STUDI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI
DEWASA AWAL YANG HIJRAH DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Universitas Medan Area
OLEH :
MOHAMMAD AFDAL BAZARUDDIN
14.860.0171
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS MEDAN AREA
UNIVERSITAS MEDAN AREA
UNIVERSITAS MEDAN AREA
UNIVERSITAS MEDAN AREA
Studi Identifikasi Faktor-faktor Resiliensi pada Dewasa Awal yang Hijrah di Kota Medan
Mohammad Afdal Bazaruddin 14.860.0171
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kontribusi Faktor-resiliensi mana yang paling mempengaruhi orang yang sudah Hijrah di Kota Medan. Sampel penelitian ini berjumlah 54 Orang Dewasa Awal yang berada di Kota Medan. Kepada responden diberikan 1 skala yaitu skala Resiliens/Recilence Quotient Test yang bertujuan untuk melihat seberapa tinggi Resiliensi yang dimiliki responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah F%. Dari hasil analisis presentase setiap faktor ini menghasilkan. Faktor yang paling mempengaruhi Resiliensi seseorang di Kota Medan ialah Impulse Control disusul oleh Emotion Regulation dan yang lainnya. Dengan data sebagai berikut: Emotion Regulation dengan kontribusi sebesar 0.802, Impulse Control dengan kontribusi sebesar 0.664, Optimism dengan kontribusi sebesar 0.571, Casual Analysis dengan kontribusi sebesar 0.782, Empathy dengan kontribusi sebesar 0.726, Self-efficacy dengan kontribusi sebesar 0.690, Reaching out dengan kontribusi sebesar 0.670.
Kata kunci : Resiliensi, Hijrah, Dewasa Awal
UNIVERSITAS MEDAN AREA
ABSTRACT
This study is to know the contribution of the Recilince factors and how it affect the
Hijrah of adults in the city of Medan. The sampel of this study is 54 adult
people that has gone trough Hijrah that lives in Medan. Each respondent is
given a Recilience Quotient Test to see how much the Recilience Factor
Afects the Hijrah of adults in the city of Medan. Methode of Analysis that is
used in this study is F%.the outcome of this Analysis is that the most Factor
that affects someones Recilience in Hijrah is Emotion Regulition as much as
0.802, Impulse Control with the contribution of 0.664, Optimism with the
contribution of 0.571, Casual Analysis with the contribution of 0.782,
Empathy with the contribution of 0.726, Self-efficacy with the contribution
of 0.690, Reaching out with the contribution of 0.670.
Key Words : Resilience, Hijrah, Early Adulthood
UNIVERSITAS MEDAN AREA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih setia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini. Saya menyadari bahwa keberhasilan saya dalam menyelesaikan tulisan
skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, dukungan dan doa-doa orang yang
saya kasihi dan mengasihi saya maka dari itu untuk kesempatan ini saya ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Kepada Ibunda tercinta Masitah Maga Rangkuti selaku guru pertama yang
telah mendidik saya dari kecil hingga saat ini saya ucapkan Jazakallah
Khairan.
2. Kepada Yayasan pendidikan Haji Agus Salim yang telah mendirikan
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area sehingga saya dapat lebih
banyak belajar mengenai ilmu Psikologi di Universitas Medan Area ini.
3. Kepada Bapak Prof. Dr. H. A. Ya’kub Matondang, MA selaku Rektor
Universitas Medan Area yang telah mengabdi ungtuk dunia pendidikan
khususnya di Universitas Medan Area
4. Kepada Prof. Dr. H. Abdul Munir M.pd selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Medan Area yang telah berdedikasi tinggi dan memberikan
kepedulian kepada semua Mahasiswa Fakultas Psikologi. Tetap semangat
dan tetap berjiwa muda pak.
5. Kepada Bapak Hairul Anwar Dalimunthe, S.Psi M.Psi selaku Wakil dekan
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area yang memberikan semangat
UNIVERSITAS MEDAN AREA
ii
kepada seluruh Mahasiswa yang sedang menyusun Skripsi dengan Canda
dan Humor yang membangun.
6. Ibu Faridah Hanum, S.Psi M.Psi selaku dosen Penasehat Akademik yang
juga telah memberikan perhatiannya terhadap saya dalam Skripsi ini.
7. Kepada Ibu Salamiah Sari Dewi S.Psi M.Psi selaku dosen pembimbing I
saya. Ditengah kesibukannya beliau tetap menyempatkan waktunya untuk
membimbing dan memberikan perhatian serta arahan kepada saya dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
8. Kepada Bapak Mulia Siregar Drs. M.Psi, selaku dosen pembimbing II dan
juga selaku kepala Jurusan Bidang Perkembangan yang juga telah banyak
memberikan perhatian dan arahan agar skripsi ini tesusun dengan baik.
9. Kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi terima kasih atas semua ilmu
yang telah diberikan kepada saya selama berkuliah di Fakultas Psikologi
Universitas Medan Area.
10. Kepada kak Lily, bang mimi, Ibu tatik, yang telah memberikan waktunya
untuk mengurus pemeriksaan berkas-berkas sidang saya sampai pada
akhirnya saya dapat melakukan ujian sidang skripsi.
11. Kepada seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Psikologi Universitas Medan
Area yang juga sangat membantu saya dalam pengurusan berkas dalam
penyusunan skripsi ini.
12. Kakak dan Bapak saya yang selalu memberikan Motivasi dan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
iii
13. Teman-teman yang telah membantu terkhusus Muhammad Nur Ikhsan
Sinulingga, Muhammad Reza Akbar Siregar dan Khairawani Luthfi
(kid/introvert/kawai/kakak) saya ucapkan Jazakallah Khairan.
Akhir kata, semoga Tuhan selalu menyertai kita semua dimanapun kita
berada dan memberikan kasih dan rahmatnya kepada Bapak – Ibu dan Teman-
teman semua. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Peneliti
Mohammad Afdal Bazaruddin
UNIVERSITAS MEDAN AREA
iv
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................................................. 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 9
1. Manfaat Praktis ............................................................................................... 9
2. Manfaat Teoritis ............................................................................................. 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 9
A. Definisi Dewasa Awal................................................................................ 10
1. Definisi Dewasa Awal………………………………………………..10
1. 10 Ciri-ciri Umum Dewasa Awal ........................................................ 11
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal .................................................... 12
B. Resiliensi .................................................................................................... 13
1. Pengertian Kematangan Emosi ............................................................ 13
2. Fungsi resiliensi ................................................................................... 15
3. Fase Resiliensi ...................................................................................... 17
4. Faktor-faktor Resiliensi ........................................................................ 18
C. Hijrah ......................................................................................................... 29
1. Definisi Hijrah ..................................................................................... 29
D. Kerangka Konseptual ................................................................................. 32
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 33
A. Identifikasi Variabel ................................................................................... 33
B. Definisi Operasional................................................................................... 33
C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 34
1. Populasi ................................................................................................ 34
2. Sampel .................................................................................................. 34
3. Teknik Sampling .................................................................................. 34
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 35
UNIVERSITAS MEDAN AREA
v
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .......................................................... 36
1. Validitas ............................................................................................... 36
2. Reliabilitas............................................................................................ 37
F. Analisis Data .............................................................................................. 38
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 39
A. Persiapan Penelitian ................................................................................... 39
1. Persiapan Penelitian ............................................................................. 39
2. Persiapan Alat Ukur Penelitian ............................................................ 40
3. Persiapan Alat Ukur Penelitian ............................................................ 40
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 41
1. Uji Normalitas ...................................................................................... 41
2. Hasil Perhitungan Analisis Faktor ....................................................... 42
3. Distribusi Penyebaran Butir Faktor-faktor Resiliensi .......................... 42
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 60
1. Hasil Analisis Pengaruh Faktor-faktor Reseiliensi Pada Dewasa
Awal yang Hijrah ................................................................................ 43
D. Pembahasan ................................................................................................ 49
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 66
A. Simpulan .................................................................................................... 66
B. Saran ........................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 70
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ................................................................................................................ 71
A. Uji Normalitas ............................................................................................ 72
B. Analisis Factor ........................................................................................... 75
C. Skala Resiliensi .......................................................................................... 79
UNIVERSITAS MEDAN AREA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk berakal kita senantiasa mengevaluasi setiap langkah
perbuatan dan keputusan yang kita ambil, adapula hasil dari evaluasi ini ialah
berupa pilihan untuk merubah atau berubah. Manusiamerupakan makhluk yang
aktif terus berubah dan tidak statis. Ketika seseorangberubah dalam hal pekerjaan,
sosial, kesehatan, pendidikan, dan ibadah maka pastilah ada hal yang
mempengaruhi mau itu geografis, material danideologi .
Islam merupakan agama dengan penganut terbanyak di Indonesia namun
hal ini bukan berarti tidak adanya kebimbangan agama karena pada kenyataanya
tidak semua individu mengintegretasikan nilai-nilai agama yang benar dalam
kehidupannya. Sebagaimanadari sampel yang diambil W. Starbuck terhadap
mahasiswamiddleburg college, tersimpul bahwa dari remaja usia 11-26 tahun
terdapat 53% dari 142 mahasiswa yang mengalami konflik dan keraguan tentang
ajaran agama yang mereka terima. Dari analisa hasil penelitiannya W.Starbuck
menemukan penyebab timbulnya keraguan antara lain adalah faktorkepribadian
yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin, kesalahan organisasi keagamaan
dan pemuka agama, pernyataan kebutuhan manusia, kebiasaan,
pendidikandan pencampuran antara agama dan budaya.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2
Namun terlepas memiliki faktor-faktor di atas ada individu-individu yang
tetap berubah/bangkit dan tidak menjadikan hal itu sebagai alasan bimbang atau
terperosotnya kedalam perbuatan-perbuatan negative.Hal ini dikenal sebagai
Hijrah secara garis besar Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hijrah ada dua
macam: Hijrah fiik,yakni hijrah dan sebuah negeri ke negeri lain dan Hijrah
spiritual, yakni hijrahnya hati manusia kepada Allah dan Rasul-Nya.
Hijrah spiritual yang dimaksud ialah perjalanan kembalinya seorang
hamba dengan penuh ketataan (itha’ah) kepada Allah dan rasul-Nya adalah
sebuah penjalanan yang harus ditempuh oleh setiap hamba. Karena hanya dengan
kembali kepada Allah dan rasul-Nya ia terjamin dariazab yang mengancamnya.
Disamping hijrah inilah yang dituntut dan diinginkan oleh Sang pencipta dan
hamba-hambaNya.Belakangan ini Hijrah kata yang asing diperdengarkan
terdahulu sekarang berubah derastis menjelma menjadiHashtag yang sedang
viral/booming dan menjadi perbincangan yang sering dibincangkan oleh
masyarakat umum maupun khusus terutama pada lingkungan mahasiswa, dimana
mahasiswa mulai kritis dan lebih memperhatikan Agama mereka.
Hal ini sejalan dengan pemikiran Fowler, J. (1981), Pada Tahap 4 dari 6
Tahap yaitu: Iman individuatif-reflektif (masa dewasa awal) di tahap ini untuk
pertama kalinya individu mampu sepenuhnya bertanggung jawab terhadap
keyakinan religiusnya. Tahapan ini dikatakan juga berkaitan dengan manusia
dewasa yang mulai mengatur hidupnya sendiri dan meninggalkan rumah
orangtuanya. Pikiran kritis terlah berkembang di masa ini. Orang-orang dewasa
UNIVERSITAS MEDAN AREA
3
mulai mempertanyakan “apakah doktrin agama yang diajarkan kepada saya itu
benar atau adakah keyakinan yang lain yang harus saya ikuti?”
Menurut Fowler, J. (1981), pemikiran yang kritis ini juga berkaitan dengan
pendidikan tinggi yang selalu mengajarkan mahasiswa untuk berpikir kritis.
Kehidupan di kampus memiliki peranan penting dalam pembentukan iman pada
tahapan ini.
Manefestasi dari yang telah disebutkan di atas antara lain dapat dilihat dari
fenomena yang sedang maraknya terjadi saat iniyaitu fenomena perubahan secara
masal yang di isyaratkan sebagai Hijrah sebagaimana yang dikutip dalam
AYOBANDUNG.com . Rahmat (dalam Wijayani 2008). Adapula trend dimana
para pria memotong celananya agar terlihat cingkrang (tidak menutup mata kaki)
dan menumbuhkan janggut serta para wanita memakai hijab yang tentunya syar'i
hal-hal semacam ini merupakan bukti secara fisik dari Hijrahnya seseorang namun
fenomena Hijrah ini selain ditandai dengan perubahan cara berpakaian juga
ditandai dengan perubahan sikap dan perilaku yang mana individu meninggalkan
hal-hal yang dilarang didalam agama Islam. Dari Abdullah bin Umar Radiyallahu
Anhu. Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda“Muslim itu adalah yang
menjadikan muslim yang lain selamat dari lisan dan tangannya. Orang yang
berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa saja yang telah Allah larang
(HR.Al-Bukhari, Abu Dawud, An Nasa’i, Ahmad).
Inilah fenomena yang sedang maraknya terjadi contoh lainnya adalah The
Shift sebuah komunitas yang didirikan oleh para pemuda yang Hijrah di kota
Bandung, menjadi wadah tempat ngumpul dan belajar para pemuda di sana.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
4
Sebagaiman di beritakan oleh Detik.com Rabu 31 Mei 2017. Namun Hijrah yang
dilakukan Idividu-individu maupun masal ini bukanlah tanpa konflik dan tidak
terlepas dari cobaan apakah itu dalam bentuk tatapan sinis, ledekan, pengucilan
sosial dan tuduhan Stereotype yang tidak segan-segan di ucapkan di depan umum
(between people) dan dapat berujung pada konflik diri individu (within people),
(Wijayani, 2008).
Sama halnya di kota Medan dimana maraknya seminar, ceramah dan
Tabligh Akbar dengan tema Hijrah yang mana menunjukan benar adanya trend
massal dikalangan umat Islam sebagaimana dikutip di medan.tribunnews.com dan
event.ceritamedan.com
Konflik yang ada akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman, cemas
serta berbagai emosi yang akan mempengaruhi hidup dan hubungan sosialnya
dengan lingkungan sekitar. Individu yang Hijrah harus mampu menghadapi dan
mengatasi konflik yang ada sehingga ia dapat meneruskan kehidupannya dengan
lebih baik dan optimal. Menurut Davis (1999), kemampuan individu untuk
menghadapi dan mengatasi konflik yang ada disebut sebagai resiliensi.
Resiliensi adalah kemampuan seorang individu untuk mampu bertahan dan
berkembang secara positif dalam situasi yang penuh tekanan, resiliensi harus
dipahami sebagai kemampuan individu tidak sekedar berhasil dalam beradaptasi
terhadap resiko atau kemalangan namun juga memiliki kemampuan untuk pulih,
bahagia dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat, lebih bijak dan lebih
menghargai kehidupan (Grotberg, 1995).
UNIVERSITAS MEDAN AREA
5
Seseorang yang Hijrah tentulah memiliki resiliensi agar mampu
beradaptasi dan mengatasi perubahan, tekanan dan interaksi yang dihadapi,
menjadi pribadi yang tangguh dan kuat. Untuk dapat menjadi individu yang
resilien, seseorang harus memiliki keahlian yang disebut oleh Reivich dan Shatte
(2002) dengan istilah tujuh faktor resiliensi. Tujuh faktor resiliensi yaitu, regulasi
emosi, pengendalian impuls, optimisme, causal analysis, empati, self-efficacy dan
reaching out. Masing-masing individu memiliki kekuatan yang berbeda-bedapada
setiap faktor (Reivich dan Shatte, 2002). Perbedaan kekuatan pada setiap faktor
resiliensi yang terdapat pada masing-masing individu akan mempengaruhi
kemampuan resiliensi seorang individu.
Resiliensi sepenuhnya berada dalam kontrol individu dan kemampuan
ini dapat dikuasai oleh individu manapun oleh proses latihan (Reivich dan
Shatte, 2002). Ketika orang yang Hijrah terus menerus berusaha untuk
meningkatkan kemampuan tujuh faktor resiliensi yang ada pada dirinya, maka
bersamaan dengan itu kemampuan resiliensi yang dimiliki dengan sendirinya
akan meningkat.
Resiliensi tidak hanya ditekankan pada hasil akhir yang positif dimana
individu mampu bertahan dan pada akhirnya mampu berkembang secara
positif. Resiliensi juga harus dilihat secara utuh sebagai suatu proses, dengan
melihat faktor-faktor pendukung yang berkontribusi dalam membentuk seorang
individu yang resilien (Reivich dan Shatte, 2002). Mustahil bagi seseorang
untuk dapat menjadi resilien tanpa terlebih dahulu melewati tahap-tahapyang
mana ada melibatkan faktor-faktor pendukung baik yang datang dari dalam
individu tersebut maupun dari lingkungan.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
6
Reivich dan Shatte (2002), memaparkan tujuh faktor yang membentuk
resiliensi, yaitu Emotion Regulation, Impulse Control, Optimism, Causal
Analysis, Empathy, Self-efficacy dan Reaching out.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian
yang bertujuan untuk menelusuri lebih dalam mengenai Studi Identifikasi
Faktor-faktor Resiliensi pada Dewasa Awal yang Hijrah di Kota Medan.
1.2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
peneliti membatasi penelitian ini pada Studi Identifikasi Faktor-faktor
Resiliensi pada Dewasa Awal yang Hijrah di Kota Medan.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
7
1.3. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dijelaskan maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar kontribusi Emotion Regulationterhadap dewasa
awal yang Hijrah?
2. Seberapa besar kontribusi Impulse Control terhadap dewasa
awal yang Hijrah?
3. Seberapa besar kontribusi Optimism terhadap dewasa awal yang
Hijrah?
4. Seberapa besar kontribusi Causal Analysis terhadap dewasa
awal yang Hijrah?
5. Seberapa besar kontribusi Empathy terhadap dewasa awal yang
Hijrah?
6. Seberapa besar kontribusi Self-efficacy terhadap dewasa awal
yang Hijrah?
7. Seberapa besar kontribusi Reaching out terhadap dewasa awal
yang Hijrah?
UNIVERSITAS MEDAN AREA
8
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar kontribusi Emotion Regulation terhadap dewasa
awal yang Hijrah
2. Seberapa besar kontribusi Impulse Control terhadap dewasa awal
yang Hijrah
3. Seberapa besar kontribusi Optimism terhadap dewasa awal yang
Hijrah
4. Seberapa besar kontribusi Causal Analysis terhadap dewasa awal
yang Hijrah
5. Seberapa besar kontribusi Empathy terhadap dewasa awal yang
Hijrah
6. Seberapa besar kontribusi Self-efficacy terhadap dewasa awal
yang Hijrah
7. Seberapa besar kontribusi Reaching out terhadap dewasa awal
yang Hijrah
UNIVERSITAS MEDAN AREA
9
1.5.Manfaat Penelitian
Adapula manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis:
1.5.1.Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
sumbangan pemikiran bagi dunia psikologi khususnya, serta menjadi
salah satu bahan kajian untuk penulisan ilmiah berkenaan dengan faktor
Resiliensi.
1.5.2.Manfaat praktis
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi para Dewasa
Awal yang Hijrah, agar dapat melihat faktor apa yang paling
berkontribusi dalam Reseliensi orang yang Hijrah.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dewasa Awal
1 Definisi Dewasa Awal
Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock,
Developmental Psychology, 1991). Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa
remaja. Hurlock (1986) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18
tahun sampai kira-kira usia 40 tahun. Secara umum, mereka yang tergolong
dewasa awal ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Santrock (1999), orang
dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik, transisi secara intelektual
serta transisi peran sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak
dari perkembangan sosial masa dewasa.
Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi
sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan
penting. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai
menjalin hubungansecara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1986)
mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu initinya
dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan
cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Hurlock (1986)
mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia
UNIVERSITAS MEDAN AREA
11
40 tahun.Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik
secara fisik, transisi secara intelektual serta transisi peran sosial.
2. Ciri-ciri Umum Dewasa Awal
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan
yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah
kelanjutan dari masa remaja, sehingga ciri-ciri masa dewasa awal tidak jauh
berbeda dengan masa remaja.
Ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock (1986):
a) Masa dewasa awal sebagai usia reprodukti, masa ini ditandai dengan
membentuk rumah tangga. Pada masa ini khususnya wanita, sebelum usia
30 tahun, merupakan masa reproduksi, dimana seorang wanita siap
menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu. Pada masa ini, alat-alat
reproduksi manusia telah mencapai kematangannya dan sudah siap untuk
melakukan reproduksi.
b) Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah. Setiap masa dalam
kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan, sehingga seseorang harus
melakukan penyesuaian diri kembali terhadap diri maupun lingkungannya.
Demikian pula pada masa dewasa awal ini, seseorang harus banyak
melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan kehidupan perkawinan, peran
sebagai orang tua dan sebagai warga negara yang sudah dianggap dewasa
secara hukum.
c) Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan
emosional. Ketegangan emosional seringkali ditampakkan dalam
ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau
UNIVERSITAS MEDAN AREA
12
kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada tercapainya
penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat
tertentu atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam
penyelesaian persoalan.
d) Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan nilai.
Ketergantungan disini mungkin ketergantungan kepada orang tua, lembaga
pendidikan yang memberikan beasiswa atau pada pemerintah karena
mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.
Sedangkan masa perubahan nilai masa dewasa awal terjadi karena
beberapa alasan seperti ingin diterima pada kelompok orang dewasa,
kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi perkembangan orang dewasa awal mengacu pada tugas-tugas
perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurst, 1953 (dalam Hurlock,
1986), mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal
sebagai berikut :
a) Memilih teman (sebagai calon istri atau suami)
b) Belajar hidup bersama dengan suami/istri
c) Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
d) Mengelola rumah tangga
e) Mulai bekerja dalam suatu jabatan
f) Mulai bertanggung jawab sebagai warga Negara
B. Resiliensi
1. Definisi Resiliensi
Resiliensi merupakan gambaran dari proses dan hasil kesuksesan
beradaptasi dengan keadaan yang sulit atau pengalaman hidup yang sangat
UNIVERSITAS MEDAN AREA
13
menantang, terutama keadaan dengan tingkat stres yang tinggi atau
kejadiankejadian traumatis (O’Leary, 1998; O’Leary & Ickovics, 1995; Rutter,
1987). Menurut Reivich. K dan Shatte. A yang dituangkan dalam bukunya “The
Resiliency Factor” menjelaskan resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi
dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam
kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan
kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya (Reivich.
K & Shatte. A, 2002 ).
Menurut Jackson (2002) resiliensi adalah kemampuan individu untuk
dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit.
Dalam ilmu perkembangan manusia, resiliensi memilki makna yang luas dan
beragam, mencakup kepulihan dari masa traumatis, mengatasi kegagalan dalam
hidup, dan menahan stres agar dapat berfungsi dengan baik dalam mengerjakan
tugas sehari-hari. Dan yang paling utama, resiliensi itu berarti pola adaptasi yang
positif atau menunjukkan perkembangan dalam situasi sulit (Masten & Gewirtz,
2006).
Resiliensi dipandang oleh para ahli sebagai kemampuan untuk bangkit
kembali dari situasi atau peristiwa yang traumatis. Siebert (2005) dalam bukunya
The Resiliency Advantage memaparkan bahwa yang dimaksud dengan resiliensi
adalah kemampuan untuk mengatasi dengan baik perubahan hidup pada level
yang tinggi, menjaga kesehatan di bawah kondisi penuh tekanan, bangkit dari
keterpurukan, mengatasi kemalangan, merubah cara hidup ketika cara yang lama
dirasa tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada, dan menghadapi permasalahan
tanpa melakukan kekerasan.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
14
Grotberg (2003) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan
seseorang untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah
dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup, karena setiap orang itu
pasti mengalami kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada seseorang yang
hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun kesulitan.
Reivich. K dan Shatte. A (2002) dalam bukunya “the resiliency factor”
menjelaskan bahwa arti resiliensi itu adalah kemampuan untuk mengatasi dan 23
beradaptasi bila terjadi sesuatu yang merugikan dalam hidupnya. Bertahan dalam
keadaan tertekan sekali pun, atau bahkan berhadapan dengan kesengsaraan
(adversity) maupun trauma yang dialami sepanjang kehidupannya. Resiliensi
bukanlahlah suatu trait, akan tetapi bersifat kontinum, sehingga tiap individu
dapat meningkatkan resiliensinya (Reivich & Shatte, 2002).
Dari berbagai pengertian resiliensi yang telah dipaparkan dapat
disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan
tidak menyerah pada keadaan-keadaan yang sulit dalam hidupnya, serta berusaha
untuk belajar dan beradaptasi dengan keadaan tersebut dan kemudian bangkit dari
keadaan tersebut dan menjadi lebih baik.
2. Fungsi resiliensi
Sebuah penelitian telah menyatakan bahwa manusia dapat menggunakan
resiliensi untuk hal-hal berikut ini (dalam Reivich & Shatte, 2002):
a) Overcoming Dalam kehidupan terkadang manusia menemui
kesengsaraan, masalahmasalah yang menimbulkan stres yang tidak
dapat untuk dihindari. Oleh karenanya manusia membutuhkan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
15
resiliensi untuk menghindar dari kerugiankerugian yang menjadi
akibat dari hal-hal yang tidak menguntungkan tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menganalisa dan mengubah cara pandang
menjadi lebih positif dan meningkatkan kemampuan untuk mengontrol
kehidupan kita sendiri. Sehingga, kita dapat tetap merasa termotivasi,
produktif, terlibat, dan bahagia meskipun dihadapkan pada berbagai
tekanan di dalam kehidupan.
b) Steering through Setiap orang membutuhkan resiliensi untuk
menghadapi setiap masalah, tekanan, dan setiap konflik yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang resilien akan menggunakan
sumber dari dalam dirinya sendiri untuk mengatasi setiap masalah
yang ada, tanpa harus merasa terbebani dan bersikap negatif terhadap
kejadian tersebut. Orang yang resilien dapat memandu serta
mengendalikan dirinya dalam menghadapi masalah sepanjang
perjalanan hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa unsur esensi dari
steering through dalam stres yang bersifat kronis adalah self-efficacy
yaitu keyakinan terhadap diri sendiri bahwa kita dapat menguasai
lingkungan secara efektif dapat memecahkan berbagai masalah yang
muncul.
c) Bouncing back Beberapa kejadian merupakan hal yang bersifat
traumatik dan menimbulkan tingkat stres yang tinggi, sehingga
diperlukan resiliensi yang lebih tinggi dalam menghadapai dan
mengendalikan diri sendiri. Kemunduran yang dirasakan biasanya
begitu ekstrim, menguras secara emosional, dan membutuhkan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
16
resiliensi dengan cara bertahap untuk menyembuhkan diri. Orang yang
resiliensi biasanya menghadapi trauma dengan tiga karakteristik untuk
menyembuhkan diri. Mereka menunjukkan task-oriented coping style
dimana mereka melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi
kemalangan tersebut, mereka mempunyai keyakinan kuat bahwa
mereka dapat mengontrol hasil dari kehidupan mereka, dan orang yang
mampu kembali ke kehidupan normal lebih cepat dari trauma
mengetahui bagaimana berhubungan dengan orang lain sebagai cara
untuk mengatasi pengalaman yang mereka rasakan.
d) Reaching out Resiliensi, selain berguna untuk mengatasi pengalaman
negatif, stres, atau menyembuhkan diri dari trauma, juga berguna
untuk mendapatkan pengalaman hidup yang lebih kaya dan bermakna
serta berkomitmen dalam mengejar pembelajaran dan pengalaman
baru. Orang yang berkarakteristik seperti ini melakukan tiga hal
dengan baik, yaitu: tepat dalam memperkirakan risiko yang terjadi;
mengetahui dengan baik diri mereka sendiri; dan menemukan makna
dan tujuan dalam kehidupan mereka.
3. Fase Resiliensi
Fase Resiliensi Patterson dan Kelleher (2005) menyebutkan adanya empat fase
resiliensi yang mungkin terjadi pada individu saat kesulitan datang dalam
kehidupannya:
UNIVERSITAS MEDAN AREA
17
a) Deteriorating
Merupakan fase saat kesulitan muncul. Pada umumnya individu akan
mengalami suatu kondisi terburuk (deterior) yang juga merupakan fase awal dari
resiliensi. Pada fase ini, individu akan merasakan kemarahan, rasa berasalah
sepanjang waktu School leader yang terperangkap pada fase ini dalam jangka
waktu yang lama tidak akan mampu melanjutkan fungsinya sebagai seorang
profesional.
b) Adapting
Fase ini merupakan fase transisi dimana individu mulai terbiasa dengan
situasi sulit yang mereka hadapi.
c) Recovering
Pada fase ini individu berada pada posisi status quo, netral.
d) Growing
Fase ini merupakan fase terakhir dimana individu tumbuh menjadi lebih
kuat melalui pelajaran dan pengalaman yang diambil saat kesulitan menghadang.
Dengan adanya kesulitan yang muncul, individu belajar bagaimana menghadapi
dan mengatasi masalah tersebut.
4. Faktor-faktor Resiliensi
I. Menurut Grotberg (1999) ada beberapa sumber dari resiliensi yaitu sebagai
berikut
a) I Have ( sumber dukungan eksternal ) merupakan dukungan dari
lingkungan di sekitar individu. Dukungan ini berupa hubungan yang baik dengan
keluarga, lingkungan sekolah yang menyenangkan, ataupun hubungan dengan
orang lain diluar keluarga. Melalui I Have, seseorang merasa memiliki hubungan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
18
yang penuh kepercayaan. Hubungan seperti ini diperoleh dari orang tua, anggota
keluarga lain, guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima diri anak
tersebut.
Individu yang resilien juga mempunyai struktur dan aturan di dalam rumah
yang ditetapkan oleh orang tua mereka. Para orang tua berharap bahwa anak-anak
dapat mematuhi semua peraturan yang ada. Anak-anak juga akan menerima
konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka lakukan dalam menjalani aturan
tersebut. Ketika mereka melanggar aturan, mereka butuh seseorang untuk
memeberi tahu kesalahan yang mereka perbuat dan jika perlu menerapkan
hukuman.Individu yang resilien juga memperoleh dukungan untuk mandiri dan
dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatifnya sendiri.
Dukungan yang diberikan oleh orangtua ataupun anggota keluarga lainnya akan
sangat membantu dalam membentuk sikap mandiri dalam diri seseorang.
Orangtua akan mendukung serta melatih anak untuk dapat berinisiatif dan
“berkuasa” atas dirinya sendiri untuk mengambil keputusan tanpa harus
bergantung pada orang lain.Individu yang resilien juga akan mendapatkan
jaminan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan serta keamanan dari orangtua.
Sehingga hal ini akan membantu mereka untuk mengembangkan rasa percaya diri
dalam diri anak.
b) I Am ( kemampuan individu ) I am, merupakan kekuatan yang terdapat
dalam diri seseorang, kekuatan tersebut meliputi perasaan, tingkah laku, dan
kepercayaan yang ada dalam dirinya. Individu yang resilien merasa bahwa mereka
mempunyai karakteristik yang menarik dan penyayang sessama. Hal tersebut
ditandai dengan usaha mereka untuk selalu dicintai dan mencintai orang lain.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
19
Mereka juga sensitif terhadap perasaan orang lain dan mengerti yang diharapkan
orang lain terhadap dirinya. Mereka juga merasa bahwa mereka memiliki empati
dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Perasaan itu mereka tunjukkan
melalui sikap peduli mereka terhadap peristiwa yang terjadi pada orang lain.
Mereka juga merasakan ketidaknyamanan dan penderitaan yang dirasakan oleh
orang lain dan berusaha membantu untuk mengatasi masalah yang terjadi.Individu
yang resilien juga merasakan kebanggaan akan diri mereka sendiri. Mereka
bangga terhadap apa yang telah mereka capai. Ketika mereka mendapatkan
masalah atau kesulitan, rasa percaya dan harga diri yang tinggi akan membantu
mereka dalam mengatasi kesulitan tersebut. Mereka merasa mandiri dan cukup
bertanggungjawab. Mereka dapat melakukan banyak hal dengan kemampuan
mereka sendiri. Mereka juga bertanggungjawab atas pekerjaan yang telah mereka
lakukan serta berani menangung segala konsekuensinya.
c) I Can ( kemampuan sosial dan interpersonal ) merupakan kemampuan
anak untuk melakukan hubungan sosial dan interpersonal. Mereka dapat belajar
kemampuan ini melalui interaksinya dengan semua orang yang ada disekitar
mereka. Individu tersebut juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi serta
memecahkan masalah dengan baik. Mereka mampu mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dengan baik.Kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan
dorongan dalam hati juga dimiliki oleh individu yang resilien. Mereka mampu
menyadari perasaan mereka dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan
perilaku yang tidak mengancam perasaan dan hak orang lain. Mereka juga mampu
mengendalikan dorongan untuk memukul, melarikan diri dari masalah, atau
UNIVERSITAS MEDAN AREA
20
melampiaskan keinginan mereka pada hal-hal yang tidak baik.Mereka juga dapat
memahami karakteristik dirinya sendiri dan orang lain. Ini membantu individu
untuk mengetahui seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi,
dan seberapa banyak ia dapat menangani berbagai macam situasi. Selain itu,
individu yang resilien juga dapat menemukan seseorang untuk meminta bantuan,
untuk menceritakan perasaan dan masalah, serta mencari cara untuk
menyelesaikan masalah pribadi dan interpersonal.
II. Menurut Reisnick, dkk (2011), terdapat empat faktor yang mempengaruhi
resiliensi pada individu, yaitu:
a. Self-Esteem
Memiliki self-esteem yang baik pada masa individu dapat membantu
individu dalam mengahadapi kesengsaraan.
b. Dukungan Sosial (social support)
Dukungan sosial sering dihubungkan dengan resiliensi bagi meraka yang
mengalami kesulitan dan kesengdsaraan akan meningkatkan resiliensi dalam
dirinya ketika pelaku sosial yang ada di sekelilingnya emiliki support terhadap
penyelesaian masalah atau proses bangkit kembali yang dilakukan oleh individu
tersebut.
c. Spiritualitas
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiliensi pada individu adalah
ketabahan atau ketangguhan (hardiness) dan keberagaman serta spiritualitas.
Dalam hal ini pandangan spiritual pada individu percaya bahwa tuhan adalah
penolong dalam setiap kesengsaraan yang tengah di alaminya, tidak hanya
UNIVERSITAS MEDAN AREA
21
manusia yang mampu menyelesaikan segala kesengsaraan yang ada, dan dalam
proses ini individu percaya bahwa tuhan adalah penolong setiap hamba
d. Emosi positif
Emosi positif juga merupakan faktor penting dalam pembentukan
resiliensi individu. Emosi positif sangat di butuhkan ketika menghadapi suatu
situasi yang kritis dan dengan emosi positif dapat mengurangi stres secara
lebihefektif. Individu yang memiliki rasa syukur mampu mengendalikan emosi
negatif dalam menghadapi segala permasalahan di dalam kehidupan.
III. Reivich dan Shatte (2002), memaparkan tujuh faktor yang membentuk
resiliensi, yaitu sebagai berikut :
a) Emotion Regulation
Regulasi emosi merupakan kemampuan untuk tetap tenang saat berada di
bawah tekanan. Individu yang resilien menggunakan sekumpulan keterampilan
dengan baik yang dapat membantu mereka untuk mengontrol emosi, perhatian,
dan perilaku mereka. Self-regulated merupakan hal yang penting dalam
membentuk kedekatan, sukses di pekerjaan dan membantu pemeliharaan
kesehatan fisik seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang memiliki
kemampuan untuk mengatur emosi mengalami kesulitan dalam membangun dan
menjaga hubungan pertemanan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam
alasan di antaranya adalah tidak ada orang yang mau menghabiskan waktu
bersama orang yang marah, merengut, cemas, khawatir serta gelisah setiap saat.
Emosi yang dirasakan seseorang cenderung menular kepada orang lain. Semakin
UNIVERSITAS MEDAN AREA
22
kita terasosiasi dengan kemarahan dan rasa cemas maka kita juga akan semakin
menjadi seseorang yang pemarah dan mudah cemas.
Tidak semua emosi yang dirasakan individu harus dikontrol. Tidak semua rasa
marah, sedih, gelisah, dan rasa bersalah harus diminimalisir ataupun ditahan. Hal
ini dikarenakan mengekpresikan emosi yang kita rasakan baik emosi positif
maupun negatif merupakan hal yang konstruktif dan sehat, bahkan kemampuan
untuk mengekspresikan emosi secara tepat merupakan bagian dari resiliensi
(Reivich & Shatte, 2002).
Beberapa individu cenderung untuk lebih sering mengalami rasa gelisah,
sedih, dan marah daripada orang yang lainnya. Ketika mereka kecewa, mereka
kesulitan untuk mengembalikan emosi menjadi positif seperti semula. Mereka
sering terpaku pada rasa marah, sedih, dan gelisahnya sehingga mereka menjadi
kurang efektif dalam memecahkan dan mengatasi masalah yang muncul. Mereka
pun biasanya merasa kesulitan mencari pertolongan orang lain dan mengutip
pembelajaran dari suatu kejadian ketika mereka sedang dikuasai oleh emosi
mereka tersebut (Reivich & Shatte, 2002).
b) Impulse Control
Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan
keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.
Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang rendah, cepat
mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan
perilaku mereka. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
23
kesabaran, impulsif, dan berlaku agresif. Tentunya perilaku yang ditampakkan ini
akan membuat orang di sekitarnya merasa kurang nyaman sehingga berakibat
pada buruknya hubungan sosial individu dengan orang lain (Reivich & Shatte,
2002).
Kemampuan individu untuk mengendalikan impuls sangat terkait dengan
kemampuan regulasi Resilience Quotient emosi yang ia miliki. Seorang individu
yang memiliki skor yang tinggi pada faktor regulasi emosi cenderung memiliki
skor Resilience Quotient pada faktor pengendalian impuls (Reivich & Shatte).
c) Optimism
Individu yang resilien biasanya memiliki sifat optimis. Mereka percaya
bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Optimisme adalah ketika
kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang. Individu yang optimis memiliki
harapan terhadap masa depan mereka dan mereka percaya bahwa mereka lah
pemegang kendali atas arah hidup mereka. Individu yang optimis memiliki
kesehatan yang lebih baik, jarang mengalami depresi, serta memiliki produktivitas
yang tinggi, apabila dibandingkan dengan individu yang cenderung pesimis.
Siebert (2005) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara tindakan
dan ekspektasi kita dengan kondisi kehidupan yang dialami individu. Peterson dan
Chang (dalam Siebert, 2005) mengungkapkan bahwa optimisme sangat terkait
dengan karakteristik yang diinginkan oleh individu, kebahagiaan, ketekunan,
prestasi, dan kesehatan. Individu yang optimis percaya bahwa situasi yang sulit
suatu saat akan berubah menjadi situasi yang lebih baik. Sebagian individu
memiliki kecenderungan untuk optimis dalam memandang hidup ini secara
umum, sementara sebagian invidu yang lain optimis hanya pada beberapa situasi
UNIVERSITAS MEDAN AREA
24
tertentu (Siebert, 2005). Optimisme bukanlah sebuah sifat yang terberi melainkan
dapat dibentuk dan ditumbuhkan dalam diri individu (Siebert, 2005).
Optimisme menandakan bahwa adanya keyakinan bahwa kita mempunyai
kemampuan untuk mengatasi kemalangan atau ketidakberuntungan yang mungkin
terjadi di masa depan tersebut. Hal ini juga merefleksikan Self Efficacy yang
dimiliki oleh seseorang, yaitu kepercayaan individu bahwa ia mampu
menyelesaikan permasahan yang ada dan mengendalikan hidupnya. Reivich &
Shatte(2002) mengemukakan individu yang optimis mampu memprediksi masa
depan dengan akurat pada masalah potensial yang akan muncul dan membangun
strategi untuk mencegah dan mengatasi masalah yang terjadi.
Optimisme akan menjadi hal yang sangat bermanfaat untuk individu bila
diiringi dengan Self-Efficacy, hal ini dikarenakan dengan optimisme yang ada
pada seseorang akan mendorong individu untuk mampu menemukan solusi
permasalahan dan terus bekerja keras demi kondisi yang lebih baik (Reivich &
Shatte, 2002). Tentunya optimisme yang dimaksud adalah optimisme yang
realistis (realistic optimism), yaitu sebuah kepercayaan akan terwujudnya masa
depan yang lebih baik dengan diiringi segala usaha untuk mewujudkan hal
tersebut. Berbeda dengan unrealistis optimism dimana kepercayaan akan masa
depan yang cerah tidak dibarengi dengan usaha yang significan untuk
mewujudkannya. Pada kenyataannya unrealistic optimism akan membuat individu
mengabaikan ancaman yang sebenarnya yang perlu mereka antisipasi. Perpaduan
antara optimisme yang realistis dan self-efficacy adalah kunci resiliensi dan
kesuksesan.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
25
d) Causal Analysis
Causal analysis merupakan istilah yang digunakan untuk mengartikan
sebuah kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab masalah secara akurat.
Analisis kausal digunakan individu untuk mencari penjelasan dari suatu kejadian.
Jika kita tidak mampu memperkirakan penyebab masalah dengan akurat, maka
kita akan membuat kesalahan yang sama secara terus-menerus.
Seligman (dalam Reivich & Shatte, 2002) mengidentifikasikan gaya
berpikir explanatory yang merupakan kebiasaan cara seseorang untuk
menjelaskan hal baik dan buruk yang terjadi pada diri dan kehidupan mereka.
Gaya berpikir ini erat kaitannya dengan kemampuan causal analysis yang dimiliki
individu. Gaya berpikir explanatory dapat dibagi dalam tiga dimensi: personal
(saya-bukan saya), permanen (selalu-tidak selalu), dan pervasive (semua-tidak
semua).
Individu dengan gaya berpikir ”saya-selalu-semua” merefleksikan
keyakinan bahwa penyebab permasalahan berasal dari dirinya sendiri (saya), hal
ini selalu terjadi dan permasalahan yang ada tidak dapat diubah (selalu), serta
permasalahan yang ada tidak dapat diubah (semua). Sementara individu yang
memiliki gaya berpikir ”bukan saya-tidak selalu-tidak semua” meyakini bahwa
permasalahan yang terjadi disebabkan oleh orang lain (bukan saya), dimana
kondisi tersebut masih memungkinkan untuk diubah (tidak selalu) dan
permasalahan yang ada tidak akan mempengaruhi sebagian besar hidupnya (tidak
semua).
Gaya berpikir explanatory memegang peranan penting dalam konsep
resiliensi (Reivich & Shatte, 2002). Individu yang terfokus pada ”selalu-semua”
UNIVERSITAS MEDAN AREA
26
tidak mampu melihat jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi dan
mengubah situasi. Mereka akan menyerah dan putus asa. Sebaliknya individu
yang cenderung menggunakan gaya berpikir ”tidak selalu-tidak semua” dapat
merumuskan solusi dan tindakan yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada.
Individu yang resilien mempunyai fleksibilitas kognitif dan dapat
mengidentifikasi seluruh penyebab signifikan dari kemalangan yang menimpa
mereka, tanpa terjebak pada salah satu gaya berpikir explanatory. Mereka tidak
mengabaikan faktor permanen maupun pervasif. Individu yang resilien tidak akan
menyalahkan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga self-
esteem mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka tidak terlalu
terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali mereka, sebaliknya mereka
memfokuskan dan memegang kendali penuh pada pemecahan masalah, perlahan
mereka mulai mengatasi permasalahan yang ada, mengarahkan hidup mereka,
bangkit dan meraih kesuksesan (Reivich & Shatte, 2002).
e) Empathy
Menurut Reivich & Shatte (2002) dikatakan bahwa empati mencerminkan
kemampuan individu membaca tanda dari kondisi emosional dan psikologis orang
lain. Beberapa individu memiliki kemampuan yang cukup mahir dalam
menginterpretasikan bahasa-bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh orang lain
seperti ekspresi wajah, intonasi suara, bahasa tubuh dan mampu menangkap apa
yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Individu-individu yang tidak
membangun kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda noverbal tersebut tidak
mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain, merasakan apa yang
UNIVERSITAS MEDAN AREA
27
dirasakan orang lain dan memperkirakan maksud dari orang lain. Individu dengan
empati yang renadah cenderung mengulang pola yang dilakukan oleh individu
yang tidak resilien, yaitu menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain
(Reivich & Shatte, 2002).
f) Self-efficacy
Efikasi diri merepresentasikan keyakinan seseorang bahwa ia dapat
memecahkan masalah yang dialami dengan efektif dan keyakinan akan
kemampuan untuk sukses. Dalam keseharian, individu yang memiliki keyakinan
pada kemampuan mereka untuk memecahkan masalah akan tampil sebagai
pemimpin, sebaliknya individu yang tidak memiliki keyakinan terhadap self-
efficacy mereka akan selalu tertinggal dari yang lain dan terlihat ragu-ragu.
Efikasi diri merupakan hal yang sangat penting sebagai untuk mencapai
resiliensi.
g) Reaching out
Reaching Out adalah kemampuan seseorang untuk menemukan dan
membentuk suatu hubungan dengan orang lain, untuk meminta bantuan, berbagi
cerita dan perasaan, untuk saling membantu dalam menyelesaikan masalah baik
personal maupun interpersonal atau membicarakan konflik dalam keluarga
(Reivich & Shatte, 2002). Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi merupakan
kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif dalam hidup. Individu yang
meningkatkan aspek positif dalam hidup mampu melakukan dua aspek ini dengan
baik, yaitu: (1) mampu membedakan risiko yang realistis dan tidak realistis, (2)
memiliki makna dan tujuan hidup serta mampu melihat gambaran besar dari
kehidupan. Individu yang selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah
UNIVERSITAS MEDAN AREA
28
dalam mengatasi permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan
kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi.
C. Hijrah
1. Definisi Hijrah
Definisi Hijrah yang digunakan dalam penelitian ini ialah Hijrah secara
Maknawiyahdan bukan secara Makaniyah (Meninggalkan/berpindah dari
suatu tempat).
Hijrah berasal dari bahasa arab “ ةَرْجِه ” yang artinya: (1) pindah, menjauhi
atau menghindari. (2) Kerasnya sesuatu (هرج هريج ال هاججه ال berarti tengah hari ;(ال
di waktu panas sangat menyengat (keras). Secara bahasa “Hijrah” itu adalah
Menjauhi sesuatu dengan sangat keras karena adanya ketidak setujuaan dan
kebencian.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar bahwa Hijrah secara bahasa berarti “tarku”
(meninggalkan). “Hijrah ila syai” (hijrah kepada sesuatu) berarti “intiqal ilaihi
‘an ghairihi” (berpindah kepadanya dari selainnya). Arti Hijrah Secara Bahasa
Berkata Ar-Raghib al-Asfahani: al-hijru atau al-hijran: seseorang yang
meninggalkan yang lainnya, baik se- cara fisik, perkataan, bahkan hati.
Dr. Ahzami S. Jazuli:Al-Hijrah adalah lawan dari al-Washal (tersambung).
Hajarahu-yahjuruhu artinya memutuskannya. Mereka berdua
yahtajiran/yahtajaran: saling meninggalkan.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
29
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya amal itu
tergantung pada niat, dan setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan.
Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul Nya maka hijrahnya itu
kepada Allah dan Rasul Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang
ditujunya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada
apa yang dihijrahkannya.” Dari ‘Umar bin Khaththab.
Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka menda- pati di muka
bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari
rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian ke-
matian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang ditu- ju), maka sungguh
telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Q.S. An-Nisaa [4]:100) Tafsir Imam Ibnu Katsir (Al-Hafidh).
“Hijrah adalah engkau meninggalkan segala kekejian baik yang tampak
ataupun yang tersembunyi. Engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat,
kemudian engkau disebut sebagai Muhajir sekalipun engkau tetap berada di
tempatmu.” [H.R. Ahmad]:
Menurut Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Hijrah ada dua
macam: Hijrah fisik, yakni hijrah dan sebuah negeri ke negeri lain
dan Hijrah spiritual, yakni hijrahnya hati manusia kepada Allah dan Rasul-
Nya.“Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku
seorang pemberi peringatan yang nyata dan Allah untukmu.” (Q.S. Adz
Zariyat : 50).
Menurut H. Dedih Surana, Drs., M.Ag.Secara maknawiyah hijrah
dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:a) Hijrah I’tiqadiyahyaitu hijrah keyakinan.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
30
Iman bersifat fluktuatif/ tidak pasti, kadang menguat menuju puncak keyakinan
mu’min sejati, kadang pula melemah mendekati kekufuran Iman pula kadang
hadir dengan kemurniannya, tetapi kadang pula bersifat sinkretis, bercampur
dengan keyakinan lain mendekati memusyrikan. Kita harus segera melakuakn
hijrah keyakinan bila berada di tepi jurang kekufuran dan kemusyrikan keyakinan.
Dalam lingkup psikologi biasa disebut dengan masa transisi keyakinan agama.
b) Hijrah Fikriyah Fikriyah secara bahasa berasal dari kata fiqrun yang artinya
pemikiran. Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan derasnya arus
informasi, seolah dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan pemikiran dari
belahan bumi bisa secara oline kita akses.
c) Hijrah Syu’uriyyahSyu’uriyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan
semisalnya, semau yang ada pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai
yang kurang sesuai dengan ajaran Islam. Banyak hal seperti hiburan, musik,
bacaan, gambar/hiasan, pakaian, rumah, idola semua pihak luput dari pengaruh
nilai-nilai diluar Islam. Kalau kita perhatikan, hiburan dan musik seorang muslim
tak jauh beda dengan hiburannya para penganut paham permisifisme dan
hedonisme (budaya barat), berbau hutra-hura dan senang-senang belaka.
d) Hijrah SulukiyyahSuluk berarti tingkah laku atau kepribadian atau biasa
disebut juag akhlaq. Dalam perjalanannya ahklaq dan kepribadian manusia tidak
terlepas dari degradasi dan pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian mulai
(akhlaqul karimah) menuju kepribadian tercela akhlaqul sayyi’ah). Sehingga tidak
aneh jika bermuculan berbagai tindak moral dan asusila di masyarakat. Pencurian,
perampokan, pembunuhan, pelecehan, pemerkosaan, penghinan dan penganiyaan
seolah-olah telah menjadi biasa dalam masyarakat kita. Penipuan, korupsi,,
UNIVERSITAS MEDAN AREA
31
prostitusi dan manipulasi hampir bisa ditemui di mana-mana. Dalam moment
hijrah ini, sangat tepat jika kita mengkoreksi akhlaq dan kepribadian kita untuk
kemudian menghijrahkan akhlaq yang mulia.
Dari sekian banyak teori mengenai definisi Hijrah peneliti menyimpulkan
bahwa Hijrah ialah dimana individu berubah dan meninggalkan segala sesuatu
yang dibenci Allah Azza Wajjala meskipun itu berarti hal yang sangat disukai.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
32
D. Kerangka Konseptual.
Gambar 1. Kerangka konseptual
Dewasa Awal
Hijrah
Reivich dan Shatte (2002)
Tujuh faktorResiliensi yaitu:
Emotion Regulation
Impulse Control Optimism
Causal Analysis
Empathy
Self-efficacy
Reaching out
UNIVERSITAS MEDAN AREA
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian, salah satu faktor yang penting adalah adanya metode
ilmiah tertentu yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang
dipersoalkan dalam penelitian. Untuk itu akan dibahas mengenai: (A) Identifikasi
Variabel, (B) Definisi Operasional, (C) Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
Penelitian, (D) Metode Pengumpulan Data, (E) Validitas dan Reliabilitas serta (F)
Analisis Data.
A. Identifikasi Variabel
Adapun variabel penelitian yang digunakan adalah variabel tunggal, yaituFaktor-
faktor yang berkaitan dengan Resiliensi pada Dewasa Awal yang Hijrah, yaitu
Emotion Regulation ,Impulse Control , Optimism, Causal Analysis, Empathy,
Self-efficacy, Reaching out.
B. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik yang ada disebut
sebagai resiliensi.. Faktor-faktor yang berkaitan dengan Resiliensi pada Dewasa
Awal yang Hijrah, yaitu Emotion Regulation ,Impulse Control , Optimism,
Causal Analysis, Empathy, Self-efficacy, Reaching out.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
34
C. Subjek Penelitian.
1. Populasi adalah keseluruhan individu, subjek, objek, gejala, ataupun
kejadian-kejadian yang akan kita simpulkan (Hadi, 1990). Hal ini sejalan
dengan pendapat Arikunto (1986) yang menyatakan bahwa populasi
merupakan kumpulan atau keseluruhan subjek penelitian. Maka dalam
penelitian ini, populasi yang digunakan adalah Dewasa Awal di Kota
Medan, yang Hijrah berjumlah 54 orang.
2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2008). Menurut Arikunto (2006) apabila subjek
penelitian kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua. Apabila lebih
maka disarankan mengambil 10-30% dari jumlah populasi yang ada.
3. Sampling adalah cara tertentu (yang secara metodologis dibenarkan) yang
digunakan untuk menarik (mengambil,memilih) anggota sampel dari
anggota populasi sehingga peneliti memperoleh kerangka sampel dalam
ukuran yang telah ditentukan (Hamidi, 2007). Dalam penelitian ini teknik
sampling yang digunakan adalah dengan cara teknik accidental sampling.
Accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental
(accidental) dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada
atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Sehingga dalam teknik sampling di sini peneliti
mengambil responden pada saat itu juga di
Pada penelitian ini peneliti mengambil sampeldewasa awal yang Hijrah berjumlah
100 orang. Peneliti mengambil 30% yaitu 60 dari jumlah populasi yang ada.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
35
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode skala atau kuesioner. i. Skala. Sugiyono,
(2008) menyatakan bahwa skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, alat ukur tersebut digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel
yang diukur tersebut dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk
angka, sehingga lebih akurat, efisien dan komunikatif.
1. Selain itu skala digunakan dalam penelitian atas dasar pertimbangan:
Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkapkan
indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.
2. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat
indikator-indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem,
maka skala psikologi selalu berisi banyak aitem.
3. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “Sangat Tidak
Setuju”,“Tidak Setuju”, “Setuju” atau “Sangat Setuju”.
Ketiga karakteristik di atas oleh Cronbach (dalam Azwar, 1999) disebut sebagai
ciri pengukuran terhadap performansi tipikal (typical performance), yaitu
performansi yang menjadi karakter tipikal seseorang dan cenderung dimunculkan
secara sadar atau tidak sadar dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu
yang sedang dihadapi.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
36
Metode skala yang digunakan adalah Skala Guttman digunakan untuk Faktor-
faktor yang berkaitan dengan Resiliensi pada Dewasa Awal yang Hijrah, yaitu
Emotion Regulation ,Impulse Control , Optimism, Causal Analysis, Empathy,
Self-efficacy, Reaching out.
Skala ini diberikan secara langsung kepada individu yang dimintai
informasi tentang dirinya sendiri. Alternatif pilihan jawaban pada skala ini yaitu
jawab ya dengan nilai 1 dan jawaban tidak dengan nilai 0.
E. Validitas & Reliabilitas.
1. Validitas.
Validitas Alat Ukur Menurut Azwar (2006), Validitas berasal dari kata
validity yang berarti ketepatan dan kecermatan. Suatu alat ukur dikatakan valid
jika mampu menjalankan fungsi ukuran dengan tepat dan cermat, yaitu cermat
dalam mendeteksi perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukur. Menguji
validitas suatau alat ukur dapat mempergunakan kriteria dalam dan kriteria luar.
Kriteria dalam adalah kriteria yang diambil dari alat ukur itu sendiri. Sedangkan
kriteria luar adalah kriteria yang diambil dari luar alat ukur itu. Cara yang
dipergunakan untuk mengukur validitas skala dalam penelitian ini adalah
menggunakan kriteria pembanding yang berasal dari dalam alat ukur itu
sendiri.Pada penelitian ini, peneliti tidak menguji validitas pada alat ukur/skala
karena penelitian ini hanya sebatas mengidentifikasi beberapa masalah ataupun
fenomena yang terjadi di lingkungan.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
37
2. Reliabilitas
Reliabilitas Alat ukur adalah sejauh mana hasil pengukuran tersebut dapat
diandalkan, artinya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok
subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Pengertian relatif
menunjukkan adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil
pengukuran (Azwar, 2006). Menurut Arikunto (2002), instrument yang baik tidak
akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban
tertentu. Instrumrn yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas
menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya,
jadi dapat diandalkan. Penelitian ini menggunakan Skala Baku oleh Revich &
Shatte tentang Faktor-faktor Resiliensi yang sudah tidak asing lagi dan terpercaya.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
38
F. Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif, karenanya untuk melihat
persentase faktor penyebab Resiliensi digunakan rumus F% sebagai
berikut :
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝑠𝑘𝑜𝑟× 100%
Selanjutnya setelah diketahui persentase setiap faktor dilakukan
perhitungan frekuensi untuk melihat jumlah untuk setiap faktor dengan
rumus sebagai berikut :
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 =𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒
100× 𝑁
...........4)
.............5)
UNIVERSITAS MEDAN AREA
70
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga, edisi kelima. Santrock, John W. 2007. Adolescence, eleventh edition. Jakarta: Erlangga.
Fowler, J. (1981). Stages of Faith. Sans Fransisco: Harper & Row
Al-Khatib, M. A. (1995). Makna Hijrah (Dulu dan Sekarang). Jakarta: Gema Insani
Sami'un Jazuli, Ahzami 2006. Hijrah dalam pandangan Al-Quran
Al-Jauziyah, Ibnu al-Qayyim Bekal Hijrah Menuju Allah judul /al-Hijrah Fî al-Qur‟ân alKarîm
Shahih al-Bukhari
Al-Jauziyah, Ibnu al-Qayyim, Mukhtashar Zadul-Ma' ad
Kalil, A. (2003). Family Resilience and Good Child Outcomes. Wellington: Ministry of Social Development.
VanBreda, A.D. (2001). Resilience Theory: A Literature Review. Pretoria: South African Military Health Service, Military Psychological Institute, Social Work Research and Development.
Ungar, M. (2005). A Thicker Description of Resilience. The International Journal
of Narrative Therapy and Community Work, 2005, Nos. 3 & 4,
Ungar, M. (2003). Qualitative Contributions to Resilience Research. Qualitative
Social Work, Vol. 2(1): 85-102.
Sturgeon, J.A., and Zautra, A.J. (2010). Resilience: A New Paradigm for Adaptation to Chronic Pain. Current Pain and Headache Reports, Vol. 14,
No. 2, 105-112.
Grotberg, E. (1999). Countering depression with the five building block of resilience. Reaching Today’s Youth, 4, 66–72. Retrieved from
Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 keys to finding your inner strength and overcoming life’s hurdles. New York, NY: Broadway books
Ed Diener and Robert Biswas-Diener, Happiness : unlocking the mysteries of
psychological wealth (UK: Blackwell Publishing Ltd, 2008),
UNIVERSITAS MEDAN AREA
71
LAMPIRAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
72
NPAR TESTS /K-S(NORMAL)=y /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 11-Apr-2018 18:37:31
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
54
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=y
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 0:00:00.000
Elapsed Time 0:00:00.017
Number of Cases Alloweda 196608
a. Based on availability of workspace memory.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
73
[DataSet0]
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Resiliensi 54 155.07 11.255 139 200
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Resiliensi
N 54
Normal Parametersa,,b Mean 155.07
Std. Deviation 11.255
Most Extreme Differences Absolute .160
Positive .160
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z 1.175
Asymp. Sig. (2-tailed) .126
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
74
FACTOR /VARIABLES f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 /MISSING LISTWISE /ANALYSIS f1 f2 f3 f4 f5 f6
f7 /PRINT INITIAL KMO EXTRACTION /CRITERIA MINEIGEN(1) ITERATE(25)
/EXTRACTION PC /ROTATION NOROTATE /METHOD=CORRELATION.
Factor Analysis
Notes
Output Created 11-Apr-2018 19:37:33
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
54
Missing Value Handling Definition of Missing MISSING=EXCLUDE: User-defined
missing values are treated as missing.
Cases Used LISTWISE: Statistics are based on
cases with no missing values for any
variable used.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
75
Syntax FACTOR
/VARIABLES f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7
/MISSING LISTWISE
/ANALYSIS f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7
/PRINT INITIAL KMO EXTRACTION
/CRITERIA MINEIGEN(1)
ITERATE(25)
/EXTRACTION PC
/ROTATION NOROTATE
/METHOD=CORRELATION.
Resources Processor Time 0:00:00.000
Elapsed Time 0:00:00.079
Maximum Memory Required 7204 (7.035K) bytes
[DataSet0]
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure
of Sampling Adequacy.
.766
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 123.268
df 21
Sig. .000
UNIVERSITAS MEDAN AREA
76
Communalities
Initial Extraction
Emotion Regulation 1.000 .644
Impulse Control 1.000 .441
Optimism 1.000 .326
Casual Analysis 1.000 .612
Empathy 1.000 .527
Self-efficacy 1.000 .476
Reaching out 1.000 .448
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
77
Total Variance Explained
Compo
nent
Initial Eigenvalues
Total % of Variance Cumulative %
1 3.474 49.632
2 .891 12.723 62.355
3 .786 11.233 73.588
4 .633 9.044 82.631
5 .556 7.945 90.576
6 .432 6.169 96.745
7 .228 3.255 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Compo
nent
Initial
Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 49.632 3.474 49.632 49.632
Extraction Method: Principal Component Analysis.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
78
Component Matrixa
Component
1
Emotion Regulation .802
Impulse Control .664
Optimism .571
Casual Analysis .782
Empathy .726
Self-efficacy .690
Reaching out .670
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Lampiran. NAMA / INISIAL : USIA : JENIS KELAMIN : Berilah tanda ceklis pada kolom nilai SS,S,TS, STS untuk setiap pernyataan,yang paling sesuai dengan pendapat Anda. SS = sangat setuju S = setuju TS = tidak setuju STS = sangat tidak setuju
UNIVERSITAS MEDAN AREA
79
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
1) ketika mencoba memecahkan suatu masalah, saya percaya dengan firasat saya, dan memilih solusi yang pertama kali terpikir oleh saya.
SS S TS STS
2) ketika saya berdiskusi tentang agama dengan teman saya, saya masih bertindak emosional
SS S TS STS
3) saya khawatir dengan masa depan saya SS S TS STS
4) saya bisa mengalihkan hal-hal yang mengganggu pekerjaan saya SS S TS STS
5) jika solusi pertama saya tidak berhasil, saya masih bisa mencoba solusi yang lain sampai saya mendapatkan solusi atas masalah tersebut.
SS S TS STS
6) saya orang yang memiliki rasa ingin tahu SS S TS STS
7) saya tidak mampu memanfaatkan emosi positif untuk membantu saya fokus dalam menyelesaikan tugas
SS S TS STS
8) saya adalah tipe orang yang suka mencari tahu tentang ilmu agama SS S TS STS
9) saya lebih suka mempelajari tentang ilmu-ilmu yang saya fahami daripada tentang ilmu-ilmu yang sayang tidak fahami
SS S TS STS
10) dengan melihat ekspresi wajah seseorang, saya mengetahui perasaan orang tersebut
SS S TS STS
11) saya mudah menyerah ketika mendapatkan masalah SS S TS STS
12) ketika mendapatkan masalah, saya memberikan banyak solusi untuk menyelesaikannya
SS S TS STS
13) saya mampu mengontrol perasaan saya ketika mendapatkan kesulitan SS S TS STS
14) apa yang dipikirkan orang lain tentang diri saya, tidak mempengatuhi perilaku saya
SS S TS STS
15) ketika suatu masalah terjadi, saya tahu permasalahan tersebut akan muncul.
SS S TS STS
16) saya merasa lebih nyaman ketika saling sharing (berbagi cerita) bersama teman-teman saya
SS S TS STS
17) saya percaya bahwa setiap masalah pasti ada penyelesaiannya SS S TS STS
18) saya percaya bawa setiap masalah dapat diselesaikan SS S TS STS
19) ketika masalah muncul, saya memikirkan apa penyebabnya terlebih dahulu kemudian baru menyelesaikannya.
SS S TS STS
20) saya tidak yakin pada kemampuan sayang dalam memecahkan masalah SS S TS STS
UNIVERSITAS MEDAN AREA
80
21) saya tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan hal-hal yang berada diluar kemampuan saya
SS S TS STS
22) saya tidak yakin bahwa saya bisa menyelesaikan sebuah masalah SS S TS STS
23) saya tidak mampu mengontrol perasaan saya SS S TS STS
24) sulit bagi saya untuk memahami perasaan teman-teman saya SS S TS STS
25) saya mampu mengidentifikasi apa yang saya pikirkan dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi suasana hati saya
SS S TS STS
26) jika seseorang melakukan sesuatu yang membuat saya marah, saya mampu bersabar sehingga saya cukup tenang, kemudian mendiskusikannya/membahasnya
SS S TS STS
27) ketika seseorang bereaksi berlebihan terhadap suatu masalah, menurut saya itu hal yang wajar, karena mereka sedang dalam suasana hati yang buruk
SS S TS STS
28) saya yakin saya akan menjadi seorang pemimpin yang bijaksana SS S TS STS
29) teman-teman saya sering mencari saya untuk msmbantu mereka menyelesaikan masalahnya
SS S TS STS
30) saya merasa bingung untuk memahami perilaku teman-teman saya SS S TS STS
31) emosi saya mempengaruhi kemampuan saya untuk tetap fokus pada apa yang sedang saya lakukan
SS S TS STS
32) kerja keras selalu terbayar (memiliki hasil yang memuaskan) SS S TS STS
33) setelah menyelesaikan suatu tugas, saya khawatir tugas saya akan dinilai negative
SS S TS STS
34) saya bisa merasakan kesedihan yang dialami orang lain SS S TS STS
35) saya tidak bisa berfikir bila ada dibawah tekanan orang lain SS S TS STS
36) saya tidak terfikirkan masa depan saya akan seperti apa SS S TS STS
37) bila seseorang sedang kesulitan, saya akan mudah memposisikan diri sebagai orang tersebut
SS S TS STS
38) kesabaran saya akan hilang bila kesalahan yang terjadi terulang-ulang SS S TS STS
39) saya tidak yakin bahwa segala kebaikan yang saya lakukan akan membuahkan hasil yang baik
SS S TS STS
40) saya melihat tantangan sebagai cara untuk belajar dan memperbaiki diri
SS S TS STS
41) ketika ada masalah disekitar saya, saya akan bingung memikirkan apa SS S TS STS
UNIVERSITAS MEDAN AREA
81
penyebabnya
42) jika seseorang marah kepada saya, saya mendengarkan apa yang dia katakan sebelum saya bertindak
SS S TS STS
43) ketika ditanya nengenai istiqomah, saya merasa sulit untuk bisa seperti itu
SS S TS STS
44) saya langsung mengambil kesimpulan dari permasalahan yang muncul SS S TS STS
45) saya lebih nyaman membantu daripada dibantu SS S TS STS
46) mudah bagi saya “larut” bila mendengarkan kisah yang menyentuh SS S TS STS
47) saya percaya pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati” SS S TS STS
48) saya percaya saya dapat mengidentifikasi penyebab dari suatu masalah SS S TS STS
49) saya percaya saya mempunyai kemampuan memecahkan dan menghadapi tantangan/masalah
SS S TS STS
50) teman-teman dekat saya mengatakan bahwa saya tidak memahami mereka
SS S TS STS
51) saya akan memendam masalah saya dan tidak diceritakan kepada orang lain
SS S TS STS
52) menurut saya penting untuk menyelesaikan masalah secepat mungkin, meskipun membutuhkan pengorbanan untuk menyelesaikannya
SS S TS STS
53) ketika dihadapkan pada situasi yang sulit, saya yakin bahwa hal tersebut akan berjalan dengan baik
SS S TS STS
54) teman-teman saya mengatakan bahwa saya tidak mendengarkan apa yang mereka katakana
SS S TS STS
55) jika saya ingin mencapai sesuatu, saya akan segera mewujudkannya SS S TS STS
56) ketika saya membahas shatu masalah dengan teman atau anggota keluarga saya, saya mampu menjaga emosi saya
SS S TS STS
UNIVERSITAS MEDAN AREA
82
Pengelompokan item-item Resilience Quotient Test
Faktor Favorablde Unfavorable
1. Emotion Regulation 13,25,26,56 2,7,23,31
2. Impulse Control 4,15,42,47 11,35,38,55
3.Empathy 10,34,37,46 24,30,50,54
4.Optimism 18,27,32,53 3,33,39,43
5.Casual Analysis 12,19,21,48 1,41,44,52
6.Self-Efficacy 5,28,29,49 9,17,20,22
7.Reaching Out 6,8,14,49 16,35,45,51
UNIVERSITAS MEDAN AREA