Download - Usaha Keripik Telo Ungu
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
1/96
NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS USAHAAGROINDUSTRI KERIPIK KETELA UNGU
DI KECAMATAN TAWANGMANGU
KABUPATEN KARANGANYAR
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis
Oleh :
Rinda Saptianuri
H 1308508
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
2/96
1
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program
Sarjana :
Nama : Rinda Saptianuri
NIM : H 1308508
Jurusan/Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan
dan dipublikasikan dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing
sebagai Co-Author.
*) Coret yang tidak perlu
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. Darsono, Msi
NIP. 19660611 199103 1 002
Pembimbing Pendamping
Nuning Setyowati, SP. MSc
NIP. 19820325 200501 2 002
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
3/96
2
ANALISIS USAHA
AGROINDUSTRI KERIPIK KETELA UNGU
DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
RINDA SAPTIANURI
H 1308508
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya biaya,
penerimaan, keuntungan, profitabilitas, risiko usaha, dan efisiensi usaha agroindustri
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis.Penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di Desa Karanglo dan Desa
Bandardawung Kecamatan Tawangmangu, karena hanya wilayah tersebut yang
memproduksi keripik ketela ungu di Kabupaten Karanganyar. Pengambilan
responden dilakukan dengan teknik sensus dan diperoleh responden yang berjumlah19 produsen. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis
data yang digunakan meliputi analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan
profitabilitas, analisis risiko serta analisis efisiensi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya rata-rata yang dikeluarkan
produsen keripik ketela ungu dalam satu bulan selama bulan Oktober 2010 sebesar
Rp 28.092.681,90. Penerimaan rata-rata yang diperoleh pengusaha adalah sebesarRp 36.340.580,36 dan keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen keripik ketelaungu adalah sebesar Rp 8.247.898,46 dengan profitabilitas sebesar 23,00%.
Nilai koefisien variasi usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar 0,93 atau lebih besar dari 0,5 dan
batas bawah keuntungan Rp -7.047.041,60 atau bernilai negatif (L < 0), maka dapatdinyatakan bahwa usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar memiliki peluang mengalami kerugian.
Usaha industri keripik ketela ungu yang dijalankan selama ini sudah efisien yang
ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,29.
Kata Kunci : Analisis Usaha, Keripik Ketela Ungu, Keuntungan, Risiko, Efisiensi
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
4/96
3
BUSSINESS ANALYSIS AT AGROINDUSTRY OF PURPLE CASSAVA
CHIP IN TAWANGMANGU DISTRICT
KARANGANYAR REGENCY
RINDA SAPTIANURI
H1308508
ABSTRACT
The aims of this research is to analyse how much the cost is, income,
profit, profitability, business risk, and business efficiency at agroindustry of purple
cassava chip in Tawangmangu district, Karanganyar regency.
Basic method of research used is analytic descriptive method. It was performed purposively, that is in Karanglo and Bandardawung village of
Tawangmangu district, because only that village which produce of purple cassava
chip in Karanganyar regency. The taking of responds was performed with census
technic and it was gained respondents amounting 19 producers. Data used is primary data and secondary data. Technique of data collecting used consist of
analyzis cost, income, profit and profitability, risk analyzis, and analyzis of
efficiency.
The result of the research showed that average total cost which is issued by producers of purple cassava chip in a moth for October 2010 is 28.092.681,90
rupiah. Average income which gained by producers is 36.340 580,36 and average
profit gained by producer of purple cassava chip is 8.247.898,46 with profitabilityamounting 23,00%.Coeficient value of agrobusiness variation of purple cassava chip in
Tawangmangu of Karanganyar regency amounting 0,93 or greater from 0,5 and
ground limit of profit is – 7.047.041,60 or has negative value (L
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
5/96
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri pangan merupakan salah satu bidang yang sangat penting
peranannya dalam perekonomian Indonesia. Di samping mampu memenuhi
kebutuhan pangan Indonesia, juga dapat menghasilkan devisa bagi negara.
Keberadaan industri pangan di Indonesia dapat menyerap tenaga kerja dalam
jumlah yang cukup banyak serta mampu mendorong berdirinya industri
penunjang seperti industri pengolahan makanan, industri mesin dan peralatan pengolahan pangan maupun industri agribisnis atau agroindustri.
Agroindustri mempunyai rentang pengertian yang amat lebar.
Agroindustri adalah suatu kegiatan yang mengolah bahan yang dihasilkan dari
usaha pertanian dalam arti luas, baik dari pertanian tanaman pangan, maupun
non pangan, peternakan ataupun perikanan. Agroindustri merupakan
industrialisasi di bidang pertanian dalam rangka peningkatan nilai tambah dan
daya saing produk pertanian. Agroindustri merupakan solusi penting untuk
menjembatani keinginan konsumen dan karakteristik produk pertanian yang
variatif dan tidak tahan lama bila disimpan (Nopianto, 2010).
Agroindustri dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional.
Setidaknya ada lima alasan utama, yaitu : (1) industri pengolahan mampu
mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif, yang akhirnya
akan memperkuat daya saing produk; (2) produk agroindustri memiliki nilai
tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan
perekonomian nasional; (3) agroindustri memiliki keterkaitan yang besar baik ke
hulu maupun ke hilir, sehingga mampu menarik kemajuan sektor lain; (4)
memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) sehingga terjamin
keberlanjutannya; dan (5) berpeluang mengubah struktur ekonomi nasional dari
pertanian ke industri (Supriyati dan Tarigan, 2008).
Salah satu cara yaitu mewujudkan penganekaragaman pangan
sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan
pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
6/96
2
menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama
disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan
lainya. Umbi-umbian merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia.
Umbian-umbian mempunyai kandungan gizi yang cukup memenuhi jika
dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Jenis umbi-umbian yang sering
ditemukan di pasaran antara lain jenis talas-talasan, ketela rambat, kentang, ketela
pohon. Ketela rambat mempunyai kulit tipis dan berkadar air tinggi sehingga
perlu penanganan yang baik selama proses panen, dan pengangkutan serta
penyimpanan sebelum dimanfaatkan. Apabila kulit yang tipis tersebut rusak,
maka akan mudah sekali mikroorganisme (bakteri, jamur, dan lain-lain) masuk ke
dalam umbi, sehingga seluruh bagian umbi akan cepat rusak. Untuk
memperpanjang masa simpan, ketela rambat dapat diolah dan dijadikan sebagai
camilan dengan cara direbus, digoreng, atau dijadikan keripik (Anonim, 2008).
Ketela rambat ( Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman yang
mempunyai potensi besar di Indonesia. Penghasil utama ketela rambat di
Indonesia adalah Jawa dan Irian Jaya. Peluang perluasan areal panen masih
sangat terbuka. Dan dengan perbaikan teknik budidaya dan penggunaan
varietas unggul nasional, dapat meningkatkan produktivitas ketela rambat
(Anonim, 2010).
Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah, hampir semua di
Kabupaten/Kota terdapat budidaya ketela rambat. Dari 35 Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah, hanya 5 Kabupaten/Kota yang tidak terdapat budidaya ketela
rambat. Luas panen, rata-rata produksi dan produksi ketela rambat di 30
Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
7/96
3
Tabel 1. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Ketela Rambat di Jawa
Tengah Tahun 2008
No.Kabupaten/
Kota
Ketela Rambat
Luas
Panen
(Ha)
Rata-rata
Produksi
(Kw/Ha)
Produksi
(Ton)
1. Kab. Cilacap 293 133,04 3.8982. Kab. Banyumas 85 130,12 1.106
3. Kab. Purbalingga 327 122.69 4.012
4. Kab. Banjarnegara 291 129,42 3.766
5. Kab. Kebumen 66 125,76 8306. Kab. Purworejo 58 124,48 722
7. Kab. Wonosobo 841 134,01 11.2708. Kab. Magelang 1.298 144,53 18.7609. Kab. Boyolali 35 126,29 44210. Kab. Klaten 65 136,31 886
11. Kab. Wonogiri 245 140,53 3.443
12. Kab. Karanganyar 557 148,65 8.28013. Kab. Sragen 5 74 3714. Kab. Grobogan 118 129,07 1.523
15. Kab. Blora 422 130,09 5.490
16. Kab. Rembang 240 128,88 3.03917. Kab. Pati 78 126,41 986
18. Kab. Kudus 138 115,22 1.59019. Kab. Jepara 50 120 600
20. Kab. Demak 165 123,82 2.043
21. Kab. Semarang 692 131,73 9.11622. Kab. Temanggung 356 125,08 4.453
23. Kab. Kendal 256 132,58 3.394
24. Kab Batang 669 126,25 8.44625. Kab. Pekalongan 209 121,55 2.504
26. Kab. Pemalang 301 128,34 3.869
27. Kab. Tegal 229 128,54 2.939
28. Kab. Brebes 283 141,31 3.999
29. Kota Salatiga 36 121,67 43830. Kota Semarang 61 125,08 763
Jumlah 8466 133,1 112.689
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 2009
Berdasarkan Tabel 1, salah satu wilayah di Indonesia yang
membudidayakan ketela rambat adalah Kabupaten Karanganyar. Meskipun
pada tabel tersebut luas lahan dan produksi ketela rambat di Kabupaten
Karanganyar tidak seluas dan sebesar di Kabupaten Magelang dan Wonosobo,
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
8/96
4
akan tetapi produksi rata-rata per hektarnya memiliki urutan tertinggi. Dan
hampir semua ketela rambat yang dibudidayakan di Kabupaten Karanganyar
adalah jenis ketela rambat yang memiliki warna daging buah ungu.
Ketela ungu merupakan salah satu umbi sumber karbohidrat yang
banyak ditanam oleh masyarakat yang menyimpan potensi besar baik sebagai
pangan alternatif maupun pengembangan potensi bisnis. Salah satu produk
olahan ketela ungu yaitu keripik ketela ungu yang sudah populer dan sudah
banyak diproduksi untuk memenuhi kebutuhan komersial (Rukmana, 2010).
Tanaman ketela ungu ( Ipomoea batatas L. Sin. batatas edulis choisy)
berasal dari Amerika bagian tengah. Kemudian tersebar ke berbagai negara di
dunia yang memiliki sistem pertanian cukup maju, termasuk Indonesia. Pada
sekitar tahun 1990, ketela ungu sudah tersebar dan ditanam hampir di seluruh
wilayah Nusantara. Daerah yang cocok digunakan untuk membudidayakan ketela
ungu adalah dataran rendah sampai ketinggian 500 m diatas permukaan laut.,
yang bersuhu 21-27oC, berkelembaban 50-60%, mendapat panas sinar matahari
11-12 jam/hari, dengan curah hujan 750-1.500 mm/tahun. Di dataran tinggi
(pegunungan) dengan ketinggian mencapai 1.000 m di atas permukaan laut,
ketela ungu masih mampu tumbuh dengan baik, namun pencapaian umurnya
lebih lama. Tanaman ketela ungu akan tumbuh dengan baik dan berproduksi
optimal bila ditanam pada tanah yang subur, gembur, banyak mengandung
humus, dan ber-pH 5,5-7,5 (Rukmana, 2010).
Kondisi geografis Kabupaten Karanganyar yang terletak pada ketinggian
511 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 2.453 mm/tahun dan bersuhu
antara 22-31oC serta dengan tanah yang subur dan mengandung humus yang
cukup, cocok untuk membudidayakan ketela ungu (BPS Karanganyar, 2009).
Seperti yang terlihat pada Tabel 1 bahwa Kabupaten Karanganyar memiliki rata-
rata produksi tertinggi tiap hektarnya.
Dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar 14 kecamatan
diantaranya membudidayakan ketela ungu, sedangkan 3 kecamatan lainnya tidak
membudidayakan dikarenakan kondisi lahan kurang memungkinkan untuk
budidaya ketela ungu tersebut. Berdasarkan data 5 tahun terakhir dari Dinas
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
9/96
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
10/96
6
Dari luas lahan yang digunakan untuk budidaya ketela ungu, maka dapat
dilihat produksi ketela ungu pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Produksi Tanaman Ketela Ungu di Kabupaten Karanganyar Tahun2005-2009
No
.Kecamatan
Produksi (Ton) Rata-rata
(Ton)2005 2006 2007 2008 2009
1. Jatipuro - - 45 - 20 132. Jumapolo 132 95 156 154 - 107,4
3. Jumantono 264 95 1.002 354 - 343
4. Matesih 5.064 1.878 2.607 3.405 688 2.728,4
5. Tawangmangu 1.233 1.252 2.629 1.859 1.578 1.710,26. Ngargoyoso 4.316 3.167 1.515 4.682 1.993 3.134,6
7. Karangpandan 1.740 2.372 2.117 2.106 816 1.830,28. Karanganyar - - - - 19 3,8
9. Tasikmadu - - - - 76 15,210. Colomadu 66 57 - - - 24,6
11. Kebakkramat - - - - 290 58
12. Mojogedang 969 969 2.295 1.851 1.147 1.446,2
13. Jenawi 2.774 986 712 1.843 2.702 1.803,414. Kerjo 528 190 756 595 683 550,4
Jumlah 17.086 11.061 13.836 16.849 10.012 13.768,4
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar 2009
Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah produksi
tertinggi ketela ungu pada data 5 tahun terakhir terdapat pada tahun 2005. Dan
Kecamatan yang memiliki rata-rata produksi tertinggi yaitu di Kecamatan
Ngargoyoso, diikuti Kecamatan Matesih dan Karangpandan. Ketela ungu yang
diproduksi di Kabupaten Karanganyar tidak hanya dipasarkan langsung, akan
tetapi sebagian besar diolah untuk memberikan nilai tambah pada ketela ungu
tersebut. Salah satu produk olahan ketela ungu yang diproduksi adalah keripik
ketela ungu. Mekipun pada Tabel 2 menunjukan hasil produksi ketela ungu yang
ada di Kabupaten Karanganyar cukup tinggi, akan tetapi untuk memenuhi
permintaan para pengusaha keripik ketela ungu belum mencukupi. Sehingga
membutuhkan ketela ungu dari luar Kabupaten Karanganyar, seperti dari
Magetan, Ngawi dan Bandung.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
11/96
7
Berdasarkan data Tabel 2 dan 3 diatas, dapat dilihat bahwa Kecamatan
Tawangmangu tidak mempunyai lahan yang cukup luas dan produksi ketela ungu
yang tinggi, akan tetapi sentra industri pengolahan keripik ketela ungu justru
terdapat di Kecamatan Tawangmangu. Pengusaha agroindustri keripik ketela
ungu yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada Tabel 4
berikut ini:
Tabel 4. Pengusaha Agroindustri Keripik Ketela Ungu di KecamatanTawangmangu
No. Nama Usaha Alamat
1. Gito Dukuh, Karanglo
2. Yamdi Dukuh, Karanglo3. Parjo Dukuh, Karanglo
4. Wagyo Dukuh, Karanglo
5. Wagino Dukuh, Karanglo
6. Arjoyono Dukuh, Karanglo7. Wirosuparno Dukuh, Karanglo
8. Nurhadi Dukuh, Karanglo
9. Parno Dukuh, Karanglo
10. Jumadi Sadakan Lor, Karanglo
11. Suyanto Sadakan Lor, Karanglo12. Suyatno Sadakan Lor, Karanglo
13. Jumini Sadakan Lor, Karanglo
14. F. Wilarso Sadakan Lor, Karanglo15. Supadi Sadakan Lor, Karanglo
16. Kamto Blimbing, Karanglo
17. Parno Blimbing, Karanglo
18. Karjo Bandar, Bandardawung19. Sutrisno Jabalkanil, Bandardawung
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi
Kabupaten Karanganyar 2008
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat 19 pengusaha
agroindustri keripik ketela ungu yang masih memproduksi keripik ketela ungu.
Agroindustri tersebut hanya terdapat di dua desa di Kecamatan Tawangmangu,
yaitu Desa Karanglo dan Bandardawung. Usaha agroindustri keripik ketela ungu
tersebut dikelola secara perorangan dengan jumlah tenaga kerja antara 12-15
orang. Jadi agroindustri ini tergolong industri skala kecil (5-19 orang).
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
12/96
8
Keripik ketela ungu merupakan makanan ringan yang mudah diproduksi.
Selain itu agroindustri keripik ketela ungu juga mempunyai peranan penting
dalam menambah pendapatan keluarga dan dapat juga menciptakan lapangan
kerja bagi masyarakat. Agroindustri keripik ketela ungu hingga saat ini masih
terus berproduksi, bahkan sedang dikembangkan oleh pemerintah setempat,
dengan harapan keripik ketela ungu ini dapat menjadi jajanan atau oleh-oleh khas
dari Tawangmangu, di mana Tawangmangu itu sendiri merupakan tempat wisata
yang sudah cukup dikenal masyarakat luas. Selain itu agroindustri keripik
ketela ungu ini mempunyai prospek pasar yang baik. Karena selain sebagai
oleh-oleh khas dari Tawangmangu, keripik ketela ungu ini juga dipasarkan ke
kota-kota lain di Pulau Jawa, seperti Solo, Bandung dan Jakarta. Melihat
pentingnya agroindustri ini maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis
usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar.
B.
Perumusan Masalah
Pembangunan agroindustri masih dihadapkan pada berbagai tantangan,
baik tantangan atau permasalahan yang ada di dalam negeri atau di luar negeri.
Beberapa permasalahan agroindustri ini khususnya permasalahan dalam negeri
adalah kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu, kurang
konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri, kurangnya fasilitas
permodalan (perkreditan), keterbatasan pasar, lemahnya infrastuktur,
kurangnya penelitian dan pengembangan, lemahnya keterkaitan industri hulu
dan hilir, kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing serta
lemahnya enterpreneurship (Soekartawi, 2001).
Agroindustri keripik ketela ungu Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar ini dapat tergolong dalam usaha kecil yang masih berhadapan
dengan berbagai kendala sehingga membutuhkan pembinaan dari pihak terkait,
yakni dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi
Kabupaten Karanganyar. Adanya keterbatasan bahan baku, dan lemahnya
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
13/96
9
sarana produksi menjadikan produksi keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini kurang optimal.
Meskipun demikian, tujuan dari agroindustri keripik ketela ungu ini
sama dengan tujuan dari usaha lainnya, yaitu mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya. Oleh karena itu besarnya biaya yang dikeluarkan harus
diperhitungkan disesuaikan dengan penerimaan yang diperoleh.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diangkat beberapa permasalahan
antara lain :
1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar?
2.
Apakah usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yang diusahakan berisiko?
3. Apakah usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yang diusahakan efisien?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar.
2. Menganalisis risiko usaha dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
3.
Menganalisis efisiensi usaha agrondustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
D.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang agroindustri keripik
ketela ungu dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
14/96
10
2. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
dan sebagai bahan penyusunan kebijakan pangan yang lebih baik di masa
mendatang, terutama usaha agroindustri keripik ketela ungu.
3. Bagi Pengusaha Keripik Ketela Ungu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
dan pertimbangan pengusaha keripik ketela ungu untuk meningkatkan
penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi serta nilai tambah
produk.
4. Bagi Akademisi dan Pemerhati Agroindustri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber
informasi bagi pemerhati mengenai permasalahan yang sama di masa
mendatang.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
15/96
11
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Alhuda (2004) yang berjudul “ Analisis Usaha dan
Efisiensi Agroindustri Kripik Ubi Jalar (Studi Kasus di Agroindustri Kripik Ubi
Jalar Sehati Desa Kemiri Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto)” yang telah
dilakukan, agroindustri kripik ubi jalar Sehati dalam satu kali proses produksi
rata-rata mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 25.388,2 dan biaya variabel
sebesar Rp 864.157,2. Dengan jumlah produksi sebanyak 3911 Kg denganharga perkilogramnya Rp 7.000,00 maka agroindustri ini mendapatkan total
penerimaan rata-rata satu kali produksi sebesar Rp 1.244.409,1. Dalam
penelitian ini pada agroindustri kripik ubi jalar Sehati mendapatkan rata-rata
keuntungannya adalah sebesar Rp 354.863,7. Nilai R/C dalam penelitian ini
adalah sebesar 1,39 hal ini berarti jika agroindustri kripik ubi jalar Sehati
mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000.000,00 maka agroindustri ini akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 13.900.000,00. Dalam penelitian ini
diperoleh nilai BEPq rata-rata sebesar 127,07 Kg dan nilai BEPr rata-rata
sebesar Rp 5003,5 / Kg.
Ningrum (2006), dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Nilai
Tambah dan Kelayakan Usaha Agroindustri Bakpao Telo (Studi Kasus pada
Home Industri Lestari Malang)”, menyatakan bahwa dari penerimaan selama
1 bulan Rp 14.400.000,00 dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan
selama 24x proses produksi Rp 5.783.083,00 maka akan didapatkan
keuntungan usaha sebesar Rp 8.616.917,00. Dilihat dari skala industri yang
tergolong industri rumah tangga (kecil), maka dapat dikatakan bahwa usaha
bakpao telo Lestari sangat menguntungkan. Hasil perbandingan total revenue
dan total cost ( R/C Ratio ) sebesar 2,59 ( >1), yang berarti bahwa usaha
pembuatan bakpau telo Lestari efisien. Nilai tambah yang tercipta pada
pengolahan ketela rambat menjadi bakapo telo adalah sebesar Rp 3.051,00
dengan imbalan tenaga kerja Rp 1.358,00 dan keuntungan sebesar Rp 1.693,00
dalam tiap satu kali proses produksi. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha
11
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
16/96
12
di home industri Lestari selama 23 triwulan menunjukkan bahwa usaha
pengolahan bakpao telo layak untuk dikembangkan, ini dibuktikan dengan nilai
NPV sebesar Rp 251.256.483,00 IRR 32,008%, dan Net B/C Ratio 5,6 pada suku
tingkat bunga 17% dan waktu pengembalian biaya investasi pada triwulan ke-2.
Berdasarkan dari penelitian Alhuda (2004) dan Ningrum (2006) di atas,
menunjukan bahwa agroindustri dengan bahan baku ketela rambat mempunyai
prospek yang baik untuk dikembangkan. Demikian pula dengan agroindustri
keripik ketela ungu yang ada di Kecamatan Tawangmangu, memiliki bahan baku
yang sama dengan kedua penelitian diatas, yaitu ketela rambat. Ketela rambat
dapat diolah dengan cara yang mudah dan sederhana. Dengan diolah menjadi
berbagai macam produk olahan makanan, akan memberikan nilai tambah pada
ketela rambat.
Dinarti (2009), dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Usaha
Agroindustri Keripik Pisang di Kabupaten Karanganyar ” menyatakan bahwa
dalam produksi keripik pisang rata-rata per bulan mengeluarkan biaya total
sebesar Rp 4.107.934,90 dan dengan penerimaan sebesar Rp 5.613.252,80
sehingga diperoleh keuntungan Rp 1.505.317,82 tiap bulannya dengan
profitabilitas usaha sebesar 36,64%. Sehingga usaha agroindustri keripik
pisang ini menguntungkan. Nilai koefisien variasi sebesar 3,46>0 dengan
batas bawah keuntungan (-)Rp 8.923.829,98 setiap pengolahan buah pisang
sebanyak 330,31 kg. Ini berarti bahwa ada peluang kerugian yang akan
diterima oleh agroindustri keripik pisang sebesar Rp 8.923.829,98. Dengan
demikian usaha ini memiliki risiko yang tinggi. Tingkat efisiensi sebesar 1.37,
artinya usaha agroindustri ini sudah efisien untuk dijalankan meskipun
memiliki risiko yang tinggi. Dan setiap satu kg bahan baku pisang memiliki
nilai tambah produk senilai Rp 8.778,08.
Valentina (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Nilai
Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Keripik Singkong di Kabupaten
Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita Tani Makmur)”, menunjukkan bahwa
keuntungan yang diterima dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
17/96
13
singkong dalam satu kali proses produksi pada anggota KUB Wanita Tani
Makmur dari ubi kayu mentah sampai keripik singkong ½ jadi sebesarRp 10.375,61. Sedangkan pada KUB Wanita Tani Makmur keuntungan yang
diterima dari keripik singkong ½ jadi sampai matang (keripik singkong) sebesar
Rp 1.610.418,99. Efisiensi usaha pengolahan ubi kayu mentah sampai keripik
singkong ½ jadi di Kabupaten Karanganyar pada anggota KUB Wanita Tani
Makmur adalah sebesar 1,11. Sedangkan efisiensi usaha pengolahan keripik
singkong ½ jadi sampai matang pada KUB Wanita Tani Makmur sebesar 1,68.
Pengolahan ubi kayu mentah menjadi keripik singkong ½ jadi yang dilakukan
pada anggota KUB Wanita Tani Makmur memberikan nilai tambah bruto sebesar
Rp 52.043,74 nilai tambah netto sebesar Rp 50.558,25 nilai tambah per bahan
baku sebesar Rp 979,55/kg dan nilai tambah per tenaga kerja sebesar
Rp 3.097,84/JKO. Sedangkan pengolahan keripik singkong ½ jadi menjadi
matang pada KUB Wanita Tani Makmur memberikan nilai tambah bruto
sebesar Rp 1.690.750,00 nilai tambah netto sebesar Rp 1.686.461,45 nilai
tambah per bahan baku sebesar Rp 7.773,56/kg dan nilai tambah per tenaga
kerja sebesar Rp 37.572,22/JKO.
Berdasakan penelitian Dinarti (2009) dan Valentina (2009) tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa usaha agroindustri mampu memberikan
keuntungan dan efisien untuk dijalankan meskipun terdapat peluang kerugian.
Dan mengacu pada kedua penelitian diatas, usaha agroindusti keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu juga menggunakan analisis usaha yang
sama. Analisis keuntungan dapat digunakan untuk mengetahui besarnya
keuntungan yang diperoleh. Dalam setiap usaha agroindustri terdapat resiko
usaha, oleh karena itu diperlukan analisis resiko untuk mengetahui tingkat
resiko yang dihadapi. Dan juga diperlukan analisis efisiensi untuk mengetahui
tingkat efisiensi usaha, sehingga dapat diketahui apakah usaha tersebut sudah
efisien atau belum untuk dijalankan.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
18/96
14
B. Tinjauan Pustaka
1.
Ketela Rambat
Tumbuhan bergetah putih, umbi akarnya sangat bervariasi bentuk,
ukuran, warna kulit (putih, kuning, coklat, merah dan ungu) dan warna
didalamnya (putih, kuning, jingga, ungu). Batang menjalar, bercabang-
cabang. Daun tunggal tersusun spiral, helaian daun membundar telur, rata,
bersudut atau bercuping menjari. Bunga aksiler, tunggal atau perbungaan
terbatas, mahkota bunga bentuk corong, putih atau lembayung muda, ungu
dibagian dalam tabungnya. Buah kapsul dengan 1-4 biji.Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : I. batatas
Nama Inggris : Sweet potato
Nama Indonesia : Ubi jalar
Nama Lokal : ketela rambat (Jawa), huwi boled (Sunda)
Sinonim : Convolvulus batatas L. (1753), Convolvulus edulis
Thunb. (1784), Batatas edulis (Thunb.) Choisy (1833)
Tanaman ketela rambat ada 3 varietas, yaitu ketela rambat kuning, merah
dan ungu. Dibanding ketela rambat putih, tekstur ketela rambat merah atau
ungu memang lebih berair dan kurang masir (sandy) tetapi lebih lembut.
Rasanya tidak semanis yang putih padahal kadar gulanya tidak berbeda.
Ketela rambat putih mengandung 260 mkg (869 SI) betakaroten per 100 gram,
ubi merah yang berwarna kuning emas tersimpan 2900 mkg (9675 SI)
betakaroten, ubi merah yang berwarna jingga 9900 mkg (32967 SI).
Makin pekat warna jingganya, makin tinggi kadar betakarotennya yang
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
19/96
15
merupakan bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh. Namun dari ketiganya,
yang mengandung paling banyak antosian adalah varietas yang berwarna
ungu. Dua varietas ketela rambat ungu introduksi (Ayamurasaki dan
Yamagawa-murasaki) saat ini telah diusahakan secara komersial di beberapa
daerah di Jawa Timur dengan potensi hasil 15-20 ton/ha. Beberapa varietas
lokal sesungguhnya juga ada yang daging umbinya berwarna ungu, hanya
intensitasnya masih jauh dibanding kedua varietas tersebut (Riata, 2010).
Ketela rambat ( Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya.
Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan
kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ketela rambat menjadi
salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain
dimanfaatkan umbinya, daun muda ketela rambat juga dibuat sayuran.
Terdapat pula ketela rambat yang dijadikan tanaman hias karena keindahan
daun dan bunganya.
Ketela rambat ( Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman
yang mempunyai potensi besar di Indonesia. Areal panen ketela rambat di
Indonesia tiap tahun seluas 229.000 hektar, tersebar di seluruh propinsi, baik
di lahan sawah maupun tegalan dengan produksi rata-rata nasional 10 ton per
hektar. Penghasil utama ketela rambat di Indonesia adalah Jawa dan Irian
Jaya yang menempati porsi sekitar 59 persen. Peluang perluasan areal panen
masih sangat terbuka. Dengan perbaikan teknik budidaya dan penggunaan
varietas unggul nasional, produktivitas bisa dinaikkan menjadi 30 ton per
hektar. Ketela rambat bisa secara terus menerus, bergantian maupun secara
tumpang sari. Ketela rambat bisa ditanam sepanjang tahun di jenis tanah apa
saja dan di mana saja. Pada tanah Ultisol yang kurang subur di Kalimantan,
produksinya juga cukup tinggi, 20 ton per hektar. Teknik budidaya ketela
rambat mudah, tidak perlu penguasaan pengetahuan dan kultur teknis serta
teknologi yang rumit, serta hama dsan penyakitnya juga sedikit. Keunggulan
lain dari ketela rambat adalah umur panen ketela rambat yang singkat yaitu
hanya empat bulan, sementara ubi kayu delapan bulan (Anonim, 2010).
2.
Keripik Ketela Ungu
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
20/96
16
Keripik ketela ungu adalah irisan ketela ungu yang telah digoreng
sampai garing. Keripik ketela ungu dapat dengan mudah dibuat, sehingga
keripik ketela ungu mulai cukup banyak diusahakan.
Berikut ini adalah tahapan pembuatan keripik ketela ungu :
a. Pengupasan dan pengirisan
Umbi dicuci, kemudian dikupas. Umbi yang telah dikupas, tapi tidak
langsung diproses lebih lanjut harus direndam di dalam air. Setelah itu
umbi diiris tipis-tipis.
b. Perendaman di dalam larutan natrium bisulfit dan kapur
Irisan umbi direndam di dalam larutan natrium bisulfit 500 ppm selama
60 menit. Kemudian irisan umbi diangkat, dan direndamkan ke larutan
kapur sirih 2% selama 30 menit. Setelah itu, irisan umbi ditiriskan.
c. Pemasakan ringan
Air dipanaskan sampai suhu 90°C. Ke dalam dimasukkan garam (10 gram
garam untuk 1 liter air). Kemudian iris umbi yang telah ditiriskan
dimasukkan ke dalam air tersebut, dan diaduk pelan-pelan. Tidak lama
kemudian (1-2 menit), irisan umbi segera diangkat dan ditiriskan.
d. Pengeringan
Irisan umbi dijemur, atau dikeringkan dengan alat pengering sampai
cukup kering dengan tanda mudahnya umbi patah jika diremas.
e.
Penggorengan
Irisan umbi digoreng di dalam minyak panas (170°C) sampai garing.
f. Penggulaan
Untuk mendapatkan keripik manis, lakukan penggorengan diulang.
Kedalam minyak agak panas (suhu 110°C) dimasukkan gula halus
(50 gram gula untuk setiap 1 liter minyak), dan diaduk agar gula mencair.
Setelah itu, keripik yang telah garing dimasukkan ke dalam minyak,
diaduk dengan pelan, dan segera diangkat untuk ditiriskan dan
didinginkan.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
21/96
17
g. Pengemasan
Keripik matang harus disimpan pada wadah tertutup. Keripik dapat
dikemas di dalam kantong plastik, atau kotak kaleng. Kemasan harus
ditutup rapat sehingga tidak dapat dimasuki oleh uap air dan udara luar.
(Anonim, 2010).
3. Agroindustri
Menurut BPS (1999), industri dapat digolongkan berdasarkan
jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi. Berdasarkan jumlah tenaga
kerja, industri dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu :
a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga
b.
Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil
c.
Jumlah tenaga kerja 20-99 orang untuk industri menengah
d. Jumlah tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 untuk industri besar
Agroindustri dapat diartikan dua hal, yang pertama, agroindustri
adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Arti
yang kedua adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan
pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi
sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan
industri. Permasalahan dalam pengembangan agribisnis (dan agroindustri)
adalah lemahnya keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu
distribusi dan penyediaan faktor produksi, proses produksi pertanian,
pengolahan dan pemasaran (Soekartawi, 2001).
Kegiatan agroindustri dapat mempunyai peranan penting baik dalam
pembangunan pertanian maupun pembangunan ekonomi. Dalam
pembangunan pertanian, agroindustri berperan dalam diversifikasi produk
hasil pertanian. Sedangkan dalam pembangunan ekonomi, agroindustri
berperan dalam pemerataan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan
penyumbang devisa negara (Wulandari, 2006).
4. Biaya
Pengertian biaya bagi perusahaan yang kegiatannya memproduksi
barang adalah nilai dari masukan yang digunakan untuk penghasilan
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
22/96
18
keluarganya. Biaya atas penggunaan suatu barang dalam suatu usaha
tertentu merupakan manfaat yang dikorbankan (atau kehilangan
kesempatan) dengan tidak menggunakan barang itu pada alternatif
penggunaan yang sebaiknya (Lipsey, et al, 1990).
Dilihat dari segi biaya dalam hubungannya dengan tingkat output,
maka biaya produksi bisa dibagi menjadi :
a. Total fixed Cost (TFC) atau biaya tetap total, adalah jumlah biaya-
biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat
outputnya. Jumlah TFC adalah tetap untuk setiap tingkat output.
Misalnya, penyusutan alat dan sewa gedung.
b.
Total Variabel Cost (TVC) atau biaya variabel total, adalah jumlah
biaya-biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang
diproduksi. Misalnya, biaya untuk bahan mentah, upah, biaya,
angkutan.
c. Total Cost (TC) atau biaya total, adalah penjumlahan dari biaya tetap
dan biaya variabel. Secara matematis bisa dituliskan sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
(Boediono, 2002).
Menurut Djuwari (1994), biaya yang digunakan untuk produksi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.
Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dibayarkan selama
proses produksi oleh produsen untuk masukan (input) yang berasal dari
luar seperti penggunaan tenaga kerja dan sarana produksi dari luar.
b.
Biaya implisit adalah biaya dari faktor produksi sendiri yang
diikutsertakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk
(output). Termasuk dalam biaya ini ntara lain adalah biaya penyusutan,
sewa tanah milik sendiri, upah tenaga kerja keluarga dan bunga modal
sendiri.
5. Penerimaan
Menurut Boediono (2002), yang dimaksud dengan penerimaan
(revenue) adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya. Untuk
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
23/96
19
mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil produksi
dikalikan dengan harga jual output. Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut :
TR = Q x P
Dimana :
TR = penerimaan total
Q = jumlah output/produk yang dihasilkan
P = harga jual
Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan semakin tinggi harga
per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima
produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit
dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin
kecil. Penerimaan total yang diterima oleh produsen dikurangi biaya total
yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan bersih yang merupakn
keuntungan yang diperoleh produsen (Soekartawi, 1995).
Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu
penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang-barang yang diproses
dan penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang diproses.
Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan usaha tapi berhubungan
dengan adanya kegiatan usaha, seperti penerimaan dalam bentuk bonus
karena pembelian barang-barang kebutuhan kegiatan usaha, penerimaan
bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan,
dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).
6.
Keuntungan
Menurut Suparmoko (1992), keuntungan adalah selisih antara
penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi
penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
= TR - TC
Dimana :
= keuntungan
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
24/96
20
TR = penerimaan total
TC = biaya total
Keuntungan atau laba menunjukan niali tambah (hasil) yang
diperoleh dari modal yang dijalankan. Setiap kegiatan yang dijalankan
perusahaan tentu berdasar modal yang dijalankan. Dengan modal itulah
keuntungan atau laba diperoleh. Hal inilah yang menjadi tujuan utama
setiap perusahaan (Muhammad, 1995).
7. Profitabilitas
Menurut Asri (1987), profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio
profitabilitas menggambarkan efisiensi usaha perusahaan. Sebuah
perusahaan dikatakan lebih efisien menggunakan modalnya daripada
perusahaan lain apabila mampu menunjukkan rasio profitabilitas yang
tinggi, dan sebaliknya. Profitabilitas menunjukkan porsi keuntungan dari
penjualan yang mampu dicapai perusahaan dalam suatu periode waktu
tertentu. Rasio ini dihitung dengan membandingkan keuntungan dengan
penerimaan. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :
8. Risiko Usaha
Setiap aktivitas usaha di sektor pertanian atau agribisnis selalu
dihadapkan dengan situasi ketidakpastian (uncertainly) dan risiko (risk ).
Faktor ketidakpastian dan risiko usaha merupakan faktor eksternalitas
yaitu faktor yang sulit dikendalikan oleh produsen. Dikatakan risiko (risk )apabila diketahui berapa besarnya peluang terjadi risiko tersebut.
Sebaliknya dikatakan ketidakpastian (uncertainly) apabila peluang
terjadinya risiko tidak diketahui (Soekartawi, et al, 1993).
Hakim (2009), menyatakan bahwa terdapat berbagai fungsi dalam
manajemen, yang meliputi fungsi pemasaran, keuangan, produksi dan
personalia. Adapun risiko tersebut antara lain :
%100Pr Penerimaan
Keuntunganasofitabilit
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
25/96
21
1. Risiko Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran dikenal dengan rumus 4P yang dimaksud
sebagai singkatan dari product, price, place dan promotion . 4P ialah
variabel-variabel pemasaran yang dapat dimanfaatkan agar mampu
dicapai tingkat penjualan yang diinginkan, yaitu : produk (kualitas,
karakteristik, jenis, ukuran, pelayanan purna jual, pengembalian);
harga (daftar harga, jangka waktu pembayaran); tempat (saluran
distribusi, lokasi penjualan, transportasi); dan promosi (penjualan
langsung, promosi penjualan).
2. Risiko Fungsi Keuangan
Berbagai risiko keuangan yang terjadi meliputi : kas (penggunaan
kas yang tidak efisien atau boros, sebagai akibat tidak memiliki
anggaran kas yang baik dan benar); dan tingkat bunga (tingkat bunga
yang tinggi akan menyebabkan biaya produksi tinggi, pengaruhnya
terhadap harga jual produk yang tidak mampu bersaing).
3. Risiko Fungsi Produksi
Risiko fungsi produksi tersebut meliputi : persediaan (perubahan
harga persediaan, persediaan yang menumpuk sebagai akibat lesunya
penjualan, persediaan yang rusak); mutu (perubahan mutu akan
mempengaruhi tingkat penjualan); mesin (mesin rusak atau mogok);
dan karyawan (karyawan mogok, bertindak di luar rencana).
Kegagalan dalam mencapai pendapatan yang diharapkan
diantaranya disebabkan karena adanya berbagai risiko yang tidak dapat
diselesaikan. Risiko-risiko tersebut dapat dibedakan antara risiko
perusahaan dan risiko keuangan. Risiko perusahaan terjadi karena adanya
berbagai alternatif penyaluran modal atau investasi yang mengakibatkan
perbedaan tingkat pendapatan yang diterima oleh setiap arus investasi.
Perbedaan tingkat pendapatan ini disebabkan karena setiap unit usaha
memiliki sifat dan kegiatan produksi sendiri-sendiri. Risiko dalam bidang
pertanian, misalnya, karena kegiatan di dalam unit usaha ini sangat
dipengaruhi oleh cuaca, sifat alam lainnya, wabah penyakit dan perubahan
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
26/96
22
harga yang tidak dapat dikuasai petani. Risiko keuangan terjadi karena
hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan-keputusan
dibidang keuangan dan pembiayaan. Risiko ini menyangkut
ketidakmampuan perusahaan membayar utang dan membayar keuntungan
kepada pemilik saham (Kadarsan, 1995).
Risiko pasar (market risk ) adalah suatu risiko yang timbul karena
menurunnya nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar.
Empat faktor standar risiko pasar adalah risiko modal, risiko suku bunga,
risiko mata uang, dan risiko komoditas. Risiko suku bunga adalah risiko
yang timbul karena nilai relatif aktiva berbunga, seperti pinjaman atau
obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Risiko nilai
tukar atau risiko mata uang adalah suatu bentuk risiko yang muncul karena
perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang yang lain.
Risiko nilai tukar yang terkait dengan instrumen mata uang asing penting
diperhatikan dalam investasi asing. Risiko ini muncul karena perbedaan
kebijakan moneter dan pertumbuhan produktivitas nyata, yang akan
mengakibatkan perbedaan laju inflasi (Wikipedia, 2010).
9. Efisiensi Usaha
Pengertian efisiensi tidak cukup hanya dikaitkan dengan jumlah
barang tanpa memperhatikan mutu atau nilai barang yang dihasilkan.
Seseorang dapat saja menghasilkan jumlah yang lebih banyak per satuan
waktu, atau tenaga, atau biaya, namun mungkin mutu dan nilai barang
yang dihasilkan relatif lebih rendah daripada yang dihasilkan orang lain
pada jumlah yang lebih sedikit. Pada akhirnya tingkat efisiensi dalam
suatu usaha umumnya diukur dengan nilai uang atau sesuatu yang dapat
memajukan usaha atau perusahaannya (Wijandi, 1988).
Pendapatan yang tinggi tidak selalu memajukan efisiensi yang
tinggi, karena kemungkinan pendapatan yang besar tersebut diperoleh dari
investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya
produksi per satuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
27/96
23
tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan
produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa
meningkatkan biaya keseluruhan (Rahardi, 1999).
Menurut Soekartawi (1995), perhitungan efisiensi usaha yang sering
digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio). R/C Ratio adalah
perbandingan nisbah antara penerimaan dan biaya.
R/C Ratio = R/C
Keterangan :
R = penerimaan total (Rupiah)
C = biaya total (Rupiah)
C.
Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
merupakan industri yang mengolah ketela ungu menjadi produk olahan berupa
keripik ketela ungu beserta pemasarannya. Dari usaha tersebut akan dikaji
mengenai biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko
usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar.
1. Biaya
Biaya adalah nilai korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi.
Biaya pengeluaran usaha agroindustri keripik ketela ungu dapat dibagi
menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Biaya tetap
merupakan biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Biaya tetap
pada keseluruhan usaha agroindustri keripik ketela ungu skala rumah
tangga berupa biaya penyusutan alat dan biaya bunga modal investasi.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh kuantitas
produksi. Biaya variabel pada keseluruhan usaha agroindustri keripik
ketela ungu berupa biaya bahan baku, biaya bahan penolong (minyak
goring, zat pemanis makanan, bahan bakar dan bahan pengemas), biaya
tenaga kerja, biaya transportasi dan pemasaran produk.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
28/96
24
Dari perhitungan biaya tetap dan biaya variabel maka dapat diketahui
besarnya biaya total. Biaya Total/Total Cost (TC) adalah penjumlahan
antara biaya variabel total/Total Variable Cost (TVC) dan biaya tetap
total/Total Fixed Cost (TFC).
2. Penerimaan
Proses produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang atau
jasa yang disebut input diubah menjadi barang lain atau output. Proses
produksi pada usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah mengolah
ketela ungu menjadi keripik beserta pemasarannya.
Dalam kegiatan produksi tersebut akan diperoleh penerimaan yaitu
dengan mengalikan total produksi keripik ketela ungu yang terjual (Q)
dengan harga produk (P).
3. Keuntungan
Dari perhitungan data akan diperoleh keuntungan dan profitabilitas.
Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan.
Semakin besar penerimaan total atau semakin kecil biaya maka
keuntungan yang diterima akan semakin besar, sebaliknya jika penerimaan
total semakin kecil atau biaya semakin besar maka keuntungan yang
diperoleh semakin kecil.
4.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dari penjualan
dengan penerimaan yang dinyatakan dalam persen (%).
5.
Efisiensi usaha
Perhitungan fisiensi usaha yang sering digunakan adalah Return Cost
Ratio (R/C Ratio). R/C Ratio adalah merupakan perbandingan antara
penerimaan dan biaya. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin besar
pula keuntungan yang diperoleh.
Menurut Mubyarto (1989), apabila hasil bersih usaha besar maka ini
mencerminkan rasio yang lebih baik dari nilai hasil dan biaya. Makin
tinggi rasio ini berarti usaha yang dijalankan semakin efisien.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
29/96
25
6. Risiko usaha
Dalam menjalankan usaha untuk mencapai keuntungan, pengusaha
akan menghadapi risiko atas kegiatan usaha tersebut. Misalkan risiko
harga, risiko selama proses produksi, dan risiko pasar.
Usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah dengan
menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.
Koefisien merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung
oleh pengusaha agroindustri keripik ketela ungu dengan jumlah keuntungan
yang akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
CV = V
E
Dimana :
CV = koefisien variasi usaha agroindustri keripik ketela ungu
V = simpangan baku agroindustri keripik ketela ungu
E = keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari pendapatan
rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu dan simpangan bakunya
dirumuskan :
n
Ei
E = i=1 k
n
Dimana :
E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
n = Jumlah agroindustri keripik ketela ungu (unit)
Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik
ketela ungu selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan
metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari
ragam, yaitu :
V = V2
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
30/96
26
Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai
berikut :
n
(Ei-E)2
V2 = i=1
n – 1
Dimana :
V2 = Ragam keuntungan
n = Jumlah agroindustri keripik ketela ungu (unit)
E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Untuk mengetahui batas bawah pendapatan usaha agroindustri
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
digunakan rumus :
L = E – 2 V
Dimana :
L = Batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
V = Simpangan baku keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp)
Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus
ditanggung pengusaha semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah
apabila nilai CV 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik
ketela ungu akan selalu terhindar dari kerugian. Dan apabila nilai CV > 0,5
atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh pengusaha
keripik ketela ungu (Hernanto, 1993).
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
31/96
27
Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian pada Analisis Usaha Keripik
Ketela Ungu
Agroindustri Keripik Ketela Ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
Proses Produksi Input Output
Biaya Tetap :
a.
Penyusutan Alat
b. Bunga ModalInvestasi
c. Cicilan pinjaman
modal
d. Ijin DepartemenKesehatan
Biaya Variabel :a. Bahan Baku
- Ketela ungu
b. Bahan Penolong
- Gula-
Garam
- Pemanis buatan
- Vanili
- Minyak goreng
c.
Bahan bakard. Pengemas
e. Tenaga Kerja
f. Transportasig. Listrik
Biaya
Total
Penerimaan
Total
Analisis Usaha
a. Keuntungan
b. Profitabilitasc. Risiko
d. Efisiensi
Risiko Harga Risiko Produksi
Risiko
Pasar
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
32/96
28
D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1.
Agroindustri adalah kegiatan yang mengolah hasil pertanian menjadi
barang jadi atau setengah jadi.
2.
Keripik ketela ungu adalah makanan ringan berupa irisan tipis yang dibuat
dari ketela ungu yang digoreng.
3. Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan untuk pembuatan keripik
ketela ungu yaitu ketela ungu.
4. Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan
keripik selain bahan utama (ketela ungu), seperti gula, garam, pemanis buatan, dan minyak goreng.
5. Responden adalah pengusaha agroindustri keripik ketela ungu yang
memproduksi keripik ketela ungu.
6.
Biaya total adalah semua biaya yang digunakan dalam usaha pembuatan
keripik ketela ungu yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel,
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
7. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh kuantitas output yang dihasilkan dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
8.
Biaya tetap berupa :
a. Biaya penyusutan peralatan dinyatakan dalam rupiah, dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus :
Penyusutan :(bulan)ekonomisumur
akhir nilai-awalnilai
(Hernanto, 1993)
b.
Biaya bunga modal investasi, yaitu perkalian dari nilai investasi
dengan suku bunga riil yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Besarnya
bunga modal investasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
B = Biaya Modal Sendiri x r (Suratiyah, 2006)
Dimana :
r = ( i – f ) / ( 1 – f ) (Gray, et al, 1993)
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
33/96
29
Keterangan :
B = Bunga modal investasi (Rp)
r = Suku bunga riil bulan Oktober 2010 (1,830%)
i = Suku bunga kredit investasi Bank BRI bulan Oktober 2010 (2%)
f = Inflasi bulan Oktober 2010 (0,06%)
9. Biaya variabel (biaya tidak tetap) adalah biaya yang besarnya berubah-
ubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang dihasilkan dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Yang termasuk dalam biaya variabel
dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku, biaya bahan penolong,
bahan bakar (kayu dan serbuk gergaji), pengemas (plastik), biaya tenaga
kerja dan transportasi.
10.
Biaya bahan baku merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan baku pembuatan keripik ketela ungu yaitu ketela ungu yang
dinyatakan dalam rupiah (Rp).
11. Biaya bahan penolong adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan-bahan penolong, seperti gula pasir, garam, pemanis buatan, dan
minyak goreng yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
12. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga
kerja yang dinyatakan dalam rupiah (Rp), dimana tenaga kerja tersebut
berasal dari dalam dan luar keluarga.
13.
Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk transportasi
selama proses produksi mulai dari pengadaan input hingga pemasaran
yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
14.
Penerimaan total agroindustri keripik ketela ungu adalah penerimaan dari
usaha agroindustri keripik ketela ungu yang diperoleh dengan cara
mengalikan produksi total yang terjual dengan harga per satuan produk
yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per bulan.
15. Keuntungan agroindustri keripik ketela ungu adalah selisih antara
penerimaan total dengan biaya total yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
34/96
30
16. Profitabilitas agroindustri keripik ketela ungu adalah perbandingan antara
keuntungan agroindustri keripik ketela ungu dengan penerimaan yang
dinyatakan dalam persen (%).
17. Efisiensi usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah perbandingan
antara penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan yang
dinyatakan dalam angka.
18. Risiko adalah kemungkinan merugi yang dihadapi pengusaha, yang
diperhitungkan terlebih dahulu. Risiko usaha agroindustri keripik ketela
ungu ditunjukkan dari nilai koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.
E. Pembatasan Masalah
1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya,
penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko usaha
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar.
2.
Agroindustri keripik ketela ungu merupakan industri yang memproduksi
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
berskala kecil yang sampai periode penelitian masih berproduksi.
3. Penelitian ini menggunakan data produksi dan biaya selama 1 bulan
(Oktober 2010).
F. Hipotesis
1. Diduga agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yang diusahakan menguntungkan.
2.
Diduga agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yang diusahakan berisiko.
3. Diduga agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yang diusahakan sudah efisien.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
35/96
31
G. Asumsi
1.
Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah
penelitian.
2. Jumlah keripik ketela ungu yang diproduksi diasumsikan terjual
seluruhnya.
3.
Faktor-faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga diasumsikan
menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang
berlaku di daerah penelitian.
4.
Aset rumah dan bangunan tidak diikutsertakan dalam perhitungan biayatetap karena mempunyai fungsi ganda.
5. Variabel-variabel yang tidak diamati dianggap tidak berpengaruh.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
36/96
1
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994), metode ini mempunyai ciri-
ciri, memusatkan diri pada pemecahan masalah yang aktual. Data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dianalisis dan kemudian dijelaskan.
Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey,
yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi denganmenggunakan kuisioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data
(Singarimbun dan Effendi, 1995).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di Desa
Karanglo dan Desa Bandardawung Kecamatan Tawangmangu, karena hanya
wilayah tersebut yang memproduksi keripik ketela ungu di Kabupaten
Karanganyar.
2. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik ketela ungu
yang mengolah ketela ungu menjadi keripik. Data mengenai jumlah
pengrajin tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Keripik Ketela Ungu di KecamatanTawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Desa Jumlah Unit Usaha
1.
2.
Karanglo
Bandardawung
16
3
Jumlah 19
Sumber : Data Dinas Perindustrian, Perdagangan Penanaman Modal danKoperasi Kabupaten Karanganyar 2008
32
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
37/96
33
Dari data pada Tabel 5, pengambilan responden dilakukan dengan
cara sensus, yakni dengan cara mencatat semua responden yang diselidiki
tersebut (Marzuki, 2002). Metode sensus dipilih karena jumlah responden
terbatas yaitu 19 unit usaha.
C. Jenis dan Sumber Data
1.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner ) yang
sudah dipersiapkan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
pengusaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu.
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data mengenai
karateristik responden, proses produksi, alat dan bahan yang digunakan,
biaya-biaya (tetap dan variabel) yang dikeluarkan selama proses produksi,
penerimaan, kendala dan risiko usaha.
2.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari referensi, buku, jurnal, dan instansi-
instansi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Instansi-instansi
tersebut meliputi : Badan Pusat Statistik Karanganyar, Dinas Perindustrian
Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi Kabupaten Karanganyar, dan
Kantor Kecamatan Tawangmangu. Data tersebut adalah data mengenai
keadaan umum daerah penelitian, keadaan perekonomian, dan keadaan
penduduk.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran
yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
38/96
34
2. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer
dengan melakukan wawancara secara indepth (luas dan mendalam) kepada
responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
3. Pencatatan
Teknik pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder
dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dalam penelitian ini.
E.
Metode Analisis Data
1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas Usaha Agroindustri
Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar.
a. Biaya
Menurut Boediono (2002), untuk menghitung biaya dalam
proses produksi diperhitungkan dari penjumlahan biaya tetap total dan
biaya variabel total dengan rumus :
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Biaya total (Rp)
TFC = Biaya tetap total (Rp)
TVC = Biaya variabel total (Rp)
b. Penerimaan
Menurut Boediono (2002), penerimaan merupakan keseluruhan
produk yang dihasilkan dikalikan harga. Untuk menghitung besarnya
penerimaan yang diterima, digunakan rumus :
TR = Q x P
Dimana :
TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Q = Jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan (kg)
P = Harga per Kg (Rp)
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
39/96
35
c. Keuntungan
Menurut Suparmoko (1992), keuntungan adalah selisih antara
penerimaan total yang diterima dengan biaya (biaya tetap ditambah
biaya tidak tetap/variabel) yang dikeluarkan dalan usaha agroindustri
keripik ketela ungu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
= TR – TC
Dimana :
= Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
TC = Biaya total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
d.
Profitabilitas
Menurut Asri (1987), profitabilitas merupakan perbandingan
antara keuntungan penjualan dengan penerimaan. Secara sistematis
dirumuskan sebagai berikut :
2. Risiko Usaha
Usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah dengan
menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.
Koefisien merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung oleh
pengusaha agroindustri keripik ketela ungu dengan jumlah keuntungan yang
akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
CV= VE
Dimana :
CV = koefisien variasi usaha agroindustri keripik ketela ungu
V = simpangan baku agroindustri keripik ketela ungu
E = keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari pendapatan rata-
rata usaha agroindustri keripik ketela ungu dan simpangan bakunya.
Simpangan baku merupakan besarnya risiko yang harus ditanggung produsen.
%100Pr Penerimaan
Keuntungan
asofitabilit
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
40/96
36
n
Ei
E = i = 1 k n
Dimana :
E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
n = Jumlah pengusaha agroindustri keripik ketela ungu (unit)
Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik
ketela ungu selanjutnya mencari simpangan baku menggunakan metode
analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :
V = V2
Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut :
n
(Ei-E)2
V2 = i = 1
n – 1
Dimana :
V2 = Ragam keuntungan
n = Jumlah agroindustri keripik ketela ungu (unit)
E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Untuk mengetahui batas bawah pendapatan usaha agroindustri keripik
ketela ungu di Kecamatan tawangmangu Kabupaten Karanganyar digunakan
rumus :
L = E – 2 V
Dimana :
L = Batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
V = Simpangan baku keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus
ditanggung pengusaha semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah apabila
nilai CV 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik ketela ungu
akan selalu terhindar dari kerugian. Dan apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
41/96
37
berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh pengusaha keripik
ketela ungu (Hernanto, 1993).
3. Efisiensi Usaha
Menurut Soekartawi (1995), untuk mengetahi efisiensi usaha
agroindustri keripik ketela ungu yang telah dijalankan selama ini dengan
menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari
Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penrimaan dan biaya.
R/C ratio = Biaya
Penerimaan
Dimana :
R = Penerimaan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
C = Biaya total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :
a. R/C ratio < 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu tidak efisien (merugi)
b. R/C ratio = 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu break even point atau
baru mencapai kondisi impas (belum efisien)
c.
R/C ratio > 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu efisien
(menguntungkan)
F. Pengujian Hipotesis
1. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan membuktikan
hipotesis yang pertama, dapat diuji dengan menggunakan rumus :
a. Biaya
TC = TFC + TVC
b.
Penerimaan
TR = Q x P
c.
Keuntungan
= TR – TC
e. Profitabilitas
Hipotesis diterima jika keuntungan hasilnya positif dan profitabilitas lebih dari
nol.
%100Pr Penerimaan
Keuntunganasofitabilit
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
42/96
38
2. Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua dan membuktikan hipotesis
yang kedua, dapat diuji dengan menggunakan rumus :
a. Koefisien Variasi
CV= VE
Keuntungan Rata-rata
n
EiE = i = 1 k
n
Simpangan Baku
V = V2
Ragam Keuntungan
n
(Ei-E)2
V2 = i = 1
n – 1
b. Batas Bawah
L = E – 2 V
Kriteria yang digunakan dalam penilaian risiko adalah:
Nilai CV 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik ketela
ungu akan selalu terhindar dari kerugian.
Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita
oleh pengusaha keripik ketela ungu.
3. Untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga dan membuktikan hipotesis
yang ketiga, dapat diuji dengan menggunakan rumus :
R/C ratio = Biaya
Penerimaan
Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :
R/C ratio < 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu tidak efisien (merugi)
R/C ratio = 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu break even point atau
baru mencapai kondisi impas (belum efisien)
R/C ratio > 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu efisien
(menguntungkan)
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
43/96
39
IV. KONDISI UMUM
A. Kabupaten Karanganyar
1. Keadaan Alam
a.
Letak Geografis
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 110 40’-110 70’ BT dan
7 28’-7 46’ LS, mempunyai ketinggian rata-rata 511 meter di atas
permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur
22o –31oC. Kabupaten Karanganyar mempunyai batas-batas wilayah
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur
Sebalah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali.
Kabupaten Karanganyar memiliki 17 kecamatan yaitu Jatipuro,Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso,
Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, Colomadu,
Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, Kerjo, dan Jenawi.
Letak geografis Kabupaten Karanganyar ini sesuai dengan
syarat tumbuh ketela ungu yaitu dataran rendah sampai ketinggian
500 m diatas permukaan laut, yang bersuhu 21-27oC.
b. Curah Hujan
Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di
Kabupaten Karanganyar yaitu di Kecamatan Colomadu, Kecamatan
Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan
Karangpandan, dan Kecamatan Tawangmangu maka banyaknya hari
hujan selama tahun 2009 adalah 95 hari dengan rata-rata curah hujan
2.453 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Maret serta
curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juli, Agustus, dan September.
39
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
44/96
40
c. Keadaan Tanah
Kabupaten Karanganyar sebagian besar mempunyai jenis tanah
yang terdiri dari tanah litosol yang berwarna cokelat (dibagian tengah)
dan dibagian timur terdiri dari tanah pegunungan yang berwarna
cokelat tua sampai kehitam-hitaman. Dibagian barat terdiri dari tanah
mediteran andosal yang berwarna hitam, dengan dasar tanah debu
andesit sampai pasir bergeluh. Berikut ini rincian jenis tanah di 17
Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar :
Tabel 6. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
No. Kecamatan Jenis Tanah
1.
Jatipuro Litosol Cokelat Kemerahan
2.
Jatiyoso
Litosol Cokelat Kemerahan, Kompleks
Andosol Cokelat, Andosol Cokelat
Kekuningan Dan Litosol
3. Jumapolo Litosol Cokelat Kemerahan
4. Jumantono Litosol Cokelat Kemerahan
5. Matesih Mediteran Cokelat, Litosol Cokelat
6. TawangmanguKompleks Andosol Cokelat, Andosol
Cokelat Kekuningan dan Litosol
7. NgargoyosoKompleks Andosol Cokelat, Andosol
Cokelat Kekuningan dan Litosol
8. Karangpandan Mediteran Cokelat Tua
9. Karanganyar Mediteran Cokelat
10. Tasikmadu Mediteran Cokelat
11. Jaten Aluvial Kelabu dan Grumosal Cokelat
12.
Colomadu Regosol Kelabu
13. GondangrejoAsosiasi Gumosol Kelabu Tua dan
Mediteran Cokelat Kemerahan
14.
Kebakkramat
Aluvial Kelabu, Asosiasi Aluvial Kelabu dan
Aluvial Kelabu, Mediteran Cokelat, AsosiasiGrumosol Kelabu Tua, dan Mediteran
Cokelat Kemerahan
15.
Mojogedang Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat
16. Kerjo Litosol Cokelat
17. Jenawi
Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat
Kemerahan, Kompleks Andosol Cokelat,
Andosol Cokelat, Andosol Cokelat
Kekuningan dan Litosol
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
45/96
41
d. Luas Wilayah
Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah sebesar
77.377,64 Ha. Jenis tanah berpengaruh terhadap kesuburan tanah
sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan
wilayah. Penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar bermacam-
macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan
wilayah tersebut. Berikut ini adalah rincian penggunaan wilayah
Kabupaten Karanganyar :
Tabel 7. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009
No. Macam Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)
1.
2.
Luas Tanah Sawaha. Sawah Irigasi Teknis b. Sawah Non Teknis
c. Sawah Tidak Berpengairan
Luas Tanah Keringa. Pekarangan/Bangunan
b. Tegalan/Kebunc. Perkebunan
d. Hutan negara
e.
Lain-lain
22.474,9112.929,62
7.587,62
1.957,67
54.902,7321.171,97
17.863,403.251,50
9.729,50
2.886,36
29,0516,71
9,81
2,53
70,9527,36
23,094,20
12,57
3,73Total 77.377,64 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa secara
umum penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar meliputi
22.474,91 Ha luas tanah sawah dengan persentase 29,05% dan
54.902,73 Ha luas tanah kering dengan persentase 70,95%.
Penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang memiliki luas terbesar
adalah sawah irigasi teknis dengan luas 12.929,62 Ha dan persentase
16,71% terhadap luas total, luas terbesar kedua adalah sawah non
teknis dengan luas 7.587,62 Ha dan persentase 9,81% terhadap luas
total, sedangkan luas penggunaan wilayah tanah sawah yang nilainya
terkecil adalah sawah tidak berpengairan dengan luas 1.957,67 Ha dan
persentase 2,53% terhadap luas total.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
46/96
42
Penggunaan wilayah pada tanah kering terdiri dari
pekarangan/bangunan, tegalan/kebun, perkebunan, hutan negara, dan
lain-lain. Penggunaan luas tanah kering yang terbesar adalah
pekarangan/bangunan dengan luas 21.171,97 Ha dengan persentase
27,36% terhadap luas total. Hal ini disebabkan adanya peningkatan
jumlah penduduk dan peningkatan jumlah rumah tangga baru yang
menetap di Kabupaten Karanganyar. Dengan demikian tidak menutup
kemungkinan terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian sawah
atau tegal menjadi pekarangan/ bangunan. Sedangkan untuk
penggunaan tanah kering yang memiliki luas terkecil adalah lain-lain
dengan luas 2.886,36 Ha dan persentase 3,73% terhadap luas total.
Pembagian luas tanah kering yang lain adalah meliputi tegalan/kebun
dengan luas 17.863,40 Ha dan persentase 23,09% terhadap luas total,
hutan negara dengan luas 9.729,50 Ha dan persentase 12,57% terhadap
luas total, dan perkebunan dengan luas 3.251,50 Ha dan persentase
4,20% terhadap luas total.
Berdasarkan luas areal di Kabupaten Karanganayar, sebagian
besar dimanfaatkan untuk bangunan, perkebunan, dan hutan Negara,
sedangkan untuk lahan sawah hanya sedikit, seperti lahan untuk
produksi ketela ungu yang rata-rata hanya 670,8 Ha.
2. Keadaan Penduduk
a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlahkelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah
tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2008
dapat dilihat pada Tabel 8.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
47/96
43
Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun
2004–2008
TahunJumlah
Penduduk
(Jiwa)
PertumbuhanPenduduk
(Jiwa)
Persentase
(%)
2004
2005
2006
2007
2008
830.640
838.182
844.634
851.366
865.580
7.437
7.542
6.452
6.732
14.214
0,90
0,91
0,75
0,85
1,67
Rata-rata 846.080 8.475,4 1,016
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah
penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2004–2008 adalah 846.080
jiwa. Penduduk Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase pertumbuhan
penduduk sebesar 1,016%. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada
tahun 2008 yaitu 865.580 jiwa. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008
terjadi peningkatan jumlah kelahiran sebesar 14.214 jiwa atau sebesar
1,67%,.
b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan
untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex ratio di suatu
daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan, yang dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
S = Sex ratio
M = Jumlah penduduk laki-laki
F = Jumlah penduduk perempuan
k = Konstanta, yang besarnya adalah 100 (Mantra, 2003).
Komposisi penduduk di Kabupaten Karanganyar menurut jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :
k M
F SR
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
48/96
44
Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar menurut Jenis
Kelamin Tahun 2008
No.Jenis
KelaminJumlah(Jiwa)
Prosentase(%)
Sex Ratio
1.2.
Laki-lakiPerempuan
429.852435.728
49,6750,33
Jumlah 865.580 100,00 98,65
Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
di Kabupaten Karanganyar menurut jenis kelamin pada tahun 2008
yaitu sebesar 865.580 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 408.349
jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 457.231 jiwa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar
daripada jumlah penduduk laki-laki dari keseluruhan jumlah penduduk
di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan rumus sex ratio diperoleh angka sex ratio
Kabupaten Karanganyar tahun 2008 adalah sebesar 98,65. Hal ini
berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten
Karanganyar terdapat 99 penduduk laki-laki.
Banyaknya penduduk Kabupaten Karanganyar yang berjenis
kelamin perempuan ini sesuai dengan tenaga kerja agroindustri keripik
ketela ungu yang didominasi oleh tenaga kerja perempuan.
c. Menurut Kelompok Umur
Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk
yang berusia 0-14 tahun (anak-anak) dan penduduk yang berusia lebih
dari 65 tahun (lansia), sedangkan penduduk usia produktif yaitu
penduduk yang berusia 15-64 tahun (Mantra, 2003).
Komposisi penduduk Kabupaten Karanganyar berdasarkan
kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
49/96
45
Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut
Kelompok Umur Tahun 2008
No. Umur Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)
1.
2.3.
4.5.
6.7.
8.
9.
10.11.
12.
13.
14.15.
16.
0 - 4 tahun
5-9 tahun10-14 tahun
15-19 tahun20-24 tahun
25-29 tahun30-34 tahun
35-39 tahun
40-44 tahun
45-49 tahun50-54 tahun
55-59 tahun
60-64 tahun
65-69 tahun70-74 tahun
75 tahun ke atas
69.465
73.69578.095
81.88876.949
72.01566.382
60.931
54.694
48.03341.185
35.742
31.612
27.86024.135
22.899
8,02
8,519,02
9,468,89
8,327,67
6,32
7,04
5,554,76
4,13
3,65
3,222,79
2,65
Jumlah 865.580 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk
Kabupaten Karanganyar terbesar berada pada umur 15-19 tahun
sebesar 81.888 jiwa atau 9,46%. Akan tetapi, apabila dilihat secara
keseluruhan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kabupaten
Karanganyar merupakan penduduk dalam usia produktif yaitu
penduduk yang berusia antara 15-64 tahun. Hal ini sesuai dengan usia
produsen keripik ketela ungu yang rata-rata memiliki usia 46 tahun.
d. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting.
Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam pengembangan
pembangunan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan di suatu wilayah
dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan,
keadaan sosial ekonomi, dan sarana pendidikan yang ada.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
50/96
46
Tabel 11. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut
Tingkat Pendidikan Tahun 2008
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 65.060 8,17
2. Belum Tamat SD 81.167 10,193. Tidak Tamat SD 61.446 7,72
4. Tamat SD/ Sederajat 298.694 37,595. Tamat SLTP/ Sederajat 142.701 17,92
6. Tamat SLTA/ Sederajat 117.394 14,757. Tamat Akademi/ PT 29.653 3,72
Jumlah 796.115 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar usia 5 tahun keatas,
terbesar yaitu penduduk tamat SD/sederajat sebesar 298.694 jiwa atau
37,59% dari total jumlah penduduk (di atas 5 tahun). Sedangkan
tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar terkecil yaitu
penduduk yang tamat akademik/PT yaitu sebesar 29.653 atau 3,72%.
Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk
Kabupaten Karanganyar cukup baik karena sebagian besar penduduk
telah mengenyam pendidikan.
e.
Menurut Mata Pencaharian
Komposisi mata pencaharian penduduk suatu daerah
dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi
seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan
pekerjaan dan modal yang tersedia.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
51/96
47
Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2008
Lapangan UsahaJumlah(Jiwa)
Persentase(%)
Pertanian 222.794 30,83Buruh Industri 104.204 14,42
Buruh Bangunan 49.099 6,78
Pedagang 44.762 6,19
Lain-lain (pengusaha, PNS/POLRI,pensiunan, dan lain-lain)
301.924 41,78
Jumlah 722.653 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa pengusaha,
PNS/POLRI, pensiunan, dan lain-lain menjadi matapencaharian
penduduk terbesar di Kabupaten Karanganyar, yaitu sebesar 301.924
jiwa atau 41,78%. Terbesar kedua yaitu di sektor pertanian, lahan
pertanian yang masih cukup luas di Kabupaten Karanganyar juga
menyerap cukup banyak tenaga kerja yaitu sebesar 222.794 jiwa
(30,83%).
3. Keadaan Pertanian
Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kabupaten
Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki
potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agroindustri.
Komoditas tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar adalah
padi, yang meliputi padi sawah dan padi gogo. Komoditas lainnya adalah
jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Produksi
komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar dapat
dilihat pada Tabel 13.
-
8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu
52/96
48
Tabel 13. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2008
Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas(Kw/Ha)
Padi sawah 45.274 279.341 61,70Padi gogo 1.513 7.869 52,00
Jagung 7.795 33.595 43,10
Ketela pohon 6.229 158.048 253,73
Ketela ungu 754 16.849 223,46Kacang tanah 6.370 7.755 12,17
Kedelai 246 371 150,81
Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa padi sawah memiliki
produksi terbesar pertama yaitu sebesar 279.341 ton. Produksi tanaman
pangan terbesar kedua adalah ketela pohon 158.048 ton. Sedangkan tanaman
pangan yang memiki produksi terkecil adalah kedelai sebesar 371 ton. Akan
tetapi produktivitas paling banyak yaitu tanaman ketela pohon diikuti ketela
ungu masing-masing sebasar 253,73 kw/ha dan 223,46 kw/ha. Ketela ungu
yang dihasikan di Kecamatan Tawangmangu tersebut sebagian besar diolah
menjadi produk lain, seperti keripik ketela ungu.
4. Keadaan Perindustrian
Kondisi politik dan perekonomian yang berangsur-angsur membaik
di Negara Indonesia ini, menyebabkan sektor industri dan perdagangan
kembali berkembang.