perbaikan mutu ini adalah untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam pemantauan proses dan output (outcome) suatu program pelayanan secara berkesinambungan maupun pada akhir penyelengaraan program. Prosedur dan kebijakan

    Setiap komponen sumber daya manusia yang tergabung dalam unit harus berpartisipasi dalam menunjang program perbaikan mutu pelayanan; apakah ia seorang dari anggota medis tim terpadu, perawat, petugas / perawat fisioterapi, pekerja sosal, dsb. Pihak pimpinan rumah sakit (melalui pimpinan unit luka bakar) harus melakukan pemantauan penyelenggaraan pelayanan secara periodik (sekurangnya 3 kali dalam setahun). Asesmen kualitas pelayanan

    Ada beberapa cara melakukan pemantauan proses pelayanan luka bakar yang bertujuan mengukur output, antara lain: audit berkesinambungan atau periodik terhadap fokus tertentu, penelaahan kasus dan analisis tren. Kematian dan komplikasi yang sering dijumpai memerlukan perhatian khusus untuk dibicarakan; insiden kematian dan atau rasio komplikasi dipantau dalam interval tertentu untuk mempelajari tren. Perubahan maupun variasi tren yang tak terduga akan membutuhkan audit khusus sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Secara keseluruhan, proses audit ini tercakup pada burn registry atau sistim evaluasi dan monitoring epidemiologi.

    Parameter audit merupakan indikator klinis yang digunakan untuk mempelajari / menilai proses rujukan dan identifikasi permasalahan yang ada atau timbul selama perawatan pasien. Parameter audit ini juga harus mencakup kesenjangan yang terjadi pada masalah waktu, ketepatan dan keefektifan (serta efisiensi) perawatan. Validitas pemanfaatan parameter sangat tergantung pada kemampuan melakukan identifikasi permasalahan khususnya faktor risiko (tinggi) yang akan mempengaruhi outcome. Pemantauan beberapa parameter ini secara perodik akan sangat bermanfaat untuk identifikasi faktor-faktor risiko; sebagai upaya perbaikan mutu pelayanan. Diantara beberapa topik yang umum digunakan sebagai parameter untuk tujuan pemantauan antara lain:

  • 17

    Kebutuhan untuk melakukan tindakan emergensi pada saluran nafas pada resusitasi Ketepatan penatalaksanaan saluran nafas dan resusitasi cairan pada fase prehospital Volume cairan resusitasi yang dibutuhkan dalam 24jam pertama Kasus-kasus dengan kegagalan resusitasi Saat pertama melakukan prosedur eksisi tangensial dan skin-graft Komplikasi berdasarkan kategori organ sistemik (MODS) Komplikasi infeksi Graft take

  • 18

    Evaluasi Tahunan

    Topik yang perlu dipantau pada pertemuan tahunan berkaitan dengan performa unit luka baker khususnya adalah berat-ringannya luka bakar, mortalitas dan lama rawat di rumah sakit. Masalah besarnya biaya perawatan lebih baik diadakan, namun bukan merupakan suatu keharusan. Adanya data mengenai jumlah kasus yang memperoleh asesmen tim terpadu merupakan informasi positif dalam evaluasi tahunan ini, karena mencerminkan perbaikan performa. Sistim Registrasi Luka Bakar

    Adanya sistim pencatatan dan pelaporan yang terselengagra secara berkesinambungan diperlukan dalam verifikasi suatu unit dan atau sentrum luka bakar. Hal ini akan mempermudah sistim audit yang diperlukan khususnya dalam identifikasi komplikasi, yang dikaitkan dengan upaya menurunkan mortalitas. Data ini secara rutin dimasukkan ke dalam sistim registrasi luka bakar yang diadakan oleh Asosiasi Luka Bakar Indonesia (ALBI), dipantau oleh Departemen Kesehatan RI dalam hal ini Direktorat Survailance Epidemiologi untuk audit di tingkat nasional.

  • 19

    Riwayat Terbentuknya Asosiasi Luka Bakar Indonesia (ALBI) Gagasan membentuk suatu asosiasi luka bakar di Indonesia dimulai sejak tahun 1996 yang diinisiasi pada pertemuan ilmiah tahunan Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia (Perapi) di Surabaya, namun upaya ini tidak ditindak lanjuti. Pada tahun 2001 upaya inisiasi ini diulang kembali, namun tidak diikuti oleh respons sebagaimana diharapkan; demikian pula pada penyelenggaraan Muktamar Perapi tahun 2003.

    Pada tahun 2004, upaya inisiasi ini ditanggapi secara positif oleh Menteri Kesehatan RI dr Achmad Sujudi, SpB yang secara aktif memfasilitasi pembentukan Asosiasi Luka Bakar Indonesia (ALBI). Upaya fasilitasi oleh Menteri Kesehatan ini ditindaklanjuti oleh suatu Deklarasi Pembentukan ALBI di Jakarta pada tanggal 30 April 2003. Deklarasi Pembentukan ALBI ini ditandatangani oleh beberapa orang menteri negara RI dan beberapa pejabat eselon I dari berbagai instansi pemerintah, swasta serta anggota/pengurus perhimpunan-perhimpunan profesi kedokteran yang selanjutnya dikukuhkan sebagai Dewan Pendiri ALBI. Selanjutnya, melalui beberapa persiapan dan pertemuan retreat sektor-sektor terkait yang berlangsung di Purwakarta tanggal 28-30 Mei 2004 yang dihadiri oleh 40 anggota, terbentuklah suatu formatur. Formatur yang terdiri dari 11 (sebelas) orang mempersiapkan setiap aspek kebutuhan organisasi sehingga pada tanggal 2 Juli 2004 peresmian ALBI diselenggarakan di RS Sanglah, Denpasar Bali oleh Presiden RI Ibu Megawati Sukarnoputri.

    ALBI merupakan suatu organisasi yang beranggotakan individu-individu yang berasal dari sektor medik dan non-medik, pemerintah maupun swasta yang memiliki kepedulian terhadap pelayanan luka bakar mulai dari upaya pencegahan, penanganan, rehabilitasi. VISI

    Menjadi organisasi mandiri yang handal dan diakui secara internasional dalam penyelenggaraan upaya-upaya pencegahan, penanganan dan rehabilitasi luka bakar di Indonesia. MISI Dalam upaya mencapai Visi, ALBI telah menggariskan Misi, yaitu: 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan luka bakar. 2. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi khusus luka bakar. 3. Mengembangkan jejaring di tingkat nasional maupun internasional (dalam penanganan luka bakar). 4. Memantapkan dan meningkatkan enforcement pemerintah dalam regulasi hal-hal yang berkaitan

    dengan pencegahan luka bakar. 5. Meningkatkan kualitas penanganan luka bakar

  • 20

    Strategi, Goal dan Obyektif Goal dan Obyektif yang menjadi Strategi ALBI dalam menjalankan Misinya diuraikan sebagai berikut: 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan serta rehabilitasi luka

    bakar. Goal : Masyarakat yang mandiri dalam pencegahan dan penanggulangan luka bakar baik di rumah

    tangga / lingkungan, maupun dalam keadaan terjadinya suatu disaster. Meningkatnya kesadaran sosial masyarakat berkenaan dengan permasalahan yang dihadapi

    masyarakat korban luka bakar kembali ke masyarakat. Obyektif : Penyuluhan melalui media massa (media cetak dan elektronika, termasuk sarana internet)

    dalam pencegahan dan penanggulangan luka bakar baik di rumah tangga / lingkungan, maupun dalam keadaan terjadinya suatu disaster.

    2. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi dalam pencegahan dan penanggulangan serta

    rehabilitasi luka bakar. Goal : Terselenggaranya komunikasi serta tersedianya sarana informasi dan kegiatan edukasi yang

    dapat mencakup semua lapisan masyarakat dalam penanggulangan luka bakar baik di rumah tangga / lingkungan, maupun dalam keadaan terjadinya suatu disaster.

    Obyektif : Sama dengan butir 1 di atas (pemanfaatan media cetak dan elektronika, termasuk sarana

    internet), dsb) dan berkaitan dengan butir nomor 3 di bawah. Mengadakan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat dalam pencegahan dan penanganan awal

    luka bakar baik di rumah tangga / lingkungan, maupun dalam keadaan terjadinya suatu disaster.

    3. Mengembangkan jejaring di tingkat nasional maupun internasional dalam pencegahan dan

    penanggulangan maupun rehabilitasi luka bakar Goal : Terselenggaranya jejaring di tingkat nasional maupun internasional dalam pencegahan dan

    penanggulangan maupun rehabilitasi luka bakar. Obyektif : Menjalin dan menggalang kerjasama lintas sektoral, khususnya di antara para stakeholder

    a) Departemen Kesehatan RI. b) Departemen Perhubungan RI. c) Departemen Pertambangan dan Energi RI. d) Departemen Sosial RI. e) Departemen Tenaga Kerja RI. f) Departemen Dalam Negeri RI. g) Departemen Lain. h) Perhimpunan profesi kedokteran i) Organisasi masyarakat / Lembaga Swadaya Masyarakat: Palang Merah Indonesia

    (PMI), Organisasi Radio Amatir (Orari), Ambulans 118, 119, dsb. j) Perusahaan industri / swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) k) Lain-lain.

  • 21

    Menjalin dan menggalang kerjasama dengan sentrum dan asosiasi-asosiasi Luka Bakar di luar negeri:

    a) American Burn Association (ABA). b) International Society for Burn Injuries (ISBI). c) Australia-New Zealand Burn Association (ANZBA). d) dsb.

    4. Memantapkan dan meningkatkan enforcement pemerintah dalam regulasi hal-hal yang berkaitan

    dengan pencegahan luka bakar. Goal : Terbitnya peraturan dan / atau keputusan dari pihak regulator (pemerintah) berkenaan dengan

    permasalahan di seputar pencegahan, penanganan dan rehabilitasi luka bakar. Obyektif : ALBI dapat memberi asupan dan menjadi dasar pembuatan keputusan oleh pihak regulator,

    berkenaan dengan permasalahan yang berhubungan dengan masalah di seputar pencegahan, penanganan dan rehabilitasi luka bakar.

    5. Meningkatkan kualitas penanganan luka bakar

    Goal : Terselenggaranya pelayanan luka bakar paripurna yang berkualitas.

    Obyektif : Pendidikan / pelatihan dalam upaya peningkatan kompetensi dan standarisasi ketenagaan:

    a) Resusitasi Luka Bakar (melalui kursus Advanced Burn life Support, ABLS). b) Kursus manajemen perawatan Luka Bakar. c) Pertemuan-pertemuan Ilmiah dalam manajemen Luka Bakar.

    Standarisasi pelayanan Luka Bakar a) Penyusunan Standar Operasional / Guidelines. b) Standarisasi pusat-pusat pelayanan Luka Bakar di Indonesia.

    Benchmarking dengan pusat-pusat Luka Bakar di luar negeri, antara lain mengadakan kerjasama dengan asosiasi-asosiasi sebagaimana dicakup dalam pengembangan jejaring (lihat butir 3).

  • 22

    Organisasi A. Struktur organisasi B. Pengurus

    1. Pelindung. Presiden RI

    2. Dewan Pembina Pada awal pembentukan ALBI, unsur-unsur Dewan Pendiri yang hadir dalam Deklarasi ALBI 30 April 2004 di Jakarta selanjutnya bergabung dalam Dewan Pembina ALBI (lihat lampiran 1)

    3. Dewan Penasehat Para Pejabat Negara yang tidak terlibat langsung dalam Deklarasi ALBI maupun kepengurusan ALBI, namun bersedia mendukung.

    4. Anggota Kehormatan Para Pejabat Negara dan swasta / usahawan yang berperan sebagai Donatur ALBI. Para Ketua Perhimpunan profesi kedokteran

    5. Pengurus Pusat Pengurus di tingkat pusat yang menentukan kebijakan-kebijakan dalam kepengurusan ALBI. Susunan Pengurus Pusat adalah:

    Ketua Umum : Ketua 1 : Bidang Sumber Daya Manusia Ketua 2 : Bidang Organisasi Ketua 3 : Bidang Pendanaan Ketua 4 : Pengurus Harian

    P E L I N D U N G

    DEWAN PEMBINA

    PENGURUS HARIAN

    PENGURUS-PUSAT

    KOMITE KOMITE KOMITE KOMITE KOMITE KOMITE KOMITE

    DEWAN PENASEHAT ANGGOTA KEHORMATAN

  • 23

    6. Pengurus Harian Adalah pengurus di tingkat pusat yang menjalankan fungsi organisasi sehari-hari. Terdiri dari: Ketua Umum : Wakil Ketua : Sekretaris : Bendahara : Komite-komite : a. Komite Organisasi

    b. Hubungan Masyarakat / Publikasi c. Komite Medik d. Komite Prevensi dan Rehabilitasi Sosial e. Komite Pendidikan,Pelatihan dan Riset f. Komite Monitoring dan Survailance Epidemiologi g. Komite Disaster h. Komite Hukum i. Komite Hubungan Internasional j. Komite Pendanaan

    Jenis dan jumlah komite yang ada disesuaikan dengan kebutuhan saat ini mengacu pada penyederhanaan struktur; suatu saat dimungkinkan ditambah sesuai kebutuhan bilamana dianggap perlu.

    a. Komite Organisasi Menyusun / menjalankan program yang berkaitan dengan manajemen keanggotaan ALBI Keanggotaan. Hubungan organisasi dengan lingkungan masyarakat di tingkat nasional (lintas

    sektoral) dan internasional. b. Komite Medik

    Menyusun dan menerapkan program: standarisasi pelayanan luka bakar penyusunan protokol luka bakar sebagai referensi medik menyangkut masalah medik dalam pelayanan luka

    bakar c. Komite Prevensi dan Rehabilitasi Sosial Menyusun / menjalankan program upaya-upaya penyampaian informasi,

    komunikasi dan edukasi dalam prevensi luka bakar untuk awam - Pencegahan luka bakar bagi awam baik individu di rumah tangga

    maupun kelompok / lingkungan - tindakan pertolongan sederhana / pertama bila terjadi cedera termis - memanfaatkan sarana / media cetak/ elektronik / internet

    Menyusun dan menerapkan program rehabilitasi setelah lepas masa perawatan, sebagai referensi medik menyangkut masalah rehabilitasi sosial luka bakar Mengelola penyelenggaraan penelitian-peneltian luka bakar

    d. Komite Pendidikan, Pelatihan dan Riset Menyusun / menjalankan program pendidikan dan pelatihan

    1. Untuk tenaga medik Kursus Advanced Burn Life Support (ABLS) dalam hal resusitasi Kursus manajemen luka bakar

  • 24

    2. Untuk awam Kursus dan pelatihan Basic Life Support (BLS) dan Pre Hospital Burn

    Life Support (PHTLS). e. Komite Monitoring dan Survailance Epidemiologi

    Menyusun / menjalankan program registrasi (sistim pencatatan dan pelaporan) kasus luka bakar yang dirawat di-rumah sakit di seluruh Indonesia sehingga dapat diakses secara online. Selanjutnya data ini digunakan untuk tujuan evaluasi (temasuk verifikasi) penyelenggaraan pelayanan luka bakar maupun riset, mencakup:

    1. Data kasus, khususnya mortalitas dan morbiditas 2. Data fasilitas yg ada / tersedia di suatu RS 3. Data tenaga kesehatan 4. dsb.

    f. Komite Disaster Menyusun / menjalankan program manajemen disaster, bersama-sama dengan

    sektor terkait: (PolRI, Dep Dalam Negeri, Dep Perhubungan) dan komponen-komponen disaster yang ada (Bakorlak, Satkorlak, Ambulans 118, PMI, dsb) secara bersama-sama menyusun program Emergency Medical Services khususnya dalam hal luka bakar

    g. Komite Hukum Menyusun / menjalankan program yang berhubungan dengan aspek manajemen

    hukum dalam masalah luka bakar h. Komite Hubungan Masyarakat / Publikasi

    Menyusun dan menjalankan program ALBI yang berkaitan dengan penyampaian informasi mengenai ALBI kepada masyarakat luas dan menawarkan program ALBI untuk memperoleh bantuan dari para donatur

    i. Komite Pendanaan Mengelola pendanaan program-program ALBI

    j. Komite Hubungan Internasional Menyusun dan menjalankan program ALBI yang berkaitan dengan organisasi di

    luar negeri / internasional

    7. Pengurus cabang Adalah pengurus di daerah yang menjalankan fungsi organisasi sehari-hari dengan susunan yang sama dengan pengurus harian.

    C. Kepengurusan

    Pengurus ALBI menduduki jabatan sebagai pengurus dalam waktu 3 (tiga) tahun kepengurusan. Rapat Pengurus diselenggarakan sekurangnya satu kali dalam satu tahun, dan pada akhir kepengurusan pengurus memberikan pertanggung-jawaban kepada kongres / muktamar.

    D. Anggota

    Anggota ALBI adalah individu-individu yang berasal dari sektor medik (dokter spesialis, dokter umum, perawat) maupun sektor non medik (instansi pemerintah, instansi swasta, sektor industri, pariwisata, dan sebagainya). Ada beberapa jenis anggota: 1. Anggota Biasa Anggota yang mendaftarkan diri untuk bergabung bersama ALBI

  • 25

    2. Anggota Kehormatan Anggota yang diangkat oleh pengurus karena jasa-jasanya dalam membantu terselenggaranya

    kegiatan / program ALBI. E. Keanggotaan

    Seorang menjadi anggota ALBI dengan mendaftarkan diri (Anggota Biasa) atau diangkat (Anggota Kehormatan). Sebagai Anggota, seseorang memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ALBI.

    Logo ALBI

    Dalam menjalankan misinya, ALBI memiliki logo berupa gambar api dan teks asosiasi berwarna

    merah-putih-hitam:

    Logo ini dicantumkan saat Dewan Pendiri menanda-tangani Deklarasi Asosiasi Luka Bakar Indonesia

    di Jakarta 30 April 2004, karenanya logo ini selanjutnya digunakan sampai disetujui untuk diubah dalam suatu rapat anggota yang tepat untuk kegunaan tersebut (dalam kongres atau muktamar).

    Gambar api dan teks asosiasi berwarna merah-putih-hitam Merahkuning : Lambang dari api / luka bakar Putih : Lambang kesembuhan MerahPutih : Bendera Republik Indonesia

    Teks pendukung misi ALBI

    1. Pencegahan 2. Pendidikan 3. Perawatan 4. Rehabilitasi 5. Penelitian

    Penempatan teks dengan urutan di atas (searah dengan jarum jam) sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia.

    Organisasi Manajemen LB_Cover.docOrganisasi Manajemen LB1.docOrganisasi Manajemen LB.doc