Download - Referat Mm
-
7/23/2019 Referat Mm
1/33
REFERAT
MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT
(MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM
DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Ilmu Radiologi di RSUD Salatiga
Disusun Oleh:
Ayudya Septarizky
20070310082
Diajukan Kepada Yth:
dr. Achmad Kardinto, Sp. Rad.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SALATIGA
1
-
7/23/2019 Referat Mm
2/33
2012
2
-
7/23/2019 Referat Mm
3/33
Halaman Pengesahan
Telah diajukan dan disahkan, referat dengan judul
MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT
(MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM
DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA
Disusun Oleh:
Nama : Ayudya Septarizky
NIM : 20070310082
Telah dipresentasikan
Hari/ Tanggal : Agustus 2012
Disahkan Oleh:
Dosen Pembimbing,
dr. Achmad Kardinto, Sp. Rad.
ii
-
7/23/2019 Referat Mm
4/33
KATA PENGANTAR
Puji syukur, alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan tugas referat
dengan judul MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT
(MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM
DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA . Penulisan
referat ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat untuk mengikuti
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Salatiga.
Dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis menghaturkan ucapan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat, yang tak terhingga
sehingga penulis mampu menyelesaikan presentasi kasus ini dengan baik,
serta junjungan Nabi Muhammad SAW.
2. dr. Ardi Pramono, Sp. An selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. dr. Achmad Kardinto, Sp.Rad., dosen kepaniteraan klinik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY di RSUD Salatiga yang telah
membimbing penulis selama menjalani Ko-assisten di Bagian Ilmu
Radiologi RSUD Salatiga.
4. Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa dan semangatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini pada waktunya.
5. Teman-teman Ko-assisten FKIK UMY, terutama bagian Ilmu Radiologi
yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
iii
-
7/23/2019 Referat Mm
5/33
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu kedokteran
walaupun dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan penulis. Akhirnya, sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan referat ini.
Salatiga, Agustus 2012
Penulis
iv
-
7/23/2019 Referat Mm
6/33
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Perumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Referat............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
MULTIPEL MYELOMA
1. Definisi......................................................................................3
2. Epidemiologi..............................................................................4
3. Patofisiologi...............................................................................6
4. Etiologi......................................................................................7
5. Faktor Resiko............................................................................8
6. Stadium.....................................................................9
7. Diagnosis.................................................................................11
v
-
7/23/2019 Referat Mm
7/33
8. Pencegahan..............................................................................12
9. Penatalaksanaan.......................................................................13
10. Prognosis.................................................................................15
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................... 18
BAB IV KESIMPULAN...................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
vi
-
7/23/2019 Referat Mm
8/33
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Multiple Myeloma (MM) adalah suatu keganasan yang melemahkan,
yang merupakan bagian dari spectrum penyakit dari monoclonal gammopathy
of unknown significance (MGUS) hingga leukemia sel plasma. Pertama kali
dideskripsikan pada tahun 1848, MM digambarkan sebagai proliferasi sel
plasma ganas dan produksi yang berlebihan dari paraprotein monoclonal
(protein M). Gambaran menarik dari MM adalah bahwa sel pembentuk
antibody (contoh: sel plasma) menjadi ganas dan oleh karenanya dapat
menyebabkan manifestasi yang tidak biasa.
American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 20.580 kasus
baru MM (11.680 pada pria dan 8.900 pada wanita) akan terdiagnosis selama
tahun 2009. Di Amerika Serikat, resiko selama hidup untuk menderita MM
adalah 1 dari 161 (0,62%). Sekitar 10.580 orang Amerika (5.640 pria dan
4940 wanita) diduga akan meninggal karena MM di tahun 2008.
Sulit untuk mendiagnosis MM secara dini. Seringkali MM tidak
menunjukkan gejala hingga akhirnya sampai pada stadium lanjut. Pada
beberapa kasus, MM menunjukkan gejala yang samar sehingga pada awalnya
terlihat disebabkan oleh penyakit lain. Oleh karenanya dibutuhkan alat
diagnostik yang mampu mendeteksi MM secara dini dan akurat sehingga
memudahkan dalam penatalaksanaannya dan memperbaiki prognosisnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1
http://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/204297-overview -
7/23/2019 Referat Mm
9/33
1. Apakah metode diagnostik paling akurat dalam mendeteksi Multiple
Myeloma saat ini?
2. Dengan metode diagnostic apakah stadium penyakit Multiple
Myeloma dapat ditegakkan?
C. TUJUAN PENULISAN REFERAT
Melalui penulisan referat ini penulis memiliki tujuan untuk
mengetahui metode terbaik dalam menegakkan diagnosis Multiple Myeloma
secara dini sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang adekuat yang
nantinya akan dapat memperbaiki prognosisnya, memonitor perjalanan
penyakit dan responnya terhadap terapi, dan juga mengevaluasi terapi yang
telah diberikan.
2
-
7/23/2019 Referat Mm
10/33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MULTIPLE MYELOMA
1. Definisi
Multiple Myeloma (MM) adalah kanker yang dibentuk oleh sel plasma
yang ganas. Normalnya, sel plasma ditemukan di dalam sumsum tulang dan
merupakan bagian penting dari system imun. Sistem imun terdiri atas
berbagai macam sel yang bekerja bersama untuk melawan infeksi dan
penyakit-penyakit lain. Limfosit adalah sel utama dalam system imun. Ada 2
macam limfosit utama, yaitu sel T dan sel B.
Saat sel B berespon terhadap infeksi, sel-sel ini akan mature dan
berubah menjadi sel plasma. Sel plasma membentuk antibody
(immunoglobulin) yang membantu melawan dan membunuh kuman. Sel
plasma ditemukan terutama di sumsum tulang.
Bila sel plasma menjadi ganas dan tumbuh tak terkontrol, sel-sel ini
akan memproduksi suatu tumor yang disebut plasmasitoma Tumor ini
biasanya berkembang di dalam tulang, namun juga jarang ditemukan di
jaringan lain. Bila hanya ada satu tumor sel plasma, disebut dengan isolated
(atau soliter) plasmasitoma. Namun bila terdapat lebih dari satu tumor sel
plasma, disebut dengan multiple myeloma.
2. Epidemiologi
3
-
7/23/2019 Referat Mm
11/33
Multiple myeloma merupakan kanker yang relative jarang.Di Amerika
Serikat, resiko seumur hidup untuk menderita MM adalah 1 per 159 (0,63%).
American Cancer Society baru-baru ini memperkirakan kejadian MM di
Amerika Serikat di tahun 2012:
Sekitar 21.700 kasus baru akan terdiagnosa (12.190 pada pria dan
9.510 pada wanita).
Sekitar 10.710 kematian diperkirakan terjadi (6.020 pada pria dan
4690 pada wanita)
Angka bertahan hidup selama 5 tahun pada MM berkisar antara 40%.
Angka kemungkinan hidup lebih tinggi pada orang yang lebih muda dan
rendah pada orang tua. Tentu saja angka tersebut bergantung pada diagnosis
dan telah mendapat terapi inisial lebih dari 5 tahun yang lalu.
3. Patofisiologi
Pada MM, pertumbuhan yang berlebihan dari sel plasma dalam
sumsum tulang dapat mendesak sel-sel pembentuk darah normal,mengakibatkan jumlah sel darah menjadi rendah. Hal ini dapat menyebabkan
anemia, yang secara klinis berupa pucat, lemah dan kelelahan.
MM juga dapat menyebabkan kadar platelet dalam darah turun
( trombositopeni), yang dapat menyebabkan perdarahan dan memar. SElain
itu juga dapat terjadi leucopenia, yang berujung pada masalah dalam melawan
infeksi.
Tulang secara konstan diperbaharui untuk menjaga agar tetap kuat. Sel
yang membentuk tulang disebut osteoblas dan yang menghancurkan tulang
disebut osteoklas. Sel Myeloma memproduksi substansi yang memerintahkan
osteoklas untuk menghancurkan tulang dengan cepat. Sedangkan osteoblas
tidak mendapatkan sinyal untuk membentuk tulang baru, tulang yang telah tua
4
-
7/23/2019 Referat Mm
12/33
hancur tanpa dapat digantikan oleh tulang baru. Ini akan membuat tulang-
tulang menjadi lemah dan mudah patah. Patah tulang fraktur merupakan
masalah utama pada orang dengan MM.
Pada MM, sel-sel myeloma mendesak sel plasma yang normal,
sehingga antibody untuk melawan infeksi tidak dapat terbentuk. Antibody
yang dibentuk oleh sel myeloma tidak dapat membantu melawan infeksi,
karena sel myeloma hanyalah kopian dari sel plasma yang sama, sehingga
membentuk antibody yang sama pula (monoclonal).
Antibodi yang dibentuk oleh sel myeloma dapat membahayakan
ginjal. Ini dapat mendorong pada kerusakan dan bahkan kegagalan ginjal.
Kopian dari antibody yang sama disebut dengan monoclonal gammopathy.
Keadaan ini dapat diketahui dari pemeriksaan darah.Namun memiliki
monoclonal gammopathy bukan berarti menderita MM, karena dapat juga
muncul pada penyakit-penyakit lain seperti Waldenstrom macroglobinemia
dan light chain amyloidosis. Beberapa orang juga memiliki monoclonal
gammopathy namun tidak menyebabkan masalah seperti pada MM. Kondisi
ini disebut dengan Monoclonal Gammopathy of Undetermined Significance
(MGUS).
Monoclonal gammopathy of undetermined significance
Pada MGUS, sel plasma abnormal memproduksi protein monoclonal
antibody dan jumlah berlebih. Bagaimanapun, sel plasma ini tidak membentuk
tumor ataupun massa dan tidak menyebabkan maslah-masalah seprti yang
terjadi pada MM. MGUS biasanya tidak mengganggu kesehatan seseorang.
Khususnya tidak membuat tulang menjadi lemah, level kalsium tinggi,
masalah ginjal ataupun jumlah sel darah yang turun.
Pasien dengan MGUS tidak membutuhkan terapi, namun harus
diamati apabila mereka menderita penyakit yang perlu ditangani seperti MM.
5
-
7/23/2019 Referat Mm
13/33
Baru-baru ini, para peneliti telah mempelajari gen-gen sel plasma pada
pasien dengan MGUS. Mereka menemukan bahwa gen pembentuk sel plasma
jenis ini membentuk sel plasma myeloma lebih banyak dari sel plasma
normal. Ini menunjukkan bahwa sel-sel ini sebenarnya ganas, hanya saja
tumbuh dengan lambat.
Solitary plasmacytomas
Ini adalah jenis lain dari pertumbuhan abnormal sel plasma.
Dibandingkan dengan beberapa tumor di lokasi berbeda seperti pada MM,
pada sel ini hanya ada satu tumor, karena itu dinamai solitary plasmacytoma.
Paling sering solitary plasmacytoma berkembang di dalam tulang,
dimana disebut dengan isolated plasmacytoma of bone. Bila plasmacytoma
bermula pada jaringan-jaringan lain (seperti paru-paru atau sinus, tenggorokan
atau organ lain) disebut dengan ekstramedular plasmasitoma.
4. Etiologi
Penyebab pasti kebanyakan kasus MM masih belum diketahui. Namun
telah diketahui bagaimana perubahan DNA dapat emnyebabkan sel plasma
menjadi ganas. Kanker dapat disebabkan oleh kesalahan atau defek pada
DNA, disebut dengan mutasi, yang dapat mengaktifkan onkogen atau
menonaktifkan tumor suppressor gene.
Studi baru-baru ini menemukan bahwa abnormalitas dari beberapa
onkogen (seperti c-myc) berkembang pada awal terbentuknya tumor sel
plasma. Perubahan pada onkogen lain (N-ras dan K-ras) lebih banyak
ditemukan pada myeloma setelah dilakukan terapi pada sumsum tulang, dan
perubahan pada tumor supresor gen (seperti p53) berhubungan dengan
metastasisnya ke organ lain.
6
-
7/23/2019 Referat Mm
14/33
Para peneliti telah menemukan bahwa pasien dengan tumor sel plasma
memiliki abnormalitas pada sel-sel sumsum tulang lain dan abnormalitas ini
juga dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari sel plasma. Sel
tertentu pada sumsum tulang yang disebut dengan sel dendritik melepaskan
hormone yang disebut dengan interleukin-6 (IL-6), yang menstimulasi sel
plasma normal untuk tumbuh. Produksi IL-6 yang berlebihan menjadi factor
penting dalam perkembangan tumor sel plasma.
5. Faktor Resiko
Para ilmuwan telah menemukan beberapa factor resiko yang dapat
mempengaruhi peluang seseorang terkena MM.
Umur
Resiko dari MM bertambah sesuai umur. Kurang dari 1% kasus didiagnosa
pada orang yang lebih muda dari 35 tahun. Kebanyakan orang didiagnosa
kanker ini sudah lebih dari 65 tahun.
Jenis kelamin
Pria lebih beresiko terkenan MM dibandingkan wanita.
Ras
MM hampir 2 kali lebih sering terjadi pada orang Amerika kulit hitam
dibanding orang Amerika kulit putih.
Radiasi
Paparan terhadap radiasi dapat meningkatkan resiko MM.
Riwayat Keluarga
MM dapat menurun pada beberapa keluarga. Seseorang yang memiliki
saudara kandung atau orangtua dengan myeloma beresiko 4 kali lebih besar
untuk terkena MM.
Lingkungan Kerja
7
-
7/23/2019 Referat Mm
15/33
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pekerja di industry yang
berhubungan dengan petroleum mungkin memiliki resiko yang lebih besar.
Obesitas
Studi dari American Cancer Society menemukan bahwa kelebihan berat badan
atau obes memiliki resiko lebih besar untuk terkena MM.
Penyakit Sel Plasma Lain
Banyak orang dengan monoclonal gammopathy of undetermined significance
(MGUS) atau solitary plasmacytoma akan berkembang menjadi MM.
6. Stadium
MM dapat didiagnosis menggunakan system Durie-Salmon. Meskipun
beberapan dokter menggunakan system ini, nilainya menjadi terbatas
dikarenakan oleh adanya metode-metode dignostik yang lebih baru. Baru-baru
ini system penentuan stadium yang disebut dengan International Staging
System forMultiple Myeloma telah ditemukan. Ini bergantung terutama pada
level albumin dan beta-2- microglobulin dalam darah. Faktor-faktor lain yang
munfgkin penting adalah fungsi, jumlah platelet dan umur pasien.
The Durie-Salmon staging system
Sistem ini berdasarkan atas :
Jumlah monoclonal globulin yang abnormal dalam darah atau urin:
Banyaknya monoclonal immunoglobulin mengindikasikan
banyaknya sel plasma ganas yang ada dan memproduksi protei
abnormal. Jumlah kalsium dalam darah : tingginya kalsium dalam darah
berhubungan dengan kerusakan tulang yang lanjut.
8
-
7/23/2019 Referat Mm
16/33
Tingkat kerusakan tulnag berdasarkan x-ray : area multiple dari
kerusakan tulang yang terlihat dari x-ray mengindikasikan stadium
lanjut dari MM.
Kadar hemoglobin dalam darah : kadar hemoglobin yang rendah
mengindikasikan bahwa sel myeloma menempati banyak sumsum
tulang dan tidak ada cukup ruang yang tersisa untuk sel sumsum
tulang yang normal yang memproduksi sel-sel darah merah.
Sistem ini menggunakan factor-faktor di atas untuk membagi
myeloma dalam 3 stadium:
Stage I
Terdapatnya sel-sel myeloma yang relative sedikit. Ditemukan
gambaran seperti tersebut:
Kadar Hb sedikit di bawah normal (masih di atas 10 g/dl)
X-ray tulang tampak normal atau hanya ada 1 area kerusakan
tulang
Kadar kalsium dalam darah normal (< 12 mg/dL)
Monoclonal immunoglobulin dlm darah atau urin relative
sedikit
Stage II
Sel-sel myeloma terdapat dalam jumlah sedang. Gambarannya di
antara stage I dan stage III.
Stage III
Sel-sel myeloma ditemukan dalam jumlah besar. Satu atau lebih
gambaran berikut harus ada:
Kadar Hb rendah ( 12 mg/dL)
3 atau lebih area dengan kerusakan tulang
9
-
7/23/2019 Referat Mm
17/33
Monoklonal immunoglobulin dengan jumlah besar dalam darah
atau urin.
The International Staging System
Sistem ini membagi myeloma dalam 3 stadium berdasarkan beta-2-
microglobulin dan kadar albumin serum.
Stage I
Beta-2-microglobulin serum < 3,5 mg/dL dan kadar albumin >3,5 g/L.
Stage II
Kadar beta-2-microglobulin antara 3,5 dan 5,5 (dengan
berapapun kadar albumin), atau
Kadar albumin < 3,5 sedangkan beta-2-microglobulin 5,5.
7. Diagnosis
Gejala dan Tanda
Meskipun beberapa pasien dengan MM tidak mengalami gejala
apapun, namun gejala dan tanda yang sering ditemukan berhubungan
dengan MM meliputi:
Masalah tulang kelemahan tulang seringkali menimbulkan
nyeri. Seringkali nyeri di bagian punggung, pinggul dan
kepala. Kadang tulang dpaat patah hanya dengan cedera minor.
Anemia akan menimbulkan gejala seperti kelemahan, napas
pendek, pusing. Leukopenia menyebabkan kurang resisten
10
-
7/23/2019 Referat Mm
18/33
terhadap infeksi seperti pneumonia. Trombositopeni
menyebabkan cedera minor, teriris dan memar dapat menjadi
perdaraan serius.
Kadar kalsium tinggi gejalanya meliputi haus, minum
banyak air, banyak kencing. Hal ini dapat mnyebabkan
dehidrasi bahkan gagal ginjal. Kalsium yang tinggi juga dapat
menyebabkan konstipasi dan kehilangan selera makan. Bila
kadarnya cukup tinggi dapat terjatuh dalam keadaan koma.
Sistem saraf dapat mengalami nyeri mendadak, kesemutan,
dan/atau kelemahan otot. Penurunan aliran darah otak karena
hiperviskositas darah yang disebabkan oleh protein-protein
myeloma menyebabkan kebingungan, pusing dan gejala yang
menyerupai stroke.
Ginjal protein myeloma dapat merusak ginjal. Gejalanya
antara lain kelemahan dan bengkak pada tungkai
Infeksi pasien dengan MM beresiko 15 kali lebih sering
terkenan infeksi. Pneumonia merupakan infeksi serius dan
tersering pada pasien MM.
Pemeriksaan Laborat
Blood count pada pasien MM sel-sel darah akan turun.
11
-
7/23/2019 Referat Mm
19/33
Imunoglobuli kuantitatif pada MM kadar tiap jenis
immunoglobulin dapat tinggi dimana jenis immunoglobulin
yang lain rendah.
Elektroforesis
Free Light Chain
Beta-2-microglobulin kadar yang tinggi menunjukkan
penyakit sudah lanjut dan prognosis buruk.
Kimia darah kadar BUN, kreatinin, albumin, kalsium dan
elektrolit. Kadar BUN dan kreatinin merupakan cerminan
fungsi ginjal. Kadar albumin yang rendah berhubungan dengan
myeloma stadium lanjut. Kalsium yang tinggi berhubungan
dengan MM lanjut. Elektrolit seperti Na dan K dapat
terpengaruh juga.
Biopsi Sumsum Tulang
Dokter menggunakan mikroskop untuk melihat jaringan
sumsum tulang dan menilai tampilan, ukuran dan bentuk sel-selnya,
bagaimana susunan sel-sel dan menentukan apakah terdapat sel-sel
myeloma pada sumsum tulang dan berapa banyaknya. Jaringan yang
teraspirasi dapat digunakan untuk tes lain seperti
immunohistochemistry dan flow cytometry, dan analisa kromosom,
termasuk karyotype dan fluorescent in situ hybridization (FISH).
Biopsi seperti FNA atau core needle biopsy juga dapat dilakukan.
12
-
7/23/2019 Referat Mm
20/33
Imaging
X-ray tulang kerusakan tulang yang disebbkan oleh sel-sel
myeloma dapat dideteksi menggunakan x-ray. Seringkali
digunakan x-ray serial yang mencakup sebagian besar tulang,
disebut dengan bone survey atau skeletal survey.
CT (Computed Tomography) adalah suatu prosedur x-ray
yang menghasilkan gambar cross-sectional yang detail dari
tubuh seseorang. Dapat memperlihatkan tulang yang rusak
karena MM.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) MRI scan
menggunakan gelombang radio dan medan magnetic kuat.
Energi dari gelombang radio diserap dan kemudian dilepaskan
dalam pola sesuai dengan jaringan maupun penyakit.
Komputer mentranslasikan pola yang diterima dari gelombang
radio ke dalam gambar yang sangat detail. Tidak hanya
menghasilkan potongan cross-sectional seperti pada CT scan,
13
-
7/23/2019 Referat Mm
21/33
MRI juga dapat menghasilkan potongan yang parallel dengan
panajng badan seseorang.
MRI sangat berguna untuk melihat tulang, otak dan korda
spinal. MRI mungkin dapat menemukan plasmasitoma yang
tidak ditemukan pada x-ray. MRI juga dapat melihat sumsum
tulang pasien dengan MM.
PET (Positron Emission Tomography)pada pemeriksaan ini,
glukosa radioaktif disuntikkan ke dalam pembuluh vena untuk
mencari sel-sel kanker. Karena kanker menggunakan glukosa
lebih cepat dari jaringan normal, maka diharapkan zat
radioaktif tersebut terkonsentrasi pada kanker.
14
-
7/23/2019 Referat Mm
22/33
Di bawah ini adalah alur pemeriksaan suspected Multipel Myeloma yang
terbaru dan telah direvisi tahun 2010.
15
-
7/23/2019 Referat Mm
23/33
8. Pencegahan
Pada MM, tidak ada satu factor resiko pun yang diketahui
bertanggungjawab atas timbulnya MM yang dapat dicegah. Dan pada orang
dengan MGUS atau solitary plasmacytoma belum diketahui bagaimana cara
mencegah berkembangnya penyakit menjadi MM.
16
-
7/23/2019 Referat Mm
24/33
9. Penatalaksanaan
Kemoterapi dan obat-obatan
Yaitu obat yang digunakan untuk menghancurkan dan
mengontrol sel kanker. Berbagai macam obat digunakan untuk
menatalaksana MM:
Tradisional kemoterapi mephalan, vincristin,
cyclophosphamide, carmustin dan doxorubicin. Kombinasi dari
obat-obat ini lebih efektif dibandingkan hanya obat tunggal.
Kadang dikombinasikan juga dengan kortikosteroid atau agen
imunomodulator.
Kortikosteroid merupakan bagian penting dalam terapi MM.
Dapat digunakan sendiri ataupun dengan kombinasi.
Kortikosteroid juga dapat mengatasi keluhan mual dan muntah
yang disebabkan oleh efek samping kemoterapi lain. Obat yang
sering digunakan pada MM adalah dexamethason dan
prednison.
Agen Imunomodulator thalidomide,lenalidomide
Penghambat proteasome
Efek samping kemoterapi : rambut rontok, sariawan,hilang nafsu
makan,mual, muntah dan jumlah sel darah yang rendah.
Radiasi
17
-
7/23/2019 Referat Mm
25/33
Tindakan bedah
Terapi biologi
Stem cell transplantation
Plasmapheresis
10. Prognosis
International Staging System Median survival
Stage I 62 bulan
Stage II 44 bulan
Stage III 29 bulan
18
-
7/23/2019 Referat Mm
26/33
BAB III
PEMBAHASAN
Multipel Myeloma adalah suatu penyakit neoplasma sel B plasma yang
dikarakteristikkan oleh infiltrasi sumsum tulang dan overproduksi monoclonal
immunoglobulin. Merupakan sekitar 10% dari seluruh keganasan hematologi dan 1%
dari seluruh kanker dengan insidensi yang terus meningkat, 4 dari 100.000 setiap
tahunnya. MM terutama menyerang pasien pada decade ketujuh dan memiliki
mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Pemeriksaan standar untuk MM termasuk hitung darah lengkap, biokimia
serum, elektroforesis serum dan urin, gold standard untuk mendiagnosis : aspirasi dan
biopsy sumsum tulang. Sistem penentuan stadium Durie/Salmon menggunakan
skeletal survey sebagai satu-satunya criteria radiologi, yang diperkenalkan tahun
1975. Sebagai usaha untuk menstandarisasi pendekatan terapi dan menentukan
derajat penyakit seakurat mungkin, system staging Durie/Salmon PLUS telah
diperkenalkan, terintegrasi dengan teknik imaging yang lebih sensitif dengan MRI,
CT dan PET/CT ke dalam system klasifikasinya.
19
-
7/23/2019 Referat Mm
27/33
Penelitian yang dilakukan oleh Andre et al pada tahun 2007, membandingkan
tingkat deteksi manifestasi multiple myeloma pada tulang antara whole-body MRI
dengan whole-body MDCT (Multidetector CT) dan menilai akurasi penentuan
stadium multiple myeloma. Subjek penelitian adalah 41 orang pasien yang secara
pemeriksaan histologi dikonfirmasi sebagai penderita multiple myeloma diperiksa
menggunakan protocol whole-body MDCT dan whole-body MRI dengan system 1,5-
T.
(a, b) Normal pattern of the bone marrow in 64-year-old man. (a) T1-weighted MR image showshyperintense signal, and (b) T2-weighted MR image shows hypointense signal, compared withthe intervertebral disk. (c, d) Severe diffuse infi ltration of the bone marrow by MM in another64-year-old man. (c) T1-weighted MR image shows distinct decreased signal intensity (arrow),and (d) T2-weighted MR image shows increased signal intensity (arrow), both of which can be
clearly recognized. Focal lesion in the third lumbar vertebral body can be detected on T2-weighted image.
Keseluruhan skeletal dibagi menjadi 61 regio tiap-tiap pasien. Evaluasinya
dilakukan dengan pembacaan hasil oleh 2 orang radiologist, tanpa mengetahui
riwayat pasien. Evaluasi dilakukan terpisah bagi masing-masing metode pemeriksaan.
20
-
7/23/2019 Referat Mm
28/33
Pasien yang diperiksa dengan MRI dan MDCT secara terpisah ditentukan stadiumnya
menggunakan system staging Durie/Salmon PLUS.
Di bawah ini table mengenai keterlibatan region anatomic pada pasien yang
secara histology menderita MM dan penentuan stadium dengan menggunakan MRI
dan MDCT.
21
-
7/23/2019 Referat Mm
29/33
Pada MRI, dari 41 pasien, 15 pasien menunjukkan ketidakterlibatan. Pada 26
pasien sisanya, 975 regio terkena: 21 pasien stadium I, dua pasien stadium II dan 18
pasien stadium III. Pada MDCT, 19 pasien menunjukkan ketidakterlibatan. Pada 22
pasien, 462 regio yang terkena. Berdasarkan MDCT, 25 pasien stadium I, tujuh
pasien stadium 2 dan sembilan pasien stadium III. Untuk tingkat deteksinya, MRI
secara statistic lebih unggul dibandingkan MDCT (p
-
7/23/2019 Referat Mm
30/33
BAB IV
KESIMPULAN
1. Multipel Myeloma adalah suatu penyakit neoplasma sel B plasma yang
dikarakteristikkan oleh infiltrasi sumsum tulang dan overproduksi monoclonal
immunoglobulin.
2. Multipel myeloma merupakan 10% dari seluruh keganasan hematologi dan
1% dari seluruh kanker dengan insidensi yang terus meningkat, 4 dari 100.000
setiap tahunnya dan memiliki mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
3. Penentuan staging Multipel Myeloma didasarkan atas sistem penilaian Durie-
Salmon yang dibagi dalam 3 stadium. Durie-Salmon PLUS merupakan sistem
penilaian terbaru yang dikeluarkan tahun 2006 dengan merevisi sistem staging
Durie-Salmon tahun 1975 dengan memasukkan MRI, CT dan atau PET
sebagai alat diagnostik.
4. Pada penelitian yang dilakukan oleh Andrea et al tahun 2007 mengenai
perbandingan antara whole-body MRI dan MDCT menunjukkan hasil bahwa
whole-body MRI memiliki tingkat deteksi dan staging yang lebih tinggi
dibandingkan dengan whole-body MDCT (p
-
7/23/2019 Referat Mm
31/33
monitoring MM. Whole-body MRI, CT ataupun PET dapat memberikan
informasi yang saling mengisi bila digunakan secara benar.
24
-
7/23/2019 Referat Mm
32/33
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de jong, Syamsulhidayat R, 2010, Sistem Muskuloskeletal, dalam Buku
Ajar Ilmu Bedah; 1018-1038, EGC: Jakarta.
2. Price, Sylvia W & Wilson, Lorraine M, 2006, Tumor Sistem Muskuloskeletal,
dalam Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; Hal 1376.
Jakarta: EGC.
3. http://www.hindawi.com/journals/bmr/2011/583439/
4. http://www.ajronline.org/content/190/4/1097.full.pdf+html5. http://myeloma.org/pdfs/IMWG_consensus_imaging.pdf
6. http://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/ch
art.html
7. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003121-pdf.pdf
8. http://emedicine.medscape.com/article/204369-overview
25
http://www.hindawi.com/journals/bmr/2011/583439/http://www.ajronline.org/content/190/4/1097.full.pdf+htmlhttp://myeloma.org/pdfs/IMWG_consensus_imaging.pdfhttp://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/chart.htmlhttp://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/chart.htmlhttp://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003121-pdf.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/204369-overviewhttp://www.hindawi.com/journals/bmr/2011/583439/http://www.ajronline.org/content/190/4/1097.full.pdf+htmlhttp://myeloma.org/pdfs/IMWG_consensus_imaging.pdfhttp://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/chart.htmlhttp://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/m_myel/chart.htmlhttp://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003121-pdf.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/204369-overview -
7/23/2019 Referat Mm
33/33