Download - Referat Obgynddslslajkdfdadsfdsfdsds
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000
kelahiran hidup. Aki di Indonesia saat ini masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara
berkembang lainnya. Sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) melahirkan tidak dapat
turun seperti yang diharapkan. Menurut laporan BKKBN pada bulan Juli 2005, AKI
masih berkisar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah sebenarnya telah
bertekad untuk menurunkan AKI dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 1994)
menjadi 225 per 100.000 pada tahun 1999, dan menurunkannya lagi menjadi 125 per 100.000
pada tahun 2010.1
Obginsos atau Obstetri dan ginekologi sosial adalah ilmu yang mempelajari pengaruh timbal
balik antara lingkungan dan kesehatan reproduksi dalam obstetrik dan ginekologi, dengan
mempertimbangkan aspek promotif dan preventif.2
Gagasan WHO dan UNICEF untuk dapat menurunkan AKI adalah dengan melakukan upaya
primary health care bagi setiap negara sehingga dapat menurunkan AKI dengan berarti dan dalam
waktu singkat. Disinilah peranan obstetric sebagai primary health care dalam menurunkan AKI.
Upaya yang dapat dilakukan obgynsos berupa Keluarga Berencana, Safe Motherhood dan keluarga
berencana darurat.3
.
1
BAB II
ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
II.1 DEFINISI
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000
kelahiran hidup. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status
gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama
untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas 1, 2 Angka Kematian
Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka
kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang
akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.1,13
II.2 AKI INDONESIA
2
Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke
waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih
membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.1
Gambar diatas menunjukkan tren AKI di Indonesia secara nasional dari tahun 1994 sampai
dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran
Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran
Hidup. Sedangkan Target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDG & nsbp ke-5 , pada tahun 2015
AKI turun menjadi 102 kematian/100.000 kelahiran hidup.1
3
II. 3 PENYEBAB KEMATIAN IBU MELAHIRKAN
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu
angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani
masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi akibat indikasi yang lazim muncul yakni:1
1. Pendarahan
2. Preeklampsi-Eklampsi,
3. Infeksi.
Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting yang merupakan faktor
penyebab kematian ibu. Diduga angka kematian ibu yang tinggi ini juga erat hubungannya
dengan :4,5,6
- Status wanita Indonesia yang masing rendah. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
diskriminasi terutama dalam soal makanan dan pendidikan terhadap wanita, yang pada akhirnya
akan menyebabkan keadaan gizi yang kurang memadai dan pendidikan yang tertinggal terutama
pada wanita pedesaan.
- Pekerjaan wanita terutama di pedesaan yang terlalu berat dan tidak didukung oleh gizi yang
cukup.
- Proses reproduksi yang berlangsung terlalu giat, terlalu dini, terlalu banyak dan terlalu rapat,
dan umumnya semua ini berhubungan dengan kemiskinan, ketidaktahuan dan kebodohan.
- Pelayanan obstetri masih sangat terbatas cakupannya sehingga belum mampu
menaggulangi ibu hamil resiko tinggi dan kasus gawat darurat pada lini terdepan. Disamping
itu transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik dan pantangan tertentu
pada wanita hamil juga ikut berperan.
Secara keseluruhan, Konsep sebab kematian maternal dan perinatal dapat dijabarkan sebagai
berikut:3,6,13
- sebab kematian langsung secara umum adalah “trias mortalitas”
a. kematian karena perdarahan
b. kematian karena preeklampsi-eklampsi
c. kematian karena infeksi
- sebab kematian antara
a. pertolongan masih didominan oleh “ dukun beranak”
b. sebagian masyarakat tidak ingin punya anak tetapi tanpa metode KB
4
c. pelayanan gugur kandung tidak legeartis sehingga menimbulkan komplikasi sampai fatal
- sebab kematian tidak langsung
a. status wanita masih memprihatinkan
b. kemiskinan masyarakat sehingga tidak mampu memanfaatkan kondisi kesehatan modern
c. keterlambatan rujukan.
Dari uraian di atas terlihat faktor yang multi komplek yang masih ikut berperan dan harus
ditanggulangi untuk menurunkan angka kematian ibu bersalin. Umunya sebagian besar faktor-
faktor di ataslah yang akan menyebabkan terjadinya gangguan dan penyulit pada kehamilan,
persalinan dan nifas 5,6,7,8
Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan,
berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni ,
pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati
persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 %), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK)
pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan
faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian
ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai hampir
5
60%. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca
persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan
mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO)1
II.4 PATOFISIOLOGI (PERDARAHAN, PRE EKLMAPSI DAN INFEKSI)
Perdarahan post partum
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus-sinus maternalis di tempat
insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan itu sendiri tidak banyak, sebab
kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh-pembuluh darah yang terbuka,
sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah. Seorang
wanita sehat dapat kehilangan 500 ml darah tanpa akibat buruk. Istilah perdarahan post
partum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml. Perdarahan primer
terjadi dalam 24 jam pertama dan sekunder sesudah itu. Hal-hal yang menyebabkan perdarahan
post partum ialah: atonia uteri, perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari uterus,
tertinggalnya sebagian dari plasenta umpamanya kotiledon atau plasenta suksenturiata, retensio
Perdarahan postpartum dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak darah sehingga dapat
menyebabkan schok hemoragik yang dapat berujung pada kematian ibu.6,7
Pre-eklamsia
Perubahan pokok yang didapatkan pada pre-eklamsia adalah spasmus pembuluh darah diserta
dengan retensi garam dan air. Hemokonsentrasi yang menyertai pre-eklamsia dan eklamsi tidak
diketahui penyebabnya. Terjadi disini pergeseran cairan dari ruang intravascular ke ruang
interstisial. Kejadian ini, yang diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum,
dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah mengurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai
organ tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia.6,7
Eklamsia
Pada umumnya kejangan didahului makin memburuknya pre-eklamsia dan terjadinya
gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di
6
epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul
kejangan yang bisa berakhir pada keadaan koma bahkan kematian; terutama pada persalinan
bahaya ini besar.6,7
Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan; yaitu infeksi yang terbatas pada
perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium dan penyebaran dari tempat-tempat
tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.
Septikemia dan piemia merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh Streptococcus
haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua karena
infeksi nifas. Pada septicemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk ke dalam
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan
dengan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu
tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta.
Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan atau vena ovarii
(tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu, embolus kecil yang mengandung
kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke dalam peredaran darah umum
dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung,
dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat-tempat tersebut. Keadaan
ini dinamakan piemia. Pada septicemia dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai 3
hari post partum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai dengan menggigil. Selanjutnya
suhu berkisar antara 39-40 ‘ C, keadaan umum penderita cepat memburuk, nadi menjadi cepat
(140-160 kali per menit atau lebih). Penderita dapat meninggal 6-7 hari post partum.6,7
II.5 PENCEGAHAN
Pencegahan Perdarahan
7
Perdarahan post partum merupakan salah satu komplikasi obstetri dengan beberapa
intervensi pencegahan yang efektif. Manajemen aktif persalinan kala III, didefinisikan
sebagai pemberian intramuskular 10 IU oksitosin, traksi tali pusat terkendali dan pijat fundus setelah
plasenta dilahirkan, secara substansial mengurangi risiko perdarahan post partum. Sebuah meta-
analisis dari empat fasilitas berbasis uji klinis menunjukkan penurunan 62% dalam risiko
perdarahan post partum terkait dengan manajemen aktif persalinan kala III (Prendiville et al,
2000). World Health Organization (WHO), International Federation of Gynecologists and
Obstetricians (FIGO) dan International Confederation of Midwives (ICM) merekomendasikan
pendamping persalinan terampil memberikan manajemen aktif persalinan kala III untuk semua
kelahiran vagina (ICM dan FIGO, 2003; ICM dan FIGO, 2006). Tindakan pencegahan lain dapat
meningkatkan kesempatan wanita untuk bertahan hidup atau mencegah kondisi yang
berhubungan dengan penyebab perdarahan post partum. Langkah-langkah ini meliputi:5,6,7
- Selama perawatan antenatal: Mendeteksi dan mengobati anemia, mengembangkan
rencana kesiapan lahir untuk memastikan melahirkan dengan petugas yang terampil,
mendistribusikan misoprostol untuk ibu hamil selama trimester ketiga kehamilan dalam
kasus mereka melahirkan tanpa persalinan oleh tenaga trampil
- Selama persalinan: Gunakan partograf untuk memantau dan memandu pengelolaan
tenaga kerja dan cepat mendeteksi kemajuan yang tidak memuaskan, mendorong wanita
untuk menjaga kandung kemihnya kosong, batasi induksi atau penggunaan augmentasi
untuk alasan medis dan kebidanan, tidak mendorong-dorong sebelum leher rahim
melebar sepenuhnya, tidak menggunakan tekanan fundus untuk membantu kelahiran
bayi, melakukan episiotomi selektif untuk alasan medis dan kebidanan saja, membantu
wanita dalam melahirkan kepala bayi dan bahu secara terkendali untuk membantu
mencegah terjadinya robekan.
- Selama kala III: Menyediakan manajemen aktif persalinan kala III (satu-satunya cara
yang paling efektif untuk mencegah perdarahan post partum), jangan memijat rahim
sebelum plasenta lahir, jangan gunakan tekanan fundus untuk membantu melahirkan
plasenta, tidak melakukan traksi tali pusat terkendali tanpa pemberian obat uterotonika,
tidak melakukan traksi tali pusat terkendali tanpa memberikan countertraction untuk
mendukung rahim.
8
- Setelah melahirkan plasenta: rutin memeriksa vulva, vagina, perineum, dan anus untuk
mengidentifikasi luka kelamin, secara rutin memeriksa plasenta dan membran untuk
kelengkapan, mengevaluasi apakah rahim berkontraksi baik dan pijat rahim secara
berkala setelah melahirkan plasenta untuk menjaga uterus berkontraksi dengan baik
(setidaknya setiap 15 menit selama dua jam pertama setelah kelahiran), mengajarkan
wanita untuk memijat uterus sendiri, memantau wanita untuk perdarahan vagina dan
kekerasan rahim setiap 15 menit untuk setidaknya dua jam pertama, mendorong wanita
untuk menjaga kandung kemihnya kosong selama periode pasca-melahirkan.
Pencegahan Pre-eklamsia
Pemeriksaan antenatal yang teratu dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-
eklamsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya pre-eklamsia dengan adanya factor-faktor predisposisi. Walaupun
timbulnya pre-eklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya tidak dapat
dikurangi dengan pemberian penanganan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada
wanita hamil.7
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak
selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak,
karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal
secara dini pre-eklamsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat
antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang
baik.6,7
Pencegahan Eklamsia
Pada umunya timbulnya eklamsia dapat dicegah, atau frekuensinya dikurangi. Usaha-usaha
untuk menurunkan frekuensi eklamsia terdiri atas:5,6,7
1) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita
hamil memeriksakan dini sejak hamil muda Pencegahan Infeksi Nifas
2) Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklamsia dan mengobatinya apabila
ditemukan
9
3) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila
setelah dirawat tanda-tanda pre-eklamsia tidak juga dapat dihilangkan.
Pencegahan infeksi nifas6,7
Selama kehamilan
- Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan
memperbaikinya. Keadaan gizi merupakan faktor penting; karenanya, diet yang baik harus
diperhatikan
- Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi
Selama perasalinan
-Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman
dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak, demikian pula, semua petugas
dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi
pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin; alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam
persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, indikasi serta
kondisi untuk bedah kebidanan harus dipatuhi. Selanjutnya, terjadinya perdarahan harus dicegah
sedapat mungkin dan transfuse darah harus diberikan menurut keperluan.
Selama nifas
-Sesudah partus terdapat luka-luka di beberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari-hari pertama
post partum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Oleh sebab itu,
semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama
-Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin
-Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-
wanita dalam nifas
10
III.1 DEFENISI
WHO memberikan pengertian mengenai obsos atau obstetrik social sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara proses reproduksi dan lingkungannya, terutama
lingkungan sosial. sedangkan obginsos atau Obstetri dan ginekologi sosial adalah ilmu yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara lingkungan dan kesehatan reproduksi dalam obstetrik dan
ginekologi, dengan mempertimbangkan aspek promotif dan preventif.4, 5
III.2 TEMPAT KERJA OBSTETRI SOSIAL
Berdasarkan defenisi obstetric sosial yakni pengaruh timbal balik antara lingkungan dan
kesehatan reproduksi, lingkungan yang dimaksud adalah: 6
1. Lingkungan individu
a. Individu secara utuh, artinya individu itu sendiri langsung berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi
b. Individu yang telah terkontaminasi dengan pengaruh lingkungan sehingga dapat
memengaruhi kesehatan reproduksi
2. Lingkungan yang bersifat umum di tengah masyarakat
3. Kualitas dan status wanita
a. Kebodohan dan kemiskinan
b. Sifat masyarakat komunal dan paternalistic
c. Faktor sosial ekonomis yang menyebabkan pada saat kehamilan tidak dalam keadaan sehat
optimal
4. Faktor geografis
a. Sulitnya medan referral sehingga selalu terlambat diterima di pusat kesehatan paripurna
b. Sikap masyarakat yang masih belum dapat menerima konsep rujukan karena kobodohan,
sikap komunal, paternalistic, dan kemiskinan sehingga terlambat melakukan atau mengambil
keputusan untuk referral.
III.3 TUJUAN OBGYNSOS
12
Tujuan Umum:8
1. Agar tenaga medis mampu merubah sikap dari hanya berorientasi klinis ke berorientasi
klinis ke berorientasi kepada masyarakat sehingga mengamalkan profesinya sebagai
kliniko-sosial obstetrikus
2. Agar profesi kedokteran pada umumnya dan profesi kebidanan pada khususnya mampu
melaksanakan hubungan timbal balik aspek biologis dan reproduksi manusia dengan
lingkungannya
3. Agar kita mengenal identitas masyarakat pedesaan dalam kaitannya dengan reproduksi
manusia
4. Agar profesi kebidanan mampu mengorganisir pelayanan kebidanan yang bermutu dan
merata
5. Agar seorang yang berkecimpung pada pelayanan kebidanan mampu berperan sebagai
klinikus, ahli pencegahan, perencanaan dan pengelola program
Tujuan Khusus: 8
Untuk mengamalkan pelayanan kebidanan yang bermutu dan merata bagi seluruh rakyat
Indonesia.
1. Tujuan Prenatal (antenatal) care
a. Mendapatkan ibu dan anak yang sehat baik fisik, mental maupun moral
b. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak sebagai akibat langsung dari
proses reproduksi manusia
c. Mengenal, mengobati dan mengurangi bahaya penderitaan dan komplikasi proses
reproduksi selama hamil, sewaktu persalinan dan dalam nifas
d. Mencari dan mengurangi secara bertahap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kelangsungan proses reproduksi baik yang medis maupun yang non-medis dalam
masyarakat
2. Tujuan mengenai golongan risiko tinggi
a. Mengenal kasus-kasus kehamilan yang mengancam kesehatan dan jiwa ibu (high risk
pregnancy)
13
b. Mengenal kasus-kasus kehamilan yang mengancam keselamatan dan jiwa janin (high risk
babies)
c. Mengobati dan kalau perlu merujuk kasus-kasus di atas secara vertikal atau horizontal.
3. Tujuan sistem rujukan
a. Mengusahakan sistem pelayanan kebidanan dan kesehatan di mana terjadi pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atau kasus dan masalah kebidanan yang ada, secara vertikal
dan horizontal
b. Agar setiap penderita mendapat pelayanan dan pertolongan yang murah, namun dengna
mutu baik di tempat yang terdekat dari kediamannya
c. Menjalin kerjasama pengirimin penerita tau bahan laboratorium dari unit yang kurang
lengkap ke unit kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap seterusna palaing lengkap
d. Terjalinnya atau dijalinnya pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and
skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer
4. Tujuan kependudukan
a. Mengetahui ciri-ciri kependudukan di Indonesia yang dapat dibandingkan dengan
kependudukan negara lain
b. Mengetahui dampak kependudukan terhadap kehidupan social ekonomi dan kesehatan
secara individual dan nasional (pangan, perumahan, pendidikan, lapangan kerja,
kesehatan dan sebagainya)
5. Tujuan keluarga berencana
a. Merencanakan besarnya keluarga atau jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi
b. Dapat dikendalikannya tingkat pertambahanpenduduk dengan mengendalikan fertilitas
(tujuan demografis)
c. Dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahter (tujuan normative)
6. Tujuan pendidikan seks
a. Untuk mendapatkan manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia,
karena dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta bertanggung jawab
terhadapa dirinya dan terhadap orang lain
b. Perkawinan dan pembentukan keluarga yang bahagia hanya mungkin diperoleh oleh
orang-orang yang cukup dewasa dan bertanggung jawab
14
7. Tujuan senam hamil
a. Melalui latihan-latihan teratur dapat menjaga kondisi otot-otot seluruh tubuh, terutama
otot-otot yang berperan dalam mekanisme persalinan
b. Dapat membantu melonggarkan persendian-persendian yang berperan dalam persalinan
terutama persendian panggul
c. Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis (jasmani dan rohani) dalam menghadapi
persalinan
8. Tujuan senam pasca bersalin
a. Melatih otot-otot perut, punggung dan kaki serta meningkat mobilitas peredaran darah,
fungsi otot, dan saraf
b. Mengembalikan kondisi tubuh menjadi seperti keadaan prahamil, terutama ketegangan
otot-otot dan kulit dinding perut (estetika)
III.4 KONSEP KERJA OBGYNSOS DALAM MENURUNKAN AKI
Konsep kerja obstetric sosial dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas adalah: 4
1. Meningkatkan upaya promotif dan preventif dalam bidang obstetric
2. Dalam bidang kuratif mempergunakan konsep “primary non no care” yaitu menangani
masalah obstetric bukan dengan kekerasan tetapi dengan keahlian keterampilan sehingga tidak
menambah morbiditas dan mortalitas
3. Dalam hal rehabilitatif mengupayakan sehingga setelah perawatan intensif dapat kembali
ditengah masyarakat tanpa cacat yang merisaukan sekitarnya.
BAB IV
PERAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI SOSIAL
DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU
IV.1 LATAR BELAKANG
15
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam
pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas. Kegiatan-kegiatan
yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi,
meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemia gizi besi pada
wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan, dan nifas 9
Kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program safe motherhood, dengan tujuan
untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. MPS terfokus pada
pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan
serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga donor, dan peminjam, swasta,
masyarakat, dan keluarga. Perhatian khusus diberikan pada penyediaan pelayanan yang
memadai dan berkelanjutan dengan penekanan pada ketersediaan penolong persalinan terlatih.
Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita dan bayi baru lahir
memperoleh akses terhadap pelayanan 9
Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu. Pertama,
meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang
berkualitas dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas
program, lintas sektor, dan mitra lainnya. Ketiga, mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga
melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat, mendorong keterlibatan
masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir. Ada
tiga pesan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi
obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai, dan setiap wanita usia subur
mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran 1
Perhatian khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah baik di
perkotaan dan pedesaan serta masyarakat di daerah terpencil. Program Kesehatan Gratis yang
telah dimulai sejak 2007 telah menyediakan pelayanan kesehatan dasar dan bidan di desa secara
gratis bagi penduduk miskin perlu dipertahankan dengan berbagai cara 9
Terlepas dari kebijakan dan program dengan fokus pada sektor kesehatan, diperlukan juga
penanganan dalam konteks yang lebih luas di mana kematian ibu terjadi. Kematian ibu sering
16
disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung jawab lebih dari satu
sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara pendidikan, penggunaan kontrasepsi, dan persalinan yang
aman. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus ditangani dengan benar, mengingat besarnya
masalah. Selain itu, isu gender dan hak-hak reproduksi baik untuk laki-laki maupun perempuan
perlu terus ditekankan dan dipromosikan pada semua level. 9
IV.2 OBSTETRI SOSIAL DAN AKI
Obstetri sosial yang mengaitkan kesehatan reproduksi dan lingkungan bergerak dalam upaya
menurunkan penyebab kematian maternal dan perinatal dalam ruang lingkup:6
1. Penyebab kematian antara
2. Penyebab kematian tidak langsung
Upaya ini sebenarnya dapat diklasifikasikan sebagai upaya promotif dan preventif dalam
kesehatan menurut ilmu kesehatan masyarakat. Pelaksanaan di lapangan dan di lingkungan kesehatan
meliputi:
1. Meningkatkan penerimaan NKKBS
a. Secara poliklinis dengan kafetaria
b. Menganjurkan penggunaan KB efektif dengan melakukan upaya KB postpartum
2. Meningkatkan upaya pelaksanaan antenatal care (making pregnancy safer) dengan:
a. Mencari penyakit yang menyertai ibu hamil
Apakah masih dapat disembuhkan sehingga tidak berpengaruh terhadap
tumbuh-kembang janin intrauteri?
Apakah membehayakan jiwa ibu sehingga kehamilan harus diterminasi
berdasarkan indikasi vital?
b. Menetapkan sedini mungkin komplikasi kehamilan
Upaya promotif dan preventif
Terapi optimal terhadap komplikasi kehamilan
Jika perlu, terminasi kehamilan untuk menolong kesehatan dan keselamatan ibu
hamil dan/atau janinnya
c. Menetapkan golongan kehamilan menjadi:
Golongan risiko rendah
Golongan risiko meragukan
17
Golongan risiko tinggi
Dengan upaya terapinya yang optimal, dapat dicapai well born baby dan wll health mother
IV.3 UPAYA OBGYNSOS DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU
Gagasan WHO dan UNICEF untuk dapat menurunkan AKI adalah dengan melakukan upaya
primary health care bagi setiap negara sehingga dapat menurunkan AKI dengan berarti dan dalam
waktu singkat. Disinilah peranan obstetric sebagai primary health care dalam menurunkan AKI.
Upaya yang dapat dilakukan obgynsos:3, 4
1. Keluarga Berencana4
Di tingkat dunia, gerakan keluarga berencana telah berhasil menurunkan jumlah anak
pada tiap keluarga dari 3,9 menjadi 2 orang anak, khususnya di negara maju. Di Indonesia,
peseerta KB mencapai 67% pasangan dengan rata-rata jumlah anak 2,7 orang dan telah
menekan pertumbuhan penduduk menjadi 1,9% / tahun.
Gerakan keluarga berencana telah menjadi salah satu pilar gerakan sayang ibu,
sehingga pelaksanaan gerakan keluarga berencana akan dapat menurunkan angka kematian ibu
dan perinatal melalui penekanan jumlah bumil. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
gerakan keluarga berencana sudah mampu memperkecil atau menghilangkan kehamilan
grandemultipara yang mempunyai komplikasi berat bahkan dapat menjadi penyebab kematian
antara.
2. Safe Motherhood
Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan
menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin 10
Tujuan utama dari Safe Motherhood adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil, bersalin, nifas di samping menurunkan angka kesakitan dan kematian
bayi baru lahir terutama di negara berkembang (8) pilar Safe motherhood, meliputi 4
program penting di antaranya: 11,12
1. Keluarga Berencana
Konsep Keluarga Berencana pertama kali diperkenalkan di Matlab,
Bangladesh pada tahun 1976. Tujuan dari program KB ini antara lain adalah
18
merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan,
menentukan jumlah anak. Yang kegiatannya terdiri dari Pelayanan dan
Konseling.
2. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi
kehamilan dan sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan. Komponen
penting pelayanan antenatal meliputi:
Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.
Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema,
dan pre eklampsia
Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana
cara memperoleh pelayanan rujukan
3. Persalinan yang Aman
Persalinan yang aman bertujuan untuk memastikan bahwa setiap penolong
persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan
pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu
dan bayi, pemberian pelayanan obstetri esensial tingkat dasar guna
menghindari kegawatdaruratan & komplikasi yang berkaitan dengan kematian
ibu
4. Pelayanan Obstetri Esensial
19
Kegiatan safe motherhood memiliki 6 kegiatan pelaksanaan utama yaitu: 11
1. Deteksi dini dalam skrining Antenatal, mengenal faktor resiko; ibu resiko
tinggi
2. Prediksi terjadinya kompilasi persalinan
3. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
4. Prevensi melakukan pencegahan pro-aktif, antisipasif terhadap ibu dan bayi.
5. Antisipasi
6. Intervensi
Dukungan pelaksanaan safe motherhood
1. Dukungan suami
Sebagai salah satu orang terdekat dengan ibu, dukungan suami
memegang peranan penting diantaranya seperti merencanakan keluarga,
menjaga serta menyelamatkan kesehatan ibu dan anak, mendukung
penggunaan kontrasepsi, mempersiapkan perawatan terlatih selama
persalinan, dan juga menjadi ayah yang bertanggung jawab.
2. Kebijakan politis, yaitu komitmen dan dukungan dari pimpinan wilayah
dengan sector terkait (Tingkat kabupaten / kota, kecamatan, dan pedesaan) yang
berkesinambungan dan berkelanjutan dalam pembinaan dan peningkatan untuk
pelayanan kesehatan ibu yang terjangkau dalam wadah Gerakan Sayang Ibu.
3. Persepsi sama, disemua tingkat pelayanan (Polindes, Puskesmas dan
Rumah sakit) dalam peningkatan pelayanan kesehatan ibu berbasis
masalah keluarga dalam kegiatan deteksi dan kendali.
4. Prilaku paradigma sehat melalui pendekatan pencegahan, pro-aktif
antisipatif oleh upaya kuratif rehabilitatif. Ada dua alasan yang menyebabkan
Safe Motherhood perlu mendapat perhatian. Pertama, besarnya masalah
kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dampak yang diakibatkannya.
Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita usia reproduktif di negara
berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan kehamilan,
20
persalinan, dan nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini sangat besar,
baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angkatan kerja di suatu negara.
Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga
yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi
keluarganya. Kedua, Safe Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi
yang efisien dan efektif dalam menurunkan angka kematian ibu. 11
3. Metode keluarga berencana darurat 4
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat diberikan untuk hubungan seksual
yang tidak terlindung dalam waktu 72 jam sampai 7 hari, sehingga dapat menghindari
kehamilan. Penggunaan kontrasepsi darurat dapat diterapkan pada hal-hal berikut:
- Hubungan seks tanpa perlindungan
- Hubungan seks pada perkosaan
- Hubungan seks dengan kondom yang bocor/pecah
- Hubungan seks menggunakan diafragma yang pecah atau penempatannya salah
Konsep kerjanya dengan pemberian hormon dalam waktu kurang dari 72 jam untuk
menghalangi nidasi dan konsepsi atau insersi AKDR untuk menghalangi terjadinya konsepsi
dalam waktu 3-7 hari setelah melakukan hubungan seks tanpa perlindungan alat kontrasepsi.
Dengan demikian kontrasepsi darurat diharapkan dapat menghindari kehamilan, sehingga
menurunkan kehamilan yang tidak dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
1. Angka Kematian Ibu. 2008. [cited 2012 July 23]. Available:
http://menegpp.go.id/V2/index.php/datadaninformasi/kesehatan?download=23%3Aangka-
kematian-ibu-melahirkan-aki
2. Berg, Cynthia. Strategies to Reduce Pregnancy-Related Deaths. Atlanta : Centers for
Disease Control and Prevention. 2001. P. 5
3. Bagus, Ida. Pengantar Kuliah Obstetri & Ginekologi Sosial. Jakarta: CV Trans Info Media.
2012. Hal. 129-68
21
4. Bagus, Ida. Panduan Diskusi Obstetri & Ginekologi untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. Hal. 67-9
5. Martaadisoebrata, Djamhoer. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011. Hal.221-41
6. Manuaba, C. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
Hal. 904-18
7. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 1999. Hal.280-699
8. Muchtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta: penerbit buku EGC. Hal 181-92
9. Angka Kematian Ibu. 2009. [cited 2012 July 24]. Available:
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK.
10. Safe Motherhood. 2009. [cited 2012 July 24]. Available: http://www.safemotherhood.org/.
11. Safe Motherhood. 2008. [cited 2012 July 24]. Available:
http://www.unfpa.org/public/mothers/.
12. Ramziah, Ahmad. Symposium on Strengthening Midwifery Services. Washington DC.
13. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998. Hal.
175-193
22