Download - Tugas Klb Rabies
Laporan KLB Rabies MTB Page 1
TUGAS-IKM KLB RABIES
DISUSUN
OLEH:
NAMA: MEINNY J LESSYNIM: 2009-83-006
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS PATTIMURAAMBON2011
A. Pendahuluan
Kata "rabies" berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas yang artinya melakukan
kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani , rabies disebut Lyssa atau Lytaa yang artinya
kegilaan. Dalam bahasa Jerman , rabies disebut tollwut yang berasal dari bahasa Indojerman
Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya marah. Dalam bahasa Prancis , rabies
disebut rage berasal dari kata benda robere yang artinya menjadi gila.
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus
rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan
kera.
Kakteristik virus Rabies: Ordo Mononegavirales, Family Rhabdoviridae – ‘bullet’
shaped, dan Genus Lyssavirus. Klasifikasi lyssa virus: Genotipe 1 ( Rabies virus), Genotipe 2
( Lagos bat virus), Genotipe 3 ( Mokola virus), Genotipe 4 (Duvenhage ), Genotipe 5
( Eropean bat lyssavirus /EBL)1, Genotipe 6 EBL 2, Genotipe 7 ( Australian bat lyssavirus),
(* RRV (Rabies related viruses).
Struktur Rabies Virus yaitu memiliki struktur seperti peluru nonsegmen Negatif strand
RNA 12 Kb dengan inti berupa pita helik RNA dengan protein NRP yang dikelilingi oleh
amplop lipid bilayer. Virus Rabies memiliki: 5 protein utama, Ribonucleoprotein (RNP)
Core: Nucleocapsid protein (N), Nucleocapsid phosphoprotein (NS or P), RNA polymerase
(L), Matrix protein (M), dan Glycoprotein (G).
Berdasarkan penular: Rabies Urban, yang terdiri atas Hewan domestik (anjing, kucing)
sebagai penular utama dan Lebih banyak menularkan pada manusia. Kemudian juga terdapat
Rabies silvatik, yang terdiri atas Hewan liar sebagai agen penular dan yang Lebih sulit
diberantas.
Penularan dapat melalui: Hewan-Hewan/manusia, Melalui gigitan 90 %, Aerosol belum
pasti, Peroral juga belum pasti, dari Manusia ke Manusia (jarang).
Rabies adalah suatu penyakit encephalomyelitis viral akut dan fatal; serangan biasanya
dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise, perubahan perasaan
sensoris, pada bekas gigitan binatang. Gejala yang sering muncul adalah eksitabilitas dan
aerophobia. Penyakit ini berlanjut kearah terjadinya paresis atau paralisis, kejang otot-otot
menelan menjurus kepada perasaan takut terhadap air (hydrophobia), diikuti dengan delirium
Laporan KLB Rabies MTB Page 2
dan kejang. Tanpa intervensi medis, basanya berlangsung 2-6 hari dan kadang-kadang lebih,
428 kematian biasanya karena paralisis pernafasan.
Diagnosa ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA yang spesifik terhadap jaringan otak
atau dengan isolasi virus pada tikus atau sistem pembiakan sel. Diagnosa presumptive dapat
ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA spesifik dari potongan kulit yang dibekukan diambil
dari kuduk kepaa bagian yang berambut. Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi
pada mencit atau kultur sel.
B. Tujuan PE
Adapun tujuan penulis dari penulisan laporan KLB Rabies ini adalah sebagai berikut:
1 Untuk menjelaskan tentang KLB Rabies di daerah MTB, Maluku.
2 Untuk memenuhi tugas ILMU KESEHATAN MASYARAKAT yang diberikan
oleh dosen mata kuliah tersebut.
3 Untuk menunjang proses belajar mengajar atau perkuliahan.
C. Metode PE
Kepustakaan : dimana data-data yang dipakai tidak secara langsung penulis melakukan
penelitian tetapi berdasarkan data-data pada jurnal-jurnal dan artikel-artikel yang dipakai
penulis dalam melengkapi tugas kemudian dipadukan dan ditulis dengan gaya penulis, dan
dengan cara berpikir penulis dari segi remaja (akil balik) namun dipastikan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah..
D. Hasil PE :
1. Memastikan adanya KLB
Informasi Pertama dari www.erabaru.netDitulis oleh Era Baru News Rabu, 25 Agustus 2010 Ambon - Tim gabungan dari berbagai unsur diterjunkan untuk mengatasi kasus kejadian luar biasa (KLB) rabies yang telah menewaskan 19 warga Desa Larat, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB).
"Mereka telah diterjunkan ke lokasi untuk mengeliminasi wabah rabies akibat gigitan anjing gila yang terjadi sejak 5 Agustus 2010," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Maluku Jasmin Badjak di Ambon, Rabu (25/8).
Laporan KLB Rabies MTB Page 3
Dia mengatakan, tim gabungan yang diterjunkan itu masing-masing dua orang dari Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan, Laboratorium Tipe Peternakan Dinas Pertanian Maluku, tim zoonosis Departemen Kesehatan, pejabat Dinas Kesehatan Maluku serta seorang tenaga karantina hewan Maluku.
Dia mengakui, laporan kasus gigitan anjing yang terindikasi menderita penyakit rabies baru diketahui 27 Juli 2010 padahal kasus penyakit ini sudah memakan banyak korban jiwa.
"Kasusnya terlambat diketahui dan baru dilaporkan pada 27 Juli, padahal kasus gigitan anjing pertama sudah terjadi hampir sebulan dan sudah ada korban meninggal dan terlambat ditangani," katanya.
Berdasarkan pemeriksaan tim gabungan di lapangan diperoleh indikasi kasus rabies itu telah menyebar dan setelah dilakukan diagnosa terhadap delapan ekor anjing, satu di antaranya positif menderita rabies.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan dan diagnosa lanjutan itu kemudian dilakukan eliminasi terhadap anjing yang terindikasi kuat menderita rabies. Dalam seminggu saja 116 ekor anjing peliharaan warga Larat yang menderita rabies telah dimusnahkan," katanya.
Hasil pemeriksaan tim teknis itu kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya instruksi Bupati MTB Bito Temar yang memberikan kewenangan kepada tim gabungan serta petugas peternakan dan kesehatan setempat untuk melakukan eliminasi terhadap seluruh anjing di kabupaten itu yang terindikasi terjangkit penyakit rabies.
Bupati juga menginstruksikan masyarakat untuk mengikat dan mengurung hewan peliharaannya terutama anjing, kera dan kucing serta bersedia untuk divaksinasi.
Jasmin Batjak menambahkan, sedikitnya 611 ekor anjing dari total populasi di Larat sebanyak 3.000-an ekor berhasil dieliminasi selama hampir tiga minggu terakhir.
Sedangkan total populasi anjing yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebanyak 27.000-an ekor.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan MTB dr. Theo Resiloy secara terpisah mengatakan, sedikitnya 357 warga Larat digigit anjing yang teridentifikasi terkena rabies, sebanyak 19 di antaranya meninggal dunia.
"Korban meninggal dunia karena terlambat mendapat pertolongan medis," katanya seraya menambahkan beberapa warga dirujuk ke RSUD dr. M. Haulussy Ambon untuk mendapatkan pertolongan.
Dia menambahkan, wabah penyakit rabies di Kecamatan Tanimbar Utara berawal dari seorang wanita tua yang membawa anjing jenis Peking dari Kota Ambon, Desember 2009.
Anjing Peking ini kemudian menularkan virus kepada anjing lainnya melalui gigitan dan akhirnya menyebar pada manusia, namun awalnya warga setempat yang masih mempercayai dunia mistik tidak yakin kalau kebanyakan korban tewas adalah penderita rabies.(ant/yan)
Laporan KLB Rabies MTB Page 4
Informasi kedua dari: www.bataviase.co.id
Tiga Daerah KLB Rabies
Ditulis oleh Bataviase News Rabu, 02 Februari 2011
Optimistis Tidak Berdampak pada Target Kunjungan Wisatawan
JAKARTA-Status Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan pemerintah untuk daerah Bali, Nias, dan Maluku setelah rabies melanda daerah tersebut. Pemerintah menyatakan tiga daerah itu berstatus gawat darurat terhadap rabies. "Pemerintah daerah seperti Bali sudah paham cara menangani kasus tersebut, kejadian ini bukan yang kali pertama. Kami sedang membahas program yang akan dilakukan dalam menangani kasus ini," jelas Menbudpar Jero Wacik di Gedung Sapta Pesona. Jakarta, kemarin.
Selain tiga daerah tersebut yang dinyatakan KLB, pemerintah juga menyatakan 24 provinsi belum bebas dari rabies. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan, rabies merupakan peyakit yang mematikan, bila muncul gejala klinis rabies, maka penderita terancam meninggal. "Di beberapa daerah, kasus rabies sudah mengkhawatirkan. Perkembangan penyakit anjing gila yang kalau kena manusia maka belum ada obatnya dan menyebabkan kematian," kata Agung di kantornya kemarin.
Dari data yang ada, manusia yang positif rabies di Bali sebanyak 492 kasus, Nias sebanyak 32 kasus, dan Maluku ada 2 kasus. Sementarakunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2010 tumbuh 10,74 persen. Secara komuhi 11 jumlah kunjungan wisman pada Januari-Desember 2010sebesar7.002.944atau naik 10,74 persen dibandingkan periode yang sama pada 2009 sebesar 6.323.730 orang.
"Saya yakin kasus ini tidak akan berdampak besar untuk target kita di 2011. karena kita segera bisa atasi. Kita memang tidak salah, harus mengatakan keadaan yang sebenarnya ke pada para wisatawan, tapi kita berikan penje-lasan-penjelasan agar mereka tidak takut," sambung Jera lagi. Sementara itu, tahun ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) membentuk Badan Promosi
Pariwisata Indonesia (BPPI). Anggaran sebesar Rp 21,9 miliar siap dikucurkan untuk membidani kelahiran BPPI. Badan ini merupakan ujung tombak penggenjot pariwisata Indonesia. Dirjen Pemasaran Kemenbudpar Sapta Nirwandar di Jakarta kemarin (1 fl) menjelaskan, rencana membentuk BPPI itu memang cukup mendesak. "Usulan pembentukannya sendiri memang sudah lama," kata dia. Tahun ini, Sapta optimistis, BPPI bisa terbentuk. BPPI ini terdiri atas perwakilan asosiasi pariwisata dan pihak swasta lainnya. Sapta menjelaskan, dalam perjalanannya nanti akan diatur regulasi sehingga tugas antara Ditjen Pemasaran Kemenbudpar tidak sampai bertabrakan dengan BPPI, (nel/wan)
Optimistis Tidak Berdampak pada Target Kunjungan Wisatawan JAKARTA-Status Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan pemerintah untuk daerah Bali, Nias, dan Maluku setelah rabies melanda daerah tersebut. "Pemerintah daerah seperti Bali sudah paham cara menangani kasus tersebut, kejadian ini bukan yang kali pertama. Kami sedang membahas program yang akan dilakukan dalam menangani kasus ini," jelas Menbudpar Jero Wacik di Gedung Sapta
Laporan KLB Rabies MTB Page 5
Pesona. Dari data yang ada, manusia yang positif rabies di Bali sebanyak 492 kasus, Nias sebanyak 32 kasus, dan Maluku ada 2 kasus.
Informasi ketiga dari: www.indopos.co.id
Ditulis oleh: Indopos News
Tiga Daerah KLB Rabies
Optimistis Tidak Berdampak pada Target Kunjungan Wisatawan
JAKARTA-Status Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan pemerintah untuk daerah Bali, Nias, dan Maluku setelah rabies melanda daerah tersebut. Pemerintah menyatakan tiga daerah itu berstatus gawat darurat terhadap rabies. ’’Pemerintah daerah seperti Bali sudah paham cara menangani kasus tersebut, kejadian ini bukan yang kali pertama. Kami sedang membahas program yang akan dilakukan dalam menangani kasus ini,’’ jelas Menbudpar Jero Wacik di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, kemarin. Selain tiga daerah tersebut yang dinyatakan KLB, pemerintah juga menyatakan 24 provinsi belum bebas dari rabies. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan, rabies merupakan peyakit yang mematikan, bila muncul gejala klinis rabies, maka penderita terancam meninggal.
’’Di beberapa daerah, kasus rabies sudah mengkhawatirkan. Perkembangan penyakit anjing gila yang kalau kena manusia maka belum ada obatnya dan menyebabkan kematian,’’ kata Agung di kantornya kemarin. Dari data yang ada, manusia yang positif rabies di Bali sebanyak 492 kasus, Nias sebanyak 32 kasus, dan Maluku ada 2 kasus. Sementara kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2010 tumbuh 10,74 persen. Secara komulatif jumlah kunjungan wisman pada Januari-Desember 2010 sebesar 7.002.944 atau naik 10,74 persen dibandingkan periode yang sama pada 2009 sebesar 6.323.730 orang. ’’Saya yakin kasus ini tidak akan berdampak besar untuk target kita di 2011, karena kita segera bisa atasi. Kita memang tidak salah, harus mengatakan keadaan yang sebenarnya ke pada para wisatawan, tapi kita berikan penjelasan- penjelasan agar mereka tidak takut,’’ sambung Jero lagi.
Sementara itu, tahun ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) membentuk Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI). Anggaran sebesar Rp 21,9 miliar siap dikucurkan untuk membidani kelahiran BPPI. Badan ini merupakan ujung tombak penggenjot pariwisata Indonesia. Dirjen Pemasaran Kemenbudpar Sapta Nirwandar di Jakarta kemarin (1/2) menjelaskan, rencana membentuk BPPI itu memang cukup mendesak. ’’Usulan pembentukannya sendiri memang sudah lama,’’ kata dia. Tahun ini, Sapta optimistis, BPPI bisa terbentuk. BPPI ini terdiri atas perwakilan asosiasi pariwisata dan pihak swasta lainnya. Sapta menjelaskan, dalam perjalanannya nanti akan diatur regulasi sehingga tugas antara Ditjen Pemasaran Kemenbudpar tidak sampai bertabrakan dengan BPPI. (nel/wan)
Laporan KLB Rabies MTB Page 6
2. Gambaran klinis & distribusi gejala
Virus rabies disamping terdapat di susunan saraf pusat, juga terdapat di air liur hewan
penderita rabies.
Oleh sebab itu penularan penyakit rabies pada manusia atau hewan lain adalah
terutama melalui : Luka gigitan dan Jilatan pada luka
Masa tunas tergantung:
Pada hewan : ± 3 – 6 minggu
Pada manusia : 2 – 8 minggu
Masa tunas bs lebih singkat/sebaliknya, tergantung :
Parah tidaknya luka gigitan
Jauh dekatnya luka gigitan dengan otak.
Banyaknya saraf pada luka gigitan.
Jumlah virus yg masuk melalui luka gigitan.
Jumlah luka gigitan
1) RABIES PADA HEWAN ADA 2 BENTUK:
Rabies yang ganas
Rabies yang tenang
2) RABIES YANG GANAS:
Perubahan tabiat à jinak & ramah menjadi penakut.
Air liur menetes terus
Senang bersembunyi di tempat gelap & dingin.
Tidak menuruti perintah majikannya.
Nafsu makan hilang.
Memakan benda2 asing seperti paku,batu.
Laporan KLB Rabies MTB Page 7
Ekornya berada diantara 2 paha.
Menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpai.
Kejang-kejang disusul kelumpuhan.
Biasanya mati dalam 4-7 hari setelah timbul gejala.
3) RABIES YANG TENANG:
Rabies bentuk ini menunjukkan gejala kelumpuhan yang sangat menonjol.
Kejang-kejang berlangsung sangat singkat dan tidak sempat terlihat sama sekali.
4) GEJALA PADA KUCING:
Menyembunyikan diri, banyak mengeong
Mencakar-cakar lantai, menjadi agresif dan 2 -4 hari setelah gejala pertama biasanya
terjadi kelumpuhan, terutama di bagian belakang
5) GEJALA/TANDA PADA MANUSIA:
• Biasanya didahului dengan demam, sakit kepala, lesu, mual, nafsu makan menurun,
nyeri tekan pada bekas luka gigitan.
• Peka terhadap sinar, suara dan angin.
• Khas: rasa takut pada air.
• Air liur dan air mata keluar berlebihan.
• Kejang-kejang disusul kelumpuhan.
• Biasanya penderita meninggal 4-6 hari setelah timbul gejala.
3. Hasil Lab
Pengambilan sampel otak melalui lubang ocipitalis daripada anjing yang terinfeksi dapat
dilakukan pada tempat praktek dokter hewan ataupun lab yang menangani tentang hewan.
Setelah itu dilakukan diagnosa pada manusia yang ditegakkan dengan teknik pewarnaan
FA yang spesifik terhadap jaringan otak atau dengan isolasi virus pada tikus atau sistem
Laporan KLB Rabies MTB Page 8
pembiakan sel. Diagnosa presumptive dapat ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA
spesifik dari potongan kulit yang dibekukan diambil dari kuduk kepaa bagian yang berambut.
Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi pada mencit atau kultur sel.
4. Etiologi & DD
Rhabdovirus dari genus Lyssavirus. Semua anggota genus ini mempunyai
persamaan antigen, namun dengan teknik antibodi monoklonal dan nucleotide
sequencing dari virus menunjukkan adanya perbedaan tergantung spesies binatang
atau lokasi geografis darimana mereka berasal. Virus yang mirip dengan rabies yang
ditemukan di Afrika (Mokola dan Duvenhage) jarang menyebabkan kesakitan pada
manusia mirip seperti rabies dan jarang yang fatal. Lyssavirus baru telah ditemukan
pertama kali pada tahun 1996, pada beberapa spesies dari Flying fox dan kelelawar
di Australia dan telah menyebabkan dua kematian pada manusia dengan gejala
penyakit seperti rabies. Virus ini untuk sementara diberi nama ”Lyssavirus
kelelawar Australia”. Virus ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik
dengan virus rabies klasik. Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus
yang mirip rabies inim dengan teknik pemeriksaan standard FA test kemungkinan
didiagnosa sebagai rabies.
5. Kurva epidemic
PENEMUAN KASUS RABIES DI INDONESIA:
Saat ini Rabies tersebar di 24 dari 33 prov di Indonesia setelah Bali masuk sebagai
daerah tertular baru Rabies.
9 propinsi yg bebas : Babel, Kepri, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY,
NTB, Irjabar & Papua.
Pada tahun 2010, beberapa prov telah melaporkan adanya kasus kematian karena
rabies : Bali, Sumbar, Riau, Sulut, Lampung, NTT dan Maluku.
Laporan KLB Rabies MTB Page 9
PENEMUAN KASUS RABIES DI MALUKU:
Provinsi Maluku merupakan daerah bebas rabies sebelumnya.
Kasus gigitan I x dilaporkan tgl 28 Agustus 2003 oleh puskesmas Lateri dan
Urimesing sebyk 7 kasus dg 3 kematian diduga rabies
Petugas kesehatan Provinsi dan Kota Ambon melakukan investigasi.
Diduga asal anjing dibawa oleh nelayan dari Sulawesi Tenggara (Kendari).
6. Analisis deskriptif (Time, Place, Person)
a) Who?
Seperti yang terpampang di atas Who. Penjelasan berikut berkaitan erat dengan siapa yang
menjadi korban dari pada Wabah Rabies yang terjadi di daerah Maluku.
Pada penulisan kasus KLB yang dilansir oleh Surat Kabar Nasional seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya dikatakan bahwa: terjadi Kejadian Luar Biasa Rabies yang telah
menewaskan 19 warga di desa Larat, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku
Tenggara Barat (MTB).
Laporan KLB Rabies MTB Page 10
MALUKU PROVINCE
HUTUMURI (7/0)24+250 AMB
AIR BESAR (2/0)
LATUHALAT
SOYA (1/0)
GALALA
PASSO (123/2)D. PATAH
LAHA
LILIBOY
ALLANG
WAKASIHU60+000 AMB
ASILULU67+530 AMB
NEGERI LIMA60+730 AMB
KAITETU43+930 AMB
HITU31+750 AMB
MORELA37+210 AMB
TULEHU
LIANG
TENGAH-TENGAH
TIAL SULI
RUTONG (6/0)
LEHARI (4/0)
HUKURILA MAHIA (7/1)
SERI
AIR LOW
KUSU-KUSU (6/0)
HATALAI EMA
KILANG SILALE
MERCU SUAR
HATIVE BESAR
BERINGIN CAP
RUMAH TIGA
HUNIMUA 38+060AMB
K. PANJANG (10/0) AMBON
NAKU
KAYU PUTIH (10/0)
WAITATIRI (8/0)
LATERI (186/1)LATTA (12/0)
HALONG (50/5)
WANATH
TELAGA KODOK
MAMALA
LEIHITU sub district
SALAHUTU sub district
NUSANIWE sub district
TELUK AMBON BAGUALA sub district
AIR SALOBAR (33/0)
KUDA MATI (15/0)
Batu Gantung (8/0)
Mangga Dua (7/0)
Batu Gajah (2/0)
Ht.KECIL (154/2)
BATU GONG (11/0) TOISAPU
(8/0)
Negeri Lama (9/0)
(24/0)
Waihoka (9/0)
Amahusu (8/0)
WAINITU (7/0)
RABIES SITUATION IN
Source of Data: - Municipal Health Authority of Ambon- Provincial Health Authority of Maluku
WAAI (1/0)
LEGEND := Initial Village where Bitten case & Death case reported
= Further Villages where Bitten case reported= Initial Spread of Disease = Further Spread of Disease X/Y = Number of
Bitten Case / Number of Death case
= Villages where No Bitten case reported
Yang dipertanyakan, siapakah yang bertanggung awab atas kejadin seperti ini? Apakah
pemerintah? Masyarakat itu sendirikah? Ataukah para tenaga kesehatan yang harus
bertanggung jawab?
Inilah wajah negeri Maluku sungguh sangat memprihatinkan bahwa di era Globalisasi
seperti sekarang ini masih ada wilayah di dunia yang seperti demikian namun ini terjadi di
negara kita sendiri dan inilah realita kehidupan.
Sekarang tak ada yang perlu disesali, tak ada berbagai pihak yang harus saling
menyalahkan, namun bagaimana kita sebagai generasi penerus dapat menyikapi hal-hal
seperti ini dan dapat berusaha meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khusunya
di daerah Maluku.
Sehingga ada semboyan bahwa DARI MASYARAKAT MALUKU, OLEH
MASYARAKAT MALUKU DAN UNTUK MASYARAKAT MALUKU.
b) Where?
Dimana sebenarnya kejadian ini terjadi? Kasus KLB terjadi seperti yang telah
diungkapkan di atas, yaitu di Wilayah Maluku Tenggara Barat, tepatnya di desa Larat.
Daerah yang terkena KLB Rabies itu merupakan kasus dimana semua pihak harus berkaca
dimanakah kekurangan mereka untuk memperhatikan dan meingkatkan pelayanaan
kesehatan?
Daerah Wilayah Maluku Tenggara Barat, tepatnya di desa Larat yang terkena wabah
Rabies ini mungkin merupakan satu diantara berbagai banyak daerah yang nasibnya belum
begitu diperhatikan atau dijamah oleh pemerintah dalam hal kesehatan.
Penyebabnya pun bisa dikatakan banyak akan tetapi hal yang menjadi kendala terbesar
adalah transportasi.karena letaknya yang terpencil bukan saja pelayanan kesehatan yang tidak
Laporan KLB Rabies MTB Page 11
bisa menembus wilayah ini akan tetapi juga pelayanan obat-obatan untuk menyelesaikan
masalah ini pun tidak dapat diatasi.
Pada penulisan koran Era Baru edisi Bulan Agustus 2010 dikatakan bahwa terjadi
keterlambatan informasi tentang KLB Rabies oleh para tenaga kesehatan yang ada di desa
Larat. Keterlambatan seperti ini dapat menyebabkan dapat terjadi jatuhnya korban yang lebih
banyak lagi. Akan tetapi ini merupakan tanggung jawab berbagai pihak untuk dapat
menjamah masyarakat di daerah terpencil dengan pelayanan kesehatan dan program-
programnya yang telah dirasakan oleh kalangan masyarakat lain di berbagai daerah.
c) Why?
Mengapa hal yang seperti ini dapat terjadi? Hal seperti ini dapat terjadi karena kurangnya
informasi tentang kesehatan bagi masyarakat di daerah terpencil. Hal ini sesungguhnya
merupakan tanggung jawab pemerintah dan tenaga kesehatan untuk dapat menjangkau
mereka yang berada di daerah-daerah terpencil.
Karena dengan adanya informasi yang memadai tentang kesehatan maka masyarakat pun
pasti lebih waspada untuk menjaga diri mereka agar dapat terhindar dari penyakit.
d) What?
Apakah rancangan-rancangan ke depan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dan
tenaga kesehatan agar kasus-kasus KLB yang menelan korban ini tidak terulang kembali?
Pemerintah harus lebih memperhatikan nasib masyarakat kecil terutama yang berada di
wilayah terpencil khususnya dalam bidang kesehatan karena tanpa kesehatan semua orang
tidak akan dapat melakukan apapun dan kekayaan yang dimiliki tak berarti apapun.
Laporan KLB Rabies MTB Page 12
e) How?
Bagaimana agar kesehatan dapat ditingkatkan pelayanannya? Mungkin semua orang pun
sudah tau kunci utamanya dengan tergeraknya elemen pemerinteh dn tenaga kesehatan
sesungguhnya hal ini bisa terwujud akan tetapi ini merupakan tanggung jawab bersama
seluruh elemen masyarakat untuk dapat bergerak membantu sesama. Kalau bukan diri kita
sendiri siapa lagi?
7. Gambaran Faktor Resiko
Masyarakat di daerah terpencil dengankurangnya informai tentang penyakit rabies
maka bagi masyarakat yang memelihara anjing, kera ataupun kucing yang tidak divacsin
minimal setahun sekali ini merupakan suatu hal yang sangat mengancam keselamatan
masyarakat itu sendiri.
Selain itu, ketika tergigit oleh anjing, kera ataupun kucing yang telah terinfeksi virus
rabies masyarakat harus mampu melakukan tidakan pertama agar virus itu tidak menyebar
dengan cepat ke sistemsaraf pusat.
Namun bila tenaga kesehatan sangat kurang di daerah terpencil dan dengan
masyarakat kurang mengetahui informasi kesehatan tentang pencegahan, penyebaran, serta
vacsinasi daripada rabies maka tidak dapat dipungkiri bahwa korban di daerah terpencil akan
makin berjatuhan.
8. Pembahasan
PENCEGAHAN:
• Mencuci luka gigitan secepatnya dengan sabun detergent 10 - 15 menit à dicuci
dengan air mengalir.
• Diberi alkohol 70% atau Bethadin.
Laporan KLB Rabies MTB Page 13
• Setelah itu dibawa ke puskesmas atau RS untuk tindakan selanjutnya
PERTAMA-TAMA YANG HARUS DILAKUKAN :
• Bila terjadi kasus gigitan hewan tersangka/rabies, segera dilakukan wound toilet
yaitu pencucian luka gigitan dengan sabun/detegent atau pelarut lemak lain dengan
air mengalir selama 10 – 15 menit, kemudian diberi antiseptik alkohol 70%, betadin,
dll), lalu segera dibawa ke “ Rabies Center “ utk pengobatan selanjutnya.
• Luka gigitan tidak boleh dijahit, bila sangat diperlukan lakukan jahitan situasi
dan SAR.
• Berikan pengobatan sesuai dg kaidah pengobatan luka pd ilmu bedah (ATS, AB,
Analgetik, dsb).
VAKSIN ANTI RABIES (VAR):
Penggunaan VAR di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1895.
Saat ini Indonesia menggunakan Purified Vero Rabies Vaksin (PVRV) dengan metode
Zagreb (2-1-1) secara IM
VAR YG DIPAKAI DLM PROGRAM :
• PVRV (Verorab®).
• Metoda pemberian : 2-1-1 (Zagreb Method) yaitu
• Hari ke nol (0) 0,5 ml im disuntikkan di regio deltoid kanan & 0,5 ml im di regio
deltoid kiri dlm waktu bersamaan.
• Hari ke 7, 0,5 ml im di regio deltoid.
• Hari ke 21, 0,5 ml im di regio deltoid.
PRE EXPOSURE IMMUNIZATION :
• PVRV (Verorab®) à 1. 0,5 ml im/sc di regio deltoid pd
hari ke 0.
2. dilanjutkan 0,5 ml im/sc di regio
Laporan KLB Rabies MTB Page 14
deltoid juga, hari ke 28.
3. diulang sesudah 1 tahun.
4. kemudian diulang setiap 3 tahun.
• Diberikan kepada high risk group : dokter & paramedis yg merawat pdrt rabies, drh
praktek , petugas lab diagnostik rabies, vaksinator hewan.
SERUM ANTI RABIES (SAR):
Kebijakan penggunaan SAR homolog telah dimulai sejak tahun 1991.
Karena biaya operasional cukup mahal & masa kadaluarsa pendek à tidak diproduksi
kembali.
Untuk anjingnya sendiri sebaiknya:
Anjing liar : Eliminasi (dibunuh)
Anjing Piaraan : Vaksinasi
Laporan KLB Rabies MTB Page 15
REFERENSI
www.bataviase.co.id
www.erabaru.net
www.indopos.co.id
www.penyakitmenular.info
www.jpnn.com
www.kabarbisnis.com
www.mediaindonesia.com
slide kuliah: dr.Ritha Tahitu
Laporan KLB Rabies MTB Page 16