PENGGUNAAN KONSEP PROBLEM SOLVING UNTUK OPERASI HITUNG DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA D l SYKOLAH DASAR -.- ..
i ' - n - * . - A . Y ..&<fi- -:.it ; A 4 - a . .
DRA. FIT
DIBIAYAI I'ROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN
NOMOR: 006 I LIT I BPPK - SDM 1 1V I 2002 DIREKTORAT PEMBINAAN PENELITIAN DAN PENGARDIAN PADA MASYARAKAT
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETATUAN ALAM UNIVERSITAS NEGEFU PADANG
NOPEMBER, 2002
RINGKASAN
PENGGUNAAN KONSEP PROBLEM SOLVING
UNTUK OPERAS1 HITUNG DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR'
(Fitrani Dwina' ,.2002,24 halaman)
Tujuan atau sasaran pengajaran Matematika di SD adalah untuk menumbuh
kembangkan keterampilan berhitung sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-
hari, pengajaran matematika tidak hanya menekankan penguasaan komputasi
tetapi juga pada konsep-konsep. Dengan menguasai konsep dan keterampilan
berhitung diharapkan murid mampu memecahkan masalah dalam bidang lain yang
ada dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan dalam penelitian ini apakah pembelajaran dengan
menggunakan konsep problem solving dapat meningkatkan hasil belajar murid ?.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan konsep problem
solving dalam memecahkan masalah dalam menyelesaikan operasi matematika.
Disamping itu juga untuk mengetahui hasil belajar matematika murid yang
menggunakan konsep problem solving dalatn menyelesaikan operasi-operasi
matematika pada bilangan bulat dan pecahan.
Sampel diambil murid kelas IV SD yang terdapat di kecamatan Manggis
Koto Selayan pada gugus 111 dan IV. Pemilihan sampel berdasarkan kepada
penelitian pendahuluan yang telah dilaksanakan. SD-yang terpilih terdiri dari dua
SD inti (SD 09 dan SD 04) dan dua SD imbas (SD 02 dan SD 06). Sekolah yang
terpilih mempunyai keinginan untuk memperbaiki Proses Pembelajaran
matematika yang telah dilakukan selama ini. Data diperoleh dari tes hasil belajar
matematika yang diberikan dalam bentuk cerita. Aspek yang akan diukur sesuai
iii
dengan tujuan instruksional yang telah disusun. Materi tes disusun berpedoman
kepada buku panduan yang digunakan di SD untuk materi yang diujikan.
Pada penelitian ini perlakukan diberikan pada kelas eksperimen saat proses
petnbelajaran berlangsung. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
perbedaan rata-rata dengan menggunakan analisis v ~ r i a n (anova) dengan banti~an
softwarc minitab, sctelali diuji terlebih dahulu normalitas dan homogenitas data.
Terdapat perbedaan yang nyata (p < 0,05) dari rata-rata liasil belajar lnurid
yang pembelajarannya menggunakan konsep problem solving dengan yang tidak
pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dan pecahan.
Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti terhadap rata-rata hasil
belajar murid SD inti maupun SD imbas yang pembelajarannya menggunakan
konsep problem solving pada operasi tambah dan kurang bilangan bulat dan
pecahan.
(Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang,
Kontrak No: 006/LIT/BPPK.SDMIIVROO2, Tanggal ,9 April 2002).
SUMMARY
THE USING OF PROBLEM SOLVING CONCEPT TO ARITHMETIC OPERATION IN TEACHING MATHEMATICS AT ELEMENTARY
SCHOOL
(Fitrani Dwina ,2002,24 pages)
The goal of teaching mathematics at elementary school is to develop arithmetic skill in daily activity. Teaching mathematics is emphasize skills and concept. Hopefully, students can be solving problems in many kind of life area.
The problem is can be teaching mathematics by using problem solving concept to arithmetic operation increase the result of students test ? This research is aim to know the effectiveness using problem solving concept in solving problem. Besides that, it can be show about the different of result students test at experiment and control class in solving arithmetic operation at integers and rational numbers.
The research was conducted for students at grade four at Elementary School in Bukittinggi. There are two core elementary school (SD 09 and SD 04) and two imbas elementary school (SD 02 and SD 06). The data was collected from the respondent who took a test. The data processing was processed in analysis of varians by minitab program.
The result of this experiment show that (p < 0,05) it means the different of result students test was significant. It concluded that the result of experiment and control class are different. Because the experiment class was using the problem solving concept in teaching arithmetic operation (addition and subtraction) at integer and rational numbers. In other words, the different of result test from class that was teaching by problem solving concept and without problem solving concept was significant.
(Mathematics Department, Faculty of Mathematics and Natural Science at Padang Public University, Contract No. 006/LIT/BPPK-SDMl2002, April 9, 2002)
KATA PENGANTAR
Kegiatari penelitian rnendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari surnber lain yang relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait.
Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Proyek Pengkajian dan Penelitian Iln~u Pengetahuan Terapan, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas dengan surat perjanjian kontrak No.O06/LIT/BPPK-SDm 12002 tanggal 9 April 2002 untuk melakukan penelitian ilmu pengetahuan terapan dengan judul Penggunaan Konsep Problem Solving Untuk Operasi Hifung Dalam Pembelajaran Matemntika di Sekolali Dasar.
Karni menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai perniasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan perrnasalahan penelitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, maka Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang telah dapat memberikan inforrnasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dan kompleks dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusuman kebijakan pengelolaan program peningkatan kualitas Surnber Daya Manusia.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Secara khusus, kami sampaikan terima kasih kepada Pimpinan Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan 'Terapan, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas yang telah mernberikan dana untuk pelaksanaan penelitian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kejasama yang terjalin selama ini, penelitian ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana yang dihmapkan. Senloga kerjasama yang baik ini dapat dilanjutkan untuk masa yang akan datang.
Terima kasih.
dang, November 2002 Penelitian
1 . 1
\'
DAFTAR IS1
Halaman LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN . . .......................................... 11
... RINGKASAN DAN SUMMARY .......................................................... 111
PRAKATA .................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ viii
I . PENDAHULUAN ....................................................................... 1
................................................................ I1 . TINJAUAN PUSTAKA 5
111 . TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................................ 12
IV . METODE PENELITIAN .............................................................. 13
V . HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 16
VI . KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 23
LAMPIRAN .................................................................................. 25
DAFTAR TABEL
Rata-rata dan standar deviasi tes kelas sampel ... . .. . .. ... . .. . .. . .. .... ..
Persentase kemampuan murid yang lebih dari 65% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
vii
DAFTAK LAMPIRAN
Halaman
............................................................................... TNSTRUMEN 25
DATA HASIL AKHIR ..................................................................... 27
UJI NORMALITAS ........................................................................ 28
UJI HOMOGENITAS ...................................................................... 30
ANALISIS VARIANS ..................................................................... 31
................................................................... CURRICULUM VITAE 34
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Bellakang Masalah
Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat
penting bagi keberlangsungan pembangunan nasional. Pembangunan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia demikian mutlak hams mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh dan harus dirancang dengan seksama
berdasarkan pemikiran yang matang. Pendidikan merupakan wadah yang
tepat dalam peningkatan sumber daya manusia sehingga apabila diinginkan
sumber daya yang bermutu, pembangunan di bidang pendidikan harus
ditangani secara serius, berkelanjutan dan optimal. Keberhasilan dalam
pembangunan pendidikan telah menjadi barometer kemajuan suatu negara.
Dibandingkan dengan negara Asean pembangunan pendidikan Indonesia
masih tertinggal jauh. Laporan Human Development Index Research (1999)
menempatkan Indonesia pada posisi 105 jauh dibandingkan dari Singapura
dan Brunei dengan posisi 22 dan 25 atau Malaysia (56), Thailand (67) dan
Filipina (77).
Untuk menciptakan pendidikan yang bermutu pembangunan
pendidikan harus diperhatikan sejak pendidikan dasar (basic education). Hal
ini mengingat perserta didik pada tingkat dasar terbanyak dibandingkan
ditingkat sesudahnya dan pendidikan dasar merupakan kerangka landasan bagi
pendidikan lanjutan (to luy the groundwork forfirther education). Pendidikan
dasar memberi sumbangan amat besar bahkan menentukan dalam menyiapkan
individu untuk mengembangkan segenap potensinya dan kemampuannya guna
mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya.
Pada saat ini kualitas pendidikan dasar di Indonesia masih belum
memuaskan. Faktor penyebabnya dapat karena faktor fisik seperti sarana dan
prasaran pendidikan, dan faktor non fisik seperti kualitas guru, kurikulutn
overload bahkan tak terintegrasi dengan bidang studi, materi pembelajaran,
sistem penilaian dan manajemen pendi-dikan (World Bank, 1999).
Usaha untuk memperbaiki kualitas tersebut dapat dilakukan dengan (1)
perbaikan kurikulum yang kandungan materinya dapat menstimulasi murid
untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, berhitung dan
keterampilan memecahkan masalah, (2) menyediakan sumber-sumber
pembelajaran secara memadai (3) menambah jam belajar untuk mata pelajaran '
pokok seperti matematika dan IPA
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada
tingkat Sekolah Dasar (SD). Bahan kajian inti matematika di SD mencakup
aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan kajian
data (pengantar statistika). Penekananya diberikan pada penguasaan bilangan
termasuk berhitung.
Tujuan atau sasaran pengajaran matematika di SD adalah untuk
menumbuhkembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan)
sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran matematika tidak
hanya menekankan kepada penguasaan komputasi tetapi juga pada konsep-
konsep. Dengan menguasai konsep (aspek konseptual) dan keterampilan
(aspek komputasional) diharapkan murid mampu memecahkan berbagai
masalah dalam bidang lain serta masalah yang ada dalam kehidupan sehari-
hari.
Sebagaimana dengan performan pendidikan secara umum, tingkat
penguasaan anak didik di SD untuk mata pelajaran matematika masih belum
mencapai syarat tuntas belajar seperti yang dikemukakan dalam kurikulum
1994 (Dwina, 1999). Masih banyak ditemui dilapangan kesalahan murid
dala~n mengartikan bilangan negatif, dimana mereka menyatakan bahwa
bilangan (-5) lebih besar dari (+3), sehingga dalam mengoperasikan bilangan
bulat tersebut mereka sering keliru. Disamping itu juga dalam menjalankan
operasi-operasi matematika yang melibatkan bilangan pecahan yang
mempunyai penyebut tak sama.
Berdasarkan ha1 di atas, timbul keinginan untuk melakukan penelitian
tehadap penggunaan konsep problem solving dalam melakukan operasi-
operasi hitung pada tingkat Sekolah Dasar dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan murid atau anak didik terhadap penguasaan mata
pelajaran matematika.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah maka
dalam penelitian ini penggunaan konsep problem solving dibatasi pada operasi
tambah dan kurang bilangan bulat dan pecahan. Pengambilan populasi dibatasi
untuk murid SD Negeri di Kecamatan Manggis Koto Selayan Kota
Bukittinggi. Hal ini berdasarkan pertimbangan berbagai keterbatasan yang ada
pada yeneliti.
C. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah pembelajaran dengan menggunakan konsep problem solving dapat
meningkatkan hasil belajar murid?
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Hasil belajar murid pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kclas
kontrol.
2. Hasil belajar murid SD inti yang proses pembelajarannya
menggunakan konsep problem solving lebih baik dari yang tidak
menggunakan konsep problem solving.
3. Hasil belajar murid SD imbas yang proses pembelajarannya
menggunakan konsep problem solving lebih baik dari yang tidak
menggunakan konsep problem solving.
IT. TINJAUAN PUSTAKA
1. Operasi Hitung
Peterson (1974) mengemukakan bahwa suatu sistem matematika
dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu himpunan, relasi dan operasi.
Operasi hitung merupakan salah satu komponen utama dari sistem
matematika, dimana manipulasi dapat dilakukan terhadap anggota-anggota
atau unsur-unsur sebuah himpunan. Operasi hitung merupakan suatu kerja
yang mempunyai sejumlah aturan dan instruksi, atau mempunyai aturan yang
tersusun dalam prosedur khusus yang disebut algorittna. Penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian merupakan contoh dari operasi hitung.
Penalaran dari operasi diantaranya untuk mengetahui bahwa jumlah dua
bilangan merupakan penyimpulan dari penggabungan dua himpunan lepas,
juga bisa menjelaskan mengapa dan kapan penyebut dua pecahan sama.
Penjumlahan dengan pecahan yang sama penyebutnya dilakukan dengan
menjum-lahkan pembilangnya, bukan penyebutnya.
Bilangan pecah menurut kurikulum SD 1994, sudah mulai dia-jarkan
se-jak dari kelas I1 SD cawu 111, yaitu Pengenalan Pecahan seperti menuliskan
lambang pecahan dan membandingkan dua pecahan. Pengajaran ini
dilaksanakan dengan rnenggmakan alat peraga dan gambar. Pada kelas ini
juga sudah mulai mengoperasikan bilangan pecah, walaupun masih dalam
bentuk sederhana, ini berlangsung sampai kelas 111. Selanjutnya pada kelas IV
sudah mulai diajarkan operasi pecahan untuk bilangan pecah yang
penyebutnya tidak sama. Kemudian di kelas V dilanjutkan dalam berbagai
bentuk pecahan seperti pecahan campuran, pecahan desimal dan persen.
Anwar, dkk (1989) menyatakan penguasaan konsep pecahan murid
kelas V SD ~nasih rendah yaitu sekitar 38.24 % (dengan menggunakan tes
objektif) dan 27.9 % (dengan menggunakan tes essey) dari skor ideal yang
diharapkan. Santoso (1996) yang melakukan penelitian terhadap kemampuan
siswa SLTP (MTsN) dalam operasi pen-jumlahan dan pengurangan bilangan
bulat negatif, jugamendapatkan hasil yang relatif masih rendah.
Hasil penelitian Dwina, dkk (1999) menunjukkan bahwa kemampuan
murid kelas V SD secara umum belum menunjukkan tuntas belajar untuk
semua operasi hitung penjumlahan maupun pengurangan pada pecahan dan
bilangan bulat. Kesalahan yang dilakukan murid dalam melakukan operasi
penjumlahan dan pengurangan yaitu untuk bilangan pecah dengan penyebut
yang tidak satna. Kesalahan ini disebabkan karena murid belum memahami
konsep untuk menyamakan penyebut bilangan pecah yang tidak sama. Begitu
juga terhadap operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif,
sehingga ketuntasan belajar materi bilangan bulat belum tercapai.
Tirosh (2000) yang melakukan penelitian tehadap kemampuan anak
dalam melakukan operasi pembagian bilailgan pecah mendapatkan bahwa
sebelum pemberian metode matematika sebagian murid telah mengetahui
bagaimana untuk melakukan pembagian bilangan pecah, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana prosedurnya. Menurut Versachaffel, et al (1 999)
murid-murid yang mengalami kesukaran dalam pemodelan dan pemecahan
masalah pada operasi penambahan bilangan ordinal yang tidak biasa
diberikan, sering melakukan kesalahan-kesalahan karena pengetahuan yang
dangkal, pendekatan model dari penambahan dan pembagian tanpa
mempertimbangkan kelayahan dari hubungan action dengan konteks
permasalahan. Kesalahan lain yang juga sering terlihat adalah kesalahan
konsep tentang penjumlahan dan operasi-operasi aritmatika.
Dalam operasi perkalian dan pembagian, Mulligan dan Mitchelmore
(1997) ~~icntlnpatkan 3 motlc intuisi yilng hnnynk digonakiln 111[1ritl ynilu
penghitungan secara langsung (direcr cotrr~ting), pcnambahan bcrulang
(rcycuted a~jdition) dan opcrasi mulliplikasi. Modcl kcc~iipat yailu
pengurangan hanya dilakukan pada masalah pembagian (divisionproblems).
2. Mctode Problem Solving
Randall (1992) mengemukakan bahwa problem solving merupakan
proses yang melibatkan koordinasi pengetahuan, pengalaman, intuisi, sikap,
kepercayaan dan berbagai kemampuan diri. Ada 7 tujuan pengajaran problem
solving :
1. Mengembangkan keahlian berpikir
2. Mengembangkan kemampuan untuk menyeleksi dan menggunakan
strategi problem solving.
3. Mengembangkan bantuan sikap dan kepercayaan terhadap problem
solving
4. Mengembangkan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
5. Mengembangkan kemampuan untuk memonitor dan mengevaluasi
pikiran dan kemajuan dalam memecahkan masalah.
6 . Mengembangkan kemampuan me~necahkan masalah dengan cara
bekerja sama.
7. Mengembangkan kemampuan untuk mendapatkan jawaban yang benar
pada berbagai bentuk masalah.
Pendekatan umum terhadap problem solving yang paling terkenal
dikemuka-kan oieh Polya (1957). Polya membagi proses problem solving atas
4 tahap :
1. Mengerti atau memahami masalah
2. Membuat perencanaan
3. Melakukan rencana
4. Meninjau kembali pekerjaan.
Selanjutnya Polya (1957) juga merumuskan 8 strategi untuk problem solving
yaitu :
1. Mendapatkan suatu pola (look for patern)
2. Simulasi-permainan peranan (simulation-acting out)
3. Melukiskan sebuah gambar atau diagram (draw a picture or diagram)
4. Bekerja secara mundur (working backward)
5. Berpikir secara logis (Logical reasoning)
6. Menyederhanakan sesuatu (Do a similar, simpler reduction problem)
7. Menebak dan pengujian (Trial and error)
8. Membuat dafiar terorganisir (Make an organized List)
Dari berbagai strategi di atas, strategi melukiskan sebuah gambar atau
diagram dan belcerja secara mundur dapat digunakan untuk membantu dalam
menyelesaikan opcrasi-o~erasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecah.
Menurut Malloy dan Jones (1998) keberhasilan dari penggunaan
problem solving sangat erat hubungannya dengan pemilihan strategi dan
penggunaannya serta hubungan yang cukup kuat dengan aksi verifikasi.
Dukungan pengetahuan guru mungkin diperlukan untuk lebih
mengoptimalkan kurikulum problem solving (Gearhart, et a!., 1999).
Penggunaan problem solving dalam ilmu geometri menunjukkan
bahwa murid dengan prestasi belajar yang tinggi, dapat meraih illnu
pengetahuan yang lebih banyak secara spontan dan dapat lebih aktif
mengkaitkan skema pengetahuan yang diberikan dan informasi dibandingkan
dengan murid dengan prestasi yang rendah (Lawson dan Chinnapan, 2000).
Pada murid yang mempunyai tingkat SES yang terbeda terlihat bahwa murid
dengan SES yang tinggi memperlihatkan kepercayaan diri dan memecahkan
masalah secara terarah sesuai dengan sasaran matematik, sementara murid
dengan SES yang rendah lebih menyukai petunjuk dari luar yang lebih banyak
dan kadang-kadang mendekati masalah dengan suatu cara yang dapat
menyebabkan mereka kehilangan sasaran matematika yang ingin diselesaikan
(Luebinski, 2000)
Franke dan Carey (1997) menyatakan secara umum murid menyadari
bahwa rnatematika sebagai suatu usaha problem solving dimana beberapa
strategi selalu dipertahankan dan sebagai bagian integral dari tugas. Murid-
murid juga mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai keberhasilan
dalam matematika. Dengan mengetahui persepsi murid, guru dapat
lnengetahi~i hal-ha1 yang berkenaan dengan dampak persepsi murid terhadap
perkembangan persepsi mereka dimasa datang dari pengajaran matematika
untuk mereka.
3. Problem Solving di dalam Proses Pembelajaran Matematika
Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah jika seseorang tidak
mempunyai arahadhukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk
menemukan jawaban pertanyaan tersebut (Hudojo, 2001). Perlu diketahui
bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah bergantung kepada individu dan
waktu. Artinya suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi seorang
murid, tetapi mungkin bukan merupakan masalah bagi murid lain. Bagian
utama dari suatu masalah adalah: apa yang dicari? bagaimana data yang
diketahui? bagaimana syaratnya?
Pemecahan masalah secara sederhana, merupakan suatu proses
penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Mengajarkan pemecahan masalah kepada murid merupakan kegiatan seorang
guru untuk membimbing murid-muridnya sampai kepada penyelesaian
masalah.
Bagi murid, pemecahan masalah haruslah dipelajari. Di dalam
menyelesaikan masalah, murid diharapkan memahami proses menyelesaikan
masalah tersebut dan rnenjadi terampil di dalam memilih dan
mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi,
merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan keterampilan yang
telah dimiliki sebelumnya.
Nampaklah bahwa pemecahan masalah mempunyai fungsi yang
penting di dalam proses pembelajaran matematika. Guru menyajikan masalah-
masalah, sebab ~nelalui penyelesaian masalah murid dapat berlatih dan
mengintegrasikan konsep-konsep, dan keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya.
Mengajarkan murid untuk menyelesaikan masalah memungkinkan
murid menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan di dalam
kehidupan. Bila seorang murid dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka
murid itu akan mampu mengambil keputusan.
Untuk belajar memecahkan masalah, nlurid harus diberikan
kesempatan untuk menyclesaikan masalah. Guru harus mempunyai
bermacam-macam masalah yang cocok sehingga bermakna bagi murid-
rnuridnya. Bagairnana seorang ~nurid mcmulai menyelesaikan masalah'?
Ragni~iionn slrntcgi ynng dapat dilakuknn? Kcrnnmp~~nn ;\pa ynng nknn
bcrmanfaat baginya untuk menyelesaikan masalah itu? Ketiga ha1 ini, secara
bcrsama-sama rnerupakan suatu usaha ~intuk menemukan.
Perlu kita sadari bahwa menyelesaikan masalah memerlukan waktu
dan berkelanj~tan, tidak terpenggal-penggal dalam proses berfikir kita. Namun
bila pendekatan yang kita gunakan tepat, kadang-kadang masalah yang sulit
bcrubal mcnjadi masalah yang mudah. Karcna it11 guru yang mengajarkan
harus terampil menyusun dan menyelesaikan permasalahan. Guru perlu
berlatih sehingga terlatih bagaimana dapat membantu murid untuk
menyelesaikan masalah.
111. TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan konsep problem solving dalam
meme-cahkan masalah atau membantu milrid dalam menyelesaikan
opcrasi-operasi matematika.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika murid yang menggunakan
konsep problem solving dan yang tidak menggunakan konsep problem
solving dalam menyelesaikan operasi-operasi matematika pada bilangan
bulat dan pecahan.
B. Manfaat Penelitian
1 . Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
tingkat SD secara umum dan untuk bidang matematika khususnya
2. Bagi guru pengajar penggunaan konsep problem solving dapat menjadi
pertim-bangan untuk membantu murid dalam menyesaikan soal-soal
matematika.
3. Referensi bagi pengambilan kebijakan di bidang pendidikan matematika
dalam memilih atau menentukan metode pengajaran matematika di tingkat
SD, baik sebagai metode pokok maupun sebagai metode pengayaan.
IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen , karena peneliti
bermaksud memberikan perlakuan terhadap sampel, selanjutnya ingin
dilihat efek dari perlakuan tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah
pengajaran konsep operasi tambah dan kurang pada pecahan dan
bilangan bulat dengan menggunakan konsep problem solving.
Perlakuan diberikan untuk kelas eksperimen. Disamping itu peneliti
juga melakukan observasi untuk melihat suasana belajar eksperimen dan
kelas kontrol. Untuk tnengetahui tanggapan guru terhadap penggunaan
konsep problem solving peneliti metnberikan lembaran isian kepada
guru yang mengajar.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas IV SD Negeri yang
terdapat di Kota Bukittinggi. Sampel dipilih empat SD di kecamatan
Mandiangin Koto Selayan sesuai dengan penelitian pendahuluan yang
telah dilakukan. Sampe! terpilih adalah SD inti ( SD 09 dan SD 04) dan
SD imbas ( SD 06 dan SD 02) yang terletak pada gugus 111 dan IV.
Sekolali ynng terpilih metnpunyai keinginan untuk memperbaiki Proses
Pembelajaran Matematika yang telah dilakukan selama ini.
C. Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian
adalah tes hasil belajar matematika. Soal diberikan dalam bentuk cerita,
mengenai operasi tambah dan kurang bilngan bulat dan pecahan. Aspek
yang akan diukur sesuai dengan tu-juan instruksional yang telah disusun.
Materi tes berpedoman kepada buku panduan yang digunakan di SD
untuk materi yang diujikan.
D. Disain Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada empat SD yang terpilih sebagai sampel
penelitian. Pada penelitian ini perlakuan diberikan pada kelas
eksperimen saat proses pembelajaran berlangsung. Sekolah yang terpilih
adalah dua SD inti dan dua SD imbas. Kelas eksperimen dari SD inti
adalah SD 09, dan dari SD imbas adalah SD 02. Kelas kontrol dari SD
inti adalah SD 04, dan dari SD imbas adalah SD 06. Materi yang akan
diujikan adalah operasi tambah dan kurang bilangan bulat dan pecahan
yang diberikan pada awal semester I.
E. Pelaksanaan Eksperimen
Sebelum perlakuan diberikan guru kelas eksperimen dan kelas kontrol
tetap mengajar seperti biasa. Tetapi pada saat materi yang akan diteliti
diberikan, peneliti meminta guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan konsep problem solving pada kelas
eksperimen, sementara pada kelas kontrol tetap diajar seperti biasa.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan adalah uji perbedaan rata-rata
dengan menggunakan analisis varian (Anova) dengan bantuan software
Minitab. Data yang dibandingkan adalah :
1. Prestasi murid kelas eksperimen dengan kelas kontrol sesudah
perlakuan diberikan.
2. Prestasi murid pada SD inti dalam operasi tambah dan kurang
bilangan bulat dan pecahan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3. Prestasi murid pada SD imbas dalam operasi tambah dan kurang
bilangan bulat dan pecahan kelas kontrol dan eksperimen.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pada hasil penelitian ini diperoleh data tentang nilai tes masing-masing
sampel. Data ini secara lengkap dapat kita lihat pada lampiran berikut ini
diberikan rata-rata dan simpangan baku dari hasil yang diberikan pada sampel.
Tabel 1. Rata-rata dan standar deviasi hasil tes kelas sampel
Dari data yang disajikan di atas terlihat bahwa rata-rata kelas
eksperimen pada SD inti dan SD imbas lebih tinggi dari kelas kontrol. Rata-
rata tertinggi untuk kelas eksperimen 63,34 pada SD imbas. Rata-rata terendah
terdapat pada kelas kontrol SD inti 4533. standar deviasi tertinggi pada kelas
kontrol SD imbas, dan terendah pada kelas eksperimen SD inti.
Persentase nilai kemampuan operasi hitung tambah dan kurang bulangan
bulat dan pecahan yang lebih dari 65 % untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel 2 berikclt.
Tabel 2. Perscntasc kemampuan murid yang lebih dari 65 %
No
1 . 2. 3. 4.
EksperimenIKontrol
Eksperimen Kontrol Eksprimen Kontol
SD
Inti Inti Imbas Imbas
'YO 46,43 10,71 44,83 29,17
No 1. 2. 3. 4.
Banyak Peserta Tes 28 28 29 24
SD Inti Inti lmbas Imbas .
Rata-rata
60,69 45,53 63,34 52,73
EksperimenIKontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Standar Deviasi
17,26 17,28 18,l 18,90
Secara lebih rinci dari tabel 2 dapat dilihat hasil tes yang diperoleh
responden pada SD sampel, terlihat bahwa kemampuan operasi hitung tambah
dan kurang pada bilangan bulat dan pecahan masih rendah. Berdasarkan
kurikulum 1994 suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar bila telah terdapat
paling kurang 85 % murid yang telah mencapai daya serap 2 65 %. Jadi untuk
kelas eksperinien rnaupun kontrol terlihat bahwa ketuntasan belajar belum
tercapai. ha1 ini mungkin dikarenakan murid belum terlatih dalam
menyelesaikan soal bentuk cerita dengan menggunakan konsep problem
solving.
Kesalahan yang ditemukan pada materi bilangan bulat umumnya
terdapat pada kekeliruan menentukan operasi yang tepat. Operasi yang keliru
disebabkan karena kesalahan dalam memahami soal. Sehingga operasi yang
seharusnya tambah dilakukan kurang atau sebaliknya. Sedangkan pada
pecahan, murid umumnya melakukan kesalahan pada operasi tambah dan
kurang pecahan dengan penyebut tidak sama, hak ini mungkin disebabkan
karena murid-murid tersebut masih mengalami kesulitan menyamakan
penyebut, sebab kurang mahir dalam perkalian dan pembagian.
R. Anslisis Dnta
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar murid yang
proses pembelajarannya menggunakan konsep problem solving dengan yang
tidak, maka data diolah dengan bantuan software minitab. Perbedaan hasil
belajar dilihat dengan uji analisis uraian atau uji - t, dimana sebelumnya juga
dilihat kenormalan dan kehomogenan data dengan software minitab.
Berdasarkan analisis data pada lampiran, untuk sampel SD inti,
diperoleh nilai p = 0,0018. Nilai p lebih kecil dari a yang dipakai yakni 0,05,
ini berarti terdapat perbedaan rata-rata hesil belajar murid yang
pembelajarannya menggunakan konsep problem solving dengan yang tidak
ada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dan pecahan.
Pada SD imbas, diperoleh nilai p = 0,044 juga lebih kecil dari a yang
digunakan 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar murid
yang pembelajarannya menggunakan konsep problem solving dengan yang
tidak pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dan pecahan.
Dari hasil yang diperoleh di atas hasil belajar murid yang menggunakan
konsep problem solving lebih baik dari murid yang tidak menggunakan
konsep problem solving. Ini terlihat dari cara penyajian murid dalam
menyelesaikan soal tes yang diberikan setelah perlakuan diberikan.
Jadi terlihat bahwa penggunaan konsep problem solving mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap rata-rata hasil belajar murid.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
rata-rata hasil belajar mrlrid kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada SD
inti maupun SD imbas. Ini menunjukkan bahwa penggunaan konsep problem
solving dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar murid.
Meskipun hasil yang diperoleh masih belum memenuhi syarat tuntas
belajar berdasarkan kurikulum 1994. Hal ini disebabkan oleh karena
kurangnya pemahaman murid terhadap soal cerita. Beberapa kesalahan yang
dilakukan murid antara lain:
I . Tidak tahu apa yang diketahui dari awal
2. Tidak tahu apa yang ditanya soal (apa yang harus dicari)
3. Tidak tahu operasi hitung apa yang harus digunakan
4. Salah dalam menjumlahkan bilangan bulat
5. Salah dalam mengurangkan bilangan bulat
6. Salah dalam menyamakan penyebut bilangan pecah
7. Salah dalam menjumlahkan bilangan pecah
8. Salah dalam mengurangkan bilangan pecah
Dari hasil lembaran isian yang diberikan kepada guru diperoleh data
bahwa kadang-kadang dalam penyelesaian soal cerita anak diminta membuat
jawabnya saja. Anak sulit memahami soal dalam bentuk cerita. Tidak semua
materi dilatihan dalam bentuk soal cerita.
Jadi meskipun hasil yang diperoleh pada kelas eksperimen lebih baik
dari pada kelas kontrol, tetap saja masih harus dilakukan perbaikan dalam
sistem pengajaran agar murid dapat memahami konsep operasi matematika
dengan baik. Pengajaran matematika dengan menggunakan konsep problem
solving masih harus dilanjutkan lagi agar dapat memperoleh hasil yang
optimal. Mata pelajaran yang dapat membantu anak dalam memahami soal
yang diberikan dalam bentuk cerita adalah Bahasa Indonesia. Dalam
penyelesaian soal menggunakan konsep problem solving murid terlebih
dahulu hams dapat memahami soal dengan baik, yaitu tahu dengan apa yang
diketahui, ditanya, dan pengerjaan yang harus dilakukan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka
didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata hasil belajar murid kelas eksperimen pada SD inti lebih baik dari
rata-rata hasil belajar murid kelas kontrol
2. Rata-rata hasil belajar murid kelas eksperimen pada SD imbas lebih baik
dari rata-rata hasil belajar murid kelas kontrol
3. Persentase rata-rata hasil belajar murid kelas eksperimen maupun kelas
kontrol masih belum mencapai tuntas belajar.
4. Terdapat perbedaan yang berarti terhadap rata-rata hasil belajar murid SD
inti maupun imbas yang pembelajarannya menggunakan konsep problem
solving pada operasi tambah dan kurang bilangan bulat dan pecahan.
I3. Saran
Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan di atas
maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Karena penggunaan konsep problem solving dapat meningkatkan
kemampua murid dalam melakukan operasi hitung khususnya tambah dan
kurang pada bilangan bulat dan pecahan, maka dianjurkan kepada guru
untuk dapat terus melatihkannya pada anak agar dapat dicapai hasil yang
optimal.
2. Karena hasil yang diperoleh belum memenuhi syarat tuntas belajar,
diliarapkan guru dapat membimbing dan memperhatikan kesulitan murid
dalam menyelesaikan soal terutama dalam memahami soal dalam bentuk
cerita.
3. Penelitian ini baru dilaksanakan untuk beberapa topik, maka perlu
dilanjutkan untuk topik-topik lainnya.
4. Guru diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran matematika dengan
menggunakan konsep problem solving, agar anak dapat terlatih
memahami konsep matematika dengan cara yang bervariasi dan mudah
dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S.1989, Studi penguasaan konsep pecahan murid kelas V SD di Kecamatan Penvakilan Sintuk Toboh Gadang Lubuk Alung. IKIP Padang.
Dwina, F, Mukhni dan Nurlius. 1999. Analisis kemampuan operasi hitung murid kelas V SD Negeri di Kecamatan Mandiangin Koto Salayan Kota madya Bukittinggi. IKIP Padang.
Franke. L.M. and D.A. Carey. 1997. Young Children's Perception of mathematics in problem solving environments. Jour. For Res. In Math. Educ. 28 : 8-25
Gearhart, M., G.B. Saxe. M. Seltzer, J. Schlackrnan, C.C. Ching, N. Nasir, R. Fall, T.Bennet, S. Rhine and T.F. Sloan. 1999. Opputunities to learn fraction in Elementary mathematics classroom. Jour. For Res. In Math. Educ. 30:286-3 15.
Hudojo, H. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Common Textbook Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA, Universitas Negeri Malang.
Lawson, M.J. and M. Chinnappan. 2000. Knowledge connectedness in geometry problem solving. Jour. For Res. In Math. Educ. 3 1 : 26 - 43
Lubienski, S.T. 2000. Problem solving as a means toward mathematics for all: an exploratory look through a class lens. Jour. For Res. In Math. Educ. 454-482.
Malloy, C.E. and M.G. Jones. 1998. An investigation of African American Student's mathematical problem solving. Jour. For Res. In Math. Educ. 29 : 143-163
Maryunis. A. 1998. Pengetahuan Awal Matematika Sekolah. Makalah. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Padang.
Mulligan, J.T. and M.C. Mitchelmore. 1997. Young Children's Intuitive models of multification and division. Jour. For Res. In Math. Educ. 23: 309-330
Mendikbud (1999) Laporan Evaluasi Nilai Ebtanas Murni tahun 1999. Jakarta.
Randall, C., F. Lester and P O'Daffer. 1992. How to Evaluate Progress in Problem Solving. Reston. Virginia. NCTM
Santoso , R. 1996. Studi tentang tingkat penguasaan siswa terhadap konsep- konsep esse~lsial mata pelajaran tnatematika sub unit bilangan bulat
dan bilangan pecah di kelas I MTsN Limbanang Kabupaten 50 Kota. IKIP Padang.
The World Bak (1998). Education in Indonesia : From crisis to recovery. World Bank
Tirossh, D. 2000. Enhancing prospective teachers' knowledge of children's conceptions: The case of division of fraction. Jour. For Res. In Math. Educ. 3 1 : 5-25
Verschaffel, L., E.D. Corte and H. Vierstraete. 1999. Upper elementary school pupils' difficulties in modelling and solving nonstandart additive word problems involving ordinal numbers. Jour. For Res. In Math. Educ. 30:265-285
LAMPIRAN
SOAL MATEMATIKA KELAS TV SEKOLAH DASAR
Ke rjakanlah soal-soal berikut dengan Teliti, Tulislah nama pada kertas jawaban
1. Sebuah kapal berlayar selama 5 hari, jarak yang ditempuh pada hari pertama 1.754 km, pada hari kedua 2.098 km, pada hari ketiga 1.296 krn, pada hari keempat 1.699 km, dan pada hari kelima. Berapakah jarak yang ditempuh kapal tersebut selama 5 hari ?
2. Dalam sebuah perpustakaan sekolah terdapat buku-buku berikut : 18.900 buku matematika, 19.700 buku PA, dan 17.800 buku Bahasa Indonesia a. Berapa jumlah buku matematika dan P A ? b. Berapa jumlah buku P A dan Bahasa Indonesia ? c. Berapa jumlah buku Matematika dan Bahasa Indonesia ? d. Berapa jumlah buku dalam perpustakaan itu? e. Buku apakah yang paling banyak ?
3. Ali mempunyai uang 20.125 rupiah. Ayahnya memberi uang 9.500 rupiah. Ibunya memberi uang 6.750. Kakaknya memberi uang 5.880 rupiah. Berapa rupiah uang Ali sekarang ?
4. Pak Budi mempunyai ayam 880 ekor. Kemaren ia membeli ayam 236 ekor. Hari ini beberapa ayamnya mati. Sekarang ayarnnya tinggal 1.088 ekor. Berapa banyak ayarn yang mati ?
5. Citra berbelanja ke Toko Abadi. Dibelinya bahan pakaian seharga Rp. 8.550,- sekarang uangnya tinggal Rp. 13.500,-. Berapakah uang Citra sebel~jm herhelanja ?
6. Dinda mempunyai uang 19.555 rupiah. Sebelum berangkat sekolah ibunya memberi sejumlah uang. Sekarang uang Dinda 30.500 rupiah. Berapa rupiah diterima Dinda dari ibu ?
7. Pak Eko mempunyai sebidang sawah, yang hendak ditanami benih padi.
Andi menanami bagian sawah itu 5
Binu menanarni 1 bagian sawah itu. 3
Candra menanami I bagian sawah itu. 15
a. Berapa bagian sawah yang ditanami oleh Andi dan Binu ? b. Berapa bagian sawah yang ditanami oleh Binu dan Candra ? c. Berapa bagian sawah yang ditanami oleh Andi dan Candra ? d. Berapa bagian sawah yang ditanami oleh ketiga anak itu ? e. Berapa bagian sawah belum ditanami ?
8. Ibu Ani mernbeli kue. Kue itu dibagikan kepada kedua anaknya.
Anggi menerirna h e bagian. - Bimbi menerima h e L bagian.
3
a. Berapa bagian h e diterirna oleh Anggi dan Bimbi? b. Berapa bagian h e yang belum dibagikan ?
9. Lantai sebuah rumah yang baru selesai dibangun akan dipasang ubin keramik.
Hari pertama dipasang ubin 1 bagan, hari kedua L bagian. Sisanya dikerjakan 4 3 ..
pada hari ketiga. a. Berapakah selisih bagian lantai yang dipasang ubin pada hari kedua dengan
hari pertama ? b. Berapa bagiankah lantai yang harus dipasang ubin pada hari ketiga ?
10. Seorang anak mernpunyai kue yang akan dibagikan pada empat orang temannya. Kue itu dibagi m a besar kepada Koko, Kiki, Keke, dan Kaka. a. Berapa bagiankah hwe yang diterirna masing-masing temannya ? b. Berapa bagan kue yang diterima oleh Koko dan Kiki c. Berapa bagian h e yang diterima oleh 3 orang temannya ? d. Adakah h e yang tersisa ?
Uji Normalitas Ujian Akhir SD 09
Uji Normalitas Ujian Akhir SD 04
Uji Normalitas Ujian Akhir SD 02
Uji Normlitas Ujian Akhir SD 06
Lampiran
homogenitas SD 09- SD 04
S6D/oColid3.KI?lrtaelskrS~ F W M s
homogenitas SD 02 - SD 06
C5c/oMd3.KI?lrt&s fcr S g m Fadrr M s
Test WsSc 003
P-Vdle :a934
Test %sSc O(173
P-WE :am
EmUcffsTgt
Test Wstic 0045
P-wle :am
Test
Lsmpiran
Uji Homogenitas Varians Nilai Akhir SD 09 dan SD 04
Response C 5 Factors C 6 ConfLvl 95.0000
I Bonferroni confidence intervals for standard deviations
Lower Sigma Upper N Factor Levels
Bartlett's Test (normal distribution)
Test Statistic: 0.000 P-Value : 0.994
Levenems Test (any continuous distribution)
Test Statistic: 0.073 P-Value : 0.788
Uji Homogenitas Varians Nilai Akhir SD 02 dan SD 06
Response C7 Factors C 8 Conf Lvl 95.0000
Bonferroni confidence intervals for standard deviations
Lower Sigma Upper N Factor Levels
Bartlettls Test (normal distribution)
Test Statistic: 0.045 P-Value : 0.831
Levenets Test (any continuous distribution)
Test Statistic: 0.340 P-Value : 0.562
Two Sample T-Test and Confidence Interval Nilai Akhir SD 09 dan SD 04
1 TWO sample T for C5 C6 N Mean StDev SE Mean 1 2 8 60.7 17.3 3.3 2 2 8 45.5 17.3 3.3
95% CI for mu (1) - mu (2) : ( 5.9, 24.4) T-Test mu (1) = mu (2) (vs not =) : T= 3.28 P=0.0018 DF= 53
One-Way Analysis of Variance Nilai Akhir SD 09 dan SD 04
Analysis of Variance for Source DF S S C6 1 3218 Error 54 16111 Total 5 5 19329
Level N Mean - 1 2 8 60.70
1 2 2 8 45.54
- Pooled StDev = 17.27
Individual 95% CIS For Mean Based on Pooled StDev
StDev - - + - - - - - - - - - + - - - - - - - - - + - - - - - - - - - + - - -
Two Sample T-Test and Confidence Interval Nilai Akhir SD 02 dan SD 06
Two sample T for C7 C 8 N Mean StDev SE Mean 1 2 9 63.3 18.1 3.4 2 2 4 52.7 18.9 3.9
95% CI for mu (1) - mu (2) : ( 0.3, 20.9) T-~est mu (1) = mu (2) (vs not =) : T= 2.07 P=0.044 DF= 48
C
Lampiran
One-Way Analysis of Variance Nilai Akhir SD 02 dan SD 06
Analysis of Variance for C7 Source DF S S MS F P C8 1 1480 14 8 0 4.33 0.042 Error 5 1 17411 341
Total 5 2
Level N + 1 29
1 2 2 4
+ Pooled StDev = 70.0
18890 Individual 95% CIS For Mean Based on Pooled StDev
Mean st-ev - - - - - - + - - - - - - - - - + - - - - - - - - - + - - - - - - - - -
CURRICULUM VITAE
Naina Tempatltanggal lahir
Dra. Fitrani Dwina, M.Ed Bukittinggi, 28 April 1965
Pendidikan
Pengalaman Kerja
Universitasl institut dan lokasi IKIP Padang
Houston University, Texas
Pengalaman Penelitian
Gelar
Dra.
M.Ed
Institusi Universitas Negeri Padang
Judul Jabatan Tahun kerja
Tahun selesai 1988
1995
Jabatan Staf Pengajar
1. Upaya peningkatan kemampuan operasi hitung Peneliti 200 1 murid Sekolah Dasar melalui penggunaan alat utama nlanipulatif pada proses pembelajaran matema- tika
Bidang studi
Pendidikan Matematika Mathematics Education
Periode kerja 1989- sampai sekarang
2. Upaya peningkatan hasil belajar mahasiswa Peneliti 2000 melalui pemberian Hand out dan Kuis Pada Anggota mata kuliah Statistika Matematika I
3. Analisis kemampuan hitung murid SD Peneliti 1999 kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kody~. utama Bukittinggi)
4. A mathematics education I & I1 course for Peneliti 1995 perspective elementary classroom utama
5. Suatu kajian tentang penerapan tugas kuriku- Peneliti 1994
ler yang diujikan secara berkala dapat mening- Anggota katkan hasil belajar kalkulus I pada mahasiswa Jurusan Pendidkan Matematika dan Fisika S 1 FMIPA IKIP Padang
5. Perbedaan hasil belajar mahasiswa yang diberi- Peneliti 1994 kan secara teratur di akhir jam pelajaran dan di- Anggota awal jam pelajaran minggu berikutnya pada mata kuliah Kalkulus I di FMIPA lKIP Padang .
Padang, Nopember 2002
Dra. Fitrani dwina, M.Ed. NIP. 131 815 515