Download - skripsi "Pendidikan Karakter Bangsa"
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terangkum dalam sebuah
sistem, yaitu Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Akhir-akhir ini pendidikan menjadi perhatian serius masyarakat luas,
moralitas telah dipinggirkan dalam sistem berperilaku dan bersikap di tengah
masyarakat. Akibatnya, di satu sisi, pendidikan yang telah dijalankan menjadikan
manusia kian terdidik intelektualitasnya. Namun, di sisi lain, pendidikan semakin
menjadikan manusia kehilangan kemanusiannya. Maraknya aksi kekerasan,
korupsi, pembalakan liar dan sederet gambaran dekadensi moralitas
menghadapkan kepada kerinduan untuk mendesain ulang sistem pendidikan yang
berbasis kepada keluhuran akhlak, tata etika, dan moralitas (Asmaun S dan Angga
Teguh Prasetyo, 2012: 13).
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka membentuk karakter bangsa
yang baik di Indonesia yaitu melalui pendidikan. Pada tanggal 11 Mei 2010,
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan penerapan
1
pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan, bagi sekolah dasar hingga
perguruan tinggi (Zainap Aqib, 2011: 1). Strategi pelaksanaan pendidikan
karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program
peningkatan mutu bebasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Strategi
tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas.
Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak
yang baik. Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong
peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan
berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki
tujuan hidup (Heri Gunawan, 2012: 192-193). Dalam rangka memperkuat
pelaksanaan pendidikan karakter, setidaknya telah teridentifikasi 18 nilai yang
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional itu
sendiri, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab ( Nurla Isna Aunillah, 2011: 106).
Menurut Kemendiknas (2010) dalam buku panduan pendidikan karakter di
sekolah, dalam struktur kurikulum pendidikan Nasional, ada dua mata pelajaran
yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu
pendidikan agama dan PKn. Agar tujuan penerapan pendidikan karakter dapat
berjalan dengan maksimal, sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di semua
tingkatan kelas, karena setiap peserta didik memiliki hak yang sama untuk
2
mendapatkan materi mengenai pengembangan karakter. Oleh karena itu,
sebagaimana dinyatakan dalam buku panduan pendidikan karakter yang
dikeluarkan oleh Kemendiknas (2010) bahwa penyelenggaraan pendidikan
karakter perlu dilaksanakan secara bersama-sama, oleh semua pendidik termasuk
pendidik umum yaitu pendidik-pendidik yang mengajar mata pelajaran umum,
seperti pendidik matematika, pendidik pendidikan jasmani, pendidik ilmu
pengetahuan sosial, pendidik pengetahuan alam dan lain-lain. Cara yang paling
tepat bagi para pendidik umum adalah mengintegrasikan nilai-nilai agama
(karakter) dalam proses pembelajaran yaitu menanamkan nilai-nilai dalam proses
pembelajaran dengan cara memberikan teladan kepada peserta didik dengan nilai-
nilai karakter tersebut (Heri Gunawan, 2012: 214-215). Misalnya pendidik kimia
sedang mengajarkan tentang larutan elektrolit dan non elektrolit menggunakan
metode percobaan, maka nilai-nilai agama (karakter) yang disampaikan kepada
peserta didik adalah jujur, percaya diri, bertanggung jawab atas hasil
praktikumnya.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa ada 18 nilai yang bersumber dari
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yang perlu ditanamkan
pada peserta didik. Apabila semua nilai tersebut harus ditanamkan dengan
intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat
berat. Oleh karena itu perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak
bagi penanaman nilai-nilainya. Selain itu untuk membantu fokus penanaman nilai-
nilai utama tersebut, nilai-nilai utama tersebut perlu dipilah-pilah atau
dikelompokkan untuk kemudian diintegrasikan pada mata pelajaran-mata
3
pelajaran yang paling cocok. Dengan kata lain tidak semua mata pelajaran diberi
integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti
nilai-nilai yang lain tidak diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran.
Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai
utama tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang
bersangkutan.
Contoh distribusi nilai-nilai karakter utama dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam/IPA salah satunya mata pelajaran kimia adalah: rasa ingin
tahu, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, jujur, percaya diri, menghargai
keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli, dan cinta ilmu (Heri
Gunawan, 2012: 223).
Berdasarkan observasi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3
Bengkayang kelas X pada pembelajaran kimia, melalui pengamatan kondisi
pembelajaran yang dilaksanakan dan perilaku peserta didik secara umum yang ada
di ruang kelas, pada prinsipnya proses pembelajaran kimia sudah cukup baik,
pendidik mengintegrasikan/mengaitkan beberapa nilai-nilai karakter kepada
peserta didik saat proses pembelajaran tetapi penyampian nilai karakter oleh
pendidik belum maksimal, misalnya pada saat penyampaian materi kimia
pendidik mengaitkan beberapa nilai-nilai karakter yang terdapat dalam materi
yang diajarkan, pendidik menegur peserta didik yang terlambat dengan sopan,
pendidik mengecek kehadiran peserta didik. Melihat perilaku peserta didik secara
umum, masih banyak peserta didik yang tidak disiplin, tidak menghargai saat
4
pendidik menyampaikan materi, dan rasa ingin tahu terhadap materi yang
diajarkan sangat kurang.
Pada penelitian ini, akan dilakukan survei untuk mengetahui apakah
pendidikan karakter bangsa telah dilaksanakan pada saat penyampaian materi
kimia yang disampaikan pendidik kimia kelas X semester 2 SMA Negeri 3
Bengkayang. Untuk mengetahui penerapan karakter bangsa pada mata pelajaran
kimia akan diketahui menggunakan instrumen berupa angket. Instrumen angket
akan diberikan kepada pendidik dan angket juga akan diberikan kepada peserta
didik sebagai pembanding hasil angket pendidik. Hasil angket pendidik akan
ditindaklanjuti dengan langkah observasi guna memperkuat kebenaran hasil
angket.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut berikut:
1. Akhir-akhir ini pendidikan menjadi perhatian serius pada masyarakat luas,
moralitas telah dipinggirkan dalam sistem berperilaku dan bersikap ditengah
masyarakat.
2. Pendidikan yang telah dijalankan menjadikan manusia kian terdidik
intelektualitasnya tetapi di sisi lain, pendidikan diusung semakin menjadikan
manusia kehilangan kemanusiannya.
3. Maraknya aksi kekerasan, korupsi, pembalakan liar dan sederet gambaran
dekadensi moralitas menghadapkan kepada kerinduan untuk mendesain ulang
5
sistem pendidikan yang berbasis kepada keluhuran akhlak, tata etika, dan
moralitas.
4. Belum jelas operasionalisasi pemerintah dalam rangka membentuk karakter
bangsa yang baik di Indonesia melalui pendidikan.
5. Pendidik SMA Negeri 3 Bengkayang belum maksimal dalam
mengintegrasikan/mengaitkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik saat
proses pembelajaran kimia.
6. Melihat perilaku peserta didik secara umum, masih banyak peserta didik yang
tidak disiplin, tidak jujur, kurang menghargai keberagaman, tidak menghargai
saat pendidik menyampaikan materi, dan rasa ingin tahu terhadap materi yang
diajarkan sangat kurang.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran terlaksananya penerapan karakter bangsa pada mata pelajaran
kimia di SMA Negeri 3 Bengkayang apabila hasil jawaban angket pendidik
dan angket peserta didik memberikan jawaban yang sama atau cocok.
2. Pengukuran terlaksananya penerapan karakter bangsa pada mata pelajaran
kimia di SMA Negeri 3 Bengkayang apabila hasil observasi oleh peneliti
sesuai dengan kriteria terlaksananya karakter bangsa.
3. Hasil dari survei diperkuat dengan observasi pembelajaran kimia di kelas oleh
peneliti.
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Sejauh manakah pendidikan karakter bangsa telah diterapkan pendidik dalam
pembelajaran kimia di SMA Negeri 3 Bengkayang pada semester genap
Tahun Ajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
Mengetahui sejauh mana pendidikan karakter bangsa telah diterapkan
pendidik dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri 3 Bengkayang pada
semester genap Tahun Ajaran 2012/2013.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi peserta didik, menumbuhkan sikap karakter bangsa yang sangat berarti
dan sangat berguna bagi peserta didik untuk kedepannya.
2. Bagi pendidik, sebagai informasi atau masukan yang sangat berarti dalam
rangka menghasilkan peserta didik yang berkualitas dalam hal kognitifnya
sekaligus berkarakter bangsa.
3. Bagi SMA Negeri 3 Bengkayang, hasil penelitian ini akan memberikan
sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatan kualitas proses belajar
mengajar sehingga dapat menjadikan SMA Negeri 3 Bengkayang sebagai
7
wahana yang dapat menghasilkan lulusan bukan hanya berkualitas tetapi juga
berkarakter bangsa.
4. Bagi Peneliti, mendapatkan informasi tentang pendidikan karakter yang sangat
berguna kelak. Selain itu, memberikan bekal agar mahasiswa sebagai calon
guru kimia siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan
zaman serta dapat membentuk karakter peserta didik.
8
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan
1. Deskripsi Teori
a. Pembelajaran Kimia
Belajar menurut Slameto (2003: 2) adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Belajar menurut Mulyati Arifin (2005: 2) adalah proses aktif
peserta didik untuk membangun dan memahami konsep-konsep yang
dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar baik secara individu maupun
kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Keefektifan perilaku belajar menurut
Abin Syamsudin Makmun (2004: 232) dipengaruhi 4 hal yaitu adanya motivasi,
adanya perhatian dan mengetahui sasaran, adanya usaha serta adanya penilaian
dan penetapan hasil.
Mengajar menurut A.M. Sardiman (2006: 52) adalah usaha pendidik untuk
menyampaikan dan menanamkan pengetahuan kepada peserta didik. Mulyati
Arifin (2005: 21) menyatakan bahwa mengajar merupakan proses aktif pendidik
untuk menciptakan situasi agar peserta didik dapat belajar dan memahami konsep-
konsep yang dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik
9
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal (Sugihartono, 2007: 81). Menurut Johann Amos Comenius (dalam Eli
rohaeti dan Sutiman, 2010: 3) terdapat 4 prinsip pembelajaran:
1) Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak
didik.
2) Sesuatu yang diajarkan harus mempunyai aplikasi praktis dalam kehidupan
dan mengandung nilai bagi anak didik.
3) Bahan pembelajaran disusun secara induktif, mulai dari yang mudah
meningkat kearah yang lebih sulit.
4) Serangkaian buku teks dengan ilustrasi dibuat sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran.
Pembelajaran kimia merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara
komponen-komponen pembelajaran yaitu pendidik, peserta didik, metode dan
media pembelajaran yang digunakan pendidik untuk mencapai tujuan
pembelajaran kimia (Oemar Hamalik, 2008: 54).
Menurut BSNP (2006) objek ilmu kimia adalah gejala-gejala alam yang
berkaitan dengan zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan,
dinamika dan energi yang menyertai zat tersebut. Materi pelajaran kimia terdapat
dua hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu kimia sebagai produk temuan ilmuwan
secara ilmiah (berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) dan kimia sebagai
proses yaitu muatan kerja ilmiah yang mengajarkan dan menanamkan sikap
ilmiah, seperti jujur, teliti, kerjasama dan sebagainya. Oleh karena itu,
pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai produk dan
10
proses memperoleh pendidikan nilai/karakter berupa sikap ilmiah yang kemudian
dapat membentuk kepribadian yang berkarakter dan berkualitas.
Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu
membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan
yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi. Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006: 60):
1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
3) Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian
hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen,
pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis.
4) Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan
juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari
pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan
masyarakat
5) Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi.
11
b. Pendidikan Nilai Karakter Bangsa
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona yang dikutip oleh Heri
Gunawan (2012: 23-23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian
seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan
nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
Menurut Ramli yang dikutip oleh Heri Gunawan (2012: 23-24), pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi
manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun
kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat dan bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial
tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Dari pengertian pendidikan karakter yang dikemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa karakter adalah suatu nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan serta
perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Pendidikan karakter sendiri merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter pendidikan atau budi pekerti pendidikan yang merupakan kepribadian
khusus yang harus melekat pada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
12
nilai karakter tersebut, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, kepada
lingkungan, maupun bangsa.
Pendidikan nilai-nilai karakter bagi peserta didik, akhir-akhir ini mendapat
perhatian khusus dari Kementerian Pendidikan Nasional dan jajarannya, serta
ahli-ahli kependidikan, dan sampai pada kesimpulan bahwa pendidikan
nilai/karakter peserta didik perlu ditingkatkan. Hal tersebut disebabkan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) hasilnya belum
seperti yang diharapkan.
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang
telah diamanatkan, dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3
disebutkan bahwa ”Pendidikan nasional (a) berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, (b) bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Tujuan pendidikan nasional tersebut sangat luhur dalam pembentukan
peserta didik untuk menjadi anak bangsa yang memiliki nilai/karakter luhur.
Untuk mewujudkan pendidikan karakter kepada anak bangsa peran para
pendidik sangat dibutuhkan, karena pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan pendidik, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Pendidik membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup karakter
13
yang dimiliki pendidik yaitu keteladanan perilaku pendidik, cara pendidik
berbicara atau menyampaikan materi, pendidik bertoleransi, dan berbagai hal
terkait lainnya. Pendidik yang berkarakter harus memiliki karakteristik budaya
kerja yang baik agar bisa menanamkan nilai/karakter kepada peserta didik,
diantaranya karakteristik (Zainal Aqib: 2011, 93-95):
1) Komitmen yaitu tekad yang mengikat dan melekat pada seorang pendidik
untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
2) Kompeten yaitu kemampuan seseorang pendidik dalam menyelenggarakan
pembelajaran (mengajar dan mendidik) dan kemampuan memecahkan berbagai
masalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
3) Kerja keras yaitu kemampuan mencurahkan atau mengerahkan seluruh usaha
dan kesungguhan potensi yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga
tujuan tercapai.
4) Konsisiten yaitu kemampuan melakukan sesuatu dengan fokus, sabar, ulet dan
melakukan perbaikan terus menerus.
5) Kesedarhanaan yaitu kemampuan mengaktualisasi sesuatu secara efektif dan
efisiensi.
6) Kedekatan yaitu kemampuan berinteraksi secara dinamis dalam jalinan
emosional antara pendidik dan peserta didik.
7) Pelayanan maksimal yaitu kemampuan untuk membantu atau melayani atau
memenuhi kebutuhan peserta didik secara optimal.
14
8) Cerdas
a) kemampuan cepat mengerti dan memahami, tanggap, tajam dalam
menganalisis dan mampu mencari alternatif-alternatif solusi serta mampu
memecahkan masalah (cerdas intelektual).
b) kemampuan untuk memberikan makna/nilai terhadap berbagai aktivitas yang
dilakukan sehingga hasilnya optimal (cerdas emosi dan spiritual).
c. Nilai karakter Bangsa pada Ilmu Pendidikan Alam
Merosotmya moral dan krisis multidimensi yang terjadi di Indonesia,
menurut lembaga pedidikan tenaga kependidikan (LPTK) untuk ambil bagian
dalam pengembangan karakter bangsa melalui jalur pendidikan. Tanggung jawab
itu tidak hanya dipikul oleh program studi-program studi yang khusus menggarap
pengembangan moral dan tingkah laku seperti pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, pendidikan pancasila, namun dipikul oleh semua program studi
termasuk pendidikan IPA (Darmiyati Zuchdi, 2011: 304).
Menurut Carin dan Sund yang dikutip oleh Darmiyati Zuchdi (2011: 306)
IPA terdiri dari tiga dimensi yakni proses, sikap, dan produk ilmiah. IPA sebagai
proses dapat diartikan sebagai aktivitas atau proses untuk mendeskripsikan
fenomena alam. Aktivitas atau proses-proses tersebut antara lain merumuskan
masalah, merencanakan eksperimen, mengobservasi, merumuskan hipotesis,
mengklasifikasi, mengukur, menginterpretasi data, menyimpulkan, meramal,
mengkomunikasikan hasil dan sebagainya. Proses-proses tersebut juga sering
disebut sebagai proses IPA. IPA sebagai sikap dapat dipadang sebagai sikap-sikap
yang melandasi proses IPA antara lain ingin tahu, jujur, objektif, kritis, terbuka,
15
disiplin, teliti dan sebagainya. Sikap-sikap ini sering disebut sebagai sikap IPA
atau sikap ilmiah. IPA sebagai produk dapat diartikan sebagai kumpulan
informasi dan fakta yag dihasilkan dari proses-proses ilmiah yang dilandasi
dengan sikap-sikap ilmiah tersebut. Produk-produk IPA dapat berupa fakta,
konsep, prinsip, hukum, teori, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA
merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar guna untuk mengungkapkan
gejala-gejala yang terdapat di alam dengan menerapkan metode ilmiah, dari hasil
metode ilmiah dapat disusun teori-teori berdasarkan kenyataan atau fakta yang
dapat dipertanggungjawabkan serta pendidikan IPA berfungsi untuk membentuk
kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga dapat memahami proses IPA dan
dapat mengembangkannya di masyarakat.
Sesuai dengan hakikat IPA tersebut, pada hakikatnya pendidikan IPA adalah
pendidikan karakter. Karakter-karakter yang dikembangkan melalui kerja ilmiah
atau pemecahan ilmiah dalam bidang IPA. Bentuk dasar kerja ilmiah inilah
menjadi dasar pengembangan pembelajaran IPA. Dalam realisasinya dilakukan
melalui kegiatan pembelajaran, praktikum (eksperimen), proyek, pameran, dan
penelitian (Darmiyati Zuchdi, 2011: 315, 317). Karakter-karakter yang dapat
dikembangkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam/IPA adalah (Heri
Gunawan, 2012: 223):
1) Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, pekerjaan, baik terhadap
diri dan pihak lain.
16
2) Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan YME.
3) Peduli yaitu sikap dan tindakan mengindahkan, menghiraukan,
memperhatikan, mencampuri terhadap hal-hal yang dikerjakan orang lain
dengan maksud dan tujuan yang baik.
4) Mandiri yaitu suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
5) Ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
6) Kritis, kreatif dan inovatif yaitu berfikir dan melakukan sesuatu secara nyata
atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa
yang telah dimiliki.
7) Percaya diri yaitu merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri
terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapan.
8) Cinta ilmu yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan
9) Disiplin yaitu merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
10) Menghargai keberagaman yaitu sikap dan tindakan yang memberikan
respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat,
adat, budaya, suku, dan agama serta menghormati keberhasilan orang lain.
17
2. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Desy Anindia Rosyida (2012) yang berjudul “Implementasi
Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di MI Roudlotun
Nasyiin Purwokerto Srengat Blitar”. Hasil Penelitia ini adalah Implementasi
pendidikan karakte di MI Roudlotun Nasyiin dilakukan melalui KBM dan
kegiatan keagamaan. Kendala-kendala dalam penanaman pendidikan karakter
melalui kegiatan keagamaan di MI Roudlotun Nasyiin yaitu karena faktor
lingkungan, faktor sarana dan prasarana, faktor siswa, dan faktor kurikulum.
Solusi untuk menyelesaikan kendala-kendala tersebut adalah: menerapkan budaya
madrasah yang baik, mempunyai sarana dan prasarana sendiri yang memadai,
mengikut sertakan peserta didik dalam berbagai kegiatan keagamaan, dan dengan
menambah jam pelajaran agama.
Penelitian yang relevan kedua dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Nur Azizah (2011) dengan judul “Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Al-Qur’an dan Hadits”. Hasil Penelitian ini adalah penelitian adalah
manusia adalah makhluk yang memiliki tabiat, potensi dan kecenderungan ganda,
yakni positif dan negatif. Hasil penelitian yang kedua adalah bahwa masa yang
tepat untk pembentukan karakter mulai dibentuk sejak dalam kandungan karena
anak belajar dimulai dari apa yang dia dengar, lihat dan rasakan. Selanjutnya
disebutkan bahwa subjek dan objek pendidikan karakter adalah setiap individu
manusia yang berkewajiban mentransformasikan dan mengintegrasikan nilai-nilai
18
positif bagi orang lain dan dia juga berhak menerima pengaruh positif dari
lingkungannya serta Rasulullah SAW.
Penelitian yang relevan ketiga dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Heni Zuhriyah (2010) dengan judul penelitian “Pendidikan
Karakter (Studi Perbadingan antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu
Miskawaih)”. Hasil penelitian ini adalah dari segi kata akhlak dan secara bahasa
karakter mengandung makna yang sama yakni, kebiasaan, tabiat, watak, sifat-sifat
kejiwaan, dan secara istilah mempunyai arti sama yaitu suatu kehendak yang
sudah biasa dan sering dilakukan secara spontan. Selanjutnya disebutkan
pendidikan karakter menurut Doni Koesoema merupakan sebuah struktur
antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara
terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang
berkeutamaan. Sementara itu pendidikan karakter atau akhlak menurut Ibnu
Miskawaih adalah sebuah struktur teologis untuk melakukan keutamaan dengan
tanpa berfikir dan pertimbangan sehingga diperlukan pembiasaan dan latihan
dengan cara diberikan pendidikan. Hasil penelitian yang terakhir dijelaskan bahwa
perbedaan antara Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih yakni bahwa pendidikan
karakter Doni Koesoema menekankan untuk diterapkan di sekolah atau lembaga
formal (sekolah) sedangkan Ibnu Miskawaih lebih ditekankan dalam keluarga atau
lingkungan.
B. Kerangka Berpikir
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka membentuk karakter bangsa
yang baik di Indonesia yaitu melalui pendidikan. Sejak tahun 2010, pemerinah
19
melalui Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan penerapan pendidikan
karakter bagi semua tingkat pendidikan, bagi sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Pelaksanaan pendidikan karakter adalah tugas sekolah. Oleh karena itu,
semua komponen sekolah, kepala sekolah, pendidik, dan karyawan sekolah,
bahkan orang tua di rumah wajib menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter.
Kemendiknas (2010) menyebutkan bahwa strategi pelaksanaan pendidikan
karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan
(acting), dan kabiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja,
seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak
sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk
melakukan kebaikan. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan
diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components
of good character) yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan
atau pengetahuan tentang emosi atau tentang moral (moral feeling), dan perbuatan
bermoral (moral action). Hal ini diperlukan agar peserta didik yang terlibat dalam
sisitem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati,
dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).
Salah satu aspek yang perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tingkat
satuan pendidikan telah melaksanakan pendidikan karakter bangsa adalah dengan
melakukan survei. Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil.
Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi,
unit-unit, kemasyarakatan dan lain-lain.
20
Dalam pendidikan dan kurikulum pembelajaran, survei digunakan untuk
menghimpun data tentang peserta didik, seperti: sikap, minat, dan kebiasaan
belajar, hubungan dan pergaulan antar peserta didik, hobby, dan penggunaan
waktu senggang, cita-cita, karir, dan lain-lain. Survei juga dapat digunakan untuk
mengumpulkan data tentang pendidik, seperti: latar belakang sosial ekonomi,
pendidikan, dan pengalaman, sikap, minat, dan kepedulian pendidik dalam
pelaksanaan mengajar, membimbing, dan memberikan latihan pada peserta didik,
pelaksanaan tugas-tugas administratif, pengabdian dan kerjasama dengan
masyarakat, dan lain-lain.
Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran kimia menggunakan angket untuk pendidik dan peserta didik kelas
X. Untuk melengkapi dan memperkuat data hasil angket dilakukan observasi
terhadap pendidik untuk mengetahui apakah benar pendiidk telah
mengimplementasikan nilai karakter bangsa pada pembelajaran kimia dikelas X.
Survei pelaksanaan pendidikan karakter ini di SMA Negeri 3 Bengkayang pada
semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran kimia dikelas X
diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada peserta didik maupun pendidik
akan arti pentingnya nilai/karakter bangsa.
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pada penelitian ini adalah sejauh manakah pendidikan karakter
bangsa telah diterapkan dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri 3 Bengkayang
pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013?
21
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Menurut Conny R. Semiawan (2010: 2-5) metode penelitian adalah suatu
kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap mulai dengan penentuan topik,
pengumpulan data dan menganalisis data, sehingga nantinya diperoleh suatu
pemahaman dan pengertian atas topik, gejala dan isu tertentu. Menurut Iskandar
(2009: 17-18) metode penelitian terbagi menjadi tiga, yaitu metode penelitian
kuantitatif, metode penelitian kualitatif dan metode gabungan kualitatif dan
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif terbagi menjadi enam ragam penelitian,
yaitu penelitian deskriptif, penelitian komparatif, penelitian korelasi, penelitian
eksperimen, penelitian expost facto, dan penelitian survei. Sedangkan penelitian
deskriptif sendiri ada dua yaitu deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Untuk deskriptif kuantitatif, ukuran kuantitatif misalnya berbentuk rata-rata,
persentase, jumlah responden, dan lain-lain. Sedangkan untuk deskriptif kualitatif
dengan mendeskriptifkan suatu fenomena yang menggunakan interpretasi dari
angka-angka maupun dihubungakan dengan teori-teori yang relevan dengan teori
yang digunakan variable penelitian.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan menggunakan
teknik analisis secara deskriptif kualitatif. Survei ditujukan untuk memperoleh
gambaran umum tentang karakteristik populasi, seperti nilai karakter bangsa.
Karena penelitian ini dipandang cukup sederhana, tetapi dapat menghimpun
informasi yang penting tentang populasi yang cukup besar, maka penggunaanya
22
sangat luas. Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah berbagai nilai karakter dalam
pembelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 3 Bengkayang Tahun Ajaran
2012/2013. Karakter adalah suatu nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan yang maha esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan serta perbuatan
berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Nilai-
nilai karakter yang diteliti adalah nilai-nilai karakter yang disampaikan oleh
pendidik kimia dalam pembelajaran dikelas.
Penerapan karakter bangsa dalam pembelajaran kimia sangat
mempengaruhi karakter peserta didik. Nilai-nilai karakter bangsa yang diamati
pada penelitian ini adalah nilai-nilai karakter yang ditanamkan oleh pendidik
kepada peserta didik dalam pembelajaran kimia antara lain: jujur, tanggung jawab,
peduli, mandiri, ingin tahu, kritis,kreatif dan inovatif, percaya diri, cinta ilmu,
disiplin dan menghargai keberagaman.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Menurut Sigit Nugroho (2007: 10) populasi adalah seluruh objek yang
mungkin terpilih atau keseluruhan ciri yang dipelajari. Sedangkan menurut
Sugiyono (2009: 80) populasi merupakan objek atau subjek dalam sebuah
penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu sesuai dengan
23
ketentuan yang ditetapkan peneliti sehingga dapat dipelajari dan ditarik
kesimpulan.
Populasi penelitian ini adalah pendidik kimia dan peserta didik kelas X
semester 1 SMA N 3 Bengkayang Kabupaten Bengkayang Tahun Ajaran
2012/2013. Jumlah populasi keseluruhan sebanyak 105 peserta didik yang
terbagai dalam tiga kelas yaitu X1, X2 dan X3.
2. Teknik sampling dan sampel penelitian
Pemilihan dan pengambilan sampel merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian. Ketepatan jenis dan jumlah anggota sampel yang diambil akan
sangat mempengaruhi keterwakilan (representativeness) sampel terhadap
populasi. Keterwakilan populasi akan sangat menentukan kebenaran kesimpulan
dari hasil penelitian.
Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis
sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek
penelitian. Sampel yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti
mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlahnya.
Salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak
sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel acak sederhana
seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan
bebas dipilih untuk dijadikan sampel karena pemilihan individu-individu tidak
mempengaruhi individu yang lainnya. Sampel dari penelitian ini adalah pendidik
kimia kelas X dan dua kelas X1 dan X3 dengan jumlah peserta didik sebanyak 70
orang.
24
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instumen penelitian
Menurut W. Gulo (2000: 123) instrumen penelitian adalah alat yang dipakai
untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
dari variabel yang diteliti, sehingga jumlah instrumen yang digunakan sesuai
dengan jumlah variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2009: 92)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu angket atau kuesioner dan
lembar observasi yang terdapat pada lampiran 1, lampiran 2 dan lampiran 3.
Instrumen angket pendidik dan peserta didik telah divaliditas secara logis oleh
pembimbing.
a. Angket
Instrumen angket survei digunakan untuk mengambil data keterlaksanaan
pendidikan nilai/karakter bangsa pada proses pembelajaran kimia. Bentuk angket
ada 2, yaitu: angket untuk pendidik dan angket untuk peserta didik.
Angket pendidik dan peserta didik di adaptasi dari buku yang berjudul
“Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi” yang disusun oleh Heri
Gunawan (2012: 220,223, 230-234).
Instrumen berupa angket tersebut berisi tentang pernyataan yang memiliki
nilai-nilai karakter yang terdapat pada Ilmu Pengetahuan Alam salah satunya mata
pelajaran kimia. Istrumen angket survei menggunakan model skala Likert dengan
alternatif jawaban yaitu: selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang
(J), Tidak pernah (TP). Untuk bentuk pernyataan skornya 5, 4, 3, 2, dan 1. Angket
survei penerapan karakter pada pembelajaran kimia untuk pendidik yang
25
digunakan berisi 20 butir pernyataan-pernyataan yang harus dijawab sejujurnya
oleh pendidik dan 20 butir pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik.
Kisi-kisi angket nilai karakter bangsa untuk pendidik dan peserta didik
dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Kisi–Kisi Angket Nilai Karakter yang ditanamkan Pendidik
No Nilai/karakter Nomor Pernyataan1 Jujur 11, 202 Tanggung jawab 13, 163 Peduli 12, 174 mandiri 9, 185 Ingin tahu 7, 196 Kritis, kreatif dan inovatif 3,47 Percaya diri 5, 148 Cinta ilmu 8, 109 Disiplin 1, 210 Menghargai keberagaman 6, 15
Jumlah 20
Tabel 2. Kisi–Kisi Angket Nilai Karakter Bangsa yang dimiliki Oleh Peserta Didik
No Nilai/karakter Nomor Pernyataan1 Jujur 1,22 Tanggung jawab 3,43 Peduli 5,64 mandiri 7,85 Ingin tahu 9,106 Kritis, kreatif dan inovatif 17, 187 Percaya diri 11, 128 Cinta ilmu 13, 149 Disiplin 15, 1610 Menghargai keberagaman 18, 20
Jumlah 20
26
1. Lembar ovservasi
Menurut Slameto (2011: 93) observasi merupakan suatu pengamatan
langsung terhadap keadaan di lapangan atau keadaan dari subjek penelitian
dengan memperhatikan tingkah lakunya. Jadi dalam metode observasi ini
dilakukan dengan cara mengamati langsung tentang keadaan di lapangan atau
keadaan dari subjek penelitian. Selama pengamatan semua informasi yang peneliti
peroleh akan dicatat melalui catatan lapangan. Agar tidak terjadi penyimpangan
yang terlalu jauh selama observasi dan agar tidak kehilangan makna dari apa yang
menjadi target penelitian, peneliti menyusun pedoman observasi seperti tertera
pada Lampiran 3 sebelum terjun langsung ke lapangan. Dalam penelitian ini
peneliti berperan sebagai pengamat langsung, maksudnya peneliti secara langsung
mengamati pendidik mata pelajaran kimia kelas X saat pembelajaran kimia
dikelas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi (Burhan
Bungin 2009: 115-117):
a. Hal-hal yang hendak diamati.
b. Bagaimana mencatat pengamatan.
c. Alat bantu pengamatan.
d. Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dan objek yang diamati.
Beberapa kesulitan umum dalam metode observasi, terutama yang terjadi
pada pengamat dan objek pengamat, antara lain:
1) Terkadang tanpa disadari bahwa pengamat mencampuradukkan antara data
observasi dengan pendapat pribadi atau persepsi pribadi pengamat.
27
2) Pengamat sering tertangkap dalam subjektivitasnya tanpa disadari ataupun
mengetahui jalan keluarnya.
3) Terkadang pengamat terbawa situasi yang diamati sehingga melupakan fungsi
utamanya.
4) Timbulnya gejala yang diobservasi sering menyulitkan pengamat, terutama
jika gejala itu sulit dipastika kapan munculnya.
5) Pelaksanaan observasi menjadi terganggu akibat dari munculnya peristiwa
lain yang tidak terduga. Misalnya hujan, kebakaran, tabrakan, bencana alam,
dan sebagainya.
Lembar ovservasi yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk
memperkuat hasil angket dan mengungkapkan hal-hal yang tidak terungkapkan
dalam hasil angket. Dengan hasil observasi akan memastikan apakah
nilai/karakter sudah atau tidak diterapkan oleh pendidik pada pembelajaran kimia.
Lembar observasi yang digunakan di adaptasi dari buku yang berjudul
“Pendidikan Karakter Konsep dan Implemetasi“ yang disusun oleh Heri Gunawan
(2012: 230-234).
Kisi-kisi panduan observasi yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi
Nilai Karakter Aspek Yang DiamatiNomor
itemJumlah
Jujur Mengajak peserta didik berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar
1 1
Nilai Karakter Aspek Yang DiamatiNomor
itemJumlah
Tanggung Jawab Sikap untuk melaksanakan tugas dan 2 1
28
kewajibannya.Perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. 3
1
Peduli Memberi salam dengan ramah pada saat masuk keruangan 4
1
Memperhatikan peserta didik yang salah/keliru pada saat pelajaran 5
1
Membimbing peserta didik dalam belajar kimia 6
1
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif
7 1
MandiriMemberi kesempatan kepada peserta didik mengerjakan tugas sendiri
8 1
memberi kesempatan kepada peserta didik mencari sendiri bahan ajar melalui internet dan perpustakaan
9 1
Ingin Tahu Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilaboratorium atau lapangan.
101
memberi kesempatan kepada peserta didik mencari bahan ajar melalui internet dan perpustakaan
111
Kritis, kreatif dan inovatif
Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar 12 1
Memberi kesempatan kepada peserta didik berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah 13 1
Menjadi narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan 14 1
Memfasilitasi peserta didik untuk lebih dalam/jauh/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap
151
Nilai Karakter Rasa Percaya Diri
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
16 1
Nilai Karakter Aspek Yang DiamatiNomor
itemJumlah
29
Melakukan kegiatan yang menumbuhkan rasa kebanggaaan dan rasa percaya diri kepada peserta didik
171
Cinta Ilmu Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas tertentu yang bermakna
18 1
Memberi dukungan dan dorongan kepada peserta didik untuk terus berusaha memahami pelajaran kimia.
19 1
Disiplin Datang tepat waktu 20 1
Mengecek kehadiran peserta didik 21 1
Menegur Peserta didik yang terlambat
22 1
Mengecek kebersihan kelas dan kerapian siswa
23 1
Menghargai keberagaman
Menghargai perbedaan pendapat peserta didik 24 1
Memberi Pujian kepada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan
251
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Angket
Pengumpulan data penanaman nilai karakter peserta didik dalam
penelitian ini menggunakan teknik angket. Pada teknik ini digunakan instrumen
angket yaitu angket nilai-nilai karakter bangsa yang dimiliki peserta didik yang
akan diberikan kepada peserta didik SMA Negeri 3 Bengkayang kelas X dan
angket nilai-nilai karakter yang ditanamkan oleh pendidik yang akan diberikan
kepada pendidik SMA Negeri 3 Bengkayang kelas X . Format angket terdapat
pada Lampiran 1.
b. Teknik Observasi
30
Selain menggunakan teknik angket, guna untuk memperkuat dan
melengkapi data hasil dari angket, maka akan digunakan teknik observasi yang
dapat menggungkapkan hal-hal yang tidak terungkap melalui angket.
Observasi ini ditujukan kepada pendidik mata pelajaran kimia kelas X SMA
Negeri 3 Bengkayang. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran kimia
berlangsung dikelas. Format observasi terdapat pada Lampiran 3
3. Alur Kerja Penelitian
Alur penelitian ini adalah seperti terlihat pada Gambar 1
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian
31
Penentuan Sampel Penelitian
Angket
Analisis Data
Kesimpulan dan Pembahasan
Sampel Penelitian
Pengumpulan Data
Observasi
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif kualitatif
dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
a. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Tahap penyajian data dalam penelitian ini meliputi :
1) Menyajikan hasil pengisian angket pendidik dan peserta didik yang telah
dipilih sebagai subjek penelitian.
2) Menyajikan hasil dari observasi terhadap pendidik yang menjadi subjek
observasi.
Dari hasil penyajian data yang berupa hasil pengisian angket pendidik dan
peserta didik dan hasil observasi dilakukan analisis, kemudian disimpulkan yang
berupa data temuan sehingga mampu menjawab permasalahan dalam penelitian
ini.
b. Menarik kesimpulan
Verifikasi adalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfirmasi yang utuh
sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Menarik
kesimpulan dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengisian angket
peserta didik dan pendidik dan hasil observasi.
Hasil pengisian angket dianalisis menggunakan analisis data secara
deskriptif kualitatif dengan satu variabel, yaitu variabel skor angket. Hasil
32
NX =
∑X
∑X = jumlah skor tiap nilai karakter
X = skor rata-rata tiap nilai karakter
=N jumlah sampel
pengisian angket dari peserta didik dan pendidik yang masih berbentuk huruf
diubah menjadi nilai kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Jenis data yang diambil berupa data kualitatif kemudian diubah menjadi
kuantitatif dengan skala Likert berikut :
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak pernah 1
2) Setelah terkumpul, skor rata-rata dari setiap nilai karakter dihitung dengan
rumus :
Keterangan :
3) Mengubah skor rata-rata yang berupa data kuantitatif menjadi nilai kualitatif
sesuai dengan kriteria kategori penilaian ideal (Anas Sudijono, 1987: 161)
dengan ketentuan seperti yang dijabarkan dalam Tabel 4.
33
(Mi + 1,5 Sbi)X > >
(Mi + 0,5 Sbi) < X >≤ (Mi + 1,5 Sbi)
(Mi - 0,5 Sbi) < X >≤ (Mi + 0,5 Sbi)
(Mi - 1,5 Sbi) < X >≤ (Mi - 0,5 Sbi)
(Mi - 1,5 Sbi) > ≤
Tabel 4. Kriteria Kategori Penilaian Ideal
No Rentang Skor (i) Kuantitatif Kriteria Kualitatif
1 Sangat Baik
2 Baik
3 Cukup
4 Kurang
5 Sangat Kurang
Keterangan :
Mi : Rata-rata ideal yang dapat dicari dengan menggunakan rumus
SBi : Simpangan baku ideal yang dapat dicari dengan menggunakan
rumus
Skor maksimal ideal = ∑ butir pernyataan tiap karakter x skor tertinggi
Skor minimal ideal = ∑ butir pernyataan tiap karakter x skor terendah
4) Mengubah nilai kuantitatif dari tiap nilai karakter bangsa menjadi nilai
kualitatif sesuai dengan kriteria kategori penilaian ideal untuk tiap nilai
karakter.
Skor tersebut menunjukkan kualitas nilai karakter bangsa yang telah
ditanamkan pendidik kepada peserta didik SMA Negeri 3 Bengkayang.
Pada penelitian ini, terdapat 20 butir pernyataan yang tercakup dalam 10
nilai karakter bangsa. Oleh karena satu nilai karakter bangsa diwakili dua butir
34
Mi = 1/2 x (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
SBi = (1/2 x 1/3 ) x (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)
7,99X > >
6,67 X >≤ 7,99<
5,33 X >≤ 6,67<
3,94 X >≤ 5,33<
X >≤ 3,94
X >
pernyataan dan dimana satu pernyataan nilai tertinggi adalah 5 dan skor terendah
adalah 1, maka skor maksimal ideal untuk tiap nilai karakter adalah 10 berasal
dari 2 x 5, sedangkan skor terendah ideal adalah 2 berasal dari 2 x 1, sehingga
dapat dihitung mean ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SBi) sebagai berikut:
Data yang diperoleh untuk masing-masing aspek yang telah dikembangkan
menjadi indikator-indikator kemudian ditabulasikan dan dianalisis. Skor terakhir
yang diperoleh dikonversi secara kualitatif dengan pedoman konversi berikut ini:
Berdasarkan Mi dan SBi yang diperoleh, maka kriteria kategori penilaian
ideal untuk tiap nilai karakter bangsa tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Kategori Penilaian Ideal Untuk Tiap Nilai Karakter Bangsa
No Rentang Skor (i) Kuantitatif Kriteria Kualitatif
1 Sangat Baik
2 Baik
3 Cukup
4 Kurang
5 Sangat Kurang
Keterangan :
35
Mi = 1/2 (10 + 2) = 6
SBi = 1/6 (10-2) = 1,33
skor rata-rata tiap nilai karakter =
Melalui tabel tersebut, maka sejauh mana pendidikan karakter telah
dilaksanakan pendidik dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri 3 Bengkayang
dapat diketahui, sedangkan untuk melihat nilai karakter bangsa berdasarkan aspek
penilaiannya, maka masing-masing aspek penilaian ditentukan terlebih dahulu
kriteria kategori penilaian ideal. Kriteria kategori penilaian ideal untuk tiap nilai
karakter bangsa dapat dilihat pada Lampiran 4.
Menentukan persentase tiap nilai karakter dari skor angket menggunakan
rumus berikut:
Persentase keidealan: skor rata−ratatiap nilai karakterskor maksimal tiap nilaikarakter
x 100%
36
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan hasil survei
penanaman nilai-nilai karakter oleh pendidik dalam pembelajaran kimia di SMA
Negeri 3 Bengkayang kelas X. Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini
merupakan analisis data yang dikumpulkan selama penelitian yang diperoleh dari
hasil angket, observasi, dan studi dokumentasi. Pembahasan dalam bab ini
memanfaatkan teori-teori yang dikaji sebagai upaya untuk mengintregasikan hasil
temuan penelitian dengan teori yang sudah ada dalam kajian teori.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bengkayang yang beralamat di
Jalan raya Bengkayang-Singkawang (Km 2), 79182, Bengkayang, Kalimatan
Barat. SMA Negeri 3 Bengkayang merupakan SMA yang baru berdiri selama 3
tahun di kabupaten Bengkayang dan tempatnya sangat strategis karena berada di
pinggir jalan yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum.
SMA Negeri 3 Bengkayang sangat menarik untuk digunakan sebagai tempat
penelitian tentang nilai-nilai karakter karena belum pernah ada penelitian tentang
nilai-nilai karakter di SMA tersebut.
2. Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai karakter
yang ditanamkan oleh pendidik dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri 3
Bengkayang. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah pendidik kimia dalam
37
sekolah itu dan dua kelas X1 dan X3 dengan jumlah peserta didik sebanyak 70
orang.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Survei penerapan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran kimia di SMA
Negeri 3 Bengkayang ini membahas tentang sejauh mana pendidikan karakter
bangsa telah diterapkan pendidik dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri 3
Bengkayang pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 oleh pedidik.
Peneliti memulai penelitian pada hari Rabu, 23 Januari 2013 sampai 6
Februari 2013. Dalam waktu 2 minggu peneliti memperoleh kesempatan untuk
memberi angket kepada pendidik dan dilanjutkan pemberian angket kepada
peserta didik untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki sikap/nilai-nilai
karakter yang telah ditanamkan pendidik. Angket dibagikan kepada peserta didik
kelas X1 dan X3 sebanyak 1 kali dan kelas yang digunakan diambil secara acak.
Untuk mengetahui kebenaran dan memperkuat hasil angket pendidik, peneliti
melakukan observasi pada saat pendidik melakukan proses pembelajaran kimia
dikelas X.
Hasil angket yang diperoleh dari pendidik dan peserta didik kemudian
dianalisis dengan mengubah data kuantitatif menjadi kualitatif. Hasil angket yakni
untuk mengetahui apakah pendidik benar-benar mengimplementasikan nilai-nilai
karakter dalam pembelajaran kimia dan dilengkapi dengan observasi yang
dilakukan dengan cara mengamati langsung keadaan di lapangan atau keadaan
dari subjek penelitian. Selama pengamatan semua informasi yang peneliti peroleh
akan dicatat melalui catatan lapangan.
38
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran kimia, diharapkan
ada 10 nilai-nilai karakter yang diidentifikasi, yaitu: (1) jujur (2) tanggung jawab
(3) peduli, (4) mandiri, (5) ingin tahu, (6) ) kritis, kreatif dan inovatif, (7) percaya
diri, (8) cinta ilmu, (9) disiplin, dan (10) menghargai keberagaman (Heri
Gunawan, 2012: 223).
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Nilai Karakter yang diimplementasikan Pendidik dan Hasil Analisis Statistik Deskriptif Nilai Karakter yang dimiliki Peserta Didik pada Pembelajaran Kimia
a. Hasil Penelitian
Hasil analisis statistik deskriptif angket pendidik kelas X SMA Negeri 3
Bengkayang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria Penilaian Ideal tiap Karakter untuk Pendidik
No Nilai Karakter Persentase Kategori
1 Jujur 90% SB2 Tanggung jawab 90% SB3 Peduli 100% SB4 Mandiri 70% B5 Ingin tahu 70% B6 Kritis, kreatif dan inovatif 70% B7 Percaya diri 90% SB8 Cinta ilmu 80% B9 Disiplin 100% SB10 Menghargai keberagaman 90% SB
*Analisis selengkapnya disajikan pada lampiranKeterangan :
SB : sangat baik B : baik
39
Hasil analisis statistik deskriptif angket peserta didik kelas X SMA Negeri 3
Bengkayang dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7. Perolehan Modus dan Median untuk Angket Peserta Didik
*Analisis selengkapnya disajikan pada lampiran
Tabel 8. Kriteria Penilaian Ideal tiap Karakter untuk Peserta didik
No Nilai Karakter Skor Rata-rata Persentase Kategori1 Jujur 523 7,47 74,7% B2 Tanggung jawab 557 7,95 79,5% B3 Peduli 541 7,72 77,2% B4 Mandiri 555 7,92 79,2% B5 Ingin tahu 523 7,47 74,7% B6 Kritis, kreatif dan inovatif 491 7,01 70,1% B7 Percaya diri 523 7,47 74,7% B8 Cinta ilmu 522 7,45 74,5% B9 Disiplin 547 7,81 78,1% B10 Menghargai keberagaman 547 7,81 78,1% B
*Analisis selengkapnya disajikan pada lampiranKeterangan :
B : baik
40
No Nilai Karakter Modus Median1 Jujur 4 42 Tanggung jawab 4 4
3 Peduli 4 44 Mandiri 4 45 Ingin tahu 4 46 kritis, kreatif dan inovatif 4 47 Percaya diri 4 48 Cinta ilmu 4 49 Disiplin 4 410 Saling menghargai 4 4
Diagram persentase hasil angket pendidik dan peserta didik dapat dilihat pada
Gambar 2.
Juju
r
Tangg
ung j
awab
Pedu
li
Man
diri
Ingi
n tah
u
Kritis,
krea
tif da
n ino
vatif
Perca
ya di
ri
Cinta
ilmu
Disipl
in
Men
gharg
ai ke
berag
aman
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pendidik
Peserta didik
Gambar 2. Diagram Persentase Hasil Angket
b. Pembahasan
1) Jujur
Nilai karakter jujur yang ditanamkan oleh pendidik menunjukkan kategori
sangat baik dengan perolehan skor 9 dari skor ideal 10. Kategori ini menunjukkan
bahwa pendidik telah menanamkan nilai karakter jujur dengan sangat baik pada
saat pembelajaran kimia.
Nilai karakter jujur yang dimiliki oleh peserta didik masuk ke dalam
kategori baik dengan perolehan skor 523 dari skor ideal 700 dan nilai rata-rata
7,47. kategori ini didukung oleh modus dan median atau alternatif jawaban yang
41
banyak dipilih dan nilai tengah alternatif jawaban siswa yaitu 4, maka
disimpulkan alternatif jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif
jawaban tengah peserta didik dengan point 4 adalah “sering”.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter jujur sebesar
90% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik menunjukkan sudah
memiliki nilai karakter jujur sebesar 75%.
2) Tanggung Jawab
Skor yang diperoleh pendidik untuk nilai karakter tanggung jawab adalah 9
dari skor ideal 10. Sehingga karakter tanggung jawab yang ditanamkan oleh
pendidik menunjukkan kategori sangat baik. Kategori ini menunjukkan bahwa
pendidik telah menanamkan nilai karakter tanggung jawab dengan sangat baik
pada pembelajaran kimia.
Skor yang diperoleh peserta didik untuk nilai karakter tanggung jawab
adalah 557 dari skor ideal 700 dan nilai rata-ratanya 7,95. Sehingga nilai karakter
tanggung jawab yang dimiliki oleh peserta didik masuk ke dalam kategori baik.
Modus dan median atau alternatif jawaban yang banyak dipilih dan nilai tengah
alternatif jawaban peserta didik adalah 4, sehingga disimpulkan alternatif
jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif jawaban tengah peserta
didik adalah “sering” yang point nilainya adalah 4.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter tanggung
42
jawab sebesar 90% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik
menunjukkan sudah memiliki nilai karakter tanggung jawab sebesar 80%.
3) Peduli
Hasil angket nilai karakter peduli yang ditanamkan oleh pendidik kimia
masuk pada kategori sangat baik. Kategori ini didukung oleh perolehan skor
angket yaitu 10 dari skor ideal 10. Dengan kategori yang diperoleh dapat
diketahui bahwa pendidik telah menanamkan nilai karakter peduli dengan sangat
baik.
Nilai karakter peduli yang dimiliki oleh peserta didik masuk kedalam
kategori baik dengan perolehan skor 541 dari skor ideal 700 dan nilai rata-rata
7,72. Modus atau alternatif jawaban yang banyak dipilih dan median atau
alternatif nilai tengah alternatif jawaban peserta didik adalah 4. Selanjutnya,
karena hasil rata-rata modus dan median adalah 4 maka disimpulkan alternatif
jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif jawaban tengah peserta
didik adalah “sering” yang point nilainya adalah 4.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter peduli
sebesar 100% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik menunjukkan
sudah memiliki nilai karakter sebesar 77%.
4) Mandiri
Pendidik mendapatkan skor 9 pada pengisian angket dari skor ideal 10.
Sehingga dari perolehan skor dan rata-rata hasil angket karakter mandiri masuk
43
pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendidik telah menanamkan nilai
karakter mandiri dengan baik.
Nilai karakter mandiri yang dimiliki oleh peserta didik masuk kedalam
kategori baik dengan perolehan skor 555 dari skor ideal 700 dan nilai rata-rata
7,92. Modus dan median atau alternatif jawaban yang banyak dipilih dan nilai
tengah alternatif jawaban peserta didik adalah 4. Sehingga dapat disimpulkan
alternatif jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif jawaban tengah
peserta didik dengan point 4 adalah “sering”.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter mandiri
sebesar 70% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik menunjukkan
sudah memiliki nilai karakter sebesar 79%.
5) Ingin tahu
Pengubahan nilai kuantitatif menjadi nilai kualitatif untuk nilai karakter
ingin tahu masuk pada kriteria kualitatif dengan kategori baik dengan skor 7 dari
skor ideal 10. Kategori ini menunjukkan bahwa pendidik telah menanamkan nilai
karakter pada peserta didik pada saat pembelajaran kimia dengan baik.
Nilai karakter ingin tahu yang dimiliki oleh peserta didik masuk kedalam
kategori baik dengan perolehan skor 523 dari skor ideal 700 dan nilai rata-rata
7,47. Modus dan median atau alternatif jawaban yang banyak dipilih dan nilai
tengah alternatif jawaban peserta didik adalah 4, jumlah modus dan median
berasal dari dua pernyataan nilai karakter ingin tahu. Oleh karena itu dapat
44
disimpulkan alternatif jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif
jawaban tengah peserta didik adalah “sering” yang point nilainya adalah 4.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter ingin tahu
sebesar 70% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik menunjukkan
sudah memiliki nilai karakter sebesar 75%.
6) Kritis, Kreatif dan Inovatif
Nilai karakter kritis, kreatif dan inovatif yang ditanamkan oleh pendidik
menunjukkan kategori baik dengan perolehan skor 7 dari skor ideal 10. Kategori
ini menunjukkan bahwa pendidik telah menanamkan nilai karakter kritis, kreatif
dan inovatif dengan baik pada saat pembelajaran kimia.
Nilai karakter kritis, kreatif dan inovatif yang dimiliki oleh peserta didik
masuk kedalam kategori baik dengan perolehan skor 491 dan skor ideal 700 dan
nilai rata-rata 7,01. Modus dan median atau alternatif jawaban yang banyak dipilih
dan nilai tengah alternatif jawaban peserta didik adalah 4, jumlah modus dan
median berasal dari dua pernyataan nilai karakter kritis, kreatif dan inovatif. Oleh
karena itu dapat disimpulkan alternatif jawaban yang banyak dipilih peserta didik
dan alternatif jawaban tengah peserta didik adalah “sering” yang point nilainya
adalah 4.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter kritis,
kreatif dan inovatif sebesar 70% kepada peserta didik dan hasil angket peserta
45
didik menunjukkan sudah memiliki nilai karakter kritis, kreatif dan inovatif
sebesar 70%.
7) Percaya diri
Skor yang diperoleh pendidik untuk nilai karakter percaya diri adalah 9 dari
skor ideal 10. Sehingga karakter tanggung jawab yang ditanamkan oleh pendidik
menunjukkan kategori sangat baik. Kategori ini menunjukkan bahwa pendidik
telah menanamkan nilai karakter tanggung jawab dengan sangat baik pada
pembelajaran kimia.
Skor yang diperoleh peserta didik untuk nilai karakter percaya diri adalah
523 dari skor ideal 700 dan nilai rata-ratanya 7,47. Sehingga nilai karakter
percaya diri yang dimiliki oleh peserta didik masuk kedalam kategori baik. Modus
dan median atau alternatif jawaban yang banyak dipilih dan nilai tengah alternatif
jawaban peserta didik adalah 4, jumlah modus dan median berasal dari dua
pernyataan nilai karakter percaya diri. Oleh karena itu untuk dapat disimpulkan
alternatif jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif jawaban tengah
peserta didik adalah “sering” yang point nilainya adalah 4.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter percaya diri
sebesar 90% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik menunjukkan
sudah memiliki nilai karakter percaya diri sebesar 75%.
8) Cinta ilmu
Hasil angket nilai karakter cinta ilmu yang ditanamkan oleh pendidik kimia
masuk pada kategori baik. Kategori ini didukung oleh perolehan skor angket yaitu
46
8 dari skor ideal 10. Dengan kategori yang diperoleh dapat diketahui bahwa
pendidik telah menanamkan nilai karakter peduli dengan baik.
Nilai karakter cinta ilmu yang dimiliki oleh peserta didik masuk kedalam
kategori baik dengan perolehan skor 522 dari skor ideal 700 dan nilai rata-rata
7,45. Modus atau alternatif jawaban yang banyak dipilih dan median atau
alternatif nilai tengah alternatif jawaban peserta didik adalah 4, sehingga dapat
disimpulkan alternatif jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif
jawaban tengah peserta didik adalah “sering” yang point nilainya adalah 4.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter cinta ilmu
sebesar 80% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik menunjukkan
sudah memiliki nilai karakter cinta ilmu sebesar 75%.
9) Disiplin
Pendidik mendapatkan skor 10 pada pengisian angket dari skor ideal 10.
Sehingga dari perolehan skor dan rata-rata hasil angket karakter mandiri masuk
pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendidik telah
menanamkan nilai karakter disiplini dengan sangat baik
Nilai karakter disiplin yang dimiliki oleh peserta didik masuk kedalam
kategori baik dengan perolehan skor 547 dari skor ideal 700 dan nilai rata-
rata7,81. Modus dan median atau alternatif jawaban yang banyak dipilih dan nilai
tengah alternatif jawaban peserta didik adalah 4, jumlah modus dan median
berasal dari dua pernyataan nilai karakter disiplin. Oleh karena itu dapat
47
disimpulkan alternatif jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif
jawaban tengah peserta didik adalah “sering” yang point nilainya adalah 4.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter disiplin
sebesar 90% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik menunjukkan
sudah memiliki nilai karakter disiplin sebesar 78%.
10) Menghargai Keberagaman
Pengubahan nilai kuantitatif menjadi nilai kualitatif untuk nilai karakter
menghargai keberagaman masuk pada kriteria kualitatif dengan kategori sangat
baik dengan skor 9 dari skor ideal 10. Kategori ini menunjukkan bahwa pendidik
telah menanamkan nilai karakter menghargai keberagaman pada peserta didik
pada saat pembelajaran kimia dengan sangat baik.
Nilai karakter saling menghargai yang dimiliki oleh peserta didik masuk
kedalam kategori baik dengan perolehan skor 547 dari skor ideal 700 dan nilai
rata-rata 7,81. Modus dan median atau alternatif jawaban yang banyak dipilih dan
nilai tengah alternatif jawaban peserta didik adalah 4, dapat disimpulkan
alternatif jawaban yang banyak dipilih peserta didik dan alternatif jawaban tengah
peserta didik adalah “sering” yang point nilainya adalah 4.
Berdasarkan perolehan hasil angket dapat diketahui bahwa pendidik kimia
kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang telah menanamkan nilai karakter menghargai
keberagaman sebesar 90% kepada peserta didik dan hasil angket peserta didik
menunjukkan sudah memiliki nilai karakter menghargai keberagaman sebesar
78%.
48
2. Observasi Pengimplementasian Nilai Karakter oleh Pendidik pada Pembelajaran Kimia
Untuk memperkuat hasil angket yang diperoleh peneliti melakukan
observasi. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran kimia berlangsung di kelas
dan dilakukan sebanyak 2 kali. Materi yang disampaikan oleh pendidik ketika
observasi berlangsung adalah Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit.
a. Hasil Penelitian
Hasil observasi terhadap pendiidk kimia kelas X SMA Negeri 3
Bengkayang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Observasi Penanaman Nilai Karakter oleh Pendidik pada
Pembelajaran Kimia Kelas X SMA Negeri 3 Bengkayang
49
50
NoNilai
KarakterAspek Yang Diamati
Observasi ke-
1 2
1Jujur
1) Mengajak peserta didik berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar
2 Tanggung Jawab 2) Sikap untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
3) Perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.
3 Peduli 4) Memberi salam dengan ramah pada saat masuk keruangan
5) Memperhatikan peserta didik yang salah/keliru pada saat pelajaran
-
6) Membimbing peserta didik dalam belajar kimia
7) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif
- -
NoNilai
KarakterAspek Yang Diamati
Observasi ke-
1 2
4 Mandiri8) Memberi kesempatan kepada peserta didik
mengerjakan tugas sendiri-
9) memberi kesempatan kepada peserta didik mencari sendiri bahan ajar melalui internet dan perpustakaan
-
5 Ingin Tahu 10) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilaboratorium atau lapangan.
- -
11) memberi kesempatan kepada peserta didik mencari bahan ajar melalui internet dan perpustakaan
6 Kreatif dan Inovatif, kritis
12) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar.
- -
13) Memberi kesempatan kepada peserta didik berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah -
14) Menjadi narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan
15) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih dalam/jauh/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap - -
7 Rasa Percaya Diri
16) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
17) Melakukan kegiatan yang menumbuhkan rasa kebanggaaan dan rasa percaya diri kepada peserta didik
8 Cinta Ilmu 18) Membiasakan peserta didik membaca dan - -
Keterangan : : Dilaksanakan- : Tidak dilaksanakan
b. Pembahasan
1) Jujur
Nilai karakter jujur dituliskan oleh pendidik pada RPP yang bermaterikan
larutan elektrolit dan non elektrolit . Pada praktiknya penanaman nilai karakter
jujur dalam pembelajaran kimia yang dilakukan oleh pendidik di SMA Negeri 3
Bengkayang, misalnya pendidik mengajak peserta didik berkompetensi secara
sehat untuk meningkatkan prestasi belajar dengan melarang peserta didik
mencontek. Hal ini membuktikan ada kesesuaian antara RPP dan praktik
pembelajaran dikelas.
Penyampaian nilai karakter jujur oleh pendidik sendiri tidak ada kesulitan
dan pendidik benar telah menanamkan nilai karakter jujur pada pembelajaran,
walaupun hasil penyampaiannya kurang optimal dimana hasil kategori angket
yang diperoleh peserta didik “baik” padahal pendidik mendapatkan kategori
“sangat baik” dalam menanamkan nilai karakter jujur. Hal itu dikarenakan peserta
didik ada yang mudah menerima dan ada peserta didik yang sulit menerima nilai
kejujuran terlihat pada beberapa peserta didik yang masih mencontek temannya
saat mengerjakan tugas dari pendidik.
2) Tanggung jawab
Aspek yang diamati dari karakter tanggung jawab adalah sikap dan perilaku
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban. Nilai karakter tanggung jawab
dituliskan oleh pendidik pada RPP. Praktik pelaksanaan penanaman nilai karakter
51
tanggung jawab dalam pembelajaran kimia yang dilakukan oleh pendidik di SMA
Negeri 3 Bengkayang misalnya memberikan tugas atau PR dan meminta kepada
peserta didik untuk mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan mengumpulkan
tugas atau PR tepat waktu. Hal ini menunjukkan ada kesesuaian antara RPP dan
praktik pembelajaran dikelas.
Penyampaian nilai karakter tanggung jawab oleh pendidik sendiri tidak ada
kesulitan dan pendidik benar telah menanamkan nilai karakter tanggung jawab
pada pembelajaran, walaupun hasil penyampaiannya kurang optimal dimana hasil
kategori angket yang diperoleh peserta didik “baik” padahal pendidik
mendapatkan kategori “sangat baik” dalam menanamkan nilai karakter tanggung
jawab. Hal itu dikarenakan heterogenitas peserta didik, ada peserta didik yang
mudah menerima dan ada peserta didik yang sulit menerima nilai tanggung jawab
terlihat ketika pendidik meminta mengumpulkan PR ada beberapa peserta didik
yang tidak mengumpulkan.
3) Peduli
Nilai karakter peduli dituliskan pendidik pada RPP. Aspek yang diamati
ketika observasi pada karakter peduli yaitu sikap dan perilaku kepedulian
pendidik kepada peserta didik. Pendidik menanamkan sikap dan perilaku peduli
dalam proses pembelajaran kimia yang teramati. Sebagai contoh adalah pendidik
memberikan salam dengan ramah pada saat masuk keruang kelas, pendidik
memperhatikan peserta didik yang salah atau keliru pada saat pelajaran dan
meminta kepada peserta didik yang lebih pintar untuk membantu temannya dan
pendidik selalu membimbing peserta didik saat pelajaran . Pada observasi yang
52
pertama pendidik belum menunjukkan sikap peduli terhadap peserta didik yang
masih salah atau keliru saat pembelajaran terjadi, akan tetapi pada observasi
kedua pendidik mulai memperhatikan peserta didik yang salah atau keliru.
Dengan adanya sikap dan perilaku peduli yang dimiliki pendidik, diharapkan
peserta didik dapat mencontoh dan mengaplikasinya dikehidupan sehari-hari
kepada sesama peserta didik, lingkungan, dan masyarakat. Hal ini menunjukkan
ada kesesuaian antara RPP dan praktik pembelajaran dikelas.
Penyampaian nilai karakter peduli oleh pendidik tidak ada kesulitan, akan
tetapi hasil penyampaiannya kurang optimal disebabkan oleh kadang peserta didik
kurang memahami pentingnya kepedulian itu. Hal ini bisa membuktikan kategori
hasil analisis angket yang didapatkan yaitu “baik” sedangkan kategori hasil angket
pendidik “sangat baik”. Berarti pendidik dalam pembelajaran kimia telah
menanamkan nilai karakter peduli walaupun hasilnya belum maksimal.
4) Mandiri
Nilai karakter mandiri tidak dituliskan pendidik pada RPP namun pada
pembelajaran pendidik menanamkan nilai karakter mandiri dengan cara pendidik
meminta peserta didik untuk mengerjakan soal di papan tulis, pendidik meminta
peserta didik untuk tidak takut salah dalam mengerjakan soal dan soal dikerjakan
sendiri, dan pendidik meminta peserta didik untuk mengerjakan tugas sendiri
serta memberi kesempatan kepada peserta didik mencari bahan ajar melalui
internet sendiri.
53
Pada dasarnya penyampaian nilai karakter mandiri oleh pendidik tidak ada
kesulitan. Akan tetapi hambatan-hambatan yang muncul adalah dari diri peserta
didik itu sendiri antara lain: kadang peserta didik kurang percaya diri dan
kurangnya kesadaran peserta didik akan pentingnya sifat kemandirian. Peserta
didik masih banyak yang mengabaikan tugas yang diberikan pendidik. Dari hasil
observasi ini pendidik benar telah menanamkan nilai karakter mandiri kepada
peserta didik dan hasil analisis angket pendidik dan peserta didik masuk pada
kategori “baik”. Tetapi dari hasil observasi peneliti menemukan kurangnya respon
peserta didik untuk “mandiri”. Hal ini berarti hasil angket tidak sesuai dengan
observasi.
5) Ingin tahu
Nilai karakter ingin tahu dituliskan pendidik pada RPP. Contoh penanaman
nilai karakter ingin tahu dalam pembelajaran kimia yang dilakukan oleh pendidik
kimia di SMA Negeri 3 Bengkayang adalah pendidik meminta peserta didik
untuk mencari berbagai sumber belajar lain untuk bahan belajar seperti dari
perpustakaan dan internet. Hal ini membuktikan ada kesesuaian antara RPP dan
praktik pembelajaran dikelas.
Penyampaian nilai karakter ingin tahu sedikit mengalami kesulitan oleh
pendidik karena pada saat observasi, materi yang disampaikan adalah “Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit” yang seharusnya materi ini disampaikan
menggunakan metode eksperimen atau demontrasi, akan tetapi fasilitas
laboratorium di SMA Negeri 3 Bengkayang belum memadai sehingga praktikum
tidak bisa dilakukan. Selain itu perpustakaan di SMA Negeri 3 Bengkayang juga
54
belum memadai. Faktor lain dari kurang terlaksananya karakter ingin tahu ini
berasal dari peserta didik sendiri yaitu peserta didik kurang memiliki minat untuk
mencari bahan ajar diluar, seperti toko buku dan internet. Hasil observasi ini
membuktikan bahwa pendidik kurang maksimal dalam menyampaikan nilai
karakter ingin tahu karena tidak memadainya fasilitas yang dapat menunjang
keterlaksanaan nilai karakter ingin tahu.
6) Kritis, kreatif dan inovatif
Nilai karakter kritis, kreatif inovatif tidak dituliskan pendidik pada RPP.
Aspek yang diobservasi pada karakter ini adalah apakah pendidik menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar serta
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru pada pembelajaran
kimia serta memberikan kesempatan kepada peserta didik berfikir, menganalisis,
dan menyelesaikan permasalahan yang ada pada pembelajaran kimia. Misalkan
pendidik mengajak peserta didik untuk memanfaatkan barang-barang yang ada
dilingkungan untuk menjadi barang yang berguna. Melalui aspek ini, diharapkan
nantinya peserta didik akan menjadi peserta didik yang kreatif inovatif dan kritis.
Ketika proses observasi berlangsung sebanyak dua kali pada materi Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit, pendidik belum menggunakan media-media
pembelajaran dan metode-metode pembelajaran yang membuat peserta didik
tertarik dan memunculkan sikap kritis, kreatif dan inovatif pada diri peserta didik
pada pembelajaran yang teramati, sehingga hasil penyampaiannya kurang
maksimal dan kurang sempurna diserap oleh peserta didik. Padahal untuk materi
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit seharusnyanya menggunakan metode
55
praktikum karena keterbatasan laboratorium seharusnya pendidik memicu
munculnya kekreatifan peserta didik dengan meminta membawa alat-alat sendiri,
misalnya: lampu, baterai, kabel, batang karbon, larutan garam, gula, air cuka,
alkohol dll. Hambatan lain ketidaklaksananya nilai karakter ini berasal dari diri
peserta didik sendiri yakni: kadang ada beberapa peserta didik yang mudah putus
asa untuk soal yang belum bisa dimengerti dan malu bertanya kepada pendidik
serta ada beberapa peserta didik yang kurang peduli dengan masa depannya
sehingga semangat kerja keras untuk menjadi siswa yang kritis, kreatif dan
inovatif kurang dimiliki peserta didik. Hasil observasi yang dilakukan sebanyak
dua kali ini menunjukkan tidak adanya penanaman nilai karakter kreatif, inovatif
dan kritis oleh pendidik kepada peserta didik dan tidak antusiasnya peserta didik
dalam melaksanakan nilai karakter ini. Hasil angket yang diperoleh pendidik dan
peserta didik menunjukan kriteria ‘baik”. Hal ini menurut peneliti tidak sesuai
dengan hasil observasi.
7) Percaya diri
Nilai karakter percaya diri tidak dituliskan pendidik pada RPP. Pendidik
menanamkan nilai karakter percaya diri dalam praktik pembelajaran kimia dengan
cara: pendidik melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
misalnya meminta menjawab soal yang diberikan dengan percaya diri tanpa ada
rasa takut, pendidik meminta peserta didik bertanya jika belum jelas serta memuji
peserta didik yang dapat menjawab dengan tujuan peserta didik akan bangga pada
diri sendiri. Hal ini menunjukkan ada kesesuaian antara RPP dan praktik
pembelajaran dikelas.
56
Penyampaian nilai karakter disiplin oleh pendidik sendiri tidak ada
kesulitan, akan tetapi kadang hasil penyampaiannya kurang optimal. Hambatan-
hambatan itu muncul dari diri peserta didik yakni kadang ada peserta didik malu
untuk bertanya jika pelajaran belum jelas dan peserta didik enggan maju didepan
kelas untuk menjawab soal yang diberikan. Hal ini sangat bertentangan jika
dibandingkan dengan kategori hasil analisis angket yang diperoleh pendidik
“sangat baik” dan peserta didik “baik” padahal dilapangan peserta didik masih
sangat kurang dalam memiliki rasa percaya diri. Akan tetapi hal ini menunjukkan
bahwa pendidik benar telah menanamkan nilai karakter percaya diri pada saat
pembelajaran kimia.
8) Cinta Ilmu
Karakter cinta ilmu tidak dituliskan pendidik pada RPP akan tetapi dalam
praktiknya pendidik menanamkan nilai karakter cinta ilmu dalam pembelajaran
kimia dengan cara pendidik memberikan dukungan dan dorongan kepada peserta
didik untuk terus berusaha mancintai dan memahami pelajaran kimia.
Pada hakekatnya penyampaian nilai karakter cinta ilmu oleh pendidik
sendiri tidak ada kesulitan, akan tetapi kadang hasil penyampaiannya kurang
optimal. Hambatan-hambatan itu muncul dari diri peserta didik yakni kadang ada
peserta didik yang kurang peduli terhadap pelajaran kimia sehingga peserta didik
tersebut tidak dapat memahami bahkan tidak menyukai pelajaran kimia. Hal ini
dapat menunjukkan kategori hasil analisis angket “baik” pada peserta didik tidak
sesuai sedangkan kategori untuk pendidik “baik” membuktikan bahwa pada saat
57
pembelajaran kimia pendidik telah menanamkan nilai karakter cinta ilmu
walaupun peserta didik tidak memiliki nilai karakter cinta ilmu.
9) Disiplin
Nilai karakter disiplin tidak dituliskan pendidik pada RPP. Akan tetapi pada
proses pembelajaran yang teramati pendidik menanamkan nilai karakter disiplin
dengan cara: pendidik memberikan contoh untuk datang tepat waktu, mengecek
kehadiran peserta didik, menegur peserta didik yang terlambat dan memulai serta
mengakhiri pelajaran tepat waktu.
Penyampaian nilai karakter disiplin oleh pendidik sendiri tidak ada kesulitan
walaupun pada observasi pertama pendidik tidak datang tepat waktu akan tetapi
sebelumnya pendidik terlebih dahulu memberitahukan kepada peserta didik. Hasil
observasi ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan kategori hasil angket
pendidik yang masuk kedalam kriteria “sangat baik”.
10) Menghargai Keberagaman
Nilai karakter menghargai keberagaman dituliskan pendidik pada RPP.
Pendidik menanamkan nilai karakter menghargai keberagaman dalam setiap
proses pembelajaran kimia yang teramati. Sebagai contoh adalah: pendidik
menghargai perbedaan pendapat peserta didik dan sebaliknya pendidik meminta
peserta didik untuk menghargai temannya saat berpendapat dan pendidik juga
memberi pujian kepada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan. Hal ini
menunjukkan ada kesesuaian antara RPP dan praktik pembelajaran dikelas.
58
Penyampaian nilai karakter menghargai keberagaman oleh pendidik tidak
mengalami kesulitan. Observasi telah menjawab hasil analisis angket yang
didapatkan yaitu memiliki kategori “sangat baik” untuk pendidik dan hal ini
sangat sesuai dengan hasil observasi. Hal ini membuktikan bahwa pendidik benar
telah menanamkan nilai karakter menghargai keberagaman pada pembelajaran
kimia kepada peserta didik.
59
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta mengacu pada perumusan
masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
1. Pendidik SMA Negeri 3 Bengkayang menanamkan nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran kimia yaitu karakter jujur, tanggung jawab, mandiri, cinta ilmu,
percaya diri, disiplin, dan menghargai keberagaman yang disimpulkan
berdasarkan kecocokan hasil angket pendidik dan peserta didik serta hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti.
2. Pendidik SMA Negeri 3 Bengkayang tidak menanamkan nilai-nilai karakter
dalam pembelajaran kimia yaitu karakter ingin tahu dan kritis, kreatif dan
inovatif yang disimpulkan berdasarkan ketidakcocokkan hasil angket
pendidik dan peserta didik serta hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.
B. Saran
1. Bagi Pendidik
Pendidik sebaiknya lebih berkreasi atau kreatif agar penanaman nilai karakter
bisa maksimal.
2. Sekolah
Sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman,
dan disiplin agar peserta didik tidak hanya menguasai keterampilan akademik
saja, tetapi melatih diri untuk mencapai hal-hal nonakademik yang juga
60
sangat penting dalam terlaksananya pendidikan karakter sehingga pendidikan
karakter benar-benar bisa terealisasi dengan baik dan menghasilkan insan-
insan berkarakter.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Anas Sudijono. (1987). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
A.M Sadirman. (1990). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaajar Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta: Rajawali.
Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
(2003). Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Burhan Bungin. (2009). Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Fajar Interpratama Offset.
Conny R. Semiawan. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.
Darmiyati Zuchdi. (2011) . Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.
Depdiknas. (2006). Peraturan Pemerintah RI Nomor, 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Kimia untuk SMA & MA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Desy Aninda Rosyida. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di MI Roudlotun Nasyiin Purwokerto, Srengat, Blitar, Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Elfindri, dkk. (2012). Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk Pendidik dan Profesional. Jakarta: Baduose Media.
Heri Gunawan. (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Heni Zuhriyah. (2010). Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih). Surabaya: IAIAN Sunan Ampel
Iskandar. (2009). Psikologi Pendidikan. Ciputat: Gaung Persada Press
62
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Buku Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Jendral Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Mulyati Arifin, dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Program Pascasarjana UPI: PT Remaja Radokarya.
Nur Azizah. (2011). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Nurla Isna Aunillah. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter diSekolah. Yogyakarta : Laksana.
Oemar Hamalik. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sigit Nugroho. (2007). Dasar-Dasar Metode Statistika. Jakarta: Grasindo
Slameto. (2011). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2009). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sutiman dan Eli Rohaeti. (2010). Teknologi Pembelajaran. Yogyakarta: FMIPA UNY.
W. Gulo. (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Zainal Aqib. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak
Bangsa. Bandung : Yrama Widya.
63
64