Download - SPH Pencernaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup, karena dari
makanan inilah segala proses dalam tubuh berlangsung, seperti pembentukan energi,
pertumbuhan, perkembangan, dan lain-lain. Stuktur organ pencernaan berbeda-beda pada
berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan
tersebut serta jenis makanannya. Pada hewan invertebrata organ pencernaannya
umumnya masih sederehana dilakukan secara fagositosis dan intrasel. Sedangkan pda
hewan vertebrata sudah memiliki organ pencernaan yang sempurna yang dilakukan
secara ekstrasel. Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat stuktural tertentu yang
terdiri dari empat lapisan utama yaitu lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan otot,
dan lapisan serosa (Brotowidjoyo,1990).
Di dalam tubuh kita terdapat organ-organ yang sangat berperan penting dalam
proses pencernaan. Sistem perncernaan terdiri dari saluran penncernaan (tractus
digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria). Saluran pencernaan dimulai
mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan anus.
Kelenjar-kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah, kelenjar hati, dan kelenjar
pankreas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur histologis organ-organ penyusun sistem pencernaan mamalia?
2. Bagaimana struktur anatomi sistem pencernaan vertebrata?
3. Apa saja penyakit/ kelainan yang terkait dengan struktur histologis/anatomi sistem
pencernaan?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui struktur histologis organ-organ penyusun sistem pencernaan mamalia.
2. Mengetahui struktur anatomi sistem pencernaan vertebra.
3. Mengetahui penyakit/kelainan yang terkait dengan struktur histologis/anatomi sistem
percernaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Histologis Organ-Organ Penyusun Sistem Pencernaan Mamalia
Histologi saluran pencernaan dari dalam ke luar terdiri dari :
1. Tunika mukosa, terdiri dari :
a. Epitelium
b. Lamina propria: tersusun atas jaringan pengikat longgar, mengandung pembuluh
darah, pembuluh limfe dan nodus limfatikus
c. Muskularis mukosa: tersusun atas serabut-serabut oto polos
2. Tunika submukosa: tersusun atas jaringan ikat dengan serabut kolagen dan elastis.
Mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf, dan simpul saraf (pleksus)
Meissner. Pada esofagus dan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar submukosa.
3. Tunika muskularis eksternal : tersusun atas otot polos longitudinal di sebelah luar
dan otot polos sirkuler di sebelah dalam. Diantara kedua lapisan otot terdapat pleksus
Auerbach yang mengkoordinir kerja otot-otot tersebut.
4. Tunika serosa : tersusun jaringan ikat areolar (longgar) yang merupakan lanjutan dari
peritoneum.
Sistem pencernaan pada mamalia antara lain terdiri atas esophagus,
lambung(ventrikulus) dan usus(intestinum tenue) terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum,
jejunum dan ileum yang batasnya tidak dapat dibedakan. Ventrikulus dan duodenum
dihubungkan dengan suatu lubang yang disebut pilorus yang dindingnya terdiri dari otot
sfingster yang dapat membuka dan menutup, sedangkan usus besar (intestinum krassum)
terdiri dari caecum, colon dan rectum, serta berakhir pada anus (Djuhanda, 1980). Dalam
sistem pencernaan terdapat juga organ asesori (organ tambahan) yaitu, gigi, lidah,
kelenjar ludah, dan kelenjar pencernaan di luar saluran pencernaan meliputi kelenjar
hepar dan kelenjar pankreas.
Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Pada
lidah terdapat papila, ada empat macam bentuk papila, yaitu papila filiformis, papila
fungiformis, papila foliate, dan papila circumfalatae. Pharynx dibatasi oleh epitel berlapis
pipih jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan yang tidak mengalami
abrasi. Pada daerah yang terakhir, epitel berlapis dan memiliki silia dan bersel goblet.
Esofagus bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi
2
menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diseliputi oleh epitel pipih
berlapis. Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, kemudian mengubahnya
menjadi bubur yang dinamakan dengan kimus (chyme). Permukan lambung ditandai
adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas lipatan-
lipatan tersebut menembus lamina propria membentuk alur mikroskopik yang dinamakan
gastric pits atau foveolae gastricae. Usus halus relatif panjang kira-kira 6m dan ini
memungkinkan kontak yang lama antara makanan dan enzim pencernaan serta antara
hasil-hasil pencernaan dan sel-sel absorbtif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas
duodenum, jejunum, dan ileum. Usus besar terdiri dari membran mukosa tanpa lipatan
kecuali pada bagian distal atau rectum dan tidak terdapat vili usus. epitel yang membatasi
adalah toraks dan mempunyai kutikula tipis berfungsi untuk absorbsi air dan pembentukan
massa feses.
2.1.1 Rongga Mulut
Dilapisi epitel squamosa kompleks non keratin sebagai pelindung yang juga
melapisi permukaan dalam bibir. Rongga mulut dibatasi oleh epitel pipih berlapis
banyak tidak bertanduk. Langit-langit mulut tersusun atas palatum keras (durum) dan
palatum lunak (molle). Uvula palatina merupakan tonjolan konis yang yang menuju ke
bawah dari batas tengah palatum lunak. Dalam rongga mulut terdapat organ tambahan
yaitu, gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
2.1.1.1 Gigi
Mamalia mempunyai jumlah gigi yang paling sedikit. Pada umumnya mamalia
mempunyai gigi yang berganti dua kali yang disebut difiodonti. Gigi tersebut terdiri
dari gigi susu (dentes decidualis) dan gigi permanen (dentes permanentes). Pada
platypus (monodermata) mempunyai satu set gigi yang tidak berganti disebut
monofiodonti. Cara perlekatan gigi pada mamalia yaitu tekodonti yaitu akar gigi
tertanam dalam alveoli (soket) tulang rahang. Mamalia memiliki bentuk heterodonti
terdiri dari insisivus (gigi seri), kaninus (gigi taring), premolar (gigi geraham depan),
dan molar (gigi geraham belakang).
Histologi gigi terdiri dari tiga bagian yaitu mahkota (korana), leher (serviks), dan
akar (radiks).
3
Histologi gigi
2.1.1.2 Lidah
lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk mengaduk makanan, membantu
menelan makanan, dan mengontrol suara. Lidah pada mamalia merupakan suatu
kantunf ektoderm yang berisi otot lurik dan jaringan pengikat. Pada permukaan bawah
lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi
oleh banyak tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan
tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya
berbeda. Terdapat 4 jenis papilae.
1. Papilae filiformis: mepunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat
banyak, dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung
puting kecap (reseptor).
Papilla filiformis
2. Papilae fungiformis: menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai
tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung
4
puting pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur
terdapat di sela-sela antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya.
Papilla fungiformis
3. Papilae circumfalatae: merupakan papilae yang sangat besar yang
permukaannya pipih meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate tersebar
pada daerah “V” pada bagian posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan
serosa (von Ebner) mengalirkan isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi
pinggir masing-masing papilla. Susunan yang menyerupai parit ini
memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas banyak puting kecap yang
terdapat sepanjang sisi papilla.
Papilla sirkumvalata
5
4. Papilae foliatae: tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat
sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting
kecap.
Papilla foliata
2.1.1.3 Kelenjar Ludah (Glandula salivary)
Mamalia mempunyai kelenjar ludah, menurut tempatnya ada tiga pasang kelenjar
ludah, yaitu:
1. Kelenjar bawah telinga (glandula parotid) : bermuara di dekat gigi molar atas
yang kedua. Bentuk kelenjar asiner bercabang majemuk, sel penyusunnya
adalah sel serous.
2. Kelenjar bawah rahang (glandula mandibularis) : bermuara di dekat pangkal
lidah, bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk. Sel penyusunnya
adalah sel serous(banyak) dan sel mukus.
3. Kelenjar bawah lidah (glandula sublingualis) : bermuara di dekat pangkal
lidah. Bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk. Sel penyusunnya sel
mukus.
Letak kelenjar ludah
6
2.1.2 Pharynx
Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan
dan pencernaan. Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx. Pharynx
dibatasi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian
pernapasan yang tidak mengalami abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini,
epitelnya toraks bertingkat bersilia dan bersel goblet. Pharynx mempunyai tonsila yang
merupakan sistem pertahanan tubuh. Mukosa pharynx juga mempunyai banyak
kelenjar-kelenjar mukosa kecil dalam lapisan jaringan penyambung padatnya.
2.1.3 Esofagus
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa
tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar oesofagea yang
mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot hanya terdiri
sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada
ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
7
Keterangan:
Ep : EpiglottisGlDu : Glandular ductLaPr : lamina propriaLu : LumenMuGl : Mucous glandSkMu : Skeletal muscleSqEp : Stratifes squamous epithelium
2.1.4 Ventrikulus
Ventrikulus merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi
bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan ventrikulus ditandai oleh
adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas
lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik yang
dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang
terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini. Epitel
pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus. Struktur
histologi dari lambung umumnya terdiri dari epitel mukosa yang merupakan epitel
berlapis tunggal silindris. Permukaan tunika mokosa membentuk lekukan ke arah
lamina propria, disebut fovea gastrika. Tunika muskularis eksterna terdiri dari tiga lapis
otot polos. ventrikulus secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,
korpus, fundus, dan pylorus.
Kardia merupakan peralihan antara esofagus dan ventrikulus. Lamina proprianya
mengandung kelenjar-kelenjar kardia turbular simpleks bercabang, bergelung dan
sering mempunyai lumen yang besar yang berfungsi mensekresikan mukus. Kelenjar-
kelenjar ini strukturnya sama seperti kelenjar kardia bagian terminal oesofagus dan
mengandung (dan mungkin sekresi) enzim lisosom. Kelenjar fudus mengandung sel-sel
kelenjar, yaitu:
1. Sel musigen : terdapat dibagian atas kelenjar, menghasilkan musigen yang
berfungsi untuk melindungi lambung dari getahan yang bersifat asam.
2. Sel parietal : berbentuk bulat, terdapat disepanjang dinding kelenjar,
menggetahkan HCl.
3. Sel zimogen : sel berwarna gelap, terdapat sepertiga di bagian bawah
dinding kelenjar, menghasilkan pepsinogen yang dengan bantuan HCl akan
berubah menjadi pepsin, suatu enzim aktif, menghasilkan renin dan
menghasilkan faktor intrinsik yang memudahkan prnyerapan vitamin B12
dalam usus.
4. Sel argentaffin : juga dinamakan sel-sel enterokromafin karena afinitasnya
terhadap garam kromium serta perak. Sel-sel ini jumlahnya lebih sedikit
dan terletak pada dasar kelenjar, terselip antara sel-sel zimogenik. Fungsi
mereka sebenarnya masih merupakan spekulasi (belum jelas). Termasuk
sebagai sel endokrin.
8
Pada pilorus terdapat kelenjar bergelung pendek yang mensekresikan enzim
lisosim. Diantara sel-sel mukus ke lenjar pilorus terdapat sel-sel gastrin (G) yang
berfungsi mengeluarkan hormone gastrin. Gastrin berfungsi merangsang pengeluaran
asam lambung oleh kelenjar-kelenjar lambung.
Histologi ventrikulus
2.1.5 Intestinum Tenue
Intestinum tenue atau usus halus berfungsi untuk menyelsaikan proses pencernaan
kimiawi dan untuk mengarbsorbsi hasil pencernaan. Pada mamalia intestenium tenue
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Permukaan dalam
intestinum tenue diperluas dengan adanya tonjolan-tonjolan (jonjot) yang menjorok ke
dalam lumen yang disebut villus. Setiap villus mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Pada duodenum villus berbentuk daun menjari berlapis-lapis, di
daerah jejenum villus lebih pendek dan menjari, dan di daerah ileum villus paling
pendek dan menjari.
Tunika mukosa intestinum tenue menunjukkan sederetan lipatan permanen yang
disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada tunika mukosa terdapat lubang
kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar
intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjar intestinal mempunyai epitel
pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Mukosa usus halus dibatasi oleh
beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel toraks (absorptif), sel paneth,
9
dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin. Sel toraks adalah sel-sel absorptif
yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang mengalami spesialisasi yang
dinamakan ”striated border” yang tersusun atas mikrovili. Mikrovili mempunyai fungsi
fisiologis yang penting karena sangat menambah permukaan kontak usus halus dengan
makanan. Striated border merupakan tempat aktivitas enzim disakaridase usus halus.
Enzim ini terikat pada mikrovili, menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida,
sehingga mudah diabsorbsi. Di tempat yang sama diduga terdapat enzim dipeptidase
yang menghidrolisis dipeptida menjadi unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel toraks
usus halus lebih penting adalah mengabsorbsi zat sari-sari yang dihasilkan dari proses
pencernaan. Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih
sedikit dalam duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan
glikoprotein asam yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa pembatas
usus halus. Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan
sel eksokrin serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan
memegang peranan dalam menjaga pertahanan usus halus. Sel-sel endokrin saluran
pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara lain: sekretin, dan
kolesistokinin. Sekretin berperan sekresi cairan pankreas dan bikarbonat.
Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi enzim
pankreas. Dengan demikian, aktivitas sistem pencernaan diregulasi oleh sistem saraf
dan hormon-hormon peptida. Tunika submukosa pada bagian permulaan duodenum
terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa bercabang, bergelung yang bernuara ke dalam
kelenjar intestinal yang disebut kelenjar duodenum (Brunner), yang berfungsi
menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung, melindungi mukosa
duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke pH
optimal untuk kerja enzim-enzim penkreas.
10
Histologi Intestinum tenue
2.1.6 Intestinum Krassum
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian distalnya
(rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan
mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:
1. absorpsi air
2. pembentukan massa feses
3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian
banyak sel goblet.
Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering
menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian sekum, lapisan serosa
ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa –
appendices epiploidices (usus buntu). Sekitar 2 cm sebelum anus epitel tunika mukosa
usus diganti oleh epitel berlapis banyak pipih. Pada tunika muskularis, lapisan
longitudinal otot polos membentuk tiga gumpalan otot seperti pita disebut tenia koli.
11
Histologi colon
Histologi Rectum
12
Kelenjar Pencernaan di Luar Saluran Pencernaan
1. Kelenjar Hepar
Hati merupakan organ terbesar dari tubuh, setelah kulit, terletak dalam rongga
abdomen di bawah diafragma. Berfungsi menghasilkan empedu, menyimpan lemak
dan glikogen serta albumin, mensisntesis protein plasma darah, detoksifikasi zat-zat
toksis, merombak sritrosit yang rusak, eliminasi asam amino menjadi urea,
menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak.
Sebagian besarnya darahnya (sekitar 70%) berasal dari vena porta. Melalui vena
porta, semua zat yang diabsorpsi melalui usus mencapai hati kecuali asam lemak,
yang ditranspor melalui pembuluh limfe. Hati tersusun atas sel-sel hati yang disebut
hepatosit. Sel-sel epitel ini berkelompok dan saling berhubungan dalam susunan
radier (menjari) membentuk suatu bangunan yang disebut lobulus hati.
Celah portal, terdapat pada sudut-sudut polygon hati (lobulus hati) dan diduduki
oleh segitiga portal atau segitiga kirnann (trigonum portal). Segitiga kirnann hati
manusia mengandung venula (cabang dari vena portal), arteriol (cabang dari arteria
hepatica),dan duktus biliaris (bagian dari sistem saluran empedu) dan
pembuluhpembuluh limfe. Sinusoid kapiler memisahkan sel-sel hati. Sinusoid
merupakan pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri atas satu lapisan
sel-sel endotel yang tidak utuh (kontinyu). Sinusoid mempunyai pembatas yang tidak
sempurna dan memungkinkan pengaliran makromolekul dengan mudah dari lumen ke
sel-sel hati dan sebaliknya. Sinusoid berasal dari pinggir lobulus, diisi oleh venula-
venula dalam, cabang-cabang terminal vena porta, dan arteriola hepatica, dan mereka
berjalan ke arah pusat, di mana mereka bermuara ke dalam vena centralis. Pada
sinusoid juga mengandung sel-sel fagosit yang dikenal sebagai sel Kupffer.
13
Histologi sel hati
2. Kelenjar Pankreas
Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin terdiri atas
pulau Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, maka disebut
bagian asini pankreas. Sel asiner pankreas merupakan sel serosa, dan memilki sifat
memsintesis protein. Setelah disintesis dalam bagian basal sel, maka proenzim
selajutnya meninggalkan retikulum endoplasma kasar dan masuk apparatus Golgi.
Proenzimproenzim tersebut dikumpulkan dalam vesikel-vesikel sekresi yang disebut
sebagai granula prozimogen. Granula sekresi yang matang (granula zimogen),
melekat pada membran dan terkumpul pada bagian apical (ujung) sel.
Bagian eksokrin pankreas manusia mensekresikan:
1. air
2. ion-ion bikarbonat
3. enzim: karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, dan
amilase.
4. proenzim sebagai berikut: tripsinogen, kimotripsinogen.
Regulasi sekresi asini pankreas diatur oleh 2 hormon – sekretin dan kolesistokinin
(dahulu dinamakan pankreoenzim) – yang dihasilkan oleh mukosa duodenum.
Perangsangan nervus vagus (saraf parasimpatis) juga akan meningkatkan sekresi
pankreas.
14
1. Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim) dan kaya
akan bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah transport air dan ion.
Hasil sekresi ini berperanan untuk menetralkan kimus yang asam (makanan
yang baru dicernakan sebagian) sehingga enzim-enzim pancreas dapat dapat
berfungsi pada batas pH netral optimalnya.
2. Kolesistokinin (CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak protein dan
enzim. Hormon ini bekerja terutama dalam proses pengeluaran granula-
granula zimogen. Kerja gabungan ke dua enzim tersebut menghasilkan sekresi
getah pankreas yang kaya akan enzim.
Histologi sel pankreas
2.2 Struktur Anatomi Sistem Pencernaan Vertebrata
2.2.1 Sistem Pencernaan Pada Pisces
Ikan yang mempunyai habitat di air setelah dibedah ternyata memiliki sistem
pencernaan yang sudah lengkap, meskipun ada beberapa organ yang belum ditemukan.
Walaupun bentuk saluran pencernaan ikan dari depan sampai ke belakang hampir sama,
tetapi masih dapat dibedakan masing-masing bagiannya. Sistem pencernaan pada pisces
meliputi :
1. Rongga mulut(cavum oris),pada rahang ikan terdapat gigi-gigi kecil.
15
2. Ludah (lingua), melekat pada dasar mulut dan tidak dapat digerakkan, banyak
mengandung kelenjar lendir (glandula mucosa), tetapi tidak memiliki kelenjar ludah
(glandula salivales)
3. Pangkal tenggorokan (pharynx), merupakan lanjutan rongga mulut yang terdapat di
daerah sekitar insang.
4. Kerongkongan (esophagus), merupakan lanjutan dari pangkkal tenggorokan
(pharynx) yang berbentuk kerucut, berukuran sangat pendek, dan terdapat di belakang
daerah insang.
5. Lambung (ventrikulus),merupakan lanjutan dari kerongkongan (esophagus) dan
berupa saluran memanjang yang agak membesar. Batas antara ventrikulus dengan
usus tidak terlalu jelas. Pada beberapa spesies tertentu, di bagian akhir ventrikulus
terdapat tonjolan-tonjolan berbentuk kantong buntu yang disebut pyloric
caeca(appendicea pyloricae). Kantong buntu ini berguna untuk memperluas
permukaan dinding ventrikulus agar pencernaan dan penyerapan makanan dapat
berlangsung lebih sempurna.
6. Usus (intestinum).Berbentuk seperti pipa panjang yang berkelok kelok dan sama
besarnya, berakhir, dan bermuara keluar pada lubang anus. Usus ini diikat oleh suatu
alat penggantung yang disebut mesenterium, yang merupakan derivat dari pembngkus
rongga perut (peritonium).
Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) pada pisces terdiri dari kelenjar hati, dan
kantong empedu.
1. Kelenjar hati (hepar). Berbentuk besar berwarna merah kecoklat-coklatan, letaknya
di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. Berfungsi untuk
menghasilkan empedu yang disimpan pada kantung empedu untuk membantu proses
pencernaan lemak.
2. Kantong empedu (vesica fellea) . berbentuk bulat bila berisi penuh, berwarna
kehijau-hijauan, terletak pada bagian depan dari hati, mempunyai saluran yang disebut
ductus cystius yang bermuara pada usus. Empedu berguna untuk mencerna lemak.
16
Sistem Pencernaan Ikan
2.2.2 Sistem Pencernaan Pada Amphibia
Alat pencernaan pada amphibia makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri
oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran
yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan
dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum
oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan
mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi sebagai gudang
pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan
dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan
katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin,
tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus
menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang
menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan
masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan
yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum.
Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan
akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam
intestinum melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang
merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus
untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum mayor
menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada
beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi
mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke
lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada
gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan
kodok terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.
17
Sistem pencernaan Amphibi hampir sama seperti pada Pisces, meskipun
keduanya memiliki makanan yang berbeda.
Sistem pencernaan Amphibi lebih rincinya sebagai berikut:
1. Rongga mulut. Rongga mulut atau cavum oris pada katak dilengkapi dengan gigi
berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa. Gigi
Amphibi berbentuk V dengan perkembangan yang tidak sempurna. Giginya terdapat
pada rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang atas disebut gigi maxilaris sedangkan
pada rahang bawah disebut gigi vomerin. Lidah katak berbentuk menggulung, panjang,
bertekstur kenyal dan lengket digunakan untuk menangkap mangsa.
2. Kerongkongan (esofagus). Setelah dari cavum oris, makanan menuju esofagus yang
berupa saluran pendek. Esofagus akan menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong
makanan masuk lambung.
3. Lambung(ventrikulus). Lambung berfungsi sebagai gudang makanan. Berbentuk
kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan
menjadi dua , yaitu tempat masuknya esophagus dan lubang keluar menuju usus. Bagian
muka ventrikulus yang besar disebut cardiac, bagian posterior mengecil dan berakhir di
pyloris. Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan menjadi hancur dan
dicampur dengan sekresi ventrikulus yang mengandung enzim atau fermen, yang
merupakan katalisator. Tiap- tiap enzim mengubah sekelompok makanan menjadi
ikatan-ikatan yang lebih sederhana. Enzim yang dihasilkan oleh ventrikulus dan
intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di
samping itu, ventrikulus juga menghasilkan asam klorida (HCl) untuk mengasamkan
bahan makanan. Mengasamkan bahan makanan berguna untuk membunuh mangsa dan
membunuh kuman penyakit, mengingat mangsa katak adalah serangga atau hewan kecil
lainnya yang mungkin masih hidup. Gerakan yang menyebabkan makanan berjalan
dalam saluran disebut gerakan peristaltik.
4. Usus (intestinum). Dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus
meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Di dalam
usus terjadi penyerapan makanan oleh enzim yang dihasilkan pankreas.Makanan masuk
ke dalam intestinum melalui ventrikulus.
18
5. Usus Besar (colon). Di dalam usus besar katak hanya terjadi penyerapan air dan
pembusukan sisa makanan. Bahan makanan yang merupakan sisa dalam intestinum
mayor akan menjadi feses. Colon berakhir pada rectum dan akan menuju kloaka.
6. Kloaka. Merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amphibi terdiri atas kelenjar hati, dan kelenjar
pankreas.
1. Kelenjar Hati. Berwarna merah kecolkatan terdiri dari lobus kanan yang terbagi
menjadi dua lobus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu yang berwarna kehijauan. Fungsi cairan empedu yang menetralisir racun dan zat
– zat toxic yang masuk kesaluran pencernaan katak.
2. Kelenjar Pankreas. Berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus
duabelas jari (duodenum). Berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara
pada duodenum.
2.2.4 Sistem Pencernaan Pada Reptil
Sistem pencernaan pada reptil terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Reptile pada umumnya terdiri atas saluran pencernaan dan kelnejar
pencernaan. Pada umumnya reptil adalah karnivora (pemakan daging). Saluran
pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Dan kelenjar
pencernaannya terdiri atas kelenjar ludah, pankreas dan hati.
1. Rongga Mulut disokong oleh rahang atas dan rahang bawah. Pada masing-masing
rahang terdapat gigi-gigi yang berbentuk kerucut. Gigi menempel pada gusi dan sedikit
melengkung kea rah rongga mulut. Dan khusus pada ular berbisa akan tumbuh gigi yang
dapat menghasilkan racun yang terdapat pada rongga mulut. Pada buaya giginya bisa
mnegalami 50 kali pergantian. Pada umumnya reptil tidak mengunyah makanannya jadi
giginya berfungsi sebagai penangkap mangsa.Pada rongga mulut terdapat lidah yang
melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. Pada reptil pemakan insekta
memiliki lidah yang dapat dijulurkan, sedangkan pada buaya dan kura-kura lidahnya
relatif kecil dan tidak dapat dijulurkan. Lidah ular berbentuk pembuluh yang terbungkus
oleh selaput dan terletak di bagian rahang bawah. Memiliki kelenjar mukoid yang
sekretnya berfungsi agar rongga mulut tetap basah dan dapat dengan mudah menelan
19
mangsanya.Pada ular Kelenjar labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison yang
bermuara di kantung yang terletak di daerah gigi taring dan dikeluarkan melalui gigi
tersebut.
2. Kerongkongan (esophagus) merupakan saluran di belakang rongga mulut yang
menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi
proses pencernaan.
3. Lambung (ventrikulus) merupakan tempat penampungan makanan dan pencernaan
makanan berupa saluran pencernaan yang membesar dibelakang esophagus. Disini
makanan baru mengalami proses pencernaan. Pada bagian fundus pylorus makanan
dicerna secara mekanik dan kimia.
4. Intestinum terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Dalam
usus halus terjadi proses penyerapan dan sisanya menuju ke rectum, kemudian diteruskan
ke kloaka untuk dibuang. Ukuran usus disesuaikan dengan bentuk tubuhnya.
5. Kelenjar pencernaan, terdiri atas hati dan pancreas. Empedu yang dihasilkan oleh
hati ditampung di dalam kantong yang disebut vesica fellea. Hati tediri dari dua lobus
yaitu sinister dan dexter yang berwarna coklat kemerahan. Kantong empedu terletak pada
tepi sebelah kanan hati. Pancreas pada reptile terletak diantara lambung dan duodenum.
Pancreas berbentuk pipih dan berwarna kekuning-kuningan
2.2.5 Sistem Pencernaan Pada Aves
Saluran pencernaan terdiri dari paruh, rongga mulut, kerongkongan, tembolok,
lambung kelenjar, lambung pengunyah, usus halus, usus besar, dan kloaka.
1. Paruh. Paruh merupakan modifikasi dari gigi. Bentuk paruh tergantung pada jenis
makanan.
2. Rongga Mulut. Terdiri dari rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga
mulut dan tanduk. Di dalam rongga mulut burung tidak terdapat gigi sehingga makanan
tidak dikunyah dan langsung masuk menuju kerongkongan.
3. Faring. Berupa saluran pendek yang menghubungkan rongga mulut dengan
tembolok.
4. Tembolok. Tembolok merupakan pelebaran ujung bawah kerongkongan. Tembolok
berbentuk kantung. Tembolok berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan
sementara.
5. Lambung.Lambung terdiri atas proventrikulus (lambung kelenjar) dan ventrikulus
(lambung pengunyah). Lambung kelenjar memiliki dinding otot yang tipis dan
20
mengandung banyak kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim-
enzim pencernaan untuk mencerna makanan secara kimiawi.
6. Lambung Pengunyah.Lambung pengunyah (lambung otot atau empedal) sering pula
disebut ampela. Kontraksi otot lambung pengunyah ini mencerna makanan secara
mekanik. Di dalam lambung pengunyah burung pemakan biji-bijian, sering terdapat
batu-batu kecil atau pasir. Batu-batu kecil atau pasir ini sengaja ditelan untuk membantu
proses pencernaan.Dari lambung, makanan hasil pencernaan menuju usus halus.
7. Usus.Di dalam usus halus terjadi pencernaan secara kimiawi oleh enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh pankreas, dan empedu yang dihasilkan oleh hati. Sari-
sari makanan hasil pencernaan diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di usus halus.
Selanjutnya, sari-sari makanan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah. Sisa-sisa makanan
yang tidak diserap akan masuk ke usus besar menjadi feses (kotoran). Feses akan menuju
rektum dan dikeluarkan melalui kloaka.
8. Kloaka.Kloaka merupakan muara tiga saluran, yaitu saluran pencernaan, saluran urin,
dan saluran kelamin (saluran perkembangbiakan)
Sistem Pencernaan Burung
2.2.6 Sistem Pencernaan Pada Mamalia
1. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Bagian-bagian yang terdapat dalam mulut:
21
a) Gigi (dens)
b) Lidah (lingua) adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Berfungsi untuk
sebagai indera pengecap/perasa, mengaduk makanan di dalam rongga mulut,
membantu proses penelanan, membantu membersihkan mulut, dan membantu
bersuara/berbicara.
c) Ludah (saliva) dihasilkan oleh kelenjar ludah
2. Esofagus atau kerongkongan
Esofagus adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui esofagus
dengan menggunakan proses peristaltik.
3. Lambung
Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat
rongga badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna
dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga
daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu
masuk makanan dari kerongkongan . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya
membulat. Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari
duodenum. Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mucosa, submucosa,
muscularis, dan serosa.
4. Usus
`Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
22
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Usus halus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Usus dua belas jari (bahasa Inggris: duodenum) adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Di bagian ini terdapat beberapa enzim yang sangat di butuhkan dalam proses pencernaan,
antara lain :
1. Enterokinase, untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas
2. Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam amino
3. Laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa
4. Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa
5. Disakarase, mengubah disakarida menjadi monosakarida
6. Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino
7. Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
8. Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
23
dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
5. Usus penyerapan (ileum)
Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, )duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
6. Anus (Rectum)
Proses pengeluaran sisa – sisa makanan melalui anus. Rectum dan tidak terdapat
vili usus. epitel yang membatasi adalah toraks dan mempunyai kutikula tipis berfungsi
untuk absorbsi air dan pembentukan massa feses.
Glandula digestoria (kelenjar pencernaaan) terdiri dari :
a. Glandula salivarae kelenjar ludah
b. Glandula mucosae : terdapat pada dinding sebelah dalam dari ventriculus dan
intestinum (terutama intestinum tenue).
c. Hepar (hati) : suatu kelenjar yang besar berwarna kecoklat-coklatan terletak di
sebaelah kanan dibawah diafragma, terbagi atas beberapa lobi. Dari tiap lobi terdapat
ductus hepaticus yang mengeluarkan sekresi ke vesica vellea (kantong empedu). Dari
sini akan keluar ductus cysticus yang selanjutnya akan bertemu dengan ductus
pancreaticus bersama membentuk ductus cholidocus yang bermuara di bagian cranial
duodenum.
d. Pancreas : kelenjar ini terletak antara pars ascendens dan pars descendens dari
duodenum berwarna merah muda, bersaluran yang disebut ductus pancreaticus yang
akhirnya bersatu dengan ductus cysticus membentuk ductus cholidocus. Saluran yang
terakhir itu akan menuangkan sekresinya ke duodenum. Kecuali itu pada pancreas
terdapat sel yang disebut insulae langerhensi (island of langerheng) menghasilkan
sekresi (hormone) berupa insulin yang berlangsung masuk pembuluh darah.
24
Pada hewan memamahbiak misalnya pada sapi terdapat pencernaan ruminansia. Hewan
memamah biak ( Ruminantia ) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan yang
mencerna makanannya dalam dua langkah
1. Dengan menelan bahan mentah
2. Mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi.
Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang ( monogastrik) tetapi
lebih dari satu ruang ( poligastrik ), atau secara umum bisa dikatakan berperut banyak
Perbedaan antara hewan ruminansia dengan mamalia lainnya Terlihat pada susunan
dan fungsi gigi serta lambung. Hal ini berkaitan dengan jenis makanannya.
a. Gigi geraham (premolare & molare) sangat besar,kuat, bergelombang seperti papan
pencuci. Serta berfungsi untuk menggiling dan menggilas dinding seltumbuhan yg
dimakan.
b. Gigi seri berbentuk seperti kapak, berfungsi untukmenjepit dan memotong makanan
c. Antara gigi seri dan geraham terdapat rongga yangdisebut diastema.
Di dalam usus terdapat kumpulan bakteri simbiosis yang dapat melakukan peragian
selulosa.Cenderung memiliki usus yang lebih panjangdibanding mamalia lainnya, karena
makanan yang melalui usus dicerna perlahan-lahan.
Memiliki 4 ruangan lambung, yaitu Rumen atauperut besar (berisi bakteri dalam cairan
alkali), Retikulum (perut jala), Omasum (perut masam), danAbomasum atau perut kitab
(merupakan lambungyang sesungguhnya).
Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia .
i. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan
seperli rumput.
25
ii. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lebar.
iii. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
iv. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen (fermentor), Retikulum,
Omasum dan Abomasum ( Lambung yang sebenarnya sehingga terjadi pencernaan
enzimatis).
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri
atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan
kadang kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain. Berdasarkan
susunan giginya, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri
bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan
manusia. Banyaknya gigi geraham ini sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan
berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa, jika
dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada
sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding
tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm. Lambung sapi sangat besar,
diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk
menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada
lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia terdiri atas 4
bagian, yaitu rumen, reticulum, omasum, abomasums. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat
otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi
sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan
jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini
makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus).
26
Bolus akan Dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan
akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke
abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan
bolus secara kimiawi oleh enzim. Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan
protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan
hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun
dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan
demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
2.3 Penyakit/Kelainan yang Terkait dengan Struktur Histologis/Anatomi Sistem
Pencernaan
2.3.1 Gastritis
Artinya adalah peradangan mukosa lambung. Gangguan ini umum terjadi,
terutama pada orang yang berusia lanjut. Gastritis menimbulkan peradangan yang tidak
begitu berbahaya, tetapi berlangsung lama sehingga menyebabkan rusaknya mukosa
lambung. Para peneliti saat ini yakin hampir tidak ada makanan yang menyebabkan
iritasi pada bagian lambung, kecuali cairan asam lambung yang berlebihan.
2.3.2 Konstipasi
27
Gangguan ini berarti lambatnya pergerakan feses melalui usus besar dan
sering dihubungkan dengan jumlah feses yang kering dan keras pada kolon yang
menumpuk karena lamanya waktu penyerapan cairan. Penyebab konstipasi adalah
kebiasaan buang air yang tidak teratur dan kurangnya minum air putih juga makan
makanan yang berserat.
2.3.3 Pankreasitis
Merupakan peradangan dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk pankreasitis
akut (berlangsung cepat dan parah) maupun pankreasitis kronis (berlangsung lama).
Penyebab umum dari pankraesitis adalah alkohol dan terhambatnya tonjolan vateri
(akhir saluran pengluaran pankreas) oleh batu empedu.
28
2.3.3 Diare
Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus
besar. ada diare, infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan padaileum. Dimanapun
infeksi terjadi, mukosa akan teriritasi secara luas sehingga kecepatan sekresinya sangat
tinggi. Diare disebabkan oleh bakteri kolera. Toksin kolera menstimulus sekresi
elektrolit dan cairan yang berlebihan dari ileum dan usus besar.
2.3.4 Flatus
Masuknya gas C dalam saluran pencernaan. Gas C tersebut berupa udara yang
tertelan. Gas yang dihasilkan bakteri atau gas dari difusi darah yang masuk kesaluran
pencernaan. Gas nitrogen dan oksigen lebih banyak berada dalam lambung dan dapat
29
dikeluarkan dengan bersendawa, sedangkan gas-gas lain yaitu CO 2 metana dan
hidrogen lebih banyak berada dalam usus besar yang dihasilkan oleh bakteri. Gangguan
system pencernaan ini dapat terjadi karena :
a. Melakukan diet dengan ekstrim, yaitu dengan mengonsumsi pil pelarut lemak serta
mengurangi porsi dan jadwal makan.
b. Minuman keras yang dapat memicu pengeluaran getah lambung.
c. Bulimia, yaitu makan banyak tetapi dimuntahkan kembali dengan sengaja
menggunakan obat pencahar.
d. Memakan makanan kaleng yang dapat terkontaminasi bakteri Clostridium botulium .
2.3.5 Tukak Lambung ( Ulkus )
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung
enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian
kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak
lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi
lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh
infeksi bakteri jenis tertentu.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Struktur saluran pencernaan makanan mulai dari lumen sampai luar terdiri dari atas
lapisan mukosa, yang terdiri dari epithelium, lamina proporia, muskularis mukosa,
lapisan submukosa tersusun atas lapisan otot sirkuler dan longitudinal, lapisan
adventitia terdiri atas jaringan ikat kendur dan mesotelium.
2. Saluran pencernaan pada hewan vertebrata memiliki perbedaan dan cirri khas masing-
masing. Pada aves (burung) memiliki tembolok yang berfungsi untuk menyimpan
makanan sementara. Pada pisces, amphibia, aves, dan reptilian memiliki kloaka
sedangkan pada mamalia memiliki anus. Khusus pada hewan ruminansia memiliki
struktur lambung empat ruangan, yaitu: Rumen (fermentor), Retikulum, Omasum dan
Abomasum ( Lambung yang sebenarnya sehingga terjadi pencernaan enzimatis).
3. Gangguan pada sistem pencernaan meliputi gastritis, pankreasitis, kontipatis, diare,
flaktus, tukak lambung.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diabil dari pembahasan di atas yaitu:
1. Kepada mahasiswa, agar memahami dan menguasai materi tentang sistem pencernaan
secara menyeluruh agar bermanfaat nantinya pada dunia kerjanya atau di masyarakat.
2. Kepada masyarakat, sesuai penjelasan di atas diketahui bahwa gangguan yang terjadi
pada sistem pencernaan sangat berfariasi,maka dari itu perlu menyadari dan menjaga
kesehatan sistem pencernaan.
31