Download - Tugas Mandiri Roro Final
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep pembangunan kesehatan di Indonesia dimulai dengan pemikiran tentang
paradigma sehat. Paradigma sehat adalah suatu pola pikir / cara pandang dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan
prinsip – prinsip pokok kesehatan. Secara makro bahwa pembangunan semua sektor harus
memperhatikan dampak terhadap kesehatan. Secara mikro berarti bahwa pembangunan
kesehatan lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlidungan kesehatan, bukan
hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.1,2 Secara umum konsep paradigma
sehat dapat menghasilkan dua poin penting, yaitu mencegah lebih baik daripada mengobati,
dan pentingnya pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan hidup dalam
lingkungan yang sehat.
Menurut Bloem, tingkat derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
faktor perilaku, genetik, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini jelas bahwa
lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Oleh karena itu perlu
adanya perhatian yang serius dalam menangani masalah-masalah kesehatan khususnya
kesehatan lingkungan.1
Sasaran utama pembangunan kesehatan itu salah satunya yaitu kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum.
Dengan adanya upaya kesehatan lingkungan maka diharapkan banyak tempat- tempat umum
yang bersih, sehat, sanitasi yang sehat, rumah dan bangunan sehat, terdapat sarana air bersih,
sarana pembuangan limbah. Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada
pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam
pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya
sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
1
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan
buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media
bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Pencapaian Indonesia sehat 2010, salah satunya adalah perwujudan kondisi sanitasi
dasar yang kuat. Pada tahun 2001, Di Indonesia 40 % rumah tangga belum memiliki jamban
yang sehat, akses terhadap jamban pada daerah perkotaan sebesar 88,50%, sedangkan untuk
daerah pedesaan 64,11%. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam
Millennium Development Goals (MDGS) yang disepakati oleh seluruh Negara di dunia
termasuk di Indonesia, menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari penduduk dunia
yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar (jamban) harus
mendapatkannya.
Dilihat dari Perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat Desa Menoreh khususnya
Dusun Kempul masih rendah angka kesadaran akan perilaku hidup sehat. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya perilaku buang air besar bukan dijamban yang sehat.
Dari data SPM dapat diketahui cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban yang
memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas Salaman I periode Januari-Oktober 2012 adalah
110,61% dengan pencapaian sebesar 147,48%, dan target Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang adalah 75%. Sedangkan menurut data keluarga hasil Survei Mawas Diri (SMD)
kepemilikan jamban di Dusun Kempul, dimana jumlah KK yang berhasil di survey ada 163,
dan yang memiliki jamban sebanyak 111 KK (68,1%). Namun jamban yang memenuhi syarat
hanya dimiliki oleh 62 KK (38,04%). Sedangkan masyarakat yang memiliki jamban namun
tidak memenuhi syarat sebanyak 49 KK (30,06%) dan yang tidak memiliki jamban sebanyak
52 KK (31,90%), dimana hasil tersebut belum mencapai target yang sesuai. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebab dari masalah tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, cakupan penduduk yang memanfaatkan
jamban sehat masih rendah, oleh karena itu perlu diketahui faktor apa saja yang menyebabkan
penduduk di Dusun Kempul Desa Menoreh tidak memanfaatkan jamban sehat? Serta
bagaimana pemecahan untuk mengatasi masalah tersebut?
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurang adanya jamban sehat keluarga
di Dusun Kempul Desa Menoreh.
1.3.2 Tujuan khusus
Diperoleh data umum Dusun Kempul Desa Menoreh Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang.
Diperoleh cakupan penduduk yang menggunakan jamban di Dusun Kempul Desa
Menoreh, Kecamatan Salaman.
Diperoleh faktor-faktor yang menyebabkan tidak adanya jamban sehat keluarga di
Dusun Kempul Desa Menoreh, Kecamatan Salaman.
Diperoleh upaya pemecahan masalah penduduk yang tidak menggunakan jamban
sehat di Dusun Kempul Desa Menoreh, Kecamatan Magelang.
Diperoleh rencana kegiatan untuk mengatasi penduduk yang tidak menggunakan
jamban sehat di Dusun Kempul Desa Menoreh, Kecamatan Magelang.
1.4 Manfaat
1. Hasil laporan ini dapat dijadikan data awal untuk merencanakan penanggulangan
masalah pemanfaatan jamban di Dusun Kempul Desa Menoreh, Kecamatan Magelang
2. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan pengetahuan warga Dusun Kempul
Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, dapat bertambah, mengenai pentingnya
memanfaatkan jamban keluarga agar tercipta lingkungan yang sehat sesuai dengan
syarat kesehatan.
3. Sebagai masukan bagi puskesmas salaman I untuk menyusun program dalam rangka
pemanfaatan jamban keluarga.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia) adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.3
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor (air limbah), pengawasan makanan dan minuman. Pembuatan
SPAL dan sebagainya. Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan
merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan
kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap
timbulnya masalah kesehatan masyarakat.3
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia untuk terwujudnya kesehatan yang optimum
bagi manusia yang hidup di dalamnya.
Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis
lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat. Dengan paradigma
ini, maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif,
dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui Klinik Sanitasi ke tiga unsur pelayanan
kesehatan yaitu promotif, preventif, dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui
pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar
maupun di dalam gedung.
2.2 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi
Standar prosedur operasional (Standard Operational Procedur / SOP) klinik
sanitasi secara umum meliputi SOP di dalam gedung (puskesmas) dan di luar gedung
(lapangan).4
4
a. Dalam Gedung
Di dalam gedung puskesmas, petugas klinik sanitasi melakukan langkah-langkah
kegiatan terhadap penderita/pasien dan klien.
1) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik.
2) Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis oleh petugas poliklinik.
3) Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik penderita
yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta diagnosis
penyakitnya ke dalam buku register.
4) Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga, penderita
tentang kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku yang diduga
berkaitan dengan kejadian penyakit dengan mengacu pada buku ‘Pedoman Teknis
Klinik Sanitasi untuk Puskesmas dan Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik
Sanitasi di Puskesmas.
5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan
dengan kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang
jadwal kunjungan lapangan.
b. Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita / klien atau
keluarganya dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan kunjungan
lapangan/rumah dan diharuskan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung (Puskesmas).
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan, dan alat
sesuai dengan jenis penyakitnya.
3) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat
Desa/kelurahan (kepala Desa/lurah, sekretaris, kepala Dusun, atau ketua RW/RT)
dan petugas kesehatan / bidan di desa.
4) Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku dengan
mengacu pada Buku Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas, sesuai
dengan penyakit/masalah yang ada.
5) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
5
6) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita dan keluarga
sekitar).
7) Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan di desa / kelurahan,
perangkat desa/kelurahan (kepala desa / lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua
RW/RT), kader kesehatan lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat
Kecamatan untuk dapat di tindak lanjut secara bersama.
2.3 Jamban
2.3.1 Definisi jamban sehat
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan
mengumpulkan kotoran/najis manusia yang lazim disebut kakus atau WC,
sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi
penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman.5
Sedangkan di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat disebutkan bahwa jamban
sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit.4
2.3.2 Kriteria jamban sehat
Menurut kriterian Depkes RI (1985), syarat sebuah jamban keluarga
dikatagorikan jamban sehat, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut5 :
1. Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan
kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur (SPT SGL maupun jenis
sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih jauh pada kondisi tanah
liat atau berkapur yang terkait dengan porositas tanah. Juga akan berbeda
pada kondisi topografi yang menjadikan posisi jamban diatas muka dan arah
aliran air tanah.
2. Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke
penampungan tinja. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menutup
lubang jamban atau dengan sistem leher angsa.
6
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan
luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah
lubang jamban.
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya
dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang;
6. Cukup penerangan;
7. Lantai kedap air;
8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
9. Ventilasi cukup baik, dan tersedianya air dan alat pembersih.
Sedangkan menurut WSP (2008) kriterian Jamban Sehat (improved latrine),
merupakan fasilitas pembuangan tinja yang memenuhi syarat5 :
Tidak mengkontaminasi badan air.
Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.
Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau
serangga vektor lainnya termasuk binatang.
Menjaga buangan tidak menimbulkan bau
Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna
2.3.3 Jenis – jenis jamban
Jenis- jenis jamban keluarga yaitu4,6,7
a. Jamban Cemplung (pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah peDesaan tapi kurang
sempurna, misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung
masuk ke jamban dan tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan
7
mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3
meter saja. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.
Gambar 1. Jamban Cemplung
Cara dan beberapa syarat pembuatan jamban galian (cemplungan)
adalah8,9:
1. Jauh dari tempat kediaman/perumahan
2. Lubang digali sedalam 2-3 m dengan garis tengah 80 cm.
3. Dalamnya tergantung keadaan tanah, permukaan air tanah dan lama
penggunaan
4. Letaknya diusahakan pada tanah yang agak longgar tapi kokoh hingga
tidak memerlukan dinding penahan
5. Pada lubang bagian atas perlu diberi dinding dan pondasi penguat
6. Bila tanahnya terlalu longgar dan mudah runtuh, lubang bagian dalam
perlu diberi penahan atau penguat dari beton, batu-batu, kaleng atau
drum, anyaman bambu atau bahan lainnya.
7. Pondasi disekitar atas lubang dibuat dari beton, batu bata bersemen, atau
balokkayu.
8. Di sekitar lantai dan pondasi ditimbun tanah agar jamban tetap kering.
9. Ditutup yang layak dan memenuhi syarat kesehatan.
b. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)
8
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih
lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa
ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.
Gambar 2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine)
Sumber : Tampibolon, 2000
c. Watersealed Laterine (Angsa Trine)
Jamban tanki septik/leher angsa: Adalah jamban berbentuk leher angsa
sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat bau bususk dari
cubluk sehingga tidak tercium di ruangan rumah kakus. Bila dipakai, faecesnya
tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun
untuk masuk ke tempat penampungannya (pit). Penampungannya berupa tangki
septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi
kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Kakus ini yang terbaik dan
dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
9
Gambar 3. Jamban leher angsa
Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan. Septic
tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air buangan
masuk dan mengalami dekomposisi. (Notoatmodjo, 2007 :186).
Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu
tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yakni :
a) Proses Kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70
%) zat-zat padat akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat
yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan
mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam
tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan
suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-
bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan
berfungsi pada proses berikutnya.
b) Proses Biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob
dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan
scum. Hasilnya, selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga
mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat
penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian
tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya
dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.
Penggunaan Jamban :
1. Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya tidak lengket
2. Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
3. Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran bersih
Keuntungan dari jamban ini antara lain :
10
1. Menghindarkan atau mengurangi gangguan lalat atau serangga dan
binatang lain.
2. Mengurangi timbul dan tersebarnya bau
3. Dapat dipakai dengan aman oleh anak-anak
4. Kebersihan mudah dijaga
5. Dapat dipasang di luar maupun di dalam rumah
6. Mudah dibuat dan hemat
Kelemahan jamban leher angsa :
1. Memerlukan cara2 penggunaan dan pemeliharaan yg lebih baik,teliti
dan teratur
2. Leher angsa bisa rusak atau pecah, memerlukan perbaikan, perlu waktu,
biaya dan tenaga
3. Leher angsa bisa tersumbat
4. Kotoran tidak langsung jatuh ke dalam tempat pengumpul, tetapi harus
didorong dengan guyuran air tersendiri
Jamban Keluarga di Pedesaan
Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesaan di Indonesia
pada dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu4,9 :
1) Jamban tanpa leher angsa. Terdapat 2 jenis antara lain :
Jamban cubluk, bila kotoran dibuang ke tanah.
Jamban empang, bila kotoran dialirkan ke empang atau kolam.
2) Jamban dengan leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara :
Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung
diatas lubang galian penampungan kotoran
Tempat jongkok dan leher angsa tidak berada langsung diatas lubang galian
penampungan kotoran atau pemasangan slab dan bowl tapi dibangun
terpisah dan dihubungkan oleh satu saluran yang miring ke dalam lubang
galian penampungan kotoran.
2.3.4 Bangunan jamban
Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari :
11
1. Rumah kakus : Syarat – syarat rumah kakus antara lain; Sirkulasi
udara cukup, Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari
luar, Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas
maupun musim hujan), Kemudahan akses di malam hari, Ketersediaan
fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan.
2. Lantai kakus : Sebaiknya diplester agar mudah dibersihkan.
3. Slab : Berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan
tempat berpijak. Pada jamban cemplung, slab dilengkapi dengan
penutup, sedangkan pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa)
fungsi penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang secara otomatis
tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk
menopang penggunanya. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama
dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat,
pasangan bata, dan sebagainya.
4. Closet : Lubang tempat faeces masuk.
5. Pit : Sumur penampung faeces / cubluk.
6. Bidang resapan.
Gambar 4. Bidang Resapan
2.3.5 Cara membangun jamban sehat
Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan
kotoran harus dikelola dengan baik di suatu jamban yang sehat. Kementerian
Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh yang
harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:
1. Tidak mencemari air
12
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.
Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air
kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,
empang, danau, sungai, dan laut
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,
pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras
kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang
galian.
3. Bebas dari serangga
Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya
dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah
bersarangnya nyamuk demam berdarah
Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk.
Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang
bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
13
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan
Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa
harus tertutup rapat oleh air
Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodic
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong
anyaman atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran
Jangan membuang plastic, rokok, atau benda lain ke saluran
kotoran karena dapat menyumbat saluran
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran
karena jamban akan cepat penuh
Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
Jamban harus berdinding dan berpintu
Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
2.3.6 Pemilihan jenis jamban
14
Beberapa jenis jamban yang digunakan di daerah khusus, diantaranya :
1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan
daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu
lubang penampungan tinja/tangki 15ltern digunakan oleh beberapa jamban
(satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya
ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang. Setiap anggota
rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang airbesar/buang air
kecil.
2.3.7 Penentuan letak jamban
Dalam menentukan letak jamban, ada 3 hal yang harus diperhatikan :
a. Keadaan daerah datar atau lereng; Bila daerahnya berlereng, kakus atau
jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata
tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang
dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
b. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang
sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya
lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang
tertinggi pada waktu banjir.
c. Mudah dan tidaknya memperoleh air
2.3.8 Fungsi dan manfaat jamban keluarga
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, 15lterna penggunaan sarana yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai 15ltern penyakit
15
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
5. Pembuangan tinja sebagian dari kesehatan lingkungan maka kebiasaan
masyarakat memakai jamban harus terlaksana bagi setiap keluarga (Azwar,
2000)
2.3.9 Pemeliharaan jamban
Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering. 1x seminggu bersihkan
lantai dan tempat jongkok dengan air dan sabun, sapu lidi dan sikat ijuk.
2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih
3. Tidak ada genangan air di sekitar jamban
4. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat dan kecoa
5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban
7. Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki.
2.4 Pengetahuan dan Perilaku
2.4.1 Pengetahuan
2.4.1.1 definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,
pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
16
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai
(Drs. Sidi Gazalba)
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true
beliefed). Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian,
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu
menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
1. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
2. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna 17lter-
hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
3. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
4. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
5. Evaluasi (Evaluation)
17
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut
berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan
18lternat yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).
2.4.1.2 pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang berisi tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
2.4.2 Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Menurut Robert Kwick (1974) perilaku adalah tindakan
atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan.
2.5 Sosial Ekonomi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan
dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologi manusia sering disebut mahluk sosial,
yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain. Istilah
ekonomi itu berasal dari kata Yunani, “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga, dan
“nomos” yaitu aturan. Maka ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga. Dalam Kamus
Bahasa Indonesia arti ekonomi adalah ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan
pemakaian barang-barang, serta kekayaan. Maka dapat disimpulkan social ekonomi adalah
18
segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang,
pangan, perumahan, pendidikan dan kesehatan, dimana pemenuhan kebutuhan tersebut
berkaitan dengan penghasilan.
2.6 Kesadaran
Kesadaran berasal dari kata “sadar” yang berarti insyaf. Jadi kesadaran adalah keinsyafan
atau merasa mengerti atau memahami segala sesuatu. Menurut A.W. Widjaja (1984:46)
kesadaran adalah mengerti, insyaf dan yakin tentang kondisi tertentu. Diharapkan dengan
adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya BAB di jamban yang sehat akan
meningkatkan taraf kesehatan.
2.7 Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan. Sehingga diharapkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat meningkat setelah
dilakukannya penyuluhan mengenai jamban sehat, dan dapat tercapainya kesehatan
lingkungan yang semakin meningkat.
Menurut WHO, tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku
perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan
2.8 Kerangka Pikir Perencanaan Masalah
1. Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan 19alternatif tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan
keadaan tertentu yang diinginkan atau 19lternati tertentu yang sudah ditetapkan.
2. Penentuan Penyebab Masalah
19
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan mengqgunakan
fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.
3. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.
4. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada
20lternative pemecahan masalah.
5. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih
Setelah 20lternative pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa 20lternative maka
digunakan Hanlon Kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.
6. Penyusunan Rencana Penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).
7. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut
masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
20
Gambar 5. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
2.8.1 Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk
mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah,
dari pendekatan sistern ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan
munculnya permasalahan Kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat di
wilayah Puskesmas Salaman I, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Adapun
sistem yang diutarakan disini adalah sistern terbuka pelayanan kesehatan yang
dijabarkan sebagai berikut :
Gambar 6. Analisis Penyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem
21
INPUTMan
MoneyMethodMaterialMachine
PROSESP1P2P3
OUTPUT OUTCOMEEE
IMPACT
LINGKUNGANFisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak
sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah
kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab
masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input,
lingkungan maupun proses.
2.8.2 Analisis Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat
dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan
sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :
Gambar 7. Diagram fish bone
2.8.3. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu menyusun
alternatif pemecahan masalah.
2.8.4. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Mengunakan Rumus
M x I x V/C
22
MASALAHMASALAH
PROSES
LINGKUNGAN
P1
P2
P3
INPUT
MONEYMAN
MACHINE
METHODE
MATERIAL
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria
matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah
dengan menggunakan metode kriteria matriks :
1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang
dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif
bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.
Tabel 1. Kriteria Matriks
Magnitude Importancy Vulnerability Cost
1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah
2=Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah
3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah
4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = mahal
5= Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 =sangat mahal
2.8.5 Pembuatan Plan of Action dan Gantt Chart
Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan
pembuatan plan of action serta Gantt Chart, hal ini bertujuan untuk menentukan
perncanaan kegiatan.
23
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 Analisis Masalah
Data pada laporan ini diperoleh dari data SMD, namun pada SMD, kriteria kuesioner
kurang lengkap, oleh karena itu dilakukan inspeksi dengan kriteria Depkes juga kriteria dari
Puskesmas.
Berdasarkan hasil survey SMD pada tanggal 23 November 2012 di Dusun Kempul,
Desa Menoreh yang dilakukan pada 163 rumah, digunakan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengetahui jumlah rumah yang memenuhi syarat jamban sehat, adapun hasilnya:
Jamban yang memenuhi syarat : 62 rumah (38,04%)
Jamban yang belum memenuhi syarat: 49 rumah (30,06%)
Belum memiliki jamban : 52 rumah (31,90%)
Dengan blanko kuesioner sebagai berikut :
1.Apakah dirumah anda terdapat jamban?
a. Tidak adab. Ada, tapi tidak memenuhi syarat.c. Ada, dan memenuhi syarat.
2.Apakah anda membuang tinja ?
24
a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan
b. Ke WC/jamban
Tabel 2. Responden yang memiliki jamban
YANG DIHARAPKAN YANG TIDAK
DIHARAPKAN
Ada dan memenuhi syarat
(62)
Ada tapi tidak memenuhi syarat
(49)
Tidak ada (52)
38,04% 30,06% 31,90%
Jumlah pencapaian penduduk yang memanfaatkan jamban di Dusun Kempul Desa
Menoreh
Jumlah cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di Dusun Kempul Desa Menoreh
adalah:
Besar cakupan = Jumlah jamban yang memenuhi syarat yang dimanfaatkan
Jumlah jamban yang diawasi
= 62
111
= 55,85%
Dari hasil didapatkan besar cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di Dusun
Kempul Desa Menoreh pada bulan Oktober 2012 hanya sebesar 55,85%.
Jumlah pencapaian penduduk yang memanfaatkan jamban sehat di Dusun Kempul
Desa Menoreh adalah:
Pencapaian = Besar Cakupan x 100%
Target Dinkes 2012
= 55,85 :
25
X 100%
X 100%
X 100%
75
= 74,46 %
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan skor pencapaian jamban sehat di Dusun Kempul
dibawah 100% sehingga menjadi masalah.
3.2 Keadaan Geografis
3. 1. 1. Letak wilayah
Desa Menoreh terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,
provinsi Jawa Tengah. Terdapat 16 dusun di Desa Menoreh, yaitu Dusun Ngemplak,
Candi, Jetis, Derepan, Mlangen, Pranan Kulon, Pranan Wetan, Beteng, Kempul,
Ngaglik, Kamal, Sewan, Alun-alun, Jurusawah, Margorejo, dan Bhumi Menoreh.
Pelaksanaan kegiatan intervensi dilakukan di Dusun Kempul.
3. 1. 2. Batas wilayah
Wilayah desa Menoreh dibatasi oleh:
a. Sebelah utara : Desa Salaman
b. Sebelah Timur: Desa Ngadirejo
c. Sebelah Selatan : Desa Kalirejo
d. Sebelah Barat : Desa Kalisalak
3. 1. 3. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Menoreh berdasarkan data statistik tahun 2012 adalah 600
hektar.
3. 3. Keadaan Demografi
3. 2. 1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk desa Menoreh pada tahun 2012 adalah 7716 jiwa. Jumlah
KK adalah 2206.
3. 2. 2. Data Penduduk
26
Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa
Menoreh menurut dusun, jenis kelamin dan peserta jamkesmas.
Tabel 3. Jumlah penduduk Desa Menoreh menurut tahun 2012
NO Dusun
Jumlah
Jiwa KK
1 Ngemplak 319 93
2 Candi 307 82
3 Derepan 364 118
4 Jetis 414 119
5 Mlangen 861 229
6 Pranan Kulon 729 205
7 Pranan Wetan 559 145
8 Beteng 519 131
9 Kempul 568 163
10 Ngaglik 261 85
11 Kamal 704 208
12 Sewan 239 103
13 Alun-alun 572 163
14 Jurusawah 714 198
15 Margorejo 272 78
16 Bhumi Menoreh 314 85
Jumlah 7716 2205
27
(Sumber : Balai Desa Menoreh)
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Menoreh menurut jenis kelamin tahun 2012
28
NO Dusun
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Ngemplak 156 163
2 Candi 156 151
3 Derepan 181 184
4 Jetis 214 200
5 Mlangen 437 424
6 Pranan Kulon 382 347
7 Pranan Wetan 283 276
8 Beteng 259 263
9 Kempul 304 264
10 Ngaglik 134 127
11 Kamal 353 351
12 Sewan 155 174
13 Alun-alun 304 267
14 Jurusawah 347 367
15 Margorejo 152 120
16 Bhumi Menoreh 161 153
Jumlah 3978 3831
(Sumber : Balai Desa Menoreh)
Tabel 5. Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Jamkesmas
NO Dusun
Jumlah Peserta
Jamkesmas
1 Ngemplak 94
2 Candi 77
3 Derepan 81
4 Jetis 178
5 Mlangen 261
6 Pranan Kulon 75
7 Pranan Wetan 78
8 Beteng 212
9 Kempul 114
10 Ngaglik 181
11 Kamal 327
12 Sewan 113
13 Alun-alun 115
14 Jurusawah 90
15 Margorejo 13
16 Bhumi Menoreh 8
Jumlah 2017
29
(Sumber : Balai Desa Menoreh)
3.4 Fasilitas umum
Tabel 6. Fasilitas umum pada Desa Menoreh
NO DUSUNRumah
SakitPuskesmas
Puskesmas
pembantuPosyandu
Bidan
desa
Bidan
praktek
praktek
dokter
1 Ngemplak 0 0 0
1
0 0 0
2 Candi 0 0 0 0 0 0
3 Jetis 0 0 0 0 0 0
4 Derepan 0 0 0 1 0 0 0
5 Mlangen 0 0 0 1 0 0 0
6Pranan
Kulon0 0 0 1 0 0 0
7Pranan
Wetan0 0 0 1 0 0 0
8 Beteng 0 0 0 1 0 0 0
9 Kempul 0 0 0 1 0 0 0
10 Ngaglik 0 0 0 0 0 0
30
11 Alun-alun 0 0 01
0 0 1
12 Sewan 0 0 0 0 0 0
13 Kamal 0 0 01
0 0 0
14 Jurusawah 0 0 0 0 0 1
15 Margorejo 0 0 0 0 0 0 0
16Bhumi
Menoreh0 0 0 1 3 3 1
Jumlah 0 0 0 10 3 3 3
(Sumber : Balai Desa Menoreh)
Tabel 7. Posyandu di Desa Menoreh
No. Dusun Jumlah Posyandu
1. Ngemplak 0
2. Candi 0
3 Derepan 1
4 Jetis 1
5 Mlangen 1
6 Pranan Kulon 1
7 Pranan Wetan 1
8 Beteng 1
9 Kempul 1
10 Ngaglik 0
31
11 Kamal 1
12 Sewan 0
13 Alun-alun 1
14 Jurusawah 0
15 Margorejo 0
16 Bhumi Menoreh 1
Jumlah 10
(Sumber : Balai Desa Menoreh)
3.5 DATA UMUM DUSUN KEMPUL
3.5. 1. Keadaan Geografis
a. Letak wilayah
Dusun Kempul terletak di wilayah Desa Menoreh, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah.
b. Batas wilayah
Wilayah Kempul dibatasi oleh:
a. Sebelah Utara : Dusun Sewan
b. Sebelah Timur : Dusun Ngaglik
c. Sebelah Selatan : Desa Kalirejo
d. Sebelah Barat : Dusun Beteng
c. Luas Wilayah
Luas wilayah Dusun Kempul 130,75 hektar.
32
3.5. 2 Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dusun Kempul tahun 2012 adalah 568 jiwa dan jumlah KK
adalah 163.
b. Data Penduduk
Penduduk dusun Kempul sebanyak 578 jiwa, terdiri dari 164 KK, 281 laki –
laki dan 297 perempuan. Penerima Jamkesmas pada dusun ini sebanyak 114 orang.
Mayoritas beragama Islam. (Sumber : Balai Desa Menoreh)
3.6. Analisis Hasil Survey Kesehatan Lingkungan Jamban Sehat wilayah Puskesmas
Salaman I
Data pada laporan ini diperoleh dari data primer yang berasal hasil wawancara dan
pengisian kuisioner responden penduduk Dusun Kempul Desa Menoreh serta data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari laporan Puskesmas Salaman I. Pengambilan data primer
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 0-7 Desember 2012. Jumlah sasaran survei ini adalah
30 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Kempul Desa Menoreh.
Berdasarkan Survey Mawas Diri (SMD), pengambilan responden dilakukan secara
acak. Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi rumah responden dan dilakukan
wawancara serta pengisian kuesioner. Kuesioner dibuat dengan pertanyaan meliputi
ketersediaan jamban serta jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Dimana jumlah KK 163
dan yang menggunakan jamban sebanyak 111 KK (68,1%). Namun jamban yang memenuhi
syarat hanya dimiliki oleh 62 KK (38,04%). Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki
jamban sebanyak 52 KK (31,90%).
3.7. Analisis Penyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem
Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring dan
evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan / menggambarkan keadaan dan
dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan.
Dalam pelaksanaan kegiatan programnya, cakupan penduduk yang memanfaatkan
jamban dari bulan Januari-Oktober 2012 di desa Menoreh desa kempul sudah mencapai
33
110,61%, sehingga angka pencapaian penduduk yang memanfaatkan jamban sudah
melebihi 100%, yaitu sebesar 147,48%. Sedangkan pencapaian berdasarkan hasil Survei
Mawas Diri (SMD) pada 23 November 2012 adalah 55,85% , maka dilakukan penelitian
untuk mengetahui penyebab dari masalah tersebut.
Jumlah pencapaian penduduk yang memanfaatkan jamban di Dusun Kempul Desa
Menoreh
Jumlah cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di Dusun Kempul Desa Menoreh
adalah:
Besar cakupan = Jumlah jamban yang memenuhi syarat yang dimanfaatkan
Jumlah jamban yang diawasi
= 62
111
= 55,85%
Dari hasil didapatkan besar cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di Dusun
Kempul Desa Menoreh pada bulan Oktober 2012 hanya sebesar 55,85%.
Jumlah pencapaian penduduk yang memanfaatkan jamban sehat di Dusun Kempul
Desa Menoreh adalah:
Pencapaian = Besar Cakupan x 100%
Target Dinkes 2012
= 55,85 :
75
= 74,46 %
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan skor pencapaian jamban sehat di Dusun Kempul
dibawah 100% sehingga menjadi masalah.
34
X 100%
X 100%
X 100%
BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
4.1Kerangka Teori
35
INPUT
MAN : petugas sanitarian, kader
MONEY : dana operasional
METHOD : mendatangi rumah responden dan dilakukan wawancara serta pengisian kuesioner
MATERIAL : bangunan yang memiliki jamban, dana operasional
MACHINE : blanko kuesioner, alat transport dan kamera
PROSES
P1 : jadwal tertulis tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan jamban sehat, perencanaan sosialisasi pemanfaatan jamban sehat oleh petugas kesehatan
P2 : Waktu untuk peninjauan ke seluruh warga yang memiliki jamban, pelaksanaan penyuluhan kontinyu dan terpadu
P3 : Petugas kesehatan melakukan promosi kesehatan tentang pemanfaatan jamban sehat, evaluasi kegiatan yang telah dilakukan
LINGKUNGAN
Pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
Perilaku masyarakat dalam menggunakan jamban
Dana masyarakat untuk membuat jamban sehat sendiri
Arisan warga dusun untuk membuat jamban sehat
CAKUPAN PENGGUNAAN
JAMBAN SEHAT
Gambar 8. Kerangka Teori Tentang Pemanfaatan Jamban Sehat
4.2 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 9. Kerangka Penelitian Tentang Cakupan Pemanfaatan
Jamban Sehat
36
Cakupan Pemanfaatan
Jamban Sehat di dusun Kempul
Petugas kesehatan
lingkungan, kader
Petugas kesehatan
lingkungan, kader
Sosial ekonomi masyarakat
Pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat
Perilaku dan kesadaran masyarakat dalam penggunaan jamban
Sosial ekonomi masyarakat
Pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat
Perilaku dan kesadaran masyarakat dalam penggunaan jamban
Ketersediaan air bersih yang
digunakan untuk
membersihkan jamban
Ketersediaan air bersih yang
digunakan untuk
membersihkan jamban
Penyuluhan sanitasi jamban yang sehat
Penyuluhan sanitasi jamban yang sehat
BAB V
METODE PENELITIAN
5.1. Jenis data yang diambil
1. Data primer, diperoleh dari daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun
sebelumnya sesuai tujuan survey yang dilakukan. Kemudian pertanyaan tersebut
ditujukan kepada responden yaitu penduduk yang memanfaatkan jamban dan yang
tidak memanfaatkan jamban yang bertempat tinggal di dusun Kempul desa
Menoreh, kecamatan Salaman kabupaten Magelang yang merupakan salah satu
wilayah kerja Puskesmas Salaman 1. Responden yang diambil sebanyak 30 KK.
2. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas
Salaman I dan laporan bulanan bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Salaman I.
Data yang diperoleh dianalisis melalui pendekatan sistem, dengan melihat fungsi
manajemen baik input (man, money, method, material, machine), proses (perencanaan/P1,
pelaksanaan/P2, pengawasan/P3), serta lingkungan dengan tujuan mengetahui permasalahan
secara menyeluruh. Data kemudian diolah untuk mengidentifikasi permasalahan. Selanjutnya
dianalisis masalah dengan mencari kemungkinan penyebab melalui pendekatan sistem.
Penyebab masalah tersebut dimasukkan ke dalam Fish Bone, kemudian dilakukan konfirmasi
penyebab masalah dengan wawancara langsung kepada petugas kesehatan terkait (koordinator
kesehatan lingkungan). Kemudian ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan
menggunakan kriteria matriks dengan rumus M.I.V/C. Selanjutnya menyusun rencana
kegiatan berdasarkan masalah yang terpilih.
5.2 Batasan judul
Laporan kegiatan dengan judul “Evaluasi Perilaku Rumah Tangga yang
Memanfaatkan Jamban di Dusun Kempul, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang Evaluasi Manajemen Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Salaman 1.
Periode Januari – Oktober 2012” mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut :
37
1. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas
masalah
2. Perilaku
Perilaku adalah kegiatan buang air besar.
3. Rumah Tangga yang memanfaatkan jamban
Adalah penduduk di Dusun Kempul Desa Menoreh yang memanfaatkan jamban
yang memenuhi syarat sanitasi
4. Dusun Kempul
Adalah salah satu dusun yang terletak di Desa Menoreh
5. Desa Menoreh
Desa Menoreh merupakan salah satu desa dari 10 desa yang berada dalam wilayah
kerja Puskesmas Salaman I.
6. Kecamatan Salaman
Kecamatan Salaman adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Magelang.
7. Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
Tengah.
8. Manajemen
Pengaturan sumber daya agar tercapai tujuan yang di harapkan penggunaan secara
efektif untuk mencapai sasaran.
9. Program Kesehatan Lingkungan
Adalah salah satu program puskesmas Salaman 1 yang bertujuan untuk mengatasi
masalah berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang
dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat
dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan luar puskesmas.
10. Puskesmas Salaman 1
Puskesmas Salaman 1 adalah salah satu puskesmas di wilayah kabupaten
Magelang
38
11. Periode Januari-Oktober 2012
Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai
cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban yang memenuhi syarat sanitasi.
5.3. Definisi Operasional
a. Sasaran adalah warga (subjek) dan jamban (objek) di daerah Dusun Kempul, Desa
Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
b. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah jamban yang memenuhi
syarat jamban sehat yang dimanfaatkan dengan jumlah seluruh jamban yang diperiksa
di Dusun Kempul, Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
c. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek)
memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga
yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan
aktif. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
d. Perilaku (Notoatmodjo,2003) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
e. Kriteria jamban sehat menurut Depkes, meliputi :
tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan
paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur
tidak mencemari tanah permukaan
bebas dari serangga
39
tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
aman digunakan oleh pemakainya dan mudah dibersihkan
Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas
minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah lubang
jamban.
Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air
Cukup penerangan
Lantai kedap air
Ventilasi cukup baik, dan tersedianya air dan alat pembersih.
5.4 Ruang Lingkup Kegiatan
a. Lingkup lokasi: Dusun Kempul, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang.
b. Lingkup waktu: Januari – Oktober 2012
c. Lingkup sasaran: 30 rumah tangga yang memanfaatkan jamban di Dusun Kempul
Desa Menoreh
d. Lingkup metode: Kuesioner, wawancara, pencatatan, dan pengamatan
e. Lingkup materi: Evaluasi penggunaan jamban sehat serta memberikan kuisioner
langsung ke rumah penduduk di Dusun Kempul, Desa Menoreh.
5.5 Faktor – faktor Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah:
Rumah tangga yang memanfaatkan jamban tidak sehat di Dusun Kempul, Desa
Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
Responden yang berkenan diwawancarai dan mengisi kuesioner.
40
Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi dalam laporan ini adalah
Rumah tangga yang memanfaatkan jamban sehat.
Rumah tangga yang tidak memililki jamban.
Responden yang tidak berkenan diwawancarai dan mengisi kuesioner.
41
BAB VI
HASIL PENELITIAN
6.1 Kuesioner
Kuesioner Penyebab Masalah
Kuesioner penyebab masalah, mengapa banyak penduduk memanfaatkan jamban
yang tidak memenuhi syarat sanitasi. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang
dilakukan pada 26 responden yang memiliki jamban tidak memenuhi syarat sanitasi.
Tabel 8. Hasil Kuesioner
NO Jenis
pertanyaan
Pertanyaan Jawaban
Jumlah Persen (%)
1. Fisik Apakah dirumah anda tersedia sumber air
bersih?
A. Ya
B. Tidak
A. 28
B. 2
A. 93,33%
B. 6,67%
2. Perilaku Apakah menurut anda jamban itu
penting?
A. Ya
B. Tidak
A. 30
B. 0
A. 100%
B. 0%
3. Pengetahuan Apakah anda tahu apa itu jamban sehat?
A. Ya
B. Tidak
A. 10
B. 20
A. 33,33%
B. 66,67%
4. Perilaku Dimanakah sebaiknya anda BAB?
A. jamban
B. sungai
C. kebun
A. 30
B. 0
A. 100%
B. 0%
42
D. lainnya C. 0
D. 0
C. 0%
D. 0%
5. Pengetahuan Apakah anda tahu jika BAB di
sungai/kolam/kebun dapat mencemari
lingkungan dan menimbulkan penyakit?
A. Ya
B. Tidak tahuA. 17
B. 13
A. 56,67%
B. 43,33%
6. Fisik Seperti apakah bentuk jamban anda?
A. Leher angsa
B. Bukan leher angsa, kolam ikan
C. Bukan leher angsa, sungai
D. Bukan leher angsa, tanah
A. 15
B. 15
C. 0
D. 0
A. 50%
B. 50%
C. 0%
D. 0%
7. Fisik Jika bukan leher angsa, apakah
menggunakan penutup?
A. Ya
B. Tidak
A. 0
B.15
A. 0%
B. 100%
8. Fisik Berapa jarak jamban anda ke sumber air
(sumur, PAM, dll)?
A. <10 meter
B. >10 meter
A. 20
B. 10
A. 66,67%
B. 33,33%
9. Fisik Apakah jamban Anda memiliki dinding,
atap dan pintu?
A. Ya
B. Tidak
A. 16
B. 14
A. 53,33%
B. 46,67%
10. Fisik Apakah jamban anda diplester?
A. Ya
B. Tidak
A. 28
B. 2
A. 93,33%
B. 6,67%
11. Perilaku Setiap berapa lama anda biasa
43
membersihkan jamban?
A. setiap hari
B. seminggu sekali
C. sebulan sekali
D. tidak tentu
A. 3
B.13
C. 0
D. 14
A. 10%
B. 43,33%
C. 0%
D. 46,67%
12. Pengetahuan Apakah anda tahu penyakit apa yang
dapat timbul jika BAB di tempat lain
selain jamban?
A. Ya
B. Tidak tahu
A. 9
B. 21
A. 30%
B. 70%
13. Pengetahuan Apakah anda tahu cara membangun
jamban sehat?
A. Ya
B. Tidak
A. 6
B. 24
A. 20%
B. 80%
14. Pengetahuan Apakah pernah ada penyuluhan
bagaimana membangun jamban sehat
yang sederhana?
A. Ya
B. Tidak
A. 10
B. 20
A. 33,33%
B. 66,67%
15. Pengetahuan Apakah anda tahu berapa jarak ideal
antara sumber air dan Jamban?
A. >10 meter
B. <10 meter
C. Tidak tahu
A. 7
B. 13
C. 10
A. 23,33%
B. 43,33%
C. 33,33%
16. Pengetahuan Pada kondisi tanah berlereng, Apakah
anda tahu letak jamban itu harus lebih
rendah dari sumber air?
A. Ya
B. Tidak tahu
A. 11
B. 19
A. 36,67%
B. 63,33%
17. Pengetahuan Apakah Menurut anda Lantai jamban itu
perlu diplester?
A. 20
B. 10
A. 66,67%
B. 33,33%
44
A. Ya
B. Tidak Tahu
18. Pengetahuan Apakah menurut anda jamban itu perlu
memiliki dinding, atap dan pintu?
A. Ya
B. Tidak
A. 27
B. 3
A. 90%
B. 10%
19. Perilaku Apakah tidak ada serangga dan tikus
yang berkeliaran?
A. Ya
B. Tidak
A. 7
B. 23
A. 23,33%
B. 76,67%
20. Perilaku Apakah tersedia alat pembersih di dalam
kamar mandi?
A. Ya
B. Tidak
A. 7
B. 23
A. 23,33%
B. 76,67%
21. Perilaku Apakah bila ada kerusakan pada jamban
segera diperbaiki?
A. Ya
B. Tidak
A. 30
B. 0
A. 100%
B. 0%
22. Perilaku Apakah lantai jamban selalu bersih dan
tidak ada genangan air?
A. ya
B. tidak
A. 9
B. 21
A. 30%
B. 70%
45
Tabel 9. Hasil kuesioner Inspeksi sanitasi jamban (tingkat resiko pencemaran lingkungan)No Diagnosa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Apakah
penampungan
akhir kotoran/
jamban berjarak
kurang dari 10
meter dengan
sumber air
Nilai : ya = 3,
tidak = 0
3 3 0 3 3 0 0 0 3 3 3 0 0 3 0 3 0 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 3
2 Apakah penutup
sumur resapan
jamban
(penampungan
akhir kotoran
atau tidak kedap
air?
Nilai : ya = 3,
tidak = 0
0 0 0 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 3 0 3 0 0 3 0 0 0 3 3 3 3 3 3 0 3
3 Apakah
konstruksi
3 0 0 0 3 0 3 3 3 3 3 0 0 0 0 3 0 0 3 0 0 0 3 3 3 3 3 3 0 3
46
jamban
memungkinkan
binatang
penyebar
penyakit
menjamah
kotoran dalam
jamban?
Nilai : Ya = 3,
Tidak = 0
4 Apakah jamban
menimbulkan
bau?
Nilai : ya = 1,
tidak = 0
0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0
5 Apakah jamban
tidak selalu
terjaga
kebersihannya?
Nilai : ya = 2,
tidak = 0
0 2 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2
47
Jumlah nilai 6 6 2 6 9 1 8 8 12 11 11 4 0 8 3 11 0 3 11 5 6 0 11 11 11 11 12 12 2 11
Tingkat T T R T AT R T T AT AT AT S R T S AT R S AT T T R AT AT AT AT AT AT R AT
Tingkat resiko untuk mencemari lingkungan:
Nilai ya = 0-2 : R (rendah) : 6
Nilai ya = 3-4 : S (sedang) : 3
Nilai ya = 5-8 : T (tinggi) : 8
Nilai ya = 9-11 : AT(Amat Tinggi) : 13
Tabel 10. Kuesioner tingkat pengetahuan
48
responden Pertanyaan Tingkat pengetahuan
49
NO Nama KK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22Jwb
benarsoal skor Kriteria
1 Gatot A A A A A A A A A B A B B C A A A A A A A 6 9 66,67 Cukup2 Mucharom A A A A A A A A A B A A A B A A A B B A B 9 9 100 Baik3 Fadhol A A B A B A B A A B B B B C B A B B B A B 1 9 11,11 Kurang4 muhmakin B A A A B A A A A A B B B C B A A A A A A 3 9 33,33 Kurang5 abdul mul'in A A A A A A A A A B B B A B A A A A A A A 7 9 77,78 Baik6 Ahmad Affandi A A A A A A B A A D A A B B A A A B B A A 8 9 88,89 Baik7 mustakim A A A A A B B B B A B B B A C B A A B B A B 5 9 55,55 Kurang8 muhroni A A A A A B B B B B B B B A C B A A B B A B 5 9 55,55 Kurang9 isrofi B A B A B B B A B A B B B B C B B A B B A B 1 9 11,11 Kurang
10 nurrochman A A A A A B B A A A B B A A B A A A B B A B 8 9 88,89 Baik11 mustofa abdullah A A A A A B B A A B B B A A B A A A B B A B 8 9 88,89 Baik12 sudarsono A A B A B A B A A D B B B B B B A B B A A 2 9 22,22 Kurang13 atemodimejo A A B A B A B A A D B B B B B B A B B A A 2 9 22,22 Kurang14 muhaimin A A B A A B B A B A D B B A C B A B B B A B 3 9 33,33 Kurang15 sisnanto A A A A A A B A A D A A B B A A A B B A B 8 9 88,89 Baik16 roqib A A B A A B B A B A D B B A C B A B B B A B 3 9 33,33 Kurang17 saryono A A A A A A B A A B A B B B A A A A A A A 7 9 77,78 Baik18 k hadi sukamto A A A A A A A A A A A A A B A A A A A A A 9 9 100 Baik19 zaenudin A A B A B B B A B A A A B B C B A A B B A B 3 9 33,33 Kurang20 darmanto A A A A A A A A A D A B B B B A A A A A B 6 9 66,67 Cukup21 sudhasi A A B A A A A A A D A B A C B A A B B A B 5 9 55,55 Kurang22 wakid A A A A A A B A A B B B B B A A A A A A A 6 9 66,67 Cukup23 maryono A A B A B B B A B A D B B B A B B A B B A B 2 9 22,22 Kurang24 kusyanto A A B A B B B A B A B B B B A B B A B B A B 1 9 11,11 Kurang25 muhbilal A A B A B B B A B A D B B B A B B A B B A B 1 9 11,11 Kurang26 purwanto A A B A B B B A B A D B B B A B B A B B A B 1 9 11,11 Kurang27 wusono A A B A B B B A B A D B B B A B B A B B A B 1 9 11,11 Kurang28 saroni kawit A A B A B B B A B A D B B B A B B A B B A B 1 9 11,11 Kurang29 bejo zainurrochman A A A A A A B B A B B B B B A A A B B A B 6 9 66,67 Cukup30 matjabit A A B A B B B A B A D B B B A B B A B B A B 1 9 11,11 Kurang
50
6.2 Hasil Kuesioner
Tingkat pengetahuan
Jumlah responden yang memenuhi kriteria berpengetahuan baik adalah 20 %.
Tabel 11 . Tingkat pengetahuan mengenai jamban sehat
KRITERIA JUMLAH PERSEN (%)
Baik 8 26,67%Cukup 4 13,33%Kurang 18 60%
Sumber air bersih
Jumlah responden yang memiliki sumber air bersih adalah 93,33%.
Tabel 12 . Kepemilikan sumber air bersih
Sumber Air Bersih Jumlah Persen (%)Ya 28 93,33%Tidak 2 6,67%
Jarak ke sumber air bersih
Jumlah responden yang memiliki jamban berjarak <10 meter dari sumber air bersih
adalah 66,66%. Sedangkan jumlah jamban yang berjarak >10 meter dari sumber air bersih
adalah 33,33%.
Tabel 13. Jarak jamban dari sumber air bersih
Jarak Ke Sumber Air Jumlah Persen (%)<10 meter 20 66,66%>10 meter 10 33,33%
50
Jamban diplester
Jumlah responden yang memiliki lantai jamban diplester adalah 93,33%.
Tabel 14 . Jamban memiliki lantai diplester
Jamban Diplester
Jumlah Persen (%)
Ya 28 93,33%Tidak 2 6,67%
Jamban dengan dinding, atap dan pintu
Jumlah responden yang memiliki jamban dengan dinding, atap dan pintu adalah 53,33%
Tabel 15. Jamban dengan dinding,, atap dan pintu
Dinding, Atap, Pintu
Jumlah Persen (%)
Ya 16 53,33%Tidak 14 46,67%
Tingkat pencemaran lingkungan
Tabel 16. Tingkat pencemaran lingkungan
Kriteria Jumlah Persen (%)Ringan 6 20%Sedang 3 10%
Tinggi 8 26,67%
Amat Tinggi 13 43,33%
51
BAB VII
PEMBAHASAN
7.1 Analisis Hasil Survei Penggunaan Jamban sehat wilayah dusun Kempul desa
Menoreh, kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
Berdasarkan hasil kesimpulan wawancara yang dilakukan pada tanggal 7-8 Desember 2012
mengenai penggunaan jamban sehat, didapatkan hasil responden
Pengetahuan baik : 26,67%
Pengetahuan cukup : 13,33%
Pengetahuan kurang : 60%
Yang memiliki sumber air tidak bersih : 93,33%
Yang memiliki jamban yang berjarak < 10 meter : 66,66%
Yang memiliki lantai jamban yang diplester : 93,33%
Yang memiliki jamban dengan dinding, atap, pintu : 53,33%
Untuk tingkat pencemaran lingkungan
Dengan hasil tingkat pencemaran ringan sebesar 20%, sedang 10%, tinggi 26,67%,
amat tinggi 43,33%
7.2 Analisa penyebab masalah berdasarkan pendekatan sistem
Tabel 17. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Cakupan Penduduk yang
Memanfaatkan Jamban Ditinjau dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN
(Tenaga Kerja)
Tersedia petugas kesehatan
lingkungan di Puskesmas
Salaman
Hanya terdapat 1 petugas kesehatan
lingkungan sehingga mengakibatkan
belum optimalnya dalam melakukan
penyuluhan mengenai jamban sehat
(1)
MONEY
(Pembiayaan)
Terdapatnya dana
operasional di puskesmas
yang dimanfaatkan untuk
kegiatan luar gedung
(pemantauan dan pendataan
52
jamban)
METHOD
(Metode)
Melakukan pengamatan dan
wawancara dengan cara
kunjungan ke masyarakat
untuk dilakukan pendataan
Penyuluhan langsung
kepada pemilik rumah
mengenai jamban yang
memenuhi syarat kesehatan
saat pendataan berlangsung
Belum ada penyuluhan secara berkala
mengenai jamban sehat (2)
MATERIAL
(Perlengkapan)
Terdapat aula puskesmas
yang digunakan untuk
tempat penyuluhan
Terdapat kendaraan
operasional bagi petugas
kesehatan lingkungan
MACHINE
(peralatan)
Terdapat blanko
kuesioner untuk
pemeriksaan jamban
Tidak tersedianya pamflet, brosur
dan poster penyuluhan tentang
jamban yang memenuhi syarat
sanitasi.(3)
Tabel 18. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Cakupan Penduduk yang
Memanfaatkan jamban Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(Perencanaan
)
Adanya data jumlah rumah,
data jumlah KK, dan data
jumlah rumah tangga yang
memiliki jamban.
Jadwal tertulis tentang perencanaan
pelaksanaan pengawasan jamban
sehat belum ada.(4)
53
P2
(Pelaksanaan)
Saat pendataan berlangsung,
sanitarian langsung
memberikan penyuluhan
tentang jamban
Pelaksanaan penyuluhan kurang
berkelanjutan dan terpadu (5)
P3
(Penilaian,
Pengawasan
Pengendalian)
Terdapatnya pencatatan dan
pelaporan mengenai jamban
Evaluasi dari kegiatan yang
dilakukan (penyuluhan) masih
kurang (6)
Lingkungan
Tokoh masyarakat sangat
berperan dalam mendorong
masyarakat untuk
menggunakan jamban sehat
Pemilik rumah cukup
kooperatif pada saat petugas
melakukan pendataan.
Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai
jamban sehat (7)
Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai
dampak yang dapat ditimbulkan jika
BAB di jamban yang tidak
memenuhi syarat sanitasi (8)
Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai
cara membangun jamban sederhana
yang memenuhi syarat sanitasi.(9)
Terbatasnya dana untuk membangun
jamban dan septik tank (10)
54
7.3 Rekapitulasi Analisa Penyebab Masalah :
Berdasarkan hasil pengamatan, survei, wawancara yang telah dilakukan di Dusun
Kempul Desa Menoreh didapatkan penyebab masalahnya sebagai berikut :
1. Hanya terdapat 1 petugas kesehatan lingkungan sehingga mengakibatkan belum
optimalnya dalam melakukan penyuluhan mengenai jamban sehat
2. Belum ada penyuluhan secara berkala mengenai jamban sehat
3. Tidak tersedianya pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban yang
memenuhi syarat sanitasi.
4. Jadwal tertulis tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan jamban sehat belum
ada.
5. Pelaksanaan penyuluhan kurang berkelanjutan dan terpadu
6. Evaluasi dari kegiatan yang dilakukan (penyuluhan) masih kurang
7. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai jamban sehat
8. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai dampak yang dapat
ditimbulkan jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi
9. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai cara membangun
jamban sederhana yang memenuhi syarat sanitasi.
10. Terbatasnya dana untuk membangun jamban dan septik tank
55
56
ManHanya terdapat 1 petugas kesehatan lingkungan sehingga mengakibatkan belum optimalnya dalam melakukan penyuluhan mengenai jamban sehat
Material
ProsesProses
P 2
Pelaksanaan penyuluhan kurang berkelanjutan dan terpadu
Machine
Tidak tersedianya pamflet, brosur dan poster
tentang jamban yang memenuhi syarat sanitasi.
P 1Jadwal tertulis tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan jamban sehat belum ada.
P 3Evaluasi dari kegiatan yang dilakukan (penyuluhan) masih kurang
INPUTINPUT
MethodBelum ada penyuluhan secara berkala mengenai jamban sehat
Money
Rendahnya Cakupan masyarakat yang
memanfaatkan jamban sehat di Desa Menoreh
45,53% dari target dinkes: 75%)
Gambar 10. Diagram Fish Bone
Lingkungan Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai jamban sehat Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai dampak yang dapat ditimbulkan jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai cara membangun jamban sederhana yang memenuhi syarat sanitasi.
Terbatasnya dana untuk membangun jamban dan septik tank sendiri
57
BAB VIII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
8.1. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab-penyebab rendahnya cakupan Kesehatan
Lingkungan (Jamban Sehat) yang memenuhi syarat sanitasi yang ditemukan atau ditangani
sesuai standar di wilayah Puskesmas Salaman I, maka langkah selanjutnya yaitu menyusun
alternative pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 19. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1 Hanya terdapat 1 petugas
kesehatan lingkungan sehingga
mengakibatkan belum
optimalnya dalam melakukan
penyuluhan mengenai jamban
sehat
Dengan melakukan pembinaan dan pembentukan kader
kesehatan lingkungan, dan pendekatan kepada tokoh
masyarakat untuk mensosialisasikan pentingnya BAB di
jamban sehat
2 Belum ada penyuluhan secara
berkala mengenai jamban sehat
Mengadakan penyuluhan mengenai jamban sehat serta
pentingnya penggunaan jamban sehat, sekaligus akibat
dari secara berkala
3 Tidak tersedianya pamflet,
brosur dan poster penyuluhan
tentang jamban yang memenuhi
Pembuatan pamflet, brosur dan poster penyuluhan
tentang jamban yang memenuhi syarat sanitasi
57
syarat sanitasi
4 Jadwal tertulis tentang
perencanaan pelaksanaan
pengawasan jamban sehat
belum ada
Pembuatan jadwal oleh sanitarian mengenai
pelaksanaan pengawasan jamban dan penyuluhan
pentingnya BAB di jamban yang sehat dan pembuatan
target jumlah rumah yang harus dikunjungi tiap
bulannya
5 Pelaksanaan penyuluhan kurang
berkelanjutan dan terpadu
Diadakan penyuluhan mengenai jamban sehat dan pentingnya BAB di jamban sehat secara berkala
6 Evaluasi dari kegiatan yang
dilakukan (penyuluhan) masih
kurang
Rapat Evaluasi antara petugas sanitarian dengan kader
7 Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai
jamban sehat
Penyuluhan mengenai syarat-syarat jamban sehat, pentingnya
BAB di jamban sehat, dan dampak yang dapat ditimbulkan
jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan
penyuluhan mengenai cara membangun jamban sehat yang
sederhana
8 Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai
dampak yang dapat ditimbulkan
jika BAB di jamban yang tidak
memenuhi syarat sanitasi
Penyuluhan mengenai syarat-syarat jamban sehat, pentingnya
BAB di jamban sehat, dan dampak yang dapat ditimbulkan
jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan
penyuluhan mengenai cara membangun jamban sehat yang
sederhana
9 Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai
cara membangun jamban
Penyuluhan mengenai syarat-syarat jamban sehat, pentingnya
BAB di jamban sehat, dan dampak yang dapat ditimbulkan
jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan
58
sederhana yang memenuhi
syarat sanitasi
penyuluhan mengenai cara membangun jamban sehat yang
sederhana
10 Terbatasnya dana untuk
membangun jamban dan septik
tank
Membentuk arisan warga, atau iuran bulanan
masyarakat, dana iuran tersebut dapat digunakan
untuk pembangunan jamban
Usulan ke desa untuk mengajukan dana PNPM
8.2 PENGGABUNGAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
59
Jadwal tertulis tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan jamban sehat belum ada
Evaluasi dari kegiatan yang dilakukan (penyuluhan) masih kurang
Hanya terdapat 1 petugas kesehatan lingkungan sehingga mengakibatkan belum optimalnya dalam melakukan penyuluhan mengenai jamban sehat
B.Pembuatan pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban yang memenuhi syarat sanitasi
A.Dengan melakukan pembinaan pembentukan kader kesehatan lingkungan, dan pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan pentingnya BAB di jamban sehat
C.Pembuatan jadwal oleh sanitarian mengenai pelaksanaan pengawasan jamban dan penyuluhan pentingnya BAB di jamban yang sehat dan pembuatan target jumlah rumah yang harus dikunjungi tiap bulannya
D. Rapat Evaluasi antara petugas sanitarian dengan kader
Tidak tersedianya pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban yang memenuhi syarat sanitasi
Gambar 11. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
60
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai jamban sehat serta penggunaan jamban sehat
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai dampak yang dapat ditimbulkan jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai cara membangun jamban sederhana yang memenuhi syarat sanitasi
Terbatas nya dana untuk membangun jamban dan septic tank
E.Penyuluhan mengenai syarat-syarat jamban sehat, pentingnya BAB di jamban sehat, dan dampak yang dapat ditimbulkan jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan penyuluhan mengenai cara membangun jamban sehat yang sederhana
Membentuk arisan warga, atau iuran bulanan masyarakat, dana iuran tersebut dapat digunakan untuk pembangunan jamban, dan usulan ke desa untuk mengajukan dana PNPM
Belum ada penyuluhan secara berkala mengenai jamban sehat
Pelaksanaan penyuluhan kurang berkelanjutan dan terpadu
8.3 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Menggunakan
Rumus M x I x V/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan Kriteria Matriks. Berikut ini
proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan Kriteria
Matriks Menggunakan Rumus M x I x V / C :
a.Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program :
Magnitude ( M ) Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar
(banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka
semakin efektif
Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah
Vulnerability ( V ) Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Kriteria M, I, dan V masing-masing diberi skor 1-5
Bila makin magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan
penilaian pada kriteria I dan V.
b.Efisiensi Program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (c) diberi
nilai 1-5. Bila cost-nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1. Berikut ini proses penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks :
61
Tabel 20. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Penyelesaian masalahNilai Kriteria Hasil Akhir
UrutanM I V C (M.I.V)/C
A.Dengan melakukan pembinaan dan pembentukan kader kesehatan lingkungan, dan pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan pentingnya BAB di jamban sehat
3 4 4 1 48 II
B.Pembuatan pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban yang memenuhi syarat sanitasi
3 3 4 4 9 VII
C.Pembuatan jadwal oleh sanitarian mengenai pelaksanaan pengawasan jamban dan penyuluhan pentingnya BAB di jamban yang sehat dan pembuatan target jumlah rumah yang harus dikunjungi tiap bulannya
3 3 3 2 13,5 IV
D. Rapat Evaluasi antara petugas sanitarian dengan kader
3 4 3 1 36 III
E.Penyuluhan mengenai syarat-syarat jamban sehat, pentingnya BAB di jamban sehat, dan dampak yang dapat ditimbulkan jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan penyuluhan mengenai cara membangun jamban sehat yang sederhana
5 5 4 2 50 I
F. Membentuk arisan warga, atau iuran bulanan masyarakat, dana iuran tersebut dapat digunakan untuk pembangunan jamban
2 3 4 2 12 V
G. Usulan ke desa untuk mengajukan dana PNPM
1 5 4 2 10 VI
62
8.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan KegiatanTabel 21. Plan of Action usaha peningkatan cakupan masyarakat yang memanfaatkan jamban sehat di Dusun Kempul Desa Menoreh
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksanaan Waktu Dana Metode Tolak ukur
I Penyuluhan mengenai jamban sehat
-Meningkatkan pengetahuan Mayarakat mengenai syarat-syarat jamban sehat
-Meningkatnya cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban sehat
-Masyarakat mengetahui cara membangun jamban sehat yang sederhana
Mayarakat Dusun Kempul Desa Menoreh yang tidak memanfaatkan jamban sehat
Balai desa Menoreh
Petugas kesehatan lingkungan & kader
Setiap bulan
Dimulai bulan desember 2012
Bantuan operasional Kesehatan
Penyuluhan secara langsung, diskusi, tanya jawab dan pembuatan poster mengenai cara membangun jamban sehat
Tolak ukur proses
Terlaksananya kegiatan penyuluhan tersebut
Tolak ukur hasil
Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
Meningkatnya jumlah penduduk yang BAB di jamban sehat
Meningkatnya jumlah jamban sehat di Dusun Kempul
II pembinaan dan pembentukan kader kesehatan lingkungan, dan pendekatan kepada tokoh masyarakat
Meningkatkan peran kader dan tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan penggunaan jamban sehat
Mayarakat Dusun Kempul Desa Menoreh yang tidak memanfaatkan jamban sehat
Balai Desa Menoreh
Petugas kesehatan lingkungan & kader
Setiap 3 bulan 1 kali dalam setahun
Dimulai bulan desember 2012
Bantuan operasional kesehatan
Pertemuan berkala antara petugas kesling, kader dan masyarakat setempat untuk penilaian sekaligus sosialisasi jamban sehat
Tolak ukur Proses
Adanya koordinasi dengan petugas kesling, kader dan tokoh masyarakat setempat
63
Tolak ukur hasil
Peran aktif dari kader dan tokoh masyarakat dalam melakukan sosialisasi jamban sehat
III Rapat Evaluasi petugas Kesling dengan Kader
Untuk mengetahui dan menilai hasil kegiatan penyuluhan
Kader Balai desa Menoreh
Petugas Kesling
Setiap bulan, dimulai Desember 2012
Dana operasional Puskesmas
Diskusi, Tanya jawab, penilaian hasil kegiatan
Tolak ukur proses
Terlaksananya rapat evaluasi secara berkala
Tolak ukur hasil
Meningkatnya pengetahuan para kader mengenai kondisi
IV Pembuatan jadwal pelaksanaan pengawasan jamban dan penyuluhan serta pembuatan target jumlah rumah yang harus dikunjungi tiap bulannya
Untuk mengetahui sasaran penyuluhan, Tersusun jadwal kegiatan yang baik dan sistematis
Petugas kesling, kader
Puskesmas, balai desa Menoreh
Petugas kesling, kader
Satu kali atau 2 kali dalam setahun
Dimulai bulan Desember 2012
Dana operasional puskesmas
Diskusi, Tanya jawab Tolak ukur proses
Terlaksananya kegiatan pembuatan jadwal tertulis
Tolak ukur hasil
Tersusun jadwal kegiatan yang baik dan sistematis, serta mengetahui sasaran penyuluhan
V Pengadaan iuran bulanan masyarakat atau arisan warga
Adanya masukan dana untuk pembangunan jamban sehat
Masyarakat dusun Kempul, desa Menoreh
Rumah Kader atau rumah Kepala Dusun
Kader serta masyarakat dusun Kempul
Setiap bulan, dimulai pada bulan Januari 2013
Dana masyarakat dusun Kempul
Mengadakan iuran bulanan dari warga dusun kempul
Tolak ukur proses
Terhimpunnya dana untuk pembangunan jamban umum
64
Kempul Desa Menoreh
Tolak ukur hasil
Terlaksananya pembangunan jamban umum yang sehat
VI Usulan ke desa untuk mengajukan dana PNPM
Adanya masukan dana untuk pembangunan jamban sehat
Masyarakat dusun Kempul, Desa Menoreh
Rumah Kepala Dusun Menoreh
Petugas Kesling
Setiap 3 bulan, dimulai pada bulan Januari
- Diskusi Tolak ukur proses
Terhimpunnya dana untuk pembangunan jamban umum
Tolak ukur hasil
Terlaksananya pembangunan jamban umum yang sehat
VII Peningkatan media promosi mengenai jamban sehat
Meningkatkan pengetahuan mengenai jamban sehat
Masyarakat dusun Kempul, desa Menoreh
Rumah Kepala Dusun Kempul Desa Menoreh
Petugas Kesling, beserta Kader
Setiap 6 bulan sekali, dimulai pada bulan Desember 2012
Dana operasional kesehatan
Membuat pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban yang memenuhi syarat sanitasi
Tolak ukur proses; membuat pamflet, brosur, dan poster
tolak ukur hasil: terdapat pamflet, brosur, dan poster
65
Tabel 22. Gann Chart
KegiatanDesember 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
I
II
III
IV
V
66
Keterangan :
I : Pembuatan jadwal pelaksanaan pengawasan jamban dan penyuluhan serta pembuatan target
II : Pembuatan pamflet, brosur, poster
III : pembinaan dan pembentukan kader kesehatan lingkungan
IV : Penyuluhan mengenai jamban sehat
V : Rapat Evaluasi antara petugas sanitarian dengan kader
67
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Setelah melakukan analisis kemungkinan penyebab masalah rendahnya cakupan
penduduk yang menggunakan jamban sehat di Dusun Kempul Desa Menoreh periode Januari-
Oktober 2012 dengan menggunakan metode pendekatan masalah dan juga melakukan
konfirmasi ke bagian Program Kesehatan Lingkungan, maka didapatkan penyebab masalah
yang paling mungkin, antara lain hanya terdapat 1 petugas kesehatan lingkungan sehingga
mengakibatkan belum optimalnya dalam melakukan penyuluhan mengenai jamban sehat,
terbatasnya dana untuk membangun jamban dan septic tank sendiri ataupun umum di dusun
tersebut. Maupun pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai jamban sehat, cara
membuat jamban, tidak mengetahui dampak yang timbul jika BAB di jamban yang tidak
memenuhi syarat. Selain itu tidak adanya penyuluhan yang berkelanjutan mengenai jamban
sehat. Jadwal tertulis tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan jamban sehat belum
ada, maupun evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan masih kurang.
Alternatif pemecahan penyebab masalah antara lain dengan melakukan penyuluhan
mengenai syarat-syarat jamban sehat, pentingnya BAB di jamban sehat, dan dampak yang
dapat ditimbulkan jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan penyuluhan
mengenai cara membangun jamban sehat yang sederhana. Dapat dilakukan peningkatan
media promosi dengan membuat pamflet, brosur maupun poster mengenai jamban sehat.
Melakukan pembinaan kader kesehatan lingkungan sekaligus membentuk kader
khusus kesehatan lingkungan. Melakukan pendekatan tokoh masyarakat tentang pentingnya
BAB di jamban sehat sehingga tokoh masyarakat tersebut dapat mensosialisasikannya
kembali ke masyarakat. Juga dibuat jadwal pelaksanaan dan pengawasan jamban, serta
penyuluhan secara tertulis, sehingga data mengenai jamban yang sehat maupun yang tidak
sehat dapat diketahui dengan baik. Pengadaan iuran warga juga dapat dilakukan, sehingga
tersedia nya dana untuk membangun jamban yang sehat.
67
9.2. Saran
1. Bagi Masyarakat Dusun Kempul
Hendaknya bergotong royong dalam kegiatan pembangunan jamban
sehat sehingga biaya dapat lebih minimal.
2. Bagi Puskesmas Salaman 1
a. Meningkatkan kerjasama dengan dokter muda, meningkatkan
pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan pendataan dan
penyuluhan untuk meningkatkan cakupan penduduk yang
menggunakan jamban sehat khususnya di Dusun Kempul Desa
Menoreh
b. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di Dusun Kempul
untuk menggalakan program jambanisasi. Diharapkan dengan
pendekatan ke tokoh masyarakat, program jambanisasi ini akan
berjalan dengan lancar.
c. Memberikan penghargaan bagi Desa atau Dusun yang cakupan
penggunaan jamban sehat telah mencapai target
3. Bagi Peneliti
Perlunya penelitian lebih lanjut dan mendalam terutama hubungan
antar penyebab yang dapat mempengaruhi cakupan penduduk yang
menggunakan jamban sehat di Dusun Kempul Desa Menoreh.
68
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartoyo. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Survei Mawas Diri dan Intervensi
Masyarakat dalam Bentuk Pendekatan Kemasyarakatan. Magelang; 2011.
2. Hartoyo. Konsep Pendekatan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Desa Siaga. Magelang;
2011
3. Definisi Kesehatan Lingkungan. Available at :
http:// kesehatanlingkungan.duniakesehatan/76856 .com . Accesed on, December 6 2012
4. Kriteria Jamban Sehat. Available at : http://puskesmas/2011/03/definisi-jamban-sehat-
dan-tujuh-syarat.html Accessed on December 6 2012
5. Jenis jamban dan criteria jamban sehat. Available at :
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/08/kriteria-jamban-dan-jamban-sehat.html. accessed
on December 6 2012.
6. Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan. 2010. Available at:
http://puskesmasbonorowo.blogetery.com/category. Accesed on, December 7 2012.
7. Madjid. 2009. Pengetahuan dan Tindakan Masyarakat dalam Pemanfaatan Jamban
Keluarga. http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-tindakan-
masyarakat-dalam-pemanfaatan-jamban-keluarga/. Accessed on, December 7 2012.
8. Jamban sehat. 2010. Available from:
http://enviromentalsanitation.wordpress.com/2009/01/02. Accessed on, December 7
2012.
9. Menristek. 2009. Teknologi Tepat Guna. http://www.iptek.net.id. Accessed on
December 7 2012.
69