LAPORAN AKHIR
HIBAH BERSAING
DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
PADI SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT
DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
TIM PENGUSUL
Tahun Ke – 2 dari rencana 2 tahun
Ketua : Muhammad Thamrin, SP, M.Si
NIDN : 0105027701
Anggota : Ir. Desi Ardilla, M.Si
NIDN : 0120096702
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
OKTOBER 2016
i
RINGKASAN
Penelitian lanjutan pada tahun kedua ini bertujuan; untuk menganalisis
efisiensi alokatif penggunaan faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk, pestisida,
tenaga kerja) yang berpengaruh terhadap produksi padi sawah tadah hujan dengan
pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Desa Nogorejo Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata pada produksi padi
sawah tadah hujan digunakan fungsi produksi Cobb-Douglass. Capaian dari
penelitian ini diharapkan petani sebagai kelompok sasaran dapat berperan aktif
dalam menganalisis sumberdaya, potensi dan permasalahannya sendiri dan
sekaligus dapat merencanakan dan mengambil tindakan untuk memecahkan
masalahnya serta mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi padi sawah
tadah hujan.
Kata Kunci : Padi Sawah Tadah Hujan, Efisiensi Faktor Produksi, Produktivitas
ii
PRAKATA
Terlebih dahulu penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat
Allah SWT karena dengan ridhaNya maka penulisan laporan kemajuan penelitian
ini dapat diselesaikan, mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir.
Salah satu tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah penulis merasa perlu
menyampaikan informasi kepada masyarakat terutama kepada para petani terkait
dengan kegiatan budidaya padi sawah tadah hujan melalui pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) spesifik lokasi.
Selesainya penulisan laporan kemajuan penelitian ini tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada Dikti, UMSU yang telah memfasilitasi dan memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, rekan-rekan penulis di Fakultas
Pertanian UMSU, Lembaga PPM UMSU yang banyak membantu saya baik saran,
kritik maupun tenaga.
Akhir kata, penulis masih merasa bahwa laporan ini masih kurang
sempurna. Karena itu, penulis berharap masukan yang membangun sehingga akan
menjadi perbaikan untuk penelitian berikutnya, semoga bermanfaat. Terima kasih.
Medan, Oktober 2016
Penulis (Tim Peneliti)
iii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................... i
PRAKATA ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................... 23
BAB 4. METODE PENELITIAN ............................................................. 24
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 27
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 41
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 43
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Analisis Cobb-Douglas Antara Faktor Produksi (Luas
Lahan, Benih, Pupuk, Pestisida, dan Tenaga Kerja)
Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan, Tahun 2016
27
2 Rata-rata Hasil Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan di
Desa Nogorejo 1 MT Tahun 2016
31
3 Nilai Efisiensi Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo
Tahun 2016
32
4 Deskripsi Inpari 30 34
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Kurva Isoquant 11
2 Road Map Penelitian 22
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Data Penelitian 43
2 Regession 53
3 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas 56
4 Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya 57
5 Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian 63
6 Kuitansi Penggunaan Dana Penelitian 67
7 Profil Penelitian 73
8 Artikel Ilmiah 78
9 Poster Penelitian 91
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang dimana sektor pertanian
menyumbang peranan penting dalam perekonomian. Hal ini didukung dengan
wilayah yang sangat luas sehingga sangat cocok untuk budidaya berbagai macam
komoditas pertanian, seperti pertanian padi, palawija, beternak, perkebunan teh,
menanam kelapa sawit, membuka agrobisnis, dan lain-lain. Oleh karena itu sektor
pertanian dapat dikembangkan menjadi sektor yang strategis. Hal ini disebabkan
selain sektor pertanian merupakan penyedia kebutuhan pangan, sektor ini juga
memasok kebutuhan faktor produksi bagi sektor industri dan sektor-sektor lain.
Selain itu sebagian besar anggota masyarakat menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian ( Soekartawi, 1996).
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan menyeluruh yang
meliputi usaha penyelarasan keseluruhan sistem ekonomi yang terdapat dalam
suatu masyarakat sehingga membawa kemajuan dalam arti meningkatkan taraf
hidup masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan pertanian perlu terus
dikembangkan dan diarahkan menuju tercapainya pertanian yang tangguh.
Kenyataan untuk mewujudkan pembangunan yang tangguh telah menggiring tiga
sasaran utama yang akan dicapai oleh sektor pertanian yaitu, peningkatan taraf
hidup petani, penciptaan kemandirian dalam pangan serta terciptanya peningkatan
penerimaan negara dari ekspor hasil-hasil pertanian. Tujuan pembangunan
pertanian di Indonesia layak ditempatkan sebagai prioritas utama agar tercapainya
swasembada pangan (Sudrajat, 1996)
Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan sawah yang sangat
besar, tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Sawah adalah lahan
usahatani yang secara fisik, permukaannya rata, dibatasi oleh pematang, dan dapat
ditanami padi, palawija, serta tanaman pangan lainnya. Secara umum berdasarkan
pengairannya, sawah di Indonesia di bagi menjadi dua, yaitu sawah irigasi dan
sawah tadah hujan. Sawah irigasi adalah sawah yang sumber air utamanya berasal
dari air irigasi, baik berasal dari sungai, waduk, maupun danau. Sedangkan sawah
2
tadah hujan adalah sawah yang sumber airnya berasal dari curah hujan
(Yuliyanto,2011)
Usahatani padi sawah tadah hujan memiliki prospek yang sangat baik,
terutama pada daerah yang memiliki bulan basah berturut turut 4-8 bulan.
Indonesia mempunyai lahan sawah tadah hujan yang sangat luas, dan tersebar di
berbagai wilayah Indonesia. Produksi padi sawah tadah hujan saat ini rata-rata
baru mencapai 3,5-4,5 Ton/Ha. Sementara hasil penelitian IRRI-CRIFC sudah
mencapai 6,5-7,5 Ton/Ha (Rimbun,2012).
Peningkatan produktivitas lahan diantaranya dapat dilakukan melalui
penerapan teknologi spesifik lokasi berdasarkan potensi sumber daya domestik
dengan memperhatikan aspek lingkungan. Peningkatan produktivitas di lahan
sawah tadah hujan dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas per satuan
luas dan peningkatan intensitas pertanaman. Rendahnya produktivitas dan
intensitas pertanaman di lahan sawah tadah hujan disebabkan karena sumber air
hanya bergantung pada curah hujan.
Dengan demikian, pada lahan sawah tadah hujan yang memiliki curah
hujan yang pendek maka pertanaman padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam
setahun, selanjutnya lahan dibiarkan bera. Curah hujan merupakan faktor
pembatas yang menentukan keberhasilan budidaya padi sawah tadah hujan. Pada
padi gogo rancah seringkali setelah hujan turun 2 sampai 3 kali dan tanah sudah
diolah dan cukup lembab untuk ditanami, petani biasanya segera menanam benih
padi. Namun setelah benih berkecambah hujan lama tidak turun, sehingga benih
banyak yang mati karena kekeringan (Widyantoro et al, 2010).
Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara
basahan, yaitu menunggu sampai musim hujan tiba, dan dalam proses penanaman
padi ini memakai benih persemaian, tetapi seringkali benih sudah terlalu tua baru
dapat ditanam, karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah
tadah hujan ini untuk penanaman dan selama hidupnya membutuhkan air hujan
yang cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan
kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air
hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi kegagalan panen atau produktivitasnya
rendah, dikarenakan air hujan yang tidak mencukupi (Vegara, et al, 1990).
3
Ketidakpastian intensitas dan distribusi hujan yang sering terjadi, perlu
diantisipasi melalui pengembangan teknologi budidaya padi dilahan sawah tadah
hujan melalui pola tanam padi sistem gogo rancah yang ditanam saat awal musim
hujan, dan dapat dipanen lebih awal, sehingga memungkinkan musim berikutnya
untuk ditanami padi kedua sebagai walik jerami dengan varietas berumur pendek
dan terhindar dari kekeringan sebelum waktunya panen. Penyakit bercak daun
coklat Helminthosporium oryzae dan bercak daun bergaris Cercospora oryzae,
merupakan penyakit utama padi sawah tadah hujan. Cara pengendalian penyakit
yang paling efektif dan efisien adalah dengan menanam varietas padi yang tahan.
Sedangkan bila menggunakan pestisida harus dilakukan secara hati-hati, karena
kemampuan petani yang rendah, mahal, dan dapat mencemari lingkungan
(Widyantoro, et,al 2010).
Tanaman padi sawah tadah hujan dengan pengairan tergantung air hujan
sangat respon terhadap pemupukan kalium, dengan pengembalian jerami atau
pemberian pupuk kandang ke dalam tanah dapat mengurangi pencucian unsur
kalium dalam tanah Kemudian ditambah lagi unsure N,P, dan K terbukti hasil
padi meningkat secara nyata (Widyantoro and Husin M Toha, 2010).
Salah satu komoditas pertanian yang diharapkan dapat bergerak positif
dalam hal peningkatan produksi dan pendapatannya adalah padi. Kerberlanjutan
produksi padi sangat penting untuk dijaga mengingat perannya sebagai bahan
pangan pokok, juga merupakan komoditas strategis dalam menjaga ketahanan
pangan. Peningkatan produksi padi hanya dapat dilakukan dengan pengelolaan
usahatani yang baik dengan dukungan teknologi serta jaminan ketersediaan sarana
produksi pertanian seperti benih/benih unggul, pupuk dan obat-obatan. Upaya
untuk meningkatkan produksi pertanian (padi) telah banyak dilakukan baik oleh
pemerintah melalui lembaga-lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat,
dan perguruan tinggi. Akan tetapi didalam pelaksanaannya diperoleh fakta bahwa
masih terjadi perbedaan yang tinggi antara potensial produksi padi berbeda
dengan hasil yang diperoleh petani.
Perbedaan hasil umumnya disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan
faktor teknis. Faktor sosial ekonomi yaitu kondisi keterbatasan petani untuk
menggunakan inovasi teknologi budidaya, seperti pengetahuan, akses terhadap
4
sumber modal, pemasaran, prasarana transportasi, irigasi. Sedangkan faktor teknis
ketersediaan air irigasi, kondisi kesuburan lahan, hama dan penyakit tanaman.
Faktor-faktor ini akan menjadi pertimbangan bagi petani dalam mengalokasikan
input seperti benih, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan
Potensi lahan sawah di WKPP Paya itik, Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara seluas 220 Ha, dimana diantaranya sekitar
80 Ha adalah sawah tadah hujan dan terletak di Desa Nogorejo. Permasalahan
yang terjadi pada lahan sawah tadah hujan yaitu curah hujan yang tidak menentu
menyebabkan keterlambatan tanam pada Musim Tanam pertama (MT) 1 dan MT
2 karena debit air yang tidak cukup untuk penanaman padi sehingga indeks
pertanaman dilahan sawah tadah hujan hanya dua kali penanaman (IP 2). Maka
untuk meningkatkan indeks pertanaman di lahan sawah tadah hujan dilakukan
dengan pemanfaatan lahan bera.
.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Diseminasi adalah menyebarkan atau to scatter or spread widely. Secara
lengkap pengertian diseminasi yang banyak dirujuk adalah batasan yang dibuat
oleh Rogers (1983), yaitu bahwa diseminasi adalah suatu proses interaktif dalam
penyampaian inovasi, yang pada akhirnya dapat mengubah pola pikir dan
tindakan orang yang terlibat. Diseminasi bukan kegiatan satu arah tetapi
merupakan suatu aksi-reaksi yang tidak saja mempengaruhi pola pikir kelompok
sasaran namun bisa juga orang yang membawa inovasi itu sendiri.
Dalam proses diseminasi umumnya ada beberapa unsur penting yang
menentukan keberhasilannya, diantaranya inovasi yang dibawa, media yang
digunakan, waktu atau proses diseminasi serta pihak yang terlibat dalam proses
diseminasi tersebut. Istilah difusi dan adopsi dalam proses diseminasi mempunyai
pengertian yang berbeda, Rogers (1995) membedakannya berdasarkan sasaran.
Difusi lebih ditujukan untuk mengambarkan diseminasi pada kelompok,
sementara adopsi ditujukan pada individu. Lambannya adopsi dan rendahnya
sustainabilitas penerapan inovasi pertanian oleh pengguna terutama petani, perlu
disikapi dengan mengubah paradigma diseminasi dan operasionalisasi prosesnya
ke arah yang lebih efektif dan efisien. Suatu persepsi yang menekankan
pentingnya inovasi sampai ke pengguna hendaknya dikoreksi dengan indikator
time frame yang jelas.
Berapa lama inovasi pertanian tersebut sampai ke pengguna menjadi
pertanyaan yang segera bisa dijawab. Persepsi lain yang menganggap bahwa yang
utama inovasi tersebut sudah sampai ke petani seyogyanya perlu diluruskan
dengan komitmen bahwa inovasi harus sampai ke lahan petani untuk lebih
memberikan ruang akselerasi transfer inovasi pertanian perlu dibangun paradigma
baru diseminasi inovasi melalui metode, pendekatan, strategi dan program
diseminasi yang lebih efektif dan efisien.
“Diseminasi yang inovatif dan kreatif” barangkali dapat diangkat sebagai
upaya untuk mewujudkan paradigma baru tersebut. Intervensi teknologi informasi
(information technology) ke dalam proses diseminasi menjadi bagian operasional
yang harus dikembangkan. Adanya anggapan bahwa diseminasi baru dilakukan
6
setelah dihasilkan rakitan inovasi teknologi dari selesainya proses
pengkajian/penelitian, pada prinsipnya perlu diubah. Proses diseminasi sudah
harus berlangsung pada saat proses pengkajian/penelitian dimulai secara
proporsional, dimana target sasaran penerima juga telah ditentukan (Rolling,
1988).
Berdasarkan hasil analisis tentang kegiatan pengkajian dan diseminasi
ternyata belum berada dalam satu garis yang saling mendukung satu sama lain,
dan sangat sulit untuk dinilai tingkat keberhasilannya. Selain itu, sejalan dengan
batasan tentang diseminasi itu sendiri, maka kegiatan diseminasi minimal harus
mencirikan dua hal, yaitu bersifat interaktif, dan yang kedua, mampu mengubah
pola pikir pihak yang memberi dan menerima.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah adalah suatu pendekatan
inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani padi sawah dengan
menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang dan
dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak agar
memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas
tanaman. Penerapan PTT diawali dengan pemahaman terhadap masalah dan
peluang (PMP) pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan dengan
tujuan: (1) Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala, dan
peluang usahatani; (2) Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan
produksi; dan (3) Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
petani di wilayah setempat.
Pengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi
(Deptan, 2008). Melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi
yang saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi),
dan partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif). Salah satu
strategi yang diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan produksi padi
sawah, kacang tanah dan jagung melalui penerapan inovasi teknologi.
Pengelolaan Tanaman Terpadu atau PTT padi sawah bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui
penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta
7
menjaga kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan
pendapatan petani akan meningkat.
PTT juga diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partisipatif,
petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi,
memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan
ekeonomi setempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola
dengan baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi
terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling
mendukung; dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat
(Badan Litbang, 2009).
Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah
menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan
produktivitas, diantaranya varietas unggul yang telah banyak dimanfaatkan oleh
petani. Sejalan dengan perkembangan IPTEK, Badan Litbang juga telah
megembangkan suatu pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang
ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan efisien dalam pemanfaatan input
produksi.
Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang merupakan
pendekatan dalam budidaya tanaman padi sawah adalah salah satu bentuk
implementasi dari revolusi hijau lestari. Berbeda dengan revolusi hijau generasi
pertama yang lebih mengutamakan peningkatan produksi pada lahan sawah
irigasi, revolusi hijau lestari mencakup semua agroekosistem padi, yaitu lahan
sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut dan lahan
rawa lebak. PTT padi sawah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil
padi dan efisiensi masukan (input) produksi dengan mempehatikan penggunaan
sumber daya alam yang bijak dengan melalui keterpaduan (integrasi) berbagai
komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya
setempat (spesifik lokasi), dan partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan
(partisipatif). Melalui PTT diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi,
pendapatan petani padi dapat ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat
menjadi usahatani berkelanjutan.
8
Adapun teknologi produksi yang dianjurkan pada Model PTT padi sawah
adalah: (1) Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan,
lingkungan dan keinginan petani setempat; (2) Benih bermutu (kemurnian dan
daya kecambah tinggi); (3) Benih muda (umur <21 hari setelah semai); (4) Jumlah
benih 1-3 batang per lubang dan sistem tanam jajar legowo 2:1 atau legowo 4:1;
(5) Pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD); (6) Pemupukan P dan
K berdasarkan status hara tanah, yang ditentukan dengan Perangkat Uji Tanah
Sawah (PUTS) atau petak omisi, serta pemecahan masalah kesuburan tanah
apabila terjadi di lokasi; (7) Bahan organik (kompos jerami 5 t/ha, atau pupuk
kandang 2t/ha); (8) Pengairan berselang (intermittent irrigation); (9) Pengendalian
gulma secara terpadu; (10) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
(PHT); dan (11) Panen beregu dan pasca panen menggunakan alat perontok
(Abdullah dkk, 2008).
Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input
diubah menjadi barang dan jasa-jasa lain yang disebut output. Banyak jenis
aktifitas yang terjadi didalam proses produksi, yang meliputi perubahanperubahan
bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Masing-masing
perubahan ini menyangkut penggunaan input untuk menghasikan output yang
diinginkan. Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa
(Ari Sudarman, 1999).
Berdasarkan pengertian produksi di atas, maka produksi pertanian dapat
diartikan usaha untuk memelihara dan mengembangkan suatu komoditi untuk
kebutuhan manusia. Pada proses produksi untuk menambah guna atau manfaat
maka dilakukan proses mulai dari penanaman benih dan dipelihara untuk
memperoleh manfaat atau hasil dari suatu komoditi pertanian. Proses produksi
pertanian menumbuhkan macam-macam faktor produksi seperti modal, tenaga
kerja, tanah, dan manajemen pertanian yang berfungsi mengkoordinasikan ketiga
faktor produksi yang lain sehingga benar-benar mengeluarkan hasil produksi
(output).
Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifatnya
tanah yang tidak dapat dirasakan dengan hasil pertanian dapat diperoleh. Tetapi
untuk memungkinkan diperolehnya produksi diperlukan tangan manusia yaitu
9
tenaga kerja petani (labor). Faktor produksi modal merupakan sumber-sumber
ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Modal dilihat dalam arti
uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non manusiawi.
Teori produksi mengandung pengertian mengenai bagaimana seharusnya seorang
petani dengan tingkat teknologi tertentu mampu mengkombinasikan berbagai
macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu.
Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara faktor-faktor
produksi (input) dan hasil produksinya (output) (Sudarsono, 1998). Fungsi
produksi menggambarkan tingkat teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan,
suatu industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Apabila teknologi
berubah, berubah pula fungsi produksinya.
Secara singkat fungsi produksi sering didefinisikan sebagai suatu skedul
atau persamaan matematika yang menggunakan jumlah output maksimum yang
dapat dihasilkan dari suatu sektor produksi tertentu dan pada tingkat teknologi
tertentu pula (Ari Sudarman, 1999) Penyajian fungsi produksi dapat dilakukan
melalui berbagai cara antara lain dalam bentuk tabel, grafik atau dalam persamaan
matematis. Secara matematis hubungan antara hasil produksi (output) dengan
faktor-faktor produksi yang digunakan (input) ditunjukkan sebagai berikut: Q = F
(Xı, X2, X3, ….. Xn)
Keterangan:
Q = output
Xı, X2, X3, …… Xn = Input
Fungsi produksi menunjukkan sifat perkaitan diantara faktor-faktor
produksi dan tingkat produksi yang dapat diciptakan faktor-faktor produksi
dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produk selalu juga disebut output.
Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus yaitu seperti di bawah ini
(Sadono Sukirno, 1994) Q = F (K, L)
Keterangan:
Q = output
K = input kapital
L = input tenaga kerja
Fungsi produksi menunjukan bahwa jumlah hasil produksi sangat
tergantung pada faktor - faktor produksi. Dalam melakukan produksi, seorang
10
petani akan selalu berusaha untuk mengalokasikan input yang dimilikinya
seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan output yang maksimal ( profit
maximization ). Tetapi jika petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam
melakukan usahanya, maka petani akan mencoba untuk memperoleh keuntungan
dengan kendala biaya yang dihadapinya. Tindakan yang dilakukan petani adalah
mengusahakan untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan penekanan
biaya yang sekecil-kecilnya (cost minimization). Kedua pendekatan ini
mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal dengan pengalokasian input seefisien mungkin (Soekartawi, 2003).
Berdasarkan faktor produksi yang digunakan, fungsi produksi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu fungsi produksi jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam jangka pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi tetap
dan berlaku hukum tambah hasil yang semakin berkurang (law diminishing
return), bila faktor produksi variabel ditambah secara terus menerus, sedang
jumlah faktor tetap tertentu jumlahnya maka titik tertentu marginal produk (MP)
dari faktor produksi variabel tersebut akan semakin kecil. Dalam produksi jangka
panjang seluruh faktor produksi bersifat variabel. Output dapat dinaikkan dengan
mengubah faktor produksi atau input dalam tingkat kombinasi seoptimal
mungkin. Perubahan input ini dapat memiliki proporsi yang sama atau berbeda.
Teori ekonomi tradisional menekankan pada perubahan proporsi yang
sama, sehingga dalam jangka panjang berlaku hokum law of return to scale.
Berbagai kombinasi input yang menghasilkan tingkat output yang sama
digambarkan dalam kurva Isoquant. Isoquant merupakan suatu garis yang
menghubungkan titik-titik kombinasi optimum dari sejumlah input (X1) dan input
lainnya (X2) sehingga mampu menghasilkan tingkat output tertentu. Dalam fungsi
produksi jangka panjang semua faktor produksi dianggap variabel, dalam hal ini
menggunakan dua macam input, yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K). Maksud
perhitungan isoquant adalah untuk mencari berapa besarnya kombinasi L dan K
yang optimum untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu. Karena itu dikenal
istilah MRTS LK (Marginal Rate of Technical Substitution), yang merupakan
jumlah kapital (K) yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan tenaga kerja
(L) agar tetap berada pada isoquant yang sama. MRTS LK merupakan slope dari
11
isoquant, dimana semkain ke bawah nilainya semakin kecil. Ciri-ciri umum kurva
isoquant antara lain tidak saling berpotongan, turun miring ke kanan dan cembung
terhadap titik asal (pusat). Isoquant adalah kurva yang menunjukkan berbagai
kombinasi antara L dan K, yang dapat dibeli oleh perusahaan pada tingkat harga
tertentu. Lereng isocost merupakan perbandingan antara harga L dan harga K.
Titik dimana slope isoquant sama dengan slope isocost merupakan keadaan
dimana produsen ingin memaksimalkan output pada biaya tertentu yang
dikeluarkan.
Kombinasi dari L dan K dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Kurva Isoquant
Sumbu tegak dan sumbu datar pada gambar di atas menunjukan kombinasi
input yang digunakan dalam proses produksi. Isoquant menunjukan kombinasi
alternatif dari input-input yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat
output tertentu. Kemiringan sebuah isoquant menunjukan bagaimana input yang
satu dapat ditukarkan dengan input yang lain sementara output tetap.
Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu disebut variabel
dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, yang
12
menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara
regresi, yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan
demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam menyelesaikan
fungsi Cobb- Douglas. Secara matematik, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat
dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 2003)
Bila fungsi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X maka :
Y = f (X1, X2 ….., Xi, ….., Xn)
Keterangan:
Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
a,b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural, e = 2,718
Memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut maka persamaan
terlebih dulu diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut.
Keterangan:
Y* = log Y
X* = log X
V* = log V
a* = log a
Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap
walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti
karena b1 dan b2 pada fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah
13
bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas.
Persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut (Soekartawi, 2003).
a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan (non-neutral difference intherespectif technologies).
Ini artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam
suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari
satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut terletak
pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
c. Tiap variabel X adalah perfect competition.
d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan.
Fungsi produksi Cobb-Douglas sering digunakan dalam penelitian
ekonomi praktis, dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui
beberapa aspek produksi, seperti produksi marginal (marginal product), produksi
rata-rata (average product), tingkat kemampuan batas untuk mensubstitusi
(marginal rate of substitution), intensitas penggunaan faktor produksi (factor
intensity), efisiensi produksi (efisiensi of production) secara mudah dengan jalan
manipulasi secara matematis (Ari Sudarman, 1997) Ada tiga alasan pokok
mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu :
a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relative lebih mudah dibandingkan
dengan fungsi yang lain.
b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.
c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to
scale
Suatu skala yang menunjukan tanggapan output terhadap perubahan semua
input dalam proporsi yang sama. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa
perubahanpenggunaan input dalam jumlah yang sama akan menyebabkan
perubahan hasil produksi dan berada pada salah satu dari tiga skala produksinya.
14
Skala produksi dapat diketahui dengan cara menjumlahkan koefisien elastisitas
masing-masing faktor produksi. Sehingga terdapat tiga kemungkinan yaitu :
1. Jika βı + β2 + β3 + b4 + b5 < 1 maka terjadi decreasing return to scale, hal
ini berarti penambahan faktor produksi dalam proses produksi akan
menyebabkan penurunan tambahan hasil.
2. Jika βı + β2 + β3 + b4 + b5 > 1 maka terjadi increasing return to scale, hal ini
berarti penambahan faktor produksi akan meningkatkan tambahan hasil
produksi.
3. Jika βı + β2 + β3 + b4 + b5 = 1 maka terjadi constant return to scale, hal ini
berarti penambahan faktor produksi proporsional dengan penambahan hasil
produksi. (Soekartawi, 2003).
Meningkatnya input dengan kelipatan yang sama tidak berarti bahwa
output pasti mengalami kenaikan dengan jumlah yang sama, bertambahnya output
tidak selalu diikuti dengan efisiensi. Pada increasing return to scale,
meningkatnya input diikuti oleh peningkatan efisiensi. Hal ini karena
kemungkinan adanya peningkatan output menyebabkan timbulnya economic of
scale, misalnya pembagian kerja. Economic of scale adalah kekuatan yang
menyebabkan penurunan biaya rata-rata perusahaan bersamaan dengan
meningkatnya skala oprasi dalam jangka panjang. Pada saat increasing return to
scale akan diperoleh economic of scale yang positif. Pada saat constant return to
scale, akan diperoleh economic of scale sama dengan nol. Pada saat decreasing
return to scale peningkatan output diikuti oleh berkurangnya efisiensi. Hal ini
terjadi karena dengan bertambahnya input justru akan menyebabkan
ketidakefisienan masalah manajerial dan kontrol atau yang disebut dengan istilah
diseconomic of scale. Diseconomoc of scale adalah kekuatan yang menyebabkan
biaya rata- rata meningkat bersamaan dengan meningkatnya skala oprasi dalam
jangka panjang ( McEachern, 2001).
Pada fungsi produksi Cobb-Douglas terdapat hubungan langsung antara
elastisitas produksi, produksi marginal, dan produksi rata- rata sehingga dengan
mengetahui elastisitas produksi suatu input pada fungsi Cobb-Douglas maka
sekaligus dapat diketahui produksi marginal, dan produksi rata-rata. Elastisitas
15
produksi menunjukan perbandingan presentase perubahan output dengan
perubahan input yang digunakan. Rumus yang digunakan adalah :
EP = ΔΥ/ΔX. X/Υ
ΔΥ = perubahan output
ΔX = perubahan input
Υ = output
X = input
Karena ΔΥ/ΔX adalah produksi marginal, maka besarnya elastisitas
tergantung pada besar kecilnya marginal produk dari suatu input ( Soekartawi,
2003). Jika elastisitas produksi suatu input dan produksi rata- rata diketahui, maka
dapat diturunkan produk marginal dari input tersebut sebagai berikut :
MPXi = EPXi. APXi
MPXi = marginal produk input Xi
EPXi = elastisitas produksi input Xi
AP Xi = produksi rata-rata Xi
Pada fungsi Cobb- Douglass, besarnya elastisitas produksi dapat diketahui
dari koefisien regresi masing-masing.
Elastisitas produksi dapat dibedakan menjadi :
1. Inelastis yaitu elastisitasnya lebih kecil dari satu, pada kondisi ini proporsi
perubahan input akan mengakibatkan perubahan output dengan tingkat
perubahan yang lebih kecil dari perubahan output.
2. Unitary elastis yaitu elastisitasnya sama dengan nol, pada kondisi ini proporsi
perubahan input tertentu akan mengakibatkan proporsi input dengan tingkat
yang sama dari perubahan input.
3. Elastisitas yaitu elastisitas lebih besar dari satu, pada kondisi ini perubahan
input tersebut akan mengakibatkan perubahan output dengan tingkat
perubahan yang lebih besar dari perubahan input tersebut.
Produksi marginal adalah tambahan produksi yang diakibatkan
olehtambahan satu unit faktor produksi atau satu unit input variabel, sedangkan
variabel lainnya tetap. Jika ΔTPP adalah pertambahan produksi total, dan ΔL
adalah pertambahan tenaga kerja, maka produksi marginal (MPP) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan MPPL = Δ TPP/ ΔL.
16
Besarnya produksi rata-rata yaitu produksi yang secara rata–rata
dihasilkan oleh setiap unit faktor produksi, sehingga produksi rata-rata adalah
perbandingan hasil produksi dengan faktor produksi untuk setiap output dan
faktor produksi yang bersangkutan. Jadi kurva rata-rata adalah kurva yang
menunjukan output rata-rata perunit input pada berbagai tingkatan penggunanan
input tersebut. Jika produksi total adalah TPP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka
produksi rata-rata (APP ) dapat dihitung dengan persamaan :
ΔPL = TP/ L ( Sadono Sikirno, 2000).
Faktor-Faktor Produksi Usahatani Padi
1. Luas Lahan, luas lahan yang ditanami padi berpengaruh terhadap keuntungan
usahatani. Semakin luas lahan garapan semakin tinggi keuntungan yang
diperoleh. Tetapi pada kenyataannya luas lahan akan mempengaruhi skala
usaha dan pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha
pertanian padi. Karena semakin luas, lahan yang dimiliki petani semakin tinggi
tingkat resiko yang harus ditanggung oleh petani. Karena disini bertemunya
input untuk diproses menjadi output sehingga petani harus bisa mengatur
sedemikian rupa supaya tidak terjadi kelebihan input.
2. Benih, benih adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus
untuk disemaikan menjadi persemaian. Kualitas benih itu sendiri akan
ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih. Syarat
pembenihan yang baik adalah sebagai berikut :
1) Tidak mengandung gabah gabuk, potongan jerami, kerikil, tanah, dan
hama.
2) Warna gabah cerah kekuningan dan tidak kusam.
3) Bentuk gabah tidak berubah sesuai dengan aslinya.
4) Daya perkecambahan 80%.
5) Direndam kedalam air selama dua hari dua malam kemudian setelah itu
dieram atau ditiriskan.
6) Pada waktu benih berumur 1 minggu diberi pupuk berupa urea atau
furadan atau phonska.
17
7) Pengairan secukupnya dalam arti tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit.
8) Berdasarkan mutu benih padi, benih dibedakan menjadi :
a. Benih bersertifikasi, yaitu sistem pembenihan yang mendapatkan
pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium dari instansi yang
berwenang, memenuhi standar yang ditentukan. Benih bersertifikasi
dibedakan menjadi empat kelas yaitu:
1. Benih Penjenis, merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang
telah ditentukan/ditunjuk/dibawah pengawasan pemulia tanaman.
Perbanyakan benih penjenis dapat dilakukan dengan cara :
a) Diisolasi agar tidak tercemar dari serbuk tanaman yang sama.
b) Ditanam pada lahan yang subur dan tekhnik budi daya yang baik
dan terencana.
c) Benih yang digunakan harus bebas dari hama atau penyakit
tanaman, dan lahan yang digunakan diolah sebaik mungkin serta
bebas gulma.
d) Harus dijaga agar daya perkecambahannya tetap besar.
2. Benih dasar, merupakan perbanyakan dari benih penjenis dengan
tingkat kemurnian yang tinggi, terpelihara identitasnya dibawah
bimbingan dan pengawasan yang ketat.
3. Benih pokok, merupakan benih yang diperbanyak dari benih dasar,
memenuhi standar mutu yang ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi
yang berwenang.
4. Benih sebar, merupakan hasil perbanyakan dari benih sejenis yang
memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapakan dan telah
disertifikasi sebagai benih sebar. (AAK, 1990)
b. Benih tidak bersertifikasi yaitu benih yang dikelola petani yang biasanya
petani menyisakan hasil panen yang lalu untuk tanam benih berikutnya.
Benih yang dibuat petani biasanya kurang kualitasnya dan kadang hasil
produksinya kurang standar jika dilihat dari luas lahan.
3. Pupuk, merupakan unsur hara yang terkandung pada setiap lahan untuk
melengkap unsur hara yang ada pada tanamam. Tujuan penggunaan pupuk
18
adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Pupuk yang biasanya
digunakan oleh petani berupa (AAK, 1990) :
a. Pupuk alam ( pupuk organik ), merupakan pupuk alam yang berasal dari
kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman, baik yang berasal dari sisa tanaman
padi seperti jerami maupun sisa tanaman lain misalnya, pupuk hijau dan
yang sekarang lagi di galakkan yaitu bokashi.
b. Pupuk buatan ( anorganik ), pupuk ini memang sengaja dibuat dari bahan-
bahan kimia guna menambah dan menggantikan unsur hara yang hilang
terserap oleh tanaman sebelumnya, pupuk buatan juga berfungsi
menambah hara pada lahan miskin hara pokok yang biasanya diserap oleh
tanaman dalam jumlah yang besar, pupuk yang biasa dipakai petani adalah
urea, kcl, tsp, dan phonska..
4. Tenaga kerja, merupakan faktor produksi kedua setelah tanah. Tenaga kerja
yang digunakan didaerah menggunakan tenaga mekanik dan manusia. Dimana
tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar
keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah jumlah tenaga potensial yang
tersedia dalam keluarga, sedangkan tenaga kerja dari luar diperoleh dengan
cara sistim upah yaitu tergantung harga dari masing - masing daerah.
5. Pestisida, adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah penyakit pada tanaman
dan hasil pertanian misalnya, score, alika, matador, emcindo, baycarb, klenske,
bistox. Tetapi perlu diingat bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dapat
membahayakan unsur-unsur hara yang terdapat dalam tanah sehingga
penggunaannya perlu disesuaikan dengan banyak sedikitntya hama atau
penyakit yang menyerang tanaman padi.
Efisiensi Ekonomi
Dalam terminologi ilmu ekonomi, pengertian efisiensi dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga)
dan efisiensi ekonomi. Efisiensi harga berkaitan dengan pembuatan keputusan
mengenai pengalokasian dari faktor-faktor produksi variabel, yaitu faktor yang
berbeda dalam kontrol perusahaan. Efisiensi ini biasanya ditunjukkan dengan nilai
19
produk marginal untuk suatu input tertentu sama dengan harga input tersebut.
Efisiensi teknis merupakan besaran yang menunjukkan perbandingan antara
produksi sebenarnya dengan produksi maksimum. Sedangkan efisiensi ekonomi
adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang
sebenarnya dengan keuntungan maksimum (Soekartawi, 2003).
Efisiensi adalah suatu konsep yang menjelaskan tentang sejauh mana
faktor–faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi telah dapat
memberikan hasil (produk fisik atau keuntungan) yang maksimum. Dalam bidang
pertanian efisiensi adalah suatu konsep yang menunjukan tingkat keefektifan dari
faktor – faktor produksi tanah, tenaga kerja , dan faktor – faktor produksi lainnya
yang digunakan dalam suatu usahatani
1. Efisiensi Ekonomi, suatu proses produksi akan mencapai efisiensi tertinggi
apabila faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi itu
telah dikombinasikan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu
keuntungan yang maksimum. Kombinasi faktor-faktor produksi yang
dapat memberikan keuntungan maksimum akan tercapai apabila ratio
antara nilai produk marginal (NPM ) dan harga untuk tiap faktor produksi
(Pxi) yang digunakan dalam proses produksi telah sama dengan satu.
(Ayub, 1987).
2. Hukum Penambahan Hasil yang Semakin Berkurang, hukum ini
menyatakan bahwa jika faktor–faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya
produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Tetapi sesudah
mencapai suatu titik tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang
dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Dan hal ini akan menyebabkan
pertambahan total semakin lambat dan akihirnya akan mencapai titik
maksimal dan kemudian menurun (Nevi Rahayu, 2004).
Hasil penelitian yang dilakukan Notarianto (2011); Effendy (2010); Brits
(2008) dalam Effendy (2010); Moses & Adebayo (2007); menyebutkan variabel
yang pengaruh secara signiifikan terhadap produksi padi adalah luas lahan, jumlah
benih, pupuk, tenaga kerja terhadap produksi padi sawah. Mahananto, et.al
(2009), penggunaan pestisida, jarak lahan garapan dengan rumah petani, dan
20
sistem irigasi. Sedangkan Basorun & Fasakin (2012), menyebutkan status
pernikahan petani padi, luas lahan ditanami, ketersediaan pasar padi, jumlah buruh
yang terlibat dalam produksi dan penggunaan agro-kimia. Usahatani padi sawah
tidak hanya sebagai penghasil bahan makanan tetapi juga mempunyai nilai
multifungsi yang menghasilkan jasa lingkungan. Jasa lingkungan dari kegiatan
usahatani antara lain penyedia lapangan kerja dan penyangga ketahanan pangan
(Irawan at al. 2006). Oleh karenanya perlu pengelolaan yang tepat dengan
menggunakan faktor produksi secara efisien guna meningkatkan produksi dan
menjaga keberlanjutan produksi.
Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dalam usahatani padi sawah
akan mengakibatkan rendahnya produksi dan tingginya biaya, dan pada akhirnya
mengurangi pendapatan petani. Bagi petani kegiatan usahatani yang dilakukan
tidak hanya meningkatkan produksi tetapi bagaimana menaikkan pendapatan
melalui pemanfaatan penggunaan faktor produksi. Pengelolaan input produksi
harus mempertimbangkan prinsip optimalisasi guna pencapaian produksi yang
tinggi dengan alokasi input yang efisien dan efektif. Menurut Soekartawi (2001),
efisien ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi
alokatif (efisiensi harga), dan efisiensi ekonomi. Petani sebagai entrepreneur akan
bertindak secara rasional dan logis dalam pengelolaan usahataninya.
Sumberdaya yang terbatas akan dimanfaatkan oleh petani secara efisien
guna memperoleh keuntungan yang maksimum. Akan tetapi karena keterbatasan
ekonomi, pengetahuan usahatani maka tingkat penggunaan sumberdaya secara
optimal belum tercapai. Oleh sebab itu dalam penelitian ini selain akan diteliti
tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah juga
akan diteliti tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.
Efisiensi ekonomis terjadi pada saat nilai produk marginal dari setiap unit
tambahan masukan sama dengan harga dari setiap unit masukan tersebut dengan
rumus yang dapat dituliskan NPMx = Px Dimana: NPMx = Nilai produk marginal
dari masukan X. Px = Harga masukan. Namun demikian kenyataan yang banyak
terjadi NPMx tdak selalu sama dengan Px yang sering terjadi adalah :
a. NPMxi / Pxi > 1, artinya penggunaan masukan (x) belum efisiensi ekonomi
tertinggi, pada kondisi ini masukan (x) masih bisa ditambah.
21
b. NPMxi / Pxi < 1, artinya penggunaan masukan tidak efisiensi, masukan (x)
perlu dikurangi penggunaan factor produksi (input) x agar dapat mencapai
efisiensi (Soekartawi, 2003).
Selanjutnya untuk mengkaji apakah faktor-faktor produksi yang digunakan
secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi digunakan Uji F (F-
test). Pengaruh dari masing-masing factor produksi terhadap hasil produksi
digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan uji t. Penggunaan faktor
produksi sudah mencapai kondisi yang optimal dilakukan dengan melihat
perbandingan antara produk fisik marginal faktor produksi dengan harga faktor-
faktor produksi. Pxi
NPMxi Dari rumus tersebut dapat dijabarkan bahwa kondisi
optimal akan tercapai apabila: n
n
Px
NPMx
Px
NPMx
Px
NPMx
Px
NPMx
Px
NPMx
4
4
3
3
2
2
1
1
PyXi
YbiNPM .
Keterangan:
bi = Elastisitas produksi
Py = Harga padi rata-rata (Rp/kg)
Y = Hasil Produksi rata-rata
Xi = Faktor produksi
22
Road Map Penelitian
Gambar 2. Road Map Penelitian
Observasi
Lapangan
Pertemuan
dengan Petani
Kelompok Tani
Harapan
Lapangan
Melakukan Kajian
KKP (Kebutuhan dan
Peluang) Secara
Bersama-sama
Antara Petani,
Peneliti, Penyuluh
Lapangan
Hasilnya Menentukan
Skala Prioritas dari
Kendala/Masalah
yang Dihadapi Petani
Padi Sawah Hujan
Melakukan
Pertanaman Demplot
1 Ha melalui
Pendekatan Teknologi
Tanaman Terpadu
Dari Hasil Demplot Di
Dapatkan
Solusi/Pemecahan
Masalah yang
Menjadi
Kendala/Masalah
Petani Padi Sawah
Tadah Hujan
Melakukan Secara
Bersama Pengamatan
pada Demplot
Penelitian
PANEN
Melaksanakan
Ubinan Sebelum
Dilakukan Panen dan
Pengambilan Data
Panen
Melalukan
Seminar
Nasional
Publikasi
Prosidding dan
Jurnal Imiah
Melakukan
Analisis Efisiensi
Penggunaan
Faktor Produksi
23
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan
Mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi (luas lahan, benih,
pupuk, pestisida, tenaga kerja) pada usahatani padi sawah tadah hujan
Manfaat
Diharapkan kepada petani untuk dapat mengetahui efisiensi penggunaan
faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja) pada usahatani
padi sawah tadah hujan.
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nogorejo, Kecamatan Galang,
Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Kelompok Tani Harapan, menyelesaikan
efisiensi penggunaan faktor produksi pada penelitian tahun kedua ini
menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan program
software SPSS. Menurut Soekartawi (1987) bahwa fungsi Cobb-Douglas adalah
suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel
yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan variabel
yang lain disebut dengan variabel independen yang menjelaskan (X). penyelesaian
hubungan antara Y dan X dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y akan
dipengaruhi oleh variasi dari X. Menyelesaikan masalah tentang pengaruh faktor
produksi (luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida) dapat di hitung
dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan rumus :
Y = aXb
Y = aX1b1
. X2 b2
. X3 b3
. X4 b4
. X5 b5
e
Memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan
ini diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan
persamaan tersebut. Analisis regresi berganda. Persamaan analisis linear berganda
yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada persamaan yang digunakan
oleh Diyah (2008) yaitu LnY = ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln
X4 + b5 Ln X5 ue
Dimana : Y = Produksi
a = Konstanta
X1 = Luas Lahan
X2 = Benih
X3 = Pupuk
X4 = Pestisida
X5 = Tenaga Kerja
b1…
b5
= Koefisien Regresi
e = error
25
Menguji faktor produksi secara keseluruhan atau serempak digunakan uji f-hitung
dengan rumus :
F hit =
Dimana : jk reg = Jumlah Kuadrat Regresi
jk sisa = Jumlah Kuadrat Sisa
n = Jumlah Sampel
k = Jumlah Variabel
1 = Bilangan Konstanta
Dengan kriteria keputusan :
F hit > F tab ; maka H0 ditolak, H1 diterima
F hit <F tab ; maka H0 diterima, H1 ditolak
Melihat pengaruh faktor produksi secara parsial digunakan uji-t sebagai
berikut:
t-hit=
Dimana :
bi = Koefisien regresi
se = Simpangan Baku
Dengan kriteria keputusan :
T-hit > t-tabel ; maka H0 ditolak, H1 diterima
T-hit < t-tabel ; maka H0 diterima, H1 ditolak
Menyelesaikan masalah tentang tingkat elastisitas faktor produksi dengan
rumus :
b1 + b2 + b3 + b4 + b5 = 1,>1,<1
Dimana :
b1 = Nilai elastisitas luas lahan
b2 = Nilai elasitisitas benih
b3 = Nilai elastisitas pupuk
b4 = Nilai elastisitas pestisida
b5 = Nilai elastisitas tenaga kerja
26
Dengan kriteria keputusan :
b1 + b2 + b3 + b4 + b5 = 1, Maka penggunaan faktor produksi konstan return.
b1 + b2 + b3 + b4 + b5 > 1, Maka penggunaan faktor produksi increasing return.
b1 + b2 + b3 + b4 + b5 < 1, Maka penggunaan faktor produksi decreasing return.
Menurut Soekartawi (2003) terdapat tiga efisiensi yang harus diukur antara
lain efisiensi teknis, alokatif dan efisiensi ekonomis, namun dalam rencana
penelitian ini hanya akan di lihat tingkat efisiensi harga (alokatif), yaitu :
1.
....
PxX
PyYbatauPx
X
PyYb
PxNPMx
Dimana :
NPM = Nilai Produk Marginal (EH),
b = Koefisien Regresi,
Y = Jumlah Produksi Padi Sawah
Py = Harga Jual Padi Sawah
X = Jumlah Faktor Produksi
Px = Harga Faktor Produksi.
Dengan kriteria keputusan :
a. Jika NPM = 1 maka; penggunaan faktor produksi mencapai efisien.
b. Jika NPM > 1 maka; penggunaan produksi belum (kurang) efisien sehingga
perlu ditambahkan penggunaan faktor produksi.
c. Jika NPM < 1 maka; penggunaan faktor produksi tidak (lebih) efisien
sehingga perlu dikurangi penggunaan faktor
27
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dapat mempengaruhi produksi
padi sawah tadah hujan adalah luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja
yang dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang kemudian
ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan regresi linier berganda, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Analisis Cobb-Douglas Antara Faktor Produksi (Luas Lahan, Benih,
Pupuk, Pestisida, dan Tenaga Kerja) Terhadap Produksi Padi Sawah
Tadah Hujan, Tahun 2016
Variabel Koefisien
Regresi
t-hitung Signifikan
Konstanta 0,963 0,475 ,637
Luas Lahan (X1) 1,249 4,796 ,000
Benih (X2) -0,195 -2,114 ,040
Pupuk (X3) 0,215 2,734 ,009
Pestisida (X4) -0,623 -1,799 ,079
Tenaga Kerja (X5) -0,329 -1,176 ,246
Multiple R 0,977
R-square 0,954
f-hitung 181,400
f-tabel 2,404
t-tabel 2,009
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
Log Y = log a + B1 Log X1 + B2 Log X2 + B3 Log X3 + B4 Log X4+ B5 Log X5+ e
Log Y = log 0,963 + 1,249 Log X1 – 0,195 Log X2 + 0,215 Log X3 - 0,623 Log X4
- 0,329 Log X5
28
Maka persamaan Cobb- Douglas dari bentuk persamaan diatas adalah :
Y = 10 0,963
. X1 1,249
. X2-0,195
. X3 0,215
. X4 -0,623
. X5 -0,329
Y = 9,183. X1 1,249
. X2-0,195
. X3 0,215
. X4 -0,623
. X5 -0,329
Dari persamaan regresi linier berganda diatas diketahui bahwa intercept
(nilai konstanta) sebesar 0,96. Nilai ini menunjukkan bahwa dalam keadaan tetap
atau tidak ada perubahan pada faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida
dan tenaga kerja maka produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan 0,96
satuan.
Dari hasil pengujian secara statistik maka diperoleh nilai Multiple R
sebesar 0,97 yang mengartikan bahwa secara menyeluruh ada hubungan yang
cukup erat antara luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap
produksi padi sawah tadah hujan sebesar 97%.
Uji Pengaruh Secara Serempak
Dari hasil pengujian data diketahui bahwa nilai koefisien R-Square dari
penelitian ini adalah 0,95 dimana nilai ini mengidentifikasikan bahwa secara
simultan (serempak) produksi padi sawah tadah hujan dipengaruhi oleh luas lahan,
benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja sebesar 95%, dan selebihnya 5%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti dan tidak dapat diprediksi
karena sangat kompleks.
Hal ini didukung oleh nilai f-hitung 181,400 > f-tabel 2,404 pada taraf
kepercayaan 95% (α 0,05). Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak, yang
berarti ada pengaruh sangat nyata antara luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja terhadap produksi padi sawah tadah hujan.
Uji Pengaruh Secara Parsial
Mengetahui pengaruh secara parsial luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja terhadap produksi padi sawah tadah hujan dengan menggunakan uji t
adalah sebagai berikut :
29
Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan
Hasil pengujian dengan menggunakan uji-t untuk luas lahan diperoleh
nilai t-hitung 4,796 > t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan
demikian H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti luas lahan berpengaruh nyata
atau signifikan terhadap produksi padi sawah tadah hujan. Nilai koefisien regresi
dalam penelitian ini adalah 1,249. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan
luas lahan sebesar 1% maka akan menaikkan produksi sebesar 1,249% dengan
asumsi bahwa variabel lainnya tetap (ceteris paribus).
Pengaruh Benih Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan
Dari hasil pengujian uji-t, diperoleh t-hitung untuk benih sebesar -2,114 >
t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan 95% dengan demikian H0 diterima dan H1
ditolak yang berarti ada pengaruh nyata atau signifikan antara benih dengan
produksi padi sawah tadah hujan. Nilai koefisien regresi dalam penelitian ini
adalah -0.195. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan benih sebesar 1%
maka terjadi penurunan produksi sebesar 0,195% dengan asumsi bahwa variabel
lainnya tetap (ceteris paribus).
Pengaruh Pupuk Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan
Dari hasil pengujian uji-t, diperoleh nilai t-hitung untuk pupuk sebesar
2,734 > t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak. Artinya ada pengaruh yang nyata atau signifikan antara
pupuk terhadap produksi padi sawah tadah hujan. Nilai koefisien regresi dalam
penelitian ini adalah 0.215, sehingga jika ada penambahan pestisida sebesar 1%
maka akan terjadi penambahan produksi sebesar 0,215% dengan asumsi bahwa
variabel lainnya tetap (ceteris paribus).
Pengaruh Pestisida Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan
Dari hasil pengujian uji-t, diperoleh nilai t-hitung untuk pestisida sebesar
-1,799 < t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak. Artinya tidak ada pengaruh yang nyata atau tidak
signifikan antara pestisida terhadap produksi padi sawah tadah hujan. Nilai
koefisien regresi dalam penelitian ini adalah 0.79, sehingga jika ada penambahan
30
pestisida sebesar 1% maka akan terjadi penambahan produksi sebesar 0,79 %
dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap (ceteris paribus).
Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan
Dari hasil pengujian uji-t, diperoleh t-hitung untuk tenaga kerja sebesar
-1,176 < t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan demikian H0
diterima dan H1 ditolak, maka artinya tidak ada pengaruh yang nyata atau tidak
signifikan antara tenaga kerja dengan produksi padi sawah tadah hujan. Nilai
koefisien regresi dalam penelitian ini adalah -0,0329 Hal ini menunjukkan jika
terjadi penambahan satu unit tenaga kerja sebesar 1% maka akan terjadi
penurunan produksi sebesar 0,0329% dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap
(ceteris paribus).
Elastisitas Faktor Produksi
Elastisitas faktor produksi, dapat dilakukan dengan menambah seluruh
nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas yang telah diteliti dengan
rumus sebagai berikut :
B1 + B2 + B3 + B4 + B5 = 1,>1,<1
Dengan kriteria :
- B1 + B2 + B3 + B4 + B5 = 1, maka terjadi constant return to scale, hal ini
berarti penambahan faktor produksi proporsional dengan penambahan hasil
produksi.
- B1 + B2 + B3 + B4 + B5 > 1, maka terjadi increasing return to scale, hal ini
berarti penambahan faktor produksi akan meningkatkan tambahan hasil
produksi.
- B1 + B2 + B3 + B4 + B5 < 1, maka terjadi decreasing return to scale, hal ini
berarti penambahan faktor produksi dalam proses produksi akan
menyebabkan penurunan tambahan hasil.
Dari penelitian ini diperoleh persamaan Cobb Douglas sebagai berikut :
Y = 10 0,963
. X1 1,249
. X2-0,195
. X3 0,215
. X4 -0,623
. X5 -0,329
Y = 9,183. X1 1,249
. X2-0,195
. X3 0,215
. X4 -0,623
. X5 -0,329
Maka 1,249 - 0,195 + 0,215 - 0,623 - 0,329 = 0,317
31
Dilihat dari perhitungan diatas bahwa nilai elastisitas faktor produksi
adalah sebesar 0,317. Dari nilai ini dapat diartikan bahwa faktor produksi luas
lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja mempengaruhi produksi padi
sawah tadah hujan berada pada posisi Decreasing return to scale menurut
Soekartawi (2003) hal ini berarti bahwa setiap penambahan faktor produksi dalam
proses produksi akan menyebabkan penurunan tambahan hasil.
Efisiensi Harga (Alokatif) Penggunaan Faktor Produksi
Analisis efisiensi diperlukan untuk membantu petani petani
mengalokasikan faktor-faktor produksi agar tidak terjadi pemborosan. Efisiensi
dalam penggunaan input sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil
produksi dan keuntungan. Petani yang rasional akan berprinsip bagaimana dalam
proses produksinya bisa mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi. Efisiensi
ekonomi tertinggi dari penggunaan faktor-faktor produksi tercapai apabila
perbandingan nilai produk marginal dengan harga masing-masing faktor produksi
sama dengan satu. Pada penelitian ini penghitungan efisiensi ekonomi
penggunaan faktor-faktor produksi menggunakan pendekatan efisiensi harga
(alokatif). Berdasarkan hasil pengamatan pada usahatani padi sawah tadah hujan
di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Rata-rata Hasil Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo 1
MT Tahun 2016.
Sewa
Lahan Benih Pupuk Pestisida
Upah
Tenaga Kerja
Produksi
(Kg)
Harga
Jual
1.956.000 143.450 447.360 613.160 2.343.000 2083 4.200
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 2 diatas, penggunaan faktor produksi untuk usahatani padi
sawah tadah hujan untuk satu kali musim tanam yaitu sewa lahan dengan rata-rata
Rp 1.956.000, rata-rata benih Rp 143.450, rata-rata pupuk Rp 447.360, rata-rata
pestisida Rp 613.160, rata-rata upah tenaga kerja Rp 2.343.000, rata-rata produksi
2083 Kg dan rata-rata harga jual pada saat penelitian Rp 4200/Kg.
32
Nilai efisiensi untuk usahatani padi sawah tadah hujan berdasarkan
efisiensi alokatif harga diperoleh nilai yang disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Nilai Efisiensi Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo Tahun 2016
Faktor
Produksi
Koefisien
Regeresi
Nilai
NPMx Keterangan
Luas Lahan 1,249 14,14 Belum efisien
Benih -0,195 -0,78 tidak efisien
Pupuk 0,215 0,02 tidak efisien
Pestisida -0,623 -2,30 tidak efisien
Tenaga Kerja -0,329 -0,53 tidak efisien
Sumber : Data Primer Diolah
Hasil perhitungan nilai efisiensi harga atau berdasarkan Tabel 3, dapat
dijelaskan bahwa rata-rata penggunaan faktor produksi secara alokatif tidak
efisien yang artinya bahwa penggunaan faktor produksi padi sawah tadah hujan
untuk dapat dikurangi sehingga produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan
belum optimal. Selanjutnya efisiensi harga yang diketahui melalui perbandingan
rasio nilai produk marginal dengan harga faktor produksi untuk masing-masing
faktor produksi dapat dijelaskan berikut ini.
1. Faktor Produksi Luas Lahan
Luas lahan merupakan salah satu faktor produksi dalam proses produksi
usahatani padi sawah tadah hujan, dalam analisis efisien harga menghasilkan nilai
sebesar 14,14 lebih besar dari satu yang berarti bahwa penggunaan luas lahan
usahatani belum efisien olehnya itu perlu untuk ditingkatkan perluasan areal
usahatani (ekstensifikasi), disamping itu pengolahan lahan secara intensif
(intensifikasi) juga perlu dilakukan oleh petani. Rata-rata penggunaan luas lahan
oleh petani padi sawah tadah hujan adalah 0,3 Ha dengan rata-rata produksi
sebesar 2083 Kg berdasarkan hasil tersebut perlunya ada penambahan luas lahan
dan hal ini sesuai dengan pendapat Suratiyah (2008) yang menyatakan bahwa
semakin luas lahan yang diusahakan, maka semakin tinggi produksi dan
pendapatan per satuan luasnya.
33
2. Faktor Produksi Benih
Faktor produksi benih dalam analisis efisien harga menghasilkan nilai
sebesar -0,78 lebih kecil dari satu nilai ini dapat diartikan bahwa penggunaan
benih tidak efisien atau sudah melebihi sehingga produksi tidak mencapai
optimalisasi. Walaupun disadari sungguh bahwa sangat sulit untuk mendapatkan
tingkat efisiensi dari penggunaan faktor produksi usahatani, penggunaan benih
harus dikurangi dalam proses produksi usahatani. Hal ini disebabkan karena benih
yang digunakan merupakan benih lokal atau benih jabal (jaringan benih antar
lokasi) yaitu benih asalan dari hasil tukar menukar benih dengan petani yang lain,
atau menggunakan benih dari hasil pertanaman sebelumnya.
Benih lokal yang digunakan tidak memiliki sertifikasi benih dari instansi
yang berwenang. Jikapun ada benih berlabel yang digunakan biasanya menunggu
bantaun benih dari pemerintah dengan varietas yang tidak pernah berganti yaitu
varietas Ciherang. Keengganan petani untuk menggunakan benih varietas unggul
baru karena harga yang mahal serta susah untuk mendapatkannya. Penggunaan
benih padi masih tidak sesuai dengan rekomendasi teknis Dinas Pertanian
Kabupaten Deli Serdang melalui penyuluh pertanian lapangan yaitu 1 Kg benih
padi untuk 0,04 Ha (1 Rante). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini petani
menggunakan benih padi untuk 1 Rante adalah 5 Kg dengan sistem pertanaman
tegel. Rata-rata penggunaan benih padi sawah tadah hujan sebanyak 38 Kg/Ha
sedangkan rekomendasi teknisnya adalah 25 Kg/Ha sehingga harus dikurangi.
Pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) untuk faktor produksi
benih yang sesuai dengan spesifik lokasi penelitian adalah menggunakan Varietas
Unggul Baru (VUB) Inpari 30, berikut deskripsi Inpari 30 :
34
Tabel 4. Deskripsi Inpari 30
DESKRIPSI INPARI 30
Umur Tanaman 111 hari setelah semai
Tinggi Tanaman 101 cm
Kerontokan Sedang
Kerebahan Sedang
Tekstur Nasi Pulen
Kadar Amilosa ±22,4 %
Rata-rata Hasil 7,2 t/ha
Potensi Hasil 9,6 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1
dan 2.
Rentan terhadap biotipe 3.
Penyakit Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.
Rentan terhadap patotipe IV dan VIII.
Anjuran Tanam Cocok untuk ditanam disawah irigasi dataran rendah
sampai ketinggian 400 m dpl didaerah luapan sungai,
cekungan, dan rawan banjir lainnya dengan rendaman
keseluruhan fase vegetative selama 15 hari.
Pemulia Yudhistira Nugraha, Supartopo, Nurul Hidayatun,
Endang Septiningsih (IRRI), Alfaro Pamplona (IRRI),
dan David J Mackill (IRRI).
Dilepas tahun 2012
Sumber : Balai Benih Padi
Pada kegiatan penanaman bibit padi sawah tadah hujan yaitu perpindahan
dari areal persemaian ke areal penanaman baru dapat dilakukan bila curah hujan
sudah cukup stabil atau mencapai sekitar 60 mm/decade (10 hari). Menggunakan
sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan seperti ini maka populasi tanam mencapai
400.000 rumpun per hektare. Pelaksanaan penanaman dibantu dengan alat
semacam caplakan untuk padi sawah. Alat tersebut mempunyai 4 titik (mata) 20
cm dan 40 cm. Keuntungan cara tanam jajar legowo adalah banyak kemudahan
disamping mendapatkan efek tanaman pinggir juga mempermudah dalam
pemeliharaan pertanaman terutama penyiangan, pemupukan, dan penyemprotan,
juga melindungi tanaman dari hama tikus.
Pada proses penanaman awalnya petani khawatir populasi tanaman akan
berkurang, akibat dari banyaknya ruang kosong yang tidak ditanami, sehingga
akan mengurangi hasil produksi. Tingginya biaya tenaga kerja tanam dengan
35
menggunakan sistem jajar legowo 4.1 tetapi akhirnya petani merasa lega setelah
melihat hasil pertanaman padi menjelang panen cukup rimbun.
3. Faktor Produksi Pupuk
Lahan sawah tadah hujan umumnya tidak memiliki unsur hara sebaik
lahan sawah irigasi. Lahan sawah tadah hujan membutuhkan pemupukan yang
baik, selain itu juga waktu pemupukan perlu mendapat perhatian. Bila mana lahan
dalam kondisi kering pemupukan tidak dapat dilakukan dan harus menunggu
sampai keadaan lahan lembab. Meningkatkan efisiensi pupuk an-organik pada
lahan sawah tadah hujan perlu ditambahkan pupuk organic atau kompos sebanyak
minimal 2 ton per hectare.
Faktor produksi pupuk menghasilkan bahwa penggunaan pupuk tidak
efisien artinya perlu untuk dikurangi untuk mencapai optimalisasi produksi, ini
dapat dilihat dari nilai efisiensi alokatif atau efisiensi harga yang memiliki nilai
sebesar 0,02 nilai efisiensi alokatif kurang dari satu menggambarkan penggunaan
pupuk yang terlalu berlebihan sehingga harus dikurangi. Rata-rata penggunaan
pupuk sebesar 522 Kg dengan jumlah pupuk yang dianjurkan 500 Kg. Petani padi
sawah tadah hujan di daerah penelitian sangat bergantung pada pupuk kimiawi
sehingga pemakaiannya tidak sesuai dengan anjuran dan petani membeli
tambahan pupuk melalui pupuk non subsidi yang cukup mahal misal pupuk urea
non subsidi yang di bandrol per 50 Kg sebesar Rp.300.000 sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk faktor produksi menjadi tinggi. Akibatnya dalam perhitungan
efisiensi penggunaan pupuk tidak efisien sehingga harus dikurangi penggunaan
pupuk dalam usahatani padi sawah tadah hujan.
4. Faktor Produksi Pestisida
Faktor produksi pestisdia dalam analisis efisien harga menghasilkan
bahwa penggunaan pestisida tidak efisien artinya perlu untuk dikurangi untuk
mencapai optimalisasi produksi, ini dapat dilihat dari nilai efisiensi alokatif atau
efisiensi harga yang memiliki nilai sebesar 0,02 nilai efisiensi alokatif kurang dari
satu menggambarkan penggunaan pestisida yang terlalu berlebihan sehingga harus
dikurangi. Penggunaan pestisida tergantung dari ada tidaknya atau banyak
36
sedikitnya gangguan tanaman karena hama dan penyakit serta gangguan gulma.
Olehnya itu tindakan penyelamatan maupun menghindari resiko panen karena
ganggunan tanaman ini perlu antisipasi oleh petani sawah tadah hujan melalui
penggunaan pestisida atau obat-obatan secara tepat dan berkesinambungan selama
berlangsungnya proses produksi, sehingga peningkatan penggunaan pestisida
perlu dilakukan. Untuk menghindari penggunaan pestisida atau obat-oabatan
harus diawali dengan penanganan pasca panen terutama terhadap sisa-sisa
produksi setelah kegiatan perontokan, kemudian persiapan lahan untuk
penanaman lanjutan dan waktu tanam yang serempak.
Kegiatan ini jika dilakukan dengan baik maka dapat mengurangi atau
menghindari gangguan tanaman selama proses produksi. Penyakit pertanaman
padi sawah tadah hujan umumnya adalah penyakit kresek, blast, bercak daun
coklat. Penyakit kresek ini muncul setelah pertanaman berumur 60 hari setelah
tanam. Penyakit kresek ini muncul pada pertanaman padi sawah tadah hujan yang
sering mengalami kekeringan diawal pertumbuhan, bahkan penyebarannya
semakin meluas. Petani kesulitan mengendalikan penyakit kresek ini, bahkan
dengan menggunakan fungisidapun penyakit ini masih banyak ditemukan
dipetakkan sawah. Sedangkan penyakit blast disebabkan oleh jamur Pycularia
grisea, dan penyakit bercak daun coklat disebabkan oleh Helminthosporium
oryzae.
Petani dalam mengatasai persoalan hama dan penyakit padi sawah akan
banyak menggunakan pestisida sehingga penggunaannya menjadi berlebih dan hal
ini meningkatkan pengeluaran biaya bagi petani, berdasarkan hasil nilai efisiensi
harga yang lebih kecil dari satu maka faktor produksi pestisida harus dikurangi.
Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam
tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat
waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.
Pengendalian juga bisa dilakukan dilakukan secara fisik, mekanis atau kimiawi.
Penggunaan secara kimiawi dapat dilakukan apabila populasi organisme
pengganggu tanaman (OPT) sudah melebihi ambang batas yaitu ± > 5 dalam satu
rumpun tanaman padi dan sesuai dengan pendapat Yuantari (2013) yang
37
menyatakan bahwa petani menggunakan pestisida untuk membasmi hama dan
gulma dengan harapan hasil produk pertanian meningkat.
5. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Padi sawah tadah hujan ditanam secara tanam pindah dari bibit tanaman
padi yang berumur 20-25 hari. Bibit tanaman padi berasal dari persemaian padi
yang dilakukan pada saat olah tanah pertama. Pada saat musim pertanaman petani
sangat kesulitan untuk mencari tenaga kerja tanam apa lagi untuk tanam jajar
legowo 4:1, hal ini disebabkan karena tidak adanya regenerasi untuk penanaman,
umumnya yang bekerja untuk penanaman adalah para ibu-ibu yang sudah lanjut
usia, sementara para remaja putri sangat enggan untuk bekerja dan turun tanam ke
sawah. Sehingga pada saat musim tanam petani kesulitan mencari tenaga kerja
tanam, karena petani melakukan kegiatan tanam pada waktu hampir bersamaan.
Faktor produksi tenaga kerja penggunaannya tidak efisien artinya perlu
untuk dikurangi untuk mencapai optimalisasi produksi, ini dapat dilihat dari nilai
efisiensi alokatif atau efisiensi harga yang memiliki nilai sebesar -0,53, nilai
efisiensi alokatif kurang dari satu ini menggambarkan bahwa penggunaan tenaga
kerja terlalu berlebihan sehingga harus dikurangi. Penggunaan tenaga kerja dalam
proses produksi usahatani padi sawah tadah hujan dapat dikatakan cukup tinggi
mengingat ada beberapa kegiatan yang memerlukan banyak tenaga kerja karena
harus dilakukan dalam sehari, seperti dalam proses penanaman dan panen.
Kegiatan penanaman harus dilakukan serempak guna menghindari penyerangan
hama apabila dalam proses tanam terlambat begitu juga dengan proses panen
harus serempak untuk menghindari kerontokan hasil panen dalam proses
pemotongan.
Menambah tenaga kerja diharapkan dapat menekan biaya tenaga kerja
sehingga HOK dapat ditekan mengingat biaya tenaga kerja cukup besar yaitu Rp
60.000 per orang/hari kerja. Mengingat biaya tenaga kerja yang besar sehingga
jika dinaikkan tenaga kerja maka biaya juga semakin besar dan apabila tidak
diimbangi dengan kenaikan produksi yang memadai maka petani dapat
mengalami penurunan keuntungan atau pendapatannya berkurang. Berdasarkan
hal itu maka faktor produksi tenaga kerja harus dikurangi, artinya ada beberapa
bagian pekerjaan usahatani padi sawah tadah hujan dapat dikerjakan oleh petani
38
dan keluarganya, hal ini sesuai dengan pendapat Suratiyah (2008) tenaga kerja
merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga khususnya tenaga kerja petani
beserta anggota keluarganya, rumah tangga petani yang umumnya sangat terbatas
pada segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih
dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah
tenaga luar, yang berarti menghemat biaya.
39
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian secara statistik diperoleh nilai Multiple R sebesar 0,97,
nilai R-Squre sebesar 0,95. Hal ini didukung oleh nilai f-hitung 181,400 > f-
tabel 2,404 pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05), yang berarti ada pengaruh
sangat nyata antara luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja
terhadap produksi padi sawah tadah hujan.
2. Secara parsial variabel faktor produksi luas lahan, benih dan pupuk
berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah tadah hujan yang
ditunjukkan dengan nilai t-hitung > t-tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α
0,05). Sedangkan variabel faktor produksi pestisida dan tenaga kerja tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah tadah hujan yang
ditunjukkan dengan nilai t-hitung < t-tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α
0,05).
3. Berdasarkan nilai elastisitas faktor produksi adalah sebesar 0,317 nilai ini
dapat diartikan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan
tenaga kerja mempengaruhi produksi padi sawah tadah hujan berada pada
posisi Decreasing return to scale yang artinya adalah setiap penambahan
faktor produksi dalam proses produksi akan menyebabkan penurunan
tambahan hasil.
4. Berdasarkan nilai analisis efisiensi harga (alokatif), faktor produksi luas lahan
harus ditambah karena penggunaannya belum efisien sedangkan faktor
produksi benih, pupuk, pestisida harus dikurangi karena tidak efisien dalam
penggunaannya.
Saran
1. Dalam meningkatkan pendapatan perlu optimalisasi produksi usahatani padi
sawah tadah hujan oleh petani dengan memaksimalkan pemanfaatan dan
pengelolaan faktor produksi yang digunakan dengan baik dan tepat melalui
manajemen yang baik dikarenakan hal itu ketrampilan, pengetahuan dan
pengalaman dalam usahatani padi sawah tadah hujan perlu ditingkatkan.
40
2. Diharapkan petani dapat menghitung faktor produksi padi sawah tadah hujan
sebagai bagian dari analisa usahatani sehingga petani mengetahui untung dan
ruginya suatu usaha.
3. Perlu adanya kerjasama dalam bentuk kemitraan yang sinergis sesuai dengan
prinsip kemitraan yang saling menguntungkan dalam penyediaan sarana
produksi, pemasaran hasil dan penguatan modal secara finansial, sehingga
petani juga dapat berusaha dengan giat, selain itu campur tangan pemerintah
melalui kebijakan yang mendukung, sehingga kesejahteraan petani dapat
terwujud melalui peningkatan produksi dan pendapatan usahatani padi sawah
tadah hujan.
41
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1990. Budi Daya Tanaman Padi. Aksi Agraris Kanisius. Yogyakarta
:Yayasan Kanisius.
Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal.
Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal
Basorun JO, Fasakin JO. 2012. Factors influencing rice production in Igbemo-
Ekiti Region of Nigeria. Journal of Agriculture, Food and Environmental
Sciences ISSN 1934-7235 Volume 5, Issue 1.
Deptan, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal.
Diyah A. Suryaningrum. 2010. Analisis keuntungan dan Efisiensi Faktor-Faktor
Produksi Pada Usahatani Padi (Oryza sativa L.) SRI (System Of Rice
Intensification) di Kabupaten Jember. Universitas Brawijaya. Malang.
Mahananto, Sutrisno S dan Ananda C.F. 2009. Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Padi Studi Kasus di Kecamatan Nogosari,
Boyolali, Jawa Tengah. Wacana Vol. 12 No.1.
McEachern, William A. 2001. Ekonomi Mikro : Pendekatan
Kontemporer.Terjemahan sigit triandaru. Jakarta : Salemba Empat
Notarianto D. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada
Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik (studi kasus: Kecamatan
Sambirejo Kabupaten Sragen). [skripsi] Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro. Semarang
Rimbun, 2012., Budidaya Padi Sawah Tadah Hujan, Wahana Pengetahuan Alam
Pertanian, Kesenian, dan Umum, Jakarta.
Rolling, NG. 1988. Extension Science: Information Systems in Agricultural\
Development,
Rogers,E. M. 1983. Diffusion of Innovations. Third Edition, The Free Press, New
York.
. . 1995. Diffusion of innovations .4th edition.: The Free Press. New
York.
42
Sadono, Sukirno, 1994. Pengantar Ekonnomi Mikro. Jakarta : PT. Raja
Grafindopersada
Sudarman, Ari. 1989, Teori Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Jilid 1, BPFE,
Yogyakarta. Bilas, Richard A, 1994, Micro Economics Theory, Mc.Graw-
Hill
Soekartawi 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglass. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 2001. Ilmu Usahatani. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
.1996. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Cobb-Douglas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
.2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Cobb-Douglas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sudarman, Ari. 1999. Teori Mikro Jilid I. Yogyakarta : BPFE
Sudrajat, O. 1994. Pembangunan di Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka
Vegara, B.S., dkk 1990, Bertanam Padi Sawah, Swadaya, Jakarta.
Widyantoro, dan Husin M Toha, 2010, Optimalisasi Pengelolaan Padi Sawah
Tadah Hujan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamani, Jawa Barat.
Yuliyanto, dan Sudibyakto, 2011, Kajian Dampak Variabilitas Curah Hujan
Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Magelang,
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian UGM, Yogyakarta.
43
Lampiran 1. Data Penelitian
1. Karakteristik Petani, 2016
44
2. Biaya Produksi (Kg, Bks, Paket), 2016
45
3. Biaya Produksi (Rp), 2016
46
4. Biaya Produksi Tenaga Kerja (HOK), 2016
47
5. Biaya Produksi Tenaga Kerja (Rp), 2016
48
6. Total Biaya Produksi, 2016
49
7. Produksi Panen (Kg), dan Penerimaan (Rp), 2016
50
8. Pendapatan, 2016
51
9. Variabel Penelitian, 2016
52
10. Log Variabel Penelitian, 2016
53
Lampiran 2. Regression
Notes
Output Created 18-AUG-2016 14:29:27
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 50
Missing Value
Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing
values for any variable used.
Syntax
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR
SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y_Produksi
/METHOD=ENTER X1_LLahan X2_Benih
X3_Pupuk X4_Pestisida X5_TKerja.
Resources
Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,01
Memory Required 2668 bytes
Additional Memory Required for
Residual Plots
0 bytes
[DataSet0]
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Y_Produksi 3,2473 ,24893 50
X1_LLahan 6,2238 ,24000 50
X2_Benih 5,1108 ,20213 50
X3_Pupuk 5,5580 ,28626 50
X4_Pestisida 5,7867 ,02875 50
X5_TKerja 6,3129 ,21919 50
54
Correlations
Y_Produksi X1_LLahan X2_Benih X3_Pupuk X4_Pestisida X5_TKerja
Pearson
Correlation
Y_Produksi 1,000 ,972 ,800 ,883 ,407 ,962
X1_LLahan ,972 1,000 ,830 ,883 ,442 ,990
X2_Benih ,800 ,830 1,000 ,870 ,286 ,814
X3_Pupuk ,883 ,883 ,870 1,000 ,453 ,887
X4_Pestisida ,407 ,442 ,286 ,453 1,000 ,413
X5_TKerja ,962 ,990 ,814 ,887 ,413 1,000
Sig. (1-tailed)
Y_Produksi . ,000 ,000 ,000 ,002 ,000
X1_LLahan ,000 . ,000 ,000 ,001 ,000
X2_Benih ,000 ,000 . ,000 ,022 ,000
X3_Pupuk ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000
X4_Pestisida ,002 ,001 ,022 ,000 . ,001
X5_TKerja ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 .
N
Y_Produksi 50 50 50 50 50 50
X1_LLahan 50 50 50 50 50 50
X2_Benih 50 50 50 50 50 50
X3_Pupuk 50 50 50 50 50 50
X4_Pestisida 50 50 50 50 50 50
X5_TKerja 50 50 50 50 50 50
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables
Removed
Method
1
X5_TKerja,
X4_Pestisida,
X2_Benih,
X3_Pupuk,
X1_LLahanb
. Enter
a. Dependent Variable: Y_Produksi
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,977a ,954 ,948 ,05650
a. Predictors: (Constant), X5_TKerja, X4_Pestisida, X2_Benih, X3_Pupuk,
X1_LLahan
55
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2,896 5 ,579 181,400 ,000b
Residual ,140 44 ,003
Total 3,036 49
a. Dependent Variable: Y_Produksi
b. Predictors: (Constant), X5_TKerja, X4_Pestisida, X2_Benih, X3_Pupuk, X1_LLahan
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,963 2,027 ,475 ,637
X1_LLahan 1,249 ,260 1,204 4,796 ,000
X2_Benih -,195 ,092 -,158 -2,114 ,040
X3_Pupuk ,215 ,079 ,247 2,734 ,009
X4_Pestisida -,623 ,346 -,072 -1,799 ,079
X5_TKerja -,329 ,280 -,290 -1,176 ,246
a. Dependent Variable: Y_Produksi
56
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas
No. Nama / NIDN Instansi
Asal
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu
(jam/
minggu)
Uraian Tugas
1 Muhammad Thamrin,
SP. M.Si
UMSU Agribisnis 9 a. Melakukan persiapan
data yang akan
dikumpulkan
b. Melakukan observasi
ke lokasi penelitian
c. Melakukan Pertemuan
dengan kelompok
Tani
d. Melakukan
Pengumpulan data
penelitian
e. Menganalisis
f. Menyusun laporan
2 Ir. Desi Ardilla, M.Si UMSU THP 7 a. Melakukan
pengumpulan data
b. Menganalisis
c. Menyusun laporan
3 Riswan Rudyanto, SP Penyuluh Pertanian 5 a. Membantu
pelaksanaan penelitian
selama di
lapangan/pertemuan/
b. Pengamatan
pertanaman
c. Pengumpulan data
57
Lampiran 4. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya
Biodata Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Muhammad Thamrin, SP. M.Si
2 Jenis Kelamin L
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP/NIK/Identitas lainnya -
5 NIDN 0105027701
6 Tempat dan Tanggal Lahir Medan, 5 Pebruari 1977
7 E-mail [email protected]
9 Nomor Telepon/HP 081370088210
10 Alamat Kantor Jl. Kapten Muktar Basri B.A. No.3 Medan
11 Nomor Telepon/Faks 061-6622400/061-6625474
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = ... orang; S-2 = ... orang; S-3 = ... orang
13. Mata Kuliah yg Diampu 1. Ekonomi Pertanian
2. Penyuluhan Pertanian
3. Kewirausahaan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UMSU USU
Bidang Ilmu Pertanian PWD
Tahun Masuk-Lulus 1997-2001 2004-2006
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Pengaruh Pola
Hidup Nelayan
Terhadap Tingkat
Pendapatan
Nelayan
Analisis Sektor
Industri Kecil
Perdesaan
Terhadap
Peningkatan
Pendapatan
Masyarakat Di
Kecamatan Percut
Sei Tuan
Kabupaten Deli
Serdang
Nama Pembimbing/Promotor Dr. Ir. Mhd Buhari
Sibuea, M.Si
Prof. Bachtiar
Hassan Miraza
58
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber*
Jml (Juta Rp)
1 2011 ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN
PEMASARAN PERIKANAN LAUT DI
KELURAHAN BELAWAN I KOTA MEDAN
Mandiri
2 2012 PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI
TERHADAP PENDAPATAN PETANI
PINANG
Mandiri
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan
Sumber*
Jml (Juta Rp)
- - - - -
E. Publikasi Artikel Iimiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Iimiah Nama Jurnal Volume/
Nomor/Tahun
1 ANALISIS SEKTOR INDUSTRI KECIL
PERDESAAN TERHADAP PENINGKATAN
PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN
PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG
AGRIUM ISSN 0852 1077,
Vol 16 No. 2,
2010
2 PENGARUH SARANA PRODUKSI PRODUKSI
TERHADAP PENDAPATAN PETANI TAMBAK
UDANG
SOSIAL DAN
EKONOMI
PERTANIAN
ISSN 1693 8372,
Vol 8 No.1, 2011
3 PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI
TERHADAP PENDAPATAN PETANI PINANG
AGRIUM ISSN 0852 1077,
Vol 17 No. 2,
2012
F. Pemakalah Seminar Iimiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Iimiah / Seminar
Judul Artikel Iimiah Waktu dan Tempat
- - - -
59
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman
Penerbit
- - - - -
H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
- - - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Bersaing.
Medan, 24 Maret 2014
Pengusul,
( Muhammad Thamrin, SP, M.Si )
60
Biodata Anggota Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Ir. Desi Ardilla, M.Si.
2 Jabatan Fungsional Lektor
3 Jabatan Struktural -
4 NIP -
5 NIDN 0120096702
6 Tempat dan Tanggal Lahir Bukit Tinggi 20 September 1967
7 Alamat Rumah Jl. Utama Komp. Taman Permata Blok D 131
Tembung
9 Nomor Telepon/Faks/ HP 08126325547
10 Alamat Kantor Jl. Kapten Muktar Basri B.A. No.3 Medan
11 Nomor Telepon/Faks 061-6622400/061-6625474
12 Alamat e-mail [email protected]
13 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= …orang; S-2= …Orang; S-3= ..Orang
14. Mata Kuliah yg Diampu 1. Mikrobiologi Pangan
2. Thermobakteriologi
3. Kimia Hasil Pertanian
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UMSU USU USU
Bidang Ilmu Pertanian Ilmu
Kimia/Polimer
Ilmu
Kimia
Tahun Masuk-Lulus 1987-1992 2001-2003 2010-2015
JudulSkripsi/Thesis/Disertasi Pengaruh Konsentrasi
Natrium Benzoat dan
Lama Penyimpanan
Terhadap Mutu Sirup
Jeruk Nipis
Studi Interkalasi
Ca2+
dan Fe3+
pada Cangkang
Kelapa Sawit
Sebagai
Komposit Pengisi
Semen
Nama Pembimbing/Promotor Prof. Dr. Ir. Zulkifli
Lubis
Prof. Basuki WS,
MS, PhD
61
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,
maupun Disertasi)
No Tahun Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber Jumlah (juta
Rp)
1 2006 Pengaruh Suhu dan Lama
Pengeringan Terhadap Mutu Tepung
Tempe
PDM 10
2 2007 Pembuatan Karbon Aktif Dari
Cangkang Kelapa Sawit PDM 10
3 2007 Pengaruh Konsentrasi Natrium
Bikarbonat (NaHCO3) dan Lama
Pengeringan TerhadapMutu Beras
Singkong
Mandiri 5
4 2007 Efek Pemberian Fosfor dan Bahan
Organik Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kacang Hijau di Lahan
PDM 10
5 2007 Pembuatan Kitosan dari Kulit Ketam
dan Kulit Udang Sebagai
Antimikrobia Dan Aplikasinya Untuk
Memperpanjang Umur Panjang Hidup
Bunga Potong Chrisantenum
(Dendran thema Morifolium rahmat)
HIBAH
BERSAING 50
6 2008 Aplikasi Kitosan dari Kulit Udang
Dalam Memperpanjang Hidup Bunga
Potong Chrisantenum(Dendran
thema Morifolium rahmat.)
HIBAH
BERSAING 50
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan
Sumber Jumlah (juta rp)
1 - - - -
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun
Terakhir
No Tahun Judul Artikel Ilmiah
Volume/
Nomor/Tahun
Nama Jurnal
1 2011
OPTIMASI PADA
PENAMBAHAN ZAT ADITIF
TERHADAP NILAI KALOR
BRIKET CANGKANG KELAPA
SAWIT
Volume 16 No 3
April 2011
Agrium
2 2007
Pengaruh Suhu dan Lama
Penyimpanan Terhadap Mutu
Tepung Tempe
2008 Agrium
62
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan /
Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama
Pertemuan/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1 - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Bersaing.
Medan 24 Maret 2014
Pengusul,
(Ir. Desi Ardilla, M.Si.)
63
Lampiran 5. Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian
64
65
66
67
Lampiran 6. Kuitansi Penggunaan Dana Penelitian
68
69
70
71
72
73
Lampiran 7. Profil Penelitian
DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
PADI SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT
DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
MUHAMMAD THAMRIN Agribisnis/Fakultas Pertanian Universitas MUhammadiyah Sumatera Utara [email protected] DESI ARDILLA Teknologi Hasil Pertanian/Fakultas Pertanian Universitas MUhammadiyah Sumatera Utara [email protected]
Diseminasi bukan kegiatan satu arah tetapi merupakan suatu aksi-reaksi yang tidak saja mempengaruhi pola pikir kelompok sasaran namun bisa juga orang yang membawa inovasi itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan; Pertama untuk mengidentifikasi potensi, kendala, dan peluang pengembangan padi sawah tadah hujan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yaitu suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi sawah dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi, termasuk teknologi spesifik lokasi yang saling menunjang dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Kedua untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja terhadap produksi padi sawah tadah hujan melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu yang dilaksanakan di WKPP Paya Itik Desa Nogorejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.
Capaian dari penelitian ini diharapkan petani sebagai kelompok sasaran dapat berperan aktif dalam menganalisis sumberdaya, potensi dan permasalahannya sendiri dan sekaligus dapat merencanakan dan mengambil tindakan untuk memecahkan masalahnya serta mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi padi sawah tadah hujan. Kata Kunci : Padi Sawah Tadah Hujan, Efisiensi Faktor Produksi, Produktivitas
1. Jurnal Ilmu Pertanian Agrium Volume 20 Nomor 1
April 2016 ISSN 0852 1077 (Print) 2442-7306 (online)
2. Prosiding Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2015
3. Dst…
HKI dan Publikasi
Ringkasan Eksekutif Peneliti
74
Adanya anggapan bahwa diseminasi
baru dilakukan setelah dihasilkan rakitan inovasi teknologi dari selesainya proses pengkajian/penelitian, pada prinsipnya perlu diubah. Proses diseminasi sudah harus berlangsung pada saat proses pengkajian / penelitian dimulai secara proporsional, dimana target sasaran penerima juga telah ditentukan (Rolling, 1988). Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan. Peningkatan produktivitas lahan diantaranya dapat dilakukan melalui penerapan teknologi spesifik lokasi berdasarkan potensi sumber daya domestik dengan memperhatikan aspek lingkungan. Peningkatan produktivitas di lahan sawah tadah hujan dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas per satuan luas dan peningkatan intensitas pertanaman dan diharapkan pula dapat meningkatkan pendapatan petani. Selain produktivitas efisiensi dari faktor-faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi dapat memberikan hasil (produk fisik atau keuntungan) yang maksimum. Dalam bidang pertanian efisiensi adalah suatu konsep yang menunjukan tingkat keefektifan dari faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja , dan faktor-faktor produksi lainnya yang digunakan dalam suatu usahatani. Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dalam usahatani padi sawah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan tingginya biaya, dan pada akhirnya mengurangi pendapatan petani. Bagi petani kegiatan usahatani yang dilakukan tidak hanya meningkatkan produksi tetapi bagaimana menaikkan pendapatan melalui pemanfaatan penggunaan faktor produksi.
Skala Prioritas Skala prioritas masalah yang dihadapi
petani pada saat pelaksanaan budidaya sawah tadah hujan seperti tabel berikut ini :
Tabel 1. Kendala Budidaya Padi SawahTadah Hujan Berdasarkan Skala Prioritas di Desa Nogorejo, 2015
Sumber : Data Penelitian, 2015
Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dilakukan bersama
petani, penyuluh dan peneliti yang merupakan hasil kajian KKP dengan melakukan demontrasi plot (Demplot) pertanaman seluas 1 Ha dengan tetap mengintegrasikan teknologi spesifik lokasi melalui pendekatan PTT.
Tabel 2. Pemecahan Masalah dari Masalah yang Ditemukan Sesuai Metode KKP.
NO Masalah/Kendala Pemecahan Masalah/Kendala
1 Benih Benih unggul baru dan bermutu (berlabel) menggunakan Inpari 30
2 Pupuk Pemupukan spesifik lokasi (pemupukan lengkap dan berimbang) tepat waktu, tepat jenis, dan tepat dosis.
3 Gulma Menerapkan aplikasi herbisida secara efektif dan efisien
4 Penyakit kresek, blast, bercak daun coklat
Penggunaan bakterisida dengan prinsip PHT dan
Hasil dan Manfaat Latar Belakang
75
penggunaan varitas tahan
5 Kekurangan air Tanam awal dan pembuatan sumur bor
6 Pemupukan organic Penggunaan pupuk organic dan melatih petani membuat pupuk organic padat, cair dengan memanfaatkan bahan organic yang ada dan tersedia
7 Tanam Melatih tenaga kerja tanam dan regu tanam jajar legowo
8 Panen Penerapan ALSINTAN (alat dan mesin pertanian)
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Pada demplot dilakukan pengubinan yaitu 2,5 meter x 2,5 meter dan mengambil sampelnya 3 titik ubinan secara acak seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Hasil Demplot Ubinan Padi Sawah Tadah Hujan
Plot Jumlah
Rumpun Berat
Gabah (Kg)
I 83 4,5 II 80 3,9 III 82 4,1 Jumlah 12,5 Rata-rata 4,1
Sumber : Data Penelitian, 2015
Rumus Ubinan adalah :
1 Ha = 10.000 m Luas Ubinan : 2,5 m X 2,5m = 6,25 Maka : 10.000/6,25 = 1600 Berat gabah padi : 4,1 kg X 1600 = 6560 Kg Harga GKP : Rp 4350
Hasil rata-rata adalah 6,5 ton per hectare, bila dibandingkan dengan pertanaman yang biasa dilakukan petani maka terdapat peningkatan produktivitas rata-rata sebesar 1,1 ton per hektar. Hasil ubinan pertanaman yang biasa dilakukan petani adalah rata-rata 5,4 ton per hektar.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nogorejo, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Kelompok Tani Harapan, pada Musim Tanam 2 (MT 2) April-September. Model PTT padi sawah tadah hujan melibatkan petani setempat yang sekaligus menjadi petani pelaksana atau petani koperator.
Kegiatan penelitian dimulai dengan kajian kebutuhan dan peluang (KKP) untuk mengidentifikasi potensi, kendala, dan peluang pengembangan padi sawah tadah hujan spesifik lokasi seperti penggunaan benih, pupuk, pengelolaan tanah, pemberantasan hama penyakit sampai kepada panen dan pengembangannya yang ada di lokasi penelitian.
Kriteria kendala yang dihadapi petani dibagi dalam beberapa kriteria yaitu luas cakupan, frekuensi kejadian, dan tingkat keparahan, menggunakan skala prioritas. Skala prioritas dilakukan scoring dengan nilai 1-5, untuk kriteria luas cakupan dengan nilai scor (1; sangat tidak luas, 2; tidak luas (kecil), 3; sedang, 4; luas dan 5; sangat luas. Kriteria frekuensi kejadian dengan nilai scor (1; tidak ada, 2; pernah ada, 3; kadang kadang, 4; ada, 5; selalu ada serangan. Kriteria keparahan dengan nilai scor (1; sangat tidak parah, 2; tidak parah, 3; sedang, 4; parah, 5; sangat parah).
Berdasarkan hasil kajian kebutuhan dan peluang, kemudian disusunlah paket teknologi utama yang kemudian diteliti dan dipraktekkan secara bersama-sama antara petani, dan peneliti. Paket teknologi yang telah menjadi kesepakatan bersama tersebut kemudian diaplikasikan dilahan petani dalam bentuk demonstrasi plot seluas 1 Ha, dan dilaksanakan oleh petani didampingi oleh peneliti dan penyuluh, setiap petani melaksanakan kegiatan perlakuan dengan pendekatan PTT, sedangkan perbandingannya adalah perlakuan atau cara kebiasaan petani yang tidak termasuk dalam demplot.
Paket teknologi utama yang disusun secara bersama-sama dan tetap mengintegrasikan pada pendekatan PTT adalah sebagai berikut :
Metode
76
1. Penggunaan varietas unggul baru, toleran kekeringan dan berumur genjah
2. Benih berkualitas dan bermutu tinggi. 3. Olah tanah dan persemaian 4. Penggunaan pupuk organik 5. Pengelolaan hara terpadu (pupuk N
dengan BWD, dan pupuk P dan K berdasarkan status hara tanah/PUTS).
6. Pengendalian hama dan penyakit terpadu. 7. Komponen pelengkap atau pilihan
ditentukan bersama-sama dengan petani pada saat sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai
8. Perlakuan cara petani (kontrol), disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat (spesifik) yang menyangkut varietas, pemupukan dan teknik budidaya. Data hasil panen demplot padi sawah tadah hujan dihitung dengan menggunakan teknik ubinan 2,5 meter x 2,5 meter.
Menyelesaikan efisiensi penggunaan faktor produksi pada penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan program software SPSS, untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan ini diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Analisis regresi berganda. Persamaan analisis linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada persamaan yang digunakan oleh Diyah (2008) yaitu LnY = ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 ue
Menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja terhadap produksi padi sawah tadah hujan melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu yang dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan regresi linier berganda, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Analisis Cobb-Douglas Antara Faktor Produksi (Luas Lahan, Benih, Pupuk, Pestisida, dan Tenaga Kerja) Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan, Tahun 2016
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Elastisitas Faktor Produksi Elastisitas faktor produksi, dapat dilakukan dengan menambah seluruh nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas yang telah diteliti dengan rumus sebagai berikut : B1 + B2 + B3 + B4 + B5 = 1,>1,<1
Dari penelitian ini diperoleh persamaan Cobb Douglas sebagai berikut : Y = 10 0,963. X1
1,249 . X2-0,195
. X3 0,215. X4
-0,623. X5 -0,329
Y = 9,183. X1 1,249 . X2
-0,195 . X3
0,215. X4 -0,623. X5
-0,329 Maka 1,249 - 0,195 + 0,215 - 0,623 - 0,329 = 0,317
Dilihat dari perhitungan diatas bahwa nilai elastisitas faktor produksi adalah sebesar 0,317. Dari nilai ini dapat diartikan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja mempengaruhi produksi padi sawah tadah hujan berada pada posisi Decreasing return to scale, hal ini berarti bahwa setiap penambahan faktor produksi dalam proses produksi akan menyebabkan penurunan tambahan hasil.
77
Efisiensi Harga (Alokatif) Penggunaan Faktor Produksi
Nilai efisiensi untuk usahatani padi sawah tadah hujan berdasarkan efisiensi alokatif harga bahwa rata-rata penggunaan faktor produksi secara alokatif tidak efisien yang artinya bahwa penggunaan faktor produksi padi sawah tadah hujan untuk dapat dikurangi sehingga produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan belum optimal.
Gambar 1. Demplot Padi Sawah Tadah Hujan
78
Lampiran 8. Artikel Ilmiah
Analisis Efisiensi Faktor Produksi Padi Sawah Tadah Hujan Melalui
Pendekatan PTT
Muhammad Thamrin
1 , Desi Ardilla
2
1) Program Studi Agribsnis Fakultas Pertanian UMSU-Medan
2) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UMSU-Medan
email : [email protected]
Abstract
This study aimed to analyze the efficiency of use of production factors of land, seeds,
fertilizers, pesticides, labor towards rainfed rice production through integrated crop
management approach, using Cobb-Douglass and economic efficiency (allocative price).
The results obtained statistically R-square value of 0.95 which indicates that
simultaneously (synchronously) rainfed rice production is influenced by land, seeds,
fertilizers, pesticides, labor force by 95%, and is supported by the value of the f-count
181.400> f-table 2,404 at level of 95% (α 0.05). Test the partial effect of production
factors of land, seed, fertilizer production significantly while factors pesticides, labor did
not significantly affect rainfed rice production at a level of 95% (α 0.05). Based on the
value of elasticity factor of production is 0.317 which means that the general rainfed rice
farming in the position of decreasing returns to scale, meaning that each additional factors
of production in the production process will lead to an additional reduction in yield.
Value economic allocative efficiency shows that the prices of production factors of land
has not been efficient so that the user needs to be added while the factors of production of
seed, fertilizers, pesticides, labor should be reduced because it is inefficient in its use.
Keywords : Efficiency, Production Factors
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara agraris
memiliki luas lahan sawah yang sangat
besar, tersebar di hampir seluruh
wilayah Indonesia. Sawah adalah lahan
usahatani yang secara fisik,
permukaannya rata, dibatasi oleh
pematang, dan dapat ditanami padi,
palawija, serta tanaman pangan lainnya.
Secara umum berdasarkan
pengairannya, sawah di Indonesia di
bagi menjadi dua, yaitu sawah irigasi
dan sawah tadah hujan. Sawah irigasi
adalah sawah yang sumber air utamanya
berasal dari air irigasi, baik berasal dari
sungai, waduk, maupun danau.
Sedangkan sawah tadah hujan adalah
sawah yang sumber airnya berasal dari
curah hujan (Yuliyanto, 2012).
Usahatani padi sawah tadah
hujan memiliki prospek yang sangat
baik, terutama pada daerah yang
memiliki bulan basah berturut turut 4-8
bulan. Indonesia mempunyai lahan
sawah tadah hujan yang sangat luas, dan
tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Produksi padi sawah tadah hujan saat ini
rata-rata baru mencapai 3,5-4,5 Ton/Ha.
Sementara hasil penelitian IRRI-CRIFC
sudah mencapai 6,5-7,5 Ton/Ha
(Rimbun, 2012).
Peningkatan produktivitas lahan
diantaranya dapat dilakukan melalui
penerapan teknologi spesifik lokasi
berdasarkan potensi sumber daya
domestik dengan memperhatikan aspek
lingkungan. Peningkatan produktivitas
di lahan sawah tadah hujan dapat
dilakukan melalui peningkatan
produktivitas per satuan luas dan
peningkatan intensitas pertanaman.
Rendahnya produktivitas dan intensitas
pertanaman di lahan sawah tadah hujan
79
disebabkan karena sumber air hanya
bergantung pada curah hujan.
Dengan demikian, pada lahan
sawah tadah hujan yang memiliki curah
hujan yang pendek maka pertanaman
padi hanya dapat dilakukan satu kali
dalam setahun, selanjutnya lahan
dibiarkan bera. Curah hujan merupakan
faktor pembatas yang menentukan
keberhasilan budidaya padi sawah tadah
hujan. Pada padi gogo rancah seringkali
setelah hujan turun 2 sampai 3 kali dan
tanah sudah diolah dan cukup lembab
untuk ditanami, petani biasanya segera
menanam benih padi. Namun setelah
benih berkecambah hujan lama tidak
turun, sehingga benih banyak yang mati
karena kekeringan (Widyantoro, 2010).
Penggarapan bertanam padi di
sawah tadah hujan ini digarap secara
basahan, yaitu menunggu sampai musim
hujan tiba, dan dalam proses penanaman
padi ini memakai benih persemaian,
tetapi seringkali benih sudah terlalu tua
baru dapat ditanam, karena jatuhnya
hujan terlambat. Dalam penanaman padi
sawah tadah hujan ini untuk penanaman
dan selama hidupnya membutuhkan air
hujan yang cukup. Hal ini membawa
resiko yang besar sekali karena musim
hujan kadang datang terlambat,
sementara padi sawah tadah hujan
membutuhkan air hujan yang cukup.
Maka seringkali terjadi kegagalan panen
atau produktivitasnya rendah,
dikarenakan air hujan yang tidak
mencukupi (Vergara, 1990).
Perbedaan hasil umumnya
disebabkan oleh faktor sosial ekonomi
dan faktor teknis. Faktor sosial ekonomi
yaitu kondisi keterbatasan petani untuk
menggunakan inovasi teknologi
budidaya, seperti pengetahuan, akses
terhadap sumber modal, pemasaran,
prasarana transportasi, irigasi.
Sedangkan faktor teknis ketersediaan air
irigasi, kondisi kesuburan lahan, hama
dan penyakit tanaman. Faktor-faktor ini
akan menjadi pertimbangan bagi petani
dalam mengalokasikan input seperti
benih, pupuk, tenaga kerja, dan obat-
obatan
Potensi lahan sawah di WKPP
Paya itik, Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara
seluas 220 Ha, dimana diantaranya
sekitar 70 Ha adalah sawah tadah hujan
dan terletak di Desa Nogorejo.
Permasalahan yang terjadi pada lahan
sawah tadah hujan yaitu curah hujan
yang tidak menentu menyebabkan
keterlambatan tanam pada Musim
Tanam pertama (MT) 1 dan MT 2
karena debit air yang tidak cukup untuk
penanaman padi sehingga indeks
pertanaman dilahan sawah tadah hujan
hanya dua kali penanaman (IP 2).
Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) padi sawah adalah suatu
pendekatan inovatif dalam upaya
peningkatan efisiensi usaha tani padi
sawah dengan menggabungkan berbagai
komponen teknologi yang saling
menunjang dan dengan memperhatikan
penggunaan sumber daya alam secara
bijak agar memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Penerapan PTT
diawali dengan pemahaman terhadap
masalah dan peluang (PMP)
pengembangan sumberdaya dan kondisi
lingkungan dengan tujuan: (1)
Mengumpulkan informasi dan
menganalisis masalah, kendala, dan
peluang usahatani; (2) Mengembangkan
peluang dalam upaya peningkatan
produksi; dan (3) Mengidentifikasi
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
petani di wilayah setempat.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis efisiensi penggunaan
faktor produksi luas lahan, benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja pada usahatani
padi sawah tadah hujan dengan hipotesis
penelitian yaitu ada pengaruh efisiensi
penggunaan faktor produksi luas lahan,
benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja
dalam meningkatkan produksi padi
sawah tadah hujan.
Pengelolaan Tanaman dan
Sumber Daya Terpadu (PTT) yang
merupakan pendekatan dalam budidaya
tanaman padi sawah adalah salah satu
bentuk implementasi dari revolusi hijau
lestari. Berbeda dengan revolusi hijau
80
generasi pertama yang lebih
mengutamakan peningkatan produksi
pada lahan sawah irigasi, revolusi hijau
lestari mencakup semua agroekosistem
padi, yaitu lahan sawah irigasi, lahan
sawah tadah hujan, lahan kering, lahan
pasang surut dan lahan rawa lebak. PTT
padi sawah merupakan suatu usaha
untuk meningkatkan hasil padi dan
efisiensi masukan (input) produksi
dengan mempehatikan penggunaan
sumber daya alam yang bijak dengan
melalui keterpaduan (integrasi) berbagai
komponen teknologi yang saling
menunjang (sinergis) dengan
sumberdaya setempat (spesifik lokasi),
dan partisipasi petani sejak awal
pelaksanaan kegiatan (partisipatif).
Melalui PTT diharapkan kebutuhan
beras nasional dapat dipenuhi,
pendapatan petani padi dapat
ditingkatkan, dan usaha pertanian padi
sawah dapat menjadi usahatani
berkelanjutan.
Adapun teknologi produksi yang
dianjurkan pada Model PTT padi sawah
adalah: (1) Varietas unggul baru yang
sesuai dengan karakteristik lahan,
lingkungan dan keinginan petani
setempat; (2) Benih bermutu (kemurnian
dan daya kecambah tinggi); (3) Benih
muda (umur <21 hari setelah semai); (4)
Jumlah benih 1-3 batang per lubang dan
sistem tanam jajar legowo 2:1 atau
legowo 4:1; (5) Pemupukan N
berdasarkan Bagan Warna Daun
(BWD); (6) Pemupukan P dan K
berdasarkan status hara tanah, yang
ditentukan dengan Perangkat Uji Tanah
Sawah (PUTS) atau petak omisi, serta
pemecahan masalah kesuburan tanah
apabila terjadi di lokasi; (7) Bahan
organik (kompos jerami 5 t/ha, atau
pupuk kandang 2t/ha); (8) Pengairan
berselang (intermittent irrigation); (9)
Pengendalian gulma secara terpadu; (10)
Pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu (PHT); dan (11) Panen beregu
dan pasca panen menggunakan alat
perontok (Abdullah dkk, 2008).
Produksi adalah suatu proses
dimana barang dan jasa yang disebut
input diubah menjadi barang dan jasa-
jasa lain yang disebut output. Banyak
jenis aktifitas yang terjadi didalam
proses produksi, yang meliputi
perubahanperubahan bentuk, tempat,
dan waktu penggunaan hasil-hasil
produksi. Masing-masing perubahan ini
menyangkut penggunaan input untuk
menghasikan output yang diinginkan.
Jadi produksi meliputi semua aktifitas
menciptakan barang dan jasa
(Sudarman, 1999).
Berdasarkan pengertian
produksi di atas, maka produksi
pertanian dapat diartikan usaha untuk
memelihara dan mengembangkan suatu
komoditi untuk kebutuhan manusia.
Pada proses produksi untuk menambah
guna atau manfaat maka dilakukan
proses mulai dari penanaman benih dan
dipelihara untuk memperoleh manfaat
atau hasil dari suatu komoditi pertanian.
Proses produksi pertanian
menumbuhkan macam-macam faktor
produksi seperti modal, tenaga kerja,
tanah, dan manajemen pertanian yang
berfungsi mengkoordinasikan ketiga
faktor produksi yang lain sehingga
benar-benar mengeluarkan hasil
produksi (output).
Fungsi produksi menunjukkan
hubungan teknis antara faktor-faktor
produksi (input) dan hasil produksinya
(output). Fungsi produksi
menggambarkan tingkat teknologi yang
dipakai oleh suatu perusahaan, suatu
industri atau suatu perekonomian secara
keseluruhan. Apabila teknologi berubah,
berubah pula fungsi produksinya. Secara
singkat fungsi produksi sering
didefinisikan sebagai suatu skedul atau
persamaan matematika yang
menggunakan jumlah output maksimum
yang dapat dihasilkan dari suatu sektor
produksi tertentu dan pada tingkat
teknologi tertentu pula. Penyajian fungsi
produksi dapat dilakukan melalui
berbagai cara antara lain dalam bentuk
tabel, grafik atau dalam persamaan
matematis. Secara matematis hubungan
antara hasil produksi (output) dengan
faktor-faktor produksi yang digunakan
(input) ditunjukkan sebagai berikut: Q =
F (Xı, X2, X3, ..Xn)
81
Keterangan:
Q = output
Xı, X2, X3, Xn = Input
Fungsi produksi menunjukan
bahwa jumlah hasil produksi sangat
tergantung pada faktor-faktor produksi.
Dalam melakukan produksi, seorang
petani akan selalu berusaha untuk
mengalokasikan input yang dimilikinya
seefisien mungkin untuk dapat
menghasilkan output yang maksimal
(profit maximization). Tetapi jika petani
dihadapkan pada keterbatasan biaya
dalam melakukan usahanya, maka petani
akan mencoba untuk memperoleh
keuntungan dengan kendala biaya yang
dihadapinya. Tindakan yang dilakukan
petani adalah mengusahakan untuk
memperoleh keuntungan yang besar
dengan penekanan biaya yang sekecil-
kecilnya (cost minimization). Kedua
pendekatan ini mempunyai tujuan yang
sama yaitu untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal dengan
pengalokasian input seefisien mungkin.
Berdasarkan faktor produksi yang
digunakan, fungsi produksi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu fungsi
produksi jangka pendek dan jangka
panjang. Dalam jangka pendek faktor
tenaga kerja dianggap sebagai faktor
produksi tetap dan berlaku hukum
tambah hasil yang semakin berkurang
(law diminishing return), bila faktor
produksi variabel ditambah secara terus
menerus, sedang jumlah faktor tetap
tertentu jumlahnya maka titik tertentu
marginal produk (MP) dari faktor
produksi variabel tersebut akan semakin
kecil. Dalam produksi jangka panjang
seluruh faktor produksi bersifat variabel.
Output dapat dinaikkan dengan
mengubah faktor produksi atau input
dalam tingkat kombinasi seoptimal
mungkin. Perubahan input ini dapat
memiliki proporsi yang sama atau
berbeda.
Fungsi produksi Cobb-Douglas
adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel
dimana variabel yang satu disebut
variabel dependen, yang dijelaskan (Y)
dan yang lain disebut variabel
independen, yang menjelaskan (X).
Penyelesaian hubungan antara Y dan X
biasanya dengan cara regresi, yaitu
variasi dari Y akan dipengaruhi oleh
variasi dari X. Dengan demikian kaidah-
kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam menyelesaikan fungsi Cobb-
Douglas. Dalam terminologi ilmu
ekonomi, pengertian efisiensi dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga) macam,
yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif
(efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi.
Efisiensi harga berkaitan dengan
pembuatan keputusan mengenai
pengalokasian dari faktor-faktor
produksi variabel, yaitu faktor yang
berbeda dalam kontrol perusahaan.
Efisiensi ini biasanya ditunjukkan
dengan nilai produk marginal untuk
suatu input tertentu sama dengan harga
input tersebut. Efisiensi teknis
merupakan besaran yang menunjukkan
perbandingan antara produksi
sebenarnya dengan produksi maksimum.
Sedangkan efisiensi ekonomi adalah
besaran yang menunjukkan
perbandingan antara keuntungan yang
sebenarnya dengan keuntungan
maksimum (Soekartawi, 2003).
METODE PENELITIAN
Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan
secara purposive, artinya penentuan
daerah secara sengaja. Daerah
penelitian ini terletak di Desa
Nogorejo Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa
daerah tersebut merupakan daerah padi
sawah tadah hujan.
Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan
dalam pengambilan sampel adalah
nonprobability sampling. Teknik
nonprobability sampling yang di
ambil adalah sampling jenuh.
Sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai
82
sampel. Dimana jumlah populasi di
daerah penelitian adalah satu
Kelompok Tani Harapan dengan
jumlah anggota kelompok 50 orang
petani, maka jumlah sampel yang
diambil adalah 50 petani.
Metode Analisis Data Menyelesaikan permasalahan
sekaligus menjawab hipotesa penelitian
ini dengan menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas, dan diolah
melalui program software SPSS. Fungsi
Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau
lebih variabel, variabel yang satu disebut
dengan variabel dependen, yang
dijelaskan (Y), dan variabel yang lain
disebut dengan variabel independen
yang menjelaskan (X). penyelesaian
hubungan antara Y dan X dengan cara
regresi. Rumus Cobb Douglas adalah :
(1)
Y = aXb
Y = aX1b1
. X2 b2
. X3 b3
. X4 b4
.
X5 b5
e
Memudahkan pendugaan
terhadap persamaan tersebut, maka
persamaan ini diubah menjadi bentuk
linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut.
Analisis regresi berganda. Persamaan
analisis linear berganda yang digunakan
dalam penelitian ini merujuk pada
persamaan LnY = ln a + b1 Ln X1 + b2
Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln
X5 ue (Diyah, 2010).
Dimana : Y = Produksi
a = Konstanta
X1 = Luas Lahan
X2 = Benih
X3 = Pupuk
X4 = Pestisida
X5 = Tenaga Kerja
b1…
b5
= Koefisien
Regresi
e = error
Menguji faktor produksi secara
keseluruhan atau serempak digunakan
uji f-hitung dengan rumus :
F hit = (2)
Dimana : jk reg = Jumlah
Kuadrat Regresi
jk sisa = Jumlah
Kuadrat Sisa
n = Jumlah
Sampel
k = Jumlah
Variabel
1 = Bilangan
Konstanta
Dengan kriteria keputusan :
F hit > F tab ; maka H0 ditolak, H1
diterima
F hit <F tab ; maka H0 diterima, H1
ditolak
Melihat pengaruh faktor
produksi secara parsial digunakan uji-t
sebagai berikut:
t-hit= (3)
Dimana :
bi = Koefisien regresi
se = Simpangan Baku
Dengan kriteria keputusan :
T-hit > t-tabel ; maka H0 ditolak, H1
diterima
T-hit < t-tabel ; maka H0 diterima, H1
ditolak
Menyelesaikan elastisitas faktor
produksi dengan rumus:
b1+b2+b3+b4+b5 = 1,>1,<1 Dimana :
b1 = Nilai elastisitas luas lahan
b2 = Nilai elasitisitas benih
b3 = Nilai elastisitas pupuk
b4 = Nilai elastisitas pestisida
b5 = Nilai elastisitas tenaga kerja
Dengan kriteria keputusan :
b1 + b2 + b3 + b4 + b5 = 1, Maka
penggunaan faktor produksi konstan
return.
b1 + b2 + b3 + b4 + b5 > 1, Maka
penggunaan faktor produksi increasing
return.
b1 + b2 + b3 + b4 + b5 < 1, Maka
penggunaan faktor produksi decreasing
return.
Menyelesaikan efisiensi
ekonomi melalui efisiensi harga
(alokatif), dengan rumus yaitu :
83
1.
....
PxX
PyYbatauPx
X
PyYb
PxNPMx
(4)
Dimana :
NPM = Nilai Produk Marginal (EH),
b = Koefisien Regresi,
Y = Jumlah Produksi Padi Sawah
Py = Harga Jual Padi Sawah
X = Jumlah Faktor Produksi
Px = Harga Faktor Produksi.
Dengan kriteria keputusan :
a. Jika NPM = 1 maka; penggunaan
faktor produksi mencapai efisien.
b. Jika NPM > 1 maka; penggunaan
produksi belum (kurang) efisien
sehingga perlu ditambahkan
penggunaan faktor produksi.
c. Jika NPM < 1 maka; penggunaan
faktor produksi tidak (lebih) efisien
sehingga perlu dikurangi
penggunaan faktor
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini variabel-
variabel yang dapat mempengaruhi
produksi padi sawah tadah hujan adalah
luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja yang dianalisis
menggunakan fungsi produksi Cobb-
Douglas yang kemudian
ditransformasikan ke dalam bentuk
persamaan regresi linier berganda, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Analisis Cobb-Douglas Antara Faktor Produksi (Luas Lahan, Benih, Pupuk, Pestisida,
dan Tenaga Kerja) Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan, Tahun 2016
Variabel Koefisien
Regresi
t-hitung Signifikan
Konstanta 0,963 0,475 ,637
Luas Lahan (X1) 1,249 4,796 ,000
Benih (X2) -0,195 -2,114 ,040
Pupuk (X3) 0,215 2,734 ,009
Pestisida (X4) -0,623 -1,799 ,079
Tenaga Kerja (X5) -0,329 -1,176 ,246
Multiple R 0,977
R-square 0,954
f-hitung 181,400
f-tabel 2,404
t-tabel 2,009 Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
Log Y = log a + B1 Log X1 + B2 Log X2
+ B3 Log X3 + B4 Log X4+ B5 Log X5+ e
Log Y = log 0,963 + 1,249 Log X1 –
0,195 Log X2 + 0,215 Log X3
- 0,623 Log X4 - 0,329 Log
X5
Maka persamaan Cobb- Douglas
dari bentuk persamaan diatas
adalah :
Y = 10 0,963
. X1 1,249
. X2-0,195
. X3 0,215
. X4 -0,623
. X5 -0,329
Y = 9,183. X1 1,249
. X2-0,195
. X3 0,215
. X4 -
0,623. X5
-0,329
Dari persamaan regresi linier
berganda diatas diketahui bahwa
intercept (nilai konstanta) sebesar 0,96.
Nilai ini menunjukkan bahwa dalam
keadaan tetap atau tidak ada perubahan
pada faktor produksi luas lahan, benih,
pupuk, pestisida dan tenaga kerja maka
produksi padi sawah tadah hujan yang
dihasilkan 0,96 satuan.
Dari hasil pengujian secara
statistik maka diperoleh nilai Multiple R
sebesar 0,97 yang mengartikan bahwa
secara menyeluruh ada hubungan yang
cukup erat antara luas lahan, benih,
pupuk, pestisida dan tenaga kerja
terhadap produksi padi sawah tadah
hujan sebesar 97%.
84
Uji Pengaruh Secara Serempak
Dari hasil pengujian data
diketahui bahwa nilai koefisien R-
Square dari penelitian ini adalah 0,95
dimana nilai ini mengidentifikasikan
bahwa secara simultan (serempak)
produksi padi sawah tadah hujan
dipengaruhi oleh luas lahan, benih,
pupuk, pestisida dan tenaga kerja
sebesar 95%, dan selebihnya 5%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar
variabel yang diteliti dan tidak dapat
diprediksi karena sangat kompleks.
Hal ini didukung oleh nilai f-
hitung 181,400 > f-tabel 2,404 pada
taraf kepercayaan 95% (α 0,05). Dengan
demikian H1 diterima dan H0 ditolak,
yang berarti ada pengaruh sangat nyata
antara luas lahan, benih, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja terhadap
produksi padi sawah tadah hujan.
Uji Pengaruh Secara Parsial
Mengetahui pengaruh secara
parsial luas lahan, benih, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja terhadap
produksi padi sawah tadah hujan dengan
menggunakan uji t adalah sebagai
berikut :
Pengaruh Luas Lahan Terhadap
Produksi Padi Sawah Tadah Hujan
Hasil pengujian dengan
menggunakan uji-t untuk luas lahan
diperoleh nilai t-hitung 4,796 > t-tabel
2,009 pada tingkat kepercayaan 95%.
Dengan demikian H1 diterima dan H0
ditolak yang berarti luas lahan
berpengaruh nyata atau signifikan
terhadap produksi padi sawah tadah
hujan. Nilai koefisien regresi dalam
penelitian ini adalah 1,249. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap penambahan
luas lahan sebesar 1% maka akan
menaikkan produksi sebesar 1,249%
dengan asumsi bahwa variabel lainnya
tetap (ceteris paribus).
Pengaruh Benih Terhadap Produksi
Padi Sawah Tadah Hujan
Dari hasil pengujian uji-t,
diperoleh t-hitung untuk benih sebesar
> t-tabel 2,009 pada tingkat
kepercayaan 95% dengan demikian H0
diterima dan H1 ditolak yang berarti ada
pengaruh nyata atau signifikan antara
benih dengan produksi padi sawah tadah
hujan. Nilai koefisien regresi dalam
penelitian ini adalah -0.195. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap penambahan
benih sebesar 1% maka akan terjadi
penurunan produksi sebesar 0,195%
dengan asumsi bahwa variabel lainnya
tetap (ceteris paribus).
Pengaruh Pupuk Terhadap Produksi
Padi Sawah Tadah Hujan
Dari hasil pengujian uji-t,
diperoleh nilai t-hitung untuk pupuk
sebesar 2,734 > t-tabel 2,009 pada
tingkat kepercayaan sebesar 95%
dengan demikian H1 diterima dan H0
ditolak. Artinya ada pengaruh yang
nyata atau signifikan antara pupuk
terhadap produksi padi sawah tadah
hujan. Nilai koefisien regresi dalam
penelitian ini adalah 0.215, sehingga jika
ada penambahan pestisida sebesar 1%
maka akan menaikkan produksi sebesar
0,215% dengan asumsi bahwa variabel
lainnya tetap (ceteris paribus).
Pengaruh Pestisida Terhadap Produksi
Padi Sawah Tadah Hujan
Dari hasil pengujian uji-t,
diperoleh nilai t-hitung untuk pestisida
sebesar -1,799 < t-tabel 2,009 pada
tingkat kepercayaan sebesar 95%
dengan demikian H1 diterima dan H0
ditolak. Artinya tidak ada pengaruh yang
nyata atau tidak signifikan antara
pestisida terhadap produksi padi sawah
tadah hujan. Nilai koefisien regresi
dalam penelitian ini adalah 0.79,
sehingga jika ada penambahan pestisida
sebesar 1% maka akan menaikkan
produksi sebesar 0,79 % dengan asumsi
bahwa variabel lainnya tetap (ceteris
paribus).
Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap
Produksi Padi Sawah Tadah Hujan
Dari hasil pengujian uji-t,
diperoleh t-hitung untuk tenaga kerja
sebesar -1,176 < t-tabel 2,009 pada
85
tingkat kepercayaan sebesar 95%
dengan demikian H0 diterima dan H1
ditolak, maka artinya tidak ada pengaruh
yang nyata atau tidak signifikan antara
tenaga kerja dengan produksi padi
sawah tadah hujan. Nilai koefisien
regresi dalam penelitian ini adalah -
0,0329 Hal ini menunjukkan jika terjadi
penambahan satu unit tenaga kerja
sebesar 1% maka akan terjadi penurunan
produksi sebesar 0,0329% dengan
asumsi bahwa variabel lainnya tetap
(ceteris paribus).
Elastisitas Faktor Produksi
Elastisitas faktor produksi, dapat
dilakukan dengan menambah seluruh
nilai elastisitas dari masing-masing
variabel bebas yang telah diteliti dengan
rumus sebagai berikut : B1 + B2 + B3 +
B4 + B5 = 1,>1,<1
Dari penelitian ini diperoleh
persamaan Cobb Douglas sebagai
berikut :
Y = 10 0,963
. X1 1,249
. X2-0,195
. X3 0,215
. X4 -0,623
. X5 -0,329
Y = 9,183. X1 1,249
. X2-0,195
. X3 0,215
. X4 -
0,623. X5
-0,329
Maka 1,249 - 0,195 + 0,215 - 0,623 -
0,329 = 0,317
Dilihat dari perhitungan diatas
bahwa nilai elastisitas faktor produksi
adalah sebesar 0,317. Dari nilai ini dapat
diartikan bahwa faktor produksi luas
lahan, benih, pupuk, pestisida, dan
tenaga kerja mempengaruhi produksi
padi sawah tadah hujan berada pada
posisi Decreasing return to scale, hal ini
berarti bahwa setiap penambahan faktor
produksi dalam proses produksi akan
menyebabkan penurunan tambahan
hasil.
Efisiensi Harga (Alokatif)
Penggunaan Faktor Produksi
Analisis efisiensi diperlukan
untuk membantu petani petani
mengalokasikan faktor-faktor produksi
agar tidak terjadi pemborosan. Efisiensi
dalam penggunaan input sangat penting
dan sangat berpengaruh terhadap hasil
produksi dan keuntungan. Petani yang
rasional akan berprinsip bagaimana
dalam proses produksinya bisa mencapai
tingkat efisiensi ekonomi tertinggi.
Efisiensi ekonomi tertinggi dari
penggunaan faktor-faktor produksi
tercapai apabila perbandingan nilai
produk marginal dengan harga masing-
masing faktor produksi sama dengan
satu. Pada penelitian ini penghitungan
efisiensi ekonomi penggunaan faktor-
faktor produksi menggunakan
pendekatan efisiensi harga (alokatif).
Berdasarkan hasil usahatani padi sawah
tadah hujan di daerah penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Rata-rata Hasil Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo 1 MT Tahun 2016.
Sewa
Lahan Benih Pupuk Pestisida
Upah
Tenaga Kerja
Produksi
(Kg)
Harga
Jual
1.956.000 143.450 447.360 613.160 2.343.000 2083 4.200 Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 2 diatas, penggunaan
faktor produksi untuk usahatani padi
sawah tadah hujan untuk satu kali
musim tanam yaitu sewa lahan dengan
rata-rata Rp 1.956.000, rata-rata benih
Rp 143.450, rata-rata pupuk Rp 447.360,
rata-rata pestisida Rp 613.160, rata-rata
upah tenaga kerja Rp 2.343.000, rata-
rata produksi 2083Kg dan rata-rata
harga jual pada saat penelitian Rp
4200/Kg.
Nilai efisiensi untuk usahatani
padi sawah tadah hujan berdasarkan
efisiensi alokatif harga diperoleh nilai
yang disajikan pada tabel berikut ini.
86
Tabel 3. Nilai Efisiensi Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo Tahun 2016
Faktor Produksi
Koefisien
Regeresi
Nilai
NPMx Keterangan
Luas Lahan 1,249 14,14 Belum efisien
Benih -0,195 -0,78 tidak efisien
Pupuk 0,215 0,02 tidak efisien
Pestisida -0,623 -2,30 tidak efisien
Tenaga Kerja -0,329
-0,53 tidak efisien Sumber : Data Primer Diolah
Hasil perhitungan nilai efisiensi
harga atau berdasarkan Tabel 3, dapat
dijelaskan bahwa rata-rata penggunaan
faktor produksi secara alokatif tidak
efisien yang artinya bahwa penggunaan
faktor produksi padi sawah tadah hujan
untuk dapat dikurangi sehingga produksi
padi sawah tadah hujan yang dihasilkan
belum optimal. Selanjutnya efisiensi
harga yang diketahui melalui
perbandingan rasio nilai produk
marginal dengan harga faktor produksi
untuk masing-masing faktor produksi
dapat dijelaskan berikut ini.
6. Faktor Produksi Luas Lahan
Luas lahan merupakan salah
satu faktor produksi dalam proses
produksi usahatani padi sawah tadah
hujan, dalam analisis efisien harga
menghasilkan nilai sebesar 14,14 lebih
besar dari satu yang berarti bahwa
penggunaan luas lahan usahatani belum
efisien olehnya itu perlu untuk
ditingkatkan perluasan areal usahatani
(ekstensifikasi), disamping itu
pengolahan lahan secara intensif
(intensifikasi) juga perlu dilakukan oleh
petani. Rata-rata penggunaan luas lahan
oleh petani padi sawah tadah hujan
adalah 0,3 Ha dengan rata-rata produksi
sebesar 2083 Kg berdasarkan hasil
tersebut perlunya ada penambahan luas
lahan dan hal ini sesuai dengan pendapat
Suratiyah (2006) yang menyatakan
bahwa semakin luas lahan yang
diusahakan, maka semakin tinggi
produksi dan pendapatan per satuan
luasnya.
7. Faktor Produksi Benih
Faktor produksi benih dalam
analisis efisien harga menghasilkan nilai
sebesar -0,78 lebih kecil dari satu nilai
ini dapat diartikan bahwa penggunaan
benih tidak efisien atau sudah melebihi
sehingga produksi tidak mencapai
optimalisasi. Walaupun disadari
sungguh bahwa sangat sulit untuk
mendapatkan tingkat efisiensi dari
penggunaan faktor produksi usahatani,
penggunaan benih harus dikurangi
dalam proses produksi usahatani. Hal ini
disebabkan karena benih yang
digunakan merupakan benih lokal atau
benih jabal (jaringan benih antar lokasi)
yaitu benih asalan dari hasil tukar
menukar benih dengan petani yang lain,
atau menggunakan benih dari hasil
pertanaman sebelumnya.
Benih lokal yang digunakan
tidak memiliki sertifikasi benih dari
instansi yang berwenang. Jikapun ada
benih berlabel yang digunakan biasanya
menunggu bantaun benih dari
pemerintah dengan varietas yang tidak
pernah berganti yaitu varietas Ciherang.
Keengganan petani untuk menggunakan
benih varietas unggul baru karena harga
yang mahal serta susah untuk
mendapatkannya. Penggunaan benih
padi masih tidak sesuai dengan
rekomendasi teknis Dinas Pertanian
Kabupaten Deli Serdang melalui
penyuluh pertanian lapangan yaitu 1 Kg
benih padi untuk 0,04 Ha (1 Rante).
Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini petani menggunakan benih padi
untuk 1 Rante adalah 5 Kg dengan
sistem pertanaman tegel. Rata-rata
87
penggunaan benih padi sawah tadah
hujan sebanyak 38 Kg/Ha sedangkan
rekomendasi teknisnya adalah 25 Kg/Ha
sehingga harus dikurangi.
Pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) untuk faktor
produksi benih yang sesuai dengan
spesifik lokasi penelitian adalah
menggunakan Varietas Unggul Baru
(VUB) Inpari 30. Pada kegiatan
penanaman bibit padi sawah tadah hujan
yaitu perpindahan dari areal persemaian
ke areal penanaman baru dapat
dilakukan bila curah hujan sudah cukup
stabil atau mencapai sekitar 60
mm/decade (10 hari). Menggunakan
sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan
seperti ini maka populasi tanam
mencapai 400.000 rumpun per hektare.
Pelaksanaan penanaman dibantu dengan
alat semacam caplakan untuk padi
sawah. Alat tersebut mempunyai 4 titik
(mata) 20 cm dan 40 cm. Keuntungan
cara tanam jajar legowo adalah banyak
kemudahan disamping mendapatkan
efek tanaman pinggir juga
mempermudah dalam pemeliharaan
pertanaman terutama penyiangan,
pemupukan, dan penyemprotan, juga
melindungi tanaman dari hama tikus.
Pada proses penanaman awalnya
petani khawatir populasi tanaman akan
berkurang, akibat dari banyaknya ruang
kosong yang tidak ditanami, sehingga
akan mengurangi hasil produksi.
Tingginya biaya tenaga kerja tanam
dengan menggunakan sistem jajar
legowo 4.1 tetapi akhirnya petani
merasa lega setelah melihat hasil
pertanaman padi menjelang panen cukup
rimbun.
8. Faktor Produksi Pupuk
Lahan sawah tadah hujan
umumnya tidak memiliki unsur hara
sebaik lahan sawah irigasi. Lahan sawah
tadah hujan membutuhkan pemupukan
yang baik, selain itu juga waktu
pemupukan perlu mendapat perhatian.
Bila mana lahan dalam kondisi kering
pemupukan tidak dapat dilakukan dan
harus menunggu sampai keadaan lahan
lembab. Meningkatkan efisiensi pupuk
an-organik pada lahan sawah tadah
hujan perlu ditambahkan pupuk organik
atau kompos sebanyak minimal 2 ton
per hektare.
Faktor produksi pupuk
menghasilkan bahwa penggunaan pupuk
tidak efisien artinya perlu untuk
dikurangi untuk mencapai optimalisasi
produksi, ini dapat dilihat dari nilai
efisiensi alokatif atau efisiensi harga
yang memiliki nilai sebesar 0,02 nilai
efisiensi alokatif kurang dari satu
menggambarkan penggunaan pupuk
yang terlalu berlebihan sehingga harus
dikurangi. Rata-rata penggunaan pupuk
sebesar 522 Kg dengan jumlah pupuk
yang dianjurkan 500 Kg. Petani padi
sawah tadah hujan di daerah penelitian
sangat bergantung pada pupuk kimiawi
sehingga pemakaiannya tidak sesuai
dengan anjuran dan petani membeli
tambahan pupuk melalui pupuk non
subsidi yang cukup mahal misal pupuk
urea non subsidi yang di bandrol per 50
Kg sebesar Rp.300.000 sehingga biaya
yang dikeluarkan untuk faktor produksi
menjadi tinggi. Akibatnya dalam
perhitungan efisiensi penggunaan pupuk
tidak efisien sehingga harus dikurangi
penggunaan pupuk dalam usahatani padi
sawah tadah hujan.
9. Faktor Produksi Pestisida
Faktor produksi pestisdia dalam
analisis efisien harga menghasilkan
bahwa penggunaan pestisida tidak
efisien artinya perlu untuk dikurangi
untuk mencapai optimalisasi produksi,
ini dapat dilihat dari nilai efisiensi
alokatif atau efisiensi harga yang
memiliki nilai sebesar 0,02 nilai
efisiensi alokatif kurang dari satu
menggambarkan penggunaan pestisida
yang terlalu berlebihan sehingga harus
dikurangi. Penggunaan pestisida
tergantung dari ada tidaknya atau
banyak sedikitnya gangguan tanaman
karena hama dan penyakit serta
gangguan gulma. Olehnya itu tindakan
penyelamatan maupun menghindari
resiko panen karena ganggunan tanaman
ini perlu antisipasi oleh petani sawah
tadah hujan melalui penggunaan
88
pestisida atau obat-obatan secara tepat
dan berkesinambungan selama
berlangsungnya proses produksi,
sehingga peningkatan penggunaan
pestisida perlu dilakukan. Untuk
menghindari penggunaan pestisida atau
obat-oabatan harus diawali dengan
penanganan pasca panen terutama
terhadap sisa-sisa produksi setelah
kegiatan perontokan, kemudian
persiapan lahan untuk penanaman
lanjutan dan waktu tanam yang
serempak.
Kegiatan ini jika dilakukan
dengan baik maka dapat mengurangi
atau menghindari gangguan tanaman
selama proses produksi. Penyakit
pertanaman padi sawah tadah hujan
umumnya adalah penyakit kresek, blast,
bercak daun coklat. Penyakit kresek ini
muncul setelah pertanaman berumur 60
hari setelah tanam. Penyakit kresek ini
muncul pada pertanaman padi sawah
tadah hujan yang sering mengalami
kekeringan diawal pertumbuhan, bahkan
penyebarannya semakin meluas. Petani
kesulitan mengendalikan penyakit
kresek ini, bahkan dengan menggunakan
fungisidapun penyakit ini masih banyak
ditemukan dipetakkan sawah.
Sedangkan penyakit blast disebabkan
oleh jamur Pycularia grisea, dan
penyakit bercak daun coklat disebabkan
oleh Helminthosporium oryzae.
Petani dalam mengatasai
persoalan hama dan penyakit padi sawah
akan banyak menggunakan pestisida
sehingga penggunaannya menjadi
berlebih dan hal ini meningkatkan
pengeluaran biaya bagi petani,
berdasarkan hasil nilai efisiensi harga
yang lebih kecil dari satu maka faktor
produksi pestisida harus dikurangi.
Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan
pestisida harus berdasarkan pada enam
tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat
mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat
waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi,
dan (6) tepat cara penggunaan.
Pengendalian juga bisa dilakukan
dilakukan secara fisik, mekanis atau
kimiawi. Penggunaan secara kimiawi
dapat dilakukan apabila populasi
organisme pengganggu tanaman (OPT)
sudah melebihi ambang batas yaitu ± >5
dalam satu rumpun tanaman padi dan
petani menggunakan pestisida untuk
membasmi hama dan gulma dengan
harapan hasil produk pertanian
meningkat.
10. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Padi sawah tadah hujan ditanam
secara tanam pindah dari bibit tanaman
padi yang berumur 20-25 hari. Bibit
tanaman padi berasal dari persemaian
padi yang dilakukan pada saat olah
tanah pertama. Pada saat musim
pertanaman petani sangat kesulitan
untuk mencari tenaga kerja tanam apa
lagi untuk tanam jajar legowo 4:1, hal
ini disebabkan karena tidak adanya
regenerasi untuk penanaman, umumnya
yang bekerja untuk penanaman adalah
para ibu-ibu yang sudah lanjut usia,
sementara para remaja putri sangat
enggan untuk bekerja dan turun tanam
ke sawah. Sehingga pada saat musim
tanam petani kesulitan mencari tenaga
kerja tanam, karena petani melakukan
kegiatan tanam pada waktu hampir
bersamaan.
Faktor produksi tenaga kerja
penggunaannya tidak efisien artinya
perlu untuk dikurangi untuk mencapai
optimalisasi produksi, hal ini dapat
dilihat dari nilai efisiensi alokatif atau
efisiensi harga yang memiliki nilai
sebesar -0,53, nilai efisiensi alokatif
kurang dari satu ini menggambarkan
bahwa penggunaan tenaga kerja terlalu
berlebihan sehingga harus dikurangi.
Penggunaan tenaga kerja dalam proses
produksi usahatani padi sawah tadah
hujan dapat dikatakan cukup tinggi
mengingat ada beberapa kegiatan yang
memerlukan banyak tenaga kerja karena
harus dilakukan dalam sehari, seperti
dalam proses penanaman dan panen.
Kegiatan penanaman harus dilakukan
serempak guna menghindari
penyerangan hama apabila dalam proses
tanam terlambat begitu juga dengan
proses panen harus serempak untuk
menghindari kerontokan hasil panen
dalam proses pemotongan.
89
Menggunakan tenaga kerja
keluarga diharapkan dapat menekan
biaya tenaga kerja sehingga HOK dapat
ditekan mengingat biaya tenaga kerja
cukup besar yaitu Rp 60.000 per
orang/hari kerja. Mengingat biaya
tenaga kerja yang besar sehingga jika
dinaikkan tenaga kerja maka biaya juga
semakin besar dan apabila tidak
diimbangi dengan kenaikan produksi
yang memadai maka petani dapat
mengalami penurunan keuntungan atau
pendapatannya berkurang. Berdasarkan
hal itu maka faktor produksi tenaga
kerja harus dikurangi, artinya ada
beberapa bagian pekerjaan usahatani
padi sawah tadah hujan dapat dikerjakan
oleh petani dan keluarganya, hal ini
sesuai dengan pendapat Suratiyah
(2006) tenaga kerja merupakan faktor
penting dalam usahatani keluarga
khususnya tenaga kerja petani beserta
anggota keluarganya, rumah tangga
petani yang umumnya sangat terbatas
pada segi modal, peranan tenaga kerja
keluarga sangat menentukan. Jika masih
dapat diselesaikan oleh tenaga kerja
keluarga sendiri maka tidak perlu
mengupah tenaga luar, yang berarti
menghemat biaya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
5. Dari hasil pengujian secara statistik
diperoleh nilai Multiple R sebesar
0,97, nilai R-Squre sebesar 0,95.
Hal ini didukung oleh nilai f-hitung
181,400 > f-tabel 2,404 pada
tingkat kepercayaan 95% (α 0,05),
yang berarti ada pengaruh sangat
nyata antara luas lahan, benih,
pupuk, pestisida dan tenaga kerja
terhadap produksi padi sawah tadah
hujan.
6. Secara parsial variabel faktor
produksi luas lahan, benih dan
pupuk berpengaruh nyata terhadap
produksi padi sawah tadah hujan
yang ditunjukkan dengan nilai t-
hitung > t-tabel pada tingkat
kepercayaan 95% (α 0,05).
Sedangkan variabel faktor produksi
pestisida dan tenaga kerja tidak
berpengaruh nyata terhadap
produksi padi sawah tadah hujan
yang ditunjukkan dengan nilai t-
hitung < t-tabel pada tingkat
kepercayaan 95% (α 0,05).
7. Berdasarkan nilai elastisitas faktor
produksi adalah sebesar 0,317 nilai
ini dapat diartikan bahwa faktor
produksi luas lahan, benih, pupuk,
pestisida, dan tenaga kerja
mempengaruhi produksi padi sawah
tadah hujan berada pada posisi
Decreasing return to scale yang
artinya adalah setiap penambahan
faktor produksi dalam proses
produksi akan menyebabkan
penurunan tambahan hasil.
8. Berdasarkan nilai analisis efisiensi
harga (alokatif), faktor produksi
luas lahan harus ditambah karena
penggunaannya belum efisien
sedangkan faktor produksi benih,
pupuk, pestisida harus dikurangi
karena tidak efisien dalam
penggunaannya.
Saran
4. Diharapkan petani dapat
menghitung faktor produksi padi
sawah tadah hujan sebagai bagian
dari analisa usahatani sehingga
petani mengetahui untung dan
ruginya suatu usaha.
5. Perlu adanya kerjasama dalam
bentuk kemitraan yang sinergis
sesuai dengan prinsip kemitraan
yang saling menguntungkan dalam
penyediaan sarana produksi,
pemasaran hasil dan penguatan
modal secara finansial, sehingga
petani juga dapat berusaha dengan
giat, selain itu campur tangan
pemerintah melalui kebijakan yang
mendukung, sehingga kesejahteraan
petani dapat terwujud melalui
peningkatan produksi dan
pendapatan usahatani padi sawah
tadah hujan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. (2008). Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Barat, 51
Diyah, A.Suryaningrum. (2010). Analisis keuntungan dan Efisiensi Faktor-Faktor
Produksi Pada Usahatani Padi (Oryza sativa L.) SRI (System Of Rice
Intensification) di Kabupaten Jember. Universitas Brawijaya. Malang.
Rimbun, (2012). Budidaya Padi Sawah Tadah Hujan, Wahana Pengetahuan Alam
Pertanian, Kesenian, dan Umum, Jakarta.
Soekartawi. (2003). Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglass. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudarman, Ari. (1999). Teori Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Jilid 1, BPFE, Yogyakarta.
Sukirno Sadono. (1994). Pengantar Ekonnomi Mikro. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Suratiyah, K. (2006). Imu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Vergara, B.S. (1990). Bercocok Tanam Padi. Proyek Prasarana Fisik Bappenas. Jakarta
Widyantoro, dan Husin M Toha, (2010). Optimalisasi Pengelolaan Padi Sawah Tadah
Hujan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, Prosiding Pekan
Serelia Nasional 2010 (pp. 648-657). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Sukamandi, Jawa Barat.
Yulianto, Y., & Sudibiyakto, S. (2012). Kajian Dampak Variabilitas Curah Hujan
Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan Di Kabupaten Magelang.
Jurnal Bumi Indonesia, 1(1).
91
Lampiran 9. Poster Penelitian