Download - tugas pak him.docx
NAMA : DIAN TRISJAYANTI
NIM : 115060700111005
TUGAS TLF (TATA LETAK FASILITAS) KELAS B
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang depresiasi dan bagaimana analisis hasil
perhitungannya?
Jawab:
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap
pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat
terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang
berpengaruh terhadap pajak pendapatan.
Faktor-faktor depresiasi antara lain:
Kerusakan fisik akibat pemakaian alat atau property tersebut.
Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar.
Penurunan kebutuhan produksi atau jasa.
Properti atau asset tersebut menjadi using karena perkembangan teknologi.
Penemuan fasilitas baru yang lebih memadai.
Kriteria depresiasi antara lain adalah sebagai berikut:
Harus digunakan untuk keperluan bisnis atau memperoleh penghasilan.
Umur ekonomis bisa dihitung.
Umur ekonomis lebih dari satu tahun.
Harus menjadi sesuatu yang digunakan, sesuatu yang menjadi using, atau nilainya
menurun karena sebab alamiah.
Dasar perhitungan depresiasi antara lain:
Ongkos awal (biaya pertama aset) P
Umur ekomomis (perkiraan masa manfaat aset) N
Perkiraan nilai sisa dari properti tersebut S
Nilai sisa adalah perkiraan suatu aset pada akhir umur depresiasinya.
Nilai sisa = nilai jual – ongkos pemindahan
Beban depresiasi selama tahun t Dt
Nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t BVt
Rumus umum depresiasi adalah sebagai berikut:
BVt = BVt-1 - Dt BV0 = P BVt = P – ∑j=1
t
D j
Terdapat 5 metode depresiasi yang umum digunakan yaitu:
1) Metode Garis Lurus (SL)
Secara umum perhitungannya adalah:
Karena aset depresiasi dengan jumlah yang sama tiap tahun maka aset tersebut
dikurangi dengan besarnya depresiasi tahunan dikalikan t, atau:
Dengan tingkat depresiasi:
2) Metode Jumlah Digit Tahun (SOYD)
Metode ini membebankan depresiasi lebih besar pada tahun-tahun awal dan semakin
kecil untuk tahun-tahun berikutnya dengan persamaan:
Besarnya SOYD, umur N tahun:
Rumus yang dipakai dalam perhitungan nilai buku:
Dengan tingkat depresiasi:
3) Metode Keseimbangan Menurun (DB)
Menyusutkan nilai suatu aset lebih cepat pada tahun-tahun awal dan secara progresif
menurun pada tahun-tahun berikutnya. Bisa digunakan bila umur aset lebih dari tiga
tahun.
Dengan persamaan yaitu:
Nilai buku suatu aset (BVt) akan sama dengan suatu nilai (F) setelah t tahun dimana:
Dengan tingkat depresiasi pada saat t:
4) Metode Dana Sinking (SF)
Penurunan nilai suatu aset semakin cepat dari suatu saat ke saat berikutnya konsep
nilai waktu dari uang. Besarnya depresiasi lebih kecil di tahun awal tidak
menguntungkan bila ditinjau dari sudut pajak yang harus ditanggung perusahaan.
Besarnya nilai patokan depresiasi akan didepresiasi (P-S) selama N periode ke nilai
seragam tahunan dengan bunga i%, menjadi:
Besarnya depresiasi pada tahun ke-t:
Nilai buku pada periode t adalah nilai awal aset tersebut setelah dikurangi akumulasi
nilai patokan depreisasi maupun bunga:
5) Metode Unit Produksi (UP)
Metode ini didasarkan atas unit produksi atau unit output dari aset atau properti
tersebut. Unit produksi pada prinsipnya dinyatakan berdasarkan:
Output produksi, volume material yang dipindahkan disbanding dengan total
keseluruhan material selama masa pakai alat.
Hari operasi, jumlah hari operasi disbanding ekspektasi total hari operasi masa
pakai.
Proyeksi pendapatan, estimasi pendapatan tahun tertentu disbanding estimasi
pendapatan masa pakai.
Beban depresiasi:
Nilai buku akhir tahun ke-t:
Referensi: dari materi ekonomi teknik Bu Ceria tentang Depresiasi
2. Apa yang anda ketahui mengenai investasi? Faktor-faktor apa saja yang menjadi dasar
perbandingan alternatif investasi?
Jawab:
Pengertian Investasi
Banyak bisnis yang dapat dilakukan baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, tentu semuanya bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah atau keuntungan di
kemudian hari. Orang membeli sebidang tanah dengan harapan nantinya harga tanah
tersebut menjadi lebih mahal. Orang menyimpan uangnya di bank dengan harapan
mendapatkan bunga dari simpanannya itu. Secara umum, semua tindakan di atas dapat
dikategorikan sebagai tindakan investasi.
Bagi masyarakat modern, kata investasi tentu tidak asing lagi. Bisa jadi setiap hari kita
mendengar kata itu. Sebab, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tidak bersedia
membiarkan asetnya menjadi tidak berkembang dan untuk mengembangkan aset
tersebutlah maka diperlukan investasi. Bagi sebagian masyarakat lainnya, barangkali telah
melakukan investasi tetapi tidak menyadarinya, seperti para petani dan peternak di
pedesaan.
Banyak pakar yang telah merumuskan definisi investasi ini. Sharpe et all (1993),
misalnya, merumuskan investasi dengan pengertian berikut: mengorbankan aset yang
dimiliki sekarang guna mendapatkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan
jumlah yang lebih besar. Sedang Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai komitmen
menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa
mendatang.
Definisi yang lebih lengkap diberikan oleh Reilly dan Brown, yang mengatakan bahwa
investasi adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke
masa depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasi pengorbanan
investor berupa:
1) Keterikatan aset pada waktu tertentu.
2) Tingkat inflasi.
3) Ketidaktentuan penghasilan pada masa mendatang.
Dari definisi yang disampaikan ketiga pakar investasi tersebut kita bisa menarik
pengertian investasi, bahwa untuk bisa melakukan suatu investasi harus ada unsur
ketersediaan dana (aset) pada saat sekarang, kemudian komitmen mengikatkan dana
tersebut pada obyek investasi (bisa tunggal atau portofolio) untuk beberapa periode
(untuk jangka panjang lebih dari satu tahun) di masa mendatang. Selanjutnya, setelah
periode yang diinginkan tersebut tercapai (jatuh tempo) barulah investor bisa
mendapatkan kembali asetnya, tentu saja dalam jumlah yang lebih besar, guna
mengkompensasi pengorbanan investor seperti yang diungkapkan Reilly dan Brown.
Namun, tidak ada jaminan pada akhir periode yang ditentukan investor pasti mendapati
asetnya lebih besar dari saat memulai investasi. lni terjadi karena selama periode waktu
menunggu itu terdapat kejadian yang menyimpang dari yang diharapkan. lnilah, yang
disebut risiko. Dengan demikian, selain harus memiliki komitmen mengikatkan dananya,
investor juga harus bersedia menanggung risiko.
Alternatif Investasi
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan investasi, tibalah saatnya melakukan
investasi. Pertanyaan yang muncul kemana kita akan melakukan ivestasi tersebut? Untuk
menjawab pertanyaan ini kita harus mengetahui alternatif-alternatif investasi.
Secara garis besar, lahan investasi secara umum dapat dibagi dua, yaitu real asset
investment and financial asset investment.
Real asset investment adalah komitmen mengikatkan aset pada sektor real. Seperti
diketahui, istilah sektor real sering digunakan untuk menunjukkan sektor diluar keuangan,
seperti perdagangan, industri, pertanian dan lain sebagainya. Dengan demikian, investasi
pada sektor real adalah komitmen mengikatkan aset di luar sektor keuangan. Sebagai
contoh dari real asset investment, misalnya membeli ruko untuk berdagang tekstil atau
barang lainnya, membangun pabrik, membeli apartemen kemudian disewakan, membeli
lukisan untuk dijual kembali dan masih banyak lagi.
Ciri-ciri investasi di sektor real ini adalah perantara tidak mutlak diperlukan dan
informasi bisa didapat secara langsung dari lapangan, karena obyek investasinya bisa
dilihat secara nyata, misalnya mutu bangunan ruko yang kita beli, dapat kita lihat langsung
dari tampilan bangunan-bahan bangunannya baik, warnanya cocok, ukurannya tepat dan
lain sebagainya.
Sedang financial asset investment (investasi di sektor keuangan) atau sering juga
disebut portfolio investment (investasi portofolio) adalah komitmen untuk mengikatkan
aset pada surat-surat berharga (securities), yang diterbitkan oleh penerbitnya. Penerbit
surat berharga ini beragam,mulai dari individu, perusahaan hingga pemerintah. Demikian
pula dengan jenisnya, sangat beragam, mulai dari yang sederhana seperti utang piutang
antar pribadi hingga produk derivative (turunan) yang rumit, seperti future. Sebagai contoh
investasi pada sektor keuangan ini, misalnya, kita menabung uang di bank, membeli saham,
obligasi atau reksadana.
Ciri-ciri investasi di sektor keuangan yang membedakannya, dengan investasi di sektor
real adalah dalam melakukan investasi perantara mutlak diperlukan, kemudian informasi
hanya bisa didapat dari prospektus, laporan tahuhan atau proposal. Karena manajemen
investasi menyajikan teori-teori tentang Portofolio, maka konsentrasi kita akan kita
curahkan pada investasi di sektor keuangan ini.
Selain memiliki ciri-ciri tersebut, investasi keuangan juga lebih banyak melibatkan
Profesi, yang untuk bisa menyandang profesi tersebut diperlukan ujian standar profesi. Ini
sangat wajar, karena bisnis di industri keuangan ini lebih mengandalkan kepercayaan,
sehingga untuk melegitimasi kepercayaan tersebut diperlukan standar tertentu.
Kepercayaan ,menjadi sangat penting karena “KOMODITI” yang menjadi obyek transaksi
adalah "barang" tak berwujud, yaitu hanya berupa kertas yang memuat pernyataan bahwa
pemiIik kertas tersebut memiliki hak tagih/bayar kepada penerbitnya. Bahkan dalam
sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading), atas saham-saham di BEJ (Bursa
Efek Jakarta) investor sudah tidak lagi melihat wujud saham secara fisik, melainkan hanya
laporan perusahaan pialang mengenai perubahan jumlah saham dan nilainya, tak ubahnya
seperti kita menerima laporan rekening koran dari bank setiap bulan (Widoatmodjo,
2004).
Perbandingan Alternatif Investasi
Alternatif Modal Pengembalian Resiko Arus DanaSektor Riil - Besar
- 100% tertanamTinggi, jika berhasil Tinggi Lambat
Properti (termasuk sektor riil)
- Besar- 100% tertanam
Bervariasi, tergantung lokasi
- Rendah- Sulit dikendalikan karena tergantung faktor eksternal
Lambat
Produk perbankan (pasar uang)
- Bervariasi- 100% tertanam
Rendah - Rendah- Investor pasif
- Agak lambat- Ada jatuh tempo
Asuransi - Kecil- 100% tertanam
Rendah, tapi lebih tinggi dari perbankan
- Tinggi- Investor pasif- Sulit dikendalikan sendiri
- Lambat- Investasi jangka panjang
Saham (pasar modal)
- Bervariasi- 100% tertanam atau margin
Tinggi Tinggi Cepat
Pasar Berjangka
- Bervariasi- Margin (4-10% dari nilai investasi)
- Sangat tinggi- Two way side (dapat mengambil keuntungan baik harga naik/turun)
- Tinggi- Dapat dikendalikan sendiri
Sangat cepat
Teknik Memilih Investasi
Setelah kita mengetahui alternatif investasi, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana
caranya memilih alternatif investasi yang begitu banyak itu? Jika Anda sudah memutuskan
ingin berinvestasi, dalam memilih investasi paling tidak Anda harus mempertimbangkan
empat faktor penting, yaitu modal, tingkat pengembalian, tingkat resiko, dan arus dana.
a. Modal
Yang dimaksud dengan modal adalah berapa banyak dana yang kita perlukan untuk
bisa melakukan investasi sampai kita dapat memperoleh keuntungan yang melebihi
dari investasi yang kita keluarkan. Prinsipnya, semakin kecil modal yang diperlukan
semakin baik bagi investor.
b. Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian adalah berapa persen keuntungan yang bisa diperoleh dari
modal yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat
pengembalian dan semakin cepat jangka waktunya semakin baik bagi investor.
c. Tingkat resiko
Resiko adalah berapa besar kemungkinan terjadinya kerugian yang dapat mengurangi
jumlah modal kita dan bahkan menghabiskan modal kita. Semakin kecil tingkat
resikonya semakin baik bagi investor.
d. Arus dana
Arus dana yang berupa seberapa cepat dana dalam bentuk uang kas secara fisik dapat
kita tarik dari modal yang telah kita setor. Semakin cepat semakin baik bagi investor.
Selain keempat faktor penting tersebut ada juga faktor-faktor lain yang perlu
dipertimbangkan seperti biaya investasi, informasi, waktu, perdagangan, likuiditas pasar,
dan aktivitas.
Referensi: http://adirfn.blogspot.com/2010/10/dasar-dasar-forex_21.html
3. Jelaskan mengenai Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) atau Environtmental Impact
Assesment (EIA) dan uraikan metodologinya!
Jawab:
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan alat untuk merencanakan tindakan
preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu
aktifitas pembangunan yang direncanakan. Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1
menyatakan : “Analisis mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak
suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses
pngambilan keputusan”.
AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
penting, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh Peraturan Pemerintah maupun
oleh Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya
proyek-proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik proyek atau pemrakarsa akan
melanggar perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua perizinan akan sulit didapat
dan di samping itu pemilik proyek dapat dituntut dimuka pengadilan. Keharusan membuat
AMDAL merupakan cara yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan
kualitas lingkungan, tidak hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa
memperhatikan dampak lingkungan yang timbul.
AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia, karena
Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk melaksanakan
pembangunan maka lingkungan hidup banyak berubah, dengan adanya AMDAL maka
perubahan tersebut dapat diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup
dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif, hampir tidak mungkin bahwa dalam
suatu kegiatan / pembangunan tidak ada dampak negatifnya. Dampak negatif yang
kemungkinan timbul harus sudah diketahui sebelumnya (dengan MDAL), di samping itu
AMDAL juga membahas cara-cara untuk menanggulangi / mengurangi dampak negatif.
Agar supaya jumlah masyarakat yang dapat ikut merasakan hasil pembangunan meningkat,
maka dampak positif perlu dikembangkan di dalam AMDAL.
Dokumen AMDAL terdiri dari 5 dokumen penting, yaitu:
a. Kerangka Acuan (KA): sebagai dasar pelaksanaan studi AMDAL (disusun sebelum
kegiatan AMDAL dilaksanakan).
b. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL): dokumen yang memuat studi dampak
lingkungan.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL): upaya-upaya pengelolaan pengelolaan
lingkungan lingkungan untuk mengurangi mengurangi dampak negatif dan
meningkatkan dampak positif, misal: pengelolaan limbah.
d. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL): upaya pemantauan untuk melihat kinerja
upaya pengelolaan yang dilakukan, misal: pengukuran kualitas air dan udara di titik-
titik tertentu.
e. Executive summary: memuat ringkasan dokumen ANDAL, RKL, dan RPL.
Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) perlu dibedakan dengan analisis
dampak lingkungan (ANDAL). Jadi terlihat di situ dengan jelas bahwa analisis dampak
lingkungan (ANDAL) merupakan bagian dari AMDAL.
Metodologi ANDAL
Syarat metodologi ANDAL adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan secara ilmiah.
b. Tidak ada komponen lingkungan penting yang terlewatkan.
c. Dapat menetapkan data/informasi untuk pendugaan dampak.
d. Dapat digunakan untuk evaluasi seluruh dampak & alternatif aktivitas yang diusulkan.
e. Menunjukan usaha yg diperlukan untuk menekan dampak negatif.
f. Mudah dimengerti oleh siapa saja.
Klasifikasi Metoda ANDAL berdasarkan fungsinya:
a. Fungsi Identifikasi
Menentukan aktivitas proyek yang dapat menimbulkan & menentukan komponen
lingkungan yang akan terkena dampak.
b. Fungsi Pendugaan
Menentukan perubahan kuantitatif yang meliputi dimensi waktu & ruang yang akan
terjadi.
c. Fungsi Evaluasi
Mengevaluasi dampak secara terpadu dari segi biaya, lingkup masyarakat, & alternatif
usulan.
Warner & Bromley (1974) membuat klasifikasi metode ANDAL, yaitu:
a. Metode Ad Hoc: sangat sedikit memberikan pedoman cara melakukan pendugaan,
relatif mudah, singkat, tetapi kurang keterpaduan dari disiplin-disiplin ilmu yang
terlibat. Berikut merupakan contoh metode ad hoc.
b. Metode Overlays : menggunakan sejumlah peta di lokasi yang akan dibangun proyek
dan daerah sekitarnya, tiap peta menggambarkan komponen-komponen lingkungan
yang lengkap (meliputi aspek fisik-kimia, biologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya).
Kelebihan: dapat melakukan evaluasi, pemilihan alternatif, dan mengidentifikasi
dampak tertentu.
Kekurangan: tidak dapat menyajikan dampak kuantitatif.
c. Metode Matrices : merupakan bentuk checklist dalam dua dimensi, dengan bentuk
matriks tersebut dapat ditetapkan interaksi antara aktivitas proyek dengan komponen
lingkungan. Kelemahannya adalah tidak dapat menggambarkan dampak tidak
langsung. Metode ini dikenal juga dengan Metode Leopold.
d. Metode Network : metode yang disusun berdasarkan suatu daftar aktivitas proyek
yang saling berhubungan dengan komponen-komponen lingkungan yang terkena
dampak.
Kelebihan: dapat menggambarkan adanya dampak langsung dan tidak langsung
serta hubungan antar komponen lingkungan.
Kekurangan: setiap orang dapat menyusun bentuk aliran dampak yang berbeda
tergantung tingkat keahlian dan pengalamannya.
e. Metode Checklist : berbentuk daftar komponen lingkungan yang kemudian digunakan
untuk menentukan komponen mana yang terkena dampak. Berdasarkan
perkembangannya, metode checklist dibagi menjadi :
Checklist sederhana (simple checklist).
Checklist dengan uraian (descriptive checklist).
Checklist berskala (scaling checklist).
Checklist berskala dengan pembobotan (scale weight checklist).
Metode lainnya yang juga sering digunakan antara lain:
a. Metode Leopold atau Matriks Interaksi Leopold (1971) : terdiri dari 100 macam
aktivitas dengan 88 komponen lingkungan. Identifikasi dampak lingkungan dari
proyek ditulis dalam interaksi antara aktivitas dan komponen lingkungan.
Langkah pertama: setelah matriks dibuat kemudian menentukan dampak dari tiap
aktivitas proyek pada komponen lingkungan.
Langkah kedua: menentukan besaran (magnitude) dan tingkat kepentingan
(importance) dampak. Penilaian berskala 1 (nilai paling rendah) sampai 10 (nilai
paling tinggi) dan diberi tanda + atau – untuk masing-masing dampak.
b. Metode Matriks Dampak dari Moore (1973): matriks Moore dibagi menjadi 6
kategori yang berbeda, yaitu :
Pembentuk timbulnya aktivitas dan aktivitas lain yang berhubungan.
Potensi perubahan lingkungan.
Pengaruh pada lingkungan yang utama.
Pemanfaatan pada manusia yang terkena.
Potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh aktivitas.
Besaran umum dari potensi pengurangan dari pemanfaatan manusia.
c. Metode Sorensen (1971) : merupakan Network Analysis yang pertama, disusun untuk
digunakan pada proyek pengerukan dasar laut (dredging). Dalam metode ini
diidentifikasi berbagai hubungan timbal balik atau sebab akibat adanya aktivitas
proyek.
d. Metode MacHarg (1968) : dikenal juga sebagai Metode Overlays.
e. Metode Fisher dan Davies (1973) : terdiri atas 3 matriks yang disusun secara
bertahap, yaitu :
Tahap pertama : matriks mengenai evaluasi lingkungan sebelum proyek dibangun
(Environmental Baseline).
Tahap kedua : matriks dampak lingkungan (Environmental Compatibility Matriks).
Tahap ketiga : matriks keputusan (Decision Matriks).
Referensi: http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/amdal-compatibility-
mode.pdf
http://agus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3707/Metodologi+ANDAL+
(presentation).pdf
4. Jelaskan mengenai Green Productivity!
Jawab:
Green Productivity adalah suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan
kinerja lingkungan pada saat yang bersamaan dalam pengembangan sosial ekonomi secara
keseluruhan. Metode ini mengaplikasikan teknik, teknologi dan sistem manajemen untuk
menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan lingkungan atau ramah lingkungan.
Atribut Green Productivity terbesar adalah potensi untuk mengintegrasikan
perlindungan lingkungan ke dalam operasi bisnis sebagai sarana untuk meningkatkan
produktivitas. Hal ini dapat mengakibatkan profitabilitas meningkat, atau arus kas hanya
lebih baik.
Green Productivity merupakan aplikasi dari teknik, teknologi dan sistem manajemen
yang tepat untuk menghasilkan produk atau jasa yang ramah lingkungan. Green
Productivity mendamaikan dua kebutuhan yang selalu dalam konflik, yaitu kebutuhan
bisnis untuk menghasilkan keuntungan serta kebutuhan setiap orang untuk melindungi
lingkungan. Green Productivity bukan hanya suatu strategi lingkungan, tetapi strategi bisnis
total.
Faktanya, bahwa ketika Green Productivity diimplementasikan, perusahaan akan
mengalami perbaikan produktivitas melalui penurunan pengeluaran pada perlindungan
lingkungan, seperti pengurangan sumber daya, minimasi waste, pengurangan polusi dan
produksi yang lebih baik. Dari sini, perusahaan dapat mencapai produktivitas yang lebih
tinggi dan melindungi lingkungan yang akan mengarah pada terjadinya sustainable
development. Ini meliputi penggunaan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan
dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup. Keseluruhan siklus hidup dari produk ini
harus berdasarkan pada minimasi dari penggunaan sumber-sumber daya alam dan zat-zat
beracun yang dapat mengakibatkan emisi.
Konsep Green Productivity dikembangkan oleh Asian Productivity Organization (APO)
pada 1994 untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan
lingkungan. Tujuan utama APO adalah untuk menunjukkan bahwa perlindungan terhadap
lingkungan dan peningkatan produktivitas dapat diharmonisasikan, baik bagi perusahaan
kecil maupun menengah, karena proses produksi seringkali mengakibatkan pembuangan
material dan energi yang akan membebani lingkungan.
Konsep Green Productivity diambil dari penggabungan dua hal penting dalam strategi
pembangunan, yaitu:
a. Perlindungan Lingkungan
b. Peningkatan Produktivitas
Tiga langkah penting dalam konsep green productivity antara lain :
1) Getting started
Permulaan dari proses Green Productivity adalah walk through survey dan
mengumpulkan informasi. Walk through survey dilakukan untuk mengidentifikasi
urutan-urutan proses produksi. Pada tahap ini harus sudah menentukan block diagram
process dan material balance sehingga diketahui operasi-operasi yang menghasilkan
limbah termasuk estimasi atau perkiraan mengenai jumlah limbah yang dihasilkan.
Perhitungan produktivitas awal dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengestimasian alternatif solusi yang akan diperoleh untuk mengetahui apakah
produktivitas mengalami peningkatan atau sebaliknya.
2) Planning
Pada tahap planning ini dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah dan penyebabnya
Informasi-informasi yang telah diperoleh dari walk through survey akan
digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan penyebabnya. Tool yang
akan digunakan untuk menggambarkan permasalahan tersebut adalah diagram
sebab akibat (cause effect diagram).
b. Menetukan tujuan dan target
Setelah mengetahui permasalahan dan penyebabnya, maka perlu menentukan
tujuan dan target sebagai penunjuk untuk memilih alternatif yang dapat
mengeliminasi permasalahan.
3) Generation and evaluation of GP options
Langkah ini mencakup pengembangan alternatif solusi untuk mempertemukan tujuan
serta target yang telah dirumuskan di langkah sebelumnya. Hal ini mencakup sudut
pandang terhadap pencegahan polusi dan prosedur kontrol yang telah direncanakan.
Opsi-opsi dimunculkan dan diprioritaskan berdasarkan Green Productivity Indicator
dan Benefit-Cost Ratio. Semua itu kemudian disintesis ke dalam rencana implementasi.
Green Productivity mempunyai empat tujuan umum dalam rangka meningkatkan
kualitas lingkungan dan ekonomi produksi ketika diimplementasikan pada lantai produksi,
yaitu:
1) Pengurangan Limbah (Waste Reduction)
2) Manajemen Material (Material Management)
3) Pencegahan Polusi (Pollution Prevention)
4) Peningkatan Nilai Produk (Product Enchancement)
Faktor dalam penerapan Green Productivity dan menjadi pembeda dengan pendekatan-
pendekatan yang dilakukan sebelumnya, yang sering disebut triple focus, yaitu:
1) Lingkungan
2) Ekonomi
3) Sosial
Referensi: http://www.scribd.com/document_downloads/direct/207379429?
extension=pdf&ft=1399014562<=1399018172&user_id=237545332&uahk=n2/
G1RrdxhN8zZSlNnSm6pOgK2c