EVALUASI TERHADAP PROGRAM LAYANAN MENUJU MANDIRI PADA
LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL (LAZNAS) AL-AZHAR PEDULI UMMAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Yulia Damini
(1113053000094)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZISWAF
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ABSTRAK
Yulia Damini. NIM 1113053000094. Evaluasi Terhadap program Layanan
Menuju Mandiri pada Lembaga Amil Zakat Nasional AL-Azhar Peduli Ummat.
Jurusan Manajemen Dakwah. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan Drs. Study Rizal LK. M.A.
Mengentaskan kemiskinan bukanlah suatu yang mudah untuk dilakukan,
akan tetapi tidak mustahil untuk mengurangi angka kemiskinan yang terlanjur
tinggi hingga mencapai zona merah. Penanganan efektif yang bisa dilakukan salah
satunya dengan meningkatkan animo masyarakat muslim khusunya melalui dana
Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf. Salah satu upaya dalam mengentaskan
kemiskinan Lembaga Amil Zakat Nasional Al-Azhar Peduli Ummat adanya
program layanan menuju mandiri diperuntukkan bagi kaum dhuafa yang
memberikan manfaat dengan menyelamatkan kebutuhan dasarnya disektor
pendidikan, kesehatan, keagamaan dan kesejahteraan untuk asnaf (fakir, miskin,
ghorimin, muallaf, ibnu sabil, fisabilillah).
Tujuan penelitian ini untuk menilai bagaimana program tersebut berjalan
mulai dari inputnya, process, serta output yang dikeluarkan setelah program ini
berjalan.
Penelitian ini menggunaka metode kualitatif-deskriptif, yang
menggambarkan secara sistematis mengenai apa yang terjadi di lapangan dan
kemudian dianalisis kembali untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan
penelitian. Penelitian ini dilakukan di LAZNAS AL-Azhar Peduli Ummat, tepatnya
di Rumah Gemilang Indonesia (RGI) di Jl. Pengasinan Rt. 01/06, Kp. Kebon Kopi,
Kel. Pengasinan Kec. Sawangan, Kota Depok.
Hasil dari penelitian ini terdapat kesesuaian yaitu keuangan program,
proses pelaksanaan program dan keberlangsungan program dari layanan menuju
mandiri dan ketidaksesuaian yaitu sumber daya manusia dan sarana prasarana
antara indikator evaluasi dengan kenyataan yag terjadi dilapangan, yang rata-rata
dilatarbelakangi adanya hambatan dari pihak internal, walaupun demikian
dukungan dari internal dan eksternal inilah yang mampu mengurangi hambatan-
hambatan tersebut.
Kata kunci : Evaluasi, Program Layanan Menuju Mandiri, hambatan internal.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sang Robbul Izzati
yang dengan rahmat, karunia dan kasih sayang Nyalah sang penjaga bumi dan langit
serta isinya mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah selalu kepada Makhluk Paling Mulia yang diantaranya ilmu yang telah
diajarkan merupakan ilmu Lauh Mahfudz dan Qalam Pena Rasulullah Saw.
Pada kesempatan ini peulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
atas dukungan moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis selama
proses penyusunan skripsi ini. Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Arief Subhan MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu
Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si
selaku Wakil Dekan III. Terima kasih atas pelayanannya yang diberikan
kepada saya. Semog Bapak dan Ibu menjadi Pemimpin yang amanah dan
selalu mendapat lindungan dari dari Allah SWT.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, Bapak H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM selaku sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah demisioner, dan Bapak Drs.Sugiharto, MA selaku
Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah terpilih, beserta para dosen yang
iii
tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak akan mengurangi rasa
hormat dan Ta’zhim kepada mereka. Terima kasih banyak atas segala ilmu
dan pelayanan yang diberikan kepada saya. Semoga menjadi amal yang
terus mengalir dan menjadi pemberat timbangan amal dimata Allah swt.
3. Drs. Study Rizal, Lk, M.A selaku dosen pembimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas masukan-masukan, motivasi
dan bimbingan yang telah bapak berikan kepada penulis.
4. Bapak H. Mulkanasir , BA, S.Pd, MM dan Bapak M. Zen, MA selaku
penguji I dan penguji II dalam sidang munaqasah.
5. Ayah ku Suwandi dan Ibuku Aminah, yang telah mengurus penulis dari
kecil sampai besar dan do’a kalian lah yang mampu menjadikan penulis
dapat menyelesaikan kuliah jenjang strata I ini. Kalian dunia akhirat ku.
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia mentransfer ilmu-ilmunya kepada
penulis selama dibangku kuliah, juga seluruh staf Tata Usaha Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, teirma kasih atas bantuan semuanya.
7. Seluruh Staff LAZNAS AL-Azhar Peduli Ummat, khususnya kepada Bapak
Beni selaku kepala program Layanan Menuju Mandiri dan Bapak Nizhom
Selaku kepala program Indonesia Gemilang yang telah membantu penulis
dalam mengumpulkan data serta mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian disana, semoga amal kebaikan semuanya dibalas oleh Allah SWT
dan tercatat sebagai amal ibadah hingga diakhirat.
iv
8. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kakakku tercinta yaitu Andi Sah budin yang telah menjadikan ayah bagi ku
serta yang terus menghujani ku dengan kasih sayangnya yang tak berwujud.
Terima kasih a’ kau nahkoda kedua ku setelah ayah.
10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Dakwah 2013, Konsentrasi
Manjemen Ziswaf, teman-teman KKN Pelita 2016, dan kedua sahabat ku
tersayang yaitu Dini Anggraini dan Nurul Rohmah yang telah memberikan
dukungan moril dan materil kepad apenulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan. Semoga kebaikan semuanya
dibalas oleh Allah swt dengan berlipat-lipat ganda.
Pada akhirnya penulis menyadari betuk bahwa penulisan skripsi ini masih
belum sempurna dan masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi penulis sendiri agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapakan semoga karya ilmiah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, Juni 2017
Penutup
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 4
1. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
2. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
D. Metodologi Penelitian ........................................................................ 6
1. Metode Penelitian ....................................................................... 6
2. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 7
3. Analisa Data ................................................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 15
A. Evaluasi Program .............................................................................. 15
vi
1. Pengertian Evaluasi ....................................................................... 15
2. Pengertian evaluasi Program ......................................................... 17
B. Jenis –Jenis Evaluasi Program ......................................................... 18
1. Menurut Objeknya ......................................................................... 18
a. Evaluasi Kebijakan ................................................................... 18
b. Evaluasi Program ...................................................................... 19
c. Evaluasi Proyek ......................................................................... 20
d. Evaluasi Material ...................................................................... 21
e. Evaluasi Sumber DayaManusia ................................................ 21
2. Menurut Fokusnya ......................................................................... 21
a. Assesmen Kebutuhan ................................................................ 22
b. Evaluasi Proses ......................................................................... 25
c. Evaluasi Keluaran ..................................................................... 26
C. Model Evaluasi Program ................................................................ 28
1. Model Evaluasi Formal ............................................................. 30
2. Model Evaluasi Formatif dan Sumatif ....................................... 31
3. Model Evaluais Context, Input, Process, dan Output ................ 33
D. Tujuan-Tujuan Evaluasi ................................................................ 35
E. Proses Evaluasi .............................................................................. 38
BAB III LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL AL-AZHAR ................. 39
A. Profil Lembaga ............................................................................... 39
1. Sejarah ...................................................................................... 39
2. Visi dan Misi ............................................................................ 41
vii
3. Objective, Grand Strategy, dan Karakter Lembaga .................. 42
4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Program ............................. 44
B. Program Layanan Menuju Mandiri ................................................ 46
1. Deskripsi Program Layanan Menuju Mandiri ........................... 46
2. Nilai Kerja ................................................................................. 47
3. Budaya Kerja ............................................................................ 47
BAB IV ANALISIS EVALUASI TERHADAP PROGRAM LAYANAN
MENUJU MANDIRI ........................................................................................ 56
A. Evaluation Input .............................................................................. 57
1. Sumber Daya Manusia ............................................................... 57
2. Keuangan Program ................................................................... 60
3. Sarana Prasarana ....................................................................... 62
B. Evaluation Process ......................................................................... 64
1. Proses Pelaksanaan Program .................................................... 64
2. Hambatan dan Dukungan Program ........................................... 65
a. Hambatan Program .............................................................. 65
b. Dukungan Program .............................................................. 67
C. Evaluation Output ................................................................................ 70
1. Pencapaian ....................................................................................... 70
2. Dampak Program .............................................................................. 76
3. Keberlangsungan Program ............................................................... 78
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 81
viii
A. Kesimpulan ......................................................................................... 81
B. Saran .................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
A. Referensi Buku ................................................................................... 83
B. Referensi Website .............................................................................. 87
C. Dokumen ............................................................................................ 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
FOTO-FOTO
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 diagram evaluasi proses formatif dan summatif ................................. 33
Gambar 3 struktur organisasi LAZNAS AL APU ................................................ 46
Gambar 6. Layanan Menuju Mandiri .................................................................... 75
Gambar 7. Layanan Menuju Mandiri Aktif .......................................................... 75
Gambar 8, Layanan Menuju Mandiri Pasif 2016 .................................................. 76
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Hasil Wawancara Via Whatsapp ................................................. 58
Tabel 2. Evaluasi Proses bagian hambatan dan dukungan program .................... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi,
bahkan hingga krisis sosial sudah melanda Indonesia lebih dari tiga tahun
berjalan, sehingga dampak yang timbul ialah lebih dari 100 juta orang jatuh
ke jurang kemiskinan, 40-an orang nganggur, jutaan anak putus sekolah,
jutaan lagi mengalami malnutrisi. Lalu, akibat kerusuhan di berbagai
tempat, ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan kampung halamannya.1
Walaupun angka kemiskinan Nasional mendekati kondisi sebelum
kritis dengan populasi Muslim tertinggi se Asia Tenggara juga presentasi
mencapai 12,7 % dari populasi dunia dan dari 205 juta penduduk Indonesia
sekitar 88,1 % beragama Islam, akan tetapi sekitar 40 juta orang Indonesia
hidup dibawah garis kemiskinan.2 Salah satu penyebabnya ialah tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi
masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai
warga negara, karena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks.
Berbagai program pengentasan kemiskinan telah diupayakan dan
digagas, baik oleh pemerintah maupun organisasi di luar pemerintah (sektor
1Yafie Ali, Problematika Zakat Kontemporer, (Jakarta: Forum zakat, April 2004/Shafar 1424 M), cetakan ke 1, h. 117
2 Cahyono Bambang D, Cara Magazine (Inspirasi Nurani dan Kepedulian) tabloid Al Azhar Peduli Umat, Divisi Komunikasi : Edisi Ramadhan 1437 H, Mei 2016, h. 3
2
swasta, NGO, donor agency). Bahkan organisasi dunia seperti PBB telah
mendorong negara-negara di dunia untuk memerangi musuh kemiskinan
melalui berbagai forum. Diantara hasilnya ialah telah dikeluarkannya
Millennium Development Goals (MDGs) sebagai indikator untuk mengukur
keberhasilan dalam memerangi kemiskinan.1
Walaupun demikian, masalah yang global ini bukan berarti tidak
memiliki solusi. Masalah kemiskinan ini dapat di atasi jika masyarakatnya
bersatu dengan pemerintah dalam menegakkan pancasila yang dalam bulir
Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Jika elemen-elemen
masyarakat bersatu dengan pemerintah “Kesejahteraan Rakyat” bukanlah
suatu hal yang mustahil untuk didapatkan.
Salah satu cara pemerintahan Indonesia yang lain ialah membuat
ketegasan dan kebijakan dengan menggalakkan program zakat yang
membumi untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, karena di Indonesia
Islam adalah agama mayoritas. Dan dalam Islam pula ajaran zakat
diperkenalkan sebagai media untuk menumbuhkan pemerataan
kesejahteraan di antara masyarakat dan mengurangi kesenjangan miskin.
Potensi zakat di Indonesia, ditengarai mencapai angka 1 trilliun setiap
tahunnya, dan jika bisa dikelola dengan baik akan menjadi potensi besar
bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat.2
1A. Ma’arif Syafi’i dkk. Islam, Good Governance, dan Pengentasan Kemiskinan, Kebijakan
Pemerintah, Kiprah Kelompok Islam, dan Potret Gerakan Inisiatif Di Tingkat Lokal. (Jakarta: MAARIF Institute for Culture and Humanity, 2007),h. xxi
2 Syekh Qardawi Muhammad Yusuf. Konsemsi Islam dalam Mengentas Kemiskinan, Terj. Umar Fanany, (Surabaya: PT. Bina Ilmu), h. 105
3
Maka dari itu, hadirlah sebuah lembaga filanthropi Islam yang
bergerak mengelola dana zakat khusunya, begitu juga dengan infaq,
shadaqah dan wakaf. Salah satu lembaga tersebut ialah lembaga yang telah
diakui pemerintah dengan SK Kemenag No. 240 tahun 2016 dan dipercaya
oleh masyarakat dengan misi utama mengentaskan kemiskinan di Indonesia
yaitu Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat yang dalam dua tahun
belakang ini sudah menjadi LAZNAS atau Lembaga Amil Zakat yang
berbasis Nasional , sesuai dengan Firman Allah Swt : AT TAUBAH : 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658]3 dan mensucikan[659]4 mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
LAZNAS Al-Azhar ini memiliki program unggulan yaitu Program
Layanan Menuju Mandiri program yang bertujuan untuk membuat para
mustahik menjadi mandiri dengan tidak bergantung pada LAZNAS Al-
Azhar, program ini menjadikan para calon-calon penerima manfaat ini
percaya akan dirinya yang akan menjadi mandiri melalui lembaga ini.
3 [658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-
lebihan kepada harta benda 4[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
4
Program layanan menuju mandiri dinaungi dari Klaster “Zakat Pride
(Poverty Reduction With Integrated Development and Empowering)
kemiskinan secara komprehensif, sistematis, integrasi dan tidak serta merta.
Program ini merupakan program terintegrasi yang
memformulasikan dana zakat menjadi program penaggulangan kemiskinan
strategis mulai tahap penyelamatan kebutuhan dasar mustahik, penguatan,
pengembangan dan ketahanan melalui pendampingan yang
berkesinambungan,progresif, lebih tepat sasaran dan mampu meningkatkan
martabat kehidupan penerima manfaatnya.
Berdasarkan masalah diatas penulis melakukan penelitian dengan
judul “Evaluasi Terhadap Program Layanan Menuju Mandiri
LAZNAS Al-Azhar Peduli Ummat”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Evaluasi merupakan kegiatan dalam menilai sebuah program yang
jika diteliti pembahasannya akan sangat meluas. Maka dari itu, penulis
akan membatasinya pada indikator-indikator sebagai berikut :
a. Evaluasi yang dilakukan penulis sebatas menilai bagaimana
program layanan menuju mandiri melalui tiga kategori diatas, tidak
untuk berkontribusi mengambil keputusan pada program tersebu.
b. Evaluasi program layanan menuju mandiri dibatasi pada tahun 2016.
c. Evaluasi yang dilakukan penulis dibatasi pada penilaian penulis
mengenai program layanan menuju mandiri.
5
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dan evaluasi yang dilakukan oleh
LAZNAS APU pada program layanan menuju mandiri, maka
permasalahan ini akan dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana evaluation input pada Program layanan menuju
mandiri?
b. Bagaimana evaluation process pada program layanan menuju
mandiri?
c. Bagaimana evaluation output pada program layanan menuju
mandiri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara khusus tujuan penelitian ini dilatarbelakangi dari rumusan
dan batasan masalah diatas yang telah dijelaskan sebelumnya.
a. Untuk mengetahui evaluation input yang digunakan program
layanan menuju mandiri
b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan setelah berlangsungnya
program layanan menuju mandiri tersebut yang pada akhirnya
diketahui bagaimana hambatan dan dukungan melalui evaluation
process.
c. Untuk mengetahui output dari program layanan menuju mandiri
melalui pencapaian tujuan, dampak yang terjadi serta
keberlangsungan program melalui evaluation output.
6
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan di atas, maka dapat di peroleh manfaat-
manfaat dari evaluasi program layanan menuju mandiri sebagai berikut:
a. Secara akademis
Dalam dunia akademis penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat
dijadikan bahan kritik dan saran untuk terarah dan tepat sasaran
dalam kegiatan pengelolaan dana ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah)
melalui lembaga amil zakat. Dengan adanya penelitian ini dapat
dijadikan bahan telaah, diskusi dan evaluasi semua pihak. Serta
penulis skripsi ini untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial Islam
(S.Sos.I) pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikas Jurusan
Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen ZISWAF (Zakat,
Infaq, Shadaqah dan Wakaf), Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Secara praktis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pedoman
dalam pengembangan dan pelaksanaan LAZ (Lembaga Amil Zakat)
melalui program layanan menuju mandiri.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penellitian ini penulis menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Metode kualitatif deskripstif ini menurut Bogdan dan Taylor
7
ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang perilakunya dapat diamati.5
Prosedur penelitian ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari
data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana.
Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga
mencakup dokumen, buku, kaset, video dan bahkan data yang telah
dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus.6
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
memperoleh data ialah sebagai berikut:
a) Wawancara
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan Kepala
Program Al-Azhar, Kepala program zakat PRIDE, seluruh staff
program layanan menuju mandiri mulai dari ketua program,
surveyor dan konselor, dan kepala program Indonesia Gemilang.
b) Observasi
Pada penelitian ini penulis melakukan dua kali fase observasi yaitu
pra penelitian dan penelitian. Lokasi yang dilakukan penulis terkait
peneliatian ini ialah
1) Lokasi penelitian dilaksanakan di Lembaga Amil Zakat
Nasional AL-Azhar Peduli Ummat, tepatnya di Rumah
5Hidayat Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif,(Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), cetakan kesatu, h.8 6 Strauss Anselm dan Corbin Juliet, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Tatalangkah dan
Teknik-teknik Teoritisasi data). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, April 2015), Cetakan ke IV, h. 40
8
Gemilang Indonesia (RGI). Jl. Pengasinan Rt. 01/06, Kp. Kebon
Kopi, Kel. Pengasinan Kec. Sawangan, Kota Depok 16518.
Telp: (0251) 8616466, Fax : (0251 8614382).
2) Kantor Pelayanan Mustahik atau Layanan Menuju Mandiri yang
bertempat di Kantor Pusat LAZNAS APU yaitu Komplek
Masjid Agung Al-Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru
Jakarta 12110.
c) Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti segala
sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia.
Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berupa catatan
dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy).7
Dokumen yang diperoleh penulis pada penelitian ialah
berupa catatan dalam kertas (hardcopy) yaitu majalah-majalah
LAZNAS APU, buletin-buletin tentang program-program dan kartu
scoring untuk para surveyor ketika berkunjung ke rumah calon
penerima manfaat. Sedangkan untuk catatan berupa elektronik
(softcopy) yang peneliti dapatkan ialah berupa laporan zakat pride,
annual report LAZ APU flowchart program layanan menuju
mandiri, Laporan mustahik MM-LJG-3G-Yatim pertahun,
rekapitulasi penyaluran program layanan menuju mandiri, SOP
7 Sarosa Samiaji, Peneltiian Kualitatif (dasar-dasar), h.61
9
Divisi program, SOP Menuju Mandiri, dan Struktur Zakat Pride
LAZNAS APU.
Selain itu penulis memperoleh data-data dokumen dari
website LAZNAS APU dan berita-berita lokal yang
mempublikasikan kegiatan LAZNAS APU seperti Khazanah
Republika, TribunNews, dan lain sebagainya.
3. Analisa Data
Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul. Maka
langkah selanjutnya adalah mengelola dan menganalisis data tersebut.
Data yang terkumpul kemudian penulis analisis melalui triangulasi.
Dimana triangulasi tersebut adalah pemeriksanan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu lain diluar data tersebut.8 Triangulasi
dilakukan dengan sumber data dan penelitian atau pengamatan lain.9
Pada penelitian ini penulis menggunakan tiga indikator yang
menjadi triangulasi yaitu observasi, pakar atau buku, dan informan atau
narasumber.
1) Observasi yaitu penulis menganalisis data atau dokumen yang telah
didapat melalui observasi kelapangan atau pada penelitian ini
langsung ke Rumah Gemilang Indonesia dan Layanan Mustahik di
LAZNAS APU pusat. Hasil observasi ini dapat diperoleh data yang
akurat sesuai dengan objek penelitian.
8 Moloeng Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), h.330 9 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Bina
Aksara, 1985) cet kedua, h.140
10
2) Pakar atau Buku yaitu penulis menganalisis data melalui referensi
pakar pakar evaluasi seperti Daniel L. Stufflebeam, Dr. Wirawan,
Mischael Scriven, dan lain sebagainya.
3) Informan atau narasumber yaitu penulis menganalisis data yang
diperoleh melalui narasumber pada LAZNAS APU ataupun secara
khusus pada program layanan menuju mandiri. Analisis yang
dilakukan penulis diperiksa keabsahan datannya dengan wawancara
amil LAZNAS APU.
Setelah penulis mengklasifikasikan data-data tersebut pad aakhirnya
diambil yang menjadi data khusus untuk evaluasi masukan (evaluation
input), evaluasi proses (evaluation process), dan evaluasi hasil
(evaluation output).
E. Tinjauan Pustaka
Dari hasil penelusuran penulis terhadap berbagai sumber pustaka,
baik dalam bentuk buku, karya tulis, makalah, maupun skripsi belum ada
yangg secara khusus membahas tentang “Evaluasi Program Layanan
Menuju Mandiri Lembaga Amil Zakat Nasional Al-Azhar Peduli Ummat”.
Meski demikian, penulis tidak menafikkan adanya kesamaan fokus
penelitian, lembaga yang diteliti ataupun objek dari karya ilmiah yang
penulis buat ini, dari skripsi yang ditulis oleh karya ilmiah dari peneliti
sebagai berikut:
1. Istiana Rahma (10905000008) yang berjudul “Evaluasi Program Social
Trust Fund Pada Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Dompet
11
Dhuafa Republika Unit Tangerang Selatan”. Jurusan Manajemen
Dakwah. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Karya ilmiah ini
memiliki kesamaan pada titik perhatian yaitu evaluasi program, akan
tetapi objeknya berbeda, yang menjadi objek penulis adalah LAZNAS
APU sedangkan Istiana Rahma Dompet Dhuafa dan programnya juga
berbeda.10
2. Chabibullah (1110053000044) yang berjudul “Strategi Pengentasan
Kemiskinan Melalui Program Zalat Pride Lembaga Amil Zakat Al-
Azhar Peduli Ummat”. Jurusan Manajemen Dakwah. Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Karya Ilmiah ini memiliki kesamaan pada
Lembaga yang dijadikan tempat penelitian yaitu LAZNAS APU, akan
tetapi terdapat perbedaan pada bidang dan subjek yang dikaji, penulis
menggunakan evaluasi program layanan menuju mandiri. akan tetapi
karya ilmiah ini menggunakan strategi pengentasan kemiskinan pada
zakat pride yang didalamnya terdapat program layanan menuju
mandiri.11
3. Maya Indah Jumanten (1110054000004) yang berjudul “Evaluasi
Program Generasi Dhu’afa di Lembaga Rumah Gemilang Indonesia”
jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Pada penelitian ini terdapat kesamaan pada objek yang
10 Skripsi dari mahasiswi Rahma Istiana, Evaluasi Program Social Trust Fund Pada Lembaga
Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Dompet Dhuafa, Fakutas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun 2010 11 Skripsi dari Chabibullah, Strategi Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Zakat PRIDE
pada Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun 2011
12
diteliti yaitu evaluasi program. Selain itu karya ilmiah Maya ini
bertempat di RGI yang merupakan salah satu program besar LAZNAS
APU hanya berbeda klaster dengan program layanan menuju mandiri.
jika layanan menuju mandiri masuk pada klaster pengentasan
kemiskinan sedangkan Rumah Gemilang Indonesia masuk pada klaster
Pemberdayaan Pemuda Produktif.12
4. Entak Saeroji (108053000012) yang berjudul “Program Pengentasan
Kemiskinan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat
Jakarta Selatan. Jurusan Manajemen Dakwah. Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Pada karya ilmiah terdapat perbedaan pada fokus
penelitian yang dikaji oleh Saudara Entak Saeroji, sedangkan penulis
fokus pada satu program layanan menuju mandiri, tetapi terdapat
kesamaan pada objeknya yaitu LAZNAS APU.13
5. Aretha Poetry Qonita (1111051000044) yang berjudul “Implementasi
Total Quality Management (TQM) Pada Program FORMULA LAZ
APU. Jurusan Manajemen Dakwah. Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Pada karya ilmiah aretha ini terdapat perbedaan pula dari
segi focusnya yaitu Total Quality Management (TQM) dengan Evaluasi.
12 Skripsi dari Maya Indah Jumanten, Evaluasi Program Generasi Dhu’afa di Lembaga Rumah
Gemilang Indonesia” jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun 2011
13 Saeroji Entak, Program Pengentasan Kemiskinan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2008
13
Sedangkan persamaannya ada pada Lembaga yang dikaji yaitu
LAZNAS APU.14
F. Sistematika Penulisan
Sebagai mempermudah dalam memahami pengertian-pengertian
dan mempelajari penulisan penelitian skripsi. Penulisan skripsi ini disusun
secara sistematis menjadi lima bab. Tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab
dengan rincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini penulis menguraikan beberapa hal yang
berkaitan dengan penelitian, pada bagian awal diuraikan
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini menjelaskan teori-teori yang dapat menguatkan
penelitian ini sesuai dengan kaidan dan disiplin ilmu
pengetahuan, penulis menguatarakan pendapat-pendapat
dari pada ahli mengenai judul yang penulis teliti, dimulai
dari pengertian evaluasi dan evaluasi program, jenis-jenis
evaluasi program, model evaluasi, tujuan evaluasi program
dan proses evaluasi program.
14 Qonita Aretha Putri, Implementasi Total Quality Management (TQM) Pada Program
FORMULA LAZ APU, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun 2011
14
Bab III Gambaran Umum Lembaga
Pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai gambaran
umum LAZNAS Al-Azhar Peduli Ummat, agar
memudahkan dan mengenalkan semua pihak megenai
lembaga yang penulis teliti, meliputi profil lembaga (sejarah,
visi, misi, objective, grand strategy dan karakter lembaga,
sturuktur organisasi dan program layanan kepedulian
komprehensif LAZNAS APU) dan gambaran umum
mengenai Program Layanan menuju mandiri yang mencakup
(deskripsi program layanan menuju mandiri, nilai kerja,
budaya kerja, struktur program, dan hirarki divisi program).
Bab IV Analisis Hasil Penelitian
Pada bab ini diharapkan bisa memberikan jawaban seputar
masalah-masalah dan tujuan pembuatan skripsi ini :
mengenai evaluation input, evaluation process dan terakhir
adalah evaluation output.
Bab V Penutup
Pada bab ini merupakan akhir dari skripsi ini, dimana penulis
akan menarik kesimpulan dari semua penelitian yang
ditemukan, sesuai dengan kenyataan yang ada dengan
pembandingan indikator-indikatornya. Dan tidak pula
ketinggalan saran-saran dari penulis akan dituangkan pula
pada bab ini.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi menurut bahasa merupakan akar kata yang berasal dari
Bahasa Inggris value - evaluation; yang diartikan dalam Bahasa
Indonesia berarti: nilai – penilaian. 1
Sedangkan menurut istilah penguraian kata value yang
dikemukakan oleh Edwin Wandt dan Gerald W. Brown ‘evaluation
refer to the act or process to determining the value of something’ yang
diartikan “evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian :
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.2
Selain dari segi bahasa dan istilah, Para pakar evaluasi di seluruh
dunia juga turut andil dalam mendefinisikan pengertian evaluasi.
Diantaranya Dr. Wirawan, MSL,Sp.A., M.M., M.Si mendefinisikan:
“Riset untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan
informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya
dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi dan
hasilnya.”
Berbeda dengan Prof. Dr. S. Hamid Hasan yang mengemukakan
evaluasi adalah proses pengumpulan informasi untuk membantu
1 Sofyan Ahmad, Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. (Jakarta: UIN Jakarta
Press 2006), cetakan ke-1, h.3 2 Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2011)
,cetakan ke-11, h. 1
16
pengambil keputusan dan didalamnya terdapat perbedaan mengenai
siapa yang dimaksudkan dengan pengambil keputusan.”1
Sedangkan seorang ahli lain yaitu Sukardi mengutip dari Cross
dalam bukunya “Evaluation is a process which determines the extent to
which objectives have been achieved” yang jika diartikan dalam bahasa
Indonesia yaitu evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi,
dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Sebenarnya evaluasi juga
merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan
mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambilan
keputusan.2
Maka dari itu, evaluasi menjadi bahan perbaikan di masa yang akan
datang. Evaluasi berarti penentuan kemajuan dari tujuan yang telah di
tentukan. Evaluasi merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi
tentang hasil suatu program pelatihan dan menentukan nilai dari sudut
pandang informasi tersebut, hal itu juga berarti suatu proses
menentukan, apakah telah ada kemajuan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan atau justru sebaliknya.3
Dari perbedaan para ahli yang mendefiniskan ‘evaluasi’ dapat
ditarik kesimpulan oleh penulis adanya persamaan dari pendapat-
pendapat para pakar diatas yaitu evaluasi merupakan proses untuk
1Hasan Hamid, Evaluasi Kurikulum. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008), cetakan ke satu
,h. 33 2 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. (Jakarta : PT Bumi Aksara 2009)
Cetakan ke-3, h.1 3 Aep Kusnawan dan Aep Sy Firdaus, Manajemen pelatihan Dakwah. (Jakarta: PT Rineka
Cipta, Agustus 2009) cetakan ke-1,h. 179-180
17
mengumpulkan, menganalisis, mencari serta menyajikan informasi
untuk Decission Maker dalam keberlangsungan suatu program.
2. Pengertian Evaluasi Program
Kata “program” berasal dari bahasa Inggris ‘programme’ atau
program yang berarti acara atau rencana.4 Sedangkan pengertian
Program menurut Dr. Suharsimi Arikunto, “program adalah sederetan
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.5
“Oleh karenanya suatu program merupakan kegiatan yang
direncanakan maka tentu saja perencanaan itu diarahkan pada
pencapaian tujuan. Dengan demikian maka keberhasilannya suatu
program dapat diukur. Pencapaian tujuan tersebut diukur dengan
cara dan alat tertentu. Sedangkan, kegiatan yang bertujuan untuk
mengukur keberhasilan tersebut dikenal dengan evaluasi program.”6
Mengenai evaluasi program, menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi
program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.7
Definisi yang lebih diterima masyarakat luas dikemukakan oleh dua
orang evaluasi, oleh Croanbach (1963) dan Stufflebeam (1971). Mereka
mengemukakan bahwa evaluasi program adalah “upaya menyediakan
informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.”8
4 Echols John dan Sadiri Hasan, Kamus Bahasa Inggris-indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, Februari 2003), cetakan XXV, h. 450 5 Arikunto Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan. (Yogyakarta: Bina aksara, Agustus
1988), h. 1 6 Arikunto Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina aksara, Agustus
1988), h. 1-2 7 Widodo Eko Suparno, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, h. 365 8 Arikunto Suharsimi, Evaluasi Program Pendidikan, (jakarta: bumi aksara, november 2008),
edisis ke 2, cetakan 1, h. 5
18
Sedangkan menurut Eko Widodo evaluasi program merupakan
“proses pengumpulan data atau informasi ilmiah yang hasilnya
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan
dalam menentukan alternatif kebijakan”.9
Dari beberapa pengertian evaluasi program diatas penulis
menyimpulkan bahwa evaluasi program merupakan proses evaluasi
untuk mengumpulkan, menganalisis, mencari serta menyajikan
informasi untuk Decission Maker atau pengambil keputusan dalam
sederetan kegiatan dalam membuat keputusan mengenai
keberlangsungan suatu program.
B. Jenis-Jenis Evalusi Program
Jenis-jenis evaluasi program dapat dilihat berdasarkan objek, fokus dan
bentuk evaluan.
1. Menurut Objeknya
a. Evaluasi Kebijakan
Kebijakan merupakan rencana umum yang biasanya
dilaksanakan dalam lingkup pemerintahan. Kebijakan merupakan
sederet peraturan yang akan terus dilaksanakan sampai terjadi tidak
efektif dan efesiennya kebijakan tersebut, baruah akan di cabut atau
diganti dengan kebijakan yang baru. Sebelum ini diputuskan perlu
9 Widodo Eko Suparno, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, h. 366
19
dilakukan evaluasi untuk mengetahui awal, proses ataupun akhirnya
dari kebijakan tersebut.10
Setiap kebijakan dievaluasi untuk menetukan apakah
kebijakan bermanfaat, dapat mencapai tujuannya, dilaksanakan
secara efisien dan untuk pertangungjawaban pelaksanaan. Setelah
dilaksanakan evaluasi kebijakan maka ditentukan satu kebijakan
yang akan dilaksanakan.
b. Evaluasi Program
Sebagaimana di jelaskan sebelumnya program adalah
sederetan kegiatan yang sebelum, sedang ataupun telah
dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan evaluasi program merupakan realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang. 11
Evaluasi program adalah metode sistematik untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk
menjawab pertanyaan dasar mengenai program. Evaluasi program
dapat dikelompokkan menjadi evaluasi proses (process evaluation),
10 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. (Jakarta: PT
Kharisma Putra Utama Offset, Agustus 2011) cet ke 1. h. 16 11 Arikunto Suharsimi, Evaluasi Program Pendidikan, h. 4
20
evaluasi manfaat (outcome evaluation) dan evaluasi akibat (impact
evaluation). 12
Proses evaluasi program ialah meneliti dan menilai apakah
intervensi telah dilaksanakan sesuai perencanaan program serta
menganalisis target populasi yang dilayani. Selain itu, evaluasi ini
berguna juga dalam menilai strategi pelaksanaan program. Evaluasi
program bermanfaat dalam meneliti, menilai dan menentukan
apakah program tersebut menghasilkan perubahan yang diharapkan.
c. Evaluasi Proyek
Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan
sumber-sumber untuk mendapatkan keuntungan.13 Evaluasi proyek
yaitu kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan untuk jangka waktu
tertentu untuk mendukung pelaksanaan program, jangka waktu
tersebut dapat satu atau dua tahun, enam bulan, tiga bulan, sebulan,
seminggu bahkan sehari. Setelah jangka waktu tersebut suatu proyek
berakhir. Setelah itu, evaluasi dari proyek yang kemudian diteliti dan
dievaluasi secara formatif dengan berbagai upaya penyempurnaan,
perbaikan atau koreksi, dan evaluasi sumatif.jika proyek berhasil
dan hasilnya baik, maka proyek tersebut dikembangkan dan
dilaksanakan sebagai suatu program.14
12 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 16 13 Gray Clivey dkk, Pengantar Evaluasi Proyek, (Jakarta: PT Gramedia, 1985), h. 1 14 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 16
21
d. Evaluasi Material
Evaluasi program, proyek, dan material ini merupakan
evaluasi yang berurutan karena untuk melaksanakan kebijakan,
program, atau proyek diperlukan sejumlah material atau produk-
produk tertentu.15
e. Evaluasi Sumber Daya Manusia
Evaluasi sumber daya manusia, merupakan deretan dari
evaluasi yang terakhir, evaluasi personalia atau evaluasi kinerja ini
dilaksanakan untuk mengembangkan kompetensi dan kinerja
sumber daya manusia yang dilakukan melalui program
pengembangan sumber daya manusia atau human resources
development. Program tersebut berupa pelatihan (training),
pendidikan (education), dan pengembangan (development).
Program ini perlu dievaluasi untuk menentukan apakah program
tersebut berjalan sesuai yang direncanakan dan mencapai tujuan
yang ditetapkan.16
2. Menurut Fokusnya
Menurut fokusnya, evaluasi terdiri dari: asesmen kebutuhan
program (program need assesment): evaluasi proses program (process
program evaluation), evaluasi keluaran program (outcome program
evaluation), dan evaluasi efisiensi (program efficiency evaluation).
15 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 17 16 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 18
22
a. Assesmen Kebutuhan
Assesment kebutuhan (need assesment) adalah mengidentifikasi dan
mengukur level kebutuhan yang diperlukan dan diinginkan oleh organisasi
atau masyarakat. Assesmen kebutuhan sangat penting sebelum melakukan
bahkan merencanakan suatu kebijakan, program atau proyek.17
Hal pertama yang dilakukan ialah dengan mengidentifikasi dan
mendefinisikan kebutuhan masyarakat dan mengumpulkan sejumlah
alternatif, kebijakan, proyek ataupun program untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Dari sejumlah alternatif yang diidentifikasi, kemudian dipilih satu
alternatif untuk menjadi inti dari rencana program dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam assesmen kebutuhan, evaluator
mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan perencanaan
program.18
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis need assesment
yang dilakukan oleh Program Layanan Menuju Mandiri sebagai bentuk
acuan pemberian bantuan kepada calon penerima manfaat. Kemudian, hasil
dari evaluasi kebutuhan dipergunakan untuk menyususn rencana program
sebagai intervensi sosial untuk masyarakat.19
Dalam melakukan assesmen kebutuhan ada enam teknik
pendekatan, yaitu sebagai berikut:
17 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 19 18 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 19 19 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 19
23
1) Mengumpulkan data statistik sekunder yang sudah ada. Menggunakan
dara statistik dari berbagai lembaga pemerintahan dan perusahaan,
berbagai sensus, laporan-laporan penelitian, problem-problem yang
dikemukakan oleh masyarakat, mas media, para pakar, dan sebagainya.
Data statistik tersebut diverifikasi dan digunakan untuk menyusun
assesmen kebutuhan.
2) Pendekatan survei. Melakukan survei dengan menggunakan sampel dari
populasi anggota masyarakat mengenai problem, kondisi yang mereka
alami, dan kebutuhan mereka inginkan. Data dikumpulkan melalui
kuesioner, wawancara survei telepon, dan email kuesioner.
3) Forum masyarakat. Pertemuan masyarakat dilakukan digedung
pertemuan umum. Para anggota masyarakat yang hadir didorong untuk
mengemukakan pendapatnya secara bebas. Mereka secara terbuka
mengemukakan dan mendiskusikan semua kebutuhan masyarakat, dan
prioritas kebutuhan yang harus terpenuhi.
4) Wawancara kelompok focus (focus group). Sekelompok anggota
masyarakat dipilih berdasarkan keterampilan, pengetahuan,
pengalaman, pandangan dan posisi tertentu mereka, untuk memperoleh
informasi yang lebih rinci mereka didorong untuk berinteraksi satu sama
lain dipimpin oleh fasilitator atau moderator.
5) Pendekatan informasi kunci (key informant). Para pemimpin
masyarakat, pengambilan keputusan, ilmuwan, tokoh lembaga swadaya
masyarakat yang mempunyai pengetahuan mengenai apa yang
24
dibutuhkan oleh masyarakat dikumpulkan ditempat pertemuan untuk
menjaring informasi mengenai pendapat dan pengalaman mereka
tentang kebutuhan masyarakat dan apa yang harus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
6) Analisis isi (conten atnalysis) yaitu menelaah berita, artikel, talkshow,
berita disurat kabar, radio, dan televisi mengenai masalah, kebutuhan,
dan solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Umumnya assesmen
kebutuhan dapat menggunakan sejumlah teknik tersebut diatas untuk
mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan masyarakat.20
Selain enam teknik diatas sebuah assesmen kebutuhan dapat dilakukan
juga dengan teknik Balance Scorecard. Balance Scorecard adalah suatu
konsep yang bertujuan untuk mendukung perwujudan visi, misi, dan strategi
perusahaan dengan menekankan kepada empat kajian yaitu perspektif
keuangan (financial), pelanggan (customer), bisnis internal (internal
business), serta pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth)
dengan target bersifat jangka panjang.21
Setelah mengetahui teknik-teknik assesmen kebutuhan diatas, maka
kebutuhan ini pun dikelompokkan menjadi kebutuhan jangka pendek,
kebutuhan jangka panjang, dan kebutuhan potensial.
20 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 20 21 Fahmi Irham, Manajemen Teori, Kasus dan sosial,(CV Alfabeta, agustus 2012), h.332
25
1) Kebutuhan jangka pendek (short-term needs). Banyak program
dirancang dan dilaksanakan untuk membantu warga masyarakat yang
menghadapi krisis.
2) Kebutuhan jangka panjang (long-term needs). Kebutuhan juga
diperlukan untuk jangka panjang. Misalnya, anak-anak memerlukan
program pendidikan wajib belajar selama 12 tahun agar dapat mendapat
pekerjaan dan memberikan kontribusi perkembangan masyarakat,
bangsa dan negaranya. Untuk mengoreksi perilaku para terpidana
diperlukan program permasyarakatan karena pelanggaran hukum terjadi
secara terus-menerus.
3) Kebutuhan potensial (potential needs). Kebutuhan sering muncul ketika
terjadi suatu problem yang munculnya tidak dapat diketahui, akan tetapi
dapat terjadi. Program harus disiapkan untuk menyelesaikan problem.22
b. Evaluasi Proses
Evaluasi proses dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh proses
kegiatan yang telah dilaksanakan itu sesuai dengan proses kegiatan yang
seharusnya dilaksanakan sebagaimana telah dirumuskan didalam
program.23
Evaluasi proses merupakan evaluasi formatif yang berfungsi
mengukur kinerja program dalam mengontrol pelaksanaan sebuah program.
Salah satu cakupannya adalah mengukur apakah terjadi penyimpangan
22 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 20-21 23 Mardikanto Totok dan Soebianto Poerwoko, Pemberdayaan Masyarakat,( Bandung : PT
Alfabeta, Agustus 2013), cetakan kedua (edisi revisi), h. 271
26
dalam pelaksanaan program. Jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan
program dari yang direncanakan, diputuskan apa yang akan dilakukan untuk
mengontrol ketimpangan dan mengembalikan pelaksanaan program pada
alur trek yang telah ditentukan sebelumnya.24
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah
program, dituntut suatu proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan
yang diharapkan.25
c. Evaluasi Keluaran
Evaluasi keluaran (outcome) merupakan evaluasi sumatif
(summative evaluation) yaitu mengukur dan menilai keluaran dan pengaruh
dari program. Data tersebut antara lain, ialah:
1) Hasil atau keluaran program apakah sesuai yang direncanakan
2) Jumlah dan jenis orang yang dilayani sesuai dengan yang direncanakan
3) Pengaruh dari program terhadap orang yang mendapat layanan.
4) Evaluasi keluaran mengidentifikasi pengaruh atas keberlangsungan
objek program26
Dalam beberapa kajian teori evaluasi keluaran (outcome) dapat juga
dikatakan evaluasi hasil (output). Salah satunya dalam dunia pendidikan,
evaluasi output dikatakan sebagai sebuah penilaian terhadap lulusan suatu
24 Wirawan, Evaluasi teori, model, standars, aplikasi dan profesi, h.21 25 Mashudi Farid, Pedoman Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: PT
Diva Press, oktober 2015). Cetakan pertama, h. 29-30 26 Wirawan, Evaluasi (teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 21
27
sekolah yang dilakukan untuk mengatahui sebarapa jauh tingkat pencapain
atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program.27
Selain itu, evaluasi hasil dilakukan untuk mengevaluasi seberapa jauh
pencapaian tujuan yang telah direncanakan.28 Pada dasarnya hasil evaluasi
digunakan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam upaya
pelayanan sosial dari berbagai dimensi terutama kebijakan, kinerja
pelayanan dan organisasi.29 Dengan kata lain, evaluasi terhadap hasil
ditujukan pada pencapaian tujuan program, baik dalam jangka pendek,
jangka panjang ataupun pencapaian potensial30
Sedangkan dalam dunia bimbingan dan konseling, evaluasi hasil
merupakan hasil-hasil yang telah dicapai secara keseluruhan sesuai tujuan
yang ditetapkan.31
Evaluasi input merupakan evaluasi yang dilakukan kepada konteks
suatu program yang menjadi bahan mentah sebagai dasar kelanjutan
program. Evaluasi jenis ini dimulai dari layanan pengumpulan data32 yang
menjadi bahan mentah kemudian dimasukkan kedalam transformasi.33
27 Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: PT Bumi
Aksara, oktober 2002), edisis revisi, cetakan ketiga, h.20-23 28 Mardikanto Totok dan Soebianto Poerwoko, Pemberdayaan Masyarakat, h.272 29 Soetomo, Strategi-strategi Pengembangan Masyarakat. (Yogyakarta: Pustakan Pelajar,
November 2006), cetakan ke-1, h. 349-351 30Sukardi Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, April 2008), cetakan kedua, h. 253 31 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi, h.351 32 Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h. 28 33 Transformasi bahwa merupakan unsur yang terdapat dalam sasaran atau objek penilaian
demi diperolehnya hasil ... yang diharapkan. Yang bersumber dari buku Bapak Suharsimi Arikunto yangberjudul Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: PT Bumi Aksara, oktober 2002), edisis revisi, cetakan ketiga, h.20
28
C. Model Evaluasi Program
Kata model berarti pola dan rencana, contoh dari sesuatu yang akan
dibuat, dilakukan atau dihasilkan. Model evaluasi merupakan penjabaran
teori evaluasi dalam praktik melaksanakan evaluasi. Suatu model evaluasi
mengemukakan pengertian mengenai evaluasi dan proses bagaimana
melaksanakannya.34
Secara garis besar evaluasi dibedakan berdasarkan waktu
pelaksanaan, bagaimana evaluasi dilakukan, untuk apa evaluasi dilakukan,
dan acuan serta paham yang dianut oleh evaluator atau konsep evaluasi.35
Sedangkan menurut beberapa pakar yang mengelompokkan model-
model evaluasi, yaitu sebagai berikut:
Menurut Said Hamid Hasan (1988) mengelompokkan model
evaluasi sebagai berikut:
1. Model Evaluasi Kuantitatif, yang meliputi model Tyler, model teoretik
Taylor dan Maguire, model pendekatan sistem Alkin, model
countenance Stake, model CIPP, model ekonomi mikro
2. Model Evaluasi Kualitatif, yang meliputi: model studi kasus, model
iluminatif dan model responsif.36
34 Wirawan, Evaluasi (teori, model, standar, aplikasi dan profesi), h. 79-80 35 Yusuf Tayibnafis Farida, Evaluasi Program. (Jakarta: PT Rineka Cipta, September 2000),
cetakan ke-1, h. 13 36 Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, April 2013),
cetakan kelima, h. 73
29
Sedangkan menurut Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, membedakan model evaluasi
menjadi delapan, yaitu:
1. Goal Oriented Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Tyler
2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven
3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael
Scriven
4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake
5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake
6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi
dilakukan
7. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam
8. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.37
Setelah mengenal beberapa model secara garis besar diatas. Dalam
penelitian ini, penulis akan membahas beberapa teori kerangka model dalam
evaluasi program Layanan Menuju Mandiri yaitu objek penelitian penulis.
Adapun beberapa model yang digunakan adalah model formal (formal
evaluation) yang digunakan dalam bimbingan dan konseling, evaluasi
model Michael Scriven yaitu formative summative evaluation models, dan
model terkenal karya Daniel L.Stufflebeam.
37 Jabar Arikunto Suharsimi dan Abdul Safrudin Cepi, Evaluasi Program Pendidikan,h.40-41
30
1. Model Evaluasi Formal (Formal Evaluation)
Evaluasi formal merupakan penelitian berdasarkan para meter yang
ada pada dokumen formal, seperti tujuan dan sasaran yang tercantum dalam
dokumen dan kebijakan rencana tata ruang peraturan undang-undang, dsb.
Dalam evaluasi formal,metode yang ditempuh untuk menghasilkan
informasi yang valid38 dan reliable39 dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut:
1) Merunut legislasi (peraturan perundang-undangan)
2) Merunut kesesuaian dengan kebijakan yang tercantum pada dokumen
formal yang memiliki hierarki diatasnya
3) Merunut dokumen formal (keseuaian dengan hasil yang diharapkan atas
tujuan dan sasaran), dan
4) Interview dengan penyusun kebijakan atau administrator program
Evaluasi formal ini terbagi atas dua jenis. Pertama, summative
evaluation dan formative evaluation yaitu upaya untuk mengevaluasi dalam
kurun waktu tertentu, umumnya dilakukan untuk mengetahui atau
mengevaluasi program atau kegiatan yang sering dilakukan dengan
indikator yang tetap atau baku. Kedua, formative evaluation yaitu upaya
untuk mengevaluasi pelaksanaan program atau kegiatan secara continue
38 valid: ks. 1 sah, syah, absah, sahih (contract, excuse). 2 benar (statement). no longer v.
tidak berlaku. 39 reliable: ks. dapat dipercaya/diandalkan (of a person, a firm, product). -reliably kk. yang
dapat dipercaya. It was r. reported that... Telah ada laporan yang dapat dipercaya bahwa...
31
karena merupakan program atau kegiatan yang realtif baru dan indikatornya
dapat berubah-ubah.40
2. Model Evaluasi Formatif dan Sumatif
Model evaluasi formatif dan sumatif mulai dilakukan ketika
kebijakan, program atau proyek mulai dilaksanakan (evaluasi formatif)
sampai akhir pelaksanaan program (evaluasi sumatif).
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif (formative evaluation) diperkenalkan oleh
Michael Scriven pada tahun 1967. Sedangkan menrut The Program
Evaluation Standars (1994) mendefinisikan evaluasi formatif sebagai
evaluasi yang didesain dan dipakai untuk memperbaiki suatu objek,
terutama ketika objek tersebut ketika dikembangkan.41
Evaluasi formatif memiliki beberapa tujuan sebeagai berikut:
1) untuk mengukur pelaksanaan program secara periodik.
2) untuk mengukur apakah klien/partisipan bergerak kearah tujuan
yang direncanakan.
3) Untuk mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai
dengan rencana. Dalam melaksanakan program dipergunakan
sumber-sumber aktivitas seperti anggaran, tenaga, dan peralatan
merupakan material maka dari itu perlu adanya evaluasi agar tidak
mempengaruhi program selanjutnya.42
40 Mashudi Farid, Pedoman Lengkap Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling, h. 40-41 41 Tayibnafis Yusuf Farida. Evaluasi Program, hlm. 18 42 Daigram aliran proses evaluasi formatif dan summatif
32
4) Untuk menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi
penyimpangan.43
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif digunakan untuk menilai kegunaan suatu objek
dengan menilai apakah suatu program akan diteruskan atau dihentikan
saja. Pada evaluasi sumatif, evaluasi fokus pada variabel-variabel yang
dianggap penting oleh pembuat keputusan.44
Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program
yang berfungsi mengumpulkan data ketika kegiatan program selesai.
Penilaian sumatif dilaksanakan untuk mengetahui pemanfaatan
program, terutama jika dibandingkan dengan program-program lain.45
Setelah diketahui maka evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan evaluasi-evaluasi ini
dilakukan dari awal hingga akhirnya suatu kebijakan, proyek, ataupun
program. Berikut diagram aliran evaluasi proses formatif dan summatif
dalam pelaksanaannya.
43 Tayibnafis Yusuf Farida,Evaluasi Program, h. 19 44 Tayibnafis Yusuf Farida,Evaluasi Program, h. 19 45 Arikunto Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan. (Yogyakarta: Bina Aksara, agustus
1988), h. 52-53
33
3. Model Evaluasi Context, Input, Process dan Product (CIPP)
Stufflebeam adalah seorang ahli yang mengusulkan pendekatan
yang berorientasi kepada pemegang keputusan (a decission oriented
evlauation approach structured) untuk menolong administrator membuat
Mulai
Pelaksanaan
Program Evaluasi formatif 1
Terjadi
penyimpangan?
Koreksi
penyimpangan 1
Evaluasi formatif n
Terjadi
penyimpangan?
Koreksi
penyimpangan 1
Evaluasi sumatif
Berakhir
Laporan akhir evaluasi
Pemanfaatan hasil evaluasi
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Gambar 1 diagram aliran evaluasi proses formatif dan summatif dalam pelaksanaannya
Sumber dari Wirawan, Evaluasi (Teori, Model,Struktruktur dan Aplikasi),(Jakarta: PT Kharisma
Putra Utama Offset, Agustus 2011) cet ke1, h. 7
34
keputusan yang dirumuskan evaluasi sebagai “suatu proses
menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna
untuk menilai alternatif keputusan”.46
Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi, yaitu Evaluasi
Konteks, (Context Evaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation),
Evaluasi Proses (Process Evaluation), dan Evaluasi Produk (Product
Evaluation). Berikut penulis akan menjelaskan model ini.47
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah untuk
mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan suatu objek, seperti institusi
program, populasi target atau orang dan arahan untuk sebuah perbaikan.48
Dengan singkat dapat diketahui bahwa penilaian atau evaluasi
konteks adalah penilaian terhadap kebutuhan, tujuan pemenuhan kebutuhan
dan karakteristik individu yang menangani.49
b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Orientasi utama dari input evaluation adalah untuk membantu
menentukan program yang membawa pada perubahan yang dibutuhkan.
Evaluasi masukan mempermasalahkan apakah sebuah strategi program
akan membawa pada perubahan yang dibutuhkan ataukah justru sebaliknya.
46 Tayibnafis Yusuf Farida, Evaluasi Program, h. 14 47 Wirawan, Evaluasi (teori, model, struktur dan aplikasi), 48 Badrujaman Aip, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konsellinng, (Jakarta : PT
Indeks, 2011), cetakan pertama, h. 54 49 Arikunto Suharsimi, Penialian Program Pendidikan, h.39
35
c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat
apakah pelaksanaan program sesuai dengan strategi direncanakan dan
bertujuan mengidentifikasikan atau memprediksi dalam proses
pelaksanaan. Selain itu, evaluasi proses juga bertujuan menyediakan
informasi sebagai dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat dan
menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.
d. Evaluasi Produk (Evaluation Product)
Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur,
menginterpretasikan, dan menilai pencapaian program. Feedback atas
pencapaian atau prestasi ini penting selama pelaksanaan program dan
sebagai sebuah kesimpulan. Evaluasi produk juga bertujuan untuk
mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap luaran (outcome) dan
menghubungkan objektif, konteks, input sebagai informasi mengenai
kelayakan dan keberagaman programtersebut.50
D. Tujuan-Tujuan Evaluasi
Secara umum evaluasi bertujuan untuk menentukan progress dari
percapaian sebuah tujuan-tujuan.51 Tujuan dalam evaluasi merupakan hal
penting karena berfungsi sebagai pengarah kegiatan evaluasi program dan
50 Badrujaman Aip, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konselling, h. 55- 56 51 MasEhudi Farid, Pedoman Lengkap Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling. (Jakarta
: Diva Press, Oktober 2015), cetakan ke-1, h. 92
36
sebagai acuan untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi
program.52
Tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui
pencapaian tuuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan
kegiatan program.53 Sedangkan menurut Stufflebeam (1971)
“pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa
jauh kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai atau
menyimpang dari pedoman yang telah ditetapkan, atau untuk
mengetahui tingkat kesenjangan (diskrepansi) antara yang telah
dicapai dengan keadaan yang dikehendaki atau seharusnya dapat
dicapai, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui tingkat
efektivitas dan efisiensi kegiatan yang telah dilaksanakan.”54
Selain itu, beberapa tujuan sesuai dengan objek evaluasinya adalah
sebagai berikut:
1. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat karena dirancang
untuk pelayanan sosial.55
2. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana karena
pada pelaksanaannya seatu program dapat menyeleweng atau terjadi
penyimpangan baik itu dari pihak internal ataupun eksternal.56
3. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai standar.
4. Evaluasi program mengidentifikasi program berjalan dan tidak berjalan.
52 Sudjana Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Mei 2006), cetakan pertama, h. 35 53 Arikunto Suharsimi dan Abdul Jabar Cecep Safruddin, Evaluasi Porgram Pendidikan, h.18 54 Mardikanto Totok dan Soebianto Poerwoko, Pemberdayaan Masyarakat, h. 272 55 Mardikanto Totok dan Soebianto Poerwoko, Pemberdayaan Masyarakat, h. 22 56 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 22
37
5. Pengembangan staf program dengan mengembangkan kemampuan
sumber daya manusia didalamnya.
6. Memenuhi ketentuan Undang-Undang.
7. Akreditasi program yang bertujuan untuk menyajikan layanan kepada
masyarakat sesuai dengan standar layanan yang telah ditentukan dan
untuk melindungi anggota masyarakat pengguna jasa layanan lembaga.
8. Mengukur cost effectiveness dan cost efficiency. (cost effective)
merupakan akibat atau manfaat yang ditimbulkan oleh program.
Sedangkan cost efficiency evaluation untuk mengukur kefesiensien
pengeluaran biaya.
9. Mengambil keputusan mengenai program.
10. Mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset evaluasi57
Selain itu, evaluasi sebagai penentuan hasil angka kemajuan.58 Evaluasi
dilakukan juga untuk menentukan judgement59 terhadap sesuatu.60 Dalam
proses pendidikan evaluasi sangatlah penting karena dari hasil evaluasi dapat
diketahui kompetensi dasar, materi, atau indikator yang belum mencapai
ketuntasan.61 Evaluasi juga sebagai sarana penyediaan informasi dalam
57 Wirawan, Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi, h. 23-25 58 Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : PT
Bumi Aksara, November 2004), cetakan ke-3, h. 211 59 judgment: kb. 1 pendapat. 2 keputusan. 3 pertimbangan. to show good j. menunjukkan
pendangan yang baik. to sit in on j. bersidang mengadili. j. seat kursi pengadilan. 60 Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, maret
2011), edisi ke-1, cetakakan ke-4, h. 241 61 Majid Abdul, Perencanaan Pembelajaran (mengembangkan standar kompetensi guru),
(bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, Oktober 2013), cetakan ke-10, h. 224
38
membuat keputusan dalam mengembangkan program sebagai satu kesatuan
utuh atau hanya berkenaan beberapa komponen program.62
E. Proses Evaluasi
Proses evaluasi program ditempuh dengan merumuskan masalah atau
instrumensasi, mengembangkan atau menyusun pengumpulan data,
mengumpulkan dan menganalisis data, serta melakukan tindak lanjut.63
1. Merumuskan Masalah atau Instrumensasi yang terkait dengan tingkat
keterlaksanaan progam atau pelayanan (aspek proses) dan tingkat
ketercapaian program/pelayanan (aspek hasil).
2. Mengembangkan atau menyusun pengumpulan data dengan mengukur
tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program.
3. Mengumpulkan dan menganalisis data.
4. Melakukan tindak lanjut (follow up) berupa perbaikan-perbaikan
program dana atau pengembangan program, perbaikan program dapat
dilakukan dengan memperbaiki beberapa hal yang dipandang lemah,
kurang tepat, dan kurang relevan dengan tujuan yang ingin di capai.64
Evaluasi sering dijadikan langkah akhir dalam keseluruhan proses yang
pada pradikatnya memiliki hakikat yang sangat luas.65
62 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2009), edisi ke-1,
cetakan ke-2, h. 98 63 Mashudi Faris, Pedoman Lengkap Evaluasi Supervisi Bimbingan Konseling, (Jakarta: Diva
Press, Oktober 2015), cetakan ke-1, h. 103 64 Mashudi Faris, Pedoman Lengkap Evaluasi Supervisi Bimbingan Konseling, h. 103-104 65 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2009), edisi ke-1,
cetakan ke-2, h. 93-94
39
BAB III
LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL AL-AZHAR PEDULI UMMAT
A. Profil Lembaga
1. Sejarah
Lembaga Amil Zakat Nasional Al-Azhar merupakan lembaga yang
disahkan pada Kamis, 2 Juni 2016, yang bertempat di Aula Buya Hamka
Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru dengan dihadiri oleh Drs. H.
Junaedi, M.A (Perwakilan dari Kemenag) dan H. Muhammad Suhadi
(Ketua Umum YPI Al-Azhar) melalui SK Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 240 tahun 2016.1
Al-Azhar Peduli Ummat dibentuk oleh Badan Pengurus Yayasan
Pesantren Islam Al-Azhar pada 1 Desember 2004 melalui SK Nomr
079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang ditandatangani oleh Ketua
Badan Pengurus YPI Al-Azhar H. Rusydi Hamka dan Sekretaris H.
Nasroul hamzah.2
Pada tahun 2014, LAZ Al-Azhar Peduli Ummat mendaftarkan diri
ke BAZNAS untuk menjadi LAZNAS. Proses perubahan dari LAZ
menjadi LAZNAS harus melalui SK Kemenag dan beberapa syarat,
diantaranya: AD/ART lembaga, Dewan Pengawas Syari’ah, Struktur
Organisasi, Program-program lembaga, laporan keuangan, dan BPJS
1 Di unduh dari website resmi Al-Azhar Peduli Umat http://alazharpeduli.com/zakat-pride,
pada tanggal 13 maret 2016 2 http:/www.al-azhar.or.id/index.php/sosial/al-azhar-peduli-ummat, diakses pada tanggal
21 juli 2017, pukul 13:39
40
ketenagakerjaan maupun kesehatan para Amil, kesanggupan lembaha
untuk mendapatkan dana fundraising sebesar Rp. 50.000.000.000/tahun
dan syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi LAZNAS juga yaitu
harus memiliki minimal tiga (3) perwakilan kantor di tiap provinsi. Al-
Azhar Pedli Ummat sampai saat ini sudah memiliki tiga kantor Cabang
di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I Yogyakarta. Berkat kerja
keras selama, akhirnya pada tanggal 23 Mei 2016, Al-Azhar Peduli
Ummat resmi menjadi LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional)
dengan SK Kemenag No. 240 tahun 2016.1
Al-Azhar Peduli Ummat lambat laun terus dipercaya publik. Tahun
2009, dana amanah yang dikelolanya mencapai hampir 12 milyar. Lalu
Al-Azhar Peduli Ummat boleh bangga namun takut, tatkala Indonesia
Magnificence of Zakat (IMZ) memberikan penghargaan (award) pada
Al-Azhar Peduli Ummat sebagai the best zakat empowering
organization 2009. Award ini, diberikan atas dasar penilaian bahwa
LAZNAS APU (nama panggilan singkatnya) merupakan salah satu
lembaga amil zakat yang berbasis masjid.2
Hingga pada usianya yang mencapai 12 tahun tepatnya tahun 2016
kemaren LAZNAS Al-Azhar mengukuhkan slogan nya “Tumbuh
Sesuai Kaidah”. Maksud dari “Tumbuh Sesuai Kaidah” ini ialah
LAZNAS Al-Azhar akan berkembang menjadi besar dan sempurnanya
1 Hasil wawancana dengan Bpaak Rahmat selaku Kepala Divisi Program LAZNAS Al-Azhar
pada tanggal 3 April 2017 Pukul. 15.30 s/d selesai. 2 Anwar Sani Muhammad, Jurus Menghimpun Fulus, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010), h.95
41
sesuai dengan asas, hukum, aturan dan norma yang berlaku.3 Sesuai
dengan tujuan LAZNAS Al-Azhar yaitu untuk memberdayakan
masyarakat dhuafa, berbasis pendidikan dan dakwah dengan
mendayagunakan zakat, infaq, sedekah, dan dana Corporate Social
Responsibility (CSR), bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi
organisasi.4
Akhirnya, LAZNAS Al-Azhar menjadikan sebuah kepercayaan
atau rasa percaya masyarakat kunci utama mereka dalam membina,
membangun, menjalani, hingga mendirikan LAZNAS Al-Azhar, tidak
heran tingginya kepercayaan masyarakat dalam mengelola dana zakat,
implementasi kegiatan, hingga para amil5 dan juga komando terdepan
dalam melayani ummat.6
2. Visi dan Misi Al-Azhar Peduli Ummat
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al-Azhar Peduli Ummat
ini memiliki visi yaitu “Menjadi Lembaga Amil Zakat yang terpercaya
3 Diambil dari website resmi LAZ A-Azhar yaitu http://alazharpeduli.com/kisah/tasyakuran-
milad-ke-12-laz-al-azhar-tumbuh-sesuai-kaidah/24 maret 2017 yang di unduh pada tanggal 23
maret 2017, pukul 11.30 wib 4 Diambil dari bulletin yang di keluarkan LAZ A-Azhar dengan judul Memberi Solusi Untuk
Negeri (11 tahun APU 1 Desember 2004-1 Desember 2015) 5 Anwar Sani Muhammad, Jurus Menghimpun Fulus, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,
2010), h. 114 6 Perkataan dari bapak Sobirin selaku Ketua YPI Al-Azhar bidang Dakwah dan sosial yang di
muat melalui website resmi LAZ APU yaitu http://alazharpeduli.com/kisah/tasyakuran-milad-ke-12-laz-al-azhar-tumbuh-sesuai-kaidah/24 maret 2017 yang di unduh pada tanggal 23 maret 2017, pukul 11.30
42
dalam pengelolaan dana Zakat, Infaq, Sedekah untuk meningkatkan
keberdayaan masyarakat.”7
Adapun Misi yang dikemukakan LAZNAS Al-Azhar Peduli Ummat
dituangkan dalam beberapa butir, yaitu sebagai berikut
1) Mengembangkan edukasi Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf dan layanan
berkarakter berbasis teknologi.
2) Mengembangkan program yang komprehensif, terukur, dan
berkelanjutan untuk mendorong keberdayaan masyarakat berbasis
kearifan lokal.
3) Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembaga melalui penguatan
sistem dan manajemen yang didukung oleh Sumber Daya Insani
yang profesional.
4) Membangun Kemitraan Berkelanjutan (Sustainable Partnership)
dengan kalangan ABCG (Academic, Business, Civil Society,
Goverment) dalam pelaksanaan program.8
3. Objective, Grand Strategy dan Karakter Lembaga
Selain visi dan misi, LAZNAS Al-Azhar juga memiliki beberapa
tonggak lain yang menjadi kunci dalam keberhasilan lembaganya yiatu
Objective, Grand Strategy dan Karakter Lembaga, adapun itu semua
akan penulis jelaskan sebagai berikut.
7 Di ambil dari Bulletin yang dikeluarkan LAZ APU pada tahun 2016 dengan judul “Bahagia
Bersama Mengentaskan Kemiskinan” 8 Bulletin yang di keluarkan Al-Azhar Peduli Ummat dengan judul “Bahagia Bersama
Mengentaskan Kemiskinan” pada awal bulan Puasa tahun 2016 dengan konsep Ramadhan Mubarak 1437 H
43
a. Objective
Menjadi lembaga filantropi Islam terdepan dalam pemberdayaan
masyarakat secara komprehensif sesuai kaidah pada tahun 2020.
b. Grand Strategy
Mendukung pembangunan sosial (pendidikan, kesehatan, ekonomi)
dan akhlaq dengan memberdayakan dan mensinergikan potensi-
potensi masyarakat, memberikan produk dan pelayanan berkarakter,
peningkatan pendapatan dan sumber-sumber pendanaan.9
c. Karakter Lembaga
Sebagai lembaga yang melayani ibadah sekaligus mengelola dana,
LAZNAS Al Azhar memiliki budaya lembaga yang berfungsi
sebagai jatidiri dan spirit kerja yang terangkum dalam 5 (lima) sikap
yang disebut UMMAT:
U : Universal
Melayani sepenuh hati pada seluruh aspek kehidupan ummat
manusia yang berlaku di setiap tempat dan masa sebagai
implementasi nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
M : Manfaat
Selalu berupaya memberikan manfaat kepada orang lain.
M : Martabat
Menjunjung tinggi harga diri amil, muzakki, dan penerima manfaat.
9 Di unduh dari website resmi Al-Azhar Peduli Umat http://alazharpeduli.com/zakat-pride,
pada tanggal 13 maret 2016
44
A : Amanah
Penuh rasa tanggungjawab dalam melaksanakan tugas dan melayani
ummat.
T : Tabligh
Mendidik, mencerahkan, membina, dan memotivasi diri dan
masyarakat menjadi lebih baik.10
4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Kerja
a. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Lembaga Amil Zakat Nasional Al-
Azhar Peduli Ummat tahun 2016-2019 sebagai berikut:
Dewan Pertimbangan Syari’ah
Ketua H. Sobahussurur, MA
Anggota Dr. Adiwarman Azwar Karim,
MBA, MAEP
H. Memet Suruni
H. Nasroul Hamzah, SH
H. Zahrudin Sulthani
Pengurus
Ketua Umum H. Muhammad Suhadi, S. KOM
Ketua Bid. Pendidikan Drs. H. Budiyono
Ketua Bid. Dakwah dan Sosial Drs. H. Sobirin HS
10 Di unduh dari website resmi Al-Azhar Peduli Umat http://alazharpeduli.com/zakat-pride,
pada tanggal 13 maret 2016
45
Sekretaris Drs. H. Sobirin HS
Bendahara Ir. Suhaji Lestiadi
Badan Pelaksana
Direktur Eksekutif Sigit Iko Sugondo
Kepala Divisi
Kelembagaan & Pengembangan
Organisasi
Ahmad Ahidin, S. Pd. I, M. Pd
Fundraising, Partnership &
Komunikasi
Anggriansyah Munggaran
Keuangan Farid Rasyidi
Program & Pendayagunaan Agus Nafi
Manager
Human Resources Rochadi Kohar
General Support Sigit Nugroho
Komunikasi Sigit Tripuruca
Funding Public Dikalustiana Rizkiputra
Program Pengentasan Kemiskinan
& Pemberdayaan Masyarakat Desa
Rahmatullah Sidik
Program Pemberdayaan Ekonomi,
Infrastruktur & Pemberdayaan
Konservasi Lingkungan
Iwan Rahmat
46
Program Pengentasan
Pengangguran & Pemberdayaan
Pemuda Produktif
Machrus Ali
Program Penanggulangan Bencana
& Jaringan Relawan
Suryamin
Kepala Sekretaris Program Nurli Laelasari
Kepala Perwakilan
D.I Yogyakarta Sujarwo
Jawa Tengah Rayan Asa Luminaris
Jawa Timur Aditya Kusuma
Sumber : Bapak Rochadi Kohar selaku Manager Human Resources
b. Struktur Organisasi Program
Sedangkan untuk struktur organisasi program layanan menuju
mandiri adalah sebagai berikut:
Dalam Management
Divisi Program APU
Relawan
Diluar Management Div.
Mitra Program
General
Manager
Supervisor
Staff
Amil Kontrak
Gambar 2 struktur organisasi LAZNAS AL APU
47
c. Deskripsi Kerja
Adapun deskripsi organisasi dalam divisi program Al-Azhar
Peduli Ummat adalah sebagai berikut :
a. General Manager (GM) Program
1) Pengertian
Adalah seorang Amil tetap yang ditunjuk oleh pimpinan
management Al-Azhar Peduli Ummat untuk memimpin dan
menggerakkan unsur - unsur yang ada di divisi program agar
dapat mencapai target renstra yang telah ditetapkan oleh lembaga
dalam penyaluran dana yang dihimpun lembaga. GM hanya
dijabat oleh seorang dalam divisi program yang bertanggung
jawab dan membawahi semua Program, SDM dan segala
perlengkapan pendukung pada Divisi Program.11
2) Tugas
a) Mengawasi, memotivasi dan mengevaluasi seluruh SDM
yang ada di divisi progam
b) Merancang, memonitoring dan mengevaluasi seluruh
program yang dijalankan oleh divisi program.
c) Melakukan komunikasi dan koordinasi lintas divisi untuk
menselaraskan program dengan pimpinan management dan
divisi lain
11 Dokumen dari Standard Operational Procedure (SOP) Divisi Program Al-Azhar Peduli
Umat
48
3) Wewenang
a) Menunjuk, menempatkan, memberikan peringatan lisan, dan
Surat Peringatan kepada SDM di divisi program
b) Merekomendasikan dalam pengangkatan dan pemberhentian
SDM di divisi program kepada Manajemen Al Azhar Peduli
Ummat.
c) Membentuk struktur dan mengatur posisi SDM dalam
struktur dan hirarki divisi program sekaligus memberi
penugasan khusus kepada SDM dibawahnya
d) Membuat SOP dalam pelaksanaan kerja divisi program
e) Merancang program yang kreatif dan inovatif
f) Menetapkan anggaran program dan menganalisa mata
anggaran program yang akan dijalankan
g) Mendelegasikan kegiatan/program yang berjalan kepada
unsur – unsur atau SDM yang ada dalam divisi program
h) Menunjuk SDM yang akan menjalankan tugas pelaksanaan
atau monitoring program ke luar kota
b. Manager Program
a) Pengertian
Adalah amil tetap yang ditunjuk oleh pimpinan management
Al-Azhar Peduli Ummat untuk membantu General Manager
dalam menggerakan unsur - unsur yang ditentukan di divisi
program agar dapat mencapai target renstra yang telah ditetapkan
49
oleh lembaga dalam penyaluran dana yang dihimpun lembaga.
Dalam divisi program, Manager boleh lebih dari satu orang,
sesuai dengan kebutuhan operasional lembaga dan ditetapkan
oleh manajemen Al Azhar Peduli Ummat.12
b) Tugas
a) Mengawasi, memotivasi dan mengevaluasi SDM yang ada
dibawah garis koordinasinya di divisi progam
b) Merancang, memonitoring dan mengevaluasi program yang
dijalankan oleh divisi program.
c) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan SDM
setingkat dan GM di divisi program
c) Wewenang
a) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian SDM,
memberikan peringatan lisan, Surat Peringatan kepada SDM
dibawah koordinasinya di divisi program.
b) Mengatur posisi SDM dalam struktur dan hirarki divisi
program sekaligus memberi penugasan khusus kepada SDM
di bawahnya
c) Membuat SOP dalam pelaksanaan kerja divisi program
d) Merancang program yang kreatif dan inovatif
12 Dokumen dari Standard Operational Procedure (SOP) Divisi Program Al-Azhar Peduli
Umat
50
e) Menunjuk SDM yang akan menjalankan tugas pelaksanaan
atau monitoring program ke luar kota.
c. Supervisor
1) Pengertian
Adalah amil tetap yang ditunjuk oleh pimpinan Divisi
Program atas persetujuan Manajemen Al-Azhar Peduli Ummat
untuk menjalankan program-program dalam bidang tertentu.
Supervisor dapat terdiri dari beberapa orang sesuai dengan
kebutuhan operasional lembaga dan pengajuan supervisi yang
disetujui oleh Manajemen LAZNAS Al Azhar Peduli Ummat.13
2) Tugas
a) Mengawasi dan memotivasi SDM yang ada dibawah garis
koordinasinya
b) Merancang dan memonitoring program yang berada di bidang
dan tanggung jawabnya.
c) Bersama manajer mengevaluasi program dan SDM yang
berada didalamnya
d) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan SDM
setingkat dan pimpinan divisi program
e) Memberikan masukan dan laporan progres program berkala
3) Wewenang
13 Dokumen dari Standard Operational Procedure (SOP) Divisi Program Al-Azhar Peduli
Umat
51
a) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian SDM kepada
pimpinan divisi program
b) Membuat SOP dalam pelaksanaan kerja program di
bidangnya
c) Merancang program yang kreatif dan inovatif
d. Staff
1) Pengertian
Amil tetap yang ditugaskan untuk menjalankan satu hingga dua
program dalam suatu bidang tertentu. Staff dapat berada dibawah
Supervisor ataupun manager, disesuaikan dengan
penempatannya dalam model struktur organisasi divisi
program.14
2) Tugas
a) Melaksanakan program yang telah ditugaskan kepadanya
sesuai dengan SOP program dan instruksi pimpinannya
b) Melakukan laporan perkembangan dan laporan keuangan
pelaksanaan program secara berkala kepada pimpinannya
3) Wewenang
a) Mengajukan anggaran operasional lapangan program kepada
pimpinannya
14 Dokumen dari Standard Operational Procedure (SOP) Divisi Program Al-Azhar Peduli
Umat
52
b) Melaksanakan kegiatan atau program sesuai SOP dan
menyalurkan dana program tepat sasaran sesuai dengan
ketentuan.
e. Amil Kontrak
1) Pengertian
Orang diluar Amil tetap yang ditugaskan untuk menjalankan
program tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan pula. Amil
kontrak masih dalam management divisi program dan ditetapkan
masa kontraknya sesuai peraturan kepegawaian Management Al
Azhar Peduli Ummat.15
2) Tugas
Ditentukan sesuai dengan program yang telah dituliskan dalam
surat kontrak kerja.
3) Wewenang
Ditentukan oleh surat kontrak kerja yang disepakati bersama.
f. Relawan Program
1) Pengertian
Orang diluar Amil tetap atau amil kontrak yang ditugaskan untuk
menjalankan program tertentu dalam jangka waktu dan lokasi
yang ditentukan pula. Relawan Program berada diluar
management divisi program dan ditetapkan masa kontraknya.
15 Dokumen dari Standard Operational Procedure (SOP) Divisi Program Al-Azhar Peduli
Umat
53
Kontrol aktivitas dan koordinasi dibawah management program,
dan bertanggung jawab kepada SDM setingkat supervisor keatas.
2) Tugas
Ditentukan sesuai dengan kegiatan/program yang telah dituliskan
dalam surat kontrak kerja.
3) Wewenang
Sama dengan tugasnya, wewenang relawan orogram pun
ditentukan oleh surat kontrak kerja yang disepakati bersama.
g. Mitra Program
1) Pengertian
Adalah lembaga atau perorangan diluar Amil tetap atau amil
kontrak yang bekerja sama untuk menjalankan program tertentu
dalam jangka waktu tertentu di lokasi lembaga atau perorangan
itu berada. Mitra Program berada diluar management divisi
program dan ditetapkan masa kontraknya. Kontrol aktivitas dan
koordinasi dibawah management program, dan bertanggung
jawab kepada SDM setingkat Supervisor ke atas.
2) Tugas
Tugas mitra program ditentukan sesuai dengan kegiatan/program
yang telah dituliskan dalam surat kontrak kerja atau MoU.
54
3) Wewenang
Sama dengan tugasnya, wewenang mitra program pun ditentukan
oleh Surat kontrak Kerja atau MoU yang disepakati bersama.16
B. Program Layanan Menuju Mandiri
1. Deskripsi Program Layanan Menuju Mandiri
Program layanan menuju mandiri adalah salah satu unit program
LAZNAS Al-Azhar Peduli Ummat yang memfokuskan aktifitasnya
pada bantuan kebutuhan dasarnya pada sektor pendidikan, kesehatan,
keagamaan dan kesejahteraan untuk asnaf zakat di seluruh Indonesia.17
Program layanan menuju mandiri ini program dari cikal bakal
lahirnya program-program LAZNAS APU yang lain. Maka dari itu,
kiprahnya pada lembaga ini sangatlah besar, dengan mengoptimalkan
segenap potensi sumber daya dan nilai-nilai kearifan lokal serta sesuai
kaidah demi tercapainya masyarakat yang lebih sejahtera. Program
layanan menuju mandiri hingga pada akhirnya pada tahun 2015 terdapat
penerima manfaat program sebanyak 35.516 orang melalui program
layanan menuju mandiri, layanan jenazah gratis, layanan kesehatan,
layanan program beasiswa, bimbingan ibadah dan lain sebagainya.
2. Nilai Kerja
Nilai kerja merupakan hal penting bagi LAZNAS APU menerapkan
nilai-nilai kerja yang berkaitan dengan lingkup sebagai lembaga
16 Dokumen dari Standard Operational Procedure (SOP) Divisi Program Al-Azhar Peduli Umat 17 Wawancara pribadi dengan pa Beni selaku Head Program of Layanan Menuju Mandiri
55
filanthropi Islam yang terdiri dari bertaqwa, inspiring, peduli, kreatif
dan produktif, serta sinergi dan kemitraan.18
3. Budaya Kerja
Nilai dan budaya suatu kesatuan yang tidak dipisahkan satu sama lain,
begitu juga dengan LAZNAS APU yang memiliki keduanya. Budaya
kerja divisi program ialah sebagai berikut:
a. Menunaikan sholat dhuha dan do’a bersama setiap pagi sebelum
aktivitas sebagai amil dimulai.
b. Amanah dan Profesional.
c. Menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap amil sebelum meminta
pada masyarakat.
d. Tegas dalam prinsip dan egaliter dalam membangun hubungan.
e. Independen dan tidak berpihak pada kelompok atau partai politik
tertentu.
18 SOP Divisi Program Al-Azhar Peduli Ummat yang dibuat oleh Bapak Anwar Sani
56
BAB IV
ANALISIS EVALUASI TERHADAP PROGRAM LAYANAN MENUJU
MANDIRI
Pada analisis evaluasi program layanan menuju mandiri , penulis melakukan
sistem evaluasi berdasarkan tiga indikator yaitu evaluation input (evaluasi
masukan), evaluation process (evaluasi proses) dan evaluation output (evaluasi
hasil). Setiap indikator evaluasi memiliki sub didalamnya yang menjadi titik
penilaian penulis.
Evaluation Input merupakan analisis penilain melalui konteks yang dilihat
dari Sumber Daya Manusia atau pada dunia zakat disebut dengan amil untuk
LAZNAS APU yaitu pegawainya Allah SWT, anggaran dana yaitu sistem yang
digunakan dalam menyusun dana untuk kegiatan peyaluran pada mustahik pada
program layanan menuju mandiri, dan terakhir merupakan sarana prasarana yang
disediakan lembaga untuk program layanan menuju mandiri.
Evaluation process merupakan analisis yang subnya terdiri dari proses
pelaksanaan program layanan menuju mandiri dan hambatan serta yang menjadi
pelaksanaan selama program berjalan.
Evaluation output merupakan analisis yang terdiri tiga sub bagian yaitu
pencapaian program selama tahun 2016, dampak yang terjadi setelah pelaksanaan
program dari sisi positif, dan keberlangsungan program layanan menuju mandiri.
57
A. Evaluation Input
Mengenai evaluation input ini penulis melakukan wawancara hasil
pengamatan dengan tiga indikator yaitu SDM (Sumber Daya Manusia),
keuangan program dan sarana prasarana.
1. Sumber Daya Manusia
SDM pada program layanan menuju mandiri ialah amil-amil yang
mengelola penyaluran dana. Amil program layanan menuju mandiri
terbagi menjadi dua yaitu surveyor dan konselor. Surveyor dan konselor
ini memiliki kriteria masing-masing, yaitu sebagai berikut:
1 Bersumber dari Bapak Sigit selaku pimpinan LAZNAS APU pada tanggal 15 mei 2017 pada
acara training relawan Ramadhan 1438 H
Surveyor Konselor
Menjadikan dirinya sebagai
amil dari panggilan jiwa
Menjadikan dirinya sebagai amil
dari panggilan jiwa
Konsisten untuk mengentaskan
kemiskinan yang tinggi
Konsisten untuk mengentaskan
kemiskinan yang tinggi
Mempunyai integritas yang
tinggi
Mempunyai integritas tinggi
Memiliki kredibilitas yang
tinggi
Memiliki kredibilitas yang tinggi1
Mampu mengendarai motor dan
memiliki SIM (Surat Ijin
Mengemudi)
Komunikatif
58
Tabel 1. Tabel Hasil Wawancara Via Whatsapp
Sedangkan jika dilihat menurut teori kualitas sumber daya manusia
dapat diketahui indikator SDM ialah sebagai berikut:3
a) Taat menjalankan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, serta toleransi yang tinggi dalam kehidupan.
b) Memiliki semangat yang tinggi dan kejuangan yang tangguh, baik
sebagai individu maupun sebagai masyarakat.
c) Jujur yang dilandasi kesamaan antara pikiran, perkataan dan perbuatan
serta tanggung jawab yang dipikulnya.
2 Wawancara dengan Bapak Beni via chat what’s up pada tanggal 9 April 2017, pada pukul
19.00 wib 3 Danim, Transformasi Sumber Daya Manusia. Yang bersumber dari blog jendela dunia
psikologi.http://www.psychologymania.com/2012/12/indikator-kualitas-sumber-daya-manusia.html?m=1 yang diunuh pada tanggal 19 april 2017, pukul 13.00 wib
Komunikatif
Cepat merespon keadaan atau
situasi
Gesit
Tanggap dalam mengatasi
masalah
Tau jalan Jabodetabek Peka dengan keadaan sekitar
Memiliki jiwa sosial tinggi Mampu motivasi mustahik
Mampu menguasai ilmi tentang
ZIS (Zakat, Infaq dan
Shadaqah)
Mampu menguasai ilmi tentang
ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah)
Pendidikan
SMA/SLTA/MA/Sederajat
Berjiwa sosial yang tinggi2
59
d) Lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
e) Memiliki semangat motivasi, etos kerja dan produktivitas.
f) Berjiwa besar dan berpikir positif dalam menghadapi masalah.
g) Memiliki sifat keterbukaan yang dilandasi rasa tanggung jawab bagi
kepentingan bangsa.
h) pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
i) Memiliki ketingkatan ragam dan kualitas pendidikan serta keterampilan
yang relevan dengan memperhatikan dinamika lapangan kerja baik yang
tersedia ditingkat lokal, nasional maupun internasional
j) Memiliki penguasaan bahasa, meliputi bahasa nasioal, bahasa ibu
(daerah) dan sekurang-kurangnya satu bahasa asing
k) Memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang ilmu pengetahuan
dan teknologi informasi dan komunikasi
l) Memiliki kesehatan yang baik serta kesegaran jasmani
m) Tingkat hidup yang layak
Kualitas amil program layanan menuju mandiri menurut penelitian
penulis sudah sangat memadai karena adanya kesesuaian antara teori SDM
dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yaitu pada program layanan
menuju mandiri.
Menjadi seorang amil merupakan panggilan jiwa dan rasa semangat
untuk mengentaskan kemiskinan itulah yang menjadikan amil LAZNAS
APU sesuai dengan teori kualitas sumber daya manusia seperti yang telah
dikemukakan penulis diatas.
60
Sedangkan dari segi kuantitas, kenyataan yang terjadi dilapangan tidak
sesuai dengan SOP program layanan menuju mandiri sehingga itu memicu
complained diantara pada amil layanan menuju mandiri. Berikut kutipan
wawancara mengenai kuantitas amil:
“Kalau sekarang ini PLMM ada dua SDM dengan Surveyor satu dan
Konselor satu, harusnya idealnya si tiga orang di strukturnya kan ada 3,
malahan kemaren 4 orang. Karena ada redaksi yah dari pihak SDM atau
HRD dijalanin apa adanya dulu aja yah walaupun idealnya 3, tapi real nya
ini hanya 2 orang dan udah berjalan selama dua bulan jadinya kita jalani
saja apa adanya mengikuti kebijakan atasan.”4Dapat diketahui bahwa
adanya kesesuaian dari segi kualitas, akan tetapi kuantitas justru sebaliknya.
2. Keuangan Program
Keuangan merupakan hal yang vital dalam sebuah lembaga,
khususnya lembaga yang bergerak dibidang sosial. Begitu juga,
program layanan menuju mandiri memiliki sistem keuangan yang sudah
teratur dan memumpuni menjadi lembaga yang nasional.5
1) Mekanisme Pengajuan Permohonan Dana (PPD)
Pengajuan Permohonan Dana (PPD) adalah mekanisme
pengajuan dana untuk kegiatan / program yang akan dilakukan dan
telah disetujui oleh Manager atau GM Program. Format PPD telah
dibuat baku oleh Divisi kelembagaan yang dibuat oleh setingkat
4 Wawancara dengan Bapa Beni selaku kepala program layanan menuju mandiri 5 SOP Divisi Program
61
staff ke atas sesuai nilai kegiatan/program tersebut. Pemeriksaan
dilakukan oleh Manager atau GM sesuai dengan nilai kegiatan atau
program yang akan diajukan.
2) Sistem Reimburse/ klaim keuangan
Reimburse/klaim keuangan adalah pengajuan dana dari kegiatan
yang telah dilakukan oleh Amil. Reimburse/klaim dapat dilakukan
bila :
a. Ada persetujuan dari pemegang keuangan atau Manager atau
GM jika operasional dibawah Rp. 500.000; lalu Staff
Keuangan akan membuat PPD terkait hal tersebut. Program
bantuan langsung untuk mustahik akan dialihkan ke program
Menuju Mandiri.
b. Ada bukti transaksi dan nota yang jelas.
3) Laporan Keuangan kegiatan atau program
Laporan Keuangan dibuat oleh penanggung jawab pelaksana
program dan dilaporkan kepada staff keuangan program. Setelah
diverifikasi laporan maka staff keuangan membuat lampiran
laporan program yang diketahui oleh Manager dan disetujui GM
Program untuk dilaporkan kepada Divisi Keuangan.
Laporan keuangan paling lambat dilaporkan kepada staff
keuangan terhitung 10 hari dari akhir pelaksanaan program atau
priode program tertentu.6
6 Standar Operasional Divisi Program LAZNAS APU
62
Selain mendapatkan data diatas, penulis melakukan
wawancara dengan kepala program layanan menuju mandiri
sebagai penguat pernyataan penulis, berikut kutipan
wawancaranya.
“Dana layanan menuju mandiri dalam 1 bulan dua kali
menerima dana dari keuangan. Misalnya, Program tahun ini
berjalan triwulan yaitu januari, februari, dan maret. Jadi, januari
1 januari 2, februari 1 februari 2 dan maret 1 serta maret 2 dengan
2 kali pencairan dana. Sekali dikucurkan dana oleh keuangan itu
sebesar 50 jt untuk satu bulan. Setiap bulan diasumsikan
penerima manfaat kurang lebih 200 mustahik. Kalau
dikalkulasikan nominal 1 mustahik 500 ribu dikalikan 200 orang
itu sdh 100 juta kan.”7
3. Sarana Prasarana
Mengenai sarana prasarana ini penulis memperoleh data dari hasil
wawancara dengan narasumber terkait. Berikut kutipan wawancaranya
“kalau untuk sarana dan prasarana nya masih banyak kekurangan
terutama masalah ruangan untuk pelayanan dengan ukuran 3x3 meter
untuk ruangan pelayanan kan kurang memadai dengan space yang cuma
untuk satu orang konselor, satu orang surveyor dan satu orang mustahik
yang mengajukan dana. Tempat layanan ini ga memungkinkan mba
7 Wawancara dengan Bapak Beni selaku kepala program layanan menuju mandiri, Pada 3
april 2017, pukul 15.00 wib
63
karena keterbatasan yang tidak nyaman dan idealnya juga kita
melayanai 4 sampe 5 orang dalam satu ruangan, tetapi dengan
ketebatasan ruangan ini jadi mustahik pada ngantri.”8
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui dilihat dari sarana
prasarana program layanan menuju mandiri belum memadai, akan
dengan kinerja kerja yang baik dari para amil PLMM ini bukanlah jadi
penghambat mereka dalam melayani para mustahik.
Sedangkan jika dilihat dari teori sebuah fasilitas program yang baik
dan benar ialah harus memenuhi kriteria berikut jika dilihat dari sarana
prasaranya:
a) Sarana prasarana utama yaitu ada bangunan yang cukup, ruangan yang
memadai untuk proses kegiatan, pengurus kegiatan tersebut, ruang
konseling, tempat beribadah berupa masjid atau musholla, dan kamar
mandi yang bersih dan rapih
b) Sarana prasarana pendukung yaitu perabot, media elektronik, buku-
buku bacaab atau ilmu, teknologi, informasi dan komunikasi.9
Dari data-data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sarana dan
prasarana untuk program layanan menuju mandiri masih belum memadai
sedang menjadi tahap proses perbaikan, dan sarana prasarana ini pula yang
menjadi salah satu hambatan dari internal untuk program layanan menuju
8 Wawancara dengan Bapak Beni selaku kepala program layanan menuju mandiri 9 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007, yang
diakses melalui blog milik Amril Muhammad dengan sumber http://amrilmpunj.bloghspot.co.id/2008/10/standar-sarana-dan-prasarana.html?m=1yang diakses pada tanggal 20 april 2017
64
mandiri.akan tetapi dari segi keuangan program sudah mengikuti standar
yang ditentukan oleh SOP. Namun sumber daya manusia pada program ini
terjadi tumpang tindih antara kerjaan dengan amil yang menjalaninya, tetapi
mereka menjalankannya dengan penuh keikhlasan sebagai pegawai Allah.
B. Evaluation Process
Dalam hal ini penulis melakukan evaluasi proses pelaksanaan program dan
hambatan serta dukungan program.
A. Proses Pelaksanaan Program
Program layanan menuju mandiri dilihat dari pelaksanaan program
sudah sistematis dalam satuan sebuah SOP (Standar Operasional).
Berikut merupakan flowchat dalam mekanisme pelaksanaan program
Layanana Menuju mandiri.10 Proses pelaksanaan program tersebut
berupa flowchart pada SOP (Standar Operasional Prosedur Menuju
Mandiri) akan penulis lampirkan pada lampira-lampiran.
Selain SOP yang dimiliki program ini juga mengadakan evaluasi
yang rutin dilakukan periodenya, penulis mendapatkan dari dari hasil
wawancara berikut kutipan wawancaranya:
1) Evaluasi diadakan 2 minggu sekali yaitu untuk membahas masalah-
masalah yang terjadi atau penyimpangan dari internal ataupun
eksternal program.
10 Data berupa alur program layanan menuju mandiri diperoleh Bapak Nizhom selaku Kepala
Program Indonesia Gemilang yang di kirim melalui email pada tanggal 17 maret 2017
65
2) Evaluasi yang di adakan satu bulan sekali yaitu untuk membahas
keberlangsungan atau rencana-rencana kedepan sebuah program ini
sertaakan membahas kendala-kendala kondisional yang dihadapi
selama satu bulan belakang
3) Evaluasi yang di adakan 1 tahun sekali yaitu untuk membahas secara
rinci dari mulai kendala-kendala, masalah di lapangan, intervensi,
keefektivan dan kefesiensian program, serta planning untuk program
selama setahun kedepan.11
B. Hambatan dan Dukungan Program
Hambatan dan dukungan merupakan hal yang selalu terjadi dalam
sebuah program, baik itu dari pihak internal ataupun eksternal. Program
layanan menuju mandiri pun tidak lepas dari hambatan dan dukungan.
1. Hambatan Program
a. Mustahik
Program layanan menuju mandiri hambatan atau kendala yang
sering di jumpai ialah dari para mustahik ketika mengajukan
permohonan dana, wawancara dengan konselor hingga
penyaluran bantuan kepada penerima manfaat.
b. Sistem Manajemen atau Informatika
Selain dari lingkup mustahik hambatan yang lain ialah dari
sistem manajemen masih berbasis manual belom berbasis IT,
dengan sistem yang masih manual ini menghambat lajunya
11 Wawancara dengan Bapak Beni selaku Kepala Program Layanan Menuju Mandiri
66
pelayanan untuk mustahik karena tentu mustahik akan
menunggu lama dan sering terjadinya hilangnya data dari buku.
Pernyataan ini penulis perkuat dengan melakukan
wawancara kepala kepala program layanan menuju mandiri.
Berikut kutipan wawancaranya:
“Secara umum belum terintegrasi sistem yang ada di
program , jadi di program ini ada satu sistem yang di biakan gitu.
Nah, kalau di fundraising sudah menggunakan sistem semua
nanti di Layanan Mandiri, Indonesia Gemilang ataupun bagian
pemberdayaan recananya semua itu ada satu sistem di program
sudang berbasis IT. Jadi selama ini cuma unit-unit fundraising
aja tapi untuk di layanan menuju mandiri ini belum terpenuhi
jadi kalau ada mustahik dateng masih menggunakan sistem
manual paling tulis- aja, nanti dilaporkan pihak atas untuk
pelaporan pengajuan dana.”12
Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui hambatan
utama ialah sistem yang masih maual dalam menyimpan data
mustahik karena dampak ini megakibatkan antrian panjang dan
memicu hilangnya data para mustahik.
12 Wawancara dengan Bapak Beni selaku kepala program layanan menuju mandiri
67
c. Adanya Kesenjangan antara pihak atasan dengan bawahan
Kesenjangan disini ini maksudnya terjadi kurang
komunikasi antara pihak TopManager, Middle manager dan
Lower Manager.
Pernyataan ini diperkuat juga melalui wawancara dengan
kepala program Indonesia Gemilang yang pernah menjadi
seorang surveyor selama dua tahun di program layanan menuju
mandiri. Berikut kutipan wawancaranya:
“ehm ... ini terkait masalah internal yah jadi harus hati-hati
juga ngomongnya. Point penting dalam penghambatnya si itu
kaya banyak intruksi dari pimpinan yang tidak sesuai dengan
prosedur dan sumber dana yang juga terbatas. Karena mustahik
itu kan jauh lebih banyak dari muzakki. Kegiatan operasional,
asset semua kan menggunakan dana zakat. Maka dari itu kalau
muzaki nya jauh lebih banyak kan justru kita enak
menyelesaikan masalah sampai tuntas, tapi kalau sebaliknya
justru kita harus jeli dalam memilah mustahik yang akan
dibentu,karena semua mustahik juga maunya kami ya
dibantu.”13
2. Dukungan Program
Program layanan menuju mandiri ini memiliki dukungan
yang kuat dari pihak eksternalnya terutama para amil-amil di di
13 Wawancara dengan Bapak Nizhom selaku kepala program indonesia gemilang
68
LAZNAS Al-Azhar ini secara umumnya saling mendukung,
memotivasi dan memberikan masukan satu sama lain. Dukungan
inilah yang membuat mereka melupakan segala permasalahan
yang di alami baik dari internal ataupun eksternal.
Pernyataan penulis ini diperkuat melalui wawancara dengan
kepala program. Berikut kutipan wawancaranya.
“jadi ginih yul kalau dikita tidak ada yang namanya
individualis, tapi semua amil saling support, memotivasi atau
membantu satu sama lain. Semua amil juga tidak hanya tau
kerjanya sendiri tapi semua amil memahami kerjaaan misalnya
anak program tau kerjaan anak fundraising begitupun sebaliknya
juga. Makannya nanti kamu jangan heran ketika lebaran anak-
anak program banyak yang terjun langsung menjadi relawan
yang berkeliaran untuk jemput zakat juga. Kalau di kita mah yul
saling terintegrasi satu sama lain, menanggap bahwa kita ini
seperti restaurant misalnya dari anak-anak empowering contoh
empowering itu koki, nah fundraising itu pelayannya, temen-
temen keuangan sudah jelas sebagai kasir, kelembagaannya kita
ini yang mempunyai sarana, prasarana dan fasilitas nah
pelanggannya tentu muzakki dan mustahik jadi kita ibaratkan
koki memang harus saling support dan berperan.”14
14 Wawancara dengan Bapak Nizhom kepala program layanan menuju mandiri
69
Dari data-data diatas dapat ditarik kesimpulan oleh mustahik
bahwa balancenya LAZNAS Al-Azhar ini merupakan kunci
kesuksesan mereka. Sumber daya manusia lah menjadikan
mereka amil yang mengharapkan Ridho Allah semata dalam
mengemban amanat ummat.
Evaluation Process
Hambatan Program Dukungan Program
Sistem yang masih
berstandar manual
Internal:
- Kerjasama yang tinggi
- Koordinator yang baik
- Saling mendukung satu
sama lain
- Tenggang rasa yang
tinggi
- Saling mengevaluasi
antara amil
Intruksi pihak top manager
sepihak
Eksternal
- Semangat para
mustahik
- Jiwa sosial tinggi yang
dimiliki setiap amil
program
Kurangnya musyawarah
dalam mengambil
keputusna
Sarana prasarana kurang
memadai
70
Mustahik yanng
menyimpang
Hambatan mengenai sistem
absen
Kurangnya standar
kuantitas sumber daya
manusia yang diatur untuk
setiap program
Tabel 2. Evaluasi Proses bagian hambatan dan dukungan program
C. Evaluastion Output
Evaluation Output merupakan akar summative evaluation yaitu
proses evaluasi yang menekankan pada keluaran yang menjadi objek
evaluasi. Pada evaluation output ini penulis akan memfokuskan
penelitian program layanan menuju mandiri dengan menganalisis kurun
waktu satu tahun yaitu pada tahun 2016.
Evaluation output atau evaluasi sumatif ini terdiri dari beberapa
indikator yaitu pencapaian program, pencapaian mustahik, dampak
program dan keberlangsungan nya program.
1. Pencapaian
Dalam pencapaian tujuan ini terbagi menjadi dua yaitu
pencapaian tujuan dari segi kegiatan program dan pencapaian
program dari segi mustahik.
71
a. Pencapain dari segi Program
Pencapaian program akar dari evaluasi yang dilakukan
penulis dengan dilihatnya pencapaian ini dapat diketahui apakah
program tersebut sesuai dengan tujuan yang direncakan sejak
awal.
Pencapaian program dapat diketahui dari hasil yang dicapai
setelah program berjalan, setelah dilakukan penelitian dapat
diketahui bahwa program layanan menuju mandiri walaupun
dari segi penyusunan tujuan kurang terakomodir dengan baik
karena dalam pembetukannyapun insidental programe dan
dalam intervensi charity needs. Walaupun demikian
pencapaiannya sudah melampaui harapan.
Terbukti pada tahun 2016 LAZ APU resmi menjadi
Lembaga Amil Zakat berstandar Nasional yang diberikan
kepada Kementrian Agama pada bulan Juni. Selain itu sudah
berhasil memiliki positioning yang baik dalam program
pemberdayaan khususnya sektor ekonomi dan juga dianggap
sebagai lembaga yang memiliki manajemen baik 15 serta
dilibatkannya pula LAZNAS APU oleh DPBS-OJK (Otoritas
Jasa Keuangan) dalam penyusunan Buku Panduan Perbankan
Syari’ah Untuk Pertanian Organik, Penyusunan Manajemen
Risiko Pengelolaan Zakat oleh DKES-BI (Bank Indonesia) dan
15 YPI Al-Azhar, Warta Al-Azhar, (Jakarta: Warta Al-Azhar digital), edisi 286, h. 16
72
Model Laboratorium Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa
oleh IPSK-LIPI.
Pencapaian program layanan menuju mandiri selain diatas
pada tahun 2016 berhasil membuat sebuah program yang sangat
brilliant yaitu Program Asrama Salsabila.
Program asrama salsabila adalah program khsuus pembinaan
siswi SMA/MA kelas 3/12. Program ini dirancang secara
sistematis untuk menjadi model pembinaan siswa SMA Kelas 3
yang nantinya diharapkan tidak hnaya menjadi siswa yang
sekedar lulus, namun juga memiliki keterampilan dalam
beberapa bidang yang menunjang masa depan mereka. Siswi
salsabila juga didorong untuk memiliki RoadMap kehidupan
yang jelas dan senantiasa menjadi insan yang bertaqwa,
berakhlaq mulia serta terampil.16
Selain pencapaian diatas, terdapat beberapa pencapaian yang
sudah dilakukan program layanan menuju mandiri. Pada
pencapaian ini penulis mendapatkan data wawancara dari kepala
program LAZNAS Al-Azhar. Berikut kutipan wawancara
penulis:
“LAZNAS Al-Azhar ini mempunyai sistem yaitu potential
assesment jadi kami menggali potensi yang ada di masyarakat,
tidak serta merta hanya memberikan dana saja. Khusunya dari
16 YPI Al-Azhar, Warta Al-Azhar, h. 14
73
porgram lyanan menuju mandiri yang menjadikan sumber daya
manusia adalah hal yang paling utama atau dominan dengan
menekankan sumber uang dan menggantikannya dengan
kemampuan yang di mimiliki masyarakat. Pencapaiannya yang
paling menorehkan sebuah kegemilangan adalah membuat
tenaga hydro di pedesaan dengan menggali potential assesment
masyarakat. Selain itu, pada program layanan menuju mandiri
ini, banyak yang mengajukan beasiswa nah beasiswa kami itu
bukan untuk anak-anak yang berengking atau berperingkat atau
juga yang berprestasi tapi kami justru memberikan beasiswa
untuk kalangan menengah kebawah atau kalangan dhuafa karena
mereka itu orang yang paling layak atau utama untuk dibantu
misalnya anak kelas 3 itu buktinya banyak yang bisa lulus
dengan nilai bagus karena apa ? mereka tidak fokus belajarnya
tidak memikirkan biaya untuk sekolah. Jadi intinya ginih yul
pencapaian program kami itu akhir dari perjuangan nanti brulah
terlihat hasilnya.”17
Dari data wawancara penulis, dapat diketahui bahwa
pencapaian perpoint bukanlah suatu hal yang penting bagi
LAZNAS Al-Azhar tetapi kualitas dari sebuah programlah yang
17 Wawancara denagn Bapak Rahmat selaku Kepala Program LAZNAS Al-Azhar, pada tanggal
3 april 2017, pukul 17.00 wib
74
menjadi bukti keberhasilan para amil-amil LAZNAS Al-Azhar
khususnya di program layanan menuju mandiri.
b. Pencapaian dari segi Mustahik
Pencapaian mustahik pada program layanan menuju mandiri
pada tahun 2016 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya,
namun mengalami psang surut setiap tahunnya.
Program layanan menuju mandiri dalam penyaluran bantuan
kuantitas mustahik yang meningkat tidak berpengaruh pada
program. Justru amil program berfikir jika terjadi sebuah
peningkatan kuantitas mustahik maka ketimpangan sosial
diIndonesia semakin meningkat mengingat intervensi yang
dilakukan program merupakan sistem charity atau kegawat
daruratan.
Akan tetapi, dalam implementasi program ini sangat
menekankan pada ‘ketidakbergantungan kepada lembaga’ maka
dari itu dibatasilah permohonan mustahik hanya 2x agar
tercapainya tujuan program dalam mengurangi angka
kemiskinan di Indonesia. Berikut diagram penyaluran mustahik
dari tahun 2005 sampai 2016.
75
Gambar 3. Layanan Menuju Mandiri
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa program
layanan menuju mandiri merupakan program jumlah penerima
manfaatnya terjadi pasang surut setiap tahun.18 Pada tahun 2016
ini terjadi peningkatan jumlah mustahik dari tahun sebelumnya.
Berikut penulis akan memberikan data mustahik aktif dan pasif
pada program layanan menuju mandiri.
Gambar 4. Layanan Menuju Mandiri Aktif
18 Data Mustahik MM-LJG-3G-Yatim pertahun yang dikirm oleh Bapak Beni via GoogleMail,
pada tanggal 7 april 2017
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
516 805 1,386 1,557 1,670
2,469
5,276
4,142
2,623 3,428
1,768 2,303
Layanan Menuju Mandiri
76
Gambar 5, Layanan Menuju Mandiri Pasif 2016
2. Dampak Program
Dampak program merupakan salah satu juga dari hasil
pencapaian yang dilakukan program layanan menuju mandiri.
Program layanan menuju mandiri dalam kiprahnya telah
memberikan dampak positif dari berbagai sektor yaitu ekonomi,
pendidikan, sosial hingga sektor keagamaan yang paling dominan.
Data tersebut penulis dapatkan dari hasil wawancara. Berikut
kutipan wawancara:
“Aktivitas umumnya dari mustahik atau penerima manfaat sebagai
dampak program ini. Pengaruhnya, mereka (mustahik/penerima
manfaat) akan lebih mengetahui tentang lembaga zakat yang
ternyata lembaga zakat itu tugasnya dalam melayani mustahik itu
seperti ini loh. Selain itu, paling tidak penerima manfaat ini dapat
terjamin kehidupannya dalam beraktifitas dan bekreatifitas jadi
setelah mengajukan permohonan, mereka memiliki secercah
harapan bahwa masalahnya akan dibantu. Mengenai tidak keluarnya
77
bantuan tersebut itu masalah terakhir yang penting dya ada pegangan
dan tidak merasa susah sendiri. walau dengan harapan dya tidak
beraktifitas sendiri melainkan ada lembaga penunjang yang akan
menolong dya dan membantunya.”19
Selain dampak di atas penulis juga memperkuat pernyataan
melalui wawancara dengan kepala divisi program. Berikut kutipan
wawancaranya:
“dampak atau efek dari program ini ada dua kan tidak
langsung dulu yaitu berkurangnya tindakan kriminalitas masyarakat
menengah karena kurangnya biaya hidup maka akan terhalang
dengan diberi bantuan oleh program layanan menuju mandiri. Itu
dari segi sosial masyarakat kan. Nah kalau dari segi pendidikan itu
misalnya say akasih contoh yah, kita bisa membantu secara langsung
dengan pendidikan, ada seorang mustahik nih kelas 3 harusnya kan
dya belajar tapi dya justru malah tidak fokus karena belum mendapat
no ujian. Dari sini kita dateng kesekolah terus bilang kepada pihak
sekolah bahwa ibu ini anaknya sudah di bantu dengan biaya
misalnya dari 2.800.000 menjadi setengahnya saja.” 20
Dari beberapa pernyataan di atas dapat diketahui bahwa
program layanan menju mandiri ini memiliki dampak yang sangat
besar terutama dalam bidang pendidikan. Program layanan menuju
19 Wawancara dengan Bapak Beni selaku kepala program indonesia gemilang 20 Wawancara dengan Bapak Rahmat selaku kepala divisi Program LAZNAS Al-Azhar, pada
tanggal 3 april 2017, pukul 16.00 wib
78
mandiri ini konsisten untuk menjadikan para penerima manfaat
seorang yang lebih mandiri serta yakin bahwa mereka bisa
bertransformasi menjadi lebih baik dengan mengubah status dari
mustahik menjadi muzakki.
3. Keberlangsungan Program
Mengenai keberlangsungan Program layanan menuju
mandiri merupakan program ujung tombak dari LAZNAS Al-Azhar
karena program ini pendamping dari awal berdiri hingga sekarang
ini. Sebuah lembaga filanthropi Islam seperti LAZNAS Al-Azhar
jika tidak memiliki program layanan seperti ini tentu tidak akan di
percaya oleh masyarakat nantinya. Program layanan menuju mandiri
ini akan terus berkembang dan berinovasi dalam menjalankan
program nya. Pernyataan penulis ini diperkuat melalui hasil
wawancara penulis. Berikut kutipan wawancara berikut:
“Program ini terus akan berlanjut. Kalau satu program sudah
menjadi icon suatu lembaga. Maka, program tersebut akan selalu
continue. Justru, program tersebut akan renovasi atau ada
penambahan apalagi program layanan menuju mandiri ini yang
menjadi pelayanan lembaga zakat, ketika ada suatu lembaga zakat
maka program pelayanan inilah yang menjembatani itu. Pasti
program-program pendayagunaan dana zakat itu penyaluran butuh
program pelayanan apalagi dengan berkembangnya lembaga
terutama LAZNAS Al-Azhar ini. Lembaga itu semakin lama secara
79
finansial akan mengalami kenaikan dan tentu saja program-program
nya harus banyak, kan ga mungkin kalo penghimpunannya banyak
tapi penyaluran dengan program-program sedikitt, bisa
menyebabkan penumpukan dana. Justru malah sebaliknya dari segi
sosial kemasyarakatannya bisa diberdayakan anak-anak seluruh
provinsi dengan penghimpunan yang banyak maka program-
program reguler atau tidak harus bertambah dari segi kuantitas
programnya dan juga dengan tidak mengurangi kualitas program
tersebut. Misalnya, kalau di LM kan sifatnya melayani bantuan
yang diberikan setelah itu diverifikasi di LM. Misalnya, satu
keluarga satu sarjana dan dipilih mustahik yang berpotensi akan
pendidikan yang berkualitas nanti di bina selanjutya jadi
professional lah mustahik itu dengan mengangkat derajat
keluarganya.”21
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui
keberlangsungan program layanan menuju mandiri merupakan hal
yang penting dalam menjalankan LAZNAS Al-Azhar karena
program ini sebuah pendamping yang terus berinovasi, berkreasi
dan berkreatiftas dalam menjalankan program layanan menuju
mandiri di LAZNAS Al-Azhar.
21 Wawancara dengan Bapak Beni selaku kepala program layanan menuju mandiri
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program layanan menuju mandiri dari segi evaluasi inputnya cukup
memadai. Dikatakan demikian karena SDM, Aggaran Dana dan Sarana dan
Fasilitasnya mendukung walaupun masih banyak yang perlu dilengkapi
agar program layanan menuju mandiri ini berjalan secara efektif dan
efesien.
Sedangkan dari segi evaluasi proses, program layanan menuju
mandiri tersusun secara sistematis dengan berpedoman Standar Operasional
seperti yang penulis jelaskan. Selain itu, para amil-amil program juga
melaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan.
Pada akhirnya evaluasi hasilnya pun berjalan melampaui
pencapaian-pencapaian perkiraan awal. Bukti kongkrit lain yaitu dampak
positif yang dirasakan dari program ini tersebar keseluruh elemen
masyarakat terutama para mustahik yang merasakan manfaat dari bantuan
program layanan menuju mandiri.
Program layanan menuju mandiri merupakan program pendukung
visi LAZNAS Al-Azhar yaitu bahagia bersama dalam mengentaskan
kemiskinan di Indonesia.
82
B. Saran
Saran penulis bukan merupakan kritik mendalam. Akan tetapi hanya
sekedar pendapat untuk LAZNAS Al-Azhar dan terkhusus untuk program
layanan menuju mandiri sebagai objek penelitian penulis.
1. Teruntuk LAZNAS Al-Azhar saran penulis agar lebih ditingkatkan
transparansi terhadap sesama amil terutama dari top manager dengan
low manager
2. Sistem yang lebih ditingkatkan lagi dari manual hingga berbasis IT
3. Sumber daya manusia agar lebih ditingkatkan baik itu kuantitas ataupun
kualitas
4. Anggaran dan target jumlah mustahik agar sebanding keduanya tidak
tumpang tindih
5. Evaluasi yang diadakan sleuruh amil dari top manager, middle manager
sampai lower manager untuk menghindari keputusan sepihak.
83
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku
Syafi’i, A Ma’arif dkk. Islam, Good Governance, dan Pengentasan
Kemiskinan, Kebijakan Pemerintah, Kiprah Kelompok Islam, dan
Potret Gerakan Inisiatif Di Tingkat Lokal. (Jakarta: MAARIF
Institute for Culture and Humanity, 2007)
Strauss ,Anselm dan Corbin, Juliet, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif
(Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi data). (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, April 2015), Cetakan keempat
Anwar, Sani Muhammad, Jurus Menghimpun Fulus, (Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010)
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
April 2013), cetakan kelima
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi),
(Jakarta: PT Bumi Aksara, oktober 2002), edisis revisi, cetakan
ketiga
Arikunto, Suharsimi, Evaluasi Program Pendidikan, (jakarta: bumi aksara,
november 2008), edisis ke 2, cetakan kesatu
Badrujaman, Aip, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan
Konsellinng, (Jakarta : PT Indeks, 2011), cetakan pertama
Hafidhuddin, Diddin, Membangun peradaban Zakat (Meniti Jalan
Kegemilangan Zakat.). (Divisi Peblikasi Institut Peran dan upaya
Zakat, Januari:2007), Cetakan Pertama
Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan. (Yogyakarta: Bina
aksara, Agustus 1988)
84
Echols ,John dan Sadiri Hasan, Kamus Bahasa Inggris-indonesia, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, Februari 2003), cetakan ketujuhbelas
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta:
Rajawali Press, 2010)
Fahmi, Irham, Manajemen Teori, Kasus dan sosial, (CV Alfabeta, agustus
2012)
Gray, Clivey, Pengantar Evaluasi Proyek, (Jakarta: PT Gramedia, 1985)
Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem, (Jakarta : PT Bumi Aksara, November 2004), cetakan ketiga
Hasan, Hamid, Evaluasi Kurikulum. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2008), cetakan kesatu
Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2012), cetakan ketiga
Zurinal, Z dan Sayuti Wahdi, Ilmu Pendidikan pengantar dan dasar-dasar
pelaksanaan pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, Desember
2006), cetakan kesatu
Yafie, Ali, Problematika Zakat Kontemporer, (Jakarta: Forum zakat, April
2004/Shafar 1424 M), cetakan kesatu
Kusnawan, Aep dan Sy Firdaus Aep, Manajemen pelatihan Dakwah.
(Jakarta: PT Rineka Cipta, Agustus 2009) cetakan kesatu
Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset, Oktober 2010), cetakan kedua puluh delapan
Munir, dan Ilaihi Wahyu, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, Februari 2006), edisi kesatu, cetakan kesatu
85
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran (mengembangkan standar
kompetensi guru), (bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
Oktober 2013), cetakan kesepuluh
Mardikanto, Totok dan Soebianto Poerwoko, Pemberdayaan Masyarakat,(
Bandung : PT Alfabeta, Agustus 2013), cetakan kedua (edisi revisi)
Farid, Mashudi, Pedoman Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling,
(Yogyakarta: PT Diva Press, oktober 2015). Cetakan kesatu
Hidayat, Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan
Kualitatif (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet kesatu
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2009), edisi kesatu, cetakan kedua
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta:PT
Fajar Interpretama, September 2008), cetakan kesatu
Sarosa Samiaji, Penelitian Kualitatif (dasar-dasar), (Jakarta Pusat: PT
Indeks, 2012)
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapa. (Jakarta : Rineka Cipta, 2005)
Soetomo, Strategi-strategi Pengembangan Masyarakat. (Yogyakarta:
Pustakan Pelajar, November 2006), cetakan kesatu
Sofyan, Ahmad, Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: UIN Jakarta Press 2006), cetakan kesatu
Sony, Yuwono dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard
Menuju Organisasi yang Berfokus Kepada Strategi, (Jakarta: PT
Gramedia pustaka Utama, 2003)
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada 2011), cetakan kesebelas
86
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen. (Bandung: Alfabeta, Februari
2014), cetakan kedua
Suherman, Eman, Manajemen Masjid,(Bandung: Alfabeta, 2012)
Sukardi ,Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, April 2008), cetakan kedua
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dna Operasionalnya. (Jakarta : PT
Bumi Aksara 2009) Cetakan ketiga
Yusuf, Muhammad al-Qardawy. Konsemsi Islam dalam Mengentas
Kemiskinan, Terj. Umar Fanany, (Surabaya: PT. Bina Ilmu)
Tayibnafis, Yusuf Farida, Evaluasi Program. (Jakarta: PT Rineka Cipta,
September 2000), cetakan kesatu
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis
integrasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), edisi kesatu
Hamzah Uno, B dan Koni Satria, Assesment Pembelajaran (salah satu
bagian dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat
diabaikan adalah pelaksanaan penilaian), (Jakarta: PT Bumi
Aksara, Juli 2013), edisi kesatu, cetakan ketiga
Widodo, Eko Suparno, Manajemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia.(Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar, Februari 2015), Cetakan
kesatu
Zakiyudin, Ais, Teori dan Praktek Manajemen sebuah konsep yang
aplikatif disertai profil wirausaha sukses, (jakarta : Mitra Wacana
Media, 2013)
B. WEBSITE
Danim, Transformasi Sumber Daya Manusia yang bersumber dari blog
jendeladuniapsikologi.http://www.psychologymania.com/2012/12/indikato
87
rkualitassumber daya-manusia.html?m=1 yang diunuh pada tanggal 19 april
2017, pukul 13.00 wib
Http://alazharpeduli.com/kisah/tasyakuran-milad-ke-12-lazalazhartumbuh-
sesuai-kaidah/ 24 maret 2017 yang di unduh pada tanggal 23 maret 2017,
pukul 11.30
Http://khazanah.republika.co.id/berita/duniaislam/wakaf/16/09/02/ocv99q
313-laznas-alazhar-membangun-indonesia-dari-desa, yang di unduh pada
tangga 24 maret 2017 pukul 09.00 wib
Https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anggaran pada tanggal 20 april 2017,pukul
11.04
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2007, yang diakses melalui blog milik Amril Muhammad dengan
sumberhttp://amrilmpunj.bloghspot.co.id/2008/10/standarsaranadanprasara
na.html?m=1 yang diakses pada tanggal 20 april 2017
W ebsite resmi Al-Azhar Peduli Umat http://alazharpeduli.com/zakat-pride,
pada tanggal 13 maret 2016
C. DOKUMEN RESMI LAZNAS AL-AZHAR
Anual Report 2009-2010, Al-Azhar Peduli Ummat dan Company profile
Bulletin-Bulletin yang di keluarkan LAZNAS Al-Azhar Peduli Ummat
Data Mustahik MM-LJG-3G-Yatim pertahun yang dikirim oleh Bapak Beni
via GoogleMail, pada tanggal l 7 april 2017
Dokumen Standard Operational Procedure (SOP) Divisi Program
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA DENGAN NARASUMBER
A. NARASUMBER PERTAMA
Nama : Bapak Beni
Jabatan : Kepala Program Layanan Menuju Mandiri
Tanggal : 3 April 2017
Pukul : 14:00 s/d selesai
1. Visi dan Misi Program
Apakah program layanan menuju mandiri memiliki visi dan misi
sendiri? Kalau secara khusus layanan menuju mandiri ini merujuk kepada
visi misi lembaga dengan visi menjadi lembaga terdepan dalam hal
pemberdayaan, sedangkan misisnya menjadi lembaga profesional, amanah
dan dipercaya. Nah kalau LM itu lebih kepada pelayanan yang berupaya
unuk mengurangi angka kemiskinan bagaimana mustahik bisa menjadi
mandiri kemudian jadi mandirinya mereka berkembang menjadi muzakki
dan mnjadi produktif.
2. Sejarah dan Latar Belakang
Mengenai sejarah dan latar belakang, bagaimana berdirinya Program
Layanan Menuju Mandiri ini? Waktu pertama kali APU berdiri tahun
2004 yah bulan desember. Lembaga zakat manapun program pertamanya
pasti Layanan untuk Mustahik, kenapa layanan mustahik karena lembaga
zakat dan begitu keluar Surat Keputusan dari YPI Al-Azhar langsung dibuat
layanan mustahik oleh APU yang tujuannya begitu keluar dana zakat itu
langsung bisa disalurkan kepada mustahik dan dirasakan mereka karena
dana penyaluran ini murni dari dana zakat. Setelah dalam kurun waktu 10
tahun keluarlah program layanan mustahik yang setelah SK keluar
mengganti nama Menuju Mandiri, karena itu tidak bisa dinafiqan kan
program lembaga zakat harus mengutamakan kepentingan mustahik.
3. Pencetus Ide
Siapa yang mencentuskan program layanan menuju mandiri? Bapak
Anwar Sani pada tahun 2004
4. Ruang Lingkup
Bagaimana ruang lingkup Program Layanan Menuju Mandiri? Ruang
lingkup LM ini multi yah ada sosial, pendidikan dan ekonomi untuk wilayah
jabodetabek dan Insya Allah seluruh Indonesia melalui program-program
yang lain juga karena memang sesuai dengan tujuan mengurangi
kesenjangan sosial pada finansial.
5. Sumber Daya Menusia
Bagaimana dengan SDM pada program layanan menuju mandiri ini
pa? Pertamanya anggota Program ada 5 orang . tetapi, kalau sekarang ada
dua surveyor dan konselor. Idealnya tiga kalau distruktur ada 3, kemaren
malahan 4 tetapi ada redaksi dari pihak atasan jadi sekarang dua orang.
6. Struktur Organisasi
Bagaimana struktur organisasi di PLMM pa? Struktur organisasi
mengikuti zakat pride dan LAZNAS APU
7. Tujuan
Apa tujuan-tujuan PLMM ? Tujuan pertamanya pasti mengakomodir
permintaan musathik. Selanjutnya sebagai edukasi kepada muzakki bahwa
kita itu dalam menerima dana zakat muzakki akan dicairkan begini loh
bentuknya makanya ruangannya pun dekat dengan layanan muzakki, jadi
untuk mengedukasi juga jadi tidak semata-mata bukan dalam hal produktif
tapi dalam bentuk charitas juga bisa dilihat dan dirasakan pada mustahik.
8. Mustahik atau Penerima Manfaat
Bagaimana mustahik-mustahik penerima manfaatnya pa? Mustahik itu
ke 8nya yaitu asnaf fakir, miskin, ghorim, amil, kalau di PLMM itu
disesuaikan dengan kondisi sosial. Misalnya golongan fisabilillah itu kan
kalau secara epistimologi di rujuk pada orang-orang berperang dijalan
Allah, kalau PLMM fisabilillah lebih kepada da’i-da’inya yang berjuang
dijalan Allah seperti di pelosok-pelosok daerah atau panitia yang
mengadakan tabligh akbar, bazar-bazar , ekonomi syari’ah, atau da’i yang
membangun msjid yaitu orang yang beribadah itu disebut fisabilillah.
9. Need Assesment
Apakah Program layanan menuju mandiri ini melakukan assesmen
kebutuhan pa? iyah sebelum kita memberikan bantuan, kan mustahik
datang terus konselor menggali informasi yang banyak dari mustahik,
kemudian diputusin mustahik yang akan disurvey. Dalam melakukan
survey kita juga pake assesmen dengan metode scoring yang menjadi
penentu diberikan atau tidaknya bantuan, semakin banyak skor semakin
besar kemungkinan untuk mendapatkan bantuan.
10. Evaluasi
Bagaimana sistem evaluasi yang diadakan program? Evaluasi nya kita
menggunakan beberapa pertemuan. Pertama, pertemuan SDM 2 minggu
sekali dengan meeting kecil, misalnya saya ya selaku surveyor kita
membentuk tim LM kita adakan evaluasi kecil nanti di bahas kendala.
Kedua,sebulan terakhir di hadapi kendala apa saja nanti salling
berargumen, misalnya kan mau UN dari 2 bulan sebelumnya banyak yang
mengajukan dana dan dibahas genda2nya apa aja nanti dibentuk timeline
11. Evaluasi Konteks
Apa konteks kebutuhan yang diberikan oleh PLMM?
Konteks utamanya pelayanan mustahik atau sejauh mana pemberdayaan
yang dimiliki mustahik jadi sifatnya bukan hanya insidentil yah jadi bisa
saja berkelanjutan, misalnya org tua mengajukan nanti digali potensinya
jadi potensi-potensi mustahik terus di berdayakan ini kan insidentil jadi bisa
saja setelah itu bertahap kita masukan pemberdayaan atau persolan lah
karena kalau kelompok programnya sejuta berdaya
12. Sarana dan Prasarana
Apakah sarana dan prasarana sudah mendukung pada program ini
pa? Mungkin kalau sarana dan prasarana masih banyak kekurangan
terutama masalah ruangan dan pelayanan, tidak seperti lembaga-lembaga
lain pada umumnya. Keterbatasan tempat yang hanya ukuran 3x3 meter
untuk ruangan pelayanan kurang memadai. Jadi paling spacenya cuma
untuk satu orang konselor, satu orang surveyor dan satu orang mustahik
yang mengajukan dana, dipusat itu dengan keterbatasan tempat karena juga
memiliki banyak unit dari pihak yayasan seperti sekolah, kampus, LAZ,
kemudian unit-unit lain kaya umroh, kantor hukum, kan kalao mau bangun
sendiri tempat layanan yang khusus menuju mandiri juga ga mungkin kan
karena sudah tidak ada tempat lagi. Tempat layanan ini tidak
memungkinkan mba karena keterbatasan yang tidak nyaman dan idealnya
juga kita melayanai 4 smpe 5 orang dalam satu ruangan, tetapi dengan
ketebatasan jadi mustahik pada ngantri. Dari segi fasilitas pendukung yang
lain itu layak lah, kaya perangkat-perangkat lunak, air minum lah, untuk
tamu kalau cuma itu itu ukurannya ruangan kurang nyaman.
13. Kebutuhan belum Terpenuhi
Kebutuhan-kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan-
kegiatan program? Salah satu itu dalam hal memfollow up mustahik jadi
benar-benar mandiri karena itu menjadi kendala kita juga. Mustahik itu kan
menjadi muzakki jadi segera fakum dengan tidak mengharapkan dan
mendatangi karena mereka harusnya mendatang pintu layanan donasi bukan
datang ke LM lagi karena memang gitu mustahik secara ekonomi dan sosial
yang datang beberapa kali dengan tahun datang itu kebutuhan harapan yang
masih jadi angan-angan
14. Sistem Manajemen
Secara umum belum terintegrasi sistem yang ada di programdan
programada satu sistem yang di biakan gitu. Nah, kalau di fundraising sudah
menggunakan sistem semua nanti di LM, IG ataupun bagian pemberdayaan
recananya semua itu ada satu sistem di program jadi kalau buka klik tersebut
tinggal otomatis. Jadi selama ini cuma unit-unit fundraising aja tapi untuk
di layanan menuju mandiri ini belum terpenuhi jadi kalau ada mustahik yang
datang masih menggunakan sistem manual paling tulis, nanti dilaporkan ke
pihak atas untuk pelaporan pengajuan dana.
15. Pengembangan Program
Bagaimana pengembangan PLMM? Pengembangannya itu pertama
bagaIman masyrakat itu merasakan mnafaat dari pengelolaan dana zakat
khususnya di jabodetabek nah sekarang kita coba bekerjasama di daerah-
daerah diprovinsi seluruh indonesia karena statussudah LAZNAS artinya
layanan ini bukan hanya berkembang di jabodetabek tetapi merambah
keseluruh Indonesia.
16. Sumber Daya Manusia
Bagaimana pengangkatan amil program? Dari luar juga banyak review
sistem menerimaan SDM itu di sinkronkan dengan lembaga jadi tempat di
HRD nya itu dicariin bukan misalnya kita butuh SDM terus kita cari gitu,
engga tapi kalo kita butuh SDM terstruktur atua terpusat ke lembaga kalau
mau cari relawan atau apapun harus ke pusat kaya misalnya sekarang ini
kita butuh relawan surveyor kan kalau nyari mah pasti banyak kan tapi kita
merekrutnya banyak juga dari RGI ini kan berpotensi untuk jadi surveyor
atau konselor ada juga yang alumni dri RGI kita tidak bisa langsung
merekrut juga kan artinya ada sistem yang harus dijalankan kelembagaan
artinya HRD itu mereka yang lebih berhak menentukan SDM yang akan
direkrut kemudian diajukan pihak HRD yang nyari.
17. Pendanaan atau Anggaran
Bagaimana sistem penganggaran dana program ini? Dana itu di LM
dalam satu bulan dua kali menerima dana dari keuangan misalnya maret dan
april ini program-program LM menerima dua kali pengajuan dana, PPD ya
namanya Program Pengajuan Dana, kemudian nanti dari keuangan
mencarinya 2 tahap itu kan sampe tahun ini baru bulan maret ya kaya januari
1 januari 2, februari 1 februari 2 dan maret 1 serta maet 2 dengan 2 kali
pencairan dana. Sekali dikucurkan dana oleh keuangan itu 1 bulan di PLMM
sekitar 50 jt, dengan setiap tahun seperti itu. Setiap bulan itu di alokasikan
untuk 1 bulan dengan asusmsi yang kurang lebih 100/200 mustahik kalau
dikalkulasikan nominal 1 musthk 500 rb dikalikan 200 orang itu sudah 100
juta. Makanya kan dalam sistem itu ada kewenangan yang sama antara
konselor dengan surveyor. Misalnya ada program pembangunan
masjid/musholla kan berjalannya programketika tdk ada donatur atau csr di
desa terpencil kan ktia tidak mungkin memaksakan untuk melanjutkan
program tersebut karena kan butuh dana besar tidak ada yag tertarik maka
kita harus meggali lembaga kan mungkin bisa saja merenovasi atau
membenahi saja dengan budget sekian dengan tidak melanjutkan program
pembangunan masjid/musholla tersebut karena sifatnya kan dana muqayyat
atau dana kebencanaan itu sudah.
18. Keberlangsungan Program
Apakah yang membuat para pengambil keputusan terus melakukan
program ini secara berkelanjutan? Program ini terus akan berlanjut.
Kalau satu program sudah menjadi icon suatu lembaga. Maka, program
tersebut akan selalu continue. Justru, program tersebut akan renovasi atau
ada penambahan apalagi program layanan menuju mandiri ini yang menjadi
pelayanan lembaga zakat, ketika ada suatu lembaga zakat maka program
pelayanan inilah yang menjembatani itu. Pasti program-program
pendayagunaan dana zakat itu penyaluran butuh program pelayanan apalagi
dengan berkembangnya lembaga terutama LAZNAS Al-Azhar ini.
Lembaga itu semakin lama secara finansial akan mengalami kenaikan dan
ntetu saja program-program nya harus banyak, kan ga mungkin kalo
penghimpunannya banyak tapi penyaluran dengan program-program
sedikit, bisa menyebabkan penumpukan dana kan. Justru malah sebaliknya
dari segi sosial kemasyarakatannya bisa diberdayakan anak-anak seluruh
provinsi dengan penghimpunan yang banyak maka program-program
reguler atau tidak harus bertambah dari segi kuantitas programnya. Dan juga
dengan tidak mengurangi kualitas program tersebut. Misalnya, kalau di LM
kan sifatnya melayani bantuan yang diberikan setelah itu diverifikasi di LM.
Misalnya, satu keluarga satu sarjana dan dipilih mustahik yang berpotensi
akan pendidikan yang berkualitas nanti di bina selanjutya jadi professional
lah mustahik itu dengan mengangkat derajat keluarganya.
19. Dampak Program
Apa dampak/efek ditinjau dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan
(baik positif ataupun negatif) terhadap orang, masyarakat, dan
lingkungan? Aktivitas umumnya dari mustahik atau penerima manfaat
sebagai dampak program. Pengaruhnya, mereka (mustahik/penerima
manfaat) akan lebih mengetahui tentang lembaga zakat yang ternyata
lembaga zakat itu tugasnya dalam melayani mustahik. Selain itu, paling
tidak penerima manfaat ini dapat terjamin kehidupannya dalam beraktifitas
dan bekreatifitas jadi setelah mengajukan permohonan, mereka memiliki
secercah harapan bahwa masalahnya akan dibantu. Mengenai tidak
keluarnya bantuan tersebut itu masalah terakhir yang penting dya ada
pegangan dan tidak merasa susah sendiri.
B. NARASUMBER KEDUA
Nama : Bapak Nizhom
Jabatan : Kepala Program Indonesia Gemilang
Tanggal : 3 April 2017
Pukul : 16:00 s/d selesai
A. Tujuan
Apa tujuan diadakannya PLMM ? Tujuan point itu kebanyakan ya
untuk kedelapan asnaf itu, tapi yang lain banyak itu biaya pendidikan,
kesehatan dan ibnu sabil. Point utama itu memuaskan atau zero
complain kalau pendidikan biasanya MM itu bersifat partisipasi itu
memang lembaha zakat itu itu sifatnya charity kan MM itu
gawatdaruratan bantuan secara langsung supaya pemetik manfaat iru
bertahan secara algnsugn tidak masuk ranah pengembangan, seperti ini
laurnya Kegawatdaruratan – pertumbuhan – perkembangan –bertahan
(sambil menggambar di papan tulis). PLMM ujung tombak program
zakat. Kalo misalnya makan itu tidak bisa maka bagaimana caranya itu
tidak minta nah nanti pengembangan itu bisa berkembang hingga
pertumbuhan dan bertahan dari mustahik menjadi muzakki.
B. Sistem Pendanaan
Maaf ya pa saya mau tanya masalah finansialnya, kalau untuk
program ini sistem dananya seperti apa si pa? Per MM 1 juta sampe
2 juta untuk tumbuh hingga dana hibah dibimbing bagaimana carannya.
Usaha yang ada di masyarakat agar usahanya tumbuh. Minjem uang
dana hibah, tapi faktanya gini yul mreka kalau sama rentenir itu takut
giliran sama kita tidak ada takutnya kasus. Misalnya yang pertama ma
najemen ke renten dia perminggu itu 500 ribu apu 50 kalau di renten itu
rutin kalau di apu itu nunggak karena renten ini ada pemaksaan. Nah
makanya kalau kit atau tutup dulu hutang yang di renten nanti baru kita
bantu pakai dana hibah. Mengatasi kegawatdaruratan kalau ke
pengembangan program-program yang lain, kedepannya itu modal-
modal untuk mengembangkan dengan didampingi oleh kita.
C. Sumber Daya Manusia
Konteks SDM seperti apa pada PLMM dalam men jalankan
program ini pa? Konteksnya sumberdaya yang diinvestasi dalam
program tidak ada yang larinya kekita membuat masyarakat sadar yah,
karena ginih yul kalau program zakat pihak yang terlibat terutama amil
itu ikut untuk tujuan megentaskan zakat menjadi amil zakat yang
terdepan dan terpercaya dan amanah, itu visi tu maupun program harus
tahu tetapi sesuai dengan perannya masing-masing. Sebagai konsul
MM, surveyor, konselor, dan koordinator.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
Apa faktor pendukung dan penghambat PLMM pa?Pendukungnya
adalah SDM dari internal dan eksternal. Sedangkan, Penghambatnya,
bisa dikatakan cukup banyak akan tetapi harus berhati-hati, yaitu
sebagai berikut. Pertama, pimpinan kepala satu dan pimpinan kepala
yang lain itu tidak sama, misalnya MM itu ada orang yang mengajukan
permohonan dana nah yang kepala-kepala ini berbeda pendapat gitu,
misalnya pemohon dana menurut manager yang pertama harus dibantu
1 juta sedangkan kepala divisi justru memberikan intruksi untuk dibantu
2 juta. Selain itu proses turunnnya dana yang agak lamban misalnya kita
ngajukan dana ke program itu untuk pencairannya memakan waktu yang
lama yul. Kedua, pemetik manfaatnya itu sendiri belum bisa menerima
hasilnya jika dana tidak cari-cair dari pihak keuangan. Ada lagi kadang
dari pihak eksternalnya yaitu jika orang mengajukan dana ke apu
sebesar 5 juta nah kita menyalurkannya hanya 500 ribu nah sipemetik
manfatanya ini tidak terima karena permohonan dana yang dia peroleh
tidak sebanding dengan yang dya dapatkan, seperti banyak complain lah
dari mustaik sampe terkadang marah-marah langsung. Ketiga,
melanggar prosedur dan tidak mengikuti prosedur. Keempat, lemahnya
pengawasan karena kerja itu intruksi pimpinan misalnya kasih 2 jt
karena dulu sebelum itu masih amburadul karena orang yang masih
mampu banyak tapi yang lebih membutuhkan malah sedikit. Kelima,
Orang yayasan dibantu banyak, kuliah di amerika dibantu 15 jt padahal
banyak. Kalau dana 15 jt itu suma bantu untuk satu orang nah buat
danapenerima manfaat yang lain bisa sampai 10-15 orang dan banyak
yang kaya gitu faktor penghambat banyak intruksi dari pimpinan yang
tidak sesuai dengan prosedur, sumber dana yang terbatas.
C. NARASUMBER KE TIGA
Nama : Bapak Rahmat
Jabatan : Kepala Program LAZNAS APU
Tanggal : 3 April 2017
Pukul : 17:00 s/d selesai
1. Latar Belakang, Filosofi Nama dan Sejarah LAZNAS dan PLMM
Pada tahun 2004 itu sudah ada program ini, karena kan memang adanya
lembaga zakat itu yang pertama kali yah pelayanan mustahik.
Dicetuskannya ya pelayanan kepada mustahik yaitu dengan menghimpun
dana zakat terus menyalurkan dan penyaluran itu namanya pelayanan
kepada mustahik. Pada awalnya si layanan mustahik. Kegiatannya hanya
ngumpuling orang-orang yaitu fakir miskin terus menyalurkan dana
zakatnya. Belum ada pendataan yang bagus, pengaktifan dokumen, dan lain
sebagainya. Jadi sebetulnya PLMM itu layanan mustahik pertama kali
kemudian dikembangkan bagaimana manajemennya, administrasi,
keuangannya begitu tapi setelah beberapa bulan saya disuruh pihak lembaga
zakat untuk membuat sistem yang menjadi pelayanan mustahik ini,hingga
sampai sekarang layanan menuju mandiri ini sudah ada sistemnya walaupun
masih sederhana yang akhirnya kita rapihkan dari sisi hulu dan hilir. Hulu
bagaimana kita internal dari sstem keuangan, pengajuan, pelaporan.
Sedangkan, Hilir permohonannya ke mustahik survey, pendataan dan
identifikasi sampe pemberkasan bantuan jadi kita tata akhirnya jadi seperti
sekarang ini Nama ‘Menuju Mandiri’ filosofi itu awalnya layanan mustahik
mustal kan ternyata yang dateng itu mustahik orang identiknya sam aorg
yang susah dateng terus dibantu, pengjauan pendiidkan, kontrakan, copetan
itu mustahik.
2. Keunikan di Program Layanan Menuju Mandiri
Fokus pada fakir miskin, tidak punya fasilitas penunjang untuk sekolah.
Penyalurannya keseluruh indonesia, mengambil yang tidak dikerjai orang.,
punya keterbatasan dari sumber dana, sdm, seluruh indonesisa 70 org., kalau
mengikuti lembaga-lembaga besar maka akan jadi ekor doang harus
mencari yang digarap dan keunikan akan dilakukanketika mustahik datang
di pintu layanan menuju mandiri dsitu ada ruangan untuk kemandirian saya
maka mereka akan berfikir untuk bisa mandiri karena al azhar Cuma wadah
ada konselor bisa jadi memberikan.
3. Kriteria-Kriteria Mustahik
Bagaimana penyaluran dan respon para msutahik pa? Jangan sampai
ada komplen zero complain dalam pelayanan bukan dalam bantuan bukan
dalam segi pelayanan karena amil punya dana terbatas bukan bapak.
klasifikasi mustahik yaitu sebagai berikut :
- Zona merah (fakir dan miskin) dengan bantuan kegawat daruratan
- Zona kuning (menuju ke fakir miskin dengan penghasilan yang kalah
dengan kebutuhan)
- Zona biru (mampu namun butuh pengembangan berupa bantuan dan
tindakan yang cepat)
4. Strategi-Strategi
Bagaimana Strategi-strategi dari laznas al-azhar dalam
memberdayakan mustahik? Strategi-strategi khusus ada dua yaitu PLMM
pasif (amilnya pasif nunggu yaitu amilnya nunggu) dan PLMM aktif
(amilnya yang aktif mencari mustahik), jadi dua pintu, bahkan
manajemennya hampir sama penyalurannya, yang aktif penyerang mencari.
Mutahik dua kategori yaitu Li Sailli wal Mahrum. Ada yang mengajukan
dan ada yang al mahrum yaitu mejada kehormatannya utuk tidak meminta,
bahkan menurut banyak ulama orang yang al mahrum ini lebih dominan
untuk dibantu karena kenapa dya itu menjaga maru’ahnya atau
kehormatannya untuk tidak meminta-minta inilah mengapa ada mm aktif
amilnyayang nyari kemana radar sama amil untuk mencari. Bahkan dahulu
itu al-azhar mempunyai kebijakan amil satu hari noleh tidak masuk kantor
untuk blusukan untuk mencari mustahik dari kantor udh disiapkan uang
minimal 200 ribu untuk disalurkan. Mencari orang yang al mahrum dengan
mustahik itu menjadi pemburu mustahik dan datang kerumahya.
5. Dampak LAZNAS dan Program
Bagaimana dampak LAZNAS dan PLMM dalam mengentaskan
kemiskinan sesusai dengan visi dan misinya?Impactnya ada pengurangan
dari tindak potensial kriminalitasnya. Dengan dibantu Al-Azhar maka
masalah dya bisa terpecahkan atau teringankan dengan adanya dana zakat
maka akan terkurangin untuk niatan kriminalitasnya. Ada beberapa anak
yang kebutuhan financialnyabisa terbantu itu semua dari dana zakat. Belom
rumah sakit bisa diedukasikan pelayaanan sepantasnya untuk fakir miskin
dhuafa melalui pelayanannnya yang selayaknya. Orang-orang dhuafa
dibantu kebutuhan dasar itu menekankan niatan jahat bisa langsung.
23 Juli 2017
FOTO-FOTO
Bapak Beni Selaku Kepala Program
Layanan Menuju Mandiri
Gambar pintu masuk ruangan layanan
menuju mandiri
Bapak Beni sedang bertugas melayani
mustahik yang datang ke ruangan
program layanan menuju mandiri
Bapak Beni sedang mencatat data
mustahik yang mengajukan
permohonan bantuan