Download - Revolusi Hijau orde baru
Dhia Syarifia
Maya Novita
Nadya Adina
Agiki Arkan
Astrolabe A
Kelompok 4XII IPA 1
1ncrediscene 1ncrediscene
1ncrediscene1ncrediscene
Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia.
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru berkuasa.
Program Revolusi Hijau bertujuan....untuk meningkatkan persediaan makanan dengan meningkatkan hasil lahan pertanian yang dapat dicapai dengan menanam bibit pertanian yang baru dengan disertai perbaikan pengolahan tanah, sistem pengairan, penggunaan pupuk, perlindungan dari serangan hama, dan pengenalan varietas tanaman jenis unggul.
Pusat penelitian di Meksiko dipimpin oleh Norman E.Bourlang.
Norman Borlaug, penerima penghargaan Nobel Perdamaian 1970, adalah orang yang dipandang sebagai konseptor utama gerakan ini.
Pelaksanaan Revolusi Hijau disponsori oleh Ford dan Rockefeller Foundation yang memiliki dua pusat penelitian yang bernama International Klaize and Wheat Improvement Center dan di Filipina yang bernama IRRI (International RiceResearch Instute).
Perkembangan Revolusi Hijau
I. Revolusi tahap pertama, terjadi antara tahun 1500 – 1800 ketika kebanyakan hasil pertanian (gandum, padi, jagung dan kentang) disebar keseluruh dunia.
II. Revolusi hijau tahap kedua, terjadi di Eropa dan Amerika Utara antara tahun 1850 – 1950 dan terutama di dasarkan penerapan hukum ilmiah terhadap produksi hasil petanian dan hewan melalui penggunaan pupuk, irigasi dan pemberantasan hama dn penyakit secara luas dan terkendali.
III. Revolusi tahap ketiga, terjadi di negara-negara maju sejak perang dunia II terutama melalui seleksi dan persilangan genetika atas varietas tanaman dan hewan unggul dan lebih resisten terhadap penyakit dan serangga.
IV. Revolusi hijau tahap keempat, telah tersebar luas pada tahun-tahun ini. Tahap ini bukan hal yang baru, melainkan kombinasi dari revolusi hijau tahap kedua dan tahap ketiga, dan terutama ditujukan untuk negara-negara berkembang. Tahun 1967 varietas padi dan gandum jenis unggul dikembangkan di daerah-daearah tropis dan sub tropis, seperti India, Turki, Pakistan, Indonesia.
Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: 1) Penyediaan air melalui sistem irigasi 2) Pemakaian pupuk kimia secara optimal 3) Penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan
organisme pengganggu 4) Penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam
berkualitas.
REVOLUSI HIJAU DI INDONESIA
Revolusi Hijau di Indonesia sudah dimulai sejak berlakunya UU Agraria
pada tahun 1870 yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda,
sehingga di Indonesia dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman.
Dalam perkembangannya pada masa Orde Baru, program Revolusi Hijau
digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan di
Indonesia, terutama produksi beras.
Revolusi Hijau dilaksanakan secara sistematis, terprogram, dan terus-
menerus sehigga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Hal itu dibuktikan dengan Indonesia mampu meningkatkan swasembada
pangan yaitu penghasil beras sehingga Presiden Soeharto mendapat
Penghargaan Nobel.
Usaha yang dilakukan pemerintah Orde Baru untuk meningkatkan swasembada
pangan nasional yaitu:
a. Program Bimbingan Massal (Bimas) untuk meningkatkan produksi beras.
b. Program Intensifikasi Massal (Inmas) yang merupakan kelanjutan Bimas.
c. Program Intensifikasi Khusus (Insus) yang merupakan upaya peningkatan
produksi per unit.
d. Program Supra Intensifikasi Khusus (Supra Insus) yang meningkatkan
swasembada beras.
EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PERTANIAN
Program-program tersebut dikembangkan melalui intensifikasi pertanian, yaitu upaya peningkatan produksi per unit dan ekstensifikasi, yaitu upaya perluasan areal pertanian.
Pelaksanaan Revolusi hijau di Indonesia dilakukan melalui Pancausaha Tani dan Saptausaha Tani. Pancausaha Tani memiliki langkah-langkah yaitu: a. Mekanisme dalam pengolahan tanah. b. Menggunakan irigasi yang mapan. c. Menggunakan pupuk. d. Menggunakan obat penyemprot hama. e. Menggunakan bibit unggul.
Sedangkan Saptausaha Tani memiliki langkah-langkah serupa Pancausaha Tani ditambah pengolahan dan penjualan pascapanen.
Meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Peningkatan produksi pangan menyebabkan
kebutuhan primer masyarakat industri menjadi terpenuhi.
Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
Kualitas tanaman pangan semakin meningkat.
Dampak Baik
Berbagai organisme penyubur tanah musnah Kesuburan tanah merosot / tandus Tanah mengandung residu (endapan
pestisida) Hasil pertanian mengandung residu pestisida Keseimbangan ekosistem rusak Terjadi peledakan serangan dan jumlah
hama.
Dampak
Buruk
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Perkembangan teknologi memberikan pengaruh positif bagi Indonesia khususnya bagi peningkatan industri pangan: 1. Digunakannya pupuk buatan dan zat-zat kimia untuk memberantas hama penyakit
sehingga produksi pertanian pun meningkat. 2. Proses pengolahan lahanpun menjadi cepat dengan digunakan traktor. 3. Proses pengolahan hasil menjadi cepat dengan adanya alat penggiling padi
Adapun dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut adalah:
a. Timbulnya pencemaran pada air maupun tanah akibat penggunaan pestisida (pupuk kimia) yang berlebih.
b. Penggunaan pestisida dapat membunuh hama tanaman, serangga pemakan hama, burung, ikan dan hewan lainnya.
c. Adanya sistem peladangan berpindah atau penebangan pohon dalam jumlah besar yang dilakukan oleh pihak pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) guna dibuat pemukiman baru menyebabkan kerusakan lingkungan kususnya pada ekosistem tanah.
d. Semakin sempit lahan pertanian karena diubah menjadi wilayah pemukiman dan industri.
e. Meningkatnya kegitan penggalian sumber alam, pertambangan liar yang kurang memperhatikan kondisi lingkungan.
f. Pengurangan jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat dalam proses produksi karena telah tergantikan oleh mesin-mesin sehingga bersifat padat modal dan hemat tenaga kerja. Berdampak pada munculnya pengangguran.
Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat pedesaan.
Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara tahun 1984 – 1989.
Thank you Thank you Thank you