dr aman pulungan

2

Click here to load reader

Upload: adhietyaprhathamha

Post on 17-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

test

TRANSCRIPT

  • 7Who Needs Vitamin D and Calcium?

    Aman B. Pulungan, dr., Sp.A(K)

    V itamin D merupakan faktor yang mempengaruhi absorpsi kalsium di usus. Jika seseorang mengalami defisiensi vitamin D, dampak yang akan terjadi adalah kadar kalsium akan menurun kemudian dapat menyebabkan beberapa kondisi seperti rickets, nutritional rickets, terjadinya osteopenia atau osteoprosis pada dewasa muda dan juga berisiko terjadinya infeksi berulang, penyakit autoimun dan kanker. Vitamin D hampir pada seluruh usia, 99% berada pada skeletal. Homeostasis kalsium dipertahankan oleh beberapa hormon seperti paratiroid, kalsitonin dan 1,25-dihidroksivitamin D (1,25-(OH)2 Vit.D). Sebenarnya yang berperan paling utama dalam homeostasis vitamin D adalah paparan terhadap sinar matahari. Anak-anak zaman sekarang sangat sedikit paparan terhadap sinar matahari sehingga tidak sedikit jumlah anak yang mengalami defisiensi vitamin D.

    Peningkatan prevalensi nutritional rickets baik di negara berkembang maupun negara maju serta peningkatan prevalensi insufisiensi atau defisiensi vitamin D di negara yang banyak terpapar sinar matahari seperti Malaysia, Qatar, India dan Afrika melatarbelakangi penelitian yang dilakukan oleh Pulungan, dkk. Banyak orang yang tidak menduga bahwa anak-anak di negara yang jaya akan sinar matahari justru banyak yang mengalami defisiensi vitamin D. Penelitian yang dilakukan oleh Pulungan, dkk. bertujuan untuk mendapatkan profil vitamin D pada anak usia sekolah di Jakarta baik dari sekolah negeri maupun swasta. Hasil penelitian adalah sebanyak 75,9% anak mengalami insufisiensi vitamin D dan 15% mengalami defisiensi vitamin D. Hasil ini menunjukkan bahwa kurang dari 10% saja anak yang cukup kadar vitamin D dalam tubuhnya. Dan anak perempuan memiliki risiko defisiensi vitamin D lebih besar dibandingkan dengan anak laki-laki.

  • 8Ref: 1. Arabi A. et al. Hypovitaminosis D in developing countries prevalence, risk factors and outcomes. Nat. Rev. Endocrinology. 2010; 6:550-561 2. Bener A, Hoffman GF. Nutritional rickets among children in a sun rich country. International Journal of Pediatric Endocrinology. 2010 3. Khor GL, et al. High prevalence of vitamin D insufficiency and its association with BMI-for-age among primary school children in Kuala Lumpur, Malaysia. BMC Public Health. 2011; 11:95 4. Marwaha RK, et al. Vitamin D and bone mineral density status of healthy school children in northern India. Am J. Clinical Nutrition. 2005; 82:477-82

    Dalam penelitian ini juga menemukan sebanyak 16,7% anak mengalami hipokalsemia. Hasil lain dari negara Qatar, menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D terjadi akibat rendahnya paparan terhadap sinar matahari dan juga pemberian ASI yang diperpanjang (prolonged breastfeeding) tanpa disertai pemberian fortifikasi dan suplementasi vitamin D.

    Rickets sebagai salah satu akibat dari defisiensi vitamin D memberikan berbagai gambaran klinis seperti tetani, kejang, hipotonia, rachitis rosary, violin case dan lain-lain. Data di USA menunjukkan kebanyakan anak pada usia lebih dari 8 tahun asupan kalsiumnya lebih rendah dibandingkan kadar RDA yang diperlukan . Beberapa kelompok yang memerlukan vitamin D dan kalsium adalah kelompok yang berisiko mengalami defisiensi vitamin D atau kalsium seperti: bayi prematur, anak-anak dengan penyakit kronis ataupun yang sedang dalam pengobatan steroid jangka panjang atau antikonvulsan.Sebagai pencegahan kondisi defisiensi atau insufisensi vitamin D dapat dilakukan beberapa hal antara lain pemberian suplementasi 400 IU/hari vitamin D pada bayi-bayi yang mendapat ASI dan juga meningkatkan paparan terhadap sinar matahari (untuk ras kulit putih sekitar 30 menit dan seminggu tiga kali sementara untuk kulit hitam perlu 5-10 kali lebih lama waktu paparannya).

    Agar kebutuhan vitamin D dan kalsium dapat terpenuhi, awareness masyarakat mengenai vitamin D dan kalsium harus ditingkatkan, dan juga perlunya kerjasama dengan berbagai pihak termasuk pemerintah dan donatur untuk mendukung pemberian makanan yang telah difortifikasi di Indonesia serta pemberian suplementasi pada bayi sejak lahir untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin D.