Download - Sejarah Ketatanegaraan
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................. 1
BAB II Pembahasan................................................................................................ 1
Sejarah Ketatanegaraan Di Indonesia..................................................... 1
A.Hakikat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.................................... 1
a. Arti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia................................................ 3
b. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia........................................................ 3
c. Hubungan Proklamasi dengan Tata Hukum dan Negara Hukum............ 3
d. Lahirnya Pemerintahan Indonesia........................................................... 3
B.Sejarah Perkembangan Ketatanegaraan di Indonesia....................... 5
1.Periode 17 Agustus 1945-27 Desember 1949.......................................... 5
2.Perubahan Praktik Ketatanegaraan........................................................... 5
3.Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27 Des 49-17 Ags 1950. 6
4.Periode 17 Ags 50 – 5 Juli 59................................................................... 8
5.Periode 17 Ags 1959 s.d 1966.................................................................. 10
6. Periode Orde Baru................................................................................... 12
7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d sekarang.......................................... 12
BAB III Penutup...................................................................................................... 17
Kesimpulan................................................................................................. 17
Daftar Pustaka........................................................................................... 18
1
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan
Untuk mempelajari Hukum Tatanegara sesuatu Negara, kiranya akan lebih mudah
memperoleh kejelasannya apabila terlebih dahulu dipelajari sejarah ketatanegaraan daripada
Negaranya yang bersangkutan.
Demikian pula dengan Hukum Tatanegara kita, akan mudah diperoleh kejelasannya
apabila kita mempelajari terlebih dahulu sejarah ketatanegaraannya sebelum mulai dengan
mempelajari aturan-aturan ketatanegaraannya. Apalagi kalau mengingat bahwa dari
perjalanan ketatanegaraan kita, yang masih menyelesaikan revolusinya, ternyata penuh
mengalami pasang surut sesuai dengan dinamikanya revolusi Bangsa Indonesia, sehingga
mempelajari sejarah ketatanegaraannya adalah mutlak perlu.
BAB II PEMBAHASAN
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
A. HAKIKAT PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Pada 6 Agustus 1945 jatuhlah bom atom Amerika Serikat dikota Hirosima. Pemimpin-
pemimpin jepang mengetahui, bahwa negaranya telah mendekati kekalahan. Berhubung
dengan itu Jendral Terauchi, Panglima Angkatan perang Jepang untuk Asia tenggara, yang
berkedudukan di Saigon pada 7 Agustus 1945 mengeluarkan pernyataan dan berjanji, bahwa
Indonesia di kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. 1
Untuk menerima petunjuk-petunjuk tentang penyelenggaraan kemerdekaan itu, Ir.
Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat diminta datang ke Saigon
pada tanggal 9 Agustus 1945. Tetapi ketika bom Atom yang kedua meledak di Nagasaki
Jepang tak ada kesempatan dan tak punya kekuasaan lagi untuk memikirkan nasib bangasa
lain.2
Pada tanggal 15 Agustus 1945 menyerahlah Jepang tanpa syarat kepada Sekutu.
Lenyaplah “janji kemerdekaan” dari Jendral Terauchi. Dengan penandatanganan penyerahan
Jepang tanpa syarat pada tanggal 12 September 1945 di geladak kapal perang Amerika Serikat
1 ? Triwulan Titik Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD 1945, Jakarta : Kencana, 2010), h. 1092 ? Ibid.
2
“Missouri” lenyap pulalah cita-cita Jepang untuk membentuk Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya di bawah pimpinannya.3
Pada tanggal 17 Agustus 1945 itu sampailah perjuangan rakyat Indonesia mengantar
rakyat dan bangsa Indonesia kem “Jembatan Emas Kemerdekaan”, namun kemerdekaan itu
harus dibela dan dipertahankan.
a) Arti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Adapun secara khusus proklamasi kemerdekaan RI memiliki arti :
1. Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, setelah berjuang berpuluh tahun sejak
20 Mei 1908;
3. Titik tolak dari pada pelaksanaan amanat penderitaan rakyat. Searah pemerintahan
Indonesia bermula semenjak bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
b) Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Pada hari Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi (waktu Jawa), di bagian
muka rumah jalan Pegangsaan Timur nomor 56, di jakarta, dibacakan sebuah “Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia” oleh Bung Karno yang ditandatangani oleh Bung Karno dan
Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia.
c) Hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan Tata hukum dan Negara
Republik Indonesia.
Negara adalah merupakan organisasi kekuasaan yang nampaknya keluar terdiri dari
aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan hukum yang tersusun didalam suatu tatanan-hukum,
oleh karena itu seperti dikemukakan di atas, maka saat berdirinya negara akan bersamaan pula
dengan saat berdirinya tata hukumnya.4
d) Lahirnya Pemerintah Indonesia
Pada 29 April 1945 pemerintah Jepang di Jakarta membentuk suatu badan yang diberi
nama “Dokuritso Junbi Cosakai” atau Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK).
Badan ini beranggotakan 62 orang dan diketuai oleh Dr. Rajiman Widyodiningrat. Dalam
badan itu duduk sejumlah pemimpin Indonesia, yang walaupun menggunakan siasat bekerja
sama dengan Jepang, namun tetap pada cita-citanya untuk membelokkan tindakan-tindakan
pemerintah Jepang ke arah yang mereka cita-citakan.5
3 CST. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia(Jakarta :PT Rineka Cipta, 1986), h. 2704 ? Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 55 ? Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara, hlm. 111
3
Selama didirikan BPPK mengadakan sidang dua kali, yakni: tanggal 29 Mei sampai
dengan tanggal 1 Juni 1945 dan tanggal 10-16 juli 1945. BPPK membentuk suatu panitia
kecil yang ditugaskan untuk merumuskan hasil-hasil perundingan badan itu.6
Panitia perumusan ini mempunyai 9 orang anggota, yakni Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, Mrs. A. A Maramis, Abikusuno Tjokro Sujoso, Abdulkahar Muzakir, Haji Agus Salim,
Mr. Ahmad Subardjo, K.H. A. Wahid Hasjim, dan Mr. Muhammad Yamin. Panitia itu pada
22 Juni 1945 berhasil menyusun Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.7
Di samping itu, BPPK telah pula berhasil menyusun sebuah Rancangan Undang-
Undang Dasar Indonesia pada 16 Juli 1945. Setelah selesai menyusun Rancangan Undang-
Undang Dasar Indonesia BPPK kemudian dibubarkan dan sebagai gantinya pada 9 Agustus
1945 dibentuk sebuah badan baru yang disebut Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dengan Drs. Mohammad Hatta menjadi wakil
ketuanya. Para anggota PPKI adalah pemimpin-pemimpin rakyat yang terkenal. Mereka
mewakili daerah dari seluruh Indonesia. Pada waktu pendiriannya PPKI mempunyai 21 orang
anggota. Kemudian setelah Jepang menyerah kepada Sekutu PPKI ditambah anggotanya 6
orang sehingga menjadi 27 orang dan dijadikan sebuah panitia nasional.8
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 disaksikan juga
oleh PPKI. Dalam mempersiapkan Indonesia Merdeka PPKI mengadakan beberapa kali
sidang, yaitu:
a. Sidang Pertama, 18 Agustus 1945 menetapkan:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil presiden
Republik Indonesia
3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama MPR dan
DPR belum terbentuk.
b. Sidang Kedua, 19 Agustus 1945 menetapkan :
1. Pembentukan 12 departemen pemerintahan
2. Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan adanya kebijakan daerah
6 ? Ibid.7 ? Ibid.8 ? Ibid.
4
Tanggal 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan oleh Presiden dan dibentuk Komite
Nasional Indonesi Pusat (KNIP) yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam hal ini
terserah kepada Presiden didalam bidang apa KNIP memberikan bantuannya.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN KETATANEGARAAN INDONESIA
1. Periode 17 agustus 1945 - 27 desember 1949
Menurut UUD 1945, yang berdaulat itu adalah rakyat dan dilakukan oleh MPR,
sebagaimana yang ditentukan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Karena MPR melakukan
kedaulatan rakyat, oleh UUD 1945 ditetapkan pula beberapa tugas dan wewenangnya.
wewenang MPR :
a. Menetapkan UUD dan GBHN
b. Memilih dan mengangkat presiden
c. Mengubah UUD
MPR sebagai pemegang kedaulatan yang tertinggi dalam sistem ketatanegaraan,
dengan jumlah anggota yang begitu banyak tidak dapat bersidang setiap hari oleh karenanya
untuk melaksanakan tugas sehari diserahkan kepada presiden sebagai mandataris MPR.
Wewenang presiden :
a. Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dibantu oleh wakil presiden dan
mentri-mentrinya.
b.Mentri-mentri diangkat dan diberhentikan oleh presiden
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
d. Presiden tidak dapat membubarkan DPR
2. Perubahan Praktik ketatanegaraan meliputi :
PPKI menyadari bahwa untuk menyelenggarakan pemerintah menurut UUD 1945
tidak dapat dilaksanakan sekaligus dalam waktu yang sesingkat mungkin, untuk itu masih
diperlukan masa-masa peralihan.
Hasil kesepakatan PPKI menetapkan empat pasal Aturan Peralihan dan dua Ayat
Tambahan. Menurut pasal 3 aturan peralihan,"untuk pertama kali presiden dan wakil presiden
dipilih oleh PPKI. “Realisasi dari pasal tersebut, maka atas usul Otto Iskandardinata dipilih
secara aklamasi Soekarno dan Moh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden . Sedangkan
dalam menjalankan kekuasaannya Presiden di bantu oleh komite Nasional.9
9 ? Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 19455
Tanggal 16 Oktober 1945 Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat No. X tahun 1945
yang menetapkan KNIP sebelum MPR dan DPR diberi kekuasaan legislative dan ikut serta
menetapkan GBHN.
Bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan
oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih antara mereka serta bertanggung jawab kepada KNIP.
Kemudian tanggal 14 Nopember 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah sebagai tindak
lanjut dari Maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945 yang menyatakan :
Pembentukan Kabinet Baru
Dan Kabinet ini bertanggung jawab kepada KNIP.
Dengan Maklumat-maklumat di atas menimbulkan persoalan dalam pelaksanaan
pemerintahan mengenai system pemerintahan dimana menurut Pasal 4 UUD 45 ditegaskan
bahwa “Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan Pasal 17 menetapka bahwa “
Menteri Negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada
Presiden, system pemerintahan menurut UUD 1945 adalah Sistem Presidentil. Sedangkan
menurut Maklumat Pemerintah meletakkan pertanggungjawaban Kabinet kepda KNIP yang
merupakan cirri dari system Parlementer.
3. Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27 Desember 1945 s.d. 17 Agustus
1950
Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 Belanda masih merasa
mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu Negara bekas jajahan masih dibawah
kekuasaan Kerajaan Belanda , dengan alasan :
a. Ketentuan Hukum Internasional
Menurut Hukum Internasional suatu wilayah yang diduduki sebelum statusnya tidak
berubah, ini berarti bahwa Hindia-Belanda yang diduduki oleh Bala Tentara Jepang masih
merupakan bagian dari Kerajaan Belanda, oleh karena itu setelah Jepang menyerah, maka
kekuasaan di Hindia Belanda adalah Kerajaan Belanda sebagai pemilik/ penguasa semula.
b. Perjanjian Postdan
Yaitu pernjajian diadakan menjelang berakhirnya Perang Dunia II yang diadakan oleh
Negara Sekutu dengan pihak Jepang, Italia dan Jerman, perjanjian ini menetapkan bahwa
setelah Perang Dunia II selesai, maka wilayah yang diduduki oleh ketiga Negara ini akan
dikembalikan kepada penguasa semula.
Atas dasar perjanjian di atas, maka Belanda merasa memiliki Kedaulatan atas Hindia-
Belanda secara De Jure. Akibat adanya pandangan ini yang kemudian menimbulkan konflik
6
senjata antara Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dengan NICA pada tanggal 10 Nopember 1946
di Surabaya. Untuk mengakhiri konflik ini, maka diadakan perundingan antara Indonesia
dengan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947 di Linggarjati yang antara lain menetapkan :
1. Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra, di
wilayah lain yang berkuasa adalah Belanda.
2. Belanda dan Indonesia akan bekerja sama membentuk RIS.
3. Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.
Hasil perundingan ini menimbulkan penafsiran yang berbeda antara Belanda Indonesia
mengenai soal Kedaulatan Indonesia-Belanda, yaitu :
1. Sebelum RIS terbentuk yang berdaulat menurut Belanda adalah Belanda, sehingga
hubungan luar negeri/ Internasional hanya boleh dilakukan oleh Belanda.
2. Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah Indonesia, terutama
Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar negeri juga boleh dilakukan
oleh Indonesia.
3. Belanda meminta dibuat Polisi bersama, tetapi Indonesia menolak.
Akibat adanya penafsiran ini terjadi Clash I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Clash II
tanggal 19 Desember 1948. Terjadinya konflik ini akibat adanya agresi militer Belanda
terhadap Indonesia. Sedangkan menurut Belanda terjadinya agresi militer Belanda adalah
dalam rangka penertiban wilayah Kedaulatan Belanda. Bentrok senjata Indonesia-Belanda ini
ini kemudian dilerai oleh PBB dan melakukan genjatan senjata dan dibuat suatu perundingan
baru di atas Kapal Renville tahun 1948 yang menetapkan :
1. Belanda dianggap berdaulat penuh di seluruh Indonesia sampai terbentuk RIS.
2. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Belanda.
3. RI hanya merupakan bagian RIS.
Kemudian diadakan Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23 Agustus 1949
sampai 2 November 1949 yang disepakati antara lain :
1. Mendirikan Negara Indonesia serikat
2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS
3. Mendirikan UNI antara RIS dengan kerajaan Belanda.
Atas dasar KMB maka pada tanggal 27 Desember 1949 dibentuklah Negara RIS
dengan Konstitusi RIS. Berubahnya Negara Kesatuan menjadi Negara Serikat tidak semata-
mata campur tangan dari pihak luar ( PBB dan Belanda ), akan tetapi juga kondisi Indonesia
yang memberikan kontribusi yaitu adanya keinginan daerah-daerah untuk membentuk
7
Negara/ memisahkan diri dari Negara kesatuan dan membentuk Negara sendiri serta mereka
tidak puas terhadap kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah pusat tidak adil, yang pada
akhirnya banyak daerah-daerah melakukan pemberontakan. Disamping itu Belanda telah
berhasil dan makin banyak daerah-daerah membentuk Negara antara lain :
1. Negara Indonesia Timur tahun 1946
2. Negara Pasundan termasuk Distrik Jakarta
3. Negara Jawa Timur 16 Nopember 1948
4. Negara Madura 23 Januari 1948
5. Negara Sumatra Timur 24 Januari 1948
6. dan Negara Sumatra Selatan
7. Negara yang sedang dipersiapkan adalah :
1. Kalimantan Timur
2. Dayak Besar
3. Banjar
4. Kalimantan Tenggara
5. Bangka
6. Belitung
7. Riau
8. dan Jawa Tengah
Naskah Konstitusi RIS disusun oleh delegasi kedua belah pihak. Negara RIS terdiri
dari 16 negara bagian dan Ibu Kota Negara Indonesia adalah Jogyakarta dengan Kepala
Negara RIS Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri. Dalam
Konstitusi RIS dikenal adanya Senat yang merupakan wakil dari Negara-negara bagian dan
sikap Negara bagian 2 orang dengan hak suara satu.
4. Periode 17 agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959
Pada masa Konstitusi RIS, Negara-negara bagian makin sulit diatur dan kewibawaan
pemerintah Negara federasi semakin berkurang sedangkan Indonesia sendiri dari berbagai
ragam suku bangsa, adat-istiadat, pulau-pulau dan bahasa, maka rakyat di daerah-daerah
sepakat untuk kembali ke bentuk Negara kesatuan.
Kemudian diadakan perundingan antara Negara-negara serikat dengan RI Jogyakarta
yang menetapkan bahwa pasal-pasal dalam Konstitusi RIS yang bersifat federalis
dihilangklan dan diganti dengan pasal yang bersifat kesatuan, yang pada tanggal 19 Mei 1950
8
ditanda tangani Piagam Persetujuan yang menghendaki dalam waktu sesingkta-singkatnya
bersama-sama melaksanakan Negara kesatuan.
Dibentuklah suatu Panitia yang bertugas membuat UUD yang baru pada 12 Agustus
1950. Rancangan UUD tersebut oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dan Dewan
Perwakilan Rakyat serta Senat RIS pada 14 Agustus 1950 disahkan, dan dinyatakan mulai
berlaku pada 17 Agustus 1950
Pemberlakuan UUD 1950 ini dengan menggunakan Pasal 190, Pasal 127 a, dan Pasal
191 Ayat (2) UUD RIS, maka dengan UU No. 7 Tahun 1950 Lembaran Negara RIS 1950 No.
56, secara resmi UUD 1950 dinyatakan berlaku mulai 17 Agustus 1950. Adapun isi dari
ketentuan meliputi dua hal, yakni:
1) Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan menggunakan UUDS 1950
yang merupakan hasil perubahan dari Konstitusi RIS;
2) Perubahan bentuk susunan negara dengan UUDS 1950 secara resmi dinyatakan
berlaku mulai 17 Agustus 1950.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi Negara Kesatuan RI
berdasarkan UUDS tahun 1950, yang pada dasarnya merupakan Konstitusi RIS yang sudah
diubah. Walaupun sudah kembali kepada bentuk Negara kesatuan, namun perbedaan antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain masih terasa, adanya ketidakpuasan, adanya
menyesal dan ada pula yang setuju yang pada akhirnya timbul pemberontakan separatisme
misalnya :
1. APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) di Bandung 23 Januari 1950.
2. Pemberontakan Andi azaz Cs. Di Makasar 5 april 1950
3. Pemberontakan RMS di ambon 25 april 1950
4. Pemberontakan Ibnu Hajar Cs. Di Kalimantan Selatan 10 Oktober 1950
5. Pemberontakan DI/ TII, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan 17 agustus 1951
6. Pemberontakan Balaion 426 Jawa Tengah 1 Desember 1951
7. Pemberontkan DI/ TII Daud Beureuh di aceh 25 September 1953
8. Peristiwa Dewan banteng Sumatra Barat 20 Desember 1956
9. Pemberontakan PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indobnesia ) 15 Pebruari
1959
10. Permesta ( Pejuangan Rakyat Semesta ) 15 Pebrauari 1958.
Badan Konstituante bersama-sama pemerintah harus segera menyusun UUD Indonesia
untuk menggantikan UUDS tahun 1950 ( Pasal 134 ), kemudian Desember 1955 diadakan
9
Pemilihan Umum untuk memilih anggota Konstituante dengan dasar UU No. 7 tahun 1953
yang menyatakan :
1. Perubahan Konstitusi menjadi UUDS tahun 1950
2. Merelakan UUDS tahun 1950 mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1950
3. Terbentuknya Konstituante diresmikan di Kota Bandung 10 Nopember 1956
Konstituante yang dibentuk dari hasil Pemilu, yang telah bersidang selama kurang
lebih 2,5 tahun belum dapat menyelesaikan tugasnya membuat UUD. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka pada tanggal 22 April 1959 atas nama pemerintah, presiden memberikan
amanat di depan sidang pleno konstituante yang berisi anjuran agar konstituante menetapkan
saja UUD 1945 sebagai UUD yang tetap bagi negara RI. Setelah diberikan tenggang waktu,
konstituante belum juga mampu menyusun UUD.
Dengan demikian, situasi di tanah air sedemikian rupa sehingga dikhawatirkan akan
terjadi disintegrasi dan perpecahan. Sebagai tindak lanjutnya pada Minggu, 5 Juli 1959 pukul
17.00 WIB, di istana negara presiden mengeluarkan dekrit, yang berisi:
1) Pembubaran konstituante
2) Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini dan
tidak berlakunya lagi UUDS 1950; dan
3) Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-
utusan daerah dan golongan serta pembentukan DPA Sementara.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 telah disetujui oleh DPR hasil Pemilu tahun 1959 secara
aklamasi tanggal; 22 Juli 1959, yang kemudian dikukuhkan oleh MPRS dengan Ketetapan
No. XX/MPRS/1966.
5. Periode 17 Juli 1959 s.d. 1966
Periode ini biasa disebut juga Era Orde Lama dengan “Demokrasi Terpimpin” Konsep
Demokrasi Terpimpin dari Bung Karno diterima sebagai dasar penyelenggaraan Negara yang
ditetapkan dalam TAP MPRS No. VIII/1965. Demokrasi Terpimpin adalah musyawarah
untuk mufakat dan apabila tidak tercapai, maka persoalan itu diserahkan pada pimpinan untuk
mengambil keputusan. Atas dasar Demokrasi Terpimpin semua bidang dalam ketata negaraan
serba terpimpin.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
maka pelaksanaannya tidak sesuai bahkan banyak terjadi penyimpangan antara lain :
1. Lembaga-lembaga Negara yang ada bersifat sementara
10
2. Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup dengan TAP MPRS
No. III tahun 1963
Pada masa itu banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan didalam bidang politik
yang pada puncaknya, meledaknya kasus pemberontakan G30S PKI, yang sampai saat ini
masih dalam perdebatan. Peristiwa G30S PKI menimbulkan banyak kekacauan social budaya
dan tidak stabilnya politik dan hukum ketatanegaraan Indonesia yang kemudian
dikeluarkannya Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto yaitu
Surat Perintah 11 Maret 1966, oleh MPRS untuk mengambil segala tindakan dalam menjamin
keamanan dan ketentraman masyarakat serta stabilitas jalannya pemerintahan, pada saat itu
dianggap bahwa Presiden Soekarno “sudah berhenti”. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 8
UUD 1945,”Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia diganti....” Ketentuan tersebut dijadikan alasan dikeluarkannya
ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kembali Kekuasaan
Pemerintah Negara dari Tangan Presiden Soekarno.10
Kata sementara pada MPRS merupakan penunjuk bahwa lembaga tertinggi negara ini
belum dibentuk dari hasil pemilu, walaupun demikian MPRS tetap dapat disebut sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Terbukti dalam masa kerjanya dari 1960-1968 MPRS
telah mengeluarkan 44 ketetapan yang sah secara hukum guna mengatur penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Proses rekrutmen lembaga perwakilan rakyat baru dapat dilakukan pada Pemilu yang
dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 1971. Berdasarkan itu keanggotaan MPR terdiri dari utusan
daerah dan anggota DPR dari partai politik dan golongan karya ditambah dengan anggota
anggota DPR yang diangkat dari unsur ABRI.
Selanjutnya dalam beberapa kali pemilu Soeharto dipertahankan menjadi Presiden
melalui Ketetapan MPR, antara lain:
1) Tap MPR No. IX/MPR/1973 Hasil Pemilu 1971
2) Tap MPR No. X/MPR/1978 Hasil Pemilu 1977
3) Tap MPR No. VI/MPR/1983 Hasil Pemilu 1982
4) Tap MPR No. V/MPR/1988 Hasil Pemilu 1987
5) Tap MPR No. IV/MPR 1993 Hasil Pemilu 1992
6. Periode Orde Baru
10 ? Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), h. 43
11
Orde Baru berarti suatu tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang berlandaskan, dan
akan melaksanakan secara murni dan konsekuen, nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Istilah ini diciptakan setelah gagalnya pemberontakan G30S PKI pada
tanggal 30 September 1965.
Melihat situasi yang dirasa semakin menjadi dengan hegemoni rezim tersebut
memompa semangat kaum reformis untuk bangkit, sehingga menghasilkan pelengseran
terhadap penguasa Presiden Soeharto 21 Mei 1998 dari kekuasaannya selama 30 tahun.
Berdasarkan konstitusi, maka wakil presiden yang dalam hal ini B. J. Habibie naik
sebagai Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto sampai habis masa jabatannya.
Atas dasar Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), merupakan akar awal
jatuhnya Presiden Soekarno dan tampak kekuasaan Negara dipegang oleh Jenderal Soeharto.
Dalam kepemimpinan Jenderal soeharto penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan
demokrasi menitikberatkan pada kestabilan politik dan keamanan Negara. Beberapa hal yang
menonjol dalam Pemerintahan Soeharto atau dekenal dengan Era Orde Baru adalah :
1. Demokrasi Pancasila
2. Adanya Konsep Dwifungsi ABRI
3. Adanya Golongan Karya
4. Kekuasaan ditangan Eksekutif/ Penumpukkan kekuasaan.
5. Adanya system pengangkatan dalam lembaga-lembaga perwakilan
6. Penyederhanaan Partai Politik
7. Adanya rekayasa dalam Pemilihan Umum, Soeharto tetap menjadi Presiden untuk
beberapa kali.
7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d. sekarang
Gerakan reformasi tahunh 1998 dan Presiden Soeharto meletakkan jabatannya tanggal
20 Mei 1998 digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie. Reformasi menghendaki suatu
perubahan yang pada akhirnya penggantian berbagai peraturan perundang-undangan, yang
tidak sesuai dengan alam demokrasi dan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat terutama
mangadakan amandemen UUD 45 sebanyak empat kali. Setelah amandemen ke IV UUD
1945, maka system ketatanegaraan Republik Indonesia adalah sebagai berikut.
1. NKRI harus tetap dipertahankan.
2. Kedaulatan ada di tangan rakyat
3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat
4. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum
12
5. Sistem Pemerintahan adalah Presidensiil
6. Sistem Parlemen menggunakan Bikanural System, yaitu terdiri dari DPR dan DPD.
7. Sistematika UUD 1945 terdiri dari Pembukaan dan Pasal-pasal.
8. MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi Negara.
9. Hubungan organisasi pemerintahan dalam garis vertical dengan asas desentralisasi
dengan otonomi luas.
10. Adanya lembaga-lembaga baru yaitu, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial
dalam UUD 1945.
Amendemen UUD 1945, yaitu:
1) UUD 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 s/d 18 Agustus 2000)
2) UUD 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000 s/d 9 November 2001)
3) UUD 1945 dan Perubahan I, II dan III (9 November 2001 s/d 10 Agustus 2002
4) UUD 1945 dan Perubahan I, II, III dan IV (10 Agustus 2002 sampai sekarang).
Hasil amandemen konstitusi mempertegas deklarasi negara hukum, dari semula hanya
ada didalam penjelasan, menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD 1945.11 Konsep pemisahan
kekuasaan ditegaskan. MPR tidak lagi mempunyai kekuasaan yang tak terbatas. Presiden
tidak lagi memegang kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi hanya berhak mengajukan
dan membahas RUU.12 Kekuasaan diserahkan kembali kepada lembaga yang berhak, DPR.
Lebih jauh, untuk beberapa hal khususnya yang berkaitan dengan isu regional Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), dibentuk dan dilibatkan dalam proses legislasi.13
Dasar hukum sistem Pemilu diatur, setelah sebelumnya sama sekali tidak disebutkan
dalam UUD 1945. Akuntabilitas angota parlemen diharapkan semakin tinggi, karena semua
anggota DPR dan DPD dipilih oleh rakyat. Pemilu langsung juga diterapkan bagi presiden
dan wakil presiden. Periodisasi lembaga kepresidenan dibatasi secara tegas. Seseorang hanya
dapat dipilih sebagai presiden maksimal dalam dua kali periode jabatan. Namun, kontrol
partai politik yang memonopoli pengajuan calon presiden dan wakil presiden, dan tidak
dimungkinkannya calon presiden independen, merupakan salah satu unsur yang mengurangi
nilai kelangsungan pemilihan presiden oleh rakyat.
Akuntabilitas politik melalui proses rekrutmen anggota parlemen dan presiden yang
langsung, diperkuat lagi dengan sistem pemberhentian mereka jika melakukan tindakan-
tindakan yang melanggar hukum dan konstitusi. Meski, aturan inpeachment presiden lebih
11 ? Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945.12 ? Pasal 5 Ayat (1) dan 20 Ayat (2) UUD 1945.13 ? Pasal 22D UUD 1945
13
perinci dibandingkan pemecatan anggota parlemen yang penjabarannya diatur dalam undang-
undang.
Kekuasaan kehakiman yang mandiri diangkat dari penjelasan menjadi materi Batang
Tubuh UUD 1945. Lebih jauh, Mahkamah Konstitusi (MK) dibentuk untuk mengawal
kemurnian fungsi dan manfaat konstitusi, karenanya, salah satu kewenangan MK adalah
melakukan contitutional review, menguji keabsahan aturan undang-undang bila dihadapkan
kepada aturan konstitusi.
Dalam hal perlindungan hak asasi manusia (HAM), amendemen UUD 1945
memberikan jaminan yang jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan aturan sebelum
amandemen. Menurut Lindsey, perlindungan HAM pasca-amendemen impresif dan jauh lebih
lengkap dibandingkan banyak negara berkembang. Meski dalam konsep Ross Clarke, polemik
tentang asas non-retroaktif dalam pasal 28(I) menyebabkan beberapa kalangan masih
mengkritik aturan HAM tersebut.
Dengan demikian, secara umum hasil amandemen UUD 1945 lebih memberikan dasar
konstitusi bagi lahir dan tumbuhnya negara hukum Indonesia dalam kelangsungan sistem
ketatanegaraan kedepan.
Satu hal yang perlu dicatat, bahwa amendemen UUD 1945 ini hanya dilakukan
terhadap batang tubuh UUD 1945 [pasal-pasal] tetapi tidak dilakukan terhadap pembukaan
UUD 1945. Terdapat asumsi bahwa mengamendemen terhadap Pembukaan UUD 1945 pada
dasarnya akan mengubah negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945. Karena Pembukaan UUD 1945 hakikatnya adalah jiwa dan ruh negara proklamasi.
Dengan tidak diubahnya Pembukaan UUD 1945, maka sistematika dan rumusan Pancasila
tidak mengalami perubahan. Suatu konsekuensi logis, karena dengan diubahnya Pancasila
sebagai Dasar Negara, maka secara langsung akan juga mengubah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang di Proklamasiakan pada 17 Agustus 1945. Hal ini berarti pula mengubah
bangunan ketatanegaraan secara fundamental.
14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
A. Proklamasi kemerdekaan Indonesia
1) Arti proklamasi kemerdekaan Indonesia :
a. lahirnya Negara kesatuan
b.Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan
c.Titik tolak dari pada pelakasanaan amanat penderitaan rakyat.
2) Lahirnya pemerintahan indonesia
a. Lahirnya bangsa Indonesia diawali dengan didirikanya BPPK pada tanggal 29
april 1945, di dalam masa berdirinya badan ini dapat menghasilkan rancangan
UUD (16 juli 1945)
b. PPKI terbentuk pada tanggal 9 angustus 1945, pada masa terbentuknya PPKI
menghasilkan :
1. Sidang I ( 18 agustus 1945 )
a. Pembentukan UUD 45
b. Memilih soekarno sebagai presiden dan mohamat hatta sebagai wakil
presiden
c. Adanya komte nasional, sebagai pembantu presiden
2. Sidang II ( 19 agustus 1945)
a. Pembentukan 12 departemen pemerinatahan
b. Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan adanya kebijakan
daerah
3) Adanya pembentukan batang tubuh dan penjelasan resmi UUD 45
4) Sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia
1. Periode 17 agustus 1945 - 27 desember 1949
Pada periode ini yang berdaulat adalah rakyat dengan di wakili oleh MPR.
Wewenang MPR :
Menetapkan UUD dan GBHN
Memilih dan mengangkat presiden
Mengubah UUD
Wewenang presiden:
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
15
Presiden tidak dapat membubarkan DPR
2. Perubahan praktek ketatanegaraan meliputi :
Presiden dan wapres di pilih oleh PPKI
Sistem presidensil lalu berubah lagi menjadi system multi partai
KNIP ikut menentukan GBHN dengan presiden
KNIP dengan presiden, menentukan UU tentang urusan pemerintah
Dalam menjalankan tugas KNP digantikan oleh sebuah badan yang
bertanggung jawab kepada KNIP
3. Periode 27 desember – 17 agustus 1950
Dalam masa periode ini dapat terbentuknya :
Adanya KMB
Adanya piagam penyerahan kedaulatan
Status UNI
Terbentuknya RIS
4. Periode 17 agustus 1950 – 5 juli 1959
Adanya UUD RIS
Presiden sebagai kepala tertinggi baik dalam Negara maupun dalam hal
pemerintahan
Adanya dekrit presiden
Periode 5 juli 1959
Presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara
DPR gotong royong
Adanya MPRS
Adanya DPAS
Kembali pada UUD 445
5. Periode 17 Juli 1959 s.d. 1966
Demokrasi Terpimpin
meledaknya kasus pemberontakan G30S PKI
Adanya surat 11 maret 1966
6. Periode Orde Baru
Zaman orde baru, banyaknya terjadi praktek KKN
Demokrasi Pancasila
Lahirnya amandement 45
16
Adanya peraturan dasar hokum pemilu
Adanya Perlindungan HAM
7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d. sekarang
Zaman reformasi
Amandemen UUD 45 sebanyak empat kali
Adanya peraturan dasar hukum pemilu
Adanya Perlindungan HAM
NKRI harus tetap dipertahankan
Kedaulatan ada di tangan rakyat
Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum
Sistem Pemerintahan adalah Presidensiil
17
Daftar Pustaka
Tutik, Triwulan Titik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD
1945, Kencana, Jakarta, 2010.
CST. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1986.
Syafiie, Inu Kencana, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta,
1996.
Zaini, H. Abdullah, Pengantar Hukum Tata Negara, Pustaka Sinar Harahap, Jakarta, 1991.
Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2001
www.wikipedia.com.
18