Download - tinjauan teori implan
1
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
- Kontrasepsi implan adalah efektifitas progestin sebagai kontreasepsi dapat
diperpanjang dengan cara memasukan progestin tersebut kesuatu dilivery
system, satu – satunya kontrasepsi kontrasepsi yang beredar di pasaran
adalah Norpant, yang terdiri atas dua kapsul dengan diameter 2,4 mm dan
panajang 4,4 cm. (Wiknjosastro, 2007 : 922)
- Bahan aktif yang digunakan dalam norplant adalah progestational
norgestrel. yang telah banyak digunakan dalam pil kontrasepsi oral selama
beberapa tahun. Pengujian pembuktian bahwa bahan ini 18x lebih aktif aktif
dari pada progestreron. Setiap kapsul mengandung 36 ± 2 mg
levenorgestrel. (Mochtar, 1998 : 278 – 279).
- KB implan adalah kapsul yang dipasang di tangan kiri atau tanagn kanan
(bila kidal). Dipasang kira-kira 6 – 10 cm dari lipatan siku, dengan
disuntikkan aestesi lokal subkutan ke daerah dimana susuk akan dipasang
(berbentuk kipas) dan dilakukan insisi 3 – 4 mm pada bekas tusukan jarum
suntik. Pemasangan dapat dilakukan setiap waktu asalkan tidak ada kontra
indikasi, dapat pula dipasang 40 hari pasca persalinan dan segera setelah
keguguran. (Wiknjosastro, 2007 : 922 - 923)
B. MACAM – MACAM KONTRASEPSI IMPLAN
Menurut Saifuddin (2006:MK-53 – MK-54)
1. Norplant
Terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang 3,4 cm
dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
1
2
2. Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3- keto- desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonogestrel dan lama
kerja 3 tahun.
C. MEKANISME KERJA
Menurut Saifuddin (2006 : MK-54)
Lendir serviks menjadi kental, Mempertebal lendir serviks/rahim.
Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
Mengurangi transportasi sperma
Menekan ovulasi.
Menurut Wiknjosastro, 2007 : 922
Lebih dari 80% pemakai Norplant pada tahuin – tahun pertama tidak
mengalami ovulasi
Menurut manuaba (1998 : 446)
Setiap susuk KB mengandung 36 mgr Levonorgestrel yang akan
dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme kerjanya
sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga
tidak terjadi ovulasi. Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi
migrasi spermatozoa, dan menyebabkan situasi endometrium tidak siap
menjadi tempat nidasi.
D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
1. Keuntungan implan Menurut Saifuddin (2006 : MK-54)
a. Kontrasepsi
Daya guna tinggi.
Perlindungan jangka panjang.
3
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
Bebas dari pengaruh estrogen.
Tidak mengganggu ASI.
Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan.
Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan klien.
b. Nonkontrasepsi
Mengurangi nyeri haid.
Mengurangi/ memperbaiki anemia.
Melindungi terjadinya kanker endometrium.
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul.
Menurunkan angka kejadian endometriosis.
2. Kerugian implan Menurut Saifuddin (2006 : MK-54 – MK-56)
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan seperti:
Nyeri kepala.
Penurunan atau peningkatan berat badan.
Nyeri payudara.
Perasaan mual.
Pening/pusing kepala.
Perubahan perasaan/mood atau kegelisahan/nervousness.
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Tidak memberikan efek protektif terhadap IMS termasuk AIDS.
Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.
Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat tuberkulosis atau
obat epilepsi.
4
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun).
E. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
1. Yang boleh menggunakan implan menurut Saifuddin (2006 : MK-55)
Usia reproduksi.
Telah memilki anak ataupun belum.
Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
Pasca persalinan dan tidak menyusui.
Riwayat kehamilan ektopik.
Tekanan darah<180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah
atau anemia bulan sabit (sickle cell).
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
Sering lupa menggunakan pil
Pasca keguguran
2. Yang tidak boleh menggunakan implan menurut Saifuddin (2006 : MK-55)
Hamil atau diduga hamil
Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.
Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
Mioma uterus dan kanker payudara.
Gangguan toleransi Glukosa.
F. WAKTU MULAI MENGGUNAKAN IMPLAN
menurut Saifuddin (2006 : MK-56)
Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan
metode kontraseptif tambahan.
5
Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja tidak diyakini tidak menjadi
kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan
melakukan, hubungan seksual atau menggunakan hubungan kontrasepsi
lain untuk 7 hari saja.
Bila klien tidak haid, insersi bisa dilakukan setiap saat, asal saja tidak
diyakini kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau
menggunakan lain untuk 7 hari saja.
Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi
dapat dilakukan setiap saat, bila menyusui penuh, klien tidak perlu
memakai metode kontraspsi lain.
Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah menjadi haid kembali, insersi
dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja klien tersebut
menyakini tidak hamil, untuk klien menggunakan kontrasepsi terdahulu
dengan benar.
Bila kontrasepi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut, tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain.
Bila kontrssepi sebelumnya adalah kontrsepsi non-hormonal (kecuali
AKDR) dan klien ingin menggatinya dengan implant, insersi implant dapat
dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu
menunggu sampai datang hamil berikutnya.
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya
dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan
klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera
dicabut.
Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.
6
G. EFEK SAMPING DAN PENANGANANNYA
Menurut Saifuddin (2006 : MK-58 – MK-59)
1. Amenorhoe
Penanganannya :
Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil tidak memerlukan
penanggulangan khusus, cukup konseling saja
Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implan dan anjurkan
menggunakan kontrasepsi lain.
Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut
implan dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila
diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya
memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan
2. Perdarahan bercak (spotting) ringan
Penanganannya :
Jelaskan perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun
pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan
tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh masalaj perdarahan dan
ingin melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu
siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada
klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila
terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus
pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50µg etinillestradiol atau 1,25
mg estrogen equin konjugasi untuk 14 – 21 hari.
3. Ekspulsi
Penanganannya :
Cabut kapsul yang ekspulsi periksa apakah kapsul yang lain masih
ditempat dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi dan kapsul lain masih
berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi
yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang
7
kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan
metode kontrasepsi lain.
4. Infeksi pada daerah insersi
Penanganannya :
Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengna sabun dan air atau
antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan
dilepas dan klien diminta kembali satu minggu. Apabila tidak membaik,
cabut implan dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari
metode kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses bersihkan dengan
antiseptik, insisikan dan aliran pus keluar, cabut implan. Lakukan
perawatan luka, dan berikan antibiotik oral 7 hari.
5. Berat badan naik/ turun
Penanganannya :
Informasikan kepada klien bahw perubahan berat badan 1-2 kg adalah
normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg
atau lebih. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu
klien mencari metode lain.
H. PENGKAJIAN
1) Data Subjektif
a. Biodata
1. Nama
Ditanya nama dengan tujuan agar dapat mengenal / memanggil
penderita dan tidak keliru dengan penderita lain (Ibrahim, 1993 :
84)
2. Umur
- Cocok dalam fase menjarangkan kehamilan umur 20 – 30
tahun. Pada umur diatas 35 tahun mempengaruhi hormonal
(Hartanto, 2004 :82)
- Dapat dipakai oleh semua ibu dan usia reproduksi (Saifuddin,
2006 : MK-55)
8
3. Agama
Ditanya untuk mengetahui kemungkinan pengaruh terhadap
kebiasaan kesehatan pasien / klien. Dengan dikertahui agama klien
agar mempermudah bidan melakukan pendekatan didalam
melakukan asuhan kebidanan. (Depkes RI, 1995 :14).
4. Pendidikan
Ditanya untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
(Depkes RI, 1995 :14).
5. Pekerjaan
- Ditanya pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui
bagaimana taraf hidup dan sosial akonomi klien agar nasehat
yang diberikan sesuai.(Ibrahim, 1993 : 85)
- Pekerjaan rutin harian tetep dikerjakan. Namun, hindari
benturan gesekan, atau atau penekanan pada daerah insersi
( Saifuddin, 2006 : MK -57)
b. Keluhan Utama
Klien datang untuk memasang implan dengan alasan :
- Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
- Menyusui dan menginginlan menggunakan kontrasepsi.
- Menginginkan kontrasepsi yang tidak mengganggu senggama.
- Kontrasepsi yag tidak mempunyai pengaruh estrogen.
- Tidak memerlikan pemeriksaan dalam
(Saifuddin. 2006 : MK-54)
c. Riwayat kesehatan
Tidak diperbolehkan pada ibu dengan :
- Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya.
- Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
- Miom uterus.
- Ganguan toleransi glukosa.
9
(Saifuddin. 2006 : MK-55)
d. Riwayat Obstetri
1. Haid.
- Bagi ibu dengan riwayat perdarahan pervaginaan yang tidak
jelas penyebabnya tidak dianjurkan menggunakan implan.
- Jika implan di insersikan selama siklus haih hari ke -2 sampai
hari ke-7 tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
(Saifuddin. 2006 : MK-56)
2. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas.
Kemungkinan bertambahnya resiko dan kehamilan ektropik, dari
penelitian ditemukan kahamilan ektropik 1,5 per 1000 wanita
pertahun. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
levonorgestrel yang dilepas tidak mempunyai efek buruk bagi bayi
yang sedang dikandung. (Hartanto, 2004 : 183-184)
Pasca keguguran implan dapat segera diinsersikan. Bila setelah 6
minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali. Insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual
atau menggunakan metode lain selama 7 hari.
(Saifuddin. 2006 : MK-56)
Pemakaian implan selama laktasi tidak mempengaruhi kadar
hormon bayinya dan tidak mempunyai efek buruk pada bayi yang
masih menyusu, kadar imunoglobin serum dan kadaar FSH.LH dan
terstosterone di dalam urine adalah sama pada bayi yang disusui
akseptor impolan. (Hartanto, 2004 : 184)
e. Riwayat KB
- Ibu usia reproduksi yang telah memiliki anak maupun belum.
- Sering lupa menggunakan pil.
- Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen. (Saifuddin. 2006 : MK-55)
f. Pola kebiasaan sehari - hari
1. Nutrisi.
10
Kadar progesterone yang berlebihan dapat menyebabkan
bertambahnya nafsu makan (Wiknjosastro, 2007 : 548).
2. Aktifitas.
Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,
pembengkakan atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu
dikhawatirkan pekerjaan rutin harian tetep dikerjakan. Namun,
hindari gesekan atau penekanan pada daerah insersi.
(Saifuddin. 2006 : MK-57)
3. Personal Hygiene.
- Daerah insersi harus tetep dibiarkan kering dan bersih selama
48 jam pertama hal ini bertujuan yntuk mencegah infeksi.
- Jangan membuka balutan selama 48 jam sedangkan plester
dipertahankan hingga luka sembuh ( Biasanya 5 hari ).
- Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci
dengan tekanan yang wajar.
(Saifuddin. 2006 : MK-57)
4. Pola Seksual.
- Jika insersi dilakukan pada saat klien tidak haid maka jangan
melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode lain
selama 7 hari.
- Implan tidak melindungi dari IMS
(Saifuddin. 2006 : MK-56)
- Pada gangguan implan liang senggama terasa kering.
(Manuaba, 1998 : 446)
5. Sosial Budaya.
Mereka yang tidak dapat menerima perdarahan yang tidak teratur
atau amenore, terutama pada alasan budaya atau sosial lainnya.
(Glasier, 2005 : 94)
6. Riwayat Ketergantungan.
11
Pecandu rokok tidak dianjurkan menngunakan implan karena dapat
menimbulkan efek samping kardiovaskular yang serius (BKKBN,
2004 : 48)
7. Keadaan Spiritual.
Dari kelima agama di indonesia tidak ada yang melarang
pemakaian kontrasepsi implan.
2) Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : penggunaan KB implan. tekanan darah <180/110
mmHg (Saifudin, 2006 : mk.55)
2. Berat badan
Dapat meningkat 1 – 5 Kg dalam tahun pertama, tetapi dapat pula
menurun (Hartanto. 2004 : 171)
b. Pemeriksaan Fisik
- Muka : Pada pengguna agak lama akan timbul
akne (Manuaba, 1998 : 446)
- Mata : Tidak terdapat benjolan pada payudara
(saifuddin, 2006 : MK-55)
- Abdomen : Tidak ada pembesaran uterus (saifuddin,
2006 : MK-55) tidak terdapat penyakit hati akut, tidak
tumor jinak atau ganas pada hati (saifuddin, 2006 : MK-56)
- Genetalia : Tidak ada pendarahan pervaginam yang
belum jelas penyebabnya (saifuddin, 2006 : MK-55)
- Ekstremifas : Kapsul implan dipasang di bawah kulit di
atas lipatan siku, didaerah medial lengan atas. Untuk
pemasangan kapsul pilihlah lengan klien yang belum
digunakan (saifuddin, 2006 : PK-18).
3) Analisa Data
Dari pengkajian data subjektif dan data objektif dapat dirumuskan suatu
kemungkinan diagnosa atau masalah yang timbul.
12
I. DIAGNOSA KEBIDANAN
P>10001, umur 15 – 49 Tahun akseptor KB implan, Jumlah anak......., umur anak
terakhir.........,keadaan umum baik , tidak ada kontra indikasi untuk diberikan
KB implan, dengan masalah :
a. Amenorea
b. Gangguan haid sehubungan perdarahan spotting ringan.
c. Ekspulsi
d. Infeksi pada daerah insersi.
e. Gangguan body image berhubungan dengan berubahnya bentuk tubuh.
(saifuddin, 2006 : MK-58 - MK-59)
J. PERENCANAAN
1. P.........,Umur 15-49 tahun akseptor KB implan. Jumlah anak..........,umur
anak terakhir, keadaan umum baik, tidak ada kontra indikasi untuk KB
implan.
Tujuan : - Kapsul terpasang dengan baik dan tidak terjadi infeksi pada
daerah insersi
- Kapsul tidak ekspulsi
- Tidak ada keluhan atau efek samping yang berat
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian ulang mengenai KB implan pada ibu.
R/ mengenai pengetahuan ibu tentang KB implan.
b. Jelaskan efek samping pada alternatif tindakan.
R/ ibu mampu mengenai efek samping dan alternatif tindakan
c. Jelaskan pada ibu prosedur pemasangan.
R/ ibu mengetahui dan tidak takut karena di insisi.
d. Jelaskan pada ibu dimana implan akan dinsersikan
R/ ibu mengetahuio letak implan dan mempermudah untuk
pencabutan
e. Jelaskan pada ibu mungkin trejadi sedikit rasa perih,
pembengkakan atau lebam pada daerah insisi.
13
R/ Mengurasi rasa kekwatiran pada ibu ( Saifuddin, 2006 : MK :
57)
f. Jelaskan pada ibu bahwa luka insisi nanti akan dibalut selama 48
jam dan diplester sampai luka sembuh ( biasanya 5 hari )
R/ mencegah kapsul ekspulsi dan mencegah luka dari infeksi
(Saifuddin, 2006 : MK : 57)
2. Masalah I : Amenorea
Tujuan : Ibu bisa mengetahui keadaannya
Kriteria : - Untuk memastikan ibu tidak hamil
- Ibu bisa menerima keadaanya
Intervensi :
a. Jelaskan faktor penyebab amenorea.
R/ amenorea merupakan efek samping dari KB yang mengandung
hormon.
b. Pastikan keadaan ibu tidak hamil.
R/ amenore merupakan tanda tidak pasti kehamilan.
c. Berikan konseling pada ibu.
R/ ibu bisa menrima keadaannya. sehingga implan bisa diteruskan
(Saifuddin, 2006 : MK : 58)
3. Masalah II : Gangguan haid sehubungan perdarahan spotting ringan.
Tujuan : Ibu mampu beradaptasi dengan pola haidnya sekarang.
Kriteria : - ibu memahami dan dapat menerima perubahan yang
terjadi.
Intervensi :
a. Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai pada
pengguna KB implan
R/ salah satu efek samping dari KB implan adalah
spotting/perdarahan bercak.
b. Jelaskan bahwa spotting tidak perlu pengobatan.
R/ Spotting bukan salah satu penyakit, tetapi pengaruh dari
hormon.
14
c. Jelaskan kelebihan spotting di banding haid
R/ Spotting mengurangi resiko anemia, karena darah yang
dikeluarkan lebih sedikit dibanding darah haid pada umumnya.
(Saifuddin, 2006 : MK : 59)
4. Masalah III : Ekspulsi
Tujuan : Kapsul bisa terpasang dengan baik.
Kriteria : - Kapsul teraba tepat dibawah kulit.
- Kapsul tidak keluar
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu di mana letak kapsul diinsersikan.
R/ Ibu mengetahui letak kapsul sehingga bisa menjaga agar kapsul
yidak ekspulsi.
b. Informasikan pada ibu jika terjadi ekspulsi segera membawa ke
petugas kesehatan.
R/ Caput kapsul ekspulsi, bila tidak ada tanda infeksi pasang I buah
kapsul baru pada pada insersi yang berbeda : bila terjadi infeksi,
cabut seluruh kapsul dan pasang kapsul baru pada lengan yang
lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
( Saifuddin, 2006 : MK : 59)
5. Maslah IV : Infeksi pada daerah Insersi
Tujuan : Lengan ibu tidak terjadi infeksi dan implan bisa bekerja
dengan baik.
Kriteria : - Tidak terdapat nanah pada luka insisi.
- Suhu tubuh ibu normal 365 – 370C.
- Lengan tidak memar
Intervensi :
a. Menjelaskan pada ibu tanda – tanda infeksi.
R/ Bila terdapat tanda tersebut ibu segera kembali ke klinik.
b. Menjelaskan pada ibu tentang perawatan luka pada daerah insersi
harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama.
R/ Untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
15
(Saifuddin, 2006 : MK : 57)
6.Masalah V : Gangguan body image berhubungan dengan berubahnya
bentuk tubuh.
Tujuan : Ibu mampu beradaptasi dengan bentuk tubuh.
Kriteria : - BB dalam batas normal tidak boleh lebih dari 5 Kg dalam 1
tahun pertama.
- Ibu tampak lebih tenang
Intervensi :
a.Lakukan pendekatan pada klien dan identifikasi masalah klien yang
dihadapi.
R/ meningkatkan harga diri, sehingga ibu mampu mengungkapkan
masalahnya.
b.Jelaskan pada ibu penyebab dari peningkatan BB dan cara mengatasi.
R/ Ibu kooperatif mengenai penjelasan dari petugas.
c. Libatkan psangan dalam memberikan penjelasan mengenai keadaan
klien.
R/ Dukungan suami akan meningkatkan semangat ibu.
d. Anjurkan ibu untuk mengurangi makanan yang berlemak.
R/ Diet yang baik membantu mengurangi BB.
e.Lakukan aktifitas olah raga secara teratur.
R/ Pembakaran lemak dapatdilakukan dengan olah raga secara teratur.
(Suryono, 1996 : 178)
K. PELAKSANAAN
Langkah – langkah pelaksanaan daalm proses manajemen kebidanan
dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana tindakanyang telah ditetapkan.
Bidan melakukan mandiri bila perlu dilakukan tindakan di luar
kewenangannyabidan melakukan kalaborasi maupun rujukan. Intervensi
dilakukan kepada klien, nidan memonitor dan mengawasi kemajuan
kesehatan klien dan keluarga. Pelaksanaan dalam waktu yang singkat,
efektif, hemat, dan berkualitas (Depkes RI, 1995 : 11)
16
L. EVALUASI
Merupakan hasil tahap akhir dari proses askeb untuk menilai tentang
kriteria hasil yang di capai, apakah sesuai dengan rencana atau tidak.
Dalam evaluasi dilakukan dengan SOAP.
S Data Subjektif
Yang didapatkan dari keluhan pasien.
O Data Ojektif
Yang didapatkan dari hasil pemeriksaan.
A Assesment
Berisi kesimpulan dari data subyektif dan obyektif yang
menunjukkan tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan
maupun masalah yang baru.
P Planning
Merupakan perencanaan lanjutan tindakan yang sudah dilakukan
dengan berpedoman pada tingkat keberhasilan yang di capai (Depkes
RI, 1995 : 11)
17