Download - Validitas Dan Reabilitas
MAKALAH EVALUASI PROSES DAN HASIL
PEMBELAJARAN KIMIA
Validitas dan Reabilitas
Kelompok : II (Dua)
Nama : 1. Arif Fardilah (06101181320006)
2. Andini Septi Rahayu (06101281320019)
3. Ayu Lestari (06101281320008)
4. Devi Komalasari (06101181320027)
5. Elziliyana (06101181320026)
6. Lusiana Setiawati (06101181320028)
Dosen Pembimbing :1. Dr. Effendi Nawawi, M.Si.
2. Drs. A. Rachman Ibrahim, M.Sc.Ed.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
makalah yang berjudul “Validiatas dan Reabilitas”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yangdi berikan dalam mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Indralaya, 09 Februari 2016
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 NDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Validitas............................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Validitas...................................................................................................3
2.1.2 Macam Macam Validitas...........................................................................................5
2.1.3 Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur.......................................................................7
2.2 Reabilitas..........................................................................................................................8
2.2.1 Pengertian Reabilitas.................................................................................................8
2.2.2 Jenis Jenis Reabilitas...............................................................................................10
2.2.3 Metode Pengujian Reabilitas...................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
iii
BAB I
NDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Validitas dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam
penelitian. Keduanya berfokus bagaimana menciptakan pengukuran yang terhubung
dengan konstruk yang diukur. Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat penting
karena konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan sering kali
tidak dapat secara langsung teramati. Semua peneliti sosial ingin pengukuran yang
mereka lakukan memiliki validitas dan reliabilitas yang baik
Validitas dan reliabilitas adalah dua istilah yang banyak digunakan dalam evaulasi pendidikan, terutama dalam masalah tes. Validitas tes secara umum dapat diartikan sebagai sah atau benarnya suatu tes, sedangkan reliabilitas tes dapat diartikan sebagai ajeg atau tetapnya suatu tes. Validitas dan reliabilitas tes mempunyai ukuran ukuran tertentu, dan tes yang baik dalam buku dasar dasar evaluasi pendidikan karya suharsimi arikuto, adalah memiliki validitas dan realiabilitas. Bila tes tidak mengandung kedua sifat tersebut maka hasil dari tes bisa dikatakan kurang sesuai atau tidak sah.
Setelah memahami pengertian dan urgensi secara umum validitas dan reliabilitas dalam tes , maka dalam makalah ini saya akan mencoba menguraikan pengertian validitas dan reabilitas sejelas mungkin, sehingga teman teman sekalian memahami apa sebenarnya validitas dan reliabilitas itu, serta jenis dan contoh contoh daripada validitas dan reliabiltas tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian validitas ?
1.2.2 Apa pengertian reabilitas
1.2.3 Apa saja macam-macam validitas ?
1.2.4 Apa saja jenis-jenis reabilitas ?
1.2.5 Bagaimana cara mengetahui validitas alat kur ?
1.2.6 Apa saja metode pengujian reabilitas ?
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian validitas
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian reabilitas
1.3.3 Untuk mengetahui macam-macam validitas
1.3.4 Untuk mengetahui jenis-jenis reabilitas
1.3.5 Untuk mengetahui cara memvaliditas alat kur
1.3.6 Untuk mengetahui metode pengujian reabilitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Validitas
2.1.1 Pengertian Validitas
Secara etimologi validitas berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu “Valid”. valid didalam kamus oxford dikatakan “Valid is the state of being legally acceptable”. Atau sesuatu yang bisa diterima menurut hukum. Mudahnya, valid dapat diartikan benar atau sah.
Seperti yang kita ketahui validitas berasal dari kata valid, tetapi ada sedikit perbedaan dalam penempatannya. Contohnya, jika dikatakan “ Soal itu valid”, merupakan kalimat yang dapat dipahami, sedangkan jika dikatakan “Soal itu validitas”, maka kalimat tersebut tidak akan dapat dipahami, kecuali bila dikatakan “Soal itu memiliki validitas yang tinggi”, maka kalimat tersebut dapat dipahami.
Dari paragraf diatas dapat kita pahami bahwasannya, validitas memang berasal dari kata valid, tetapi dalam penggunaannya ada sedikit perbedaan. Kata valid dapat diartikan benar atau sah sedangkan bila berubah menjadi kata validitas diartikan sebagai takaran atau ukuran kebenaran atau keabsahan sesuatu. Adapun dalam kamus besar bahasa indonesia, validitas adalah kesahan, sahnya, berlakunya sesuatu.
Validitas dalam evaluasi pendidikan berhubungan erat dengan pelaksanaan tes hasil belajar. Bila dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain, sebuah tes dikatakan telah memiliki “Validitas” apabila tes tersebut secara tepat, benar, absah atau shahih telah dapat mengungkap atau
3
mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes tersebut.
Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran.
Pengertian validitas menurut Walizer (1987) adalah tingkaat kesesuaian antara suatu
batasan konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan.
Menurut Aritonang R. (2007) validitas suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan
instrument itu untuk mengukur atu mengungkap karakteristik dari variabel yang
dimaksudkan untuk diukur. Instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sikap
konsumen terhadap suatu iklan, misalnya, harus dapat menghasilkan skor sikap yang
memang menunjukkan sikap konsumen terhadap iklan tersebut. Jadi, jangan sampai hasil
yang diperoleh adalah skor yang menunjukkan minat konsumen terhadap iklan itu.
Validitas suatu instrumen banyak dijelaskan dalam konteks penelitian sosial yang
variabelnya tidak dapat diamati secara langsung, seperti sikap, minat, persepsi, motivasi,
dan lain sebagainya. Untuk mengukur variabel yang demikian sulit, untuk
mengembangkan instrumen yang memiliki validitas yang tinggi karena karakteristik yang
akan diukur dari variabel yang demikian tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi
hanya melalui indikator (petunjuk tak langsung) tertentu. (Aritonang R. 2007)
Menurut Masri Singarimbun, validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
itu mengukur apa yang ingin diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda,
maka dia harus menggunakan timbangan. Timbangan adalah alat pengukur yang valid
bila dipakai untuk mengukur berat, karena timbangan memang mengukur berat. Bila
panjang sesuatu benda yang ingin diukur, maka dia harus menggunakan meteran. Meteran
adalah alat pengukur yang valid bila digunakan untuk mengukur panjang, karena memang
meteran mengukur panjang. Tetapi timbangan bukanlah alat pengukur yang valid
bilamana digunakan untuk mengukur panjang.
Sekiranya penelliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian,
maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah
kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang
4
dikumpulkan adalah data yang valid. Banyak hal-hal lain yang akan mengurangi validitas
data; misalnya apakah si pewawancara yang mengumpulkan data betul-betul mengikuti
petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuesioner. (Masri Singarimbun)
Menurut Suharsimi Arikunto, validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat
instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
Menurut Soetarlinah Sukadji, validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada
tes itu sendiri, tapi tergantung penggunaan dan subyeknya.
2.1.2 Macam Macam Validitas
Di dalam buku Encyclopedia of Education Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan. Bahwa secara garis besar validitas terbagi menjadi dua:a. Validitas Logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka valaiditas logis untuk sebuah instrument evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdsarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrument yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
b. Validitas EmpirisIstilah “validitas empiris” memuat kata “empiris yang artinya
“pengalaman”. Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
Dari uraian dua jenis validitas diatas, yakni validitas logis ada dua macam, dan validitas empiris ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal empat macam validitas yaitu:1. Validitas Isi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera didalam kurikulum.
5
2. Validitas KonstrakSebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila
butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yeng menjadi tujuan instruksioanal.
Contoh: “siswa dapat membandingkan antara efek biologis dan efek kologis”, maka butir soal pada tes merupakan perintah agar membedakan antara dua efek tersebut.
3. Validitas “ada sekarang”Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan dalam hal ini hasil dipasangkan dengan hasil pengalaman. Penglaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sudah ada (ada sekarang, concurrent).
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
4. Validitas PredictiveMemprediksi artinya meramal, dengan meramal selalau
mengenai hal yang akan datang yang sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating
Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan dating.
Sedangkan menurut Ebel (dalam Nazirz 1988) membagi validitas menjadi :
6
1. Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara
skor dengan kinerja.
2. Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek
psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi
bahwa suatu konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam
pengukuran.
3. Face Validity adalah validitas yang berhuubungan apa yang nampak dalam
mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
4. Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan
faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran
perilaku lainnya, di mana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik
analisis faktor.
5. Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara
skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan
langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
6. Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik
uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung
bhwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusny diukur.
7. Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara
skor suatu alat ukur dengan kinerj seorang di msa mendatang.
8. Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya
sampling dari suatu populasi.
9. Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi
dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pungukuran tersebut merupakan
alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan
instruksional.
Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi
berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas (Saifuddinn Azwar), yaitu:
1. Validitas Prediktif
Validitas Prediktif sangat penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk
berfungsi sebagai predictor bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh situasi
yang menghendaki adanya prediksi kinerja ini antara lain adalah dalam bimbingan
karir; seleksi mahasiswa baru, penempatan karyawan, dan semacamnya.
7
Menurut Saifuddin Azwar, validitas prediktif adalah seberapa besar derajat tes
berhasil memprediksi kesuksesan seseorang pada situasi yang akan datang.
Validitas prediktif ditentukan dengan mengungkapkan hubungan antara skor tes
dengan hasil tes atau ukuran lain kesuksesan dalam satu situasi sasaran.
2. Validitas Konkuren
Apabila skor alat ukur dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang
sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas
konkuren.
Menurut Saifuddin Azwar, validitas ini menunjukkan seberapa besar derajat
skor tes berkorelasi dengan skor yang diperoleh dari tes lain yang sudah mantap,
bila disajikan pada saat yang sama, atau dibandingkan dengan criteria lain yang
valid yang diperoleh pada saat yang sama.
2.1.3 Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur
Sebuah tes dikatakan memiliki jika hasilnya sesuai dengan kriterium. Dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tersebut dengan kriterium. Ada berbagai kriterium yang dapat digunakan untuk menvalidasikan tes:1. Catatan performance kuantitaif dan rating subyektif yang dicapai
dari hasil tes akhir. Misalnya validasi tes masuk matematika dengan kecakapan memecahkan soal matematika pada ujian akhir.
2. Berdasarkan rata-rata tingkatan pendidikan atau training tertentu.Untuk mengetahui sebuah tes valid atau tidak, ada beberapa
sumber yang harus diperhatikan oleh penyusun tes agar dapat dipertanggungjawabkan. Pertama adalah buku-buku yang digunakan di lapangan. Kedua mata pelajaran yang ada di sekolah. Ketiga laporan kelompok-kelompok studi. Keempat kelompok guru yang memberikan pelajaran. Kelima ahli dari perguran tinggi, departemen yang memeberikan latihan atau supervisi kepada guru-guru lapangan.
Namun demikian sumber-sumber ini digunakan hanya dalam batas penyusunan tes tolak ukur peserta didik, sebab keragaman dari
8
tes yang berdistribusi untuk nasional dan juga untuk setiap tujuan dan bidang studi.
Hal diatas menjadi jelas bahwa hubungan antara pengajaran dan testing adalah hubungan yang sangat erat. Isi suatu tes adalah gambaran dari apa yang sudah dipikirkan. Program pengajaran adalah sumber orisinil suatu tes.
2.2 Reabilitas
2.2.1 Pengertian Reabilitas
Reliabilitas berasal dari kata bahasa inggris reliable yang artinya dapat dipercaya. Dalam evaluasi pendidikan reliabilitas biasa digunakan untuk sifat dari hasil tes yang tetap atau ajeg walaupun berkali kali dilakukan. Ajeg atau tetap belum tentu sama dan dapat berubah, tetapi perubahan yang terjadi memiliki suatu instrumen dalam sebuah interval. Misalnya,
Nama Siswa Tes Pertama Tes Kedua
Imam 6,6 7,2
Dayat 8 8,5
Setya 7,3 8
Reliabilitas dalam buku evaluasi dan remediasi belajar menurut sugiono ialah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran dilakukan secara berulang. Adapun menurut Nursalam ( 2003 ) reliabilitas suatu tes adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan.
Walizer (1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan
pengukuran.
9
Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang
dapat dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "the degree of
which test score are free from error measurement".
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain,
realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang
sama.
Menurut Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang
tes ataupun bentuk tes.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam
artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dalam pandangan Aiken (1987: 42) sebuah tes dikatakan reliabel jika skor yang
diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun dilakukan pengukuran berulang-ulang.
Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu
kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-
masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih
subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar
penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat
diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap
konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang
sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk
pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu
memberikan hasil yang berbeda-beda.
Maka dari beberapa pengertian para ahli terhadap kata reliabilitas, dapat kita katakan bahwasannya reliabilitas merupakan, konsistensi nilai tes setelah berulang kali diujikan.
10
2.2.2 Jenis Jenis Reliabilitas
Walizer (1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur reliabilitas,
yaitu:
1. Reliabilitas stabilitas
Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap
orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya. Reliabilitas ini
menyangkut penggunaan indicator yang sama, definisi operasional, dan prosedur
pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk
dapat memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama
atau hampir sama.
2. Reliabilitas ekivalen.
Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran
yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi
dengan satu atau lebih indicator yang berbeda, batasan-batasan operasional,
paeralatan pengumpulan data, dan / atau pengamat-pengamat.
Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang
sama bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut teknik
belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai.Apabila satu rangkaian
pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam kuesioner, maka
pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu.
(Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini.) Hasil
masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor masing-masing
bagian tersebiut dibandingkan. Apabila dalam skor kemudian skor masing-masing
bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu relatif sama, dicapailah
reliabilitas belah tengah.
Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik
pengukuan yang berbeda. Kecemasan misalnya, telah diukur dengan laporan pulsa.
Skor-skor relatif dari satu indikator macam ini haruslah sesuai dengan skor yang lain.
Jadi bila seorang subyek nampak cemas pada ”ukuran gelisah” orang tersebut
haruslah menunjukkan tingkatan kecermatan relatif yang sama bila tekanan darahnya
yang diukur.
11
2.2.3 Metode Pengujian Reabilitas
Tiga tehnik pengujian realibilitas instrument antara lain :
1. Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate Form)
Teknik paralel disebut juga tenik ”double test double trial”. Sejak awal peneliti
harus sudah menyusun dua perangkat instrument yang parallel (ekuivalen), yaitu dua
buah instrument yang disusun berdasarkan satu buah kisi-kisi. Setiap butir soal dari
instrument yang satu selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen kedua.
Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana,
maka hasil instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus
product moment (korelasi Pearson).
2. Teknik Ulang (Test Re-test)
Disebut juga teknik ”single test double trial”. Menggunakan sebuah instrument,
namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan
untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.Teknik perhitungan yang digunakan
sama dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.
Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas tes-retest adalah seberapa besat derajat skor tes
konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas diukur dengan menentukan hubungan
antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok yang sama, pada waktu
yang berbeda.
Metode pengujian reliabilitas stabilitas yang paling umum dipakai adalah
metode pengujian tes-kembali (test-retest). Metode test-retest menggunakan ukuran
atau “test” yang sama untuk variable tertentu pada satu saat pengukuran yang diulang
lagi pada saat yang lain. Cara lain untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas, bila kita
menggunakan survai, adalah memasukkan pertanyaan yang sama di dua bagian yang
berbeda dari kuesioner atau wawancara. Misalnya the Minnesota Multiphasic
Personality Inventory (MPPI) mengecek reliabilitas test-retest dalam satu
kuesionernya dengan mengulang pertanyaan tertentu di bagian-bagian yang berbeda
dari kuesioner yang panjang.
Kesulitan terbesar untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas adalah membuat
asumsi bahwa sifat/ variable yang akan diukur memang benar-benar bersifat stabil
sepanjang waktu. Karena kemungkinan besar tidak ada ukuran yang andal dan sahih
yang tersedia. Satu-satunya faktor yang dapat membuat asumsi-asumsi ini adalah
pengalaman, teori dan/atau putusdan terbaik. Dalam setiap kejadian, asumsi ini selalu
12
ditantang dan sulit rasanya mempertahankan asumsi tersebut atas dasar pijakan yang
obyektif.
3. Teknik Belah Dua (Split Halve Method)
Disebut juga tenik “single test single trial”. Peneliti boleh hanya memiliki
seperangkat instrument saja dan hanya diujicobakan satu kali, kemudian hasilnya
dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrument menjadi dua sama besar.
Cara yang diambil untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar nomor
ganjil-genap, atas dasar nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.
Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas ini diukur dengan menentukan hubungan antara
skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang disajikan kepada seluruh kelompok
pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes
yang sebenarnya, rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk mengoreksi
koefisien yang didapat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Validitas dan reliabilitas adalah dua hal penting didalam sebuah tes. Karena tes yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
13
tinggi. Validitas itu sendiri secara umum dapat diartikan sebagai keabsahan sesuatu, atau dalam lingkup evaluasi pendidikan validitas terutama dalam sebuah tes, validitas merupakan alat ukur keberhasilan sebuah tes, karena sebuah soal dikatakan memilki validitas yang tinggi apabila tes tersebut secara tepat, benar, absah atau shahih telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur.
Validitas memiliki beberapa macam, diantaranya, validitas isi ( Keabsahan materi atau isi pelajaran dengan tes ), validitas konstrak ( keabsahan tujuan instrusksional dalam tes) , validitas ada sekarang (Keabsahan data lampau atau pengalaman dengan apa yang ada didalam tes ), dan validitas predikitif ( Keabsahan prediksi sebuah soal bila diteskan).
Reliabilitas secara umum diartikan sebagai keajegan atau ketetapan sesuatu. Dalam hal tes, reliabilitas adalah konsistensi hasil tes. Atau dengan kata lain suatu tes dikatakan reliabel bila tes tersebut mendapatkan hasil yang sama bila diujikan secara berulang ulang. Cara mengukur reliabilitas sebuah tes bisa dengan beberapa metode, yaitu Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate Form), Teknik Ulang (Test Re-test)
dan Teknik Belah Dua (Split Halve Method).
14
DAFTAR PUSTAKA
Hielmahasanah. (201, September). Blogspot. Retrieved Februari 09, 2016, from Validitas dan
Reabilitas: http://hielmahasanah.blogspot.co.id/2014/11/validitas-dan-reliabilitas.html
Marasabessy, M. (2014, Januari). Validitas dan Reabilitas dalam Evaluasi Pendidikan.
Retrieved Februari 09, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/11350651/Validitas_Dan_Reliabilitas_Dalam_Evaluasi_P
endidikan
Merlitafutriana. (2015, Februari). Blogspot. Retrieved Februari 09, 2016, from Validitas dan
Reabilitas: http://merlitafutriana0.blogspot.co.id/p/validitas-dan-reliabilitas.html
15