Download - Syarif, teknologi informasi dakwah
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 0
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 1
PARADIGMA TEORI AISYAHTEK DALAM ILMU TEKNOLOGI INFORMASI DAKWAH
A. LATARBELAKANG
Ilmu Teknologi Informasi Dakwah lahir dari hasil penelitian
disertasi Syarifudin yang dipresentasikan pada tanggal 29 Agustus 2012 di
Universitas Alauddin Makassar. Ilmu Teknologi Informasi Dakwah (TID)
pada prinsipnya terinpirasi dari ilmu Teknologi Informasi, tetapi secara
genetik keilmuan ilmu Teknologi Informasi Dakwah (TID) yang
melahirkan teori baru yakni teori AISYATEK ini pengembangan atau lahir
ilmu Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Ilmu Komunikasi Penyiaran
Islam telah lama tetapi kurang mampu menyelesaikan semua persoalan
dakwah sehingga diperlukan ilmu yang secara spesifik bergelut dengan
media teknologi komunikasi.
Secara historis keilmuan para Desainer Ilmu komunikasi penyiaran
Islam lebih banyak digunakan dalam penyebaran dakwah bi al-Lisan
sehingga banyak umat yang kurang tersentuh dengan pesan-pesan
Wahyu dan Sunnah. Kondisi ini membutuhkan kontekstualisasi keilmuan
yang dapat memberikan kontribusi terhadap pesoalan umat yang semakin
bervariasi kebutuhannnya terhadap agama.
Berdasarkan kondisi iniah sehingga ilmu Teknologi Informasi
Dakwah (TID) lahir dari hasil penelitian di Maluku oleh Syarifudin dalam
proses penyelesaikan disertasinya yang berjudul Teknologi Dakwah
Muhammadiyah di kota Ambon. Dalam buku Dimensi Dakwah yang
ditulis oleh pakar-pakar keilmuan dakwah di Indonesia antaranya adalah;
Aep Kusnawan, H. Asep S. Muhtadi, H. Agus Ahmad Safe’I, H. Syukriadi
Sambas, dan Enjang menggambarkan dimensi ilmu dakwah di tinjau dari
aspek ontologis, epistemologis, Aksiologis dan paradigma
pengembangan profesionalisme. Peluang pengembangan ilmu dakwah
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 2
ini sangat relevan dengan kondisi informasi saat ini karena dewasa ini
manusia diperhadapkan oleh berbagai macam teks informasi yang dikenal
dengan istilah hiperteks(;umbung informasi), ditengah lumbung
informasi inilah manusia dalam kondisi ambigu sehingga membutuhkan
ilmu baru untuk memberikan pencerahan, motivasi, dan aqidah untuk
menyuguhkan cara menerima informasi, cara mengolah informasi, dan
cara menyebarkan informasi, serta dampak dari peran informasi tersebut
dalam memengaruhi ekspresi manusia di era globalisasi ini.
Faktor inilah sehingga perlu kontekstualisasi pengembangan ilmu
dakwah dari berbagai perspektif untuk memberikan wawasan baru dalam
menelaah, memahami, mengolah, menyebarkan, dan mencermati efek
dari sebuah informasi. Spirit keilmuan dari ilmu teknologi informasi
dakwah merujuk pada pesan Al-Quran dalam surah al-Hujurat ayat 6.
Serta bahaya Informasi ketika dikendalikan oleh orang yang tidak
memiliki Iman, Islam, dan Ihsan. Perspektif Teknologi informasi dakwah
yang dirumuskan dalam ilmu ini bersumber dari mata air taqwaha yang
dijelaskan dalam surah al-syams ayat 9-10.
Kedua ayat ini sebagai spirit lahirnya teori AISYATEK yang akan
menjelaskan bagaimana manusia menggunakan ilmu pengetahuan
khusunya ilmu dakwah dan komunikasi sebagai fasilitas manusia dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan spiritualnya dalam
mempertahankan kehidupannya di permukaan bumi ini.
Ilmu Teknologi Informasi Dakwah(TID) sebagai ilmu yang
menuntun manusia memahami informasi, mengolah informasi,
menjelaskan informasi, membahasakan informasi, dan
mengkomunikasikannya di tengah masyarakat multikultural. Selain itu
ilmu teknologi informasi menjelaskan peran informasi tersebut bagi
kemaslahatan umat manusia dalam menata hidupnya di dunia dan
akhirat. Inilah rumusan dari ilmu Teknologi Informasi Dakwah(TID)
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 3
yang melahirkan teori AISYATEK(Aqidah, Syari’ah, Akhlaq,
Entrepreneurship, dan Teknologi). Teori AISYATEK ini adalah paradigma
yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan suatu realitas.
B. PEMBAHASAN
Secara rinci buku tersebut belum mendapatkan rumusan secara jelas
tentang pengembangan seperti apa yang akan dikembangkan dalam
rumpun ilmu dakwah. Dari wawasan inilah sehingga penulis berupaya
mencari ilmu baru dari kajian ilmu dakwah dengan mendapatkan teori
AISYATEK sebagai penjelas dan cara kerja ilmu Teknologi Informasi
Dakwah. Sistematika lahirnya ilmu Teknologi Informasi Dakwah (TID)
akan digambarkan dalam gambar berikut ini;
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 4
Pengertian teori Teori adalah serangkaian proses yang saling
berhubungan secara sistematis tentang suatu fenomena kontak sosial
secara alamiyah alamiah. Teori Teknologi Informasi Dakwah adalah; Ilmu
yang menjelaskan strategi transformasi pesan yang bersumber dari Al-
Quran dan Sunnah dengan pendekatan Iman, Islam, dan Ihsan dalam
mengungkap, menjelaskan dan mendeskripsikan fakta sosial.
Teori mengandung beberapa elemen yang berfungsi untuk
mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut.
Elemen pertama yaitu konsep. Konsep adalah sebuah ide yang
diekspresikan dengan dalam bentuk bi al-Hal, bi al-Qalam, dan bi al-Lisan.
Konsep dibagi tiga yaitu, Spirit, simbol dan definisi. Perbedaan mendasar
dari paradigma teori AISYATEK dengan teori-teori sebelumnya adalah
dalam aspek penggunaan spirit dalam diri manusia dalam memahami
sebuah realitas. Teknologi Informasi Dakwah (TID) spirit keilmuannya
sangat didominasi oleh capital Iman, Islam, dan Ihsan. Prinsi-prinsip
inilah yang digunakan dalam merespon realitas sosial.
Dalam paradigma keilmuan teknologi informasi dakwah
penekanannya pada potensi insani(taqwaha) lebih dominan dalam
memproduksi spirit, simbol dan definisi, paradigma ini berbeda dengan
paradigma yang dikembangkan oleh para ilmuan sebelumnya. Misalnya
kebanyakan di dalam ilmu sosial konsep ini lebih diekspresikan dengan
kata-kata tidak melalui simbol-simbol. Menurut Neuman kata-kata juga
merupakan simbol karena bahasa itu sendiri adalah simbol.1 Paradigma
Neuman ini juga relevan dengan paradigma dari Jurgen Habermas yang
1W Laurence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th edition (Cet. I; Needham Heights, 2000), h. 22.
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 5
berhubungan dengan proposisi, karena proposisi membentuk teori.2 Teori
terdiri dari konsep dan hubungan dan tujuan-tujuan berikut ini.
1. Memberikan pola interpretasi data.
2. Menghubungkan satu kajian dengan kajian lain
3. Menawarkan kerangka kerja sehingga konsep dan variabel
mendapatkan signifikansi yang khusus
4. Memandu menginterpretasi makna yang lebih luas dari temuan bagi
diri dan lainnya.3
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide
pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai
“menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan
hubungan dapat saling berhubungan.4 Paradigma ini menjelaskan bahwa
ilmu pengetahuan itu adalah seprangkat metode yang dilakukan secara
kuwantitatif dan kualitatif untuk menjelaskan sebuah fenomena yang
dilakukan melalui proses ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Dari paradigama para ahli komunikasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa tujuan ilmu pengetahuan itu adalah tiga yakni penjelas,
mempermudah, dan berguna bagi kehidupan manusia. Ini cara para
ilmuan Eropa tetapi cara pandang dalam teori ilmu teknologi informasi
dakwah bertujuan menjelaskan, mentransformasikan, membahasakan,
mengkomunikasikan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah melalui
2Jurgen Habermas, The Theory of Communicative Action Volume 2: Lifeworld and System: A Critique of Functionalist Reason
3Jurgen Habermas, The Theory of Communicative Action, Volume 1: Reason and the Rationalization of Society (Cet. I; Random House Inc Publish Date: Mar 1985), h. 291.
4Robert Hagedorn end Labovitz, Introduction to Ssocial Research (Cet. II; Sanford Labovitz, Sanford lihat dalam John W Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage Publishing, 1993), h. 120
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 6
teknologi untuk memudahkan daya nalar manusia dalam mempermudah
menata hidup dan masa depannya di dunia dan akhirat.
Sangat disadari bahwa tujuan dari ilmu pengetahuan itu dalah
mendidik manusia menjadi mandiri dalam menata kehidupannya di
dunia dan akhirat. Untuk menjelaskan persoalan yang abstrak
membutuhkan ilmu pengetahuan dalam mencapai kesejahteraan umat
dari aspek jiwa dan raga.
Dalam rumpun ilmu dakwah khusunya ilmu Teknologi Informasi
Dakwah berorientasi pada pembangunan jiwa, raga, alam, dan teknologi
yang dilandasi oleh modal AISYATEK (Kecerdasan Aqidah, Intelektual,
Syari’ah, Akhlaq, Entrepreneurship, dan Teknologi). Sebagai kekutan
untuk memahami dan menjelaskan sebuah realitas.
Teori AISYATEK mengandul enam kompetensi ini sebagai modal
dasar mengolah kekayaan alam semesta khususnya dari aspek dakwah
dan komunikasi sebagai fasilitas manusia melakukan hubungan sossial.
Cara kerja Teknologi Informasi Dakwah (TID) untuk menjelaskan
kesejahteraan umat manusia dari persepktif pembangunan kemaritiman.
Ilmu Teknologi Informasi Dakwah berkeyakinan bahwa pembangunan
bangsa Indonesia bisa berkembang ketika cara pandangannya berubah
dari pola pembangunan kontinental ke pembangunan maritim. Hal ini
berdasarkan hasil penelitian Ekonomi Maritim dari La Ode Masihu
Kamaluddin.
Bagaiman perspektif ilmu Teknologi Informasi Dakwah menjelaskan
peran ilmu dalam mensejahterahkan manusia? ilmu Teknologi Informasi
Dakwah (TID) selalu merujuk pada tiga aspek dalam menemukan hakikat
sebuat realitas dari abtsrak menuju realitas. Dengan demikian perlu
dicermati cara kerja dari ilmu ini sehingga dapat bersilaturahmi dengan
ilmu manajemen maritim yang dikemukakan oleh La Ode Masihu
Kamaluddin.
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 7
C. METODE KERJA ILMU TEKNOLOGI INFORMASI DAKWAH
Tujuan dari ilmu pengetahuan menurut perspektif Teknologi
Informasi Dakwah adalah menjelaskan realitas, mentransformasikan,
membahasakan, mengkomunikasikan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah
melalui teknologi untuk memudahkan daya nalar manusia dalam
mempermudah menata hidup dan masa depannya di dunia dan akhirat.
Perspektif ilmu teknologi Informasi Dakwah dalam menjelaskan
pesan-pesan Al-Quran ketika pembangunan itu berorientasi pada
kelautan. Ketika spirit aqidah pembangunan kontinetal di arahkan pada
sistem pembangunan ekonomi maritim maka kesejahteraan umat dapat
tercapai dengan baik di Maluku. Langkah pertama membuat peraturan
pemerintah dan membangun kemandirian nelayan di Maluku dengan
menanamkan pendidikan teknologi kemaritiman.
Langkah kedua dakwah kelautan perlu digalakkan untuk
menggerakkan sadar pajak sejak budaya infaq, shadaqah, dan zakat
sebagai aqidah ekonomi umat sejak dini. Karena ketika fasilitas ekonomi
umat ini dimaksimalkan dengan baik maka infrastruktur pengelolaan laut
sebagai model pembangunan baru di Maluku dapat tercapai dengan baik.
Ketika budaya aqidah infaq, shadaqah, dan zakat telah menjadi budaya
maka umat Islam di Maluku yang jumlah penduduknya sekitar 810 orang
ketika di kali dengan Rp.25000/orang maka jumlah uang yang terkumpul
sebesar Rp. 20.250.000.000 milyar.
Infak umat Islam ini dapat memberikan kontribusi besar
peningkatakan kesejahteraan umat di Maluku. Infaq di dikumpulkan
setiap bulannya dapat membeli kapal cepat dengan fasilitas teknologi
canggih untuk melintasi laut di Maluku. Inilah dampak yang akan
dirasakan masayrakat Maluku ketika sistem ekonomi ZIS bisa menjadi
budaya di tengah masyarakat.
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 8
Ketika maluku telah kuat dengan sumber daya lautnya maka
Indonesia emas telah terbit di Maluku dengan membumikan Al-Quran
dengan menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan biota laut dan
strategi mengolah untuk mensejahterahkan umat sehingga angka kriminal
dapat ditekan dengan memberi ruang kerja yang tinggi bagi publik di
Maluku termasuk di Indonesia pada umumnya.
Kesejahteraan dalam perspektif teori AISYATEK (modal aqidah,
modal intelektual, modal Syari’h, modal entrepreneurship, dan modal
pemanfaatan teknologi informasi) adalah modak utama yang perlu
dimiliki ketika ingin melakukan motivasi pencerahan kesejahteraan umat
manusia. Pembangunan bidang kelautan menurut La Ode Masihu
Kamaluddin yang diruju dalam Al-Quran surah an-Nahl ayat 14. Tafsiran
terhadap ayat ini dalam teori AISYATEK menjelaskan bahwa
pembangunan perkapalan, pelabuhan, dan keramba ikan serta
pengembangan mineral-mineral baru yang tersimpan di dalam laut
Maluku yang bisa dijadikan listrik abadi, batrei abadi, dengan adanya
energi baru di laut Maluku untuk Indonesia itu perlu dilandasai oleh
prinsip-prinsip iman, islam, dan ihsan sebagai etika pengelolaan sumber
daya alam.
Kesejateraan jika ditafsirkan dalam bentuk makanan (tha’am) adalah segala
sesuatu yang dicicipi. Karena itu minuman termasuk pengertian tha’am. Al-Quran
Surat Al-Baqarah ayat 249 menggunakan kata syaiba (minuman) ya’tha’am
(makanan) untuk objek yang berkaitan dengan air minum. Kata ta’am dalam Al-
Quran diulas secara tekstual sebanyak 48 kali yang berkaitan dengan aspek
kesejahteraan.5 Dalam pandangan Ibrahim bin Umar Al-Biqa’i bahwa setiap Allah
berbicara tentang kesejahteraan manusia selalu menggunakan kata yang mesra dan
yang baik sebagai simbol bahwa pentingnya menjaga kesejahteraan dengan
makanan yang baik dan halal. Dalam QS al-Qurais
5
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 9
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). 4.
yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal kriminologi bahwa
salah satu penyebab konflik, pencurian, kematian, dan kelaparan akibat minimnya
kemampuan manusia mengeksplorasi sumber daya alam khususnya bidang
kelautan. Presentasi jumlah kesejahteraan umat yang tersedia dalam laut mencapai
70%.
Dalam Al-Quran surah al-Ma’un menginformasikan bahwa celakalah bagi
orang yang shalat ketika ia tidak berlaku adil terhadap anak yatim. Kata yatin
dalam ayat ini ditafsirkan orang yang sangat membutuhkan kesejahteraan sosial.
Ayat Al-Quran dalam surah al-ma’un sebagai berikut;
Terjemahnya:
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, 2. Itulah orang yang
menghardik anak yatim, 3. dan tidak menganjurkan memberi Makan orang
miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang berbuat riya, 7. dan enggan
(menolong dengan) barang berguna.
Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari
keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di
masyarakat. Sebagian mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat yang
menyebabkan hak orang lain terputus akibat sebagian orang tidak mengeluarkan
infaq, shadaqah, dan zakat.
A. Pembahasan
QS An-Nahl/16:14-16
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 10
14. Dan Dia-lah, Allah yang mempermudahkan, menundukkan lautan (untukmu),
agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-
Nya, dan supaya kamu bersyukur.
Tafsiran ayat
14. Dan dialah yang mempermudahkan
laut di dalamnya ada dangin yang segar
dan kamu keluarkan daripadanya
perhiasan untuk kamu memakainya.
Dan kamu melihat kapal-kapal yang
berlayar padanya yakni di lautan untuk
memikirkan, mencari karunianya dan
mudah-mudahkan kamu bersyukur
15. Dan Dia menancapkan gunung-
gunung di bumi supaya bumi itu, kuat
dan tidak goncang bersama kamu, (dan
Dia menciptakan) sungai-sungai dan
jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk,
16. Dan Allah ciptakan bintang-bintang
sebagai tanda-tanda (penunjuk jalan).
dan dengan bintang-bintang Itulah
sebagai petunjuk dan media
komunikasi untuk memudahkan
manusia mendapatkan karunia Allah.
Syarah:
Inilah salah satu contoh kebesaran
Allah yang diperlihatkan oleh manusia
untuk memenuhi kesejahteraan
hidupnya dengan berbagai rezki yang
Allah sediakan di bumi khususnya
dalam laut.
17. Maka Apakah (Allah) yang
menciptakan itu sama dengan yang
tidak dapat menciptakan (apa-apa) ?.
Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran.
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 11
18. Dan jika kamu menghitung-hitung
nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
19. Dan Allah mengetahui apa yang
kamu rahasiakan dan apa yang kamu
lahirkan.
Ayat ini memberikan informasi kepada manusia dalam memenuhi
kesejahteraan hidupnya sebagaimana Allah telah menyediakan daging segar
berupa ikan-ikan untuk kebutuhan hidup manusia. Ayat ini menyebut ikan dalam
laut di sebut ”lahman” ikan yang segar untuk dikonsumsi oleh manusia.
Selain itu Allah sediakan hilyah(perhiasan, mineral-mineral baru) untuk
menamba performan manusia maka Allah swt menyedian perhiasan untuk dipakai
dalam melakukan interaksi sosial. Allah keluarkan dua jenis perhiasan yakni; lu’lu
wal marjan” dari ”yakhruju minhu wa lu’lu wal marjan”) ayat ini ada
munasabahnya dengan QS Fathir ayat 12 dan QS Al-Jasyiah ayat 12. Dalam
Surah Fathir ayat 12
12. dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, enak, sedap diminum
dan yang lain asin lagi pahit. dan dari masing-masing laut itu kamu dapat
memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat
kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu Lihat kapal-kapal berlayar
membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu
bersyakur.
Kaitannya dengan penjelasan Allah swt dalam ayat yang lain Surah Ar-
Rahman ayat 19 Allah swt berfirman
19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, 20.
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [1443]. 21. Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? 22. dari keduanya
keluar mutiara dan marjan.
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 12
Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan Maksudnya
masing-masingnya tidak menghendaki. dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah
bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting,
tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) Maka pada
akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka
bertemulah dua lautan itu. Seperti terusan Suez dan terusan Panama. Kedua laut
dan air tawar ini masing-masing Allah telah sediakan berbagai macam produksi
makanan yang berkembang sesuai sistem yang telah di atur oleh Allah kepada
ciptaannya.
Selain itu Allah swt sediakan muatiara ari laut dan mutiara di air tawar
sebagai perhiasan yang jika dikelolah dengan baik akan berubah menjadi Mahal.
Dan kamu melihat ada kapal-kapal yang berlayar di lautan untuk mencari
karunia yang berlimpah berberkah ketika cara mendapatkan sesuai akhlaq Al-
quran. Dalam Tafsir Ibnu Katsir karunia yang diambil dalam laut dengan tidak
merusak ekosistem laut, sehingga kebesaran Allah swt sebagai sumber kebutuhan
manusia tetap terjaga pertumbuhan dan perkembangannya agar ketersediaan
pangan tetap terjaga. Ketika ahklak mengolah laut itu sesuai sistem sunnah Allah
swt. Ini salah satu keuntungan jika paradigma berpikir kita berorentasi pada laut
karena informasi dalam Al-Quran kekayaan laut sebagai kebutuhan hidup manusia
tidak akan pernah habis karena luar laut 73% atau ¾ laut dan ¼ daratan. Dan salah
satu hubungan erat Quran Surat An-Nahl ayat 14 dengan Al-Qurna Surah An-Nur
menjelaskan bahwa laut memiliki misteri sebagaimana dijelaskan dalam QS An-
Nur ayat 40.
40. atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang
di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-
bertindih, apabila Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya,
(dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia
mempunyai cahaya sedikitpun.
Adapun keadaan gelapnya hidupnya orang-orang kafir, hidupnya seperti
berada di laut yang sangat dalam ”bahrul lujjiyyin” Imam Qatata menanfsirkan
Al-Quran Surah An-Nur ayat 40 ini bahwa ”lujjiyyin” itu adalah laut yang sangat
dalam. Dimana diatas dasar laut ada ombak tetapi di dalam laut itu pula ada
ombak. Dalam penelitian di laut merah yang kedalamannya samai tiga kilo meter
itu didasarnya laut sangat panas. Selain itu di dalam laut india ada laut yang
kedalamannya tujuh kilometer. Kedalam ini sampai saat ini belum ada para
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 13
ilmuan yang mampu menjelaskan kandungan laut yang memiliki kedalam tujuh
kilometer. Inilah yang disebut dalam Al-Quran dengan istilah ”
mungkin lokasi ini yang disebut laut antartika yang disebut dengan dengan
”bahrun mijjiyyin” dalam laut yang gelapa ini ada ombak yang gelap dan sangat
menakutkan. Dari ayat ini dapat dijelaksan bahwa orang-orang kafir itu memiliki
prilaku yang sangat ganas tidak mampu keluar dari kesulitannya dan sifat
hitamnya yang kelam dan cenderung berpotensi merusak sesama ciptaan Allah
swt. Ia hidup di dunia hitam sebagai hitamnya laut yang gelap. Ayat ini
merupakan amstal(perumpamaan) orang-orang yang tidak mendapat cahaya Ilahi
di dunia ini. Ini salah satu bentuk tafsiran dari kata ”bahrun mijjiyyin” yang
memberikan penjelasan kepada orang yang hidup di tengah kegelapan
sebagaimana perumpamaan laut yang dalam dan hitam tanpa ada cahaya yang
menembusnya kecuali cahaya batin yang dalam pula kemisteriannya.
Tafsiran lain dari ayat ini bahwa ketika seseorang yang tidak memiliki ilmu
tentang kelautan ia juga terasa gelap mau diapakan laut ini bagi kemaslahatan
umat manusia. Berdasarkan tamsil ini menggambarkan bahwa kesejahteraan umat
manusia ketika ia memiliki ilmu pengetahuan dalam mengolah laut untuk
kesejahteraan umat manusia. Atau dapat ditafsirkan bahwa ketika masih
menggunakan paradigm kontinental oriented maka sulit mendapatkan
kesejahteraan yang lebih baik.
Kemudian penjelasan ayat ini dalam hadis riwayat Iman Abu Dawud
Rasulullah saw bersabda ”la yarkabul bahr illah hajjun aumu’tamirun aughasil
fisabilillah fa inna tahtal bahri naran wa tahta nari bahran. (tidaklah yang
mengharungi lautan itu merebah lautan/mengarungi keculi orang yang pergi ke
mekah untuk melakukan haji, umra, atau orang yang menggunakan laut sebagai
tempat berjuang, berjihat, berperang dengan semangat fisabilillah, maka
sesungguhnya dibawah laut itu ada api dan dibawah api itu ada laut), dalam kitab
Ta’rifu Al-Bahr fil Ghaswi.
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 14
Hadis ini Rasulullah menjelaskan bahwa dibawa laut ada api dan dibawa api
ada laut. Hadis ini ditafsirkan oleh ulama berbeda kualitasnya ada yang
mengatakan dhaif dan ada yang mengatakan hasan. Yang terpenting dari
penjelasan hadis ini adalah maslaha yang bisa didapatkan untuk menggambarkan
keadaan laut tersebut. Penafsiran ulama terhadap hadis ini bahwa yang berlaku
dihari kiamat laut yang pans itu akan mengguncang dunia pada hari kiamat.
Sebagaimana temuan para ahli tsunami di Jepang dan yang terjadi di Aceh air
yang hitam dan sangat panas.
QS Al-Infithar; 1. apabila langit terbelah, 2. dan apabila bintang-bintang jatuh
berserakan, 3. dan apabila lautan menjadikan meluap mendidih.
Para ulama menafsirkan hadis ini bahwa pada hari kiamat itu laut akan
dikoversi menjadi panas, mendidih apabila Allah swt memanaskan laut maka ia
tampak meluap-luap seakan-akan menggelegar bumi.
Salah satu tafsiran dari ayat ini bahwa simbol laut yang tidak kena cahaya
dengan laut yang terkena cahaya laksana orang kafir dan orang yangberiman. Laut
yang terkena cahaya mendapatkan warna kebiruan yang sangat indah dan
menakjubkan sedangkan laut yang tidak terkena cahaya hitam pekat dan menurut
hasil riset para ilmuan tidak ada kehidupan di dasar laut yang gelap itu. Dalam
QS Athur ayat 1 lain disebut ”wal bahril masjur” (laut yang dipanaskan). Kata
masjid dari fiil sajarah artinya memanas. Air dan api sebuah unsur yang sangat
berlawanan. Tetapi mengapa yang berlawan ini dapat disatukan. Para ulama
menjelaskan yang dijelaskan dalam QS At-Taqwir akrena ayat ini berhubungan
dengan peristiwa akhirat.
Timbul persoalan apakah Nabi pernah mengeksplorasi informasi tentang
biota laut dan mampu mengetahui bahwa di dalam laut ada api, dan dibawa api
ada laut. Apakah pernah Nabi berlayar sehingga mampu menjelaskan misteri laut
pada tahun 500 para sahabat di antar ke negeri habasyah yang dipimpin oleh Ja’far
Abu Thalib, Habasyah ini berada antara di Benua Afrika dan semenanjung Tanah
Arab tapi dalam sejarah Nabawi dalam perjalanan itu Nabi tidak berangkat ke
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 15
Habasyah hanya sahabat yang berangkat dengan kapal. Dalam sejarah ini
menginformaskan bahwa Nabi sama sekali tidak pernah mengeksplorasi biota laut
secara ilmiah walaupun saat itu sudah ada kapal. Pertanyaanya siapa yang
memberikan informasi kepada Nabi bahwa dalam laut ada api dan dibawah api
ada laut. Jawabannya Allah langsung yang mengkopy paste dalam jiwa Nabi
dengan ilmunya yang maha luas.
Setelah perang dunia ke-2 para ekspedisi telah menjelajahi laut untuk
mencari harta karung dan sisa-sisa peradaban kuno akibat pertemuran masa lalu
yang jatuh dibawa laut. Pada saat menereka menjelajahi laut tiba-tiba mereka
terkejut mendapatkan deretan gunung-gunung vulkanik/vulkano hasil dari
gunung-gunung merapi dalam laut yang panjangnnya 64 ribu kilometer dan
kedalaman 65 kilometer di atas permukaan laut. Selain itu ada proyek penelitian
besar yang dilakukan oleh Negara Arab, Italia, Amerika, Jerman, dan Sudan.
Mereka mencari kekayaan mineral dalam dasar laut di laut merah yang dalamnya
tiga ribu meter dengan menggunakan alat untuk mengangkat mineral tetapi
mereka tidak mampu mendekatinya karena panasnya laut tersebut. Ketika malat
mereka mendapatkan kandungan meneral ia itu gumpalan tanah dan air yang
sangat panas mencapai 300 derajat celsius. Fakta ilmiah yang dijelaskan oleh
Hadis rasulullah yang diriwayatkan Imam Abu Dawud.
Selain itu laut juga tempat Syetan(panas) membina pergerakannya merusak
manusia dalam memuja Allah sehingga laut perlu dicermati dengan baik untuk
mendapatkan penjelasan yang lebih banyak manfaatnya bagi kesejahteraan
masyarakat Maluku. Dalam AL-Quran surah An-Nahl hanya kesejahteraan ikan
dan sumber manakan bagi kesejahteran umat manusia. Selain itu air laut juga
dapat dijadikan sebagai alat bersuci untuk beribadah pada Allah. Selain itu bagi
orang yang melakukan ibadah haji tidak boleh membunuh makhluk di darat
sementara membunuh ikan di laut bole ini salah satu spirit pentingnya laut sebagai
sumber kesejahteraan manusia. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Uhillalakum
sayyidul bahri, wa ta’amuhu mata’akum sayyarah wahurrimalaikum saidul barri
ma duktumhuruma. Inilah istimewa laut sebagai sumber kebutuhan dan
kesejahteraan laut.
Syarifudin, Paradigma Keilmuan Teknologi Informasi Dakwah Melahirkan Teori AISYATEK 16
Semakin tinggi jumlah umat Islam menetapkan hidupnya dengan
pola AISYATEK semakin tinggi potensi kesejahteraan umat dalam
menyikapi segala macam problematika hidup. Semakin rendah pola
AISYATEK dalam menata kehidupan umat semakin tinggi dampak
kriminal yang muncul di tengah masyarakat.
Metode Menggerakkan kemandirian umat untuk mencapai sasaran
keadilan dan kesejahteraan umat dengan pola peningkatkan AISYATEK
dalam aspek berpikir, berkomunikasi, dan berprilaku melalui spirit
aqidah cinta pada Al-Quran sebagai modal untuk sukses di dunia dan
sukses di akhirat. Serendah rendahnya ilmu jika hanya sampai di tepian
lidah dan setinggi-tingginya ilmu ketika hanya sampai ditepian prilaku.