TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
DAUN POHON PENGHASIL GAHARU HASIL
INOKULASI
KARTIKA SARI DEWI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini menyatakan skripsi yang berjudul Toksisitas dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Pohon Penghasil Gaharu Hasil Inokulasi adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Kartika Sari Dewi
NIM G44080063
ABSTRAK
KARTIKA SARI DEWI. Toksisitas dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Pohon Penghasil Gaharu Hasil Inokulasi. Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan
ERDY SANTOSO.
Daun gaharu diduga mengandung senyawa metabolit sekunder yang tinggi
sebagai respons terhadap infeksi jamur pada pohon penghasil gaharu. Penelitian
ini bertujuan menentukan kandungan fitokimia, toksisitas, dan aktivitas
antioksidan daun pohon penghasil gaharu jenis Aquilaria microcarpa dan
A.malaccensis dengan dan tanpa inokulasi oleh jamur. Daun gaharu diekstraksi
menggunakan pelarut metanol. Uji fitokimia pada ekstrak kasar yang diperoleh
menunjukkan keberadaan tanin, steroid, fenol, dan flavonoid. Uji toksisitas
dengan menggunakan larva udang menunjukkan bahwa semua sampel berpotensi
sebagai bahan aktif, namun hanya daun muda A. microcarpa hasil inokulasi jamur
asal Papua dan Gorontalo yang berpotensi antikanker dengan nilai LC50 < 30
μg/mL. Aktivitas penangkalan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil oleh
ekstrak menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi dengan nilai IC50 < 200
μg/mL. Aktivitas tertinggi ditunjukkan oleh daun muda A. microcarpa hasil
inokulasi jamur asal Timor dan daun tua A. malaccensis tanpa inokulasi.
Kata kunci: antioksidan, Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, daun
gaharu, toksisitas.
ABSTRACT
KARTIKA SARI DEWI. Toxicity and Antioxidant Activity of Inoculated
Gaharu-Producing Trees’ Leave Extract. Supervised by DUDI TOHIR and ERDY
SANTOSO.
Gaharu leaves are expected to contain many secondary metabolic
compounds as a response against fungal infection on gaharu-producing trees. This
study aimed to determine the phytochemical components, cytotoxic and
antioxidant activities of Aquilaria microcarpa and A. malaccensis leaves with and
without fungal inoculation. Gaharu leaves were extracted by using methanol. The
phytochemical assay of the crude extract revealed the presence of tannins,
steroids, phenols, and flavonoids. The toxicity evaluation with brine shrimp
showed that all samples were potencial as active ingredient, but only the juvenile
leaves of A. microcarpa inoculated by fungi from Papua and Gorontalo had the
potency as anticancer due to their LC50 value < 30 μg/mL. Free radical scavenging
activity of the extracts against 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl showed strong
antioxidant activities with IC50 value of < 200 μg/mL. The highest antioxidant
activity was exhibited by juvenile leaves of A.microcarpa inoculated by fungi
from Timor and uninoculated mature leaves of A. malaccensis.
Key words: antioxidants, Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, gaharu
leaves, toxicity.
TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
DAUN POHON PENGHASIL GAHARU HASIL
INOKULASI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada Departemen Kimia
KARTIKA SARI DEWI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Toksisitas dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Pohon
Penghasil Gaharu Hasil Inokulasi
Nama : Kartika Sari Dewi
NIM : G44080063
Disetujui oleh
Drs Dudi Tohir, MS
Pembimbing I
Dr Erdy Santoso, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Toksisitas dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Penghasil Gaharu Hasil Inokulasi” berhasil
diselesaikan. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan
pada bulan Juni 2012 hingga Maret 2013 di Laboratorium Kimia Organik,
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs Dudi Tohir, MS
selaku pembimbing I dan Bapak Dr Erdy Santoso, MS selaku pembimbing II,
serta Bapak Dr Ir Maman Turjaman, DEA yang telah banyak memberi saran,
bimbingan, dan dukungan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Budi Arifin, MSi dan Bapak Drs Muhammad Farid, MSi atas
segala diskusi dan saran yang berkaitan dengan penelitian. Terima kasih juga
kepada Bapak Sabur, Ibu Yenni Karmila atas bantuannya selama penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Arif, Indra, Dian, Amin,
Ami, Rifai, Taufik, Nenah dan teman-teman kimia 45 atas tambahan ilmu dan
semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Kartika Sari Dewi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 BAHAN DAN METODE 2 Bahan dan Alat 2 Metode 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Kasar 5 Kandungan Fitokimia Ekstrak Kasar 6
Toksisitas Ekstrak Kasar 6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar 8 SIMPULAN DAN SARAN 9 Simpulan 9 Saran 9 DAFTAR PUSTAKA 10 LAMPIRAN 12
DAFTAR GAMBAR
1 Aquilaria microcarpa daun muda (a), daun sedang (b), dan daun tua (c) 3
2 Diagram persentase kadar air dan rendemen ekstrak kasar daun gaharu 5
3 Diagram nilai LC50 ekstrak kasar daun gaharu 7
4 Reaksi penangkapan H oleh DPPH 8
5 Larutan sampel dan DPPH setelah diinkubasi 8
6 Diagram nilai IC50 ekstrak kasar daun gaharu 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir lingkup kerja penelitian 12
2 Nama jenis dan pengodean sampel 13
3 Kadar air simplisia daun 14
4 Rendemen ekstrak kasar sampel 16
5 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar sampel 17
6 Hasil uji toksisitas ekstrak kasar sampel 18
7 Hasil uji antioksidan ekstrak kasar sampel 23
PENDAHULUAN
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat
reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya (Andayani et al. 2008). Efek yang ditimbulkan oleh radikal bebas di
dalam tubuh meliputi kerusakan RNA, DNA, protein, dan lipid (Saleh et al.
2010), kemunduran fungsi sel tubuh, radang, katarak, jantung, kanker, dan
aterosklerosis (Kuncahyo dan Sunardi 2007). Tubuh manusia dapat terlindungi
dari kerusakan-kerusakan akibat radikal bebas tersebut dengan sistem pertahanan
kompleks yang disebut antioksidan (Aris et al. 2007).
Pohon penghasil gaharu, disebut juga agarwood, eaglewood, atau karas,
termasuk ke dalam divisi Termathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas
Dicotyledonae, ordo Myrtales, famili Thymeleacae, serta genus Aquilaria dan
Gyrinops (Tarigan 2004). Gaharu merupakan komoditas hasil hutan bukan kayu
yang terbentuk melalui proses patologis yang unik akibat respons terhadap infeksi
jamur pada pohon pembentuk gaharu (Santoso et al. 2007).
Gaharu berupa resin, berbentuk gumpalan padat berwarna cokelat kehitaman
sampai hitam, dan berbau harum, terdapat pada bagian kayu atau akar tanaman
pohon inang. Gubal gaharu memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak digunakan
sebagai bahan dasar minyak wangi, dupa, dan obat tradisional di Asia Timur
(Yagura et al. 2005).
Gaharu mengandung senyawa fitoaleksin yang merupakan metabolit
sekunder dari pohon penghasil gaharu sebagai mekanisme pertahanannya terhadap
infeksi. Pohon gaharu sehat tidak pernah memproduksi seskuiterpenoid sebagai
metabolit sekunder yang beraroma harum (Novriyanti 2009).
Gubal kayu yang merupakan tempat pembentukan gaharu diketahui
mengandung senyawa agarofuran, agarospirol, jinkohol, jinkohon-eremol,
kusunol, dihidrokaranon, dan kromon (Siran 2010). Berdasarkan penelitian
sebelumnya, senyawa aktif pada gubal gaharu dapat mengurangi hipersensitivitas
(Kim et al. 1997), menekan sistem saraf pusat sebagai antidepresan (Okugawa et
al. 1996: Kim et al. 1997), serta berkhasiat antipiretik, antiradang (Zhou et al.
2008), antimikrob (Dash et al. 2008), dan antioksidan (Mega dan Swastini 2010).
Tingginya harga jual gaharu menyebabkan perburuan gaharu besar-besaran
yang mengakibatkan semakin langkanya pohon penghasil gaharu. Aquilaria
malaccensis, salah satu tumbuhan penghasil gaharu terbaik yang banyak tumbuh
di Kalimantan, telah dimasukkan ke dalam Appendix II CITES sejak tahun 2004
sebagai tumbuhan yang terancam punah sehingga dalam penebangan dan
perdagangannya perlu dibatasi (CITES 2004). Prospek untuk memulihkan
produksi gaharu kembali terbuka dengan ditemukannya teknologi inokulasi yang
mampu merekayasa produksi gaharu. Dengan teknologi ini, produksi gaharu dapat
direncanakan dan dipercepat melalui induksi jamur pembentuk gaharu pada
batang pohon penghasil gaharu (Siran 2010).
Selain gubal gaharu, penelitian berkembang pada daun gaharu karena diduga
mengandung senyawa metabolit sekunder yang lebih tinggi akibat meningkatnya
proses metabolisme pohon gaharu yang terinfeksi jamur. Melalui proses
metabolisme, senyawa-senyawa tersebut terdistribusi ke bagian pohon lain
terutama daun. Hal ini menyebabkan daun gaharu memiliki potensi sebagai
antioksidan.
Menurut Huda et al. (2009), ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis)
mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid,
dan saponin serta berpotensi sebagai antioksidan dengan nilai konsentrasi
penghambatan (IC50) sebesar 800, 160, 140, dan 30 µg/mL berturut-turut untuk
pelarut n-heksana, diklorometana, etil asetat, dan metanol. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan menguji kandungan fitokimia, toksisitas, dan aktivitas
antioksidan daun pohon penghasil gaharu jenis Aquilaria microcarpa dan A.
malaccensis tanpa inokulasi dan setelah diinokulasi dengan beberapa jenis jamur.
Bagan alir penelitian ditunjukkan pada Lampiran 1.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan antara lain daun gaharu dari pohon berumur
17 tahun jenis A. microcarpa tanpa inokulasi dan hasil inokulasi jamur (isolat asal
Papua, Jambi, Gorontalo, dan Timor) pada tahun 2009, daun gaharu dari pohon A.
malaccensis tanpa inokulasi dan hasil inokulasi jamur (Fusarium sp.), 2,2-difenil-
1-pikrilhidrazil (DPPH), metanol, Tween 80, larva udang, kuersetin, HCl pekat, n-
amil alkohol, pereaksi Lieberman-Buchard, kloroform-amonia, H2SO4 2 M,
pereaksi Mayer, Dragendorf, Wagner, serbuk Mg, pereaksi FeCl3 1%, dan NaOH
10%.
Alat yang digunakan antara lain penguap putar, labu ukur, pelat tetes,
mikropipet, dan spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis) berkas ganda
(Pharma Spec 1700 Shimadzu).
Metode
Penelitian ini terdiri atas tahap pengambilan sampel, preparasi sampel,
ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol, uji fitokimia (Harborne 1987), uji
toksisitas dengan metode uji letalitas larva udang (BSLT), dan uji antioksidan
dengan metode DPPH.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan di 2 lokasi yaitu KHDTK Carita, Banten (6°
28´ LS; 105° 85´ BB) dan Hutan Gunung Ciapus, Bogor (6° 36´ LS, 106° 47´
BB). Daun gaharu yang akan digunakan dalam penelitian berasal dari pohon jenis
A. microcarpa (tanpa dan hasil inokulasi) yang diambil di Carita dan A.
malaccensis (tanpa dan hasil inokulasi) yang diambil di Ciapus.
Proses pengambilan sampel cukup sederhana. Daun yang diambil disortasi
menjadi daun muda, sedang, dan tua. Daun muda adalah pucuk sampai beberapa
tangkai daun setelahnya yang daunnya masih bertekstur halus, tidak kaku, dan
berwarna hijau muda mengilat. Daun sedang adalah beberapa tangkai daun setelah
daun muda yang bertekstur halus, agak kaku, dan berwarna hijau muda. Daun tua
3
adalah beberapa tangkai setelah daun sedang sampai ujung dahan yang daunnya
bertekstur kasar, sangat kaku, dan berwarna hijau tua.
Setelah disortasi, sampel kemudian diberi kode berupa deret 3 huruf yang
menunjukkan identitas sampel tersebut. Huruf pertama menunjukkan jenis pohon.
Daun dari pohon jenis A. microcarpa diberi kode A, sedangkan daun dari jenis A.
malaccensis diberi kode B. Huruf kedua menunjukkan asal jamur/inokulat. Pada
jenis A. microcarpa, pohon tanpa inokulasi (kontrol) diberi kode K, sedangkan
pohon hasil inokulasi jamur asal Papua diberi kode P, Jambi diberi kode J,
Gorontalo diberi kode G, dan Timor diberi kode T. Pada jenis A. malaccensis,
pohon tanpa inokulasi (kontrol) diberi kode K, sedangkan pohon hasil inokulasi
jamur diberi kode I. Huruf ketiga menunjukkan jenis daun. Daun muda diberi
kode M, daun sedang S, daun daun tua T (Gambar 1). Pengodean sampel lebih
jelas dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 1 Aquilaria microcarpa daun muda (a), sedang (b), dan tua (c).
Preparasi Sampel
Sampel dikeringkan hingga kadar air kurang dari 10% di dalam oven
bersuhu tidak lebih dari 50 oC. Setelah itu, digiling hingga menjadi serbuk yang
selanjutnya disebut simplisia.
Ekstraksi
Simplisia daun gaharu ditimbang masing-masing 60 g lalu dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer. Metanol ditambahkan dengan nisbah simplisia-metanol
(1:13) dan maserasi dilakukan selama 3×24 jam. Filtrat disaring, dikumpulkan,
lalu dipekatkan dengan penguap putar dan ditentukan rendemennya.
Penentuan Kadar Air (AOAC 950.46 (B) 2005)
Setiap simplisia ditimbang sebanyak 1 g kemudian dimasukkan ke dalam
cawan porselen yang telah dipanaskan sebelumnya di dalam oven bersuhu 105 oC
selama 30 menit sampai bobotnya konstan. Cawan berisi sampel dipanaskan di
dalam oven bersuhu 105 oC selama 3 jam lalu didinginkan di dalam eksikator dan
ditimbang. Pemanasan diulangi hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air contoh
ditentukan dengan persamaan
Kadar air (%) =
× 100%
Keterangan: A = bobot contoh basah (g)
B = bobot contoh kering (g)
a b c
4
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Uji alkaloid dilakukan dengan mencampurkan 0.25 g ekstrak kasar daun
dengan 2.5 mL kloroform-amonia kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
ditambah H2SO4 2 M beberapa tetes, kemudian dikocok sehingga terbentuk 2
lapisan. Lapisan asam (tidak berwarna) dibagi 3 ke dalam tabung reaksi, berturut-
turut ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf. Uji
positif alkaloid apabila berturut-turut terbentuk endapan putih, cokelat , dan merah
jingga.
Uji triterpenoid dan steroid dilakukan dengan mencampurkan 0.1 g
ekstrak kasar daun dengan 5 mL etanol kemudian dipanaskan pada 50 °C dan
disaring. Filtrat diuapkan hingga kering kemudian dilarutkan dengan eter. Lapisan
eter diteteskan di atas pelat tetes, dikeringudarakan, lalu ditambahkan pereaksi
Lieberman-Buchard. Uji positif triterpenoid jika terbentuk warna merah, dan
positif steroid jika terbentuk warna hijau atau biru.
Uji saponin dan tanin dilakukan dengan mencampurkan 0.1 g ekstrak kasar
daun dengan 10 mL akuades kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 5
menit. Larutan disaring dan dibagi 2. Sebagian filtrat didinginkan lalu dikocok
hingga berbusa. Hasil uji positif saponin jika busa tidak menghilang setelah 10
menit. Sebagian lagi ditambahkan larutan FeCl3 1%. Hasil uji positif tanin
ditandai dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman.
Uji fenol dan flavonoid dilakukan dengan mencampurkan 0.1 g ekstrak
kasar daun dengan 15 mL air kemudian dididihkan selama 2 menit dan disaring.
Untuk uji fenol, 5 mL filtrat ditambahkan NaOH 10% beberapa tetes.
Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya senyawa fenolik. Untuk uji
flavonoid, 5 mL filtrat dibagi ke dalam 3 tabung reaksi lalu setiap tabung
ditambahkan 0.1 g serbuk Mg, 1 mL alkohol klorhidrat (campuran HCl 37% dan
etanol 95% dengan volume yang sama), dan 5 mL amil alkohol. Tabung dikocok
kuat. Hasil uji positif flavonoid ditunjukkan oleh terbentuknya warna merah,
kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol.
Uji Toksisitas
Sebanyak ±100 mg telur udang ditetaskan dengan cara dimasukkan ke
dalam wadah berisi air laut yang diberi suplai udara menggunakan aerator selama
48 jam. Sementara itu, larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak kasar daun
dengan air laut dan ditambahkan 2 tetes Tween 80 kemudian ditambahkan air laut
kembali hingga konsentrasinya 2000 ppm (larutan stok).
Ke dalam tabung vial masing-masing dimasukkan 10 ekor larva udang lalu
ditambahkan larutan uji dengan konsentrasi 0–500 ppm hingga volumenya 2 mL.
Perlakuan dilakukan 2 kali ulangan. Larva udang kemudian diinkubasi selama 24
jam. Jumlah larva yang mati dihitung dan direratakan dari 2 kali ulangan yang
dilakukan. Logaritma konsentrasi larutan ekstrak kasar daun sebagai sumbu x dan
nilai probit persentase kematian larva udang sebagai sumbu y dialurkan ke dalam
kurva. Nilai konsentrasi mematikan 50% (LC50) ditentukan dari persamaan garis
yang diperoleh.
Uji Antioksidan
Sebanyak 5.0 mg DPPH dilarutkan dengan metanol dalam labu takar 100
mL sehingga konsentrasinya 126.80 µM. Sampel ekstrak kasar daun dengan
konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm serta larutan kuersetin sebagai standar
dengan konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm juga disiapkan dengan pelarut metanol
dalam labu takar 10 mL.
Sampel dan standar masing-masing dimasukkan sebanyak 4 mL ke dalam
tabung reaksi. Blangko, yaitu 4 mL metanol juga dipipet ke dalam tabung reaksi.
Larutan DPPH 126.80 µM ditambahkan sebanyak 2 mL ke dalam setiap tabung
tepat sebelum campuran diinkubasi pada suhu inkubasi 37 °C selama 30 menit.
Campuran diukur absorbansnya pada panjang gelombang 517 nm. Nilai
konsentrasi penghambatan 50% (IC50) dihitung dari persentase aktivitas
penghambatan radikal DPPH dan logaritma konsentrasi sampel dan standar. Uji
antioksidan dilakukan di Laboratorium Bersama, Departeman Kimia, Institut
Pertanian Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Kasar
Kadar air menunjukkan jumlah air yang terikat secara fisis pada sampel.
Simplisia daun gaharu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50 °C sebelum
ditentukan kadar airnya. Penentuan kadar air berguna untuk menduga keawetan
atau ketahanan sampel dalam penyimpanan serta untuk mengoreksi rendemen
yang dihasilkan. Kadar air simplisia bahan alam biasanya harus lebih rendah dari
10% agar bakteri atau jamur tidak tumbuh sehingga simplisia dapat disimpan
dalam waktu yang lama (Winarno 1992).
Gambar 2 memperlihatkan bahwa kadar air tertinggi terdapat pada sampel
AKS dan rendemen terendah diperoleh dari sampel ATT, sedangkan rendemen
tertinggi diperoleh dari sampel APT. Secara keseluruhan, simplisia daun gaharu
memiliki kadar air 11.90–18.01% (Lampiran 3) sehingga dapat digunakan, tetapi
tidak tahan lama disimpan. Sementara itu, rendemen yang diperoleh berkisar
3.37–11.20% (Lampiran 4). Keragaman rendemen disebabkan oleh perbedaan
sampel, kondisi ekstraksi, penyaringan, dan pemekatan.
Gambar 2 Diagram persentase kadar air dan rendemen ekstrak kasar daun gaharu
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
AKM AKT APS AJM AJT AGS ATM ATT BKS BIM BIT
Pe
rsen
tase
(%
)
Sampel
Kadar air
Rendemen
6
Rendemen ekstrak kasar daun gaharu diperoleh dari proses maserasi dalam
pelarut metanol. Daun gaharu sebelumnya digiling terlebih dahulu untuk
memperluas permukaan sampel yang kontak dengan pelarut. Menurut Huda et al.
(2009), pelarut metanol memberikan rendemen yang lebih tinggi dan nilai IC50
yang lebih rendah dibandingkan dengan n-heksana, diklorometana, dan etil asetat.
Metanol mampu mengekstraksi senyawa polar dan nonpolar karena tetapan
dielektriknya besar. Selain itu, metanol mudah diuapkan dan harganya relatif
murah.
Kandungan Fitokimia Ekstrak Kasar
Berdasarkan hasil uji, seluruh ekstrak kasar metanol daun gaharu
mengandung tanin, steroid, fenol, dan flavonoid (Lampiran 5). Tanin, fenol, dan
flavonoid memiliki gugus fungsi fenol yang biasanya aktif sebagai antioksidan.
Intensitas warna tanin, steroid, fenol, dan flavonoid tidak begitu berbeda pada
ekstrak gaharu kontrol dan hasil inokulasi.
Saponin dan alkaloid tidak terdeteksi oleh uji fitokimia. Hal ini
dimungkinkan karena sedikit atau tidak adanya kandungan kedua senyawa
tersebut. Triterpenoid ataupun seskuiterpenoid juga tidak terdeteksi pada uji
fitokimia meskipun senyawa tersebut merupakan penciri dari terbentuknya
gaharu. Di sisi lain, menurut Huda et al. (2009), ekstrak daun gaharu (A.
malaccensis) mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid,
terpenoid, steroid, dan saponin. Hal ini dapat disebabkan oleh persebaran
metabolit sekunder yang tidak merata pada seluruh daun.
Toksisitas Ekstrak Kasar
Senyawa bioaktif hampir selalu bersifat toksik pada dosis tinggi. Oleh
karena itu, daya bunuh in vivo (toksisitas) senyawa terhadap suatu organisme
hewan dapat digunakan untuk menapis ekstrak tumbuhan yang mempunyai
bioaktivitas dan juga memantau fraksi bioaktif selama fraksinasi dan pemurnian
(Juniarti et al. 2009). Uji toksisitas dalam penelitian ini menggunakan metode
BSLT dengan larva udang (Artemia salina Leach.) sebagai bioindikator. Metode
ini praktis dan murah karena telur udang A. salina dapat dengan mudah diperoleh
dan dapat disimpan bertahun-tahun dalam keadaan kering (McLaughlin et al.
1998).
Uji toksisitas dilakukan dengan menghitung konsentrasi toksikan (ekstrak
metabolit sekunder) yang dapat mematikan 50% dari populasi awal hewan uji,
yaitu larva udang selama 24 jam (LC50). Respons hewan uji terhadap toksikan
selalu binomial (mati/tidak mati) dan hubungan antara respons dan konsentrasi
toksikan selalu berbentuk sigmoid. Analisis probit digunakan untuk mengubah
bentuk kurva sigmoid ini ke bentuk linear agar mudah dianalisis (Finney 1971).
Metode analisis probit dilakukan secara manual.
Tingkat toksisitas terhadap A. salina dengan nilai LC50 dibedakan menjadi
toksik (LC50 < 1000 μg/mL) dan tidak toksik (LC50 > 1000 μg/mL) (Meyer et al.
1982). Menurut Ariffin et al. (2009), kriteria sitotoksisitas untuk ekstrak kasar
seperti yang telah ditetapkan oleh National Cancer Institute (NCI) ialah nilai LC50
berpotensi sebagai antikanker jika < 30 μg/mL.
7
Perhitungan LC50 dapat dilihat pada Lampiran 6 dan diagram nilai LC50 dari
setiap ekstrak dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan hasil uji toksisitas,
seluruh sampel kecuali APM dan AGM memiliki nilai LC50 > 30 μg/mL. Hal
tersebut menunjukkan bahwa seluruh sampel bersifat toksik, tetapi hanya APM
dan AGM yang berpotensi sebagai antikanker.
Gambar 3 Diagram nilai LC50 ekstrak kasar daun gaharu
Secara umum, nilai LC50 sampel daun A. malaccensis lebih rendah sehingga
dapat dikatakan lebih toksik dibandingkan dengan A. microcarpa. Sampel A.
microcarpa setelah diinokulasi juga cenderung lebih toksik daripada sebelum
diinokulasi. Sebaliknya pada A. malaccensis, sampel sebelum diinokulasi jauh
lebih toksik daripada setelah diinokulasi.
Sampel AKT lebih toksik dibandingkan dengan AKM dan AKS, demikian
pula sampel BKT lebih toksik daripada sampel BKM dan BKS. Hal ini
menunjukkan bahwa sebelum diinokulasi, toksisitas cenderung meningkat seiring
bertambahnya umur daun. Berbeda dengan sampel setelah diinokulasi, daun muda
cenderung lebih toksik, kecuali pada sampel AJM dan BIM.
Perbedaan toksisitas antara A.microcarpa dan A. malaccensis tidak hanya
disebabkan oleh perbedaan jenis pohon, tetapi juga oleh perbedaan lokasi tumbuh
pohon. Lokasi pengambilan sampel di Carita memiliki topografi bergelombang
sampai bergunung. Curah hujan tahunan sekitar 3.959 mm. Suhu minimum 26 °C
dan maksimum 32 °C. Kelembapan udara rata-rata berkisar antara 77% dan 85%.
Lokasi pengambilan sampel di Ciapus juga memiliki topografi bergelombang
sampai bergunung, tetapi curah hujan tahunan lebih rendah (sekitar 3600 mm),
demikian pula suhu udara (24–30 °C). Kelembapan udara rata-rata berkisar antara
80% dan 90% (Pratiwi 2009).
Suhu dan kelembapan lokasi tumbuh pohon, keterbukaan tajuk, virulensi
inokulan yang digunakan, jarak antartitik lubang, dan faktor-faktor lain pada saat
inokulasi juga dapat memengaruhi kecocokan jamur (isolat) dengan pohon inang
(Siran 2010). Faktor yang memengaruhi kecocokan dalam inokulasi juga
memengaruhi tidak meratanya proses metabolisme dari pohon yang terinfeksi
sehingga metabolit sekunder yang tersebar antardaun tidak sama.
0
50
100
150
200
250
300
AK AP AJ AG AT BK BI
LC5
0 (
µg/
mL)
Sampel
Daun muda (M)
Daun sedang (S)
Daun tua (T)
8
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar
Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif dan tidak stabil yang
dihasilkan di dalam tubuh selama proses metabolisme atau berasal dari
lingkungan luar (Saleh et al. 2010). Antioksidan bekerja mempertahankan oksidan
pada jumlah yang optimum dan mereduksi radikal bebas serta menghentikan
pembentukannya sebelum merusak sel-sel dalam tubuh (Aris et al. 2007).
Metode DPPH banyak digunakan untuk uji aktivitas antioksidan karena
memiliki beberapa keunggulan, di antaranya mudah, sederhana, cepat, peka, dan
hanya membutuhkan sedikit sampel (Koleva et al. 2002). Senyawa DPPH
merupakan radikal bebas yang stabil karena adanya delokalisasi elektron gasal
pada molekul secara keseluruhan. Saat larutan DPPH bercampur dengan suatu zat
yang dapat mendonorkan atom hidrogen, DPPH akan tereduksi (Gambar 4) yang
ditunjukkan dengan hilangnya warna violet (kadang-kadang berwarna kuning
pucat yang berasal dari keberadaan gugus pikril) (Molyneux 2004). Penurunan
intensitas warna DPPH dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 4 Reaksi penangkapan H oleh DPPH (Szabro et al. 2007)
Keterangan:
a. Larutan sampel 10 µg/mL + DPPH
b. Larutan sampel 20 µg/mL + DPPH
c. Larutan sampel 30 µg/mL + DPPH
d. Larutan sampel 40 µg/mL + DPPH
e. Larutan sampel 50 µg/mL + DPPH
f. Larutan sampel 60 µg/mL + DPPH
Gambar 5 Larutan sampel dan DPPH setelah diinkubasi
Nilai IC50 menunjukkan besarnya konsentrasi suatu senyawa yang dapat
memerangkap radikal bebas sebesar 50%. Menurut Hanani et al. (2005), suatu
senyawa dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi bila nilai IC50-nya
kurang dari 200 µg/mL. Semakin rendah nilai IC50 ekstrak, keefektifannya
sebagai penangkap radikal akan lebih baik (aktivitas antioksidan tinggi).
Perhitungan IC50 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan diagram nilai IC50 dari
setiap ekstrak ditunjukkan pada Gambar 6. Berdasarkan hasil uji antioksidan,
semua sampel memiliki nilai IC50 < 200 μg/mL. Hal tersebut menunjukkan
a b c d e f
seluruh sampel memiliki aktivitas antioksidan yang baik. Namun, aktivitas
tersebut belum sebaik standar kuersetin yang memiliki nilai IC50 2.91 μg/mL.
Gambar 6 Diagram nilai IC50 ekstrak kasar daun gaharu
Aktivitas antioksidan yang sangat baik pada sampel A. microcarpa
ditunjukkan oleh sampel hasil inokulasi jamur asal Gorontalo dan asal Timor
dengan nilai IC50 terkecil ialah 13.51 μg/mL pada sampel ATM. Sementara pada
sampel A. malaccensis, aktivitas antioksidan yang sangat baik ditunjukkan oleh
sampel tanpa inokulasi, yaitu BKT dengan nilai IC50 10.69 μg/mL. Secara
keseluruhan, perbedaan aktivitas antarsampel tidak terlalu jauh. Nilai IC50 yang
tidak terlalu jauh berbeda antara daun gaharu kontrol dan hasil inokulasi
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan sampel tidak dipengaruhi oleh jenis
daun dan inokulasi pohon penghasil gaharu.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Semua ekstrak kasar metanol daun gaharu yang diujikan mengandung tanin,
steroid, fenol, dan flavonoid. Semua sampel tersebut juga bersifat toksik dan
memiliki aktivitas antioksidan yang baik. Sampel daun A. microcarpa muda
setelah diinokulasi lebih toksik daripada sampel lain, dengan sampel yang
diinokulasi dengan jamur asal Papua dan Gorontalo berpotensi sebagai antikanker
karena memiliki nilai LC50 < 30 μg/mL. Aktivitas antioksidan terbaik ditunjukkan
oleh sampel A. malaccensis tanpa inokulasi, dengan nilai IC50 terhadap radikal
DPPH 10.69 μg/mL. Aktivitas antioksidan sampel tidak dipengaruhi oleh jenis
daun dan inokulasi pohon penghasil gaharu.
Saran
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk pengembangan produksi daun
gaharu sebagai teh. Fraksionasi lebih lanjut dan analisis kualitatif serta kuantitatif
komponen-komponen diperlukan untuk menentukan senyawa murni yang
0
10
20
30
40
50
60
AK AP AJ AG AT BK BI
IC5
0 (
µg/
mL)
Sampel
Daun muda (M)Daun sedang (S)Daun tua (T)
berpotensi sebagai antikanker pada sampel APM dan AGM, serta sebagai
antioksidan pada sampel AGS, AGT, ATM, BKS, dan BKT.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of
Analysis. Washington: AOAC International.
Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar
fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum L). J
Sains Teknol Farm. 13:1-9.
Ariffin SHZ, Haryani WH, Omar W, Ariffin ZZ, Safian MF, Senafi S, Wahab
RMA. 2009. Intrinsic anticarcinogenic effects of Piper sarmentosum
ethanolic extract on a human hepatoma cell line. Cancer Cell Int Primary
Res. 9(6):1-9.Open Access
Aris SRS, Mustafa S, Ahmat N, Jaafar FM, Ahmad R et al. 2007. Phenolic
content and antioxidant activity of fruits of Ficus deltoidea var Angustifolia
sp. Malay J Anal Sci. 13:146-150.
[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora
and Fauna. 2004. Amendments to Appendices I and II of CITES. Sydney
(AU): CITES.
Dash M, Patra JK, Panda PP. 2008. Phytochemical and antimicrobial screening of
extracts of Aquilaria agallocha Roxb. African J Biotechnol. 7:3531-3534.
Finney DJ. 1971. Probit Analysis. Ed ke-3. Cambridge (GB): Cambridge Univ Pr.
Hanani E, Abdul M, Ryany S. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam
Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Maj Ilmu Kefarmasian. 2:127-133.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah;
Niksolihin S, editor. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Methods.
Huda AWN, Munira MAS, Fitrya SD, Salmah M. 2009. Antioxidant activity of
Aquilaria malaccensis (Thymelaeaceae) leaves. Pharmacognosy Res. 1:270-
273.
Juniarti, Osmeli D, Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas
(brine shrimp lethality test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
dari ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.). Makara Sains. 13(1):50-54.
Kim YC, Lee EH, Lee YM, Kim HK, Song BK, Lee EJ et al. 1997. Effect of the
aqueous extract of Aquilaria agallocha stems on the immediate
hypersensitivity reactions. J Ethnopharmacol. 58:31-38.
Koleva I, van Beek T, Linnssen JPH, de Groot A, Evstarieva LN. 2002. Screening
of plant extracts for antioxidant activity: a comparative study on three
testing methods. Phytochem Anal. 13:494-500.
Kuncahyo I, Sunardi. 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L) terhadap 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl (DPPH). Di
dalam: Seminar Nasional Teknologi (SNT 2007); 2007 Nov 24; Yogyakarta,
Indonesia. Yogyakarta (ID): Program Diploma Teknologi Farmasi, Fakultas
Teknik, Universitas Setia Budi.
11
McLaughlin JL, Rogers LL, Anderson JE. 1998. The use of biological assays to
evaluate botanicals. Drug Information J. 22:513-524.
Mega IM, Swastini DA. 2010. Screening fitokimia dan aktivitas antiradikal bebas
ekstrak metanol daun gaharu (Gyrinops versteegii). J Kim. 4(2):187-192.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL et
al. 1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant
constituents. Planta Med. 45:31-34.
Molyneux P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH)
for estimazing antioxidant activity. Songklanakarin J Sci Technol. 26:211-
219.
Novriyanti E. 2009. Kajian kimia gaharu hasil inokulasi Fusarium sp. pada
Aquilaria microcarpa. Di dalam: Pengembangan Teknologi Produksi
Gaharu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan. Prosiding
Workshop Gaharu; 2009 Apr 29; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam bekerja sama
dengan ITTO PD 425/06 Rev.I(1). hlm 23-38.
Okugawa H, Ueda R, Mutsumoto K, Kawanishi K, Kato A. 1996. Effect of
jinkoh-eremol and agarospiral from agarwood on the central nervous system
in mice. Planta Med. 62:2-6.
Pratiwi. 2009. Karakteristik lahan habitat pohon penghasil gaharu di beberapa
hutan tanaman di Jawa Barat. Di dalam: Pengembangan Teknologi Produksi
Gaharu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan. Prosiding
Workshop Gaharu; 2009 Apr 29; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam bekerja sama
dengan ITTO PD 425/06 Rev.I(1). hlm 171-192.
Saleh MA, Clark S, Woodard B, Deolu-Sobogun SA et al. 2010. Antioxidant and
free radical scavenging activities of essential oils. Ethnicity and Disease.
20:S1 78-S1 82.
Santoso E, Agustini L, Sitepu IR, Turjaman M. 2007. Efektivitas pembentukan
gaharu dan komposisi senyawa resin gaharu pada Aquilaria spp. J.
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 4(6):543-551.
Siran SA. 2010. Perkembangan pemanfaatan gaharu. Di dalam: Siran SA,
Turjaman M, editor. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. hlm 1-34. Szabro MR, Iditoiu C, Chambre D, Lupea AX. 2007. Improved DPPH
determination for antioxidant activity spectrophotometric assay. Chem
Papers. 61(3):214-216.
Tarigan K. 2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Jakarta (ID): Pusat
Bina Penyuluhan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia. Yagura T, Shibayama N, Ito M, Kiuchi F, Honda G. 2005. Three novel diepoxy
tetrahydrochromones from agarwood artificially produced by intentional
wounding. Tetrahedron Lett. 46:4395-4398.
Zhou M, Wang H, Suolangjiba, Kou J, Yu B. 2008. Antinociceptive and anti-
inflammatory activities of Aquilaria sinensis (Lour.) Gilg. leaves extract. J
Ethnopharmacol. 117:345-350.
12
Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian
Daun gaharu segar
(A. microcarpa, A. malaccensis)
- Dikeringkan (50 °C, 3 hari)
- Digiling
Penentuan kadar air Simplisia
- Diekstraksi dengan metanol (3×24 jam)
- Dipekatkan dengan penguap putar
Ekstrak kasar
Uji fitokimia Uji toksisitas Uji Antioksidan
- alkaloid (Metode BSLT) (Metode DPPH)
- triterpenoid
- steroid
- saponin
- tanin LC50 IC50
- fenol
- flavonoid
13
Lampiran 2 Nama jenis dan pengodean sampel
Bahan yang digunakan adalah daun gaharu yang berasal dari pohon A.
microcarpa (KHDTK Carita, Banten) dan A. malaccensis (Ciapus, Bogor) tanpa
inokulasi dan dengan inokulasi.
Nama Sampel Inokulasi/Tanpa inokulasi Bagian
Daun
Kode
Sampel
Aquilaria microcarpa
Tanpa inokulasi jamur (kontrol)
Muda AKM
Sedang AKS
Tua AKT
Inokulasi jamur asal Papua
(forda cc 00512)
Muda APM
Sedang APS
Tua APT
Inokulasi jamur asal Jambi
(forda cc 00500)
Muda AJM
Sedang AJS
Tua AJT
Inokulasi jamur asal Gorontalo
(forda cc 00509)
Muda AGM
Sedang AGS
Tua AGT
Inokulasi jamur asal Timor
(forda cc 00515)
Muda ATM
Sedang ATS
Tua ATT
Aquilaria malaccensis
Tanpa inokulasi jamur (kontrol)
Muda BKM
Sedang BKS
Tua BKT
Inokulasi jamur
Muda BIM
Sedang BIS
Tua BIT
14
Lampiran 3 Kadar air simplisia daun
A. microcarpa
Sampel Ulangan
Bobot
cawan
kosong
(g)
Bobot
basah
sampel
(g)
Bobot
cawan +
sampel
kering
(g)
Bobot
kering
sampel
(g)
Kadar
air (%) Rerata (%)
AKM 1 15.2670 1.0008 16.1218 0.8548 14.59
14.31 ± 0.39 2 15.2673 1.0006 16.1275 0.8602 14.03
AKS 1 26.7569 1.0013 27.5725 0.8156 18.55
18.01 ± 0.75 2 26.7575 1.0010 27.5835 0.8260 17.48
AKT 1 17.1049 1.0017 17.9599 0.8550 14.65
14.30 ± 0.49 2 17.1052 1.0020 17.9674 0.8622 13.95
APM 1 22.8685 1.0014 23.7284 0.8599 14.13
13.96 ± 0.24 2 22.8689 1.0009 23.7318 0.8629 13.79
APS 1 22.7865 1.0017 23.6500 0.8635 13.80
13.63 ± 0.23 2 22.7866 1.0016 23.6533 0.8667 13.47
APT 1 22.6516 1.0006 23.5073 0.8557 14.48
14.35 ± 0.18 2 22.6518 1.0004 23.5099 0.8581 14.22
AJM 1 23.2046 1.0011 24.0576 0.8530 14.79
14.35 ± 0.63 2 23.2048 1.0009 24.0666 0.8618 13.90
AJS 1 22.7851 1.0015 23.6546 0.8695 13.18
12.78 ± 0.56 2 22.7853 1.0011 23.6624 0.8771 12.39
AJT 1 22.9086 1.0000 23.7531 0.8445 15.55
15.20 ± 0.50 2 22.9089 1.0002 23.7616 0.8517 14.85
AGM 1 22.8895 1.0001 23.7412 0.8576 14.25
14.01 ± 0.34 2 22.8897 1.0004 23.7473 0.8627 13.76
AGS 1 23.5439 1.0022 24.4066 0.8693 13.26
12.92 ± 0.48 2 23.5442 1.0020 24.4135 0.8759 12.58
AGT 1 22.6506 1.0020 23.5265 0.8500 15.17
13.56 ± 2.27 2 22.6508 1.0018 23.5328 0.8820 11.96
ATM 1 18.4860 1.0021 19.3360 0.8500 15.18
14.83 ± 0.49 2 18.4862 1.0021 19.3432 0.8570 14.48
ATS 1 22.8664 1.0001 23.7179 0.8515 14.86
14.48 ± 0.54 2 22.8665 1.0001 23.7256 0.8591 14.10
ATT 1 16.4722 1.0029 17.3494 0.8772 12.53
12.21 ± 0.45 2 16.4724 1.0022 17.3554 0.8830 11.89
15
lanjutan Lampiran 3
A. malaccensis
Sampel Ulangan
Bobot
cawan
kosong
(g)
Bobot
basah
sampel
(g)
Bobot
cawan +
sampel
kering
(g)
Bobot
kering
sampel
(g)
Kadar air
(%) Rerata (%)
BKM 1 23.5457 1.0017 24.4126 0.8669 13.46
13.18 ± 0.39 2 23.5458 1.0014 24.4179 0.8721 12.91
BKS 1 17.1060 1.0017 17.9670 0.8610 14.05
13.81 ± 0.33 2 17.1061 1.0018 17.9719 0.8658 13.58
BKT 1 26.7579 1.0013 27.6383 0.8804 12.07
11.90 ± 0.25 2 26.7580 1.0014 27.6420 0.8840 11.72
BIM 1 22.9093 1.0013 23.7820 0.8727 12.84
12.68 ± 0.23 2 22.9094 1.0014 23.7855 0.8761 12.51
BIS 1 18.4913 1.0014 19.3592 0.8679 13.33
13.14 ± 0.27 2 18.4914 1.0007 19.3625 0.8711 12.95
BIT 1 23.2068 1.0019 24.0843 0.8775 12.42
12.25 ± 0.23 2 23.2069 1.0018 24.0876 0.8807 12.09
Contoh perhitungan:
Sampel AKM
Bobot kering sampel = bobot ((cawan + sampel) – cawan kosong)
= 16.1218 g – 15.2670 g = 0.8548 g
Kadar air (%) = bobot basah sampel – bobot kering sampel
bobot basah sampel 100
= 1.000 g – 0. g
1.000 g 100 = 14.59%
(%) = kadar air (ulangan 1 ulangan 2)
n
= 1 . 1 .03
2 = 14.31%
s = √∑ ( – )
2 n 1
n – 1 = √
∑ (1 . – 1 .31 )2 2 1
2 – 1 = 0.39
16
Lampiran 4 Rendemen ekstrak kasar sampel
Sampel Bobot sampel
awal (g) Kadar air (%)
Bobot ekstrak
(g) Rendemen (%)
AKM 60.10 14.31 2.4495 4.76
AKS 60.07 18.01 2.9557 6.00
AKT 60.10 14.30 2.7886 5.41
APM 60.05 13.96 2.5789 4.99
APS 60.08 13.63 2.9740 5.73
APT 60.05 14.35 5.7607 11.20
AJM 60.04 14.35 3.2193 6.26
AJS 60.06 12.78 1.9564 3.73
AJT 60.07 15.20 1.8891 3.71
AGM 60.08 14.01 2.7555 5.33
AGS 60.14 12.92 2.9323 5.60
AGT 60.08 13.56 4.5067 8.68
ATM 60.04 14.83 3.5430 6.93
ATS 60.06 14.48 2.8602 5.57
ATT 60.08 12.21 1.7750 3.37
BKM 60.10 13.18 4.9655 9.52
BKS 40.11 13.81 2.6460 7.65
BKT 40.08 11.90 1.9985 5.66
BIM 40.06 12.68 2.3424 6.70
BIS 40.10 13.14 2.2540 6.47
BIT 60.15 12.25 2.4500 4.64
Contoh perhitungan:
Sampel AKM
Rendemen (%) = bobot ekstrak
bobot a al sampel (1 – kadar air) 100
= 2. g
0.10 g (1 – 0. ) 100
= 4.76%
17
Lampiran 5 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar sampel
A. microcarpa
Sampel Saponin Tanin Alkaloid Triterpenoid Steroid Fenol Flavonoid
AKM - + - - + + +
AKS - + - - + + +
AKT - + - - + + +
APM - + - - + + +
APS - + - - + + +
APT - + - - + + +
AJM - + - - + + +
AJS - + - - + + +
AJT - + - - + + +
AGM - + - - + + +
AGS - + - - + + +
AGT - + - - + + +
ATM - + - - + + +
ATS - + - - + + +
ATT - + - - + + +
A. microcarpa
Sampel Saponin Tanin Alkaloid Triterpenoid Steroid Fenol Flavonoid
BKM - + - - + + +
BKS - + - - + + +
BKT - + - - + + +
BIM - + - - + + +
BIS - + - - + + +
BIT - + - - + + +
Keterangan: – : Hasil negatif
+ : Hasil positif
Uji tanin Uji steroid
Uji fenol Uji flavonoid
18
18
Lampiran 6 Hasil uji toksisitas ekstrak kasar sampel
A. microcarpa kontrol
A. microcarpa papua
Konsentrasi
(µg/mL)
APM APS APT
Jumlah larva
mati
%
kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10 3 2 30 20 4.48 4.17 - - - - - - 1 0 10 0 3.72 -
50 6 7 60 70 5.25 5.52 0 0 0 0 - - 2 1 20 10 4.17 3.72
100 8 8 80 80 5.84 5.84 1 0 10 0 3.72 - 3 4 30 40 4.48 4.75
150 9 8 90 80 6.28 5.84 1 1 10 10 3.72 3.72 3 3 30 30 4.48 4.48
200 10 10 100 100 8.09 8.09 1 3 10 30 3.72 4.48 7 8 70 80 5.52 5.84
300 - - - - - - 7 6 70 60 5.52 5.25 8 7 80 70 5.84 5.52
400 - - - - - - 10 10 100 100 8.09 8.09 10 9 100 90 8.09 6.28
LC50 24.81 28.12 207.91 222.90 88.92 148.72
Rerata 26.47 ± 2.34 215.41 ± 10.60 118.82 ± 42.28
Konsentrasi
(µg/mL)
Blangko AKM AKS AKT
Jumlah larva
mati
Jumlah larva
mati %kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati %kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati %kematian Nilai probit
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
0 0 0 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
10 - - 0 0 0 0 - - 1 1 10 10 3.72 3.72 1 1 10 10 3.72 3.72
50 - - 1 1 10 10 3.72 3.72 2 2 20 20 4.17 4.17 2 2 20 20 4.17 4.17
100 - - 2 2 20 20 4.17 4.17 2 2 20 20 4.17 4.17 4 4 40 40 4.75 4.75
200 - - 4 3 40 30 4.75 4.48 3 4 30 40 4.48 4.75 6 6 60 60 5.25 5.25
300 - - 5 4 50 40 5.00 4.75 6 6 60 60 5.25 5.25 7 8 70 80 5.52 5.84
400 - - 8 7 80 70 5.84 5.52 8 7 80 70 5.84 5.52 9 8 90 80 6.28 5.84
LC50 228.55 307.95 227.88 242.87 111.68 115.74
Rerata 268.24 ± 56.14 235.37 ± 10.60 113.71 ± 2.88
19
lanjutan Lampiran 6
A. microcarpa Jambi
Konsentrasi
(µg/mL)
AJM AJS AJT
Jumlah larva
mati
%
kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10 0 0 0 0 - - 1 1 10 10 3.72 3.72 0 0 0 0 - -
50 1 2 10 20 3.72 4.17 - - - - - - 3 5 30 50 4.48 5.00
100 5 4 50 40 5.00 4.75 1 1 10 10 3.72 3.72 6 7 60 70 5.25 5.52
150 7 6 70 60 5.52 5.25 - - - - - - 9 10 90 100 6.28 8.09
200 9 9 90 90 6.28 6.28 2 1 20 10 4.17 3.72 - - - - - -
300 - - - - - - 7 6 70 60 5.52 5.25 - - - - - -
400 - - - - 8 8 80 80 5.84 5.84 - - - - - -
500 - - - - - - 9 9 90 90 6.28 6.28 - - - - - -
LC50 102.89 102.12 185.22 229.35 73.44 57.10
Rerata 102.51 ± 0.54 207.28 ± 31.20 65.27 ± 11.55
A. microcarpa gorontalo
Konsentrasi
(µg/mL)
AGM AGS AGT
Jumlah larva
mati
%
kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10 4 3 40 30 4.75 4.48 1 0 10 0 3.72 - 1 0 10 0 3.72 -
50 5 6 50 60 5.00 5.25 - - - - - - - - - - - -
100 10 9 100 90 8.09 6.28 1 1 10 10 3.72 3.72 0 1 0 10 - 3.72
150 - - - - - - 3 2 30 20 4.48 4.17 - - - - - -
200 - - - - - - 5 4 50 40 5.00 4.75 1 1 10 10 3.72 3.72
300 - - - - - - 9 8 90 80 6.28 5.84 3 4 30 40 4.48 4.75
400 - - - - - - - - - - - - 8 8 80 80 5.84 5.84
500 - - - - - - - - - - - - 9 10 90 100 6.28 8.09
LC50 16.98 23.20 183.37 210.78 240.33 237.46
Rerata 20.09 ± 4.40 197.07 ± 19.38 238.90 ± 2.03
20
20
lanjutan Lampiran 6
A. microcarpa timor
Konsentrasi
(µg/mL)
ATM ATS ATT
Jumlah larva
mati
%
kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10 2 1 20 10 4.17 3.72 0 0 0 0 - - 1 2 10 20 3.72 4.17
50 4 4 40 40 4.75 4.75 - - - - - - - - - - - -
100 8 7 80 70 5.84 5.52 5 6 50 60 5.00 5.25 2 2 20 20 4.17 4.17
200 9 9 90 90 6.28 6.28 7 8 70 80 5.52 5.84 3 3 30 30 4.48 4.48
300 - - - - - - 7 7 70 70 5.52 5.52 3 4 30 40 4.48 4.75
400 - - - - - - 8 8 80 80 5.84 5.84 6 5 60 50 5.25 5.00
500 - - - - - - 9 9 90 90 6.28 6.28 8 9 80 90 5.84 6.28
LC50 39.25 51.91 105.61 58.48 332.51 256.05
Rerata 45.58 ± 8.95 82.04 ± 33.33 294.28 ± 54.07
A. malaccensis kontrol
Konsentrasi
(µg/mL)
BKM BKS BKT
Jumlah larva
mati
%
kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10 0 0 0 0 - - 1 2 10 20 3.72 4.17 0 1 0 10 - 3.72
50 - - - - - - - - - - - - 5 5 50 50 5.00 5.00
100 3 2 30 20 4.48 4.17 5 6 50 60 5.00 5.25 5 6 50 60 5.00 5.25
150 - - - - - - 6 5 60 50 5.25 5.00 7 6 70 60 5.52 5.25
200 6 5 60 50 5.25 5.00 7 7 70 70 5.52 5.52 9 8 90 80 6.28 5.84
300 8 9 80 90 5.84 6.28 9 9 90 90 6.28 6.28 - - - - - -
400 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
LC50 155.59 167.52 77.96 61.14 64.96 67.16
Rerata 161.56 ± 8.43 69.54 ± 11.90 66.06 ± 1.56
21
lanjutan Lampiran 6
A. malaccensis inokulasi
Konsentrasi
(µg/mL)
BIM BIS BIT
Jumlah larva
mati
%
kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Jumlah larva
mati % kematian Nilai probit
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10 0 0 0 0 - - 0 0 0 0 - - 0 0 0 0 - -
50 1 1 10 10 3.72 3.72 4 5 40 50 4.75 5.00 0 1 0 10 - 3.72
100 2 1 20 10 4.17 3.72 7 6 70 60 5.52 5.25 4 5 40 50 4.75 5.00
150 3 3 30 30 4.48 4.48 9 10 90 100 6.28 8.09 4 4 40 40 4.75 4.75
200 3 4 30 40 4.48 4.75 - - - - - - 8 8 80 80 5.84 5.84
300 6 8 60 80 5.25 5.84 - - - - - - 9 10 90 100 6.28 8.09
400 9 10 90 100 6.28 8.09 - - - - - - - - - - - -
LC50 206.96 153.56 62.18 58.70 133.30 108.06
Rerata 180.26 ± 37.76 60.44 ± 2.46 120.68 ± 17.85
22
22
Contoh perhitungan:
Sampel AKM Ulangan 1
%kematian = jumlah larva mati
jumlah larva uji 100
= 1
10
= 10%
Kurva hubungan nilai probit dan log konsentrasi sampel AKM Ulangan 1
Persamaan regresi linear: y = 2.1244x – 0.0114
LC50 diperoleh saat y = 5, oleh karena itu:
5 = 2.1244x – 0.0114
x = (5 + 0.0114) / 2.1244
x = 2.3590
log konsentrasi = 2.3590, maka nilai LC50 sebesar 228.55 μg/mL
= LC 0 (Ulangan 1 Ulangan 2)
n
= 30 .
2 = 268.24 μg/mL
s = √∑ | |
= √
∑ |22 . - 2 .2 |2 2
1
2-1 = 56.14
y = 2.1244x - 0.0114
R² = 0.9228
0
1
2
3
4
5
6
7
1 1.5 2 2.5 3
Nil
ai P
rob
it
log konsentrasi (µg/mL)
23
Lampiran 7 Hasil uji antioksidan ekstrak kasar sampel
A. microcarpa kontrol
Konsentrasi
(µg/mL)
AKM AKS AKT
Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Blangko 0.3430 0.3430 0.00 0.00 0.3430 0.3430 0.00 0.00 0.3430 0.3430 0.00 0.00
10 0.3000 0.2780 12.54 18.95 0.2800 0.2720 18.37 20.70 0.3270 0.3260 4.66 4.96
20 0.2670 0.2580 22.16 24.78 0.2240 0.2000 34.69 41.69 0.3030 0.3070 11.66 10.50
30 0.2330 0.1990 32.07 24.78 0.1850 0.1310 46.06 61.81 0.2010 0.2090 41.40 39.07
40 0.1840 0.1320 46.36 61.52 0.1240 0.0780 63.85 77.26 0.1970 0.1990 42.57 41.98
50 0.1660 0.1110 51.60 67.64 0.0980 0.0580 71.43 83.09 0.1850 0.1900 46.06 44.61
60 0.1290 0.0730 62.39 78.72 0.0660 0.0390 80.76 88.63 0.1710 0.1470 50.15 57.14
LC50 46.47 30.87 27.86 22.02 55.65 53.00
Rerata 38.67 ± 11.03 24.94 ± 4.13 54.33 ± 1.87
A. microcarpa Papua
Konsentrasi
(µg/mL)
APM APS APT
Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Blangko 0.4970 0.4970 0.00 0.00 0.4970 0.4970 0.00 0.00 0.4970 0.4970 0.00 0.00
10 0.4210 0.4130 15.29 16.90 0.4170 0.4080 16.10 17.91 0.4430 0.4320 10.87 13.08
20 0.3800 0.3700 23.54 25.55 0.3480 0.3170 29.98 36.22 0.3520 0.3430 29.18 30.99
30 0.3300 0.3140 33.60 36.82 0.2410 0.2320 51.51 53.32 0.2760 0.2740 44.47 44.87
40 0.2810 0.2620 43.46 47.28 0.1850 0.1530 62.78 69.22 0.2610 0.2380 47.48 52.11
50 0.2600 0.2030 47.69 59.15 0.1670 0.1160 66.40 76.66 0.1910 0.1660 61.57 66.60
60 0.2260 0.1610 54.53 67.61 0.1220 0.0780 75.45 84.31 0.1540 0.1350 69.01 72.84
LC50 55.35 39.39 29.62 25.40 36.43 33.01
Rerata 47.37 ± 11.29 27.51 ± 2.98 34.72 ± 2.42
24
lanjutan Lampiran 7
A. microcarpa Jambi
Konsentrasi
(µg/mL)
AJM AJS AJT
Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Blangko 0.4780 0.4780 0.00 0.00 0.4780 0.4780 0.00 0.00 0.4780 0.4780 0.00 0.00
10 0.4230 0.4130 11.51 13.60 0.4250 0.4210 11.09 11.92 0.4200 0.4130 12.13 13.60
20 0.3700 0.3160 22.59 33.89 0.3610 0.3560 24.48 25.52 0.2880 0.2640 39.75 44.77
30 0.3140 0.2910 34.31 39.12 0.3020 0.2940 36.82 38.49 0.2690 0.2560 43.72 46.44
40 0.2940 0.2600 38.49 45.61 0.2590 0.2310 45.82 51.67 0.2400 0.2200 49.79 53.97
50 0.2680 0.2450 43.93 48.74 0.2480 0.1980 48.12 58.58 0.2280 0.1960 52.30 59.00
60 0.2320 0.1860 51.46 61.09 0.2000 0.1450 58.16 69.67 0.1770 0.1400 62.97 70.71
LC50 63.24 44.95 48.85 37.69 38.75 32.04
Rerata 54.09 ± 12.94 43.27 ± 7.89 35.39 ± 4.75
A. microcarpa Gorontalo
Konsentrasi
(µg/mL)
AGM AGS AGT
Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Blangko 0.4780 0.4780 0.00 0.00 0.4780 0.4780 0.00 0.00 0.4780 0.4780 0.00 0.00
10 0.3770 0.3700 21.13 22.59 0.3280 0.3220 31.38 32.64 0.3250 0.2890 32.01 39.54
20 0.2960 0.2910 38.08 39.12 0.2370 0.2290 50.42 52.09 0.1930 0.1770 59.62 62.97
30 0.2280 0.2110 52.30 55.86 0.1790 0.1610 62.55 66.32 0.1080 0.0870 77.41 81.80
40 0.1790 0.1550 62.55 67.57 0.1110 0.0880 76.78 81.59 0.0930 0.0690 80.54 85.56
50 0.1660 0.1170 65.27 75.52 0.0870 0.0650 81.80 86.40 0.0480 0.0390 89.96 91.84
60 0.0930 0.0670 80.54 85.98 0.0640 0.0460 86.61 90.38 0.0420 0.0370 91.21 92.26
LC50 26.95 24.03 18.72 17.44 15.67 12.98
Rerata 25.49 ± 2.07 18.08 ± 0.90 14.33 ± 1.90
25
lanjutan Lampiran 7
A. microcarpa Timor
Konsentrasi
(µg/mL)
ATM ATS ATT
Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Blangko 0.4510 0.4510 0.00 0.00 0.4510 0.4510 0.00 0.00 0.4510 0.4510 0.00 0.00
10 0.2360 0.2110 47.67 53.22 0.2870 0.2770 36.36 38.58 0.3490 0.3230 22.62 28.38
20 0.2340 0.1890 48.12 58.09 0.2640 0.2610 41.46 42.13 0.2570 0.2120 43.02 52.99
30 0.2110 0.1610 53.22 64.30 0.2090 0.1890 53.66 58.09 0.1460 0.1330 67.63 70.51
40 0.1380 0.0860 69.40 80.93 0.1940 0.1380 56.98 69.40 0.1370 0.0980 69.62 78.27
50 0.0760 0.0490 83.15 89.14 0.1810 0.0940 59.87 79.16 0.0900 0.0610 80.04 86.47
60 0.0740 0.0450 83.59 90.02 0.1190 0.0810 73.61 82.04 0.0820 0.0600 81.82 86.70
LC50 15.91 11.11 24.72 19.40 21.93 18.08
Rerata 13.51 ± 3.40 22.06 ± 3.76 20.00 ± 2.72
A. malaccensis kontrol
Konsentrasi
(µg/mL)
BKM BKS BKT
Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Blangko 0.4510 0.4510 0.00 0.00 0.4280 0.4280 0.00 0.00 0.4280 0.4280 0.00 0.00
10 0.4040 0.3500 10.42 22.39 0.3200 0.3200 25.23 25.23 0.2430 0.2370 43.22 44.63
20 0.3820 0.2990 15.30 33.70 0.2030 0.2030 52.57 52.57 0.1410 0.1170 67.06 72.66
30 0.2260 0.1850 49.89 58.98 0.1160 0.1130 72.90 73.60 0.0620 0.0610 85.51 85.75
40 0.2200 0.1380 51.22 69.40 0.0800 0.0770 81.31 82.01 0.0310 0.0310 92.76 92.76
50 0.1740 0.1150 61.42 74.50 0.0760 0.0680 82.24 84.11 0.0280 0.0310 93.46 92.76
60 0.1490 0.0660 66.96 85.37 0.0360 0.0370 91.59 91.36 0.0260 0.0270 93.93 93.69
LC50 37.21 24.42 18.53 18.38 11.26 10.13
Rerata 30.81 ± 9.04 18.45 ± 0.10 10.69 ± 0.80
26
lanjutan Lampiran 7
A. malaccensis inokulasi
Konsentrasi
(µg/mL)
BIM BIS BIT
Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi Absorbans % inhibisi
Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Blangko 0.4510 0.4510 0.00 0.00 0.4280 0.4280 0.00 0.00 0.4510 0.4510 0.00 0.00
10 0.4150 0.3360 7.98 25.50 0.3510 0.3470 17.99 18.93 0.3390 0.3310 24.83 26.61
20 0.3380 0.2410 25.06 46.56 0.2600 0.2600 39.25 39.25 0.2970 0.2920 34.15 35.25
30 0.2600 0.1620 42.35 64.08 0.1840 0.1850 57.01 56.78 0.2260 0.2180 49.89 51.66
40 0.0950 0.0800 78.94 82.26 0.1390 0.1360 67.52 68.22 0.1930 0.1830 57.21 59.42
50 0.0590 0.0500 86.92 88.91 0.0710 0.0710 83.41 83.41 0.1110 0.0960 75.39 78.71
60 0.0440 0.0380 90.24 91.57 0.0510 0.0530 88.08 87.62 0.0520 0.0460 88.47 89.80
LC50 27.00 19.70 24.00 23.83 25.91 24.57
Rerata 23.35 ± 5.16 23.92 ± 0.12 25.24 ± 0.95
Standar kuersetin
Konsentrasi
(µg/mL)
Kuersetin
Absorbansi % inhibisi
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
Blangko 0.4510 0.4510 - -
1 0.2880 0.2780 36.14 38.36
2 0.2790 0.2650 38.14 41.24
3 0.2440 0.2290 45.90 49.22
4 0.2190 0.1900 51.44 57.87
5 0.1730 0.1600 61.64 64.52
IC50 3.26 2.57
Rerata 2.91 ± 0.49
27
Contoh perhitungan:
Standar kuersetin
%inhibisi = (absorbans blangko – absorbans standar)
absorbans blangko 100
= (0. 10 – 0.2 0)
0. 10 100
= 36.14%
Kurva hubungan %inhibisi dan ln konsentrasi standar kuersetin
Persamaan regresi linear: y = 14.8767x + 32.4074
IC50 diperoleh saat y = 50, oleh karena itu:
50 = 14.8767x + 32.4074
x = (50 – 32.4074) / 14.8767
= 1.1826
ln konsentrasi = 1.1826, maka nilai IC50 sebesar 3.2 μg/mL
= IC 0 (Ulangan 1 Ulangan 2)
n
=
= 2.91 μg/mL
s = √∑ | – | n
n-1 = √
∑ |3.2 – 2. 1|2 2 1
2-1 = 0.49
ulangan 1
y = 14.8767x + 32.4074
R² = 0.8293
ulangan 2
y = 16.215x + 34.718
R² = 0.8751
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
0 0.5 1 1.5 2
%in
hib
isi
ln konsentrasi
ulangan 1
ulangan 2
28
Sampel AKM
%inhibisi = (absorbans blangko – absorbans sampel)
absorbans blangko 100
= (0.3 30 – 0.3000)
0.3 30 100
= 12.54%
Kurva hubungan %inhibisi dan ln konsentrasi sampel AKM
Persamaan regresi linear: y = 27.6274x – 56.0568
IC50 diperoleh saat y = 50, oleh karena itu:
50 = 27.6274x – 56.0568
x = (50 + 56.0568) / 27.6274
= 3.8388
ln konsentrasi = 3.8388, maka nilai IC50 sebesar . μg/mL
= IC 0 (Ulangan 1 Ulangan 2)
n
= . 30.
2 = 38.67 μg/mL
s = √∑ | - |
n
n-1 = √
∑ | . - 3 . |2 2
1
2-1 = 11.03
ulangan 1
y = 27.6274x - 56.0568
R² = 0.9392
ulangan 2
y = 34.8679x - 69.5894
R² = 0.9123
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
2 3 3 4 4 5
%in
hib
isi
ln konsentrasi
ulangan 1
ulangan 2
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 9 Juni 1990 dari pasangan Engkus
Kusnadi dan Dedeh Warsih. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 5 Bogor tahun 2008, kemudian
melanjutkan pendidikan di Departemen Kimia, IPB.
Selama kuliah, penulis berpartisipasi sebagai staf PKS Ikatan Mahasiswa Kimia
(Imasika) Institut Pertanian Bogor tahun 2009/2010. Penulis melakukan praktik
lapangan di PT Bayer Health Care Cimanggis Plant dengan judul laporan “Analisis
Tiamina Monofosfat Klorida Dihidrat sebagai Bahan Baku dalam Pembuatan
Tablet Suplemen” pada tahun 2011. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum
Kimia Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2009–2012, asisten Praktikum Kimia
Organik Berbasis Kompetensi tahun ajaran 2010/2011, Kimia Pangan D3 Analisis
Kimia IPB tahun ajaran 2010/2012, Kimia Bahan Alam Alih Jenis Kimia tahun ajaran
2011/2012, Kimia Organik Layanan ITP/Biokimia tahun ajaran 2011/2012, serta
Kimia Organik D3 Analisis Kimia tahun ajaran 2011/2012.