WATAK ORANG ARAB HIJAZ DAN NEJED PRA-ISLAM
Dimas Yuri Ramdhana
090664125
ABSTRAK
Hijaz and Nejed is in North Arabic. The people of North Arabic has many features, the one of
it is a character, which be identity of Arabic society. By literature technic, writter researched
further about the people of North Arabic in Pra-Islam age. B.F. Skinner’s Theory about
proceed of personality estabilishment and Koentjaraningrat’s theory about culture and society
became a base in theoretical framework on this research. Personality divided become two,
individual personality and general personality which called modal personality. Two things
produced two different things. Individual personality produced habit, whereas modal
personality produced custom and social system. Arabic environment at north has desert
nature which has major influence of habit, custom, and social system that exist in pra-Islam
Arabic society. Particularly in Hejaz and Nejed
Kata kunci: personality, character, nature, environment
A. Pendahuluan
Saat saya mendengar, melihat, dan berpikir tentang dunia Arab, beberapa hal langsung
terlintas dalam benak saya. Padang pasir yang tandus, gurun pasir yang sangat panas di siang
hari dan sangat dingin di malam hari, piramid, pohon dan buah kurma, serta sekumpulan unta
dan musafir yang sedang menunggangi unta melewati padang pasir, memakai sorban dan
baju panjang, dan memiliki jenggot yang panjang dan lebat, cara berbicara dan watak yang
keras. Ini penggambaran Arab menurut saya sebagai orang yang sudah pernah mempelajari
tentang kehidupan bangsa Arab.
Mungkin bagi sebagian orang yang belum mengenal Arab akan berpandangan lain.
Mereka bisa saja berpikir tentang Islam karena adanya dua kota tempat lahir dan pusat agama
tersebut, yaitu Mekah dan Madinah yang terletak di Arab Saudi; atau mungkin mereka akan
berpikir tentang terorisme. Kejadian pembom-an yang terjadi atas nama Islam mencoreng
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
agama Islam serta Arab. Saat orang tersebut melihat orang-orang yang memiliki ciri fisik
seperti orang Timur Tengah mereka akan langsung berpikir tentang terorisme..
Dalam menyusun jurnal ini, Penulis memiliki beberapa perumusan masalah yang
menjadi pokok permasalahan dalam menulis jurnal. Hal ini agar pembahasan yang penulis
bahas tidak melenceng terlalu jauh dari pokok pembahasan. Penulis mempunyai pertanyaan-
pertanyaan yang menjadi masalah. Seperti apa watak pada orang Arab Utara Pra-Islam?
Bagaimana pembentukan watak orang Arab Utara Pra-Islam?
Dengan adanya perumusan masalah di atas, penulis membuat tujuan penelitian dalam
jurnal. Penulisan jurnal ini mempunyai tujuan, yaitu menjelaskan watak masyarakat Arab
Utara Pra-Islam secara umum dan memahami proses pembentukan watak masyarakat Arab
Utara Pra-Islam.
Orang Arab Hejaz dan Nejed Pra-Islam
Apa yang disebut Arab pada saat ini dengan Arab pada zaman pra-Islam, tidaklah sama.
Pada zaman modern ini Arab terbagi-bagi dengan garis-garis batas negara dan administrasi.
Sedangkan Arab pada zaman pra-Islam bukanlah Arab pada zaman ini.
Philip K. Hitti membagi Arab pada zaman pra-Islam menjadi dua, yaitu Arab Utara
dan Arab Selatan. Orang-orang Arab Utara kebanyakan merupakan orang-orang nomad yang
tinggal di “rumah-rumah bulu” di Hijaz dan Nejed. Orang-orang Arab Utara berbicara
dengan bahasa Arab paling unggul. Bahasa Arab yang kemudian menjadi bahasa yang
digunakan dalam Al-Quran (2008: 37). Hejaz dan Nejed yang berada di tengah Arab
dikelilingi oleh padang pasir dan gurun. Orang-orang Badui nomad berpindah-pindah
menjelajah wilayah padang pasir mencari oasis di dalamnya. Disebutkan bahwa lima
perenam penduduk Hijaz adalah nomaden (Hitti, 2008: 21). Sedangkan, Arab Selatan terdiri
dari Yaman dan Hadramaut. Yaman dan Hadramaut merupakan wilayah yang bersentuhan
dengan laut. Maka terdapat perbedaan antara orang-orang Arab Utara yang hidup dengan
cara nomaden di tengah gurun dengan orang-orang Arab Selatan yang sering melakukan
interaksi dengan orang-orang yang datang ke pelabuhan. Adanya transaksi perdagangan
dengan bangsa lain, membuat orang-orang Selatan berkembang lebih pesat ketimbang orang
Arab di bagian utara.
Perbedaan signifikan antara dua wilayah tersebut yang berisikan orang-orang berjiwa
petualang. Orang-orang Badui nomaden di Hejaz dan Nejed berpetualang menjelajahi
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
padang pasir mencari oasis untuk kehidupan, namun tidak keluar dari area padang pasir.
Sebaliknya, orang-orang Arab Selatan menjelajah dengan lautan dan berdagang sehingga
lebih dulu menancapkan keikutsertaan dalam dunia internasional (Hitti, 2008: 39)
B. Metodelogi & Kerangka Teori
Untuk meneliti lebih lanjut mengenai watak orang Arab Hejaz dan Nejed Pra-Islam,
Penulis membutuhkan sebuah metode, yaitu, metode kualitatif. Dengan kajian kepustakaan.
Penulis mengambil sumber-sumber mengenai watak dan kepribadian masyarakat Arab Hejaz
dan Nejed Pra-Islam dari berbagai literatur yang penulis temukan. Dari berbagai buku,
artikel, dan internet.
Ada beberapa teori para ahli yang akan penulis gunakan sebagai kerangka teori dalam
menulis jurnal ini. Berikut beberapa teori yang berkaitan dengan kepribadian atau watak;
Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality, yang berasal dari kata Latin “persona”
yang mempunyai arti topeng. Dahulu kala, topeng digunakan dalam teater untuk
menunjukkan karakter tokoh yang diperankan (Sarlito Sarwono, 2012: 169).
Allport mengatakan, “Character is personality evaluated and personality is
character devaluated” (Sumadi Surya Brata, 1983: 250). Dalam buku karya Sumadi
dikatakan bahwa, istilah watak (karakter) dan kepribadian sering dipergunakan secara
bertukar-tukar, namun Allport menunjukkan, bahwa biasanya kata watak menunjukkan arti
normatif. Dilihat dari pernyataan Allport di atas, watak merupakan kepribadian yang sudah
dipilah-pilah, diseleksi, atau dievaluasi. Menurut kaum Behavioris, dipelopori oleh B.F.
Skinner, memandang kepribadian sebagai rangkaian kebiasaan (habit) yang tersusun dari
sejumlah hubungan rangsang (stimulus) dan reaksi (response) yang memperoleh penguatan
(reinforcement) (Sarlito W. Sarwono, 2012: 169). Dilihat dari pandangan kaum Behavioris,
kepribadian atau watak merupakan reaksi (response) terhadap suatu peristiwa atau kejadian
(stimulus) yang terjadi berulang-ulang (habit) sehingga mengalami penguatan
(reinforcement). Dengan mengalami reinforcement maka watak atau kepribadian tertanam di
dalam individu-individu tersebut (pembawaan). Stimulus tersebut merupakan kejadian atau
peristiwa yang didapatkan dari lingkungan seperti tetangga atau siklus alam. Bahkan bencana
dan musibah bisa dimasukkan ke dalam siklus alam yang terus menerus di satu tempat.
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
Contohnya seperti di Jepang dengan gempanya, dan di wilayah Amerika yang sering terjadi
angin tornado.
Dalam bukunya, Pengantar Antropologi, Koentjaraningrat menyebutkan bahwa
kepribadian dibagi dua yaitu kepribadian individu dan kepribadian umum. Kepribadian
individu (individual personality) menghasilkan kebiasaan (habit), yang dipelajari dalam ilmu
psikologi. Kepribadian umum (modal personality) menghasilkan adat istiadat (customs) dan
sistem sosial (social system), yang dipelajari oleh ilmu sosial seperti antropologi dan
sosiologi (Koentjaraningrat, 1986: 116). Pendapat tentang sikap masyarakat di daerah
tertentu, dibangun dengan sikap-sikap masing-masing individu di dalam masyarakat tersebut.
Para pengarang etnografi pada abad ke-19 hingga tahun 1930-an sering mencantumkan dalam
karangan etnografi mereka suatu pelukisan tentang watak atau kepribadian umum dari para
warga yang menjadi topik etnografi mereka. Pelukisan itu biasanya berdasarkan kesan-kesan
yang mereka dapatkan dari pengalaman-pengalaman mereka bergaul dengan individu-
individu yang sedang mereka teliti (Koentjaraningrat, 1986: 116).
Dalam bukunya Hitti menuliskan, “Di antara dua keturnan bangsa Semit yang masih
bertahan saat ini, orang-orang keturunan Arab, yang jumlahnya lebih banyak ketimbang
keturunan Yahudi, telah melestarikan ciri khas fisik dan sikap mental rumpun bangsa ini.”
(2008: 9) Hitti menyatakan bahwa Orang Arab melestarikan keturunan Arab dengan khas ciri
fisik dan sikap mental (kepribadian dan watak). Ini mempertegas bahwa identitas masyarakat
Arab bisa dilihat, selain dari segi fisiknya juga dari sikap mental. Sikap mental ini
merupakan bagian dari watak (karakter) yang merupakan keturunan dari kepribadian.
C. Pembahasan
Pembentukan Watak Masyarakat Arab
Disebutkan dalam buku Middle East Patterns, karangan Colbert C. Held (1989: 48),
“Markedly high temperatures prevail more than half of the year in most of the Middle East,
except in the more elevated areas.” Suhu yang tinggi dan curah hujan yang rendah
membentuk sebagian kondisi alam Timur Tengah menjadi gersang. Membuat air menjadi
jarang dan langka. Air yang merupakan sumber kehidupan menjadi rebutan makhluk hidup,
manusia dan hewan. Air menumbuhkan tumbuhan. Tumbuhan menggemukkan binatang-
binatang ternak. Binatang ternak digunakan manusia menjadi sandang dan pangan. Dimakan
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
dagingnya, diminum susunya, dijadikan pakaian bulunya, dan menjadi alat transportasi untuk
beberapa hewan seperti unta dan kuda.
Ada tiga rangkaian menurut B.F. Skinner mengenai kepribadian. Yang pertama adalah
kebiasaan (habit). Koentjaraningrat menyebutkan tingkah laku berpola, yaitu, suatu kebiasaan
(habit) maupun berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian
(personality) (Koentjaraningrat, 1986: 115). Hidup dalam lingkungan alam yang gersang dan
minim sumber makanan dan air membuat orang-orang Arab di padang pasir harus bisa
bertahan. Kehidupan seperti ini menimpa semua orang Arab didaerah padang pasir. Mencari
oase atau sumber mata air. Berperang, surviving, dan berpuisi sudah menjadi kebiasaan bagi
orang-orang Arab Utara dalam pengembaraannya.
Yang kedua menurut B.F. Skinner adalah rangsang (stimulus) dan reaksi (response).
Sebuah rangsang (stimulus) mempengaruhi sebuah individu. Bisa menjadi baik dengan
melakukan reaksi (response) dengan tepat atau menjadi buruk dengan reaksi yang tak
seharusnya. Ketika seorang tamu datang ke sebuah kabilah Arab (stimulus), maka kabilah
tersebut akan menyambut tamu tersebut dengan hangat (response) (Hitti, 2008: 31). Reaksi
dengan sambutan hangat terhadap tamu, rangsang, dinilai sangat prinsip. Berbeda jika
terdapat sebuah kabilah yang datang ke kabilah lain dengan maksud mencari sumber
makanan dan air (stimulus), biasanya akan terjadi peperangan antar kabilah tersebut
(response). Ini merupakan memperjuangkan keberlangsungan akan suku (kabilah) masing-
masing yang dianggap sesuatu yang terhormat di dalamnya. Masing-masing reaksi (response)
memiliki perbedaan antara dua rangsang yang berbeda, namun dianggap reaksi tersebutlah
yang tepat karena sudah merupakan kebiasaan mereka.
Hal terakhir menurut B.F. Skinner, adalah penguatan (reinforcement). Kebiasaan
sendiri adalah sesuatu yang berulang-ulang. Jika sesuatu sudah terjadi berulang-ulang maka
hal itu semakin kuat dan melekat. Sama halnya dengan sebuah tingkah laku (action)
(Koentjaraningrat, 1986: 139). Sesuatu yang terus dilakukan secara berulang-ulang dan
mengalami penguatan. Penguatan bisa dapat beberapa bentuk. Salah satu contoh terjadinya
legalitas atau dijadikan sebagai penerapan hukum. Seperti kebiasaan darah dibayar dengan
darah pada orang-orang Badui. Pada masa Islam, kebiasaan tersebut mengalami penguatan
dengan adanya hukum qisas.
Lingkungan membentuk sebuah individu untuk bertindak benar dan tepat sesuai dengan
keadaan lingkungan tersebut. Alam yang tandus membuat setiap manusia sulit untuk
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
memenuhi kebutuhan mereka di sana. Kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan membuat
oase dan sumber air serta makanan menjadi sesuatu yang sangat mahal dan diperjuangkan.
Bahkan terjadinya perang. Hitti menuliskan, “Alasan-alasan kenapa bangsa-bangsa yang
berbahasa Arab, terutama suku-suku nomad, dianggap sebagai representasi terbaik dari
rumpun Semit, baik dari sisi biologis, psikologis, sosial maupun bahasa, bisa ditelusuri dari
keterasingan mereka secara geografis dan dari keseragaman kehidupan padang pasir yang
monoton. Karakter etnis mereka yang khas dibentuk oleh lingkungan yang keras dan
terisolasi-.”(2008: 10) Alam yang tandus menghasilkan sebuah kebiasaan yang keras dalam
kehidupan orang-orang Arab. Kebiasaan yang keras mendapatkan stimulus dari berbagai
gejala alam dan peristiwa-peristiwa sosial. Lalu bereaksi sesuai keadaan lingkungan dan
mengalami penguatan dengan peraturan atau adat.
Seperti apa yang didefinisikan Gordon W. Allport mengenai kepribadian, “Kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem psiko-fisik yang
menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap
lingkungannya.” (Sarlito W. Sarwono, 2012: 171) Melihat definisi kepribadian menurut
Allport, lingkungan mempunyai pengaruh dalam membentuk kepribadian. Baik lingkungan
sosial maupun Alam. Lalu lingkungan seperti apa yang ada di Hejaz dan Nejed?
Lingkungan Arab Hejaz dan Nejed
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
Salafiaqeedah.blogspot.com
Arab Selatan pada masa lampau merupakan tempat perdagangan internasional. Salah
satu komoditi yang terkenal di sana adalah pohon gaharu. Pohon yang merupakan sumber
minyak wangi. Selain itu, juga terdapat macam rempah-rempah sebagai bumbu masak, buah,
kain sutera dari Cina, dan hasil alam yang lain yang berada di Arab ataupun diimpor dari
tempat lain, namun diperjualbelikan di sana. Oleh karena itu, banyak bangsa lain datang ke
Pasar Muza di daerah Yaman untuk bertransaksi di sana. Selain itu, wilayah Asir dan Yaman
adalah daerah dengan curah hujan yang cukup untuk bercocok tanam dengan teratur (Hitti,
2008: 21).
Berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Selatan, Hejaz dan Nejd sebagian
besar adalah stepa, padang rumput dan gurun pasir (Hitti, 2008: 19) dengan curah hujan yang
rendah dan suhu yang tinggi membuat kelembapan jauh dari kata cukup. Sehingga tidak
cocok untuk melakukan kegiatan bercocok tanam di daerah tersebut. Padang rumput yang ada
bukanlah padang rumput yang seperti kita lihat di Indonesia yang hijau, seperti di Kebun
Raya Bogor misalnya. Ditambah dengan adanya badai musiman dari gurun yang membawa
kekeringan. Halim Barakat menambahkan, hampir 80 persen lebih dari seluruh Arab
merupakan kawasan gurun pasir dan semi gurun pasir dengan beberapa oasis yang berserakan
(tahun tidak ada: 36). Terdapat pegunungan di sebelah barat Hijaz yang menutup ke arah laut
Merah curam dan pendek.
Di daratan Arab terdapat tiga gurun: Al-Nufud, dataran yang memiliki pasir putih
dan merah yang terbentang di Arab Utara. Nufud mempunyai sebutan al-badiyah atau al-
dahna. Dataran yang kering ini akan menjadi lebih hijau ketika musim dingin tiba dan hujan
turun, walau tidak semua wilayah menjadi hijau. Binatang-binatang ternak milik orang-orang
Badui nomad akan digiring ke sana.
Al-Dahna, daratan berpasir merah yang menyambung dari Al-Nufud di utara hingga
gurun pasir Al-Rab’ Al-Khali di selatan. Al-Rab’ Al-Khali sebuah daerah tak berpenghuni di
Semenanjung Arab. Dataran yang lebih luas dari Al-Nufud merupakan kawasan padang pasir
yang luas dan jauh dari kehidupan. Selain gurun, terdapat daratan yang terbentuk dari lava
bergelombang yang memiliki keretakan di atas permukaan pasir berbatu. Daratan ini disebut
Al-Harrah. Al-Harrah dapat dijumpai di wilayah barat hingga ke tengah lalu ke utara hingga
wilayah Hauran sebelah timur.
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
Watak Masyarakat Arab Utara Pra-Islam
Watak orang-orang Arab yang independen telah menjadi bahan pujian dan kekaguman
para penulis Eropa sejak masa lalu hingga masa hingga masa Gibbon. Orang Arab sendiri
menyadari kelebihan yang telah diberikan oleh lingkungan tempat tinggal mereka. Terjadi
perdebatan di dalam sebuah pertemuan mereka dengan Kaisar Persia yang juga dihadiri oleh
duta-duta dari Bizantium, India, dan Cina, ketika seorang utusan dari Arab memaparkan
dengan sangat fasih dan tegas butir-butir penting yang menjadi keunggulan bangsanya. (Hitti,
2008: 56-57). Namun, sayang, dengan keterbatasan waktu saya tidak menemukan isi butir-
butir mengenai keunggulan bangsa Arab. Watak independen berjiwa bebas dan petualang
membuat orang-orang Arab mampu bertahan dalam sulitnya kehidupan padang pasir yang
monoton dan penuh tantangan.
Di bagian utara, suku-suku nomaden hidup dan bermasyarakat dengan aturan mereka
sendiri. Kabilah (suku) yang dibentuk oleh klan (kaum). Setiap kabilah berusaha memenuhi
kebutuhan mereka dengan cara apapun. Cara damai atau bahkan peperangan. Salah satu
fenomena penting yang dimunculkan oleh pola relasi antar suku di kawasan Semenanjung
Arab adalah maraknya pembegalan, atau perompakan terhadap kafilah yang sedang lewat
atau perkemahan suku lain (Hitti, 2008: 30). Watak yang keras dan tidak mau kalah menjadi
bagian dari diri mereka. Memperjuangkan keberlangsungan suku (kabilah) adalah
mempertahankan nama keluarga. Keras dan tidak mau kalah akan suku lain dan berusaha
menaikkan derajat sukunya diatas suku-suku lain. Tidak ada yang tersisa di padang pasir
kecuali kehormatan klan. Mungkin sama halnya tentang harga diri di Jepang. Praktek
harakiri, yaitu bunuh diri untuk menjaga kehormatan dan harga diri, menunjukkan harga diri
dan kehormatan yang berlebih.
Fenomena pembegalan menjadi semacam institusi sosial. Walaupun mereka membegal,
akan tetapi dilarang membunuh suku lain kecuali jika terpaksa. Mereka mempunyai aturan
nyawa dibalas dengan nyawa. Dalam tata pergaulan sosial, meskipun dikenal sebagai orang
yang keras dan kejam pada musuhnya, orang badui merupakan sahabat yang setia dan
pemurah (Hitti, 2008: 31). Kesetiaan dalam persahabatan melambangkan watak yang teguh.
Selain setia dengan persahabatan, mereka juga kuat memegang peraturan yang ada turun
temurun. Banyak penyair Pra-Islam mendendangkan pujian terhadap sifat ramah tamah
(dhiyafah), ketabahan (hamasah), dan kewibawaan laki-laki (muru‟ah) (Hitti, 2008: 31).
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
Kesadaran akan sulitnya kehidupan di gurun membuat mereka mengerti satu sama lain
keadaan sebuah kabilah. Karenanya, ketika seseorang bertamu tidak yang harus dilakukan
kecuali menyambutnya dengan sangat baik dan hormat.
Kebiasaan
Kepribadian individu (individual personality) menghasilkan kebiasaan (habit), yang
dipelajari dalam ilmu psikologi (Koentjaraningrat, 1986: 116). Ketika seorang individu
melakukan sebuah aksi dan reaksi terhadap sesuatu yang ada dalam lingkungannya,
contohnya seperti masalah sosial, politik, ekonomi, atau bahkan alam, dan itu dilakukan
secara terus menerus menjadi sebuah rutinitas atau kebiasaan. Contohnya, kebiasaan para
warga desa di daerah tengah pedalaman dan pesisir. Seorang Petani akan mengetahui apa
yang harus ia lakukan jika terjadi sesuatu terhadap cuaca dan ekosistem di sekitar sawahnya.
Seorang nelayan mengetahui kapan dan dimana alam dan cuaca memudahkannya dalam
menangkap ikan. Di sanalah tujuan mereka. Sebagaimana dengan orang-orang badui di Arab
Utara yang mempunyai tujuan yaitu makanan dan air yang berada di sekitar oase. Berdirinya
kota Mekah adalah bukti bahwa sumber air menjadi tujuan orang-orang di tanah Arab yang
susah akan sumber air. Sumber mata air Zam-zam mendirikan satu kota yang nantinya
menjadi sangat penting perannya di dunia. Kebiasaan mengembala binatang ternak, mengurus
anak dan suami bagi para istri, berungkapan dengan syair dan puisi, dan kebiasaan kecil
maupun besar yang lain.
Adat Istiadat dan Sistem Sosial
. Lain jika suatu organisasi dikepalai dengan satu orang dengan dikepalai banyak orang.
Lihat bagaimana sebuah negara dengan pemerintahan diktator dengan pemerintahan
demokrasi. Yang kita lihat disini bukan sistem pemerintahan mana yang lebih berdampak
baik terhadap sebuah negara, melainkan jalannya pemerintahan. Demokrasi dijalankan
dengan banyak pemikiran dan aspirasi. Diktator dijalankan dengan sedikit pemikiran, sang
kepala pemerintahan dan segelintir orang kepercayaannya, menghasilkan suatu rumusan yang
berbeda dengan pemerintahan demokrasi. Sama halnya dengan kepribadian individu dan
kepribadian masyarakat, kepribadian berbagai masyarakat. Kepribadian umum (modal
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
personality) menghasilkan adat istiadat (customs) dan sistem sosial (social system), yang
dipelajari oleh ilmu sosial seperti antropologi dan sosiologi (Koentjaraningrat, 1986: 116).
Kuatnya semangat dan ikatan kesukuan memunculkan satu jenis semangat yang dikenal
dengan sebutan „ashabiyyah (semangat kesukuan). (Hitti, 2008: 34). Setiap individu hidup di
dalam kabilah atau suku, kecuali orang-orang yang terbuang dari sukunya. Setiap klan
dipimpin oleh seorang syeikh. Ia adalah anggota senior di dalam klannya. Kualifikasi
individual menjadi acuan utama dalam penentuan seseorang yang layak. Dalam persoalan
hukum, militer, dan kepentingan bersama, seorang syeikh harus berkonsultasi dengan dewan
suku yang terdiri atas para kepala keluarga. Kabilah merupakan institusi sosial. Terdapat
sistem sosial, hierarki, dan adat di dalamnya.
D. Kesimpulan
Kebiasaan yang terus berlangsung dapat membentuk suatu budaya. Salah satu
contohnya budaya menari di beberapa negara eropa dan latin. Budaya dalam bahasa inggris
adalah culture yang berasal dari bahasa latin yaitu, colere yang mempunyai arti mengolah
tanah, menggarap tanah, menanam, memelihara, menghuni, menghormati, atau menyucikan
(Djoko Widagdho, DKK. 2001: 18). Apa yang dapat diolah dari padang pasir yang tandus
dan memiliki oase serta padang rumput? Tidak ada yang bisa digarap dari padang pasir yang
tandus. Oase dan padang rumputlah yang bisa dijadikan sumber makanan bagi hewan ternak
mereka. Oleh karena itu, orang-orang Arab nomaden memperebutkan oase yang merupakan
sumber mata air, sumber kehidupan. Kehidupan keras padang pasir menghasilkan sebuah
siklus kehidupan orang-orang Arab Hejaz dan Nejd. Kehidupan di padang pasir membentuk
peraturan yang tidak tetulis untuk menjalankan suatu bentuk sosial antar klan. Bentuk sosial
tersebut salah satunya adalah perang. Jika perang saja adalah bentuk sosial, maka
terbentuklah kepribadian yang keras, kuat, dan teguh. Mereka berperang untuk
mempertahankan kehidupan klannya. Namun, tidak hanya persaingan yang keras di dalam
sebuah peperangan, tetapi juga ada pertemanan dan persahabatan yang setia. Saya
menyimpulkan tiga watak yang dimiliki orang-orang hejaz dan Nejd. Pertama jiwa petualang.
Berjiwa petualang mengalami pelbagai rintangan hidup di gurun. Mereka berpetualang
menjelajahi gurun mencari sumber mata air, walaupun mereka tidak melakukan
pengembaraan keluar gurun seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arab Selatan dengan
lautnya. Kedua adalah watak yang keras dan tak mau kalah. Dalam memenuhi kebutuhan
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
agar tetap bertahan hidup sangat sulit. Bagaimana dengan peperangan yang menjadi lembaga
sosial? Ketiga, keramahan, kesetiaan, dan persahabatan tanpa memandang bulu pada tamu
atau pendatang. Tiga hal ini terdapat dalam banyak literatur dan syair-syair Arab. Khususnya
syair-syair pada zaman pra-Islam.
Daftar Pustaka
Held, Colbert C. Middle East Patterns. Colorado: Westview Press, Inc. 1989
Sarwono, Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cet ke-
4. 2012
Hitti, Philip K. History of the Arabs. Jakarta: Serambi. 2008
Surya Brata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV. Rajawali. 1983
Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. 1986
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014
Watak orang ..., Dimas Yuri Ramdhana, FISIP UI, 2014