Download - Skripsi1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi
pandai dalam tercapainya daya pikir dan tindakan untuk memecahkan
masalah. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat
terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia
banyak melaksanakan kegiatan belajar. Apalagi sekarang ditunjang dengan
sarana yang sangat memadai. Saat ini seseorang dapat belajar kapan saja dan
dimana saja, sebab ditunjang dengan teknologi informasi yang dapat
menampilkan informasi yang terbaru sekalipun melalui alat komunikasi yang
multiguna. Di sisi lain, kemudahan ini membuat masyarakat mengalami
kebingungan dalam memilih informasi mana yang dapat dipercaya, atau siapa
sumber yang layak dikutip. Masyarakat informasi juga memunculkan adanya
kekuatiran akan pemanfaatan informasi itu sendiri.
Informasi bukan lagi sebatas kata-kata atau kalimat. Informasi
bagaikan pisau bermata tajam, dimana jika sampai ke pembaca yang salah
dapat berakibat fatal. Dapat dipastikan bahwa sebagian besar warga
masyarakat di dunia ini telah tersentuh oleh yang namanya teknologi
informasi. Entah itu dalam bentuk elektronik, multimedia, atau virtual.
Masalahnya adalah sulit sekali membendung arus informasi, karena itu
masyarakat secara potensial dapat terjebak dalam informasi yang semakin hari
2
semakin bertambah dan semakin komplek. Untuk mencegahnya, setiap orang
harus mempunyai kemampuan dalam mencari, menggunakan dan
mengevaluasi informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien serta dapat
mengembangkan menjadi pengetahuan yang baru. Kemampuan ini di
masyarakat sering disebut dengan literasi informasi atau melek informasi.
Dalam perguruan tinggi, literasi informasi wajib dimiliki insan sivitas
akademika jika tidak mau, maka akan ketinggalan dan menjadi asing di
masyarakat yang telah dikelilingi informasi ini. Dalam tridarma perguruan
tinggi sivitas akademika di tuntut untuk melaksanakan pengajaran, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Semua dapat terpenuhi apabila didukung
dengan sumber-sumber informasi yang aktual dan akurat sehingga
mendapatkan keluaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Perpustakaan
perguruan tinggi sebagai jantung, diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang besar untuk mewujudkan tridarma perguruan tinggi. Dalam menerapkan
ketrampilan pencarian dan pengolahan informasi di dalam kurikulum pihak
universitas tentu saja memerlukan sebuah tuntunan atau panduan. Association
of College & Research Libraries (ACRL) sebenarnya telah membuat standar
kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi. Menurut Association of
College & Research Libraries (ACRL) seseorang yang telah menguasai
ketrampilan literasi informasi, dapat :
1. Menentukan batas informasi yang dibutuhkan
2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien
3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis
3
4. Memadukan sejumlah informasi yang terpilih menjadi dasar pengetahuan
seseorang
5. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu
6. Memahami masalah-masalah ekonomi, hukum, maupun sosial, sekitar
penggunaan informasi, mengakses dan menggunakan informasi secara etis
dan legal. (ACRL, 2000:1)
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka literasi informasi menjadi hal yang
sangat penting dimiliki oleh setiap orang untuk mengurangi pengaruh negatif
dari pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini dan juga untuk
meningkatkan kemampuan akademik seseorang. Pesatnya perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi, ruang lingkup dan keragaman informasi
yang digunakan dalam proses pembelajaran menjadi sangat beragam. Menjadi
sebuah tantangan utama bagi semua orang khususnya mahasiswa untuk
meningkatkan ketrampilan, ilmu pengetahuan, dan kefasihan untuk secara
efektif menggunakan informasi yang di dapatnya. Seseorang yang memiliki
ketrampilan tersebut dapat dikatakan orang yang melek informasi atau
information literate.
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta telah lama
melakukan kegiatan literasi informasi. Sebelum tahun tahun 2000 literasi
infrmasi yang dilaksanakan Universitas Atma Jaya Yogyakarta diberikan
kepada mahasiswa baru dan belum menyentuh layanan dengan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi. Pemustaka diajari pencarian sumber-
sumber informasi secara manual. Rentang tahun 2000-2009 literasi informasi
4
yang di lakukan perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta diberikan
kepada mahasiswa S1 maupun Pascasarjana dengan mengajarkan pemustaka
cara mengakses sumber-sumber informasi baik manual maupun melalui
database jurnal yang dilanggan. Sampai tahun 2009, literasi informasi
dilaksanakan dalam kegiatan promosi perpustakaan .
Pada tahun 2009-2010 perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta
mulai membenahi kegiatan literasi informasi dengan menyiapkan materi-
materinya dan pustakawan yang ditunjuk untuk mengajar literasi informasi.
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta juga bekerjasama dengan
Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) dan Jaringan
Perpustakaan Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik telah mengirimkan
pustakawannya guna mengikuti pelatihan Literasi Informasi. Pada tahun 2011
perpustakaan universitas Atma Jaya Yogyakarta mulai mengadakan latihan
Literasi informasi setiap 2 bulan sekali. Materi pelatihan masih tahap
pengenalan sumber-sumber informasi dari database online seperti skripsi,
tesis, prosiding dan e-journal.
Sejak tahun 2012 perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta mulai
merencanakan dan melakukan literasi informasi secara terstruktur dengan
diperkuat SK dari Kepala Perpustakaan mengenai literasi informasi. Sejak
saat itu pemustaka berhak mendapatkan pelatihan literasi informasi.
Pelaksanaan kegiatan terstruktur literasi informasi ini dilaksanakan secara
terjadwal dengan empat level selama satu tahun. Penelitian ini difokuskan
5
pada efektivitas pelatihan program literasi informasi mahasiswa Universitas
Atma Jaya Yogyakarta yang merupakan pengguna langsung perpustakaan.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana ketergunaan literasi informasi yang dilaksanakan Perpustakaan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, berdasarkan perspektif pemustaka
khususnya mahasiswa ?
2. Apakah sudah sesuai penerapan standar literasi informasi menurut ACRL
di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta ?
3. Perbaikan apa saja yang perlu dilakukan Perpustakaan Universitas Atma
Jaya Yogyakarta untuk menjadikan program literasi informasi
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menjadi lebih baik ?
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka yang
menjadi rumusan masalah dan menjadi pertanyaan peneliti dan akan dijawab
di dalam penelitian ini ialah bagaimana efektifitas program literasi informasi
mahasiswa di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta ?
6
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan
1. Untuk mengetahui ketergunaan literasi informasi yang dilaksanakan
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta kepada pemustaka
khususnya mahasiswa.
2. Untuk mengetahui penerapan standar literasi informasi menurut
ACRL (The Association of College and Research Libraries) di
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta .
3. Untuk mengetahui perbaikan yang harus dilakukan oleh Perpustakaan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk menjadi program literasi
informasinya menjadi lebih baik.
4. Untuk mengetahui efektivitas penerapan program literasi informasi di
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Keilmuan, menambah pengetahuan calon pustakawan dalam
literasi informasi.
2. Institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan barometer
terhadap kompetisi literasi informasi yang dimiliki oleh mahasiswa
Univesitas Atma Jaya Yogyakarta.
3. Penulis, melalui setiap proses yang dikerjakan dalam penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
7
sendiri, salah satunya peningkatan kemampuan dalam
pemberdayaan informasi.
4. Pembaca, memberi pemahaman terhadap pembaca bahwa
kemampuan terhadap literasi informasi dibutuhkan untuk
mendukung kehidupan dan menjadi bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.
F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Penulis menggunakan sistematika penulisan yang di susun dalam 4 (empat)
Bab yaitu :
Bab I. Pendahuluan
Latar belakang
Identifikasi masalah
Rumusan masalah
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
Sistematika penulisan skripsi
Kajian riset sebelumnya
Landasan teori
Metode penelitian.
Bab II. Deskripsi lokasi
Sejarah objek yang diteliti
Visi
8
Misi
Komitmen dan sasaran perpustakaan UAJY
Struktur organisasi perpustakaan UAJY
Lokasi / gedung, koleksi
Keanggotaan
Pengguna / Pemustaka
Layanan baik sistem layanan maupun jenis layanan.
Bab III. Analisa Data
Statistik deskriptif
Teknik analisa data
Uji kualitas data
Interpretasi hasil analisis.
Bab IV. Penutup
Kesimpulan
Saran
G. KAJIAN RISET SEBELUMNYA
1. Penelitian Listika Fadhilatu Rizka Nasution
Penelitian yang terdahulu dilakukan oleh Listika Fadhilatu Rizka
Nasution, seorang mahasiswa Universitas Sumatera Utara di Medan pada
tahun 2009, dengan judul Literasi Informasi Mahasiswa Program Studi
Ilmu Perpustakaan (S1) Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara
(semester VII/T.A 2009/2010). Dengan hasil sebagai berikut:
9
“ Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi informasi di program Studi Ilmu Perpustakaan (PSIP) S1 (semester VII/T.A 2009/2010) dengan menggunakan standar yang dibuat oleh Association of college and research (ACRL). Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa PSIP semester VII/ T.A 2009/2010, berjumlah 30 orang. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009. Hasil analisa menunjukkan literasi informasi yang dimiliki mahasiswa PSIP dengan menggunakan acuan standar yang dibuat ACRL adalah sebagai berikut: kemampuan yang dimiliki hampir setengah mahasiswa untuk menentukan kealamiahan dan keluasan informasi dapat dikatakan sudah baik. Dalam hal kmampuan mengakses informasi, dapat disimpulkan sebagian besar mahasiswa telah memiliki kemampuan yang baik. Untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh secara kritis, mayoritas mahasiswa sudah melakukannya dengan baik. Kemampuan sebagian besar mahasiswa dalam menggunakan dan mengkomunikasikan informasi juga sudah baik. Setengah mahasiswa juga telah paham terhadap isu hukum, ekonomi dan sosial seputar informasi secara etis dan legal dapat dikatakan sudah cukup baik. Dari penjabaran kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa, maka dapat dikatakan literasi informasi mahasiswa PSIP sudah cukup baik”.Kata kunci : Literasi informasi
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian di atas adalah
kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam berliterasi informasi.
Perbedaannya adalah obyek penelitian yang diteliti dengan waktu
penelitian.
H. LANDASAN TEORI
1. Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh
sebuah organisasi. Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan efektivitas
adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan
hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai
10
sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber
daya secara cermat.
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai
tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sasaran telah dicapai.
Gibson dalam Tangkilisan (2005:65) mengatakan bahwa efektivitas
organisasi dapat diukur melalui :
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan
c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
d. Perencanaan yang matang
e. Penyusunan program yang tepat
f. Tersedianya sarana dan prasarana
g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal
dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan
waktu. Jadi efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran. Sedangkan
masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar di atas,
dapat simpulkan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Jadi apabila tujuan
tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif.
11
2. Literasi Informasi
a. Pengertian
Literasi informasi diperkenalkan oleh Paul Zurkowski pada tahun
1974. Beliau ketika itu menjabat sebagai President of Information
Industry Association mengajukan proposal kepada The National
Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) USA. Paul
Zurkowski menyatakan bahwa dalam program nasional, salah satu yang
harus dicapai adalah literasi informasi secara universal. Sedangkan
definisi literasi informasi sendiri menurut Amstrong dalam Webber
(2008:40) yang menyatakan bahwa pengertian literasi informasi :
“Information literacy is knowing when and why you need information,
where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an
ethical manner”.
Dalam pengertian tersebut menyatakan bahwa literasi informasi
adalah sebuah kemampuan untuk mengetahui kapan dan mengapa kita
memerlukan informasi, dimana menemukannya, dan bagaimana
mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikannya secara
etis. Menurut Dictionary for Library and Information Science oleh
Reitz (2004:356) literasi informasi adalah
“Skill in finding the infrmatin ne needs including and understanding of how libraries are organized, familiary with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques. The concepst also includes the skill required to critically evaluate information contents and employ it effectively, as well as understanding of the technological infrastructure
12
on which information transmission is based, including its social, and cultural context and impact”.
Dari pernyataan di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah
kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, termasuk
pemahaman bahan perpustakaan yang diatur, akrab dengan sumber yang
tersedia (termasuk format informasi dan alat penelusuran otomatis) dan
ilmu pengetahuan dari teknik yang dapat digunakan. Konsep tersebut
juga mencakup kemampuan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi isi
informasi dengan kritis dan menggunakannya secara efektif, seperti
pemahaman terhadap alat-alat teknologi sebagai dasar penyampaian
informasi, termasuk bidang sosial, politik, konteks budaya dan
dampaknya. Dalam final report America Library Association’s
Presidential committee on Information Literacy (ALA: 1989)
memberikan definisi yang banyak digunakan yaitu, “Information
literacy is a set of abilities reuiring individuals to recognize when
information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use
effetivelly the needed information.”
Artinya bahwa literasi informasi adalah seperangkat kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dan
memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan
menggunakannya secara efektif. Hal senada juga diberikan oleh Asosiasi
Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) yaitu literasi informasi
adalah seperangkat ketrampilan untuk mendapatkan jalan keluar dari
13
suatu masalah yang ada. Ketrampilan ini meliputi mengidentifikasi
masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan,
mengomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan
atau masalah yang dihadapi (APISI: 2007).
Dari definisi tersebut literasi informasi merupakan kemampuan untuk
mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dari berbagai
jenis sumber. Literasi informasi menjadi hal yang sangat penting
dimiliki oleh setiap orang khususnya mahasiswa untuk mengurangi
pengaruh negatif dari pesatnya perkembangan teknologi informasi saat
ini dan juga untuk meningkatkan kemampuan akademik seseorang.
b. Tujuan Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting
dimiliki seseorang terutama dalam dunia perguruan tinggi karena pada
saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber
informasi yang berkembang sangat pesat, namun belum tentu semua
informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai
dengan kebutuhan informasi para pencari informasi. Literasi informasi
akan memudahkan seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun
berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi. Literasi informasi
juga sangat berguna dalam dunia perguruan tinggi untuk mendukung
pendidikan dan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi
yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi
dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Selain itu
14
dengan memiliki literasi informasi maka para peserta didik mampu
berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap
informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu
informasi yang diperoleh sebelum menggunakannya.
Menurut ACRL (Association of Colloge & Research Libraries)
menyatakan bahwa, individu yang menguasai literasi informasi akan
mampu untuk:
a. Menentukan informasi yang dibutuhkan.
b. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien
c. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis.
d. Memasukkan informasi yang dipilih ke dalam basis pengetahuan
seseorang.
e. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan
tertentu.
f. Memahami masalah-masalah ekonomi, mengakses dan menggunakan
informasi secara etis dan legal.
Dengan demikian, literasi informasi menjadi sangat penting untuk
dimiliki dan terus ditingkatkan oleh setiap orang terutama dikalangan
mahasiswa terlebih di dalam era globalisasi informasi agar dapat
memperoleh dan memanfaatkan informasi sesuai dengan kebutuhannya
sebagai orang yang berintelektual. Literasi informasi memiliki tujuan
dalam membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya
baik untuk kehidupan pribadi (pendidikan, kesehatan, pekerjaan)
maupun lingkungan masyarakat.
15
c. Manfaat Literasi Informasi bagi mahasiswa di perpustakaan Universitas
Atma Jaya Yogyakarta
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dan
harus dimiliki oleh seseorang terutama orang yang berada dalam dunia
pendidikan. Dengan adanya literasi informasi yang diadakan di
perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta secara berkelanjutan,
mahasiswa akan mendapatkan manfaat dalam pemahaman mengenai
cara menggunakan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan secara
legal dan beretika. Menurut Adam (2009:1) manfaat literasi informasi
adalah
1. Membantu dalam pengambilan keputusan
Apabila seseorang tertimpa suatu permasalahan, pemecahannya
adalah mencari informasi supaya dapat segera memecahkan
permasalahan tersebut. Jika seseorang tersebut telah mempunyai
kemampuan literasi informasi niscaya ia akan tahu caranya mencari,
menemukan, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menggunakan
informasi secara efesien efektif, beretika dan legal untuk mengambil
keputusan dalam memecahkan suatu permasalahan yang
dihadapinya.
2. Menjadi manusia pembelajar
Informasi merupakan kebutuhan yang vital bagi setiap orang.
Dengan mempunyai kemampuan literasi informasi seseorang
menjadi manusia pembelajar, karena literasi informasi memiliki
16
peran yang strategis dalam meningkatkan kemampuan. Dengan
orang semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi,
dan menggunakan informasi semakin terbuka pula kesempatan
seseorang untuk melakukan pembelajaran secara mandiri.
3. Menciptakan pengetahuan baru
Seseorang yang memiliki kemampuan literasi yang tinggi dicirikan
oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah dan
mengkomunikasikan gagasannya dengan baik. Selain itu ia juga
dapat berpikir kritis, analitis dan membangun argumentasinya secara
logis dengan didukung fakta dan informasi yang diperlukan. Dengan
memiliki kemampuan literasi informasi yang baik, seseorang dapat
membuat inovasi baru dari pengetahuan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang manfaat literasi informasi
yang telah diuraikan di atas, Perpustakaan Universitas Atma Jaya
Yogyakarta mengadakan kegiatan pelatihan literasi informasi secara
terstruktur dan sudah terjadwal. Dengan adanya pelatihan literasi di
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta mahasiswa
mendapatkan manfaat yang telah diuraikan di atas. Mahasiswa yang
telah mengikuti pelatihan literasi informasi di Perpustakaan Universitas
Atma Jaya Yogyakarta diharapkan menjadi mahasiswa yang literat
(information literate), yaitu menjadi manusia pembelajar mandiri dan
kompeten.
17
d. Model Literasi Informasi
Sejak diperkenalkan tahun 1974, model literasi informasi kemudian
berkembang. Perkembangan ini menunjukkan keragaman pendekatan
terhadap pemahaman literasi informasi di beberapa negara maju. Ada
banyak model literasi informasi yang digunakan sebagai rujukan, untuk
mengajarkan literasi informasi. Model-model literasi informasi
merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan pemustaka agar
memiliki kemampuan untuk mencari informasi. Berikut adalah beberapa
model literasi informasi yang sering digunakan dengan keunikan
masing-masing :
a. British Models
British Model (George, 2013) adalah sebuah model yang pertama
dikembangkan pada tahun 1981 oleh Michael Marland dalam
bukunya Information Skills in the Secondary Currriculum
(George, 2013:1). Model ini diterapkan di sekolah dan disebut
dengan keterampilan informasi. British Model mempunyai sembilan
langkah untuk memecahkan masalah yaitu :
a) Memformulasikan dan menganalisa kebutuhan
b) Mengidentifikasi dan memeriksa sumber-sumber informasi
c) Menelusur dan menemukan sumber-sumber individu
d) Menguji, memilih sumber-sumber informasi
e) Mengintegrasikan sumber-sumber informasi tersebut
f) Menyimpan dan mensortir informasi
18
g) Menginterpretasikan, menganalisa, mensintesiskan dan
mengevaluasi informasi
h) Mempresentasikan atau mengkomunikasikan informasi dan
i) Mengevaluasi.
b. Big6 (George, 2013)
Model literasi informasi Big6 dikembangkan oleh dua pakar literasi
informasi yaitu Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz pada tahun
1988. Model ini merupakan model yang paling banyak digunakan
dalam mengajarkan keahlian literasi informasi. Model ini banyak
digunakan di sekolah maju dalam kegiatan program literasi
informasi mereka. Bahan-bahan tentang model ini juga sangat
mudah diperoleh di internet dibandingkan model-model lainnya. Itu
sebabnya, pengguna model ini dapat dengan mudah memperoleh
hal-hal baru yang dikembangkan oleh Eisenberg dan Berkowitz
melalui internet. Dengan demikian, penggunaannya juga semakin
memasyarakat. Apalagi, pengembang model ini juga menciptakan
model sederhana bagi para siswa di sekolah dasar untuk
memudahkan mereka dalam mengembangkan keterampilan literasi
informasi sejak dini. Model ini disebut dengan Super3 yaitu Plan,
Do dan Review. Sejauh ini, hanya model ini yang dikembangkan
secara khusus untuk anak-anak di sekolah dasar.
19
Enam langkah dalam model Big6 adalah :
a) Definisi tugas atau masalah
1. Mendefinisikan masalah informasi
2. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi
b) Strategi pencarian informasi
1. Menetapkan semua sumber yang dapat digunakan
2. Menyeleksi sumber terbaik
c) Lokasi dan Akses
1. Melokasikan sumber-sumber informasi secara
intektual maupun fisik
2. Menemukan informasi dalam sumber
d) Pemanfaatan informasi yang sudah diperoleh
1. Menghubung-hubungkan informasi
2. Menyarikan informasi yang relevan
e) Pengintegrasian informasi yang diperoleh dari sumber-
sumber tersebut /Sintesa
1. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber
2. Mempresentasikan informasi
f) Pengevaluasian terhadap hasil informasi yang diperoleh
dan proses pemecahan masalahnya.
1. Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas
2. Nilai proses dari segi efesiensi.
20
c. Sconul Seven Pillars Model
Seven Pillar Model dibuat oleh Standing Conference of National and
University Libraries (SCONUL), pada tahun 1999. Model ini
menggabungkan ide-ide tentang berbagai ketrampilan yang terlibat
dengan kedua kebutuhan untuk menjelaskan dan menggambarkan
hubungan antara informasi, ketrampilan dan kemampuan teknologi
informasi, serta gagasan tentang kemajuan dalam pendidikan
perguruan tinggi yang terkandung dalam pengembangan kurikulum
pendidikan tinggi. Dalam SCONUL Seven Pillars Models for
Information Literacy disebutkan bahwa ketrampilan dalam Sconul
Seven Pillar Model (SCONUL, 2013) ini yaitu :
a) Mengenal kebutuhan informasi
b) Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui
sumber informasi
c) Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi
d) Menentukan lokasi dan akses informasi
e) Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh
dari sumber yang berbeda
f) Mengorganisir, menerapkan dan mengkomunikasikan
informasi ke orang lain dengan cara yang sesuai dengan
situasi
g) Menyatukan dan membangun atas informasi yang ada dan
mendukung penciptaan ilmu baru
21
d. Empowering Eight (E8TM)
Empowering 8 (E-8) adalah sebuah model pemecahan masalah untuk
model pembelajaran berbasis sumber belajar. E-8 dikembangkan
pada bulan November 2004 dalam International Workshop on
Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri
Langka. Kegiatan ini didukung penuh oleh IFLA/ALP dan NILIS di
University of Colombo, Sri Lanka. Model yang dihasilkan oleh
peserta dari negara-negara Asia ini disebut dengan Empowering
8 dan dipercaya sebagai model yang cocok penerapannya di negara-
negara Asia. Unsur-unsur yang tercakup dalam E-8 adalah :
a) Identifikasi / Identify
1. Menentukan subyek/topic
2. Menentukan dan memahami target pendengar
3. Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir
4. Mengidentifikasi kata kunci
5. Merencanakan strategi penelusuran
6. Mengidentifikasi jenis sumber informasi dan lokasi
informasi dapat ditemukan
b) Eksplorasi / Explore
1. Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan
topik yang dipilih
2. Menemukan informasi yang cocok dengan topik
yang dipilih
22
3. Melakukan wawancara, karya wisata atau penelitian
luar lainnya.
c) Memilih / Select
1. Memilih informasi yang sesuai
2. Menentukan informasi dari yang terlalu mudah
sampai yang terlalu sulit
3. Mencatat informasi dengan membuat pengaturan
visual seperti chart, grafik dan sejenisnya.
4. Menentukan tahapan proses
5. Mengumpulkan sitasi yang cocok
d) Mengorganisir / Organise
1. Menyeleksi informasi
2. Membedakan antara fakta, opini dan fiksi
3. Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber
4. Menyusun informasi dalam susunan yang logis
5. Menggunakan visual organizer untuk menguji
e) Mencipta / Create
1. Menyiapkan informasi dengan menggunakan
bahasa yang dibuat sendiri
2. Merevisi
3. Membuat format bibliografi
23
f) Menyajikan / Present
1. Menyajikan atau mempresentasikan hasil karya
ilmiah / penelitian
2. Membagikan informasi kepada peserta/audien
3. Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat
dan sesuai dengan peserta/audien
4. Menyiapkan dan menggunakan perlengkapan
dengan semestinya
g) Menaksir / Assess
1. Menerima masukan dari peserta / audien
2. Menilai penampilan orang lain sebagai respons
hasil karya orang lain
3. Merefleksikan hasil karya ilmiah / penelitian
4. Mengungkapkan ketrampilan baru yang telah
dipelajari dalam proses penelitian
5. Memperhatikan hal-hal yang dapat dilakukan
dengan lebih baik lagi di waktu mendatang
h) Menerapkan / Apply
1. Meninjau ulang semua masukan dan penilaian yang
telah diberikan
2. Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas
belajar berikutnya.
24
3. Menggunakan pengetahuan baru yang didapat
dalam berbagai situasi
4. Menentukan subjek lain yang dapat menerapkan
ketrampilan ini
5. Memberi tambahan pada portfolio yang dibuat
e. Tujuh Langkah Knowledge Management (Diao Ai Liem et.al, 2007)
Di Indonesia, lahir sebuah model baru yang disebut dengan
Tujuh Langkah Knowledge Management yang dikembangkan oleh
Diao Ai Lien dan kawan-kawan dari Universitas Katolik Atmajaya
Jakarta pada tahun 2007. Model ini merupakan gabungan
antara Big6 dan Empowering Eight yaitu dengan menambahkan
kemampuan ke-8 dari Empowering Eight ke dalam Big6 (Diao Ai
Lien et.al, 2007:6). Model ini dikembangkan untuk membantu para
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas penelitian mereka di
kampus. Dengan target pengguna yang spesifik ini maka pada
langkah menciptakan kegiatan yang secara jelas dilakukan adalah
menulis, yaitu menulis hasil karya penelitian maupun skripsi
mereka.
Tujuh langkah langkah yang dicakup dalam model ini yaitu :
a. Merumuskan masalah
b. Mengidentifikasi dan mengakses informasi (fisik dan
intelektual)
c. Mengevaluasi sumber informasi dan informasi
25
d. Menggunakan informasi
e. Menciptakan karya
f. Mengevaluasi karya
g. Menarik pelajaran
Dari model-model literasi informasi yang telah sedikit diuraikan,
perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggunakan
Empowering Eight dan Sconul Seven Pillar Model untuk program
literasi informasinya.
e. Standar Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi
Association of College & Research Libraries (ACRL) telah
membuat suatu kerangka standar untuk menilai kemampuan literasi
informasi individu, kerangka ini memuat garis besar proses fakultas,
pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator tertentu
untuk mengetahui seorang mahasiswa dapat dianggap memiliki
kemampuan literasi informasi. Di pihak mahasiswa juga akan mendapati
bahwa kompetensi literasi informasi ini akan berguna, karena
kompetensi ini memberikan mahasiswa suatu kerangka untuk
mengendalikan interaksi mereka dengan informasi yang berada di
lingkungan mereka.
Standar Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi (information
Literacy Competency Standar for Higher School) yang disetujui Dewan
ACRL tanggal 18 Januari 2000, dalam standar ini disebutkan lima
26
standar yang memiliki 22 (dua puluh dua) indikator yang berfokus pada
kebutuhan mahasiswa pendidikan tinggi. Lima standar tersebut adalah :
1. Standar Satu
Mahasiswa yang literat menentukan jenis dan batas informasi yang
diperlukan.
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat mendefinisikan dan menyatakan
dengan jelas kebutuhannya terhadap informasi.
b) Mahasiswa yang literat mengidentifikasi berbagai jenis dan
bentuk dari sumber informasi yang potensial.
c) Mahasiswa yang literat mempertimbangkan biaya dan
keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan
d) Mahasiswa yang literat mengevaluasi jenis dan batas
informasi yang diperlukan.
2. Standar Dua
Mahasiswa yang literat mengakses informasi yang diperlukan
dengan efektif dan efesien
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat dapat memilih metode pencarian atau
sistem penelusuran informasi yang paling sesuai untuk
mengakses informasi yang dibutuhkan.
b) Mahasiswa yang literat membuat dan melakukan strategi
penelusuran yang telah dirancang dengan efektif.
27
c) Mahasiswa yang literat melakukan temu kembali informasi
secara pribadi maupun secara online dengan menggunakan
berbagai metode.
d) Mahasiswa yang literat memperbaiki strategi penelusurannya
jika diperlukan.
e) Mahasiswa yang literat mengutip, mencatat, mengelola
informasi dari sumber-sumbernya.
3. Standar Tiga
Mahasiswa yang literat mengevaluasi dari sumber-sumbernya
secara kritis dan memasukkan informasi yang telah dipilihnya ke
dalam sistem pengetahuan dan nilai yang dimilikinya.
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat dapat merangkum ide utama yang
akan diambil dari informasi yang dikumpulkan.
b) Mahasiswa yang literat menentukan dan menerapkan kriteria
awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.
c) Mahasiswa yang literat dapat menyatukan ide-ide utama
untuk membentuk konsep baru.
d) Mahasiswa yang literat dapat membandingkan pengetahuan
baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk menentukan
nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lainnya dari
informasi.
28
e) Mahasiswa yang literat mengetahui dan menentukan
pengetahuan baru memiliki dampak pada sistem nilai
individu dan mengambil langkah untuk menyatukan
perbedaan.
f) Mahasiswa yang literat memeriksa kebenaran pemahaman
dan interprestasi informasi melalui wacana dengan individu
lain, para ahli di bidangnya dan para praktisi.
g) Mahasiswa yang literat menentukan apakah pertanyaan awal
harus diperbaiki.
4. Standar Empat
Mahasiswa yang literat secara individu atau sebagai anggota
kelompok, menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai
tujuan tertentu.
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat menerapkan informasi baru dan yang
lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil tertentu.
b) Mahasiswa yang literat memperbaiki proses pengembangan
suatu hasil karya.
c) Mahasiswa yang literat mengkomunikasikan hasil karya atau
kinerja secara efektif kepada orang lain.
5. Standar Lima
Mahasiswa yang literat memahami isu ekonomi, hukum, dan sosial
seputar penggunaan akses informasi secara etis dan sesuai hukum.
29
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat memahami banyak tentang masalah
etika, hukum dan sosial-ekonomi seputar informasi dan
teknologi.
b) Mahasiswa yang literat mematuhi undang-undang peraturan,
kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan akses
dan penggunaan sumber informasi.
c) Mahasiswa yang literat mengakui penggunaan sumber-sumber
informasi saat menunjukkan hasil karyanya.
Standar literasi informasi inilah yang diterapkan di Perpustakaan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam melakukan kegiatan pelatihan
program literasi informasi kepada para mahasiswa.
3. Perpustakaan Perguruan Tinggi
a. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Sebagai bagian dari institusi perguruan tinggi, perpustakaan
diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program
perguruan tinggi sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi, yaitu
pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada
masyarakat yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
- Dalam menunjang pendidikan dan pengajaran maka perpustakaan
perguruan tinggi bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah,
30
menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi untuk
mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
- Dalam menunjang penelitian maka kegiatan perpustakaan
perguruan tinggi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan,
menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik
intern institusi atau ekstern di luar institusi.
- Dalam menunjang pengabdian kepada masyarakat maka
perpustakaan perguruan tinggi melakukan kegiatan dengan
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan
menyebarluaskan informasi bagi masyarakat.
- Pada dasarnya tugas perpustakaan perguruan tinggi secara umum
adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk
mengadakan, mengolah dan merawat pustaka serta
mendayagunakan untuk kepentingan civitas academika pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
b. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Berdasarkan standarisasi sebagai lembaga, fungsi perpustakaan adalah
(Utomo,2002:1):
- Lembaga pengelola sumber-sumber informasi
- Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi
- Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan
- Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa)
- Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa.
31
Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 0103/o/1981 menyatakan Perpustakaan Perguruan Tinggi
berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar, pusat penelitian
dan pusat informasi bagi pelaksanaan tridarma perguruan tinggi.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
komunikasi dan budaya serta peningkatan kebutuhan pemustaka maka
fungsi PPT dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut :
a) Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat
belajar maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar
(mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang
pendidikan)
b) Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran
(tidak hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan
di fungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan
mengajar. (Undang-undang No 2 Tahun 1989 Ps. 35:
Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang
merupakan sumber belajar).
c) Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat
dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan
atau data atau informasi untuk menunjang dalam melakukan
penelitian.
32
d) Information Resources Center, maksudnya bahwa melalui
perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh
karena fungsinya sebagai pusat sumber informasi.
e) Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan
juga sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya
dan tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit,
local content atau grey literatur
f) Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan
tidak hanya mengumpulkan, pengolah, melayankan atau
melestarikan namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau
mempromosikan informasi. Dissemination of Knowledge
Center, bahwa disamping menyebarluaskan informasi
perpustakaan juga berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan
(terutama untuk pengetahuan baru)
c. Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Secara umum tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah
menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan,
mengolah, dan merawat pustaka serta mendayagunakannya baik
bagi sivitas akademika maupun masyarakat luar kampus.
Menurut pedoman umum pengelolaan koleksi Perpustakaan
Perguruan Tinggi tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat di rinci
sebagai berikut:
33
- Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan
menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran atau
proses pembelajaran
- Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas-tugas dalam rangka studi
- Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian
yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya
dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang
diperlukan bagi peneliti.
- Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang
baru baik berupa tercetak maupun tidak tercetak
- Menyediakan fasilitas, yang memungkinkan pemustaka
mengakses perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data
melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam
rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang diperlukan. (PNRI,
2004)
I. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai metode penelitian, karena
peneliti ingin mengetahui tingkat efektifitas program literasi informasi
mahasiswa di Perpustakaan Uniersitas Atma Jaya Yogyakarta dengan
hasil olahan data statistik yang kemudian diinterpelasikan dalam analisis
34
data. Sedangkan pengumpulan data dilakukan penyebaran kuesioner
kepada responden sebagai sampel penelitian. Kuesioner mengenai literasi
informasi, didukung observasi serta wawancara yang kemudian
diinterprestasikan. Kuesioner disusun dengan mengacu pada Information
Literacy Competency Standards for Higher Education dari Association of
College and Research Libraries (ACRL), sebagai indikator pengukuran
mahasiswa UAJY dalam penilaian tingkat literasi informasi.
2. Lokasi penelitian
Lokasi yang dipilih oleh peneliti yaitu di Perpustakaan Universitas
Atma Jaya Yogyakarta. Dengan alasan peneliti ingin mengetahui
efektivitas penerapan program literasi informasi di perpustakaan sehingga
hasil yang diperoleh menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi
perpustakaan tempat peneliti selama ini mengabdi sekaligus untuk
meningkatkan mutu program literasi informasi.
3. Variabel penelitian
a. Definisi Konseptual
Pada penelitian ini penulis menerangkan serta memaparkan
efektivitas program literasi informasi yang dilaksanakan di
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Literasi informasi adalah
kemampuan seseorang dalam mencari, menggunakan dan
mengevaluasi informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien
serta dapat mengembangkan menjadi pengetahuan yang baru.
35
Konseptual literasi informasi menggunakan standar ACRL
(Association of College & Research Libraries ) meliputi :
menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan,
mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien,
mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis,
menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu, dan
memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan
penggunaan informasi.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah sesuatu yang menjadi obyek
pengamatan dalam penelitian yang berdasarkan atas sifat atau hal-
hal yang dapat didefinisikan atau diobservasikan.
Obyek penelitian dikhususkan kepada mahasiswa pemustaka
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Association of
College & Research Libraries (ACRL) telah membuat suatu
kerangka standar untuk menilai kemampuan literasi informasi
individu, kerangka ini memuat garis besar proses fakultas,
pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator tertentu
untuk mengetahui seorang mahasiswa dapat dianggap memiliki
kemampuan literasi informasi.
Standar Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi
(information Literacy Competency Standar for Higher School)
yang disetujui Dewan ACRL tanggal 18 Januari 2000, dalam
36
standar ini disebutkan lima standar yang memiliki 22 (dua puluh
dua) indikator yang berfokus pada kebutuhan mahasiswa
pendidikan tinggi. Lima standar tersebut adalah :
1) Standar Satu
Mahasiswa yang literat menentukan jenis dan batas informasi
yang diperlukan.
Indikatornya
a). Mahasiswa yang literat mendefinisikan dan menyatakan
dengan jelas kebutuhannya terhadap informasi.
b). Mahasiswa yang literat mengidentifikasi berbagai jenis dan
bentuk dari sumber informasi yang potensial.
c). Mahasiswa yang literat mempertimbangkan biaya dan
keuntungan yang diperoleh dari informasi yang
dibutuhkan.
d). Mahasiswa yang literat mengevaluasi jenis dan batas
informasi yang diperlukan.
2) Standar Dua
Mahasiswa yang literat mengakses informasi yang
diperlukan dengan efektif dan efesien.
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat dapat memilih metode pencarian
atau sistem penelusuran informasi yang paling sesuai untuk
mengakses informasi yang dibutuhkan.
37
b) Mahasiswa yang literat membuat dan melakukan strategi
penelusuran yang telah dirancang dengan efektif.
c) Mahasiswa yang literat melakukan temu kembali informasi
secara pribadi maupun secara online dengan menggunakan
berbagai metode.
d) Mahasiswa yang literat memperbaiki strategi
penelusurannya jika diperlukan.
e) Mahasiswa yang literat mengutip, mencatat, mengelola
informasi dari sumber-sumbernya.
3) Standar Tiga
Mahasiswa yang literat mengevaluasi dari sumber-sumbernya
secara kritis dan memasukkan informasi yang telah dipilihnya ke
dalam sistem pengetahuan dan nilai yang dimilikinya.
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat dapat merangkum ide utama yang
akan diambil dari informasi yang dikumpulkan.
b) Mahasiswa yang literat menentukan dan menerapkan kriteria
awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.
c) Mahasiswa yang literat dapat menyatukan ide-ide utama
untuk membentuk konsep baru.
d) Mahasiswa yang literat dapat membandingkan pengetahuan
baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk menentukan
38
nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lainnya dari
informasi.
e) Mahasiswa yang literat mengetahui dan menentukan
pengetahuan baru memiliki dampak pada sistem nilai
individu dan mengambil langkah untuk menyatukan
perbedaan.
f) Mahasiswa yang literat memeriksa kebenaran pemahaman
dan interprestasi informasi melalui wacana dengan dengan
individu lain, para ahli di bidangnya dan para praktisi.
g) Mahasiswa yang literat menentukan apakah pertanyaan awal
harus diperbaiki.
4) Standar Empat
Mahasiswa yang literat secara individu atau sebagai anggota
kelompok, menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai
tujuan tertentu.
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat menerapkan informasi baru dan yang
lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil tertentu.
b) Mahasiswa yang literat memperbaiki proses pengembangan
suatu hasil karya.
c) Mahasiswa yang literat mengkomunikasikan hasil karya atau
kinerja secara efektif kepada orang lain.
39
5) Standar Lima
Mahasiswa yang literat memahami isu ekonomi, hukum, dan sosial
seputar penggunaan akses informasi secara etis dan sesuai hukum.
Indikatornya
a) Mahasiswa yang literat memahami banyak tentang masalah
etika, hukum dan sosial-ekonomi seputar informasi dan
teknologi.
b) Mahasiswa yang literat mematuhi undang-undang peraturan,
kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan akses
dan penggunaan sumber informasi.
Semua indikator akan dijadikan sumber pedoman untuk
mendapatkan data primer yang berupa hasil dari kuesioner
ditambah dengan wawancara.
4. Populasi dan Teknik pengambilan sampel
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2011:61) populasi adalah wilayah
generalisasi terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi
adalah keseluruhan dari obyek/subyek yang memiliki karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diamati, dipelajari dan
di teliti. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa
Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang mengikuti program literasi
40
informasi dalam 1 (satu) bulan terakhir yaitu bulan Oktober 2014
sebanyak 395 mahasiswa.
b. Teknik pengambilan sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh
populasi. Menurut Gay dalam Kuncoro (2009:126) sebaiknya untuk
penelitian deskriptif besarnya sampel adalah 10% dari populasi.
Maka untuk penelitian ini sampelnya sabanyak
395 x 10% = 39,5 dibulatkan menjadi 40
Maka oleh karena itu, peneliti membagikan kuesioner kepada 40
mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan literasi informasi di
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dengan
kualifikasi, mahasiswa semester V (lima) keatas, dengan
pertimbangan bahwa mahasiswa semester V telah memiliki
pemahaman yang lengkap terhadap literasi informasi. Dimana
pengambilan sampel menggunakan teknik sampling random atau
acak.
5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan data
primer dan data sekunder. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data seperti yang dikemukakan
Simamora (2008:43) sebagai berikut :
41
a. Observasi
Pengumpulan data langsung pada objek yang akan diteliti,
melakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap gejala
atau fenomena yang diteliti. Dalam metode ini, penulis
melakukan pengamatan secara langsung pada pelaksanaan
kegiatan literasi informasi yang dilakukan oleh Perpustakaan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
b. Kuesioner
Merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan
daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan
untuk memperoleh data primer yaitu data yang langsung
diperoleh dari responden yang sudah ditentukan. Disusun secara
terstruktur yang berguna untuk menjaring data sehingga
diperoleh data yang akurat berupa tanggapan langsung dari para
responden. Kuesioner disebarkan kepada mahasiswa Universitas
Atma Jaya Yogyakarta yang telah mengikuti pelatihan program
literasi informasi.
c. Wawancara
Dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pihak
yang berkepentingan dalam perpustakaan untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan sehingga dapat mendukung penelitian.
Pada penelitian ini penulis memilih wawancara digunakan
sebagai tambahan informasi data untuk mendapatkan
42
kelengkapan data yang belum terdapat pada berbagai pertanyaan
kuesioner. Peneliti sekaligus sebagai seorang pewawancara telah
mempersiapkan pedoman pertanyaan terlebih dahulu secara
tertulis tentang yang hendak penulis tanyakan kepada responden
yang belum terdapat pada kuesioner tetapi keberadaannya
diperlukan sebagai penguat data.
d. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan tujuan untuk mencari teori
dan bahan lainnya yang berkaitan dengan penulisan melalui
buku-buku, referensi, artikel dan sumber data lainnya. Kegunaan
studi kepustakaan adalah untuk mendapatkan informasi yang
akurat dan relevan dengan masalah yang diangkat.
6. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif. Proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan
bantuan wawancara, kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase. Untuk menghitung persentase
jawaban yang diberikan responden, penulis menggunakan rumus
seperti yang dikemukakan Simamora (2008: 220) adalah sebagai
berikut:
43
P = f/n x 100%
Dimana:
P = Persentase
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (frekuensi jawaban)
n = Jumlah responden
Dalam penafsiran data digunakan metode penafsiran data
sebagaimana di kemukakan oleh Simamora, (2008: 220). Penafsiran
data menggunakan dua angka di belakang koma, sebagai berikut:
0,00% = Tidak ada
0,01% - 24,99% = Sebagian kecil
25% - 49,99% = Hampir setengah
50% = Setengahnya
50,01% - 74,99% = Sebagian besar
75% - 99,99% = Pada umumnya
100% = Seluruhnya
Setelah dibuat persentase, selanjutnya data diinterpretasikan
menggunakan analisis kuantitatif, dengan menggunakan metode
deduktif.