SKRIPSI
PENGGUNAAN GADGET DENGAN PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL ANAK
USIA PRA SEKOLAH BERBASIS TEORI ADAPTASI SISTER CALISTA ROY
(Di TK Dharma Wanita Sidoarjo)
DWI NURJANAH
133210017
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
SKRIPSI
PENGGUNAAN GADGET DENGAN PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL ANAK
USIA PRA SEKOLAH BERBASIS TEORI ADAPTASI SISTER CALISTA ROY
(Di TK Dharma Wanita Sidoarjo)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1
Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
DWI NURJANAH
13.321.0017
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
MOTTO
Berdoa tanpa berusaha itu
BOHONG
Berusaha tanpa berdoa itu
SOMBONG
Berdoa tanpa berusaha bagaikan
PENGEMIS
Berusaha tanpa berdoa bagaikan
KOMUNIS
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada …
Almamater Kebanggananku STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
Orang tuaku
Bapak Slamet Ayahku… yang tak pernah lelah menuntunku untuk selalu berdo’a dan
beribadah
dan
Ibu Subikah Ibuku … wanita istimewa yang selalu berdo’a untukku, kerja kerasnya yang tak
bisa diungkapkan dengan kalimat apapun,
hanya
Terima Kasih Ibu
Serta
Siti Jurotul Aini kakakku dan Bintang Wiyono Bakti Yulianto kakak iparku .. yang selalu
mendukungku
Dosen-dosenku yang terhormat
Pak Hariyono, pak imam, pak leo, dan guru-guruku sewaktu saya kecil sampai sekaang
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
Guru-guruku yang telah banyak membantu, Bu Ir, Bu Nur, Bu Nurul..yang telah membantu proses penelitianku
Nurgianti.. sahabat baik yang selau ada disetiap kesulitanku, dan selalu memotivasiku
Kamu, sebuah nama yang sudah tertulis dalam Lauhul Mahfudz dan masih dirahasiakan-Nya untukku,
terimakasih sudah menjadi baik dan semoga kita segera dipertemukan oleh-Nya
ABSTRAK
PENGGUNAAN GADGET DENGAN PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL ANAK
USIA PRA SKOLAH BERBASIS TEORI ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY
(Di TK Dharma Wanita Sidoarjo)
Oleh:
Dwi Nurjanah
Perkembangan gadget yang sangat pesat, memberikan dampak dalam
interaksi karena anak dengan penggunaan gadget yang berlebihan, aktif dengan
dunianya sendiri. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan penggunaan
gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah. Desain penelitian cross sectional. Populasi 47 anak TK Dharma Wanita
usia 3-6 tahun di Desa Wirobiting, Sidoarjo. Sampel 32 responden dengan metode
purposive sampling. Variabel independen yaitu tingkat penggunaan gadget dan
variabel dependen yaitu perkembangan interaksi sosial. Yang diukur dengan
kuesioner. Teknik analisa data menggunakan uji spearman rho α= 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget jarang 25 responden (78%),
dan perkembangan interaksi sosial cukup 16 responden (50%). Responden dengan penggunaan gadget jarang yang memiliki interaksi sosial cukup 16 responden (50%)H. Hasil uji spearman rho α= 0,05 didapatkan p = 0,001< 0,05
sehingga sehingga diterima, artinya ada hubungan penggunaan gadget dengan
perkembangan interaksi sosial. Diharapkan orangtua dapat membatasi durasi
dalam menggunakan gadget terhadap anak anak dengan usia pra sekolah (3-6
tahun) maksimal 30 menit dalam satu hari.
Kata kunci: gadget, perkembangan interaksi sosial, Anak prasekolah.
ABSTRACT
USE OF GADGET WITH DEVELOPMENT OF SOCIAL INTERACTIONS
OF CHILDREN AGE PRESCHOOL BASED THEORY ADAPTATION
SISTER CALLISTA ROY
(In Kindergarten Dharma Wanita Sidoarjo)
By :
Dwi Nurjanah
The rapid growth of gadgets, giving impact in interaction because of children with
excessive use of gadgets, is active with their own world. The purpose of the study
to determine the relationship of use of gadgets with the development of social
interactions of children pre-school age.
Cross sectional study design. The population of 47 kindergarten children Dharma
Wanita aged 3-6 years in Wirobiting Village, Sidoarjo. Sample of 32 respondents
with purposive sampling method. Independent variable is the level of use of gadgets
and the dependent variable is the development of social interaction. Measured by
questionnaire. Data analysis technique using spearman rho test α = 0,05.
The results showed that the use of gadget rarely 25 respondents (78%), and the
development of social interaction is enough 16 respondents (50%). Respondents with rarely used gadgets who had enough social interaction 16 respondents (50%).
Spearman test result rho α = 0,05 got p = 0,001 < 0,05 so that H1 accepted,
meaning there is relationship of usage of gadget with development of social
interaction. It is expected that parents can limit the duration in using gadgets for
children with pre-school age (3-6 years) maximum 30 minutes in one day.
Keywords: Gadget, Social interaction development, Pre-school children.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia– Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah
berbasis teori adaptasi Sister Callista Roy (Di TK Dharma Wanita Sidoarjo)" ini
dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat H.Bambang Tutuko S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H. selaku ketua STIKes
ICMe Jombang, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Kaprodi S1
Keperawatan, Bapak Dr. Hariyono M.Kep. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya
Proposal ini, Bapak Leo Yosdimyati S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku pembimbing II
yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya demi terselesaikannya
Proposal penelitian ini, Kepala Sekolah TK Dharma Wanita yang telah
memberikan ijin penelitian. kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik
moril maupun materil selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang hingga terselesaikannya Proposal ini,
serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan Proposal ini, dan
teman-teman yang ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan tepat waktu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan Skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya, Amin.
Jombang, Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN .................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................... iii
PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................................iv
MOTTO ................................................................................................................................ v
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................................... vii
ABSTRACK ..................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ix
DAFTAR ISI......................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5
2.1 Konsep Gadget ............................................................................................... 5
2.2 konsep interaksi sosial ............................................................................... 14
2.3 Konsep anak usia pra sekolah .................................................................. 21
2.4 Model teori keperawatan Sister Callista Roy ........................................ 29
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................................... 29
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................. 37
3.2 Hipotesis ....................................................................................................... 38
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................................ 39
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 39
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 39
4.3 Populasi, sampel dan sampling ................................................................ 39
4.4 Kerangka kerja ............................................................................................ 42
4.5 Identifikasi Variabel ................................................................................... 43
4.6 Definisi Operasional................................................................................... 44
4.7 Pengumpulan Data...................................................................................... 45
4.8 Pengolahan dan analisa data ..................................................................... 46
4.9 Etika penelitian ............................................................................................ 48
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………… 49
5.1 Hasil Penelitian …………………………………………………. 49
5.2 pembahasan ……………………………………………………... 54
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 62
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 62
6.2 Saran ……………………………………………………………. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Daftar Tabel Halaman
4.1. Definisi operasional 43
5.1 Distribusi freuensi menurut umur orangtua 50
5.2 Distribusi frekuensi menurut pendidikan terakhir orangtua 50
5.3 Distribusi frekuensi menuru pekerjaan orangtua 51
5.4 Distribusi frekuensi menurut jenis kelamin anak 51
5.5 Distribusi frekuensi menurut umur anak 51
5.6 Dristibusi frekuensi penggunaan gadget 52
5.7 Distribusi frekuensi perkembangan interaksi sosial 52
5.6 tabulasi silang frekuensi penggunaan gadget dengan perkembangan
interaksi sosial 53
DAFTAR GAMBAR
No. Daftar Gambar Halaman
2.1 model teori adaptasi Sister Callista Roy 36
3.1 Kerangka konseptual 37
4.1 Kerangka kerja 41
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Penjelasan Kuesioner
2. Lembar Persetujuan Responden
3. Kuesioner
4. Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan
5. Lembar Surat Studi Pendahuluan
6. Lembar Konsultasi
7. Lembar Surat Balasan Tempat Penelitian
8. Lembar Tabulasi Data Umum Responden
9. Lembar Tabulasi Data Khusus Responden
10. Lembar Uji Validitas Reabilitas Kuesioner
11. Lembar Uji Tabulasi Silang
12. Lembar Uji Statistik
13. Lembar pernyataan plagiasi
DAFTAR LAMBANG
1. H1/Ha : hipotesis alternatif
2. % : prosentase
3. : alfa (tingkat signifikansi)
4. K : Subjek
5. X : perlakuan
6. N : jumlah populasi
7. n : jumlah sampel
8. S : total sampel
9. e : Standart error (10%)
10. > : lebih besar
11. < : lebih kecil
DAFTAR SINGKATAN
STIKes
ICMe
TK
Kominfo
: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
: Insan Cendekia Medika
: Taman Kanak-kanak
: kementrian informasi dan komunikasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi saat ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, karena telah menciptakan beragam permainan yang kreatif, seperti
sekarang telah tersedia software dan game edukasi yang dirangkai dengan musik
untuk membantu anak mengembangkan kemampuan dan kecerdasannya (Irfanqi,
2015). Manfaat perkembangan teknologi adalah pengguaan gadget pada anak akan
terjalin interaksi dan komunikasi ketika orang tua mengenalkan dan membimbing
anak tentang tata cara penggunaan gadget. Anak-anak yang telah diperkenalkan
dengan gadget lebih memilih duduk diam di depan gadget dan tidak tertarik lagi
untuk bermain dengan teman, hal ini tentu berdampak buruk bagi kesehatan dan
perkembangan sosialisasi anak. Anak-anak akan sulit dalam berkomunikasi dengan
masyarakat sekitarnya (Indah, 2015). Anak yang menggunakan fasilitas gadget
banyak memanfaatkan waktunya untuk bermain game, menyebabkan anak tersebut
enggan untuk interaksi dengan teman sebayanya, anak menjadi malas belajar, malas
beraktivitas dan bergerak (Mubashiroh, 2013).
Data Kominfo (2014), penggunaan gadget yang termasuk kategori usia anak
dan remaja di Indonesia cukup tinggi, yaitu 79,5%. Jurnal Hasna 2015 menyatakan
kelompok B TK Negeri Kota Gorontalo ditemukan dari 30 anak terdapat 18 anak
yang belum mampu berinteraksi sosial, hal ini dapat dilihat dari kebiasaan termenung
sendiri, gelisah, selalu menangis, merasa takut jika orang tuanya tidak menemaninya
atau berada disampingnya selalu, padahal banyak anak yang terlihat asyik bermain
bersama dengan anak-anak yang lainnya dengan penuh keceriaan tanpa terlihat rasa
takut atau gelisah tetapi mereka sangat menikmati
kegiatan bermain yang dilakukannya Survei yang dilakukan oleh Kementerian
Informasi dan Unicef tahun 2014 menggambarkan bahwa anak menggunakan
gadget sebagian besar untuk mencari informasi, hiburan, serta menjalin relasi
sosial. Indonesia termasuk dalam peringkat lima besar negara pengguna gadget,
khususnya smartphone (Primatia, 2014). Data itu menunjukkan bahwa pengguna
aktif smartphone adalah sekitar 47 juta, atau sekitar 14% dari seluruh pengguna
handphone. Secara spesifik, 63% anak telah memiliki akun facebook, yang
digunakan update status, bermain game online, serta mengunggah foto-foto, 9%
anak telah memiliki akun Twitter, dan 19% anak terlibat secara aktif bermain
game online di internet dari gadget (Kuntawiaji, 2013). Studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di TK Dharma wanita Sidoarjo pada februari 2017, 6 dari 10
ibu mengaku anak-anaknya lebih sering mnghabiskan waktu dengan bermain
game di gadget daripada berinteraksi dengan teman sebayanya.
Perkembangan interaksi sosial penting untuk anak di usia 3-6 tahun karena
memiliki potensi yang harus dikembangkan, dengan bersosialisasi antar teman sebaya
membuat anak mengerti hubungan sosial yang lebih besar daripada keluarga sendiri.
Dengan menggunakan pendekatan teori adaptasi Calista Roy akan terjadi respon pada
anak untuk menyesuaikan diri dan beinteraksi sehingga timbullah stimulasi yang
mencetuskan terjadinya perubahan pada anak tersebut. Perubahan pada diri anak
merupakakan sebuah input yang terbagi menjadi tiga tingkat yaitu, stimulus fokal,
kontekstual dan residual dengan input tersebut timbul respon anak untuk
mempertahankan diri dengan perubahan internal yang terdiri dari sistem regulator dan
kognator. Kedua sistem tersebut diterapkan dalam empat mode yaitu fisiologis, fungsi
peran, konsep diri, dan interdependensi, dari empat mode tersebut
natinya akan muncul proses output yaitu respon adaptif dan respon inefektif (Roy,
2009). Proses sosialisasi ini akan berkelanjutan dari anak-anak sampai ke dewasa.
Jika anak masih terpaku dengan gadget, maka anak akan sulit dalam
berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya. Anak sepatutnya beradaptasi
dengan lingkungan dan teman-teman sehingga akan terjadi perubahan positif pada
seorang anak, khususnya pada aspek bersosialisasi (Hasna, 2015).
Pembatasan durasi dalam penggunaan gadget untuk anak usia pra sekolah
sangat penting dilakukan karena masa kanak-kanak adalah masa keemasan dimana
anak belajar mengetahui apa yang belum diketahuinya. Anak yang sudah tercandu
dan terkena dampak negatif oleh gadget, maka perkembangan anak pun akan
terhambat khususnya interaksi dengan teman sebaya dan lingkungannya (Effendi,
2014). Penggunaan gadget pada anak usia pra sekolah dilakukan maksimal 30 menit
dalam 24 jam dan dilakukan secara kontinue serta diiringi pemantauan oleh orangtua
agar bermanfaat dan berdampak positif. Jika gadget tetap digunakan dan dalam
penggunaannya dilakukan secara efesien serta diiringi pemantauan orang tua secara
maksimal, tetap saja gadget bukan merupakan alternatif yang baik dalam mendidik
anak diusia emasnya, walaupun perkembangan tekhnologi tidak dapat dihindari dan
banyak memberikan manfaat disamping pengaruh yang akan berdampak pada anak
baik positif maupun negatif (Indah, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan penggunaan gadget terhadap perkembangan interaksi
sosial anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita Sidoarjo?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengidentifikasi hubungan penggunaan gadget terhadap perkembangan
interaksi sosial anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita Sidoarjo
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi penggunaan gadget oleh orang tua pada anak usia pra
sekolah di TK Dharma Wanita Sidoarjo
2. Menjelaskan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah di
TK Dharma Wanita Sidoarjo
3. Menganalisis hubungan penggunaan gadget terhadap perkembangan
interaksi sosial anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita Sidoarjo
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi secara teoritis bagi teori
keperawatan anak mengenai pengaruh penggunaan gadget terhadap
perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah (3-6 tahun), serta
memberikan referensi tentang pekembangan intekasi sosial anak usia pra sekolah.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para orang tua
agar peduli terhadap anak-anak dengan membatasi durasi dalam menggunakan
fasilitas gadget terhadap anak anak dengan usia pra sekolah (3-6 tahun) maksimal
30 menit dalam satu hari. Perawat juga bisa memberikan health education kepada
orang tua agar mereka lebih memperhatikan anaknya dan mendampingi anak
tersebut saat bermain gadget.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep gadget
2.1.1 Pengertian gadget
Gadget yaitu an often small mechanichal or electronic device with
practical use but often thought of as a novelty, yang artinya dalam bahasa
Indonesia adalah sebuah perangkat mekanik atau elektronik dengan
penggunaan praktis tetapi sering diketahui sebagai hal baru (Merriam,
2010). Terdapat perbedaan antara gadget dengan barang elektronik yang
biasa digunakan. Perbedaannya yaitu unsur kebaruannya yang mengalami
perubahan dari hari ke hari (Kamus Oxford, 2014).
Gadget merupakan sebuah alat mekanis yang terus mengalami
pembaruan (upgrade) selain untuk membantu memudahkan kegiatan
manusia gadget juga menjadi gaya hidup masyarakat modern. Salah satu
gadget yang hampir setiap orang miliki dan senantiasa dibawa pada
kehidupan sehari-hari adalah handphone (Kursiwi, 2016). Handphone
adalah salah satu gadget berkemampuan tinggi yang ditemukan dan
diterima secara luas oleh berbagai Negara di belahan dunia. Selain berfungsi
untuk melakukan dan menerima panggilan, handphone berfungsi untuk
mengirim dan menerima pesan singkat (Short Message Service) (Agusli,
2008). Smartphone merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan mobile device yang menggabungkan fungsi cellphone,
PDA, audio player, digital camera, camcorder, Global Positioning System
(GPS) receiver dan Personal Computer (PC) (Nurlaelah, 2015).
Perkembangan handphone yang berjalan sangat pesat, kini handphone
dilengkapi dengan fitur-fitur canggih seperti game, radio, Mp3, kamera,
video dan layanan internet. Bahkan, handphone terbaru saat ini sudah
dilengkapi dengan processor dan OS (operating system) sehingga
kemampuannya sudah seperti komputer. Gadget sebuah alat yang paling
canggih dan diterima oleh masyarakat di seluruh Negara adalah handphone
atau smartphone. Dengan kecanggihan yang dimilikinya handphone mampu
menjadi gadget dengan penjualan nomor satu di dunia, serta mampu
memberikan kemudahan bagi manusia tidak hanya pada kecanggihan
komunikasi tetapi juga mempermudah pekerjaan-pekerjaan manusia dan
dapat menjadi hiburan. (Kursiwi, 2016).
2.1.2 Manfaat gadget untuk anak usia pra sekolah
Terjalin interaksi dan komunikasi ketika orang tua mengenalkan dan
membimbing anak tentang tata cara penggunaan gadget. Contohnya dengan
memperkenalkan game yang ada edukasinya otomatis anak akan
mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang anak lihat dalam game tersebut,
kemudian Anda berikan penjelasan yang baik melalui gadget tersebut.
Kemudian, lebih dekat dan perhatian. Saat anak mulai main gadget dan
senang bermain game, baiknya temani dan ajak menonton video bersama
pada gadget tersebut. Dengan begitu Anda bisa menonton bersama anak
melalui media gadget tersebut seraya memberikan arah atau edukasi dari
film atau video yang sedang Anda dan Anak lihat bersama dari gadget itu
(Paulus, 2016).
2.1.3 Pengaruh gadget terhadap perkembangan anak usia pra sekolah
Komunikasi melalui gadget (smartphone) sekarang ini bagi sebagian
orang tampaknya lebih menarik daripada berkomunikasi secara langsung (tatap
muka). Gejala ini yang oleh Walhter disebut komunikasi hyperpersonal yakni
komunikasi dengan perantara jaringan internet yang secara sosial lebih menarik
dari pada komunikasi langsung. Fasilitas chating pada smartphone memberikan
atau dapat meningkatkan efektifitas pesan komunikasi dengan
mendayagunakan emoticon untuk membantu mengekpresikan perasaan serta
teks dan grafis sehingga efektivitasnya dapat mengimbangi komunikasi tatap
muka (Kominfo, 2013). Menjauhkan anak dari gadget (smarthphone, tablet,
handphone, pad, laptop) merupakan hal yang mustahil dan sulit, karena orang
tua tidak bisa terlepas dari gadget, kerja, menghubungi saudara, menyelesaikan
banyak urusan dengan gadget. Namun, sebagai bentuk perlindungan, orang tua
perlu mendampingi dan membatasi maksimal 30 menit dalam satu hari.
beberapa dampak buruk gadget terhadap anak, yaitu :
1. Perkembangan otak yang terlalu cepat
Diantara usia pra sekolah (3-6 tahun), pertumbuhan otak anak
memasuki masa yang paling cepat dan terus berkembang hingga usia
21 tahun. Stimulasi lingkungan sangat penting untuk memicu
perkembangan otak, termasuk gadget. Hanya saja stimulasi yang
berasal dari gadget diketahui berhubungan dengan defisit perhatian,
gangguan kognitif, kesulitan belajar, impulsif, dan kurangnya
kemampuan mengendalikan diri
2. Hambatan perkembangan
Saat menggunakan gadget, anak cenderung kurang bergerak, yang
berdampak pada hambatan perkembangan. Satu dari tiga anak yang
masuk sekolah cenderung mengalami hambatan perkembangan
sehingga berdampak buruk pada kemampuan berbahasa dan prestasi
disekolah.
3. Obesitas
Penggunaan gadget yang berlebihan diketahui bisa meningakatkan
resiko obesitas. Anak yang diperbolehkan menggunakan gadget
dikamarnya mengalami peningkatan resiko obesitas sebanyak 30%.
Padahal, diketahui bahwa obesitas pada anak meningkatkan resiko stroke
dan penyakit jantung sehingga menurunkan angka harapan hidup.
4. Gangguan tidur
Tidak semua orang tua mengawasi anaknya saat menggunakan
gadget, sehingga kebanyakan anak mengoperasikan gadget dikamar
tidurnya. Sebuah studi mengemukakan, 75% anak-anak di usia 9-10
tahun yang menggunakan gadget dikamar tidur mengalami gangguan
tidur yang berdampak pada prestasi belajar mereka
5. Penyakit mental
Sejumlah studi menyimpulkan, penggunaan gadget yang belebihan
merupakan faktor penyebab meningkatnya laju depresi, kecemasan,
defisit perhatian, autisme, gangguan bipolar, dan gangguan perilaku
pada anak.
6. Agresif
Anak yang terpapar tayangan kekerasan di gadget mereka beresiko
untuk menjadi agresif, apalagi saat ini banyak video game ataupun
tayangan yang berisi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan dan
kekerasan lainnya.
7. Pikun digital
Konten media dengan kecepatan tinggi berpengaruh dalam
meningkatkan resiko deficit perhatian, sekaligus penurunan daya
konsentrasi dan ingatan, karena bagian otak yang berperan dalam
melakukan hal itu cenderung menyusut.
8. Adiksi
Karena kurangnya perhatian orang tua (dialihkan pula oleh gadget),
anak cenderung lebih dekat dengan gadget mereka, padahal hal itu
memicu adiksi sehingga seakan tidak bisa hidup tanpa gadget mereka.
9. Radiasi
WHO mengkategorikan ponsel dalam resiko 2B karena radiasi
yang dikeluarkannya. Apalagi anak lebih sensitif terhadap radiasi,
karena otak dan sistem imun yang masih berkembang sehingga resiko
mengalami masalah dari radiasi gadget lebih besar dari orang dewasa.
10. Tidak berkelanjutan
Sebuah penelitian membuktikan edukasi yang berasal dari gadget
tidak akan lama bertahan dalam ingatan anak. Dengan demikian,
pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan berkelanjutan bagi
mereka (Cris Rowan, 2015).
Data (Ferliana, 2013), ditinjau dari sisi neurofisiologis, otak anak
berusia di bawah 5 tahun masih dalam taraf perkembangan. Perkembangan
otak anak akan lebih optimal jika anak diberi rangsangan sensorik secara
langsung. Misalnya, meraba benda, mendengar suara, berinteraksi dengan
orang, dan sebagainya. Jika anak usia di bawah 5 tahun menggunakan
gadget secara berkelanjutan, apalagi tidak didampingi orang tua, akibatnya
anak hanya fokus ke gadget dan kurang berinteraksi dengan dunia sekitar.
Selama tahun pertama, seorang anak harus mengembangkan suatu
kepercayaan dasar (basic trust), tahun kedua dia harus mengembangkan
mengarah pada penemuan identitas dirinya. Pada usia sekitar 3-6 tahun anak
banyak belajar mengenai berbagai macam koordinasi dan visiomotorik.
Aktivitas sensomotorik telah dapat diintegrasi menjadi aktivitas yang
dikoordinasi. Hal ini penting misalnya pada waktu mencontoh sebuah
gambar atau benda. Apa yang dilihat dengan mata harus dipindah dengan
motoriknya menjadi sebuah pola tertentu. Sekitar tahun keempat, semua
pola lokomotoriknya sudah dapat dikuasai. Aktivitas tersebut tidak luput
dari peran media informasi dan teknologi bersamaan dengan perkembangan
anak (Widiawati, 2014).
Bermain gadget dalam durasi yang panjang dan dilakukan setiap hari
secara kontinue, bisa membuat anak berkembang ke arah pribadi yang
antisosial. Ini terjadi karena anak tidak diperkenalkan untuk bersosialisasi
dengan orang lain. Selain itu juga berpotensi mendorong anak untuk menjalin
relasi secara dangkal. Waktu untuk bercengkerama secara langsung
berkurang karena sekarang waktu tersita untuk menikmati semuanya dalam
kesendirian (Romo, 2013).
2.1.4 Cara mengatasi dampak negatif gadget pada anak
Sosok yang paling berpengaruh dalam mencegah maupun mengatasi
dampak negatif dari gadget adalah orang tua. Maka orang tua memiliki
peran besar dalam membimbing dan mencegah agar teknologi gadget tidak
berdampak negatif bagi anak. Data (Ferliana, 2013), menjelaskan cara yang
harus dilakukan oleh orang tua ialah sebagai berikut :
1. Pilih sesuai usia
Dilihat dari tahapan perkembangan dan usia anak, pengenalan dan
penggunaan gadget bisa dibagi ke beberapa tahap usia. Untuk anak usia
di bawah 5 tahun, Pemberian gadget sebaiknya hanya seputar pengenalan
warna, bentuk, dan suara. Artinya, jangan terlalu banyak memberikan
kesempatan bermain gadget pada anak di bawah 5 tahun. Terlebih di usia
ini, yang utama bukan gadgetnya, tapi fungsi orang tua. Pasalnya gadget
hanya sebagai salah satu sarana untuk mengedukasi anak.
Ditinjau dari sisi neurofisiologis, otak anak berusia di bawah 5
tahun masih dalam taraf perkembangan. Perkembangan otak anak akan
lebih optimal jika anak diberi rangsangan sensorik secara langsung.
Misalnya, meraba benda, mendengar suara, berinteraksi dengan orang,
dan sebagainya. Jika anak usia di bawah 5 tahun menggunakan gadget
secara berkelanjutan, apalagi tidak didampingi orangtua, akibatnya anak
hanya fokus ke gadget dan kurang berinteraksi dengan dunia luar.
Otak bagian depan adalah bagian yang berfungsi memberi perintah
dan menggerakkan anggota tubuh lainnya. Di bagian otak belakang, ada
yang namanya penggerak. Di bagian ini, terdapat hormon endorfin yang
mengatur pusat kesenangan dan kenyamanan. Pada saat bermain gadget,
anak akan merasakan kesenangan, sehingga memicu meningkatnya
hormon endorfin. kecanduan berhubungan dengan ini jika dilakukan
dalam jangka waktu lama dan continue . Akibatnya, ke depannya, anak
akan mencari kesenangan dengan jalan bermain gadget, karena memang
sudah terpola sejak awal perkembangannya.
Dari aspek interaksi sosial, perkembangan anak usia di bawah 5
tahun sebaiknya memang lebih ke arah sensor-motorik. Yaitu, anak harus
bebas bergerak, berlari, meraih sesuatu, merasakan kasar-halus. Memang
di gadget juga ada pengenalan warna atau games di mana orang
melompat. Namun, kemampuan anak untuk berinteraksi secara langsung
dengan objek nyata di dunia luar tidak diperoleh anak.
2. Batasi waktu
Anak usia di bawah 5 tahun, boleh-boleh saja diberi gadget. Tapi
harus diperhatikan durasi pemakaiannya. Misalnya, boleh bermain tapi
hanya setengah jam dan hanya pada saat senggang. Contohnya, kenalkan
gadget seminggu sekali, misalnya hari Sabtu atau Minggu. Lewat dari
itu, ia harus tetap berinteraksi dengan orang lain. Aplikasi yang boleh
dibuka pun sebaiknya aplikasi yang lebih ke fitur pengenalan warna,
bentuk, dan suara.
Sejalan pertambahan usia, ketika anak masuk usia pra remaja, orang
tua bisa memberi kebebasan yang lebih, karena anak usia ini juga perlu
gadget untuk fungsi jaringan sosial mereka. Di atas usia 5 tahun (mulai 6
tahun sampai usia 10 tahun) orang tua bisa memperbanyak waktu anak
bergaul dengan gadget. Di usia ini, anak sudah harus menggali informasi
dari lingkungan. Jadi, kalau tadinya cuma seminggu sekali selama setengah
jam dengan supervisi dari orang tua, kini setiap Sabtu dan Minggu selama
dua jam. Boleh main game atau browsing mencari informasi. Intinya, kalau
orang tua sudah menerapkan kedisiplinan sedari awal, maka di usia pra
remaja, anak akan bisa menggunakan gadget secara bertanggung jawab dan
tidak kecanduan gadget.
3. Hindarkan kecanduan
Kasus kecanduan atau penyalahgunaan gadget biasanya terjadi
karena orangtua tidak mengontrol penggunaannya saat anak masih kecil.
Maka sampai remaja pun ia akan melakukan cara pembelajaran yang
sama. Akan susah mengubah karena kebiasaan ini sudah terbentuk. Ini
sebabnya, orang tua harus ketat menerapkan aturan ke anak, tanpa harus
bersikap otoriter. Dan jangan lupa, orang tua harus menerapkan reward
and punishment. Kalau ini berhasil dijalankan, maka anak akan bisa
melakukannya secara bertanggung jawab dan terhindar dari kecanduan.
Ciri anak yang sudah kecanduan antara lain:
a. Anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain
dengan gadget.
b. Anak mengabaikan/mengesampingkan kebutuhan lain hanya
untuk bermain gadget, misalnya lupa makan, lupa mandi.
c. Anak mengabaikan teguran dari orang sekitar
4. Beradaptasi dengan zaman
Salah satu dampak positif gadget adalah akan membantu
perkembangan fungsi adaptif seorang anak. Artinya kemampuan
seseorang untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
sekitar dan perkembangan zaman. Jika perkembangan zaman sekarang
muncul gadget, maka anak pun harus tahu cara menggunakannya, artinya
fungsi adaptif anak berkembang. Seorang anak harus tahu fungsi gadget
dan harus bisa menggunakannya karena salah satu fungsiadaptif manusia
zaman sekarang harus mampu mengikuti perkembangan teknologi.
Sebaliknya, anak yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi bisa
dikatakan fungsi adaptifnya tidak berkembang secara normal.
Namun, fungsi adaptif juga harus menyesuaikan dengan budaya
dan tempat seseorang tinggal. Kalau anak tinggal di sebuah desa dimana
gadget adalah barang langka, maka wajar kalau anak tidak tahu dan tidak
kenal yang namanya gadget.
2.2 Konsep interaksi sosial
2.2.1 Pengertian interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu yang lain,
antara kelompok dengan kelompok yang lain maupun individu dengan
kelompok (Soerjono, 2013).
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu
manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain (Gerungan, 2004).
Kelangsungan interaksi sosial ini, sekalipun dalam bentuknya yang
sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks. Sedangkan Tubbs
dan Moss dalam bukunya Human Communication (2001), suatu interaksi
sosial diartikan sebagai suatu sistem sosial dua orang atau lebih yang
dilengkapi dengan beberapa aturan dan harapan, serta beberapa ganjaran
dan hukuman yang berlaku diantaranya.
Mengenai interaksi yang terjalin tersebut, yang dianggap paling ideal
adalah secara tatap muka (langsung). Interaksi tatap muka lebih
memungkinkan suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal balik secara
langsung. pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat
proses saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi
didalamnya (Morey, 2004).
2.2.2 Syarat-Syarat terjadinya interaksi sosial
Menurut Soekanto (2002), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya kontak sosial
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya
bersamasama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara
harafiah adalah bersama-sama menyentuh. Tetapi secara gejala sosial,
kontak tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah. Seperti pada
perkembangan teknologi dewasa ini rang-orang dapat berhubungan satu
dengan yang lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat, dan
seterusnya (Soekanto, 2002).
Kontak dapat bersifat primer maupun sekunder. Kontak primer
terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling senyum,
dll). Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara.
Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui
perantara seperti telepon, telegrap, radio, surat, dll.
2. Adanya komunikasi
Mengenai komunikasi dapat dilihat secara bahasa, yakni berasal
dari kata Latin communicatio yang artinya hal memberitahukan, hal
memberi bagian dalam, atau pertukaran. Secara lebih sempit dapat
diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau
lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah
laku si penerima (Gea, Wulandari, dan Babari, 2003).
Komunikasi adalah ketika seseorang memberikan tafsiran pada
perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah
atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut. Dengan begitu orang yang bersangkutan kemudian akan
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh
orang lain tersebut (Soekanto, 2002).
Komunikasi yang efektif apabila si penerima pesan menginterpretasi
pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan.
Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang
diberikan benar-benar diterima secara tepat sebagaimana yang
dimaksud adalah dengan mendapatkan umpan balik pesan tersebut.
Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang pengirim
mengetahui bagaimana pesan yang dikirimkannya telah ditangkap oleh
si penerima atau tidak. Selain itu cara seseorang mendengarkan dan
menanggapi lawan bicara juga sangatlah penting dalam
berkomunikasi. Memberikan tanggapan penuh pemahaman dalam
mendengarkan dapat menghindari kecenderungan kesalahpahaman
komunikasi antara pihak terkait (Gea, Wulandari, dan Babari, 2003).
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial
Menurut Gerungan (2010) Interaksi sosial di pengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Adapun bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah sebagai berikut:
a. Imitasi (peniruan) merupakan dorongan untuk meniru individu lain.
Faktor ini memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
interaksi sosial.
b. Sugesti (memberi pengaruh) adalah individu memberikan pandangan
atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh individu lain diluarnya.
c. Identifikasi merupakan kecenderunngan atau keinginan-keinginan
dalam diri individu untuk menjadi sama dengan individu lain (meniru
secara keseluruhan).
d. Simpati merupakan proses dimana individu merasa tertarik pada
individu lain. Dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk
memahami individu lain untuk bekerja sama dengannya.
2.2.4 Aspek aspek interaksi sosial
Aspek-aspek interaksi sosial terdiri dari beberapa macam. Setiap
individu yang berhubungan dengan individu yang lain, baik hubungan sosial
antara individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok. Hubungan sosial individu memiliki aspek-aspek sebagai berikut :
1. Adanya hubungan
Setiap interaksi sudah tentu terjadi karena adanya hubungan antara
individu dengan individu manapun antara individu dengan kelompok,
serta hubungan antara kelompok dengan kelompok. Hubungan antara
individu dengan individu ditandai antara lain dengan menegur,
berjabatangan, dan bertengkar;
2. Adanya individu
Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu-individu yang
melaksanakan hubungan. Hubungan sosial itu terjadi karena adanya
peran serta dari individu satu dan individu lain, baik secara person atau
kelompok;
3. Adanya tujuan
Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti
mempengaruhi individu lain;
4. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok
Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi
kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari
kelompok. Disamping itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi dalam
kelompoknya. Individu didalam kehidupannya tidak terlepas individu yang
lain, oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk sosial yang
memiliki fungsi dalam kelompoknya. Jadi dalam hal ini setiap individu ada
hubungannya dengan struktur dan fungsi sosial (Santoso, 2004).
2.2.5 Ciri-ciri anak mampu berinteraksi sosial
Interaksi sosial terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat
kontak sosial dan komunikasi, dalam usahanya untuk mencapai interaksi
sosial dengan lingkungan, terkadang tanpa mengalami hambatan sehingga
akan muncul sikap perilaku yang positif. Ciri-ciri anak yang bisa
berinteraksi sosial yaitu :
1. Mampu dan bersedia menerima tanggung jawab;
2. Berpartisipasi bergembira dalam kegiatan yang sesuai dengan tiap
tingkatan usia;
3. Segera menangani yang menuntut penyelesaian;
4. Senang menyelesaikan dan mengatasi berbagai hambatan yang
mengancam kebahagiaan;
5. Tetap pada pilihannya sampai diyakini bahwa pilihan itu benar;
6. Mengambil keputusan dengan senang tanpa konflik dan tanpa banyak
menerima nasehat;
7. Lebih baik memperoleh kepuasaan dan prestasi yang nyata ketimbang
dari prestasi yang imajiner;
8. Dapat menggunakan pikiran sebagai alat untuk menciptakan cetak
bina tindakan bukan sebagai akal untuk menunda atau menghindari
suatu tindakan;
9. Belajar dari kegagalan tidak mencari-cari alasan untuk menjelaskan
kegagalan;
10. Tidak membesar-besarkan keberhasilan atau mengharapkan pada
bidang yang tidak berkaitan (Hurlock, 2005).
2.2.6 Ciri-ciri anak belum mampu berinterkasi sosial
Seseorang yang mengalami hambatan atau kegagalan dalam usahanya
untuk menyesuaikan diri dengan situasi sosial di lingkungannya juga akan
nampak dalam bentuk sikap dan perilaku yang cenderung negatif, antara lain:
1. Tidak bertanggung jawab tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran,
misalnya untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial;
2. Sifat yang sangat agresif dan sangat yakin pada pribadi;
3. Perasaan tidak aman yang menyebabkan patah mengikuti kelompok;
4. Merasa ingin pulang berada jauh dengan lingkungan yang tidak dikenal;
5. Telah banyak berkhayal untuk mengembangkan ketidakmampuan yang
diperoleh dari kehidupan sehari hari;
6. Mundur ketingkat perilaku sebelumnya agar disenangi dan diperhatikan;
7. Menggunakan mekanisme pertahanan (Hurlock, 2005).
2.3 Konsep anak usia pra sekolah
2.3.1 Pengertian anak usia pra sekolah
Anak diartikan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun
dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik,
psokologis, sosial, dan spiriual (Hidayat, 2005). Anak adalah antara usia
0–14 tahun karena diusia inilah risiko cenderung menjadi besar (WHO,
2003 dalam Nursalam, 2007).
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang
mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan di
kembangkan agar pribadi anak tesebut berkembang secara optimal
(Supartini, 2004).
2.3.2 Pengertian anak usia pra sekolah
Kartono (2007), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah meliputi
aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
1. Ciri fisik
Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah di bedakan dengan
anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak prasekolah umumnya
sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap
tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dapay di lakukan
sendiri. Berikan kesempatan pada anak untuk lari, memanjat, dan
melompat. Usahakan kegiatan tersebut sebanyak mungkin sesuai dengan
kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan. Walaupun anak laki-
laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang
bersifat pratis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi
sebaiknya jangan mengeritik anak laki-laki apabila tidak terampil. Ciri
fisik pada anak usia 4-6 tahun tinggi badan bertambah rata-rata 6,25-7,5
cm pertahun, tinggi rata-rata anak usia 4 tahun adalah 2,3 kg per tahun.
Penambahan berat badan anak usia 4-6 tahun rata-rata 2-3 kg pertahun,
berat badan rata-rata anak usia 4 tahun adalah16,8 kg (Muscari, 2005).
2. Ciri sosial
Anak prasekolah biasanya juga mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua
sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat menyesuaikan
diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang
biasa di pilih yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian
berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin berbeda.
Pada usia 4-6 tahun anak sudah memiliki keterikan selain dengan
orang tua, termasuk kakek nenek, saudara kandung, dan guru sekolah,
anak memerlukan interaksi yang yang teratur untuk membantu
mengembangkan keterampilan sosialnya (Muscari, 2005).
3. Ciri emosional
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering
terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru dan orang
sekitar.
4. Ciri kognitif
Anak prasekolah umumya sudah terampil berbahasa, sebagian dari
mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaiknya
anak di beri kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik. Pada usia
2-4 tahun anak sudah dapat menghubungkan satu kejadian dengan
kejadian yang simultan dan anak mampu menampilkan pemikirn yang
egosentrik, pada usia 4-7 tahun anak mampu membuat klasifikasi,
menjumlahkan, dan menghubungkan objek-objek anak mulai
menunjukkan proses berfikir intuifif (anak menyadari bahwa sesuatu
adalah benar tetapi dia tidak dapat mengatakan alasanya ), anak
menggunakan banyak kata yang sesuai tetapi kurang memahami
makna sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut
pandang orang lain ( Muscari, 2005 ).
2.3.3 Esensi sosialisasi anak
Sikap anak-anak terhadap orang lain dan pengalaman sosial dan
seberapa baik mereka dapat bergaul dengan orang lain sebagian besar akan
tegantung pada pengalaman belajar selama tahun-tahun awal kehidupan
yang merupakan masa pembentukan. Apakah mereka akan belajar
menyesuaikan diri dengan tuntunan sosial dan menjadi pribadi yang dapat
bermasyarakat bergantung pada empat faktor.
Pertama, kesempatan yang penuh untuk sosialisasi adalah penting
karena anak-anak tidak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang
lain jika sebagian besar waktu mereka dipergunakan seorang diri. Tehun
demi tahun mereka semakin membutuhkan kesempatan untuk bergaul tidak
hanya dengan anak yang umur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi
juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannya berbeda.
Kedua, dalam keadaan bersama-sama anak-anak tidak hanya harus
mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain,
tetapi juga harus mampu berbicara dengan topik yang dapat dipahami dan
menarik bagi orang lain. Pembicaraan yang bersifat sosial, sebagaimana
telah dipaparkan dalam bab tentang perkembangan bicara, merupakan
penunjang yang penting bagi sosialisasi, tetapi pembicaraan yang egosentrik
menghalangi sosialisasi.
Ketiga, anak akan belajar sosialisasi hanya apabila mereka
mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi sebgaian besar
bergantung pada tingkat kepuasan yang dapat diberikan oleh aktivitas sosial
kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan
dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut. Sebaliknya,
jika hubungan sosial hanya memberikan kegembiraan sedikit, mereka akan
menghindarinya apabila mungkin.
Keempat, metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah
penting. Dengan metode coba ralat anak mempelajari beberapa pola
perilaku yang penting bagi penyesuaian sosial yang baik. Mereka juga
belajar dengan mempraktekkan peran, yaitu dengan menirukan orang yang
dijadikan tujuan identifikasi dirinya. Akan tetapi, mereka akan belajar lebih
cepat dengan hasil akhir yang lebih baik jika mereka diajar oleh seseorang
yang dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar dan memilihkan
teman sejawat sehingga mereka akan mempunyai contoh yang baik untuk
ditiru (Hurlock, 2005).
2.3.4 Perkembangan interaksi sosial pada masa kanak-kanak awal
Dari umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan
sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama
dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri
dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Studi lanjutan tentang kelompok
anak melaporkan bahwa sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia
dini biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.
Masa kanak-kanak awal sering disebut masa “pragang” (pregang
age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-
anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju
perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang mengikuti pendidikan pra
sekolah misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak
(nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care center),
atau taman kanak-kanak (kindergarden), biasanya mempunyai sejumlah
besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang
umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan pra sekolah melakukan
penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak mengikuti pendidikan pra sekolah. Alasannya adalah mereka
dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan pertisipasi yang aktif dalam
kelompok dibandingkan dengan ank-anak yang aktivitas sosialnya terbatas
dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat.
Salah satu diantara sejumlah keuntungan pendidikan pra sekolah
adalah bahwa pusat pendidikan tersebut diberikan pengalaman sosial dibawah
bimbingan para guru yang terlatih yang membantu mengembangkan
hubungan yang menyenangkan dan berusaha agar anak-anak tidak mendapat
perlakuan yang mungkin menyebabkan mereka menghindari hubungan
sosial. Akibatnya, semua reaksi negatif kepada anak lain berkurang.
Walaupun demikian, reaksi negatif terhadap guru kadang-kadang meningkat
sedikit setelah anak lebih suka bergaul dengan teman sebaya daripada
dengan orang dewasa (Hurlock, 2005)
2.3.5 Hubungan dengan anak lain
Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang
diri atau searah. Meskipun dua atau tiga orang anak bermain di dalam
ruangan yang sama dan dengan jenis mainan yang sama, interaksi sosial
yang terjadi sangat sedikit. Hubungan mereka terutama terdiri atas meniru
atau mengamati satu sama lain atau berusaha mengambil mainan anak lain.
Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama
dalaam kelompok, berbicara atau sama lain pada saat bermain, dan memilih
dari anak-anak yang hadir siapa yang dipilih untuk bermain bersama.
Perilaku yang paling umum dari kelompok ini ialah mengamati satu sama
lain, melakukan percakapan, dan memberi saran lesan.
Studi terhadap anak-anak dalam masa pra sekolah telah
mebuktikan bahwa dengan semakin meningkatnya usia anak, pendekatan
yang ramah meningkat dan interaksi permainan semakin berkurang. Tahun
demi tahun anak laki-laki semakin melakukan pendekatan yang ramah tetapi
juga semakin melakukan pendekatan yang bermusuhan terhadap anak lain
(Hurlock, 2005).
2.3.6 Hubungan penggunaan gadget terhadap perkembangan interaksi sosial anak
usia pra sekolah
1. Anak akan menjadi pasif
Studi terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Infant Behavior and
Development menemukan bahwa menonton televisi akan
meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan kognitif, motorik,
dan bahasa pada anak usia di bawah usia dua tahun. Semakin panjang
durasi interaksi anak dengan perangkat elektronik, maka semakin
parah gangguan yang dialaminya.
Para peneliti pun meyakini bahwa apabila anak semakin tergantung
pada alat elektronik, maka hubungannya dengan orangtua pun akan
merenggang dan dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan
tersebut. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk tetap
berinteraksi dengan anak. Lakukan obrolan ringan atau bacakan
dongeng sebelum tidur agar anak bisa berinteraksi dengan Anda.
2. Anak menjadi pemalas dan berpotensi obesitas
Beberapa penelitian menunjukkan, terlalu sering berinteraksi
dengan perangkat elektronik memicu otak melepaskan dopamine. Zat
ini dilepaskan ketika Anda melihat sesuatu yang menarik dan
penghargaan. Namun, memiliki kebiasaan berinteraksi dengan gadget
sejak kecil membuat anak mencari penghargaan dari perangkat
tersebut, akhirnya ia lebih memilih duduk dengan gadget ketimbang
bermain dengan anak lain.
Perilaku semacam ini juga menggantikan aktivitas lain. Itulah
mengapa kebiasaan interaksi dengan perangkat elektronik dikaitkan
dengan tingkat obesitas. siswa TK yang menonton televisi selama satu
jam sehari cenderung mengalami peningkatan risiko obesitas.
3. Anak alami gangguan perilaku
Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2014 pada jurnal
Pediatrics menyebut bahwa bayi yang rewel biasanya lebih banyak
menonton televisi. Menurut para peneliti, perilaku bayi ini diyakini
lantaran perangkat elektronik mengganggu pola tidur anak.
Namun demikian, studi lain menunjukkan bahwa seringnya waktu
yang dihabiskan di depan layar kaca saat bayi tumbuh dewasa akan
berkorelasi dengan masalah-masalah perilaku. Solusinya, sering-
seringlah menghabiskan waktu dengan bermain bersama anak.
4. Anak berisiko menderita rabun dekat
Tingkat rabun dekat di seluruh dunia semakin meningkat.
Meskipun gangguan pada mata banyak dipengaruhi faktor keturunan,
namun beberapa ahli meyakini bahwa penggunaan gadget dan
penglihatan yang buruk ternyata saling berkait. Hal ini berhubungan
juga dengan kebiasaan anak meletakkan layar ponsel atau tablet
dengan jarak yang terlalu dekat dengan mata.
Untuk menghindari risiko gangguan penglihatan pada anak, seringlah
mengajak anak beraktivitas di luar ruangan. Sebab, sebuah studi yang
dilakukan di Australia menemukan bahwa semakin jarang anak berkativitas
di luar ruangan, maka ia akan lebih berisiko menderita rabun dekat (Paulus,
2016).
2.4 Model Teori Keperawatan Sister Calista Roy
1. Manusia (anak) sebagai sistem adaptif.
Sistem, adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan
dengan keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga
keterkaitan dari beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk
memeliki keseluruhan bagian-bagian yang saling berhubungan, sistem juga
memiliki input, output, dan control, serta proses feedback (Aris, 2016).
Roy mengemukakan bahwa anak sebagai sebuah sistem yang dapat
menyesuaikan diri (adaptive system). Sebagai sistem yang dapat menyesuaikan
diri anak dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, sosial) sebagai satu
kesatuan yang mempunyai Input (masukan), Control dan Feedback Processes
dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang
dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia
didefinisikan sebagai sebuah sistem yang dapat menyesuaikan diri dengan
aktivifitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan
Interdependensi (Aris, 2016).
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan
sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari
perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistem
yang dapat menyesuaikan diri anak dapat digambarkan dalam karakteristik
sistem, anak dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara
unit-unit fungsionil atau beberapa unit fungsionil yang mempunyai tujuan
yang sama. Sebagai suatu sistem dapat juga dijelaskan dalam istilah Input,
Control, Proses Feedback, dan Output.
1) Input (Stimulus)
Pada anak sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri: yaitu
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam
diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus
yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang
berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa anak
mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya
stimulus yang dapat ditoleransi.
2) Mekanisme Koping.
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen;
1995). Anak sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri disebut
mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu mekanisme
koping bawaan dan mekanisme koping dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki,
umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
dipikirkan sebelumnya. Sedangkan mekanisme koping yang dipelajari,
dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran atau
pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan
berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap
stimulus yang dihadapi.
Respon adaptif adalah keseluruhan yang meningkatkan integritas
dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”. Respon
maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang
sesuai dengan tujuan “human system”. Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasikan yaitu: Subsistem Regulator dan Subsistem Kognator.
Regulator dan Kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam
hubungannya terhadap empat efektor atau cara penyesuaian diri yaitu:
Fungsi Phisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan Interdependensi.
3) Output
Faz Patrick & Wall (1989), anak sebagai suatu sistem adaptif adalah
respon adaptif (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak
dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptif itu
mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon
maladaptif dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback,
respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali
pada anak sebagai suatu sistem.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang
berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif
atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika
anak masuk pada zona maladaptive maka anak mempunyai masalah
keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).
4) Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan
dengan perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan Biologis,
Psikhologis dan sosial. Subsistem regulator merupakan mekanisme kerja
utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan.
Subsistem Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional.
Dapat dijelaskan bahwa semua input stimulus yang masuk diproses
oleh subsistem Regulator dan Kognator. Respon-respon susbsistem
tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada anak
sebagai sistem adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan Interdependensi (Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).
2. Stimulus
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus
(stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan
diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). “Stimulus Internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh anak berupa pengalaman, kemampuan
emosional, kepribadian dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang
berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus Eksternal dapat berupa fisik,
kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai
ancaman”( Nursalam; 2003).
3. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar
dalam 3 (tiga kategori), yaitu: 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3)
kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang
terbentuk dari stimulus. Stimulus merupakan masukan ( Input ) bagi anak
sebagai sistem yang adaptif. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain: 1) stimulus fokal, 2) stimulus
kontektual, dan 3) stimulus residual.
1) Stimulus Fokal
yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan
sakit dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : penggunaan
gadget yang berlebihan penyebab terjadinya maladaptive pada anak.
2) Stimulus Kontektual
yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor
presipitasi) seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat
langsung pada saat ini, misalnya penggunaan gadget yang terlalu sering
dan tanpa pengawasan.
3) Stimulus Residual
yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat
mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan
Faktor Predisposisi, sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi
orangtua terhadap gaget yang memberikan lebih banyak manfaat
daripada dampak negatif.
4. Sehat-Sakit (Adaptif dan Maladaptif)
Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan integrasi secara keseluruhan . Dalam model adaptasi
keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi
yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan
memungkinkan anak berespon terhadap stimulus yang lain. Adaptasi adalah
komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan didalamnya
menggambarkan anak sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri.
Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk
akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistik untuk
mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas.
Proses adaptasi termasuk semua interaksi anak dan lingkungan dan dua
bagian proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan
dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon.
Perubahan-perubahan itu adalah stressor-stressor atau stimulus focal dan
ditengahi oleh faktor-faktor kontekstual dan residual. Bagian bagian stressor
menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress, bagian kedua dari
stress adalah nekanisme koping yang merangsang menghasilkan respon
adaftif atau inefektif .
5. Keperawatan
Roy menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Jadi model adaptasi keperawatan
menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan
praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam
model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan.
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan anak
yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban terhadap
stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika
stressor yang tidak biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme yang
lemah membuat upaya anak yang biasa menjadi koping yang tidak efektif
manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun
diinterpretasi untuk memberi arti bahwa aktivitas tidak hanya diberikan
ketika anak itu sakit. Roy menyetujui pendekatan holistic keperawatan
dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat
fungsi yang tinggi. Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan
dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi
interaksi anak dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap 4
cara menyesuaikan diri : yaitu fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas
keperawatan, yang digunakan pada proses keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi. Unit-unit analisis dari
pengkajian keperawatan adalah interaksi anak dengan lingkungan. Proses
pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian. Tingkat pertama
mengumpulkan data tentang perilaku anak, dalam tiap empat cara
penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari hasil observasi
penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari data tersebut
perawat membuat alasan sementara tentang apakah perilaku dapat
menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah
mengumpulkan data tentang fokal, kontekstual dan residual stimuli.
Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.
Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang
mempengaruhi perilaku. Intervensi keperawatan dibawa dalam konteks
proses keperawatan dan meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual. Intervensi keperawatan berikutnya,
mengevaluasi hasil akhir perilaku dan memodifikasi pendekatan-pendekatan
keperawatan sesuai kebutuhan
Input Control Processes Effector Output
Coping Physiological Adaptive
Stimuli Mechanism
Self concept
response
Adaptation Regulator Role function
Level
Ineffevtive
Cognator
interdependenc
response
Gambar 2.1 Sistem Adaptasi Sister Calista Roy
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
INPUT
PENGGUNAAN GADGET
Stimulasi
1. Kognitif
2. Afektif 3. Psikomotor
PROSES
Regulator : Otak bagian belakang terdapat
hormone endorphin yang mengatur
pusat kesenangan dan kenyamanan
Kognator : 1. Pembentukan persepsi 2. Komunikasi baik
3. Berpartisipasi aktif 4. Tanggung jawab
EFEKTOR Penyesuaian diri
OUTPUT Perilaku adaptif : INTERAKSI SOSIAL
BAIK CUKUP KURANG
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Hubungan
Gambar 3.1: Kerangka konsep hubungan penggunaan gadget terhadap
perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah berbasis sistem
adapatasi sister Callista Roy
Penjelasan kerangka konseptual:
Teori Adaptasi Callista Roy terdapat 4 model yaitu yang pertama Input,
disini input digambarkan dalam suatu penggunaan gadget yang akan membrikan
stimulus kognitif, afektif dan psikomotor dalam diri anak. Kedua Proses, yang
digambarkan sebagai regulator yaitu otak bagian belakang dan terdapat hormone
endorphin yang mengatur pusat kesenangan dan kenyamanan.pada saat bermain
gadget, anak akan merasakan kesenangan sehingga memicu meningkatnya
hormone endorphin, kecanduan berhubungan dengan ini jika dilakukan dalam
jangka waktu yang lama, akibat kedepannya anak akan mencari kesenangan
dengan jalan bermain gadget yang sudah terpola sejak awal perkembangannya.
Proses juga menggambarkan suatu kognnator yang merupakan proses
pembentuukan persepsi komunikasi yang baik, berpartisipasi aktif dan tanggung
jawab. Proses regulator dan kognator tersebut berkaitan erat dengan hasil
stimulasi dalam diri anak yang selanjutnya akan mempengaruhi penyesuaian diri.
Penyesuaian diri merupakan efektor model ketiga dari adaptasi Roy. Keempat,
output yang menggambarkan perilaku adaptif, interaksi sosial anak. Jika anak
masuk pada zona maladaptive maka anak mempuyai masalah keperawatan
adaptasi (Nursalam, 2003).
H3.2 Hipotesis
: Ada hubungan penggunaan gadget terhadap perkembangan interaksi sosial
anak usia pra sekolah berbasis teori Sister Callista Roy di TK Dharma Wanita
Sidoarjo.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik
denagn metode penelitian kuantitatif, dan desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain Croos-sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara penggunaan dengan perkembangan,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach). Artinya tiap subyek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variabel subyek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan april sampai juni tahun
2017 di TK Dharma Wanita Sidoarjo.
4.3 Populasi, Sampel, Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi dapat didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri
dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa yang menggunakan fasilitas gadget di TK Dharma Wanita
Sidoarjo yang berjumlah 47 anak.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian anak TK Dharma Wanita usia 3-6 tahun di Desa Wirobiting Sidoarjo
sejumlahN 32 anak, dengan rumus Solvin (Nursalam, 2016):
= 1 + (N. )
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Standart error (10%)
Maka : N
= 1 + (N. )
= 1 + 47.47 0,1
= 1,4747
= 31,9 = 32 sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi target dan populasi terjangkau (Nursalam, 2013). Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Ibu dari siswa yang menggunakan gadget.
2) Ibu siswa yang setuju menjadi responden.
3) Ibu dari siswa yang menggunakan gadget lebih dari 3jam sehari
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan sebagian subyek yang
memenuhi inklusi dari penelitian karena berbagai sebab (Nursalam,
2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Ibu siswa yang tidak setuju menjadi responden, dikarenakan ada
alasan lain
2. Ibu siswa yang tidak mengizinkan anak menggunakan gadget.
4.3.3 Sampling
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mawakili
keseluruhan populasi yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis
Non probabilitas yang memberikan peluang sama. Untuk mencapai sampling ini,
setiap elemen dilakukan pengambilan sampel sesuai tujuan penelitian (Hidayat, A.
Aziz Alimul 2012). Cara pengambilan sampel, peneliti mendaftar absensi siswa
TK sejumlah 47 siswa kemudian mendatangi responden sejumlah besar sampel
yang diinginkan, yaitu 32 siswa. Kemudian ibu siswa yang setuju menjadi
responden akan mengisi kuesioner yang telah disediakan.
4.4 Kerangka Kerja (frame work)
Identifikasi Masalah
Desain Penelitian Cross sectional
Populasi Semua siswa yang menggunakan gadgaet di TK Dharma Wanita Sidoarjo sejumlah 47 anak
Sampling
Purposive sampling
Sampel
Sampel sejumlah 32 siswa TK Dharma Wanita Sidoarjo
Pengumpulan Data Menggunakan kusioner
Pengolahan data (Editing, Coding, Scoring, Tabulating)
Analisa data uji spearman rho
Hasil dan kesimpulan
Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah
4.5 Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai benda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain).
4.5.1 Variabel Independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat),
(Sugiyono, 2010). Variabel independen pada peneltian ini adalah
penggunaan gadget pada anak usia pra sekolah.
4.5.2 Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas (independen), (Sugiyono, 2010).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah perkembangan interaksi sosial
anak usia pra sekolah.
4.6 Definisi operasional
Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah.
Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor
operasional ukur
Independe Pengalaman 1. Durasi : K O Skor
nt anak kuesioner no U R penggunaan
menggunak 1, 2 E D gadget dibagi
Penggunaa an fasilitas 2. Jenis S I menjadi 3 yaitu
n gadget gadget di penggunaan I N :
usia 3-6 gadget : O A Skor
tahun. kusioner no N L 1. sering=76%-
3,4,5,6 E 100%
3. Dampak R 2.kadang=56%-
penggunaaan 75%
gadget : 3.tidak pernah
kuesioner no <55%
7,8,9,10 (Arikunto,
2006)
Dependent Prkembangan 1. Kemampuan K O Dihitung dari
anak dalam tanggung U R jawaban yang
Perkemba menyesuaika jawab : E D benar 1 dan
ngan n diri dengan kuesioner no S I salah 0
interaksi lingkungan 1 I N dikriteriakan:
sosial dan 2. Kemampuan O A 1. Baik
berinteraksi komunikasi : N L (76-100%)
dengan teman kuesioner no E 2. Cukup
sebaya. 5,6,7 R (56-75%)
3. Kemampuan 3. Kurang
brpartisipasi (< 56%)
: kuesioner (Nursalam,
no. 2,3 2013)
4. Kemampuan
menuntut
penyelesaian
: kuesioner
no. 4,8,9
4.7 Pengumpulan Data
4.7.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian instrumen yang digunakan variabel
penggunaan gadget pada anak usia pra sekolah yaitu dengan menggunakan lembar
kuesioner dan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah berbasis teori
adaptasi Callista Roy dengan menggunakan kuesioner :
1. Data identitas reponden meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan
terakhir
2. Kuesioner penggunaan gadget yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan
menggunakan skala likert, untuk pertanyaan posistif dengan kriteria
sangat sering (4), sering (3), jarang (2), sangat jarang (1), dan
pertanyaan negative dengan kriteria sangat sering (1), sering (2), jarang
(3), sangat jarang (4)
3. Kuesioner interaksi sosial yang terdiri dari 9 pertanyaan dengan
menggunakan skala likert untuk pertanyaan posistif dengan kriteria
sangat sering (4), sering (3), jarang (2), sangat jarang (1), dan
pertanyaan negative dengan kriteria sangat sering (1), sering (2), jarang
(3), sangat jarang (4)
4.7.2 Prosedur Penelitian
Setelah mendapatkan surat pengantar dari institusi, peneliti menyerahkan
surat pengantar tersebut dan meminta ijin pada Kepala sekolah TK Dharma Wanita
Sidoarjo untuk mengadakan penelitian, selanjutnya peneliti mendaftar absensi siswa
TK sejumlah 47 siswa yang meggunakan gadget kemudian mendatangi responden
sampai sejumlah besar sampel yang diinginkan, yaitu 32 siswa.
Kemudian ibu siswa yang setuju menjadi responden akan mengisi kuesioner yang
telah disediakan. Selama pengisian kuesioner peneliti menunggu selama kurang
lebih 20 sampai 25 menit, setelah waktu yang diberikan habis kemudian diambil
oleh peneliti dan mengoreksi apakah masih ada soal yang belum diisi apa belum
oleh responden, setelah lembar kuesioner terkumpul semua, peneliti melakukan
pengolahan data, dan kemudian peneliti melakukan penyusunan hasil dari
kuesioner tersebut.
4.9 Pengolahan dan Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2009).
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasannya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book)
untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel
(Hidayat, 2009).
3. Scoring
Scoring adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari responden untuk
mengukur perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah (pada ibu siswa
TK Dharma Wanita Sidoarjo).
4. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data kedalam satu tabel tertentu
menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah diproses
sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah dirancang.
Analisa data merupakan pengolahan data dan menganalisis data dengan
tehnik tertentu (Notoatmodjo, 2010).
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
2. Analisa Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui
hubungan peggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak
usia pra sekolah (di TK Dharma Wanita Sidoarjo) di uji dengan
menggunakan uji spearman rho dengan software SPSS 23, dimana p < α =
0,05 maka ada hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan
interaksi sosial anak usia pra sekolah (di TK Dharma Wanita Sidoarjo),
sedangkan p > α = 0,05 tidak ada hubungan penggunaan gadget dengan
perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah (di TK Dharma
Wanita Sidoarjo).
4.10 Keterbatasan Penelitian
Terabatasnya waktu saat peneliti melakukan penelitian. Umumnya untuk
mengetahui perkembangan interaksi sosial anak diiperlukan adaya observasi
lebih dari satu hari pada tiap individu, sedangkan pada penelitian ini hanya
dilakukan menggunakan kuesioner pada orangtua responden sehingga
orangtua banyak yang mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang
paling baik untuk anak mereka.
4.11 Etika Penelitian
4.11.1 Informed Consent (persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya (Hidayat, 2009).
4.11.2 Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2009).
4.11.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2009).
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di TK
Dharma Wanita Sidoarjo pada tanggal 15 april 2017 dengan 32 responden. Hasil
penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data
umum dimuat karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan terakhir, dan
pekerjaan, sedangkan data khusus terdiri dari penggunaan gadget, dan
perkembangan interaksi sosial. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitian tentang “penggunaan gadget dengan perkembanagn
interaksi sosial anak usia pra sekolah berbasis teori adaptasi sister callista roy
(di TK Dharma Wanita Sidoarjo)” dilaksanakan di TK Dharma Wanita Desa
Wirobiting terdiri dari beberapa kelas yaitu kelas A, B1 dan B2. Terletak
dibelakang sekolah SDN Wirobitng II dengan mempunyai 5 macam
permainan yang terletak di sisi kanan sekolah. Sedangkan kegiatan anak-
anak disana yaitu senang bermain-main dengan teman-temannya ketika jam
istirahat tiba, selain itu juga mereka biasa membeli makanan ringan di
belakang sekolah mereka.
5.1.2 Data umum
a. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi resonden menurut umur orangtua siswa di TK
Dharma Wanita sidoarjo pada bulan april 2017
No. Umur Frekuensi Presentase (%)
1 <25 thn 5 15
2 26-40 thn 21 66
3 >40 thn 6 19
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan sebagian besar dari responden
berumur 26-40 tahun sejumlah 21 orang (66%).
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir orangtua
siswa di TK Dharma Wanita sidoarjo pada bulan april 2017
No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 9 28
2 SMP 12 38
3 SMA 10 31
4 PT 1 3
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir dari setengah responden
berpendidikan SMP sejumlah 12 orang (38%)
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orangtua siswa di
TK Dharma Wanita sidoarjo pada bulan april 2017
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Bekerja 6 19
2 Tidak bekerja 26 81
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden
tidak bekerja sejumlah 26 orang (81%).
d. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin anak di TK
Dharma Wanita sidoarjo pada bulan april 2017
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 13 40
2 Perempuan 19 60
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden jenis
kelamin anak perempuan sejumlah 19 anak (60%).
e. Karakteristik responden berdasarkan usia anak
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur anak di TK Dharma
Wanita sidoarjo pada bulan april 2017
No. Umur Frekuensi Presentase (%)
1 4 thn 1 3
2 5 thn 11 34
3 6 thn 20 63
Jumlah 32 100 Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar dari anak berusia
6 tahun sejumlah 20 anak (63%).
5.1.2 Data khusus
a. Karakteristik responden berdasarkan tingkat penggunaan Gadget
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat peggunaan Gadget pada anak
TK Dharma Wanita Sidoarjo pada bulan april 2017
No. Penggunaan gadget Frekuensi Presentase (%)
1 Sering 1 3
2 Jarang 25 78
3 Tidak pernah 6 19
Jumlah 32 100
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruh anak jarang menggunakan
gadget yaitu sebnayak 25 anak (78%).
b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat perkembangan interaksi sosial
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat perkembangan interaksi
sosial pada anak TK Dharma Wanita Sidoarjo pada bulan april 2017
No. Pekembangan interaksi Frekuensi Presentase (%)
1 Baik 15 47
2 Cukup baik 16 50
3 Kurang 1 3
Jumlah 32 100
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa setengah responden perkembangan interaksi
sosial anak TK Dharma Wanita adalah cukup yaitu sebesar 16 anak (50%).
c. Tabulasi silang penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak
usia pra sekolah (di TK Dharma Wanita Sidoarjo)
Tabel 5.8 Penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak usia
pra sekolah (di TK Dharma Wanita Sidoarjo) tahun 2017
Baik Cukup Kurang Total
n % n % n %
Sering n 0 0 1 1
% 0% 0% 3,1% 3,1%
Jarang n 9 16 0 25
% 28,1% 50,0% 0% 78,1%
Tidak
pernah n 6 0 0 6
% 18,8% 0% 0% 18,8%
Total 15 16 1 32
46,9% 50,0% 3,1%
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa setengah dari responden dengan jumlah 16
responden (50%) jarang menggunakan gadget dan mengalami perkembangan
interaksi sosial yang cukup, jumlahnya lebih banyak daripada yang jarang
menggunakan gadget dan mengalami perkembangan interaksi sosial yang baik
yaitu sebanyak 9 responden (28,1%). Sebagian kecil responden tidak pernah
menggunakan gadget dan mengalami perkembangan interaksi sosial baik yaitu
sebanyak 6 responden (18,8%), dan sering menggunakan gadget dengan
perkembangan interaksi sosial kurang sebanyak 1 respoden (3,1%).
Uji spearman rho α=0,05 antara variabel penggunaan gadget dengan
perkembangan interaksi sosial di TK Dharma Wanita Sidoarjo tahun 2017
didapatkan nilai p=0,001 < 0,05. Hasil tersebut kurang dari taraf signifikan yang
digunakan yaitu α=0,05, sehingga ada hubungan antara variabel penggunaan
gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Tingkat penggunaan gadget
Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruhnya responden dengan
tingkat penggunaan gadget jarang, sebagian kecil responden tidak pernah
menggunakan gadget dan sebagian kecil responden dengan tingkat
penggunaan gadget sering. Berdasarkan pada parameter durasi penggunaan
gadget mempunyai rata–rata terendah dari masing-masing parameter.
Berdasarkan kuesioner pada pertanyaan parameter duarasi yaitu soal nomer 1
dan 2 dengan pertanyaan “Apakah anak saya menggunakan hp lebih dari 30
menit dalam satu hari?” di dapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
menjawab jarang.
Menjauhkan anak dari gadget (smarthphone, tablet, handphone, pad,
laptop) merupakan hal yang mustahil dan sulit, karena orang tua tidak bisa
terlepas dari gadget, kerja, menghubungi saudara, menyelesaikan banyak
urusan dengan gadget (Kominfo, 2013). Anak usia di bawah 5 tahun, boleh-
boleh saja diberi gadget. Tapi harus diperhatikan durasi pemakaiannya.
Misalnya, boleh bermain tapi hanya setengah jam dan hanya pada saat
senggang. Contohnya, kenalkan gadget seminggu sekali, misalnya hari
Sabtu atau Minggu. Lewat dari itu, ia harus tetap berinteraksi dengan orang
lain. Aplikasi yang boleh dibuka pun sebaiknya aplikasi yang lebih ke fitur
pengenalan warna, bentuk, dan suara (Ferliana, 2013).
Durasi penggunaan gadget pada anak usia prasekolah di TK Dharma
Wanita Sidoarjo masih jarang dilakukan. Dalam satu hari anak-anak tidak
menggunakan fasilitas gadget lebih dari 30 menit. dan bukan hal yang penting
dalam kehidupan anak. Orang tua banyak memberikan kesempatan kepada
anak untuk bermain dengan teman-temannya dibandingkan bermain gadget.
Berdasarkan pada parameter jenis pengggunaan gadget mempunyai
rata–rata tinggi dari masing-masing parameter. Berdasarkan pada pertanyaan
parameter jenis penggunaan gadget item tertinggi yaitu soal nomer 5 dengan
pertanyaan “anak saya menggunakan hp untuk bermain game?” di dapatkan
hasil bahwa sebagian besar responden menjawab sangat sering.
Di bagian otak belakang, ada yang namanya penggerak. Di bagian ini,
terdapat hormon endorfin yang mengatur pusat kesenangan dan
kenyamanan. Pada saat bermain gadget, anak akan merasakan kesenangan,
sehingga memicu meningkatnya hormon endorfin. kecanduan berhubungan
dengan ini jika dilakukan dalam jangka waktu lama dan continue.
Akibatnya, ke depannya, anak akan mencari kesenangan dengan jalan
bermain gadget, karena memang sudah terpola sejak awal
perkembangannya (Ferliana, 2013). Saat anak dalam usia prasekolah telah
diperkenalkan dengan bermain game yang disukainya, anak akan merasa
nyaman dan akan mengulangi kegiatan hal yang disukainya tersebut hingga
akan lupa waktu. Hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan otak anak
yang terlalu cepat dalam seusia mereka.
Berdasarkan pada parameter dampak penggunaan gadget mempunyai
rata–rata tertinggi dari masing-masing parameter. Berdasarkan pada
pertanyaan parameter dsmpsk penggunaan gadget item terendah yaitu soal
nomer 7 dsn 8 dengan pernyataan “hp dapat meringankan beban keseharian
anak saya” dan”hp dapat meningkatkan kualitas hidup anak saya”. Di
dapatkan hasil bahwa sebagian besar responden sangat sering. Orangtua
yang menganggap hp dapat meringankan keseharian dan meningkatkan
kualitas hidup anak akan memberikan kebebasan untuk anak bermain
gadget apabila anak sedang ngambek atau rewel. Kurangnya perhatian
orang tua (dialihkan pula oleh gadget), anak cenderung lebih dekat dengan
gadget mereka, padahal hal itu memicu adiksi sehingga seakan tidak bisa
hidup tanpa gadget mereka (Rowan, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden
tidak berkarir dan sebagian kecil responden berkarir. Orang tua yang tidak
berkarir akan memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya. Sosok yang
paling berpengaruh dalam mencegah maupun mengatasi dampak negatif
dari gadget adalah orang tua. Maka orang tua memiliki peran besar dalam
membimbing dan mencegah agar teknologi gadget tidak berdampak negatif
bagi anak (Ferliana, 2013).
Pada usia sekitar 3-6 tahun anak banyak belajar mengenai berbagai
macam koordinasi dan visiomotorik, aktivitas sensomotorik telah dapat
diintegrasi menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Hal ini penting misalnya
pada waktu mencontoh sebuah gambar atau benda, yang dilihat dengan
mata harus dipindah dengan motoriknya menjadi sebuah pola tertentu.
Sekitar tahun keempat, semua pola lokomotoriknya sudah dapat dikuasai.
Aktivitas tersebut tidak luput dari peran media informasi dan teknologi
bersamaan dengan perkembangan anak (Widiawati, 2014).
Orangtua siswa TK Dharma Wanita memberikan gadget sebagai alat
edukasi, namun dalam seusia mereka, anak perlu adanya dampingan agar
gadget dapat memberikan dampak yang positif. Orangtua yang tidak
berkarir akan memiliki lebih banyak waktu dalam memberikan asuhan
kepada anaknya sehingga, orangtua dapat memberikan arahan saat anak
menggunakan gadget.
5.2.2 Perkembangan interaksi sosial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah dari responden
perkembangan interaksi sosial anak TK Dharma Wanita adalah cukup,
hampir dari setengah responden dengan perkembangan interaksi sosial
baik dan sebagian kecil responden dengan perkembangan interaksi sosial
kurang. Berdasarkan pada parameter kemampuan menuntut penyelesaian
mempunyai rata– rata terendah dari masing-masing parameter. Berdasarkan
pada pertanyaan parameter kemampuan menuntut penyelesaian item
terendah yaitu soal nomer 4 dengan pernyataan “pada saat ada teman
berselisih anak saya membiarkan saja” di dapatkan hasil bahwa sebagian
besar responden menjawab sering.
Interaksi sosial terjadi bila antara dua individu atau kelompok
terdapat kontak sosial dan komunikasi, dalam usahanya untuk mencapai
interaksi sosial dengan lingkungan, terkadang tanpa mengalami hambatan
sehingga akan muncul sikap perilaku yang positif (Hurlock, 2005). Anak
TK Dharma Wanita dengan perkembangan interaksi yang cukup dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dimanapun dia berada. Mereka
dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan teman baru, sekolah baru,
ataupun lingkungan yang baru. Sedangkan anak dengan perkembangan
interaksi yang baik, mereka lebih dapat memberikan penyelesaian saat
sedang ada teman yang berselisih, lebih dapat mengontrol emosi saat ada
teman yang berbuat usil terhadapnya.
Berdasarkan pada parameter kemampuan komunikasi mempunyai
rata–rata rendah dari masing-masing parameter. Berdasarkan pada
pernyataan parameter kemampuan komunikasi item terendah yaitu soal
nomer 7 dengan pernyataan “pada saat diskusi anak saya berusaha aktif
mengmukakan pendapat” di dapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
menjawab jarang.
Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi
kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari
kelompok. Disamping itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi dalam
kelompoknya. Individu didalam kehidupannya tidak terlepas individu yang
lain, oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk sosial yang
memiliki fungsi dalam kelompoknya. Jadi dalam hal ini setiap individu
ada hubungannya dengan struktur dan fungsi sosial (Santoso, 2004). Anak
dengan perkembangan interaksi sosial yang cukup disebabkan kurang
beraninya anak berpendapat saat berdiskusi, hal tersebut dikarenakan anak
kurang percaya diri saat berkomunikasi didepan kelompok atau didepan
banyak orang.
Berdasarkan pada parameter kemampuan berpartisipasi dan
kemampuan bertanggung jawab mempunyai rata–rata tertinggi dari masing-
masing parameter. Berdasarkan pada pernyataan parameter kemampuan
berpartisipasi item tertinggi yaitu soal nomer 2 dengan pernyataan “anak
saya bergaul dengan siapa saja tanpa memandang status sosial teman saya”
di dapatkan hasil bahwa sebagian besar responden menjawab sangat sering.
Sikap anak-anak terhadap orang lain dan pengalaman sosial dan seberapa
baik mereka dapat bergaul dengan orang lain sebagian besar akan tegantung
pada pengalaman belajar selama tahun-tahun awal kehidupan yang merupakan
masa pembentukan. Apakah mereka akan belajar menyesuaikan diri dengan
tuntunan sosial dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat
(Hurlock, 2005).
Menurut peneliti anak dengan perkembangan interaksi sosial yang baik
akan dapat besosialisasi dengan siapapun tanpa memandang status sosial
temannya. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri anak mampu berinteraksi sosial
menurut (Hurlock, 2005), mampu dan bersedia menerima tanggung jawab;
Berpartisipasi bergembira dalam kegiatan yang sesuai dengan tiap tingkatan
usia; Segera menangani yang menuntut penyelesaian; Senang menyelesaikan
dan mengatasi berbagai hambatan yang mengancam kebahagiaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil dari responden
adalah berkarir dan hampir seluruhnya tidak berkarir. Anak akan belajar
sosialisasi hanya apabila mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya.
Motivasi sebgaian besar bergantung pada tingkat kepuasan yang dapat
diberikan oleh aktivitas sosial kepada anak. Jika mereka memperoleh
kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi
hubungan tersebut. Sebaliknya, jika hubungan sosial hanya memberikan
kegembiraan sedikit, mereka akan menghindarinya apabila mungkin (
Hurlock, 2005).
Anak-anak di TK Dharma Wanita yang terbiasa dengan pengasuh
ataupun nenek dan kakek nya akan lebih memilih bersama pengasuhnya
daripada dengan ibunya yang sibuk menghabiskan waktu untuk bekerja.
Mereka akan lebih merasa nyaman dengan orang yang terbiasa
bersamanya dan akan terus mengulangi hubungan bersama seseorang yang
membuat mereka senang. Sifat ini akan terbentuk untuk mengembangkan
ketrampilan sosialnya.
5.2.3 Hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak
usia pra sekolah (di TK Dharma Wanita Sidoarjo)
Hasil distribusi responden mengenai penggunaan gadget dengan
perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah (di TK Dharma Wanita
Sidoarjo) dapat dilihat pada hasil uji statistic dengan uji spearman rho
diperoleh nilai p value = 0,001 < 0,05 sehingga dapat disimpulakn bahwa
ada hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial
anak usia pra sekolah (di TK Dharma Wanita Sidoarjo) (H0 ditolak).
Dapat dilihat dari hasil tabel 5.4 bahwa anak yang jarang menggunakan
gadget, mengalami perkembangan interaksi sosial yang cukup. Anak yang
sering menggunakan gadget mengalami perkembangan interaksi sosial yang
kurang. Hal tersebut dikarenakan orangtua menganggap gadget hanya dapat
memberikan dampak positif bagi perkembangan anaknya. Saat waktu senggang
dirumah, orangtua selalu memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain
gadget daripada membiarkan anak bermain diluar rumah bersama temannya.
Hal tersebut dapat dilihat ketika ada teman yang berselisih, anak tersebut
membiarkan dan bersifat tidak peduli. Orangtua juga
mengatakan dalam kelas, anak tersebut juga pasif saat menyampaikan
pendapat.
Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat
yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat menyesuaikan diri secara
sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa di pilih yang
sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang
terdiri dari jenis kelamin berbeda. Pada usia 4-6 tahun anak sudah memiliki
keterikan selain dengan orang tua, termasuk kakek nenek, saudara kandung,
dan guru sekolah, anak memerlukan interaksi yang yang teratur untuk
membantu mengembangkan keterampilan sosialnya (Muscari, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian (Eka Indah, 2015) menggunakan tehnik
metode cross sectional dengan total sampel berupa kuesioner yang dilakukan
dengan jumlah sampel 50 orang. Data diolah dengan menggunakan program
SPSS. Hasil penelitian menunjukkan responden yang aktif menggunakan
gadget mengalami perkembangan sosialisasi yang cukup sebnayak 22
responden, sedangkan responden yang pasif menggunakan gadget mengalami
perkembangan sosilaisasi yang baik sebanyak 15 responden. Hasil analisa uji
spearman rank nilai p=0,001 dan r=-0,464. Sedangkan nilai α=0,05 maka p
value < α. Kesimpulan dari penelitian adalah ada pengaruh penggunaan
gadget terhadap perkembangan sosialisasi anak usia 4-6 tahun di RA Al-
Ittihad Jogoroto Kabupaten Jombang. Sehingga H1 diterima dan H0 ditolak
(Eka Indah, 2015, penggunaan gadget terhadap perkembanagn sosialisasi
anak usia 4-6 tahun Studi di RA Al-Ittihad Jogoroto Kabupatenn Jombang).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1 Penggunaan gadget pada anak pra sekolah di TK Dharma Wanita sebagian
besar responden adalah jarang.
2 Perkembangan interaksi sosial pada anak pra sekolah di TK Dharma Wanita
sebagaian besar dari responden perkembangan interaksi sosialnya adalah cukup.
3 Ada hubungan antara penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial
anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita Sidoarjo
6.2 Saran
1. Bagi Orangtua
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan orangtua agar membatasi
pemberian gadget dalam frekuensi jarang atau tidak lebih dari 30 menit dalam
sehari dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain diluar rumah
bersama teman-temnnya karena semakin jarang menggunakan gadget
perkembangan interaksi sosial anak semakin baik.
2. Bagi Guru TK Dharma Wanita
Diharapkan agar guru di sekolah TK Dharma Wanita menstimulasi anak
didiknya dalam perkembangan yang paling rendah yaitu untuk berani berpendapat
saat diskusi dan untuk bersikap peduli saat ada teman yg berselisih.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang pengaruh
gadget terhadap kemampuan kognitif anak usia prasekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Agusli, R. Panduan Koneksi Internet 3G & HSDPA di Handphone & Komputer.
Jakarta: Mediakita 2008
Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Salemba
Medika
Aziz, A. H, (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Balitbang, SDM Kominfo, Dinamika Perkembangan Pemanfaatan Teknologi
Komunikasi Serta Implikasinya di Masyarakat. (Jakarta: Media Bangsa)
2013. Hal 455
Eka, 2013. Penggunaan gadget terhadap perkembangan sosialisasi anak usia 4-
6tahun. Jurnal
Gea, wulandari,dkk. 2003. Character Building II, Relasi Dengan Sesama. Jakarta :
PT Gramedia.
Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
Hurlock, E. Perkembangan Anak edisi keenam. Surabaya: Erlangga. 2005.
http://fuadefendi3.blogspot.co.id/2014/01/pengaruh-gadget-
terhadap perkembangan.html
Irfanqi.2015.pengaruh teknologi terhadap perkembangan anak,jurnal
Kuntawiaji. 2013. Penggunaan Teknologi Gadget Pada Anak.Jurnal
Kursiwi.2016.Dampak penggunaan gadget terhadap interaksi sosial mahasiswa
semester v (lima).jurnal
Mubashiroh. 2013. Gadget,Penggunaan Dan Dampak Pada AnakAnak.Semarang.
Notoatmodjo,S.,2010. Mengembangkan Instrumen Penelitian. Dalam:
Notoatmodjo,S., ed. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta, 164-165.
Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nurlaelah Syarif, Pengaruh Perilaku Pengguna Smartphone Terhadap
Komunikasi Interpersonal Siswa SMK IT Airlangga Samarinda, (eJurnal
Ilmu Komunikasi Univ. Mulawarman, 2015) h. 219
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi
3. Jakarta. Salemba Medika.
Nursalam. 2016. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi
5. Jakarta. Salemba Medika.
Sastroasmoro, S.S. & S. Ismael. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto.
Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo, 2002.
Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Tomey, A.M. & Alligod, M.R. (2006) Nursing Theorists and their work (6th
ed).
America: Mosbey Elsevier.
Tubbs, Steward L & Sylvia Moss. Human Communication, Konteks-konteks
Komunikasi. Cetakan Ketiga. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001.
Lampiran 1
Lembar Penjelasan Penelitian
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Nurjanah
Nim : 13.321.0017
Program Studi : S1 Keperawatan
Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan
gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah berbasis teori
adatasi Siter Callista Roy (di TK Dharma Wanita Sidoarjo)”.
Berikut ini penjelasan tentang dilakukannya penelitian dan terkait dengan
keikutsertaan para wali murid siwa TK Dharma Wanita sebagai responden dalam
penelitian ini :
1. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan gadget
dengan perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah
2. Manfaat penelitian adalah diharapkan dapat memberikan informasi secara
teoritis bagi teori keperawatan anak mengenai pengaruh penggunaan
gadget terhadap perkembangan interaksi sosial anak usia pra sekolah (3-6
tahun), serta memberikan referensi tentang pekembangan intekasi sosial
anak usia pra sekolahPeneliti memberikan kuesioner kepada responden.
3. Responden penelitian ini diminta untuk mengisi kuesioner dengan
didampingi oleh peneliti.
4. Apabila dalam penelitian responden merasa tidak nyaman, maka
responden berhak bicara pada peneliti.
5. Responden penelitian akan diberikan reward berupa souvenir.
6. Keikutsertaan responden pada penelitian ini bukan merupakan suatu
paksaan, melainkan atas dasar sukarela, oleh karena itu para wali murid
siswa TK Dharma Wanita berhak untuk melanjutkan atau menghentikan
keikutsertaan karena alasan tertentu yang dikomunikasikan terlebih dahulu
pada peneliti.
7. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data
hanya disajikan dalam forum ilmiah dan tim ilmiah khususnya di STIKES
ICME Jombang.
8. Apabila ada yang perlu ditanyakan atau didiskusikan selama penelitian,
resdeponden bisa menghubungi peneliti
Demikian penjelasan ini disampaikan. Saya berharap para wali murid siswa
TK Dharma Wanita bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Atas
kesediaanya saya ucapkan terimakasih.
Jombang, April 2017
Penulis
(Dwi Nurjanah)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Setelah membaca, mendengarkan dan memahami isi penjelasan tentang tujuan
dan manfaat penelitian ini, maka saya menyatakan :
Bersedia menjadi responden penelitian
Tidak bersedia menjadi responden penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Keperawatan STIKES ICME
Jombang yaitu :
Nama : Dwi Nurjanah
Nim : 13.321.0017
Judul : Penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial
anak usia pra sekolah berbasis teori adaptasi Sister Callista
Roy (di TK Dharma Wanita Sidoarjo).
Penelitian ini saya buat dengan sadar dan tanpa ada paksaan dari siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana semestinya.
Jombang, April 2017
Mahasiswa Responden
………………………………………… ……………………………………..
Lampiran 3
INSTRUMEN PENGUKURAN PENGGUNAAN GADGET
A. Identitas Responden
Nama anak : .......................................................................
umur : .......................................................................
Kelas : .......................................................................
B. Petunjuk
1. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini mungkin menggambarkan apa yang telah anda alami atau apa yang mungkin terjadi pada anak.
2. Anda tentu memiliki jawaban terhadap setiap pertanyaan ini. Nyatakan pendapat anda dengan membubuhkan tanda contreng () pada kolom yang sesuai.
3. Angket ini dijamin sangat rahasia dan tidak berpengaruh pada kegiatan akademik dan non akademik.
C. Angket penggunaan
gadget No.
Pernyataan
1. Anak saya menggunakan HP setiap hari
2. Anak saya menggunakan HP lebih dari 30 menit setiap
hari
3. Anak saya menggunakan HP untuk menelepon
seseorang
4. Anak Saya menggunakan HP untuk mengirim
pesan kepada seseorang
5. Anak saya menggunakan HP untuk bermain game
6. Anak saya menggunakan HP untuk mengakses youtube
7. HP dapat meringankan beban keseharian anak saya
8. HP dapat meningkatkan kualitas hidup anak saya
9. HP dapat memberikan dampak yang positif bagi
kehidupan anak saya
10. HP dapat memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan anak saya
Sangat
Sering Jarang sering
Sangat
jarang
Lampiran 4
INSTRUMEN PENGUKURAN INTERAKSI SOSIAL SISWA
D. Identitas Responden
Nama ibu : pendidikan terakhir :.......
Umur ibu :
pekerjaan :
E. Petunjuk
4. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini mungkin menggambarkan apa yang telah anak anda alami atau apa yang mungkin terjadi pada anak.
5. Anda tentu memiliki jawaban terhadap setiap pertanyaan ini. Nyatakan pendapat anda dengan membubuhkan tanda contreng () pada kolom yang sesuai.
6. Angket ini dijamin sangat rahasia dan tidak berpengaruh pada kegiatan akademik dan non akademik.
F. Angket Interaksi Sosial
No Pernyataan Sangat Sering Jarang Sangat
sering jarang
1 Anak saya dapat mengerjakan tugas sesuai waktu yang ditentukan
2 Anak saya akan bergaul dengan siapa saja, tanpa memandang status sosial teman saya.
3 Setiap belajar kelompok, anak menganggap teman yang lain sebagai partner yang mempunyai hak sama.
4 Pada saat ada teman berselisih, maka anak saya membiarkan saja.
5 Ketika berdiskusi anak saya dapat berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
6 Pada saat diskusi anak saya selalu pasif untuk menyampaikan pendapatnya.
7
8
Pada saat berdiskusi anak saya berusaha aktif untuk mengemukakan pendapat Anak saya tidak memerlukan bantuan guru jika pada saat belajar tidak ditemukan kesepakatan dan anak saya akan tetap memaksakan pendapat untuk diterima oleh teman-teman.
9 Anak saya akan meminta bantuan guru jika mengalami kesulitan saat belajar
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
TABULASI DATA UMUM
No. Umur Pekerjaan Pend. Jenis kelamin Umur anak
Responden IBU terakhir anak
R1 29 Ibu rumah SMA L 6 tahun
tahun tangga
R2 35 Ibu rumah SMP L 5 tahun
tahun tangga
R3 21 Ibu rumah SD P 5 tahun
tahun tangga
R4 25 Ibu rumah SMP L 6 tahun
tahun tangga
R5 37 Petani SD L 7 tahun
tahun
R6 33 Ibu rumah SMP P 6 tahun
tahun tangga
R7 28 Ibu rumah SMP L 6 tahun
tahun tangga
R8 30 Analis PT L 5 tahun
tahun kesehatan
R9 48 Ibu rumah SD P 5 tahun
tahun tangga
R10 28 Ibu rumah SD L 6 tahun
tahun tangga
R11 41 Ibu rumah SMP P 6 tahun
tahun tangga
R12 48 Ibu rumah SD L 6 tahun
tahun tangga
R13 28 Ibu rumah SMP L 6 tahun
tahun tangga
R14 28 Ibu rumah SMA P 6 tahun
tahun tangga
R15 28 Ibu rumah SMP P 6 tahun
tahun tangga
R16 35 Ibu rumah SMP P 6 tahun
tahun tangga
R17 38 Ibu rumah SMA L 5 tahun
tahun tangga
R18 42 Ibu rumah SD P 6 tahun
tahun tangga
R19 26 Ibu rumah SMP P 5 tahun
tahun tangga
R20 25 Ibu rumah SMA P 5 tahun
tahun tangga
R21 24 Ibu rumah SMA P 6 tahun
tahun tangga
R22 32 Ibu rumah SMA L 6 tahun
tahun tangga
R23 28 Ibu rumah SMA P 6 tahun
tahun tangga
R24 36 Ibu rumah SMP P 5 tahun
tahun tangga
R25 30 Ibu rumah SMP P 6 tahun
tahun tangga
R26 31 Pegawai SD L 6 tahun
tahun pabrik
R27 39 Pegawai SMA P 4 tahun
tahun pabrik
R28 30 Ibu rumah SMP P 6 tahun
tahun tangga
R29 24 Ibu rumah SMA P 5 tahun
tahun tangga
R30 35 Ibu rumah SD P 5 tahun
tahun tangga
R31 47 Petani SD P 5 tahun
tahun
R32 48 Swasta SMA L 6 tahun
tahun
Lampiran 11
TABULASI PENGGUNAAN GADGET ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK DHARMA WANITA SIDOARJO
No Jumlah pertanyaan jumlah skor kriteria kode
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
R1 3 3 1 1 2 2 3 4 1 1 21 53% Tidak pernah 3
R2 3 3 1 1 3 1 3 4 1 1 21 53% Tidak pernah 3
R3 3 3 1 1 2 1 2 3 2 3 21 53% Tidak pernah 3
R4 3 4 1 1 3 1 3 4 1 1 22 55% Tidak pernah 3
R5 3 4 1 1 2 1 2 4 1 3 22 55% Tidak pernah 3
R6 3 3 1 1 3 1 3 4 1 2 22 55% Tidak pernah 3
R7 3 3 1 2 2 1 2 4 2 3 23 58% Jarang 2
R8 3 4 1 1 3 1 4 3 2 3 25 62% Jarang 2
R9 3 3 2 1 4 1 3 4 1 4 26 65% Jarang 2
R10 3 4 1 1 2 1 2 4 1 3 22 56% Jarang 2
R11 3 3 1 1 3 1 4 4 1 4 25 63% Jarang 2
R12 3 3 1 1 4 4 4 4 1 4 26 65% Jarang 2
R13 3 3 3 1 4 2 3 3 2 3 27 68% Jarang 2
R14 1 3 2 2 1 2 4 4 1 4 24 60% Jarang 2
R15 3 4 1 1 3 1 4 4 1 4 26 65% Jarang 2
R16 2 3 3 2 3 4 3 3 4 4 31 77% Sering 1
R17 2 3 1 1 3 3 3 3 1 4 24 60% Jarang 2
R18 3 3 1 1 4 1 4 4 1 4 26 65% Jarang 2
R19 3 4 1 1 3 1 4 4 1 2 24 60% Jarang 2
R20 3 4 1 1 3 1 4 4 1 2 24 60% Jarang 2
R21 3 3 1 1 2 2 4 4 3 4 27 68% Jarang 2
R22 3 4 1 1 4 1 2 4 1 3 24 60% Jarang 2
R23 3 3 1 1 4 1 4 4 1 4 26 65% Jarang 2
R24 3 3 1 1 3 1 3 3 1 4 23 58% Jarang 2
R25 3 4 1 1 3 1 2 4 1 4 24 60% Jarang 2
R26 3 3 1 2 4 1 4 4 1 4 27 68% Jarang 2
R27 2 3 2 2 2 1 3 3 3 3 24 60% Jarang 2
R28 2 2 2 1 2 4 4 2 3 4 26 65% Jarang 2
R29 4 4 1 1 3 1 4 4 1 1 24 60% Jarang 2
R30 3 3 1 2 3 4 3 3 2 3 24 60% Jarang 2
R31 3 3 1 1 3 1 3 3 1 4 23 58% Jarang 2
R32 3 3 1 1 4 1 4 4 1 4 26 65% Jarang 2
Lampiran 12
TABULASI PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK DHARMA WANITA SIDOARJO
No Jumlah pertanyaan jumlah skor kriteria kode
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
R1 3 4 4 3 3 3 3 3 4 30 83% Baik 1
R2 4 4 4 2 4 3 2 4 4 31 86% Baik 1
R3 4 4 4 2 4 3 1 4 4 30 83% Baik 1
R4 4 4 4 2 4 2 1 4 4 29 81% Baik 1
R5 3 4 3 1 4 3 3 4 4 29 81% Baik 1
R6 4 4 4 2 4 2 2 4 4 30 83% Baik 1
R7 4 4 4 2 3 4 4 4 4 33 92% Baik 1
R8 3 3 4 3 4 4 3 4 4 32 89% Baik 1
R9 3 3 4 1 4 4 3 4 3 29 81% Baik 1
R10 3 4 3 1 4 3 4 4 4 30 83% Baik 1
R11 4 4 4 2 4 4 4 4 4 34 94% Baik 1
R12 4 4 4 2 4 4 1 4 4 31 86% Baik 1
R13 4 4 4 2 4 3 1 4 4 30 83% Baik 1
R14 4 4 4 3 1 3 4 4 3 30 83% Baik 1
R15 4 4 4 3 4 2 3 4 4 32 89% Baik 1
R16 2 3 2 1 2 2 2 3 3 20 55% Kurang 3
R17 3 4 3 3 3 3 2 4 1 26 72% Cukup 2
R18 3 3 4 2 3 3 4 2 2 26 72% Cukup 2
R19 3 3 3 1 4 2 3 4 4 27 75% Cukup 2
R20 3 4 4 1 2 4 2 4 2 26 72% Cukup 2
R21 3 3 3 1 3 2 2 4 4 25 69% Cukup 2
R22 2 4 3 2 2 3 2 3 3 24 67% Cukup 2
R23 4 4 4 2 2 2 1 4 4 27 75% Cukup 2
R24 3 3 3 2 3 3 2 2 4 25 69% Cukup 2
R25 4 4 4 2 2 2 1 4 4 27 75% Cukup 2
R26 2 4 4 2 4 3 1 4 4 28 78% Cukup 2
R27 3 3 2 2 2 2 2 2 3 21 58% Cukup 2
R28 4 3 3 1 4 2 3 4 4 28 78% Cukup 2
R29 3 4 4 2 2 1 2 4 4 26 72% Cukup 2
R30 3 4 3 2 3 3 2 3 3 26 72% Cukup 2
R31 3 4 3 2 3 2 2 4 4 27 75% Cukup 2
R32 3 4 4 2 3 3 1 4 3 27 75% Cukup 2
Lampiran 13 Tabel uji validitas kuesioner penggunaan gadget
Skortot
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 al
item1
Pearson Correlation
1.000**
.634**
.457*
.634**
.634**
.681**
1 .313 .313 .313 .313
Sig. (2-tailed)
.178 .000 .003 .178 .043 .003 .178 .003 .178 .001
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item2
Pearson Correlation
.215
1.000**
1.000**
1.000**
.843**
.313 1 .313 .362 .215 .215
Sig. (2-tailed)
.178 .178 .362 .000 .117 .362 .000 .362 .000 .000
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item3
Pearson Correlation
1.000**
.634**
.457*
.634**
.634**
.681**
.313 1 .313 .313 .313
Sig. (2-tailed)
.000
.178
.003
.178
.043
.003
.178
.003
.178
.001
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item4
Pearson Correlation
.634**
.634**
.435
1.000**
1.000**
.664**
.215 1 .215 .215 .215
Sig. (2-tailed)
.003
.362
.003
.362
.055
.000
.362
.000
.362
.001
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item5
Pearson Correlation
1.000**
1.000**
1.000**
.843**
.313 .313 .215 1 .362 .215 .215
Sig. (2-tailed)
.178
.000
.178
.362
.117
.362
.000
.362
.000
.000
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item6
Pearson Correlation
.457*
.457*
.621**
.362 .435 .362 1 .435 .362 .435 .362
Sig. (2-tailed)
.043
.117
.043
.055
.117
.055
.117
.055
.117
.003
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item7
Pearson Correlation
.634**
.634**
1.000**
1.000**
.664**
.215 .215 .435 1 .215 .215
Sig. (2-tailed)
.003
.362
.003
.000
.362
.055
.362
.000
.362
.001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item8
Pearson Correlation
1.000**
1.000**
1.000**
.843**
.313 .313 .215 .362 .215 1 .215
Sig. (2-tailed)
.178 .000 .178 .362 .000 .117 .362 .362 .000 .000
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item9 Pearson Correlation .634**
.215 .634**
1.000**
.215 .435 1.000**
.215 1 .215 .664**
Sig. (2-tailed)
.003 .362 .003 .000 .362 .055 .000 .362 .362 .001
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item10
Pearson Correlation
1.000**
1.000**
1.000**
.843**
.313 .313 .215 .362 .215 .215 1
Sig. (2-tailed)
.178 .000 .178 .362 .000 .117 .362 .000 .362 .000
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
skortotal
Pearson Correlation
.681**
.843**
.681**
.664**
.843**
.621**
.664**
.843**
.664**
.843**
1
Sig. (2-tailed)
.001 .000 .001 .001 .000 .003 .001 .000 .001 .000
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel uji reabilitas kuesioner penggunaan gadget
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.905 10
Lampiran 14 Tabel uji validitas kuesioner perkembangan interaksi sosial
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 skortotal
item1
Pearson Correlation
.637**
.716**
1.000**
.716**
.466*
.842**
1 .289 .441 .441
Sig. (2-tailed)
.003 .000 .000 .216 .052 .000 .038 .052 .000
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item2
Pearson Correlation
.637**
.637**
.453*
.489*
1 .311 .033 .200 .311 .200
Sig. (2-tailed)
.003 .182 .003 .889 .398 .182 .045 .398 .029
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item3
Pearson Correlation
.716**
.716**
1.000**
.617**
.311 1 .177 .207 .141 .207
Sig. (2-tailed)
.000
.182
.000
.456
.380
.000
.554
.380
.004
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item4
Pearson Correlation
1.000**
.637**
.716**
.716**
.466*
.842**
1 .289 .441 .441
Sig. (2-tailed)
.000
.003
.000
.216
.052
.000
.038
.052
.000
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item5
Pearson Correlation
.568**
.568**
.642**
.289 .033 .177 .289 1 .177 .318
Sig. (2-tailed)
.216
.889
.456
.216
.009
.456
.172
.009
.002
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item6
Pearson Correlation
.568**
1.000**
.802**
.441 .200 .207 .441 1 .207 .340
Sig. (2-tailed)
.052
.398
.380
.052
.009
.380
.143
.000
.000
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item7
Pearson Correlation
.716**
1.000**
.716**
.617**
.311 .177 .207 1 .141 .207
Sig. (2-tailed)
.000
.182
.000
.000
.456
.380
.554
.380
.004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item8
Pearson Correlation
.466*
.453*
.466*
.526*
.141 .318 .340 .141 1 .340
Sig. (2-tailed)
.038 .045 .554 .038 .172 .143 .554 .143 .017
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
.568**
1.000**
.802**
.
item9 Pearson Correlation
441 .200 .207 .441 .207 .340 1
Sig. (2-tailed)
.052 .398 .380 .052 .009 .000 .380 .143 .000
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
skortotal
Pearson Correlation
.842**
.489*
.617**
.842**
.642**
.802**
.617**
.526*
.802**
1
Sig. (2-tailed)
.000 .029 .004 .000 .002 .000 .004 .017 .000
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel uji reabilitas kuesioner perkembangan interaksi sosial
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.860 9
Lampiran 15
Tabel tabulasi silang frekuensi penggunaan gadget dengan perkembangan interkasi sosial
gadget * interaksi Crosstabulation
interaksi
baik
cukup
kurang
Total
gadget sering
Count
0 0 1 1
% of Total
.0% .0% 3.1% 3.1%
jarang
Count
9 16 0 25
% of Total
28.1% 50.0% .0% 78.1%
tidakpernah
Count
6 0 0 6
% of Total
18.8% .0% .0% 18.8%
Total
Count
15 16 1 32
% of Total
46.9% 50.0% 3.1% 100.0%
Lampiran 16
Tabel uji spearman rho
Correlations
gadget interaksi
Spearman's rho gadget
Correlation Coefficient
1.000 -.575**
Sig. (2-tailed)
. .001
N
32 32
interaksi
Correlation Coefficient
-.575**
1.000
Sig. (2-tailed)
.001 .
N
32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 17
No Jadwal
1 Pendaftaran Skripsi 2 Penentuan Pembimbing 3 Pengajuan Tema Judul Skripsi 4 Konsultasi Judul
5 Studi Kepustakaan 6 Penyusunan Proposal 7 Bimbingan Proposal
8 Ujian Proposal 9 Revisi (Bila perlu) 10 Pengurusan surat ijin penelitian 11 Pengambilan Data 12 Pengolahan Data 13 Penyusunan Skripsi 14 Bimbingan Skripsi 15 Ujian Skripsi 16 Revisi (Bila perlu)
JADWAL PROPOSAL PENELITIAN
Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2