TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN
UANG HASIL PENJUALAN TIKET DALAM PERLOMBAAN
BURUNG BERKICAU (Study Kasus di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam Ilmu Syariah
Oleh :
Olyvia Devita Pertiwi
NPM. 1621030072
Jurusan : Muamalah
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1441 H/2019 M
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN UANG HASIL
PENJUALAN TIKET DALAM PERLOMBAAN BURUNG BERKICAU
(Studi Kasus di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam Ilmu Syariah
Oleh :
Olyvia Devita Pertiwi
NPM. 1621030072
Jurusan : Muamalah
Pembimbing I : Dr. H, Khairuddin, MH.
Pembimbing II : Relit Nur Edi, S.Ag., M. Kom.I.
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1441 H/2019 M
ii
Abstrak
Perlombaan Burung berkicau merupakan kegiatan pertemuan bagi pecinta
burung di Kota Bandar Lampung dari semua golongan umur, karena hal itu
banyak yang menjadikan Burung berkicau sebagai ladang penghasilan. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya manusia dituntut berkerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Oleh karena itu, manusia butuh hiburan sebagai sarana
penyegaran hati, pelepasan beban pikiran. Hiburan bagi setia individu pun
bermacam-macam, ada yang suka memancing, olahraga, menyanyi, memelihara
burung dan lain sebagainya. Yang akan penulis tinjau adalah mengenai
pembagian uang hasil penjualan tiket untuk panitia dalam perlombaan burung
berkicau. Salah satu contohnya yaitu di Gantangan Alam Kicau yang terletak di
Way halim, Kota Bandar Lampung. Berbagai macam lomba burung berkicau
sering diadakan disana, baik pada hari biasa atau untuk memperingati sebuah
event tertentu. Cara untuk menghasilkan uang dari perlombaan Burung berkicau
dari hasil penjualan tiket saja sebagai sumber dana satu-satunya yang mana
digunakan untuk honor panitia dan juri serta uang untuk diberikan kepada
pemenang adapun penyelenggaraannya belum sesuai dengan hukum Islam karena
uang yang diberikan mengandung unsur maysir.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini 1) bagaimana sistem
pengumpulan dana dalam perlombaan burung berkicau di Gantangan Alam Kicau
Gang Ismail Kecamatan Way halim Kota Bandar Lampung 2) bagaimana tinjauan
hukum Islam terhadap penggunaan uang hasil penjualan tiket dalam perlombaan
burung berkicau di Gantangan Alam Kicau Gang Ismail Kecamatan Way halim
Kota Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui sistem
pengumpulan dana dalam perlombaan burung berkicau di Gantangan Alam Kicau
Gang Ismail Kecamatan Way halim Kota Bandar Lampung 2) Untuk mengetahui
tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan uang hasil penjualan tiket dalam
perlombaan burung berkicau di Gantangan Alam Kicau Gang Ismail Kecamatan
Way halim Kota Bandar Lampung. Skripsi ini menggunakan penelitian lapangan
(field research), sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif,
deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat sertahubungan antara fenomena yang diselidiki.
Sedangakan dalam pengumpulan dataskripsi ini menggunakan observasi,
dokumentasi, wawancara. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data
primer yang diperoleh secara langsung dari narasumber asli sedangkan data
sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada seperti dari
perpustakaan, dan penelitian terdahulu.Berdasarkan hasil penelitian tersebut telah
diperoleh suatu kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut telah diperoleh suatu kesimpulan,
pelaksanaan penggunaan uang hasil penjualan tiket perlombaan yang terdapat di
Gantangan Alam Kicau dalam pemberian upah untuk panitia dan pemberian
hadiah untuk peserta sudah sesuai dengan ketentuan panitia, tetapi penggunaan
uang hasil penjualan tiket terdapat unsur Maysir karena hadiah berasal dari
pembelian tiket peserta dan pembelian hadiah bersifat untung-untungan dari
kumpulan dana peserta dalam penjualan tiket.
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangandibawah ini:
Nama : Olyvia Devita Pertiwi
NPM : 1621030072
Jurusan/Prodi : Muamalah (Hukum Ekonomi Syariah)
Fakultas : Syari’ah
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Penggunaan Uang Hasil Penjualan Tiket dalam Perlombaan Burung Berkicau”
(Studi Kasus di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung) adalah benar-
benar merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan duplikasi ataupun saduran
dari karya orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan disebutkan dalam
footnote atau daftar pustaka. Apabila dilain waktu terbukti adanya penyimpangan
dalam karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada penyusun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.
Bandar lampung, Desember 2019
Penulis
Olyvia Devita Pertiwi
NPM:1621030072
iv
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARI’AH
Jln. Letkol H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung, Telp (0721)703289
PERSETUJUAN
Judul Skripsi :Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Uang Hasil
Penjualan Tiket dalam Perlombaan Burung Berkicau (Study
Kasus di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung)
Nama Mahasiswa :Olyvia Devita Pertiwi
NPM :1621030072
Jurusan :Muamalah (Hukum Ekonomi Syariah)
Fakultas :Syari’ah
MENYETUJUI
Telah di munaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang
Munaqasyah Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H, Khairuddin, MH. Relit Nur Edi, S.Ag., M. Kom.I.
NIP. 196210221993031002 NIP. 196901051998031003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Mu ’amalah
Khairuddin, M.S.I
NIP. 19780725200912100
v
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARIAH
Alamat: Jl. Letkol H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung, Tlp. (0721) 703289
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PENGGUNAAN UANG HASIL PENJUALAN TIKET DALAM
PERLOMBAAN BURUNG BERKICAU”(Study Kasus di Gantangan Alam
Kicau Kota Bandar Lampung) disusun oleh: Olyvia Devita Pertiwi, NPM:
1621030072, Program studi : Muamalah, Telah diujikan dalam sidang
Munaqosyah di Fakultas Syariah UIN Raden Intan pada Hari/Tanggal:
TIM DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang : Khoiruddin, M.S.I. (..............................)
Sekertaris : Abuzar Alghifari, S.Ud., M.Ag. (..............................)
Penguji Utama : Dr. H. Mohammad Rusfi, M.Ag. (..............................)
Penguji Pendamping I : Dr. H. Khairuddin, M.H. (..............................)
Penguji Pendamping II : Relit Nur Edi, S.Ag., M.Kom.I. (..............................)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Syariah
Dr. H. Khairuddin, M.H.
NIP. 196210221993031002
vi
MOTTO
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.1
(QS. Al-Baqarah (2): 219)
1Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemah (Ponogoro: CV Penerbit, 2010), h. 34.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati mengucapkan Alhamdulillah dan penuh
rasa syukur kepada Allah SWT untuk segala nikmat dan kekuatan yang telah
diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, sehingga dengan
rahmad-nya karya ini dapat diselesaikan. Skripsi ini peneliti persembahkan
sebagai tanda cinta kasih, tanjang jawab dan hormat tak terhingga kepada :
1. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Nangcik Sumar Joyo dan Ibunda Kartika Sari
Dewi yang telah merawatku, membesarkanku serta mendidikku dengan penuh
cinta dan kasih sayang, menyekolahkanku, berjuang untuk keberhasilanku,
mendoakanku dan selalu sabar memberikan motivasi supaya aku tetap
semangat. Berkat pengorbanan, jerih payah dan motivasi yang selalu diberikan
akhirnya terselesaikan skripsi ini.
2. Ayukku tersayang, Desti Mareta S.E, serta keluarga besar yang selalu
mendukung, menyemangati serta mendoakanku untuk mencapai cita-cita.
3. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung yang tercinta.
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap Olyvia Devita Pertiwi, lahir di Gunung Sulah, Kota Bandar
Lampung, Provinsi Lampung, pada tanggal 10 Juni 1998, merupakan anak kedua
dari dua bersaudara yang dilahirkan dari pasangan suami istri Bapak Nangcik
Sumar Joyo, Ibunda Kartika Sari Dewi dan kakak Perempuan bernama, Desti
Mareta S.E.
Riwayat Pendidikan
1. Taman Kanak-kanak Al-Azhar 4 Bandar Lampung, pada tahun 2003 dan
selesai pada tahun 2004.
2. SDN 02 Way Halim Bandar Lampung, pada tahun 2004 dan selesai pada
tahun 2010.
3. SMP PGRI 06 Bandar Lampung, pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013.
4. SMAN 05 Bandar Lampung, pada tahun 2013 dan selesai pada tahun 2016.
5. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, mengambil Program studi
Muamalah (Hukum Ekonomi Syariah) pada Fakultas Syari’ah, angkatan 2016.
Selama menjadi mahasiswa, aktif diberbagai kegiatan intra maupun ekstra
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung.
Bandar lampung, Desember 2019
Penulis,
Olyvia Devita Pertiwi
NPM:1621030072
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Penggunaan Uang Hasil Penjualan Tiket dalam Perlombaan Burung
Berkicau (Study Kasus di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung), dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam ilmu syariah pada Program Studi
Mu’amalah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, diucapkan terima kasih atas bantuan
semua pihak. Secara rinci ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung.
2. Dr. H. Khairuddin, M.H., selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Raden Intan
Lampung.
3. Khoiruddin, M.S.I selaku Ketua Jurusan Muamalah dan Juhratul khulwah,
M.S.I.selaku Sekertaris Jurusan Muamalah.
4. Dr. H, Khairuddin, M.H., selaku pembimbing I, Relit Nur Edi, S.Ag., M.
Kom.I. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
x
5. Bapak/Ibu dosen di Fakultas Syariah serta Bapak/Ibu guru TK, SD, SMP, dan
SMA yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu pengetahuan.
6. Pimpinan perpustakaan UIN Raden Intan Lampung dan pengelola
perpustakaan yang telah memberikan informasi, data, referensi dan lain-lain.
7. Sahabat-sahabatku, Reni Deska Sari, Tria Meidiani, Ismelia Fatonah, Fadillah
Dwi Afridita, Ahmad Sailendra Wibowo, Kak Agus, Mba Annisa, S.H, Mba
Siti Rosida, S.H, Kakak Tingkat di Pramuka dan Taekwondo,yang selalu
memberikan semangat dan mengingatkan tentang kebaikan dan teman-teman
seperjuanganku yaitu seluruh mahasiswa dan mahasiswi muamalah angkatan
2016 khususnya muamalah kelas C.
8. Teman-teman KKN 29 Desa Sri Basuki, Kecamatan. Batanghari, Kabupaten.
Lampung Timur, yang selalu memberi dukungan dan doa, serta teman-teman
kulta dan teman-teman PPS.
9. Kak Mariyansyah, S.H., dan Kak Andi Ade Anuar, S.H., yang selalu
membantu dan memberikan saran serta masukan dan selalu memberikan
semangat serta dorongan sehingga sampai titik terselesaikannya skripsi ini.
10. Almamaterku tercinta tempatku menempuh ilmu semoga dapat bermanfaat
dunia dan akhirat.
xi
Semoga semua bantuan yang telah diberikan selama ini dibalas oleh Allah
SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda. Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan waktu, dana serta kemampuan yang
dimiliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang dapat membangun sangat
diharapkan dan diterima dengan sepenuh hati. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, 07 Februari 2020
Penulis,
Olyvia Devita Pertiwi
NPM. 1621030072
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iv
PENGESAHAN ................................................................................................. v
MOTTO ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ............................................................................... 1
B. Alasan Pemilihan Judul .................................................................... 3
C. Latar Belakang ................................................................................. 5
D. Fokus Penelitian ............................................................................... 8
E. Rumusan Masalah ............................................................................ 9
F. Tujuan Penelitian.............................................................................. 9
G. Signifikasi Penelitian........................................................................ 9
H. Metode Penelitian ........................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori….................................................................................17
1. Tinjauan Hukum Islam Tentang Upah
a. Upah Menurut Hukum Positif................................................18
b. Rukun dan Syarat Upah..........................................................19
c. Ujarah (Upah) ........................................................................22
d. Manfaat Upah.........................................................................23
e. Dasar Hukum Upah…............................................................26
f. Ijma’.......................................................................................29
2. Maysir (Perjudian) Dalam Hukum Islam
a. Pengertian Maysir..................................................................36
b. Dasar Hukum Larangan Maysir.............................................38
c. Hikmah diharamkan...............................................................41
3 . Perlombaan Berhadiah Dalam Hukum Islam
a. Pengertian Perlombaan Berhadiah.........................................44
xiii
b. Macam-macam Perlombaan Berhadiah.....................................47
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 53
BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung.......55
1. Kriteria Penilaian Perlombaan Burung Berkicau...........................56
2. Sumber dan Alokasi Dana Penyelenggaraan Perlombaan Burung
Berkicau.........................................................................................58
3. Pelaksanaan Perlombaan Burung Berkicau...................................58
B. Pelaksanaan Penggunaan uang hasil perlombaan penjualan Tiket
dalam Perlombaan Burung Berkicau................................................59
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
A. Analisis Terhadap Sistem Penggunaan Dana dalam Perlombaan
Burung Berkicau dengan Sistem Pembelian Tiket..........................70
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Uang Hasil Penjualan
Tiket dalam Perlombaan Burung Berkicau......................................73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................79
B. Rekomendasi.....................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul skripsi ini adalah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Penggunaan Uang Hasil Penjualan Tiket Perlombaan Burung Berkicau”
(Study Kasus di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung). Istilah-
istilah yang terdapat dalam judul ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah
menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya). Tinjauan juga berarti
pandangan, dapat juga berarti berarti pendapat (sesudah menyelidiki,
mempelajari, dan sebagainya).1
2. Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan
diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hukum Islam adalah hukum yang
berdasarkan wahyu Allah. Dengan demikian hukum Islam manurut ta‟rif ini
mencakup hukum syara‟ dan juga mencakup hukum fiqh, karena arti syara‟
dan fiqh terkandung di dalamnya.2
1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum, 2011), Cet-IV, h. 1470. 2Hasbi Ashiddieqi, Pengantar Ilmu Fiqih, (Jakarta: CV Mulia, 1976), h. 44.
2
Hukum Islam mengacu pada pandangan hukum yang bersifat
teologis. Artinya hukum Islam diciptakan karena ia mempunyai tujuan.
Tujuan dari adanya hukum Islam adalah terciptanya kedamaian di dunia dan
kebahagiaan di akhirat. Inilah yang membedakannya dengan hukum
manusia yang menghendaki kedamaian dunia saja.
3. Perlombaan Burung Berkicau merupakan wadah dan kesempatan bagi
para pencinta burung, untuk menunjukan kemampuan burung mereka
dengan pencinta burung lainnya. Kegiatan ini ajang pertemuan bagi pencinta
burung di Kota Bandar Lampung. Dampak positif dari hobi burung
berkicau, perekonomian masyarakat bisa meningkat dan industri pada
masyarakat yang hobi memelihara burung, yaitu industri pembuatan
sangkar, pembuatan pakan, vitamin dan obat-obatan burung peliharaan,
serta kunjungan dari masyarakat hobi burung dari daerah-daerah tetangga.
Ada yang datang dari daerah lainya. Semua itu bisa menambah
perekonomian bagi masyarakat setempat.3
4. Uang Hasil perlombaan burung berkicau di Gantangan Alam Kicau di
Bandar Lampung yang mana merupakan adu kualitas kicauan atau nyanyian
burung berkicau. Peserta yang mengikuti perlombaan diharuskan mendaftar
terlebih dahulu dengan cara membeli tiket pendaftaran. Dari hasil penjualan
tiket inilah sumber dana satu-satunya di Gantangan Alam Kicau yang mana
digunakan untuk honor panitia dan juri serta uang untuk para pemenang.
Adapun dari tinjauan hukum Islam berdasarkan analisis penulis,
3Agus, wawancara dengan penulis, Lampung, 23 September 2019.
3
pelaksanaan perlombaan burung berkicau yang diselenggarakan oleh
Gantangan Alam Kicau Bandar Lampung belum sesuai dengan hukum
Islam, karena Uang yang diberikan mengandung unsur maysir.
5. Upah adalah menurut bahasa (etimologi), upah berarti imbalan atau
pengganti. Menurut istilah (terminologi), upah adalah mengambil manfaat
tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti atau imbalan menurut syarat
syarat tertentu. Dengan demikian yang dimaksud upah adalah memberikan
imbalan sebagai bayaran kepada seseorang yang telah diperintah untuk
mengerjakan suatu pekerjaan tertentu dan bayaran itu diberikan menurut
pernjanjian yang telah disepakati.4
6. Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas atau susunan yang teratur dari pandangan, teori,
asas.5Sistem penilaian love bird model stick adalah mencari penjurian yang
Terukur, Akurat, dan Transparan.
Maka dari itu, berdasarkan uraian istilah – istilah yang terdapat
dalam judul ini maka yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah suatu
kajian tentang pembagian uang hasil penjual tiket dari perlombaan burung
berkicau.
B. Alasan Memilih Judul
Beberapa alasan yang mendasari penelitian sehingga terdorong untuk
membahas dan meneliti ini dalam bentuk skripsi sebagai berikut:
4 A.Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonseia, (IAIN Raden Intan Lampung,
2015), h. 187. 5Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa
(Jakarata: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008 ), h. 1076.
4
1. Alasan Objektif
Perlombaan Burung Berkicau merupakan kegiatan pertemuan bagi
pecinta burung di Kota Bandar Lampung dari semua golongan umur,
karena hal itu banyak yang menjadikan Burung Berkicau sebagai Ladang
penghasilan. Cara untuk menghasilkan uang dari Perlombaan Burung
Berkicau dari hasil penjualan tiket saja sebagai sumber dana satu-satunya
yang mana digunakan untuk honor panitia dan juri serta uang untuk
diberikan kepada pemenang, adapun penyelenggaraanya belum sesuai
dengan hukum Islam karena uang yang diberikan mengandung unsur
maysir.
2. Alasan Subyektif
a. Referensi serta data informasi terkait penelitian ini, baik data primer
maupun sekunder cukup menunjang, sehingga dapat mempermudah
penulisa menyelesaikan skripsi ini.
b. Berdasarkan aspek yang diteliti mengenai permasalahan tersebut maka
sangat memungkinkan untuk diteliti.
c. Pembahasan skripsi ini memiliki relevansi dengan disiplin ilmu yang
ditekuni penulis, yaitu di program studi Muamalah pada Fakultas
Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung tempat penulis menimba ilmu dan
memperdalam pengetahuan.
5
C. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang membumi. Islam memperlakukan manusia
sesuai dengan fitrahnya. Oleh karena itu, Islam tidak mewajibkan setiap yang
diucapkan adalah dzikir, tidak mengharuskan manusia menghabiskan waktu di
masjid, dan tidak selalu yang didengar adalah ayat-ayat Al-qur‟an. Segala
sesuatu ada waktunya, begitulah yang diajarkan oleh Rasulullah sebagai
pembawa dan penyampai ajaran Islam. Hingga ada Sebuah ungkapan yang
menyatakan: “Adanya waktunya untuk hatimu, dan ada watunya pula untuk
Tuhanmu”.6
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia dituntut untuk bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, manusia butuh hiburan
sebagai sarana penyegaran hati, pelepasan beban pikiran.7 Hiburan bagi setiap
individu pun bermacam-macam, ada yang suka memancing, olahraga,
menyanyi, memelihara burung dan lain sebagainya. Yang akan penulis tinjau
adalah mengenai pembagian uang hasil penjualan tiket untuk panitia dalam
perlombaan burung berkicau. Salah satu contohnya yaitu di Gantangan Alam
Kicau yang tereletak di Way Halim, Kota Bandar Lampung. Berbagai macam
lomba burung berkicau sering diadakan disana, baik pada hari biasa atau untuk
memperingati sebuah event tertentu. Ketika hari-hari biasa biasanya
dilaksanakan setiap satu pekan dua kali yaitu setiap hari selasa dan Jumat.
Setiap peserta yang ikut dalam perlombaan harus membeli tiket
tergantung kelas kategori burung yang akan dilombakan. Harga tiket untuk
6 Yusuf Al-Qaradhawi. Fikih Hiburan. Terj. Dimas Hakamsyah (Jakarata: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), h. 3. 7 Ibid, h. 10.
6
setiap kelas kategori dan event pun berbeda-beda. Semakin tinggi kelasnya,
semakin besar pula harga tiketnya. Begitu juga untuk hadiah yang diterima
oleh pemenang. Semakin tinggi kelas kategori lomba atau event yang diikuti,
semakin besar pula hadiah yang akan diterima oleh pemenang. Dalam
perlombaan berhadiah, yang harus diperhatikan adalah mengenai status hadiah
tersebut, jangan sampai termasuk dalam maysir. Allah mengharamkan maysir
sebagaimana yang tersurat dalam surah al-Māidah ayat 90:
س منخ عمل زخلم رجخ نخصاب والخ ر والخميخسر والخ مخ ا الخ يا أي ها الذين آمنوا إنلحون تنبوه لعلكمخ ت فخ يخطان فاجخ 8الش
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah termasuk perbuatan syaitan. Makajauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.9
Dari penjualan tiket inilah sumber dana utama di Gantangan Alam
Kicau Kota Bandar Lampung. Jadi dari hasil penjualan tiketlah yang dijadikan
sebagai dana honor Panitia dapat disebut Upah (Ujrah) di dalam kamus
perbankan syariah yakni imbalan yangdiberikan atau yang diminta atas suatu
pekerjaan yang dilakukan.10
Dari Abu Hurairah radhiallahu‟anhu, Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam
bersabda:
8 Qs. Al-Maidah 5: 90.
9 Ibid, h. 123.
10 Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan, (Yogyakarta: Andi, 2011), h. 162.
7
11ل سبق إل في نصل أو خف أو حافر عه Artinya : “Tidak boleh ada perlombaan berhadiah, kecuali lomba memanah,
berkuda, atau menunggang unta” (HR. Timidzi no. 1700, Abu Daud
no. 2574, Ibnu Hibban no. 4690, dishahihkan Al Albani dalam Shahih
At Tirmidzi).12
Firman Allah dalam QS. At-Thalaq(65): 6, yakni:
دكمخ ول ت كنوىن منخ حيخث سكنختمخ منخ وجخ قوا عليخهن أسخ ضاروىن لتضي فإنخ أرخضعخن لكمخ فآتوىن أجورىن لهن نحمخ يضعخ لفأنخفقواعليخهنحتى وإنخكنأولتمخ
رى بمعخروفوإن خت عاسرختخفست رخضعلهأخخ نكمخ 13وأخترواب ي خ Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah
ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan
(anakanak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika
kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak
itu) untuknya”.14
Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 233
والخوالدات ي رخضعخن أوخل خ كامل خ ل وعلى راد أنخ يتم الرضاعة لمنخ أ دىن حوخلود لو رزخق هن وت هن بالخمعخروف الخموخ عهال ت وكسخ س إل وسخ ل تضار كلف ن فخ
11
Ibnu Hajar al-Ats Qalami, Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam (Mesir: al-Tamaddin al-
Shinall, 1330 H), h. 237. 12
M. Nasib Ar-Rifa‟I, Tafsir Al-Aliyyu Al-qadir Li Ikhtisari Tafsir Ibnu Ktasir,
diterjemahkan oleh Syaihabuddin, Ringkasan Tafsir Ibnu Ktasir, Jilid I (Jakarta: Gema Isnaini
Press, 1999), h. 54. 13
Qs. At-Talaq 65: 6. 14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Diponegoro,
2015) h.559.
8
لك فإنخ أرادا فصالا عنخ لود لو بولده وعلى الخوارث مثخل ذ والدة بولدىا ول موخهما وتش ت رخضعو اور فل جناح عليخهمات راض من خ تخ أنخ تسخ ا أوخلدكمخ فل وإنخ أردخ
ت لموا أن اللو با مخ ما آت يختمخ بالخمعخروف جناح عليخكمخ إذا سلمخ وات قوا اللو واعخملون بصير 15ت عخ
Artinya : “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan”.16
Maka dari itu, berdasarkan latar belakang masalah diatas perlu diadakan
penelitian lebih lanjut yang akan dibahas dalam skripsi yang berjudul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Uang Hasil Penjualan
Tiket Perlombaan Burung Berkicau (Study Kasus di Gantangan Alam
Kicau Kota Bandar Lampung)”.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan pengumpulan
data, sehingga penelitian ini akan fokus dalam memahami masalah-masalah
yang menjadi tujuan penelitian. Melalui fokus penelitian ini suatu informasi
dilapangan dapat dipilah-pilah sesuai konteks permasalahannya, sehingga
rumusan masalah ini saling berkaitan. Fokus penelitian ini lebih pada persoalan
Pembagian uang hasil Penjualan tiket untuk panitia dalam perlombaan burung
15 Qs. Al-Baqarah 2 : 233. 16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Diponegoro, 2015)
h.43.
9
berkicau dengan sistem pembelian tiket menurut hukum islam. Sub-Fokus
Penelitian yang dihadapi ialah pembagian uang hasil penjualan tiket untuk
panitia tanpa dapat tambahan dari sponsor.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang, maka penulis dapat menyimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem Pengumpulan dana dalam perlombaan burung berkicau di
Gantangan Alam Kicau Bandar Lampung ?
2. Bagaimana Tinjauan hukum Islam terhadap Penggunaan uang hasil
Penjualan Tiket dalam perlombaan burung berkicau di Gantangan Alam
Kicau Bandar Lampung ?
F. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sistem Penggunaan dana dalam perlombaan burung
berkicau di Gantangan Alam Kicau Bandar Lampung.
b. Untuk mengetahui Tinjauan hukum Islam terhadap Penggunaan uang
hasil Penjualan Tiket dalam perlombaan burung berkicau di Gantangan
Alam Kicau Bandar Lampung.
G. Signifikansi Penelitian
a. Secara teoritis berguna sebagai upaya menambah wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis, serta dapat dijadikan rujukan bagi penulis
berikutnya, dan dapat memberikan pemahaman kepada Panitia
khususnya dalam Pembagian uang hasil Penjualan tiket untuk panitia
10
dalam perlombaan burung berkicau dengan sistem penjualan tiket
menurut hukum Islam.
b. Secara praktis penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu syarat tugas
akhir guna memperoleh S.H pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Raden Intan Lampung.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Prosedur Penelitian
Dilihat dari kajian keilmuan, penelitian ini termasuk ke dalam jenis
penelitian normatif dan penelitian empiris. Penelitian normatif, yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tersier. Sedangkan penelitian empiris, adalah penelitian yang
dilakukan di lapangan dengan melihat secara langsung kenyataan yang ada.
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu
penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan atau gejala-gejala lainnya, untuk mempertegas hipotes-hipotes agar
dapat membantu memperkuat teori-teori baru. Sedangkan ditinjau dari
metodenya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang dilakukan dengan melakukan pengumpulan data berupa kata-kata,
gambar-gambar, serta informasi verbal dan bukan bentuk angka-angka.
Sedangkan bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian
ditarik suatu kesimpulan dakam hubungannya dengan masalah yang diteliti.
11
Prosedur penelitian dalam penelitian kualitatif , bersifat holistik dan
lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat
hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif
yaitu saling mempengaruhi, sehingga tidak diketahui variabel independen
dan dependennya.17
Dalam hal ini berkaitan dengan larangan maysir dalam
hukum Islam.
2. Desain Penelitian
a. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan
data primer.
1) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data atau informasi yang di dapat dari
sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara tidak
langsung dan merupakan hasil penelitian dokumen penelitian
serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Bahan kepustakaan
seperti buku-buku, literatur, koran, majalah, jurnal maupun arsip-
arsip yang sesuai dengan penelitian yang akan dibahas.
2) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung terhadap
objek penelitian dengan cara observasi (observation) dan
wawancara (interview) kepada informan penelitian, yaitu18
kepada
beberapa panitia, serta panitia yang mengikuti perlombaan burung
17
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,(Bandung: Alfabeta, 2014), h.18. 18
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodelogi Penelitian (Bandung;Mandar maju,2000), h.73.
12
berkicau. Selain itu, data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini, meliputi :
a) Bahan Hukum Primer
Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang
bersifat dan mengikat yang menjadi bahan hukum primer dalam
penelitian ini adalah tinjauan hukum Islam terhadap uang hasil
penjualan tiket dari perlombaan burung berkicau, Al-Quran al-
Māidah ayat 90 larangan maysir.
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang
digunakan dalam penelitian hukum ini antara lain buku-buku
terkait, karya ilmiah, makalah, artikel dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
3. Metode Data
Ditinjau dari metodenya, penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan
pengumpulan data berupa kata-kata, gambar-gambar, serta informasi
verbal dan bukan bentuk angka-angka. Sedangkan bahan-bahan tersebut
disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan
dakam hubungannya dengan masalah yang diteliti.19
19
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis …., h.18.
13
4. Partisipan dan Tempat penelitian
Penelitian bersifat kualitatif memilih lokasi atau partisipan
tertentu dengan tujuan agar mereka membantu peneliti memahami
masalah dan pertanyaan penelitian :
a. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu,
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulan.20
Populasi dalam penelitian ini adalah panitia dan
peserta dalam perlombaan burung berkicau Bandar Lampung.
2) Sampel
Sampel adalah bagian suatu subyek atau obyek yang
mewakili populasi.21
Sampel dalam penelitian ini adalah panitia
perlombaan burung berkicau Bandar Lampung dan diambil secara
random.
b. Setting (lokasi riset)
Lokasi tempat peneliti ialah gantangan alam kicau kota Bandar
Lampung yang terletak di Jalan urip sumoharjo Gang Ismail Bandar
Lampung.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis ...., h. 80. 21
Radial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi (Jakarta : Bumi Aksara,
2014) h. 336.
14
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Jenis Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Studi Kepustakaan
Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data
sekunder, yang dilakukan dengan cara mencari, mengintevigasi dan
mempelajari Tentang tinjauaan hukum Islam tentang maysir,
Adapun instrumen pengumpulan yang digunakan berupa
dokumentasi, yaitu suatu alat pengumpulan data sekunder, yang
berbentuk format-format khusus, yang dibuat untuk menampung
segala macam data yang diperoleh selama kejadian dilakukan.
2) Studi Lapangan
Lapangan dengan cara memperoleh data yang bersifat
primer. Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lokasi
objek penelitian dan menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara wawancara.
a) Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap
suatu objek yang terdapat di lingkungan, baik yang sedang
berlangsung saat itu atau masih berjalan yang meliputi berbagai
aktifitas perhatian terhadap suatu kajian objek dengan
menggunakan penginderaan. Peneliti juga akan melakukan tatap
muka dengan narasumber untuk mengajukan suatu pertanyaan
15
melalui wawancara terstruktur dengan pihak terkait dalam hal
ini adalah panitia perlombaan burung berkicau Bandar
Lampung, dan peserta perlombaan burung berkicau Bandar
Lampung.
b) Wawancara
Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data
untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara mengajukan suatu pertanyaan langsung kepada pihak yang
bersangkutan. Praktisnya penulis menyiapkan daftar pertanyaan
untuk diajukan secara langsung kepada panitia dan peserta
perlombaan burung berkicau Bandar Lampung.
c) Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah proses mencari data
mengenai hal-hal atau sesuatu yang berkaitan dengan masalah
variabel yang berbentuk catatan, gambar, majalah, surat kabar,
atau karya-karya monumental dari seseorang.22
6. Prosedur Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan menalisis data secara
deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menafsirkan,
menginterprestasikan, dan mengklasifikasikan dengan
menggunakan kerangka teori dan kerangka konsep yang hasilnya
diuraikan dan dijelaskan kedalam bentuk kalimat yang jelas,
22
Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
h. 38.
16
teratur, logis dan efektif sehingga diperoleh gambaran yang jelas,
tepat, dan dapat ditarik kesimpulan sehingga dari beberapa
kesimpulan tersebut dapat diajukan saran-saran.
7. Pemeriksan Keabsahan Data
Tahap-tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data (editing)
Yaitu pembenaran apakah data yang terkumpul melalui
studi pustaka, dokumen, dan studi putusan sudah dianggap
lengkap, relevan, jelas, tidak berlebihan, dan tanpa kesalahan.
b. Penyusunan/Sistematika Data (constructing/systematizing)
Yaitu kegiatan menabulasi secara sistematis data yang
sudah diedit dan diberi tanda itu dalam bentuk tabel-tabel yang
berisi angka-angka dan presentase bila data itu kuantitatif,
mengelompokkan secara sistematis data yang sudah diedit dan
diberi tanda itu menurut klasifikasi data dan urutan masalah bila
data itu kualitatif.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Tinjauaan Hukum Islam Tentang Upah
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah ialah
ijarah. Secara etimologi, ijarah berarti “upah” atau “ganti” atau
“imbalan”23
.Al Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang berarti Al,Iwadhu
(ganti).24
Ijarah adalah (menjual manfaat).25 Ijarah merupakan upah sewa
yang diberikan kepada seseorang yang telah mengerjakan satu pekerjaan
sebagai balasan atas pekerjaannya.26 Ijarah mempunyai pengertian umum
yang meliputi upah ataspemanfaatan sesuatu benda maupun imbalan suatu
kegiatan. Upah adalah imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya
dalam bentuk imbalan meteri di dunia (adil dan layak) dan dalam bentuk
imbalan pahala di akhirat (imbalan yang lebih baik).27
Adapun secara terminologi, beberapa ulama fiqh berbeda pendapat
dalam mengartikan Ijarah, diantaranya:28
menurut Hanafiyah, “Ijarah adalah
akad atas manfaat dengan imbalan berupa harta”menurut Malikiyah
“Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan
suatu imbalan” menurut Syafi'iyah “Ijarah, adalah suatu jenis akad atau
23
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 29. 24
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 13, Cet. Ke-1, (Bandung: PT Alma‟arif, 1987), h. 7. 25
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 121. 26
Musthafa Dib Al-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah, Cet. Ke-1, (Jakarta:
Hikmah, 2010), h. 145. 27
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), h. 874. 28
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 227.
18
transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, mengandung maksud tertentu,
bersifat mubah, dan boleh dimanfaatkan, dengan cara memberi imbalan
(upah) tertentu”. menurut Hambali “ Ijarah adalah suatu akad atas manfaat
yang bisa sah dengan afal Ijarah dan karadan semacamnyaMenurut Hasbi
Ash-Shiddiqie bahwa “Ijarah adalah Akad yang objeknya ialah penukaran
manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan,
sama dengan menjual manfaat.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dengan demikian upah
adalah suatu imbalan baik yang bersifat uang atau barang atas manfaat yang
telah diberikan oleh pekerja. Karena akad Ijarah merupakan sebuah
transakasi dengan adanya perpindahan manfaat (hak guna), dan bukan
perpindahan hak kepemilikan.
a. Upah Menurut Hukum Positif
Upah dalam hukum positif mungkin dikenal dengan upah
minimum, sedangkan dalam Islam secara praktis tidak menyebut
sistem dan besaran upah yang layak untuk diberikan, tetapi Islam
memberi gambaran umum bagaimana etika tata cara dalam sistem
ekonomi khususnya memberi upah kepada yang berhak. Islam lebih
menekankan upah pada konsep moral, tidak hanya sebatas materi
tetapi menembus batas kehidupan yakni dimensi akherat, yang
disebut pahala.29
Rambu-rambu pengupahan dalam Islam ada 2 yaitu
adil dan layak, adil bermakna jelas dan transparan serta proposional,
29
Muhamad Darwis, “Upah Minimum Regional Perbandingan Hukum positif dan
Hukum Islam,”(Yogyakarta: Jurnal Hukum Islam, Volume XI No. 1), h.118
19
sedangkan layak berarti cukup pangan, sandang, papan serta sesuai
dengan keadaan ekonomi saat itu,
b. Rukun dan syarat upah
Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu sehingga
dapat terwujud karena adanya unsur-unsur yang membentuknya.30
Ahli-
ahli hukum madzhab Hanafi, menyatakan bahwa rukun akad hanyalah
ijab dan qabul, mereka mengakui bahwa tidak mungkin ada akad
tanpa adanya para pihak yang membuatnya tanpa adanya obyek
akad. Perbedaan dengan madzhab Syafi‟i hanya terletak dalam cara
pandang saja, tidak menyangkut substansi akad.
1) Rukun Upah.
a) Akid (orang yang berakad) Yaitu orang yang melakukan akad
upah mengupah. Orang yang memberikan upah dan yang
menyewakan disebut mu‟jir dan musta‟jir adalah orang yang
menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyea
sesuatu.31
Golongan Syafi‟iyah dan Hambaliyah menambahkan bahwa
mereka yang melakukan akad itu mestinya orang yang sudah
dewasa dan tidak cukup hanya sekedar mumayyiz saja. Menurut
mereka akad anak kecil sekalipun sudah dapat membedakan,
dinyatakan tidak sah. Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan Malikiyah
berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus
30
Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001) h. 125 31
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), h. 117
20
mencapai usia baliq, tetapi anak yang telah mumayyiz pun boleh
melakukan akad al-ijarah terhadap harta atau dirinya, maka itu
dianggap sah apabila disetujui oleh walinya.32
Syarat yang terakhir
adalah kerelaan dua pihak yang melakukan akad. Jika salah
seorang dari mereka dipaksa untuk melakukan Ijarah, maka tidak
sah. Hal ini berdasarkan kepada firman Allah dalam surat An-
Nisa: 29 yang berbunyi:
33
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu”.34
b) Sighat akad (ijab qabul) Pernyataan kehendak yang lazimnya
disebut sighat akad (sighatul „aqd), terdiri dari atas ijab dan
32
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Cet. ke-2, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007),
h. 232. 33
Qs. An-Nisa 29: 83. 34
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV
Diponegoro, 2015) h.83.
21
qabul. Dalam hukum perjanjian Islam, ijab dan qabul dapat
melalui: 35
(1) Ijab dan Qabul harus sesuai. Jika seseorang berkata, “Saya
sewakan rumah ini kepadamu seratus ribu sebulan”,
kemudian dibalas “Saya terima dengan bayaran Sembilan
puluh ribu”, transaksi tidak sah karena terjadi perbedaan
antara ijab dan qabul. Perbedaan ini menunjukkan ketidak
relaan salah satu pihak, padahal kerelaan ini menjadi syarat
sahnya transaksi.
a) ucapan,
b) utusan atau tulisan,
c) isyarat,
d) secara diam-diam,
e) dengan diam semata.
(2) Antara kalimat ijab dan kalimat qabul tidak berselang waktu
yang lama atau diselingi dengan ucapan lain yang tidak ada
kaitannya dengan transaksi karena hal ini menunjukkan
adanya penolakan terhadap akad.
(3) Tidak boleh menggantungkan transaksi pada suatu syarat,
misalnya: “jika Zaid datang, akan aku sewakan ini
kepadamu”.
35
Samsul Anwar, Hukum Perjanjian Syari’ah: Studi Tentang Teori Akad Dalam
Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) h.135.
22
Syarat-syarat sama dengan syarat ijab qabul pada
jual beli, hanya saja ijab qabul dalam ijarah harus
menyebutkan masa atau waktu yang ditentukan.
c. Ujarah (Upah)
Berdasarkan Penentuan upah kerja, syariat Islam tidak
memberikan ketentuan yang rinci secara tekstual, baikdalam Al-
Qur‟an maupun sunnah Rasul. Secara umum ketentuan Al-Qur‟an
yang ada kaitannya dengan upah kerja ini dapat dijumpai dalamsurat
An-Nahl ayat 90:
36
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran”.37
1) Upah yang telah disebutkan (ajr al-musamma), yaitu upah yang
telah disebutkan pada awal transaksi, syaratnya adalah ketika
disebutkan harus disertai dengan adanya kerelaan (diterima oleh
kedua belah pihak).
36
Qs. An-Nahl ayat 90: 277. 37
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,(Bandung: CV
Diponegoro, 2015) h.277.
23
2) Upah yang sepadan (ajr al-mitsli) adalah upah yang sepadan
dengan kerjanya serta sepadan dengan kondisi pekerjaanya.
Maksudnya adalah harta yang dituntut sebagai kompensasi dalam
suatu transaksi yang sejenis pada umumnya.
Selain itu upah yang diberikan berupa harta yang secara syar‟i
bernilai dan upah hendaknya diketahui jumlahnya oleh kedua belah
pihak, baik dalam sewa menyewa mapun dalam upah
mengupah.38
Pemberian upah atau imbalan dalam Ujrah mestinya
berupa sesuatu yang bernilai, baik berupa uang ataupun jasa, yang tidak
bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku.
d. Manfaat
Untuk mengontrak seorang musta‟jir harus ditentukan bentuk
kerjanya, waktu, upah serta tenaganya. Oleh karena itu, jenis
pekerjaanya harus dijelaskan, sehingga tidak kabur. Karena transaksi
Ujrah yang masih kabur hukumnya adalah fasid (tidak sah).
Manfaat ijarah mencakup hal-hal berikut:39
1) Dapat ditaksir, maksudnya: manfaat (dari barang yang disewa)
dapat ditetapkan secara jelas, baik berdasarkan syariat maupun
adat (urf‟) agar harta penggantinya layak diserahkan.
Contohnya menyewa rumah untuk dijadikan tempat tinggal. Jika
benda-benda itu tidak ada manfaatnya, harta penggantinya (upah
38
Nurur Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008) h. 118. 39
Musthafa Dib Al-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah, Cet. Ke-1, (Jakarta:
Hikmah, 2010),h. 151-152.
24
sewa) menjadi sia-sia belaka. Padahal, syariat melarang untuk
menyia-nyiakan harta.
2) Orang yang menyewakan (mu‟ajir) sanggup menyerahkan
manfaat (benda yang disewakan). Hal demikian agar orang yang
menyewa (musta‟jir) dapat menikmatinya. Jika orang yang
menyewakan (mu‟ajir) tidak sanggup menyerahkan manfaat
(barang yang disewakan), baik secara fisik maupun syar‟i,
transaksi tidak sah.
3) Manfaat harus dirasakan oleh penyewa (musta‟jir), bukan oleh
yang menyewakan (mu‟ajir). Oleh sebab itu, tidak sah menyewa
orang untuk melakukan ibadah yang membutuhkan niat yang
tidak bisa digantikan, seperti shalat dan puasa, karena manfaat
pekerjaan itu merupakan pahala bagi orang yang menyewakan,
bukan untuk penyewa (musta‟jir). Setiap para pihak yang
melakukan akad harus mengetahui manfaat dengan sempurna barang
yang diakadkan, sehingga mencegah terjadinya perselisihan.
Menurut ulama Syafi‟iyah dan Hambaliyah, keberadaan upah
bergantung pada adanya akad. Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah,
upah dimiliki berdasarkan akad itu sendiri, tetapi diberikan sedikit
demi sedikit, bergantung pada kebutuhan aqid.40
40
Rachmat syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001),h. 132.
25
Syarat Upah
Mengenai syarat-syarat Ujarah (Upah), Taqiyyudin an-Nabhani
memberikan kriteria sebagai berikut:41
a) Upah hendaklah jelas dengan bukti dan ciri yang bisa
menghilangkan ketidak jelasan dan disebutkan besar dan bentuk
upah.
b) Upah harus dibayarkan segera mungkin atau sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam akad.
c) Upah tersebut bisa dimanfaatkan oleh pekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan keluarganya (baik dalam bentuk uang atau
barang atau jasa)
d) Upah yang diberikan harus sesuai dan berharga. Sesuai disini adalah
sesuai dengan kesepakatan bersama, tidak dikurangi dan tidak
ditambahi. Upah harus sesuai dengan pekerjaan yang telah dikerjakan,
tidaklah tepat jika pekerjaan yang diberikan banyak dan beraneka
ragam jenisnya, sedangkan upah yang diberikan tidak seimbang.
Sedangkan berharga maksudnya adalah upah tersebut dapat diukur
dengan uang.
e) Upah yang diberikan majikan bisa dipastikan kehalalannya,
artinya barang-barang tersebut bukanlah barang curian, rampasan,
penipuan atau sejenisnya,
41
Taqiyyudin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif
Hukum Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996) h. 103.
26
f) Barang pengganti upah yang diberikan tidak cacat, misalnya barang
penganti tersebut adalah nasi dan lauk pauk, maka tidak boleh
diberikan yang sudah basi atau berbau kurang sedap.
e. Dasar Hukum Upah
Ujrah atau upah dipahami sebagai sesuatu yang dijanjikan dan
dibayar penyewa sebagai kompensasi atau pembayaran atas manfaat
yang dinikmatinya. Pada prinsipnya semua yang dapat digunakan sebagai
alat tukar dalam jual beli boleh digunakan untuk pembayaran dalam
ijârah. Di samping itu, ujrah haruslah sesuatu yang bernilai dan
diperbolehkan oleh syara‟ dan harus diketahui jumlahnya. Ujrah yang
disyari‟atkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam
sewa-menyewa maupun upah-mengupah. Imbalan yang pantas menurut
syara‟ adalah sesuatu yang bernilai dan terdapat keridaan antara kedua
belah pihak.42
1) Q.S Al-baqarah ayat 233 menjelaskan sebagai berikut:
42
M. Harir Muzakki & Ahmad Sumanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Upah
Pembajak Sawah, Vol 14, No 2 (2017), h. 487, (On-Line) tersedia di:
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/1909/2392 pukul 23.00 WIB,
(09 September 2019)
27
43
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan
pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan”.44
Ayat tersebut menjelaskan bila seseorang sepakat
memperkerjakan seorang untuk menyusukan bayinya kepada orang
lain hendaklah membayarkan upah yang layak dan patut. Bukan
hanya pekerjaan menyusui saja yang patut diberi upah layak tetapi juga
pekerjaan lain juga harus mendapat perhatian yang sama. Upah termasuk
dalam syari‟at Islam yang pada pokoknya bertujuan untuk kemaslahatan
manusia baik di dunia dan akhirat.
43
Qs. Al-baqarah ayat 233: 37. 44
Departemen Agama RI, Al-Qur'an tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV
Diponegoro, 2015), h. 37.
28
2) Q.S Az-Zukhruf : 32 disebutkan:
45
Artinya: “apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat,
agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang
lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan”.46
Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam soal kehidupan
didunia sudah ada yang mengaturnya termasuk melebihkan sebagian
orang-orang atas sebagian lainnya dalam hal kekayaan dan
kefakiran, kekuatan dan kelemahan, ilmu dan kebodohan, jika
semuanya disamakan maka sebagian mereka tidak dapat mempekerjakan
sebagian lainnya, dan tidak seorangpun dapat menundukkan yang lain.
3) Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa orang yang melakukan pekerjaan
maka ia akan mendapatkan upah, sebagaimana dalam al-Qur‟an surat
al-Kahfi ayat 77:
45
Qs. Az-Zukhruf 32: 491. 46
Departemen Agama RI, Al-Qur'an tajwid dan Terjemah,......., ,h. 491.
29
47
Artinya: “Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai
kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu
kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu
tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir
roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa
berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil
upah untuk itu".48
4) As-Sunnah Ibnu Abbas ra.berkata,
كانعه طيالذحجم،ولو وسلموأع صلياللهعل تجمالىب اح
ط ع 49حزامالم
Artinya: “Rasulullah Saw. berbekam dan memberikan upah kepada
orang yang membekamnya. Seandainya berbekam itu
haram, tidaklah beliau memberi upah”.(HR. Bukhari)50
f. Ijma’
Ijarah, baik dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam
bentuk upah mengupah merupakan bentuk muamalah yang dibenarkan.
Mengenai disyariatkan ijarah, semua umat bersepakat, bahwa sewa-
menyewa dan upah adalah boleh, tidak ada seorang ulama pun
47
Qs. Al-Kahfi77: 455. 48 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 455. 49 Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari (Bandung: Di Ponegoro,
t.th), Jilid 2, h. 858. 50
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan‟ani, Subulus Salam “Syarah Bulughul
Maram”, Jilid: 3, (Jakarta: Darus Sunnah, 2017), h. 153.
30
yang membantah kesepakatan (ijma‟) ini, sekalipun ada beberapa
orang diantara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak
dianggap.51
1) Waktu Pembayaran Upah
Pembayaran upah pada prinsipnya harus diberikan dalam
bentuk uang, namun dalam praktek pelaksanaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, tidak mengurangi kemungkinan
pemberian upah dalam bentuk barang, tetapi jumlahnya harus
dibatasi. Mengenai waktu pembayaran upah tergantung pada
perjanjian yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini upah
boleh dibayar terlebih dahulu sebelum pekerjaan itu selesai
dikerjakan. Namun tentang hal ini upah sebaiknya dibayarkan setelah
pekerjaan itu selesai dikerjakan.52
Pasal 1602 ayat (a) KUHPerdata
“upah yang ditetapkan menurut lamanya waktu, harus dibayar sejak
saat si buruh mulai bekerja hingga saat berakhirnya hubungan
kerja”. Akad dalam perburuhan adalah akad yang terjadi antara
pekerja dengan pengusaha. Artinya, sebelum pekerja dipekerjakan,
harus jelas dahulu bagaimana upah yang akan diterima oleh pekerja.
Upah tersebut meliputi besarnya upah dan tata cara pembayaran
upah. Sesungguhnya seorang pekerja hanya berhak atas upahnya
jika ia telah menunaikan pekerjaanya dengan semestinya dan
51
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 13, Cet. Ke-1, (Bandung: PT Alma‟arif, 1987), h. 7. 52
A. Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Aspek Hukum Keluarga
dan Bisnis, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan IAIN Raden Intan Lampung,
2015),, h. 189.
31
sesuai dengan kesepakatan, karena umat Islam terikat dengan syarat-
syarat antar mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram. Jika ia membolos bekerja tanpa
alasan yang benar atau sengaja menunaikannya dengan tidak
semestinya, sepatutnya hal itu diperhitungkan atasnya (dipotong
upahnya) karena setiap hak dibarengi dengan kewajiban.
Selama ia mendapat upah secara penuh maka
kewajibannya juga harus dipenuhi. Sepatutnya hal ini dijelaskan
secara detail dalam “peraturan kerja” yang menjelaskan masing-
masing hak dan kewajiban kedua belah pihak. Keterlambatan
pembayaran upah, dikategorikan sebagai perbuatan zalim dan
orang yang tidak membayar upah para pekerjanya termasuk orang
yang dimusuhi oleh Nabi Muhammad Saw pada hari kiamat Dalam
hal ini, Islam sangat menghargai waktu dan sangat menghargai
tenaga seorang karyawan (buruh).53
2. Berahirnya Akad Upah
Ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak
membolehkan adanya fasakh pada salah satu pihak, karena ijarah
merupakan akad pertukaran, kecuali bila didapati hal-hal yang
mewajibkan fasakh. Ijarah akan menjadi batal (fasakh) apabila ada
hal-hal sebagai berikut:54
53
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), h. 874. 54
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Cet. ke-2, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007),
h. 237.
32
a) Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan
penyewa;
b) Rusaknya barang yang disewakan, obyek hilang atau musnah,
seperti rumah terbakar atau baju yang dijahitkan hilang;
c) Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telah
berakhir;
d) Terpenuhinya manfaat yang diakadkan dan selesainya pekerjaan;
e) Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak
seperti yang menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya
ada yang mencuri, maka ia dibolehkan memfasakhkan sewaan itu;
f) Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad,
karena akad al-ijarah, menurut mereka tidak boleh diwariskan.
Sedangkan menurut jumhur ulama, akad al-ijarah tidak batal
dengan wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat
menurut mereka, boleh diwariskan dan al-ijarah sama dengan
jual-beli yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.
3. Macam-macam Upah
Ujrah Adapun jenis-jenis upah pada awalnya terbatas
dalam beberapa jenis saja, tetapi setelah terjadi perkembangan
dalam bidang muamalah pada saat ini, maka jenisnya pun sangat
beragam, yaitu:
a) Upah dalam perbuatan ibadah atau ketaatan, seperti dalam shalat,
puasa, haji dan membaca Al-Qur‟an diperselisihkan kebolehannya
33
oleh para ulama karena berbeda cara pandang terhadap
pekerjaan-pekerjaan ini. Pendapat Imam Hanafi bahwa menyewa
seseorang untuk melakukan perbuatan shalat, puasa, haji dan
membaca Al-Qur‟an yang pahalanya dijadikan kepada orang
tertentu, seperti arwah ibu atau bapak yang menyewa maka
haram hukumnya mengambil upah dari pekerjaan tersebut.55
b) Upah dalam sewa tanah, dibolehkan menyewa tanah, dan
disyaratkan menjelaskan barang yang disewakan, baik itu
berbentuk tanaman atau tumbuhan. Jika yang dimaksudkan adalah
untuk pertanian, maka harus dijelaskan, jenis apa yang ditanam
ditanah tersebut, kecuali jika orang yang menyewakan
mengijinkan ditanami apa saja, yang ia kehendaki, apabila
syarat-syarat ini tidak dipenuhi, maka Ijarah dinyatakan fasid
(tidak sah). Karena kegunaan tanah itu bermacam-macam,
sesuai dengan tanaman. Seperti halnya juga memperlambat
tumbuhnya yang ditanam ditanah.56
c) Upah menyusui anak, ada beberapa ulama yang pendapatnya
berbeda-beda dalam upah menyusui anak diantaranya adalah as-
Shahiban (dua murid Abu Hanifah) dan ulama Syafi‟iyah,
berdasarkan qiyas tidak boleh menyewa seorang perempuan
55 Ismail Nawawi,Fiqh Muamalah, (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara,
2010),h.226. 56 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah13, Fikih Sunnah terjemah Kamaluddin A. Marzuki,
(Bandung : Alma’arif, 1988),h. 24.
34
untuk menyusui ditambah makanan dan pakaiannya karena
ketidak jelasan upahnya.
4. Upah Dalam Konsep Hukum Islam
Menurut Idris Ahmad dikutip dari Hendi Suhendi, upah
artinya mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan memberi
ganti menurut syarat-syarat tertentu.57
Pengupahan menurut bahasa
ialah apa yang diberikan kepada karena sesuatu yang dikerjakannya.
Sedangkan pengupahan menurut syariat pemberian kepada seseorang
dalam jumlah tertentu kepada orang yang mengerjakan
perbuatan khusus. Misalnya, apabila ada seseorang yang tidak bisa
melakukan pekerjaannya lalu dia menyuruh orang lain untuk
melakukan pekerjaan tersebut maka orang yang melakukan
pekerjaan tersebut akan mendapatkan upah dari orang yang
menyuruh.58
Dalam perkara upah mengupah tidak dihalalkan melakukan
uang hilang sebab perbuatan ini menganiaya penyewa dan hukumnya
pun haram karena uang ini tidak ada imbangnya, yang ada
imbangnya hanyalah uang sewaan dengan barang yang disewa.
Mengupah artinya memberi ganti atas pengambilan manfaat tenaga
dari orang lain menurut syarat-syarat tertentu.
Manfaat untuk mengontrak seorang pekerja harus
ditentukan bentuk kerjanya, waktu, upah serta tenaganya. Jenis
57Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah...,h. 115. 58Ismail Nawawi,Fiqh Mu’amalah...,h. 225.
35
pekerjaannya harus dijelaskan sehingga tidak kabur. Karena
transaksi ujrah yang masih samar hukumnya adalah fasid. Sedangkan
pembayaran itu ada dua macam, yaitu pertama: pegawai khusus, yaitu
orang yang hanya bekerja pada orang yang memperkerjakannya
dan tidak bekerja pada orang lain, diantaranya yakni pegawai
negeri. Kedua pegawai universal, yaitu orang yang bekerja pada
orang yang memperkerjakannya dan bekerja pada orang lain, seperti
penjahit, menyembelih hewan dan lain-lain. Mereka berhak
mendapatkan upah dari hasil pekerjaanya itu. Jika mereka bekerja
berhak mendapatkan gaji, jika mereka tidak bekerja, maka tidak
berhak mendapatkan gaji.59
Jadi upah yang dimaksud adalah setiap harta yang
diberikan sebagai imbalan atas pekerjaan yang dikerjakan
manusia, yang memiliki nilai harta dan dapat dimanfaatkan
2. Maysir (Perjudian) Dalam Hukum Islam
Dalam suatu perlombaan berhadiah tidak boleh mengandung
unsur Maysir. Untuk memberikan gambaran mengenai Maysir berikut
akan dijelaskan makna dan konsep Maysir yang sebenarnya.
59M. Rawwas Qal’haji, Ensiklopedia Fiqih Umar Bin Khattab (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999), 177.
36
a. Pengertian Maysir
Maysir dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian,
diantaranya adalah keharusan, mudah, kaya dan membagi-
bagi.60
Pengertian-pengertian ini dapat menggambarkan karakter dari
Maysir itu sendiri. Adanya pengertian Maysir secara bahasa tersebut
berkaitan dengan praktik Maysir yang dilakukan oleh masyarakat
Arab pada zaman dahulu hingga masyarakat secara umum pada masa
sekarang. Quraish Sihab dalam tafsir al-Misbah mengatakan bahwa
Maysir berasal dari kata yasara yang bearti keharusan, yaitu pihak
yang kalah dalam suatu permainan harus menyerah sesuatu yang
dipertaruhkan kepada pihak yang menang. Selain itu juga Quraish
Sihab mengatakan bahwa Maysir berasal dari kata yusrun yang
artinya mudah dengan analisa bahasa bahwa Maysir merupakan cara
untuk mendapatkan rezeki secara mudah. Namun, pendapat ini tidak
tepat menurut K.H. Ibrahim hosen sebab untuk memperoleh
keberuntungan dalam Maysir juga tidak mudah. Terdapat lagi asal
kata Maysir yaitu yasarun yang artinya kaya dengan analogi bahwa
permainan Maysir menyebabkan orang yang memenangkannya
menjadi kaya. Sedang yasr dengan arti membagi-bagi daging unta
sejalan dengan sifat Maysir yang dilakukan oleh orang-orang Arab
jahiliyah yang karenanya ayat Al-Qur‟an tentang larangan Maysir
diturunkan. Sedangkan secara terminologi agama Maysir diartikan
60
Ibrahim Hosen, Apakah Judi Itu, (Jakarta: Lembaga kajian Ilmiah Institut Ilmu Al-
Qur‟an(IIQ), 1987), h.25.
37
sebagai suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak untuk
kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak
dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut
denga suatu tindakan atau kejadian tertentu. Maysir juga merupakan
setiap muamalah yang membuat orang masuk yang melakukannya
berada dalam ketidak jelasan antara mungkin rugi dan mungkin
beruntung.
Selain definisi Maysir yang dijelaskan di atas terdapat pula
definisi Maysir dari para penulis dan atau peneliti sebelumnya:
1) Dalam peraturan Bank Indonesia No 7/46/PBI/2005 dalam
penyelesaian Pasal 2 Ayat 3 menjelaskan bahwa Maysir adalah
transaksi yang mengandung perjudian, untung-untungan atau
spekulatif yang tinggi.61
2) Afdzalur Rahman mendefinisikan bahwa judi adalah mendapatkan
sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapatkan
keuntungan tanpa bekerja.62
3) Imam Al-aini menyatakan bahwa Maysir adalah semua bentuk
qimar (taruhan), jika taruhan itu tidak menggunakan uang maka
hal itu merupakan perbuatan sia-sia yang tidak bermanfaat, jika
menggunakan uang atau sejenisnya maka hal itu bearti judi.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
61
https://www.kompasiana.com/subhan_jr/591f2aeb6423bdb6502350fd/pengertian-dan-pendapat-
ulama-tentang-larangan-transaksi-berbau-judi-maysir.DiaksesKamis, 25 November 2018 17:25 WIB 62
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
h.77.
38
Maysir adalah perjudian, yakni segala bentuk transaksi yang
mengandung unsur untung-untungan yang ketika akad itu terjadi
hasil yang akan diperolehnya belum jelas, dalam transaksi tersebut
akan ada sebagian pihak yang diuntungkan dan sebagian pihak yang
dirugikan.
b. Dasar Hukum Larangan Maysir
Dalam Al-Qur‟an kata Maysir disebutkan sebanyak tiga kali
yaitu dalm surat Al-Baqarah 219, surat al-maidah ayat 50 dan ayat
91. Ketiga ayat ini menyebutkan beberapa kebiasaan buruk yang
berkembang pada masa jahiliyah, yaitu khamar, al-maysir, al-anshab
(berkorban untuk berhala) dan al-azlam (mengundi nasib dengan
mengunakan panah). Penjelasan itu tersebut dengan jumlah
khabarriyah dan jumlah insya’iyyah. Al-Qur‟an sesungguhnya
menetapkan hukum dari perbuatan-perbuatan itu. Adapun dasar-
dasar hukum tersebut adalah :
1) Al-Baqarah ayat 219
63
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu
63
Qs. Al-Baqarah. 219: 34.
39
apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari
keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir”.64
Dalam surah al-Baqarah ayat 219, Allah menyebutkan bahwa
dalam khamar dan maysir selain terdapat dosa besar juga
mengandung kemanfaatan. Namun perlu diperhatikan bahwa Allah
SWT pun menyebutkan bahwa dosa yang terdapat dalam keduanya
lebih besar dari pada kemanfaatannya. Maka hukum keduanya, baik
khamar maupun maysir adalah haram karena terdapat unsur bahaya
yang lebih besar dari manfaatnya. Lebih tegas lagi Allah
mengharamkan keduanya dalam surat Al-Maidah ayat 90 dilanjutkan
dengan ayat 91.
2) Al-Maidah ayat 90 dan 91
65
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan”66
64
Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemah (Ponogoro: CV Penerbit, 2010), h. 34. 65
Qs. Al-Maidah. 90: 123. 66
Ibid,h, 123.
40
67
Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”68
Allah SWT telah menyandingkan maysir dengan khamr. Hal
ini menunjukkan bahwa bahaya maysir sama dengan khamr yang
benar-benar harus dihindari oleh manusia. Bahkan dalam surat Al-
Maidah ayat 90 tersebut, Allah SWT memerintahkan untuk tidak
melakukannya. Sehingga segala sesuatu hal yang berkaitan atau
mendekatkan pada maysir pun harus dihindari. Oleh karena itu,
diharamkannya maysir bukan hanya memainkannya saja, memberi
fasilitas seperti tempat dan memberikan izinpun diharamkan.69
Berdasarkan ketiga ayat di atas ulama fikih sependapat
menetapkan bahwa Maysir itu haram hukumnya karena Maysir itu
merupakan salah satu perbuatan kotor yang hanya dilakukan oleh
setan dan menumbuhkan beberapa dampak negatif seperti
permusuhan, saling membenci, menyebabkan lalai pada perbuatan
67
Qs. Al-Maidah. 91: 123. 68
Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemah,........, h.123. 69
Imroatul Azizah, Perjudian dan Spekulasi dalam Bisnis Tinjauan Etika Binsis Islam,
(Surabaya: Alpha, 2007), h. 77.
41
mengingat Allah SWT dan melalaikan dari ibaddah shalat. Agama
Islam melarang semua bentuk kejahatan apapun, artinya semua
perbuatan yang menimbulkan mudharat bagi diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hukum dalam Islam mempunyai tujuan untuk
menciptakan ketentraman individu dan masyarakat serta mencegah
perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan kerugian terhadap
anggota masyarakat baik yang berkenaan dengan jiwa, harta dan
kehormatan seseorang. Sehingga Maysir mencakupi semua muamlah
yang membuat orang yang melakukannya berada dalam ketidak
jelasan antara untung dan rugi, yang bersumber dari gharar serta
spekulasi dan hal itu mejadi sebab terjadinya permusuhan dan
kebencian diantara manusia.
c. Hikmah diharamkannya Maysir
Islam dengan tegas mengharamkan segala sesuatu yang
mengandung unsur Maysir, baik sebagai media hiburan maupun cara
untuk mengumpulkaan harta dalam kondisi apapun segala sesuatu
diharamkan oleh Allah pasti mengandung hikmah dan tujuan mulia
bagi manusia. Karena segala sesuatu yang diciptakan dan ditetapkan
oleh Allah tidak mungkin mengandung kesia-sian belaka. Begitu
pula dalm pengharamkan Maysir, terdapat hikmah dan tujuan baik
bagi manusia. Islam menghendaki setiap muslim untuk menaati
hukum-hukum Allah dalam usahanya mencari kekayaan. Seorang
muslim seharusnya menggapai tujuan melalui jalur-jalur yang benar.
42
Allah telah memberikan keleluasaan bagi manusia untuk
mendapatkan rejeki dengan usaha dan kerja keras. Namun dalam
praktik Maysir seseorang justru cenderung bergantung pada
keberuntungan nasib dan harapan-harapan kosong..70
Salah satu Maqasid Al-Syariah yaitu hifzu Al-mal dalam
artian memberikan perlindungan bagi harta kekayaan seseorang.71
Seseorang tidak boleh mengambil harta kekayaan orang lain kecuali
dengan adanya transaksi yang sehat atau keikhlasan pemiliknya
sebagai bentuk hiba atau sedekah. Sedangkan mengambil harta orang
lain melalui Maysir merupakan cara yang salah karena pada dasarnya
pemilik harta tersebut tidak menghendaki hartanya di ambil oleh
orang lain. Oleh karena itu tidak diherankan apabila Maysir memicu
permusuhan dan kebencian diantara orang-orang yang bertaruh.
Meskipun mereka zahir mengatakan rela hal itu hanya sebagai
keterpaksaan karena posisi mereka sebagai pihak yang kalah
seseorang yang kalah dalam Maysir, sekalipun diam dalam hatinya
memendam marah atas kurang beruntungnya. Dan hal ini
menimbulkan rasa penasaran yang dapat menjadikan seseorang
kecanduan untuk kembali melakukan maysir. Hal ini sejalan dengan
surah al-maidah ayat 91 bahwa setan menginginkan terjadinya
permusuhan dan kebencian di antara para pemain judi. Selain itu,
70
Imroatul Azizah, Perjudian dan Spekulasi dalam Bisnis: Tinjauan Etika Bisnis
Islami,(Surabaya: Alpha, 2007) , h.102. 71
Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqasid Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010),
h.5.
43
maysir juga dapat menyebabkan seseorang lalai zikir kepada Allah
dan meninggalkan sholat. Rasa kecanduan untuk selalu bermain judi
sering kali menguasai diri seorang penjudi hingga mereka lalai
terhadap kewajiban-kewajiban yang harus di lakukan.
Seseorang yang suka bermain maysir akan susah melepaskan
kebiasaan tersebut, baik sebagai pemenang mupun yang kalah. Rasa
penasaran dan harapan pada permainan berikutnya akan memperoleh
kemenangan menjadikan mereka larut dalam.
Maysir. Menang dan kalah membuat mereka semakin
penasaran hal ini lah yang menyebabkan kecanduan dalam diri para
penjudi. Akibat yang ditimbulkan dari kecanduan judi ini antara lain
meningkatnya kriminalitas, karena orang yang kecanduan judi hanya
memikirkan cara untuk menang, dan yang kalah hati dan jiwanya
menjadi panas. Apalagi jika uangnya sudah habis karena kalah
berjudi, sangat besar kemungkinan untuk mendorong seseorang itu
melakukan tindak kriminal. Selain itu, kecanduan bermain judi dapat
menghilangkan rasa sayang kepada harta karena selalu penasaran.
Amarah dalam hati penjudi yang kalah pun dapat menyebabkan
hancurnya keluarga dan persahabatan hal ini tentu saja merusak
moral masyarakat.72 Meskipun pada awalnya mereka merasa bahwa
permainan judi adalah hiburan untuk mengisi kekosongan, namun
kemudharatan yang timbul karenanya lebih berbahaya.
72
Imroatul Azizah, Perjudian dan Spekulasi dalam Bisnis: Tinjauan Etika Bisnis Islami,
(Surabaya: Alpha, 2007) , h.103.
44
3. Perlombaan Berhadiah Dalam Hukum Islam
a. Pengertian dan macam-macam perlombaan berhadiah
Perlombaan merupakan salah satu bentuk hiburan bagi
manusia. Hubungan yang terjalin dalam perlombaan bukan lah antara
makhluk dengan penciptanya, melainkan terjadi antara manusia. Maka
dari itu berlaku kaidah umum bahwa segala sesuatu pada dasarnya
adalah di perbolehkan hingga ada dalil yang mengharuskan
melakukan atau meninggalkanya.73 Pada dasarnya, perlombaan di
perbolehkan selama tidak melanggar aturan-aturan syariah. Di zaman
rasullolah pun sering di adakan perlombaan, seperti balap kuda, lomba
lari, memanah dan lain-lain. Asal perlombaan adalah di bolehkan hal
ini di buktikan beberapa hadis dan Ijma’. Jika lomba tersebut sebagai
persiapan untuk jihad seperti lomba memanah dan pacuan kuda.
Perlombaan atau musabaqoh itu ada dua macam dengan taruhan dan
tanpa taruhan. Pendapat jumhur ulama membolehkan setiap
perlombaan tanpa taruhan secara mutlak. Seperti suatu ketika
Rasullulah lomba lari dengan Aisyah R.A. dalam hadis riwayat
Ahmad dan Abu Daud.
حافز)روايالتزمذى(عه أو خف لأو فوص 74لسبقال
Artinya: “Tidak ada perlombaan kecuali pada khuf (unta) atau panah
hafir (kuda)”. (HR. Tirmizi)75
73
Imroatul Azizah, Perjudian dan Spekulasi dalam Bisnis Tinjauan Etika Binsis Islam,
(Surabaya: Alpha, S2007), h.74. 74
Muhammad Lukman Al-Shalafi, Tuhfat Al-Kiram Syah Bulugh Al-Maram (Riyadh: Dar Al-
Da‟i, 1421), h. 535.
45
Penjelasan di atas adalah pendapat jumur ulama atau
mayoritas ulama. Bahwa Para ulama sepakat perlombaan tanpa
taruhan adalah di perbolehkan. Perlombaan pada masa sekarang ini
bermula dari suatu permainan yang umum dilakukan oleh
masyarakat, kemudian beralih bentuk dan sifat menjadi hiburan yang
di pertunjukan pada acara tertentu. Pada perkembangan selanjutnya,
permainan tersebut beralih karakter dan motivasinya yang akhirnya
dipertandingkan dengan transaksi berhadiah76 Dalam perlombaan
berhadiah yang harus diperhatikan adalah mengenai status hadiah
tersebut. Jangan sampai termasuk dalam maysir. Karena Allah SWT
mengharamkan maysir sebagaimana yang tersurat dalm surah Al-
Maidah ayat 90:
77
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan”.78
75
https://suaramuslim.net/rasul-menganjurkan-memanah-dan-berkuda/ (06- Oktober-2019). 76
Hamid Laonso dan Muhamad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh
Kontemporer, (Jakarta: Restu Ilahi, 2005), h. 215. 77
Qs. Al-Maidah. 90: 123. 78 Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemah,........., h.123.
46
Perlombaan atau musabaqah telah menjadi bagian dari
aktifitas manusia sejak dahulu hingga sekarang. Berbagai macam hal
yang diperlombakan di masyarakat terkadang perlombaan juga
disertai dengan adanya hadiah bagi pemenangnya. Perlombaan atau
muasabaqah yang berasal dari kata as sabqu yang secara bahasa
artinya yaitu “berusaha lebih dahulu dalam menjalani sesuatu atau
dalam setiap hal”. Maka musabaqah artinya kegiatan yang berisi
persaingan untuk berusaha lebih dari orang lain dalam suatu hal.
Hukum asal lomba yaitu boleh, bersaing dengan orang lain dalam
suatu hal dan berusaha lebih dari yang lain ini tentu hukum asalnya
mubah (boleh).79 Selain itu, para ulama ketika membahas masalah
musabaqah, umumnya mereka mengidentikkan dengan perlombaan
yang melatih orang agar siap untuk berjihad. Yang menjadi
permasalahan adalah ketika dalam perlombaan tersebut terdapat
taruhan atau hadiah. Adapun sekedar lomba tanpa taruhan dan hadiah
hukum asalnya boleh. Rasulullah Saw merupakan tauladan yang baik
bagi umat manusia. Dalam kehidupan sehari-hari beliau sering
bergurau, bercanda dan bergembira, disamping beliau beribadah
kepada Allah SWT.80 Jadi manusia bisa menghibur diri dengan salah
satunya mengikuti perlombaan tanpa harus mengalihkan ibadah
kepada Allah SWT. Beberapa macam yang disyariatkan Rasulullah
SAW. Untuk kaum muslimin guna
79
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.257. 80
Imam Al-Ghazali, Benang Tipis antara Halal dan Haram, (Surabaya: Putra Pelajar, 2002) h.
264.
47
memberikan kegembiraan. Dimana hiburan itu sendiri dapat
mempersiapkan umat muslim dalam melatih dan mempersiapkan diri
untuk ibadah serta melaksanakan kewajiban dan melatih ketangkasan
diri hiburan tersebut biasanya berbentuk latihan yang dapat mendidik
mereka menjadi manusia berjiwa kuat dan mempersiapkan diri untuk
maju ke Medan Jihad fisabilillah. Seperti perlombaan lari cepat,
memanah, gulat, menunggang kuda, main anggar serta berburu.
1) Perlombaan berhadiah yang diperbolehkan dan yang dilarang
dalam Islam Ajaran Islam begitu lengkap mengatur setiap
perkataan maupun perbuatan manusia. Segala sesuatu yang
berkenaan dengan prilaku manusia baik yang berkaitan dengan
ibadah kepada Allah SWT maupun yang berhubungan
dengan sesama manusia, memiliki akibat hukum masing-
masing.81
Begitu luas ruang lingkup muamalah, karena hal ini
berkaitan dengan interaksi antar manusia. Dalam kehidupan
sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari kegiatan muamalah.
Baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan
jual beli ataupun sekedar untuk memenuhi kebutuhan batin
seperti dalam hiburan yang di lakukan atau beberapa orang.
Perlombaan hukumnya selalu berubah-ubah tergantung
kegiataannya. Sebagaimana telah di sebutkan bahwa pada dasarnya
segala bentuk interaksi sesama manusia adalah boleh kecuali ada
81
Abdul Mujib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), h. 25.
48
dalil yang melarangnya.82 Perlombaan berhadiah ini ada yang di
perbolehkan dan ada yang di larang.
a) Perlombaan yang diperbolehkan dalam agama Islam
Perlombaan berhadiah yang diperbolehkan adanya
pertaruhan atau hadiah dalam satu permainan atau perlombaan
tidak selalu di haramkan. Rasul sendiri pernah memberi hadiah
kepada seorang pemenang lomba berkuda. Hadiah yang di berikan
ini sebagai rangsangan agar pemain meningkatkan kemampuanya.
Peraturan atau hadiah dalam perlombaan yang diperbolehkan
adalah sebagai berikut:
1) Perlombaan tidak menimbulkan marabahaya
Pada dasarnya perlombaan merupakan permainan yang
di pertandingkan dengan motif hiburan. Maka dari itu, tidak
seharusnya seseorang melakukan perlombaan yang dapat
membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain kecuali
terdapat tuntutan untuk melakukannya. Seperti perlombaan
yang di lakukan dalam masa rasullulah SAW yang bertujuan
untuk melatih pasukan muslim dalam berperang.
2) Perlombaan tidak memperlihatkan aurat seseorang83
Perlombaan sesuai ketentuan hukum Islam yaitu perlombaan yang
diselenggarakan tidak boleh mengharuskan pesertanya
82
Ahmad Adzhar Basyir, Asas-asa Hukum Muamalat Hukum Perdata Islam, (Yogyakarta:
UII Pers, 2004), h.15. 83
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Hiburan Edisi Indonesia, terjemah. Dimas Hakamsya, (Ja karta: Pustaka
Al-Kautsar, 2005), h.59.
49
memperlihatkan auratnya.
3) Hadiah itu datang dari pengusaha atau orang lain diperbolehkan
mengambil hadiah perlombaan apabila hadiah itu diberikan oleh
pemerintah atau pihak lain yang tidak ikut dalam perlombaan
(sponsor). Seperti yang dilakukan oleh rasulullah saw beliau
mengadakan lomba berkuda dan memberikan hadiah kepada
pemenangnya. Misalnya perlombaan-perlombaan yang mendapat
dana dari sponsor dan hadiah yang di berikan kepada peserta
berasal dari dana sponsor tersebut.
Hadiah di keluarkan oleh hanya salah satu pihak yang
berlomba Mengambil
1) hadiah dalam perlombaan di perbolehkan apabila salah seorang
dari dua orang yang berlomba atau salah satu pihak dari beberapa
pihak yang berlomba yang mengeluarkan hadiah. Misalnya salah
satu pihak berkata “barang siapa yang menang dalam perlombaan
ini, maka dia akan memperoleh hadiah dariku”. Tetapi apabila
aku yang menang, maka kalian tidak
2) akan memperoleh apapun dariku dan aku tidak mendapatkan
apapun dari kalian. Perlombaan berhadiah semacam ini tidak
merugikan pihak manapun. Pemain yang akan memberikan hadiah
tidak akan merasa di rugikan karna memang sudah berniat untuk
memberikan hadiah kepada pemanang lomba. Pihak yang lain pun
tidak di rugikan karna sekali pun mereka kalah dalam perlombaan,
50
mereka tidak harus menanggung beban hadiah untuk di berikan
kepada peserta yang menang. Hadiah di keluarkan oleh beberapa
pihak yang berlomba dengan adanya Muhallil Hadiah dalam perlombaan
boleh diambil apabila datang dua orang (pihak) yang berlomba atau
beberapa pihak yang berlomba, sementara diantara mereka terdapat
salah seorang atau salah satu pihak yang berhak menerima hadiah itu
bila dia menang dan tidak berhutang bila dia kalah. Orang yang berhak
menerima hadiah dan tidak berhutang bila kalah itulah yang di sebut
Muhalil. Muhallil harus memiliki karakter, keadaan fisik dan
kemampuan yang sama dengan para peserta lainya. Dia tidak boleh
orang yang sudah diyakini akan menang atau akan kalah dalam
perlombaan tersebut. Dengan adanya Muhallil semacam itu maka
perlombaan terhindar dari Maysir. Muhallil berungsi sebagai orang yang
Perlombaan secara syariah diperbolehkan adalah lomba yang hadiahnya
tidak berasal dari iuran peserta.
3) tapi berasal dari sumber lain seperti dari sponsor atau dari panitia.
Apabila uang peserta digunakan untuk biaya makan dan minum
peserta, maka tidak menjadi masalah84
Dengan demikian, dalam
sebuah perlombaan dana partisipasi yang dimintakan kepada
peserta tidak boleh dialokasikan untuk hadiah para pemenang.
b) Perlombaan yang dilarang dalam Islam
Pada masa Rasullulah saw pertandingan terghadap suatu
permainan bermotif pada hiburan dan untuk meningkatkan
84
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), h.43.
51
kualitas pemainya.85 Peningkatan kualitas tersebut suatu waktu
dapat di manfaatkan untuk kepentingan peperangan melawan
musuh musuh islam. Pertandingan yang diadakan pun untuk
mempersiapkan mereka ke Medan Jihad, seperti lomba lari,
memanah, lomba balap kuda. Dalam persfektif itu Allah swt
berfirman dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 60 :
86
Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan
orang orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja
yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan
dianiaya (dirugikan)”.87
Selain itu hadiah yang ada bernilai ransangan atau memberi
motifasi kepada para pemain. Hal ini dilakukan agar pemain yang
kalah bertanding terus berlatih meningkatkan kemampuanya. Begitu
juga agar pemain yang menang selalu berlatih untuk mempertahankan
prestasinya. Hadiah ini tidak memiliki motif mencari keuntungan dan
85
Hamid Laonso dan Muhamad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh
Kontemporer, (Jakarta: Restu Ilahi, 2005), h. 215. 86
Qs. Al-Anfal, 60: 184. 87
Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemah (Ponogoro: CV Penerbit, 2010), h. 184.
52
tidak ada pihak yang dirugikan dalam pemberian hadiah ini. Seperti
yang telah dibahas sebelumnya bahwa pada dasarnya perlombaan
adalah hiburan yang diperbolehkan oleh agama Islam. Namun tetap
saja harus memperhatikan aturan-aturan syariah agar tidak sampai
terjerumus pada hal-hal yang di larang oleh agama. Karena pada
Dasarnya perlombaan adalah permainan yang bermotif
hiburan maka tidak boleh melakukan permainan yang bisa
menimbulkan mara bahaya dan memperlihatkan bagian tubuh atau
aurat yang seharusnya ditutupi. Selain itu dalam permainan tidak
boleh melibatkan binatang, baik unggas atau binatang lainnya yang
dapat menyebabkan tersakiti binatang-binatang tersebut.88 Misalnya
dalam permainan sabung ayam dan aduan kambing, kedua permainan
tersebut dilarang karena menyebabkan ayam atau kambing yang
diadu saling menyakiti. Termasuk dalam latihan memanah atau
menembak tidak boleh menggunakan binatang sebagai sasaran.
Perlu diperhatikan pula agar permainan terhindar dari unsur
perjudian (Maysir) dan mengundi nasib (Azlam) dan suatu permainan
tidak boleh melewati batas dengan mengorbankan hal-hal yang lebih
penting.89
Permainan adalah hiburan yang tidak termasuk dalam
kebutuhan pokok, maka tidak seharusnya menganggu kewajiban
seseorang bahkan sampai melalaikan kewajiban seseorang tersebut.
Dalam perlombaan berhadiah, harus benar-benar diperhatikan agar
88
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Hiburan Edisi Indonesia, terj. Dimas Hakamsya (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), h.59. 89
Ibid h. 33.
53
terhindar dari unsur Maysir. Pertaruhan dalam perlombaan
diharamkan oleh para ulama apabila salah seseorang atau satu pihak
yang berlomba menang, maka dia memperoleh hadiah (taruhan) itu.
Sedangkan apabila dia kalah maka dia kehilangan hadiah (taruhan)
itu. Dengan demikian, dalam sebuah pertandingan dana partisipasi
yang diminta dari peserta tidak boleh dialokasikan untuk hadiah para
pemenang.
B. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa penelitian dan pembahasan terdahulu yang telah
ditelusuri oleh peneliti, ternyata tidak ditemukan hal-hal yang konkrit
membahas atau meneliti apa yang dibahas dan diteliti oleh peneliti. Terkait
kualitas penelitian maka peneliti menghindari plagiasi dan duplikasi penulisan
data dengan cara menyertakan sumber-sumber penulisan. Oleh karena itu,
penulis akan menampilkan beberapa karya yang berkaitan dengan pemanfaatan
hewan yang diangkat oleh peneliti. Peneliti menemukan beberapa penelitian
terkait perlombaan dan undian berhadiah, sebagai berikut:
Pertama yaitu yang di tulis oleh M. Imam Makruf pada tahun 2018
dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perlombaan Burung Berkicau
Berhadiah Di Gantangan Putro Benowo Makamhaji Kartosuro”. Penelitian ini
menggunakan tinjauan hukum Islam, yang mana perlombaan ini difokuskan
pada jumlah hadiah yang diberikan kepda pemenang, hasil dari penelitian ini
menyebutkan bahwa perlombaan burung berkicau tersebut tidak sesuai dengan
hukum Islam.90
Kedua yaitu yang di tulis oleh Nasroni pada tahun 2010 dengan judul
“Perjudian dalam perdagangan hukum pidana Islam dan KUHP”. Penelitian ini
menggunakan tinjauan hukum pidana Islam dan KUHP, yang mana
90
M. Imam Makruf, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembagian Uang Hasil Penjualan
Tiketuntuk Panitia dalam Perlombaan Burung Berkicau , (On-line), tersedia di: Praktik
Perlombaan, Hukum Islam (10 Oktober 2019)
54
perlombaan ini difokuskan hukum pidana Islam dan hukum pidana fositif
terhadap perjudian, hasil dari penelitian ini menyebutkan perjudian dalam
Islam disebut maysir dan itu dilarang dalam hukum Islam dan Tindak pidana
dalam hal perjudian dirumuskan dalam dua pasal, yakni Pasal 303 dan 303 bis,
yang kedua pasal itu merupakan kejahatan. Kejahatan Menawarkan atau
Memberi Kesempatan untuk Bermain Judi. Kejahatan yang dimaksudkan di
atas dirumuskan dalam Pasal 303.91
Sedangkan dalam penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Pembagian Uang Hasil Penjualan Tiket untuk Panitia dalam
Perlombaan Burung Berkicau” berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
mana dalam penelitian ini difokuskan pada penjualan tiket perlombaan burung,
sedangkan dalam penelitian sebelumnya yaitu tentang perlombaan yang
berhadiah dalam hukum Islam.
Peneliti tertarik untuk lebih dalam lagi mengupas tentang pembagian
uang hasil penjualan tiket di lihat dari hukum Islam, agar nanti tidak ada
keraguan didalam masyarakat. Buku-buku dan skripsi yang sudah ada nantinya
bisa penulis jadikan acuan bagi peneliti dalam menyelesaikan skipsi.
91
Nasroni, Perjudian dalam perdagangan hukum pidana Islam dan KUHP, (On-line),
tersedia di: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5635/1/NASORI-FSH.pdf
(31 Oktober 2019)
55
BAB III
PELAKSANAAN PEMBAGIAN UANG HASIL PERLOBAAN BURUNG
BERKICAU
A. Sejarah Singkat Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung
Gantangan Alam Kicau yang terdapat di Bandar Lampung lebih
tepatnya di jalan Urip belakang Dr. Hewan berdiri pada tahun 2015, tepatnya
tanggal “14 maret 2016.”diakui setelah berpindah lokasi peserta yang datang
semakin banyak. Lokasi yang sekarang akses jalannya mudah, dekat dengan
masjid, pom bensin, dan banyak warung-warung disekitarnya. Serta untuk
orang yang hanya ingin menonton jalannya perlombaan pun sudah dimanjakan
dengan warung-warung yang menyediakan kopi dan gorengan yang ada diarea
gantangan. Untuk peserta atau penonton tidak perlu risau jika membawa
kendaraan karena di sana sudah ada juru parkir yang siap menjaga kendaraan
para peserta gantangan. Pada awalnya “Gantangan Alam Kicau Kota Bandar
Lampung ini berdiri yakni dari sekelompok pecinta burung berkicau yang
menamai mereka dengan sebutan Gantangan Alam Kicau Kota Bandar
Lampung. ini adalah tempat mereka saling bertukar pikiran membahas tentang
hobi mereka yakni burung berkicau”. Mulai dari bagaimana memilih burung
yang bagus, cara merawat burung yang baik dan benar, bagaimana membuat
burung agar lebih gacor dan lain sebagainya. “Dari sinilah niat untuk membuat
gantangan sendiri muncul, mereka sama-sama menyumbangkan uangnya untuk
modal awal berdirinya Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung”.92
92
Wawancara dengan Bapak Siwadi, panitia perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 24 november 2019
56
Berdirinya Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung memilik
pengurus yaitu:
Tabel 3.1
Panitia Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung
NO NAMA UMUR
1 Siswadi 34
2 Bambang 38
3 Suryantono 47
4 Hendry cahya 49
5 Andri wahyudi 29
6 Suyanto 43
7 Anggi 34
Sumber data : Primer 06 Oktober 2019
1. kriteria Penilaian Perlombaan Burung Berkicau
Setelah juri mengumumkan jenis burung yang akan diperlombakan,
maka para pesera segera menuju kearea gantangan dan segera menggantung
burung mereka sesuai dengan nomor yang ada pada tiket yang telah mereka
beli tadi. Setelah itu para pemilik burung keluar dari area perlombaan agar
para juri dapat menilai kicauan burung dengan teliti dan tanpa tekanan.
Terdapat 5-7 juri yang menilai burung kicau dalam perlombaan, mereka
menilai dengan kriteria tertentu. “Dalam menilai burung berkicau, paling
tidak ada tiga hal yang menjadi patokan para juri. Tiga hal tersebut adalah :93
93
Wawancara dengan Bapak Suyanto, panitia perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 24 november 2019
57
a. Irama lagu,
b. Volume suara,
c. Serta fisik dan gaya saat berkicau.
Jika burung masuk kriteria dalam penilaian maka akan diberi point
sesuai nomor pada gantangan burung tersebut”. Penilaian juri biasanya
dilakukan 8-10 menit untuk event Latber, sedangkan event Latpres 10-15
menit sesuai banyaknya peserta yang mengikuti perlombaan. Setelah selesai
waktu penilaian maka seluruh juri akan berkumpul untuk menentukan hasil
dari catatan para juri tersebut untuk menentukan burung mana yang mendapat
nilai tertinggi. Burung dengan point tertinggilah yang menjadi juara pertama
dan point dibawahnya menjadi juara kedua dan seterusnya sampai 10 besar.
“Burung yang menjadi juara 1, 2, 3, sampai 5 akan mendapat hadiah berupa
trofi, piagam, dan sejumlah uang dari Gantangan Alam Kicau Kota Bandar
Lampung. Sedangkan untuk juara ke enam sampai sepuluh hanya akan
mendapat piagam dan sejumlah uang saja”.94
Berbeda dengan penilaian burung muarai yang mana memakan waktu
sampai 15-20 menit karena dalam urusan penilaian muarai harus lebih teliti
dibandingkan dengan burung lainnya, untuk hadiah yang diberikan untuk
burung murai ialah sebesar Rp. 300.000., disesuaikan dengan harga tiket yang
berjumlah Rp. 30.000,
94
Wawancara dengan Bapak Suryantono, panitia perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 24 november 2019
58
2. Sumber dan Alokasi Dana Penyelengaraan Perlombaan Burung
Berkicau
Dana yang yang diperoleh oleh Gantangan Alam Kicau Kota Bandar
Lampung”.semua nya diperoleh dari hasil penjualan tiket, semakin banyak
peserta semakin besar pula hadiahnya. Begitupula untuk gaji para panitia, ini
juga berasal dari hasil penjualan tiket, serta untuk membayar sewa tempat,
listrik dan lain-lain”.
Dengan kata lain Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung sangat
tergantung pada banyaknya penjualan tiket. “Sebenarnya ada pihak sponsor
yang ingin bekerjasama dengan Gantangan Alam Kicau Kota Bandar
Lampung ini, namun sampai sekarang dari pihak penyelenggara masih belum
mau menerimanya. Alasan ini dikarenakan mereka ingin fokus terhadap tim
yang sudah ada tanpa adanya campur tangan dari pihak lain”.95
3. Pelaksanaan Perlombaan Burung berkicau
Perlombaan burung berkicau di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar
Lampung”.terbagi menjadi dua event, yaitu Latber (latihan bersama), dan
Latpres (latihan prestasi). “Event Latber dilaksanakan pada siang hari dan
malam hari, siang hari dilaksanakan pada hari jumat pukul 15:00 WIB
sedangkan yang malam hari dilaksanakan setiap hari selasa dan jumat pukul
20:00 WIB”, dan untuk burung berkicau lainya seperti burung kenari dan
murai dilaksanakan pada siang hari.
95
Wawancara dengan Bapak Anggi, panitia perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019
59
Untuk peserta yang tidak memiliki waktu di siang hari gantangan
malam ini sangat membantu mengobati para Kicau Mania agar tetap
tersalurkan hobinya dan juga tidak mengganggu perkerjaan mereka yang
mayoritas bekerja pada siang hari. Event Latpres dilaksanakan pada setiap
hari minggu pukul 11:00 WIB.
B. Pelaksanaan Penggunaan uang hasil Penjualan Tiket Dalam Perlobaan
Burung berkicau
Perlombaan burung berkicau. Salah satu contohnya yaitu di Gantangan
Alam Kicau Kota Bandar Lampung yang tereletak di Jalan Urip belakang Dr.
hewan. Berbagai macam lomba burung berkicau sering diadakan disana, baik
pada hari biasa atau untuk memperingati sebuah event tertentu. Ketika hari-hari
biasa biasanya dilaksanakan setiap satu pekan dua kali yaitu setiap hari selasa
dan jumat.
Setiap peserta yang ikut dalam perlombaan harus membeli tiket
tergantung kelas kategori burung yang akan dilombakan. Harga tiket untuk
setiap kelas kategori dan event pun berbeda-beda. Semakin tinggi kelasnya,
semakin besar pula harga tiketnya. Begitu juga untuk hadiah yang diterima
oleh pemenang. Semakin tinggi kelas kategori lomba atau event yang diikuti,
semakin besar pula hadiah yang akan diterima oleh pemenang.
Dalam pemberian upah panitia yang harus diperhatikan adalah
mengenai status upah tersebut, jangan sampai termasuk dalam hal yang
dilarang oleh Agama Islam. Dalam penjualan tiket pihak gantang alam kicau
Bandar lampung membedakan harga sesuai dengan burung tingkat hadiah yang
60
akan diberikan, seperti penjualan tiket untuk perlombaan burung love bird
Biasanya untuk juara pertama event Latpres dengan “tiket harga
Rp.25.000 akan mendapat uang sebesar Rp.250.000, sedangkan tiket harga
Rp.50.000 akan mendapat uang sebesar Rp.700.000.96
Adapun untuk juara pertama event Latber dengan tiket harga Rp.20.000
akan mendapat uang sebesar Rp.200.000, sedangkan tiket harga Rp.15.000
akan mendapat uang sebesar Rp.150.000”. Tingkatan hadiah yang berbeda
diberikan kepada juara pertama sampai ke lima. Sedangkan untuk juara ke
enam sampai sepuluh mendapat hadiah yang sama. Biasanya, “jumlah nominal
yang diberikan kepada juara ke enam sampai sepuluh sebesar harga tiket
ditambah Rp.5000 sampai Rp.10.000”.
Untuk tiket perlombaan burung berkicau berikut nya menyesuaikan
dengan kualitas kategori burung yang akan diperlombakan semakin besar tiket
maka semakin besar pula hadiah untuk para peserta yang memenangkan
perlombaan burung berkicau yang tergantung pada kategorinya, sedangkan
yang sering diperlombakan ialah love bird.
Pembagian hasil penjualan tiket tersebut akan dipakai untuk membeli
kan hadiah untuk para pemenang dan sebagian akan dibagiakan kepada panitia
dan akan digunakan juga untuk pengurusan Gantangan Alam Kicau Kota
Bandar Lampung, menurut Bapak Anggi selaku pengurus dalam perlombaan
ini tidak ada peserta yang melakukan perjanjian taruhan atau pun berjudi
96
Wawancara dengan Bapak Anggi, panitia perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019
61
karena dalam pemberian hadiah hanyalah bentung apresiasi terhadap peserta
karena sudah melatih burung menjadi burung juara.97
Menurut Bapak Bambang selaku panitia, beliau menuturkanbahwa
perlombaan burung berkicau ini diadakan 1 minggu dua kali yaitu pada hari
selasa dan kamis dan dilakukan 2 sesi yang mana sesi pertama dialkukan siang
hari dan sesike 2 dilakukan dimalam hari, sedangkan untuk pembelian tiket
sendiri para peserta harus mendaftarkan burung yang akan diikutkan dalam
perlombaan dan sebelum mendaftar sudah dijelaskan mengenai peraturan yang
harus ditaati peserta dan kerteria penilaiaannya, untuk harga tiket sendiri
berkisar 15 sampai dengan 20 ribu.98
Dalam pemberian hadiah para peserta
tidak mengetahua bahwa dalam pemberian hadiah tersebut adalah hasil dari
pembagian penjualan tiket.
Merut Bapak Hendry cahya selaku panitia menyampaikan bahwa
menurut beliau untuk pemberian upah berasal dari pembelian peserta untuk
membeli tiket, yang mana dalam pemberian upah setiap panitia akan diberikan
upah yang sama dan sudah dipotong untuk alokasi dana perawatan lokasi
perlombaan, sedangkan untuk pemberian upah kepada penilai perlombaan
berasal dari hasil potongan pemberian upah panitia, upah untuk penilai
perlombaan biasanya sebesar Rp. 500.000, untuk beberapa perlombaan.99
97
Wawancara dengan Bapak Anggi, panitia perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019 98
Wawancara dengan Bapak Bambang, panitia perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019 99
Wawancara dengan Bapak Hendry cahya, panitia perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019
62
Dalam perlombaan burung kicau yang terdapat Gantangan Alam Kicau
Kota Bandar Lampung tidak semua jenis burung diperlombakan Tidak semua
burung berkicau dapat diperlombakan tergantung kebijakan dari pihak
penyelenggaran setiap gantangan burung. Untuk “Gantangan Alam Kicau Kota
Bandar Lampung sendiri membuka beberapa jenis burung yang
diperlombakan. Adapun jenis-jenis burung yang diperlombakan yaitu: burung
love bird, burung kenari, burung kacer, dan burung murai”.
Di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung sudah banyak
penghobi burung berkicau yang rutin mengikuti perlombaan disini. Menurut
Ade Kurniawan dia telah menjadi peserta selama 1 tahu setengah, sejak
gantangan ini belum berpindah lokasi yang sekarang. Hampir setiap seminggu
sekali dia mengikuti perlombaan disini, terkadang juga seminggu dua kali.
Alasan dia sering mengikuti perlombaan disini karena Gantangan Alam Kicau
Kota Bandar Lampung ini bagus dari segi penilaian juri atau bisa dibilang
sportif. Setiap kali berlomba Ade membawa minimal 2 burung dan paling
banyak 3 burung. Untuk burung yang dilombakan dia selalu membawa jenis
burung lovebird, tidak jarang ia memenangkan perlombaan, minimal setiap
sebulan mengikuti perlombaan dia bisa juara sebanyak 4 kali. Menurutnya
manfaat dari dia mengikuti perlombaan burung adalah untuk menghilangkan
penat dari banyaknya.100
100
Wawancara dengan Bapak Ade Kurniawan, peserta perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 15 Oktober 2019
63
Dari beberapa perlombaan pihak panitia bapak Mukhlisin menuturkan
dalam perlombaan burung berkicau ini semua panitia akan mendapat kan
bagian hasil dari penjualan tiket walaupun hasil bagian ini tidak begitu besar
dan dalam pebagian hasil penjualan tiket tersebut akan dipotong biaya sewa
tempat dan pembayaran listrik.
Menurut Bapak Maryadi selaku panitia untuk pembagian uang hasil
penjual tiket dibagi menjadi dua, 50% untuk hadiah dan 50% untuk perawatan
Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung dan gaji para panitia, yang
mana dalam pembagian ini setiap panitia mendapat kan kurang lebih 50 ribu
dari setiap perlombaan tergantung banyak atau sedikitnya peserta yang
mengikuti.
Sama halnya menurut Bapak Andri Wahyudi ia menuturkan bahwa
perlombaan ini setiap peserta akan membeli tiket sesuai burung yang akan
diperlombakan seperti perlombaan love bird apa bila harga tiket Rp. 15. 000.
Maka hadiah yang akan diperoleh oleh peserta yang juara adalah Rp. 150.000,
beliau tidak tau bahwa kompetisi love bird ini termasuk judi apa bukan yang
jelas kata beliau bahwa perlombaan ini hanyalah sekedar hobby.
Menurut bapak Hendy Cahya yang mana beliau selaku panitia untuk
pembagian hasil penjualan tiket tidak hanya dibagi untukpanitia tetapijuga
untukpara juru karena terkadang juri tersebut bukan hanya dari bandar lampung
melain kan dari luar kota, pemilihan juri dari luar kota tersebut karena adanya
perlombaan yang besar yang tidak hanya diikuti oleh pencinta burung berkicau
dari bandar lampung atau sekitar nyatetapi ada juga dariluar kota.
64
Ketentuan perlombaan digantang alam kicau bandar lampung
perlombaan yang diperboleh kan yaitu dengan tujuan yang baik dan tidak
adanya unsur maysir, Yang mana dijelaskan Dalam persfektif itu Allah swt
berfirman dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 60
Yang mana berdasarkan ayat dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 60
yang sudah dijelas mengenai perlombaan yang diperbolehkan yaitu perlombaan
yang memiliki tujuan yang jelas untuk berperang, sedangkan saat ini
perlombaan ditunjukan untuk hiburan dan hobby, dan takkala ada juga yang
menjadikan perlombaan sebagai perjudian sedangkan dalam perlombaan love
bird ini setiap peserta harus membeli tiket sesuai dengan hadiah.
Sedangkan dalam perlombaan burung kicau Gantangan Alam Kicau
Kota Bandar Lampung, dalam perlombaan untuk pemberian hadiah
mengandalkan dari hasil penjualan tiket sedangkan setiap pembelian tiket
untukburung love biar diberiharga Rp 20. 000, dan jumlah peserta berjumlah
33 orang maka hadiah yang akan diperoleh sebesar Rp 200. 000.
Bapak Deri yang selama 5 bulan ini mengikuti perlombaan atau
menjadi perserta beliau selama ini dalam ngikuti perlombaan kata beliuan
perlombaan ini hanya sekar hobby bukan untuk mencari uang, selama
mengikuti perlombaan ini beliau membawa 1 sampai 2 ekor burung untuk di
ikut sertakan atauhanya sekedar dibawa untuk melatih burung.101
101
Wawancara dengan Bapak Deri, peserta perlombaan burung berkicau digantang alam kicau
Bandar Lampung pada tanggal 15 Oktober 2019
65
Perlombaan kicau burung ini banyak peminatnya sehingga setia minggu
para pencinta burung akan berkumpul seperti Bapak Istono yang selalu ikut
serata dalam perlombaan ini, walaupun beliau belum pernah merasakan burung
nya mendapatkan juara, tapi bukan hal itu yang dipirkan beliu kata beliau yang
nama nya hobby kalah menang belakangan yang penting pada saat berlomba
kita dapat menukar pikiran dengan peserta lainnya, dan dalam perlombaan ini
beliau tidak pernah bertaruhan maupun berjudi demi kemenangan burung yang
diperlombakan.102
Bapak Andrio sudah setahun ini menjadi peserta di Gantangan Alam
Kicau Kota Bandar Lampung. Dia tergabung tergabung dalam Ganjit BC (bird
club), sama seperti Andika Permana Putra. Alasan dia mengikuti perlombaan
burung disini karena awalnya diajak oleh Andika. Untuk jenis burung yang ia
perlombakan adalah burung lovebird saja, setiap kali berlomba dia membawa 2
ekor burung. Karena tergaung dalam Ganjit BC dan sering tukar pikiran
tentang bagaimana merawat burung berkicau dia juga sering mendapat juara.
Manfaat yang dia dapatkan dengan mengikuti perlombaan disini adalah dapat
berkumpul dengan teman-teman, mendapat teman baru dan dapat saling
bertukar pikiran tentang bagaimana merawat burung yang lebih baik lagi.103
Bapak Ari Suryoto sudah kurang lebih setahun mengikuti perlombaan
burung berkicau di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung. Dia
tergabung dalam Ganjit BC (bird club), dan sering mengikuti perlombaan
102
Wawancara dengan Bapak Iswanto, peserta perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 15 Oktober 2019 103
Wawancara dengan Bapak Andrio, peserta perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 18 Oktober 2019
66
disini. Hampir setiap minggu dia selalu menyempatkan waktu untuk mengikuti
perlombaan, rumah yang tidak jauh dari lokasi perlombaan adalah asalan
utamanya. Untuk jenis burung yang ia perlombakan adalah burung kenari, yang
sudah menjuari perlombaan sebanyak 1 kali, semenjak burung kenari beliau
menang sudah banyak orang yang mewar untuk membelinya.104
Berbeda dengan Supri Yadi dia baru 3 bulan belakangan ini mengikuti
perlombaan di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung, sebelumnya dia
mengikuti perlombaan di Gantangan lain. Dalam 3 bulan ini baru terhitung 5
kali dia mengikuti Gantangan Alam Kicau. Alasannya dia mengikuti
perlombaan burung disini karena ajakan teman sesama penghobi burung
berkicau. Jenis burung berkicau yang diperlombakannya adalah burung dan
hanya membawa seekor burung saja saat perlombaan. Selama mengikuti
perlombaan disini dia belum pernah mendapat juara sama sekali. Manfaat yang
dia dapatkan dengan mengikuti perlombaan burung adalah dapat bertemu dan
berkumpul dengan teman-teman sesama penghobi burung berkicau dan
lovebird, untuk dikelas burung kenari dia lumayan sering dapat juara tetapi
tidak untuk burung lovebird. Manfaat yang dia dapatkan dengan mengikuti
perlombaan disini adalah mendapat banyak teman bahkan sampai tergabung
dalam sebuah club burung berkicau.105
104
Wawancara dengan Bapak Ari Suryoto, peserta perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 18 Oktober 2019 105
Wawancara dengan Bapak Supryadi, peserta perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 03 Oktober 2019
67
Sedangkan Yogi Tansri sudah setahun ini menjadi peserta di Gantangan
Alam Kicau Kota Bandar Lampung. Dia hanya sebulan sekali mengikuti
perlombaan disini. Alasan dia mengikuti perlombaan disini adalah karena
tempatnya yang nyaman dan aman jika membawa kendaraan, tidak khawatir
setiap berlomba. Jenis burung yang dia bawa untuk diperlombakan adalah
burung lovebird, dan hanya satu ekor burung yang dibawanya dan dia jarang
mendapat juara. Menurutnya manfaat dari dia mengikuti perlombaan burung
adalah untuk hiburan saja dan mendapatkan teman-teman baru yang berada di
lokasi perlombaan.106
Dalam perlombaan tersebut beliau tidak pernah
menanyakan status hadiah yang akan didapat.
Dalam hal pengalaman mengikuti perlombaan Bapak Sutoyo lebih
berpengalaman karena dari semenjak berdiri nya Gantangan Alam Kicau Kota
Bandar Lampung, beliau selalu mengikuti perlombaan yang ada bahkan beliau
selalu membawa 3 macam burung yang akan di ikut sertakan dalam
perlombaan dalam hal ini beliau sudah banyak mendapat juara setiap burung
yang sudah mendapatkan juara dan sudah tersertifikat maka harga burung
tersebut akan mahal, Bapak sutoyo sudah menjual beberapa burung kesayangan
beliau karna ingin mengganti dengan yang baru,dengan hasil penjualan tersebut
tentu dalam perekonomian semakin tinggi.107
106
Wawancara dengan Bapak Yogi Tansir, peserta perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 15 Oktober 2019 107
Wawancara dengan Bapak Suyoto, peserta perlombaan burung berkicau digantang alam
kicau Bandar Lampung pada tanggal 08 Oktober 2019
68
Sedangkan dalam perlombaan tersebut beliau menuturkan bahwa tidak
tau bahwa dalam perlombaan tersebut mengandung unsur perjudian atau bukan
karena beliau tidak seberapa mendalami agama Islam.
Tabel 3.2
Jumlah Peserta Dalam Perlombaan Burung Berkicau
NO NAMA UMUR
1 DERI 27 TAHUN
2 ANDRIO 30
3 SUTOYO 37
4 BAHARUDDIN 24
5 SUPRIYANTO 50
6 SUWARDI 34
7 BAMBANGKUSUMA 43
8 GALI RENALDI 25
9 ANGGI SUGENG 27
10 DADANG KUSUMA 30
11 SOLEH 33
`12 SEPRIYADI 45
13 PUJI YANTO 23
14 ISTONO 32
15 RISKI YANTO 43
69
16 WAHYU DIRGA 32
17 SUPARMIN 35
18 SUPARTO 39
19 SISWADI 31
20 PERI TONI 33
21 ACENG 24
22 BAYU BAGUS 28
23 BANDRIO 38
24 ALI RIDWAN 37
25 NUR HUDA 29
26 SISWANTO 30
27 HAMIDI 27
28 GALIH PURNAMA 29
29 BUJANG 34
30 TUYOTO 41
31 ASEP 27
32 SAIPUL ANWAR 29
33 RENALDI 30
Sumber data : Primer 06 Oktober 2019
70
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN
A. Praktik Pembagian Uang Hasil Penjualan Tiket untuk Panitia dalam
Perlombaan Burung Berkicau
Berdasarkan rumusan masalah dalam bab ini dan juga berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh dari data lapangan yaitu hasil wawancara, data
kepustakaan, data langsung dari kitab aslinya atau kitab terjemahan, dan buku-
buku dari sumber lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini, terhadap
Upah (Ujrah) dengan sistem pembelian tiket di Gantangan Alam Kicau Kota
Bandar Lampung, seperti yang dipaparkan pada BAB III serta merujuk pada
BAB II sebagai kajian teori dapat di analisa sebagai berikut:
Pelaksanaan pemberian upah Dalam pelaksanaan burung berkicau para
peserta akan membeli tiket perlombaan sesuai burung yang akan dikut
sertakan, dalam pemberian upah panitia adalah hasil dari penjualan tiket yang
mana dalam hasil penjualan tiket akan dibagi 2 yaitu 50% untuk panitia dan
50% untuk hadiah peserta.
Sedangkan dalam mempersiapkan perlombaan para peserta menyiapkan
burung yang berkualitas dan sudah dilatih untuk mengikuti perlombaan karna
dalam perlombaan tidak hanya burung yang bagus dipandang tetapi burung
harus memiliki mental yang pemberani karena dalam perlombaan banyak
burung yang sudah terlatih, dalam perlombaan juga tak jarang ada burung yang
tidak berbunyi karena merasa takut, kalah mental.
71
Pelaksanaan penjualan tiket dalam perlombaan burung berkicau yang
terdapat di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung yang mana dalam
perlombaan peserta harus membayar tiket sesuai dengan jenis burung yang
akan diperlombakan, seperti perlombaan burung love bird yang mana setiap
peserta harus membayar sebesar Rp. 20.000,. setiap satu kali perlombaan
sedangkan untuk perlombaan burung kenari ditarif harga tiket sebesar Rp.
15.000,. untuk sekali perlombaan,sedangkan yang menjadi perlombaan bintang
yaitu murai batu yang diberi tarif tiket sebesar Rp. 30.000,.
Sedangkan hasil penjualan tiket akan dibagi menjadi 50% untuk panitia
dan 50% untuk peserta yang meraih juara, dalam hal ini juara yang diambil
yaitu jura 1 sampai 5 kan memperoleh hadiah berupa tropi, piagam dan
sejumlah uang dan berbeda dengan pemenang 6 sampai 10 mendapat hadiah
piagam dan uang sebesar harga tiket ditambah Rp.5000 sesuai harga tiket yang
dibeli.
Dalam pemberian upah kepada panitia adalah seutuhnya dari hasil
penjulan tiket yang mana hasil penjualan tiket tersebuat akan dikelola oleh dua
orang panitia khusus, dalam pembagian upah bagi panitia akan diberikan sesuai
dengan hasil yang didapat, yang mana setiap pembagian akan berbeda setiap
waktunya karena tergantung dari jumlah peserta yang ada, dalam pembagian
ini panitia akan menyisihkan uang untuk perawatan Gantangan Alam Kicau,
perawatan tersebut seperti pembiayaan listrik dan kebersihan lokasi.
Dalam perlombaan burung berkicau di Gantangan Alam Kicau Kota
Bandar Lampung dilaksanakan pada hari selasa dan jumat dan diadakan pada
72
jam 15:00 WIB sedangkan yang malam hari dilaksanakan 20:00 WIB”, dalam
hal penilaian juri akan menilai 3 hal yaitu:
1. Irama lagu,
2. Volume suara,
3. Serta fisik dan gaya saat berkicau.
Ketiga penilaan juri tersebut akan dijadikan acuan burung berkicau
yang akan menjadi juara, juri yang disediakan dalam perlombaan di gantang
alam kicau terdapat 5-7 juri yang mana dalam penilaian tersebut dilaksanakan
8-10 menit untuk perlombaan event Latber, sedangkan event Latpres dilakukan
penilaian 10-15 menit setelah semua burung di gantung,
Dalam perlombaan ini para peserta akan menyiapkan burung sesuai
yang akan diperlombakan dan harus mengikuti arahan yang diberikan oleh
panitia, dalam perlombaan burung berkicau yang terdapat pada Gantang Alam
Kicau juga terdapat burung berkicau lain tidak hanya love bird saja sepeti
murai, kacer dan kenari.
Burung yang sudah mendapatkan juara akan diberi harga jual yang
mahal oleh pemiliknya, apabila dijual burung yang sudah juara akan diternakan
dan akan dijadikan bisnis oleh penggemar burung berkicau lainnya yang mana
anakan hasil peternakan burung juara tersebut akan dijual mahal berbeda
dengan harga burung pada umumnya karena dinilai keturunan dari burung yang
berkualitas.
73
Adanya Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung, banyak
penggemar burung berkicau yang berdatangan dengan dengan tujuan yang
sama yaitu mengikuti perlombaan, karena hadiah dalam perlombaan terbilang
menjanjikan untuk kalangan pencinta burung berkicau, dan tanpa disadari
bahwa perlombaan tersebut termasuk judi atau maysir, dalam hal ini belum
banyak peserta maupun panitia menyadari itu.
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembagian Uang Hasil penjualan tiket
Dari Perlombaan Burung Berkicau
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah ialah
ijarah. Secara etimologi, ijarah berarti “upah” atau “ganti” atau “imbalan”.Al
Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang berarti Al,Iwadhu (ganti). Ijarah adalah
(menjual manfaat). Ijarah merupakan upah sewa yang diberikan kepada
seseorang yang telah mengerjakan satu pekerjaan sebagai balasan atas
pekerjaannya. Ijarah mempunyai pengertian umum yang meliputi upah atas
pemanfaatan sesuatu benda maupun imbalan suatu kegiatan. Upah adalah
imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan
materi di dunia (adil dan layak) dan dalam bentuk imbalan pahala di akhirat
(imbalan yang lebih baik).
Ijarah, baik dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam bentuk
upah mengupah merupakan bentuk muamalah yang dibenarkan.
Mengenai disyariatkan ijarah, semua umat bersepakat, bahwa sewa-
menyewa dan upah adalah boleh, tidak ada seorang ulama pun yang
74
membantah kesepakatan (ijma‟) ini, sekalipun ada beberapa orang diantara
mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak dianggap.
Upah dalam hukum positif mungkin dikenal dengan upah
minimum, sedangkan dalam Islam secara praktis tidak menyebut sistem
dan besaran upah yang layak untuk diberikan, tetapi Islam memberi
gambaran umum bagaimana etika tata cara dalam sistem ekonomi
khususnya memberi upah kepada yang berhak. Islam lebih menekankan
upah pada konsep moral, tidak hanya sebatas materi tetapi menembus
batas kehidupan yakni dimensi akherat, yang disebut pahala. Rambu-rambu
pengupahan dalam Islam ada 2 yaitu adil dan layak, adil bermakna jelas
dan transparan serta proposional, sedangkan layak berarti cukup pangan,
sandang, papan serta sesuai dengan keadaan ekonomi saat itu, sedangkan
yang terjadi di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung terdapat
pemberian upah kepada panitia yang mana uang tersebut berasal dari
pembelian tiket perlombaan dalam hal ini dilarang dalam Agama Islam yang
terdapat pada
Manfaat ijarah mencakup hal-hal berikut:
1) Dapat ditaksir, maksudnya: manfaat (dari barang yang disewa) dapat
ditetapkan secara jelas, baik berdasarkan syariat maupun adat (urf‟)
agar harta penggantinya layak diserahkan. Contohnya, menyewa rumah
untuk dijadikan tempat tinggal. Jika benda-benda itu tidak ada
manfaatnya, harta penggantinya (upah sewa) menjadi sia-sia belaka.
Padahal, syariat melarang untuk menyia-nyiakan harta.
75
2) Orang yang menyewakan (mu‟ajir) sanggup menyerahkan manfaat
(benda yang disewakan). Hal demikian agar orang yang menyewa
(musta‟jir) dapat menikmatinya. Jika orang yang menyewakan
(mu‟ajir) tidak sanggup menyerahkan manfaat (barang yang
disewakan), baik secara fisik maupun syar‟i, transaksi tidak sah.
3) Manfaat harus dirasakan oleh penyewa (musta‟jir), bukan oleh yang
menyewakan (mu‟ajir). Oleh sebab itu, tidak sah menyewa orang
untuk melakukan ibadah yang membutuhkan niat yang tidak bisa
digantikan, seperti shalat dan puasa, karena manfaat pekerjaan itu
merupakan pahala bagi orang yang menyewakan, bukan untuk
penyewa (musta‟jir). Setiap para pihak yang melakukan akad harus
mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan, sehingga
mencegah terjadinya perselisihan.
Ujrah atau upah dipahami sebagai sesuatu yang dijanjikan dan dibayar
penyewa sebagai kompensasi atau pembayaran atas manfaat yang
dinikmatinya. Pada prinsipnya semua yang dapat digunakan sebagai alat tukar
dalam jual beli boleh digunakan untuk pembayaran dalam ijârah. Di samping
itu, ujrah haruslah sesuatu yang bernilai dan diperbolehkan oleh syara‟ dan
harus diketahui jumlahnya. Ujrah yang disyari‟atkan diketahui jumlahnya oleh
kedua belah pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun upah-mengupah.
Imbalan yang pantas menurut syara‟ adalah sesuatu yang bernilai dan terdapat
keridaan antara kedua belah pihak. Q.S Al-baqarah ayat 233 sebagaimana yang
telah dituangkan pada Bab II.
76
Ayat tersebut menjelaskan bila seseorang sepakat memperkerjakan
seorang untuk menyusukan bayinya kepada orang lain hendaklah
membayarkan upah yang layak dan patut. Bukan hanya pekerjaan
menyusui saja yang patut diberi upah layak tetapi juga pekerjaan lain juga
harus mendapat perhatian yang sama. Upah termasuk dalam syari‟at Islam
yang pada pokoknya bertujuan untuk kemaslahatan manusia baik di dunia
dan akhirat.
Perlombaan merupakan salah satu bentuk hiburan bagi manusia.
Hubungan yang terjalin dalam perlombaan bukan lah antara makhluk dengan
penciptanya, melainkan terjadi antara manusia. Maka dari itu berlaku kaidah
umum bahwa segala sesuatu pada dasarnya adalah di perbolehkan hingga ada
dalil yang mengharuskan melakukan atau meninggalkanya. Pada dasarnya,
perlombaan di perbolehkan selama tidak melanggar aturan-aturan syariah. Di
zaman rasullolah pun sering di adakan perlombaan, seperti balap kuda, lomba
lari, memanah dan lain-lain. Asal perlombaan adalah di bolehkan hal ini di
buktikan beberapa hadis dan Ijma’. Jika lomba tersebut sebagai persiapan
untuk jihad seperti lomba memanah dan pacuan kuda.
Perlombaan atau musabaqoh itu ada dua macam dengan taruhan dan
tanpa taruhan. Pendapat jumhur ulama membolehkan setiap perlombaan tanpa
taruhan secara mutlak. Seperti suatu ketika Rasullulah lomba lari dengan
Aisyah R.A. dalam hadis riwayat Ahmad dan Abu Daud sebagaimana yang
telah dituangkan pada Bab II. Dalam pelaksanaan perlombaan burung berkicau
yang terdapat di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung menurut
77
penulis termasuk dalam maysir atau berjudi dikarenakan dalam perlombaan
yang diboleh kan dalam Al-Quran dan As-Sunnah melarang adanya
perlombaan dengan membeli tiket lalu hasil penjualan tersebut dijadikan
hadiah, sama saja dengan berjudi.
Sedangkan dalam bab sebelumnya sudah dijelaskan mengenai
perlombaan upah yang diperbolehkan adalah adanya upah atau pemberian
insentif. Rasul sendiri pernah memberi hadiah kepada seorang pemenang
lomba berkuda. Hadiah yang di berikan ini sebagai rangsangan agar pemain
meningkatkan kemampuanya. Peraturan atau hadiah dalam perlombaan yang
diperbolehkan adalah sebagai berikut:
1. Perlombaan tidak menimbulkan marabahaya
Pada dasarnya perlombaan merupakan permainan yang di
pertandingkan dengan motif hiburan. Maka dari itu, tidak seharusnya
seseorang melakukan perlombaan yang dapat membahayakan dirinya
sendiri maupun orang lain kecuali terdapat tuntutan untuk melakukannya.
Seperti perlombaan yang di lakukan dalam masa Rasullulah SAW yang
bertujuan untuk melatih pasukan muslim dalam berperang.
2. Perlombaan tidak memperlihatkan aurat seseorang
Perlombaan sesuai ketentuan hukum Islam yaitu perlombaan yang
diselenggarakan tidak boleh mengharuskan pesertanya memperlihatkan
auratnya.
3. Hadiah itu datang dari pengusaha atau orang lain
Diperbolehkan mengambil hadiah perlombaan apabila hadiah itu diberikan
78
oleh pemerintah atau pihak lain yang tidak ikut dalam perlombaan
(sponsor). Seperti yang dilakukan oleh rasulullah saw beliau mengadakan
lomba berkuda dan memberikan hadiah kepada pemenangnya. Misalnya
perlombaan-perlombaan yang mendapat dana dari sponsor dan hadiah
yang di berikan kepada peserta berasal dari dana sponsor tersebut.
79
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan perlombaan Perlombaan Burung Berkicau di
Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem pengumpulan dana tiket dari peserta lomba untuk perlombaan
burung berkicau di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung adalah
dengan cara penjualan tiket kepada peserta lomba, yang sebagiannya akan
dijadikan sebagai hadiah bagi pemenang dan honor panitia. Dalam
pemberian hadiah akan diberikan setelah perlombaan selesai dan sudah
dipotong dengan dana alokasi perawatan lokasi perlombaan dan pemberian
upah untuk penilai, pemberian upah seutuhnya berasal dari pembelian tiket
maka dibagi menjadi 50% untuk panitia dan 50% untuk dijadikan hadiah,
dalam perlombaan seperti ini sangat lumrah dikalangan masyarakat
Indonesia.
2. Pelaksanaan perlombaan burung berkicau yang terdapat di Gantang alam
kicau Kota bandar lampung tidak sejalan dengan prinsip Islam, terdapat
unsur Perjudian (Maysir) sebab:
a. Hadiah yang diberikan berasal dari pembelian tiket peserta perlombaan
burung berkicau di Gantangan Alam Kicau Kota Bandar Lampung.
80
b. Pembelian hadiah bersifat untung-untungan dari kumpulan dana peserta
dalam penjualaan tiket pada perlombaan Burung berkicau di Gantangan
Alam Kicau Kota Bandar Lampung.
B. Rekomendasi
1. Bagi para peserta hendaknya mengetahui dalam pembelian tiket tersebut
mengetahui tujuan dari pembelian tiket tersebut.
2. Bagi para peserta yang mengikuti perlombaan hendaknya mengetahui dalam
perlombaan tersebut itu ada unsur maysir atau judi.
3. Bagi para panitia burung berkicau hendaknya memberikan penjelasan
mengenai pemberian hadiah tersebut, biar tidak ada kesalah pahaman
terhadap peserta.
4. Bagi para panitia hendak menerapkan perlombaan yang dianjurkan dalam
Islam .
5. Bagi panitia hendaknya tidak memungut uang dari peserta seharusnya tetap
menerima uang dari sponsor karena dalam pemberian upah diharuskan dari
pihak instansi lain bukan dari pihak peserta untuk pemberian upah dan
hadiah agar diperbolehkan dalam Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran
Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemah,Bandung: Penerbit Diponegoro,
2013.
Ibrahim Hosen, Apakah JudiItu, Jakarta: Lembaga kajian Ilmiah InstitutIlmu Al-
Qur’an (IIQ), 1987.
Muhammad Thalib, Al-Qur’anul Karim, Solo: Qolam Mas, 2012.
Hadis
Ibnu Hajar al-Ats Qalami, Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam, Mesir: al-
Tamaddin al-Shinall, 1330 H.
M. Nasib Ar-Rifa’I, Tafsir Al-Aliyyu Al-qadir Li Ikhtisari Tafsir Ibnu Ktasir,
diterjemahkan oleh Syaihabuddin, Ringkasan Tafsir Ibnu Ktasir, Jilid I,
Jakarta: Gema Isnaini Press, 1999.
Muhammad Lukman Al-Shalafi, Tuhfat Al-Kiram Syah Bulugh Al-Maram, Riyadh: Dar
Al-Da’i, 1421.
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam “Syarah Bulughul
Maram”, Jilid: 3, Jakarta: Darus Sunnah, 2017.
Fiqih dan ushul fiqih
Abdul Mujib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014.
Ashiddieqi, Hasbi. Pengantar Ilmu Fiqih, Jakarta: Mulia, 1976.
Hasbi Ashiddieqi, Pengantar Ilmu Fiqih,Mulia, Jakarta, 1976.
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2013.
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah, Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010.
M. Rawwas Qal’haji,Ensiklopedia Fiqih Umar Bin Khattab, Jakarta: Raja
Grafindo Persada,1999.
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Cet. ke-2, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Hamid Laonso dan Muhamad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap
Masalah Fiqh Kontemporer, Jakarta: RestuIlahi,2005.
Rahmat syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Samsul Anwar, Hukum Perjanjian Syari’ah: Studi Tentang Teori Akad Dalam
Fiqih Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 13, Cet. Ke-1, Bandung: Alma’arif, 1987.
Yusuf Al-Qaradhawi. Fikih Hiburan. Terj. Dimas Hakamsyah, Jakarata: Pustaka
Al-Kautsar, 2005.
Hukum peraturan pemerintah umum
Ahmad Adzhar Basyir, Asas-asa Hukum Muamalat Hukum Perdata
Islam,Yogyakarta: UII Pers, 2004.
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.
Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan,Yogyakarta: Andi, 2011.
Muhammad, Abdul Kadir. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004.
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Bandung: Di Ponegoro,
t.th.
Muhamad Darwis, “Upah Minimum Regional Perbandingan Hukum positif dan Hukum
Islam,” Yogyakarta: Jurnal Hukum Islam, Volume XI No. 1.
Muhammad Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa,
Cetakan Keempat.Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum, 2011.
Hadi, Sutrisno. Metode Research, Jilid I. Yogyakarta: Yayasan Pnerbit, Fakultas
Psikologi UGM, 1981.
Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqasid Syariah, Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2010.
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodelogi Penelitian, Bandung; Mandar
maju, 2000.
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2008.
Tobroni, Imam suparyono. Metodologi Penelitian Sosial – Agama, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2001.
Amirudin, Pengantar metode penelitian hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1991.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
Susiadi, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2008.
Radial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, Jakarta : Bumi Aksara,
2014.
Kumedi Ja’far, Hukum Perdata Islam, Bandar Lampung: Permatanet Publishing,
2016.
Buku-buku penunjang
Ascarya,AkaddanProdukBankSyariah,Jakarta:RajaGrafindoPersada,2007.
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010.
mamAl-Ghazali, Benang Tipis antara Halal dan Haram, Surabaya: Putra Pelajar,
2002.
Taqiyyudin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Hukum Islam,
Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Imroatul Azizah, Perjudian dan Spekulasi dalam Bisnis Tinjauan Etika Binsis
Islam, Surabaya: Alpha, 2007.
Nurur Huda, Ekonomi Makro Islam, Pendekatan Teoritis, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008.
Musthafa Dib Al-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah, Cet. Ke-1, Jakarta:
Hikmah, 2010.
Jurnal
https://suaramuslim.net/rasul-menganjurkan-memanah-dan-berkuda/
https://www.kompasiana.com/subhan_jr/591f2aeb6423bdb6502350fd/pengertian-dan
pendapat-ulama-tentang-larangan-transaksi-berbau-judi-maysir.Diakses.
M. Harir Muzakki & Ahmad Sumanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Upah
Pembajak Sawah, Vol 14, No 2 (2017), h. 487, (On-Line) tersedia di:
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/1909/2392
pukul 23.00 WIB, (09 September 2019)
M. Imam Makruf, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembagian Uang Hasil
Penjualan Tiketuntuk Panitia dalam Perlombaan Burung Berkicau, (On-
line), tersedia di: Praktik Perlombaan, Hukum Islam (10Oktober 2019)
Nasroni, Perjudian dalam perdagangan hukum pidana Islam dan KUHP, (On-
line), tersedia di:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5635/1/NASORI
-FSH.pdf (31 Oktober 2019)
Wawancara
Wawancara dengan Bapak Ade Kurniawan, peserta perlombaan burung berkicau
digantang alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 15 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Andrio, peserta perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 18 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Anggi, panitia perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Anggi, panitia perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Anggi, panitia perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Ari Suryoto, peserta perlombaan burung berkicau
digantang alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 18 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Bambang, panitia perlombaan burung berkicau
digantang alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Deri, peserta perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 15 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Iswanto, peserta perlombaan burung berkicau
digantang alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 15 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Siwadi, panitia perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 24 november 2019
Wawancara dengan Bapak Supryadi, peserta perlombaan burung berkicau
digantang alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 03 Oktober 2019
Wawancara dengan Bapak Suryantono, panitia perlombaan burung berkicau
digantang alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 24 november 2019
Wawancara dengan Bapak Suyanto, panitia perlombaan burung berkicau
digantang alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 24 november 2019
Wawancara dengan Bapak Suyoto, peserta perlombaan burung berkicau digantang
alam kicau Bandar Lampung pada tanggal 08 Oktober 2019