Download - TROUBLESHOOTING INDUSTRIAL ICE BLOCK MAKER …
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
46
TROUBLESHOOTING INDUSTRIAL ICE BLOCK MAKER TRAINER PADA
LABORATORIUM TATA UDARA
POLITEKNIK SEKAYU
Ferry Irawan1 , Zainudin1
Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Sekayu, Sekayu 30711, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Troubleshooting sangat penting untuk proses perbaikan guna meminimalisir pengeluaran biaya untuk membeli
mesin yang baru. Tujuan dari troubleshooting Industrial Ice Block Maker Trainer di Laboratorium Tata Udara
Politeknik Sekayu yaitu untuk mengetahui kerusakan sistem kelistrikan, kurangnya refrigran dan korosi yang
menyebabkan Industrial Ice Block Maker Trainer tidak bisa beroperasi secara maksimal akibat mengalami suatu
kerusakan dan untuk memperbaiki Industrial Ice Block Maker Trainer agar dapat beroperasi kembali secara normal,
Dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan komponen utama, pemeriksaan komponen tambahan, pemeriksaan
tekanan sistem, kelistrikannya dan pemeriksaan pada area yang bermasalah lainnya. Troubleshooting pada tahapan
ini adalah melakukan perbaikan pada komponen yang bermasalah sesuai dengan hasil pemeriksaan. Dimana dari
hasil pemeriksaan terdeteksi kerusakan yang terjadi pada Ice Block tersebut yaitu kerusakan MCB Utama hal ini
dapat dilihat dari kondisi setelah MCB Utama diganti dengan yang baru, dimana sebelum MCB Utama diganti
Kelistrikan Ice Block selalu short ( turun ) dan setelah diganti yang baru Sistem kembali berjalan Normal. Selain itu
Sistem juga mengalami Korosi dan Kurangnya Refrigran pada sistem. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
dilakukan pengisian Refrigran sesuai standar manual book Ice Block Trainer dan melakukan perbaikan dan
pengecatan ulang pada body alat.
Kata kunci : Troubleshooting, Industrial Ice Block Maker Trainer, MCB
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
47
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Refrigerasi merupakan suatu sistem yang
memungkinkan untuk membuat suhu suatu tempat
atau benda lebih rendah dari suhu lingkungan.
Adapun suhu jika mencapai 0 derajat kebawah
maka itu sudah termasuk kedalam sistem
refrigerasi. Salah satu contoh alat refrigerasi yaitu
mesin pembuat es yang dimana alat ini digunakan
untuk pembuatan es dalam jumlah yang kecil untuk
kebutuhan pangan.
Laboratorium Tata Udara Politeknik
Sekayu sebagai tempat belajar mengajar mahasiswa
Politeknik Sekayu memiliki mesin pembuat es
balok dengan skala besar. Dalam hal ini pada
Industrial Ice Block Maker Trainer yang
merupakan media pembelajaran mahasiswa
memiliki berbagai masalah yang terjadi sehingga
menggangu kenyamanan proses belajar mengajar.
Oleh karena itu penulis memutuskan untuk
mengambil judul“Troubleshooting Industrial Ice
Block Maker Trainer di Laboratorium Tata Udara
Politeknik Sekayu”
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian “Troubleshooting
Industrial Ice Block Maker Trainer” ini adalah
untuk memperbaiki alat Refrigerasi (Industrial Ice
Block Maker Trainer) di Laboratorium Tata Udara
Politeknik Sekayu agar dapat digunakan lagi
sebagaimana mestinya sehingga dapat digunakan
mahasiswa untuk melaksanakan Praktek.
2. Landasan Teori
2.1 Pengertian Troubleshooting
Troubleshooting merupakan proses
mengidentifikasi masalah, menentukan penyebab
masalah dan memperbaiki penyebab masalah. (
Stanfield, C and Skaves.2013:1445.”Fundamentals
of HVAC” United of America )
Prosedur Troubleshooting adalah proses yang
harus dilakukan sebelum melakukan
troubleshootingkarena prosedur ini dapat
mengarahkan langkah selanjutnya dalam kegiatan
troubleshooting. (Rex,Miler.2009.Hal:599)
2.2 Sistem Refrigerasi Siklus Kompresi Uap
Secara umum refrigerasi didefinisikan
sebagai proses penghapusan panas. Lebih
spesifiknya refrigerasi adalah cabang ilmu yang
berhubungan dengan proses mengurangi dan
mempertahankan suhu ruang atau benda dibawah
suhu disekitarnya.(Dossat Roy,J, 1961, hal.71)
Mesin refrigerasi Siklus Kompresi Uap
merupakan jenis mesin refrigerasi yang paling
banyak di gunakan saat ini. Mesin refrigerasi siklus
kompresi terdiri dari empat komponen utama, yaitu
kompresor, kondensor, katup ekspansi dan
evaporator.
Gambar 1. Siklus Kompresi Uap (Stoecker F.Wilbert, 1998,
hal.55).
Berikut ini adalah siklus sistem refrigerasi
kompresi uap tergambar dalam diagram P-H
Gambar 2. diagram P-H (Stoecker F.Wilbert, 1998,hal.55).
Cara Kerja Siklus
1.Proses 1-2 ; refrigeran meninggalkan evaporator
dalam wujud uap jenuh dengan temperatur dan
tekanan rendah, kemudian oleh kompresor uap
tersebut di naikkan tekanan menjadi uap super
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
48
panas dengan temperatur yang tinggi, Lebih tinggi
dari temperatur lingkungan.
Proses Kompresi
Proses ini terjadi di kompresor di mana uap
refrigeran dengan tekanan dan temperatur rendah
yang masuk ke kompresor dan dikompresi didalam
silinder kompresor sehingga temperatur dan
tekanan uap refrigerant yang keluar dari kompresor
mengalami kenaikan.
2. Proses 2-3 ; setelah mengalami proses kompresi,
refrigeran berada dalam fase panas lanjut dengan
tekanan temperatur tinggi. Untuk merubah
wujudnya menjadi cair, kalor harus di lepaskan ke
lingkungan melalui alat yang di sebut kondensor.
Refrigeran mengalir melalui kondensor pada sisi
lain dialirkan fluida pendingin (udara atau air)
dengan temperatur lebih rendah dari pada
temperatur refrigeran. Oleh karena itu kalor akan
berpindah dari refrigerant ke fluida pendingin dan
refrigerant akan mengalami proses penurunan
temperatur dari kondisi uap jenuh, selanjutnya
mengalami proses pengembunan menjadi
refrigerant cair. Refrigerant keluar kondensor
sudah berupa refirigeran cair. Proses kondensasi
berlangsung pada temperatur dan tekanan konstan.
Proses kondensasi
Proses ini terjadi dikondensor dimana uap
refrigerant bertemperatur dan bertekanan tinggi
yang masuk ke kondensor di kondensasikan
didalam kondensor sehingga yang keluar dari
kondensor diharapkan berubah fasa dari fasa uap
kefasa cair.
3. Proses 3-4 ;refrigerant dalam keadaan wujud
cair jenuh, kemudian mengalir melalui katup
ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada
enthalpy konstan dan berlangsung secara reversibel
sehingga tekanan refrigeran menjadi rendah
(tekanan evaporator). Refrigerant keluar katup
ekspansi berwujud campuran uap cair pada tekanan
dan temperatur rendah.
Proses ekspansi
Proses ini terjadi di katup ekspansi dimana
refrigerant cair yang berasal dari kondensor di
ekspansi sehingga temperatur dan tekanan
refrigeran yang keluar dari katup ekspansi turun
drastis dan selanjutnya masuk evaporator untuk
menyerap kalor dari ruangan atau media yang
hendak didinginkan.
4. Proses 4-1 ;Refrigerant dalam fase campuran
uap-cair, mengalir melalui evaporator. Di dalam
evaporator refrigeran megalami proses penguapan
sebagai akibat dari panas yang di serap dari
sekeliling evaporator. Dengan adanya penyerapan
panas ini, maka disekeliling evaporator (ruangan
yang di kondisikan) mejadi dingin atau
temperaturnya turun. Selanjutnya refrigeran yang
meninggalkan evaporator dalam fase uap jenuh.
Proses penguapan tersebut berlangsung pada
temperatur dan tekanan yang konstan.
Proses evaporasi
Proses ini terjadi di evaporator dimana refrigerant
cair yang masuk ke evaporator menyerap kalor dari
ruangan atau media yang hendak didinginkan
dengan adanya penyerapan kalor tersebut maka
refrigerant diharapkan berubah fasa cair menjadi
fasa uap jenuh (saturasi).
2.3 Pengertian Industrial Ice Block Maker
Trainer
Gambar 3. Industrial Ice Block Maker Trainer
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
49
Industrial Ice Block Maker Trainer merupakan
gabungan antara ilmu perpindahan kalor dan
thermodinamika, alat ini telah dirancang khusus
untuk pengoperasian sistem pendingin yang
menghasilkan es balok. Industrial Ice Block Maker
Trainer ini memungkin kan mahasiswa untuk
mensimulasikan berbagai jenis lingkungan dan
kondisi dalam sistem pembuatan es. Trainer sangat
ideal untuk menyelidiki faktor-faktor utama yang
dapat dikontrol dalam sistem pembuatan es biasa.
Unit ini menyediakan data dari instrumen termasuk
termometer, pengukur tekanan dan instrumen
listrik. Sistem data dipasang pada bingkai yang
terdapat pada Industrial Ice Block Maker Trainer.
2.4 Komponen Pada Industrial Ice Block Maker
Trainer
Industrial Ice Block Maker Trainer, terdapat 4
komponen utama yaitu Kompresor, Kondensor,
Pipa Kapiler, dan Evaporator.
1. Kompresor
Dalam sistem pendingin kompresor adalah
jantung dari sistem pendingin kompresi uap.
Kompresor memiliki fungsi untuk meningkatkan
tekanan refrigeran dan memberikan kekuatan
utama dalam sirkulasi refrigeran. Kompresor
mengubah uap refrigeran dari tekanan rendah ke
tekanan tinggi ( Ice Block Maker Trainer RCO-
ICM-C ).
2. Kondensor
Kondensor adalah komponen sistem utama
dari sistem pendingin. Kondensor juga merupakan
media perpindahan kalor kontak tidak langsung di
mana total panas yang dibuang dari refrigeran
dihilangkan oleh media pendingin, biasanya udara
atau air. Akibatnya, zat pendingin gas didinginkan
dan dikondensasi menjadi cairan pada tekanan
kondensasi ( Ice Block Maker Trainer RCO-ICM-
C).
3. Thermostatic Expansion Valve (TXV)
Katup ekspansi termostatik (TXV) umumnya
digunakan pada sistem pendingin udara. Katup ini
juga biasanya digunakan pada sistem multi-
evaporator. Namun, float sisi rendah juga dapat
digunakan pada banyak sistem. Sistem berganda
yang menggunakan katup ekspansi termostatik
dapat memberikan suhu yang berbeda di berbagai
cabinet (Ice Block Maker Trainer RCO-ICM)
4. Evaporator
Evaporator adalah salah satu komponen utama
dari sistem pendingin di mana pendingin menguap
untuk tujuan mengekstraksi panas dari udara di
sekitarnya, air dingin atau zat lainnya. Dalam
sistem pendingin kompresi uap, evaporator juga
merupakan penukar kalor kontak-tidak langsung (
Ice Block Maker Trainer RCO-ICM-C).
3. Metodologi Penelitian
3.1 Diagram Alir Commissioning
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
50
Adapun diagram alir Troubleshooting Industrial
Ice Block Maker Trainer diatas dapat di jelaskan
bahwa:
1. Mulai
Merupakan rangkaian kegiatan sebelum
memulai pengumpulan dan pengolahan data.
Dalam tahap awal ini disusun hal-hal yang penting
yang harus segera dilakukan dengan tujuan untuk
efisiensi waktu dan pekerjaan.
2. Studi Literatur
Merupakan penelitian yang persiapannya sama
dengan penelitian lainnya akan tetapi sumber dan
metode pengumpulan data dengan mengambil data
pustaka, membaca, mencatat, dan mengelolah
bahan penelitian.
3. Persiapan alat danbahan
Merupakan kegiatan untuk
mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan sebelum pengambilan data, pada
tahapan ini dilakukannya running alat tersebut
untuk dilakukan proses perbandingan.
4. Identifikasi Masalah.
Merupakan tahapan yang sangat penting
dilakukan karena tahapan ini meliputi
pemeriksaan, pemeriksaan komponen utama,
pemeriksaan komponen tambahan dan juga
pemeriksaan sistem kelistrikannya.
5. Pemeriksaan area yang bermasalah dan
menentukan kerusakan.
Merupakan proses menentukankan masalah
sebab utama terjadinya kerusakan.
6. Melakukan perbaikan.
Tahapan ini adalah melakukan perbaikan
pada komponen yang bermasalah setelah
dilakukan pemeriksa
7. Sistem Bekerja
Mesin yang telah dilakukan perbaikan
dihidupkan atau diperiksa bekerja atau tidak. Jika
tidak bekerja perlu dilakukan pemeriksaan ulang
pada bagian yang bermasalah.
8. Kesimpulan dan pembuatan Laporan Akhir
Merupakan berisi ringkasan dari hasil data yang
diperoleh dari tahapan troubleshooting.
3.2 Waktu dan Tempat
Dalam perancangan suatu alat sebaiknya harus
dikerjakan di Laboratorium Tata Udara Politeknik
Sekayu.
1 Hari : Senin – Jum’at
2 Tanggal : 01 April - 11 Juli 2020
3 Waktu : 08.00 – 16.00 WIB
4 Tempat : Laboratorium Tata Udara
Politeknik Sekayu.
5 Nama Alat : Industrial Ice Block Maker Tainer
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Pengertian Troubleshooting
Troubleshooting merupakan proses
mengidentifikasi masalah, menentukan penyebab
masalah dan memperbaiki penyebab masalah, (
Stanfield, C and Skaves . 2013 : 1445 .
”Fundamentals of HVAC” United of America ).
4.1.1 Identifikasi Masalah
4.1.1.1 Pemeriksaan Terhadap Kompresor
Dalam sebuah sistem pendingin seperti
Industrial Ice Block Maker Trainer. Kompresor
adalah sebuah komponen vital yang berfungsi
mensirkulasikan gas refrigerant ke dalam sistem.
1. Pemeriksaan Gulungan Elektro Motor Di
Kompresor
1. Biarkan Ice Block tersebut dalam keadaan
on, siapkan peralatan.
2. Setting clamp meter (biasa disebut tang
ampere) pada posisi pengukuran ampere,
selipkan kabel yang terhubung dengan
overload switch R S T kedalam lingkar
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
51
clamp meter dan perhatikan hasil
pengukurannya harus lebih rendah atau
sama dengan data spesifikasi yang tertulis
3. periksa tegangan listrik apakah sesuai
kebutuhan (380 v) atau tidak.
4. Setting multitester pada posisi pengukuran
arus AC, dengan pen pengukur multitester
pertama dihubungkan kelantai kemudian
yang lainnya ke body kompresor misalkan
baud ground di kompresor atau pipa
tembaga, apakah ada tegangan yang
terukur di multitester, jika tidak ada berarti
baik.
Gambar 4. Pengecekan Gulungan elektro motor
Gambar 5. Pengukuran arus RST untuk cek gulungan motor
2. Pemeriksaan Hambatan Elektro Motor
Kompresor
1. Pastikan Sistem dalam keadaan tidak
terpasang sumber listrik
2. Bukalah penutup soket listrik kompresor
yang berada di sisi atas kompresor
3. Setting multitester pada posisi pengukur
ohm. tempel kan pen multitester ke body
kompresor dan yang lainnya hubungkan ke
3 buah soket ( R S T ) yang terdapat pada
kompresor satu persatu, jika tidak ada
sama sekali resistansi dari ketiga soket ini
yang terukur berarti elektro motor
kompresor dalam keadaan baik.
3. Pemeriksaan Terminal Kompresor
Masih pada ke 3 Phasa atau soket yang
terdapat pada kompresor dan multitester pada
posisi ohm meter, ukur ketiga phasa ini dengan
cara phasa R S T menjadi soket utama atau
misalkan Phasa R dihubungkan dengan Phasa U
dan Phasa S dihubungkan ke Phasa V dan Phasa T
dihubungkan ke Phasa W. jika di alat pengukur
OHM meter membaca bahwa tiga Phasa tersebut
mempunyai nilai ohm maka dipastikan kompresor
dalam keadaan baik.
Gambar 6. Pengecekan lilitan Kompresor R1-U
1
Gambar 7. Pengecekan lilitan Kompresor S1-V1
Gambar 8. Pengecekan lilitan Kompresor S1-V1
4.1.1.2 Pemeriksaan Kondensor
Kondensor adalah salah satu dari empat
komponen utama pada Industrial Ice Block Maker
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
52
Trainer maka perlu dilakukan pemeriksaan pada
kondensor karena kompresor berfungsi penting
dalam sistem pendingin.
1. Pemeriksaan Kebocoran Pada Kondensor
2. Hidupkan / on alat Industrial Ice Block Maker
Trainer
3. Setelah dihidupkan alat Industrial Ice Block
Maker Trainer, Siapkan air sabun lalu di
oleskan pada pipa yang terdapat pada kondensor
4. Jika mengalami kebocoran maka akan terlihat
pada pipa kondensor akan mengeluarkan
gelembung-gelembung air sabun.
4.1.1.3 Pemeriksaan TXV
1. Sama seperti pengecekan kondensor cek
terlebih dahulu kebocoran
dengan menggunakan air sabun untuk
mengetahui titik kebocoran.
2. Memeriksa pada sambungan-sambungan
TXV apakah ada yang tergores atau tidak.
3. Jika mengalami kebocoran akan terlihat
dengan indikatornya air sambun yang
menggelembung.
4.1.1.4 Pemeriksaan Pada Evaporator
1. Memeriksa kebocoran evaporator
menggunakan air sabun.
2. Oleskan air sabun pada pipa evaporator
dengan memperhatikan apakah air sabun
menggelembung atau tidak, jika
menggelembung maka dapat menentukan
titik kebocoran.
3. Dan memperhatikan pada sambungan-
sambungan yang terdapat pada evaporator.
4.1.1.5 Pemeriksaan Pada Sistem Kelistrikan
Setelah dilakukan pengecekan, saat
industrial Ice Block Trainer Running dan sudah
mencapai waktu 2 jam running maka sistem
langsung mati karena MCB Utama 1 turun
diakibatkan MCB Utama 1 sudah rusak.
4.1.1.6 Pemeriksaan Isolasi Pada Tekanan
sistem dan Body alat
Saat Industrial Ice Block Maker Trainer
running dan di ceck bahwa tekanan sistem kurang
ditandai dengan nilai pada pg1 dan pg2 tidak sama
dengan tekanan standart pada sistem. Kemudian
kendala selanjutnya yaitu korosi pada body alat
Industrial Ice Block Maker Trainer.
4.1.2 Menentukan Penyebab Masalah
Dari hasil pemeriksaan pada komponen utama
dan komponen tambahan, bahwa Industrial Ice
Block Maker Trainer yang mengalami kerusakan
pada kompenen utama dan komponen tambahan
seperti data hasil pemeriksaan pada tabel 1 Tabel
Pemeriksaan Industrial Ice Block Maker Trainer.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Komponen Industrial Ice Block
Maker Trainer
NO NAMA
KOMPONEN
RUSAK BAIK
1 Kompresor √
2 Kondensor √
3 Pipa kapiler √
4 Evaporator √
5 Refrigran √
6 Kelistrikan √
7 Body alat √
4.1.3 Memperbaiki Penyebab Masalah
4.1.3.1 Pergantian Pada MCB Utama
Berdasarkan Tabel 1 maka di dapat bahwa
rusaknya MCB 1 utama sehingga mengakibatkan
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
53
seluruh sistem mati total secara terus-menerus yang
berdampak pada pemakaian arus listrik yang
melonjak naik
Untuk itu dilakukan langkah perbaikan pada
MCB 1 utama yaitu:
1. Melakukan Pelepasan MCB 1 utama pada
box panel.
2. Mengganti dan memasang MCB 1 yang
baru.
Gambar 9. Kondisi sebelum dilakukan troubleshooting
Gambar 10. Proses Penggantian MCB utama
4.1.3.2 Penambahan Refrigran yang kurang
Berdasarkan Tabel 1 maka di dapat bahwa
kurangnya refrigran mengakibatkan suhu yang
ingin dicapai tidak tercapai.
Untuk itu perlu dilakukan langkah
pengisian pada sistem menggunakan refrigran
R404a sebagai berikut :
1. Siapkan refrigran R404a dan Manipool
2. Pastikan sistem dalam keadaan ON
3. Bersihkan kelep pengisian yang terdapat
kotoran akibat sudah lama tak terpakai
4. Kemudian isi refrigran sesuai standard
saat sistem ON yaitu PG1 = 40 psi dan
PG2 = 220 psi
Gambar 11. Proses Pengisian refrigran R404a
4.1.3.3 Memperbaiki Body alat dan Bak
penampungan air garam
Berdasarkan Tabel 1 bahwa Korosi pada
bagian body alat dan bak penampungan air garam
diakibatkan oleh tampungan air garam yang terlalu
lama mengendap di bak penampungan.
Untuk itu dilakukan langkah perbaikan pada
body alat dan bak penampungan air garam yaitu:
1. Bersihkan semua body dan bak
penampung dari karatan dengan menyikat
seluruh bagiannya dan bilas menggunakan
air.
2. Setelah dikeringkan, amplas semua bagian
yang berlobang akibat karatan
menggunakan gerinda amplas.
3. Lakukan pengecatan dasar untuk
melekatkan dempul besi.
4. Selanjutnya yaitu mengganti penyangga
besi untuk meletakkan tank berisi air
tawar yang sudah rusak.
5. Kemudian dempul semua bagian bak
penampung agar lobang-lobang akibat
korosi tertutupi oleh dempul.
6. Kemudian amplas semua bagian yang
telah di lakukan proses dempul.
7. Selanjutnya cat body dan bak penampung
menggunakan cat dasar warna abu-abu.
8. Terakhir yaitu lakukan pengecatan inti
menggunakan cat mobil / besi.
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
54
Gambar 12. Sebelum perbaikan
Gambar 13. Pembersihan bak penampungan
Gambar 14. Proses pengamplasan
Gambar 15. Proses pengecatan dasar
Gambar 16. Proses pengecatan inti
Gambar 17. Hasil
4.2 Hasil Pengambilan Data sebelum di
Troubleshootimg
Tabel 2. Data sebelum di troubleshooting
4.3 Hasil pengambilan data setelah di
Troubleshootimg ( Pengujian 1 )
Data hasil pengukuran mesin air conditioning
split setelah dilakukan troubleshooting perbaikan
pada komponen utama dan komponen tambahan
maka didapatkan hasil seperti pada pada Tabel 3.
Data setelah di troubleshooting.
Tabel 3. Data setelah di troubleshooting
Keterangan:
PG1 : Low Pressure Gauge (Bar)
PG2 : High Pressure Gauge (Bar)
T1 : Inlet Kompresor / Outlet Evaporator
(°C)
T2 : Outlet Kompresor (°C)
T3 : Inlet Kondensor (°C)
T4 : Outlet Kondensor(°C)
T5 : Inlet Ekspansi (°C)
T6 : Outlet Evaporator (°C)
T7 : Inlet Evaporator Water (°C)
T8 : Outlet Evaporator Water (°C)
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
55
Tw : Water Temperature (°C)
Ta : Temperature Ambient (°C)
L1/L2/L3 : Arus yang Mengalir pada Soket
L1/L2/L3 Kompresor
4.4.1 Perbandingan Antara Pengujian Satu dan
Pengujian yang Kedua
Tabel 5. Perbandingan dengan pengujian 1 dan pengujian 2
Keterangan:
PG1 : Low Pressure Gauge (Bar)
PG2 : High Pressure Gauge (Bar)
T1 : Inlet Kompresor / Outlet Evaporator(°C)
T2 : Outlet Kompresor (°C)
T3 : Inlet Kondensor (°C)
T4 : Outlet Kondensor(°C)
T5 : Inlet Ekspansi (°C)
T6 : Outlet Evaporator (°C)
T7 : Inlet Evaporator Water (°C)
T8 : Outlet Evaporator Water (°C)
Tw : Water Temperature (°C)
Ta : Temperature Ambient (°C)
L1/L2/L3 : Arus yang Mengalir pada Soket
L1/L2/L3 Kompresor
4.5 Analisa data
Analisis berdasarkan data yang diambil dan
hasil pengukuran dengan mengingat kembali
keadaan lingkungan pada saat pengambilan data
yang sekiranya dapat mempengaruhi sistem.
Dari analisis data yang di ambil melalui
pengujian 1 ( 140 kg : 700 liter ) dengan pengujian
2 ( 1:3 ) antara air dan garam maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pengujian 1 lebih cepat
mendekati titik beku.
4.5.1 Analisa Perhitungan Data sebelum
dilakukan troubleshooting
Analisis berdasarkan data yang diambil dan
hasil pengukuran dengan mengingat kembali
keadaan lingkungan pada saat pengambilan data
yang sekiranya dapat mempengaruhi sistem.
Analisis salah satu data sebelum dilakukan
troubleshooting dari data hasil pengukuran dan
hasil analisa yang telah disusun dalam tabel,
dilakukan perhitungan COP setelah hasil
pengolahan data dari tabel ke diagram P-h dengan
penambahan 1 atm bar (absolute) didapat entalpi.
Tabel 6. Data sebelum di troubleshooting Pengukuran Satuan Hasil
T1 ( suction compressor) 0C 22,5
T2(discharge compressor) 0C 102
T3 ( inlet condenser) 0C 100
T4 ( outlet condenser) 0C 38,3
T5 ( inlet ekspansi) 0C 38
PG1 Bar 2,62
PG2 Bar 15,8
Dari hasil penarikan dangan diagram Ph R404A
dapat di ketahui ;
h 1 = 390 kj/kg
h2 = 459 kj/kg (1)
h3=h4 = 250 kj/kg
Coefficient Of Performance actual (COPaktual)
COPactual = QinWc =
- - (2)
= kJ/k − kJ/kkJ/k − kJ/k
= kJ/k kJ/k
COPactual = 2.0289
Besarnya kalor yang dibuang kondensor (Qc)
Qc = (h − h ) (3)
= kJ/kg –250 kJ/kg = 209 kJ/kg
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
56
Coefficient Of Performance carnot (COPc)
COPc = Te +Tc − Te =
, +, – , (4)
= ,,
= 11,758
Besarnya kalor yang di serap Evaporator (qe)
qe = (h − h ) kJ/kg (5)
= 390 kJ/kg − kJ/kg
= 140 kJ/kg
Efisiensi (ᶯ)
ᶯ = 𝐶 𝑎𝐶 𝑐 x % (6)
= , , x %
= 17,25
Tabel 7. Hasil perhitungan
Hasil Perhitungan Data awal
COP actual 2,0289
COP carnot 11,758
Besarnya kalor yang
dibuang kondensor (Qc) 209 kJ/kg
Besarnya kalor yang di
serap Evaporator (qe) 140 kJ/kg
Efisiensi 17,25 %
4.5.2 Analisa Perhitungan Data setelah
dilakukan Troubleshooting
Analisis salah satu data setelah dilakukan
troubleshooting dari hasil pengukuran pada tabel 3
sebelumnya dan hasil perhitungan yang telah
disusun dalam table dan telah dilakukan
perhitungan COP. perhitungan diambil pada menit
30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270 dan menit
300.
Tabel 8. Data setelah di troubleshooting
Keterangan:
h1 : Nilai entalpi suction (kJ/kg)
h2 : Nilai entalpi discharge (kJ/kg)
h3 : Nilai entalpi keluaran kondensor
(kJ/kg)
h4 : Nilai entalpi keluaran pipa kapiler
(kJ/kg)
h2-h1 : Jumlah energi yang di kompresi
(kJ/kg)
h1-h4 : Jumlah energi yang diserap di
evaporator (kJ/kg)
h2-h3 : Jumlah energi yang dipindahkan ke
kondensor (kJ/kg) 𝑎 𝑎 : Coefficient Of Performance actual 𝑐𝑎𝑟 : Coefficient Of Performance carnot ɳ : Efisiensi Refrigerasi (%)
Perhitungan Data pada menit ke 300
Tabel 9. Data setelah di troubleshooting
Pengukuran Satuan Hasil T1 ( suction compressor) 0
C -4,4 T2 ( discharge compressor) 0
C 81,6 T3 ( inlet condenser) 0
C 69,1 T4 ( outlet condenser) 0
C 32 T5 ( inlet ekspansi) 0
C 31,6 PG1 Bar 2,68 PG2 Bar 15,8
Dari hasil penarikan dangan diagram Ph R404A
dapat di ketahui ;
h 1 = 368,63 kj/kg
h2 = 434,65 kj/kg (1)
h3=h4 = 248 kj/kg
Coefficient Of Performance actual (COPaktual)
COPactual = QinWc =
- - (2)
= , kJ/k − kJ/k, kJ/k – , kJ/k
= , kJ/k, kJ/k
COPactual = 1,827
Besarnya kalor yang dibuang kondensor (Qc)
Qc = (h − h ) (3)
= , kJ/kg –248 kJ/kg
= 186,65 kJ/kg
Coefficient Of Performance carnot (COPc)
COPc = Te +Tc − Te =
, + – , (4)
= ,, = 11
Besarnya kalor yang di serap Evaporator (qe)
qe = (h − h ) kJ/kg (5)
Jurnal PETRA | Volume 7, No.1, Januari-Juni 2020 | EISN: 2654-508X ISSN: 2460 - 8408
57
= , kJ/kg – kJ/kg
= 120,63 kJ/kg
Efisiensi (ᶯ)
ᶯ = 𝐶 𝑎𝐶 𝑐 x % (6)
= , x %
= 16,60
Hasil Perhitungan Data
COP actual 1,827
COP carnot 11
Besarnya kalor yang
dibuang kondensor (Qc) 186,65 kJ/kg
Besarnya kalor yang di
serap Evaporator (qe) 120,63 kJ/kg
Efisiensi 16,60 %
5. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan pada troubleshooting Industrial Ice
Block Maker Trainer maka dapat di ambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
Setelah dilakukan pengecekan dan dianalisa
bahwa kerusakan yang terjadi pada Industrial
Ice Block Maker Trainer yaitu MCB Utama
mengalami kerusakan, kurangnya refrigeran
pada sistem, dan korosi pada body alat.
Dalam proses Troubleshooting pada unit
tersebut solusinya ialah mengganti MCB
utama lama dengan yang baru dengan
spesifikasi yang sama, memperbaiki brine tank
yang korosi, dan melakukan penambahan pada
refrigeran.
DAFTAR PUSTAKA Stanfield Carter and David Skaves. 2013.
Fundamentals of HVACR Second
Edition,US Amerika: Pearson Education.
Rex Miler. 2009. HVAC Troubleshooting Guide.
United States: The McGraw-
Hill Companies Inc.
Whitman, William C . 2008. Refrigeration & Air
Conditioning.Delmar, Cengage Learning.
Stoecker,W.,F & Jones,W.,J.1982.Refrigeration
and Air Conditioning.New York: The
McGaw-Hill, Inc.