Download - Tugas PKNS
MAKALAH
GEOSTRATEGI DI INDONESIA
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
AGAM AMRULLAH 10508684ANDREAN MARTDIANSYAH 105086BABAN BAKTI NUGRAHA 10508654ELNOPIN MARHANSYAH 105086FAHMI DWIPAYANA 10508666M. AGIL KURNIAWAN 105086MOH. HABIBI 10508656RIYAN FARISMANA 105086UJANG MEMET SEPTIAWAN 105086
MANAJEMEN INFORMATIKAFAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GEOSTRATEGI DI
NIDONESIA”, dimana dalam makalah ini penulis menjelaskan sedikit tentang strategi dalam
memanfaatkan kondisi geografi negara untuk menentukan tujuan , kebijakan di Indonesia.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya pembuatan makalah ini. Semoga kebaikan anda semua dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan banyak kritik ataupun saran yang bersifat membangun agar dapat
menjadi dorongan bagi penulis sehingga kedepannya penulis dapat memberikan atau
membuat makalah yang lebih baik dari ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, amin.
Bandung, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................
B. Tujuan .........................................................................................................................
C. Rumusan Masalah ......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar belakang goestrategi
B. Definisi geostrategi
C. Ketahanan nasional
D. Peran geostrategi Indonesia
E. Stereoskopis geostrategi Indonesia
F. Anasir-anasir geostrategi
G. Strategi pewujudan geostrategi Indonesia
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam hidupnya.
Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan yang sebenar-benarnya dan mempunyai
fungsi seebagai penentu arah dari tujuan nasionalnya. Namun demikian , pencapaian cita-cita
dan tujuan nasional itu bukan sesuatu yang mudah diwujudkan karena dalam perjalanannya
ke arah itu akan muncul energy baik yang positif maupun negative yang memaksa suatu
bangsa untuk mencari solusi terbaik, terarah, konsisten, efektif, dan efisien.
Untuk dapat menentukan kebijakan, tujuan agar dapat memperoleh hasil yang baik
sesuai dengan yang diinginkan tentunya diperlukan suatu rencana atau strategi yang telah
disusun dengan matang. Begitu pula halnya untuk menentukan kebijakan, tujuan, sarana
mencapai tujuan nasional suatu Negara maka diperlukan pula suatu strategi untuk meraihnya.
Pada makalah ini akan dibahas bagaimana Negara Indonesia menentukan strategi/metode dari
segi kondisi geografi/lingkungan untuk mewujudkan tujuan politiknya.
B. Tujuan
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat tentang definisi Geostrategi dan
bagaimana penerapannya di Indonesia. Disamping itu pada makalah ini juga menjelaskan
sekilas tentang Ketahanan Nasional (tannas).
Pada akhir pembahasan, diharapkan pembaca dapat :
Memahami apa itu Geostrategi
Mengetahui bagaimana geostrategi yang terjadi di Indonesia
C. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan masalah yang penulis angkat dalam makalah
ini, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang geostrategi?
2. Apa itu geostrategi?
3. Apa saja peran geostrategi?
4. Stereoskopis geostrategi?
5. Bagaimana strategi pewujudan geostrategi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Geostrategi
Ide dasar adalah awal mula satu tatanan pemikiran yang pada ujung paling akhirnya
berupa tindakan nyata. Dalam masyarakat yang menegara atas dasar commitment para
pendiri Republik ini, ide yang dijadikan acuan brsama adalah terbentuknya masyarakat yang
berazaskan kekeluargaan dengan atribut tata laku sebagaimana berlaku pada umumnya
diantara masyarakat timur.
Paternalistik, gotong royong, mendahulukan kepentingan bersama, adalah diantara
atribut lainnya yang menjadi ciri khas masyarakat timur tadi. Apabila selanjutnya ide dasar
harus dijadikan acuan masyarakat bangsa dalam bertatalaku, maka dapat dikatakan bahwa ia
telah berubah dari satu ide menjadi pandangan hidup yang operasional; dan apabila
pandangan hidup tadi diberikan kerangka ilmiah dan dikodifikasikan secara jelas maka
terbentuklah satu falsafah bangsa.
Kemudian dari itu, apabila falsafah bangsa dijadikan landasan negara maka ia akan
mewujud sebagai satu ideologi negara. Untuk Indonesia, pandangan hidup berbangsa,
falsafah bangsa, maupun ideologi negara semua diberi nama yang sama, yaitu Pancasila.
Bagi bangsa/negara lain tidaklah demikian halnya, masing-masing mempunyai nama yang
berbeda-beda sehingga mengurangi kerancuan.
Tidak semua negara memiliki ideologi negara karena ia memang bukanlah salah satu
syarat untuk berdirinya satu negara. Akan tetapi bagi negara yang memiliki ideologi, ia
selalu menjadi acuan bagi seluruh sistem yang ada maupun tata-laku masyarakatnya.
Kalau disimak benar maka ideologi negara kita bukanlah berupa satu uraian ilmiah
yang panjang akan tetapi lebih merupakan patok-patok yang membatasi koridor diantara
mana dinamika masyarakat kita sangat diharapkan berada diantaranya. Apabila dilihat dari
segi itu maka dapat juga ditafsirkan bahwa kelima sila tersebut lebih berupa sebagai uraian
cita-cita nasional daripada satu rangkuman pemikiran atau falsafah secara rinci dan ilmiah.
Sebagai satu kumpulan cita-cita ia harus dikejar dan diupayakan agar secara bertahap dapat
diwujudkan. Misalnya saja Sila Persatuan Indonesia, keadaan kita saat ini memang amat jauh
dari cita-cita itu, akan tetapi tidak berarti bahwa hal tersebut tidak dapat diwujudkan
dikemudian hari, entah kapan. Itulah cita-cita, yang pencapaiannya merupakan satu never
ending goal.
Dalam rangka pencapaian cita-cita tersebut di atas kita sekalian seluruh bangsa
dihadapkan pada berbagai jenis kendala, pluralisme masyarakatnya, konfigurasi geografis
maupun keadaan dinamika lingkungan strategis yang dampaknya tidak mungkin diabaikan.
Oleh karena itu berbagai prasyarat harus dipenuhi agar perjalanan pencapaian cita-cita
itu terjamin. Prasyarat semacam itu disebut geopolitik, yang bagi kita dirumuskan secara
singkat dalam bentuk Wawasan Nusantara.
Pada intinya Wawasan Nusantara mengisyaratkan perwujudan kesatuan politik,
ekonomi, sosial-budaya dan hankam sebagai satu prasyarat seutuhnya. Makna
sesungguhnya akan pentingnya inti sari geopolitik kita itu amat terasa pada saat menjelang
maupun setelah berakhirnya Orde Baru dimana seakan-akan segala bentuk kesatuan (dan juga
persatuan) ditenggelamkan dibawah emosi kesukuan, keagamaan maupun kepolitikan.
Bahkan seolah-olah negara kesatuan pun akan ditelan habis oleh emosi tersebut.
Apakah kita lalai melaksanakan nation and character building sehingga kefahaman
tentang kebangsaan dan negara bangsa dikalangan generasi muda sama sekali tidak ada
bekasnya.
Ataukah sistem pendidikan kita telah mencair, dan yang tinggal hanyalah sekadar
sistem pengajaran saja (dan itupun dalam kondisi yang memerlukan perhatian besar).
Apapun juga penyebabnya atas kejadian-kejadian saat itu, nyatanya bangsa dan
negara kita telah terpuruk dalam pergaulan antar bangsa dan terkesan tentang adanya
kemerosotan etik dan moral yang ditandai antara lain oleh saling membunuh sesama anak
bangsa.
Keterpurukan ini menandakan bahwa apabila prasyarat geopolitik tidak terpenuhi
maka janganlah diharapkan cita-cita proklamasi akan tercapai.
Apabila kita telusuri lebih jauh lagi maka dapatlah difahami bahwa setelah prasyarat
dipenuhi maka diperlukan satu metode umum atau strategi guna mewujudkan cita-cita diatas.
Metode tersebut dinamakan geo-strategi, yaitu satu strategi dalam memanfaatkan kondisi
lingkungan didalam upaya mewujudkan tujuan politik (cita-cita nasional).
Sedangkan upayanya itu sendiri akan terwujud sebagai program-program di dalam
pembangunan nasional. Bagan berikut menunjukan tatanan dan sekaligus tataran pemikiran
yang ada mulai dari ide tentang kekeluargaan dan kebersamaan hingga metode pelaksanaan
pembangunan.
Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk Ketahanan Nasional yang unsur-
unsur utamanya terdiri dari kualita keuletan dan kualita kekuatan/ketangguhan.
Keuletan sesungguhnya merupakan satu kualita integratif yang menunjukan adanya
kebersamaan diantara sesama komponen yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan. Keuletan
diperlukan dalam menghadapi tantangan/tekanan dari luar yang harus dihadapi secara elastis
konsisten dan berlanjut.
Tanpa adanya kualita keuletan maka jaringan sosial masyarakat akan retak, atau
bahkan putus, apabila dihadapkan pada tantangan/tekanan yang berkepanjangan. memerlukan
keuletan masyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang mengakibatkan perpecahan dalam
masyarakat karena masyarakat memiliki “kelenturan” yang mampu meng-absorbir tekanan
kesulitan ekonomi.
Memang, keuletan masyarakat dapat diandaikan dalam bahasa mekanika seolah-olah
sebagai koefisien kelenturan pegas, yang sudah barang tentu memiliki ambang batas, diatas
mana tekanan dari luar tidak lagi dapat ditahan dan pegaspun akan kehilangan kelenturannya
dan patah.
Sebaliknya, unsur kekuatan/ketangguhan merupakan kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang dari masyarakt bangsa ke arah tata kehidupan yang lebih baik dikemudian hari.
Semakin tinggi kualita/ketangguhan maka semakin besar pula tekanan yang dapat ditahan
dan dilawan tanpa adanya kualita ini masyarakat akan stagnan, dan apabila hal ini terjadi
maka lama kelamaan akan mundur dimakan waktu.
Kekuatan atau ketangguhan untuk berkembang merupakan kualita kemampuan yang
harus memiliki setiap masyarakat bangsa, sebab kebutuhan dan kepentingan meningkat setiap
saat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk maupun tingkat kesejahteraannya.
Tiap generasi anak bangsa mengharapkan, dan ini sangat wajar, bahwa kehidupannya
dikemudian hari lebih baik dari generasi diatasnya. Ini adalah sikap positif terhadap
kemampuan bangsa secara keseluruhan karena dengan demikian tiap generasi termotivasi
secara positif untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan tuntutannya sendiri. Pemenuhan
kebutuhan itu merupakan bagian dari penciptaan rasa aman dan keamanan (sekuriti) bangsa.
Namun demikian dalam pencapaian cita-cita itu satu masyarakat bangsa tidak berada dalam
ruang hampa, melainkan berada ditengah-tengah masyarakat kawasan (atau sub-kawasan)
disekitarnya. Karena itu pencapaian cita-cita harus didasarkan atas pertimbangan lingkungan,
apalagi dalam zaman global yang tanpa batas ini.
Selain dari itu perlu juga disadari bahwa peningkatan keamanan, dari sisi militer,
untuk pengamanan satu bangsa pada dasarnya dapat meningkatkan rasa tidak aman (in-
security feeling) dari bangsa sekitarnya sehingga kesadaran ruang amat diperlukan.
B. Definisi Geostrategi
Geostrategi berasal dari kata geografi dan strategi. Geografi merujuk kepada ruang
hidup nasional, wadah atau tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia. Strategi diartikan
sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang maupun damai. Bangsa Indonesia memandang
geostrategi sebagai strategi dalam memanfaatkan keadaan atau konstelasi geografi negara
Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan dan sarana-sarana guna mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional bangsa Indonesia
Pada awalnya geostrategi diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer atau
perang. Di Indonesia, geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
melalui proses pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka ia menjadi doktrin
pembangunan dan diberi nama Ketahanan Nasional. Geostrategi Indonesia memberikan
arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan
yang lebih baik, lebih aman, dan sebagainya.
C. Perkembangan dan Tujuan Geostrategi Indonesia
Geostrategi Indonesia berawal dari kesadaran bahwa bangsa dan negara ini
mengandung sekian banyak anasir-anasir pemecah belah yang setiap saat dapat meledak dan
mencabik-cabik persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam era kepemimpinan B.J. Habibie
dapat disaksikan dengan jelas bagaimana hal itu terjadi beserta akibatnya. Tidak hanya itu
saja, tatkala bangsa kita lemah karena sedang berada dalam suasana tercabik-cabik maka
serentak pulalah harga diri dan kehormatan dengan mudah menjadi bahan tertawaan di forum
internasional. Disitulah ketidakberdayaan kita menjadi tontonan masyarakat internasional,
yang sekaligus, apabila kita sekalian sadar, seharusnya menjadi pelajaran berharga.
Apabila dikehendaki agar hal itu tidak akan terulang lagi, maka jangan sekali-kali
memberi peluang pada anasir-anasir pemecah belah untuk berkesempatan mencabik-cabik
persatuan dan kesatuan nasional. Sentimen SARA yang membabi buta harus ditiadakan,
yang mayoritas harus berlapang dada sedangkan minoritas haruslah bersikap proporsional
tanpa harus mengurut dada. Sekali lagi terbukti bahwa pemimpin yang kuat dan disegani
serta mengenal betul watak dari bangsa Indonesia amatlah diperlukan.
Dilain pihak masyarakat perlu menjadi arif serta pandai menahan diri dalam
menghadapi provokasi maupun rongrongan/iming-iming melalu money politics. Atas dasar
adanya ancaman yang laten, terutama dalam bentuk SARA, maka geostrategi Indonesia
sebagai doktrin pembangunan mengandung metode pembentukan keuletan dan pembentukan
ketangguhan bangsa dan negara. Kedua kualita yang harus dibangun dan dimanfaatkan
secara konsisten itu tidaklah hanya ditujukan kepada individu warga bangsa akan tetapi juga
kepada sistem, lembaga dan lingkungan.
Masyarakat bangsa berikut segala prasarananya harus terus dibina keuletannya agar
mampu memperlihatkan stamina dalam penangkalan terhadap anasir-anasir pemecah belah
bangsa dan negara. Dapat diantisipasikan bahwa hanya anasir-anasir tersebut bersifat laten
atau hadir sepanjang masa, maka aspek atau kualita keuletan haruslah dikedepankan.
Pembinaannyapun perlu berlanjut agar setiap generasi yang muncul faham akan pentingnya
kedua kualita tersebut.
Kita dapat saksikan bersama bahwa tiap generasi baru merupakan lahan yang subur
bagi upaya-upaya yang tidak sejalan dengan visi kebangsaan, dan ini tidak hanya terjadi di
Indoensia saja. Kemajuan yang bersifat kebendaan, apalagi yang datang dari luar, saat ini
lebih memiliki daya tarik terhadap generasi muda dibandingkan dengan hal-hal yang sifatnya
falsafah dan konsepsional.
Dilain pihak masyarakat harus dibina ketangguhan/kekuatannya agar secara aktif serta
efektif mampu menghadapi bahaya/ancaman yang sifatnya laten tadi. Setidak-tidaknya
secara bergotong-royong dalam lingkungannya masing-masing mampu menangkal
ancaman/bahaya laten itu.
Ketangguhan/kekuatan antara lain dapat berupa keberanian dari massa masyarakat
menghadapi apa saja yang mereka anggap dapat berpotensi sebagai anasir pemecah belah
bangsa. Ini tentu memerlukan kebersamaan dan kekompakan agar lebih efektif sebagai
kekuatan penangkalan. Pengembangan konsep geostrategi Indonesia bertujuan untuk :
- Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang berbasis pada
aspek ideologi, politik, sosial budaya dan hankam dan aspek-aspek alamiah bagi upaya
kelestarian dan eksistensi hidup negara dan bangsa untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional.
- Menunjang tugas pokok pemerintahan Indonesia dalam :
• Menegakkan hukum dan ketertiban
• Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran
• Terselenggaranya pertahanan dan keamanan
• Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial
• Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri
D. Stereoskopis Geostrategi Indonesia
Dalam menghadapi anasir-anasir luar perlu disusun satu geostrategi dengan
memperhatikan adanya kenyataan bahwa dunia telah saling terkait satu sama lain dengan
derajat transparansi yang semakin tinggi. Geostrategi itu juga dilandasi dengan kesadaran
bahwa Ketahanan Nasional saja tidaklah cukup untuk menjamin rasa aman rakyat maupun
kelangsungan pembangunan nasional, apabila tidak didukung oleh Ketahanan Regional. Atas
dasar itu maka geostrategi Indonesia secara stereoskopis berbentuk sebagai satu Kerucut
Ketahanan.
Kerucut Ketahanan pada dasarnya merupakan satu arsitektur kerjasama, yang pada
bidang dasarnya adalah visualisasi kerjasama spasial sedangkan pada bidang vertikalnya
adalah visualisasi dari kerjasama struktural yang terproyeksikan secara kawasan. Kerucut
Ketahanan harus dibina secara bersama-sama agar manfaatnya dapat terwujud yaitu berupa
“penyangga” atau “selubung” bagi Ketahanan Nasional kita. Arsitektur demikian ini adalah
representasi dari kesadaran ruang yang harus terus dihidupkan agar dapat menjadi acuan visi
politik luar negeri, termasuk politik perekonomian dan politik pertahanan.
Ketahanan tingkat regional, dimana unsur para pelakunya merupakan negara-negara
berdaulat hanya bisa terwujud apabila terdapat saling percaya, saling menghormati yang
diwujudkan dalam bentuk kerjasama se-erat-eratnya atas dasar manfaat bersama.
Kebersamaan yang multi-dimensional ini meliputi bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan
keamanan. Mengingat luasnya ruang yang ada maka arsitektur kerjasama diwujudkan secara
tiga dimensional sebagai berikut :
a. Spasial
Secara spasial, ruang kepentingan dibagi menjadi Kawasan Strategis Utama,
Kawasan Strategis pertama, Kawasan Strategis kedua dan ketiga. Masing-masing
kawasan strategis memiliki dampak yang berbeda terhadap Ketahanan Nasional kita.
Adalah Asean / Asia Tenggara (Kawasan A) yang kita anggap memiliki dampak
paling langsung seandainya terjadi apa-apa di dalam kawasan tersebut. Oleh karenanya,
kepentingan kita amat vital untuk menciptakan kebersamaan dalam kawasan ini. Karena
itu seyogyanyalah kawasan Asean atau proses Asean pada umumnya dijadikan “corner
stone“ dari politik Luar Negeri Indonesia. Demikianlah seterusnya dengan kawasan-
kawasan berikutnya yaitu B dan C yang memiliki tingkat kesegeraan dari dampak yang
timbul di masing-masing kawasan terhadap Indonesia.
b. Fungsional
Secara fungsional/vertikal, ruang kepentingan dibagi menjadi ruang kerjasama
yang saling mendukung dengan ruang kerjasama sub-regional (misalnya Asean) dan
pada gilirannya juga harus saling mendukung dengan ruang kerjasama regional
(misalnya APEC, ARF dan sebagainya). Kita mengetahui bahwa tiap anggota Asean
menjalin kerjasama bilateral dengan banyak negara ataupun secara multilateral. Akan
tetapi, mengingat tiap anggota Asean mematuhi traktat Asean dan TAC, maka diharap
atau bahkan dapat diasumsikan bahwa berbagai kerjasama yang dilakukan tidak
merugikan Asean ; dan bahkan memperkokoh posisi Asean. Demikian juga pada
gilirannya tiap anggota Asean juga menjadi anggota ARF maupun APEC, maka
diharapkan kedua forum dalam cakupan ruang yang berbeda luasnya itu dapat saling
menunjang dan menambah kredibilitas Asean.
Apabila pembentukan kerucut ketahanan merupakan geostrategi Indonesia
didalam menangkal anasir-anasir luar, maka didalamnya harus dilandasi oleh saling
percaya dan saling menghargai tadi. Untuk itu, Ketahanan Regional pada arsitektur
kerucut pada dasarnya memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1) Ketahanan Nasional
Tiap negara di dalam kerucut perlu diupayakan se-optimal mungkin, agar
dapat memberikan kontribusi positif pada kawasannya. Asumsinya adalah bahwa
hanya dengan Ketahanan Nasional yang baik sajalah satu negara akan dapat
memberikan peran yang bermakna pada kawasan. Sebaliknya, apabila in-stabilitas
politik dan ekonomi terus mengguncang satu negara mana mungkin negara
bersangkutan menyisakan waktu untuk menopang kepentingan kawasan.
2) Komitmen Asosiasi
Komitmen terhadap asosiasi negara sekawasan haruslah utuh dan konsisten
(misalnya sesuai TAC) agar kepentingan bersama (misalnya saja Asean) tidak
disubordinasikan pada kepentingan lainnya (misalnya saja kepentingan FPDA).
Komitmen terhadap Asean akan menguat apabila organisasi ini dapat memberikan
manfaat bagi anggotanya ; setidak-tidaknya mampu memberikan exposure
internasional yang bergengsi. Sebaliknya apabila kemanfaatan rendah (seperti
SAARC) maka jangan diharapkan terwujud komitmen yang solid. Disini nampak
bahwa manakala komitmen bagus dari seluruh anggota asosiasi, maka kawasan yang
bersangkutan tidak akan kondusif bagi persemaian anasir-anasir negatif bagi tiap
negara anggota.
3) Kualitas Interaksi
Kualitas Intraksi antar anggota asosiasi yang komponen-komponennya adalah tingkat
kerjasama (dalam arti kualitasnya) dan kemauan untuk mengakomodasikan
kepentingan negara anggota lainnya di dalam kebijaksanaan nasional. Terutama yang
terakhir ini, ia hanya dapat terwujud apabila sudah terjalin rasa saling percaya.
Sebagai contoh : kepentingan Singapura untuk menjamin keselamatan penerbangan
dari dan ke Singapura telah diakomodasikan oleh Indonesia dalam bentuk pemberian
delagasi atas sebagian FIR Indonesia. Selain saling percaya, kualitas interaksi juga
menunjukkan adanya komitmen yang kuat.
4) Kemampuan Adaptasi
Kemampuan adaptasi dari asosiasi terhadap fluktuasi maupun arus perkembangan
lingkungan. Sesungguhnya hal ini merupakan indikator terhadap kualitas
kebersamaan yang telah terjalin.
E. Anasir-Anasir Geostrategi Indonesia
1. Anasir Dalam
Modernisasi di segala bidang ternyata telah memperlebar irisan pemilahan (social
cleavage) ditengah-tengah masyarakat; sesuatu yang selalu menjadi kekhawatiran dan obsesi
para pendiri Republik. Mulai dari pemilihan bahasa nasional, yang bukan berasal dari bahasa
daerah suku yang mayoritas dapat merupakan unsur integratif karena tidak lagi suku bangsa
ini. Kita harus selalu ingat dan waspada bahwa bangsa kita menegara adalah berkat
kesepakatan, karena itu tidaklah tepat apabila demi kemajuan demokrasi (agar mendapatkan
pujian dari luar negara) semua kesepakatan diabaikan.
Kerawanan yang melekat pada diri bangsa setiap saat dapat mengemuka menjadi
unsur disintegratif yang mematikan, mereka antara lain adalah:
a. Ketimpangan pertumbuhan antara Indonesia bagian barat dengan pertumbuhan bagian
timur; dan juga antara Jawa dengan luar Jawa. Sesungguhnya hal ini bukan merupakan
kesengajaan pemerintah (sejak zaman kolonial) akan tetapi dapat dipersepsikan secara
keliru bahwa ada unsur kesengajaan dari pihak Pusat untuk menelantarkan daerah-daerah
yang kurang maju. Lebih buruk lagi, ketimpangan yang terjadi diinterpretasikan sebagai
ketidakadilan pemerintah Pusat. Bukankah hal ini pernah memicu berbagai jenis
pemberontakan bersenjata dimasa lalu? Apa yang terjadi di Aceh, Maluku dan Irian Jaya
adalah merupakan pengulangan dari yang pernah terjadi, atau dapat juga dikatakan
bahwa Pusat tidak pernah belajar dari kesalahan masa lalunya. Padahal kalau dilihat
secara jernih, faktor curah hujan yang lebih banyak, tanah yang lebih subur, tersedianya
tenaga terampil yang cukup mendorong Indonesia bagian barat lebih mudah
berkembang. Sedangkan untuk masalah pemasaran, jumlah penduduk yang besar
merupakan sesuatu hal yang mendorong kegiatan perekonomian yang lebih cepat dari di
timur; belum lagi sistem sirkulasi yang baik untuk distribusi dalam negeri maupun untuk
eksport. Akan tetapi memang harus diakui bahwa kenyataan-kenyataan semacam ini
akan selalu terbenam dibawah timbunan kemarahan terhadap pemerintah pusat apalagi
kalau dicampuri oleh kehadiran para provokator seperti di Ambon dan tempat-tempat
lainnya. Rasa tentang adanya ketidakadilan (belum tentu seluruhnya benar) ditangan
para petualang poitik dapat memicu konflik SARA yang memang merupakan social
clearage bangsa kita.
b. Mencairnya perekat kesatuan dan persatuan bangsa dibawah tekanan globalisasi dan
modernisasi yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat kasat mata.
Kemajuan yang antara lain ditandai oleh GNP, Income per capita, produktivitas dalam
ton/jam atau ton/luas tanah, dan sebagainya, tidaklah mudah untuk memompakan hal-hal
yang sifatnya mental ideologis. Terlebih lagi dengan tingkah laku para remaja yang
sangat menggandrungi budaya global, maka masa depan wawasan kebangsaan sebagai
perekat sosial kelihatannya tidak terlalu menggembirakan; apalagi kalau dikaitkan
dengan adanya kenyataan bahwa lembaga pendidikan hanya menyuguhkan pengajaran
saja. Keadaan semacam ini membuka peluang yang amat luas bagi kemerosotan
kedaulatan bangsa didalam menghadapi tantangan mendatang yang antara lain berbentuk
individualisme yang sangat diametral dengan azas kekeluargaan. Tidaklah terlalu
mengherankan bahwa rasa dilibas oleh logika dalam kaitannya dengan Pancasil, antara
dengan mengatakan bahwa ideologi bukanlah merupakan salah satu syarat bagi
berdirinya satu negara karena itu buat apa dipertahankan, apalagi dikeramatkan. Itulah
kira-kira argumentasi dari generasi mendatang yang hidup dalam dunia tanpa batas.
c. Primordialisme sebagai strategi politik dengan tujuan untuk menekan lawan atau
pemaksaan kehendak. Ini adalah pemanfaatan secara licik kerawanan bangsa yang amat
mengkhawatirkan oleh kelompok politik yang tidak yakin bahwa tujuan politiknya dapat
tercapai, apapun penyebabnya.
Pada saat kampanye pemilu tiba atau pada saat menjelang dan selama sidang umum
MPR maka terjadilah tontonan yang berupa pemanfaatan kelompok-kelompok
primordial sebagai pressure group dengan berbagai caranya. Di tingkat daerah terjadi
hal yang sama pada saat pemilihan kepala daerah, terutama ditingkat satu. Apabila
kejadian semacam ini berlangsung lama atau dalam frekuensi yang semakin meninggi
maka irisan pemilahan sosial dapat berubah menjadi jurang lebar yang menghalangi
persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Anasir Luar
Sejak runtuhnya Uni Soviet, Barat muncul sebagai pemenang ideologi dan sekaligus
merasa sebagai pemenang “budaya”. Dalam suasana ephoria semacam itu muncullah
keyakinan dalam masyarakat Barat bahwa nilai-nilai yang mereka anut adalah superior dan
harus dipaksakan ke seluruh jagat raya dengan rumusan bahwa sistem nilai yang mereka anut
memiliki kebenaran dan karenanya juga validitas universal. Sebagai contoh salah satu tujuan
strategi Amerika Serikat di kawasan Asia Pacific adalah mendorong dan mendukung proses
demokratisasi (tentu saja demokratisasi sesuai dengan yang berlaku di sana). Ini adalah
bagian dari dokumen Pentagon yang logikanya hanya berwarna militer. Sudah barang tentu
tujuan itu dapat dijabarkan menjadi tindakan nyata dalam bentuk terbuka maupun tertutup
(subversi) dengan menghalalkan segala cara, dan yang paling murah dan kecil resiko fisiknya
adalah melalui uang.
Tindakan terbuka antara lain memberikan bantuan peningkatan kualitas SDM
Indonesia, khususnya generasi muda, melalui penyediaan informasi secara luas dan terbuka,
bantuan pendidikan di luar negeri, pertukaran siswa, tenaga professional, dan sebagainya.
Upaya terbuka ini dengan sangat mudah ditumpangi dengan muatan kebebasan berfikir dan
mengemukakan pendapat, supremasi budaya Barat, dan sebagainya. Bahkan pertukaran misi
kebudayaanpun dapat dijadikan wahana yang baik untuk maksud tersebut; apalagi film atau
sinetron. Sedangkan tindakan tertutup, antara lain, bisa berupa pengadudombaan antar
kekuatan dalam masyarakat, mempengaruhi pemilihan pejabat penting (apalagi jabatan
Presiden), perumusan kebijaksanaan dan sebagainya.
Usaha merekapun mendapat dukungan berbagai peluang dalam melancarkan tindakan
subversi, antara lain, adanya bibit pertentangan yang multi dimensional di dalam negeri,
adanya kebiasaan korupsi dan money politics, dan sebagainya, serta ditambah lagi dengan
adanya kenyataan bahwa aparat intelegen serta TNI sedang terus dihujat sehingga tumpul
sekali.
Pertanyaan lanjutannya adalah : “Apakah Indonesia akan selalu menjadi sasaran
intervensi dan subversi asing?” Jawabnya “ya”, karena beberapa hal:
a) Secara geopolitik Indonesia “menduduki” Sea Lines of Communication (SLOC) atau
alur pelayaran vital diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindie, sehingga Indonesia
harus dibuat pro-Barat dan sekurang-kurangnya akomodatif terhadap kepentingan barat.
Terlebih lagi diantara 7 (tujuh) selat strategis dunia, 4 (empat) berada dalam wilayah
kedaulatan Indonesia. Sudah barang tentu, menurut pandangan geopolitik Alfred Thayer
Mahan Indonesia memiliki bargaining power yang kuat berupa choke-paints dalam
pengendalian lalu lintas laut yang melewati SLOC.
b) Dalam suasana kecemasan pihak Barat terhadap perkembangan Islam yang dashyat,
mereka melihat Indonesia merupakan negara yang moderat. Karena itu ada kepentingan
menjaga Indonesia, agar tetap moderat dan bersahabat. Untuk itu harus dilakukan
berbagai bentuk subversi.
c) Potensi Indonesia sebagai penjuru Asean (atau memiliki Power Position di Asia
Tenggara), dengan luas wilayah ½ (setengah) dari seluruh wilayah Asia Tenggara.
“Memegang” Indonesia berarti “memegang” Asean dan ini merupakan aset politik yang
luar biasa dalam rangka membendung pengaruh Cina yang oleh pihak Barat
dipersepsikan sebagai ancaman masa depan.
Karena itulah kita sekalian tidak boleh naif, dengan mengganggap bahwa dalam
pemilihan Presiden tidak akan intervensi luar. Indonesia terlalu “berharga” untuk dibiarkan
jatuh ke dalam lingkaran sphere of influence yang tidak/kurang bersahabat dengan Barat.
F. Strategi Pewujudan Geostrategi Indonesia
Dengan memahami anasir-anasir dalam dan luar negeri seperti diuraikan diatas, maka
hal yang paling jelek bagi Indonesia adalah apabila anasir dalam ditumpangi oleh anasir luar.
Ada semacam kecurigaan bahwa hal itu bisa terjadi setiap saat apabila kondisi di dalam
negeri diwarnai oleh konflik politik berkepanjangan, dan rule of law tidak berjalan.
Memahami itu semua maka diperlukan satu strategi pembinaan masyarakat.
Untuk mewujudkan pembinaan keuletan dan ketangguhan bangsa didalam
menghadapi tuntutan dan tantangan masa depan perlu disusun strategi sebagai berikut :
a. Jalur Pembinaan
1) Strategi pembinaan setiap individu, dimaksudkan untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berwawasan nasional, dilaksanakan dengan strategi 4
(empat) jalur, yaitu:
a) Jalur pembinaan keluarga, ditujukan untuk menjangkau para pemuda dan
remaja dalam menghayati norma-norma moralita bangsa didalam suasana
lingkungan keluarga. Upaya ini diharapkan agar sejak awal dapat
menanamkan masalah kebangsaan, rasa kebangsaan serta kerukunan hidup
berkeluarga dan bermasyarakat.
b) Jalur pembinaan pendidikan, ditujukan untuk secara formal membina
keuletan dan ketangguhan yang diselaraskan dengan tingkat serta
perkembangan daya pikir serta pemikiran anak didik.
c) Jalur pembinaan lingkungan kerja ditujukan untuk menjangkau lapisan
masyarakat yang berada pada tingkatan umur kerja. Dengan menggunakan
pendekatan persuasif dan promotif terhadap pimpinan lingkungan kerja
secara tepat diharapkan jalur ini akan paling efektif. Disini terdapat
kesempatan untuk menjangkau secara luas setiap kepala keluarga; sehingga
keberhasilan pada jalur ini akan membantu jalur pembinaan keluarga.
d) Jalur pembinaan lingkungan pergaulan, dimaksudkan untuk menjangkau
lapisan masyarakat yang tidak terjangkau melalui ketiga jalur pembinaan
lainnya.
2) Strategi pembinaan masyarakat dimaksudkan untuk mengendalikan agar
perkembangan masyarakat dan pergeserannya tidak menyimpang dari moralita
bangsa serta kondusif bagi terlaksanakannya kebijaksanaan pokok.
Strategi pembinaan 2 (dua) jalur mencakup:
a) Jalur pembinaan langsung, ditujukan untuk memperoleh hasil langsung
secara lebih cepat dengan menggunakan/melalui perangkat organisasi
pemerintahan, organisasi kemasyarakatan yang ada. Peranan pemerintah
sangat aktif dan besar dalam rangka pencapaian hasil segera. Metode yang
digunakan antara lain berupa tatap muka, pemerataan, pengaturan, perijinan
dan kewenangan-kewenangan lain yang dimiliki pemerintah.
b) Jalur pembinaan tidak langsung, ditujukan untuk merangsang dan
menumbuh-kembangkan kesadaran masyarakat. Penumbuhan motivasi ini
dilaksanakan melalui media massa, tokoh-tokoh pimpinan informasi, ormas
serta orpol dan sebagainya.
3) Strategi Pembinaan Kelembagaan
Pembinaan kelembgaan dimaksudkan untuk menciptakan kelancaran
pembangunan nasional dan dengan demikian juga pemantapan dan peningkatan
Ketahanan Nasional. Keberhasilan pembangunan nasional hanya mungkin
diwujudkan manakala lembaga-lembaga yang terlibat dalam pembangunan
nasional yang terancam secara komprehensif integral.
Strategi pembinaan kelembagaan ditempuh melalui 2 (dua) jalur yaitu:
a) Jalur pembinaan perangkat lembaga, ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan setiap lembaga yang terlibat dalam proses pembangunan
pada semua aspek berbangsa dan bernegara. Termasuk didalamnya adalah
pengembangan kelengkapan personil, keahlian personil, mekanisme kerja
dan memantapkan koordinasi vertikal, horizontal dan diagonal.
Pemantapan peranan tiap lembaga juga mendapatkan prioritas
pembinaannya agar terwujud semua mata rantai lembaga yang utuh.
b) Jalur pembinaan kemampuan manajerial, ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan manajerial tiap pejabat pemerintah maupun swasta di dalam
bidang pekerjaan masing-masing. Khusus untuk sektor swasta pembinaan
kemampuan manajerial ini juga ditujukan untuk menumbuhkan
kewiraswataan dikalangan masyarakat.
4) Strategi Pembinaan Lingkungan
Pembinaan lingkungan dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif terhadap pembangunan nasional maupun terhadap kehidupan
masyarakat.
Strategi pembinaan 2 (dua) jalur meliputi:
a) Jalur pembinaan dampak positif dari lingkungan guna menciptakan dan
memperbesar peluang-peluang yang bermanfaat bagi upaya pembangunan
maupun bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat.
b) Jalur penggalangan dampak negatif dari lingkungan untuk menekan akibat
dari dampak negatif tersebut agar tetap berada dibawah ambang toleransi
keamanan dan pengamanan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Geostrategi merupakan suatu metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi,
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, melalui
proses pembangunan nasional.
2. Bangsa Indonesia memandang geostrategi sebagai strategi dalam memanfaatkan
keadaan atau konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan,
tujuan dan sarana-sarana guna mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional
bangsa Indonesia
3. Tannas diperlukan bukan hanya konsepsi politik saja melainkan sebagai kebutuhan
dlm menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah, seperti Law and order, Welfare
and prosperity, Defence and security, Juridical justice and social justice, freedom of
the people.
4. Geostrategi Indonesia secara stereoskopis berbentuk sebagai satu Kerucut Ketahanan
5. Pengembangan konsep geostrategi Indonesiabertujuan untuk :
Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang
berbasis pada aspek ideologi, politik, sosial budaya dan hankam dan aspek-
aspek alamiah bagi upaya kelestarian dan eksistensi hidup negara dan bangsa
untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional
Menunjang tugas pokok pemerintahan Indonesia
6. Stereoskopis Geostrategi
Spasial
Ruang kepentingan dibagi menjadi Kawasan Strategis Utama, Kawasan Strategis
pertama, Kawasan Strategis kedua dan ketiga
Masing-masing kawasan strategis memiliki dampak yang berbeda terhadap
Ketahanan Nasional kita
Funsional / Vertikal
Ruang kepentingan dibagi menjadi ruang kerjasama yang saling mendukung
dengan ruang kerjasama sub-regional dan pada gilirannya juga harus saling
mendukung dengan ruang kerjasama regional