Download - sindrom metabolik 1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta
social dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan dalam Setyowati,
2008).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu
dengan anaknya (UU No. 10 tahun 1992 dalam Suprajitno, 2004).
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jiaka terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berintaeraksi satu sama lain dan masing- masing
mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
d. Mempunyai tujuan ;
1) menciptakan dan mempertahankan budaya,
2) meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan
suatu sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : Ayah,
ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam satu rumah
tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi dan
2
interdependensi (saling ketergantungan) untuk mencapai tujuan bersama.
Keluarga merupakan system terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh
supra sistemnya, yaitu lingkungan (masyarakat) dapat mempengaruhi
masyarakat ( Supra Sistem ).
Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam
membentuk keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini
bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan
mewujudkan masyarakat yang sehat.
Dapat dicontohkan apabila satu anggota keluarga menderita sakit,
maka semua anggota keluarga akan merasakannya, dan ini akan
mempengaruhi juga di dalam masyarakat.
2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memperlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial
maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan
peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat
perlu mengetahui bebagai tipe keluarga.
Berikut ini tipe keluarga menurut Murwani (2007) :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri,dan anak ( kandung atau angkat ).
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga yang
lain Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri, yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek,nenek,
keponakan, paman bibi.
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
3
4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandun g/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) “Commue Family”, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
2) Orang tua (suami – istri) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup dalam satu rumah tangga.
3) “Homoseksual”, yaitu dua individu yang sejenis (laki – laki) hidup
atau rumah tangga.
3. Fungsi keluarga
Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga,
sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim
yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga
yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga
dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
4
1) Saling mengasuh ; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan
intim didalam keluarga merupakan modal besar dalam memberikan
hubungan dengan orang lain diluar keluarga / masyarakat
2) Saling menghargai. Bila anggota saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
b. Fungsi sosialisasi.
Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial (Friedmann 1986).
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu, dan orang – orang yang disekitarnya.
Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting
dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai dalam interaksi atau hibungan antar anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin,
belajar norma-norma, budaya, dan prilaku melalui hubungan dan
interaksi keluarga.
5
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
Dalam hal ini keluarga juga berfungsi untuk memelihara dan
membesarkan anak.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat
dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan, dan atu merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyeleseikan masalah kesehatan.
Tugas kesehatan keluaraga adalah sebagai berikut : (Friedmann 1998)
6
1) Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah pada
diabetes mellitus salah satu faktor penyebabnya adalah karena
kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus. Apabila keluarga
tidak mampu mengenal masalah diabetes mellitus,ppenyakit
tersebut akan mengakibatkan komplikasi.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak
memahami tentang sifat,berat,dan luasnya masalah yang dihadapi
dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit diabetes mellitus
yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi.
3) Memberikan perawatan pada anggota yang sakit.
Ketidakmampuan dalam merawat anggota keluarga disebabkan
karena tidak mengethui keadaan penyakit,misalnya keluarga tidak
mengetahui tentang pengertian, tanda dan gejala,penyebabnya dan
pengelolaan pada diabetes mellitus.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam
keluarga tidak mencukupi,diantaranya adalah biaya.
5) Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai
masalah diabetes mellitus. Agar penderita dapat memeriksakan
kesehatannya secara rutin.
7
4. Dimensi dasar struktur keluarga
Menurut Friedmann struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, Selalu
menyeleseikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak
mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim :
a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima :
a) Siap mendengarkan masukan dan pendapat dari anggota
keluarga
b) Memberikan umpan balik dari setiap pendapat yang di
kemukakan angota keluarga.
c) Melakukan validasi
b. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi social yang di berikan. Yang dimasksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai
suami, istrri, anak dan sebagainya. Tetapi terkadang pera ini tidak
dapat di jalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada
beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga
yang lain sedang orang tua kereka entah kemana atau malah berdiam
diri di rumah.
c. Strukur Kekuatan
Kekuatan merupaka kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah
periklaku oranglain ke arah positif
Ada beberpa macam tipe kekuatan struktur kekuatan :
8
1) Legitimate power/kekuasaan/hak untuk mengontrol
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersam bahwa
dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol
tingkah laku anggota keluarga yang lain.
2) Referent power/seseorang yang ditiru
Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu gterhadap orang lain
karena identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi
positif seorang anak dengan orang tua (role mode).
3) Reward power/kekuasaan penghargaan
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima
oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena
kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
4) Coercive power/kekuasan paksaan/dominasi
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum
dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau
taat.
5) Affective power/kekuasaan afektif kekuasaan yang diberikan
melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan
afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual
pasangan suami istri.
d. Nilai-Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu system sikap dan kepercayaan yangt secara
sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma dan
peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan system dala keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi, dan di tularkan ditularkan debggan tujuan untuk menylesaikan
masalah.
9
5. Peran perawat keluarga
Dari 5 fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi perawat
kesehatan dimana perawat kesehatan bersama perawat menylesaikan
masalah kesehatan.
Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk
menylesaikan masalah keluarga dengan cara meningkatkan kesanggupan
keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam
menylesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehata keluarga,
diantaranya sebagai berikut :
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
dengan tujuan sebagai berikut : (a) keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan (b) bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan/
penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung
jawab terhadap masalah kesehatannya.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan
yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar
tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,
klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui
anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan
kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan
10
keluarga nanti dapat memberikan asuhan langsung kepada anggota
keluarga yang sakit.
d. Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya
melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari
kunjungan ini.
e. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau memint nasehat pada perawat maka
hubungan antara keluarga dan perarawat harus dibuina dengan baik,
perawatn harus terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian,
harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan
keluarga.
f. Kolaborasi
Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang
lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit
tetapi di keluarga dan komunitaspun juga dapat di laksanakan.
g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal. Kendala yang sering di alami keluarga keraguan didalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan sosial
budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan,
misalnya system rujukan dan dana sehat.
11
h. Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding), sehingga tidak
terjadi ledakan atau kejadian luar biasa (KLB).
i. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat
tercipta lingkungan yang sehat. Lingkungan yang baik untuk diabetes
mellitus adalah dengan penataan perabot rumah yang rapi,pencahayaan
yang terang,lantai bersih dan tidak licin.
j. Alasan keluarga menjadi focus Asuhan Keperawatan keluarga
Menurut Friedman (1998)
1) Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama
lainnya (interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya.
Jika salah satu sakit maka anggota keluarga yang lain juga
merupakan bagian yang sakit.
2) Adanya hubungan yang kuat diantara keluarga dengan status
kesehatan anggotanya, maka anggota keluarga sangat penting
peranannya dalam setiap pelayanan keperawatan.
3) Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat significant dengan
aktivitas didalam promosi kesehatan.
4) Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai
indikasi problem yang sama didalam anggota keluarga yang lain.
12
B. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan hipergklemi kronik yang disertai
dengan berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah, desertai lesi pada membran besalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop electron ( Mansjoer, Arif, 1999 ).
Diabetes mellitus merupakan sekolompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa alam darah atau hiperglikemi.
Glokusa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus pada lansia merupakan patofisiologis akibat
proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh (http://www.IlmuKeperawatan.
Com/online 23 juli 2011)
Dari berbagai definisi diatas tentang DM diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan
oleh pancreas) dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana
seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses
autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada
akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang memperoduksi
insulin.
13
2. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2.1
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/eb/Gray_1100_Pancreatic_duct.png.
pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-
kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan
2 di belakang lumbung.
pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. bagian depan (kepala) kelenjar
pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pilorus dari lambung. bagian badan yang merupakan bagian utama dari
organ ini merntang kearah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau
terletak pada alat ini. dari segi perkembangan embriologis, kelenjar
pancreas terbentuk ari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang
membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu : (1). Asini sekresi
getah pencemaran kedalam duodenum. (2). pulau langerhans yang tidak
14
mengeluarkan skretnya keluar, tetapi menyekresi ninsulin dan glukagon
langsung ke darah.
Pulau-pulau langerhans yang menjadi system endokrinologis dari
pankreas terbesar dari seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari
berat total pankreas. pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar
masing-masing pulau berbeda. besar plau langerhans yang terkecil aalah
50μ, sedangkan yang terbesar 300μ, terbanyak adalah yang besarnya 100-
225μ. jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2
juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu:
(1). Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi glukagon
yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormone yang mempunyai
“anti insulin like activity”.
(2). Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat insulin.
(3). Sel-sel D (delta), jumlanya sekitar 5-15 %, membuat samatostatin.
Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur
dan sifat pewarnaan. di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini
nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler.
pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta
yang normal dimana sel beta tidak menunjukan reaksi pewarnaan untuk
insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk
insulin manusia. molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang
tidak sama, yaitu rantai A dan B. kedua rantai ini dihubungkan oleh dua
jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida. rantai A terdiri dari 21
asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. insulin dapat larut
pada pH 4-7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. sebelum insulin dapat
berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar didalam
membrane sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan
dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan
15
sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada
pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100mg/100ml darah,
sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah,
produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain selain asam amino, asam
lemak, dan hormon gastrointestinal merangsang sekresi insulin dalam
derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk
meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membrane sel ke
jaringan terutama sel-sel otot, fiubroblas dan sel lemak.
3. Etiologi
Klasifikasi etiologis diabetes mellitus:
a. Diabetes mellitus tipe I
Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas, umumnya
menjurus ke defisiensi insulin absolut. Melalui faktor genetik, faktor
imunologi, dan faktor lingkungan (misalnya infeksi virus) yang dapat
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes mellitus tipe II
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi:
1) Faktor Genetik (Keturunan)
Ada riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama
orang tua dan saudara kandung. Anak laki-laki memiliki
kemungkinan menjadi penderita, sedangkan anak perempuan
16
merupakan pembawa gen dan memiliki kemungkinan mewariskan
ke anak-anaknya (Redaksi Agromedia,2009).
2) Usia
Pada usia menengah dan manula diakibatkan oleh resistensi
terhadap kerja insulin di jaringan perifer (Davey, Patrick, 2005).
Usia menjadi pencetus penyakit diabetes mellitus, hal ini terjadi
karena proses menua berjalan setelah berusia 30 tahun, secara fisik
memberikan akibat terhadap susunan komposisi tubuh. Saat
dibawah 30 tahun tubuh terdiri atas 61% air, 19% sel solid, 14%
lemak, 6% tulang dan mineral. Pada usia diatas 30 tahun komposisi
tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak 30%,
sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%.
Perubahan fisik karena perubahan komposisi tubuh yang
menyertai pertambahan umur umumnya bersifat fisiologis seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan
otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa, dan
penurunan fungsi berbagai organ termasuk fungsi homeostatis
glukosa. Proses menua yang berlangsung setelah umur 30 tahun
akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimiawi, salah satu contoh adalah kerusakan homeostatis
glukosa.
Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut
diduga karena menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas,
17
ahli lain menemukan kenaikan glukosa darah disebabkan karena
resistensi insulin yang disebabkan oleh perubahan komposisi
tubuh, turunnya aktivitas fisik, perubahan pola makan, dan
perubahan neuro-hormonal, khususnya insulin-like growth factor-1
(IGF-1) dan dehidroepandrosteron (DHEAS) plasma ( Sudoyo, Aru
W., 2006)
3) Pola Makan Yang Salah
Makan secara berlebihan dalam jangka waktu lama dapat
memicu diabetes. Terutama jika asupan kalori berlebihan, karena
dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam
mengeluarkan insulin. Asupan lemak trans dan lemak jenuh juga
berperan. Beberapa sumber lemak trans antara lain margarin,
makanan cepat saji, cake, pie dan lain sebagainya (Redaksi
Agromedia, 2009).
4) Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari
makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk
meningkatkan kadar seretonin otak. Seretonin ini memiliki efek
penenang sementara untuk meredakan stressnya. Tetapi gula dan
lemak itulah yang berbahaya sehingga beresiko terkena diabetes
mellitus (Sustrani, Lanny dkk, 2004).
18
5) Obesitas
Disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak,
sedangkan cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh sangat
berlebihan (Sustrani, Lanny dkk, 2004).
c. Diabetes mellitus tipe lain
1) Defek genetik fungsi sel beta
Sel beta yang merupakan penghasil insulin mengalami
kerusakan sehingga produksi insulin sedikit atau tidak ada
(Baradero, Mary dkk, 2009).
2) Defek genetik kerja insulin
Terjadi resistensi insulin yang dapat menghalangi absorbsi
glukosa ke dalam otot dan sel lemak sehingga glukosa dalam darah
meningkat (Baradero, Mary dkk, 2009).
3) Penyakit eksokrin pankreas
Merupakan kegagalan pankreas eksokrin antara lain
pankreatitis, pankreatektomi, kerusakan seperti karsinoma, fibrosis
kistik, hemokromatosis (Davey, Patrick, 2005).
4) Endokrinopati
Disebabkan karena penyakit endokrin seperti akromegali,
sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme, aldosteronoma
(Sudoyo, Aru W., 2006).
19
5) Obat atau zat kimia
Disebabkan oleh suatu golongan obat atau zat kimia seperti
vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid,
diazoxid, agonis beta adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa
dan lainnya (Sudoyo, Aru W., 2006).
6) Infeksi
Faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel
beta adalah infeksi dari virus atau toksin yang dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (Smeltzer, Suzanne
C., 2002).
7) Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat adanya suatu respon autoimun.
Merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen (internal) terjadi sebelum
timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I (Smeltzer, Suzanne C.,
2002).
8) Sindroma genetik lain
Seperti sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom
Turner dan lainnya (Sudoyo, Aru W., 2006)
20
4. Patofisiologi
Menurut Price (2006)
Insulin dan glukagon diproduksi dalam pankreas, yang merupakan
kelenjar eksokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau-pulau sel terletak
alpha yang memproduksi glukagon ; sel beta, yang mensekresi insulin, sel
delta yang mensekresi gastrin dan sumatostatin pankreas.
Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik.
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang
melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel
hati dan otot yang disebut proses glikogenesis. Proses ini mencegah
terjadinya hiperglikemik. Jika terjadi kekurangan insulin maka
menyebabkan perubahan metabolisme yang menyebabkan hiperglikemi,
antara lain:
a. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang
b. Glukogenesis berkurang, dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam
darah
c. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan
glukosa hati akan dicurahkan secara terus-menerus
d. Glukogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari
hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma.Hiperglikemia
meningkatkan osmolaritas darah.jika konsentrasi kerja dalam darah
meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di
glomerulus dan reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga
terjadi glukosurya.karena glukosa dalam larutan, maka pengeluaran
urinepun banyak sebanding dengan pengeluaran glukosa.hal ini
dinamakan poliuri.Banyak garam mineral tubuhpun ikut keluar bersama
urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi
penarikan cairan dari intra seluler dan extra seluler dan merangsang rasa
haus berkepanjangan (polidipsi), starvasi seluler dan kehilangan kalori
akan merangsang rasa lapar yang berkepanjangan (polifagi)
21
5. Manifestasi Klinis
a. Gejala klasik pada DM adalah :
1) Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil
meningkat termasuk pada malam hari
2) Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat
3) Polifagi(banyak makan), rasa makan meningkat
b. Gejala lain yang dirasakan penderita
1) Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari
2) Keletihan
3) Penglihatan/pandangan kabur
4) Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah, dan
penurunan kesadaran
c. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
1) Kehilangan berat badan
2) Luka, goresan lama sembuh
3) Kaki kesemutan, mati rasa
4) Infeksi kulit
6. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi
akut dan komplikasi kronik (Carpenito, 2001).
1). Komplikasi akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang
penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa dalam
darah jangka pendek, ketiga komlikasi tersebut adalah
(Smeltzer,2002:1285) :
a. Diabetic ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabetic merupakan defisiensi insulin berat dan
akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetic
ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer,2002:1285)
22
b. Koma hiperosmolar nonketotik(KHHN).
Koma hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan yang
didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran.salah satu perbedaan
utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis
dan asidosis pada KHHN (Smeltzer,2002:1285).
c. Hypoglikemia
Hypoglikemia (kadar gula darah abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukosa dalam darah turun dibawah 50 hingga 60
mg/DL keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat
insulin atau pereparat oral yang berlebihan, komnsumsi
makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer,2002:1285)
2). Komplikasi kronik diabetes mellitus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh(angiopati diabetic). angiopati
diabetic dibagi menjadi 2 yaitu (long 1996)
a. Mikrovaskuler
1). Penyakit ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan struktural dan fungsi
ginjal.Bila kadar glukosa darah meningkat maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine.
(Smeltzer,2002:1272)
2). Penyakit mata (katarak)
Penderita diabetes mellitus akan mengalami gejala
penglihatan sampai kebutaan, keluhan penglihatan kabur
tidak selalu disebabkan retinopati.
Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan yang menyebabkan pembekakan lensa dan
kerusakan lensa (Long 1996:16)
23
3). Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer,sistem
saraf otonom,medulla spinalis, atau sistem saraf pusat.
Akumulasi sorbital dan perubahan-perubahan metabolik
lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan
dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan
kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1). Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetus
mellitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan
darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
(arteriosclerosis) dengan resiko penderita penyakit jantung
koroner atau stroke.
2). Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf
sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma
minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan
gangren. Infeksi dimulai dari celah-celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku yang tertanam
pada bagian kaki, bagian kulit kaki yang menebal, dan
halus, demikian juga pada daerah-daerah yang terkena
trauma (Long, 1996 :17)
3). Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan
sehingga suplai darah ke otak menurun (Long, 1996 : 17)
24
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Obat Hipoglikemik oral
a) Golongan sulfonilurea / sulfonyl Ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase
atau insulin.Obat golongan ini mempunyai efek utam
ameningkatkan produksi insulin oleh sel-sel betapankreas,
karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM type 2
dengan berat badan yang berlebihan.
Obat-obat yang beredar dari kelompok ini adalah;
(1). Glibenklomida (5mg/tablet)
(2). Glibenklomida micronized (5mg/tablet)
(3). Glikasida (80mg/tablet)
(4). Glukoidon (30mg/tablet0
b) Golongan biguanet/Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer.)
dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan
berat badan.
c) Golongan inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di
saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula
sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien kadar gula puasa
yang masih normal.
25
2) Insulin
a) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya
digunakan humanm monocommonent insulin (40 UI dan
100UI/ml injeksi), yang beredar adalah actrapid.
Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis
maksimal, atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan
tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana
sidosis laktet, stres berat karena infeksi sistemik, pasien operasi
berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak
dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
b) Jenis insulin
(1). Insulin kerja cepat
Jenis-jenisnya adalah reguler insulin, critalin zink, dan
semilente
(2). Insulin kerja sedang
Jenis-jenisnya adalah NPH (Netral Protamin Hagerdon).
(3). Insulin kerja lambat
Jenis-jenisnya adalah PZI (Protamin Zink Insulin)
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
1) Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan
makan. Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan
makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya.
Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang,
dengan komposi idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20 % lemak dan
12% protein,Diet disesuaikan dengan keadaan penderitaPrinsip
26
umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita
diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:
a). Memberikan semua unsur makanan esensial ( misal : vitamin
dan mineral)
b). Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c). Memenuhi kebutuhan energi
d). Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupanyakan kadar glukosa darah mendekati normal
melalui cara – cara yang aman dan praktis.
e). Menurunkan makan pada penderita DM
2) Pencernaan makan pada penderita DM
a) Kebutuhan kalori
Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori
total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang
sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.
Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan
presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan
lemak
Ada 2 tipe karbohidrat yang utama, yaitu :
(1). Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta)
(2). Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula)
27
Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :
(1). BB ideal = (TB cm – 100) kg – 10 % . pada waktu istirahat,
diperlukan 25 kkal/kg BB ideal
(2). Kemudian diperhitungkan pula
Aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 – 20 %, kerja sedang
ditambah 30 %, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat
sekali ditambah 20 – 30 %)
Stress : ditambah 20 – 30 %, hamil trimester 2 – 3 ditambah
400 kal dan laktasi ditambah 600 kal
2) Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat
kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum
utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang berasal
dari gandum yang masih mengandung bekatul.
Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah
yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam
sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah
3) Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300
mg / hr untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti
kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan
28
proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan
kematian pada penderita diabetes
4) Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan
biji-bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan
kolesterol serta lemak jenuh. (Brunner & Suddarth, 2002)
Macam Diit untuk penderita DM
Macam diet
I II III IV V VI VII VIII
Energi (kal)
1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (gr)
50 55 60 65 70 80 85 90
Lemak (gr)
30 35 40 45 50 55 65 65
Hidrataran (gr)
160 195 225 260 300 325 350 390
Sumber : Persagi, 1999
Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita yang mempunyai berat badan normal Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita yang kurus, diabetes remaja atau juvenille diabetes serta diabetes dengan komplikasi.
Contoh Menu diit
Pagi Nasi, telur dadar isi wortel, tahu goreng, tumis kol Pukul 10.00 Pepaya Siang Nasi, Balado ikan, pecel, cah sawi putih, Nanas Pukul 16.00 Kentang rebus Malam Nasi, daging ungkep, sup sayuran, lalap timun,
pisang ambon Pukul 21.00 Roti tawar
29
3). Olah raga
Olah raga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuat insulin bekerja lebih efektif juga dapat membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi
stres. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat-berat.
Olah raga yang dipilih sebaiknya olah raga yang disenangi dan
yang mungkin dilakukan untuk penderita diabetes. Penderita
diabetes sebaiknya berolahraga dengan berjalan,joging, berenang
dan bersepeda. Olah raga sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5
kali perminggu dan dengan waktu sekitar 30-60 menit.
8. Pengkajian focus
Pengkajian keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan
secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan
melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana
yang telah di susun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan
yang dilaksanakan terhadap keluaraga.proses keperawatan merupakan
kerangka kerja dalam melaksanakan tindakan yang di gunakan agar
proses asuhan keprawatan dan kesehatan terhadap keluarga menjadi
lebih sistematis ( Effendy, 1998:46 ).
1). Pengkajian Keluarga
Friedman ( 1998 ) membagi proses pengkajian keperawatan
keluarga kedalam taha tahap meliputi mengidetifikasi data, tahap
dan riwayat perkembangan , data linkungan, struktur keluarga,
fungsi keluarga dan koping keluarga.
30
a. Mengidentifikasi data
Data- data dasar yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan
keluaraga maupun social yang merupakan system integritas dan
kesanggupan untuk mengatasinya ( Friedman, 1998 )
b. Data Identifikasi
1) Umur
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis
yang secara drastic menurun dengan cepat setelah usia 40
tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki
usia rawan tersebut, terutama mereka yang berat badannya
berlebih karena tubuh tidak peka terhadap insulin, semakin
bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes.
2) Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang
Diabetes Mellitus bila dibandingkan dengan pria, hal ini
dikarenakan wanita lebih banyak mempunyai factor yang
mendorong terjadinya DM seperti obesitas saat kehamilan,
stress, kelelahan, serta makanan yaag tidak terkontrol.
3) Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi
keluarga dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada
anggota kluarga yang menderita Diabetes Mellitus. Salah
satu penyebab ketidakmampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada dalan keluarga,
misalnya keuangan(Effendy,1998).
31
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsai kognitif
karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien,
afektif dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita
Diabetes Mellitus dan akibatnya serta pentingnya fasilitas
pelayanan kesehatan,
5) Hubungan (genogram)
Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada
anggota keluaraga yang menderita dabetes. Resiko juga
meningkat pada keadaan kembar monozigot dan autosomal
dminan.
6) Tipe atau Bentuk keluarga
Bentuk keluarga extendedfamily yang mempunyai
riwayat penyakit DM lebih cenderung menderita DM dari
pada keluarga yang ukurannya lebih kecil dan tidak
mempunayai riwayat DM.
7) Latar Belakang atau Kebiasaan Keluarga
a) Kebiasan Makan
Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan
tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan
serat dari sayuran ke pola makan dengan komposisi
makan yang terlalu banyak mengndung protein, gula,
lemak, garam, dan mengandung sedikit serat. Pola
makan seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit
diabetes mellitus(Noer, 1998).
b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan factor
penting dalam pengelolaan pasien dengan Diabetes
Mellitus. Effendy (998) menyatakan bahwa fasilitas
kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang
besar terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga
32
yang anggota keluarganya menderita diabetes Mellitus.
Bila keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan,
maka dengan rajin mereka akn melakukan Kontrol dan
memeriksalkan dirinya secara teratr apabila ada keluhan
lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan
pelayanan fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya
memeriksakan kesehatan apabila sakit saja, termasuk
ketika merasakan adanya gejala-gejala yang terkait
dengan Diabetes Mellitus.
c) Pengobatan Tradisional
Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum
jamu tradisional. Namun perlu diperhatikan dalam
melakukan pengobatan tersebut harus kontrol teratur
agar pengobatannya berhasil. Namun mayoritas
penderita Diabetes Mellitus telah memanfaatkan
pengobatan modern untuk mengatasi gejala dn keluhan
Diabetes Milltus. Pengobatan tradisional dapat
dilakukan dengan menggunakan: buah mengkudu yang
telah masak 2 buah, dicuci diparut, lalu diberi air garam
1 sendok makan. Campuran ini diperas dan disaring.
Minumlah sesudah makan 2-3 kali sehari 2 sendok
makan. Cara yang kedua daun lidah buaya 2 pelepah,
durinya dibuang, dicuci bersih, dan dipotong-potong
seperlunya lalu direbus dalam air 3 gelas. Setelah
dingin, air rebusan disaring lalu diminum sehabis makan
2-3 kali sehari ½ gelas.
33
8) Status sosial Ekonomi
Diabetes Militus sering terjadi pada keluarga yang
mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena
factor lingkungan dan gaya hidup yang sehat, seperti
makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik,dan
strees berperan penting sebagai pemicu diabetes.
c. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang beresiko
mengalami masalah Diabetes Millitus adalah tahap
perkembngan keluarga dengan usia pertengahan dan lansia.
Karena pada tahap ini terjadi proses degenerative yaitu
suatu kemunduran fungsi system organ tubuh, termasuk
penurunan fungsi dari sel beta pancreas.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Diabetes Millitus berkaitan erat dengan penyakit yang
lain misalnya riwayat keluarga dengan Diabetes
Millitus,Hipertensi, penyakit ginjal, Stroke dan lain-lain.
d. Data Lingkup
1) Karakteristik Rumah
Penataan perabot rumah yang tidak teratur,penerangan
atau pencahayaan yang kurang, keadaan lantai yang licin,
merupakan factor yang meningkatkan resiko injury karena
pada penderita Diabetes Millitus yang lanjut akan
mengalami gangguan pada system persepsi sensori terutama
visual seperti adanya keluhan pandangan kabur.
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan
tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
a) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada
34
dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan
masyarakat setempat.
b) Fasilitas pelayanan kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan sangat menentukan
pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit serta
pengobatan. Tapi jalan yang rusak,lokasi tempat
pelayanan kesehatan yang jauh dari rumah dan tidak
adanya alat transfortasi menuju tempat pelayanan
kesehatan akan menghambat keluarga menuju tempat
pelayanan kesehatan.
c) Fasilitas transportasi
Trasportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap
kemampuan keluarga untuk menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan.
d) System pendukung
Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Millitus di
keluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh
anggota keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan
yang ada di masyarakat. Semuanya berperan dalam
pemberian edukasi, motivasi dan monitor atau
mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga
yang menderita Diabetes Millitus.
e) Struktur keluarga
(1). Pola komunikasi
Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan
menimbulkan saling pengertian satu sama lain
dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga
dan merupakan tugas anggota keluarga yang dapat
menurunkan tingkat stress yang menjadi pemicu
terjadinya suatu masalah kesehatan ( Effendy,1998 )
35
(2). Struktur kekuasaan
Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang
kekuasaan yang lebih dominant adalah patrikal yaitu
pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah
(Effendy, 1998 )
(3). Struktur peran
Friedman ( 1986 ), menyatakan peran atau status
seseorang dalam keluarga dan masyarakat
mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam
keluarga terbagi dalam peran sebagai suami,
ayah,istri,ibu,anak,kaka,adik,cucu,dan lain-lain
(4). Nilai – nilai dalam keluarga
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam
keluarga adalah yang bertentangan dengan masalah
DM seperti halnya pergi ke dukun dan bukan pada
petugas fasilitas kesehatan ( Effendy, 1998 )
f) Fungsi keluarga
(1). Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga ,merasakan hal-hal yang
dibutuhkan oleh individu lain dalam keluarga
tersebut. Keluarga yang kurang memparhatikan
keluarga yang menderita DM akan menimbulkan
komplikasi lebih lanjut.
(2). Fungsi sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada
anggota keluarga yang menderita DM untuk
berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi
tingkat stress keluarga. Biasanya penderita DM akan
kehilangan semangat oleh karena meras jenuh
dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.
36
(3). Fungsi perawatan kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan
penanganan masalah Diabetes Millitus :
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah
pada DM ( Effendy, 1998). Apabila keluarga
tidak mampu mengenal masalah Diabetes
Millitus, penyakit tersebut akan mengakibatkan
komplikasi.
b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga
yang sakit ketidak sanggupan keluarga dalam
mengambil keputusan yang tepat dalam
melakukan tindakan disebabkan karena tidak
memahami tentang sifat,berat, dan luasnya
masalah yang di hadapi dan masalah tidak begitu
menonjol. Penyakit Diabetes Millitus yang tanpa
pananganan akan mengakibatkan komplikasi.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak
mengetahui keadaan penyakit, tanda dan gejala,
penyebab dan pengelolaan pada Diabetes
Millitus
( Effendy, 1998 ).
d) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara
lingkungan yang dapat mempengaruhi terhadap
kesehatan. Ketidakmampuan ini disebabkan
karena sumber- sumber dalam keluarga tidak
mencukupi, diantaranya adalah biaya ( Effendy,
1998 )
37
e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan
fasilitas kesehatan.
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga
yang mempunyai masalah Diabetes Millitus.
Agar penderita dapat memeriksakan kesehatan
secara rutin dan sebagai tempat jika ada keluhan
( Effendy, 1998 )
g) Koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul dalam
anggota keluarga, sedangkan koping keluarga tidak
efektif, maka ini akan menjadi stress pada anggota
keluarga yang menderita diabetes, karena salah satu cara
mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang
teratur, dan mengurangi stress
38
9. Pathways keperawatan
Bagan 2.1 pathways dabetes mellitus
Defisiensi insulin
Glukagon Penurunan pemakaian glukosa oleh sel
Gg. penglihatan
Makrovaskuler
Resiko injuri
Jantung
Gagal ginjal
Trombosis
Ginjal
Hiperglikemia
Osmotik diuresis
Devisit vol cairan
Hemokonsentrasi
Ekstremitas
Glukosuria
Glukoneogenesis
Ketogenesis
Ketonemia
Lemak
Ph serum
Asidosis metabolik
Koma Kematian
Mual muntah
Protein
BUN
Nitrogen urine
Dehidrasi
Gg. Integritas kulit
Kelelahan
Stroke Retinopati diabetik
Ganggren
Resiko terjadinya kompilikasi lebih lanjut
Miokard infark
Nefropati
Serebral
Aterosklerosis
Retina
Mikrovaskuler Resti gg. Nutrisi < kebutuhan
Produksi Energy metabolik
Starvasi sel
Sumber : Price, Sylvia A, 2006
39
10. Focus Intervensi
1) Kekurangan volume cairan
a) Afektif / pengetahuan
- Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang
manifestasi klinik kekurangan cairan sebagai tanda
memberatnya penyakit diabetes mellitus.
- Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang cara mengatasi kekurangan volume cairan.
b) Kognitif / sikap
- Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitoring keluaran
urine.
- Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke
pelayanan kesehatan terdekat.
c) Psikomotor / ketrampilan
- Anjurkan kepada keluarga untuk membawa klien ke
pelayanan kesehatan
- Motivasi klien untuk patuh atau kooperktif dalam regimen
pengobatan.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a) Afektif / pengetahuan
- Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien
tentang pengertian pentingnya gizi bagi penderita Diabetes
Mellitus.
- Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
b) Kognitif / sikap
- Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya
resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita
Diabetes Mellitus
40
c) Psikomotor / ketrampilan
- Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara
diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
- Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi
penderita Diabetes Mellitus.
3) Kelelahan, kelemahan.
a) Afektif / pengetahuan
- Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien
tentang pengertian pentingnya gizi bagi penderita Diabetes
Mellitus.
- Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
b) Kognitif / sikap
- Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara
diit yang benar bagi penderita Diabetes Melletus.
- Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan
keluarga.
c) Psikomotor / ketrampilan
- Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan
kesehatan agar lebih mengetahui perkembangan kondisi
klien
- Rujuk ke pelayanan kesehatan
4) Resiko gangguan persepsi sensori
a) Afektif / pengetahuan
- Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang ganguan persepsi sensori visual ( pandangan kabur )
sebagai manifestasi penyakit Diabetes Mellitus.
- Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke
pelayanan kesehatan terdekat
41
b) Kognitif / sikap
- Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
adanya penurunan ketajaman penglihatan sebagai
manifestasi dari terjadinya komplikasi Diabetes Mellitus
yang lanjut.
- Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu
penglihatan jika terjadi gangguaan penglihatan.
c) Psikomotor / ketrampilan
- Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan
kesehatan untuk pemriksaan lanjutan, pengguna kacamata
dan penggunaan obat.
- Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.
5) Resiko injuri
a) Afektif / pengetahuan
- Jelaskan pada keluarga tentang pengertian, penyebab dan
akibat dari cedera.
- Ajarkan cara memelihara lingkungan untuk menghindari
cidera.
b) Kognitif / sikap
- motivasi pada keluarga untuk mengambil keputusan
mengatasi masalah cedera pada anggota keluarganya.
c) Psikomotor / ketrampilan
- Diskusikan dengan anggota keluarga tentang cara mencegah
cedera pada usia lanjut.
- Anjurkan klien untuk selalu memakai sandal.