vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dr.dr. Made Wardhana,SpKK(K),FINSDV sebagai pembimbing
I dan kepada Dr.dr. A.A.G.P. Wiraguna,SpKK(K), FINSDV, FAADV sebagai
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, semangat, dorongan dan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada dr. I Wayan Gede
Artawan Eka Putra, M.Epid terima kasih atas bimbingan statistik yang telah
diberikan, dan kepada Unit Pelayanan Teknik Laboratorium analitik Universitas
Udayana Denpasar terima kasih sebesar-besarnya atas kesempatan dalam
menggunakan prasarana dan sarana laboratorium untuk kelancaran penelitian ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada
Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. I Ketut Suastika, SpPD-KEMD, Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof. Dr.dr. Putu Astawa, SpOT(K),
M.Kes, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. Raka
Sudewi, SpS(K), Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Combined Degree, Dr.dr.
Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK, Direktur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar, dr. Wayan Sudana, M.kes dan Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof.dr. Made
Swastika Adiguna, SpKK(K), FINSDV, FAADV, Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, Dr.dr. Made Wardhana, SpKK(K), FINSDV,
Seluruh staf dan pegawai Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin atas
vii
kesempatan yang diberikan untuk menjadi peserta PPDS I dan tersedianya
fasilitas pendidikan, sehingga saya dapat mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua guru/konsulen di
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana: Prof. dr. Made Swastika Adiguna, SpKK (K), FINSDV, FAADV, Dr.
dr. Made Wardhana, SpKK (K), FINSDV, Dr. dr. AAGP. Wiraguna, SpKK (K),
FINSDV, FAADV, Dr. dr. L.M. Rusyati, SpKK, Dr. dr. IGAA. Praharsini, SpKK,
dr. IGAA. Dwi Karmila, SpKK, dr. IGAA. Elis Indira, SpKK, dr. Nyoman
Suryawati, M.kes, SpKK, dr. IGN. Darmaputra, SpKK, dr. Made Dwi Puspawati,
SpKK, dr. NLP. Ratih Vibriyanti Karna, dr. Prima Sanjiwani Saraswati Sudarsa
SpKK, dr. Ketut Kwartantaya, SpKK, dr. Made Sudarjana, SpKK, dr Ariana,
SpKK, dr. A.A. Ari Kayika, SpKK, dr. A.I. Saraswati, SpKK, dr. Tjok Istri
Amrita, SpKK yang dengan sabar telah memberikan ilmunya, membekali
keterampilan serta memberikan tuntunan. Tidak lupa pula penulis mengucapkan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya untuk pembimbing
akademis penulis, Dr. dr. IGAA. Praharsini, SpKK.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat
PPDS I Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin atas bantuan dan kerjasamanya selama
masa pendidikan ini. Begitu pula untuk seluruh tenaga paramedis dan non medis
poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah yang telah membantu dan
memberikan dukungan selama pendidikan ini.
viii
Rasa hormat dan sembah bakti kepada kedua orang tua saya A. Rachman
Tjandra Wijaya dan Taty Susilawaty yang telah mengasuh, membesarkan,
memberikan dukungan moril dan materiil yang tiada henti serta tanpa pamrih.
Kepada kakak dan kakak ipar Yenry Sumarlim, S.Farm., SH., MM., Apt. dan
Ersa., S.Farm., Apt, serta adik saya dr. Lyndia Veronica dan juga orang terdekat
saya dr. Alwyn Susanto, yang selalu ada untuk saya baik dalam suka ataupun
duka. Terimakasih kepada teman-teman terbaik saya yang selalu mendukung saya
dr. Dhenni Hartopo, dr. Ho Robin Hotama, dr. Ivana Sugiarto, dr. Ryan Rinaldi,
dr. Made Narindra, dr. Embun Dini Hari, dr. Gde Ngurah Arya Ariwangsa.
Semoga karya akhir ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak dan
segala kritik serta saran diharapkan untuk perbaikannya. Semoga Tuhan Yang
maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan dan penyelesaian karya akhir ini.
Denpasar, Februari 2017
Liana Verawaty
ix
ABSTRAK
KADAR ADIPONEKTIN SERUM YANG RENDAH MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PSORIASIS VULGARIS
Psoriasis adalah penyakit kulit autoimun kronis yang belum diketahui dengan jelas etiologinya. Penyakit ini digambarkan dengan adanya proliferasi keratinosit yang dimediasi oleh limfosit T. Beberapa tahun terakhir, telah diteliti adanya hubungan antara psoriasis dan sitokin-sitokin pada jaringan adiposa. Adiponektin merupakan suatu hormon yang diproduksi terutama oleh jaringan adiposa. Penurunan kadar adiponektin dapat memicu proliferasi keratinosit dan aktivitas antiapoptosis pada sejumlah tipe sel termasuk sel T dan juga dapat meningkatkan produksi sitokin proinflamasi seperti tumor necrosis factor-α (TNF- α) dan interleukin-6 (IL-6).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko kadar adiponektin berpengaruh terhadap terjadinya psoriasis vulgaris dan mengetahui korelasinya dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris, yang diukur dengan skor PASI. Studi case control ini melibatkan 31 penderita dengan psoriasis dan 31 orang sehat.
Kadar adiponektin serum pada penderita psoriasis terbukti menurun secara signifikan dibandingkan kontrol sehat, dengan RO 16,5 (IK 95% = 4.47- 60,8; p = 0,001). Kadar adiponektin serum menunjukkan korelasi negatif sedang dengan derajat keparahan psoriasis (r= -0,479; p < 0,001). Hasil ini menunjukkan bahwa adiponektin berperan dalam etiopatogenesis psoriasis dan dapat digunakan sebagai parameter untuk mengevaluasi faktor risiko dan derajat keparahan psoriasis. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan kadar adiponektin yang rendah sebagai faktor risiko terjadinya psoriasis vulgaris dan berkorelasi negatif dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperkuat hasil dengan metode cohort. Kata kunci : psoriasis, adipokin, obesitas, adiponektin, sindroma metabolik
x
ABSTRACT
LOW LEVELS SERUM ADIPONECTIN AS A RISK FACTORS THE OCCURRENCE OF PSORIASIS VULGARIS
Psoriasis is a chronic, autoimmune, and inflammatory disease of unknown etiology, characterized by T lymphocyte mediated keratinocyte proliferation. In recent years the relationship between psoriasis and adipose tissue cytokines has been reported. Adiponectin, a peptide hormone secreted predominantly from adipose tissue, regulates energy intake and expenditure, as well as the T-helper response.
In this study we assessed the adipose tissue cytokines adiponectin levels in psoriasis patients and evaluated the relationship between disease severity and adiponectin. The case-control study included 31 patients with psoriasis and 31 healthy individuals.
Serum adiponectin levels in patients with psoriasis were significantly decreased compared with healthy controls OR 16,5 (CI 95% = 4.47- 60,8; p = 0,001). Serum adiponectin concentrations showed a negative correlation with psoriasis area and severity index (PASI) in patients with psoriasis (r= -0,479; p < 0,001). These results indicate that adiponectin play a part in psoriasis etiopathogenesis and can be used as parameters to evaluate the severity of the disease.
Based on these study results we can conclude low levels serum adiponectin as a risk factors the occurrence of psoriasis vulgaris and there is a negative correlation between serum adiponectin levels with severity of psoriasis vulgaris.
Key words : psoriasis, adipokines, obesity, adiponectin, Metabolic Syndrome
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... iii
ABSTRAK ... ................................................................................................ ix
ABSTRACT . ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.3.1 Tujuan umum .................................................................. 6
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 7
1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................... 7
1.4.2 Manfaat praktis ............................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 8
2.1 Psoriasis ................................................................................... 8
2.1.1 Definisi ............................................................................ 8
xii
2.1.2 Epidemiologi ................................................................... 8
2.1.3 Etiologi dan patogenesis ................................................ 9
2.1.4 Manifestasi klinis ............................................................ 11
2.1.5 Histopatologi .................................................................. 14
2.1.6 Diagnosis Psoriasis ......................................................... 14
2.1.7 Psoriasis Area and Severity Index (PASI) ...................... 15
2.1.8 Penatalaksanaan .............................................................. 17
2.2 Adiponektin .............................................................................. 20
2.2.1 Definisi ............................................................................ 20
2.2.2 Epidemiologi ................................................................... 20
2.2.3 Struktur adiponektin ....................................................... 21
2.2.4 Mekanisme kerja adiponektin ......................................... 23
2.2.5 Peran fisiologis adiponektin ............................................ 26
2.2.6 Regulasi adiponektin ....................................................... 31
2.3 Adipokin pada psoriasis ........................................................... 32
2.3.1 Kadar adiponektin pada psoriasis ................................... 32
2.3.2 Pengaruh kadar adiponektin pada psoriasis .................... 35
2.3.3 Mekanisme kerja agen biologis pada psoriasis .............. 37
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ............................................................................... 39
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 39
3.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 40
3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................. 41
xiii
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 42
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 42
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 43
4.3 Penentuan Sumber Data ........................................................... 43
4.3.1 Populasi target ................................................................. 43
4.3.2 Populasi terjangkau ......................................................... 43
4.3.3 Sampel penelitian ............................................................ 43
4.3.3.1 Kriteria inklusi kasus .......................................... 44
4.3.3.2 Kriteria eksklusi kasus ........................................ 44
4.3.3.3 Kriteria inklusi kontrol ........................................ 44
4.3.3.4 Kriteria eksklusi kontrol ...................................... 45
4.3.4 Besar sampel ................................................................... 45
4.4 Variabel Penelitian ................................................................... 46
4.4.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel ................................ 46
4.4.2 Definisi operasional variabel .......................................... 47
4.5 Izin/Persetujuan Subyek Penelitian .......................................... 50
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian .............................................. 50
4.6.1 Bahan sampel .................................................................. 50
4.6.1 Alat – alat penelitian ....................................................... 50
4.6.2 Instrumen penelitian ........................................................ 51
4.7 Prosedur penelitian ................................................................... 52
4.7.1 Alur penelitian ................................................................. 53
4.7.2 Pengambilan data ............................................................ 54
4.8 Analisis Data ............................................................................ 55
xiv
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 57
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 56
5.2 Analisis Normalitas Data ......................................................... 58
5.3 Perbedaan Rerata dan Analisis Bivariat Kadar Adiponektin
Serum Kasus dan Kontrol ........................................................ 61
5.4 Korelasi Kadar Adiponektin Serum dengan Derajat
Keparahan Psoriasis Vulgaris ................................................. 61
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................ 63
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 63
6.2 Kadar Adiponektin Serum yang Rendah sebagai Faktor
Risiko Terjadinya Psoriasis ..................................................... 65
6.3 Korelasi Kadar Adiponektin dengan Derajat Keparahan
Psoriasis Vulgaris .................................................................... 67
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 69
7.1 Simpulan .................................................................................. 69
7.2 Saran ......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 70
LAMPIRAN ......................................................................................... 77
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Patogenesis psoriasis ................................................................. 10
Gambar 2.2 Lesi klasik pada psoriasis .......................................................... 11
Gambar 2.3 Algoritma diagnosis dan terapi pada psoriasis .......................... 20
Gambar 2.4 Struktur Adiponektin ................................................................. 23
Gambar 2.5 Mekanisme kerja Adiponektin .................................................. 25
Gambar 2.6 Peran fisiologis adiponektin ..................................................... 27
Gambar 2.7 Skema adiponektin pada psoriasis ............................................ 33
Gambar 2.8 Mekanisme respon imun yang terlibat pada psoriasis ............... 37
Gambar 2.9 Mekanisme kerja agen biologis pada psoriasis ......................... 38
Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep penelitian ............................................ 40
Gambar 4.1 Rancangan penelitian case-control ........................................... 42
Gambar 4.2 Bagan hubungan antara variabel ............................................... 47
Gambar 4.3 Bagan alur penelitian ................................................................. 53
Gambar 5.1 Box plot kadar adiponektin serum antara kasus dan kontrol ..... 59
Gambar 5.1 Korelasi Kadar Adiponektin Serum dengan Derajat
Keparahan Psoriasis .................................................................. 62
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kasus dan
Kontrol .......................................................................................... 58
Tabel 5.2 Perbandingan Rerata Kadar Adiponektin Serum antara Kasus
dan Kontrol .................................................................................... 59
Tabel 5.3 Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 60
Tabel 5.4 Hasil Analisis Korelasi Antara Kadar Adiponektin dengan
Derajat Keparahan (Skor PASI) .................................................... 61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Ethical Clearance ..................................................................... 77
Lampiran 2 Surat izin Penelitian .................................................................. 78
Lampiran 3 Penjelasan Penelitian ................................................................ 79
Lampiran 4 Formulir Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitan .................... 82
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian ................................................................. 83
Lampiran 6 Data Subjek Penelitian ............................................................. 89
Lampiran 7 Analisis Hasil Penelitian .......................................................... 92
Lampiran 8 Foto Penelitian .......................................................................... 99
xviii
DAFTAR SINGKATAN
Acrp30 : Adipocyte complement-related protein 30
Ace : angiotensin-converting enzyme inhibitors, AdipoQ : Adiponektin
AdipoR1 : Adiponectin reseptor-1
AdipoR2 : Adiponectin reseptor-2
Akt : Protein kinase
AMPK : AMP-activated kinase
APC : Antigen precenting cells
APPL1 : Adaptor protein, phosphotyrosine interaction
ApM1 : adipose most abundant gene transcript
CCB : calcium-channelblockers CsA : Cyclosporine A
COX2 : Siklooksigenase 2
DM tipe II : diabetes mellitus tipe-2 ELISA : enzym linked immunosorbent assay eNOS : nitric oxide synthase sel endotel
FDA : The United States Food and Drug Administration
GBP28 : gelatin-binding protein of 28 kDa
Glut4 : Glucose transporter type 4
HLA : Human leucocyte antigen
HLA-C : Human Leucocyte Antigen-C
HMW : high molecular weight;
HSP90 : Heat shock protein 90
ICAM : Intercellular adhesion molecule
IFN-λ : Gamma interferon
IL : Interleukin
IU : Internasional Unit
IMT : Indeks Masa Tubuh
LMW : low molecular weight
MAPK : mitogen-activated protein kinase; MHC : Major Histocompatibility Complex
xix
MTX : Metotreksat
NB-UV B : Narrowband- ultraviolet B
NO : nitrit oksida
NF-kß : Nuclear factor (NF)-kß
NKT : Natural killer T
OR : Ods Ratio
PASI : Psoriasis Area and Severity Index
PEPCK : Phosphoenolpyruvate carboxykinase
PJK : Penyakit Jantung Koroner
PPAR α : peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR)-α
PSORS : Psoriasis susceptibility gene
PUVA : Psoralen ultraviolet A
PI3K : Phosphoinositide 3-kinase
p38 MAPK : p38 mitogen-activated protein kinase
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SD : Standar Deviasi
TCD8+ : T cluster of differentiation 8
TGF : Tumor growth factor
Th : T helper
TNF-α : Alpha tumor necrosis factor (TNF-α)
UVA : Ultra Violet A
UVB : Ultra Violet B
VEGF : Vascular endothelial growth factor
VCAM : Vascular cell adhesion protein;
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psoriasis adalah penyakit kulit autoimun kronis yang mengakibatkan proliferasi
dan peradangan berlebihan di epidermis, yang diderita oleh 1.5-3% dari populasi
dunia. Ditandai dengan gambaran klinis berupa plak eritema yang berbatas tegas,
ditutupi skuama putih berlapis disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan
Koebner. Psoriasis tidak membahayakan jiwa, tetapi sangat mempengaruhi
psikologis pasien (Gudjonsson dkk., 2012; Toussirot, 2014).
Prevalensi psoriasis sangat bervariasi di beberapa negara, diperkirakan prevalensi
di dunia berkisar antara 1% sampai dengan 3% jumlah penduduk. Insiden di
Amerika Serikat sebesar 2-2,6%, di Eropa Tengah sekitar 1,5% (Gudjonsson dan
Elder, 2012). Selama periode 2000 sampai 2002 ditemukan 338 penderita
psoriasis (2,39%) di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Dari total penderita psoriasis tersebut
ditemukan 28% derajat berat, 14% derajat sedang, dan 58% derajat ringan.
Psoriasis vulgaris atau tipe plak merupakan tipe yang paling sering dijumpai,
meliputi 80% dari total kasus (Wiryadi, 2004). Penyakit ini biasanya dimulai pada
usia 10–30 tahun dan risiko yang sama untuk laki-laki dan wanita. Jika awalnya
timbul pada usia kurang dari 15 tahun, biasanya terdapat riwayat psoriasis dalam
keluarga. Penyakit ini mengenai seluruh tubuh relatif lebih berat, namun
1
xxi
memberikan respon yang baik terhadap pengobatan (Sugito dkk., 2008).
Berdasarkan data kunjungan pasien di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUP Sanglah Denpasar pada Januari sampai Desember 2009 tercatat 156 kasus
baru psoriasis dari 10.856 (1,4%) kunjungan (Cindy, 2014).
Patogenesis psoriasis bersifat kompleks dan bergantung dari berbagai faktor,
seperti genetik, neurogenik, hormonal atau autoimun. Gangguan imunologis
predominan Th1 dan sintesis yang berlebih dari sitokin-sitokin proinflamasi
terutama dengan adanya predisposisi genetik yang menyebabkan siklus patogenik
dari inflamasi kronis dan proliferasi epidermis abnormal (Baran, 2015). Proses
inflamasi yang terjadi pada psoriasis tidak hanya terjadi pada kulit tetapi juga
terjadi inflamasi sistemik yang dihubungkan dengan terjadinya penyakit
kardiovaskular seperti aterosklerosis dan hipertensi (Fain dkk., 2004; Kruger dkk.,
2001). Beberapa penelitian juga menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit
komorbid pada psoriasis yaitu adanya peningkatan penyakit kardiovaskular
maupun penyakit metabolik yang terjadi pada psoriasis. Baru-baru ini, telah
ditemukan hubungan antara psoriasis dan sejumlah penyakit, seperti obesitas,
kelainan kardiovaskular, diabetes mellitus serta sindroma metabolik. Psoriasis
juga telah diketahui sebagai faktor risiko independen dari infark miokard,
terutama pada pasien-pasien usia muda yang menderita bentuk berat dari penyakit
ini. Telah ditemukan bahwa sindroma metabolik muncul pada 40%, bahkan
hingga 65% pasien-pasien dengan psoriasis (Baran, 2015).
Sampai saat ini penyebab pasti dari psoriasis masih diperdebatkan, namun
beberapa faktor yang dilaporkan memperburuk kondisi psoriasis termasuk trauma
xxii
fisik, infeksi, stres, perubahan musim dan iklim, obat-obatan tertentu, termasuk
garam litium, beta blocker dan obat antimalaria klorokuin (Brezinski dkk., 2013).
Demikian juga halnya dengan konsumsi alkohol, merokok dan obesitas dapat
meningkatkan risiko psoriasis atau mempersulit penatalaksanaan psoriasis
(Behnam dkk., 2005; Diluvio dkk., 2006; Fry dkk., 2007).
Meskipun berbagai gen suseptibilitas telah diidentifikasi, masih belum
ditemukan pengobatan yang memuaskan, serta mengakibatkan beban sosial dan
ekonomi (Smith dkk., 2005). Banyak penelitian selama beberapa dekade terakhir
telah menambah pengetahuan mengenai patogenesis psoriasis, dengan tujuan
akhir untuk mendapatkan terapi yang lebih efektif atau benar-benar
menyembuhkan psoriasis (Orgaz-Molina dkk., 2012).
Jaringan adiposa mempunyai fungsi sebagai penyimpan energi, selain itu
diketahui sebagai organ endokrin aktif yang meregulasi metabolisme tubuh
dengan cara sekresi protein-protein penting bagi metabolisme yang disebut
adipokin, seperti leptin, adiponektin, visfatin, dan resistin. Jaringan adiposa juga
mensekresi kemokin-kemokin, seperti tumor necrosis factor alpha (TNF-α),
interleukin (IL)-6, dan monocyte chemoattractant protein-1. Adipokin – adipokin
ini ikut berperan dalam perkembangan dari penyakit tertentu, seperti diabetes
mellitus, obesitas, sindroma metabolik, sklerosis sistemik dan psoriasis
(Sereflican, 2016).
Adiponektin memiliki kesamaan struktur dengan kolagen VIII, X, dan faktor
komplemen C1q. Adiponektin berkaitan dengan meningkatnya sensitivitas
insulin, regulasi NFKB, serta inhibisi TNF-α (Sereflican 2016). Kadar adiponektin
xxiii
berbanding terbalik dengan obesitas, resistensi insulin, dan penyakit
kardiovaskular. Adiponektin menurunkan aktivasi dan proliferasi sel T,
menghambat fagositosis, meningkatan mediator anti inflamasi, dan menghambat
sekresi TNF-α dengan cara inhibisi dari jalur NFKB. Akan tetapi, sekresi
adiponektin dari sel adiposit dihambat oleh TNF-α dan IL-6. Adiponektin secara
jelas berkaitan dengan obesitas dan sindroma metabolik, yang dapat berperan
dalam risiko terjadinya psoriasis dan eksaserbasinya. Kadar adiponektin yang
menurun ditemukan pada obesitas, resistensi insulin, diabetes mellitus tipe 2,
dislipidemia dan penyakit jantung koroner (PJK). Oleh karena itu,
hipoadiponektinemia dapat menjadi faktor risiko independen untuk hipertensi dan
diabetes mellitus tipe 2 (Baran, 2015). Gen yang mengkode adiponektin terletak
pada daerah yang kemungkinan besar mengkode sindroma metabolik, diabetes
mellitus tipe 2 dan PJK, sedangkan penyakit-penyakit ini berkaitan erat dengan
psoriasis. Diduga bahwa adiponektin dapat mencegah perkembangan lesi psoriasis
dengan cara inhibisi proses inflamasi yang berlebih (Baran, 2015).
Data yang sebelumnya dipublikasikan mengenai kadar adiponektin pada pasien
psoriasis tidak konsisten (Baran, 2015). Kadar adiponektin serum menurun secara
statistik pada pasien-pasien dengan psoriasis dan melaporkan korelasi negatif
antara kadar adiponektin serum dengan skor PASI (Takahashi dkk, 2008). Kadar
adiponektin lebih rendah secara signifikan pada pasien-pasien dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Akan tetapi, tidak ditemukan adanya hubungan
signifikan antara skor PASI dengan kadar adiponektin (Shibata dkk, 2009). Kadar
adiponektin lebih rendah pada pasien psoriasis dan kadar yang lebih rendah pada
xxiv
kasus-kasus psoriasis sedang dan berat dibandingkan dengan psoriasis ringan
(Coimbra dkk, 2009). Korelasi positif didapatkan antara kadar adiponektin dengan
skor PASI (Oon dkk, 2009). Kadar adiponektin lebih rendah secara statistik pada
pasien-pasien dengan psoriasis dibandingkan dengan kelompok kontrol, hasil ini
menunjukkan bahwa efek anti inflamasi dari adiponektin menurun pada pasien-
pasien dengan psoriasis yang berpotensi mempercepat proses inflamasi.
Penelitian-penelitian yang menelusuri hubungan antara adiponektin dengan skor
PASI pada center yang berbeda menunjukkan hasil yang berlawanan, mulai dari
tidak ada korelasi, korelasi negatif, dan korelasi positif. Penyebab-penyebab
multifaktorial dapat mempengaruhi tingkat penyakit psoriasis dan kadar
adiponektin dapat menjadi faktor yang berperan (Sereflican 2016).
Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui
perbedaan kadar adiponektin serum pada pasien psoriasis dibandingkan dengan
bukan psoriasis untuk membuktikan apakah benar terjadi defisiensi kadar
adiponektin serum pada pasien psoriasis dan menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kejadian psoriasis. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan
atau tambahan pemikiran dalam usaha mendukung pengendalian kadar
adiponektin serum dan pengembangan terapi psoriasis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah kadar adiponektin serum pada subyek psoriasis lebih rendah
dibandingkan kontrol?
xxv
2. Apakah kadar adiponektin serum yang rendah merupakan faktor risiko
terjadinya psoriasis?
3. Apakah kadar adiponektin serum berkorelasi negatif dengan derajat
keparahan psoriasis?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui rendahnya kadar adiponektin serum merupakan faktor risiko
kejadian psoriasis.
Tujuan khusus:
1. Mengetahui kadar adiponektin serum antara subyek psoriasis dan bukan
dengan psoriasis.
2. Mengetahui rendahnya kadar adiponektin serum sebagai faktor risiko
terjadinya psoriasis.
3. Mengetahui rendahnya kadar adiponektin serum berkorelasi negatif
dengan derajat keparahan psoriasis.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Memberikan tambahan wawasan baru mengenai peran dan patogenesis
adiponektin serum pada kejadian psoriasis.
xxvi
1.4.2 Manfaat praktis
Terbuktinya kadar adiponektin serum yang rendah sebagai faktor risiko pada
psoriasis sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
penatalaksanaan psoriasis.