Download - Urea Formaldehid Kelompok 10
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polimer sudah menjadi material yang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
manusia. Polimer dapat menjadi bahan bermacam-macam alat kebutuhan manusis
seperti botol, tali, plastik, teflon, dan lainnya. Penggunaannya semakin digemari karena
sifatnya yang ringan, tahan korosi, beberapa bahan relatif tahan asam, beberapa bahan
relatif tahan sampai temperatur tinggi, dan kuat. Polimer adalah senyawa yang bermassa
molekul relatif besar dan terdiri atas monomer-monomer. Urea-formaldehid resin adalah
hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Resin jenis ini termasuk dalam kelas resin
thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan
tidak dapat meleleh. Polimer termoset dibuat dengan menggabungkan komponen-
komponen yang bersifat saling menguatkan sehingga dihasilakn polimer dengan derajat
cross link yang sangat tinggi. Karena sifat-sifat di atas, aplikasi resin urea-formaldehid
yang sangat luas sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh industri
yang menggunakan industri formaldehid adalah addhesive untuk plywood, tekstil resin
finishing, laminating, coating, molding, casting, laquers, dan sebagainya.
Pada praktikum ini akan dipelajari pengaruh beban rasio urea-formaldehid pada
pembentukan resin. Untuk itu digunakan variasi perbandingaan formaldehid dan urea
(F/U).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh perubahan kondisi
reaksi antara urea dan formalin pada kecepatan reaksi dan hasil reaksi pada tahap
intermediate .
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Urea
Urea ditemukan pertama kali oleh Hilaire Roulle pada tahun 1773. Senyawa ini
merupakan senyawa organik pertama yang berhasil disintesis dari senyawa anorganik.
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama
carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering
dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Urea
( karbamida ) adalah senyawa turunan dari asam karboksilat yang mengikat gugus
amida.Urea disintesis di industri dari amonia dan karbon dioksida untuk digunakan
sebagai bahan dalam sintesa polimer , obat – obatan , sumber nitrogen non-protein bagi
ternak ruminansia , dan untuk pupuk nitrogen
2.2. Formaldehid
Formaldehid mempunyai rumus HCHO dengan nama IUPAC Metanal dan
mempunyai titik didih sebesar -21oC dan titik leleh sebesar -117oC. Formaldehida
pertama kali disintesa oleh kimiawan yang berasal dari Rusia pada tahun 1859 yang
bernama Aleksander Butlerov, tetapi didefinisikan oleh Hoffman pada tahun 1867.
Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan
kandungan formaldehid 10-40 persen. Sifat-sifat Formalin meskipun formaldehida
menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif
daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam
reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi
adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa
mengalami reaksi, menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa
membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi
2
zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama
pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen
atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta
diisolasi supaya tidak kemasukan udara.
Dalam industri, formaldehid dibuat dengan cara oksidasi dari metanol. Larutan
37% formaldehid dalam air (dengan metanol sebagai zat pengstabil) disebut formalin
dengan berat molekul 30,03 gram/mol dan densitas 1,10 gr/ml. Dipasaran formaldehida
dijual dalam bentuk larutan dengan kadar antara 10%-40%.Formaldehida dapat
menghasilkan resin termoset yang keras, biasanya dipakai sebagai lem permanent,
misalnya untuk kayu lapis/triplek dan karpet. Formalin dipakai sebagai desinfektan,
insektisida, larutan pengawet mayat, sedangkan dalan industri digunakan sebagai bahan
peledak, resin, plastik, tekstil, dan zat warna.
Sifat fisika dan kimia :
- Tampilan: cairan jernih (tidak berwarna)
- Bau: berbau menusuk, keras
- Kelarutan: sangat larut
- Berat jenis dan pH: 1.08 dan 2.8
- Volatilasi (21oC): 100
- Titik didih dan titik cair: 96oC dan –15oC
- Kepadatan uap (1 atm): 1.04
- Tekanan Uap: 1.3 @ pada 20oC
2.3. Urea Formaldehid
Di laboratorium, urea formaldehid resin yang dibuat dengan memperlakukan urea
dengan formaldehida dalam media basa atau netral untuk menghasilkan urea dimetilol,
yang kemudian mengalami polikondensasi, proses kimia yang menghasilkan polimer,
ketika dipanaskan dalam suatu medium asam. Resin ini terutama digunakan sebagai
perekat dalam density fiberboard industri menengah (MDF) karena dapat diproduksi
3
dengan biaya yang sangat rendah dari bahan baku mudah tersedia. MDF digunakan untuk
pembuatan mebel, panel lantai, bahan bangunan dalam ruangan, dan banyak lagi.
Resin urea-formaldehid merupakan produk yang sangat penting saat ini di bidang
plastik, pelapisan dan perekat. Hasil reaksi antara urea dan formaldehida adalah resin
yang termasuk ke dalam golongan thermosetting, artinya mempunyai sifat tahan terhadap
asam, basa, tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Di bidang plastik, resin urea
formaldehid merupakan bahan pendukung resin fenolformaldehid yang penting karena
dapat memberikan warna-warna terang. Selain itu, laju pengerasan pada temperatur
kamar yang cepat membuat resin ini cocok digunakan sebagai perekat.
Reaksi antara urea dan formaldehid yang menghasilkan resin urea-formadehid
merupakan salah satu contoh reaksi polimerisasi yang dapat dipelajari dengan mudah dan
sederhana di laboratorium. Melalui percobaan ini, praktikan diharapkan dapat memahami
proses polimerisasi seperti pembentukan monomer/dimer dan pembentukan rantai
polimer, khususnya yang melibatkan reaksireaksi yang terlibat dalam pembentukan resin
urea-formaldehid. Urea-formaldehid resin adalah hasil kondensasi urea dengan
formaldehid. Resin jenis ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai
sifat tahan terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Reaksi urea-
formaldehid pada pH di atas 7 adalah reaksi metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada
gugus amino dan amida dari urea, dan menghasilkan metilol urea. Pada tahap metilolasi ,
urea dan formaldehid bereaksi menjadi metilol dan dimetil urea. Rasio dari senyawa
mono dan dimetilol yang terbentuk bergantung pada rasio formaldehid dan urea yang
diumpankan. Reaksi berlangsung pada kondisi basa dengan amoniak (NH4OH) sebagai
katalis dan Na2CO3 sebagai buffer. Buffer ini berfungsi menjaga kondisi pH reaksi agar
tidak berubah tiba-tiba secara drastis.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi reaksi kondensasi urea formaldehid
adalah :
Perbandingan umpan
Umumnya, Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada
percobaan ini adalah 1,6 dimana perbandingan umpan berada pada batas standar
yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0
4
hal tersebut dimaksudkan agar mempermudah analisis baik analisis densitas,
viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Besarnya perbandingan mol umpan
formalin dengan urea sangat mempengaruhi pada produk (polimer) yang dihasilkan,
bila perbandingan umpan kurang dari 1,25 maka resin yang dihasilkan memiliki
kadar formalin yang rendah dan menghasilkan polimer yang kekerasan dan
kepadatannya rendah, sedangkan bila perbandingan umpan lebih dari 2 maka resin
yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang tinggi dan menghasilkan polimer
yang kekerasan dan kepadatannya tinggi.
Pengaruh pH
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi selama proses
kondensasi polimerisasi terjadi. Dalam suasana asam akan terbentuk senyawa
Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga molekul polimer yang
dihasilkan rendah.
Senyawa Goldsmith :
H N CH2 N CH2OH
C O C O
H N CH2 N H
Gambar 2.3.1. Rumus Senyawa Goldsmith
5
Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai polimer lebih
pendek tetapi stabil terhadap panas.
Dalam suasana basa kuat, formaldehid akan bereaksi secara disproporsionasi
dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan sebagian tereduksi
menjadi alkohol. Reaksi yang terjadi adalah :
2H CO H + OH- H CO O + CH3OH
formaldehid basa kuat asam karboksilat alkohol
Katalis
Katalis adalah zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tetapi zat itu tidak
mengalami perubahan kimia yang permanent. Katalis menimbulkan lindasan
alternatif bagi jalannya reaksi, dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
yang biasa digunakan dalam percobaan ini adalah NH3. Pada proses curing nitrogen
berperan sebagai penyerap panas
Temperatur reaksi
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena dimetilol urea yang
terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Menurut Kadowaki dan Hasimoto,
temperatur optimum reaksi adalah 85oC. Sedangkan titik lelehnya menurut De
Chensne adalah 150 oC. Dan menurut Einhorn adalah 126 oC. Kenaikan temperatur
akan mempercepat laju reaksi, hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan
Arrhenius yaitu :
K = A e-Ea/RT
Buffer
Buffer ( larutan penyangga ) adalah larutan yang dapat menahan perubahan pH larutan
bila asam atau basa ditambahkan, atau bila larutan diencerkan. Buffer ini berpengaruh
untuk menjaga agar reaksi tetap berlangsung pada rentang pH antara 8 sampai 10
sehingga reaksi dapat berjalan stabil. Buffer yang dipakai dalam percobaan ini adalah
6
Na2CO3.H2O . Larutan buffer mengandung suatu komponen asam atau basa yang tidak
saling bereaksi. Sehingga ion H+ atau OH- yang lepas akan digantikan oleh larutan
buffer, meskipun pergantiannya tidak maksimum.
Kemurnian zat umpan
Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor dikhawatirkan
akan mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi samping .
Pembuatan produk-produk urea formaldehid pada prinsipnya melalui tiga tahap yaitu :
1. Tahap intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih berupa larutan dan
larut dalam air atau pelarut lainnya. Pada tahap ini reaksi metilolasi tergantung
pada jumlah perbandingan antara urea dan formalin yang digunakan.
2. Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain. Penambahan bahan akan menentukan produk
akhir dari polimer.
3. Tahap curing
Tahap curing merupakan tahap akhir dari polimerisasi. Pada tahap ini dilakukan
pemanasan dan akhirnya resin diubah sifatnya menjadi thermosetting yang
mempunyai sifat tidak dapat larut, tidak dapat meleleh dan tahan terhadap asam
dan basa.
Dalam pecobaan ini resin formaldehid termasuk jenis termosetting resin yang
mempunyai sifat :
1. Tahan terhadap panas
2. Tahan terhadap asam dan basa
3. Tidak melarut
4. Tidak mudah meleleh
7
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 8 sampai 10 merupakan
reaksi metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari urea yang
menghasilkan metilol urea. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa lemah, karena
itu harus dilakukan pengontrolan pH yang hati – hati karena turunan metilol
berkondensasi secara cepat dalam suasana asam. Pengaturan suasana basa ini dapat
dilakukan dengan penambahan amonia, larutan NaOH dalam air .
Mula-mula polimer yang dihasilkan mempunyai rantai lurus dan masing-masing
dapat larut dalam air. Proses polimerisasi mulai membentuk rantai tiga dimensi dan
kelarutannya dalam air semakin berkurang. Rantai tiga dimensi ini merupakan salah
satu perbedaan antara termosetting dan termoplastik. Perbedaan lainnya adalah bahwa
resin termosetting tidak dapat didaur ulang (recycle) sedangkan termoplastik bisa didaur
ulang.
Reaksi yang terjadi adalah :
CH2O + H2N - CO - NH2 HOCH2 - NH - CO - NH2
HOCH2 - NH - CO + CH2O HOCH2 - CO - NH - CH2OH
Pada proses curing kondensasi tetap berlangsung untuk membentuk rantai tiga
dimensi yang sangat kompleks dan menjadi termosetting resin. Reaksinya adalah :
H2N - CO - NH - CH2OH + n H2N - CO - NH - CH2OH
NCHN- CO - NH - CH2 + ( 2n+1) H2O
Proses pembentukan resin Urea Formaldehid dapat di klasifasikan pada 2
tahap reaksi, yaitu :
1. Reaksi Metilolasi
Langkah pertama pada pembentukan resin ini terjadi pencampuran urea dan
formaldehid dalam suasana basa. Reaksi ini dikenal sebagai metilolasi atau hidroksi
metilolasi. Reaksi ini berada dalam keadaan mono atau di yang dihasilkan dalam
keadaan basa (pH 8-10). Reaksinya :
8
Gambar 2.3.2. Reaksi Metilolasi Urea Formaldehid
Dalam suasana asam, metilol urea mengalami kondensasi menjadi UF resin.
2. Reaksi Polimerisasi Kondensasi
Reaksi polimerisasi kondensasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer
sejenis menjadi polimer, dimana setiap tahap selalu membentuk senyawa-senyawa
antara yang stabil (dimer, trimer dst) dan selalu disertai pengeluaran molekul kecil.
Dalam reaksi polimerisasi urea dalam formaldehid dalam fasa larutan, monomethilol
urea yang terbentuk pada reaksi awal mengalami kondensasi membentuk senyawa
rantai metilen. Penggabungan unit as-amino dengan rantai etilen akan dikatalisasi
hanya dengan asam untuk memperbolehkan proses kondensasi menjadi butiran
resin.
9
Gambar 2.3.4. Reaksi Kondensasi Urea Formaldehid
Pengontrolan terhadap reaksi polimerisasi sangat penting dilakukan karena
banyaknya polimer yang dapat terbentuk.Selain kondisi reaksi, waktu reaksi, kapan
reaksi harus diberhentikan untuk mendapatkan produk polimer yang dikehendaki.
Beberapa analisa yang dapat dilakukan yaitu :
1. Penentuan kadar formaldehida bebas
2. Penentuan pH larutan
3. Penentuan viskositas larutan
4. Penentuan densitas resin
5. Penentuan kadar resin
6. Penentuan Berat Molekul
Anggapan-anggapan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
1. Tidak ada reaksi samping.
2. Pengaruh pH sangat besar terhadap laju dan produk reaksi. Untuk menghindari
reaksi samping maka kondisi pH harus dijaga antara 8 - 10.
10
3. Laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi formaldehida. Oleh karena itu
dalam percobaan ini dilakukan analisa terhadap konsentrasi CH2O bebas.
4. Produk yang tinggal setelah pemanasan selama lebih kurang satu jam pada 140 oC di dalam cawan adalah resin yang terbentuk.
2.4 Resin Urea Formaldehid
Resin urea formaldehid adalah suatu polimer yang dihasilkan dari polimerisasi-
kondensasi antara urea dengan formaldehid, dimana resin ini termasuk dalam
kelas thermosetting resin yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, tahan terhadap
basa, dan tidak meleleh. Resin urea-formaldehid atau biasa disebut resin urea adalah
resin termoset yang didapat lewat reaksi urea dan formalin, dimana urea dan
formaldehid (37% formalin) bereaksi dalam alkali netral dan lunak. Untuk resin
cetakan, ditambah 97-160 gram formalin 37% (1,2-2,0 mol sebagai formaldehid pada
60 gram (1 mol) urea), dan pH diatur sampai 7-8,5 dengan air ammonia, larutan natrium
hidroksida dalam air, trietanolamin, dan sebagainya, dan biarkan reaksi berturut-turut
untuk 2-3 jam pada suhu 40oC atau 1,0-1,5 jam pada 70oC. Larutkan kondensat awal
yang didapat dalam heksametilentetramin 1-8% (heksamin), dan tambahkan 29-48 gram
bubur selulosa (α-selulosa) dan campurkan secukupnya untuk kira-kira 1 jam. Makin
sedikit bubur selulosa yang terdapat sebagai pengisi, semakin transparan produk yang
didapat, tetapi berkurang kekuatannya, menyusut lebih banyak dan lebih mudah
retak. Resin campuran ini dikeringkan untuk 2-3 jam mulai 60oC sampai 90-95oC,
didehidrasi dan dikondensasi. Bahan yang kering kemudian dibubukkan untuk 20-48
jam, lalu ditambahkan bahan pewarna, pemplastis, pengeras (asam oksalat, asam ftalat,
amonium ftalat dan garam-garam lain). Di samping itu, bahan digunakan sebagai
perekat, cat, pengubah kertas dan serat (formalin sisa dilarang menurut hukum). Resin
urea sendiri lebih jelek dari pada resin fenol, resin melamin, dan sebagainya,dalam hal
ketahanan air , kestabilan dimensi dan ketahanan terhadap penuaan, karena itu, beberapa
bahan lain ditambahkan, atau diproses menjadi kopolimer dengan fenol, melamin dan
sebagainya, untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut diatas dilakukan :
11
a.Pencetakan
Proses yang dipakai yaitu pencetakan tekan, pengalihan dan injeksi. Dalam
pencetakan tekan, bahan diproses pada temperature cetakan 130-150oC, tekanan 150-
300 kg/cm2, selama 30-40 detik per 1 mm ketebalan dari benda cetakan.
b. Penggunaan
Bila benda cetakan kaku, tahan terhadap pelarut dan busur listrik, jernih dan
dapat diwarnai secara bebas, maka bahan ini banyak digunakan untuk barang-barang
kecil yang diperlukan sehari-hari seperti perlindungan cahaya, soket, alat-alat listrik,
kancing, tutup wadah, kotak, baki dan mangkuk. Beberapa permasalahan yang masih
ada yaitu ketahanan terhadap penuaan dan ketahanan terhadap air. Permintaan terhadap
urea-formaldehid dewasa ini belum meningkat.
Reaksi pembentukan resin urea formaldehid secara umum berlangsung dalam 3 tahap
yakni inisiasi, propagasi (kondensasi), dan proses curing.
1. Tahap metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari urea,
dan menghasilkan metilol urea
2. Tahap selanjutnya propagasi, yaitu reaksi kondensasi dari monomer-monomer mono
dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus
3. Tahap terakhir adalah proses curing yaitu ketika kondensasi tetap berlangsung,
polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat kompleks dan menjadi resin
thermosetting. Resin thermosetting mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, serta
tidak dapat melarut dan meleleh. Reaksinya adalah :
H2N - CO - NH - CH2OH + n H2N - CO - NH - CH2OH NCHN- CO – NH CH2
+ ( 2n+1) H2O
2.5. Polimer
Polimer sudah menjadi material yang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
manusia. Polimer dapat menjadi bahan bermacam-macam alat kebutuhan manusis seperti
botol, tali, plastik, teflon, dan lainnya. Penggunaannya semakin digemari karena sifatnya
yang ringan, tahan korosi, beberapa bahan relatif tahan asam, beberapa bahan relatif
12
tahan sampai temperatur tinggi, dan kuat. Polimer adalah senyawa yang bermassa
molekul relatif besar dan terdiri atas monomer-monomer.
Polimer termoset dibuat dengan menggabungkan komponen-komponen yang
bersifat saling menguatkan sehingga dihasilakn polimer dengan derajat cross link yang
sangat tinggi. Karena sifat-sifat di atas, aplikasi resin urea-formaldehid yang sangat luas
sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh industri yang
menggunakan industri formaldehid adalah addhesive untuk plywood, tekstil resin
finishing, laminating, coating, molding, casting, laquers, dan sebagainya.
2.5.1. Berdasarkan Asal Polimer
a. Polimer alam
Jenis polimer ini terdapat pada makhluk hidup. Contoh dari polimer alam adalah
protein, amilum, selulosa, karet alam, wol, sutera dan katun. Polimer alam mudah
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme atau ulap/rayap.
b. Polimer sintesis
Jenis polimer ini terbentuk sebagai hasil reaksi dari bahan-bahan kimia. Contoh dari
polimer sintesis ini adalah polivinilklorida (PVC), teflon, dan karet sintesis.
2.5.2. Berdasarkan jenis monomer
a. Homopolimer yaitu polimer yang terbentuk dari monomer – monomer yang sejenis
b. Kopolimer yaitu polimer yang terbentuk dari monomer – monomer tak sejenis.
2.5.3 Berdasarkan Sifat Polimer
a. Polimer thermosetting yaitu polimer yang pada mulanya kenyal tatkala dipanaskan,
tetapi sekali didinginkan tidak dapat dilunakkan lagi, sehingga tidak dapat diubah
menjadi bentuk lain.
b. Polimer thermoplastic yaitu polimer yang bersifat kenyal (liat) apabila dipanaskan
dan dapat dibentuk menurut pola yang diinginkan. Setelah pendinginan, polimer
kehilangan sifat kekenyalan dan mempertahankan bentuknya yang baru. Proses ini
dapat diulang dan kita dapat mengubahnya menjadi bentuk lain.
13
2.5.5. Berdasarkan jenis reaksi
a. Polimerisasi adisi , yang terjadi jika monomer – monomer mengalami reaksi adisi
tanpa terbentuk zat lain. Jadi yang terbentuk hanya polimer yang merupakan
penggabungan monomer – monomernya .
b. Polimerisasi kondensasi , yaitu suatu reaksi dari dua buah molekul atau gugus fungsi
dari molekul ( biasanya senyawa organik ) yang membentuk molekul yang lebih besar
dan melepaskan molekul yang lebih kecil yaitu air.
2.6 Kinetika reaksi
Kinetika reaksi menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju
reaksi atau kecepatan reaksi ialah laju atau kecepatan berkurangnya pereaksi atau
terbentuknya produk reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi ialah:
konsentrasi, temperatur, katalis, dan luas permukaan. Persamaan yang menyatakan laju
sebagai fungsi konsentrasi setiap saat yang mempengaruhi laju reaksi disebut hukum
laju atau persamaan laju reaksi.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi laju reaksi,
dimana sebagai contoh pada reaksi A + B C. Dimana pada waktu reaksi
berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama jumlahnya semakin banyak sebaliknya
zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama semakin sedikit.
Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk
diferensial.
Persamaan orde reaksi
Orde 1 A P
14
Orde 2 A P
1/CAO
BAB III
15
t (waktu)
1/ CA
t(waktu)
Ln Cao/Ca
METODELOGI PERCOBAAN
3.1. Skema Alat
Kolom refluks
Air masuk
Air keluar
Pengambilan sampel
termometer
Motor listrik
Pemanas listrik
Seal gliserin
Gambar 3.1. Alat untuk Percobaan Urea Formaldehida
3.2. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Labu bundar
16
2. Kondensor
3. Buret 50 ml
4. Pipet volume 25 ml
5. Pipet volume 10 ml
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Gelas ukur (50 ml, 10 ml)
8. Termometer
9. Stopwatch
10. Corong
11. Motor pengaduk dan pengaduknya
12. Beaker glass (500 ml, 250 ml)
13. Pemanas listrik
14. Filler
15. Erlenmeyer bertutup 250 ml
16. Labu ukur 250 ml
17. Piknometer 25 ml
18. Viskometer Ostwald
19. Pipet tetes
20. Cawan porselen
21. Batang Pengaduk
22. Kertas pH
23. Statif
24. Seal Gliserin
25. Neraca
26. Eksikator
27. Waterbatch
3.3. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu :
Formalin
17
Urea
Alkohol
Indikator PP
Asam Sulfat (H2SO4)
Natrium Sulfit (Na2SO3)
Aquadest
Natrium Karbonat (Na2CO3 . H2O)
Amonia (NH3)
3.4. Cara Kerja
1. Memasukan formalin (40 %) 500 mL, buffer (Na2CO3.H2O), 5 % katalis (NH3)
ke dalam labu didih bundar dan hidupkan motor pengaduk.
2. Campuran diaduk sampai merata dan diambil sampel nol.
3. Memasukkan sejumlah tertentu urea (setelah dihitung dari perbandingan
umpan) diaduk sampai melarut dan kemudian diambil sampel 1 dan dicatat
suhunya.
4. Campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai mendidih. Pada saat terjadinya
refluks diambil sampel 2, dicatat suhu refluksnya.
5. Selanjutnya diambil sampel setiap 12 menit sekali sampai sampel 6
6. Dilakukan analisa terhadap semua sampel yang diambil.
Analisa Kandungan Formalin Bebas
Reaksi :
H2O + CH2O + Na 2SO3 HO – CH2 – SO3 + NaOH
NaOH yang terbentuk ekivalen dengan kadar formaldehida bebas dalam
larutan.
18
1. 1 ml sampel dilarutkan dengan 5 ml etanol 96% dalam erlenmeyer
ditambahkan 1 tetes indikator fenoftalein dan 25 ml Na2SO3 1 N, dikocok
selama 10 menit.
2. Larutan dititrasi dengan larutan standar H2SO4 2 N
3. Melakukan titrasi Blanko
Analisa pH Larutan
1. Kertas pH dicelupkan ke dalam larutan sampel, warna yang terbentuk
disesuaikan dengan warna standar.
2. Mencatat pH sesuai dengan warna pada standar.
Analisa Viskositas Larutan dengan Viskometer
1. Memasukkan sejumlah tertentu aquadest yang telah diketahui
temperaturnya ke dalam viskometer.
2. Mencatat waktu alir yang diperlukan aquadest untuk menempuh jarak
tertentu dalam viskometer tersebut.
3. Memasukkan sejumlah sampel yang akan ditentukan viskositasnya ke
dalam viskometer sejumlah sama dengan aquadest
4. Mencatat waktu alir yang diperlukan untuk menempuh jarak tertentu
dalam viskometer tersebut.
Analisa kadar resin dalam larutan
a. Cawan porselain dipanaskan selama setengah jam, didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang.
b. Menimbang 10 gram sampel ke dalam cawan porselen yang telah
diketahui massanya.
c. Cawan yang berisi sampel dipanaskan di ruang asam selama 1/2 jam,
kemudian didinginkan dalam eksikator dan kemudian ditimbang.
d. Diulangi langkah c sampai dengan mendapat massa yang konstan.
19
Analisa densitas resin dengan piknometer
a. Menimbang piknometer kosong.
b. Kalibrasi volume piknometer dengan aquadest yang diketahui
temperaturnya.
c. Menimbang piknometer yang berisi penuh sampel resin
BAB IV
PEMBAHASAN
20
a. Komposisi umpan
Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada percobaan ini adalah
1,6 dimana perbandingan umpan berada pada batas standar yang ditentukan, perbandingan
umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0 hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin
yang terbentuk tidak kental dan tidak encer.Larutan resin yang dihasilkan berwarna putih keruh
dengan kekentalan yang cukup sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Besarnya perbandingan mol umpan formalin dengan
urea sangat mempengaruhi pada produk (polimer) yang dihasilkan, bila perbandingan umpan
kurang dari 1,25 maka resin yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang rendah dan
menghasilkan polimer yang kepadatan dan kekerasan rendah ,sedangkan bila perbandingan
umpan lebih dari 2 maka resin yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang tinggi dan
menghasilkan polimer yang kepadatan dan kekerasan yang tinggi.
b. Densitas dan viskositas resin
Viskositas dan densitas akan semakin tinggi seiring dengan semakin lama reaksi
berlangsung. Kenaikan densitas dan viskositas ini ditunjukkan pada grafik hubungan densitas
dan viskositas terhadap waktu. Hal ini disebabkan oleh resin/urea formaldehid yang terbentuk
akan semakin banyak dengan bertambahnya waktu yang menyebabkan larutan menjadi agak
kental. Karena larutan menjadi agak kental, maka partikel–partikelnya menjadi lebih rapat
sehingga densitas, viskositas dan kadar resin semakin besar.
c. Kadar formalin bebas
Penentuan kadar formalin bebas dilakukan untuk menganalisa seberapa banyak
formalin yang telah bereaksi dengan urea dan membentuk resin urea formaldehida. Dengan
adanya penurunan volume titrasi maka akan mengakibatkan penurunan konsentrasi
formaldehida bebas, yaitu CAawal = 3.3125 dan CA akhir = 0.2250. Hal ini menunjukkan makin
banyaknya gugus formaldehida yang melakukan reaksi metilolasi membentuk urea yang
selanjutnya akan membentuk resin untuk urea formaldehida. Hal ini disebabkan karena banyak
21
formaldehid yang bereaksi dengan urea membentuk resin, dan resin yang terbentuk semakin
besar dengan penambahan waktu.
Analisa kadar formalin bebas dilakukan untuk mengetahui sebarapa banyak formalin
yang telah bereaksi dengan urea yang membentuk resin urea formaldehida. Berdasarkan reaksi
dibawah, analisis kadar formalin bebas dapat dilakukan dengan cara titrasi dengan
menggunakan asam sulfat.
H2O + CH2O + Na 2SO3 HO – CH2 – SO3 + NaOH
2 NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2 H2O
Dilihat dari grafik hubungan antara CH2O bebas terhadap waktu menunjukkan grafik yang
turun. Penurunan konsentrasi CH2O bebas ini menunjukkan makin banyaknya formalin yang
bereaksi membentuk resin urea formaldehida, dan dengan bertambahnya waktu reaksi, maka
CH2O yang bereaksi semakin banyak sehingga kadar CH2O bebas semakin berkurang.
d. pH reaksi
Pada percobaan ini pH reaksi berada diantara range 6 - 10. Hal ini terjadi karena adanya
penambahan buffer yang bertujuan untuk menjaga reaksi agar tetap berlangsung dalam range
pH 8 - 10. Kondisi tersebut diperlukan agar reaksi metilolasi berlangsung sehingga harus
dilakukan pengontrolan pH karena turunan metilol akan berkondensasi cepat dalam suasana
asam yang membentuk senyawa Goldsmith.
e. Orde reaksi dan konstanta laju reaksi
Dari grafik Ln ( Cao/Ca ) yang dhubungkan terhadap waktu, didapatkan harga k = 0,143
menit -1 dan regresi = 0,910 dan grafik antara 1/Ca yang dihubungkan terhadap waktu, didapat
harga k = 0,244 L/mol.menit dan regresi = 0,930. Dengan melihat perbandingan nilai regresi
antara grafik Ln ( Cao/Ca ) terhadap grafik 1/C, terlihat bahwa nilai regresi yang paling
mendekati adalah pada orde 2. Maka dapat disimpulkan bahwa reaksi urea formaldehid ini
merupakan reaksi orde 2.
22
f. Berat molekul rata-rata
Pada percobaan ini diperoleh berat molekul rata-rata sebesar 27498,72 gr/mol. Berat
molekul rata – rata resin ini tinggi yaitu diatas 40000 gr/mol, sehingga polimer yang dihasilkan
digolongkan ke dalam jenis polimer tingkat tinggi. Sedangkan harga derajat polimerisasinya
adalah 11876.612. Hal ini menunjukkan bahwa resin yang dibutuhkan mampu menghasilkan
polimer besar.
g. Energi aktivasi
Pada percobaan ini diperoleh nilai energi aktivasi sebesar -46018 (J/mol.K). Harga
tersebut menunjukan energi yang dibutuhkan untuk membentuk resin urea formaldehid dengan
berat molekul 27498,72 gr/mol adalah sebesar -46018 J/mol.K. Reaksi ini merupakan reaksi
endoterm karena pada percobaan pembentukan resin urea formaldehid ini membutuhkan energi
dalam bentuk panas yang diserap dari pemanas labu bundar.
h. Kadar Formaldehid Bebas dan % Kadar Resin
Kadar Formaldehid bebas tidak dapat diperkirakan secara langsung, oleh sebab itu
digunakan Na2SO3 yang direaksikan dengan formaldehid membentuk NaOH. Karena jumlah
NaOH yang terbentuk sebanding dengan jumlah formaldehid bebas, maka kadar formalin bebas
dapat ditentukan dengan mentitrasi NaOH oleh H2SO4 0,5N.
H2O + CH2O + Na 2SO3 HO – CH2 – SO3 + NaOH
2 NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2 H2O
Dari Grafik hubungan CH2O bebas terhadap waktu, terlihat bahwa semakin lama waktu
reaksi, kadar formaldehid bebas semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena dengan
bertambahnya waktu pengaduklan maka akan semakin banyak formaldehid yang bereaksi
dengan urea membentuk resin.
23
i. Pengaruh pengadukan
Dilakukannya pengadukan bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan untuk
mempercepat perpindahan massa sehingga terjadinya homogenisasi. Selain itu pengadukan
juga berfungsi untuk menghambat terjadinya pembekuan Resin, sehingga larutan mudah
dianalisa dengan baik.
j. Katalis
Katalis yang ditambahkan pada percobaan ini adalah NH3 yang merupakan asam
lemah, namun apabila direaksikan dengan air akan bersifat basa lemah. Apabila ditambahkan
NH3 maka reaksi yang terjadi akan berlangsung cepat karena katalis ini akan menurunkan energi
aktivasi yaitu energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi untuk memperoleh produk
sehingga waktu reaksi lebih cepat dan dengan penambahan katalis ini dapat meningkatkan kerja
tumbukan partikel sehingga mempercepat laju reaksi. Sedangkan pada tahap curing dimana
pada tahap ini dilakukan proses pemanasan, katalis berfungsi sebagai penyerap panas.
BAB V
KESIMPULAN
24
1. Reaksi kondensasi polimerisasi urea formaldehid berlangsung pada orde 2 dengan
konstanta laju reaksi sebesar 0,005 menit-1.
2. Resin yang dihasilkan mempunyai berat molekul rata-rata 27498,72 gr/mol dengan
derajat polimerisasi sebesar 305,5413. Polimer ini digolongkan pada jenis polimer tingkat
tinggi dan mempunyai sifat transparan, keras tetapi getas dan tidak larut dalam air dingin.
3. Pembentukan resin urea formaldehida dipengaruhi oleh temperatur, katalis, pH dan
komposisi umpan.
4. Semakin lama waktu pengadukan, maka densitas, viskositas dan resin yang dihasilkan
akan semakin banyak pula.
5. pH resin yang dihasilkan berkisar antara 6 – 10.
6. Kadar resin tertinggi yang dihasilkan adalah 72,7703%, kadar resin terendah sebesar
49,2874% dan kadar resin rata-rata yang dihasilkan sebesar 51,5613%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fessenden, Fessenden, 1997, “Dasar-dasar Kimia Organik”, Binarupa Aksara, Jakarta
25
2. J.Geankoplis, Christie, 1993, “Transport Processes and Unit Operations 3 rd editions”,
Prentice Hall P T R, New Jersey
3. Team Lab TK UNJANI, 2001, ”Diktat Petunjuk Praktikum Laboratorium Teknik Kimia
II”, Fak. Teknik, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
A.1. Data Fisik Air
26
Tabel A.1. Data fisik air
Data fisik pada suhu (T = oC) 25 26 27 28
ρ (kg/m3) 997,045 996,783 996,513 996,233
μ (cP) 0,93 0,8704 0,86 0,86
A.2. Berat dan Rumus molekul
Tabel A.2. Data berat molekul
Zat Rumus Molekul Mr (g/mol)
Urea CO(NH2)2 60,06
Formaldehid CH2O 30,03
Amonia NH4OH 35
Natrium karbonat Na2CO3 106
Natrium sulfit Na2SO3 126
A.3. Densitas zat
Tabel A.3. Densitas zat
Zat ρ (g/ml)
27
Formalin 1,079
Ammonia 0,934
A.4. Data tetapan Mark-Houwink & Kohn
Tabel A.4. Tetapan Mark-Houwink & Kohn
Rentang Mr K a
6000 - 20000 0,0002 0,80
9000 - 17000 0,0003 0,50
7000 - 70000 0,0014 0,60
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN
28
F/U = 1,6/1
Volume Formalin = 600 ml
Massa Urea = 367,2 gr
Massa Total Campuran = 697,95 gr
Buffer (5 % katalis) = 1,75 gr
Volume H2SO4 1 N = 62,5 ml
Massa Na2SO3 1 N = 63 gr
Berat piknometer kosong = 25,14 gr
Berat pikno + air = 50,25 gr
Waktu viskositas air = 5,18 detik
Waktu Refluks = 34,68 menit
No Sampel
t (menit)
T(°C)Berat Cawan (gram) Pikno+sampe
l (gram)t.viskositas
(detik)BC Kosong BC 1 BC 2 BC 3
29
0 12 26,2 - - - - 55,32 10.5
1 24 89 24,16 46,25 42,40 41,85 60,43 22,9
2 36 91 25,34 36,72 33,30 31,30 60,73 24,3
3 48 90 47,32 58,40 53,66 51,50 60,80 27,4
4 60 86 32,95 43,66 36,96 34,8 60,90 29,5
5 72 87 27,48 38,82 33,69 32,67 61,18 32,5
6 84 91 33,92 45,20 40,25 38,61 61,25 37,3
7 96 88 29,43 40,65 37,34 35,33 61,55 41,2
8 108 89 31,12 42,74 38,01 36,11 61,68 41,4
9 120 89 29,22 40,20 37,04 35,01 61,79 41,7
10 134 89 43,06 60,60 56,50 54,90 61,93 41,9
No sample
t(menit)Volume titrasi pH
sebelumpH
sesudahV1 V2
30
0 12 1.12 1 10 9
1 24 1 0.9 9 9
2 36 0.8 0.8 8 8
3 48 0.7 0.8 8 8
4 60 0.7 0.6 8 8
5 72 0.6 0.5 8 8
6 84 0.7 0.6 8 8
7 96 0.6 0.5 8 8
8 108 0.5 0.6 8 8
9 120 0.5 0.6 8 8
10 134 0,5 0,6 8 8
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN ANTARA
31
C.1 Penentuan Viskositas, Densitas, dan Kadar Resin
Tabel C.1.Penentuan Viskositas, Densitas,dan Kadar Resin
No Sampel Densitas Resin (gr/ml) Visko Resin (gr/cm.s) Kadar Resin
0 1,1977 0,0021
1 1,4005 0,0054 -0,1051
2 1,4124 0,0058 -0,1732
3 1,4152 0,0066 -0,1340
4 1,4192 0,0071 -0,2546
5 1,4303 0,0079 -0,1882
6 1,4331 0,0090 -0,1707
7 1,4450 0,0101 -0,1506
8 1,4501 0,0102 -0,1836
9 1,4545 0,0103 -0,1482
10 1,4601 0,0103 -0,1038
C.2 Penentuan Kadar Formalin Bebas
Tabel C.2 Penentuan Kadar Formalin Bebas
32
No Sampel Volume Rata- Rata (mL) Kadar CH2O/100 ml CH2O (gr/ml)
0 1,06 -1,8318 -0,0183
1 0,95 -1,9144 -0,0191
2 0,80 -2,0270 -0,0203
3 0,75 -2,0646 -0,0206
4 0,65 -2,1396 -0,0214
5 0,55 -2,2147 -0,0221
6 0,65 -2,1396 -0,0214
7 0,55 -2,2147 -0,0221
8 0,55 -2,2147 -0,0221
9 0,55 -2,2147 -0,0221
10 0,55 -2,2147 -0,0221
C.3 Penentuan Molekul Rata - Rata
Tabel C.3 Pennentuan molekul rata-rata
33
No Sampel Nsp Cr Nsp/Cr
0 1,4351
1 5,2101 -0,0013 -4137,4599
2 5,6458 -0,0024 -2327,9905
3 6,5084 -0,0019 -3439,2504
4 7,1065 -0,0036 -1972,3375
5 8,0008 -0,0027 -2994,8303
6 9,3502 -0,0024 -3830,1288
7 10,5274 -0,0022 -4878,5116
8 10,6247 -0,0027 -4004,7214
9 10,7442 -0,0021 -4997,9518
10 10,8456 -0,0015 -7181,8946
C.4 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi
C.4.1 Penentuan Orde 1 dan Konstanta Laju Reaksi
34
Tabel C.4.1 Penentuan Orde 1 dan Konstanta Laju Reaksi
No Sampel t Sampel Ca LnCao/Ca K1
0 12 -61,000 2,727 0,227
1 24 -63,750 2,771 0,115
2 36 -67,500 2,828 0,079
3 48 -68,750 2,847 0,059
4 60 -71,250 2,882 0,048
5 72 -73,750 2,917 0,041
6 84 -71,250 2,882 0,034
7 96 -73,750 2,917 0,030
8 108 -73,750 2,917 0,027
9 120 -73,750 2,917 0,024
10 134 -73,750 2,917 0,024
C.4.2 Penentuan Orde 2 dan Konstanta Laju Reaksi
Tabel C.4.2 Penentuan Orde 2dan Konstanta Laju Reaksi
35
No Sampel t Sampel Ca LnCao/Ca K2
0 12 -61,000 2,727 0,248
1 24 -63,750 2,771 0,124
2 36 -67,500 2,828 0,083
3 48 -68,750 2,847 0,062
4 60 -71,250 2,882 0,050
5 72 -73,750 2,917 0,041
6 84 -71,250 2,882 0,035
7 96 -73,750 2,917 0,031
8 108 -73,750 2,917 0,028
9 120 -73,750 2,917 0,025
10 134 -73,750 2,917 0,025
C.5. Penentuan Energi Aktivasi
Tabel C.5. Penentuan Energi Aktivasi
36
No Sampel T(K) 1/T K1 Ln K1 K2 Ln K2
0 299 0,0033 0,227 -1,482 0,248 -1,395
1 310 0,0032 0,115 -2,159 0,124 -2,088
2 321 0,0031 0,079 0,000 0,083 -2,493
3 328 0,0030 0,059 0,000 0,062 -2,781
4 342 0,0029 0,048 0,000 0,050 -3,004
5 350 0,0029 0,041 0,000 0,041 -3,186
6 355 0,0028 0,034 -3,372 0,035 -3,340
7 362 0,0028 0,030 -3,494 0,031 -3,474
8 363 0,0028 0,027 -3,612 0,028 -3,591
9 364 0,0027 0,024 -3,717 0,025 -3,697
10 364 0,0027 0,024 -3,717 0,025 -3,697
LAMPIRAN C
CONTOH PERHITUNGAN
37
D.1 Kalibrasi piknometer
Massa air = (massa pikno + air) – (massa pikno kosong)
= 50,25 gr – 25,14 gr
= 25,11 gr
Pada suhu 25o C, densitas air = 0,997 gr/ml
Volume piknometer = 25,11 gr/0,997 gr/ml
= 25,18 ml
D.2 Berat umpan
Masa Formalin total = 600 mlx 1,3248 gr.ml x 37%
= 294,1056 gr
Mol Formalin = 294,1056 gr/30,03 gr/mol
= 9,79 mol
F/U = 1,6
Mol Urea = mol Formalin/1,6
= 9,79/1,6
= 6,12 mol
Massa Urea = 6,12 mol x 60,06 gr/mol
= 367,2 gr
M campuran total (x) = Massa (formalin + urea + katalis + buffer)
= (294,1056 + 366 + 5%x + 5%(5%x) gr
(x) = 697,95 gr
Massa katalis = 5% x 697,95 gr
= 34,9 gr
Massa buffer = 5%(5% x 596,8) = 1,49 gr
38
D.3 Pembuatan Na2SO3 1 N dalam 1000 ml
D.4 Pembuatan H2SO4 0,25 N dalam 1000 ml
N H2SO4 = 96 % x (1,84 gr/ml /(98 gr/mol/2 ekiv)) x 1000 ml
= 36,05 N
V1. N1 = V2.N2
1000 ml x 0,25 N = V2 x 36,05 N
V2 = 6,934 ml
D.5 Densitas resin
ρ resin = ((massapikno + resin) – (massapikno kosong))/Vpikno
= (57,32 gr – 25,14 gr)/26,38 ml
= 1,2315 gr/ml
D.6 Viskositas resin
µ resin = (t resin x ρ resin x µ air) / ( t air x ρ air)
= (10,56 x 1,2315 x 0,8704) / (4,56 x 0,997)
= 2,4897 gr/cm.s
D.7 Viskositas intrinstik
Nsp = (µ resin - µ air)/ µ air
= (2,4897 – (0,8740))/ 0,8740
= 1,8486
39
D.8 Kadar Formalin Bebas
D.9 Kadar Resin
% resin = (G4 – G1)/10 x 100%
= (46,25 - 41,85)/10 x 100%
= 44 %
D.10 Konsentrasi resin
Cr = (% resin x ρ resin x V resin)/100
= (44% x 1,2315 x 1)/100
= 0,54186gr/ml
D.11 Berat molekul rata – rata
N = K x Ma
K = 0,0002 (Tetapan Mark Howink)
a = 0,8
Dari grafik hubungan antara Nsp/Cr terhadap Cr
Ln N = ln K + a ln M
Ln M = (ln N – ln K)/a
M = exp (-ln 8091 – ln 0,0002)/0,8
40
= 3226378069 gr/mol
D.12 Derajat polimerisasi
Derajat polimerisasi = BM rata-rata / (BM urea + BM formalin)
= 3226378069 gr/mol / (60,06 + 30,03) gr/mol
= 35848645
D.13 Energi Aktivasi
k = A . e-Ea/RT
ln k = ln A – Ea/RT
ln k = – Ea/R. (1/T) + ln A
Dari grafik hubungan I/T terhadap ln k, didapat persamaan:
y = 20978x - 62,361
dimana, -Ea/R = -20978
Ea = -(-259,3) x (8,314 J/mol.K)
= -2155,82 J/mol.K
41