-
STRATEGI ORANGTUA DALAM PENANAMAN AKHLAK ANAK
DI DESA BONTOJAI KECAMATAN TAMALATEA
KABUPATEN JENEPONTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
RANA FAUZIAH
NIM: 10519217914
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1440 H/2018 M
-
vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rana Fauziah
NIM : 10519217914
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Kelas : D
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perrjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 19 Muharram 1440 H 29 September 2018 M
Yang membuat pernyataan
Rana Fauziah
NIM:10519217914
-
vii
ABSTRAK
RANA FAUZIAH 10519217914 Strategi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto. Di Bimbing Oleh Mustahidang Usman Dan Abd Rahman Bahtiar
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui akhlak anak di Desa bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto (2) Untuk mengetahui Strategi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto 3) Untuk mengetahui Hambatan Apa Yang Di Hadapi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, lokasi dan obyek penelitian yang digunakan bertempat di desa bontojai kecamatan tamalatea kabupaten jeneponto, dalam penelitian ini peneliti menggunakan fokus penelitian yaitu strategi orang tua dan penanaman akhlak anak, instrument penelitian yang digunakan yakni pedoman observasi, pedoman wawancara,catatan dokumentasi, tekhnik pengumpulan yang digunakan yakni kepustakaan meliputi kutipan langsung dan kutipan tidak langsung, dan lapangan meliputi obsevasi, wawancara, tekhnik analisis data dengan cara deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Akhlak anak di desa
Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto ini masih harus dilakukan pembinaan dan pembimbingan serta memberikan contoh yang baik dimulai dari sejak dini, sehingga akhlak anak ketika sudah dewasa dapat terkontrol dengan baik. Adapun strategi orang tua dalam penanaman akhlak anak dapat dilakukan dengan melalui keteladanan diantaranya jujur, beribadah, kemudian nasehat diantaranya hargai orang tua, sopan santun. Sedangkan dalam hal pembiasaan diantaranya mebiasakan anak mebaca al-Qur’an, membiasakan anak mengucapkan salam ketika hendak masuk dan meninggalkan rumah. Adapun hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak anak yaitu kurangnya pemahan dan pengetahuan agama dari orang tua itu sendiri, pengaruh lingkungan, kurangnya perhatian dari orang tua itu sendiri, dan lain-lain. Dari kedua hal tersebut ada sebagian orang tua yang sadar tentang pentingnya menanamkan akhlak pada anak, dan ada juga sebagian orang tua yang belum sadar betapa pentingnya menanamkan akhlak pada anak.
KATA KUNCI : Strategi Orang Tua, Penanaman Akhlak Anak
-
vii
KATA PENGANTAR
ِ َرّبِ اْلعَاَلِمْيَن َوالصَّالَةُ َوالسَّالَُم َعلَى أَْشَرِف اْألَْنبِيَاِء َواْلُمْرَسِلْيَن اْلَحْمُد ِ
ا َبْعدُ َوَعلَى اَِلِه َوَصْحبِِه أَْجَمِعْيَن أَمَّ
Penulisan skripsi dengan judul “Strategi Orang Tua Dalam
Penanaman Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto” Di maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Agama Islam prodi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih teriring doa
kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar
terselesaikannya laporan skripsi ini, khususnya penyusun sampaikan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Ahmad Amiruddin dan ibu
Nirmawati, dengan segala kerendahan dan kemuliaan hati telah
mendidik, membesarkan, dan mendukung seluruh proses perjalanan
Studi penulis, yang telah menjadi inspirasi terbesar dalam hidup
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. DR. H. Abd Rahman Rahim, SE, MM. Rektor universitas
Muhammadiyah Makassar
-
viii
3. Drs. H. Mawardi Pewangi M.Pd. I, Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Amirah Mawardi,S.Ag,.M.Si., Dan Nurhidayah S.Pd.I, M.Pd,I Ketua
dan Sekertaris prodi Pendidikan Agama Islam yang telah banyak
membantu penulis dalam pelayanan akademik serta memberikan
pengarahan,petunjuk motivasi dan doa pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Dra. Mustahidang Usman, M. Si dan Ahmad Abd. Rahman Bahtiar,
S.Ag, M.A Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yang telah membimbing
dan memberikan ilmu kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi.
6. Seluruh dosen serta jajaran civitas akademik Fakultas Agama Islam
Universitas muhammadiyah Makassar.
7. Bapak kepala Desa dan masyarakat desa Bontojai yang telah
menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan penelitian ini sampai selesai.
8. Kakanda, Rekan-rekan dan adek-adek yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu pula yang telah memberikan bantuan terbesar dalam
penyelesaian skripsi penulis terkhusus teman-teman mahasiswa
angkatan 2014 yang juga telah memberikan motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.
-
viiii
9. Special thank’s untuk sahabat-sahabat penulis Venny, Nurjannah,
Subandiah, Awaliyah, Wahyuni, Ilham, Rahim, Haeran, Jumsar, dan
Adrian yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Terakhir ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada mereka yang
tidak penulis sebutkan satu-persatu tetapi telah banyak membantu
baik dalam bentuk moril maupun materi dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga semua pihak yang telah membantu memperoleh balasan dari
Allah SWT, Amin.
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan skripsi ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu dengan
kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini serta demi meningkatkan
kualitas dan profesionalitas serta integritas dalam dunia pendidikan.
Akhirnya penulis berharap bahwa apa yang telah penyusun
curahkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya
dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Makassar 6 Muharram 1440 H 16 September 2018 M
penulis
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH .......................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................... vi
ABSTRAK .............................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ......................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ....................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Orang Tua ....................................................... 7 1. Pengertian Strategi ................................................. 7 2. Pengertian Orang Tua ............................................ 8 3. Tanggung Jawab Orang Tua .................................. 11 4. Prinsip-prinsip Orang Tua Dalam Membina Anak ... 16
B. Penanaman Akhlak Anak ............................................. 20 1. Pengertian Akhlak ................................................... 20 2. Dasar-Dasar Akhlak dan Tujuan Pendidikan Akhlak 22 3. Macam-Macam Ahklak ........................................... 26 4. Pengertian Anak ..................................................... 28 5. Pelaksanaan Pendidikan Agama Pada Anak .......... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................ 32 B. Lokasi dan Obyek Penelitian ........................................ 32 C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus Penelitian ....... 32 D. Sumber Data ................................................................ 33 E. Instrumen Penelitian ..................................................... 34 F. Teknik Pengumpulan data ............................................ 36
-
G. Teknik Analisis Data ..................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................. 38 B. Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto ..................................................................... 44 C. Strategi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak Anak di Desa
Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto .......... 45 D. Hambatan Yang dihadapi Orang Tua Dalam Penanaman Akhlak
Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto ................................................................................ 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 53 B. Saran ............................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 55
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel I
Tabel II
Tabel III
Tabel IV
Tabel V
Tabel VI
Batas wilayah Desa Bontojai ...........................................................
Luas dan Rincian wilayah Desa Bontojai ................................
Jumlah jiwa penduduk Desa Bontojai setiap Dusun ........................
Jumlah kepala keluarga Desa Bontojai berdasarkan
mata pencaharian ................................................................
Sarana dan Prasarana Desa Bontojai ................................
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Bontojai
Periode 2016 - 2021 ................................................................
38
39
39
40
42
43
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah yang diletakkan Allah di tangan orang
tuanya. Mereka bertanggung jawab terhadap anak-anaknya di hadapan
Allah. Jika amanah itu dipelihara dengan baik dengan memberikan
pendidikan yang baik dari anak yang diasuhnya maka pahala lah yang
akan diperolehnya tetapi sebaliknya jika mereka menelantarkan amanah
itu maka mereka akan dapat ganjarannya.
Ketika seorang anak baru dilahirkan kedunia ini ia tetap
bergantung dan membutuhkan ibunya, sama seperti suatu bagian yang
menempel pada keseluruhannya. Anak itu harus diberi makan seperti
yang biasa ia dapatkan melalui darah ibunya ketika ia masih jadi janin.
Pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan
sosial anak adalah pendidikan dengan pemberian nasihat. Nasihat ini
dapat membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu dan
mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak
yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Maka tidak
heran kita mendapatkan Al-Qur’an brbicara tentang jiwa dan mengulang-
ulang dalam beberapa ayat dan tempat.1
1Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam,
(Semarang: CV. As-Syifa, 1981), h. 65
-
2
Pendidikan akhlak pada anak-anak harus dilakukan sedini
mungkin.Sehingga ketika dewasa anak tersebut mempunyai akhlak yang
mulia.Orang tua terutama ibu mempunyai peran paling penting dalam
mendidik anaknya, karena ia merupakan madrasah pertama bagi anak-
anaknya. Seorang anak ibarat kertas putih bersih tanpa noda, sedangkan
orang tua mempunyai kebebasan untuk memberikan warna apapun
sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Baik dan buruknya akhlak anak
tergantung pada pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya.
Oleh karena itu, orang tua maupun guru yang akan mendidik
anak di rumah maupun disekolahan harus mempunyai metode, agar
nantinya bisa mendidik anak dengan baik dan menjadi anak yang shalih-
shalihah. Metode pendidikan akhlak diantaranya adalah metode
pembiasaan, metode keteladanan, metode nasihat dan metode perhatian.
Kemudian untuk strategi pendidikan akhlak yakni dibagi menjadi dua yaitu
pendidikan langsung dan pendidikan tidak langsung. Pendidikan langsung
diantaranya adalah keteladanan,anjuran, latihan. Pendidikan tidak
langsung diantaranya adalah larangan, hukuman, hadiah dan
pengawasan.
Suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas akhlaknya, jika
akhlaknya sudah rusak, niscaya hancurlah bangsa tersebut.2 Olehnya itu
selain tanggung jawab dari anak itu sendiri, akhlak anak merupakan
tanggung jawab orang tua dan orang disekitar lingkungan anak.
2 Al Islam, 2009, Krisis Akhlak Umat Islam, http://blok.re.or.id/krisis-akhlak-umat-
islam, Juli 2014
-
3
Ada banyak kesalahan penyimpangan yang terjadi dalam
keluarga yang sering diremehkan oleh para kepala keluarga serta
anggota-anggotanya. Padahal, kesalahan tersebut dapat menjauhkan
keluarga dari ketentraman, kebahagiaan dan keberkahan. Namun
ironisnya tidak sedikit keluarga yang justru menganggap kesalahan
maupun penyimpangan tersebut adalah hal yang biasa yang wajar terjadi
misalnya, menonton acara-acara yang kurang baik di TV yang membuat
moral anak menjadi rusak.
Jika para orang tua tidak dapat memikul tanggung jawab dan
amanat yang diberikan pada mereka, dan pula tidak mengetahui faktor-
faktor yang dapat menimbulkan kelainan pada ana serta upaya
penanggulangannya maka akan terlihat suatu generasi yang bergelimang
dosa dan penderitaan dalam masyarakat.
Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya kemampuan
untuk belajar yaitu mengalami peubahan-perubahan, mulai saat lahir
sampai mencapai umur tua. Sudah tentu, perubahan-perubahan yang
diharapkan akan terjadi adalah perubahan yang bercorak positif yaitu
perubahan yang semakin mengarah ke taraf kedewasaan. Hal ini
kelihatannya sudah jelas dengan sendirinya, namun ternyata perlu dikaji
lebih lanjut. Suatu proses belajar juga dapat menghasilkan suatu
perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang dapat dipandang bercorak
negatif. 3
3 Winkel W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo,1996), h , 1
-
4
Pada era globalisasi dan informasi seperti sekarang ini
perubahan sosial merupakan suatu keniscayaan, perubahan ini tidak
dapat dibendung lagi dengan segala akses positif maupun negatifnya.
Pada saat ini banyak keluhan yang disampaikan orang tua mengeluhkan
tentang perilaku sebagian para anak yang amat mengkhawatirkan.
Kekerasan didikan orang tua merampas kemerdekaan anaknya,
adat dalam masyarakat yang kolot dan bodoh yang belum pandai
menghargai pertumbuhan seseorang.4
Masyarakat Desa Bontojai masih terdapat anak-anak yang
akhlaknya kurang bagus. Maka hendaknya mendapat pengawasan,
pengarahan serta pendidikan dari semua pihak khususnya pihak keluarga
yaitu orang tua agar mereka tidak tersesat kejalan yang menyimpang dari
norma Negara maupun norma agama, sehingga benar-benar menjadi
manusia yang bertanggung jawab serta mampu memikul beban sebagai
generasi penerus perjuangan bangsa. Maka dapat disimpulkan orang tua
harus mempunyai strategi dalam penanaman akhlak anak di usia 6-12
tahun
Betapa pentingnya strategi orang tua sebagai peletak dasar pola
penanaman akhlak anak . Sedang lembaga-lembaga yang lain hanya
memberikan isinya saja ,untuk selanjutnya akan ditentukan sendiri bentuk
dan warnanya oleh anak itu sendiri.5
4Hamka, Pribadi, ( Jakarta: Bulan bintang, 1980), h. 17
5Sujanto Agus , Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara ,2009),h, 10.
-
5
Dengan dasar itulah penulis merasa perlu dan tertarik untuk
meneliti fenomena di atas yang kemudian di tuangkan dalam bentuk
skripsi dengan judul “ Strategi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak Anak
di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya
yaitu :
1. Bagaimana akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?
2. Bagaimana bentuk strategi orang tua dalam penanaman
akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto ?
3. Apa saja hambatan yang dihadapi orang tua dalam
penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas
maka tujuan penelitiannya yaitu :
1. Untuk mengetahui akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto ?
-
6
2. Untuk mengetahui bentuk strategi orang tua dalam
penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi orang tua dalam
penanaman akhlak anak di Desa Bontojai Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
D. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat
penulisannya yaitu
1. Kegunaan praktis ,yaitu dalam hal ini penulis berusaha agar
dapat menemukan strategi orang tua dalam penanaman
akhlak anak yang lebih efektif .
2. Kegunaan ilmiah, yaitu dalam hal ini agar penulis dapat
menambah ilmu pengetahuan yang telah didapatkan di
bangku pendidikan/kuliah.
3. Penelitian ini diharapkan menjadi sesuatu yang dapat
meningkatkan strategi orang tua dalam penanaman akhlak
anak khususnya Di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto.
-
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi Orang Tua
1. Pengertian Strategi
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana
dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing.
Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukstristono (1995),
strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai. Selain definisi-definisi strategi strategi yang
sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya dua orang pakar
strategi, Hamel dan Prahalad (1995), yang mengangkat kompetensi inti
sebagai hal yang penting. Mereka berdua mendefinisikan strategi yang
terjemahannya seperti berikut ini:
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang
dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya
kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
-
8
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti di dalambisnis yang dilakukan.1
2. Pengertian Orang Tua
Orang tua dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata orang tua
mempunyai arti sebagai berikut : Ayah Ibu kandung, Orang yang dianggap
tua (cerdik, pandai, ahli, dsb), orang-orang yang dihormati dan disegani
dikampung”.2
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh
dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian
keluaga, karenaorang tua merupakan bagian keluarga besar yang
sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.3Keluarga dalam hubungannya dengan anak
diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat
memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis. Di
dalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini
langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya di kemudian hari
melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual.Ahmad Tafsir
berpendapat bahwa :
1 Husein Umar, strategi management in action (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama 2001), h. 31 2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op, chit, h. 629. 3 Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan islam (Cet. VI; Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), h. 35.
-
9
“Orang tua adalah pendidikan utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anak, disebut pendidikan utama karena besar sekali pengaruhnya. Disebut-sebut pendidikan pertama karena merekalah yang pertama yang mendidik anaknya,. Di sekolah, pesantren, dan guru agama yang diundang adalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu orang tua”4
Pada awalnya penciptaannya seorang anak lahir dalam keadaan
suci dan bertauhid murni,ia mempunyai fitrah untuk beragama.
Sebagaimana FirmanAllah Swt. dalam Q.S. Ar-Rum [30] ayat 30 :
óΟÏ%r' sù y7 yγ ô_ uρ ÈÏe$#Ï9 $ Z ‹ ÏΖym 4 |Nt ôÜÏù «! $# ÉL©9 $# t sÜ sù }̈ $ ¨Ζ9 $# $pκö n=tæ 4 Ÿω Ÿ≅ƒÏ‰ö7 s? È,ù=y⇐Ï9 «!$# 4 šÏ9≡ sŒ Ú Ïe$!$# ÞΟÍhŠs)ø9 $# ∅Å3≈ s9 uρ usYò2r& Ĩ$ ¨Ζ9 $# Ÿω tβθ ßϑn=ôètƒ ∩⊂⊃∪
Terjemahnya:
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah dengan selurus-lurusnya, sesuai dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah, yang Allah menciptakan manusia atas fitrah itu. Itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan orang tua tidak mengetahuinya.”5
Pendidikan berawal dari rumah,di mana seorang anak tumbuh
dari didikan orang tuanya. Dan rumah yang didambakan setiap anak
adalah rumah layaknya surga, yaitu suasana yang penuh kasih sayang
sehingga memberikan rasa aman kepada anak untuk bertumbuh
kembang. Sebagai tugas dan kewajiban orang tua adalah untuk
membahagiakan anak di dunia sampai akhirat.
Mengenai tugas dan kewajiban orang tua Amir Daen
Indrakusuma, mengatakan :
4 Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam perspektif islam, (bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 95. 5Al-Quran dan Terjemahnya. (Cet X; Bandung: Diponegoro, 2010), h. 407.
-
10
“Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.” 6
Penanaman pandangan hidup keagamaan sejak masa kanak-
kanak adalah tindakan yang tepat dilakukan oleh orang tua, karena masa
kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk perkembangan jiwa
anak menuju kedewasaan melalui penanaman nilai-nilai keagamaan.
Pada masa kanak-kanak tindakan orang tua yang terpenting adalah
meresepkan dasar-dasar hidup beragama, seperti dengan membiasakan
anak mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan orang tuanya, agar
anaknya tertanam untuk mencintai kegiatan yang dilakukan orang tuanya.
Hal ini akan bisa terlaksana apabila adanya hubungan yang harmonis
antara sesama anggota keluarga.7
Hubungan dalam keluarga antara orang tua dengan anak
didasarkan atas hubungan alamiah, dilaksanakan dalam bentuk kasih
sayang yang murni, rasa kasih sayang antara oang tua dengan anaknya.
Rasa kasih sayang yang demikian akan menjadi sumber kekuatan
yangmendorongnya untuk selalu memberikan bimbingan dan pertolongan
terhadap kebutuhan anak secara wajar.8
Bimbingan dan pertolongan yang diberikan orang tua terhadap
anak secara berlebihan justru akan membahayakan perkembangan jiwa
6 Amir Daen Indrakusuma, pengantar ilmu pendidikan, (Bandung: CV Pustaka,
1973), h. 27. 7 Syamsuddin, Sistem Pengasuhan Orang Tua Agar Anak Berkualitas, (Cet. I;
Makassar Alauddin University Press, 2014), h. 18 8 Abdullah ibnu sa’ad Al-fatih, langkah praktis mendidik anak sesuai tahapan
usia, (bandung: irsyad baitus salam, 2007), h, 100.
-
11
anak, seperti rasa canggung bila berhadapan dengan orang lain,ragu-ragu
dalam bertindak, membawa kepada sikap menggantungkan diri kepada
orang lain dan sikap negatif lainnya.
3. Tanggung Jawab Orang Tua
Ditilik dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap
anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa
dipikulkan kepada orang lain, sebab guru dan pemimpin umat
umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah
merupakan keikutsertaan. Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan
yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan
pelimpahan dari tanggung jawab orang tua karena satu dan lain tidak
mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.9
Allah Swt. berfirman dalam Q.S Al-Ahzab [33] ayat 67-68:
(#θ ä9$s%uρ !$ oΨ−/u‘ !$̄ΡÎ) $ uΖ÷èsÛr& $ uΖs?yŠ$ y™ $ tΡu !#uy9 ä.uρ $ tΡθ=|Ê r' sù gŸξ‹Î6 ¡¡9 $# ∩∉∠∪ !$ oΨ−/u‘ öΝÍκÌE#u È ÷x ÷è ÅÊ š∅ÏΒ É>#x‹ yèø9 $# öΝåκ÷]yè ø9 $#uρ $ YΖ÷ès9 # ZÎ7 x. ∩∉∇∪
Terjemahnya:
“Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).”
“Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.10
9 Zakiah Darajat, dkk., loc. cit, h. 38 10
Al-Qur’an Alkarim Dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul ‘ali-ART, 2005), h. 427
-
12
Berdasarkan penjelasan pada poin sebelumnya bahwa orang tua
merupakan pendidik pertama bagi anak. Oleh karena itu, orang tua
memiliki tanggung jawab yang sangat penting terhadap anaknya.
Pendidikan pertama yang harus diberikan oleh orang tua kepada
anaknya adalah tentang cara anak itu mengenal Tuhannya dalam artian
pendidikan Aqidah, karena pendidikan Aqidah akan melahirkan keimanan
dari sang anak dan menjadikan anak tersebut memiliki akhlak yang terpuji.
Orang tua hendaknya menyadari bahwa anak yang ada padanya adalah
titipan Allah Swt. Maka, orang tua bertanggung jawab dalam
kesejahteraan jasmani maupun rohani.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S An-Nisa’ [4] ayat 9:
|·÷‚ u‹ø9 uρ š Ï%©!$# öθ s9 (#θ ä.t s? ôÏΒ óΟÎγ Ï ù=yz Zπ −ƒÍh‘ èŒ $ ¸ ≈ yè ÅÊ (#θ èù%s{ öΝÎγ øŠn=tæ (#θ à)−Gu‹ ù=sù ©! $# (#θ ä9θà)u‹ ø9 uρ Zω öθ s% # ´‰ƒ ωy™ ∩∪
Terjemahnya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir tehadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”11
Ayat tersebut dapat diketahui bahwa kelemahan ekonomi,
kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak,
akibat kekurangan makanan yang bergizi: merupakan tanggungjawab
kedua orang tuanya, maka disinilah hukum Islam memberikan solusi dan
11
Ibid, h: 78
-
13
kemurahan. Yaitu untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi
hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang
tua itu meninggalkan keturunannya, atau menelantarkannya, akibat
desakan-desakan yang menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap
kesejahteraannya.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S Maryam [19] ayat 59:
* y# n=sƒm .ÏΒ öΝÏδ ω÷èt/ ì# ù=yz (#θãã$ |Ê r& nο4θ n=¢Á9 $# (#θãèt7 ¨?$#uρ ÏN≡ uθ pꤶ9 $# ( t∃öθ |¡sù tβöθ s)ù=tƒ $†‹ xî Terjemahnya:
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.12
Ayat tersebut menceritakan bahwa setelah Allah menceritakan
tentang golongan orang-orang yang beruntung, yaitu para Nabi dan para
pengikut mereka yang menegakkan hukum-hukum dan perintah-perintah
Allah, serta menunaikan fardhu-fardhu ketentuan Allah, lagi meninggalkan
berbagai ancaman-Nya; Dia menyebutkan bahwa: Fakhalafa mim
ba’diHim khalfun (“Akan datang sesudah mereka satu generasi,”) yaitu
generasi (kurun) lain; adlaa’ush shalaata (“Yang menyia nyiakan shalat,”)
dan jika mereka menyia-nyiakannya, maka kewajiban-kewajiban lain pasti
lebih diremehkan. Karena shalat adalah tiang agama dan sebaik-baik
amal seorang hamba. Kemudian, mereka pasti akan menuruti
kesenangan dan kelezatan dunia, serta senang dengan kehidupan dunia,
12
Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Jumanatul ‘ali-ART, 2005), h. 309
-
14
mereka merasa tenteram di dalamnya. Mereka itu akan ditimpa “ghayya,”
yaitu kerugian pada hari Kiamat.
Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut
Zakiah Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut:
a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
c. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.13
Bagi anak-anak keluarga merupakan lingkungan sosial pertama
yang dikenalnya, karena sejatinya setap anak terlahir fitrah dan keluarga
yang menjadi penentu. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal
bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Hal tersebut sesuai sabda
Rasulullah saw. sebagai berikut:
ِ َصلَّى هللاُ َعَلْيِه َوَسلَّمَ َعْن أَبِي ُهَرْيَرةَ َّ ُمُروا أَْوَالَدُكْم :قَاَل َرُسوُل
َالةِ َوُهْم أَْبنَاُء َسْبعِ ِسِنيَن، َواْضِربُوُهْم َعَلْيَها، َوُهْم أَْبنَاُء َعْشرٍ بِالصَّ
قُوا بَْيَنُهْم فِي اْلَمَضاِجعِسِنيَن َوفَرِّ
( رواه أبوداود
13 Zakiah Darajat, dkk., loc. cit, h. 38
-
15
Artinya: “Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat di waktu dia berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau sudah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (maksudnya antara anak laki-laki dan perempuan)”. (HR. Abu Daud)14
Rasulullah menjelaskan dalam hadits ini bahwa orang tua harus
memerintahkan anaknya untuk shalat mulai dari berumur tujuh sampai
sepuluh tahun. Orang tua bisa introspeksi diri apakah kewajiban ini sudah
ditunaikan sebelum dia minta anaknya berbakti kepadanya dan minta hak-
haknya selaku orang tua. Jangan sampai dia cuma ingat kewajiban
anaknya untuk berbakti kepada dirinya, sementara dia belum menunaikan
kewajibannya sepenuhnya selaku orang tua terhadap anaknya.
Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa
keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh
karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan
tersebut, kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada
semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua, yaitu
mengazankan ke telinga bayi yang baru lahir, mengakikah, memberi nama
yang baik, mengajarkan membaca al-Qur’an, membiasakan shalat serta
bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama.15
Hukuman dan penghargaan dari orang tua yang diberikan
terhadap tingkah lakunya, banyak memberikan perhatian pada anak
dalam belajar bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam kehidupan
14 Abu daud, Op, chit. h, 75. 15 Jalaluddin, Psikologgi Agama (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), h. 220.
-
16
sehari-hari. Tingkah laku yang mendapat penghargaan dari orang tua
akan menimbulkan pengertian kepada anak bahwa tingkah laku tersebut
diterima oleh lingkungannya. Sebaliknya, hukuman yang diberikan oleh
orang tua memberikan pengertian pada anak bahwa tingkah laku tersebut
tidak dikehendaki.16
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, orang tua tanggung
jawab utama dalam pendidikan anak. Hal itu telah dijelaskan dalam sisi
agama maka penting diperhatikan oleh setiap orang tua cara-cara
mendidik anak yang baik agar tanggung jawabnya terlaksana, anak-anak
pun dapat menerima haknya dengan baik.
4. Prinsip-prinsip orang tua dalam membina anak
Untuk menghindari perkembangan jiwa yang tidak wajar,Islam
mengajarkan mengenai beberapa prinsip yang akan dilakukan orang tua
dalam membina putra-putrinya.
Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Anak ketika baru lahir berada dalam keadaan tidak berdaya dan
dalam keadaan fitrah dengan potensi-potensi untuk bertumbuh
dan berkembang. Hal ini mengundang bantuan dan pengaruh
orang tua untuk mengarahkan dan memanfaatkannya sesuai
dengan perkembangan dan kesiapan anak untuk menerimanya
berlandaskan nilai-nilai dan norma-norma Islam.
16 Syamsuddin, Sistem Pengasuhan Orang Tua Agar Anak Berkualitas, loc.
cit, h. 34.
-
17
b. Hubungan dan suasana kekeluargaan yang memberikan rasa
aman dan cinta kasih kepada anak.Suasana rumah tangga yang
baik ditandai oleh hubungan dan suasana kekeluargaan yang
harmonis, sehingga setiap anggotanya merasakan aman dan
tentram yang diliputi oleh rasa cinta kasih sayang.Seperti yang
dikatakan oleh Musthafa Fahmi :
“Kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh anak, si anak memerlukan suatu perasaan bahwa ada kasih sayang yang memberikan kehangatan baginya.”17
Perasaan aman dalam jiwa meliputi tiga syarat pokok, yaitu :
kasih sayang, penerimaan, dan kestabilan. Perasaan anak bahwa ia
disayangi orang tuanya adalah sangat penting bagi pertumbuhannya, baik
dari segi emosi, biologi maupun mental anak.
Kasih sayang tidak dapat berperan baik dalam membuat anak
merasa aman, kecuali apabila anak merasa bahwa dirinya diterima dalam
keluarga, ia mendapat tempat dalam keluarga dan anak merasa orang
tuanya telah berkorban untuk kebahagiaannya. Adapun kestabilan
keluaraga juga sangat penting bagi pencapaian rasa aman anak. Semakin
harmonis hubungan antar anggota keluarga maka pertumbuhan anak
akan semakin stabil pula. Dan sebaliknya apabila lingkungan keluarga itu
17 Mustafa Fahmi, kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat
(Jakarta: bulan bintang, 1974), h. 56.
-
18
goncang, tidak ada kesesuaian, miskin dari nilai-nilai moral, maka
pertumbuhan anak terhambat, jiwanya goncang dan tidak stabil.18
c. Orang tua adalah pendidik yang bertanggung jawab atas
pembinaan anak-anaknya. Syariat Islam telah menjadikan orang
tua bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak dengan
dasar bahwa anak adalah amanah Tuhan untuk dipelihara dan
akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan kelak.
d. Kewibawaan orang tua sebagai pendidik anaknya
dirumah.Orang tua yang memiliki kewibawaan adalah orang tua
yang mengetahui norma dan perilaku yang baik serta berusaha
hidup sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini, sehingga
anak dapat mengidentifikasikan dirinya dengan pribadi orang
tuanya. Tingkat kewibawaan orang tua terhadap anak-anaknya
sebanding dengan tingkat realisasi nilai dan norma dalam
pribadinya.
e. Orang tua sebagai teladan bagi anak-anaknya. Orang tua dalam
mendidik anak-anaknya tidak cukup hanya dengan nasehat-
nasehat, dalam arti memberikan pengetahuan tentang nilai dan
sikap yang baik saja, akan tetapi harus dimulai dengan mendidik
diri sendiri, yaitu dengan memberi contoh terlebih dahulu kepada
18 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian (Peran Moral Intelektual, Emosional
dan Sosial Sebagai Wujud Integras Membangun Jati Diri), (Cet. II; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.78
-
19
anak-anaknya.19 Sikap dan perilaku terpuji orang tua terhadap
anaknya mencerminkan ia mempunyai kepribadian luhur yang
akan dijadikan contoh ideal bagi perilaku pribadinya sehari-hari.
f. Penanaman budi pekerti yang baik dalam keluarga adalah tugas
utama oang tua terhadap anaknya.Seseorang yang berbudi
pekerti baik adalah seseorang yang perbuatan dan perilakunya
sesuai dengan nilai dan norma yang baik yang berlaku dalam
masyarakat. Untuk tercapainya keseimbangan antara norma
dalam keluarga dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Sehubungan dengan hal itu, maka orang tua di rumah selalu
menanamkan akhlak yang baik agar anak hidup serasi dan bahagia dalam
lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Sebagai ciri pokok seseorang
yang berakhlak mulia adalah rasa tanggung jawab.
Tanggung jawab adalah mengetahui nilai dan norma, terutama
hak dan kewajiban dan berusaha hidup sesuai dengan nilai dan norma
yang diyakini. Akhlak baik yang ditopang oleh pengetahuan dan
ketrampilan yang bermanfaat akan tercermin dalam bentuk amal kebaikan
yang dampaknya akan kelihatan dalam kehidupan pribadinya di
lingkungan keluarga serta dalam kehidupan masyarakat dan bangsanya.20
Di tangan orang tualah (ibu apak), anak-anak akan menjadi
amanah, kabar gembira, musuh, cobaan, hiburan, fitnah dan perhiasan
dunia atau menjadi baik atau buruk. Mereka akan tumbuh dan
19 Rahmat Suyud, Pokok-pokok Ilmu Jiwa Perkembangan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN SUKA,1978), h. 30.
20 WJs. Poerwadarminta, Op. Cit, h. 38.
-
20
berkembang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma yang luhur, dan
tingkah laku yang ditanamkan oleh orang tuanya
.
B. Penanaman Akhlak Anak
1. Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari Bahasa Arab, jamak dari kata khuluq
atau al-khaliq yang artinya adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.21 Sedangkan secara terminologis akhlak adalah perbuatan yang
menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela,
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.22
Akhlak mengajarkan kita untuk meraih keutamaan bagi diri
sendiri dengan berakhlak baik, patuh kepada kewajiban, manusiawi,
berbudi, setia, berwatak baik, riang gembira, dan jujur. Selain itu, agama
juga mengajarkan untuk mempertahankan hak-hak kita dengan tidak
melampaui batas (tidak merampas hak milik, kehormatan, atau pun nyawa
orang lain). Selain itu, agama mengajarkan kita untuk berusaha mengejar
ilmu pengetahuan dan, pada akhirnya, dengan akhlak yang baik dapat
menegakkan keadilan dalam segala urusan dan melaksanakannya secara
wajar.23
21 Kementerian agama, buku siswa akidah akhlak ,( jakarta : kementerian
agama , 2014) ,h. 31 22 A. Rachman Assegaf , Studi Islam Kontekstual, (Yogyakarta: Gama Media,
2005) ,h. 161 23 Muhammad Husain Thabathabai’i, inilah islam ( Jakarta: Sadra Press,
2011), h. 18.
-
21
Untuk memperjelas pemahaman tentang pengertian akhlak,
penulis merasa perlu memperdalam tentang pengertian akhlak dari
beberapa ahli, antara lain:
1. Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)
2. Ibnu Maskawaih memberikan definisi akhlak sebagai keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu
3. Ahmad amin memberikan definisi akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.24
Dari uraian diatas, akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang,
yaitu keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut
benar-benar telah melekat sifat-sifat yang merlahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-
angan lagi. Kunci akhlak sesorang itu berada pada jiwa orang itu sendiri,
jika jiwanya baik, maka akan melahirkan perbuatan atau akhlak yang baik.
Sebaliknya, apabila jiwanya buruk akan melahirkan akhlak yang buruk.
Oleh karena itu, untuk mengetahui baik buruknya akhlak seseorang bisa
dilihat dari perbuatannya dan gerak-geraknya secara lahiriyah.
2. Dasar-dasar Akhlak dan Tujuan Pendidikan Akhlak
Setiap kali disebut akhlak, maka yang dimaksud adalah akhlak
yang didasarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah, bukan yang
24 Nur khalisah latuconsinah, Aqidah Akhlak Kontemporer (Makassar;
Alauddin University Press 20014), h. 209.
-
22
lainnya.25Dalam konsep akhlak segala sesuatu itu dinilai baik dan buruk,
terpuji atau tercela, semata-mata berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Al-
Hadits. Oleh karena itu dasar dan pembinaan akhlak ada dua, yaitu Al-
Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama islam itu
sendiri.26 Segala perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya
pada hakikatnya adalah untuk mencapai kebahagiaan, sedangkan
kebahagiaan, menurut sistem akhlak yang islami dapat dicapai dengan
jalan menuruti perintah-Nya dengan cara menjalankan segala
perintahNya, dan menjahui segala laranganNya, sebagaimana yang
tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an
dan Al-Hadits.
Islam menganjurkan agar kita berakhlak positif dengan
mencontoh perilaku Nabi SAW, karena dalam diri beliau terdapat suri
teladan yang baik. Dasar akhlak Islam berdasarkan Al-Qur’an.
a) Al-Qur’an
Firman Allah dalam surat Al-Ahzab [33] ayat 21 :
ô‰s)©9 tβ% x. öΝä3s9 ’Îû ÉΑθ ß™u‘ «!$# îοuθ ó™é& ×πuΖ|¡ym yϑÏj9 tβ% x. (#θ ã_ ötƒ ©! $# tΠ öθu‹ ø9 $#uρ t ÅzFψ$# t x.sŒ uρ ©!$# # Z ÏVx. ∩⊄⊇∪
Terjemahnya:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
25Ibid, h. 113.
26 Kementerian Agama, Op.cit, h. 33
-
23
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.27
Dalam surah Al-Qalam [68] ayat 4 menjelaskan :
y7 ¯ΡÎ)uρ 4’n? yès9 @,è=äz 5ΟŠÏàtã ∩⊆∪
Terjemahnya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur.28
b) Al-Hadits
Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi akhlakul
karimah. Banyak hadits yang menerangkan dan menunjukkan masalah
akhlakul karimah. Rasulullah sendiri benar-benar memiliki akhlakul
karimah.
sebagaimana yang diajarkan di dalam Al-Qur’an. Sabda Rasulullah :
ُ َعَلْيِه َوَسلََّم أَْكَمُل اْلُمؤْ َّ ِ َصلَّى َّ َعْن أَبِي ُهَرْيَرةَ قَاَل قَاَل َرُسوُل ِخيَاُرُكْم ِلِنَساِئِهْم ُخلُقًا (الترمذى)
Artinya:
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.(HR.At-Tirmidzi)29
Rasulullah SAW bersabda:
27Kementerian RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Fajar Mulya, 2014),h. 420.
28 Ibid, h. 564 29 Isngadi, Islamologi Populer, (Surabaya:Bina Ilmu,1984),h. 109
-
24
ُ َعَلْيِه َوَسلََّم يَقُوُل َما َّ ِمْن َعْن أَبِي الدَّْرَداِء قَاَل َسِمْعُت النَّبِيَّ َصلَّى َشْيٍء يُوَضُع فِي اْلِميَزاِن أَثَْقُل ِمْن ُحْسِن اْلُخلُِق َوإِنَّ َصاِحَب ُحْسِن
َالةِ ْوِم َوالصَّ اْلُخلُِق َلَيْبلُُغ بِِه َدَرَجةَ َصاِحِب الصَّ
(الترمذي)
Artinya:
Abu Darda’ meriwayatkan: Aku mendengar Nabi Muhammad saw berkata, “Tak ada yang lebih berat pada timbangan (Mizan, di hari Pembalasan) dari pada akhlak yang baik. Sungguh, orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan sholat.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi)30
Tujuan pendidikan akhlak adalah mencapai kebahagiaan
kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia
maupun akhirat. Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu’amalah dan
mu’amalah ma’annas, insya Allah akan memperoleh rida-Nya. Orang
mendapat rida Allah niscaya akan memperoleh jaminan kehidupan baik di
duniawai maupun ukhrawi.31
Tujuan pendidikan akhlak menurut Omar Muhammad Al
Thoumy Al- Syaibani “Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah
menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat),
kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan,
kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat”. Pada dasarnya apa
yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan
pendidikan Islam itu sendiri.
30 Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedia Muslim, (Jakarta: Darul
Falah,2004),h. 218 31 Alwan Khoiri dkk, Akhlak/ Tasawuf, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga, 2005), hlm.7
-
25
Tujuan pendidikan akhlak menurut M. Athiyah al Abrasyi “Tujuan
pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik
laki-laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat,
perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan fadhilah (kedalam jiwanya)
dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (kedalam jiwanya) dengan
perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan keyakinan
bahwa perbuatan itu benar-benar keji).
Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan
pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia,
berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan
santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala
perbuatannya, suci murni hatinya”.32 Tujuan di atas selaras dengan tujuan
pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20/Th. 2003, bab II, Pasal 3 dinyatakan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
32 Oemar Muhammad al-Taomy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam,Terj.
Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm.346.
-
26
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
3. Macam-macam Akhlak
Penggolongan akhlak secara garis besar ada dua, yaitu : akhlak
mahmudah artinya segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang
terpuji) dan akhlak mazmummah artinya segala macam sikap dan tingkah
laku yang tercela.33 Oleh karena itu sikap dan tingkah laku yang lahir
adalah merupakan cermin atau gambaran dari pada sifat atau kelakuan
batin.
a. Akhlak Mahmudah
Akhlak Mahmudah Adalah akhlak baik atau akhlak terpuji.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl [16] ayat 90 :
* ¨βÎ) ©!$# ã ãΒ ù' tƒ ÉΑô‰yè ø9 $$Î/ Ç≈|¡ ôm M}$#uρ Ç›!$tGƒ Î)uρ “ÏŒ 4† n1ö à)ø9 $# 4‘sS÷Ζtƒ uρ Çtã Ï !$ t± ósx ø9 $# Ì x6Ψßϑø9 $#uρ Ä øöt7 ø9 $#uρ 4 öΝä3Ýà Ïètƒ öΝà6̄=yès9 šχρã ©.x‹ s? ∩⊃∪
Terjemahan:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.34
Adapun akhlak terpuji yang harus dimiliki seorang muslim
adalah: a) Berani dalam segala hal yang positif;
33 A. Mustafa, Akhlak Tasawuf ,(Bandung : Pustaka Setia, 1999),h. 109 34 Kementerian RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Fajar Mulya,
2014),h. 277
-
27
b) Adil dan bijaksana dalam menghadapi dan memutuskan
sesuatu;
c) Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri;
d) Jujur, benar dan amanah;
e) Ikhlas, dan pemaaf;
f) Tawadu’ (rendah hati);
g) Mengutamaan perdamaian daripada perselisihan, dll.
h) Menjauhi sifat iri hati dan dengki.35
b. Akhlak Mazmummah
Akhlak mazmummah secara Linguistik adalah “tercela” atau
tidak terpuji.36. Seseorang seharusnya menjauhi akhlak tercela. Berikut
adalah beberapa akhlak tecela yang harus dijauhi, antara lain:
a) Zalim terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Allah
b) Kikir dengan hartanya dan tidak mau bersedekah
c) Suka berbuat dosa dan permusuhan
d) Pendendam dan sulit memaafkan oranglain
e) Kufur terhadap nikmat Allah
f) Tidak mau berkorban untuk kepentingan agama, negara, dan
masyarakat.37
35 Kementerian agama,op. cit h. 49 36 Nur khalisah latuconsinah,op.cit h. 381 37 Kementerian agama,op. cit h. 66-67
-
28
4. Pengertian Anak
Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai
pengertian anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang kecil
ataupun manusia yang belum dewasa.38
Sedangkan menurut R.A Kosnan, anak-anak yaitu manusia
muda dalam umur muda, jiwa dan perjalanan hidupnya, karena mudah
terpengaruh untuk keadaan sekitarnya.39
Hak anak menurut Tahun Internasional Anak 1979: 1. Haknya untuk menerima kasih sayang dan pengertian. 2. Untuk mendapat gizi yang cukup. 3. Pelayanan kesehatan yang memadai. 4. Menikmati pendidikan. 5. Kemungkinan untuk bermaindan berkreasi. 6. Mempunyai nama dan kebangsaan. 7. Menikmati prioritas pertama untuk ditolong dalam keadaan
musibah. 8. Belajar menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
mendapat kesempatan untuk menyumbangkan bakat-bakat pribadi.
9. Dibesarkan dalam lingkungan kesejahteraan dan kerukunan, dan menikmati hak-hak tersebut diatas tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit, tingkat sosial, kebangsaan dan, nasionalisme.40
5. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak
Untuk menyongsong kecerahan hidup masa depan anak
pelaksanaan pendidikan agama sangat penting. Dalam hal ini, maka Prof.
Dr. Zakiah Drajat memberikan kunci suksesnya sebagai berikut:
38W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:
Amirko, 1984), h.25 39R.A.Koesnan, susunan Pidana Dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung:
Sumur, 2005), h.113 40Dra. Suryanah, keperawatan anak untuk siswa spk, (Jakarta, penerbit buku
kedoteran BGC 1996), h. 1
-
29
a. Pembinaan pribadi anak
Hal ini dapat diusahakan melalui pendidikan formal maupun
informal. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan,
pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan
pembinaan pribadinya. Orang tua adalah Pembina pribadi yang pertama
dan utama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara
hidupnya dan perlakuan mereka, merupakan unsur pendidikan yang tidak
langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak
yang sedang bertumbuh itu. Sikap anak terhadap guru agama dan
pendidikan agama di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya
terhadap agama dan guru agama. Jika guru agama mampu membina
sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan
akhlak anak, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja
mudah dan anak telah mempunyai pegangan atau dalam menghadapi
berbagai kegoncangan yang biasa terjadi.
b. Perkembangan Agama pada anak
Hal ini sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang
dilaluinya terutama pada masa-masa pertumbuhan yang awal dari umur 6-
12 tahun. Seorang anak yang pada masa anak tidak mendapat didikan
agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti
setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negative terhadap agama.
Anak mulai mengenail Tuhan melalui orang tua dan lingkungan
keluarganya. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan orang tua, sangat
-
30
mempengaruhi perkembangan agama pada anak. Hubungan anak
dengan orang tuanya mempunyai pengaruh dalam perkembangan agama
si anak. Anak yang merasakan adanya hubungan hangat (akrab) dengan
orang tuanya merasa bahwa dia disayangi dan dilindungi serta mendapat
perlakuan yang baik, biasanya akan mudah menerima dan mengikuti
kebiasaan orang tuanya dan selanjutnya akan cenderung taat beragama.
Untuk membina perkembangan agama pada anak-anak ini.
c. Pembiasaan pendidikan pada anak
Hal ini sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-
latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Yang akan
membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan
bertambah jelas dan kuat yang pada akhirnya tidak dapat tergoyahkan
lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Kebiasaan dan
latihan keagamaan sejak kecil yang dapat membuat anak cenderung
kepada melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk, yang hal ini
akan dapat membentuk sikap, membina moral, dan pribadi anak menjadi
manusia yang taat beragama.
Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut pelaksanaan
ibadah harus dibiasakan sejak kecil, yang hal ini akan menumbuhkan jiwa
rasa senang melakukan ibadah. Pembiasaan dalam melaksanakan
pendidikan agama pada anak sangat penting dalam pembentukan pribadi,
akhlak dan agama pada umumnya, yang akan memperbanyak unsur
-
31
agama dalam pribadinya dan memudahkan anak dalam memahami
ajaran-ajaran agama.41
41 Bakir Yusuf Barmawi, pembinaan kehidupan beragama islam pada anak,
(Semarang: Dina Utama Semarang, 1993), h, 40-41.
-
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah analisis
kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen ) dimana peneliti adalah
instrumen kunci ,pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowbaal ,tehnik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan) ,analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekanka makna daripada generalisasi.1
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Bontojai
Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto dan yang menjadi objek
penelitian dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak di Desa Bontojai
Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah:
a. Strategi Orang Tua
1 Sugiyono , metode penelitian pendidikan (cet.25;Bandung : Alfabeta ,2017 )
h, 15
-
33
b. Penanaman Akhlak Anak usia 6-12 tahun
2. Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi Deskripsi Fokus Penelitian adalah:
a. Strategi orang tua
Strategi orang tua dalam menanamkan akhlak anak harus
dilakukan sedini mungkin. Karena orang tua bertanggung
jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan
melindungi anak serta bertanggung jawab atas terwujudnya
kesejahteraan anak.
b. Penanaman akhlak anak
Penanaman akhlak anak harus jugadilakukan sedini
mungkin agar seorang anak tidak berkarakter buruk apalagi
sampai menyelesaikan masalah dengan kekerasan dan
dengan kekerasan mereka menganggap masalah akan
selesai, padahal akan menimbulkan kekerasan yang lain.
D. Sumber Data
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Data Primer
“Data primer menurut sugiono adalah sumber data yang
langsung memberikan data yang langsung, memberikan data
kepada pengumpul data”.2 Berdasarkan pengertian di atas maka
2 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2006). h.105
-
34
dapat disimpulkan bahwa data primer merupakan data utama yang
didapatkan langsung dari apa yang diteliti. Adapun data primer
dalam penelitian ini yaitu melakukan wawancara dengan tujuan
untuk memperoleh data dari respon den dimana yaitu orang tua
2. Data Sekunder
Data sekunder menurut sugiyono dalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya peneliti harus melalui
orang lain atau mencari melalui dokumen data itu diperoleh dengan
menggunakan literature yang dilakukan terhadap banyak buku dan
diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan
penelitian. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah
penelitian yang dihasilkan dari hasil objek yang mendukung statement
data primer yaitu kepala Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto.
E. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus
betul-betul direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga
menghasilkan data empiris sebagaimana adanya sebab penelitian akan
berhasil apabila banyak mengunakan instrument agar data tersebut dapat
menjawab pertanyaan. Penelitian dan menguji hipotesis, maka penulis
menggunakan beberapa teknik pedoman observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
-
35
a. Pedoman observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan
sengaja, sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian
dilakukan pencatatan.3 Observasi diartikan sebagai usaha mengamati
fenomena-fenomena yang akan di selidiki baik itu secara langsung
maupun secara tidak langsung dengan mengfungsikan secara alat indera
dari pengamatan untuk mendapatkan informasi dan data akan diperlukan
tanpa bantuan dan alat lain. Sedangkan observasi tidak langsung adalah
pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa
yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui filem,
rangkaian slide, atau rangakian photo. Dalam menggunakan teknik
observasibaik langsung maupun tidak langsung diharapkan
mengfungsikan setiap slat indera untuk mendapatkandata yang lengkap .
b. Pedoman Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi antara respon untuk
menemukan informasi atau keterangan dengan cara langsung bertatap
muka dan bercakap-cakap secara lisan dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan yang menghubungkan dengan informasi yang
diperlukan dengan jarak yang dibutuhkan secara lisan pula, memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil
bertatap muka antara sipenannya atau pewancara dengan si pengaruh
atau responden yang menggunakan alat panduaan wawancara.
3 P. Joko Subagyo, metodologi dalam teori dan praktek (Jakarta: rineka cipta,
2004),h. 63.
-
36
c. Catatan Dokumentasi
Dokumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan
atau kejadian yang dari segi waktu relatif, belum terlalu lama dan teknik
pengumpulan data dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan
sebagainya. Dalam hal ini penulis menggunakan catatan dokumentasi
untuk memperkuat hipotesa agar hasil penelitian yang lebih akurat dan
dapat dipertanggung jawabkan.
F. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara: Riset lapangan, yaitu cara penghitungan data dengan penulis
lagsung turun ke lapangan. Dalam hal ini Desa bontojai kecamatan
tamalatea kabupaten jeneponto guna mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu data yang
dikumpulkan ini bersifat emperis. Kemudian dalam penelitian lapangan ini
penulis menggunakan teknik-tekni pengumpulan data, sebagai berikut;
1. observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki.4
2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.5
4 Nana Syaohdih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), h 220. 5 Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2011). h 330.
-
37
3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari
referensi yang membahas tentang objek peneliitian.6
G. Tekhnik Analisis Data
Pada tahapan ini data yang telah dikumpulkan baik melalui
penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, terlebih dahulu
diolah kemudian dianalisis. Dalam pengolahan analisis data ini,
dipergunakan beberapa metode, yaitu:
1. Metode induktif yaitu, suatu metode penulisan yang berdasarkan
pada hal-hal yang bersifat khusus dan hasil analisa tersebut dapat
dipakai sebagai kesimpulan yang bersifat umum.7
2. Metode deduktif yaitu, metode penulisan atau penjelasandengan
bertolak dari pengetahuan bersifat umum. Atau mengolah data dan
meganalisa dari hal-hal yang sifatnya umum guna mendapatkan
kesimpulan yang bersifat khusus.8
3. Metode komperatif, yaitu analisis data yang membandingkan
pendapat yang berbeda kemudian pendapat tersebut di rumuskan
menjadi kesimpulan yang bersifat objektif.9
6Burhan Bungin.Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu sosial lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 121. 7Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Cet, XXX; Yogyakarta: Andi Offset,
1987), h. 42 8Ibid, h. 36
9Winarno Surachman, Pengantar penelitian ilmiah: Dasar, Metode, dan
teknik.(Bandung: Tarsita, 1990), h.. 135
-
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Geografis Desa Bontojai
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Bontojai merupakan salah satu desa yang masuk dalam
wilayah kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi
Selatan dengan luas wilayah 3,6 km2.
Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut:
Tabel I
Batas Wilayah Desa
Batas Desa Kecamatan
Sebelah Utara Ujung Batu Tamalatea
Sebelah Selatan
- Bontomanai
- Bontojai
Tamalatea
Sebelah Barat Kassika Tamalatea
Sebelah Timur Bonto Baddo Tamalatea
(sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto tahun 2016)
-
39
Tabel II
Luas dan Rincian Wilayah
No Rincian wilayah Jumlah (Ha)
1. Luas daerah pemukiman 80,10
2. Luas daerah perkebunan 97,41
3. Luas daerah persawahan 35,00
(sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto tahun 2016)
2. Jumlah Penduduk Desa Bontojai
Desa Bontojai merupakan desa yang berpenduduk cukup padat,
dan terdiri dari 5 Dusun 10 RK. Hal ini dapat dilihat dari hasil pendataan
yang dilakukan oleh kader masyarakat (KPM) tercatat jumlah penduduk
desa Bontojai sekitar 2758 jiwa. Perempuan 1377 jiwa, laki-laki 1381 jiwa
dari 797 KK.
Tabel III
Jumlah Jiwa Penduduk Desa Bontojai untuk Setiap Dusun
Dusun
Bt.manai
Dusun
Bt.jai
Dusun
Ujung Batu
Dusun
Kassika
Dusun Bt.
baddo
P L P L P L P L P L
381 405 359 361 226 225 225 216 186 174
Total 786 Total 720 Total 451 Total 441 Total 360
(sumber data: hasil densus penduduk Desa Bontojai tahun 2016)
-
40
Tabel IV
Jumlah Kepala keluarga di Desa Bontojai berdasarkan
Jenis Mata Pencaharian
Jenis
Kelamin
Dusun
Bt.Manai
Dusun
Bt.jai
Dusun
Ujung
Batu
Dusun
Kassika
Dusun
Bt.Baddo
Laki-laki 405 361 225 216 174
Perempua
n 381 359 226 225 186
Jual-jualan 15 15 8 5 4
Petani
rumput laut - 5 85 68 70
Bengkel 2 1 - - -
Jual ikan 3 5 2 1 -
Nelayan - - 30 13 17
Tukang
ojek/bentor 10 15 5 5 5
Petani 120 81 - - -
Tukang
kayu - 4 - - -
Sopir 15 10 5 5 5
PNS 8 9 5 3 3
Guru ngaji 5 5 2 2 2
-
41
Tidak
punya
pekerjaan
15 18 11 9 10
Tukang
batu 9 15 - - -
(sumber data: hasil sensus penduduk Desa Bontojai tahun 2016)
3. Sarana, Prasarana dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat desa Bontojai sebagian besar tamatan SD,
sebagian lagi tamatan SMP, SMA, bahkan malah tidak sekolah sama
sekali atau putus sekolah. Hanya sebagian yang bisa melanjutkan ke
perguruan tinggi. Dari hasil sensus, rata-rata tingkat pendidikan keluarga
miskin hanya dapar menempuh pendidikan dasar, bahkan banyak yang
tidak tamat. Hal ini dipengaruhi oleh desakan ekonomi, faktor lingkungan
bahkan faktor rendahnya kemauan anak-anak untuk menuntut ilmu. Selain
itu banyak anak-anak yang putus sekolah karena perkawinan di usia
muda.
Tabel V
Sarana dan Prasarana Desa Bontojai
No Sarana dan Prasarana Volume
1. Kantor Desa 1 Unit
2. TK/PAUD (TK YASPIT Bontojai) 1 Unit
3. SD/MI ( SD Inpres 228 Bontomanai) 1 Unit
4. SMP/MTs (MTs Borong Tala) 1 Unit
-
42
5. SMA/MA (SMA YASPIT Bontojai) 1 Unit
6. Pasar Desa -
7. Jalan Poros Desa 3 km
8. Dekker Plat 2 Unit
9. Jalan Tani 3000 m
10. Drainase 6000 m
11. Jalan Setapak Paving Blok 5000 m
12. Masjid 5 Unit
13. Posyandu 5 Unit
14. Pustu 1 Unit
15. Sumur Perpipaan 1 Unit
16. Bak Penampung 3 Unit
(sumber data: Dokumen Desa Bontojai Kecamatan TamalateaKabupaten
Jeneponto tahun 2016)
4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Bontojai
Tabel VI
Struktur organisasi pemerintahan desa Bontojai
periode 2016-2021
No Nama Jabatan
1. Muh. Sahrir Kepala Desa
2. Misbahuddin Sekretaris Desa
3. Hasni S KAUR TU
-
43
4. Indarwansyah KAUR Keuangan
5. Al Munawir, S.Pdi KAUR Perencanaan
6. Tahiruddin KASI Pemerintahan
7. Muh. Suking, S.Pdi KASI Pelayanan
8. Ratnawati KASI KESRA
9. Sulaeman Kadus Bontomanai
10. Juruddin Kadus Bontojai
11. Jamaluddin Kadus Ujung Batu
12. Baharuddin Kadus Kassika
13. Salehuddin Kadus Bonto Baddo
(sumber data: Kantor Desa Bontojai)
5. Visi dan Misi Desa Bontojai
a. Visi Desa Bontojai
“Melayani masyarakat desa Bontojai secara menyeluruh
demi terwujudnya desa yang beriman untuk menuju desa
yang sehat, maju, aman, dan sejahtera”.
b. Misi Desa Bontojai
Berdasarkan Visi pembangunan desa Bontojai yang
ditetapkan misi-misi untuk mewujudkan Visi berdasarkan
bidang-bidang pembangunan desa Bontojai tahun 2016-
2021 sebagai berikut:
1) Meningkatlkan keimanan dan ketaqwaan seluruh
masyarakat desa Bontojai
-
44
2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) baik
kualitas maupun kuantitas
3) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
4) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
B. Akhlak Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto
Akhlak anak harus selalu mendapatkan perhatian karena anak
dalam proses berkembang sehingga memerlukan bimbingan,
pemahaman dan wawasan tentang dirinya dan lingkungan. Proses
perkembangan anak tidak selalu berjalan mulus. Itulah mengapa akhlak
anak dalam kehidupan sehari-harinya terkadang tidak sesuai yang
diharapkan oleh orang tua karena tidak sesuai dengan norma-norma dan
ajaran Islam.
Peneliti mengajukan pertanyaan kepada bapak Iskandar sebagai
salah seorang tokoh masyarakat mengenai akhlak anak di desa Bontojai
ini beliau mengatakan bahwa:
Akhlak anak di desa ini masih memprihatinkan karena masih ada beberapa anak yang akhlaknya perlu dibina dan di bimbing dengan baik. Meskipun ada juga sebagian anak yang akhlaknya sudah bagus tapi mereka masihg cenderung labil, sehingga ketika berada di lingkungan yang kurang mendukung akan berpengaruh terhadap tingkah dan perilakunya.
Akhlak anak saat ini masih perlu dibina dan di bimbing dengan
baik agar tidak salah langkah. Sementara ungkapan oleh ibu Ratna S.Ag
-
45
sebagai salah seorang guru agama di SD inpres 228 Bontomanai
mengatakan bahwa:
Akhlak anak di desa ini sudah lumayan bagus, tercermin dari sebagian besar anaknya sopan dan santun dalam kehidupan sehari-hari. Karena para orangtua selalu mananmkan nilai-nilai akhlak dan tata cara menghargai orang yang lebih tua.
Dikutip dari pernyataan ibu Ratna S.Ag bahwa akhlak anak saat
ini sudah lumayan bagus. Kemudian bapak Sirajuddin selaku tokoh
Agama di Desa Bontojai mengatakan bahwa:
Akhlak anak di desa ini masih perlu dibina dengan baik karena sering saya mendengar mereka membentak orang yang lebih tua darinya, seperti tidak ada rasa hormatnya kepada yang lebih dituakan, padahal sering pak imam dusun menyampaikan nasehat kepada anak-anak di desa bontojai ini.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dapat
menyimpulkan bahwa akhlak anak di desa Bontojai Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto ini masih harus dilakukan pembinaan dan
pembimbingan serta memberikan contoh yang baik dimulai dari sejak dini,
sehingga akhlak anak ketika sudah dewasa dapat terkontrol dengan baik.,
C. Strategi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak Anak di Desa
Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto
Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-
anaknya, karena merekalah yang mula-mula memberikan bimbingan dan
arahan. Umumnya dalam rumah tangga bukan berpangkal dari kesadaran
dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan ia lahir
secara kodrat. Situasi pendidikan ini terwujud berkat adanya pergaulan
-
46
dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang
tua dan anak.
Orang tua dalam hal ini ibu dan ayah memegang peranan atas
pengaruh pendidikan bagi keluarganya, terutama bagi anak-anaknya.
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya berkembang secara
sempurna. Anak yang dilahirkannya diharapkan menjadi anak yang sehat,
kuat, berketerampilan, cerdas, pandai dan beriman.
Upaya untuk mencapai tujuan di atas, orang tualah yang
mempunyai tanggung jawab yang besar nterhadap pertumbuhan dan
perkembangan anaknya. Sejak anak lahir, orang tua selalu memberikan
arahan, mulai dari memperkenalkan sesuatu sampai kepada
memahaminya.
Peneliti mengajukan pertanyaan kepada bapak Abdul Yakin
salah seorang tokoh masyarakat mengenai strategi orang tua dalam
penanaman akhlak anak, bapak Abdul Yakin mengatakan bahwa:
Sebagai orang tua strategi yang saya gunakan dalam penanaman akhlak anak saya yaitu dengan cara menjadi tauladan bagi anak saya, baik dalam hal sifat, sikap maupun kebiasaan lainnya yang positif sebab orang tua merupakan contoh yang akan dianut oleh anak-anak hingga dewasa nanti, jika kita ingin anak-anak bersikap sopan, bertutur kata yang lembut dan baik, jujur, rajin beribadah maka kita harus bersikap yang sama sebagai panutan.1
Berdasarkan wawancara di atas di pahami bahwa dengan
menjadi teladan bagi anak merupakan salah satu strategi yang dapat
membantu dalam menanamkan akhlak pada anak. Karena dengan
1Abdul Yakin, wawancara, pada hari senin tanggal 27 Agustus 2018
-
47
menjadi teladan bagi anak, anak akan mengingat apa yang pernah kita
lakukan atau ucapkan. Contohnya bersikap sopan, dan bertutur kata yang
baik, jujur dan rajin beribadah.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan ibu Nurmiati, S.Pd
sebagai salah seorang guru di sekolah Madrasah Aliyah di MTs Borong
Tala yang menyatakan:
Kita sebagai orang tua mempunyai peranan penting didalam keluarga, harus berupaya menjadi teladan bagi anak-anak dengan memberikan contoh-contoh dan pembiasaan yang baik dan islami dalam hal ibadah yakni shalat dan membaca Al-Qur’an dan beretika seperti , mendidik anak berperilaku baik, membiasakan anak bersikap sopan, bertutur kata yang baik, suka menolong, saling menghargai dan menghormati, serta memberikan teladan yang baik, agar menjadi anak yang shaleh, berilmu, beriman dan berakhlak mulia.2
Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa memberikan
keteladanan yang baik terhadap anak adalah penopang dalam upaya
menanamkan nilai-nilai akhlak bagi anak. Oleh karena itu, dalam membina
dan mendidik anak tanpa memberikan teladan yang baik, akhlak anak
tidak akan berhasil.
Sedangkan menurut ibu Basmiwati (IRT) mengatakan bahwa:
Senantiasa memberikan nasehat kepada anak merupakan salah satu strategi yang baik dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak, olehnya itu sebagai orang tua harus berusaha semaksimal mungkin untuk sering bercerita dan memberikan nasehat kepada anak-anaknya, dari pada mengambil tindakan menghukum dan membiarkan anak begitu saja apabila melakukan kesalahan. Strategi yang dilakukan orang tua dalam memberikan nasehat kepada anak adalah dengan menghargai orang tua, bersikap sopan santun, Contohnya mengikutkan anak pada kegiatan pengajian (TPA), membiasakan anak mendengarkan ceramah.3
2 Nurmiati, wawancara, pada hari senin tanggal 27 Agustus 2018
3 Basmiwati, wawancara, pada hari selasa tanggal 28 Agusutus 2018
-
48
Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa strategi yang baik
dalam menanamkan akhlak pada anak yaitu dengan memberikan
nasehat. karena dengan memberikan nasehat kepada anak, membuat
anak lebih memahami apa yang kita sampaikan. Contohnya mengikutkan
anak pada kegiatan pengajian (TPA), membiasakan anak mendengarkan
ceramah.
Sementara ungkapan dari ibu Mariati (IRT) bahwa strategi orang
tua dalam penanaman akhlak anak yaitu:
Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan misalnya membiasakan anak shalat dan membaca Al-Qur’an, mengucapkan salam pada waktu masuk dan meninggalkan rumah, melafalkan basmalah setiap memulai kegiatan dan melafalkan alhamdulillah setelah menyelesaikan suatu pekerjaan atau setiap mendapat nikmat Allah swt. Karena dengan adanya pembiasaan itu akan menjadi contoh dan membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Dan pembiasaan akan terbentuk bila dilatih dan di ulang-ulang.4
Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu
strategi dalam menanamkan akhlak pada anak yaitu salah satunya
dengan melakukan pembiasaan. Karena dengan adanya pembiasaan
akan membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Contohnya
membiasakan anak untuk melakukan shalat dan membaca al-Qur;an.
Dari hasil wawancara tersebut peneliti mengambil kesimpulan
bahwa strategi orang tua dalam penanaman akhlak anak di Desa Bontojai
Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto yaitu dengan melalui
keteladanan diantaranya jujur, beribadah, kemudian nasehat diantaranya
4 Mariati, wawancara, pada hari rabu tanggal 29 Agustus 2018
-
49
hargai orang tua, sopan santun. Sedangkan dalam hal pembiasaan
diantaranya mebiasakan anak mebaca al-Qur’an, membiasakan anak
memberikan salam ketika hendak masuk ataupun mau keluar dari rumah..
Penanaman akhlak anak sebaiknya dilakukan sejak dini agar kelak ketika
telah dewasa dapat menjadi anak yang diharapkan. Penanaman akhlak
anak sebaiknya dilakukan sejak dini agar kelak ketika telah dewasa dapat
menjadi anak yang diharapkan. Keteladanan, memberikan nasehat, dan
pembiasaan dalam menanamkan akhlak anak merupakan strategi yang
berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral,
kepribadian serta tingkah laku anak.
Serta dalam penanaman akhlak anak, orang tua sebagai
pendidik pertama dan utama haruslah mempunyai landasan keilmuan
agama sebagai landasan utama mengajarkan hal-hal yang sudah diatur
dalam agama yang nantinya seorang anak tidak hanya akan paham
denga ilmu agama bahkan akan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-
hari untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
D. Hambatan yang Dihadapi Orang Tua dalam Penanaman Akhlak
Anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto
Terkadang ada orang tua yang jarang sekali berbicara secara
pribadi dengan anaknya. Ketika anak membuat kesalahan mereka hanya
mendiamkannya, karena mereka terkadang berpikir begitulah cara untuk
menhukum anak. Ada juga orang tua yang kebanyakan berbicara mereka
-
50
selalu menceramahi remaja dengan aturan-aturan yang membelenggu
menurut anak sehingga mereka bosan.
Peneliti mengajukan pertanyaan kepada ibu Johra (IRT)
mengenai hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak
anak di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto, ibu
Johra mengatakan bahwa:
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua menjadi hambatan dalam menanamkan akhlak bagi anaknya. Ini mengingat banyaknya kasus yang terjadi pada anak karena kemerosotan moral dan akhlak yang tidak baik. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting untuk mengajarkan dan menanamkan moral dan akhlak yang baik dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang baik bagi seorang anak.5
Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu yang
menjadi hambatan orang tua dalam penanaman akhlak anak adalah
kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua. Jika orang
tua kurang pemahaman dan pengetahuan agamanya akan susah untuk
menanamkan akhlak pada anak itu sendiri. Karena pemahan dan
pengetahuan agama sangat penting bagi orang tua dalam mendidik anak.
Sementara ungkapan oleh ibu Dahlia (IRT) mengatakan bahwa:
Pengaruh lingkungan sangat kuat sekali pengaruhnya terhadap akhlak anak, sehingga orang tua hendaknya dapat mengontrol akhlak anak dalam kesehariannya. Peran lingkungan yang sangat berpengaruh dalam akhlak anak, maka orang tua dapat memberikan landasan yang kuat kepada anak melalui pendidikan agama dan memberikan kasih sayang yang penuh kepada anak, agar anak tidak terpengaruh dengan lingkungannya.6
5 Johra, wawancara, pada hari kamis tanggal 30 Agustus 2018
6 Dahlia, wawancara, pada hari jumat tanggal 31 Agustus 2018
-
51
Dari wawancara di atas di pahami bahwa pengaruh lingkungan
menjadi hambatan orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak.
Setiap orang tua harus mengontrol akhlak anak dalam kesehariannya.
Karna peran lingkungan sangatlah berpengaruh dalam akhlak anak.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak Baharuddin
sebagai kepala dusun Kassika beliau mengatakan bahwa:
Pengaruh pergaulan anak dilingkungannya serta media seperti televisi mulai mengkhawatirkan para orang tua akan dampak negatifnya. Anak-anak adalah peniru yang akan meniru apa yang dilihat dan didengar dari lingkungannya, sehingga terkadang anak ketika ke asyikan bermain dan nonton televisi itu terkadang susah diatur baik waktu beribadah, belajar, makan, tidur, dan lain-lain.7
Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa salah satu
hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman aklak anak adalah
pengaruh pergaulan anak dilingkungan serta media seperti televisi.
Karena anak biasanya meniru apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar.
Sementara menurut ibu Syambriati (IRT) mengatakan bahwa:
Kami menyadari bahwa didalam membimbing anak dalam hal ini menanamkan nilai-nilai akhlak bagi anak, orang tua harus senantiasa berkumpul dengan anak, bermain bersama, serta shalat berjamaah bersama dan lain-lain, akan tetapi adanya faktor kesibukan yang lain sehingga waktu kami dirumah jarang, jadi perhatian kami terhadap anak kurang.8
Dari hasil wawancara di atas di pahami bahwa yang menjadi
hambatan orang tua dalam menanamkan akhlak pada anak adalah
kurangnya perhatian dari orang tua. Karena jika orang tua tidak
7 Baharuddin, wawancara, pada hari sabtu tanggal 1 September 2018
8 Syambriati, wawancara, pada hari sabtu tanggal 1 Sepetember 2018
-
52
memberikan perhatian, anak akan merasa bahwa dia tidak di sayang.
Maka dari itu perhatian dari orang tua sangatlah penting.
Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa Hambatan yang dihadapi orang tua dalam penanaman akhlak anak
di Desa Bontojai Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto yaitu
kurangnya pemahaman dan pengetahuan agama orang tua, pengaruh
lingkungan, dan kurangnya perhatian dari orang tua itu sendiri. Karena
dengan adanya kendala tersebut membuat orang tua jadi sulit untuk
menananamkan akhlak pada anaknya. Sedangkan orang tua adalah
pendidik pertama dan utama di dalam keluarga. Maka dari itu, orang tua
harus berupaya keras dalam menanamka