Download - Salep Mata Tetrasiklin.doc
I Formula Asli
R/ Salep mata Tetrasiklin
II Rancangan Formula
Tiap 3,5 g salep mata mengandung :
Tetrasiklin HCL 35 mg
Klorbutanol 0,5%
α-tokoferol 0,05%
Basis ad 100%
Parafin cair 10%
Lanolin anhidrat 10%
Vaselin kuning 80%
Master Formula
Nama Produk : Duasiklin Salep Mata
Jumlah Produk : 1 tube @ 3,5 gram
Tgl Produksi : 13 Februari 2007
Tgl kadaluarsa : 13 Februari 2009
No. Reg : DKL 07002001 A1
No. Batch : H 070201
PT. DUA FARMA
Makassar- IndonesiaDuasiklin ® Salep Mata
Dibuat oleh : Disetujui oleh :
Klp II
Nursinatrya
Sari, S.Si
No Kode Bahan Nama bahan Fungsi bahan Perdosis Perbatch
1 TRK-01 Tetrasiklin HCL Zat aktif 35 mg 0,0385 g
2 KLB-02 Klorobutanol Pengawet 0,5% 0,001925 g
3 ATK-03 α-tokoferol Antioksidan 0,05% 0,01925 g
4 PFC-04 Parafin cair Basis 10% 0,3791 g
5 LNH-05 Lanolin anhidrat Basis 10% 0,3791 g
6 VSK-06 Vaselin kuning Basis 80% 3,0328 g
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bentuk-bentuk sediaan farmasi yang mempunyai karakteristik
umum karena dibuat menjadi steril yaitu bebas dari pencemaran mikroba.
Sterilitas pada sediaan-sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut
langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang
merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah (Ansel : 399).
Sterilitas adalah ketidakhadiran dari mikroorganisme yang hidup (RPS18th :
1470). Sterilisasi adalah suatu proses membunuh atau menghilangkan
bakteri dan mikroorganisme lain (Scoville’s : 403).
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan
menggunakan dasar salep yang cocok (FI III : 20). Salep mata berbeda
dengan salep dermatologi, salep mata harus steril. Apakah dibuat dari
bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya
atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji
sterilitas sebagaimana tertera pada kompedia resmi (Ansel : 561).
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan mata yang
dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling berbahaya
adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat
menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan
produk-produk nonsteril pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat
dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien
(SDF: 359).
Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat
mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di sekelilingnya tanpa
tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan dimana
waktu kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan letal obat lebih
besar meski dengan onset yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai
absorbsi lebih lama (RPS18th : 1585). Ssatu kekurangan dari penggunaan
salep mata adalah salep akan mengganggu pandangan kecuali digunakan
selama waktu tidur (RPS18th : 1585).
Salep mata dibuat dengan menggunakan salah satu dari dua
metode berikut :
Jika bahan obat larut dalam air dan membentuk larutan stabil maka
bahan obat dilarutkan dalam jumlah minimum air untuk injeksi, larutan
yang dihasilkan kemudian digabungkan dengan basis yang telah dilebur
dan campuran diaduk terus-menerus sampai mengental. Jika bahan obat
tidak segera larut dalam air, maka bahan obat dimikronisasi sampai
menjadi serbuk yang sangat halus dengan melevigasinya dengan
sejumlah kecil basis. Campuran yang dihasilkan digabungkan dengan sisa
basis (Scoville’s : 357).
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik spektrum luas yang aktif
terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman negatif.
Juga terhadap spirokhaeta, Clamydia trachomatis dan Mycoplasma. Tidak
aktif terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter
(OOP V : 32).
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman. Yang dihambat ialah enzim peptidil transferase yang berperan
sebagai katalisator untuk membentuk ikatan peptide pada proses sintesis
protein kuman (FT : 657).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara pembuatan salep mata steril.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Membuat sediaan salep mata steril Tetrasiklin.
I.3 Prinsip Percobaan
Pembuatan salep mata steril Tetrasiklin dengan menggunakan alat
dan bahan yang telah disterilkan dengan cara yang sesuai dan dalam
kondisi aseptis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum
II.1.1 Definisi Steril
1. SDF : 37
Steril adalah suatu kondisi absolut dan harus tidak pernah
digunakan atau dianggap secara relatif sebagai bahan atau hampir steril.
2. Lachman : 619
Steril adalah kondisi yang memungkinkan terciptanya
kebebasan penuh dari mikroorganisme dengan keterbatasan 1 bagian non
steril dalam 1.000.000 bagian steril.
3. RPS18 th : 1470
Steril adalah tidak adanya mikroorganisme yang aktif.
4. Text Book of Pharmaceutical: 526
Steril adalah kebebasan hidup dari mikroorganisme hidup dari
lingkungan.
5. PDF Kenneth : 325
Steril adalah produk biologis steril sebagai prodik steril yang
bebas dari kontaminasi mikroba sebagai hasil dari ter sterilisasi.
Kesimpulan :
Steril adalah suatu keadaan yang absolut, mutlak, tidak setengah atau
hampir steril dimana bebas dari mikroorganisme baik yang patogen, dan
nonpatogen baik vegetatif maupun sporanya, dapat ditoleransi adanya 1
bagian non steril dalam 1.000.000 bagian steril.
II.1.2 Definisi Sterilitas
1. RPS 18 th : 1470
Sterilitas adalah ketidakhadiran dari mikroorganisme yang
hidup.
2. SDF : 15
Sterilitas adalah karakteristik yang disyaratkan untuk sediaan-
sediaan farmasetik ini karena metode, wadah atau rute pemakaian.
3. Lachman INA : 1254
Sterilitas dalam pengontrolan absolut atau mutlak, tidak akan
dicapai tetapi dapat didekati dengan peningkatan kemungkinan
kesuksesan proses sterilisasi diperbaiki.
2. Text Book of Pharmaceutical : 526
Sterilitas didefinisikan ketiadaan dari mikroorganisme hidup dari
berbagai teknik yang ada.
Kesimpulan :
Sterilitas adalah karakteristik yang diisyaratkan untuk sediaan farmasetik
bebas dari mikroorganisme hidup karena metode, wadah atau rute
pemakaian yang tidak akan dicapai tetapi dapat didekati dengan
peningkatan kemungkinan kesuksesan dari berbagai teknik yang ada.
II.1.3 Definisi Sterilisasi
1. DOM Martin : 592
Sterilisasi adalah biasanya didefinisikan sebagai pemusnahan
keseluruhan atau menghilangkan semua jenis-jenis kehidupan dari
material-material.
2. Scoville’s : 403
Sterilisasi adalah suatu proses membunuh atau menghilangkan
bakteri dan mikroorganisme lain.
3. Lachman Industry : 619
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menghasilkan
keadaan steril.
4. Parrot : 274
Sterilisasi adalah proses pembunuhan atau penghilangan
mikroorganisme dan spora yang hidup.
5. Text Book of Pharmaceutical : 576
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan,
membunuh mikroorganisme dan spora yang hidup dari material/bahan,
alat, sediaan, untuk menghasilkan keadaan steril.
6. RPS 18th : 1470
Sterilisasi adalah suatu proses dimana semua bentuk
mikroorganisme hidup dihilangkan atau dirusak berdasarkan fungsinya
yang mungkin.
7. Ansel : 410 .
Sterilisasi adalah suatu proses seperti yang dilakukan terhadap
sediaan farmasetik berarti penghancuran sempurna seluruh
mikroorganisme dan sporanya atau penghilangan mikroorganisme dari
sediaan.
Kesimpulan :
Sterilisasi adalah suatu proses mengurangi, menghilangkan,
menghancurkan, membunuh mikroorganisme dan spora yang hidup dari
sediaan, bahan atau material untuk menghasilkan keadaan yang steril,
dengan cara-cara yang mungkin.
II.1. 4 Jenis-jenis sediaan steril (SDF ; 15-18)
1. Injeksi
Larutan obat dalam pembawa yang sesuai dengan atau tanpa
penambahan bahan-bahan dimaksudkan untuk pemakaian parenteral
dibuat sebagai injeksi.
2. Cairan infuse
Cairan infuse intravena dibuat sebagai sejumlah karakteristik
infuse melalui cara pemakaiannya.
3. Radiasi Farmasetik
Bahan kimia radio aktif digunakan untuk uji, fungsi bahan-bahan
yang kadang dipastikan sejumlah infeksi dibawah radiofarmasetik. Ini
berbeda dari infeksi lain dalam obat sebagi bentuk radioaktif.
4. Steril Padat
Beberapa obat tidak mempunyai kestabilan yang cukup dalam
larutan untuk dapat mewadahkannya seperti injeksi maka disediakan
sebagai sediaan padat kering dalam larutan ketika digunakan.
5. Suspensi steril
Suspensi obat dalam pembawa parenteral yang cocok dibuat
sebagai suspensi obat steril seperti suspensi sediaan Hidrokortison
Asetat. Jika obat ini bentuk kering dan suspensi dengan penambahan
pembawa parenteral yang cocok disebut obat steril unutk suspensi seperti
Kloramfenikol Steril untuk Suspensi.
6. Tetes Mata, Suspensi dan Salep
Obat-obat dalam larutan atau suspensi digunakan melalui
penetesan pada mata sebagai sediaan steril, walaupun tidak umum
disebut steril seperti larutan mata Natrium Sulfametasol atau suspensi
mata Hidrokortison asetat.
7. Larutan irigasi
Larutan irigasi yang digunakan untuk mencuci atau
menyembuhkan luka terbuka, rongga badan didefinisikan sebagai larutan
irigasi dan diguanakn pada pemakaian luar tidak pernah secara parenteral
8. Bahan Diagnosis
Larutan yang digunakan secara parenteral untuk tujuan
diagnosa seperti injeksi yang digunakan unutk menentukan volume darah.
9. Ekstrak Allergenio
Ekstrak allergenio adalah konsentrasi steril pada allergen atau
bahan-bahan yang tidak bisa sensitif. Pada beberapa orang digunakan
untuk diagnosa atau percobaan pada reaksi alergi.
10. Larutan Dialisis Peritonial
Larutan yang digunakan pada teknik yang dikenal sebagai
dialisis peritoneal untuk menurunkan kelebihan larutan cairan tubuh,
serum elektrolit, bahan-bahan toksik seluruh pencernaan.
II.1.5 Metode-metode Sterilisasi
A. Sterilisasi Secara Fisika
1. Pemanasan Kering
a. Udara Panas Oven
Scoville’s : 404
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi
dengan uap destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam
bahan ini adalah minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen
glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang
lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah metode yang
paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah.
Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk
kering dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf.
Salah satu elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap
autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam
bahan yang telah disterilkan. Sebagai contoh, organisme pembentuk
spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121o C
(suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan setelah
pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan
metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat
dengan basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit
lembab atau tidak sama sekali.
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses
oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi
protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada
umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan
saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di
bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121 C selama 12 menit adalah
efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150
C sampai 170 C selama 1-4 jam.
Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160 C
paling cepat 1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara
khusus untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya.
Bagaimanapun juga range 150-170 C digunakan untuk streilisasi panas
kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat disterilkan
pada suhu 170oC. dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus
disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama.
PTM : 123
Panas kering pada temperatur lebih 160oC efektif menghancurkan
mikroorganisme hidup dengan sebuah proses kehilangan kelembaban
secara inversible. Proses ini berjalan relatif lambat, mengisyaratkan
sedikitnya 1 jam pada suhu 160oC tetapi lebih cepat pada temperatur yang
tinggi. Panas kering ini sering merugikan beberapa produk.
Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk
pembunuhan mikroorganisme diisyaratkan 15 menit pada suhu 121oC.
RPS 18th : 1471
Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling
baik disterilkan dengan panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak
mineral, lilin, wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien
dibanding panas lembab, pemaparan lama dan temperatur tinggi
dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah
diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi
kelembaban dan faktor lain. Jumlah air dalam sel mikroba diketahui
mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi panas kering. Umumnya,
ini diterima bahwa sel mikroba dalam daerah yang betul-betul kering
menunjukkan resistensi terhadap inaktivasi panas kering. Ini jelas bahwa
perhatian harus diberi untuk mendisain siklus sterilisasi panas kering
untuk produk-produk rumah sakit dan validasi sistematis sterilisasi dengan
metode sterilisasi standar.
Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara
panas dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas.
Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :
170 C (340 F) sampai 1 jam
160 C (320 F) sampai 2 jam
150 C (300 F) sampai 2,5 jam
140 C (285 F) sampai 3 jam
b. Minyak dan penangas lain (Scoville’s : 404)
Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat
disterilisasi dengan mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak
mineral pada suhu 1620C. larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia
klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan
metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi
sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk memlihara cat
penutup.
c. Pemijaran langsung (Scoville’s : 404)
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula
logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut
botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat
lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping
dan alu dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam semua kasus bagian
yang paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi
dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat
keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah
pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel.
2. Panas lembab
A. Uap bertekanan (Scoville’s : 407)
Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang
paling umum memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang
diinginkan untuk sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada
tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan gelas. Untuk
penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda karet.
Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan uap ini adalah
ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada bahan sensitiv terhadap
panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi
misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih
pada 120 C mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif
mikroorganisme hidup dalam waktu ½ menit. Uap jenuh ini dapat
menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap
jenuh kering yaitu :
1. Suhu
2. Panas tersembunyi yang berlimpah
3. Kemapuan untuk membentuk kondensasi air
4. Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi
Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121oC
selama 12 menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah
untuk mencapai 121C setelah termometer pensteril menunjukkan suhu
ini. Secara umum larutan dalam botol 100-200 ml akan membutuhkan
kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit.
RPS 18 th : 1471
Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan
yang merupakan cara sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab
kematian dengan cara sterilisasi panas terhadap lembab berbeda dengan
cara panas kering, kematian mikroorganisme oleh panas lembab adalah
hasil koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering, kematian
mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi.
USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di baeah
teakana paling kurang 15 menit dengan temperatur minimal 121oC dalam
jaringan tekanan. Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf adalah
“home preasure cooker”.
B. Uap panas pada 100oC (Scoville’s : 412)
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk
uap mengalir atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan
penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat
untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk
larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal
tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri yang
tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak
ada bentuk non spora yang bertahan.
Dalam prakteknya, 2 metode uap mengalir digunakan, suatu
perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh
semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora.
Untuk meyakinkan penghancuran spora, sterilisasi berjeda yang juga
disebut sterilisasi tidak berlanjut. Penjedahan dan bertahap adalah
tindalisasi digunakan. Dengan metode ini bahkan dipaparkan pada uap
mengalir pada periode waktu bervariasi dari 20-60 menit setiap hari
selama 3 menit. Antara pemaparan bahan terhadap uap yang disimpan
pada suhu kamar atau pada inkubator pada 37oC. prinsip dari metode ini
adalah pada saat waktu pertama kali pemaparan pada uap membunuh
bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada
inkubator atau pada suhu ruangan selam 24 jam, banyak spora akan
tumbuh ke dalam bentuk vegetatif bentuk spora yang telah tumbuh ini
akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini
tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama
masa istirahat.
C. Pemanasan dengan bakterisida (Scoville’s : 413)
Ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap pans pada
100oC. adanya bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini.
Metode ini digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak
stabil pada temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf. Larutan yang
ditumbuhkan bakterisida ini dpanaskan dalam wadah bersegel pada suhu
100oC selama 20 menit dalam pensterilisasi uap atau penangas air.
Bakterisida yang dapat digunakan termasuk 0,5%, fenol, 0,5% klorbutanol,
0,2% kresol atau 0.002% fenil merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal
lebih dari 15 ml larutan obat untuk injeksi intratekal atau gastro intestinal
sehingga tidak dibuat dengan metode ini.
D. Air mendidih (Scoville’s : 413)
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat
banyak dalam sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat
bedah. Bahan-bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan
harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan
dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan
pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol,
1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol tersaponifikasi yang
menghambat kondisi bahan-bahan logam.
3. Cara Bukan Panas
Sinar ultraviolet (Lachman : 628)
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi
kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan.
Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi
oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 2537 .
sinar UV menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu
penambahan garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara
menyebabakan penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk
kebanyakan pemakaian lama penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan
membunuh mikroorganisme dibatasi pada permukaan yang dipaparkan.
Aksi letal (Lachman : 628)
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital
dalam atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini
menyebabkan meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah
kereaktivannya. Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom utama
terjadi dalam molekul-molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya,
organisme itu mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh utamanya
mungkin pada asam nukleat sel, yang diperhatikan untuk menunjukkan
lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang panjang.
Radiasi pengion (Lachman : 628)
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi
isotop radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh
percepatan mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar
katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena
tidak menyebabkan kerusakan mekanik, namun demikian, kekurangan
sinar ini adalah di hentikan dari, mekanik elektron akselerasi (yang
dipercepat) keuntungan elektron yang dipercepat adalah kemampuannya
memberikan output laju doisis yang lebih seragam. Aksi latal radiasi
pengionan menghacurkan mikroorganisme dengan menghentikan rep-
roduksi sebagai hasil mutasi letal. Mutasi ini disebabkan karena
tarnsformasi radiasi menjadi molekul penerima pada sinar x, menurut teori
langsung. Mutasi ini dapat disebabkan oleh tindakan tidak langsung,
dimana molekul-molekul air diubah menjadi kesatuan yang berenergi
tinggi seperti hidrogen dan ion hidroksil. Semua ini pada akhirnya,
menyebabkan perubahan energi pada asam nukleat dan molekul lain
sehingga hilangnya keberadaannya bagi metabolisme molekul sel bakteri.
Penerapan untuk sterilisasi ini (Lachman : 628)
Elektron dipercepat atau sinar gamma dapat digunakan untuk
mensterilkan produk-produk pilahan dengan suatu proses
berkesinambungan. Kebanyakan prosedur sterilisasi produk lain harus
diselenggarakan dalam batch setrilisasi dengan proses
berkesinambungan memerlukan pengendalian yang tepat, sehingga tidak
ada bagian yang lepas dari keefektifan sterilisasi.
Radiasi Ionisasi (RPS 18 th : 1476)
Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi industri untuk alat-alat
rumah sakit, vitamin, antibiotik, steroid hormon dan transplantasi tulang
dan jaringan dan alat pengobatan seperti alat untuk suntik plastik, jarum,
alat beda, tube palstik, katter, benang bedah dan cawan Petri. Radiasi
ioniasasi dapat menghasilkan perubahan dalam molekul organik yang
dapat mempengaruhi kemujaraban sediaan atau dapat menginduksi
toksisitas. Radiasi produk juga dapat menghasilakn perubahan warna dan
kerapuhan beberapa wadah gelas dan bahan plastik.
Sterilisasi radiasi dapat dilakukan baik dengan radiasi
elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik dan energi
photon, termasuk ultra dari bahan radioaktif seperti kobalt 60 atau sesium
137 adalah yang paling sering digunakan sebagai sumber energi
sterilisasi adhesi elektromagnetik. Radiasi partekel atau molekul termasuk
daftar partikel yang steril. Satu-satunya sekarang yang digunakan untuk
sterilisasi radiasi pada obat-obat rumah sakit dan laboratorium.
Bagaimanapun banyak prosedur sterilisasi industri manggunakan radiasi,
termasuk penjelasan singkatnya. Beberapa informasi mengenai efek
sterilisasi ultraviolet juga dihadirkan.
Prinsip bermuatan negatif sepeti elektron yang berinteraksi
langsung dengan bahan menyebabkan ionisasi seperti elektron
elektromagnetik menyebabkan ionisasi pada mekanisme yang bervariasi
yang menghasilkan perpindahan suatu orbital elektron dengan mekanisme
jumlah tertentu dari energi yang ditransfer dalam insiden sinar gamma.
Perpindahan elektron ini kemudian bentindak sebagai partikel beta dalam
reduksi. Oleh sebab itu baik partikel maupun elektromagnetik,
dipertimbangkan sebagai radiasi ionisasi yang berbeda dengan radiasi
sinar ultraviolet.
Kerugian penggunaan germisida radiasi sinar UV adalah
penetrasinya terbatas, pada panjang gelombang 253,7 nm, diserap oleh
banyak bahan dan membuat penggumpalan organisme dan hal tersebut
dilindungi oleh debu dan puing-puing. Untuk menghindari aksi letal
panggunaan radiasi sinar UV sebagai cara sterilisasi tidak
direkomendasikan lemak jika bahan-bahan yang diradiasi sangat bersih
dan bebas yang dapat melindungi mikroorganisme.
B. Sterilisasi Secara Kimia
Sterilisasi Gas (Parrot : 281)
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk
membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat
berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena
permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi
yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan
dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi,
gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan
harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin
kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida.
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam
amino, hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein.
Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan
menghancurkan sel. Kelembaban rendah misalnya minimal 20%, angka
kematian tidak logaritmik (tidak nyata). Tetapi mikroorganisme muncul
peningkatan resistensinya dengan penurunan kelembaban. Dalam
prakteknya, kelembaban dalam chamber pensteril ditingkatkan dari 50-
60% dan dipegang untuk suatu waktu pada permukaan dan kelembaban
membran sel sebelum penggunaan etilen oksida.
Etilen oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara.
Penghilangan sifat eksplosif dengan menggunakan campuran etilen
oksida dan karbondioksida. Seperti Carboxide, Oxyfume 20, campuran
etilen oksida dengan hidrokarbon terflouronasi seperti Storoxide 12.
keduanya diluent inert yang mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
bereaksi sebagai pembakar etilen oksida keluar dari silinder masuk ke
dalam chamber steril. Komponen terfloronasi mempunyai keuntungan
over karbondioksida yang disimpan dalam wadah yang ringan dan
campuran mengizinkan tekanan parsial tinggi dari etilen oksida pada
chamber pensteril pada tekanan total yang sama.
Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada
keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen
oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi,
konsentrasi ini 85 C dan 50% kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam
pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi
2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan etilen oksida digunakan untuk
menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu untuk penetrasi
gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan terminal
vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini
digunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah
digunakan untuk sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida
untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan
lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan
untuk mensterilkan daerah sempit dimana dilakukan teknik aseptis.
Mekanisme aksi etilen oksida (Lachman : 1286)
Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap
mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama
mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan
menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau
hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit yang tidak diubah
dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini
mati tanpa reproduksi.
C. Sterilisasi Secara Mekanik
Filter Bakteri (Scoville’s : 404)
Larutan dapat dibebaskan dari organisme vegetatif dan spora
bakteri dengan melalui filter bakteri, filter bakteri tidak membebaskan
larutan dari virus. Bagaimanapun alat ini tidak mengurangi jumlah dan
adanya virus, secara prinsip oleh adsorbsi pada dinding filter dan
penghilangan partikel besar dari bahan yang mengandung virus.
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan
farmasetik atau bahan biologi yang tidak diefektifkan oleh panas. Berbeda
dengan metode filtrasi lain, filter bakteri ditujukan untuk filtrasi bebas
bakteri. Metode sterilisasi ini membutuhkan penggunaan teknik aseptik
yang benar. Sediaan obat yang disterilkan dengan metode ini dibutuhkan
yang mengandung bahan, bakteristatik, kecuali dinyatakan lain. Larutan
yang ditujukan untuk injeksi intratekal atau merupakan larutan dosis
tunggal intravena dengan volume lebih dari 15 ml, tidak boleh
ditambahkan bahan bakterisida. Paraffin cair dan minyak lain, tidak
disterilkan dengan metode ini karena dapat meningkatkan permeabilitas
dari filter bakteri. Untuk membuat larutan bebas dari bakteri dan steril,
filter dengan berbagai tipe digunakan. Tipe ini termasuk filter yang terbuat
dari silikon murni (diatomaccus atau klesegurh), porcelin, asbes dan gelas
fritled. Karena alat-alat ini mudah dibersihkan filter seitz yang
menggunakan lapisan asbes dan filter-glass mungkin lebih berguna untuk
farmasis.
Filter dengan pori yang lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi
beberapa filtrasi sangat lambat untuk tujuan praktis. Dengan
meningkatnya kekentalan dari lilin filter sangat menghasilkan filtrasi yang
efektif, tetapi kekurangannya adalah banyak dari bahan aktif larutan
dihilangkan oleh adsorbsi pada lilin. Bagaimanapun, dengan mengatur
ukuran pori dan kekentalan dari filter sampai optimum. Filter dapat
menjadi sangat efisien dan sangat cepat. Faktor lain dari filter bakteri yaitu
keseimbangan permukaan antara bahan dari filter dengan bakteri dari
larutan, tekanan yang digunakan, waktu filtrasi, muatan listrik dan filter, pH
dari bahan yang disaring dan absorpsi dari protein dan bahan lain.
Filter seitz
Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit
pada dasar wadah besi. Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan
filter dapat dibuang setelah digunakan dan untuk masalah ini
pembersihannya berkurang. Efisiensi dari filter ini tergantung pada
pengembangan serat dan lapisan filter oleh air. Karena larutan alkohol
pekat tidak mengembang, filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan
larutan yang mengandung alcohol dengan jumlah besar. Filter ini mampu
dengan kapasitas volume dari 30 ml hingga lebih 100 ml.
Kerugian pertama dari filter ini cenderung memberikan
komponen magnesium pada filtrat. Bahan alkalin ini dapat menyebabkan
pengendapan dari alkaloid bebas dari garamnya dan dapat
menginaktifkan bahwa yang sensitiv seperti insulin, ekstrak pituitary,
epinefrin, dan apomorphin. Hal ini dapat diatasi dengan perawatan
pertama dengan filter dengan dibasahkan dengan HCl dan kemudian
dibilas dengan air.
Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat dari lapisan
filtrat, membuat larutan tidak cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan
menempatkan ayakan dari nilon atau sutra, di bawah lapisan filter
sebelum menempatkan lapisan di dalam filter atau sebuah fritted glass
dapat ditempelkan pada saluran. Kedua untuk menghilangkan serat. Filter
seitz juga cenderung menghilangkan substrat dari filtrate dengan absorpsi.
Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai
adaptor khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan
pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter swinny di bungkus dengan
kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada spoit
werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan
tekanan pada sal spoit.
Filter Fritted-Glass
Filter Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan
dalam serbuk, tombol bulat dari gelas digabungkan bersama dengan
penggunaan panas untuk menempatkan ukuran dari bentuk potongan.
Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan berkembangnya ukuran.
Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan didalam
gelas pirex seperti corong Buchner.
Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalsium
sulfat. Berkefeld disusun juga dari tanah silika murni. Masing-masing filter
bermuatan negatif. Tersedia dalam beberapa prioritas berdasarkan
permeabilitasnya ke dalam air dalam Bekerfeld atau Mandler.
Filter Selas
Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua
larutan yang tidak menyerang silika. Karena masing-masing partikel
meliputi filter semata-mata bersama selama proses manufaktur, ada
bahaya kecil partikel-partikel dari filter jauh dalam larutan.
Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak
berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.
Kesimpulan :
Metode sterilisasi yaitu :
1. Metode Fisika
a. Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen
dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.
- Udara panas oven
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat
bedah, minyak lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk,
kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 170oC selama 1 jam,
160oC selama 2 jam, 150oC selam 3 jam.
- Pemijaran langsung
Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari
porselen, tidak cocok untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya
tidak rata. Suhu yang digunakan 500-600oC dalam waktu beberapa detik,
untuk alat logam sampai berpijar.
- Minyak dan penangas lain
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah
sebagai lubrikan menjaga ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul.
Bahan atau alat dicelupkan dalam penangas dicelupkan dalam penangas
yang berisi minyak mineral pada suhu 160oC. Larutan natrium atau
amonium klorida jenuh dapat digunakan pula sebagai pengganti minyak
mineral.
b. Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi
protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.
- Uap bertekanan (autoklaf)
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang
dimaksudkan untuk diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan
karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah
12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat
semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh
ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
- Pemanasan dengan bakterisida
Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat
yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat
injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau
intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam
wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap
atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5%
klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
- Air mendidih
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit.
Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk
vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
c. Cara bukan panas
Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan
langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi.
Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas
(termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang
elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β).
2. Metode Kimia
a. Menggunakan bahan kimia
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 70%,
fenol 5%.
b. Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas
atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida,
beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi
bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik.
Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -
OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga
protein mengalami kerusakan dan mikroba mati.
3. Metode mekanik
Filtrasi
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan
ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba,
mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari
filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam
melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat
bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.
II.1.6 Keuntungan dan Kerugian metode sterilisasi
Sterilisasi Panas Kering
Keuntungan :
1. Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk vegetatifnya
dari semua mikroorganisme (Lachman Industri; 1263).
2. Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif
disterilkan dengan uap air panas (Ansel; 413).
3. Metode pilihan bila dibutuhkan peralatan yang kering atau wadah
yang kering seperti pada zat kimia kering atau larutan bukan air
(Ansel; 414).
Kerugian :
1. Hanya digunakan untuk zat-zat yang tahan penguraian pada suhu
diatas kira-kira 140oC (Lachman Industri; 1263).
2. Karena panas kering efektif membunuh mikroba dengan uap air
panas, maka diperlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih
panjang (Ansel; 413).
Sterilisasi Uap Panas
Keuntungan :
1. Adanya uap air dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada
temperatur yang relatif rendah daripada tidak ada kelembaban (Ansel :
412).
2. Metode ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang
dapat tahan terhadap temperatur yan digunakan dan penembusan uap
tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air (Ansel : 413).
3. Sel bakteri dengan kadar air besar umumnya lebih mudah dibunuh
(Ansel : 413).
4. Dipergunakan untuk larutan jumlah besar, alat-alat gelas, pembalut
operasi dan instrumen (Ansel : 413).
5. Dapat membunuh semua bentuk mikroorganisme vegetatif
(Scoville`s : 408).
Kerugian :
1. Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak lemak, sediaan
berminyak dan sediaan yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap jenuh
(Ansel :413).
2. Spora-spora yang kadar airnya rendah, sukar dihancurkan
(Ansel : 413).
Sterilisasi Gas
Keuntungan :
1. Beberapa senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan uap dapat
disterilkan dengan baik dengan memaparkan gas etilen oksida atau
propilen oksida bila dibandingkan dengan cara lain (Ansel : 416).
2. Dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme dan spora lain
(Parrot : 280).
Kerugian :
1. Gas-gas (etilen dan prop[ilen oksida) mudah terbakar bila tercampur
dengan udara (Ansel :417).
2. Tidakan pengemasan yang lebih besar diperlukan untuk sterilisasi
dengan cara ini daripada dengan cara lain karena waktu, suhu, kadar gas
dan kelembaban jumlahnya tidak setegas seperti pada sterilisasi panas
kering dan lembab panas (Ansel :417).
3. Gas-gas sulit hilang dan kebanyakan bahan-bahan setelah
pemaparan (Lachman Industries :1283).
4. Iritasi jaringan dapat terjadi jika etilen oksida tidak dihilangkan sama
sekali, sifat karsinogenik dan mutagenik dari etilen oksida dari sisa-sisa
pada bahan yang digunakan pada manusia (Lachman Industri : 1285)
5. Waktu siklus untuk sterilisasi dengan etilen oksida agak lama
(Lachman Industri : 1286).
Sterilisasi dengan Penyaringan
Keuntungan :
1. Penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan partikel termasuk
mikroorganisme dari larutan gas tanpa menggunakan panas (Lachman
Industri :1285).
2. Saringan tidak harus mengubah larutan/gas segala cara (Lachman
Industri :1265).
3. Tidak menghilangkan bahan yang diinginkan atau membawa
komponen yang tidak diinginkan (Lachman Ind :1265).
4. Kecepatan penyaringan sejumlah kecil larutan, kemampuan untuk
mensterilkan secara efektif bahan tahan panas (Ansel : 416).
5. Peralatan yang digunakan relatif tidak mahal dan mikroba hidup dan
mati serta partikel-partikel lengkap semua dihilangkan dari larutan
(Ansel : 416).
Kerugian :
1. Penyaringan cairan dengan voluime besar akan mermerlukan waktu
yang lebih lama terutama bila cairan kental dibandingkan dengan bila
memakai cara sterilisasi lembab panas (Ansel : 414).
2. Cara ini diharuskan menjalani pengawasan yang ketat dan
memonitoring karena efek hasil penyaringan dapat dipengaruhi oleh
banyaknya miokroba dalam larutan (Ansel : 414).
3. Filter bakteri tidak efektif menghilangkan firus dari larutan
(Scoville’s : 419).
4. Muatan dalam pH yang sesuai yang bersifat alkali menyebabkan
kerusakan filter dan partiekel yang kecil pada filter merupakan problem
yang khusus (Scoville’s: 419).
5. Tiap kebocoran yang mungkin terjadi pada system ini menyebabkan
kerusakan pada bagian luar tanpa kontaminan filtrat yang steril
(Lachman Industri : 1282-1283).
6. Kesulitan mempertahankan kondisi aseptis seperti merupakan
masalah besar sehubungan dengan sterilisasi melalui penyaringan
(Lachman Industri : 1283).
Sterilisasi dengan Radiasi
Keuntungan :
Pemakaian radiasi meningkat dalam frekuensi dan luasnya pemakaian
setelah diperoleh pengalaman dengan metode ini, khususnya untuk
sterilisasi alat medis, plastik, sejumlah vitamin, antibiotik, dan hormone
dalam keadaan kering setelah berhasil dibuat steril dengan radiasi
(Lachman Indutri: 1276).
Kerugian :
1. Penggunaan teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang
sangat khusus dan pengaruh radiasi dan produk-produk dan wadah-
wadah (Ansel : 418).
2. Sediaan farmasi dalam carian tubuh lebih sulit disterilkan karena efek
radiasi terhadap sistem zat pembawa dari jaringan obat
(Lachman Industri : 1276).
Kesimpulan :
Sterilisasi Panas Kering
Keuntungan
1. Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk vegetatifnya
dari semua mikroorganisme.
2. Dapat digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan yang tahan
terhadap pemanasan tinggi seperti alat gelas, logam, minyak lemak, alat-
alat yang terbuat dari porselen.
Kerugian
Diperlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang.
Sterilisasi Uap Bertekanan
Keuntungan :
1. Dapat membunuh semua bentuk vegetatif mikroorganisme dan
menghancurkan sporanya.
2. Diiperlukan temperatur yang lebih rendah dan waktu yang cepat.
3. Dapat digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan injeksi.
Kerugian :
Tidak dapat digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak lemak, sediaan
berminyak.
Sterilisasi Gas
Keuntungan :
1. Dapat digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang termolabil.
2. Dapat membunuh mikroorganisme dan spora lain
Kerugian :
1. Gas-gas (etilen dan propilen oksida) mudah terbakar bila tercampur
dengan udara.
2. Gas-gas sulit hilang dari kebanyakan bahan-bahan setelah
pemaparan.
Sterilisasi Dengan Penyaringan
Keuntungan :
1. Dapat digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang termolabil.
2. Dapat digunakan untuk sterilisasi larutan dalam jumlah besar.
Kerugian :
1. Tidak dapat membunuh mikroorganisme, hanya akan tertahan oleh
pori-pori filter.
2. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik
3. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tridak bebas dari virus.
4. Filtrasi larutan volume besar memerlukan waktu yang lebih lama.
Sterilisasi dengan Radiasi
Keuntungan :
Dapat digunakan untuk sterilisasi abahn-bahan yang termolabil seperti
vitamin, antibiotik, hormon.
Kerugian :
Penggunaan teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat
khusus.
II.2 Teori Salep Mata
II.2.1 Defenisi sediaan mata
a. RPS 18 th; 1581
Sediaan mata adalah produk steril yang essensial dan bebas
partikel asing, campuran senyawa dan pengemasannya sesuai
untuk pemakaian kedalam mata. Sediaan mata meliputi larutan,
suspensi tapi lebih banyak bentuk larutan. Salep mata biasanya
terdiri dari basis petrolatum putih-minyak mineral
b. SDF; 357
Sediaan mata sama dengan produk lainnya yaitu steril dan
bebas dari bahan partikulat
Kesimpulan :
Sediaaan mata adalah sediaan steril yang mempunyai ciri-ciri
steril, bebas dari partikel asing dan mempunyai komponen
bahan dan pengepakan harus sesuai syarat sterilitas, cocok
untuk penggunaan pada mata
II.2.2 Defenisi salep mata
1. FI III : 20
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata
menggunakan dasar salep yang cocok
2. FI IV : 12
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata
3. Scoville’s : 356
Salep mata adalah salep khusus untuk pemakaian pada
mata dimana membutuhkan perhatian khusus pada pembuatannya
4. SDF : 368
Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat
mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya
tanpa tercuci oleh cairan air mata. Basis untuk salep mata biasanya
petrolatum putih walapun dalam beberapa kasus basis laruit air juga
digunakan. Obat jika tidak larut didispersikan kedalam basis yang
disterilkan dengan panas kering dan dicampur secara aseptis
dengan obat dan bahan tambahan yang steril
5. DOM King : 140
Salep mata adalah salep steril khusus untuk penggunaan
pada mata. Salep ini dibuat dari bahan steril dibawah kondisi aseptis
atau pada sterilisasi tahap akhir
6. RPS 18th : 1513
Salep mata adalah salep untuk penggunaan pada mata, dapat
juga digunakan untuk memberikan efek pengobatan yang bervariasi
pada bagian luar dan tepi kelopak mata, konjungtiva, kornea dan iris.
Perhatian yang khusus dilakukan dalam penyiapannya.
Kesimpulan :
Salep mata adalah sediaan steril yang mengandung bahan kimia
yang terbagi halus dalam basis, yang digunakan pada mata dimana obat
dapat kontak dengan mata dan jaringan tanpa tercuci oleh air mata dan
memerlukan perhatian khusus dalam pembuatannya.
II.2.3 Keuntungan dan Kerugian Salep mata
Keuntungan Salep mata :
1. RPS 18th : 1585, 1587
Salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang
lebih lama dan bioavailabilitas obat yang lebih besar dengan onset
dan waktu puncak absorbsi yang lebih lama
Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar
sebasea, konjungtiva, kornea dan iris
2. SDF : 368
Salep mata dapat dipertahankan kontak lama dengan mata
dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh air mata
3. Ansel Indonesia : 563
Keuntungan utama suatu salep mata daripada larutan untuk
mata adalah penambahan waktu hubungan atau kontak antara obat
dengan mata. Pengkajian telah menunjukkan bahwa waktu kontak
antara obat dengan mata, 2–4 kali lebih besar apabila dipakai salep
dibandingkan jika dipakai larutan garam
Kerugian Salep mata :
1. RPS 18th : 1585
Salep mata akan mengganggu penglihatan kecuali jika digunakan
pada waktu tidur
Kesimpulan :
Keuntungan :
1. Waktu kontak dengan mata lebih lama sehingga bioavailabilitas obat
lebih besar.
2. Tempat kerjanya lebih luas yakni pada kelopak mata, kelenjar
sebasea, konjungtiva, kornea dan iris dibandingkan dengan tetes mata.
Kerugian :
Salep mata mengganggu penglihatan kecuali jika digunakan saat tidur.
II.2.4 Anatomi dan Fisiologi mata
RPS 18th :1581
Gambar anatomi mata
Mata manusia adalah subjek yang menarik untuk pemberian topikal obat.
Dasar ini dapat ditemukan dalam susunan anatomi dari jaringan
permukaan dan dalam permeabilitas kornea. Tindakan perlidnungan dari
kelopak mata dan sistem lakrimal adalah seperti penghilangan dengan
cepat dari bahan yang dimasukkan kedalam mata, kecuali bahannya
bervolume kecil dan secara kimia dan fisiologis dapat bercampur dengan
jaringan permukaan.
Kelopak Mata
Kelopak mata memiliki 2 tujuan : perlindungan mekanik terhadap
bola mata dan mensekresikan suatu cairan optimum untuk kornea.
Kelopak mata dilicinkan dan dijaga kandungan airnya oleh sekret kelenjar
lakrimal dan dikhususkan pada sel-sel yang terletak pada konjungtiva
bulbar. Ruang penyokong memiliki bentuk tipis yang terpisah secara
langsung lewat didepan bola mata, dengan perluasan kantong menaik dan
menurun. Kantong-kantong tersebut disebut ruang superior dan inferior
serta semua tempat, cul-de-sac. Celah antara kelopak mata disebut celah
palbebra.
Bola mata
Dinding bola mata manusia (bulbus, bula) disusun atas tiga lapisan
konsentris :
1. Lapisan fibrous luas
2. Lapisan vaskular tengah–sistem uvea atau traktus uveal,
mengandung koroid, badan siliar dan iris
3. Lapisan saraf retina
Lapisan terluar kuat, dapat disentuh dan sedikit longgar. Pada
bagian depan, bagian yang menghadap keluar. Struktur halus pada
lapisan terluar sangat tertaur dan kandungan airnya sangat seksama
diatur sehingga bertindak sebagai jendela yang jernih dan trasnparan
(kornea). Ini mencegah pembuluh darah. Diatas 2/3 dari selaput serat
yang tersisa nampak buram (bagian putih dari mata) dan disebut sklera.
Sklera mengandung mikrosirkulasi yang memberikan nutrisis jaringan
pada bagian atas anterior dan biasanya putih kecuali ketika terjadi iritasi
dan dilatasi pembuluh darah
Ruangan bola mata adalah suatu alat optik yang menyebabkan
penampakan yang terbalik diperkecil yang terbentuk pada retina, yang
mana merupakan membran tipis yang tembus cahaya. Secara berurutan
alat optik terdiri dari : kornea, pupil, lensa kristal dan retina, dengan
lapisan cairan yang jernih atau bahan seperti gel yang terjepit antara
struktur yang padat. Pupil, lubang bulat dalam suatu bagian membran
kontraktil (disebut iris), bertindak sebagai fungsi penampakan dari sistem.
Lensa kristal adalah suatu unsur retraktif dengan kemampuan fungsi yang
dikontrol dan didukung oleh suatu jaringan otot dalam badan siliar. Koroid
adalah metabolit yang mendukung retina.
Fungsi optikal dari mata harus stabil secara dimensi yang mana
dilakukan oleh sebagian selaput bagian luar, keefektifannya adalah suatu
faktor penstabil pada tekanan intraokuler, yang mana akan mengeluarkan
tekanan yang sama pada jaringan disekitarnya. Tekanan intraokuler ini
menghasilkan produksi cairan spesifik yang mantap, cairan homur yang
asli dari proses siliar dan mata menjadi sistem yang berbeli-belit dari kanal
alirannya. Tahanan yang ditemui selama pelewatan dan kecepatan
pembentukan cairan merupakan faktor utama yang menentukan tingkat
tekanan intraokular. Sebagai tambahan untuk fungsi mekanis hidronya,
cairan humor bertindak sebagai carrier nutrient, substrat dan metabolit
untuk jaringan ovaskular mata. Tulang pada rangka juga mendukung
bentuk yang mendekati piramid yang ditempati oleh bola mata, disebut
orbit.
Konjungtiva
Membran konjungtiva menutupi permukaan terluar dari bagian putih
mata dan bagian dalam dari kelopak mata. Pada kebanyak tempat terikat
dengan longgar dan dengan demikian memungkinkan gerakan bebas dari
bola mata. Ini memungkinkan pemberian injeksi subkonjungtival kecuali
untuk kornea, konjungtiva merupakan bagian terluar dari mata
Sistem lakrimal
Permukaan konjungtiva dan kornea ditutupi dan dilicinkan oleh
suatu lapisan air yang disekresi oleh kelenjar lakrimal dan konjungtiva.
Sekresi dari kelenjar lakrimal, air mata, diantara ke beberapa duktus kecil
ke dalam formix konjungtiva, sekretnya jernih, berair, mengandung
berbagai garam-garam, glukosa, komponen organik lainnya, sekitar 0,7%
protein dan enzim lisosom. Bagian kelenjar lakrimal dikondisikan pada
fornix konjungtiva. Sekretnya cocok untuk melicinkan dan membersihkan
di bawah kondisi biasa dan untuk mempertahankan lapisan tipis berair
yang menutupi kornea dan konjungtiva (lapisan prekorneal). Lapisan
protein musin dari lapisan khususnya penting dalam mempertahankan
stabilitas dari lapisan. Kelenjar lakrimal utama disebut memerankan hanya
pada fungsi yang khusus. Kelenjar sebaseus terdapat pada kelopak mata
mensekresi cairan berminyak yang membantu mencegah air mata yang
berlebihan pada tepi kelopak dan mengurangi penguapan permukaaan
yang terpapar pada mata dan menyebar di atas lapisan air mata.
Kedipan mata membantu lapisan cair dengan menekan lapisan tipis
dari cairan didepan tepi kelopak mata pada saat keluar bersama-sama.
Kelebihan cairan menuju ke penampungan lakrimal, suatu daerah segitiga
kecil terhampar pada sudut bagian paling dalam dari kelopak mata. Kulit
kelopak mata tipis dan dapat terlipat dengan mudah, sehingga
memberikan pembukaan yang cepat dan penutupan pada celah palpebral.
Gerakan kelopak mata termasuk penyempitan celah palpebral dalam
suatu kantong mata, seperti tindakan chantus lateral melewati chantus
(chant : sudut dimata bertemu). Ini akan membantu transport atau gerakan
cairan melewati bagian lakrimal.
Lapisan Prekorneal
Kornea harus basah untuk menjadi permukaan mata yang
memadai, ketika kurang basah kornea kehilangan permukaannya yang
halus dan sifat transparannya. La[isan prekorneal, bagian dari larutan air
mata, memberikan kelembaban yang penting pada permukaan. Sifat dari
lapisan prekorneal tergantung dari kondisi epitel kornea. Lapisan tersebut
bercampur dengan sediaan mata berair dan lipid, disusun dari lapisan lipid
tipis terluar. Lapisan berair yang tebal ditengah dan suatu lapisan mukoid
tipis bagian dalam. Hal ini diperbaharui pada setiap kedipan dan ketika
berkedip mengalami tekanan, baik oleh obat atau secara mekanik,
akhirnya akan mengering pada potongannya. Ini memperlihatkan tidak
berpengaruhnya penambahan konsentrasi hingga 2 % NaCl terhadap
cairan konjungtiva. pH dibawah 4 atau diatas 9 akan menyebabkan
kekacauan lapisan. Lapisan ini mempengaruhi gerakan lensa kontak dan
terbentuk cepat dengan mudah pada gelas daripada plastik.
Kornea
Kornea tebalnya 0,5–1 mm terdiri dari struktur berikut (dari depan
ke belakang) :
Epitel kornea
Substantia propia (stroma)
Endotel kornea
Kornea transparan untuk mendifusikan cahaya secara luar biasa,
besarnya cahaya karena susunan tegak lurus dari sel dan serat dan
karena tidak adanya pembuluh darah. Pengaburan kornea mengkin satu
dari beberapa faktor termasuk tekanan bola mata sebagai glaukoma;
jaringan bebas luka karena dilukai, injkesi atau kekurangan O2 atau
kelebihan air seperti yang dapat terjadi karena pemakaian kontak lensa.
II.2.5 Syarat-syarat salep mata
1. RPS 18th : 1585
a. Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi
yang bernar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes
sterilisasi resmi.
b. Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan
dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
c. Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau
campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau
menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah
terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa
digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri organik.
d. Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
e. Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi
obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan
aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi
penyimpanan yang sesuai.
2. SDF : 357
a. Sediaan untuk mata dari berbagai jenis produk yang
berbeda dapat berupa larutan tetes mata, pencuci mata atau
salep mata. Kadang-kadang injeksi mata digunakan untuk hal-hal
yang khusus. Sediaan mata sama dengan produk steril lainnya
yaitu kesterilan dan bebas dari bahan partikulat. Dengan
pengecualian jumlah yang terbatas dari injeksi mata. Sediaan
untuk mata merupakan bentuk sediaan topikal yang digunakan
untuk efek lokal. Oleh karena itu tidak perlu bebas pirogen karena
metode penggunaan dan pemakaian obat sediaan mata berbeda
dengan bahan yang diberikan secara parenteral dalam hal bahan
yang ditambahkan untuk meningkatkan aktivitas untuk
memelihara stabilitasnya dan sterilitas produk.
b. Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak
layak membuat sediaan larutan mata yang mengandung banyak
mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan
kebutaan, bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk
nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang
dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada
pasien.
Kesimpulan :
Syarat-syarat salep mata, yaitu :
- Steril.
- Dibuat dari bahan-bahan yang disterilkan di bawah kondisi aseptik.
- Sterilitas akhir dari salep dalam tube dengan radiasi gamma.
- Mengandung bahan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
yang berbahaya.
- Bebas dari partikel besar.
- Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, mampu
mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu selama
penyimpanan.
- Tidak perlu bebas pirogen.
II.2.6 Karakteristik Sediaan mata
RPS 18 th; 1589
a. Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing
dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi. Tentunya,
pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci baik
sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk
larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya.
Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang
bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah
memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas
dari partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan
dan sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini
penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya
untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan
tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah atau
tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama
dalam penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilisasi
b. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata
tergantung sifat kimia bahan obat, pH produk, metode
penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan
larutanb dan tipe pengemasan
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok
pada mata pada pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas kimia
(atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau
bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia
kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil
dalam beberapa tahun
c. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH
yang ekuivalen dengan cairan air mata yaitu 7,4. dan prkteknya
jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah
garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini
umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut.
Suspensi biasanya paling stabil pada pH asam
pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada
formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar
diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh
pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas
buffer adalah kunci utama situasi ini
d. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh
garam-garam dalam larutan berair. Larutan mata adalah
isotonik dengan larutan lain ketikamagnitude sifat koligatif
larutan adfalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik
ketika tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas
dari suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat
mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % - 1,8 % NaCl
intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika
stabilitas produk dipertimbangkan
e. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk
memperpanjang waktu kontak dalam mata dan untuk absorpsi
obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil selulose,
polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara
berkala untuk meningkatkan viskositas
Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas
pada waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat
dari 25 – 50 cps range signifikan meningkatkan lama kontak
dalam mata
f. Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata
dibolehkan, namun pemilihannya dalam jumlah tertentu.
Antioksidan, khususnya natrium bisulfit atau metasulfit,
digunakan dalam konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam
larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain
seperti asam askobat atau asetilsistein dapat digunakan.
Antioksidan ini berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan
oksidasi epinefrin
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal
yang sama. Surfaktan nonionik, keluar toksis kecil seperti bahan
campuran digunakan dalam konsentrasi rendahkhususnya
suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan.
Surfaktan jarang digunakan sebagai kosolven untuk
meningkatkan kelarutan
Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi
signifikan, sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahan.
Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi
dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem
pengawet. Benzalkonium klorida dalam range 0,01 – 0,02 %
dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi, sebagai
pengawet digunakan dalam jumlah besar larutan dengan
suspensi sediaan mata
II.2.7 Cara penggunaan salep mata
RPS 18th : 1584
1. Cuci tangan
2. Buka tutup dari tube
3. Dengan satu tangan, tarik kelopak mata bagian bawah
perlahan-lahan
4. Sambil melihat keatas, tekan sejumlah kecil salep kedalam
kelopak mata bagian bawah (± ¼ - ½ inci). Hati-hati agar tidak
menyentuhkan ujung tube pada mata, kelopak mata, jari, dll
5. Tutup mata dengan lembut dan putar bola mata kesegala arah
pada saat mata ditutup. Kadang-kadang pengaburan dapat
terjadi
6. Kelopak mata yang tertutup dapat digosok dengan lembut
dengan jari untuk mendistribusikan obat melalui fornix.
7. Tutup kembali tube
Hati-hati untuk mencegah kontaminasi tutup tube saat
dibuka.
Pada saat tube salep dibuka pertama kali, tekan keluar ¼
inci salep dan buang karena mungkin terlalu kering.
Jangan pernah menyentuh ujung tube dengan permukaan
apapun.
Jika mempunyai lebih dari satu tube untu salep mata yang
sama, buka satu tube saja.
Jika menggunakan lebih dari satu jenis salep mata pada
waktu yang sama, tunggu sekitar 10 menit sebelum
menggunakan salep lainnya.
Untuk memperbaiki aliran dari salep, pegang tube dalam
tangan selama beberapa menit sebelum digunakan.
Sangat bermanfaat untuk latihan menggunakan salep
dengan persis di depan cermin.
II.2.8 Teori Kinsey
DOM :882
Banyak obat mata adalah basa lemah dimana bentuk
garamnya digunakan pada mata dalam larutan berair. Karena
kemampuan netralisasi dari air mata, PH dari tetes mata dengan
cepat dirubah menjadi PH fisiologis. Tergantung dari sifat disosiasi
dari alkaloida, sebagian dari garam akan dirubah menjadi bentuk
basa bebas yang biasanya lebih larut lemak sehingga ion mudah
ditransfer dalam sel epitel yang kaya akan lemak. Bentuk lemak
dari alkaloid R3N melewati lapisan epitel kedalam substansia propia
(stroma). Lapisan stroma ini berlapis-lapis, kurang mengandung
lipid dan kaya dalam air. Obat yang berpenetrasi sebagian akan
dirubah menjadi bentuk terprotonisasi tergantung pada PH
lingkungan berair pada stroma. Pada saat melewati lapisan lemak
endotelium, obat masuk kedalam cairan humor dimana obat akan
terdifusi dengan cepat kedalam iris dan badan siliar yaitu tempat
dimana obat memberikan efek farmakologis.
II.2.9 Cara pembuatan salep mata
Scoville’s; 357
Salep mata dibuat dengan menggunakan salah satu dari dua
metode berikut :
Jika bahan obat larut dalam air dan membentuk larutan stabil
maka bahan obat dilarutkan dalam jumlah minimum air untuk
injeksi, larutan yang dihasilkan kemudian digabungkan dengan
basis yang telah dilebur dan campuran diaduk terus-menerus
sampai mengental
Jika bahan obat tidak segera larut dalam air, maka bahan
obat dimikronisasi sampai menjadi sebur yang sangat halus
dengan melevigasinya dengan sejumlah kecil basis. Campuran
yang dihasilkan digabungkan dengan sisa basis
II.2.10 Cara Memasukkan Salep Kedalam Tube
Scoville’s; 361
Cara yang paling mudah untuk mengisi tube adalah
menempatkan salep pada sepotongn kertas berlilin atau kertas
perkamen kemudian lipat kertas sehingga kedua ujungnya
bertemu. Dengan menempatkan batang pengaduk pada ujung
lipatan dan menggulung kertas mengarah kebagian bawah lipatan,
salep dalam kertas ditekan menjadi bentuk silinder. Kertas tube
kemudian dimasukkan pada bagian belakang yang terbuka besar
dari tube yang dapat dilipat dan ketika kertas ditarik keluar melalui
jari, salep akan tertahan dan tertinggal didalam tube. Pada saat
memasukkan salep, penutup dari tube harus dibuka untuk
memungkinkan pengisian yang sempurna. Tube seharusnya diisi
sampai jarak 1 inci dari ujung tube sehingga memberikan tempat
untuk penutupan tube. Penutupan dilakukan dengan meratakan
dasar salep dengan spatula dan melipatnya lebih dari dua kali dan
menjaganya dengan penjepit khusus tube salep yang dilakukan
dengan sepasang pinset.
II.2.11 Alasan sediaan mata harus steril
1. Presc : 181
Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata
menjelaskan dengan sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata
tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk
memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi
mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim
yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan
menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu
dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling
mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa
(Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan mikroorganisme ini
ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan
istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting
untuk dicatat bahwa ini bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga
ditemukan disaluran intestinal, dikulit normal manusia dan dapat menjadi
kontaminan yang ada diudara
2. SDF : 359
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan mata yang
dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling berbahaya
adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat
menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan
produk-produk nonsteril pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat
dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien
3. RPS 18th : 1583
Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocyaneus, P. pyocyanea,
Blue Pas bacillus). Ini merupakan mikroorganisme berbahaya dan
opurtonis yang tumbuh baik pada banyak kultur media dan menghasilkan
toksin dari produk antibakteri. Cenderung untuk membunuh kontaminan
lain dan membiarkan Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur
murni. Bacillus gram negatif juga tumbuh pada sediaan mata yang
menjadi sumber infeksi serius dari kornea. Ini dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi yang
ditopleransi oleh jaringan mata menunjukkan bahwa semua zat
antimikroba didiskusikan pada bagian berikut dapat tidak efektif melawan
beberapa strain dari organisme ini.
II.2.7 Alasan Bebas Sulfur
1. Sulfur dalam bentuk sulfida menyebabkan efek anoksid dan
kerusakan pada sistem saraf pusat secara langsung. Karbon disulfida
merusak sebagian besar sistem saraf pusat, saraf perifer dan sistem
heaemopoetik (Poison : 252).
2. Bila diberikan melalui mulut, sulfur diendapkan di dalam usus halus
menjadi alkali sulfat yang aksi iritasinyamenghasilkan efek laksatif ringan
(MD27th :454).
3. Penutup karet tersusun dari bahan tambahan, salah satu yang
terpenting adalah karet alam dan polimer sintetik. Bahan-bahan tambahan
lain termasuk bahan alam vulkanisasi, biasanya sulfur, pemercepat satu
dari beberapa campuran organik aktif seperti 2-merkapto-benzotiazid,
pengaktivasi biasanya seng oksida, pengisi seperti karbon hitam atau batu
kapur, berbagai bahan tambahan lain seperti lubrikan. Bahan-bahan
tambahan ini dicampurkan bersama dan kemudian divulkanisasi dalam
bentuk yang menghasilkan jamur di bawah tekanan dan temperatur tinggi
(RPS16th : 1470).
II.2.8 Alasan Bebas Alkali
SDF : 62
Satu sumber dari pengendapan pada larutan yang dikemas dan
kaca dihasilkan dari reaksi komponen-komponen dari larutan dengan
alkali dari kaca atau ion-ion logam yang mempunyai aksi sebagai katalis
untuk reaksi yang lain. Larutan yang mengandung fosfat, sitrat, atau tartrat
akan menyerpih karena reaksi dengan bahan dari kaca. Pengendapan
telah diteliti jika secara komersial disiapkan larutan dekstrosa 5% dalam
air yang dikombinasikan dengan larutan yang mengandung 40 mEq
kalium klorida. Pengendapan ditunjukkan dengan analisa silika dan
alumina. Kemungkinan besar bahwa silika adalah bahan dari wadah kaca.
II.3 Alasan Penambahan Bahan
II.3.1 Tetrasiklin HCl
a) Alasan dibuat salep
FT : 651
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk
garam Natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering,
bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin ralatif bersifat relatif stabil. Dalam
larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang
potensinya.
FT : 655
Pemakaian topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep
mata golongan tetrasiklin untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada
mata oleh kuman gram positif dan gram negatif yang sensitif. Selain itu,
salep mata ini dapat pula digunakan untuk profilaksis oftalmia neonatorum
pada neonatus.
b). Kenapa dibuat 3,5 g
Tube-tube ini khas kecil, yang isinya kurang lebih 3,5 gram salep
dan dicocokkan dengan ujungnya berliku sempit yang memungkinkan
lompatan segumpal kecil salep. Hal ini sesuai untuk menempatkan salep
pada garis tepi kelopak mata, suatu tempat yang biasa dalam pemakaian
obat. Hal ini harus dikerjakan tanpa menyentuh mata.
c). Kenapa dipakai Bentuk Garam
RPS 18th : 1583
Beberapa obat mata adalah basa lemah yang digunakan sebagai
larutan mata adalah garamnya. Basa bebas dan garam akan berada pada
ekuilibrum yang mana tergantung pada pH dan pada karakteristik individu
dari bahan penyusunnya.
RPS 18th : 1214
Karena bentuk hidrokloridanya lebih mudah larut, bentuknya
digunakan dalam penggunaan parenteral dan larutan untuk penggunaan
topikal.
DOM Martin : 882
Beberapa obat mata adalah basa lemah, yang digunakan adalah
garam pada larutan berair. Karena kapasitas netralisasi dari air mata, pH
pada tetes mata sesuai pK fisiologis.
d). Indikasi
Mengobati bronkhitis kronik yang parah, brucellosis, chlamydia,
mycoplasma, dan rickettsia, jerawat vulgaris, rosacea. (BNF : 264)
e). Mekanisme Kerja
FT IV : 651
Menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya, paling
swdikit terjadi dua proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom
bakteri gram negatif. Pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal
hidrofilik. Kedua yaitu sistem transpor aktif. Setelah masuk, maka
antibiotik berikatan dengan ribosom 30 S dan menghalangi masuknya
kompleks t – RNA asam amino pada llokasi asam amino.
f). Efek samping
MD 28th : 259
Gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, khususnya dosis
besra menyebabkan iritasi mukosa. Efek lain seperti mulut kering, glositis,
perubahan warna lidah, perut, dyspagia.
FT : 653
Hepatoksik, wanita hamil dengan pielonefritispaling sering
menderita kerusakan hepar, azotemia hiperfosfatemia, dan penurunan
berat badan.
g). Kontraindikasi
MD 32th : 259
Hipersensitivitas seperti bintik-bintik merah, letupan obat, exfoliatif
dermatitis, toksik nekrolisis epidermal, pericarditis, angiodema, urticaria,
dan asma.
h). Dosis
RPS18th : 1215 1 %
FT : 656 1 %
MD 28 th : 261 1 %
OOP V : 75 1 %
II.3.2 Pengawet
a) Alasan penggunaan pengawet
RPS 18th : 1585
Salep mata harus mengandung bahan yang cocok atau campuran
bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan
mikroorganisme yang ada ketika wadah dibuka selama pemakaian. Bahan
antimikroba yang biasa digunakan adalah klorobutanol, parabens atau
merkuri organic.
FI IV : 1086
Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme harus ditambahkan ke dalam salep mata
yang dikemaskan dalam wadah tanpa memperhatikan metode sterilisasi
untuk pemakaian ganda, kecuali disebutkan dalam monografi atau formula
bersifat bakteriostatik.
b) Pengawet untuk sediaan mata
No Tipe Konsentrasi Inkomp
1.Komponen amonium kuaterner
0,004-0,02 %Biasanya 0,01%
Sabun, bahan anionik, salisilat nitrat
2. Merkuri organik 0,001-0,1%Halida dengan fenil merkuri asetat
3.Parahidroksi benzoat
Maksimum 0,1%
Diadsorpsi oleh makromolekul,aktivitas marginal
4. Klorobutanol 0,5%
Stabilitas tergantung pH, konsentrasi, aktivitas sebanding kelarutan maksimumnya
Alkohol aromatik
0,5-0,9%Kurang larut dalam air, aktivitas marginal
c) Alasan penggunaan klorobutanol
Scoville’s : 237
Klorobutanol dalam konsentrasi 0,5 % merupakan salah satu
pengawet yang memuaskan untuk larutan mata tetapi perlu pembatasan
dalam penggunaannya :
1. Dia dideaktifasi dalam alkali dan lalu tidak dapat digunakan dengan
banyak larutan buffer alkali yang biasa digunakan.
2. Dia dideaktifasi dengan autoklaving. Meskipun pada pH 2,6-4,
kurang dari 3,5% deaktifasi terjadi ketika larutan tanpa buffer dipanaskan
pada suhu 121oC selama 10 menit.
3. Klorobutanol tidak tercampurkan dengan perak nitrat, Na-Sulfadiazin,
dan Na-Sulfatiazol.
Keuntungan dari klorobutanol :
1. Penghambat yang baik untuk organisme gram positif dan gram
negative termasuk P.aeruginosa sebaik beberapa jamur.
2. Mempunyai range yang luas dalam kebercampuran
3. Merupakan larutan asam yang stabil dengan pembatasan yang telah
disebutkan sebelumnya.
4. Sedikit atau tidak mengiritasi
5. Tidak mengiritasi ketika dimaukkan ke dalam anterior mata.
Tidak digunakan benzalkonium klorida karena tidak efektif pada
strain P. aeruginosa, M. tubercolosis, T. interdigitale dan T. rubrum.
(Exp : 33)
Aksi bakterisid dari benzalkonium klorida sangat lemah dan
penggunaannya terbatas pada larutan yang bereaksi dari asam kuat
sampai basa. (Ensiklopedia XI : 55)
Tidak digunakan turunan parahidroksi benzoat karena kelarutannya
lemah pada larutan berair dan dipercaya menyebabkan sensasi perih dan
iritasi pada mata. (Ensiklopedia XI : 55)
d) Konsentrasi
Exp : 73 0,5 %
DOM : 896 0,5 %
Scoville’s : 237 0,5 %
DFM : 370 0,2 -0,5 %
II.3.3 Antioksidan
a) Mekanisme antioksidan
Reaksi oksidasi dapat dihambat oleh bahan-bahan yang :
1. Membentuk khelat untuk ion-ion logam yang memprakarsai reaksi
oksidasi,
2. Mereduksi yaitu bahan-bahan yang mengurangi proses dioksidasi dari
obat,
3. Lebih utama teroksidasi yaitu bahan-bahan yang lebih cepat dioksidasi
dibandingkan dengan bahan aktif yang dilindunginya,
4. Memiliki rantai akhir yaitu bahan yang mampu beraksi dengan radikal-
radikal dalam larutan untuk memproduksi produk jenis baru, sebuah rantai
akhir radikal yang tidak masuk kembali dalam siklus perkembangan
radikal. Radikal baru tersebut menjadi stabil secara intrinsik atau
membentuk molekul inert.
Mekanisme α-tokoferol sebagai antioksidan yaitu mekanisme keempat.
b) Alasan digunakan α-tokoferol
Scoville’s : 341
Campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon semisoliddiperoleh
dari petrolatum distabilkan dengan penambahan dL-α-tokoferol.
Bentuk-bentuk α-tokoferol (Exp : 19)
1. d-α-tokoferol
2. d-α-tokoferol asetat
3. dL-α-tokoferol asetat
4. d-α-tokoferol asam suksinat
5. dL-α-tokoferol asam suksinat
Kelebihan α-tokoferol (Presc : 951)
Suhu yang tinggi dan asam tidak mempengaruhi stabilitas vitamin
E.
c) Konsentrasi
Exp : 18
0,001-0,05
Lachman Industri : 1066
0,001-0,1%
II.3.4 Basis
Presc : 249
Banyak salep mata disiapkan dengan basis petrolatum, petrolatum-
minyak mineral atau basis petrolatum lanolin. Basis petrolatum-lanolin
kadang-kadang digunakan dalam larutan berair dari bahan aktif
dicampurkan dengan basis salep mata. Bagaimanapun tipe basis yang
digunakan harus tidak mengiritasi mata, seharusnya dapat mendifusikan
zat aktif dari basis dengan menekresikan cairan mata.
Codex Pharmaceutical British memberikan suatu formula untuk sediaa
salep mata.
Paraffin lembut 80,0
Paraffin cair 10,0
Lanolin anhidrat 10,0
Parrot : 369
Petrolatum adalah basis yang paling sering digunakan dalam salep
mata karena petrolatum stabil dan dapat dihasilkan dengan 2 jam terpapar
170oC. Salep mata yang lembut dapat dihasilkan dengan penambahan
minyak mineral dalam petrolatum. Seperti basis anhidrous, petrolatum
dapat digunakan sebagai basis untuk obat-obat yang sensitif terhadap air
seperti klortetrasiklin, nistatin, dan isoflurofat. Petrolatum lembut ditujukan
untuk salep tipe emulsi yang mengandung bahan aktif permukaan yang
berpotensi menyebabkan iritasi.
Scoville’s : 357
Jika diinginkan, 10% dari petrolatum kuning dalam formula dapat
digantikan dengan jumlah yang seimbang dari petrolatum cair
menghasilkan salep yang lembut. Basis yang cocok menurut British
Farmacopeia adalah adeps lanae dan vaselin kuning.
RPS 18 th : 1310
Pemakaian vaselin kuning untuk mencegah kemungkinan iritasi
apabila menggunakan vaselin putih, karena vaselin putih adalah vaselin
kuning yang diputihkan dengan asam sulfat yang mungkin masih terasa
yang dapat menyebabkan iritasi.
II.4 Uraian Bahan
1. Tetrasiklin HCl (FI III : 143-144, RPS 18th : 1216)
Nama Resmi : Tetracyclini hydrochloridum
Sinnonim :
:
Tetrasiklin hidroklorida
RM / BM C22H24N2O8 . HCl / 480,91
Rumus Bangun :
Pemerian : Serbuk hablur, kuning, rasa pahit, amfoter
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air dan dalam 100
bagian etanol (95%) P, larutan dalam air jika
dibiarkan menjadi keruh karena
pengendapan tetrasiklin, praktis tidak larut
dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam
aseton P, larut dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terl;indung dari
cahaya. Jika dalam udara lembab terkena
sinar matahari warna menjadi gelap, larutan
dengan pH tidak lebih dari 2.
Kegunaan : Zat aktif
Stabilitas : Akan terhidrolisis dalam larutan alkali dan
menjadi kabur, sebaiknya stabil di udara dan
menjadi gelap jika terpapar cahaya yang
kuat. (Scoville’s : 20)
Rusak pada pH 7 atau lebih.
Incomp : - Sangat larut dalam air dan larut dalam
alkohol, larut dalam asam hidroklorit
encerdan media alkali, tetapi potensinya
dirusak dengan asam dan basa kuat.
(Scoville’s ” 520)
- Injeksi tetrasiklin memiliki pH asam dan
incomp dengan adanya sediaan alkali
atau dengan obat-obat yang tidak
stabilpada pH rendah. Tetrasiklin dapat
mengkhelat logam untuk menghasilkan
kompleks yang tidak larut, dilaporkan
incomp dengan larutan yang mengandung
garam metalik. (MD 28th : 259)
Sterilisasi : Radiasi sinar γ (Parrot:286)
2. α-tokoferol (FI III : 606, Exp : 18, Lachman Ind : 1060)
Nama Resmi : α-tocopherolum
Sinnonim
RM / BM
:
:
Vitamin E
C29H50O2 / 92,09
Rumus Bangun :
Pemerian : Tidak berbau atau sedikit berbau, tidak berasa
atau sedikit berasa cairan, seperti minyak,
kuning jernih
Kelarutan : Praktis tiak larut dalam air, larut dlam etanol
(95%) P, dan dapat bercampur dengan eter P,
dan dengan aseton P, dengan ,minyak nabati,
dengan kloroform P
Penyimpanan : Harus disimpan di bawah gas inert dalam wadah
kedap udara pada temperatur yang sejuk dan
kering, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai antioksidan
Kestabilan : Teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer dan
cepat oleh garam ferri dan perak.
Incomp : Dengan peroksida dan ion logam terutama besi,
tembaga dan perak. Tokoferol dapat diabsorbsi
plastik.
Kesetaraan : 1 mg α-tokoferol = 1,49 UI
Konsentrasi : 0,001 – 0,05 %, 0,001 – 0,1 %
Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC, selama 1 jam.
3. Klorobutanol (Exp : 126)
Nama Resmi : Chlorobuthanol
Sinnonim
RM / BM
:
:
Klorobutanol
C4H7Cl3O / 177,46
Pemerian : Menguap, sedikit berwarna ataua kristal
putih yang rapuh, bau kamfer.
Kelarutan : Larut bebas dalam kloroform, eter dan
minyak menguap, 1 bagian dalam 0,6 ml
etanol (95 %) P
Penyimpanan : Serbuk materiil disimpan pada wadah
tertutup baik pada temperatur 8 – 15oC
Kegunaan : Pengawet
Incomp : Incomp dengan vial plastik, penutup karet,
bentonit, Mg trisilikat, polietilen dan
polihidroksi etil metoksilat.
Kestabilan : Dalam degradasi larutan berair dikatalisis
oleh ion hydrogen, stabil pada pH 3 tetapi
berkurang dengan peningkatan pH. Dalam
larutan klorobutanol cair 0,5 %, pada
temperatur kamar hampir saturasi atau jenuh
dan mengkristal jika temperatur dikurangi.
Sterilisasi : Radiasi sinar γ
Konsentrasi : Sampai 0,5 %
Titik lebur : 95 – 97oC
4. Parafin cair ( FI III : 474, Exp : 345)
Nama Resmi : Parafinnum liquidum
Sinnonim : Parafin cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95 %) P, larut dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
Kegunaan : Sebagai basis
Kestabilan : Teroksidasi oleh panas dan cahaya dan
dapat ditambah pengstabil.
Incomp : Bahan pengoksidasi kuat.
Khasiat : Laksatif
Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC selama 1 jam
5. Vaselin kuning (FI III : 633, Exp : 362)
Nama Resmi : Vaselinum flavum
Sinnonim : Vaselin kuning
Pemerian : Massa lunak, lengket, kuning, bening, sifat
ini tetap setelah zat dilebur dan dibiarkan
hingga dingin tanpa diaduk, berfluoresensi
lemah. Jika dicairkan tidak berbau, hampir
tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam
etanol (95 %) P, larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam eter minyak tanah,
larutan kadang-kadanag teropalesensi
lemah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai basis
Kestabilan : Kebanyakan masalah stabilitas terjadi
karena sejumlah kecil larutan dengan
pemaparan cahaya, kotoran ini teroksidasi
yang dapat merupah petrolatum dan
menciptakan bau yang tidak sedap.
Incomp : Bahan inert yang memiliki beberapa sifat
incomp
Jarak lebur : 38,56 – 38,60oC
Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC selama 1 jam
6. Lanolin anhidrat (FI III : 61, Exp : 256)
Nama Resmi : Adeps lanae
Sinnonim : Lanolin anhidrta
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, odourless,
tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol, mudah larut dalam kloroform
P dan eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan : Sebagai basis
Kestabilan : Dapat mengalami autooksidasi selama
penyimpanan untuk menghambat proses ini
dapat ditambah BFIT sebagai antioksidan
Incomp : Lanolin dapat mengandung prooksidan yang
dapat mengandung bahan aktif.
Sterilisasi : Oven, suhu 150oC 1 jam, salep mata steril
yang mengandung lanolin dapat disterilkan
dengan filtrasi atau disinari dengan radiasi γ.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, cawan
porselen, lumpang, alu, pinset, sendok tanduk, spatel, dan sudip.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan, aluminium foil, kertas
timbang, kloramfenikol, klorobutanol, lanolin anhidrat, parafin cair, vaselin
kuning, dan α-tokoferol.
III.2 Perhitungan
1. Perhitungan bahan
Dibuat 3,5 g, dilebihkan 10% = 3,85 g = 3850 mg
Kloramfenikol =
α-tokoferol =
Klorobutanol =
Basis = 3850 mg – (38,5 + 1,925 + 19,25) mg = 3791 mg
- Parafin cair =
- Lanolin anhidrat =
- Vaselin kuning =
1100
x 3850 mg = 38,5 mg
0,05100
x 3850 mg = 1,925 mg
0,5100
x 3850 mg = 19,25 mg
x 3791 mg = 37,91 mg
x 3791 mg = 37,91 mg
1010010100 80100
x 3791 mg = 3032,28 mg mg
2. Perhitungan pengenceran
Kloramfenikol 38,5 mg
Kloramfenikol 50 mg
Basis steril 50 mg
100 mg
Klorobutanol 19,25 mg
Klorobutanol 50 mg
Basis steril 100 mg
150 mg
α-tokoferol 1,925 mg
1 mg -tokoferol = 1,49 UI
1 kapsul natur E = 100 UI
-tokoferol yang dibutuhkan =
Pengenceran =
3. Perhitungan jumlah basis yang disterilkan
Tetrasiklin HCL, α-tokoferol, dan klorbutanol diencerkan dengan
menggunakan parafin cair.
Jadi, basis parafin cair yang disterilkan = 3791 mg – (38,5+50+57,7) mg
= 232,9 mg = 233 mg
100 mg x 38,5 mg = 77 mg50 mg
38,5 mg kloramfenikol
38,5 mg basis steril
150 mg x 19,25 mg = 57,75 mg50 mg
19,25 mg klorobutanol
38,5 mg basis steril
1,925 mg1 mg
x 1,49 UI = 2,868 UI
2,868 UI100 UI
x 1800 mg
1,925 mg α-tokoferol
50 mg basis steril= 52 mg
III.3 Cara Kerja
Adapun cara kerjanya yaitu pertama-tama disiapkan alat dan bahan
yang digunakan kemudian disterilkan sesuai dengan metode masing-
masing. Alat gelas dicuci dengan deterjen lalu dibebas alkalikan dengan
cara direndam dalam HCl 0,1 N panas selama 30 menit lalu dibilas
dengan air suling steril, dinginkan lalu disterilkan dengan autoklaf. Alat
karet dibersihkan dan dibebas sulfurkan dengan cara dipanaskan dalam
2% Na2CO3 yang mengandung 0,1% Na Lauril Sulfat, selama 15 menit,
didinginkan lalu dibilas dengan air suling steril dan disterilkan dalam
autoklaf. Masing-masing basis secukupnya disterilkan di oven suhu 150oC
selama 1 jam dengan filtrasi (menggunakan kain kasa di capor). Ruangan
disterilkan dengan menyemprotkan alkohol 70%. Seluruh pekerjaan
dilakukan secara aseptik. Basis salep dibuat sebanyak 3,791 g dengan
cara penimbangan, mencampur parafin cair sebanyak 0,3791 g, lanolin
anhidrat 0,3791 g dan vaselin kuning sebanyak 3,0328 g. Dibuat
pengenceran Tetrasiklin HCl yaitu dengan menimbang 50 mg Tetrasiklin
HCl dan mencampurnya dengan 50 mg basis steril kemudian diambil 77
mg. Dibuat pengenceran klorobutanol yaitu dengan menimbang 50 mg
klorobutanol dan mencampurnya dengan 150 mg basis steril kemudian
diambil 77 mg. Dibuat pengenceran α-tokoferol dimana 1 kapsul Natur E
dicampur dengan basis steril hingga 1800 mg kemudian diambil 52 mg.
Semua hasil pengenceran dimasukkan dalam lumpang steril lalu dicampur
hingga homogen. Salep kemudian dimasukkan ke dalam tube yang telah
disterilkan. Sediaan diberi etiket dan dimasukkan dalam wadah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
No. Pengamatan Klorfen® KlorCha® Chloram® Fichlor® Kloramacz®
1 Wadah + - - - -
2 Penampilan - - - - -
3 Etiket brosur + + - + +
4 Viskositas - - - - -
5 Warna + + - - +
6 Penimbangan + + + + +
7 Partikulat - + + + +
8 Volume - - - - -
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan pembuatan sediaan salep mata
kloramfenikol dengan indikasi untuk pengobatan konjungtivitas akut
(radang pada konjungtiva akibat bakteri seperti Haemophillus influenzae,
P. aeruginosa, Staphylococcus, Streptococcus, dsb), serta untuk blephritis
(radang pada kelopak mata atau tepi kelopak mata).
Salep mata merupakan sediaan steril yang dimaksudkan untuk
pengobatan mata dimana menggunakan dasar salep yang cocok,
dikerjakan secara aseptis, dan tempat kerjanya di iris, konjungtiva, kornea,
kelopak mata, dan kelenjar sebaseus. Dibuat dalam bentuk salep mata
sebab tempat kerjanya di kelopak mata dan konjungtiva dari mata,
sedangkan tetes mata tidak bisa bekerja dikelopak mata, kloramfenikol
juga tidak larut dalam air, serta akan mengalami degradasi dalam media
air karena pemecahan hidrolitik pada lingkaran amida.
Wadah yang digunakan untuk salep mata adalah wadah tube 3,5
gram berwarna putih, dengan ujung berliku agar memudahkan saat
pemakaian, dan ujung tube yang runcing sehingga saat pemakaian
ujungnya tidak menyentuh lapisan atas mata. Semua sediaan memiliki
penampilan yang baik.
Viskositas dari salep mata tidak boleh terlalu encer atau terlalu
kental. Bila terlalu encer maka pada saat penggunaan dapat mengotori
mata pemakai karena dapat mengalir keluar dari mata, sedangkan bila
terlalu kental maka pada saat penekanan untuk pemakaian, salepnya sulit
keluar dari tube. Semua sediaan tidak memenuhi persyaratan viskositas
salep yang baik karena basis yang digunakan tidak ditimbang dengan
baik.
Warna dari salep tidak boleh terlalu kuning atau terlalu putih juga
jangan terlalu pucat. Maka hendaknya warna salep mengikuti warna dari
basis, biasanya berwarna kuning muda. Sediaan Klorfen®, KlorCha®, dan
Kloramacz® memberi warna kuning, sedangkan sediaan Chloram® dan
Fichlor® tidak memberikan warna yang memuaskan.
Salep mata harus bebas dari bahan partikulat yaitu bahan atau zat
yang kasar yang bisa merusak permukaan mata. Oleh karena itu, dalam
pembuatan, bahan harus betul-betul digerus sampai halus saat dilevigasi
dengan basis. Sediaan Klorfen® tidak bebas dari bahan partikulat karena
penggerusan tidak dilakukan dengan baik sedangkan sediaan lain
hasilnya positif karena bebas dari bahan partikulat.
Volume salep mata pada umumnya 3,5 gram. Dalam praktikum
tidak dilakukan penimbangan akhir untuk memperoleh hasil 3,5 gram
sehingga volumenya kurang dan penilaian untuk semua sediaan negatif.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini, diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Dari penilaian penampilan, viskositas dan volume, kelima sediaan
yaitu Klorfen®, KlorCha®, Chloram®, Fichlor® dan Kloramacz® hasilnya
tidak memenuhi standar.
2. Dari penilaian penimbangan, kelima sediaan ini memenuhi standar.
3. Dari penilaian wadahnya, hanya sediaan Klorfen® yang memenuhi
standar.
4. Dari penilaian etiket dan brosur, sediaan Klorfen®, KlorCha®, Fichlor®
dan Kloramacz® memenuhi standar sedangkan sediaan Chloram®
tidak memenuhi standar.
5. Dari penilaian warna, sediaan Klorfen®, KlorCha® dan Kloramacz®
memenuhi standar sedangkan sediaan Chloram® dan Fichlor® tidak
memenuhi standar.
6. Dari penilaian partikulat, sediaan Chloram®, KlorCha®, Fichlor® dan
Kloramacz® memenuhi standar sedangkan sediaan Klorfen® tidak
memenuhi standar.
V.2 Saran
Saran untuk laboratorium yaitu alat timbangan ditambah. Saran
untuk asisten yaitu waktu pengerjaan ditambah karena alat terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
2. Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
3. Ganiswara, 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi FK UI, Jakarta.
4. Gennaro,A.R, et all, 1990, Rhemingtons Pharmaceutical Science, 18th
Edition, Marck Publishing Company, Pensylvania.
5. Howard, Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.
6. Jenkins, Glen, dkk, 1957, Scoville’s The Art of Compounding, MC Growhill, Book Company, New York.
7. Joseph B. Sprowls, Jr.,PhD., 1970, Prescription Pharmacy, J.B Lippincott Company, Philadelphia, Toronto.
8. Kibbe, Arthur, 1980, Handbook of Pharmaceutical Excipient, American Pharmaceutical Ass, Washington DC.
9. Lachman, L.et.all, 1986, The Theory and Practice of Pharmacy Industry, 3rd Edition, Lea & Pinger, Philadelphia.
10.Martin, W, Inc, 1971, Dispending of Medication, 7th Edition, Marck Publishing Company, USA.
11.Parrot, Eugene C, 1980, Pharmaceutical Technology, Collage of Pharmacy University of Iowa, Iowa City.
12.Reynads,I.E.F, 1993, Martindale The Extra Pharmacopeia, Department of Pharmaceutical Science, Marck Publishing Company, Easton, Pensylvania.
13.Tjay, Tan Hoan dan Drs. Kirana Rahardja, 2002, Obat-Obat Penting, Edisi V, Gramedia, Jakarta.
14.Torce, Salvatore dan Robert S King, 1974, Sterile Dosage Form, Lea Febinger, Philadelphia.
Wadah
Tiap 3,5 gram salep mata mengandung :Kloramfenikol…………………………1%Basis…………………...............………………...qsIndikasi : Konjungtivitas akut dan blepharitis.Aturan Pakai :Tiap 2-3 jam untuk 3 hari pertamaTiap 3-4 jam untuk hari selanjutnyaDigunakan maksimal 2 mingguNo. Reg : DKL 0601010131 A1No. Batch : G 0601Exp. Date : 17 September 2008
Chloram ® Salep Mata
Netto : 3,5 g
Diproduksi oleh:
PT. DUA FarmaMakassar-Indonesia
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
K
STERIL
Chloram ® Salep Mata
Netto : 3,5 g
Diproduksi oleh:
PT. DUA FarmaMakassar-Indonesia
Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya.
Untuk keterangan lebih lengkap lihat brosur.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
STERIL
KLORAM Salep MataNetto : 3,5 g
Komposisi :Tiap 3,5 gram salep mata mengandung :Kloramfenikol…………………………1%Basis…………………………………................qsFarmakologi :KLORAM Salep mata mengandung Kloramfenikol yang bekerja sebagai antibiotika spektrum luas yang berkhasiat terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Bekerja menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat ribosom bakteri 70s pada subunit 50s dan mencegah pengikatan asam amino terakhir pada t-RNA amina asil ke tempat akseptor dalam ribosom. Indikasi :Konjungtivitas akut dan blepharitis. Kontra Indikasi :Neonatus, pasien dengan gangguan hati dan pasien yang hipersensitif.Efek Samping :Hipersensitivitas, neuropati optis .Aturan Pakai :Tiap 2-3 jam untuk 3 hari pertamaTiap 3-4 jam untuk hari selanjutnyaDigunakan maksimal 2 mingguPenyimpanan :Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya.
No. Reg : DKL 0601010131 A1
Diproduksi oleh:
PT. DUA FarmaMakassar-Indonesia
KLORAM Ophthalmic OintmentNetto : 3,5 g
Composition :Each 3,5 gram ophthalmic ointment contains :Chloramphenicol……………………...1%Base………………………………….......................qsPharmacology :KLORAM Ophthalmic ointment contains Chloramphenicol which work as broad spectrum antibiotic effective for positive Gram even negative Gram bacteria. Inhibit bacteria protein synthesis by bind bacteria ribosom 70s on subunit 50s and prevent the binding of last amino acid at t-RNA amina asil to acceptor place in ribosom. Indication :Acute conjunctivityand blepharitis. Contra Indication :Neonatus, patient with hepar obstruction and hipersensitivity.Adverse effect :Hipersensitivity, optic neuropati.Dosage :Every 2-3 hours for 3 first daysEvery 3-4 hours for the days afterUse maximal 2 weeksStorage :Keep in cool place and protected from the light.
Reg. Number: DKL 0601010131 A1
Producted by :
PT. DUA FarmaMakassar-Indonesia
Kloram Salep MataNetto : 3,5 g
Tiap 3,5 gram salep mata mengandung :Kloramfenikol…………………………1%Basis…………………………………...............qsIndikasi : Konjungtivitas akut dan blepharitis. Aturan Pakai :Tiap 2-3 jam untuk 3 hari pertamaTiap 3-4 jam untuk hari selanjutnyaDigunakan maksimal 2 minggu
Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya.
Untuk keterangan lebih lengkap lihat brosur.No. Reg : DKL 0601010131 A1No. Batch : G 06001Exp. Date : 17 September 2008
Diproduksi oleh:
PT. DUA Farma
Kloram® Ophthalmic Ointment
Netto : 3,5 g
Each 3,5 gram ophthalmic ointment contains:Chloramphenicol………………………1%Base….……………………………………..………...qsIndication : Acute Conjunctivity and blepharitis. Dosage :Every 2-3 hours for 3 first daysEvery 3-4 hours for the days afterUse maximal 2 weeks
Keep in cool place and protected from the light.
For complete instruction see the pamphlet.
Reg. Number : DKL 0601010131 A1Batch Number : G 06001
Producted by:
PT. DUA Farma
LAMPIRAN
Brosur
Etiket
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
STERILON MEDICAL
PRESCRIPTION ONLY
STERILE
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
STERIL
ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY
STERILE