-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
1/98
STATUS PENC
SEBAGAI BIPADA MU
STATUS O
ANNELIDS AS
ON RIVE
MARAN DAN INDEKS EKOLOG
INDIKATOR PENCEMARAN LINRA SUNGAI DI KABUPATEN PA
POLLUTION AND ECOLOGICAL IN
ENVIROMENTAL POLLUTION BIOI
S ESTUARIES AT PANGKEP REG
YULIANA ULFAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ANNELIDA
KUNGANNGKEP
DEX OF
DICATOR
NCY
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
2/98
STATUS PENCEMARAN DAN INDEKS EKOLOGI ANNELIDASEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA
MUARA SUNGAI DI KABUPATEN PANGKEP
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Disusun dan diajukan oleh
YULIANA ULFAH
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
3/98
PRAKATA
Doa dan puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas berkat-Nya kepada penulis sehingga tesis ini bisa selesai.
Gagasan yang melatar belakangi tesis ini timbul yaitu dari minimnya kajian
mengenai status pencemaran dan indeks ekologi annelida sebagai
bioindikator pencemaran lingkungan pada muara sungai di
kabupaten pangkep, padahal peranan Annelida baik secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kestabilan ekosistem
perairan. Penelitian ini akan mempelajari mengenai dampak aktivitas
manusia terhadap komunitas annelida sebagai bioindikator pada muara
sungai di kabupaten pangkep.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka
penyusunan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka
tesis ini selesai pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Chair Rani, M.Si. sebagai Ketua Komisi Penasihat dan
Prof. Dr. Ir. Budimanawan, DEA sebagai Anggota Komisi Penasihat
atas bantuan dan bimbingannya sejak awal penelitian sampai
penyusunan tesis ini.
2. Dr. Ir. M. Farid Samawi, M.Si., Dr. Ir. Magdalena Litaay, M.Sc. dan
Prod. Dr. Ir. Kahar Mustari, M.Si sebagai Anggota Komisi Penguji
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
4/98
atas saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tesis
ini.
3. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Hardin, S.Ag. dan Ibunda
Lisnawati, S.Pd, atas limpahan kasih sayang, do’a, perhatian dan
dukungan baik secara spiritual maupun materil. Saudara-saudaraku
Muh. Anshary, S.Hut, Muh. Asrullah, dan Rini Indriani atas
dukungan dan perhatiannya.
4. Tim penelitian, Fathur Rahman, S.Kel, Nurdani, S.Kel. Muhammad
Akbar AS, S.Kel, Ramli S.Kel, Erianto Pallin, S.Kel. dan Putra Ilham
Rizky, S.Kel. atas bantuannya dalam pengambilan sampel
penelitian.
5. Teman-teman PLH 09 Restu Sirante, Annita Sari, Ade Widyasari,
Nova Monica, Asmidar, Sri Wulandari, dan Rudy Syam atas
kebersamaanya selama menimba ilmu di Pasca Sarjana UNHAS
dan teman-temanku yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu,
terima kasih atas bantuannya.
Makassar, Agustus 2011
Yuliana Ulfah
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
5/98
ABSTRAK
Yuliana Ulfah. Status pencemaran dan Indeks Ekologi Annelidasebagai Bioindikator Pencemaran Lingkungan pada Muara Sungai di Kabupaten Pangkep (dibimbing oleh Chair Rani dan Budimawan)
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis status pencemaranpada beberapa muara sungai di Kabupaten Pangkep berdasarkan kondisifisik dan kimia perairan (2) menganalisis status pencemaran padabeberapa muara sungai di Kabupaten Pangkep berdasarkan kondisibioekologi komunitas Annelida, (3) Menguraikan struktur komunitas
Annelida sebagai bioindikator pencemaran (4) Menganalisis apakah adaenis Annelida yang berpotensi sebagai bioindikator pencemaran pada
muara sungai di Kabupaten PangkepPenelitian dilakukan pada beberapa muara sungai berdasarkan 1)
muara Sungai Bawasalo dengan hutan bakau yang masih alami; 2) muaraSungai Sigeri dengan pemukiman yang padat; 3) muara Sungai Kalukuedengan areal pertambakan yang padat; dan 4) muara Sungai Manjellingdengan kawasan pemukiman dan areal pertambakan yang padat.
Hasil penelitian diperoleh 24 jenis Annelida. Kondisi Fisik dan KimiaMuara Sungai Sigeri, Kalukue dan Manjelling sudah tergolong tercemar ringan khususnya terhadap parameter TOC dan BOD; Indeks ekologi dimuara Sungai Bawasalo dan Sigeri dalam kondisi bagus sedangkanmuara Sungai Kalukue dan Manjelling memiliki indeks ekologi yangrendah; Struktur komunitas Annelida muara Sungai Bawasalo dalamkondisi alamiah, sedangkan muara Sungai Sigeri dan Kalukue sudahdalam kondisi tercemar ringan bahkan pada muara Sungai Manjellingdalam kondisi tercemar berat; Jenis annelida yang berpotensi sebagaiindikator positif yaitu jenis Iphitime Loxorhynchi, Arabella iricolor, Questacaudicirra, Oenone fulgida, Orbinia Johnsoni .
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
6/98
ABSRTRACT
Yuliana Ulfah. Pollution Status and Annelids Ecological Index asPollution Bioindicator of environmental on River Estuaries at PangkepRegency (supervised by Chair Rani and Budimawan).
The research aimed at (1) analyzing pollution status on the river estuaries at Pangkep Regency based on physical and chemichalcondition, (2) analyzing pollution status on the river estuaries at PangkepRegency based on bioecological condition of Annelids community, (3)describing the structure of annelids community as pollution bioindicator,(4) elaborating whether there was the Annelids types which had the
potentials as the pollution bioindicators on the river estuaries at PangkepRegency.
The research was carried out on several river estuaries based on : (1)estuary of Bawasalo River with its natural mangrove forest; (2) estuary of Sigeri River with dense settlement; (3) estuary of Kalukue River withdense fishpond area and (4) estuary of Manjelling River with the densesettlement and fishpond.
The result of the research reveals that there are 24 types of Annelids.Physical and chemichal condition at the river estuaries of Sigeri, Kalukueand Manjelling which are categorized in the moderately polluted based onTOC and BOD parameters. Ecological index at the river estuaries of Bawasalo and Sigeri is in the good condition, whereas the river estuariesof Kalukue and Manjelling have the low ecological index. Annelidscommunity structure at the estuary of Bawasalo river is in the naturalcondition, while the river estuaries of Sigeri and Kalukue are in themoderately polluted condition, even the estuary of Manjelling river is in theseverally polluted condition. The Annelids types of which have thepotentials as the positive indicators are the types of Iphitime Loxorhynchi, Arabella iricolor, Questa caudicirra, Oenone fulgida, Orbinia Johnsoni .
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
7/98
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 4C. Tujuan Penelitian 4D. Kegunaan Penelitian 5E. Lingkup Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencemaran 6B. Annelida 9B. Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran 12C. Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Komunitas
Annelida 15D. Indeks Ekologi 23E. Gambaran Umum Lokasi penelitian 25F. Kerangka Pikir 27G. Hipotesis 30
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian 31
B. Alat dan Bahan 31C. Prosedur Penelitian 32D. Analisi Data 37E. Bagan Alir Penelitian 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Perairan Berdasarkan Kondisi Fisik Kimia Perairan 44B. Struktur Komunitas Annelida 57C. Kondisi Perairan Berdasarkan Struktur Komunitas Annelida 70D. Jenis Annelida yang berpotensi sebagai Bioindikator
Pencemaran 72
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
8/98
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 79B. Saran 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
9/98
DAFTAR TABEL
nomor halaman
1. Skala Wenworth untuk mengklasifikasi partikel-partikel
sedimen 22
2. Standar Baku Mutu Perairan untuk Biota Perairan 38
3. Standar Baku TOC untuk Biota Perairan 38
4. Kriteria Tingkat Pencemaran berdasarkan nilai Rating Indeks 39
5. Kategori Indeks Keanekaragaman Jenis 40
6. Kategori Indeks Keseragaman Jenis 40
7. Kategori Indeks Dominansi 41
8. Rating Indeks pada semua stasiun pengamatan 57
9. Sebaran dan Komposisi Jenis Annelida pada setiap
stasiun pengamatan 59
10. Ringkasan interpretasi Canonical Correspondences Analysis 74
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
10/98
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian 29
2. Peta Lokasi Penelitian 33
3. Sketsa stasiun pengambilan sampel 34
4. Bentuk Kurva K-Dominance untuk jumlah individu dan biomassaspesies Annelida, yang menunjukkan 3 kondisi perairan yaitu
perairan yang tidak tercemar, tercemar sedang dantercemar berat 42
5. Bagan Alir Penelitian 43
6. Nilai dan Kondisi TOC di tiap stasiun berdasarkan TheNorwegian Pollution Coontrol Authority (SFT) tahun 2000 45
7. Nilai dan Kondisi BOD di tiap stasiun berdasarkanKEPMENLH tahun 2004 47
8. Nilai dan Kondisi DO di tiap stasiun berdasarkan
KEPMENLH tahun 2004 499. Nilai dan Kondisi pH Air di tiap stasiun berdasarkan
KEPMENLH tahun 2004 50
10. Nilai dan Kondisi pH Tanah di tiap stasiun berdasarkanKEPMENLH tahun 2004 52
11. Nilai dan Kondisi eH di tiap stasiun 53
12. Nilai dan Kondisi Salinitas di tiap stasiun 54
13. Nilai dan Kondisi Suhu di tiap stasiun 55
14. Nilai Sedimen yang diperoleh di tiap stasiun 56
15. Komposisi jenis Annelida di stasiun pengamatan 5816. Jumlah jenis annelida tiap stasiun 6417. Kepadatan annelida tiap stasiun 6518. Nilai Indeks Keanekaragaman tiap stasiun 6719. Nilai Indeks Keseragaman tiap stasiun 6920. Nilai Indeks Dominansi tiap stasiun 7021. Grafik Metode ABC diseluruh stasiun sebagai dasar
dalam penentuan Tingkat Pencemaran 71
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
11/98
22. Hasil Canonical Correspondences Analysis.
Distribusi spasial-temporal hewan annelid danpeubah lingkungan 73
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
12/98
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1. Parameter Lingkungan di Stasiun Pengmatan 87
2. Klasifikasi jenis Annelida yang ditemukan di StasiunPengmatan 89
3. Komposisi jenis, kepadatan (ind/m2) dan nilai indeksekologi Annelida 90
4. Indeks Ekologi 91
5. Hasil uji Kruskal-Wallis dan Anova Jumlah jenis, Kepadatan Annelida dan Faktor Fisik-Kimia Perairan 93
6. Kepadatan dan Biomas Annelida 108
7. Input analisis multivarian Canonical Correspondence
Analysis (CCA) 110
8. Gambar Jenis Annelida yang ditemukan 111
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
13/98
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi suatu wilayah pesisir erat kaitannya dengan sistem sungai yang
bermuara di wilayah itu. Perubahan sifat sungai yang mungkin terjadi baik
yang disebabkan oleh proses alami maupun sebagai akibat dari kegiatan
manusia baik yang terjadi dihulu maupun yang terjadi dihilir telah
menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap kondisi wilayah pesisir
oleh karenanya secara alami wilayah pesisir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu sistem sungai.
Muara sungai merupakan bagian perairan yang sangat mendukung dan
potensil untuk berbagai kegiatan perikanan, karena sifat khasnya sebagai
wilayah penangkap nutrien dari daratan yang terbawa oleh aliran sungai dan
dari laut oleh aksi pasang surut. Hal ini menyebabkan tingkat kesuburannya
relatif tinggi. Secara fungsional muara sungai menerima tekanan dan beban
limbah, akibat aktivitas manusia dari sepanjang aliran sungai seperti kegiatan
pertanian, perikanan, pemukiman, industri dan kegiatan lainnya, sehingga
wilayah perairan ini dapat mengalami pencemaran sekecil apapun.
Perairan muara sungai di Kabupaten Pangkep merupakan perairan yang
semi terbuka dan mudah mendapat masukan berbagai bahan pencemar
dari limbah rumah tangga, industri dan perikanan (tambak) dan pertanian
intensif yang berada di sepanjang aliran sungai di Kabupaten Pangkep.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
14/98
Keberadaan berbagai macam limbah tersebut dapat menyebabkan
peningkatan pencemaran dalam kolom air.
Hasil Kajian Basri (2010), menunjukkan tingginya konsentrasi fosfat pada
perairan di sekitar muara sungai di Kabupaten Pangkep yaitu berkisar 0,41-
0,74. Tingginya beban limbah organik yang masuk ke dalam badan sungai
telah mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos. Menurut Jumiarti
(2009), struktur komunitas makrozoobentos pada muara sungai Pangkajene
di Kabupaten Pangkep tergolong tidak stabil yang diindikasikan oleh nilai
indeks dominansi makrozoobentos yang ditemukan tergolong dalam kategori
tinggi. Adanya spesies yang dominan pada suatu komunitas menandakan
bahwa lingkungan yang ada tidak stabil sehingga hanya organisme oportunis
yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang mampu
bertahan (Odum, 1971).
Dwifungsi ekosistem perairan pantai, sebagai tempat pembuangan
limbah dan penghasil protein hewani, merupakan dua hal yang sangat
bertentangan. Hal ini perlu mendapat perhatian yang cukup, agar selalu
ada keseimbangan sehingga kondisi ekosistem tersebut tetap normal dan
lestari. Dorsey & Synnot (1980) menyatakan bahwa partikel organik hasil
buangan limbah kota merupakan cadangan sekunder nutrisi nitrat dan
fosfat. Senyawa-senyawa ini dapat merangsang produktivitas primer dari
organisme bentik alga uniseluler. Produktivitas primer tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui tingginya kepadatan dan kelimpahan dari
hewan-hewan pemakan deposit.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
15/98
Salah satu cara untuk memantau tingkat pencemaran perairan di muara
sungai di Kabupaten Pangkep adalah dengan melihat struktur komunitas
Annelida. Annelida merupakan jenis organisme yang hidupnya menetap di
dasar perairan dengan pergerakan yang relatif lambat sehingga cocok
dijadikan indikator bilogi (bio-indikator) di muara sungai karena struktur
komunitasnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya (Yokoyama,
1981). Indikator biologi memiliki tingkat konsistensi yang tinggi dan bersifat
praktis (cepat, murah) bila dibandingkan dengan pengukuran fisik dan kimia
lingkungan.
Kelompok Annelida merupakan satu mata rantai makanan yang penting
karena Annelida merupakan makanan utama berbagai jenis ikan demersal.
Kesuburan suatu perairan secara tak langsung dapat diperkirakan dengan
mengukur kepadatan, komposisi jenis dan biomasa dari Annelida tersebut.
Di Jepang, cacing telah digunakan sebagai bioindikator lingkungan
laut (Yokoyama, 1981), terutama di daerah teluk yang relatif tertutup
dan tercemar oleh bahan buangan organik. Sehingga penelitian ini akan
mencoba mempelajari mengenai komunitas Annelida sebagai bioindikator
pencemaran lingkungan pada muara sungai di Kabupaten Pangkep.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana status pencemaran pada beberapa muara sungai di
Kabupaten Pangkep berdasarkan kondisi fisik dan kimia perairan
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
16/98
2. Bagaimana status pencemaran pada beberapa muara sungai di
Kabupaten Pangkep berdasarkan kondisi bioekologi komunitas
Annelida
3. Bagaimana struktur komunitas Annelida sehingga bisa menjadi
bioindikator pencemaran pada muara sungai di Kabupaten Pangkep
4. Apakah ada jenis Annelida yang berpotensi sebagai bioindikator
pencemaran pada muara sungai di Kabupaten Pangkep
C. Tujuan Penelitan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Menganalisis status pencemaran pada beberapa muara sungai di
Kabupaten Pangkep berdasarkan kondisi fisik dan kimia perairan
2. Menganalisis status pencemaran pada beberapa muara sungai di
Kabupaten Pangkep berdasarkan kondisi bioekologi komunitas
Annelida
3. Menguraikan struktur komunitas Annelida sebagai bioindikator
pencemaran pada muara sungai di Kabupaten Pangkep
4. Menganalisis apakah ada jenis Annelida yang berpotensi sebagai
bioindikator pencemaran pada muara sungai di Kabupaten Pangkep
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitan di atas, penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat :
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
17/98
1. Sebagai bahan informasi tentang kondisi struktur komunitas Annelida
pada muara sungai dikabupaten Pangkep
2. Sebagai justifikasi ilmiah dan bahan pertimbangan untuk kepentingan
penggunaan jenis-jenis Annelida sebagai bioindikator pencemaran
perairan.
E. Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini dibatasi pada kajian terhadap struktur Annelida, dalam
hal ini mencakup kepadatan, indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman dan dominansi Annelida pada muara sungai di
Kabupaten Pangkep
2. Lokasi penelitian dibatasi pada aktivitas pemukiman dan pertambakan
di Muara Sungai di Kabupaten Pangkep
3. Sedangkan parameter lingkungan sebagai parameter pendukung
antara lain: kecepatan arus, suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO),
derajat keasaman (pH), Biological Oxygen Demand (BOD), Total
Organ c Carbon (TOC), Eh Sedimen dan ukuran sedimen.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
18/98
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencemaran
Pencemaran perairan merupakan gejala pengotoran atau penambahan
pada air dengan organisme atau zat-zat lain sehingga dapat mencapai
tingkat yang mengganggu penggunaan atau pemanfaatan dan kelestraian
perairan tersebut. Bahan pencemaran dapat berupa bahan pencemaran
kimia, fisika dan biologi (Sutamiharja, 1982).
Pada dasarnya peristiwa pencemaran mempunyai beberapa
komponen pokok untuk bisa disebut sebagai pencemaran yaitu (1)
Lingkungan yang terkena adalah lingkungan hidup manusia, (2) Yang
terkena akibat negatif adalah manusia, (3) Dalam lingkungan tersebut
terdapat bahan berbahaya yang juga disebabkan oleh aktifitas manusia.
Ketiga komponen pokok di atas memberikan konsep pencemaran yang
berbunyi : pencemaran akan terjadi apabila dalam lingkungan hidup
manusia (baik lingkungan fisik, kimia da biologi) terdapat suatu bahan
dalam konsentrasi besar, yang dihasilkan oleh proses aktivitas manusia,
yang akhirnya merugikan eksistensi manusia sendiri. Bahan yang
menurunkan kualitas lingkungan dikenal sebagai bahan pencemaran
(pollutan) sedangkan pencemarannya sendiri dinamakan sebagai
peristiwa polusi (Amsyari, 1986).
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
19/98
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
20/98
peternakan, perikanan dan transportasi. Sedangkan bentuk pencemaran
dapat dibagi menjadi bentuk cair (semua jenis bahan sisa hasil olahan
industry atau bahan buangan yang dibuang dalam bentuk larutan atau
berupa zat cair), padat (semua bahan sisa hasil olahan industry ataupun
bahan buangan yang tidak berguna dan berbentuk padat yang dapat
berupa kaleng bekas, pembungkus bekas, kertas bekas dan lain
sebagainya) dan gas (berasal dari asap kendaraan bermotor atau beroda
empat dan asap cerobong pembakaran dan sebagainya yang dapa
menimbulkan polusi udara) serta kebisingan (Sastrawijaya, 1991).
Menurut Mahida (1984), limbah cair yang berasal baik dari sisa
buangan hasil produksi industri dan limbah cair yang berasal dari limbah
rumah tangga ataupun limbah organik yang berasal dari budidaya tambak
pada umumnya menimbulkan pencemaran bagi lingkungan apabila limbah
cair tersebut langsung dibuang ke lingkungan tanpa melalui pengelolaan
terlebih dahulu dan limbah cair yang umumnya dibuang ke sungai dapat
menyebabkan pencemaran air sungai dan adanya pencemaran limbah
cair dapat menurunkan kadar oksigen dalam air. Jika pembuangan limbah
terjadi secara terus menerus tanpa terkendali, maka dapat mematikan
semua kehidupan dalam air. Pencemaran yang sangat nyata dari limbah
cair tersebut yaitu bau yang kurang enak, air yang berbau busuk, air
sungai menjadi keruh dan biasanya berwarna kecoklatan.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
21/98
B. Annelida
Annelida berasal dari bahasa Latin anneleus berarti cincin kecil dan
oids berarti bentuk. Annelida adalah kelompok cacing dengan tubuh
bersegmen. Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki
rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan
hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana (Suwignyo, 2005)
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m. Contoh
annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia. Bentuk
tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin. Annelida
memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen
dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh
darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan
segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh
Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan
sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar
(sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal) (Palungkun, 1999).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring,
esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki
pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.
Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.
Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke
seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.
Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
22/98
oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.
Nefridia (tunggal – nefridium) merupakan organ ekskresi yang terdiri dari
saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor
merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat
sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya (Suwignyo, 2005).
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang
parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat
annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada
yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup
diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri (Suwignyo, 2005).
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembentukan
gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang
kemudian beregenerasi. Organ seksual annelida ada yang menjadi satu
dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain
(gonokoris). Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing
berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea
(Palungkun, 1999).
Cacing Polychaeta terutama hidup di laut (Fauchald, 1977) meskipun
beberapa jenis nereid mempunyai toleransi terhadap salinitas rendah, dan
telah beradaptasi untuk hidup di air payau dan estuaria. Struktur morfologi
Polychaeta yang dapat diamati untuk mengidentifikasi jenis-jenis
Polychaeta adalah struktur kepala, organ-organ sensoris, struktur tubuh,
parapodia, papilla epidermal, cirri pygidial, stomadeum, struktur membran
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
23/98
nuchal, sistem pencernaan, sistem sirkulasi, dan setae (Fauchald &
Rouse, 1997a; Fauchald & Rouse, 1997b).
Peranan Annelida secara ekonomi yaitu sebagai sumber protein,
bahan baku obat & industri farmasi, Parasit (cangkang kerang & tiram
mutiara, usus ikan), Budidaya (pakan ikan & komoditi ekspor), Hiasan
akuarium laut. Peranan Annelida secara ekologi yaitu Indikator polusi
organik ekosistem akuatik, Mata rantai dalam ekosistem, Mendaur ulang
nutrien di alam. Anelida ada yang bersifat merugikan dan menguntungkan,
namun sebagian besar Annelida bersifat menguntungkan bahkan ada
yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan di beberapa daerah,
contohnya: cacing wawo (Lysidice oele), dan cacing palolo (Eunice viridis).
Kedua cacing tersebut biasa dikonsumsi oleh manusia di beberapa tempat
di Indonesia. Selain itu, beberapa contoh spesies Annelida yang
menguntungkan antara lain: Lumbricus rubella, cacing tersebut
memproses sampah tanaman dan mengubahnya menjadi permukaan
tanah sehingga kaya nutrisi. Cacing tersebut juga berperan sebagai
dekomposer dan menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif dan enzim-
enzim penghancur benda mati sehingga tidak mengherankan jika cacing
dijadikan bahan pengobatan contohnya untuk typhus dan bahan pembuat
kosmetik. Selain itu ada juga spesies yang biasa digunakan dalam ilmu
kedokteran yaitu Hirudo medicinalis (Kastawi, 2003).
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
24/98
C. Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran
Masuknya bahan polutan baik organik maupun anorganik ke perairan
sungai akan menyebabkan perubahan kualitas perairan di muara sungai,
karena muara sungai merupakan suatu ekosistem, maka setiap
perubahan komponen abiotik akan direspon oleh komponen biotik.
Komponen biotik (organisme) akan berkembang sebagai respon dari
setiap perubahan faktor abiotik, organisme yang mampu bertahan hidup
dalam kondisi tersebut dikenal dengan istilah organisme indikator
(bioindikator). Bioindikator dapat digunakan dalam monitoring perubahan
kualitas lingkungan (Tugiyono, 2006). Bioindikator dapat dibagi dalam 3
kelompok, yaitu:
1. Indikator secara ekologi yang membuktikan adanya pengaruh
ekosistem yang tergambarkan dalam struktur komunitas atau yang
sederhana ada atau tidak adanya spesies
2. Monitoring organisme yang mengukur kualitas dan kuantitas dari efek
negatif bahan kimia dalam lingkungan dan menduga pengaruhnya.
Organisme indikator baik berada dalam ekosistem (lingkungannya)
(monitoring secara pasif) maupun organisme diujikan dalam pengujian
ekotoksikologi yang baku (monitoring secara aktif).
3. Tes organisme yang menggunakan prosedur laboratorium yang baku,
seperti penelitian ekotoksikologi secara laboratorium.
Bioindikator (indikator biologi) adalah spesies atau mikroorganisme,
yang kehadiran dan responsnya berubah karena kondisi lingkungan.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
25/98
Setiap spesies merespons perubahan lingkungan sesuai dengan stimulus
yang diterimanya. Respons yang diberikan mengindikasikan perubahan
dan tingkat pencemaran yang terjadi di lingkungannya. Respons yang
diberikan oleh masing-masing spesies terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungannya dapat sangat sensitif, sensitif atau resisten (Suana, 2001).
Spesies indikator, dimana kehadiran atau ketidakhadirannya
mengindikasikan terjadi perubahan di lingkungan tersebut. Spesies yang
mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan lingkungan
(stenoecious), sangat tepat digolongkan sebagai spesies indikator. Bila
kehadiran, distribusi serta kelimpahannya tinggi didaerah yang banyak
bahan organik yang dibawa oleh air sungai, terutama pada zona hipertropic
dan zona polusi. seperti konsentrasi oksigen yang rendah dan penurunan
potensi oksidasi dan konsentrasi H2S yang tinggi maka spesies tersebut
merupakan indikator positif (Al-Hakim et al , 2007). Sebaliknya,
ketidakhadiran atau hilangnya suatu spesies karena perubahan
lingkungannya, disebut indikator negatif (Kovacs, 1992).
Dalam penilaian kualitas perairan, pengukuran keanekaragaman
enis organisme sering lebih baik daripada pengukuran bahan -bahan
organik secara langsung. Annelida sering dipakai untuk menduga ketidak
seimbangan yang terjadi baik pada lingkungan fisik, kimia maupun
terhadap lingkungan biologi perairan.
Banyaknya bahan pencemar dapat memberikan dua pengaruh
terhadap organisme perairan, yaitu dapat membunuh spesies
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
26/98
tertentu dan sebaliknya dapat mendukung perkembangan spesies
lain. Jika air tercemar ada kemungkinan terjadi pergeseran dari
umlah yang banyak dengan populasi yang sedang menjadi jumlah
spesies yang sedikit tetapi populasinya tinggi. Oleh karena itu,
penurunan dalam keanekaragaman spesies dapat juga dianggap
sebagai suatu pencemaran (Sastrawijaya, 1991).
Salah satu jenis Annelida yang sering dijadikan bioindikator
pencemaran lingkungan adalah jenis Paraprionospio pinnata. Ehlers
(1901), adalah pakar pertama penemu Paraprionospio pinnata, yang
diperolehnya di negara-negara lain di dunia sebagai bioindikator
(Yokoyama & Tamai 1981).
Beberapa penelitian yang menggunakan P. pinnata sebagai indikator
pencemaran, antara lain Boesch (1973), Dauer et al. (1981) dan
Yokoyama (1981). Di perairan Jepang, biota ini melimpah pada musiin
terut ama di lokasi yang mengan dung buangan bahan organik atau di
daerah perairan yang kandungan oksigennya berkurang (Yokoyama 1981).
Cardell et al. (1999), melaporkan bahwa sedimen yang mengalami
eutrofikasi yang khas, yaitu dasar perairannya tercemar dan menyokong
komunitas makrofauna yang dicirikan oleh hadirnya Capitella capitata dan
Malacoceros fuliginosus dengan kelimpahan dan biomas yang tinggi,
keanekaragaman spesies yang rendah dan struktur makanan didominasi
oleh organisme pemakan deposit permukaan maupun di bawah
permukaan.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
27/98
Phillips (1980) menyatakan bahwa mahluk hidup yang dapat dianggap
sebagai hewan bioindikator harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Tidak terbunuh atau mati dengan adanya timbunan zat-zat
pencemar, dan dijumpai pada tingkat-tingkat tertentu pada
lingkungannya
b) Terdapat pada suatu tempat dan mewakili daerah yang diamati
c) Melimpah pada seluruh daerah yang diamat i; hidup dalam waktu
yang cukup lama dan dapat diambil sebagai contoh
d) Organisme tersebut mempunyai ukuran yang pantas dan memiliki
struktur aringan cukup baik untuk diteliti
e) Organisme tersebut mudah digunakan sebagai contoh dan cukup
kuat serta tahan hidup dalam laboratorium. P. pinnata dapat me-
menuhi seluruh kriteria yang diberikan oleh Phillips (1980), sehingga
permanfaatannya sebagai hewan bioindikator memungkinkan.
D. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Annelida
1. Kecepatan arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat
disebabkan oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut
atau disebabkan oleh gerakan gelombang (Nontji, 2002). Selanjutnya
dikatakan bahwa pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus
yang tinggi, hewan yang mampu hidup adalah organisme periphitik
atau benthos.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
28/98
Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga
memiliki pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi
lingkungan sekitar seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya
fraksi debu juga stress fisik yang dialami organisme-organisme dasar.
Pada daerah sangat tertutup dimana kecepatan arusnya sangat lemah,
yaitu kurang dari 10 cm/det, organisme benthos dapat menetap,
tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada perairan
terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/det
menguntungkan bagi organisme dasar; terjadi pembaruan antara bahan
organik dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood, 1987).
2. Suhu
Suhu perairan merupakan parameter fisika yang sangat mempengruhi
pola kehidupan biota akuatik seperti penyebaran, kelimpahan
dan mortali tas (Brower et al., 1990). Menurut Sukarno (1981) bahwa
suhu dapat membatasi sebaran. hewan makrobenthos secara geografik
dan suhu yang baik untuk pertumbuhan hewan makrobenthos berkisar
antara 25 - 31 °C.
Salah satu adaptasi tingkah laku pada kelas Polychaeta akan
berlangsung apabila terjadi kenaikan suhu dan salinitas. Adaptasi
tersebut dapat berupa aktivitas membuat lubang dalam lumpur dan
membenamkan diri di bawah permukaan substrat. Beberapa Polychaeta
dapat bertahan dalam kondisi suhu ekstrim, diantaranya Capitella
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
29/98
capitata ditemukan dengan kelimpahan 905 ind./m2
pada suhu 34 ºC
(Alcantara dan Weiss, 1991).
3. Salinitas
Salinitas merupakan ciri khas perairan pantai atau laut yang
membedakannya dengan air tawar. Berdasarkan perbedaan salinitas,
dikenal biota yang bersifat stenohaline dan euryhaline. Biota yang
mampu hidup pada kisaran yang sempit disebut sebagai biota bersifat
stenohaline dan sebaliknya biota yang mampu hidup pada kisaran luas
disebut sebagai biota euryhaline (Supriharyono, 2007).
Keadaan salinitas akan mempengaruhi penyebaran organisme, baik
secara vertikal maupun horizontal. Menurut Barnes (1970) pengaruh
salinitas secara tidak langsung mengakibatkan adanya perubahan
komposisi dalam suatu ekosistem. Menurut Gross (1972)
menyatakan bahwa hewan benthos umumnya dapat mentoleransi
salinitas berkisar antara 25 – 40 ‰.
Pada kelas Polychaeta termasuk golongan biota yang mampu hidup
pada kisaran salinitas yang luas. Spio dan Nereis mampu hidup pada
kisaran salinitas antara 6 – 24 ppt (Burkovskiy dan Stolyarov, 1996 dalam
Junardi, 2001). Capitella capitata terdapat melimpah dengan nilai
kelimpahan 1296 ind./m2 pada kondisi salinitas air 38 ppt (Alcantara dan
Weiss, 1991).
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
30/98
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
31/98
6. B i oc hem i c al O xy gen D em and (BOD)
Menurut Ryadi (1984) BOD adalah sejumlah oksigen dalam sistem air
yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk melarutkan bahan-bahan
sampah (organik) dalam air melalui proses oksidasi biologis secara
dekomposisi aerobik.
Sedangkan menurut Fardiaz (1992), BOD menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah
atau untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air, nilai BOD
tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya
mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen
tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut,
maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan
oksigen tinggi.
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan
organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan
bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan
makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. Parameter BOD,
secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air
buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD
merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
32/98
banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organism
tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan,
pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk, industri dan untuk mendesain system-
sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian
zat organik adalah peristiwa alamiah, kalau suatu badan air dicemari oleh
zat organik bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air
selama proses oksidasi tersebut yang dapat mematikan organism dalam
air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk
pada air tersebut. Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi zat organic
dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena
adanya bakteri aerobik, sebagai hasil oksidasi akan terbentuk
karbondioksida, amoniak dan air. Reaksi biologis pada uji BOD dilakukan
pada temperature inkubasi 200
C dan dilakukan selama 5 hari (Alaerts,
1987).
BOD merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu
perairan. Perairan dengan nilai BOD tinggi mengindikasikan bahwa air
tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan
secara biologic dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi
aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan
kandungan oksigen terlarut diperairan sampai pada tingkat terendah,
sehingga kondisi perairan menjadi anaerob yang dapat mengakibatkan
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
33/98
kematian organism akuatik. Fardiaz (1992) menyatakan bahwa tingkat
pencemaran suatu perairan dapat dinilai berdasarkan nilai BOD nya.
7. T o t al O r g an i k K a r b o n (TOC)
Total Organic Carbon (TOC) adalah jumlah carbon yang
menempel/terkandung didalam senyawa organik dan digunakan sebagai
salah satu indikator kualitas air (air bersih maupun air limbah). TOC dalam
sumber air berasal dari pembusukan bahan organik alami (NOM : natural
organic matter) dan dari sumber sintetis. Humik asam, fulvic asam, amina,
dan urea merupakan jenis NOM. Deterjen, pestisida, pupuk, herbisida,
kimia industri, dan diklorinasi organik adalah contoh sumber sintetis. TOC
memberikan peran penting dalam mengukur jumlah NOM dalam sumber
air dan sedimen (Sharp, 1985).
8. Eh – Sedimen
Redoks potensial (Eh) adalah besarnya aktivitas elektron dalam proses
oksidasi reduksi yang dinyatakan dalam Volt (mV). Redoks potensial
dapat dijadikan sebagai ukuran kandungan oksigen dalam sedimen
(Bengen et al ., 2004).
Oksidasi atau redoks potensial diukur dengan ukuran millivolt yang
disebut skala Eh yang kira-kira sama dengan pH, hanya saja Eh
mengukur aktivitas elektron sedangkan pH mengukur aktivitas proton.
Pada wilayah redoks yang terputus, Eh akan menurun dengan cepat dan
menjadi negatif pada wilayah yang sepenuhnya kosong (Odum, 1988).
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
34/98
Menurut Bengen et al. (2004), sedimen dasar suatu perairan dibagi
menjadi 3 zona yang didasarkan pada nilai redoks potensial dan reaksi-
reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Ketiga zona tersebut adalah zona
oksidasi (nilai Eh > 200 mV), zona transisi (nilai Eh berkisar 0 – 200 mV)
dan zona reduksi (nilai 256256-64
64-44-22-1
1-0,50,5-0,25
0,25-0,1250,125-0,625
0,625-0,0039< 0,0039
Pada kelas Polychaeta biasanya banyak dijumpai pada substrat
lunak dan berpasir. Aricidae, Armandia dan Kinbergonuphis ditemukan
melimpah pada substrat lunak dan berpasir (Almeida dan Ruta, 1998).
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
35/98
Pada penelitian lain pada substrat lempung liat berpasir, Polychaeta
yang melimpah adalah genus Magelona, Goniadides dan Eunice (Brasil
dan Silvia, 1998). Selain itu, pada kondisi kandungan pasir 64 % dan C-
organik 0,3 %, spesies yang melimpah adalah Spio decoratus sebesar 265
ind./m2
(Junardi 2001).
E. Indeks Ekologi
Keanekaragaman, keseragaman dan dominansi menurut Odum (1988)
selain menunjukkan kekayaan jenis, juga menunjukkan keseimbangan
dalam pembagian jumlah individu tiap jenis.
1. Indeks Keanekaragaman
Untuk menggambarkan keadaan jumlah spesies atau genera yang
mendominasi dan bervariasi maka digunakan indeks keanekaragaman.
Semakin kecil nilai keanekaragaman maka keseragaman populasi
semakin kecil, artinya penyebaran jumlah individu setiap spesies tidak
merata serta ada kecenderungan suatu spesies untuk mendominasi
populasi tersebut . sebaliknya semakin besar nilai keragaman maka
populasi menunjukkan keseragaman tinggi dimana jumlah individu setiap
spesies atau genera sama atau hampir sama (Odum, 1971)
Keanekaragaman merupakan sifat komunitas yang ditentukan oleh
banyaknya jenis serta kemerataan kelimpahan individu tiap jenis yang
didapatkan (Odum, 1988).
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
36/98
Wardoyo (1974) mengemukakan bahwa keanekaragaman yang
mempunyai nilai tinggi berarti kondisi ekosistem perairan cukup baik.
Indeks keanekaragaman yang rendah cenderung mengindikasikan
kualitas perairan yang buruk, namun pernyataan di atas tidak selamanya
berlaku, sebab pada keadaan tertentu indeks keragaman yang rendah
didapatkan di daerah aliran air yang berkualitas baik, ini dikarenakan
dasar perairan yang keras dan berbatu seperti di wilayah pegunungan,
namun tidak menguntungkan bagi hewan makrobentos.
Keanekaragaman (H’) mempunyai nilai terbesar jika semua individu
berasal dari genus atau spesies yang berbeda-beda. Sedangkan nilai
terkecil didapat jika semua individu berasal dari satu genus atau satu
spesies saja.
Menurut Lee et al. (1978), mengemukakan bahwa untuk memprediksi
atau memperkirakan tingkat pencemaran air laut, dapat dianalisa
berdasarkan indeks keanekaragaman hewan makrozoobenthos maupun
berdasarkan sifat fisika-kimia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan klasifikasi derajat pencemaran yang tertera pada Tabel 4.
2. Indeks Keseragaman
Dahuri (1994) menyatakan bahwa indeks keseragaman (E) digunakan
untuk melihat apakah didalam komunitas jasad akuatik yang diamati,
terdapat pola dominansi oleh suatu atau beberapa kelompok jenis jasad.
Apabila nilai E mendekati 1, maka sebaran individu-individu antar jenis
(Spesies) relatif merata. Tetapi jika nilai E mendekati 0, terdapat
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
37/98
sekelompok jenis spesies tertentu yang jumlahnya relatif berlimpah
(dominan) dari pada jenis lainnya.
Odum (1988) menyatakan bahwa, indeks keseragaman merupakan
suatu angka yang tidak bersatuan, yang besarnya berkisar antara 0 – 1.
Semakin kecil nilai indeks keanekaragaman, semakin kecil pula
keseragaman suatu populasi, berarti penyebaran jumlah individu setiap
spesies mendominir populasi tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai
indeks keseragaman yang berarti bahwa jumlah individu tiap spesies
boleh dikatakan sama atau tidak jauh berbeda dan tidak ada dominansi
spesies.
3. Indeks Dominansi
Dominansi jenis organisme dalam suatu komunitas ekosistem perairan
diketahui dengan cara menghitung indeks dominansi dari organisme
tersebut. Nilai indeks dominansi berkisar antara nol sampai dengan satu.
Dimana semakin mendekati satu maka ada organisme yang mendominasi
ekosistem perairan, sebaliknya jika mendekati nol maka tidak ada jenis
organisme yang dominan (Odum, 1988). Selanjutnya dikatakan bahwa,
hubungan antara keragaman, keseragaman dan dominansi terkait satu
sama lain, dimana apabila organisme beranekaragam berarti organisme
tersebut tidak seragam dan tentu tidak ada yang mendominasi.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
38/98
F. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) terletak antara 110o
BT dan 4o.40’ LS sampai dengan 8o.00’ LS atau terletak di Pantai barat
Sulawesi Selatan dengan batas batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Kab.Barru
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab.Maros
Sebelah timur berbatasan dengan Kab.Bone
Sebelah barat berbatasan dengan P.Kalimantan, P.Jawa,
P.Madura,P.Nusa Tenggara dan Bali.
Kabupaten Pangkep terdiri dari 12 kecamatan, 9 kecamatan terletak di
daratan dan 3 kecamatan terletak di kepulauan, dengan luas wilayah
1.112,29 Km2 dan berjarak 51 km dari kota Makassar, ibukota Provinsi
Sulawesi Selatan. Kabupaten Pangkep terletak dipesisir pantai barat
Sulawesi Selatan yang terdiri dari dataran rendah dan pegunungan.
Dataran rendah seluas 73.721 Ha, membentang dari garis pantai barat ke
timur terdiri dari persawahan, tambak, rawa-rawa, dan empang.
Muara Sungai di kabupaten Pangkep diapit ol eh ar ea l
t a m b a k . P e n d u d u k memanfaatkan muara sungai di kabupaten
Pangkep sebagai daerah mencari tiram dari jenis Saccostrea cucullata
dan sebagai jalur transportasi menuju pulau-pulau terdekat di Selat
Makassar. Selain mencari tiram, penduduk juga memanfaatkan daerah
ini sebagai tempat mencari ikan. Muara sungai yang dijadikan lokasi
penelitian yaitu Muara sungai Bawasalo (Stasiun Kontrol), Muara
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
39/98
Sungai Segeri, (Stasiun Dominan Pemukiman) Muara Sungai Kalukue
(Stasiun Dominan Tambak) dan Muara Sungai Manjelling (Stasiun
Kombinasi).
Jumlah penduduk Kabupaten Pangkep pada tahun 2008 sebanyak
310.982 jiwa meningkat sebesar 2,68% dibanding tahun 2007 yang
berjumlah 302.874 jiwa, dengan Jumlah penduduk di Kecamatan Mandale
yang merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian
sebanyak 12.444 jiwa (4,00% dari total penduduk) dan Kecamatan
Marang sebanyak 32.646 jiwa (10,50% dari total penduduk)
G.KERANGKA FIKIR
Muara sungai di Kabupaten Pangkep merupakan salah satu lokasi yang
telah banyak mengkonversi lahan di muara sungai menjadi kawasan
pemukiman dan pertambakan. Aktivitas-aktivitas tersebut di atas, baik
secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap
keseimbangan ekosistem di muara sungai tersebut.
Tekanan lingkungan terhadap perairan ini makin lama semakin
meningkat karena masuknya limbah dari berbagai kegiatan di
kawasan-kawasan muara sungai tersebut. Jenis limbah yang masuk
seperti limbah organik, dan anorganik (sampah) inilah yang
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan (Wiryawan et al.,
1999).
Penurunan kualitas lingkungan ini dapat diidentifikasi dari perubahan
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
40/98
komponen fisik, kimia dan biologi perairan di sekitar pantai. Perubahan
komponen fisik dan kimia tersebut selain menyebabkan menurunnya
kualitas perairan juga menyebabkan bagian dasar perairan (sedimen)
menurun, yang dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan terutama
pada struktur komunitasnya. Salah satu biota laut yang diduga akan
terpengaruh langsung akibat penurunan kualitas perairan dan sedimen di
lingkungan pantai adalah hewan annelida.
Kuali tas biol ogi hewan annelid a melip uti keanekaragaman,
keseragaman, kelimpahan, dominansi, biomassa, dan sebagainya akibat
akumulasi limbah dari aktivitas manusia. Akumulasi limbah dari rumah
tangga dan tambak, yang mengendap di dasar perairan akan
mempengaruhi kehidupan hewan annelida. Annelida di suatu perairan
dapat dipakai untuk menduga terjadinya pencemaran disuatu perairan
(American Public Health Association 1989; Agard et al ., 1993). Sehingga
bapat ditentukan status perairan di muara sungai pangkep apakah dalam
keadaan baik atau dalam keadaan tercemar untuk keperluan pemanfaatan
pengelolaan pesisir di daerah tersebut.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
41/98
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Aktivitas Pemanfaatan Disekitar Muara SuangaiKabupaten Pangkep
Pemukiman Pertambakan
Pencemaran
Kualitas fisika :Kecepatan Arus
Tekstur SedimenSuhu
Kualitas kimia :TOC, BOD, DO,Salinitas, Ph, Eh
Kualitas biologi :Komunitas Annelida
KepadatanKeanekaragaman
KeseragamanDominansi
Biomassa
Baku Mutu
StatusPerairan
Bioindikator
PENGELOL A AN
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
42/98
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
43/98
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2011, pada muara Sungai di
Kabupaten Pangkep. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium
Ekologi Laut, Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian yaitu
a) Penentuan stasiun :
Perahu motor sebagai transportasi,
GPS (Global Positioning System) sebagai penentu posisi titik
sampling
b) Pengambilan sampel makrozoobentos:
Van Veen Grab 20 x 20 cm2,
Ayakan bentos 0.5, kantong sampel,
Alkohol 70%,
Kertas label secukupnya digunakan untuk sampel Annelida
Lup digunakan untuk identifikasi Annelida
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
44/98
c) Pengukuran parameter lingkungan:
Pada sedimen: tanur; cawan porselen, oven, timbangan untuk
kandungan BO
Eh-pH meter
Sieve net untuk mengetahui jenis dan ukuran sedimen
Pada air: Pengukuran suhu, salinitas, pH, Oksigen terlarut
(DO) menggunakan alat Water Quality Cheker (WQC)
Layang-layang arus dan kompas untuk menentukan arah dan
kecepatan arus
TOC analyzer untuk menghitung Total Organik Carbon pada
sedimen.
C. Prosedur Penelitian
1. Penentuan Stasiun
Pengambilan sampel dilakukan pada 4 stasiun muara sungai di
Kabupaten Pangkep dengan kriteria pemanfaatan di sekitar stasiun
sebagai berikut :
1. Stasiun I : Muara sungai dengan hutan bakau yang masih alami
atau padat (stasiun kontrol). Stasiun ini berada di
Desa Bawasalo, Kecamatan Mandalle
2. Stasiun II : Muara sungai dengan kawasan pemukiman yang
padat. Stasiun ini berada di Desa Tamangapa ,
Kecamatan Marang
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
45/98
3. Stasiun III : Muara sungai dengan areal pertambakan. Stasiun ini
berada di Desa Pitusunggu, Kecamatan Marang
4. Stasiun IV : Muara sungai dengan kawasan pemukiman dan areal
pertambakan yang padat (Stasiun Kombinasi).
Stasiun ini berada di Desa Pitusunggu , Kecamatan
Marang
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
46/98
5. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel Annelida dilakukan pada masing-masing
stasiun yang telah ditentukan, setiap stasiun dibagi menjadi 3 sub
stasiun dan tiap sub stasiun dibagi me njadi 6 anak substasiun. Sub
stasiun 1 berada disebelah kanan mulut sungai, sub stasiun 2 berada
didepan mulut muara sungai dan sub stasi un 3 berada disebelah kiri
mulut sungai.
Gambar 3. Sketsa stasiun pengambilan sampel
Keterangan :
= jarak antar anak substasiun = 100 meter
Pengambilan sampel Annelida dilakukan dengan menggunakan
Eckman Grabb selanjutnya disaring dengan menggunakan surber net.
Sampel yang didapat disortir dengan menggunakan Hand Sortir
A1
A2
A4
A5
A6
A3
B1
C3
C2
C6
C5
C4
C1
B2 B5B4B3 B6Muara sungai
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
47/98
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
48/98
b. Suhu, Salinitas, pH, Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran suhu, salinitas, pH, Oksigen terlarut (DO)
menggunakan alat Water Quality Cheker (WQC).
c. B i o c h e m i c a l O x y g e n D em a n d (BOD)
Mengambil air sebanyak 1-2 liter dari kedalaman yang
dikehendaki. Air sampe dimasukkan kedalam botol gelap dan
terang sampai penuh. Air yang berada dalam botol terang segera
dianalisis kadar oksigen terlarutnya. Sedangkan botol gelap yang
berisi air sampel diinkubasi dalam BOD inkubator pada suhu 200C.
setelah 5 hari kemudian ditentukan kadar oksigen terlarutnya.
Penentuan kadar oksigen terlarut dilakukan secara titrimetrik.
d. T o t a l O r g a n i c C a r b o n (TOC)
Untuk Mengukur TOC dipakai Alat TOC analyzer dan untuk
menghitung Total Organik Carbon pada sedimen adalah: TOC =
(TC-IC)xfp, dengan TC=Total karbon hasil pengukuran (mg/L);
IC=Karbon Anorganik hasil pengukuran (mg/L); fp=Faktor
pengenceran
e. Potensial Redoks Sedimen (Eh)
Pengukuran potensial redoks dari sampel sedimen
dilaksanakan di laboratorium dengan mengunakan Eh-pH meter
(Hariyadi, 2003).
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
49/98
f. Jenis dan Ukuran Sedimen
Metode ini digunakan untuk mengklasifikasi substrat pasir dan
lumpur dengan prosedur sebagai berikut:
1. Sampel sedimen yang telah kering ditimbang sebanyak ± 100
gram, lalu diayak menggunakan sieve net bertingkat selama 15
menit dengan gerakan konstan sehingga didapatkan pemisahan
partikel sedimen berdasarkan masing-masing ukuran ayakan (2
mm, 1 mm, 0,5 mm, 0,063 mm dan
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
50/98
Untuk membandingkan nilai setiap parameter terhadap stasiun
penelitian dilakukan analisis ragam (uji Fisher). Jika data tidak menyebar
normal dan atau tidak homogen maka digunakan uji Kruskal Wallis
Penilaian status pencemaran untuk setiap parameter dilakukan dengan
membandingkan nilai rata-rata dari setiap parameter dengan
menggunakan Standar Baku Mutu Perairan untuk Biota Perairan sesuai
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tahun 2004 adalah :
Tabel 2. Standar Baku Mutu Perairan untuk Biota Perairan
No. Parameter Satuan Baku mutu
1.2.3.4.6.
SuhupHSalinitasOksigen terlarut (DO)BOD
oC-%omg/ l%
28-307 - 8,533-34>520
Untuk penilaian parameter TOC digunakan standar berdasarkan The
Norwegian Pollution Control Authority (SFT) tahun 2000 seperti disajikan
pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Standar Baku TOC untuk Biota Perairan
No. Level Kualitas LingkunganSedimen Perairan
TOC (mg/g)
1.
2.3.4.5.
Sangat Baik
BaikKurang BaikTercemar SedangTercemar Berat
>20
20-2727-3434-41
>41
Penilaian secara umum tingkat pencemaran di setiap stasiun penelitian
dilakukan secara bersamaan terhadap beberapa parameter yang telah di
bakumutukan oleh KLH dengan menghitung Rating Indeks. Perhitungan
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
51/98
Rating Indeks dilakukan berdasarkan standar baku minimal atau standar
baku maksimal. Adapun persamaan yang digunakan, diacu menurut
Brower et a . (1990) sebagai berikut :
Standar baku minimal dari suatu parameter
݅
=100
ݏ
Standar baku maksimal dari suatu parameter
݅
=100 ݏ
݅
Dengan : Ri = Rating Indeks; Xi = Nilai Rata-rata tiap parameter
lingkungan; Xs = Standar Baku Parameter lingkungan.
Untuk menilai tingkat pencemaran suatu lokasi maka rata-rata nilai RI
diklasifikasikan menjadi 4 kategori seperti dengan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Tingkat Pencemaran berdasarkan nilai Rating Indeks
No. Tingkat Pencemaran Rating Indeks
1.2.3.4.
Tercemar BeratTercemar Sedang/rendahTercemar RinganTidak Tercemar
0-3534-67
68-100>100
2. Struktur Komunitas
a. Kepadatan
Kepadatan Annelida dihitung berdasarkan Bengen et al . (2004),
sebagai berikut:
Dengan : Y = Kepadatan (ind/m2); a = Jumlah Annelida per jenis (ind); b =
Luas bukaan grab (cm
2
)
b
aY
10000
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
52/98
b. Indeks Keanek
Indeks keaneka
(Brower et a ., 199
H’ = - ∑Pi lo
Dengan : H’ = Inde
enis; N = Jumlah
dilihat pada Tabel
Tabel 5. Kategori I
Indeks Keanek
H’ ≤
2,0 < H
H’ ≥
Sedangkan ind
rumus Shannon-Wi
Dengan : H’ = In
Jumlah jenis. Kate
(Odum, 1988).
Tabel 6. Kategori I
Indeks Keser
0,00 <
0,50
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
53/98
1
1
N N
nini D
c. Indeks Dominasi
Indeks dominasi dihitung dengan menggunakan formula menurut
Brower et a . (1990) sebagai berikut :
Dengan : D = Indeks Dominansi; ni = Jumlah Individu setiap jenis; N =
Jumlah individu dari seluruh jenis. Kategori indeks dominansi dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Kategori Indeks Dominansi
Indeks Dominansi (C) Kategori
0,00 C 0,50 Rendah
0,50 < C 0,75 Sedang
0,75 < C 1,00 Tinggi
Komposisi jenis dan kelimpahan Annelida yang telah diidentifikasi
kemudian dihitung lalu dikelompokkan berdasarkan stasiun kemudian
data dianalisis ragam dengan catatan jika data menyebar normal dan atau
tidak homogen maka data dianalisis ragam dengan menggunakan Kruskal
Wallis dan jika data homogen maka data dianalisis ragam dengan
menggunakan metode Fisher.
3. Kondisi Perairan Berdasarkan Struktur Komunitas Annelida
Untuk penentuan tingkat pencemaran perairan digunakan metode
ABC ( Abundance-Biomass Comparison) yaitu model kurva K-Dominance
((Warwick 1986). Nilai persentase kumulatif dari biomassa dan jumlah
individu dari setiap spesies dimasukkan sebagai sumbu Y (% Dominansi
Kumulatif) dan dari jumlah individu dan biomassa setiap spesies yang
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
54/98
telah diurut/dirangking, dimasukkan sebagai sumbu X (Log Rangking
Spesies).
Dari hasil yang diperoleh, apabila kurva K-Dominance untuk biomassa
terletak diatas kurva untuk jumlah invidu spesies, maka perairan dikatakan
tidak tercemar. Bila kurva K-Dominance untuk biomassa dan jumlah
individu spesies saling berhimpitan maka perairan dikatakan tercemar
sedang dan sebaliknya jika kurva K-Dominance untuk jumlah individu
spesies berada diatas kurva biomassa spesies maka perairan diakatakan
tercemar berat. Bentuk kurva K-Dominance dapat terlihat pada gambar
berikut :
Gambar 4. : Bentuk Kurva K-Dominance untuk jumlah individu danbiomassa spesies Annelida, yang menunjukkan 3 kondisiperairan yaitu perairan yang tidak tercemar, tercemar sedang dan tercemar berat (Warwick 1986)
4. Potensi Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran Perairan
Untuk mengetahui potensi Annelida sebagai Bioindikator Pencemaran
Perairan digunakan analisis multivariat dengan teknik Canonical
Correspondence Analysis (CCA).
Analisis CCA merupakan metode statistik deskriptif yang
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
55/98
dipresentasikan dalam bentuk grafik yang memuat informasi maksimum
dari suatu struktur data (Ter Braak, 1986). Matrik data terdiri dari
komunitas Annelida dan peubah lingkungan sebagai individu statistik
(kolom) dan waktu pengamatan sebagai baris. Adapun proses
penghitungan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Biplot.
E. Bagan Alir Penelitian
Gambar 5. Bagan Alir Penelitian
TABULASI DATA
ANALISIS DATA
PEMBAHASAN
MENARIKKESIMPULAN
MENYUSUNLAPORAN
INTERPRETASI
PENGUMPULANDATA PRIMER
PERSIAPAN
SURVEYPENDAHULUAN
PENGUMPULANDATA SEKUNDER
ANNELIDA PARAMETERLINGKUNGAN
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
56/98
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Perairan Berdasarkan Kondisi Fisik Kimia
Beberapa parameter lingkungan yang diamati dalam penelitian seperti
TOC, BOD, DO, pH Air dan pH Tanah akan diuraikan satu persatu.
1. Total Organic Carbon (TOC)
Nilai TOC (Gambar 6) hasil pengukuran pada setiap stasiun berkisar
antara 22.66 - 29.04. Nilai TOC yang tertinggi yaitu berada pada Stasiun IV
diduga ini disebabkan karena pada Stasiun IV mendapatkan beban
pencemaran akibat air limbah buangan penduduk dari pemukiman dan air
buangan yang berasal dari proeses pertambakan. Menurut Sharp (1985)
sumber pecemaran TOC berasal dari pembusukan bahan organik alami
dan dari sumber sintetis, urea merupakan jenis bahan pencemar yang
berasal dari bahan organik sedangkan deterjen, pestisida dan pupuk
berasal dari sumber sintetis. Diduga limbah deterjen yang di hasilkan oleh
penduduk yang memberi pengaruh besar terhadap tingginya kadar TOC di
Stasiun IV. Menurut Supriharyono (2007) bahwa pencemaran laut
pesisir pada um um nya t er jadi k are na a dany a p emu sa ta n
penduduk di daerah pesisir dimana aktivitas-aktivitas tersebut baik
langsung maupun secara tidak langsung (melalui limbah buangannya)
sering mengganggu di perairan laut daerah pesisir.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
57/98
Nilai TOC yang terendah berada pada Stasiun I yaitu 22.26
disebabkan karena pada stasiun ini masih dalam kondisi relatif alami
karena masih mempunyai kawasan mangrove yang padat dan tidak
mendapat masukan limbah pencemaran dari pemukiman dan
pertambakan.
Gambar 6. Nilai dan kondisi TOC di tiap stasiun pengamatanberdasarkan The Norwegian Pollution Coontrol Authority(SFT) tahun 2000.
Berdasarkan Norwegian Pollution Control Authority (2000) kadar TOC
pada Stasiun I, II dan III tergolong baik karena berada pada kisaran 20-27.
Sedangkan Stasiun IV nilai TOC yang diperoleh 29.04 yaitu masuk dalam
kriteria perairan yang kurang baik karena berada pada kisaran standar
nilai 27-34.
Hasil uji analisis ragam dengan menggunakan Kruskall Wallis terhadap
22.66 25.19 26.20 29.04
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
I II III IV
T O C ( m g / l )
Stasiun
a
a a
b
Baik
Kurang baik
Tercemarringan
Tercemar berat
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
58/98
kadar TOC menunjukkan Stasiun IV berbeda nyata dengan Stasiun I, II
dan III karena nilai TOC di Stasiun IV memiliki kisaran nilai yang berbeda
auh bila dibandingkan dengan Stasiun I, II dan III (Gambar 6). Hal
tersebut menjelaskan bahwa aktivitas manusia di Stasiun IV yaitu stasiun
kombinasi dengan aktivitas pemukiman dan pertambakan memberikan
pengaruh terhadap kadar TOC yang sangat signifikan. Sedangkan stasiun
yang hanya terdapat aktivitas pemukiman atau pertambakan sj
didalamnya tidak terlalu memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar
TOC.
2. Biological Oxygen Demand (BOD)
Nilai BOD (Gambar 7) hasil pengukuran pada setiap stasiun berkisar
antara 21.73 - 34.93. Nilai BOD yang tertinggi yaitu berada pada Stasiun
IV dengan nilai BOD tinggi yang mengindikasikan bahwa air tersebut
tercemar oleh bahan organik. Tingginya nilai BOD pada stasiun ini diikuti
dengan menurunnya kandungan oksigen terlarut, sehingga kondisi
perairan pada stasiun ini menjadi anaerob yang dapat berakibat
kematian organisme annelida. hanya jenis annelida tertentu sj yang bisa
beradaptasi dan yang mampu bertahan, pada saat pengambilan sampel
baik sampel sedimen maupun sampel air menimbulkan bau busuk, ini
mengindikasikan daerah tersebut memang mengalami kondisi anaerob.
Sedangkan Nilai BOD yang terendah berada pada Stasiun I yaitu 21.73.
yang mengindikasikan bahwa air tersebut tidak tercemar oleh bahan
organik.
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
59/98
Nilai BOD hasil pengukuran pada setiap stasiun terlihat (Gambar 7)
bahwa pada Stasiun I berada pada kondisi perairan yang baik karena
sudah sesuai dengan standar baku mutu perairan untuk biota perairan
yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan hidup tahun 2004 yaitu
20 mg/l. Pada Stasiun II, III dan IV mengalami pencemaran bahan organik
karena kisaran nilai BOD yang diperoleh relatif tinggi karena melewati
standar baku yang sudah ditetapkan. Fardiaz (1992) menyatakan bahwa
tingkat pencemaran suatu perairan dapat dinilai berdasarkan nilai BOD
nya.
Gambar 7. Nilai dan kondisi BOD di tiap stasiun pengamatanberdasarkan KEPMENLH tahun 2004
Hasil uji analisis ragam terhadap kadar BOD menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang nyata antara Stasiun I dengan Stasiun III-IV dan
antara stasiun II dengan stasiun III-IV. Di Stasiun III dan IV menunjukkan
kadar BOD yang relatif sama dan memiliki kadar BOD yang tinggi. Nilai
21.73 29.57 31.90 34.93
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV
B O D ( m g / l )
Stasiun
Baika
b
c
c
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
60/98
BOD pada Stasiun I dengan stasiun III-IV mengalami perbedaan yang
sangat signifikan (Gambar 7). Stasiun IV (Stasiun Kombinasi) yang
memiliki pengaruh aktivitas manusia pemukiman dan pertambakan
memiliki kadar BOD yang tinggi. Diindikasikan aktivitas manusia
memberikan pengaruh terhadap kadar BOD di perairan.
3. Oksigen Terlarut (DO)
Nilai Oksigen Terlarut (Gambar 8) hasil pengukuran pada setiap
stasiun berkisar antara 4.47 – 5.39. Nilai DO yang tertinggi yaitu berada
pada Stasiun I yang masih dalam kondisi alami, sebaliknya pada Stasiun
IV memiliki nilai DO yang rendah yang mengindikasikan stasiun ini sudah
dalam kategori sudah tercemar. Menurut Soepardi (1986) apabila nilai
DO berada pada kisaran 4 ppm berarti daerah tersebut termasuk dalam
kategori tercemar ringan. Rendahnya nilai DO di Stasiun IV disebabkan
karena tingginya nilai BOD yang berada di stasiun ini sehingga membuat
daerah tersebut berada dalam kondisi kekurangan oksigen atau yang
biasa disebut anaerob.
Nilai DO yang diperoleh pada Stasiun I yang memiliki kualitas yang
baik karena sudah sesuai standar baku mutu perairan untuk biota
perairan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan hidup tahun
2004 yaitu > 5 ppm. Pada Stasiun II, III dan IV kisaran nilai DO relatif
rendah karena melewati standar baku yang ditetapkan. Ini disebabkan
karena muara sungai pada Stasiun II, III dan IV menerima masukkan
suplai bahan organik dari pemukiman dan pertambakan. Connel dan
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
61/98
Miller tahun 1955 menyatakan bahwa salah satu yang menyebabkan
konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah penambahan zat organik
(buangan organik).
Gambar 8. Nilai dan kondisi DO di tiap stasiun pengamatanberdasarkan KEPMENLH tahun 2004
Hasil uji analisis ragam terhadap kadar DO menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan nyata nilai DO antara Stasiun I dengan Stasiun III-IV
dan antara Stasiun II dengan Stasiun III-IV. di Stasiun III dan IV
menunjukkan kadar DO yang relatif sama (Gambar 8). Stasiun IV yaitu
stasiun dengan kawasan pemukiman dan pertambakan disekitarnya
merupakan stasiun yang memiliki kadar DO terendah. Diindikasikan
aktivitas manusia memberikan pengaruh terhadap kadar BOD di perairan.
4. pH Air
Nilai pH air (Gambar 9) hasil pengukuran pada setiap stasiun berkisar
ntara 6.71 – 7.35. Nilai pH air yang tertinggi yaitu berada pada Stasiun II
dan Stasiun III merupakan stasiun yang memiliki nilai pH air yang
5.39 4.97 4.66 4.47
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
I II III IV
D O ( m g / l )
Stasiun
Baika
bc
c
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
62/98
terendah. Menurut Pescod (1973) kematian organisme lebih sering
diakibatkan karena pH yang rendah dari pada pH yang tinggi.
Nilai pH air hasil pengukuran pada setiap stasiun terlihat (Gambar 9)
bahwa pada Stasiun II berada pada kondisi perairan yang baik sesuai
standar baku mutu perairan untuk biota perairan yang ditetapkan oleh
Menteri Negara Lingkungan hidup tahun 2004 yaitu berkisar 7-8.5. Pada
Stasiun I, III dan IV memiliki kisaran nilai pH air yang relatif rendah karena
melewati standar baku yang ditetapkan. Ini diperkirakan karena pada
stasiun yang tersebut diatas memiliki suhu dan salinitas yang relatif lebih
rendah dengan Stasiun II. Menurut Pescod (1973) pH suatu perairan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain oleh suhu, salinitas, dan
aktivitas fotosintensis.
Gambar 9. Nilai dan kondisi pH air di tiap stasiun pengamatanberdasarkan KEPMENLH tahun 2004
6.83 7.35 6.71 6.88
6.20
6.40
6.60
6.80
7.00
7.20
7.40
7.60
I II III IV
p H A i r
Stasiun
Baik
a
b
a
a
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
63/98
Hasil uji analisis ragam dengan menggunakan Kruskall wallis terhadap
kadar pH air menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara Stasiun
II dengan Stasiun I, III dan IV. Di Stasiun I, III dan IV menunjukkan kadar
pH air yang relatif sama (Gambar 9). Stasiun III merupakan stasiun yang
memiliki kadar pH air terendah, diindikasikan aktivitas pertambakan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar pH air di perairan.
5. pH Tanah
Nilai pH tanah (Gambar 10) hasil pengukuran pada setiap stasiun
berkisar antara 7.33 – 7.48. Nilai pH tanah yang tertinggi yaitu berada
pada Stasiun II ini mengindikasikan bahwa pH tanah tersebut dalam
keadaan baik. Sebaliknya pada Stasiun I merupakan stasiun yang
memiliki nilai pH tanah terendah. Ini disebabkan karena pada Stasiun I
suhu dan salinitas didaerah tersebut relatif rendah. Menurut Pescod
(1973) pH suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
suhu dan salinitas.
Nilai pH tanah hasil pengukuran pada setiap stasiun terlihat (Gambar
10) bahwa semua stasiun berada pada kondisi perairan yang baik sesuai
standar baku mutu perairan untuk biota perairan yang ditetapkan oleh
Menteri Negara Lingkungan hidup tahun 2004 yaitu berkisar 7-8.5. Hanya
pada Stasiun I, III dan IV memiliki kisaran nilai pH tanah relatif rendah
dibandingkan dengan Stasiun II tetapi masih dalam kategori baik sesuai
standar baku yang telah ditetapkan. Effendi (2000) juga menyatakan
bahwa biota aquatik menyukai nilai pH tanah sekitar 7-8.5 sehingga
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
64/98
dapat disimpulkan bahwa ke empat lokasi tersebut masih mempunyai
pH yang cukup bagus bagi kehidupan organisme annelida.
Gambar 10. Nilai dan kondisi pH tanah di tiap stasiun pengamatanberdasarkan KEPMENLH tahun 2004
Hasil uji terhadap kadar pH tanah menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan nyata nilai pH tanah antara Stasiun II dengan satsiun I, III dan
IV. Di Stasiun I, III dan IV menunjukkan kadar pH tanah yang relatif sama
(Gambar 10). Stasiun II merupakan stasiun yang memiliki kadar pH tanah
tertinggi yang mengindikasikan bahwa aktivitas pemukiman
mempengaruhi pH tanah yang diperoleh.
6. eH Sedimen
Nilai eH sedimen (Gambar 11) hasil pengukuran pada setiap stasiun
berkisar antara -11.19 – -14.31. Nilai eH sedimen yang diperoleh di
semua stasiun mengindikasikan bahwa lokasi penelitian berada dalam
zona reduksi karena nilai Eh yang diperoleh < 0 mV. Menurut Bengen et
7.33 7.48 7.35 7.37
6.00
6.20
6.40
6.60
6.80
7.00
7.20
7.40
7.60
I II III IV
p H T a n a h
Stasiun
a
b
aa
Baik
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
65/98
al ., (1995) membagi 3 zona yaitu zona oksidasi (nilai Eh > 200 mV), zona
transisi (nilai Eh berkisar 0 – 200 mV) dan zona reduksi (nilai
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
66/98
Hal ini menunjukkan bahwa kisaran salinitas yang didapat dari
penelitian ini tidak dalam kisaran nilai toleransi hewan annelida
misalnya Capitella melimpah sebesar 1296 ind./m2 pada salinitas 38 %o
(Alcantara dan Weiss, 1991).
Gambar 12. Nilai dan kondisi salinitas di tiap stasiun pengamatan
Hasil uji Kruskal Wallis (Gambar 12) terhadap kadar salinitas
menunjukkan bahwa nilai salinitas diseluruh stasiun tidak memiliki
perbedaan yang nyata.
8. Suhu
Nilai suhu (Gambar 13) hasil pengukuran pada setiap stasiun berkisar
antara 31.02 – 33.02. Nilai suhu yang diperoleh diseluruh stasiun
tergolong dalam nilai suhu yang tinggi, menurut Sukarno (1981) suhu
yang baik untuk pertumbuhan hewan makrozoobenthos berkisar antara
25 - 31 °C. Tingginya nilai suhu yang diperoleh diduga karena pada saat
pengukuran parameter suhu dilokasi penelitian dilakukan pada siang hari
21.83 22.67 21.50 22.00
19.50
20.00
20.50
21.00
21.50
22.00
22.50
23.00
23.50
I II III IV
S a l i n i t a
Stasiun
a a
a
a
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
67/98
sehingga menyebabkan tingginya nilai suhu yang diperoleh.
Gambar 13. Nilai dan kondisi suhu di tiap stasiun pengamatan
Hasil uji terhadap kadar suhu menunjukkan terdapat perbedaan yang
nyata antara Stasiun III (lokasi dengan areal pertambakan yang padat)
dengan stasiun I, II dan IV.
9. Kecepatan Arus
Kecepatan Arus yang diperoleh di seluruh stasiun berada pada
kisaran < dari 10 cm/dtk yang dikategorikan dalam kecepatan arus
yang relatif rendah. Tidak ada perbedaan kecepatan arus yang sangat
menonjol di tiap stasiunnya. Menurut Wood (1987) menyatakan bahwa
pada daerah sangat tertutup dimana kecepatan arusnya sangat lemah,
yaitu kurang dari 10 cm/dtk, organisme benthos dapat menetap,
tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada perairan
terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk
32.66 33.02 31.02 32.45
29.50
30.00
30.50
31.00
31.50
32.00
32.50
33.00
33.50
I II III IV
S u h u ( 0 C )
Stasiun
a
b
a
a
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
68/98
menguntungkan bagi organisme dasar, terjadi pembaruan antara bahan
organik dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi Kisaran kecepatan
arus dapat dilihat di Lampiran 1.
10. Substrat/ Sedimen
Jenis sedimen yang diperoleh disemua stasiun yaitu lempung liat
berpasir. Stasiun II merupakan stasiun yang memperoleh kandungan
pasir yang tinggi bila dibandingkan dengan stasiun yang lain (Gambar
14). Pada penelitian lain pada substrat lempung liat berpasir, Polychaeta
yang melimpah adalah genus Magelona, Goniadides dan Eunice (Brasil
dan Silvia, 1998).
Gambar 14. Nilai Sedimen yang diperoleh di tiap stasiun pengamatan
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV
% T E K S T U R S E D I M E N
STASIUN
Liat (%)
Debu (%)
Pasir (%)
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
69/98
Kondisi perairan tiap parameter untuk semua stasiun memiliki hasil yang
bervariasi sehingga untuk menarik kesimpulan secara umum digunakan
Rating Indeks yang berdasarkan pada kondisi fisik dan kimia perairan. Nilai
rating indeks yang diperoleh untuk setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rating Indeks pada semua stasiun pengamatan
Dari hasil perhitungan rating indeks kondisi fisik dan kimia diperoleh
bahwa Stasiun I (Stasiun Kontrol) masih tergolong dalam perairan yang tidak
tercemar, sedangkan Stasiun II-IV sudah masuk dalam kategori tercemar
ringan yang diindikasikan dengan tingginya kadar BOD di Stasiun II-IV dan
tingginya kadar TOC di Stasiun IV.
B. Stuktur Komunitas Annelida
1. Sebaran dan Komposisi Jenis
Berdasarkan hasil identifikasi hewan Annelida yang ditemukan di perairan
Muara Sungai di Kabupaten pangkep diperoleh 24 Spesies yang berasal
dari 12 Ordo dan 23 Family. Klasifikasi spesies dan jumlah tiap spesies
annelida tersebut tertera pada Lampiran 2.
I II III IV
TOC 119.167 107.202 103.036 92.982
BOD 92.025 67.631 62.696 57.261
DO 107.767 99.311 93.211 89.356
pH Tanah 95.440 93.555 95.209 94.944
pH Air 102.439 95.202 104.348 101.769
RATA-RATA 103.368 92.580 91.700 87.262
TINGKAT PENCEMARAN TIDAK TERCEMAR TERCEMAR RINGAN TERCEMAR RINGAN TERCEMAR RINGAN
PARAMETER
STASIUN
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
70/98
Gambar 15 . Komposisi jenis Annelida di stasiun pengamatan
Komposisi Jenis Annelida yang ditemukan di stasiun pengamatan yang
paling tinggi komposisinya (Gambar 15) yaitu dari jenis Capitella capitata
(1233.33), Boccardia proboscidea (358.33) dan Magelona sp (316.67).
Komposisi jenis Capitella capitata yang diperoleh di lokasi penelitian
lebih besar dari pada komposisi jenis lainnya. Kondisi yang sama juga
ditemukan oleh Widyasari (2007) di Muara Sungai Pangkajene dan Muara
sungai Boyong yaitu kelas polychaeta dicirikan oleh jenis Capitella
capitata, sedangkan sisanya adalah dari jenis yang lain.
1%
1%
9%
8% 1%
4%
30%
3%
6%
6%
2%
0%
4%
3%
2%
1% 2% 1 %4%
4% 3%
0%
2%
1%
Stycocapitella subterranea
Ctenodrilus seratus
Boccardia proboscidea
Magelona sp.
Trochochaetus multisetosum
Notusmatus tenuis
Capitella capitata
Arenicola sp.
Diurodrilus ankeli
Sabellonga disjuncta
Mesonerrila sp.
Protodrilus hatscheki
Cossura brunea
fauvelis brevis
Apistobran chus tullbergi
Lumbrineris sp.
Oenonefulgida
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
71/98
Tabel 9. Sebaran & Komposisi Jenis Annelida pada setiapStasiun pengamatan
JENIA ANNELIDA
KOMPOSISI JENIS (%)/STASIUN
STASIUN
I
STASIUN
II
STASIUN
III
STASIUN
IV
Stycocapitella subterranean 2.62 0 0 0
Ctenodrilus seratus 0 0 3.85 0
Boccardia proboscidea 8.38 10.48 15.38 0
Magelona sp. 6.28 3.81 13.46 8.79
Trochochaetus multisetosum 3.66 0 0 0
Notusmatus tenuis 7.85 0 0 6.59
Capitella capitata 30.89 24.76 43.27 19.78
Arenicola sp. 4.19 4.76 0 0
Diurodrilus ankeli 7.85 7.62 7.69 0
Sabellonga disjuncta 3.66 17.14 3.85 0
Mesonerrila sp. 3.14 2.86 0 0
Protodrilus hatscheki 0 1.90 0 0
Cossura brunea 8.38 0 4.81 0
fauvelis brevis 5.76 4.76 0 0
Apistobranchus tullbergi 2.09 2.86 2.88 0
Lumbrineris sp. 3.14 0 0 0
Oenone fulgida 0 0 4.81 4.40
Nereis sp. 2.09 0 0 0
Orbinia johnsoni 0 3.81 0 19.78
Questa caudicirra 0 0 0 23.08
Eulalia viridis 0 13.33 0 0
Sthenolepis juponica 0 1.90 0 0
Iphitime loxorhynchi 0 0 0 9.89
Arabella iricolor 0 0 0 7.69
JUMLAH JENIS 15 13 9 8
Jumlah jenis dan sebaran annelida bervariasi di setiap stasiun
pengamatan. Pada Stasiun I yang masih alami lebih banyak jenis
annelida yang ditemukan dibandingkan dengan Stasiun II-IV yang
sudah dalam kondisi tercemar (Tabel 9). Jumlah jenis tertinggi
berada pada Stasiun I yang relatif masih alami. Sedangkan jumlah
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
72/98
enis terendah berada pada Stasiun IV yang merupakan muara
sungai yang sangat dekat dari aktivitas manusia seperti pertambakan
dan pemukiman. Dampak dari buangan/limbah dari aktivitas tersebut
berupa buangan organik akan menyebabkan tingginya kadar TOC
dan BOD sehingga mempengaruhi jumlah oksigen terlarut
(Lampiran 1). Tingginya kadar TOC dan BOD diduga menjadi faktor
penyebab miskinnya jumlah jenis annelida. Benton dan Werner
(1976) menyatakan bahwa limbah secara spesifik dapat
menimbulkan bau, perubahan warna dan rasa, juga dapat mereduksi
kadar oksigen terlarut dan meningkatkan kadar TOC dan BOD dalam
air, selain itu limbah dapat meningkatkan sejumlah besar zat organik
dan anorganik yang menghasilkan kekeruhan karena terjadinya
proses dekomposisi (Mahida, 1984).
Jenis yang mempunyai sebaran yang cukup tinggi dan selalu muncul
di seluruh stasiun penelitian yaitu jenis Capitella capitata dan Magelona
sp. Kedua jenis tersebut mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup
pada kondisi baik maupun kondisi yang ekstrim (DO rendah).
Keunggulan lainnya dari Capitella capitata yaitu kemampuannya
bereproduksi baik dengan larva planktonik maupun larva benthik,
memiliki siklus hidup pendek, dan mencapai kedewasaan dari telur
dalam waktu kurang lebih tiga minggu. Oleh karena itu jenis ini secara
terus menerus memenuhi kembali sedimen yang tercemar. Adapun
untuk jenis Magelona sp. bersifat sesil (hidup menempel) pada
-
8/18/2019 Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida
73/98
sedimen dan tidak mudah berpindah tempat sehingga menerima
berbagai respon lingkungan dan memiliki umur yang relatif panjang
(Hilbig & Blake, 2000).
Jenis yang selalu muncul di setiap stasiun pengamatan berpotensi
sebagai indikator positif karena kemampuannya bertahan yaitu B.
proboscidea, Magelona sp., D. ankeli, S. disjuncta dan jenis C. capitata.
Jenis B. proboscidea dan Magelona sp. masuk dalam family Spionidae.
Family Spionidae merupakan komponen penting dalam komunitas bentik
pada zona intertidal dan perairan dangkal. Familia ini dapat ditemukan di
laut dalam, laut dangkal maupun muara sungai. Spionidae menempati
berbagai pilihan habitat, cara hidup, makan dan reproduksi dalam
berbagai pola perkembangan. Hal ini menjadikan Spionidae tersebar
secara luas dengan membentuk berbagai jenis baru dengan berbagai
karakter polimorfik berupa modifikasi setiger , spines dan branchia (Glasby
et al ., 2000).
Jenis D. ankeli dan S. disjuncta memiliki modifikasi bentuk kepala
sesuai dengan fungsinya sebagai Cilliary feeder , dalam beberapa hal
kepala berfungsi sebagai alat pertukaran gas, jadi semacam insang, hidup
dalam liang atau tabung (Suwignyo, 2005) sehingga dapat beradaptasi
terhadap kondisi perairan yang kurang baik. Untuk jenis C. capitata
memiliki kemampuan